Overpass (Flyover) vs Underpass -...

7
Overpass (Flyover) vs Underpass Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan kemacetan lalu-lintas pada persimpangan padat di kawasan perkotaan, dapat dipertimbangkan pengadaan suatu sistem struktur persimpangan tak sebidang yang memadai guna menjamin kelancaran arus lalu lintas dari berbagai asal dan tujuan untuk menghindari konflik arus yang mengakibatkan kemacetan. Berikut ini, diuraikan 2 buah alternatif sistem struktur persimpangan lalu lintas tak sebidang dalam bentuk overpass (flyover) dan underpass yang masing 2 memiliki kecocokan ataupun keberatan/ permasalahan, sbb. : A. Sistem Overpass (Flyover) Overpass/ flyover umumnya dibangun pada areal dimana lokasi persimpangan tsb. sudah amat terbatas dan tidak memungkinkan penambahan lajur ataupun pelebaran ruas jalan, sebagai akibat keberadaan bangunan 2 permanen disekitarnya. Flyover dikonstruksikan pula dengan tujuan mengalirkan lalu lintas dari persimpangan 2 padat (kawasan kumuh, pasar, sungai, dan daerah rawa 2 ) yang tanah bawahnya umumnya memiliki kuat geser rendah (akibat selalu terendam air) yang menyebabkan struktur jalan raya yang dibangun diatasnya rawan terhadap masalah penurunan yang berlebihan. Hal tersebut dapat dihindari dengan membangun struktur flyover yang melintas diatas tanah yang kurang bersahabat tadi. Selanjutnya, tinjauan terhadap kecocokan dan keberatan/ permasalahan flyover berikut ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut didalam menentukan sistem konstruksi yang relevan pada lokasi ybs. a.l. sbb. : Gambar 1. Flyover Semanggi, Jakarta. Keberadaan konstruksi flyover meningkatkan kapasitas persimpangan dan tentunya meningkatkan kelancaran lalu lintas karena pertemuan antara arus lalu lintas yang berpotongan (merging dan diverging) dapat dihindarkan,

Transcript of Overpass (Flyover) vs Underpass -...

Page 1: Overpass (Flyover) vs Underpass - testana-eng.comtestana-eng.com/wp-content/uploads/2016/03/1-Overpass-vs-Underpa… · Pengetahuan mengenai stratifikasi dan kondisi serta karakteristik

Overpass (Flyover) vs Underpass

Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan kemacetan lalu-lintas

pada persimpangan padat di kawasan perkotaan, dapat dipertimbangkan pengadaan suatu

sistem struktur persimpangan tak sebidang yang memadai guna menjamin kelancaran arus

lalu lintas dari berbagai asal dan tujuan untuk menghindari konflik arus yang mengakibatkan

kemacetan. Berikut ini, diuraikan 2 buah alternatif sistem struktur persimpangan lalu lintas

tak sebidang dalam bentuk overpass (flyover) dan underpass yang masing2 memiliki

kecocokan ataupun keberatan/ permasalahan, sbb. :

A. Sistem Overpass (Flyover)

Overpass/ flyover umumnya dibangun pada areal dimana lokasi persimpangan tsb.

sudah amat terbatas dan tidak memungkinkan penambahan lajur ataupun pelebaran ruas jalan,

sebagai akibat keberadaan bangunan2 permanen disekitarnya. Flyover dikonstruksikan pula

dengan tujuan mengalirkan lalu lintas dari persimpangan2 padat (kawasan kumuh, pasar,

sungai, dan daerah rawa2) yang tanah bawahnya umumnya memiliki kuat geser rendah

(akibat selalu terendam air) yang menyebabkan struktur jalan raya yang dibangun diatasnya

rawan terhadap masalah penurunan yang berlebihan. Hal tersebut dapat dihindari dengan

membangun struktur flyover yang

melintas diatas tanah yang kurang

bersahabat tadi. Selanjutnya, tinjauan

terhadap kecocokan dan keberatan/

permasalahan flyover berikut ini

diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan lebih lanjut didalam

menentukan sistem konstruksi yang

relevan pada lokasi ybs. a.l. sbb. :

Gambar 1. Flyover Semanggi, Jakarta.

Keberadaan konstruksi flyover meningkatkan kapasitas persimpangan dan tentunya

meningkatkan kelancaran lalu lintas karena pertemuan antara arus lalu lintas yang

berpotongan (merging dan diverging) dapat dihindarkan,

testana engineering
Copyright
Page 2: Overpass (Flyover) vs Underpass - testana-eng.comtestana-eng.com/wp-content/uploads/2016/03/1-Overpass-vs-Underpa… · Pengetahuan mengenai stratifikasi dan kondisi serta karakteristik

Kelancaran lalu lintas yang tercipta berimbas pada penurunan emisi gas buangan pada

kendaraan sehingga meningkatkan kwalitas lingkungan; efisiensi konsumsi bahan

bakar, mengurangi stop dan delay lalu-lintas, yang pada gilirannya menurunkan biaya

ekonomi transportasi setempat. Berbagai alasan memicu peningkatan volume dan

mobilitas kendaraan pribadi, sehingga dengan flyover tsb., potensi kemacetan dalam

dalam jangka waktu lebih panjang dapat diperkirakan dan diantisipasi lebih dini,

Tergantung dari design-nya, maka keberadaan flyover dapat juga mengganggu

estetika bahkan merusak pemandangan kota, menghalangi cahaya matahari langsung

menyinari permukaan tanah,

Berpotensi mengundang kekumuhan akibat munculnya gubug2 dan penghuni

2 liar di

bawah dan sekitar flyover,

Rawan terhadap gangguan tindak kejahatan/ kriminalitas, terutama bila penerangan

tak menjamin areal bawah flyover tsb.,

Dapat menimbulkan blocking lalu lintas pada saat hujan akibat digunakannya lajur

dibawah flyover sebagai tempat berteduh, terutama oleh pengguna sepeda motor.

Flyover dikonstruksikan menggunakan balok2 girder struktural yang menerima

pembebanan langsung dari lalu lintas melalui plat lantai kendaraan diatasnya, dimana balok2

girder tersebut harus direncanakan mampu memikul gaya2 geser, normal, maupun momen

yang timbul akibat pembebanan yang bekerja. Penggunaan prestressed concrete box girder

akan menghasilkan jembatan dengan bentang yang lebih panjang dan berat persatuan panjang

yang lebih ringan dibandingkan struktur beton bertulang konvensional; akibat gaya prategang

internal yang telah diberikan sebelumnya. Pemberian tegangan internal dilakukan dengan

menarik baja prategang baik dengan metode pre-tension ataupun post-tension.

testana engineering
Copyright
Page 3: Overpass (Flyover) vs Underpass - testana-eng.comtestana-eng.com/wp-content/uploads/2016/03/1-Overpass-vs-Underpa… · Pengetahuan mengenai stratifikasi dan kondisi serta karakteristik

Gambar 2. Jembatan Box Girder.

B. Sistem Underpass

Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan adalah perencanaan sistem underpass

yang dapat dibuat terutama di kawasan perkotaan, perbukitan, dasar sungai, dan selat.

Terowongan juga umum dibangun sebagai jalan pintas di kawasan pegunungan sebagai jalan

kendaraan ataupun kereta api, sehingga panjang jalan dapat direduksi. Karenanya, untuk

memenuhi tujuannya, terowongan perlu direncanakan dan dikonstruksikan tanpa harus

mengganggu kondisi jalan raya dan bangunan yang terletak diatasnya. Berikut ini diuraikan

beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan terowongan, a.l. sbb. :

Pengetahuan mengenai stratifikasi dan kondisi serta karakteristik tanah bawah

maupun batuan pada lokasi setempat merupakan hal mendasar, sehingga diperlukan

investigasi intensif yang cukup untuk mengungkapkan sifat2 fisik dan mekanis tanah

ataupun batuan pada lokasi setempat sehingga mengurangi ketidakpastian dalam

perencanaan dan resiko pengerjaan struktur terowongan,

Diperlukan data survey dan pengamatan secara berkala terhadap kondisi geologi,

kontur tanah, vegetasi disekitar area konstruksi, frekuensi curah hujan, dan fluktuasi

muka air tanah; baik pada saat perencanaan, selama proses konstruksi, maupun

monitoring saat pelayanan fasilitas (prasarana) underpass tsb.

Terowongan nantinya harus memiliki sistem penerangan yang baik. Penerangan yang

cukup dan memadai akan mereduksi potensi kecelakaan lalu lintas (khususnya pada

saat malam hari), menurunkan potensi tindak kriminalitas ataupun pelanggaran

hukum lain yang mungkin terjadi,

testana engineering
Copyright
Page 4: Overpass (Flyover) vs Underpass - testana-eng.comtestana-eng.com/wp-content/uploads/2016/03/1-Overpass-vs-Underpa… · Pengetahuan mengenai stratifikasi dan kondisi serta karakteristik

Diperlukan pula sistem ventilasi yang handal dan memadai untuk mengatur panas dan

tingkat kelembaban dalam terowongan baik pada saat proses konstruksi, terlebih pada

saat terowongan dioperasikan kelak. Pengendalian dan pengaturan udara segar yang

baik akan menghindarkan para pekerja konstruksi dan pengguna terowongan dari

debu hingga emisi gas buangan knalpot dari kendaraan yang amat berpotensi

mengganggu kenyamanan, pernafasan, dan akibat2 yang berhubungan dengan

kesehatan lainnya,

Struktur terowongan juga perlu dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran

(hydrant) yang handal, khususnya diperlukan saat terjadi kecelakaan lalu lintas,

Beberapa terowongan modern umumnya juga menyiapkan beberapa ruang khusus

bagi pengguna terowongan yang berfungsi sebagai tempat evakuasi yang tentunya

memiliki akses menuju permukaan tanah,

Mengingat pengkonstruksian yang dilakukan dibawah tanah, sistem terowongan

umumnya tidak mengganggu estetika/ pemandangan kota seperti halnya pada

sebagian flyover yang designnya mengabaikan estetika,

Potensi banjir perlu diantisipasi agar struktur terowongan tidak terendam air.

Pengadaan sistem drainase yang memadai di permukaan tanah akan menghindarkan

penetrasi air ke dalam tanah. Selain itu kekedapan struktur lining hendaknya

mendapatkan perhatian, khususnya pada lokasi joint/ sambungan untuk mengatasi

rembesan air pada dinding2 terowongan akibat hujan ataupun muka air tanah.

Pelaksanaan struktur terowongan tidak terlepas dari konstruksi galian, khususnya

pada saat pembuatan shaft (portal masuk dan keluar) dan stasiun2 pemberhentian. Beberapa

metode galian yang umumnya dipakai dalam pembuatan terowongan a.l. adalah sbb. :

1) Metode Galian Terbuka (Cut & Cover)

Metode cut & cover merupakan metode konvensional yang tidak memakan biaya

relatif banyak dan umumnya dilaksanakan pada struktur terowongan dengan kedalaman

galian dangkal. Ada dua pendekatan yang digunakan jika digunakan metode galian terbuka

yang selanjutnya diilustrasikan melalui Gambar 3, sbb. :

testana engineering
Copyright
Page 5: Overpass (Flyover) vs Underpass - testana-eng.comtestana-eng.com/wp-content/uploads/2016/03/1-Overpass-vs-Underpa… · Pengetahuan mengenai stratifikasi dan kondisi serta karakteristik

Gambar 3. Metode galian terbuka.

Diperlukan analisis terhadap kestabilan lereng ataupun galian, sehingga bilamana

perlu dapat dilakukan perkuatan2 tertentu untuk menjaga kestabilan lereng pada saat

pembuatan dinding2, lantai, dan atap terowongan. Cara kedua diatas, umumnya lebih relevan

untuk diterapkan di daerah perkotaan mengingat gangguan terhadap lingkungan akan lebih

kecil dibandingkan dengan cara pertama, namun biaya konstruksi cara kedua umumnya

relatif lebih mahal.

2) Mesin Bor Terowongan, TBM (Tunnel Boring Machine).

Penggunaan TBM (Tunnel Boring Machine) memungkinkan terowongan untuk dibuat

tanpa memindahkan tanah/ batuan diatasnya. TBM memiliki sistem yang dapat men-support

kestabilan tanah dipermukaan dan umumnya menggunakan sistem lining beton/ baja yang

memiliki kekedapan lebih baik terhadap penetrasi air.

Step 1 :

Preliminary survey dalam

bentuk : Investigasi tanah,

hidrologi, perencanaan

galian terowongan di

lapangan, dll.

Step 2 :

Gali sebagian dan

melaksanakan sistem

perkuatan tanah

Step 2 :

Membuat/ menginstal sistem

dinding2 terowongan

Step 3 :

Gali hingga elevasi dasar

terowongan

Step 3 :

Membuat atap terowongan

yang ditopang oleh

dinding2 terowongan

Step 4 :

Pembuatan struktur lining

terowongan

Step 4 :

Membuat struktur lining

sembari menggali tanah

dalam terowongan, dan

memperkeras dasar

terowongan

Step 5 :

Menimbun kembali tanah

hingga mencapai elevasi

semula

Step 5 :

Menimbun kembali tanah

hingga mencapai elevasi

semula

Step 1 :

Preliminary survey dalam

bentuk : Investigasi tanah,

hidrologi, perencanaan

galian terowongan di

lapangan, dll.

testana engineering
Copyright
Page 6: Overpass (Flyover) vs Underpass - testana-eng.comtestana-eng.com/wp-content/uploads/2016/03/1-Overpass-vs-Underpa… · Pengetahuan mengenai stratifikasi dan kondisi serta karakteristik

Gambar 4. Mesin Bor Terowongan, TBM (Tunnel Boring Machine).

Pada tanah lunak, terkadang dibutuhkan proses pengerasan/ pembekuan tanah dan

ataupun sistem grouting (jika ditemukan tanah non-kohesif berkonsistensi lepas) untuk

mereduksi potensi kelongsoran selama proses pemboran. Sedangkan problem yang sering

terjadi jika pemboran dilaksanakan pada tanah keras/ cadas adalah tersangkutnya TBM akibat

batuan keras ataupun pondasi bekas bangunan yang sebelumnya tidak terekam dalam

investigasi tanah maupun batuan, sehingga blasting terkadang diperlukan dalam pelaksanaan.

Maintenance berkala pada alat TBM dan tenaga operator yang handal merupakan elemen2

penting yang diperlukan jika metode ini nantinya akan dipilih dan digunakan.

3) NATM (The New Austrian Tunneling Method)

Salah satu inovasi terbaru dari pekerjaan konstruksi terowongan adalah dengan

menggunakan NATM. Untuk menyokong struktur terowongan, metode ini mengandalkan 2

sistem penyokong, yakni initial lining (terdiri dari gelagar kisi/ lattice girder dan rockbolts)

yang ditutup shotcrete dan final lining yang terbuat dari beton bertulang tradisional. Initial

lining didesain cukup fleksibel dan diijinkan untuk mengalami deformasi dalam batas2 yang

masih dapat diterima. Proses penggalian (ekskavasi) dilakukan dalam 2 tahap, pada tahap

pertama lubang terowongan hanya digali setengah (kira2 membentuk setengah lingkaran)

untuk penginstalan initial lining. Selanjutnya pada tahap kedua galian dilanjutkan hingga

mencapai ukuran lubang terowongan yang sebenarnya, penggalian pada tahap kedua ini

seringkali disebut sebagai bench excavation untuk keperluan pemasangan final lining. Untuk

mendapatkan gambaran lebih jelas, tahapan konstruksi menggunakan NATM selanjutnya

diilustrasikan melalui Gambar 5, sbb. :

testana engineering
Copyright
Page 7: Overpass (Flyover) vs Underpass - testana-eng.comtestana-eng.com/wp-content/uploads/2016/03/1-Overpass-vs-Underpa… · Pengetahuan mengenai stratifikasi dan kondisi serta karakteristik

Gambar 5. New Austrian Tunneling Method (NATM).

C. Penutup

Pada akhirnya, pengoperasian dan pengendalian sistem persimpangan lalu lintas

merupakan upaya alternatif untuk mengantisipasi permasalahan persimpangan lalu lintas dari

kemacetan hingga kecelakaan. Pemilihan sistem struktur beserta sistem galian yang tepat dan

relevan diyakini akan mengatasi tantangan dan problem persimpangan yang telah, akan, dan

yang senantiasa ditingkatkan dari waktu ke waktu.

Oleh :

Yehezkiel A. Sucipto,

Foundation Engineer,

Testana Engineering, Inc., Surabaya.

testana engineering
Copyright