pajak retribusi daerah
description
Transcript of pajak retribusi daerah
MAKALAH
RETRIBUSI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perpajakan
Dosen : Drs. H. Suprianto., Ak, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Umi Razanah A1A310017
Tria Indah Safitri A1A310021
Veny Ariyanti A1A310022
KEMENTRIAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN EKONOMI
BANJARMASIN
MARET 2013
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan minyak bumi dan gas
semakin langka. Padahal migas tersebut sangat penting bagi kemajuan Negara kita
karena keduanya merupakan sumber penerimaan Negara. Namun kini dengan adanya
kelangkaan, sumber penerimaan Negara beralih sumber menjadi berasal dari pajak.
Kebanyakan orang enggan berhubungan dengan pajak, karena mereka harus
membayar tarif pajak sesuai dengan objek yang dikenakan. Mungkin mereka tidak
menyadari, dengan membayar pajak kita akan memperoleh manfaat, diantaranya
untuk korban bencana alam, Subsidi, Kelestarian Budaya, Pendidika, Dana alokasi
umum, Fasilitas dan infrastruktur, Penegakan Hukum, APBN yang sebagian besar
dari pajak, Transportan umum, Pilkada dan lain-lain.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah untuk
memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Peran pajak
dalam pembangunan terlihat dalam setiap proyek yang dilaksanakan pemerintah
selalu di dengungkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari dana pajak yang
telah dikumpulkan dari masyarakat.
ISI
RETRIBUSI
1. Teori retribusi daerah
Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah antara lain :
a. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
b. Jasa, adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan.
c. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
d. Jasa Usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan
oleh sektor swasta.
e. Perizinan Tertentu, adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Retribusi adalah
pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang
diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat
dikatakan bersifat langsung yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati
balas jasa bagi negara. Salah satu contoh retibusi adalah retribusi pelayanan
kesehatan pada rumah sakit yang dikelola pemerintah. Setiap orang yang ingin
menikmati pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah harus membayar retribusi
yang ditetapkan pemerintah sebagai balas jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit
pemerintah. Akan tetapi, tidak ada paksaan secara yuridis kepada pasien untuk
membayar retribusi karena setiap orang bebas untuk memilih pelayanan kesehatan
yang diinginkannya.
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di indonesia saat ini penarikan
retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi yang dipungut
di indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau
badan. Jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya, dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan. Bila seseorang ingin menikmati jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Beberapa cirri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di
indonesia adalah sebagai berikut :
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang
dan peraturan daerah yang berkenaan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah
c. Pihak yang membayar retibusi mendapatkan kontra prestasi secara langsung
dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukan.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah yang dinikmati oleh badan atau orang.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu
jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
Perbedaan antara pajak dan retribusi sebagai berikut :
a. Pajak tidak memperoleh imbal balik secara langsung, sedangkan retribusi
memperoleh imbal balik secara langsung.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Bila kita membayar Pajak Penghasilan (PPh) kita tidak mendapatkan
apapun, namun secara tidak langsung kita telah membantu pembangunan di
negara kita, sedangkan bila kita membayar retribusi sampah maka secara
langsung sampah kita akan diangkut oleh dinas kebersihan.
b. Pajak dapat dipaksakan, sedangkan retribusi tidak.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Bila kita memiliki kendaraan bermotor maka setiap tahunnya kita
wajib membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) bila kita tidak membayar,
maka kendaraan kita bisa disita oleh pihak yang berwajib, sedangkan bila kita
tidak membayar retribusi sampah, maka dinas kebersihan tidak akan
memaksakan,hanya saja kita tidak memperoleh pelayanan pengangkutan
sampah dari mereka.
2. Obyek dan golongan retibusi daerah
a. Obyek retribusi daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menentukan bahwa obyek
retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya,
tetapi hanya jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan
sebagai obyek retribusi. Hal ini membuat obyek retribusi terdiri dari tiga kelompok
jasa, yakni :
1) Jasa umum
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 109, Jasa
umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan. Jasa umum antara lain meliputi: - Retribusi
Pelayanan Kesehatan;
- Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
- Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil;
- Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
- Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
- Retribusi Pelayanan Pasar;
- Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
- Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
- Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
- Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
- Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
- Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
- Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
- Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
2) Jasa usaha
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 126, Jasa
usaha adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, dengan menganut
prinsip komersil karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector
swasta. Jasa usaha antara lain meliputi :
- Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
- Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
- Retribusi Tempat Pelelangan;
- Retribusi Terminal;
- Retribusi Tempat Khusus Parkir;
- Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
- Retribusi Rumah Potong Hewan;
- Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
- Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
- Retribusi Penyeberangan di Air; dan
- Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
3) Perizinan tertentu
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 140, retribusi
perizinan tertenntu yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang,
sarana atau prasarana tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi perizinan tertentu meliputi :
- Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
- Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
- Retribusi Izin Gangguan;
- Retribusi Izin Trayek; dan
- Retribusi Izin Usaha Perikanan
b. Golongan retribusi daerah
Penggolongan retribusi dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum
tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah. Retribusi daerah
dibagi atas tiga golongan, yakni :
1) Retribusi jasa umum.
Retribusi jasa umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan.
2) Retribusi jasa usaha
Retribusi jasa usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sector swasta.
3) Retribusi perizinan tertentu
Retribusi perizinan tertentu yaitu retribusi atas kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, dan pengawasan atas
kegiatan, pemanfaatan ruang, sarana atau prasarana tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Penetapan jenis-jenis retribusi jasa umum dan retribusi jasa usaha dengan
peraturan pemerintah dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam penerapannya
sehingga dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan disesuaikan dengan
kebutuhan nyata daerah yang bersangkutan. Penetapan jenis retribusi perizinan
tertentu dengan peraturan pemerintah dilakukan karena perizinan tersebut, walaupun
merupakan kewenangan pemerintah daerah, tetap memerlukan koordinasi dengan
instansi teknis terkait.
3. Retribusi jasa umum
a. Kriteria retribusi jasa umum
kriteria jasa umum ditentukan oleh :
1) Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa
usaha atau retribusi perizinan tertentu.
2) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi.
3) Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribdi atau badan
yang diharuskan membayar retribusi di samping untuk melayani
kepentingan dan kemanfaatan umum.
4) Jasa tersebut layak dikenakan retribusi
5) Retribusi tersebut tidak bertentangan dengan kebijakan nasional menganai
penyelenggaraannya.
6) Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien serta
merupakan satu sumber pendapatan daerah potensial
7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
b. Jenis retribusi umum
1) Retribusi pelayanan kesehatan, contohnya pelayanan kesehatan di
puskesmas, balai pengobatan, dan Rumah Sakit Umum Daerah.
2) Retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan, meliputi pengambilan,
pengangkutan, dan pembuangan serta penyediaan lokasi pembuangan
sampah rumah tangga, industry, dan perdagangan, tidak termasuk
pelayanan kebersihan jalan umum dan taman.
3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan
sipil yang meliputi akta kelahiran, akta perkawinan, akta cerai, akta ganti
nama bagi warga asing, dan akta kematian
4) Retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat, meliputi
pelayanan penguburan termausuk penggalian dan pengurukan, pembakaran
dan sewa tempat pemakaman yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah
daerah.
5) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan
pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan pemerintah daerah
karena jalan menyangkut kepentingan umum, penetapan jalan umum
sebagai tempat parkir mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6) Retribusi pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana
berupa pelataran dan los yang dikelola oleh pemerintah daerah dan khusu
disediakan untuk pedagang.
7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor berupa pelayanan pengujian
kendaraan bermotor sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran berupa pelayanan
pemeriksaan dan atau perizinan oleh pemerintah daerah terhadap alat-alat
pemadam kebakaran yang dimiliki dan atau dipergunakan oleh masyarakat.
9) Retribusi penggantian biaya cetak peta yang dibuat oleh pemerintah daerah
seperti peta dasar, peta foto, peta digital, peta tematik dan peta struktur.
10) Retribusi pengujian kapal perikanan berupa pengujiam terhadap kapal
penangkap ikan yang menjadi kewenangan daerah.
c. Subyek dan wajib retribusi jasa umum
Subyek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subyek
retribusi jasa umum dapat ditetapkan menjadi wajib retribusi jasa umum, yaitu orang
pribadi atau badan yang diwajibkan untuk melakukan pembayaraan retribusi jasa
umum.
4. Retribusi jasa usaha
a. Kriteria retibusi jasa usaha
1) Retibusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa
umum atau retribusi perizinan tertentu
2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
seyogyanya disediakan oleh sector swasta, tetapi belum memadai atau
terdapatnya harta yang dimiliki daerah yang belum dimanfaatkan secara
penuh oleh pemerintah daerah. Pengertian harta adalah semua harta
bergerak dan tidak bergerak, tidak termasuk uang kas, surat berharga dan
harta lainnya yang bersifat lancar.
b. Jenis retribusi jasa usaha
1) Retribusi penakaian kekayaan daerah antara lain pemakaian tanah dan
bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian kendaraan/alat-alat
besar milik daerah. Tidak termasuk dalam pengertian pelayanan pemakaian
kekayaan daerah adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi
dari tanah tersebut, seperti pemancangan tiang listrik atau telepon maupun
penanaman/pembentangan kabel listrik atau telepon di pinggir jalan umum.
2) Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan adalah pasar grosir berbagai jenis
barang dan fasilitas pasar atau pertokoan yang dikontrakkan, yang
disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
3) Retribusi tempat pelelangan adalah tempat yang secara khusus disediakan
oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil
bumi dan hasil hutan termasuk jasa fasilitas lainnya yang disediakan di
tempat pelelangan. Termasuk dalam tempat pelelangan adalah tempat yang
dikontrak oleh pemerintah daerah dari pihak lain untuk dijadikan tempat
pelelangan.
4) Retribusi terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parker untuk
kendaraan penumpang dan bus umum, tempat kegiatan usaha dan fasilitas
lainnya dilingkungan terminal, yang dimiliki dan atau dikelola oleh
pemerintah daerah. Dengan ketentuan ini, pelayanan peron tidak dipungut
retribusi.
5) Retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan tempat parkir
yang khusus disediakan, dimiliki, dan atau dikelola oleh pemerintah
daerah.
6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa adalah pelayanan
penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang dimiliki dan atau
dikelola oleh pemerintah daerah.
7) Retribusi penyedotan kakus adalah pelayanan penyedotan kakus/jamban
yang dilakukan oleh pemerintah daerah
8) Retribusi rumah potong hewan adalah penyediaan fasilitas rumah
pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan
hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang dimiliki dan atau dikelola oleh
pemerintah daerah.
9) Retribusi pelayanan pelabuhan kapal adalah pelayanan pada pelabuhan
kapal perikanan dan atau bukan kapal perikanan, termasuk fasilitas lainnya
di lingkungan pelabuhan kapal yang dimiliki dan atau dikelola oleh
pemerintah daerah.
10) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah tempat rekreasi, pariwisata,
dan olahraga yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.
11) Retribusi penyebrangan di atas air adalah pelayanan penyebrangan orang
atau barang dengan menggunakan kendaraan di atas air yang dimiliki atau
dikelola oleh pemerintah daerah.
12) Retribusi pengolahan limbah cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair
rumah tanggga, perkantoran, dan industry yang dikelola dan atau dimiliki
oleh pemerintah daerah.
13) Retribusi penjualan produksi usaha daerah adalah penjualan hasil produksi
usaha pemerintah daerah antara lain bibit/benih tanama, bibit ternak, dan
bibit ikan.
c. Subyek dan wajib retribusi jasa usaha
Subyek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Subyek retribusi
jasa usaha merupakan wajib jasa usaha, yaitu orang pribadi atau badan yang
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi jasa usaha.
5. Retribusi perizinan tertentu
a. Kriteria retribusi perizinan tertentu
1) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan
kepada daerah.
2) Perizinan tersebut benar-benar diperluka guna melindungi kepentingan
umum.
3) Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan
biaya untuk menanggulangi dampak negative dari pemberian izin tersebut
cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.
b. Jenis retribusi perizinan tertentu
1) Retribusi izin mendirikan bangunan adalah pemberian izin untuk
mendirikan satu bagunan. Termasuk dalam izin ini adalah kegiatan
peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya, agar
tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang
berlaku, dengann tetap memerhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Luas Bangunan ( KLB) dan pengawasan penggunaan bangunan
yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat
keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.
2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol adalah pemberian izin
untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.
3) Retribusi izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha atau kegiatan
kepada orang pribadi atau badan dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan
bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan
yang telah ditentukan oleh pemerintah.
4) Retribusi izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada
suatu atau beberapa trayek tertentu. Pemberian izin oleh pemerintah daerah
dilaksanakan sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah.
c. Subyek dan wajib retribusi perizinan tertentu
Subyek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Subyek retribusi perizinan tertentu
dapat merupakan wajib retribusi perizinan tertentu, yaitu orang pribadi atau badan
yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi perizinan tertentu.
6. Penghitungan retribusi
Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan
jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan terif distribusi dengn
tingkat pengguaan jasa. Dengan demikian, besarnya retribusi yang terutang dihitung
berdasarkan tariff retribusi dan tingkat pengguanaan jasa.
a. Tingkat penggunaan jasa
Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas
penggunaan jasa sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk
penyelenggaraan jasa yang bersangkutan, misalnya berapa kali masuk tempat
rekreasi. Akan tetapi ada pula penggunaan jasa yang tidak dapat diukur dengan
mudah. Dalam hal ini tingkat penggunaan jasa mungkin perlu ditaksir
berdasarkan rumus tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Misalnya
mengenai izin bangunan, tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir dengan rumus
yang didasarkan atas luas tanah, luas lantau bangunan, jumlah tingkat
bangunan, dan rencana penggunaan bangunan.
b. Prinsip dan sasaran penetapan tariff retribusi daerah
Tarif Retribusi Daerah ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan
memerhatikan prinsip dan sasaran penetapan tarif yang berbeda antargolongan
Retribusi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 prinsip dan
sasaran dalam penetapan tariff Retribusi daerah ditentukan sebagai berikut;
1) Tarif Retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan
memoertimbangkan penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, dan aspek keadilan. Penetapan tarif Retribusi jasa umum pada
dasarnya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai jenis-jenis Retribusi yang berhubungan dengan kepentingan
nasional. Di samping itu, tetap memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan
masyarakat. Dengan ketentuan ini, daerah mempunyai kewenangan untuk
menetapkan prinsip dan sasaran yang dicapai dalam menetapkan tarif Retribusi
jasa umum, seperti untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan dan membantu golongan masyarakat
kurang mampu sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan. Dengan
demikian, prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi jasa umum
dapat berbeda menurut jenis pelayanan dalam jasa yang bersangkutan dan
golongan pengguna jasa. Sebagai contoh dapat dilihat berikut ini;
- Tarif Retribusi Persampahan untuk golongan masyarakat mampu dapat
ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menutupi biaya pengumpulan,
transportasi dan pembuangan sampah. Sedangkan, untuk golongan
masyarakat yang kurang mampu tariff ditetapkan lebih rendah.
- Tarif rawat inap kelas tinggi bagi Retribusi Pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah dapat ditetapkan lebih besar daripada biaya pelayanannya sehingga
memungkinkan adanya subsidi silang bagi tariff rawat inap kelas yang
lebih rendah.
- Tariff Retribusi Parkir di tepi jalan umum yang rawan kemacetan dapat
ditetapkan lebih tinggi daripada di tepi jalan umum yang kurang rawan
kemacetan dengan sasaran mengendalikan tingkat penggunaan jasa parkir
sehingga tidak menghalangi kelancaran lalu lintas.
2) Tarif Retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada tujuan utama untuk
memperoleh keuntungan yang layak, sepperti keuntungan yang pantas diterima
oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi
pada harga pasar. Tarif Retribusi jasa usaha ditetapkan oleh pemerintah daerah
sehingga dapat tercapai keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang dapat
dianggap memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan oleh swasta.
3) Tarif Retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan. Tarif Retribusi perizinan tertentu ditetapkan sedemikian rupa
sehingga hasil Retribusi dapat menutup sebagian atau seluruh perkiraan biaya
yang diperlukan untuk menyediaskan jasa yang bersangkutan. Biaya
penyelenggaraan izin yang bersangkutan meliputi penerbitan dokumen izin,
pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak
negatif dari pemberian izin tersebut. Untuk pemberian izin bangunan, misalnya
dapat diperhitungkan biaya pengecekan dan pengukuran lokasi, biaya pemetaan
dan biaya pengawasan.
7. Cara Perhitungan Retribusi
Besarnya Retribusi daerah yang haruis dibayar oleh orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa bersangkutan dihitung dari perkalian antara tariff Retribusi dan
tingkat penggunaan jasa dengan rumus berikut ini.
Retribusi Terutang = Tarif Retribusi x Tingkat Penggunaan Jasa
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon dan kartu
langganan. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya
atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). Penagihan
Retribusi terutang sebagaimana didahului dengan Surat Teguran. Tata cara
pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
8. Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah
a. Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengatur dengan jelas bahwa untuk
dapat dipungut pada suatu daerah, setiap jenis Retribusi daerah harus ditetapkan
dengan peraturan daerah. Hal ini berarti untuk dapat diterapkan dan dipungut pada
suatu daerah provinsi, kabupaten atau kota, harus terlebih dahulu ditetapkan peraturan
daerah tentang Retribusi daerah tersebut. Peraturan daerah tentang suatu Retribusi
daerah diundangkan dalam lembaran daerah yang bersangkutan. Peraturan daerah
tentang suatu Retribusi daerah tidak dapat berlaku surut dan tidak boleh bertentangan
dengan kepentingan umum dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.
b. Isi Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah
Peraturan daerah tentang Retribusi daerah sekurang-kurangnya mengatur
ketentuan mengenai hal berikut ini.
1) Nama, objek dan subjek Retribusi.
2) Golongan Retribusi
3) Cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan.
4) Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi.
Ketentuan ini ditujukan agar pemerintah daerah menyatakan kebijakan yang
dianut dalam menetapkan tarif Retribusi sehingga kebijakan tersebut dapat
diketahui oleh masyarakat. Untuk jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam
golongan Retribusi jasa usaha dan Retribusi perizinan tertentu yang prinsip
tarifnya telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, peraturan daerah
mencantumkan prinsip tersebut. Untuk jenis-jenis Retribusi yang yang termasuk
dalam golongan Retribusi jasa umum, peraturan daerah harus mencantumkan
prinsip penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi sesuai dengan kebijakan
daerah.
5) Struktur dan besarnya tarif Retribusi.
6) Wilayah pemungutan.
7) Tata cara pemungutan. Ketentuan ini termasuk mengatur penentuan cara
pembayaran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran.
8) Sanksi administrasi.
9) Tata cara penagihan Retribusi.
10) Tanggal mulai berlakunya Retribusi.
Selain ketentuan pokok diatas, peraturan daerah tentang suatu Retribusi
daerah dapat mengatur ketentuan mengenai beberapa hal lainnya, sebagaimana
dibawah ini;
1) Masa Retribusi
2) Pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas
pokok Retribusi dan atau sanksinya. Pengurangan dan keringanan dikaitkan
dengan kemampuan wajib Retribusi membayar Retribusi yang dikenakan
kepadanya. Misalnya dalam Retribusi Tempat Rekreasi, pengurangan dan
keringanan diberikan untuk orang jompo, orang cacat dan anak sekolah.
Pembebasan Retribusi juga dikaitkan dengan fungsi objek Retribusi, misalnya
pelayanan kesehatan bagi korban bencana alam.
3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa.
c. Sosialisasi Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah
Peraturan daerah untuk jenis-jenis Retribusi yang tergolong dalam Retribusi
perizinan tertentu harus terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat sebelum
ditetapkan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menciptakan pemerintah yang
partisipatif, akuntabel dan transparan. Pengertian masyarakat antara lain asosiasi-
asosiasi di daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perguruan tingggi.
Ketentuan mengenai tata cara dan mekanisme pelaksanaan sosialisasi peraturan
daerah ditetapkan oleh kepala daerah.
d. Pengawasan Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah
Dalam rangka pengawasan peraturan daerah yang menetapkan pemungutan
Retribusi pada suatu daerah, baik jenis Retribusi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 maupun jenis Retribusi lainnya,
disampaikan kepada pemerintah (dalam hal ini kepada Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Keuangan) paling lama lima belas hari setelah ditetapkan. Penetapan jangka
waktu lima belas hari ini telah mempertimbangkan administrasi pengiriman peraturan
daerah dari daerah yang tergolong jauh dari Jakarta.
Jika suatu peraturan daerah tentang Retribusi daerah bertentangan dengan
kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
pemerintah (dalam hal ini Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan) dapat
membatalkan peraturan daerah dimaksud. Pembatalan peraturan daerah tentang
Retribusi daerah dilakukan paling lama satu bulan sejak diterimanya peraturan daerah
dimaksud. Penetapan jangka waktu satu bulan ini dilakukan dengan pertimbangan
untuk mengurangi dampak negatif dari pembatalan peraturan daerah dimaksud.
Ketentuan pengawasan dan pembebasan peraturan daerah tentang Retribusi daerah
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9. Pemanfaatan retribusi dan masa kadaluarsa penagihan retribusi
Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi diutamakan untuk
mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang
bersangkutan. Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali
jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi.
10. Keberatan
Wajib retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada kepala daerah
atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-
alasan yang jelas. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama dua
bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali wajib retribusi tertentu dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaannya. Keadaan di luar kekuasaannya adalah suatu keadaan yang terjadi di
luar kehendak/ kekuasaan wajib retribusi, misalnya karena wajib retribusi sakit atau
karena terkena musibah bencana alam.
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi. Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama
enam bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan. Hal ini mencerminkan adanya kepastian hukum bagi wajib
retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh kepala daerah
dalam jangka waktu paling lam enam bulan sejak surat keberatan diterima. Keputusan
kepala daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
Apabila jangka waktu yang ditentukan telah lewat dan kepala daerah tidak
memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Hal
ini memberi suatu kepastian hokum kepada wajib retibusi bahwa dalam jangka waktu
paling lama eanam bulan sejak surat keberatan diterima harus sudah ada keputusan.
Di sisi lain, kepada kepala daerah diberi semacam “hukuman” apabila tidak
menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang ditentukan
11. Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Proses pengenaan dan pemungutan retribusi daerah memungkinkan terjadi
kelebihan pembayaran retribusi daerah, apabila ternyata wajib retribusi membayar
retribusi tetapi sebenarnya tidak ada retribusi yang terutang, dikabulkannya
permohonan keberatan wajib retribusi sementara wajib retribusi telah melunasi
retribusi tersebut, ataupun sebab lainnya. Dalam hal demikian, kelebihan pembayaran
retribusi daerah yang telah dilakukan oleh wajib retribusi tidak hilang, melainkan
tetap menjadi hak wajib retribusi. Apabila diinginkan, wajib retribusi dapat meminta
kelebihan pembayaran retribusi tersebut dikembalikan padanya.
12. Pemeriksaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 157 menetapkan bahwa
kepala daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan perturan perundang-
undangan retribusi daerah. Pemeriksaan retribusi daerah adalah suatu proses yang
diperlukan dalam pemungutan retribusi untuk membuktikan kebenaran pelaksanaan
kewajiban retribusi yang diatur oleh undang-undang. Pemeriksaan dilakukan dalam
rangka pengawasan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah
atau tujuan lain dala rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan retribusi
daerah.
Pemeriksaan retribusi daerah menghendaki kerja sama yang baik dari wajib
retribusi yang diperiksa. Oleh karena itu, wajib retribusi yang diperiksa wajib:
a. Memperlihtakan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek
retribusi yang terutang.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
diannggap perlu dan member bantuan guna kelancaran pemeriksaan, termasuk
memberikan kesempatan kepada petugas untuk melakukan pemeriksaan kas.
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
Apabila wajib retribusi tidak dapat memenuhi kewajibannya yang berkaitan
dengan pemeriksaan retribusi, dikenakan penetapan secara jabatan. Hal ini
diatur untuk memberikan kepastian kepada fiskus, untuk melaksanakan
tugasnya dan menghindarkan wajib retribusi dari keinginan untuk
menghalangi jalannya pemeriksaan.
13. Pembagian Hasil Retribusi Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menentukan bahwa hasil
penerimaan jenis retribusi tertentu daerah kabupaten sebagian diperuntukkan kepada
desa. Ketentuan ini mengatur bahwa hanya jenis retribusi ketentuan daerah
kabupaten, sebagian diperuntukkan kepada desa yang terlibat langsung dalam
pemberian pelayanan, seperti Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan Retribusi Akta Catatan Sipil. Bagian desa ditetapkan lebih
lanjut dengan peraturan daerah kabupaten dengan memerhatikan aspek keterlibatan
desa dalam penyediaan layanan tersebut. Penggunaan bagian desa ditetapkan
sepenuhnya oleh desa. Mengingat penyediaan jasa yang dikenakan retribusi
membutuhkan biaya penyelenggaraan, maka sebagian penerimaan dari retribusi
digunakan untuk membiayai kegiatan yang berkaitan dengan retribusi tersebut oleh
instansi yang bersangkutan.
14. Ketentuan Pidana
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 174 menentukan bahwa
wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan
daerah diancam pidan kurungan paling lama enam bulan atau denda paling banyak
emapt kali jumlah retribusi yang terutang. Pengajuan tuntutan pengadilan pidana
terhadap wajib retribusi dilakukan dengan penuh kearifan serta memerhatikan
kemampuan wajib retribusi dan besarnya retribusi daerah terutang yang
mengakibatkan kerugian keungan daerah.
Paksaan dalam retribusi daerah tetap merupakan paksaan ekonomis, yaitu siapa
yang ingin menggunakan jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, harus
membayar retribusi sesuai dengan ketentuan. Hal ini membuat pengajuan tuntutan ke
pengadilan pidana terhadap wajib retribusi yang melakukan tindak pidana di bidang
retribusi daerah dilakukan dengan penuh kearifan. Ketentuan pidana ini sebenarnya
dibuat untuk mengantisipasi perkembangan pemungutan retribusi daerah yang
berlangsung pada suatu provinsi, kabupaten, atau kota.
15. Penyidikan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 175 menentukan bahwa
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang retribusi daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik memiliki wewenang untuk melakukan
berbagai tindakan yang dipandang perlu untuk menemukan tindak pidana di bidang
retribusi daerah, yaitu:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang retribusi daerah.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah.
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain
sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut.
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi daerah.
g. Menyuruh berhenti adan atau melarang seseorang meninggalkan rauangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang serta atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada
angka 5.
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi
daerah.
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi.
j. Menghentikan penyedikan
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang bertanggung jawab.
CONTOH PERHITUNGAN PAJAK RETRIBUSI
1. Reklame papan nama/billboard/megatron
Sebuah Perusahaan, memasang reklame billboard di Simpang Rosedale dengan
konten reklame penjualan produk peralatan kantor. Jumlah muka reklame
terpasang 1 (satu) dan ukuran reklame yaitu panjang = 6 meter, lebar = 4 meter.
Reklame dipasang dengan ketinggian 9 meter dari permukaan tanah, lama
penyelenggaraan reklame 365 hari (1 tahun).
Dari data tesebut maka :
1. Luas Reklame : 4 m x 6 m = 24 m2
2. Ketinggian Reklame = 9 m
3. Lama Penyelenggaraan = 365 hari
4. Tarif Pajak Reklame Billboard = 15%
5. Tarif Retribusi Penggunaan Tanah dan Atau Bangunan Yang Dikuasi
Pemerintah Daerah Untuk Pemasangan Reklame = Rp. 600 (Lihat Perda
No 5 Tahun 2009,Pasal 13)
6. Wilayah pemasangan reklame masuk pada kelompok kawasan A. Simpang
Rosedale, masuk dalam kawasan Batam Centre (Lihat Peraturan Walikota
Batam Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 10 ayat 3)
7. Reklame dipasang diluar gedung dan dalam sarana pemerintah sehingga :
a. Tarif Nilai Strategis (lihat tabel pasal 14) = Rp. 2.100,-
b. Tarif Nilai Jual Per m2 (lihat tabel pasal 15 ayat 3) = Rp. 250.000,-
Cara Perhitungan Pajak Reklame tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tarif Nilai Strategis Rp. 2.100,-
b. Tarif Nilai Jual Obyek Pajak Per M2 Rp. 250.000,-
c. Nilai Strategis Reklame Lama Penyelenggaraan x Luas Reklame x Jumlah Muka x
Rp. 18.396.000,-
Tarif
365 hari x 24 m2 x 1 Muka x Rp. 2.100,-
d. Nilai Jual Obyek Pajak
Luas Reklame x Jumlah Muka x Tarif
24 m2 x 1 muka x Rp. 250.000,-
Rp. 6.000.000,-
e. Nilai Sewa Reklame
Nilai Strategis + Nilai Jual Obyek Pajak
Rp. 18.396.000,- + Rp. 6.000.000,-
Rp. 24,396,000,-
f. Jumlah Pajak Reklame *
Nilai Sewa Reklame x Tarif Pajak Reklame Billboard
Rp. 24,396,000,- x 15%
Rp. 3,660,000,-
g. Jumlah Tambahan Pajak Reklame **
Jumlah Pajak Reklame x Tarif Tambahan Pajak (%) Rp. 0,-
h. Jumlah Keseluruhan Pajak Reklame *
Jumlah Pajak Reklame + Jumlah Tambahan Pajak
Rp. 24,396,000,- + 0,-
Rp. 3,660,000
i. Retribusi Penyelenggaraan Reklame (IPR) *
Luas x Tarif x Lama Penyelenggaraan Reklame
24 m2 x Rp. 600 x 365 hari
Rp. 5,256,000,-
j. Jumlah yang harus dibayarkan
Jumlah Pajak Reklame + Jumlah Retribusi Reklame
Rp. 3,659,400,- + Rp. 5,256,000,-
Rp. 8.916.000,-
2. Reklame selain papan nama/billboard/megatron
Dalam rangka pagelaran musik, sebuah perusahaan minuman berenergi non
alcohol memasang spanduk berukuran panjang 4 m dan lebar 0.5 m, jumlah
spanduk yang dipasang sebanyak 20 lembar. Lama pemasangan reklame spanduk
tersebut 10 hari.
Dari data tesebut maka :
1. Luas Reklame : 4 m x 0.5 m = 2 m2
2. Jumlah Spanduk = 20 lembar
3. Tarif Jual Obyek Pajak (berdasarkan tabel) = Rp. 20.000 per m2
4. Lama Penyelenggaraan = 10 hari
5. Tarif Pajak Reklame Billboard = 5%
Cara Perhitungan Pajak Reklame tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tarif Jual Obyek Pajak Per M2 Rp. 20.000,-
b. Luas Reklame
Panjang x Lebar
2 M2
c. Nilai Jual Obyek Pajak
Tarif Jual Obyek Pajak x Luas Reklame
20.000,- x 2 m2
Rp. 40.000,-
d. Nilai Sewa Reklame
Nilai Jual Obyek Pajak x Lama Penyelenggaraan
40.000,- x 10 hari
Rp. 400.000,-
e. Jumlah Pajak Reklame *
Nilai Sewa Reklame x Tarif Pajak Reklame Bukan
Billboard
Rp. 400,000,- x 5%
Rp. 20,000,-
f. Jumlah Tambahan Pajak Reklame **
Jumlah Pajak Reklame x Tarif Tambahan Pajak (%) Rp. 0,-
g. Jumlah Keseluruhan Pajak Reklame *
Jumlah Pajak Reklame + Jumlah Tambahan Pajak x
Jumlah
Spanduk
(Rp. 20,000,- + 0,-) x 20 Lembar
Rp. 400,000,-
3. IZIN TRAYEK :
a. Kendaraan dengan jumlah kursi sampai dengan 8 dihitung Rp 75.000 /
Kendaraan.
b. Kendaraan dengan jumlah kursi sampai dengan 9-20 dihitung Rp 100.000 /
Kendaraan.
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Retribusi adalah
pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang
diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat
dikatakan bersifat langsung yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati
balas jasa bagi negara. Salah satu contoh retibusi adalah retribusi pelayanan
kesehatan pada rumah sakit yang dikelola pemerintah. Setiap orang yang ingin
menikmati pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah harus membayar retribusi
yang ditetapkan pemerintah sebagai balas jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit
pemerintah.
Perbedaan antara pajak dan retribusi sebagai berikut :
a. Pajak tidak memperoleh imbal balik secara langsung, sedangkan retribusi
memperoleh imbal balik secara langsung.
b. Pajak dapat dipaksakan, sedangkan retribusi tidak.
Obyek retribusi daerah terbagi atas retribusi jasa umum, jasa usaha dan
retribusi perizinan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Ardimovis. 2012. Makalah pajak dan retribusi. (online). Tersedia : http://
populerkan.blogspot.com/2010/11/makalah-pajak-dan-retribusi.html. (20
Maret 2013)
Dhanz. 2010. Makalah retribusi daerah. (online). Tersedia : http://hitamandbiru.
blogspot.com /2012/08/makalah-retribusi-daerah.html. (20 Maret 2013)
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta : Andi Yogya
Marihot P. Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada