p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

58
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN SEMISOLIDA “KRIM ASAM SALISILAT” Disusun oleh : Awalia Annisafira (112210101065) Fatimah A. Maulidiyah (112210101067) Dewi ni’ma (112210101069) Elly Febri (112210101071) Arif Rahman (112210101073) Defitri Trimardani (112210101075) LABORATORIUM FARMASETIKA BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI

description

fts

Transcript of p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Page 1: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN SEMISOLIDA

“KRIM ASAM SALISILAT”

Disusun oleh :

Awalia Annisafira (112210101065)

Fatimah A. Maulidiyah (112210101067)

Dewi ni’ma (112210101069)

Elly Febri (112210101071)

Arif Rahman (112210101073)

Defitri Trimardani (112210101075)

LABORATORIUM FARMASETIKA

BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

Membuat dan mengevaluasi sediaan krim asam salisilat

1.2 DASAR TEORI

Kulit

Kulit merupakan organ tubuh terbesar dan memiliki banyak fungsi penting,

diantaranya adalah fungsi proteksi, temoregulasi, responslimun, sintesis senyawa

biokimia, dan peran sebagai organ sensoris. Terapi untuk mengoreksi berbagai kelainan

fungsi tersebut dapat dilakukan secara topikal, sistemik, intralesi, atau menggunakan

radiasi ultraviolet.

Terapi topikal didefinisikan sebagai aplikasi obat dengan permulaan tertentu pada

kulit yang bertujuan untuk mengobati penyakit kulit atau penyakit sistemik yang

bermanifestasi pada kulit, namun keberhasilannya bergantung pada pemahaman kita

mengenai fungsi sawar kulit. Keuntungan utamanya adalah dapat memintas jalur

metabolisme obat pertama first – pass metabolism di hati. Terapi topikal dapat juga

menghadapi resiko ketidaknyamaman seperti pada terapi yang diberikan secara intravena,

serta berbagai hal yang mempengaruhi penyerapan obat pada terapi, peroral, misalnya

perubahan pH, aktivitas enzim, dan pengosongan lambung. Keuntungan lain yaitu, karena

penyerapan sistem pada terapi topika dapat diabaikan maka efek samping maupun interaksi

obat pada terapi topikal yang terjadi.

Meskipun demikian, pengobatan topikal juga memiliki berbagai kelemahan misalnya :

1) dapat menimbulkan iritasi dan alergi (dermatit kontak), 2) permeabilitas berbagai obat

melalui kulit relatif rendah, sehingga tidak semua obat dapat diberikan secara topikal, dan

3) terjadinya denaturasi obat oleh enzim pada kulit.

Kulit terdiri atas lapisan epidermis dan dermis kulit terutama epidermis, berperan

penting dalam penyerapan obat melalui kulit. Epidermis tersusun oleh keratinosit,

melanosit, sel langerhans, dan sel merkel. Keratinosit, merupakan sel yang memiliki

kemampuan perproliferasi dan mengandung keratin yang diperlukan sebagai penunjang

struktur internal epidermis. Tiap lapisan pada epidermis mengekspresikan keratin yang

berbeda. Keratinosit yang matang dan mengalami di

Diferensisai ini adalah terbentuknya statum corneum.

Page 3: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Pembentukan stratum corneum merupakan fungsi yang sangat penting dan epidermis.

Startum corneum, atau juga sering disebut sebagai lapisan tanduk, mencegah terjadinya

hilangnya air, dan mencegah penyarepan zat/agen infeksi yang berbahaya bagi tubuh.

Strukturnya dapat disamakan dengan susunan batu bata dan semen, dengan korneosit

tersusun dibagian atas epidermis dan mengandung protein.

Dermis memiliki lapisan yang berfungsi menyongkong epidermis. Ketebalan 2-3 mm.

Pada lapisan tersebut terdapat pembuluh darah, saraf, dan struktur lain, yaitu folikel

rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebum yang berperan penting dalam proses

penyerapan melalui kulit.

Stratum Corneum

Stratum corneum merupakan lapisan kulit terluar yang salah satu fungsinya adalah

mempertahankan keseimbangan air dari dalam kulit agar kulit tidak menjadi kering.

Lapisan ini terutama terdiri dari sel-sel mati yang tidak memiliki inti. Sel-sel mati ini terus-

menerus diganti oleh sel-sel baru dari stratum germinativum. Setiap harinya sel-sel di

lapisan ini terkikis dan mati. Sel-sel di lapisan ini mudah rontok ketika diraba sehingga

seting ditemukan mengelupas.

Bila tidak ada stratum korneum maka akan sangat banyak kehilangan air krluar tubuh,

sehingga akan cepat mengalami dehidrasi. Stratum corneum dengan sel-sel yang saling

tumpang tindih dan lemak interselulernya, menghalangi terjadinya difusi air keluar tubuh.

Bila stratum corneum dihilangkan dengan mengelupasnya menggunakan plester, maka air

yang hilang akan meningkat 10 kali lipatnya atau lebih.

Stratum corneum juga merupakan sawar (rintangan) yang sangat efektif terhadap

penetrasi dari luar. Namun demikian, kemampuannya sebagai sawar akan berkurang bila

kadar airnya dinaikkan atau bila lemak yang dikandungnya dikurangi menggunakan pelarut

lemak. Keutuhan struktur stratum corneum juga melindungi terhadap adanya infasi

mikroorganisme.

Sediaan Topikal

Bahan aktif yang telah terlepas dari vetikulumnya akan berinteraksi dengan

permukaan kulit/stratum corneum. Bahan aktif yang telah berinterkasi dengan stratum

korneum akan segera berdifusi kedalamstratum korneum. Difusi yang terjadi

dimungkinkan karena adanya gradien konsentrasi. Pada awalnya, difusi bahan aktif

terutama berlangsung melalui folikel rambut (jalur transfolikulor). Setelah tercapai

Page 4: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

kesetimbangan (steady state), difusi melalui stratum korneum menjadi lebih dominan.

(Asmara, 2012)

Secara ideal, dalam pembuatan suatu sediaan topikal, verikulum yang dipilih harus

mudah dalam aplikasinya, tidak menimbulkan iritasi, non toksik, non alergik, stabil secara

kimia, homogen, bersifat inert, dan secara kosmetik dapat diterima penggunaannya. Di sisi

lain verikulum yang dipilih juga memungkinkan bahan aktif tetap stabil dan mudah

dilepaskan dalam kulit setelah diaplikasikan. Pemilihan verikulum yang tepat dapat

meningkatkan bioavaibilitas obat aktif yang terkandung di dalamnya, sehingga perannya

tidak dapat diabaikan dan hampir sama penting dengan zat atau obat aktif yang dibawanya.

(Asmara 2012)

Beberapa parameter harus dipertimbangkan dalam pembuatan sediaan obat topikal,

antara lain fungsi dari tiap materi yang akan digunakan, jumlahmateri yang digunakan dan

aspek fisiko-kimia dari zat aktif. (Asmara 2012)

1. Fungsi dari tiap bahan yang digunakan.

Pengetahuan mengenai materi yang akan digunakan harus dimiliki oleh seorang

formulator/pembuat obat, termasuk dalam pembuatan obat topikal. Pengetahuan

tersebut mencangkup fungsi tiap materi dalam sebuah formulasi/sediaan, misalnya

fungsi sebagai verikulum , bahan pengemulsi. Penetration enhacer, bahan pembentuk

gel, dan berbgai fungsi lainya.

2. Jumlah materi yang akan digunakan

Dalam suatu verikulum multifase, misalnya krim. Jumlah tiap materi yang digunakan

harus diperhitungkan dengan tepat. Hal tersebut berkaitan dengan stabilitas sediaan

yang dibuat suatu verikulum multifase, tersusun oleh materi hidrofilik dan lipofilik.

Untuk menyatukan dua zat yang berbeda, afinitasnya terhadap aair dan minyak

tersebut. Diperlukan bahan pengemulsi. Jumlah materi yang digunakan, baik materi

hidrofilik maupun lipofilik akan memnentukan jumlah dan jenis bahan pengemulsi

yang dibutuhkan.

3. Sifat fisikokimia zat aktif dan verikulum

Sifat fisikokimia zat aktif maupun verikulum menentukan nilai koefisien partisi zat

aktif antara verikulum dan stratum corneum dan pada akhirnya menentukan

kemampuan zat aktif berdifusi ke dalam kulit. Tingkat kelarutan yang terlalu tinggi dan

zat aktif dalam verikulum sebaiknya dihindari, karena akan mencegah partisi bahan

aktif ke permukaan stratum korneum setelah diplikasikan.

Page 5: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini dalam tradisioanal

telah digunakan untuk sediaan setangah padat yang meliliki konsistensi produk yang terdiri

dari imulsi minyak dalam air atau dispersi mikro kristal asam-asam lemak atau alkohol

berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk

penggunaan kosmetika atau estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui

vagina. (Dep. Kes. 1999)

Krim oil in water mengandung lebih dari 31% formulasi ini bentuk yang lebih sering

dipilh dalam dermatoterapi. Selain itu dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit,

mudah dicuci, kurang berminyak, dan relatif mudah dibersihkan bila mengnai pakaian.

Fase minyak dalam sediaan ini juga menyebabkan rasa lembut saat diaplikasikan. Sediaan

kri dalam kandungan lemak yang rendah memiliki penetrasi lebih baik dibanding dengan

konsentrasi lemak yang lebih tinggi. (Asmara 2012)

Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem campurannya, terutama disebabkan

perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan oleh penambahna salah satu

fase secaraberlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak

tercampurkan satu sama lain. (Dep. Kes. 1979)

Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki.

Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setaseum,

setilalkohol, stearialkohol, metanolamit, stearat dan golongan sorbitan, polisorbat,

polietilenglikul, dan sabun. Bahan pengawet umumnya menggunakan metil paraben 0,12%

hingga 0,18% atau propil paraben 0,02% hingga 0,05%. Krim harus disampan dalam

wadah tertutup baik atau tube, di tempat sejuk, dan pada etiket juga harus tertentu “Obat

Luar”.

(Dep. Kes. 1979)

Page 6: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERSYARATAN MUTU

Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan

USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat dari Depkes RI. Persyaratan tersebut antara

lain:

a. Aman

Aman artinya sediaan yang kita buat harus aman secara fisiologis maupun

psikologis. Dengan dosis tertentu dapat menimalisir efek samping sehingga tidak lebih

toksik dari bahan aktif yang belum diformulasi. Bahan sediaan farmasi merupakan suatu

senyawa kimia yang mempunyai karakteristik fisika, kimia yang berhubungan dengan efek

frmakologis, perubahan sedikit saja pada karakteristik tersebut dapat menyebabkan

perubahan farmakodinamika suatu senyawa (USP XIII,p.34). Sediaan dalam taraf aman

bila kadar bahan aktif dalam batas yang telah ditetapkan. Pada sediaan yang kami buat,

diusahakan pHnya masuk rentang pH kulit (4,5-5,5).

b. Efektif

Efktif dapat diartikan sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efektif yang optimal.

Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai, sehari dan selama pengobatan (1 kurun waktu)

harus mampu untuk mencapai reseptor dan memiliki efek yang dikehendaki. Sediaan krim

dikatakan memiliki efikasi yang baik jika dalam jumlah kecil dapat mereduksi bakteri

p.acnes yang dapat menyebabkan jerawat dikulit, sehingga jerawat dapat berkurang.

c. Stabil

Stabil Fisika:

Sifat fisika seperti organoleptis,keseragaman, kelarutan dan viskositas tidak berubah

(USP XXII : p.1703)

Stabil kimia

Secara kimia innert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna, pH, dan Bentuk

sediaan (USP XXII:1703)

Stabil Mikrobiologi

Tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama waktu edar. Selain itu sediaan

tidak terkontaminasi oleh bakteri Straphylococcus aureus dan P.aruginosa. Jika

mengandung preservatif harus tetap efektif selama waktu edar.

Stabil Toksikologi

Page 7: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Pada penyimpanan maupun pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas (USP

XXII, p.1703).

Stabil Farmakologi

Selama penyimpanan dan pemakaian efek terapeutiknya harus tetap sama ( USP XII,

p.1703).

2.2 PENGGUNAAN KLINIS ASAM SALISILAT TOPIKAL

Asam salisilat telah digunakan secara luas dalam terapi topikal. Beberapa penyakit kulit

yang dapat diterapi dengan asam salisilat, diantaranya sebagai berikut :

Psoriasis

Dermatitis sebaroik dan Pseriasis pada Skalp

Iktiosis

Hiperkeratosis lokalisata dan kalus

Veruka

Moluska kotagiosum

Dermatomikosis superfisialis

Acne vulgaris

Photoaging

2.3 EVALUASI PRODUK REFEREN

1. Salex Cream

Komposisi : mengandung 6% asam salisilat

Indikasi : Dermatologi : membantu menghilangkan keratin yang berlebih

pada hyperkeratosis. Verrucac dan berbagai resithyoses,keratosis palmaris dan

plantaris, keratosis pilaris, pityrasisrubrapillaris dan psoriasis (pada tubuh,kulit

kepala,telapak tangan dan telapak kaki).

Pediatric : membantu mengurangi keratin yang berlebih pada lesi hyperkeratosis

dorsal dan plantar, sebagai terapi tambahan untuk verroccplantores.

Dosis : Gunakan pada malam hari pada kulit yang sakit setelah dibersihkan, cuci

sisa obat pada pagi hari.

Kontra Indikasi : salicylism pada pasien dengan gangguan hati dan ginjal. Mual,

muntah, pusing, kehilangan pendengaran, rinnitus,lesu,hiperpnea,diare,dan gangguan

psikis.

2. Keralyt Salicylic Acid 12% cream

Komposisi : mengandung 12% asam salisilat

Page 8: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Indikasi : mengobati psoriasis, jerawat, kulit jagung, dan kulit kering bersisik.

Meningkatkan kelmbaban tubuh, membantu menghilangkan sel-sel kulit mati.

Dosis : Oleskan tipispada bagian yang sakit.

Efek samping : iritasi kulit, mengelupas. Rasa terbakar dan kemerahan.

3. SA 6% cream

Komposisi : mengandung 6% asam salisilat

Indikasi : Dermatologi : mengurangi keratin pada hyperkeratosis, verrucae danich

thyoses, keratosis palmaris dan plantaris, keratosis pilaris, pityrasis rubrapilaris, dan

psoriasis (pada tubuh,kulit kepala,telapak tangan dan telapak kaki)

Dosis : gunakan pada malam hari pada kulit yang sakit setelah dibersihkan. Cuci

sisa oabat pad pagi hari

Kontra Indikasi : pasien hypersensitif asam salisilat, anak dibawah 2 tahun.

Efek samping : salicylism pada pasien dengan gngguan hari dan ginjal. Mual,

muntah, pusing, kehilangan pendengaran, rinnitus, lesu, hyperpnea, diare dan

gangguan psikis. Sindrom reye pada anak-anak dan remaja varisela atau infuenza.

4. Salep 2-4

Komposisi : asam salisat 2 %

Sulfur 4%

Indikasi : scabies (kudis), eksim, pedikulosis,jerawat,jamur

Efek Samping : 3-4 kali sehari

Diolekan sedikit pada area sakit

5. Verril Agne Gel 10 gram

Komposisi : Asam salisilat 0.5%

Asam borat 1%

Recorcind 2%

Allantoin 0,1%

Triktorin 0,1%

Alkohol 25%

Indikasi : jerawat

Efek samping : Iritasi Kulit

Dosis : 2-3 kali sehari

6. Pagoda Salep

Komposisi : Asam salisilat 12%

Sulfur 10%

Asam Benzoat 5%

Page 9: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Camfer 3%

Mentol 10%

Indikasi : untuk mengobati penyakit kulit seperti gatal-gatal ditelapak tangan dan kaki,

selangkangan paha, kutu air, panu dan kudis.

7. Salep 88

Komposisi : Asam salisilat 60 mg

Asam benzoat 65 mg

Sulfur 60mg

Campora 30mg

Mentol 25mg

Vaselin albun ad 1000mg

Indikasi : untuk mengobati penyakit kulit seperti panu, kadas, kurap dan kutu air

Aturan pakai : oleskan 3xsehari secukupnya pada bagian yang luka dan gatal.

2.4 STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIFNo Bahan Aktif Efek Utama Efek

Samping

Karakteristik Fisik Karakteristik

Kimia

Sifat Lain

1 Asam

Salisilat

Keratolitikum,

analgesik

antipiretik

(sangat

rendah)

Iritasi

lambung

Penampakan tidak berwarna, menjadi kuning pada larutan dengan bau kenari pahit

titik didih 1970C kerapatan 4.2 tekanan uap 11 mmHg

pada 330C daya ledak 1.146

g/cm3

titik nyala 760C

Rumus molekul C7H6O3

Massa molar 138.12

Densitas 1.44 g/cm3

Tkelarutan dalam kloroform, etanol, methanol, kloroform 0.19M, etnol 1.84M, methanol 2.65M

Panas jika dihirup, ditelan dan terjadi kontak dengan kulit

Meniritasi kulit, saluran pernafasan dan kulit

2 Metil

Salisilat

Analgesik Reaksi

hipersensitif

seperti sakit

atau gatal

dan muntah

Sukar larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam asetat nglasial

Merupakan cairan tidak berwarna

Titik didih 219-2240C Mempunyai bau khas,

rasa manis dan pedas Indeks bias 1.535

sampai 1.538

Rumus molekul C8H8O3

BM: 152.1494 Kapadatan :

1.174 g/cm3

Metal

salisilat di

dapat dari

esterifikasi

asam salisilat

3 Natrium

Salisilat

Analgesic,

antipiretik,

anti inflamasi

Hepatotoksi

k, bersifat

iritatif

terhadap

lambung,

Kepadatan 1.40 g/cm3

Titik lebur 1400C Kelarutan dalam air

600 gram/L (200 C)

Rumus molekul: C7H5NaO3

BM: 160.11

Penggunaan

untuk anak-

anak

sebaiknya

dihindari

Page 10: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

pendarahan

hingga

perforasi

serta

menghambat

aktifitas

trombosit

sebab

ditemukan

adanya

hubungan

penggunaan

Natrium

salisilat pada

anak-anak

dengan

sindrom

Reyes, yaitu

suatu

gangguan

kesehatan

yang jarang

terjadi

namun

bersifat fatal.

2.5 PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN

a. Target organ yang dituju adalah : Permukaan kulit, lapisan epidermis, yaitu statrum

corneum

b. Tujuan terapi : Lokal

c. Kemungkinan rute penetrasi yang mungkin dilalui oleh bahan aktif adalah:

Untuk anti fungi dan anti bakteri tidak memerlukan penetrasi, jadi hanya pada stratum

corneum dengan mekanisme keratolitikum yaitu menghilangkan lapisan keratin pada

kulit terluar yang telah mati.

d. Bentuk sediaan yang dipilih adalah : cream o/w

Alasan:

Dipilih sediaan cream karena tujuan terapi dari bahan aktif adalah lokal, dan organ

yang dituju adalah permukaan kulit dengan mekanisme keratolitik sehingga dipilih

sediaan topikal.

Mekanisme kerja asam salisilat adalah keratolitik (mengeringkan) dengan cara

menghilangkan lapisan keratin pada kulit terluar yang telah mati, sehingga

dihindari cream yang memberikan efek emolient yang melembabkan, oleh karena

itu dipilih sediaan cream dengan basis oil in water.

Dipilih sediaan cream karena banyak dokter dan pasien lebih suka pada krim

daripada salep, untuk satu hal, umumnya mudah menyebar rata dan dalam hal krim

Page 11: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

dari emulsi jenis minyak dalam air lebih mudah dibersihkan daripada kebanyakan

salep.

2.6 KARAKTERISTIK BAHAN

Zat Aktif

Asam salisilat

Pemerian: hablur putih, biassanya berbentuk jarum halus atau hablur halus putih,

rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak

berbau. Jika dibat dari metal salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah

jambu dan berbau lemah mirip mentol. (FI IV : 51). Asam salisilat mengandung

tidak kurang dari 99.5% C7H6O3 (FI III, 56).

Kelarutan: 1 bagian asam salisilat larut dalam: 460 bagian air, 15 bagian air panas,

3 bagian alcohol, 45 bagian kloroform, 3 bagian eter, 135 benzena (Martindale).

Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam

eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform (FI IV : 51).

Kelarutan larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah

larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan amonium asetat P,

dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P, dan natrium sitrat P (FI III, 56). Suhu

lebur antara 158.5 dan 161 (FI III, 56).

Penggunaan: asam salisilat digunakan untuk pengobatan topical eratolitik,

pengobatan hiperkeratotik, pengobatan ketombe, ichtiosis, psoriasis, dan anti

acne. (Famakologi dan Terapi Edisi V, 234). Khasiat dan penggunaan

keratolitikum, anti fungi (FI III, 56).

Efek samping: dermatitis, iritasi kulit (jangka panjang), kematian (pemakaian

berlebihan pada anak-anak). Tidak boleh diberikan jangka panjang, konsentrasi

tinggi, di sebagian besar permukaan tubuh. Hindari kontak dengan mata,

mulut, membran mukosa lainnya. (Famakologi dan Terapi Edisi V, 234)

Konsentrasi: 2 – 6% (Martindale I, 1072)

Penetapan kadar timbang seksama 3 g, larutkan dalam 15 mL etanol (95%) P

hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, tambahkan 20 mL

Page 12: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

air. Titrasi dengan natrium hidroksida 0.5 N menggunakan indikator larutan

merah fenol P

Penyimpanan dalam wadah tetutup baik (FI III, 56).

Bahan Tambahan

Acidi stearinici

C18H36O2

Pemerian: kristal padat, putih atau kekuningan, atau serbuk putih kekuningan (FI

III, halaman 57).

Kelarutan: praktis tidak laut dalam air, 1 bagian larut dalam : 20 bagian alkohol; 2

bagian cloroform; 3 bagian eter (FI III,halaman 57)

Stabilitas: stabil, dapat ditambahkan antioksidan (Pharmaceutical Excipients),

disimpan dalam wadah tertutup rapat dalam wadah kering dan sejuk (FI

III,halaman 57).

Inkompatibilitas: Asam Stearat tidak cocok dengan hidroksida metal dan tidak

cocok dengan agen pengoksida. Stearat tidak larut dengan formula yang

mengandung banyak metal, basis salep dengan asam stearat akan mengering dan

bergumpal dalam kaitan dengan reaksi dengan komponen zinc dan calcium salts

(Pharmaceutical Excipients).

Titik lebur: 57 – 60°C (BP), 56 – 72 °C (JP), >54°C (Handbook of exipient)

Densitas: 0,537 g/cm3 (bulk), 0,571 g/cm3 (tapped), 0,98 g/cm3 (true)

(Pharmaceutical Excipients)

Konsentrasi: 1 – 20% (Pharmaceutical Excipients)

Kegunaan: Emulgator, pelarut, surfaktan nonionik atau anionik (Pharmaceutical

Excipients)

Cetyl Alkohol

Fungsi : Emolient dan emulsifying agent

Pemerian : Bentuk seperti lilin, serpihan putih, granul, tidak memiliki bau yang

kuat

Titik didih : 316 C-344 C (Excipients: 155)

Konsentrasi : 2-5%

Titik lebur : 45-52 C

Kelarutan : Larut dalam etanol, tidak larut dalam air

Inkompatibilitas: Inkompatibilitas dengan agen oksidasi yang kuat

Page 13: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Methyl Paraben (Excipient, 310)

Sinonim : Methyl Paraben, metil hidroksi benzoat, metil parahidroksi benzoat,

asam 4-hidroksi benzoat metil ester, metil p-hidroksi, benzoat, nipagin,

Uniphen P-23

Nama kimia : Methyl-4-hydroxybenzoat

Rumus Struktur :

Rumus Empiris : C8H8O3

BM : 152.15

Fungsi : antimikrobial preservative

Pemerian : metil paraben, kristal tidak berwarna atau bubuk kristal putih.

Tidak berbau atau hampir tidak berbau dan mempunyai sedikit

rasa terbakar (panas).

Digunakan sebagai pengawet sediaan topikal (0,02%-0,3%)

Aplikasi :

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, makanan,

dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan

paraben lain atau pengawet lain.

Metil Paraben efektif dalam range PH yang lebar dan mempunyai spectrum

antibakteri yang luas.

Aktivitas antibakterinya naik jika rantai alkil meningkat, tetapi kelarutan dalam air

menurun, tetapi campuran paraben digunakan untuk mendapatkan efek pengawet

yang efektif.

Kemanjuran sebagai pengawet naik dengan penambahan propilen glikol (2-5%),

atau mengkombinasikannya dengan antimikroba lain seperti imidurea.

Metil paraben (0,18%) dengan propil paraben (0,02%) biasa digunakan dalam

formulasi parenteral.

Sifat :

Page 14: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Aktivitas antimikrobanya pada PH 4-8. Kemanjuran pengawet turun dengan

meningkatnya PH (membentuk anion fenolat). Lebih aktif pada yeasts dan jamur

daripada bakteri dan lebih aktif pada bakteri gram (+) daripada gram (–).

Aktivitas antimikrobanya naik dengan naiknya rantai alkil. Aktivitas

meningkat jika mengkombinasikannya. Yang biasa digunakan bersama adalah metil,

etil, propil, dan butyl paraben. Aktivitas juga meningkat dengan penambahan bahan

lain, seperti propilen glikol (2-5%), feniletil alcohol, dan asam edetic. Aktivitas juga

meningkata dengan penambahan pengawet lain seperti imidurea.

pKa : 8,4 pada 22oC

Titik lebur : 125-128oC

Kelarutan : Larut etanol (1:2), etanol 95% (1:3), etanol 50% (1:6), eter (1:10),

gliserin (1:60), mineral oil (tidak larut), peanut oil (1:200), propilen glikol (1:5), air

(1:400, 25oC; 1:50, 50oC; 1:30, 80oC)

Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan

Larutan encer metil paraben pada Ph 3-6 disterilkan dengan diautoclave

(120oC, 20 mnt), tanpa dekomposisi. Larutan encer pada PH 3-6adalah stabil (4 thn)

pada temperatur ruang, jika pada Ph >8 lebih cepat terhidrolisis. Metil paraben

disimpan dalam botol tertutup, tempat dingin dan kering.

Inkompatibilitas

Akan menurun kualitas antimokrobialnya dengan penambahan surfaktan nonionik,

seperti polysorbate 80. Namun, propylenglycol akan meningkatkan aktivitas anti

mikrobial apabila ditambahkan dallam surfaktan nonionik karena mencegah

interaksi antara metyl paraben dengan polysorbate 80.

Inkompatibel dengan magnesium trisilikat, talc, tragacant, sodium alginat, minyak

esensial, sorbitol, dan atropine. Juga bereaksi dengan macam-macam gula dan gula

alkohol.

Dapat mengabsorbsi pada wadah plastik namun tergantung plastik dan bahan

pembawa. Metylparaben akan berubah warna apabila bereaksi dengan besi dan

mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.

Propil Paraben (Excipient 411)

Page 15: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Sinonim : Nipasol, propagin

BM = 180.20

Karakteristik :

a. Warna putih kristal, tidak berbau, tidak berasa

b. Stabil pada pH 4-6. Aktivitas antimikroba berada pada pH 4-8, aktivitas akan

menurun dengan adanya kenaikan pH

c. pKa 8.4 pada suhu 22oC

Kelarutan pada suhu 20oC :

Mudah larut pada aseton dan eter

Etanol (1:1.1), etanol 50% (1:5.6), gliserin (1:20), mineral oil (1:3330), minyak

kacang (1:70), propilen glikol (1:3.9), propilen glikol 50% (1:110), air

(1:2500)

Aplikasi:

Propyl paraben memiliki aktifitas antimikroba yang luas dalam sediaan

kosmetik makanan, minuman dan obat obatan. Propil paraben sendiri dapat digunakan

sendiri atau juga dapat dikombinasi dengan beberapa jenis paraben ester dan bahan

antiikroba lain. Namun penggunaannya banyak digunakan dalam sediaan kosmetik.

Paraben memiliki aktifitas anti bakteri yang luas dalam rentang pH yang cukup besar.

Paraben juga dapat efektif terhadap jamur dan mold. Kelarutan paraben jelek. Kadar

atau konsentrasi yang digunakan jika dikombinasi dengan methyl paraben 0,02%

propyl paraben dan 0.18% methyl paraben.

Kadar untuk penggunaan topical 0,01%-0,6%

Inkompatibilitas : Aktivitas menurun dengan adanya surfaktan nonionik, magnesium

aluminium silikat, magnesium trisilikat, yellow iron oxid, ultramarina blue

Penyimpanan : Tempat tertutup, sejuk dan kering.

Purified Water

Sinonim : Aqua, hydrogen oxide

Rumus struktur :

Rumus Empirik : H2O

BM : 18.02

Titik didih : 100o C

Titik lebur : 0 O C

Fungsi : Pembawa, pelarut

Page 16: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Kelarutan : Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar

Viskositas : 0.89 mPa s (0.89 cP) pada 25o C

Temperatur kritis : 374,2oC

Tekanan kritis : 218,3 atm

Konduktivitas panas : 14,6 x 10-4 cal/sec/cm pada 25oC

Panas pembentukan : -55 Kcalories/mole pada 25oC

Stabilitas dan kondisi penyimpanan:

Air stabil dalam semua kondisi fisika (es, cairan, dan uap). Purified water secara

spesifik disimpan dalam kemasan terutup dan terlindungi dari cemaran

mikroorganisme dan kontaminan lain. Penggunaan air untuk sediaan lain memerlukan

kondisi penyimpanan yang berbeda pula.

Inkompatibilitas :

Air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien yang lain yang dapat digunakan untuk

hidrolisis pada temperatur yang tepat.bereaksi dengan besi alkali dan benda – benda

beroksida seperti calsium oksida dan magnesium oksida,dapat bereaksi dengan garam

anhidrat yang terbentuk dari macam-macam komposisi dan dengan senyawa organik

dan calsium carbide.

Etanol

Sinonim : Alkohol

Fungsi : Pelarut

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak,

bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter

Bobot jenis : 0,8119-0,8139

Etanol adalah campuran etil alcohol dan air

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk,

jauh dari nyala api

Minyak Zaitun (Oleum olivae)

Minyak zaitun adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji

masak olea europaea L

Fungsinya : Zat tambahan

Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah, tidak tengik,

rasa khas pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya membeku

Page 17: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam kloroform, dalam

eter dan dalam eter minyak tanah

Bobot per ml : 0,9109 sampai 0,9139

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terisi penuh

2.7 ALASAN PEMILIHAN BAHAN

Bahan aktif

Asam Salisilat

1. Asam salisilat dipilih sebagai bahan aktif yang digunakan karena ditinjau dari

efektifitanya, stabilitas, dan toksisitas asam salisilat lebih baik dari bahan aktif

lainnya seperti Natrium salisilat dan metal salisilat

2. Asam salisilat memiliki efek samping yang ringan

3. Asam salisilat sangat cocok digunakan untuk pengobatan antifungi yang hanya

dikhususkan pada micosis superficial, seperti panu, kadas, kurap, kutu air,

dibandingkan asam benzoat karena punya efek keratolikum

4. Asam salisilat memiliki titik lebur yang tinggi sehingga cocok apabila

diformulasikan dalam bentuk sediaan cream dengan metode fusion

5. Asam salisilat diabsorbsi cepat dari kulit sehat, terutama bila dipanaskan sebagai

obat gosok atau salep (Farmakologi dan Terapi Edisi V, 234)

Bahan Tambahan

Asam Stearat

Asam strearat dapat membentuk lapisan tipis yang dapat mencegah penguapan air dari

kulit, sehingga air tidak dapat keluar dan menimbulkan efek emollient

Cetyl Alkohol

Cetyl alcohol dapat stabil dalam kondisi asam, alkalis, stabil terhadap cahaya, pada

udara tidak mengalami ketengikan

Metil Paraben

Untuk mencegah timbulnya kapang dan khamir, Metil Paraben efektif dalam range PH

yang lebar dan mempunyai spectrum antibakteri yang luas.

Propil Paraben

Pemakaiannya bersamaan dengan methil paraben untuk hasil lebih optimal.

Aktif pada PH 4-8 sehingga masuk dalam rentang PH sediaan

Etanol

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut.

Page 18: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Etanol relative lebih aman dan bisa dibuat sediaan untuk melarutkan senyawa organic

yang tidak dapat larut dalam air.

Asam salisilat mudah larut dalam etanol. Kelarutannya 1:2

Oleum Olivae

Oleum olivae atau minyak zaitun kaya antioksidan, vitamin A dan vitamin E. Nutrisi

tersebut membantu kulit untuk meregerasi dan menetralisir radikal bebas yang

dihasilkan oleh paparan terhadap asap, polusi, alcohol, dan racun di lingkungan

sekitarnya.

2.8 FORMULASI

Formula terpilih

R/ Asam salisilat 3 %

Asam stearat 15 %

Cetyl Alkohol 1 %

Metil Paraben 0,1 %

Propil Paraben 0,05 %

Etanol 70 % 3 %

Olive Oil 1 %

Aquadest ad 100 %

m.f. cream

Rancangan Formula

Bahan FungsiKadar

(1 %)1 Kemasan (10 g) 1 Bets (200 g)

Asam salisilat Zat aktif 3 % 0,3 g 6 g

Asam stearat Emulsifying Agent 15 % 1,5 g 30 g

Cetyl Alkohol Emulsifying Agent 1 % 0,1 g 2 g

Metil Paraben Pengawet 0,1 % 0,01 g 0,2 g

Propil Paraben Pengawet 0,05 % 0,005 g 0,1 g

Etanol 70 % Cosolvent 3 % 0,3 g 6 g

Olive Oil Emollient 1 % 0,1 g 2 g

Aquadest Pelarut ad 100 % 7,685 g 153,7 g

Page 19: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Penimbangan (+ 10%)

Bahan1 Kemasan (10 g +

10 %)

1 Bets (200 g +

10%)

Asam salisilat 0,33 g 6,6 g

Asam stearat 1,65 g 33 g

Cetyl Alkohol 0,11 g 2,2 g

Metil Paraben 0,011 g 0,22 g

Propil Paraben 0,0055 g 0,11 g

Etanol 70 % 0,33 g 6,6 g

Olive Oil 0,11 g 2,2 g

Aquadest 8,453 g 169,070 g

2.9 PERHITUNGAN PENIMBANGAN

Asam salisilat

Konsentrasi = 3 %

3/100 x 10 g = 0,3 gram

Asam stearat

Konsentrasi = 15 %

15/100 x 10 g = 1,5 gram

Cetyl Alkohol

Konsentrasi = 1 %

1/100 x 10 g = 0,1 gram

Metil Paraben

Konsentrasi = 0,1 %

0,1/100 x 10 g = 0,01 gram

Propil Paraben

Konsentrasi = 0,05 %

0,05/100 x 10 g = 0,005 gram

Etanol 70 %

Konsentrasi = 3 %

3/100 x 10 g = 0,3 gram

Olive Oil

Konsentrasi = 1 %

1/100 x 10 g = 0,1 gram

Aquadest

Page 20: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Konsentrasi = 76,85 %

76,85/100 x 10 g = 7,685 gram

2.10 TAKARAN/ DOSIS ZAT AKTIF

a. Takaran/ dosis zat aktif:

Dosis 2 x sehari selama seminggu, untuk pengobatan keratolitikum.Dosis

lazim 2% - 6% bila diperlukan, untuk pengobatan Plantar Warts 60% asam

salisilat(Martindale I, 1072)

Antipsoriosis, antiseboroik, keratolitik digunakan 3% - 10%

Antiacne agent digunakan 3% - 6%(www.drug.com)

Dosis setempat: srbuk tabur, salep atau krim 3 – 10% (Kimia Medisinal II, 65)

Obat yang digunakan untuk Keratolitikum, Asam Salisilat: 4-10% (Ilmu

Meracik Obat)

b. Perhitungan dan alasan bobot tiap kemasan:

Bobot sekali pakai 200 mg – 300 mg

Pemakaian sehari = 2 x (200 – 300) mg

= 400 mg – 600 mg

Pemakaian 2 minggu = 14 x (400 – 600) mg

= (5600 – 8400) mg

= 5,6 – 8,4 gram ≈ 10 gram

2.11 SPESIFIKASI SEDIAAN

No. Keterangan Spesifikasi

1. Organoleptis

- Warna - Putih

- Bau - Tidak berbau

- Bentuk - Krim

2. pH 4,5-6,5

3. Viskositas 100 dPas

4. Homogenitas homogen

Page 21: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

BAB III

METODE

3.1 ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Beaker glass

- Batang pengaduk

- Mortir dan stamper

- Seperangkat timbangan

- Gelas ukur

- Sudip

Bahan :

Asam salisilat

Asam stearat

Setil alkohol

Propil paraben

Metil paraben

Minyak zaitun

Aquadest

Etanol

3.2 CARA KERJA

Ditimbang, dilebur dicawan ad larut

Setil alkohol, ol.olive, as.stearat

Campuran homogen (fase 1)

Page 22: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Masukkan beaker glass, dilebur

Dilarutkan pada beker gelas

Masukkan pada campuran fase 2, dilebur ad

larut

Air panas, propil, metil paraben

Campuran homogen (fase 2)

Etanol + asam salisilat

Campuran homogen etanol + asam salisilat

Campuran homogen (fase 3)

Siapkan mortir panas

Masukkan campuran fase 1 dan fase 3 pada mortir panas bersamaan

Aduk perlahan ad membentuk massa krim

Masukkan tube

Beri etiket + label

Krim dalam kemasan

Masukkan kemasan

Page 23: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

3.3. PROSEDUR EVALUASI

1. Uji Organoleptis Krim ( Indrawati, 2011 )

Uji yang dilakukan meliputi uji penampilan, warna dan bau secara visual

2. Uji pH ( Rao K, 2010 )

Alat : timbangan analitik, beaker glass, batang pengaduk, pH meter

Bahan : krim asam salisilat, aquadest

Timbang secara akurat krim sejumlah 5 +/- 0,01 gram krim

Masukkan ke dalam beaker glass

Tambahkan 45 ml aquadest

Aduk menggunakan batang pengaduk ad larut

Ukur pH larutan krim menggunakan pH meter pada suhu 27 º C

3. Uji Homogenitas ( Astuti, 2007 )

Alat : pelat kaca

Bahan : krim asam salisilat

Ambil krim asam salisilat secukupnya

Oleskan pada permukaan pelat kaca

Raba

4. Uji Kelengketan Krim

Alat : alat uji kelengketan krim

Bahan : krim asam salisilat

Ambil sejumlah krim

Letakkan pada alat uji kelengketan

Beri beban sebesar 80 gram

Hitung waktu terlepasnya kedua lempengan alat uji setelah diberi beban pelepasan

sebesar 80 gram

5. Uji Daya Tercuci Krim ( Anggraini )

Alat : buret

Bahan : krim asam salisilat, air

Ambil sejumlah 1 gram krim

Oleskan pada telapak tangan

Page 24: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Cuci dengan sejumlah air

Air dilewatkan melalui buret dengan perlahan

Amati secara visual ada atau tidaknya krim yang tersisa ditelapak tangan

Catat volume air yang dipakai

6. Uji Pelepasan Asam Salisilat ( Uji Disolusi ) (Astuti, 2007)

Alat : gelas piala 1000 mL, sel disolusi, pengaduk dengan baling-baling, spektrofotometer

UV VIS (Shimadzu 1600 series) dan incubator

Bahan : krim asam salisilat, dapar fosfat pH 7,4

Cara :

Larutkan sejumlah tertentu asam salisilat pada medium disolusi

Uji dilakukan pada suhu 37 +/- 0,5 o C

Diatur kecepatan baling-baling hingga dihasilkan kecepatan 100 rpm

Ambil sampel pada menit ke 5,10,20,40,60,80,100, dan 120 menit.

Ditentukan kadar asam salisilat yang terlarut menggunakan spektrofotometri pada

panjang gelombang 296 nm.

7. Stabilitas (Indrawasih, 2011)

Uji stabilitas dilakukan dengan uji dipercepat

Alat : Alat pengatur suhu dan pH

Bahan : krim asam salisilat

Cara :

Disiapkan krim asam salisilat

Disimpan pada suhu kamar, suhu 40 0 C dan suhu 50 0 C

Dilakukan pengamatan selama 6 minggu terhadap organoleptis, ukuran partikel,

dan pH

Pemeriksaan terhadap bau dan warna tidak dilanjutkan bila sediaan mengalami

ketidakhomogenan

8. Uji Keseragaman Bobot (Rao K,2010)

Alat : Cawan porselen, water bath, penyaring whatmann , spektrofotometer UV

Bahan : asam salisilat, methanol

Cara :

Diambil sejumlah krim hingga mengandung 50 mg bahan obat (asam salisilat)

Dilarutkan dalam sejumlah kecil methanol

Diuapkan di atas waterbath hingga seluruh bahan larut

Page 25: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Disaring menggunakan kertas saring whatmann hingga diperoleh volume 50 mL

Dibuat larutan hingga mengandung atau memberikan konsentrasi 100 mcg/mL

Diambil sejumlah larutan

Dibuat larutan dengan berbagai konsentrasi dalam labu ukur 10 mL,tambahkan

larutan dengan methanol

Diukur absorbansi menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang

231,6 nm terhadap blanko

9. Pengujian Viskositas (Remington, 348)

Alat : VT 04

Bahan : krim asam salisilat

Cara :

Cairan dimasukkan antara cup dan bob sampai temperatur setimbang. Beban

ditempatkan pada penggantung. Catat waktu untuk berputar 100 x.

10. Pengujian Daya Sebar (Farmasi Fisik 2, 1036)

Alat : Extensometer

Bahan : Krim asam salisilat

Cara :

Krim sebanyak 1 gram diletakkan pada lempeng kaca berskala, lalu di atasnya ditutup

lempeng kaca dan diberi beban 5 gram, lalu didiamkan. Lalu beban ditambah dengan

beban 5 gram, dan amati penyebaran yang terjadi.

11. Uji Daya Penetrasi menggunakan sel difusi Franz ( Lucida, 2008)

Alat : spektrofotometri UV –VIS , gelas kaca, penjepit , thermometer , thermostat ,

magnetic stirrer

Bahan : Kulit mencit , dapar fosfat pH 6,4 , krim asam salisilat

Cara :

Kompartemen cairan penerima pada alat sel difusa diisi dengan larutan 0,067 M dapar

fosfat pH 6,4 hingga penuh (115 mL)

Ditimbang sediaan krim sejumlah 250 mg

Oleskan krim secara merata pada kulit mencit yang diletakkan pada alat sel difusa

Tutup bagian tepi pengolesan menggunakan tutup gelas kaca yang dilengkapi dengan

thermostat dan thermometer untuk mengatur suhu (suhu air pada bejana kaca diatur

pada 37 0C +- 1 0 C

Page 26: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Dihidupkan magnetic stirrer dan atur skala perputaran sebesar 100 rpm dengan suhu

37 0 C

Diambil cuplikan 5 mL dilakukan berturut-turut hingga 120 menit. Setiap cuplikan

diganti dengan larutan dapar fosfat pH 6,4 dengan volume dan suhu yang sama.

Penentuan kadar dilakukan dengan spektrofotometer UV –Vis

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Page 27: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

4.1 DATA

1. Uji Organoleptis

Bentuk : Cream

Warna : Putih

Aroma : Tidak berbau

2. Uji pH

pH dry syrup amoxicillin kami adalah 6 . Memenuhi syarat karena masuk

rentang PH kulit 4,5-6,5

3. Uji Viskositas

Uji viskositas menggunakan rotor nomor 4 dan viskositasnya adalah 300 dpas.

4. Uji daya sebar

Replikasi 1 (10 g beban)

Horisontal : 3,9 cm

Vertikal : 3,7 cm

Diagonal : 3,8 cm

Replikasi 1 (20 g beban)

Horisontal : 4 cm

Vertikal : 4,1 cm

Diagonal : 4,2 cm

Replikasi 1 (50 g beban)

Horisontal : 4,4 cm

Vertikal : 4,4 cm

Diagonal : 4,5 cm

4.2 GAMBAR

No Gambar Keterangan

Page 28: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

1

Krim yang

dihasilkan

2

Uji evaluasi daya

sebar

3

Uji evaluasi pH

sediaan

4

Uji evaluasi

viskositas sediaan

Page 29: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

5

Hasil akhir

sediaan krim

dalam kemasan

BAB V

PEMBAHASAN

Page 30: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Pada praktikum kali ini kami melakukan formulasi sediaan cream dengan bahan aktif

asam salisilat. Sediaan cream adalah sediaan semisolida yang mengandung satu atau lebih

bahan aktif yang didispersikan pada basis yang sesuai. Krim adalah cairan kental atau emulsi

setengah padat, baik tipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya dipakai

sebagai emulien atau pemakaian obat pada kulit. Krim asam salisilat yang telah dibuat

ditujukan sebagai keratolitikum. Sediaan yang dipilih adalah sediaan cream dengan basis o/w

karena untuk tujuan keratolitik lebih efektif jika terapi dilakukan pada bagian yang diinginkan

saja sehingga tidak diperlukan efek sistemik. Keratolitik bekerja pada bagian stratum

korneum pada lapisan epidermis kulit dengan menghilangkan glukolipid yang melekatkan

keratin-keratin pada sel tanduk. Selain asam salisilat terdapat bahan aktif lain yang dapat

bekerja sebagai keratolitik yakni resorsinol dan sulfur. Asam salisilat dipilih sebagai bahan

aktif yang digunakan karena ditinjau dari efektifitas, stabilitas dan tosisitasnya asam salisilat

lebih baik dibandingkan dengan bahan aktif lain.

Kadar asam salisilat yang biasa digunakan untuk keratolitik adalah 2-6 % b/v

(Martindale I, 1072). Kadar yang digunakan untuk sediaan ini adalah sebesar 3 % b/v dari

keseluruhan jumlah sediaan.

Asam salisilat digunakan untuk pengobatan topical keratolitik, pengobatan

hiperkeratotik, pengobatan ketombe, ichtiosis, psoriasis, dan anti acne. Dalam hal ini krim

yang kami buat lebih ditujukan sebagai antifungi dan antibakteri dengan mekanisme kerja

keratolitikum (mengelupas lapisan kulit epidermis, stratum corneum yang terinfeksi bakteri

atau jamur).

Untuk antifungi tidak memerlukan penetrasi, jadi hanya pada stratum corneum.

Sedangkan untuk menimbulkan efek antibakteri sediaan melewati rute trans appendage

terutama dengan cara trans folikuler, karena sasarannya pada kelenjar sebaseus. Kemungkinan

bahan aktif juga melewati rute trans epidermis, baik secara inter sel maupun trans sel.

Rancangan Fomulasi

Formula I

Bahan Fungsi Bahan Persentase % (w/v) 10 gram200

gram

Asam salisilat Bahan aktif 3 % 0,3 6

Asam stearat Emulsifying

agent, basis

15 % 1,5 30

Cetyl Alcohol Emulsifying agent 1 % 0,1 2

Metil Paraben Pengawet 0,1 % 0,01 0,2

Page 31: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Propil Paraben Pengawet 0,05 % 0,005 0,1

Etanol 70% Co-Solvent 3 % 0,3 6

Olive Oil Emolient 1 % 0,1 2

Aquadest ad Pelarut Ad 100 % 7,685 153,7

Perubahan Formulasi

(IMO Halaman 72) Formula Standart Vanishing Cream

Bahan Fungsi BahanPersentase %

(w/v)

1 Kemasan

(20 gram)

1 Bets

(100 gram)

Asam salisilat Bahan aktif 3 % 0,6 3

Asam stearat Emulsifying agent,

basis

15 % 3 15

Cerae Albi Stabilizing agent,

stiffening agent

2 % 0,4 2

Vaselin Albi Basis, emolient 8 % 1,6 8

TEA Alkalizing agent ,

pengemulsi

1,5 % 0,3 1,5

Propylene glikol Co-Solvent 8 % 1,6 8

Aquadest Pelarut 62,5 % 14 62,5

Penimbangan Formulasi Terpilih

Bahan Fungsi Bahan Kadar %1 Kemasan (20

gram)

1 Bets

(100 gram)

Asam salisilat Bahan aktif 3 % (+10%) = 0,66 (+10%) =

3,3

Asam stearat Emulsifying agent,

basis

15 % (+20%) = 3,6 (+20%) = 18

Cerae Albi Stabilizing agent,

stiffening agent

2 % (+10%) = 0,44 (+10%) =

2,2

Vaselin Albi Basis, emolient 8 % (+20%) = 1,92 (+20%) =

9,6

Page 32: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

TEA Alkalizing agent ,

pengemulsi

1,5 % (+20%) = 0,36 (+20%) =

1,8

Propylene glikol Co-Solvent 8 % (+20%) = 1,92 (+20%) =

9,6

Aquadest Pelarut 62,5 % 13 68

Alasan kelompok kami melakukan perubahan formula dari formula I menjadi formula

standart karena beberapa alasan diantaranya karena pada Formula I tidak terdapat zat

pengemulsi yang spesifik (pengemulsi kuat) sehingga dikhawatirkan fase air dan fase minyak

tidak akan campur. Selain itu setil alcohol sebagai emulsifying agent ,konsentrasi yang

digunakan terlalu kecil dimana setil alcohol digunakan sebagai bahan pengemulsi seharusnya

pada konsentrasi 2-5%. Pada pembuatan krim ini, digunakan metode fussion (peleburan),

dimana sebelum fase minyak dan fase air dicampur bersamaan pada suhu yang sama (70 0 C)

dalam mortar panas , asam salisilat yang telah dilarutkan dalam etanol 70% dicampurkan

terlebih dahulu ke dalam fase air yang berisi metil paraben + propel paraben + aquadest.

Karena etanol bersifat mudah menguap , dikhawatirkan ketika asam salisilat yang telah

terlarut dalam etanol dimasukkan ke dalam fase air (fase air dalam kondisi panas) , etanol

akan menguap dan jumlahnya tak lagi cukup untuk melarutkan asam salisilat, sehingga akan

diperoleh sediaan krim yang tidak homogen , terdapat gumpalan-gumpalan padat asam

salisilat.

Karakteristik Bahan-bahan dalam Formula

Bahan Aktif

Asam salisilat

Pemerian: hablur putih, biassanya berbentuk jarum halus atau hablur halus putih,

rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak

berbau. Jika dibat dari metal salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau

merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. (FI IV : 51)

Kelarutan: 1 bagian asam salisilat larut dalam: 460 bagian air, 15 bagian air panas,

3 bagian alcohol, 45 bagian kloroform, 3 bagian eter, 135 benzena (Martindale).

Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam

eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform (FI IV : 51).

Page 33: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Penggunaan: asam salisilat digunakan untuk pengobatan topical eratolitik,

pengobatan hiperkeratotik, pengobatan ketombe, ichtiosis, psoriasis, dan anti

acne. (Famakologi dan Terapi Edisi V, 234)

Efek samping: dermatitis, iritasi kulit (jangka panjang), kematian (pemakaian

berlebihan pada anak-anak). Tidak boleh diberikan jangka panjang, konsentrasi

tinggi, di sebagian besar permukaan tubuh. Hindari kontak dengan mata,

mulut, membran mukosa lainnya. (Famakologi dan Terapi Edisi V, 234)

Konsentrasi: 2 – 6% (Martindale I, 1072)

Bahan Tambahan

1. Asam Stearat (Handbook of Excipient)

Pemerian: kristal padat, putih atau kekuningan, atau serbuk putih kekuningan.

Kelarutan: praktis tidak laut dalam air, 1 bagian larut dalam :

20 bagian alkohol

2 bagian kloroform

3 bagian eter

Stabilitas: stabil, dapat ditambahkan antioksidan, disimpan dalam wadah

tertutup rapat dalam wadah kering dan sejuk

Inkompatibilitas : Asam Stearat tidak cocok dengan hidroksida metal dan tidak

cocok dengan agen pengoksida. Stearat tidak larut dengan formula

yang mengandung banyak metal, basis salep dengan asam stearat akan

mengering dan bergumpal dalam kaitan dengan reaksi dengan

komponen zinc dan calcium salts.

Titiklebur: 57-60°C (BP), 56-72 °C (JP), >54°C (Handbook of exipient)

Densitas: 0,537 g/cm3 (bulk), 0,571 g/cm3 (tapped), 0,98 g/cm3 (true)

Kegunaan: Emulgator, pelarut, surfaktan non ion ikatau anionik

Konsentrasi: 1-20%

2. Vaselinalbi(Handbook of Excipient)

Pemerian: putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparandalam

lapisan tipis setelah didinginkan padasuhu 0°C

Kelarutan: tidak larut dalam air, sukar larut dalam metanol dingin atau panas

dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzena, dalam

karbon disulfide, dalam kloroform, larut dalam heksan dan dalam

sebagian besarminyaklemak dan minyak atsiri

Page 34: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Stabilitas: dapat terjadi perubahan warna karena teroksidasi oleh cahaya, dapat

ditambahkan antioksidan

Inkompatibilitas : -

Titik lebur: 38-60 °C (JP, USP)

Kegunaan: Emolien, basis salep

Konsentrasi: Emolien krim topical (10-30%), emulsi topical (4-25%), salep

topical (sampai 100%)

3. Cera albi (Handbook of Excipient)

Pemerian: Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan

lapisan tipis, bau khas lemah, bebas bau tengik.

Kelarutan: Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalametanol dingin, etanol

mendidih melarutkan asam serotat dan bagian darimyrisin, merupakan

kandungan malam putih. Larut sempurna dalam kloroform, eter,

minyak lemak, dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzene

dingin dan dalam karbon disulfide dingin.

Stabilitas: dapat terjadi esterifikasi pada pemanasan diatas 150°C, simpan dalam

wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Inkompatibilitas : tidak cocok dengan agen pengoksida

Titik lebur: 61-65°C

Densitas: 0,95-0,96 g/cm3

Kegunaan: Penstabil emulsi, stiffening agent

4. Propilenglikol(Handbook of Excipient)

Pemerian: cairan kentaljernih tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak

berbau, menyerap air pada udara lembab

Kelarutan: dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan

kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial,

tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak

Stabilitas: stabil dalam wadah tertutup rapat, sejuk. Pada temperatur

tinggi, dalam wadah terbuka akan teroksidasi menghasilkan produk

sebagai propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat.

Stabil secara kimia bila bercampur air, etanol, gliserin. Simpan dalam

wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam tampat kering dan

sejuk.

Page 35: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Inkompatibilitas : Propylen glycol tidak cocok dengan reagen oksidasi yaitu

potassium permanganate.

Titik lebur: -59°C

Densitas: 1.038 g/cm3 pada 20°C

Kegunaan: humectant, kosolven

Konsentrasi: humectant (15%), kosolven (5-80%)

5. TEA ( Trietanolamin )

Fungsi : Alkalizing agent, pengemulsi

Kelarutan : DidalamAsetonberbentukmiselpadasuhutertentu

1 : 24 Benzen, 1 : 63 Etil Eter berbentuk misel dalam

Methanol, air, Karbon Tetra Klorida.

Titik lebur : 20 – 21oC

Incompatibilitas : Reaksi dengan Asam mineral, membentuk garam kristal

dan Ester dalam Asam lemah tinggi, TEA membentuk

garam yang terlarut dalam air dan membentuk karakter

busa. TEA dapat beraksi dengan Coper membentuk garam

kompleks.

ADI : 5 – 15 g / kg BB

Pemerian : Jernih tak berwarna

Persyaratan : 2 – 4 %

6. Purified Water

Sinonim : Aqua, hydrogen oxide

Rumus struktur :

Rumus Empirik : H2O

BM : 18.02

Titik didih : 100o C

Titik lebur : 0 O C

Fungsi : Pembawa, pelarut

Kelarutan : Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar

Viskositas : 0.89 mPa s (0.89 cP) pada 25o C

Temperatur kritis : 374,2oC

Tekanan kritis : 218,3 atm

Page 36: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Konduktivitas panas : 14,6 x 10-4 cal/sec/cm pada 25oC

Panas pembentukan : -55 Kcalories/mole pada 25oC

Stabilitas dan kondisi penyimpanan:

Air stabil dalam semua kondisi fisika (es, cairan, dan uap). Purified water

secara spesifik disimpan dalam kemasan terutup dan terlindungi dari cemaran

mikroorganisme dan kontaminan lain. Penggunaan air untuk sediaan lain

memerlukan kondisi penyimpanan yang berbeda pula.

Inkompatibilitas :

Air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien yang lain yang dapat digunakan

untuk hidrolisis pada temperatur yang tepat.bereaksi dengan besi alkali dan

benda – benda beroksida seperti calsium oksida dan magnesium oksida,dapat

bereaksi dengan garam anhidrat yang terbentuk dari macam-macam komposisi

dan dengan senyawa organik dan calsium carbide.

Alat yang digunakan dalam praktikum

1. Timbangan analitik

2. Mortir

3. Stamper

4. Beker gelas

5. Gelas ukur

6. Batang pengaduk

7. Sudip

8. Cawan porslen

9. Kaca arloji

10. Penjepit kayu

Bahan yang digunakan dalam praktikum

1. Asam salicilat 3%

2. Asam stearat 15 gram

3. Cera alba 2 gram

4. Vaselin album 8 gram

5. TEA 1.5 gram

6. Propilen glikol 8.0 gram

7. Aqua destilasi panas 62.5

Cara kerja yang dilakukan yaitu

Page 37: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

siapkan mortir panas yaitu dengan merendamkan air panas dalam mortir

termasuk stampernya juga, kemudian kami menyiapkan dengan menimbang bahan-

bahan yang akan digunakan terdiri dari asam salicilat, asam stearat, cera alba, vaselin

album, TEA, propilen glikol, dan aquadestilasi panas. Setelah ditimbang kami

membedakan antara face air dan face minyak dengan mengelompokkan bahan-bahan

yang termasuk face air dikempokkan semua dan bahan-bahan yang termasuk face

minyak dikelompokkan semuanya.

Setelah dillakukan penimbangan semuanya, kami mengelompokkan bahan

yang termasuk face air terdiri dari : asam salicilat dan aqua panas, diaduk hingga

homogen atau sampai larut. Kemuadian untuk face minyaknya terdiri dari : asam

stearat, cera alba, vaselin album, TEA, propilen glikol, semua bahan ini dijadikan satu

pada cawan dan dilebur diatas water bad hingga larut semuanya.

Kemudian untuk pencampurannya diusahakan suhu antara mortir hangat,

bahan face air dan bahan face minyak suhunya sama agar mudah dalam proses

pencampurannya dan juga agar tidak pecah (termasuk juga asar tidak menyabun).

Kemudian dicampurkan semuanya bersama-sama antara face air dan face

minyak dicampurkan bersama dalam mortir hangat kemudian diaduk pelan-pelan

hingga panasnya mulai mendingin entah panas dari mortir ataupun bahannya. Setelah

dingin barulah terbentuk krim / vinising krim.

Fase minyak

Terdiri dari asam stearat, cera alba, vaselin album, TEA, dan propilen glikol.

Proses peleburan dilakukan dengan mengurutkan zat yang memiliki titik lebur paling

tinggi yaitu asam stearat pada suhu 78°C selama 1 menit 5 detik, cera alba pada suhu

74,8°C selama 1 menit 44 detik dan vaselin putih pada suhu 64,8°C selama 2

menit49 detik. Leburan yang telah jadi tetap dipanaskan pada suhu 60°C untuk

menghindari terjadinya pembekuan kembali.

Fase air atau melarutkan bahan aktif

Fase air dibuat dengan cara melarutkan asam salicilat dan aqua destilasi panas.

Lakukan pencampuran hingga semua asam salicilat larut aqua panas. dalam

Pencampuran dengan air panas dilakukan apabila semua kelompok bahan telah siap

untuk dicampurkan.

Hasil Formulasi

Page 38: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

N

OPARAMETER SPESIFIKASI HASIL

1 Organoleptis

Warna

Bau

Bentuk

Putih

Tidak berbau

Krim o/w

Putih

Tidak berbau

Krim o/w

2 Indikator pH 5-7 6

3 VT 04 200-300 d.Pas 300 d.Pas spindel 2

4 Daya sebar Beban 10 gram

horisontal: 3.9 cm

vertikal: 3.7 cm

diagonal: 3.8 cm

Beban 20 gram

horisontal: 4.0 cm

vertikal: 4.1 cm

diagonal:4.2 cm

Beban 50 gram

horisontal: 4.4 cm

vertikal: 4.4 cm

diagonal: 4.5 cm

Dalam sebuah sediaan tentunya diperlukan strandart atau parameter penilaian

apakah sediaan tersebut telah memenuhi spesifikasi yang diinginkan atau tidak. Oleh

karena itu dilakukan beberapa pengujian krim :

1. Uji organoleptis

Warna : putih

Bau : tidak berbau

Bentuk : Krim o/w

2. Uji Ph

Untuk mengukur pH digunakan kertas pH indikator langsung pada sediaan.

Caranya oleskan sediaan salep mada kertas indikator. Maka akan terjadi perubahan

warna dan dicocokkan dengan standar warna pada pH tertentu. Dalam skala kecil

diperoleh pH 6.

Page 39: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

Hal ini berarti pH sediaan krim yang kami buat sesuai dengan kriteria yang

diinginkan dan dapat masuk rentang pH 5-7.

3. Uji viskositas

Uji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari

sediaan krim. Kekentalan atau viskositas sediaan termasuk salah satu hal yang harus

diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim. Untuk uji viskositas mengunakan alat

VT 04. Caranya sediaan dimasukkan antara cup dan bob sampai temperatur

setimbang. Beban ditempatkan pada penggantung. Uji viskositas didapatkan hasil

300 d.Pa. pada spindle 2

4. Uji daya sebar

Uji daya sebar digunakan alat Extensometer. Caranya krim sebanyak 1 gram

diletakkan pada lempeng kaca berskala, lalu di atasnya ditutup lempeng kaca dan

diberi beban 10 gram, lalu didiamkan. Lalu beban ditambah dengan beban 5 gram,

dan amati penyebaran yang terjadi hingga konstan.

Perhitungan Waktu Kadaluarsa asam salisilat

Diketahui:

Asam salisilat mengikuti orde 1 (Djouder,R. 2012)

Memiliki laju konstanta (k) : 3,56.10-9 sec-1 (Meritnation.com)

Waktu kadaluarsa orde 1 → t90 = 0,105/k

→ t90 = 0,105/ 3,56.10-9 sec-1

= 2,949. 107 second = 355,6 hari ≈ 356 hari

Page 40: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

BAB VI

KESIMPULAN

Setelah dilakukan praktikum pembuatan Krim Asam Salisilat dapat disimpulkan bahwa

pembuatan krim bergantung pada beberapa parameter-parameter, seperti sifat fisika kimia dari

bahan aktif, basis, maupun bahan tambahan dan target dan area penggunaan salep, juga

kondisi patofisiologis dari kulit pasien.

Dalam pembuatan Krim Asam Salisilat dibutuhkan bahan-bahan tambahan seperti

emulgator, dan pengawet untuk menambah stabilitas, konsistensi, dan acceptability dari

pasien. Setelah dilakukan beberapa uji sediaan, dapat disimpulkan bahwa sediaan kami secara

organoleptis memenuhi spesifikasi , bentuk krim o/w, warna putih, tidak berbau dengan pH 6.

Uji viskositasnya sediaan kami memenuhi persyartan dengan konsistensi seperti salep yaitu

300dpa. Maka dapat dikatakan bahwa sediaan krim asam salisilat yang kami buat layak untuk

diproduksi masal atau skala industri.

Page 41: p4 Fts Krim Asam Salisilat[1]

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh.1996. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press

Anief, Moh.2002. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press

Anonim. 2002. Britis Pharmacopeia Volume II Book 2. London : The Stationery Office.

Anonim. 2002. United States Pharmacopeia Book 2. United Stated Pharmacopeia Convention

Inc.. Rockville.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,Edisi ke 4. Jakarta: Universitas

Indonesia Press

Kibbe. 2000. Handboox Of Pharmaceutical Excipient third edition. USA : American

Pharmaceutical Association

Reynolds, James E.F. 1982. Martindale the Extra Pharmacopoeia 28th Edition. London: The

Pharmaceutical Press

Sirait, Midian, dkk. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia

Soeosilo, Slamet, dkk. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departmen Kesehatan

Republik Indonesia