UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

145
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu PRAKATA Perkembangan Kota Bandung yang dinamis dan cepat dalam bidang fisik maupun non fisik menuntut tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang mendukung. Pembangunan underpass Gasibu merupakan salah satu pemecahan dan penyelesaian masalah penanganan kemacetan akibat kepadatan lalu lintas di salah pintu masuk Kota Bandung akibat dibukanya Jalan Tol Purbaleunyi dan Jalan Layang Pasupati. Mengingat bahwa pelaksanaan pembangunan underpass Gasibu akan menyebabkan terjadinya dampak terhadap lingkungan, baik itu dampak positif maupun negatif, maka sebagaimana dipersyaratkan sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku di Departemen Pekerjaan Umum pada khususnya dan Nasional pada umumnya harus dilakukan penyusunan Dokumen UKL/UPL apabila sebuah kegiatan tidak wajib dilakukan AMDAL. Bandung, November 2005 PT. Jasa Mitra Manunggal i

description

selvi

Transcript of UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Page 1: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

PRAKATA

Perkembangan Kota Bandung yang dinamis dan cepat dalam bidang fisik

maupun non fisik menuntut tersedianya sarana dan prasarana transportasi

yang mendukung. Pembangunan underpass Gasibu merupakan salah satu

pemecahan dan penyelesaian masalah penanganan kemacetan akibat

kepadatan lalu lintas di salah pintu masuk Kota Bandung akibat dibukanya

Jalan Tol Purbaleunyi dan Jalan Layang Pasupati.

Mengingat bahwa pelaksanaan pembangunan underpass Gasibu akan

menyebabkan terjadinya dampak terhadap lingkungan, baik itu dampak positif

maupun negatif, maka sebagaimana dipersyaratkan sesuai ketentuan dan

peraturan yang berlaku di Departemen Pekerjaan Umum pada khususnya dan

Nasional pada umumnya harus dilakukan penyusunan Dokumen UKL/UPL

apabila sebuah kegiatan tidak wajib dilakukan AMDAL.

Bandung, November 2005

PT. Jasa Mitra Manunggal

Ir. B. Zakaria

Ketua Tim

i

Page 2: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

1.1 LATAR BELAKANG 1-1

1.2 LANDASAN HUKUM 1-3

1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN UKL/UPL 1-3

1.4 WILAYAH STUDI 1-4

1.5 METODOLOGI PENGUMPULAN DATA 1-5

1.5.1 PENGUMPULAN DATA PRIMER 1-5

1.5.2 PENGUMPULAN DATA SEKUNDER 1-5

BAB 2 RENCANA KEGIATAN 2-6

2.1 IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN UKL/UPL 2-6

2.1.1 IDENTITAS PEMRAKARSA 2-6

2.1.2 IDENTITAS PENYUSUN 2-6

2.2 LOKASI KEGIATAN 2-6

2.3 GAMBARAN UMUM RENCANA KEGIATAN 2-8

2.4 DESKRIPSI PEKERJAAN 2-8

2.4.1 SPESIFIKASI TEKNIS UNDERPASS GASIBU 2-8

2.4.2 TAHAP KEGIATAN PEMBANGUNAN UNDERPASS GASIBU 2-12

BAB 3 KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK 3-18

3.1 KOMPONEN LINGKUNGAN FISIK-KIMIA 3-18

3.1.1 IKLIM 3-18

3.1.2 KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN 3-21

3.1.3 KUALITAS AIR 3-24

3.1.4 GEOLOGI 3-25

3.1.5 RUANG, LAHAN, DAN TANAH 3-29

3.2 KOMPONEN BIOLOGI 3-34

3.2.1 FLORA DARAT 3-34

ii

Page 3: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

3.2.2 FAUNA DARAT 3-35

BAB 4 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL 4-36

4.1 IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL 4-36

4.2 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI 4-37

4.2.1 KERESAHAN SOSIAL MASYARAKAT 4-37

4.2.2 BERKURANGNYA LAHAN MILIK PENDUDUK AKIBAT PEMBEBASAN LAHAN 4-37

4.3 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL PADA TAHAP KONSTRUKSI 4-38

4.3.1 PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KECEMBURUAN SOSIAL MASYARAKAT 4-38

4.3.2 PENURUNAN KUALITAS UDARA DAN PENINGKATAN KEBISINGAN 4-38

4.3.3 PENINGKATAN EROSI DAN PELUMPURAN 4-39

4.3.4 PERUBAHAN BENTANG ALAM (PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN) 4-40

4.3.5 PENEBANGAN VEGETASI 4-41

4.3.6 PEMINDAHAN JARINGAN UTILITAS PDAM, PLN, DAN TELKOM 4-41

4.3.7 GANGGUAN ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN TERJADINYA GENANGAN SERTA MENURUNNYA

KUALITAS AIR 4-42

4.3.8 GANGGUAN TERHADAP KEGIATAN LALU LINTAS (KERUSAKAN PRASARANA JALAN) 4-43

4.4 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL PADA TAHAP PASCA KONSTRUKSI 4-43

4.4.1 TERGANGGUNYA MOBILITAS AKIBAT DIBANGUNNYA UNDERPASS GASIBU 4-43

4.4.2 PENURUNAN KUALITAS UDARA DAN PENINGKATAN KEBISINGAN 4-44

4.4.3 PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN SEKITAR RUMIJA 4-46

4.5 RINGKASAN 4-47

BAB 5 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN 5-48

5.1 PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI 5-48

5.1.1 PENGUKURAN DAN PENETAPAN LOKASI PROYEK 5-48

5.2 PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP KONSTRUKSI 5-49

5.2.1 PERSIAPAN KONSTRUKSI 5-49

5.2.2 PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5-52

5.3 PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PASCA KONSTRUKSI 5-64

5.3.1 PENGELOLAAN GANGGUAN MOBILITAS PENDUDUK 5-64

5.3.2 PENANGANAN DAMPAK KEBISINGAN DAN KUALITAS UDARA 5-66

5.3.3 PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN 5-67

iii

Page 4: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

BAB 6 UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN 6-69

6.1 PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI 6-69

6.1.1 KERESAHAN SOSIAL MASYARAKAT 6-69

6.1.2 BERKURANGNYA LAHAN MILIK PENDUDUK AKIBAT PEMBEBASAN LAHAN 6-70

6.2 PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP KONSTRUKSI 6-71

6.2.1 PENURUNAN KUALITAS UDARA DAN PENINGKATAN KEBISINGAN 6-71

6.2.2 PENYERAPAN TENAGA KERJA 6-72

6.2.3 PENINGKATAN EROSI DAN PELUMPURAN 6-74

6.2.4 PERUBAHAN BENTANG ALAM 6-75

6.2.5 PENEBANGAN VEGETASI 6-76

6.2.6 GANGGUAN ALIRAN PERMUKAAN DAN TERJADINYA GENANGAN SERTA MENURUNNYA

KUALITAS AIR 6-77

6.2.7 GANGGUAN TERHADAP KEGIATAN LALU LINTAS 6-78

6.3 PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PASCA KONSTRUKSI 6-79

6.3.1 TERGANGGUNYA MOBILITAS MASYARAKAT AKIBAT ADANYA UNDERPASS GASIBU 6-79

6.3.2 PENURUNAN KUALITAS UDARA DAN PENINGKATAN KEBISINGAN 6-81

6.3.3 PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN SEKITAR RUMIJA 6-82

DAFTAR PUSTAKA vii

iv

Page 5: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja___________________________________________2-13

Tabel 2-2 Jenis Pekerjaan dan Alat yang Digunakan_________________________________2-14

Tabel 2-3 Kapasitas Peralatan yang Digunakan_____________________________________2-14

Tabel 2-4 Jenis Bahan Konstruksi Yang Digunakan__________________________________2-15

Tabel 3-1 Curah Hujan Rata–Rata Bulanan__________________________________________3-19

Tabel 3-2 Temperatur Udara di Wilayah Studi______________________________________3-19

Tabel 3-3 Kelembaban di Wilayah Studi____________________________________________3-20

Tabel 3-4 Kecepatan dan Arah Angin di Wilayah Studi______________________________3-20

Tabel 3-5 Metode Analisis dan Peralatan Sampling_________________________________3-21

Tabel 3-6 Kualitas Udara Ambien di Wilayah Studi__________________________________3-23

Tabel 3-7 Kebisingan di Wilayah Dampak Primer___________________________________3-24

Tabel 3-8 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur Gali di Wilayah Dampak Primer_____3-24

Tabel 3-9 Volume Lalu Lintas Ruas Untuk Masing-Masing Ruas_____________________3-30

Tabel 3-10 Volume Jam Puncak Dan Komposisi Lalu Lintas Untuk Masing-Masing Ruas_3-31

Tabel 3-11 Komposisi Lalu Lintas Untuk Masing-Masing Ruas_______________________3-32

Tabel 3-12 Jenis Tumbuhan di Wilayah Studi________________________________________3-34

Tabel 4-1 Matriks Interaksi Antara Kegiatan Rencana Pembangunan Underpass Gasibu dengan Komponen Lingkungan________________________________________________4-36

Tabel 4-2 Matriks Potensi Dampak_________________________________________________4-46

v

Page 6: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Orientasi Wilayah Studi_________________________________________________1-4

Gambar 2-1 Rencana Pembangunan Underpass Gasibu______________________________2-7

Gambar 2-2 Potongan Melintang Segmen Awal dan Pertengahan___________________2-10

Gambar 2-3 Potongan Melintang Pada Bagian Terowongan_________________________2-11

Gambar 2-4 Sketsa Pengoperasian Underpass Gasibu______________________________2-17

Gambar 3-1 Pengambilan Contoh Udara dan Kebisingan di Lokasi 1________________3-22

Gambar 3-2 Peta Geologi Kota Bandung___________________________________________3-28

Gambar 3-3 Volume Pergerakan Kendaraan Di Kawasan Gasibu____________________3-33

Gambar 4-1 Salah Satu Saluran Drainase di Wilayah Studi_________________________4-40

Gambar 4-2 Jaringan Utilitas PDAM dan PLN________________________________________4-42

vi

Page 7: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu

Pusat Kegiatan Nasional yang berkembang secara dinamis dan cepat, baik fisik

maupun nonfisik. Pertumbuhan kawasan-kawasan perdagangan dan jasa

dalam dekade terakhir menunjukkan bahwa Bandung merupakan salah satu

kota tujuan wisata belanja yang berkembang dengan sangat cepat. Di sisi lain,

hubungan Bandung dengan Ibukota negara tampaknya semakin dekat

dikarenakan dibukanya Jalan Tol Purbaleunyi serta dioperasikannya jalan

layang Pasupati. Kota Bandung, bagi sebagian warga Ibukota tampaknya

merupakan salah satu tujuan wisata akhir pekan yang paling menarik untuk

dikunjungi. Keadaan ini menyebabkan aktifitas perekonomian di Bandung

menjadi semakin berkembang dan membutuhkan akomodasi pergerakan yang

tinggi.

Kondisi jaringan jalan kota di Bandung saat ini masih belum dapat mendukung

kebutuhan pergerakan yang cepat, aman, dan efisien. Beberapa titik pada

sistem jaringan yang merupakan pintu masuk ke Kota Bandung merupakan

lokasi-lokasi rawan macet yang menyebabkan kekurangnyamanan. Kondisi ini

dapat mempengaruhi citra kota Bandung dan sangat mungkin berpengaruh

pada persepsi pengunjung kota sehingga menurunkan minat pengunjung

untuk datang di akhir pekan, ini mungkin akan mempengaruhi perekonomian

kota di kemudian hari. Tingginya aktivitas perkotaan jika tidak ditunjang

dengan sistem prasarana transportasi dan sistem sarana transportasi akan

menurunkan daya tarik Kota Bandung sebagai kota jasa pariwisata dan kota

jasa perdagangan lainnya. Perjalanan beberapa koridor yang melintasi Kota

Bandung saat ini telah dilayani oleh ruas-ruas jalan setingkat jalan arteri baik

koridor timur-barat maupun utara-selatan. Khusus untuk perjalanan timur-

1

PENDAHULUAN

Page 8: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

barat pada saat ini telah dilayani oleh tiga ruas jalan setingkat jalan arteri

yaitu jalan tol Padalarang-Cileunyi, Jalan Soekarno-Hatta, dan jalan Jendral

Sudirman-Asia Afrika-Ahcmad Yani. Selain itu, jarak yang relatif dekat dari

Bandung ke ibukota negara Jakarta membuat demand perjalanan Bandung-

Jakarta meningkat secara pesat. Dibukanya jalan tol Cipularang menjadikan

perjalanan Bandung-Jakarta menjadi sangat singkat, dapat ditempuh selama 2

jam.

Untuk mengimbangi dibukanya jalan tol Cipularang, perjalanan dalam kota,

dan sarana penunjang perjalanan menerus yang melintas Kota Bandung,

khususnya koridor timur-barat maka pemerintah kota dibantu oleh pemerintah

pusat telah mengantisipasinya dengan membangun jalan layang Pasteur-

Surapati. Namun demikian di sejumlah titik-titik di wilayah Kota Bandung

masih meninggalkan sejumlah potensi konflik lalu lintas. Salah satu titik rawan

konflik lalu lintas tersebut adalah di sekitar lapangan Gasibu.

Lokasi di sekitar lapangan Gasibu disamping harus menjadi persimpangan

dengan kinerja yang efisien dalam pelayanan lalu lintas, juga harus mampu

mempertahankan keindahan sekeliling Gedung Sate untuk tetap menjadi

lingkungan dengan landscape yang khas dan asri dengan Gedung Sate

sebagai centre of view dan landmark Kota Bandung yang telah dikenal.

Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 39/MENLH/11/1996

tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL,

setiap proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia harus dilengkapi

dengan dokumen kajian lingkungan dan dokumen-dokumen lain dalam upaya

mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif suatu kegiatan.

Pembangunan infrastruktur semacam jembatan layang, sekalipun telah

melalui proses kajian yang cukup komprehensif dan diperkirakan tidak

menimbulkan dampak yang sangat besar bagi lingkungan di sekitarnya, dapat

memberikan gangguan-gangguan yang mungkin saja mengubah keadaan

beberapa komponen lingkungan di sekitar kegiatan. Karena itu, sekalipun

kegiatan ini dikategorikan sebagai kegiatan yang tidak wajib AMDAL, maka

upaya pengelolaan dan upaya pemantauan terhadap komponen lingkungan

yang diperkirakan terkena dampak tetap harus dilakukan.

2

Page 9: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Dokumen Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan ini

dimaksudkan sebagai dokumen referensi dan dokumen pendukung bagi

pemrakarsa dalam penyiapan, pelaksanaan, dan evaluasi proyek

pembangunan underpass Gasibu dalam kerangka mengurangi dampak negatif

proyek dan meningkatkan dampak positif proyek terhadap lingkungan di

sekitar proyek. Dokumen ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup no. Kep-12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Dokumen ini

meliputi kajian terhadap situasi proyek secara umum, identifikasi dampak,

upaya pengelolaan lingkungan dan upaya-upaya pemantauan lingkungan yang

mungkin dilakukan sesuai dengan kapasitas proyek. Dokumen disusun

mengikuti beberapa dokumen standar, petunjuk teknis, atau pedoman pada

bidang jalan dan jembatan dan melakukan kajian terhadap praktik-praktik

yang lazim dilakukan dalam pengelolaan lingkungan maupun pemantauan

lingkungan pada pekerjaan semacam.

1.2 Landasan Hukum

Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan dokumen UKL dan UPL

ini meliputi :

1. Undang-undang RI no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup;

2. PP No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup;

3. Perda No. 06 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pengairan;

4. Kepmen LH No. 2 Tahun 2000 Tentang Pelaksanaan PP AMDAL;

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 39/MENLH/11/1996

tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL;

6. Kepka Bapedal No. 299/11 Tahun 1996 Tentang Pedoman Teknis Kajian

Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL;

7. Peraturan Menteri PU No. 69/PRT Tahun 1995 Tentang AMDAL Bidang PU;

8. Kepmen LH No. Kep-48/MENLH/11 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat

Kebisingan/BTK.

3

Page 10: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

1.3 Tujuan dan Kegunaan UKL/UPL

Tujuan dari pembuatan dokumen UKL dan UPL ini adalah untuk melakukan

identifikasi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan underpass

Gasibu serta menyusun rekomendasi usaha penanganan dampak yang terdiri

dari masa pra konstruksi, masa konstruksi, dan masa pasca konstruksi.

1.4 Wilayah Studi

Koridor lokasi perencanaan Underpass Gasibu terletak antara 6,89399 LS -

6,90441 LS, dan 107,60914 BT - 107,62665 BT. Batas ini merupakan jarak

yang ditarik sejauh lebih kurang 500 m ke arah barat dan timur serta 200 m

kearah utara dan selatan dari titik sentral yang diasumsikan terletak di depan

lapangan gasibu. Penentuan koridor ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan data

akan kondisi dan kinerja sistem jaringan jalan yang akan mendukung

manajemen lalu lintas di lokasi yang akan dibangun underpass, termasuk

didalamnya pembangunan jalan Pasupati yang telah selesai dilaksanakan.

Selain itu, penentuan koridor tersebut ditujukan untuk mengantisipasi dampak

terhadap manajemen lalu lintas pada jaringan jalan lokal disekitar lokasi yang

ditimbulkan setelah pembangunan underpass.

Lokasi pembangunan underpass rencananya ditempatkan pada ruas jalan

Surapati dengan perkiraan panjang sekitar 100 – 200 m. Dan merupakan satu

kesatuan fungsi dengan jembatan layang Pasupati. Koridor perencanaan dan

lokasi underpass ditampilkan pada Gambar 1-1.

4

Page 11: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Keterangan

: Koridor perencanaan Underpass

: Ruas jalan rencana ditempatkannya Underpass

Gambar 1-1 Orientasi Wilayah Studi

5

Page 12: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

1.5 Metodologi Pengumpulan Data

1.1.1 Pengumpulan Data Primer

1.5.1.1Observasi Lapangan

Dilakukan di koridor jalan sekitar kawasan Gasibu, antara lain jalan layang

Pasupati, Jalan Panatayuda, Jalan Aria Jipang, Jalan Bagusrangin, Jalan

Wirayuda Barat, Jalan Wirayuda Timur, Jalan Diponegoro, Jalan Sentot

Alibasyah, Jalan Suci, Jalan Merak, dan sekitar Jalan Gagak. Data yang diambil

adalah geometrik jalan, kondisi flora dan fauna, aliran sungai dan drainase,

fasilitas umum dan sosial serta pengukuran daerah milik jalan.

1.5.1.2Pengambilan Contoh Udara dan Air

Dilakukan di dua lokasi yang berbeda yaitu pada bagian hulu dan hilir dari

lokasi kegiatan. Hulu dan hilir tersebut ditentukan berdasarkan arah dan

kecepatan angin. Contoh udara dan air yang diambil selanjutnya akan melalui

pengujian di laboratorium untuk mendapatkan besaran kualitas udara,

kebisingan dan kualitas air di wilayah studi sebelum proyek dilaksanakan.

1.5.1.3Penyebaran Kuesioner

Dalam kegiatan penyusunan laporan ini tidak dilakukan penyebaran kuesioner

di sekitar wilayah studi, karena telah diidentifikasi bahwa sekitar lokasi jarang

ditemukan lokasi permukiman, lebih banyak instansi pemerintahan dan

tempat perniagaan. Sehingga dalam pembahasan lebih lanjut banyak

meggunakan data sekunder.

1.1.2 Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunjungi instansi terkait

yang menjadi sumber data. Instansi – instansi tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Kecamatan dan Kelurahan di sekitar wilayah studi;

2. BPLHD Propinsi Jawa Barat;

3. BPLH Kota Bandung.

6

Page 13: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

BAB 2 RENCANA KEGIATAN

2.1 Identitas Pemrakarsa dan Penyusun UKL/UPL

1.1.3 Identitas Pemrakarsa

Nama : Kegiatan Studi Penyusunan UKL/UPL Pembangunan

Underpass Gasibu

Status : Dinas Bina Marga Kota Bandung

Alamat : Jl. Cianjur No. 4, Bandung - 40271

Telepon : 022 - 7278853

Penanggung Jawab : Kepala Dinas Bina Marga Kota Bandung

1.1.4 Identitas Penyusun

Nama Konsultan : PT. Jasa Mitra Manunggal

Direktur Utama : Ir. Samik Ibrahim

Alamat Konsultan : Jl. Pahlawan No 22 Bandung

Telepon : 022 -

2.2 Lokasi Kegiatan

Lokasi pembangunan underpass Gasibu secara administratif terletak di

perbatasan 2 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Cibeunying Kidul dan

Kecamatan Coblong. Rencana underpass Gasibu dapat dilihat pada .

7

RENCANA KEGIATAN

Page 14: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Gambar 2-2 Rencana Pembangunan Underpass Gasibu

8

Page 15: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

2.3 Gambaran Umum Rencana Kegiatan

Pekerjaan yang akan dilakukan adalah pembangunan underpass di sekitar

kawasan Gasibu yaitu tepat di ruas jalan antara lapangan Gasibu dan taman

monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat dengan menambah jalur (frontage) di

kedua sisi pada ruas jalan Surapati. Underpass yang akan dibangun adalah

sesuai dengan kebutuhan lajur setelah ujung jembatan layang Pasupati dan

juga untuk mengakomodasi kemungkinan dikembangkannya jalan tol dalam

kota Bandung yaitu jalan dengan tipe 4/2 D masing-masing lajur dengan lebar

3,5 m dan concrette barier sebagai pemisah jalur. Penambahan jalur (frontage)

pada ruas Surapati direncanakan 2 lajur sisi utara (menuju arah timur) dan 2

lajur pada sisi Selatan (menuju arah barat). Di sekitar jalan Panatayuda

direncanakan dibangun 1 (satu) ramp-off dari arah jalan layang Pasupati dan

di sisi selatan akan dibangun 1 (satu) ramp-on menuju arah jembatan layang

Pasupati. Dengan penambahan ini, type jalan pada ruas Surapati menjadi 8/2

D hingga sekitar PUSDAI, dengan lebar median 2 m dan separator yang

memisahkan jalur lambat dengan jalur cepat masing-masing selebar 1 m.

Rencana pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan waktu, penggunaan quarry

dan sumber biaya kegiatan belum terdefinisi secara pasti. Pada saat ini,

kegiatan telah dilengkapi dengan kajian kelayakan yang secara kuat

merekomendasikan solusi yang disebutkan pada paragraf di atas untuk segera

dilaksanakan. Pemrakarsa belum melakukan upaya penyebarluasan informasi

kepada masyarakat menyangkut rencana kegiatan ini. Dengan demikian,

dapat diasumsikan bahwa kegiatan belum mendapatkan komentar ataupun

validasi secara politis.

2.4 Deskripsi Pekerjaan

1.1.5 Spesifikasi Teknis Underpass Gasibu

Desain underpass yang direncanakan berdasarkan kondisi sebagai berikut :

1. Terdiri dari 1 ramp on dan 1 ramp off;

2. Tidak melakukan perubahan pergerakan lalu lintas simpang. Pergerakan

belok kanan, lurus dan belok kiri pada lengan Jl.Wirayuda timur, Jl.Sentot

Alisyahbana dan Jl. Surapati difasilitasi dengan menggunakan

pengaturan sinyal.

9

Page 16: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Beberapa keuntungan dari desain ini antara lain :

Tidak membutuhkan pembebasan lahan yang luas untuk membangun

underpass dan pengaturan lalu lintas simpang di kawasan Gasibu;

Pergerakan kendaran simpang (belok kanan, lurus dan belok kiri) dapat

terlayani;

Tingginya fleksibilitas pengaturan arus lalu lintas dan manajemen

simpang.Hal tersebut dimungkinkan karena tersedianya cukup ruang

diatas underpass untuk melakukan manajemen lalu lintas;

Karena hanya 1 ramp on/off, tidak ada weaving pada frontage road;

Tidak ada konflik pejalan kaki dengan kendaraan yang melewati

underpass. Pergerakan pejalan kaki antar kawasan Gasibu dan kawasan

monumen perjuangan dapat difasilitasi secara aman dan efisien (karena

duck diatas underpass sangat lebar dan memungkinkan keleluasaan

pergerakan pejalan kaki);

Manajemen lalu lintas simpang lebih mudah, karena meminimalisasi

konflik diatas duck underpass.

Beberapa kekurangan dari desain ini yaitu :

Dengan menerapkan 1 ramp on dan 1 ramp off, utilisasi pengunaan

underpass tidak optimum. Mengakomodasi pergerakan barat-timur

hanya dari dan ke Jembatan layang Pasupati, mengakibatkan utilisasi

Underpass tidak maksimum, lebih kurang 50 %

10

Page 17: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Gambar 2-3 Potongan Melintang Segmen Awal dan Pertengahan

11

POTONGAN – A - A

POTONGAN – B - B

POTONGAN – C - C

Page 18: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Gambar 2-4 Potongan Melintang Pada Bagian Terowongan

12

Page 19: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

1.1.6 Tahap Kegiatan Pembangunan Underpass Gasibu

2.4.1.1Tahap Pra Konstruksi

Kegiatan pada tahap pra konstruksi adalah kegiatan survei lapangan yang

meliputi :

1. Studi kelayakan baik ditinjau dari segi teknis, finansial dan lingkungan;

2. Pengukuran lapangan

Kegiatan pengukuran lapangan dilakukan untuk memastikan pembangunan

underpass terletak pada RUMIJA.

3. Pengadaan tanah (lahan) dan pembebasan lahan untuk keperluan

konstruksi

Kegiatan pengadaan lahan dilakukan setelah pengukuran lapangan dan

kemudian dilakukan pematokan. Apabila proyek mengenai lahan

masyarakat, maka harus dilakukan pembebasan lahan untuk dijadikan

daerah milik jalan.

4. Identifikasi lokasi dan penyiapan lahan base camp.

Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan lokasi base camp yang tidak

mengganggu lingkungan sekitar namun tersedia pula fasilitas – fasilitas

pendukung bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

2.4.1.2Tahap Konstruksi

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi antara lain

pengadaan dan mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi alat berat dan material

konstruksi, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur dan pelapisan underpass.

Masa konstruksi diperkirakan akan berlangsung selama 1 (satu) tahun.

1. Penyiapan dan pembersihan lahan

Kegiatan ini merupakan kegiatan pematangan tentang batas proyek serta

merupakan persiapan akhir sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi.

2. Pengadaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Pengadaan tenaga kerja untuk pembangunan underpass Gasibu akan

dilakukan oleh pelaksana proyek diawal kegiatan konstruksi yaitu dengan

apabila memungkinkan merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar

proyek yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Kemungkinan

13

Page 20: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

3 4 7 8 9 10 11 12

6

2 194

3 Beton Struktural Kelas K 350 :a. Kolom pier 250

b. Kepala pier 870

4 Beton Struktural Kelas K 250- Dind. Pen. Tnh Pile Cap dan Abutmen 462

5 Beton tak bertulang kelas K 125- Pile cap dari pier 6.574

6 Tulangan U 40 unt Fly Over 815

7 Bored cast in place conc. 6.691

8 Test untuk bore pile 6

9 Galian Struk. Kedalaman 1 m unt pile cappier 165

16.033

1 2 65No

Jumlah Tenaga Kerja Terserap.

Jumlah Orang Hari

Jenis KegiatanBulan Pengerjaan

Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar

1Pekerjaan Galian unt Drainase dan SaluranAir

besar proyek akan merekrut tenaga kerja yang berasal dari daerah lain

apabila tenaga yang ada di lokasi proyek kurang/tidak tersedia. Tenaga

kerja dengan tingkat keahlian menengah keatas, merupakan tenaga tetap

dari pelaksana proyek. Karena itu akan terjadi mobilisasi pekerja ke daerah

sekitar lokasi kegiatan (proyek)

Perkiraan jumlah total tenaga kerja yang terserap untuk kegiatan ini adalah

25.924 orang hari (Tabel 2-1 ). Dengan demikian setiap hari jumlah pekerja

yang akan dipekerjakan berkisar sekitar 36 orang. Bila ditinjau berdasarkan

kurun waktu pelaksanaan konstruksi, maka jumlah tenaga kerja yang

terserap akan bervariasi seiring dengan volume pekerjaan yang sedang

dilaksanakan.

Tabel 2-1 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja

14

Page 21: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

3. Mobilisasi Alat Berat dan Material Konstruksi

a) Alat berat

Pekerjaan konstruksi underpass Gasibu akan memerlukan berbagai alat-

alat berat. Mobilisasi alat-alat berat akan dilaksanakan sesuai dengan

tata cara konstruksi serta jadwal dan rencana kerja dari kontraktor.

Pekerjaan akan berlangsung di sepanjang waktu pelaksanaan pekerjaan

konstruksi. Alat–alat berat yang diperkirakan akan digunakan untuk

masing–masing jenis pekerjaan sehingga perlu dimobilisasi secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 2-2.

Tabel 2-2 Jenis Pekerjaan dan Alat yang Digunakan

No. Jenis Pekerjaan Alat Berat yang Digunakan

1. Pekerjaan Tanah Grader, Road Roller, Vibro Roller, Back Hoe, Dump Truk, Bulldozer, Bor Pile

2. Pondasi Bor Pile3. Pekerjaan Pier, Abutment Beton Ready Mix4. Pekerjaan Struktur

- Erection Girder, Diafragma, Deck Slab

- Pengecoran Lantai Kendaraan, Trotoar

CrabeBeton Ready Mix

5. Pekerjaan Perkerasan Jalan Dump Truck, Asphalt Finisher, Pneumatic Tyre Roller, Tandem Roller, Tanki Air, Asphalt Mixing Plant, Asphalt Sprayer

Sedangkan kapasitas masing – masing alat yang akan digunakan pada

kegiatan konstruksi Underpass Gasibu adalah seperti tercantum pada

Tabel 2-3.

Tabel 2-3 Kapasitas Peralatan yang Digunakan

No. Jenis – Jenis Alat Kapasitas1. Back Hoe 1,50 m3

2. Bulldozer 1,25 m3

3. Road Roller 8 – 10 Ton4. Vibro Roller 6 – 8 Ton5. Grader 2,00 m3

6. Crane 10 Ton7. Bor8. Mollen 5,00 m3

15

Page 22: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

No. Jenis – Jenis Alat Kapasitas9. Vibrator

10. Dump Truk 10 m3

11. Pneumatic Tyre Roller 8 – 10 Ton12. Tandem Roller 8 – 10 Ton13. Asphalt Mixing Plant 50 Ton/Jam

b) Material Konstruksi

Material konstruksi yang akan digunakan untuk pekerjaan struktur

merupakan beton jadi atau precast yang kedatangannya akan

disesuaikan dengan jadwal pekerjaan. Dengan demikian penyimpanan

sementara material konstruksi tidak memerlukan tempat yang terlalu

luas. Rincian jenis bahan konstruksi yang digunakan selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 2-4, sedangkan perkiraan volumenya dapat

dilihat pada Error: Reference source not found.

Tabel 2-4 Jenis Bahan Konstruksi Yang Digunakan

No. Jenis Bahan Kapasitas

1 Beton Ready Mix (Beton Jadi)

2 Besi Beton Bahan

3 Gelagar Jembatan Gelagar Jadi

4 Diafragma Jembatan Difragma Jadi

5 Deck Slab Beton Lantai Jadi

6 Elastomeric Bearing Pad Dudukan Jembatan Jadi

7 Railing Bahan

8 Aspal Bahan Jadi

4. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah meliputi kegiatan pembongkaran aspal, galian tanah untuk

struktur, cofferdam, pekerjaan timbunan, timbunan tanah subgrade serta

clearing dan grubbing.

5. Pekerjaan Struktur

16

Page 23: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

6. Pekerjaan lain – lain

Pekerjaan yang termasuk didalamnya adalah perbaikan saluran drainase,

pembuatan trotoar, pemasangan kereb, pembuatan marka jalan, dan

pemasangan lampu penerangan jalan.

2.4.1.3Tahap Pasca Konstruksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca konstruksi adalah sebagai berikut :

7. Pengaturan lalu lintas

Kegiatan ini meliputi peraturan dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas.

Underpass dipergunakan untuk memfasilitasi pergerakan menerus dari

arah barat ke timur dan sebaliknya, sedangkan kendaraan menuju arah

lainnya menggunakan jalur (frontage) yang telah disediakan. Jalur lambat

digunakan untuk lalu lintas lokal, angkutan kota, dan sepeda motor

sedangkan jalur cepat digunakan untuk lalu lintas menerus atau kendaraan

yang akan menggunakan jalan layang Pasupati dan jalan sekitar underpass.

Untuk itu diperlukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas yang mengatur

pengoperasian underpass ini.

8. Pengoperasian Jalan Layang dan Jalur Lambat

Jalan dioperasikan berdasarkan peraturan yang telah dibuat dan

sebelumnya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media massa

maupun media elektronik agar masyarakat mengerti mengenai pengaturan

lalu lintas di koridor Gasibu dan underpass Gasibu tersebut.

9. Pemeliharaan jalan layang dan ruas jalan Surapati-Suci

Untuk mengoptimalkan masa layanan dan kualitas diperlukan upaya

pemeliharaan jalan secara berkala. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi

pembersihan ruas jalan, perbaikan struktur jalan yang rusak dan

pengecatan marka dan rambu–rambu sepanjang ruas jalan. Pemeliharaan

underpass ini dilakukan dalam 3 bentuk pemeliharaan yaitu :

Jaminan pekerjaan (selama 1 tahun setelah konstruksi selesai);

Pemeliharaan rutin (1 tahun sekali setelah masa jaminan pekerjaan

selesai);

Pemeliharaan Berkala (3 Tahun sekali).

17

Page 24: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Gambar 2-5 Sketsa Pengoperasian Underpass Gasibu

18

Keterangan :

a : terdiri dari 1 ramp on dan 1 ramp off

b : jalur pedestrian

Page 25: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

19

Page 26: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

BAB 3 KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA

DAMPAK

3.1 Komponen Lingkungan Fisik-Kimia

Komponen lingkungan fisik–kimia yang dikaji dalam studi UKL/UPL underpass

Gasibu meliputi iklim, kualitas udara dan kebisingan, kualitas air, hidrologi,

geologi serta ruang lahan dan tanah.

1.1.7 Iklim

Pengumpulan data iklim dilakukan dengan pencarian data sekunder tentang

iklim yaitu temperatur udara, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan

angin. Data iklim dikumpulkan dari Stasiun Meteorologi Geofisika Bandung.

a) Tipe Iklim dan Curah Hujan

Kondisi iklim di wilayah studi dan sekitarnya, relatif sama seperti iklim daerah

lain di Indonesia yaitu beriklim tropis, dengan dua musim yaitu musim kering

dan musim basah. Curah hujan cukup tinggi dan berdasarkan klasifikasi

menurut Schmidt dan Ferguson wilayah studi dan sekitarnya tergolong tipe

iklim A. Curah hujan rata – rata bulanan di wilayah studi berkisar antar 47,1 –

295,5 mm dimana curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan

tertinggi pada bulan Maret. Sedangkan hari hujan berkisar antara 5 – 25 hari.

Data curah hujan di wilayah studi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3-1.

KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK

20

Page 27: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Tabel 3-5 Curah Hujan Rata–Rata Bulanan

No.

Bulan Curah Hujan (mm)

Hari Hujan

1. Januari 191,3 242. Februari 167,4 233. Maret 295,5 254. April 204,7 225. Mei 152,8 166. Juni 159,6 137. Juli 103,1 118. Agustus 47,1 59. September 65,2 8

10. Oktober 226,6 2011. November 288,6 2312. Desember 231,3 21

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, 1998 – 2003

b) Temperatur Udara

Suhu udara rata – rata bulanan di Kota Bandung berkisar 23,1 0C – 24,1 0C,

dimana temperatur udara terendah (23,10C) terjadi pada bulan Februari

sementara tertinggi (24,10C) terjadi pada bulan September dan Oktober

(Tabel3-2)

Tabel 3-6 Temperatur Udara di Wilayah Studi

No

.Bulan

Temperatur (0C)Rata - rata

Minimum Maksimum

1. Januari 23,4 24,0 23,72. Februari 23,3 23,5 23,13. Maret 23,5 24,1 23,84. April 23,7 24,3 23,95. Mei 23,4 24,1 23,86. Juni 23,2 23,9 23,57. Juli 23,0 23,7 23,38. Agustus 23,1 23,9 23,49. September 23,7 24,4 24,1

10. Oktober 23,9 24,5 24,111. November 23,7 24,3 23,912. Desember 23,5 24,2 23,9

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, 1998 - 2003

c) Kelembaban Udara

Kelembaban Udara Nisbi berkisar antara 69,5% yang terjadi pada bulan

September dan 81,2% yang terjadi pada bulan Maret dan November. Data

kelembaban dan tekanan udara di wilayah studi selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 3-3.

21

Page 28: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Tabel 3-7 Kelembaban di Wilayah Studi

No. Bulan Kelembaban Nisbi (%)

1. Januari 80,32. Februari 80,03. Maret 81,24. April 81,05. Mei 78,56. Juni 76,27. Juli 75,08. Agustus 70,29. September 69,5

10. Oktober 77,211. November 81,212. Desember 78,8

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, 1998 - 2003

d) Arah dan Kecepatan Angin

Kecepatan angin rata – rata di wilayah studi berkisar antara 3,0 m/det yang

terjadi pada bulan April, November dan tertinggi sebesar 6,0 m/det yang

terjadi pada bulan Februari. Angin dominan adalah arah Barat atau angin

Timur. Data kecepatan dan arah angin di wilayah studi selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 3-4.

Tabel 3-8 Kecepatan dan Arah Angin di Wilayah Studi

No

.Bulan

Kecepatan Rata –

Rata (knot)Arah

1. Januari 4,9 Barat2. Februari 5,2 Barat3. Maret 4,1 Barat4. April 3,3 Barat5. Mei 4,0 Barat6. Juni 3,8 Timur7. Juli 4,2 Timur8. Agustus 4,5 Timur9. September 5,0 Timur10. Oktober 4,2 Timur11. November 3,8 Barat12. Desember 4,6 Barat

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, 1998 - 2003

22

Page 29: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Sedangkan untuk iklim dan cuaca pada saat studi berlangsung yaitu bulan

Desember, dilakukan pengujian pada 2 lokasi yang berbeda di sekitar wilayah

studi.

Tabel 3. 1 Kondisi Iklim dan Cuaca di Lokasi Pengujian

NO

.Parameter Satuan

Baku

Mutu

Hasil Pengujian

1 2

1 Suhu 0C - 26,67 28,672 Kecepatan Angin m/det - 0,283 0,2833 Arah Angin - - Barat Barat4 Kelembaban % - 53,67 53,335 Tekanan mmHG - 769,1 765,5

Sumber : Laboratorium Pengendalian Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004Lokasi 1 : Jl. GagakLokasi 2 : Jl. Panatayuda

1.1.8 Kualitas Udara dan Kebisingan

Pengambilan contoh udara untuk analisis gas H2S, NOX, NH3, SOX, CO, Pb dan

debu (TSP) dilakukan dengan metode langsung, yaitu penangkapan udara di

lapangan dengan bantuan pereaksi kimia (reagent). Pengambilan contoh

udara untuk pengukuran kadar debu menggunakan filter debu dan pompa

hisap. Pompa hisap yang digunakan adalah jenis high volume sampler (HVS).

Parameter kebisingan diukur dengan alat Noise Level Meter.

Metode analisis, alat analisis dan sampling yang digunakan untuk mengukur

parameter kualitas udara di wilayah dampak primer dapat dilihat pada Tabel

3-5.

Tabel 3-9 Metode Analisis dan Peralatan Sampling

No

.

Parameter Metode Analisis Alat Analisis Alat Sampling

1. H2S Spectrofotometer

Gas Sampler

2. NOX Saltzman Spectrofotometer

Gas Sampler

3. NH3 Nessler Spectrofotometer

Gas Sampler

4. SOX Pararosanilin Spectrofotometer

Gas Sampler

5. CO NDIR Spectrofotomete Gas Sampler

23

Page 30: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

r6. Pb Destruksi AAS Gas Sampler7. Debu Gravimetrik Timbangan

AnalitikHVS

Sumber : Laboratorium Pengendalian Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004

Gambar 3-6 Pengambilan Contoh Udara dan Kebisingan di Lokasi 1

a) Kualitas Udara

Kualitas udara memperlihatkan bahwa seluruh parameter yang diuji masih di

bawah baku mutu kualitas udara ambien yang dipersyaratkan (Tabel 3-10).

Uraian kondisi masing – masing parameter kualitas udara adalah sebagai

berikut :

Konsentrasi (kandungan) H2S hasil pengukuran berkisar dibawah 1,1 µg/m3.

Konsentrasi parameter ini di kedua lokasi sama;

Konsentrasi NOX hasil pengukuran berkisar antara 2,01 – 2,53 µg/m3.

Konsentrasi tertinggi yaitu sebesar 2,53 µg/m3 di lokasi 1. Hal ini

dikarenakan adanya peningkatan jumlah kendaraan yang melewati lokasi

ini, terutama kendaraan yang berbahan bakar bensin. Meskipun demikian

24

Page 31: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

konsentrasi NOX di lokasi tersebut masih di bawah ambang batas yang

dipersyaratkan oleh PP 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 400 µg/m3;

Konsentrasi NH3 berkisar antara 20,27 – 53,49 µg/m3, konsentrasi tertinggi

pada lokasi 2;

Konsentrasi SOX hasil pengukuran berkisar antara 384,80 – 386,70 µg/m3,

konsentrasi tertinggi pada lokasi 1. Meskipun demikian konsentrasi

tersebut masih berada di bawah ambang batas SOX yang dipersyaratkan

oleh PP 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 900 µg/m3;

Konsentrasi CO hasil pengukuran berkisar antara 702,00 – 936,00 µg/m3,

konsentrasi tertinggi di lokasi 2. Meskipun demikian kadar CO di lokasi ini

masih berada di bawah ambang batas CO yang dipersyaratkan oleh PP 41

Tahun 1999 yaitu sebesar 30.000 µg/m3. Timbulnya CO di udara

disebabkan oleh gas yang dihasilkan dalam ruang bakar kendaraan sebagai

akibat dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan

yang mengandung karbon atau oleh pembakaran di bawah tekanan dan

temperatur tinggi. Gas CO diproduksi oleh proses – proses yang artifisial

dan 80%-nya berasal dari asap kendaraan bermotor. Peningkatan gas CO

pada asap kendaraan terjadi bila campuran bahan bakar dengan oksigen

(udara) tidak cukup untuk memproduksi CO2 sehingga yang dihasilkan

adalah CO;

Konsentrasi Pb di kedua lokasi adalah sama yaitu 0,03 µg/m3. Konsentrasi

Pb di lokasi ini masih berada di bawah ambang batas Pb yang

dipersyaratkan oleh PP 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2 µg/m3;

Konsentrasi debu (TSP) hasil pengukuran berkisaar antara 31,37 – 39,58

µg/m3. Konsentrasi tertinggi terdapat di lokasi 1. Kandungan debu di lokasi

studi tidak melampaui baku mutu yang dipersyaratkan oleh PP 41 tahun

1999 yaitu maksimum 230 µg/m3.

Tabel 3-10 Kualitas Udara Ambien di Wilayah Studi

No

.Iklim Satuan

Baku

Mutu

Kualitas udara

1 2

Udara Ambien1. H2S µg/m3 - <1.1 <1.12. NOX µg/m3 400,00 2,53 2,013. NH3 µg/m3 - 20,27 53,494. SOX µg/m3 900,00 386,70 384,805. CO µg/m3 30000,0 702,00 936,00

25

Page 32: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

06. Pb µg/m3 2,00 0,03 0,037. Debu (TSP) µg/m3 230,00 39,58 31,37

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pengendalian Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004Lokasi 1 : Jl. GagakLokasi 2 : Jl. Panatayuda

b) Kebisingan

Tingkat kebisingan di rencana lokasi Pembangunan underpass Gasibu dan

sekitarnya berkisar antara 59,3 – 86,9 dBA. Tingkat kebisingan tertinggi

terukur di lokasi 2 yang mencapai 86,9 dBA. Tingkat kebisingan di kedua lokasi

pengukuran sudah melampaui ambang batas yang dipersyaratkan bagi

kawasan perumahan dan pemukiman sebesar 55 dBA. (Tabel 3-7)

Kebisingan akibat transportasi kendaraan bermotor bersumber dari suara

mesin, knalpot, klakson dan suara gesekan ban. Suara bising tersebut bukan

hanya berpengaruh terhadap kualitas kenyamanan untuk tinggal, akan tetapi

pada akhirnya berdampak pada kesehatan manusia, terutama pada aspek

psikologis.

Tabel 3-11 Kebisingan di Wilayah Dampak Primer

No

.

Kebising

an

Satua

n

Bak

u

Mut

u

Hasil Pengujian Hasil Pengujian

1 2

1 Kebisingan dBA 55 * 59,3 – 79,8 60,1 – 86,9

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pengendalian Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004Keterangan :*) Kep. MENLH No. 48 Tahun 1996 Peruntukkan Kawasan Perumahan dan PemukimanLokasi 1 : Jl. Gagak

Lokasi 2 : Jl. Panatayuda

1.1.9 Kualitas Air

Untuk memperoleh data kualitas air dilakukan dengan pengambilan contoh air.

Disamping itu dilakukan pula pengukuran beberapa parameter kualitas air

secara langsung di lapangan (in site).

Pengambilan contoh air dilakukan dengan cara grab sampling. Jumlah sampel

untuk analisis tersebut digunakan masing – masing 1 liter air dari setiap lokasi.

26

Page 33: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Lokasi pengambilan contoh air dilakukan di 2 lokasi yaitu pertama Jl. Gagak

dan lokasi kedua di Jl. Panatayuda.

Hasil analisis laboratorium mengenai kondisi air sumur dibandingkan dengan

Peraturan Menteri Kesehatan No. No. 416/Men-Kes/PER/IX/1990. Hasil

pemeriksanaan laboratorium air sumur gali di daerah Jl. Gagak menunjukkan

tidak adanya parameter yang melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Air

sumur gali di daerah Jl. Panatayuda menunjukkan bahwa parameter pH berada

di bawah nilai Baku Mutu yang ditetapkan (6,5 – 9) yaitu sebesar 6,06;

sedangkan untuk parameter lainnya tidak melampaui baku mutu yang

dipersyaratkan. Lebih lengkap mengenai data hasil pengujian kualitas air

sumur gali tersebut dapat dilihat pada Tabel 3-8.

Tabel 3-12 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur Gali di Wilayah Dampak Primer

No

.Parameter Satuan Baku Mutu*

Hasil Pengujian

1 2

FISIKA1 Bau - Tidak Berbau Tidak

BerbauTidak

Berbau2 Warna TCU 50 10 163 Residu Terlarut (TDS) Mg/L 1500 295,0 180,74 Kekeruhan NTU 25 3,07 0,765 Suhu 0C Suhu udara +3

0C23,8 25,7

KIMIA ANORGANIK1 Aluminium (Al) mg/L 0,2 0,064 < 0,0082 Besi (Fe) mg/L 1 0,15 0,013 Detergen (MBAS) mg/L 0,5 < 0,01 < 0,014 Fluorida (F) mg/L 1,5 0,45 0,235 Kadmium (Cd) mg/L 0,005 < 0,0005 < 0,00056 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 218 1297 Klorida (Cl-) mg/L 600 54,0 36,28 Kromium (Cr)6+ mg/L 0,05 0,02 0,029 Mangan (Mn+) mg/L 0,5 0,193 0,024

10 Nitrat (NO3-, N) mg/L 10 0,9 3,4

11 Nitrit (NO2-, N) mg/L 1 0,706 0,041

12 pH - 6,5 – 9 7,28 6,06^13 Seng (Zn) mg/L 15 0,17 0,0914 Sianida (Cn) mg/L 0,1 <0,005 < 0,00515 Sulfat (SO4) mg/L 400 17,8 28,516 Nilai Permanganat

(KmnO4)mg/L 10 2,46 2,46

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004Keterangan : 1. Air Sumur Gali Jl. Gagak

2. Air Sumur Gali Jl. Panatyuda

27

Page 34: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

*) Parameter yang diuji merupakan bagian dari parameter Air Bersih yang tercantum pada Permenkes No. 416/Men-Kes/PER/IX/1990

1.1.10 Geologi

Cekungan Bandung dibentuk oleh kombinasi Lake Deposit dari Produk

Gunung api muda dan gunung api tua. Di bagian utara dan barat cekungan

lebih banyak didominasi oleh lapukan breksi tufaan, lava batu pasir,

konglomerat, dimana breksi bersifat andesit, basalt , lava, berksi tufaan dan

konglomerat, membentuk punggung-punggung tak teratur dan terkadang

sangat curam.

Lebih ke utara Tufa pasir berasal dari produk gunung Dano dan gunung

Tangkuban Perahu, berupa tufa pasir coklat mengandung kristal-kristal

horenblenda yang kasar, lahar lapuk kemerah-merahan, lapisan-lapisan lapili

dan breksi, lebih ketimur lagi berupa undifferentiated old volcanic produk /

produk gunung api tua tak teruaraikan yang berupa breksi gunung api, lahar

dan lava berselang seling.

Bagian barat cekungan Bandung merupakan kombinasi Lake deposit dengan

kedalaman 0 – 125 m berupa lempung tufaan, batupasir tufaan dan kerikil

tufaan membentuk bidang-bidang perlapisan mendatar dibeberapa tempat,

mengandung kongkresi-kongkresi gamping, sisa tumbuhan. Pada beberapa

lokasi terdapat sisipan breksi.

Di bagian Timur dan selatan cekungan Bandung didominasi oleh endapan yang

berupa lempung ketufaan, batu pasir tufaan dengan kedalaman 0-130 m.

Selengkapnya peta geologi cekungan Bandung dapat dilihat pada Gambar 3-2.

Data mengenai fisiografi dan geologi diperoleh dengan mengoleksi data

sekunder dari studi/kajian yang dilakukan oleh tim studi kelayakan teknis.

Data fisiografi yang dikumpulkan mengenai beberapa parameter seperti

proses geomorfologi. Sedangkan data geologi meliputi parameter litologi

(tanah dan batuan), stratigragi, struktur geologi sifat tanah dan batuan dimana

didalamnya termasuk sifat keteknikan tanah/batuan secara umum.

a) Stratigrafi

28

Page 35: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Lokasi studi secara regional tersusun oleh satuan batuan sedimen yang

berumur Tersien – Kuarter, batuan hasil kegiatan gunung api kuarteer dan

endapan permukaan yang terdiri dari :

1. Endapan Danau terdiri dari lempung organik dan gambut dengan sisipan

pasir dan lempung, terutama pada sisi dari cekungan danau Bandung

Purba.

2. Endapan Hasil Gunung Api Muda tak teruraikan terdiri dari pasir tufaan,

lapili, lava dan aglomerat sebagian besar telah mengalami pelapukan kuat

menjadi tanah merah.

3. Endapan Hasil Gunung Apir Tua tak teruraikan (Formasi Cikapundung)

terdiri dari breksi dengan sisipan lava, Pumice Lapili dengan komposisi

basalt-andesit.

4. Batuan instrusi terdiri dari intrusi andesit, basalt dan dasit tersebar di

sebelah barat, utara dan selatan lokasi studi.

b) Struktur Geologi

Berdasarkan peta geologi cekungan Bandung (Tolocqyki, M dkk, 1992),

struktur geologi di daerah penyelidikan tidak berkembang tetapi di bagian

selatan daerah penyelidikan terdapat 2 (dua) zona sesar dengan arah ±

N1200E, sedangkan di bagian barat dijumpai zona sesar dengan arah ±

N1500E.

c) Geomorfologi

Daerah penyelidikan underpass Gasibu, mempunyai kemiringan lereng 0% -

3% dengan ketinggian 470,00 m – 700,00 m di atas permukaan laut.

Berdasarkan Peta Geologi Teknik lembar Bandung, Jawa Barat yang diterbitkan

Direktorat Tata Lingkungan (Djadja dan Hermawan, 1996) Skala 1 : 100.000.

Daerah Gasibu dan sekitarnya dilatar belakangi oleh kesamaan sifat fisik tanah

dan batuannya dapat dibedakan menjadi 8 (delapan) satuan geologi teknik,

bila tebal tanah kurang dari 1 (satu) meter maka akan dipetakan sebagai

batuan dasarnya. Masing – masing satuan geologi teknik mempunyai sifat fisik

dan keteknikan yang bervariasi.

29

Page 36: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Gambar 3-7 Peta Geologi Kota Bandung

30

Page 37: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

1.1.11 Ruang, Lahan, dan Tanah

Analisis ruang dan lahan dilakukan secara interpolasi dengan menggunakan

peta administrasi dan tata guna lahan disamping observasi lapangan. Dengan

cara matching, overlay peta, analisis fungsional dan analisis kemungkinan

perubahan untuk mendapatkan kesesuaian rencana pembangunan underpass

Gasibu.

a) Ruang

Untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, maka sektor industri perlu dipacu

lebih tinggi lagi dengan membangun pusat – pusat industri yang diharapkan

juga akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Dalam pembangunan

sektor industri ini, Kota Bandung memperlihatkan kemajuan yang sangat

pesat. Hampir di seluruh bagian kota telah berkembang daerah industri yang

cukup padat dan ditempati oleh berbagai jenis industri bagi home industry

maupun industri besar. Di dalam RDTR Kota Bandung sampai dengan tahun

2003, telah dialokasikan pula lahan kawasan industri yang terletak di Ujung

Berung dan Gede Bage. Dalam RDTR Kota Bandung tersebut juga telah

ditetapkan fungsi Kota Bandung yaitu sebagai Pusat Pemerintahan, Pusat

Pendidikan, Pusat Industri, Pusat Perdagangan Regional Jawa Barat dan

sebagai Etalase Jawa Barat.

Konsep struktur tata ruang wilayah (makro) di lokasi studi tidak terlepas dari

adanya konsep Bandung Metropolitas Area (BMA), dimana Bandung menjadi

bagian struktur tata ruang kota yang terintegrasi dengan kota – kota lain di

sekitarnya, sehingga pengembangan tata ruang untuk wilayah Kota Bandung

khususnya untuk wilayah pembangunan Bojonegara harus singkron dengan

rencana tata ruang di sekitarnya. Rencana struktur pusat pelayanan Kota

Bandung pada tahun 2010 diarahkan mempunyai 2 pusat pengembangan,

yaitu Alun – alun dan Gedebage.

b) Tanah

31

Page 38: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Jenis-jenis tanah dilokasi studi adalah umumnya jenis-jenis tanah di Cekungan

Bandung sesuai dengan tekstur tanah dan sebarannya, kedalaman efektif

masing-masing tanah bervariasi, adalah sebagai berikut :

1) Aluvial dengan kedalaman efektif 30-60 cm, tekstur tanah halus, sebaran

dibagian utara yaitu daerah yang relatif datar.

2) Latasol dengan kedalaman efektif <30 cm, tekstur tanah kasar, sebaran

dibagian selatan yang berupa perbukitan.

3) Padsolik merah kuning dengan kedalaman efektif >90 cm, tekstur tanah

halus, sebaran dibagian yang berombak.

4) Padsolik merah kuning dengan kedalaman efektif >90 cm, tekstur tanah

kasar, sebaran dibagian selatan yang memiliki formal bergunung.

c) Lalu lintas

Pencacahan volume lalu lintas dilakukan selama 12 jam secara menerus yang

dimulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00. Pencacahan dilakukan di

4 ruas jalan yang sekitar taman gasibu yang dapat dikatakan sebagai 4 lengan

simpang yang menghubungkan taman gasibu, monumen perjuangan dan jalan

layang pasupati., keempat pos pencacahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ruas jalan Wirayuda timur (utara )

2. Ruas jalan P.H.H Mustofa ( Timur)

3. Ruas Jalan Surapati (barat bagian bawah)

4. Ruas Jalan akses jalan layang Pasupati (barat bagian atas)

Tabel 3-13 Volume Lalu Lintas Ruas Untuk Masing-Masing Ruas

Dari hasil pencacahan tersebut diketahui volume masing-masing jenis

kendaraan pada setiap ruas, volume jam puncak serta volume total untuk

masing-masing ruas seperti digambarkan dalam Tabel 3-9 menunjukan volume

lalu lintas tertinggi terjadi pada ruas Wirayuda Timur dengan volume total 12

jam mencapai 25.511 kendaraan disusul oleh jalan layang Pasupati dengan

32

TC Ruas 01 Wirayuda Timur 25,511 49,787 TC Ruas 02 P.H.H Hasan Mustofa 20,380 30,333 TC Ruas 03 Pasupati 20,590 30,427 TC Ruas 04 Surapati 8,393 12,587

No .Pos Ruas Volume Total 12JamLHR

(Kend/hari)

Page 39: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

volume total 12 jam sebesar 20.590 kendaraan dan jumlah volume terendah

terjadi pada ruas Surapati dengan volume total 12 jam sebesar 8.393

kendaraan.

Untuk mengetahui komposisi volume kendaraan, jam sibuk dan volume jam

puncak untuk masing-masing ruas dapat dilihat pada Tabel 3-10, terlihat

bahwa jam sibuk umumnya terjadi pada sore hari antara pukul 16.00 – 18.00

yang terjadi di 3 ruas jalan yakni Wirayuda timur (arah utara), Pasupati dan

Surapati (arah barat) sedangkan jam sibuk untuk ruas jalan P.H.H Mustofa

(arah timur) terjadi pada pagi hari yakni antara pukul 07.45 - 08.45.

Tabel 3-14 Volume Jam Puncak Dan Komposisi Lalu Lintas Untuk Masing-Masing Ruas

No .Pos Ruas Jam Puncak

Volume Jam Puncak

TotalSepeda

Motor

Kendaraan

Penumpang

Ringan

Truk

sedang

Truk

Besar

Bus

TC Ruas 01 Wirayuda Timur 17.00-18.00 2559 1146 17 3 9 3734

TC Ruas 02 P.H.H Hasan Mustofa 07.45-08.45 1562 691 7 15 0 2275

TC Ruas 03 Pasupati 16.15-17.15 1437 784 49 3 9 2282

TC Ruas 04 Surapati 16.30-17.30 480 458 5 0 1 944

Volume lalu lintas jam puncak tertinggi terjadi di ruas jalan Wirayuda timur

sebesar 3.734 kendaraan, dan volume trendah terjadi pada ruas jalan Surapati

dengan volume jam puncak sebesar 480 kendaraan. Secara umum jenis

kendaraan sepeda motor selalu mendominasi komposisi volume lalu lintas

berkisar antara 47 % - 60 % pada seluruh ruas yang diamati, disusul oleh

kendaraan kendaraan mobil penumpang ringan berkisar antara 39 % - 52 %,

secara lengkap komposisi volume lalu lintas dapat dilihat pada tabel Tabel 3-

11.

33

Page 40: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Tabel 3-15 Komposisi Lalu Lintas Untuk Masing-Masing Ruas

No .Pos Ruas

Komposisi Lalu lintas Jumlah

Sepeda

Motor

Kendaraan

Penumpan

g Ringan

Truk

sedang

Truk

BesarBus

Total

12 jam

TC Ruas

01Wirayuda Timur

15,247 9,946 184 53 81 25,511

59.77% 38.99% 0.72% 0.21% 0.32% 100.00%

TC Ruas

02P.H.H Hasan Mustofa

11,542 8,603 87 136 12 20,380

56.63% 42.21% 0.43% 0.67% 0.06% 100.00%

TC Ruas

03Pasupati

11,576 8,395 504 61 20,590 20,590

56.22% 40.77% 2.45% 0.30%100.00

%100.00%

TC Ruas

04Surapati

3,961 4,362 47 3 20 8,393

47.19% 51.97% 0.56% 0.04% 0.24% 100.00%

34

Page 41: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Gambar 3-8 Volume Pergerakan Kendaraan Di Kawasan Gasibu

35

Jl. Wirayuda Timur

Jl. P.H.H MustofaJl. Surapati & Pasopati

SM

10250

MP

13179

TS

3173

TB

244

BUS

1220

SM

7566

MP

3661

TS

488

TB

244

BUS

244

SM

6345

MP

2441

TS

244

TB

244

BUS

244

SM

2108

MP

1898

TS

211

TB

211

BUS

211

SM

6958

MP

4428

TS

633

TB

211

BUS

211

SM

11808

MP

12651

TS

843

TB

422

BUS

211

SM

6575

MP

3287

TS

149

TB

149

BUS

149

SM

2092

MP

5080

TS

747

TB

149

BUS

149

SM

6276

MP

5080

TS

149

TB

149

BUS

149

VOLUME LALU-LINTAS 2005

Dalam Satuan Kendaraan

Page 42: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

d) Kegiatan disekitar

Kegiatan yang berada di lokasi studi terutama pada ruas jalan layang Pasupati

hingga Jalan Gagak dan Pusdai diantaranya adalah : perkantoran, bank,

lapangan olahraga, restoran dan rumah makan, jasa dan perdagangan. Secara

umum kegiatan yang berada di sepanjang lokasi didominasi oleh kegiatan jasa

dan perdagangan diantaranya rumah makan, restoran, dan lainnya.

3.2 Komponen Biologi

Metode pengumpulan data untuk biota darat (flora dan fauna) yang digunakan

adalah metode survei/jelajah. Sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah

dengan menginventarisasi jenis flora dan fauna darat yang dijumpai di lokasi

proyek dan sekitarnya.

1.1.12 Flora Darat

Flora atau vegetasi di wilayah studi umumnya merupakan jenis tumbuhan

yang sengaja ditanam untuk peneduh/pohon pelindung, untuk menambah

keindahan (estetika), sebagai sumber buah-buahan. Oleh karena itu jenis

tumbuhan yang dijumpai umumnya adalah tumbuhan yang mempunyai nilai

ekonomis dan estetis.

Jenis tumbuhan disepanjang jalur jalan pada umumnya terdiri dari pohon

palem raja, flamboyan, kere payung dan angsana. Sementara itu di

pekarangan bangunan-bangunan sepanjang jalan dan pemukiman sekitarnya

terdapat berbagai jenis tanaman hias, tanaman buah dan jenis yang termasuk

kategori langka atau dilindungi. Jenis tanaman di lokasi studi disajikan pada

Tabel 3-12.

Tabel 3-16 Jenis Tumbuhan di Wilayah Studi

NO NAMA LOKAL NAMA ILMIAH LOKASI MAYORITAS1 Palem Raja Roystonea Regia Jl. Surapati2 Kere Payung Filicium Decipiens Jl. Surapati3 Flamboyan Deloniz Regia Jl. Surapati 4 Angsana Pterocarpus Indicus Jl. Surapati

Sumber : Hasil Survey Primer, 2005

36

Page 43: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

1.1.13 Fauna Darat

Jenis fauna yang ada di suatu daerah berkaitan erat dengan kondisi lahan

sebagai habitat jenis fauna tersebut. Oleh karena itu mengingat bahwa tata

guna lahan di lokasi proyek dan sekitarnya umumnya merupakan jasa,

perdagangan, dan perkantoran, maka jenis-jenis fauna yang dijumpai juga

merupakan jenis-jenis yang sudah beradaptasi dengan pemukiman, disamping

fauna domestik (ternak). Seluruh jenis fauna yang dijumpai di lokasi proyek

dan sekitarnya tidak terdapat jenis yang termasuk kategori jenis langka atau

dilindungi.

37

Page 44: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

BAB 4 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL

4.1 Identifikasi Dampak Potensial

Rencana kegiatan pembangunan underpass Gasibu yang berpotensi

menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan diidentifikasi dengan

menggunakan metode matriks interaksi (Tabel 4-1). Matriks interaksi tersebut

kemudian digunakan sebagai panduan menentukan besaran dan sifat dampak.

Tabel 4-17 Matriks Interaksi Antara Kegiatan Rencana Pembangunan Underpass Gasibu dengan Komponen Lingkungan

No

Jenis Kegiatan

Komponen LIngkungan

Pra Konstruk

siKonstruksi

Pasca Konstruk

si

Su

rvei La

pan

gan

Relo

kasi

Uti

litas

Peng

ad

aan

dan

Mob

ilisa

si T

en

ag

a

Kerj

a

Mob

ilisa

si A

lat

Bera

t d

an

Mate

rial

Kon

stru

ksi

Peke

rjaan

Tan

ah

Peke

rjaan

Str

ukt

ur

Pela

pis

an

Jala

n L

ayan

g

Peng

op

era

sian Jala

n L

ayang

Pem

elih

ara

an

Jala

n L

ayan

g

I. KIMIA FISIK1. Kualitas Udara/Kebisingan

√ √ √ √ √

2. Hidrologi √3. Kualitas Air √ √4. Geologi √5. Ruang, Lahan dan Tanah

√ √

II BIOLOGI1. Biota Air √ √

III SOSIAL1. Kependudukan √2. Mata Pencaharian √ √ √ √ √ √3. Sarana/Prasarana Umum

√ √ √

4. Persepsi Masyarakat √ √ √ √ √ √ √ √ √

38

JENIS DAMPAK YANG TIMBUL

Page 45: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

5. Lalulintas √ √ √ √ √6. Kesehatan Masyarakat √ √ √ √ √

Keterangan : √ = Dampak Potensial

4.2 Jenis Dampak yang Timbul Pada Tahap Pra Konstruksi

1.1.14 Keresahan Sosial Masyarakat

Dampak ini umumnya bersifat negatif, langsung dan memiliki kemungkinan

berbalik (reversible). Indikasi adanya dampak biasanya muncul pada saat

kegiatan survei, pengukuran lapangan dan pengadaan lahan. Dampak yang

muncul berupa keresahan masyarakat. Indikatornya adalah adanya tanggapan

dan reaksi masyarakat yang negatif terhadap proyek, serta adanya usaha-

usaha menghambat pelaksanaan kegiatan tersebut. Keresahan umumnya

terjadi diantara anggota masyarakat yang memiliki kepentingan langsung

terhadap lokasi pekerjaan, misalnya pemilik warung atau usaha lain di tepi

jalan atau pun pihak-pihak yang memiliki sisa lahan relatif sempit, sehingga

jika pembangunan dilakukan dapat mengurangi kenyamanan akses.

Dampak ini tetap perlu dikelola, meskipun sebagian besar responden (68%)

menyatakan tidak akan merasakan gangguan yang ditimbulkan oleh kegiatan

pendataan seperti pengukuran, pematokan, dan wawancara. Untuk skala –5

sampai dengan +5, dampak ini diperkirakan memiliki besaran –1 dengan

probabilitas sedang.

1.1.15 Berkurangnya Lahan Milik Penduduk Akibat Pembebasan Lahan

Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah pembebasan lahan.

Indikatornya adalah reaksi penerimaan/penolakan masyarakat yang lahannya

berkurang akibat pembebasan lahan. Reaksi yang muncul dapat berupa

penetapan harga tanah jauh di atas harga pasar atau adanya upaya-upaya

penggalangan masyarakat untuk menolak pembebasan lahan. Dampak ini

bersifat negatif terhadap kelangsungan kegiatan, terutama apabila terjadi

pada pelebaran ruas karena dapat mengakibatkan geometri jalan tidak

seragam. Pengurangan lahan milik penduduk ini akan berdampak langsung

karena masyarakat harus memulai pemindahan barang, meubel dan

39

Page 46: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

memundurkan pagar rumah. Perlu diwaspadai lebih jauh karena mungkin akan

terjadi pembalikan dampak apabila ada provokasi diantara masyarakat.

Besaran dampak diperkirakan –5, namun probabilitasnya relatif rendah karena

sebagian besar lahan yang tersedia telah dibebaskan. Persoalan mungkin akan

berkembang kurang baik pada masa pasca kontruksi, terutama apabila

beberapa restoran gagal menyediakan lahan parkir bagi tamunya.

4.3 Jenis Dampak yang Timbul Pada Tahap Konstruksi

1.1.16 Penyerapan Tenaga Kerja Dan Kecemburuan Sosial Masyarakat

Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun pendatang,

berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja perorangan. Tersedianya

peluang kerja tersebut sekaligus membuka peluang terjadinya persaingan

diantara mereka. Persaingan tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan

kecemburuan sosial.

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan underpass Gasibu ini

memberikan kesempatan kerja sebanyak 36 orang diantaranya merupakan 23

orang tenaga kasar. Biasanya kelompok tenaga kerja yang sudah mempunyai

hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana lebih berpeluang untuk

mendapatkan kesempatan tersebut. Diharapkan recruitment pekerja

dilaksanakan dengan mengutamakan tenaga kerja lokal. Sebanyak 20%

responden menyatakan berkeinginan untuk bekerja pada proyek ini, hal ini

harus diakomodasikan dengan baik untuk menghindari terjadinya

kecemburuan sosial yang akan berdampak langsung pada pelaksanaan

pekerjaan.

Dampak ini dapat bersifat positif, berpengaruh langsung, sangat mungkin

berbalik dan berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan. Mengingat

besarnya jumlah peminat untuk ikut berperan dalam kegiatan ini sebagai

pekerja cukup besar, maka probabilitas dampak ini dapat diasumsikan tinggi,

dengan nilai besaran +3. Indikatornya adalah ada/tidaknya keresahan

masyarakat sehubungan dengan penyerapan tenaga proyek.

40

Page 47: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

1.1.17 Penurunan Kualitas Udara Dan Peningkatan Kebisingan

Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah :

a. Pengangkutan material konstruksi;

b. Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah;

c. Pekerjaan struktur konstruksi perkerasan beton, jembatan, drainase, dan

bangunan penahan longsor serta median.

Komplain masyarakat terhadap proyek karena cepat dan tebalnya penyebaran

lapisan debu pada lantai, tembok, atap, atau properti lainnya dapat dijadikan

indikator awal sebelum dilakukannya pengukuran sesuai ketentuan yang

berlaku. Untuk dapat mengefektifkan umpan balik dari masyarakat,

mekanisme penerimaan umpan balik dan pengelolaan umpan balik perlu

disiapkan. Indikatornya adalah baku mutu udara ambien dan kebisingan. Pada

tahapan ini dampak terhadap kualitas udara berlangsung pada periode yang

tertentu, sesuai jadwal pekerjaan. Namun demikian, jika tidak dilakukan upaya

pengurangan dampak, kemungkinan terjadi dampak turunan berupa

meningkatnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada masyarakat di

sekitar lokasi kegiatan. Selain itu, meningkatnya kadar debu pada musim

kemarau dapat mendorong penyebaran penyakit-penyakit infeksi bakteria,

seperti TBC, Typhus, dan penyakit-penyakit perut lainnya.

Dampak peningkatan polusi udara dan kebisingan ini akan dirasakan langsung

oleh masyarakat. Selain itu, dampak ini akan memiliki probabilitas tinggi.

Besaran dampak pada skala –5 sampai dengan +5 adalah –4.

1.1.18 Peningkatan Erosi Dan Pelumpuran

Sumber dampak adalah hanyutan tanah dari lokasi kegiatan proyek, daerah

pengurugan yang belum dilakukan pemadatan dan gangguan fungsi saluran

drainase lokal dan gorong-gorong. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan

erosi adalah:

a) Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah;

b) Pengangkutan material;

c) Pekerjaan struktur: perkerasan beton, jembatan, drainase dan dinding

penahan longsor.

41

Page 48: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Gambar 4-9 Salah Satu Saluran Drainase di Wilayah Studi

Sebagian besar responden (36%) menyatakan akan sangat terganggu dengan

pekerjaan gali-urug yang menimbulkan becek dan debu dan sebagian besar

responden juga mengkhawatirkan mengenai menurunnya kualitas air di

sekitar wilayah studi. Indikatornya adalah adanya pengendapan material pada

outlet saluran-saluran pembuangan, maupun sungai-sungai disekitarnya dan

drainase. Indikator lain yang juga dapat digunakan sebagai gejala awal adalah

kebersihan lingkungan kerja dan adanya pengelolaan terhadap sampah dan

ceceran tanah. Jika lokasi pekerjaan tidak senantiasa dijaga dalam keadaan

bersih, maka kemungkinan terjadinya penyumbatan pada saluran drainase

pada musim hujan akan besar.Dampak ini bersifat langsung, tidak berbalik,

dan memiliki probabilitas tinggi. Besaran dampak diperkirakan –3.

1.1.19 Perubahan Bentang Alam (Perubahan Tata Guna Lahan)

Sumber dampaknya adalah pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan,

pembangunan jembatan layang yang relatif lebih tinggi dari daerah di

42

Page 49: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

sekitarnya. Dampak ini dapat bersifat negatif apabila terdapat situs-situs yang

memiliki nilai arsitektur estetik di sekitar lokasi pekerjaan atau adanya

gangguan terhadap gelombang radio/televsi yang mungkin berpengaruh pada

sistem komunikasi atau penangkapan televisi masyarakat di sekitarnya.

Sepanjang pengamatan, tampaknya tidak terdapat situs estetik di sekitar

lokasi.

1.1.20 Penebangan Vegetasi

Sumber dampaknya adalah penyiapan lahan untuk konstruksi underpass.

Dampak ini dapat bersifat negatif karena iklim di sekitar lokasi pekerjaan akan

semakin panas dengan tidak adanya vegetasi sebagai pelindung dari sinar

matahari dan penyerapan CO2. Sepanjang pengamatan, terdapat 4 jenis

vegetasi mayoritas yang terdapat di wilayah studi yaitu palem raja, angsana,

flamboyan, dan kere payung. Sebanyak 41% responden menyatakan tidak

terganggu akan penebangan vegetasi dikarenakan hal tersebut telah terjadi

pula pada pekerjaan sebelumnya yaitu proyek jalan layang Pasupati, namun

masyarakat mengharapkan adanya penanaman kembali vegetasi di lokasi

pekerjaan agar iklim di sekitarnya kembali seperti semula.

Dampak turunan yang dapat timbul akibat penebangan vegetasi ini adalah

terjadinya peningkatan temperatur lokal. Menurunnya minat masyarakat untuk

berjalan kaki, dan menurunnya nilai estetika. Dampak ini akan memberi

pengaruh langsung terhadap peningkatan temperatur dan penurunan nilai

estetika. Dampak ini dapat berbalik, karena memberi dampak turunan dengan

probabilitas sedang. Besaran dampak diperkirakan –4.

1.1.21 Pemindahan Jaringan Utilitas PDAM, PLN, dan Telkom

Sumber dampak adalah kegiatan pembangunan underpass yang mengganggu

posisi jaringan pipa primer maupun transmisi dari PDAM, jaringan listrik dan

jaringan telepon. Kondisi jaringan utilitas membentang sepanjang koridor Jalan

Surapati dan Suci serta berjarak hanya 2 meter dari bahu jalan saat ini

43

Page 50: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

(terletak pada RUMIJA). Pada saat pembangunan underpass, jaringan utilitas

yang ada harus dipindahkan terlebih dahulu.

Gambar 4-10 Jaringan Utilitas PDAM dan PLN

Sebanyak 57% responden akan merasa sangat terganggu apabila terjadi

pemadaman sementara pada saat relokasi utilitas yang terkena pemindahan.

Sebagian besar responden (34%) juga akan merasa terganggu oleh kemacetan

yang disebabkan oleh relokasi utilitas tersebut. Indikator dari dampak ini

adalah terhentinya untuk sementara pelayanan fasilitas air bersih, listrik, dan

telekomunikasi yang menggunakan jaringan utilitas tersebut. Sehingga perlu

diperhitungkan biaya dan waktu yang minimum untuk pemindahan jaringan

utilitas tersebut agar tidak terlalu lama mengganggu pelayanannya.

Dampak ini bersifat negatif, apabila tidak dikelola dengan baik, dampak ini

sangat mungkin berpengaruh buruk meskipun tidak berbalik (Irrevisible).

Dampak akan langsung dirasakan oleh masyarakat dengan probabilitas

44

Page 51: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

sedang. Mengingat kekhawatiran masyarakat, dengan tingkat probabilitasnya,

besaran dampak ini diperkirakan mencapai –4.

1.1.22 Gangguan Aliran Air Permukaan dan Terjadinya Genangan Serta

Menurunnya Kualitas Air

Sumber dampak adalah kegiatan yang terkait dengan :

a) Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah;

b) Pekerjaan struktur

Hal ini akan menimbulkan kondisi aliran permukaan dan saluran-saluran

drainase, serta bentang alam yang ada disekitar lokasi kegiatan yang rusak

dan mengganggu aliran permukaan. Indikatornya adalah rusak atau tidak

berfungsinya saluran drainase disekitar lokasi kegiatan, sehingga terjadi

genangan air dan kualitas air sekitar lokasi. Dampak ini bersifat langsung,

memungkinkan pembalikan dan terjadinya dampak turunan, probabilitas

tinggi. Besaran dampak diperkirakan –2.

1.1.23 Gangguan Terhadap Kegiatan Lalu Lintas (Kerusakan Prasarana

Jalan)

Kegiatan yang dapat menimbulkan dampak kerusakan prasarana jalan

adalah :

- Transportasi material, peralatan konstruksi dan bahan urugan;

- Mobilisasi dan alat-alat berat di jalan umum yang tidak mampu bergerak

cepat;

- Ceceran tanah di jalan-jalan umum yang terjadi selama ada kegiatan

pekerjaan tanah, galian, timbunan, angkutan, perataan, pemadatan.

Dampak kerusakan prasarana jalan ini dapat menimbulkan :

- Kondisi kerusakan jalan pada jalur transportasi material dan

peralatan proyek

- Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin

karena ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan,

dan lain-lain).

45

Page 52: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Indikatornya adalah : kerusakan prasarana jalan, intensitas dan frekuensi

kecelakaan. Sebanyak 87% responden menyatakan merasa terganggu dengan

berlangsung mobilisasi alat berat dan material karena akan menyebabkan

kemacetan, debu dan kebisingan. Dampak ini bersifat tidak langsung pada

masyarakat di lokasi kegiatan, tidak memiliki efek pembalikan, dan

probabilitas sedang. Besaran dampak diperkirakan –3.

4.4 Jenis Dampak Yang Timbul pada Tahap Pasca Konstruksi

1.1.24 Terganggunya Mobilitas Akibat Dibangunnya Underpass Gasibu

Sumber dampak adalah beroperasinya jalan menjadi barrier kebebasan

pejalan kaki di kawasan seperti Gasibu dan sekitarnya untuk menuju ke

tempat di seberang jalan baik untuk kepentingan ekonomis maupun budaya.

Peraturan-peraturan yang melingkupi beroperasinya jalan juga membatasi

kebebasan masyarakat dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaannya.

Indikatornya adalah frekuensi perlintasan oleh pejalan kaki dan tingkat

kecelakaan yang terjadi sepanjang underpass Gasibu yang terjadi. Dampak ini

akan dirasakan langsung oleh sebagian masyarakat, terutama pengguna

angkutan umum dan pejalan kaki, serta merupakan dampak yang membalik,

karena dapat mengganggu efisiensi lalu lintas. Peluang kejadian dampak

adalah sedang dan besaran diperkirakan –2.

1.1.25 Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan

Sumber dampak adalah pengoperasian underpass Gasibu. Tingkat pelayanan

lengan persimpangan yang dihitung berdasarkan V/C-ratio pada tahun 2005

adalah 0,68 (Survei Primer, 2005). Tingkat pelayanan ini sudah mendekati

kejenuhan, sehingga volume lalulintas mungkin tidak akan bertambah cukup

besar apabila proyek tidak dibangun, sehingga emisi yang diharapkan akan

dilepas dari sepanjang lengan persimpangan tidak bertambah cukup besar.

Pertumbuhan total lalulintas yang diharapkan pada tahun 2009 adalah 2,3 kali

jumlah kendaraan per hari yang melalui lengan-lengan persimpangan pada

46

Page 53: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

tahun ini. Jika ini terjadi, maka lengan-lengan persimpangan akan

memberikan generasi emisi linear dengan pertumbuhan lalulintas. Jika tidak

ada upaya penurunan laju emisi kendaraan, kondisi ini dapat mengakibatkan

menurunnya kualitas udara secara signifikan di lokasi pekerjaan pada akhir

tahun prediksi dan membuat rumah-rumah yang berada dekat dengan lokasi

pekerjaan tidak layak huni.

Namun demikian, permasalahan ini merupakan permasalahan pada skala lokal

dan regional. Penanganan untuk ini tidak bisa hanya dilakukan secara parsial

pada satu lokasi saja. Karena itu, upaya yang perlu dilakukan adalah menekan

pertumbuhan lalulintas dengan mengefektifkan berbagai upaya pengelolaan

sistem transportasi untuk mengurangi pertumbuhan laju emisi dan

menyebarkan lalulintas lebih merata. Indikatornya adalah baku mutu

lingkungan dari parameter kualitas udara seperti Nox, COx, SO2, O3, Pb, debu

dan kebisingan.

Pada saat ini, kualitas udara masih jauh di bawah ambang batas baku mutu

kualitas udara ambien yang dipersyaratkan. Namun tingkat kebisingan di

rencana lokasi pekerjaan telah melampaui ambang batas yang dipersyaratkan

bagi kawasan jasa dan perdagangan (55 dBA) yaitu berkisar antara 59,3 – 86,9

dBA. Tingkat kebisingan ini diperkirakan akan meningkat pada saat tahap

konstruksi dan meningkat 3 dBA pada lima tahun mendatang akibat

meningkatnya kecepatan rata – rata dan volume kendaraan. Sebagian besar

responden (64%) menyatakan akan merasa terganggu hingga sangat

terganggu dengan polusi udara dan kebisingan yang ditimbulkan oleh

operasional underpass Gasibu.

Proyeksi kualitas udara dengan menggunakan parameter pertumbuhan linier

volume kendaraan di wilayah studi, menunjukkan bahwa beberapa parameter

kualitas udara mengalami peningkatan walaupun hingga akhir tahun rencana

yaitu tahun 2029 belum melampaui batas ambang baku mutu masing –

masing parameter. Parameter NH3 yang pada tahun 2004 mencapai angka

53,49 µg/m3, pada tahun 2014 diperkirakan akan mencapai angka 84,80

µg/m3 dan tahun 2029 diperkirakan mencapai angka 119,79 µg/m3. Proyeksi

kadar NOX di wilayah studi pada tahun 2014 hingga tahun 2029 mengalami

47

Page 54: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

peningkatan seiring dengan meningkatnya volume kendaraan, namun kadar

parameter ini belum melampaui batas ambang baku mutu yang telah

ditetapkan yaitu sebesar 400 µg/m3. Kadar NOX pada tahun 2014 diperkirakan

mencapai 4,01 µg/m3 dan tahun 2029 diperkirakan mencapai 5,67 µg/m3.

Begitu juga yang terjadi pada proyeksi kadar CO, peningkatannya tidak

melampaui ambang batas baku mutu (30.000 µg/m3). Pada tahun 2014, kadar

CO diperkirakan sebesar 1.483,91 µg/m3 dan pada tahun 2029 diperkirakan

kadar CO di wilayah studi mencapai angka 2.096,24 µg/m3.

Sementara itu, proyeksi kadar SOX pada tahun 2014 – 2029 menunjukkan

adanya peningkatan mendekati ambang batas baku mutu yang ditetapkan

(900 µg/m3). Pada tahun 2014, proyeksi parameter SOX mencapai angka

613,07 µg/m3 dan pada tahun 2029 diperkirakan akan mencapai angka 866,04

µg/m3. Dampak ini bersifat langsung, namun sangat memungkinkan terjadinya

pembalikan dampak terhadap inprastruktur apabila tidak ditangani dengan

baik. Peluang kejadian dampak adalah tinggi dengan besaran –3.

1.1.26 Perubahan Tata Guna Lahan Sekitar Rumija

Sumber dampak adalah peruntukkan lahan di wilayah studi yang tidak

terkendali dan menyimpang dari RTRW yang telah ditetapkan, karena

keberadaan dan pengoperasian underpass Gasibu. Indikatornya adalah

terdapatnya bangunan-bangunan permukiman dan jasa perdagangan disekitar

RuMIJA dan jalan akses yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Melihat

perubahan ruang yang ada, dampak ini dapat berarti positif pada sistem

perekonomian kota Bandung dan akan mendukung pertumbuhan ruang bisnis.

Namun demikian apabila tidak ditangani dengan baik, situasi akan mengarah

pada pertumbuhan bangunan ilegal. Dampak ini bersifat langsung, membalik,

dengan peluang kejadian tinggi. Besaran dampak diperkirakan +3.

Tabel 4-18 Matriks Potensi Dampak

N

oJenis Dampak

Lokas

i

Taha

p

Duras

i

Lsg/T

LsgRev/Irr

Prob

.

Besara

n

1 Keresahan Sosial Masyarakat A P/K/O 2 th Lsg Rev S -12 Berkurangnya lahan milik B P 1 th Lsg Rev R -5

48

Page 55: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

penduduk akibat pembebasan lahan

3 Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan

A K/O > 2 th Lsg Irr T -4

4 Penyerapan Tenaga Kerja A K 2 th Lsg Rev T +35 Kecemburuan sosial masyarakat

(penyerapan tenaga kerja)A K 2 th T. Lsg Rev R -1

6 Peningkatan erosi dan pelumpuran

C K 2 th Lsg Irr T -3

7 Perubahan bentang alam (perubahan tata guna lahan)

B K/O > 2 th Lsg Rev R -2

8 Penebangan vegetasi A+B K >2 th Lsg Rev S -49 Pemindahan jaringan utilitas

PDAM, PLN dan TelkomB P 6 bln T. Lsg Irr S -1

10 Gangguan aliran permukaan dan terjadinya genangan serta menurunnya kualitas air

C K 2 th Lsg Rev T -2

11 Gangguan terhadap kegiatan lalu lintas (kerusakan prasarana jalan)

B K 2 th T. Lsg Rev S -3

12 Perubahan Tata Guna Lahan Sekitar Damija

A K/O > 2 th T. Lsg Rev T +3

13 Gangguan mobilitas A+B O > 2 th Lsg Rev S -2Keterangan :Lokasi :A = Sekitar Lokasi PekerjaanB = Sepanjang ruas Surapati-SuciC = Regional

Tahap :P = PrakonstruksiK = KonstruksiO = Operasional (Pasca Konstruksi)

Sifat DampakLsg = Berdampak langsungT. Lsg = Berdampak tidak langsung

Rev = Dapat berbalikIrr = Tidak berbalik

Prob = Probability (Peluang kejadian)T = TinggiS = SedangR = Rendah

Besaran :Besaran dampak dengan skala penilaian +5 hingga – 5

4.5 Ringkasan

Secara keseluruhan, terdapat 13 dampak yang perlu mendapatkan

pengelolaan. Keseluruhan dampak tersebut terjadi pada saat pra konstruksi,

masa konstruksi dan pasca konstruksi. Ringkasan potensi dampak dari setiap

dampak yang dievaluasi berdasarkan lokasi, tahapan kegiatan, durasi, sifat

dampak, peluang kejadian, dan besarnya dampak dapat dilihat pada Tabel 4-2.

49

Page 56: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

BAB 5 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

5.1 Pengelolaan Lingkungan Pada Tahap Pra Konstruksi

1.1.27 Pengukuran dan Penetapan Lokasi Proyek

Pekerjaan pengukuran dan penetapan lokasi proyek dilakukan untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dan akurat dengan pembahasan sebagai

berikut :

a. Dampak penting yang dikelola

Kemungkinan tanah penduduk terkena proyek dapat menimbulkan

keresahan masyarakat (pemilik tanah) karena berkurangnya luas lahan

yang mereka miliki. Keresahan tersebut juga didorong oleh gambaran akan

nilai ganti rugi atas tanah yang kemungkinan di bawah harga pasaran

setempat untuk proyek.

b. Sumber dampak

Keresahan masyarakat tersebut di atas diakibatkan oleh kegiatan

pengukuran lahan untuk proyek.

c. Tolok ukur dampak

Intensitas dan frekuensi keluhan warga/pemilik tanah yang terkena

pengukuran tentang ketidakpastian akan tanahnya, apakah akan terkena

proyek ataukah tidak.

d. Tujuan pengelolaan lingkungan

Meniadakan atau menekan sampai batas minimal keresahan masyarakat

akibat pengukuran lokasi proyek.

e. Upaya pengelolaan lingkungan

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang rencana

proyek meliputi rencana pembebasan tanah dan jadwal pelaksanaan

kegiatan.

Melakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya

spekulan tanah yang dapat merugikan para pemilik tanah.

50

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Page 57: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Melakukan upaya-upaya persuasif (penyuluhan) agar warga tidak

mudah terpancing oleh pihak luar yang ingin meraih keuntungan

dengan motif-motif tertentu.

f. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di kawasan di mana dilakukan

pengukuran rencana lokasi proyek, terutama pada area yang dilintasi

proyek.

Pengelolaan lingkungan dilakukan satu kali per dua bulan kedua sejak

pelaksanaan pengukuran.

g. Instansi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Panitia Pembebasan Tanah Untuk Proyek

- Pemrakarsa

Pengawas

- Dinas Bina Marga Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Kelurahan dan Kecamatan masing - masing

Penerima laporan

Pemerintah Kota Bandung

5.2 Pengelolaan Lingkungan Pada Tahap Konstruksi

1.1.28 Persiapan Konstruksi

a. Pembersihan Lahan dan Pengoperasian base-camp

1. Dampak penting yang dikelola

Gangguan terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan

kebisingan di sekitar daerah permukiman sehubungan dengan kegiatan

pembersihan lahan dan pengoperasian base-camp. Pembersihan lahan

pada musim kemarau dapat menimbulkan gangguan debu di sekitar

lokasi proyek dan peningkatan kebisingan, sedangkan pengoperasian

base-camp lebih berperan pada peningkatan kebisingan.

2. Sumber dampak

Pembersihan lahan dan kegiatan base-camp

3. Tolok Ukur dampak

Intensitas kebisingan dan kualitas udara serta keluhan masyarakat

51

Page 58: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mengurangi kadar pencemaran debu

Mengurangi intensitas kebisingan

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Melakukan penyiraman sumber debu secara berkala pada musim

kemarau.

Jika memungkinkan menghindarkan jadwal kegiatan pada saat jam

istirahat terutama pada malam hari.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area kegiatan masyarakat yang

menjadi sumber debu serta di lokasi base-camp.

Periode pengelolaan lingkungan untuk pencemaran debu dilakukan

pada siang hari musim kemarau minimal 2 kali seminggu.

7. Instansi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Panitia Pembebasan Tanah untuk Proyek

- Pemrakarsa

Pengawas

- Pengawas Proyek

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat.

b. Penyerapan Tenaga Kerja dan Kecemburuan Sosial Masyrakat

1. Dampak penting yang dikelola

Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun

pendatang, berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja

perorangan. Tersedianya peluang kerja tersebut sekaligus membuka

peluang terjadinya persaingan diantara mereka, dari persaingan

tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

2. Sumber dampak

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi underpass Gasibu ini memberikan

kesempatan kerja sebanyak 36 orang dan sekitar 23 orang diantaranya

merupakan tenaga kasar. Kelompok tenaga kerja yang sudah

52

Page 59: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

mempunyai hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana

berpeluang untuk mendapatkan kesempatan tersebut.

3. Tolok ukur dampak

Keluhan penduduk sekitar tapak kegiatan terhadap penyerapan

tenaga kerja proyek.

Proporsi tenaga kerja setempat dengan tenaga kerja kelompok sub-

kontraktor pelaksana

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Menghindarkan terjadinya persaingan tenaga kerja setempat dengan

kelompok tenaga kerja proyek agar tidak menimbulkan kecemburuan

sosial.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Memberikan prioritas kepada tenaga kerja lokal untuk terlibat pada

proyek, terutama untuk tenaga kasar.

Menerapkan hubungan kerja sistem kontrak, kejelasan kinerja, dan

proses pemutusan kontrak.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi kegiatan konstruksi

Pengelolaan lingkungan dilakukan satu kali pada saat menjelang

pelaksanaan setiap jenis kegiatan konstruksi atau masa penerimaan

tenaga kerja.

7. Instansi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Kontraktor/sub-kontraktor pelaksana

Pengawas

- Dinas Bina Marga Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkunganan Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Daerah Kota Bandung

53

Page 60: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

1.1.29 Pelaksanaan Konstruksi

5.2.1.1Pekerjaan Tanah

a. Penanganan Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan

Kebisingan

1. Dampak penting yang dikelola

Gangguan terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan

kebisingan di sekitar daerah permukiman sehubungan dengan kegiatan

pekerjaan tanah (galian, timbunan, pemadatan, area sub-grade).

Kegiatan pekerjaan tanah pada musim kemarau dapat menimbulkan

gangguan debu di sekitar lokasi proyek dan peningkatan kebisingan.

2. Sumber dampak

Pekerjaan tanah yang meliputi pekerjaan galian, timbunan, pemadatan

dan area sub-grade.

3. Tolok ukur dampak

Intensitas kebisingan dan kualitas udara serta keluhan masyarakat

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mengurangi kadar pencemaran debu

Mengurangi intensitas kebisingan

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Melakukan sosialisasi pada masyarakat setempat;

Melakukan penutupan / pemagaran di sekeliling lokasi proyek;

Melakukan penyiraman sumber debu secara berkala di musim

kemarau;

Jika memungkinkan menghindarkan jadwal kegiatan pada saat jam

istirahat terutama pada malam hari.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di pusat kegiatan masyarakat yang

menjadi sumber debu.

Periode pengelolaan lingkungan untuk pencemaran debu dilakukan

pada siang hari musim kemarau minimal 2 kali seminggu.

7. Instansi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Kontraktor/Sub-kontraktor

- Pemrakarsa

54

Page 61: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Pengawas

- Dinas Tata Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Kelurahan dan Kecamatan masing - masing

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

b. Penanganan Dampak Erosi dan Pelumpuran

1. Dampak penting yang dikelola

Hanyutan tanah dari lokasi kegiatan proyek, daerah pengurugan

yang belum dilakukan pemadatan;

Gangguan fungsi saluran drainase lokal dan gorong-gorong

2. Sumber dampak

Pekerjaan tanah;

Pembuatan saluran drainase

3. Tolok ukur dampak

Tidak ada pengendapan material pada outlet saluran-saluran

pembuangan, maupun sungai-sungai di sekitarnya;

Tidak ada gangguan pada saluran drainase lokal atau gorong-

gorong;

Total erosi/pelumpuran tidak boleh lebih dari 800 kg/ha/hari hujan.

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mencegah timbulnya pengendapan lumpur di saluran drainase lokal;

Mencegah terjadinya gangguan pada outlet saluran drainase lokal

yang akan menghambat laju aliran permukaan pada musim hujan.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Membuat bak penampungan lumpur sebelum dialirkan ke

sungai/drainase terdekat;

Melakukan pembersihan lumpur dari saluran drainase lokal;

Segera melakukan pemadatan pada daerah yang diurug;

Menutup bahan galian yang ditimbun dengan plastik atau bahan lain

yang tidak tembus air, terutama dilakukan pada musim hujan;

55

Page 62: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Membuat sudut kemiringan tebing/lereng tidak terlalu curam

(<25%).

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area yang potensial

menimbulkan dampak, yaitu : lokasi galian, timbunan serta

pemadatan tanah, pembuatan saluran drainase jalan (open ditch, v-

culvert dan box culvert), dan saluran-saluran drainase lokal yang

berdekatan;

Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan

selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Konsultan Supervisi

- Dinas Pengairan Kota Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

c. Penanganan Perubahan Bentang Alam

1. Dampak penting yang dikelola

Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, dan

perubahan bentuk lansekap, Perubahan-perubahan ini dapat

mempengaruhi nilai estetika dan memberikan gangguan pada sistem

komunikasi radio serta gelombang televisi.

2. Sumber dampak

Pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, dan pendirian

underpass

3. Tolok ukur dampak

Protes masyarakat pencinta lingkungan dan laporan adanya gangguan

terhadap penerimaan televisi maupun sistem komunikasi.

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

56

Page 63: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Mencegah terganggunya sistem komunikasi vital yang dapat

membahayakan aktifitas masyarakat lain di sekitar lokasi.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Menampung keluhan masyarakat mengenai gangguan gelombang

komunikasi;

Melakukan kerjasama dengan instansi dan masyarakat untuk

memperbaiki posisi antene penerima televisi, radio dan sistem

komunikasi.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan pada areal dengan radius 50 m. di

sekitar lokasi;

Pengelolaan dilakukan sepanjang masa konstruksi dan sekurang-

kurangnya selama 6 bulan setelah masa operasi underpass.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

- Dinas Bina Marga, Kota Bandung

- Kelurahan dan Kecamatan masing - masing

Penerima Laporan

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

- Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat

- Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Barat

d. Penanganan Penebangan Vegetasi

1. Dampak penting yang dikelola

Penebangan vegetasi di sepanjang koridor Surapati, Wirayuda, dan Suci.

2. Sumber dampak

Konstruksi underpass dan pelebaran jalan

3. Tolok ukur dampak

Meningkatnya suhu udara dan hilangnya pelindung dari sinar matahari

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

57

Page 64: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Melakukan penanaman kembali atau pemindahan vegetasi yang telah

ada jika memungkinkan pada lokasi yang telah ditentukan

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Memperhitungkan lokasi penanaman kembali vegetasi yang tepat

sehingga dapat dilakukan pada saat tahap konstruksi berjalan dan

sesuai dengan rencana yang ada serta tidak saling mengganggu;

Membuat perencanaan penghijauan di lokasi proyek dengan

menanam tanaman berdaun lebar seperti Filicium, Angsana dan

Palm Raja

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Dilakukan di sepanjang lokasi pekerjaan;

Pengelolaan lingkungan dilakukan pada saat dan setelah

penebangan atau pemindahan vegetasi.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

- Dinas Pertamanan Kota Bandung

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Pertamanan Kota Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

e. Penanganan Pemindahan Jaringan Utilitas PDAM, PLN serta Telkom

1. Dampak penting yang dikelola

Pemindahan jaringan utilitas PDAM, PLN serta Telkom yang terganggu

konstruksi underpass Gasibu dan pelebaran jalan di koridor Surapati-

Suci.

2. Sumber dampak

Konstruksi underpass dan pelebaran jalan

3. Tolok ukur dampak

Terganggunya pelayanan utilitas di lokasi kegiatan dan sekitarnya

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

58

Page 65: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Mempercepat pemindahan jaringan utilitas sehingga gangguan

pelayanan tidak terlalu lama.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Memperhitungkan lokasi pemindahan jaringan utilitas yang baru dan

waktu yang tepat untuk pemindahan;

Melakukan sosialisasi gangguan dari kegiatan yang ada pada

masyarakat melalui media massa dan secara langsung.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area sekitar proyek, yaitu lokasi

jaringan utilitas yang terganggu sepanjang koridor Surapati-Suci;

Pengelolaan lingkungan dilakukan sebelum kegiatan konstruksi

dimulai.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait);

- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);

- Perusahaan Listrik Negara (PLN);

- PT. Telkom.

Pengawas

- Pemerintah Kota Bandung;

- Perusahaan Daerah Air Minum;

- Perusahaan Listrik Negara;

- PT. Telkom.

Penerima Laporan

- Dinas Bina Marga Kota Bandung;

- Pemerintah Kota Bandung.

f. Penanganan Perubahan Aliran Air dan Kualitas Air

1. Dampak penting yang dikelola

Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, pemadatan

dan area sub-grade, dapat mengakibatkan perubahan perubahan aliran

air dan kualitas air sekitar lokasi kegiatan, dimana lokasi kegiatan

melalui sungai-sungai kecil. Dimana masyarakat sekitar lokasi

59

Page 66: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

menggunakan air tanah sebagai sumber air dalam kehidupannya.

Disamping lokasi proyek merupakan daerah cacthment area.

2. Sumber dampak

Pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, pemadatan dan area

sub-grade

3. Tolok ukur dampak

Perubahan kualitas air sekitar lokasi kegiatan.

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mencegah penurunan kualitas air dan mengendalikan perubahan aliran

air pada musim hujan.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Melakukan pengendalian terhadap aliran air (khususnya pada musim

hujan), dengan mempersiapkan drainase-drainase;

Mencegah pengendapan lumpur di sungai-sungai kecil.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area sekitar proyek, yaitu

lokasi sekitar permukiman dan sungai-sungai kecil yang dilalui

(sungai kondisi buruk);

Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada masa pelaksanaan

proyek dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Bapeda, Kota Bandung

Penerima Laporan

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

- Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat

5.2.1.2Transportasi Peralatan dan Material proyek

a. Penanganan Dampak Peningkatan Kebisingan dan Kualitas Udara

1. Dampak penting yang dikelola

60

Page 67: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Kebisingan dan kualitas udara yang timbul dari kegiatan proyek dapat

mengganggu kenyamanan bertempat tinggal khususnya untuk lokasi

kegiatan yang berdekatan dengan lokasi kegaitan masyarakat.

2. Sumber dampak

Kegiatan kegiatan pengangkutan bahan, material dan peralatan, dan

kegiatan pemadatan, dapat meningkatkan kebisingan karena deru

mesin kendaraan pengangkutan dan alat berat;

Kegiatan pemancangan tiang pondasi dengan hammer pile;

Kegiatan kompaksi urugan tanah, batuan dan konstruksi beton;

Kegiatan pemancangan tiang pancang jembatan.

3. Tolok ukur dampak

Seberapa jauh tingkat kebisingan dan kualitas udara di lokasi

permukiman penduduk melampaui Baku Mutu Lingkungan sesuai

dengan Kep. Men. LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41/1999

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara sampai

dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang

diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No.

Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga kenyamanan

penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak terganggu,

terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam hari.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Untuk mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara

yang mengganggu kenyamanan bertempat tinggal penduduk, jika

memungkinkan dilakukan dengan cara menghindarkan jadwal

pelaksanaan kegiatan pada jam-jam istirahat, terutama pada malam

hari bila lokasi kegiatan berdekatan dengan permukiman penduduk.

Kendaraan yang digunakan harus dalam keadaan baik dan material

bahan konstruksi yang diangkut dalam keadaan tertutup.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang rute pengangkutan dan

area sekitar proyek, yaitu lokasi sekitar kegiatan masyarakat;

61

Page 68: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 3 kali per minggu

pada musim kemarau.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

b. Penanganan Gangguan terhadap Kegiatan Lalu lintas

1. Dampak penting yang dikelola

Kerusakan jalan pada jalur transportasi material dan peralatan

proyek;

Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin karena

ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan

dan lain-lain).

2. Sumber dampak

Transportasi material, peralatan, konstruksi dan bahan urugan;

Mobilisasi alat-alat berat yang tidak mampu bergerak cepat;

Ceceran tanah di jalan umum yang terjadi selama ada pekerjaan

tanah : galian, timbunan, perataan dan pemadaman.

3. Tolok ukur dampak

Kerapatan kerusakan permukaan jalan dan amblesan badan jalan;

Kelancaran lalu lintas dan tingkat pelayanan pada suatu ruas jalan

alternatif di sekitar tapak proyek;

Kecepatan perjalanan kendaraan dan frekuensi terjadinya hambatan

tiap hari akibat mobilisasi alat-alat berat proyek, transportasi

material dan peralatan lainnya.

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

62

Page 69: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Meniadakan atau setidaknya menekan sampai batas minimal

dampak yang dapat mengganggu kelancaran mobilitas masyarakat;

Dampak yang tidak mungkin untuk dihindarkan, diupayakan agar

pengaruhnya tidak meluas dan dapat dibatasi pada radius paling

sempit;

Mengurangi terjadinya kerusakan jalan yang dilalui oleh angkutan

material dan angkutan kendaraan berat.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Sesegera mungkin memperbaiki jalan umum yang rusak akibat

kegiatan transportasi material dan peralatan proyek. Pelaksanaan

kegiatan tersebut dilakukan dengan berkoordinasi bersama instansi

terkait;

Menyertakan petugas (Polantas) untuk mengawal pergerakan alat-

alat berat, transportasi material dan peralatan proyek yang

menggunakan trailer untuk menghindarkan terjadinya kemacetan

dan kecelakaan lalu lintas;

Kendaraan-kendaraan pengangkut (trailer) harus menyalakan lampu-

lampu tanda peringatan yang mudah terlihat oleh sesama pengguna

jalan umum;

Menutup bak truk pengangkut tanah urug dengan plastik terpal, baik

dalam keadaan isi maupun kosong untuk menghindarkan ceceran

tanah di jalan umum terutama pada musim hujan karena dapat

mengakibatkan permukaan jalan menjadi licin;

Melakukan pengaturan lalu lintas dan pengalihan lajur jalan,

terutama bagi angkutan umum yang melewati lokasi tapak proyek;

Melakukan koordinasi mengenai perubahan APILL dengan instansi

terkait.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di jalan arteri di sekitar tapak proyek,

terutama di pertemuan kawasan Gasibu. Sedangkan pengelolaan untuk

perbaikan jalan yang rusak akibat kegiatan proyek dilakukan di

sepanjang jalur pengangkutan material dan peralatan proyek.

Pengelolaan lingkungan dilakukan secara terus menerus selama

kegiatan pengangkutan bahan dan material berlangsung.

7. Instansi pengelolaan lingkungan

63

Page 70: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Pelaksana

- Pemrakarsa Proyek

- Kontraktor/Sub-Kontraktor Pelaksana

- Polres setempat

Pengawasan

- Dinas Bina Marga Kota Bandung

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

Penerima laporan

- Pemerintah Kota Bandung

- Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat

5.2.1.3Pekerjaan Konstruksi Jalan

a. Penanganan Dampak Genangan dan Aliran Air

1. Dampak penting yang dikelola

Limpasan air hujan dari daerah sekitar yang tidak dapat mengalir

sehingga terjadinya genangan di daerah perkebunan dan lokasi-lokasi

tertentu yang relatif datar dan menurun (lembah).

2. Sumber dampak

Pekerjaan konstruksi yang meliputi konstruksi beton jalan, jembatan,

drainase dan konstruksi penahan longsor.

3. Tolok ukur dampak

Air limpasan di daerah sekitar jembatan dapat mengalir dengan lancar.

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Menjaga kelancaran aliran air dan luapan air sungai ke arah hilir

Mencegah terjadinya genangan permanen pada musim hujan .

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Agar diusahakan pekerjaan penimbunan dilakukan pada bulan-bulan

dengan curah hujan rendah (konsultasi dengan Badan Meteorologi

dan Geofisika)

Sebelum dilakukan penimbunan, agar disediakan saluran samping

(pada sisi luar sebelah utara) dan disediakan saluran yang melintas

rencana timbunan, pada daerah yang terendah.

64

Page 71: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Selama berlangsungnya pekerjaan penimbunan, agar saluran-

saluran tersebut dipelihara.

Saluran-saluran tersebut tetap dipertahankan dan dibuat permanen,

sebagai bagian dari sistem drainase Jalan .

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area yang potensial terkena

dampak, yaitu pada lokasi sekitar penimbunan untuk meninggikan

rencana badan Jalan.

Pengelolaan lingkungan dilakukan sejak mulai pelaksanaan

pekerjaan penimbunan sampai diselesaikannya pekerjaan saluran

dan gorong-gorong sesuai rencana, terutama pada musim hujan.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub Kontraktor terkait)

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Konsultan Supervisi

- Dinas Pengairan Kota Bandung.

Penerima laporan

- Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Propinsi Jawa Barat

b. Penanganan Dampak Peningkatan Kebisingan, Penurunan

Kualitas Udara, dan Potensi Kebakaran

1. Dampak penting yang dikelola

Kebisingan, kualitas udara dan potensi kebakaran yang timbul dari

kegiatan konstruksi jalan yang meliputi konstruksi beton, jembatan,

drainase dan konstruksi penahan longsoran, dapat mengganggu

kenyamanan khususnya untuk lokasi kegiatan yang berdekatan dengan

lokasi kegiatan masyarakat.

2. Sumber dampak

Kegiatan konstruksi perkerasan beton;

Kegiatan pemancangan tiang pondasi jembatan;

Kegiatan konstruksi drainase;

Kegiatan konstruksi penahan longsor.

3. Tolok ukur dampak

65

Page 72: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Seberapa jauh tingkat kebisingan dan kualitas udara di lokasi

permukiman penduduk melampaui Baku Mutu Lingkungan sesuai

dengan Kep. Men. LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41/1999.

Seberapa besar potensi kebakaran terjadi akibat penggunaan alat – alat

mekanik dan listrik termasuk genset dan bahan bakar.

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara

sampai dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang

diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No.

Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga

kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak

terganggu, terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam

hari.

Mengatasi potensi kebakaran secara dini dengan menyediakan alat

pemadam kebakaran di lokasi – lokasi rawan kebakaran.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Untuk mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara

yang mengganggu kenyamanan bertempat tinggal penduduk, jika

memungkinkan dilakukan dengan cara menghindarkan jadwal

pelaksanaan kegiatan pada jam-jam istirahat, terutama pada malam

hari bila lokasi kegiatan berdekatan dengan permukiman penduduk.

Menempatkan alat pemadam kebakaran jenis APAR untuk mencegah

terjadinya kebakaran dini dan jenis APAP untuk mengatasi terjadinya

kebakaran di penyimpanan bahan bakar dan genset.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang lokasi proyek

khususnya daerah permukiman.

Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 3x per minggu

pada musim kemarau.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Konsultan Supervisi

66

Page 73: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

- Dinas Tata Kota Bandung

- Dinas Kebakaran Kota Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat.

5.3 Pengelolaan Lingkungan pada Tahap Pasca Konstruksi

1.1.30 Pengelolaan Gangguan Mobilitas Penduduk

1. Dampak penting yang dikelola

Gangguan terhadap mobilitas horisontal penduduk dan kebiasaan

penduduk karena beroperasinya underpass Gasibu.

2. Sumber dampak

Beroperasinya underpass Gasibu dari jalur cepat menjadi barrier kebebasan

pejalan kaki dan pengguna kawasan Gasibu sekitarnya untuk menuju ke

tempat di seberang underpass Gasibu baik untuk kepentingan ekonomis

maupun Sosial-budaya. Peraturan-peraturan yang melingkupi

beroperasinya underpass Gasibu juga membatasi kebebasan masyarakat

dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaannya, diantaranya adalah

menyeberang jalan dan melalui jalan pintas untuk menuju suatu tempat.

3. Tolok ukur dampak

Frekuensi kecelakaan lalu lintas di sekitar underpass Gasibu akibat

penyeberangan pejalan kaki atau aktifitas lain oleh penduduk di Ruang

Milik underpass Gasibu.

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mengupayakan agar mobilitas horisontal masyarakat di sekitar underpass

Gasibu dapat berlangsung dengan lancar dan selamat.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Memasang rambu-rambu lalu lintas penyeberangan sekitar lokasi

aktivitas penduduk;

Memasang rambu peringatan untuk para pengemudi di sekitar lokasi

kegiatan masyarakat. Secara periodik melakukan penyuluhan kepada

masyarakat di sekitar Jalan mengenai peraturan dan beraktifitas di

ruang milik jalan.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

67

Page 74: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Lokasi pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis kegiatan yang

dilakukan adalah :

- Pemasangan rambu-rambu peringatan dan

penyeberangan sekitar lokasi permukiman;

- Penyuluhan kepada penduduk dilakukan di semua

permukiman yang berdekatan dengan jalan.

Periode pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis kegiatan yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

- Pemasangan rambu peringatan dan penyebrangan

Jalan dilakukan sebelum jalan dioperasikan;

- Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan pada tahun

pertama dioperasikannya jalan.

7. Instansi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa proyek jalan

Pengawas

- Dinas Bina Marga Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung.

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

Penerima laporan

- Pemerintah Kota Bandung

1.1.31 Penanganan Dampak Kebisingan dan Kualitas Udara

1. Dampak penting yang dikelola

Peningkatan bising dan penurunan kualitas udara dari lalu lintas kendaraan

yang mengganggu kenyamanan kegiatan masyarakat di sekitar underpass

Gasibu.

2. Sumber dampak

Volume dan frekuensi lalu lintas kendaraan bermotor yang melintas di

underpass Gasibu.

3. Tolok Ukur dampak

Seberapa jauh tingkat kebisingan dan kualitas udara di lokasi permukiman

penduduk melampaui Baku Mutu Lingkungan sesuai dengan Kep. Men. LH

No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41/1999

68

Page 75: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara sampai

dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang diperkenankan

sesuai dengan Keputusan Menteri LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No.

41 tahun 1999, sehingga kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar

tapak kegiatan tidak terganggu, terutama pada jam-jam istirahat

khususnya pada malam hari.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Melakukan penataan landscape dengan tanaman sekitar ruas jalan yang

padat kegiatan. Dimana tanaman sekaligus berfungsi sebagai peredam

bising dan pereduksi polusi udara;

Mengatur kecepatan kendaraan untuk sedapat mungkin melintas pada

kecepatan optimum bising (40-50 km/jam);

Mengatur waktu masuk kendaraan berat.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang lokasi proyek khususnya

pada lokasi padat kegiatan;

Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 1 kali per bulan

pada musim kemarau.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

1.1.32 Perubahan Tata Guna Lahan

1. Dampak penting yang dikelola

Pada tahap operasional jalan, lahan di sekitar ruas underpass Gasibu akan

meningkat nilai ekonominya, sehingga akan terjadi perubahan penggunaan

lahan di sekitar ruas jalan, seperti munculnya pedagang di bawah jembatan

69

Page 76: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

layang atau di sepanjang trotoar di sekitar jalan Surapati- Suci. Untuk itu

dampak penting yang perlu dikelola pada tahap operasional underpass

Gasibu adalah melakukan pengendalian terhadap perubahan fungsi lahan

sekitar jalan yang merupakan daerah publik dan formal.

2. Sumber dampak

Operasional underpass Gasibu.

3. Tolok ukur dampak

Perubahan Fungsi lahan di sekitar jalan

4. Tujuan pengelolaan lingkungan

Mencegah meluasnya perubahan fungsi lahan sekitar lokasi rencana jalan.

5. Upaya pengelolaan lingkungan

Melakukan kerjasama dengan Dinas Tramtib untuk melaksanakan

penertiban lokasi.

Mengintensifkan pengawasan bersama masyarakat sekitar underpass

dan Jalan Surapati-Suci.

Melakukan penyuluhan kepada masyarakat pemilik lahan sekitar lokasi

underpass Gasibu , tentang pentingnya menjaga ruang publik .

Pemerintah daerah dengan instansi terkait menyusun Kebijakan dan

aturan pemanfaatan lahan sekitar ruas underpass Gasibu.

6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi underpass dan sepanjang

Jalan Surapati-Suci.

Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada tahap operasional dan

pemeliharaan, minimal 1 kali pada tahun pertama operasional jalan.

7. Institusi pengelolaan lingkungan

Pelaksana

- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

- Lembaga RT/RW di sekitar lokasi.

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup

Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan

Pemerintah Kota Bandung

70

Page 77: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

BAB 6 UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

6.1 Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Pra Konstruksi

1.1.33 Keresahan Sosial Masyarakat

a) Faktor lingkungan dan sumber dampak

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi sosial masyarakat,

khususnya persepsi masyarakat di wilayah studi karena kegiatan survei,

pengukuran lapangan, dan pengadaan lahan yang dapat menimbulkan

dampak penting berupa timbulnya keresahan sosial masyarakat.

Indikatornya adalah adanya tanggapan dan reaksi masyarakat yang

negatif, serta adanya hambatan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

b) Tujuan pemantauan lingkungan

- Memperoleh informasi lebih dini tentang situasi keresahan masyarakat

pada masa seteleh pengukuran lokasi proyek.

- Menekan sampai batas minimal terhadap potensi gangguan kamtibmas

yang bertitik tolak dari kegiatan proyek

- Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.

c) Metoda dan cara pemantauan lingkungan

Observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk terutama para

pemilik tanah yang terkena pembebasan lahan untuk lokasi proyek.

d) Pemantauan lingkungan

Pemantauan dilakukan satu kali per dua bulan sejak dilakukan pengukuran

sampai dengan pelaksanaan konstruksi di lokasi proyek.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

- Panitia Pembebasan Tanah Untuk Proyek

- Pemrakarsa

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

71

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Page 78: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

- Polwiltabes Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab pemrakarsa selaku pengelolan kegiatan, berupa

biaya yang diperlukan untuk:

- Pengamatan atas perilaku masyarakat.

- Melakukan wawancara dengan penduduk.

- Pengamatan proses pembayaran ganti rugi/ kompensasi.

1.1.34 Berkurangnya Lahan Milik Penduduk Akibat Pembebasan Lahan

a) Faktor lingkungan dan sumber dampak

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah reaksi masyarakat terhadap

kegiatan pembebasan lahan. Indikatornya adalah reaksi

penerimaan/penolakan masyarakat yang lahannya berkurang akibat

pembebasan lahan.

b) Tujuan pemantauan lingkungan

Mendeteksi tanggapan masyarakat yang kehilangan lahan.

Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.

c) Metode dan cara pemantauan lingkungan

Observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk yang

kehilangan lahan.

Mengamati taraf hidup/pendapatan penduduk yang kehilangan

lahan.

d) Lokasi dan periode pemantauan

lingkungan.

Pemantauan lingkungan dilakukan di area-area permukiman di

mana terjadi pembebasan tanah, terutama pada area permukiman yang

terlintasi proyek .

Pemantauan lingkungan dilakukan sejak penetapan lokasi proyek,

pendataan pemilik tanah sampai dengan enam bulan pertama setelah

penyerahan ganti rugi. Pemantauan lingkungan dilakukan satu kali per

dua bulan.

72

Page 79: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

- Panitia Pembebasan Tanah Untuk proyek

- Pemrakarsa

- Aparat keamanan setempat (Polsek setempat)

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Kecamatan Sukajadi dan Cicendo

Penerima Laporan

- Dinas Propinsi Jawa Barat

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pertanahan Kota Bandung

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan

untuk:

Mengamati perilaku penduduk yang kehilangan lahan, termasuk

pendapatan/taraf hidupnya.

Wawancara dengan penduduk yang terkena proyek.

6.2 Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Konstruksi

1.1.35 Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan

a) Faktor lingkungan dan sumber dampak

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi kualitas udara

disekitar lokasi kegiatan yang menurun, karena kegiatan:

- pengangkutan material konstruksi.

- Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah,

- Pekerjaan struktur konstruksi perkerasan beton, jembatan, drainase,

dan bangunan penahan longsor serta median.

Indikatornya adalah baku mutu udara ambien dan kebisingan seperti

tingkat kebisingan dan tingkat pencemaran udara debu.

b) Tujuan pemantauan lingkungan

- mendeteksi kondisi/perubahan kualitas udara disekitar lokasi

kegiatan

73

Page 80: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

- mendeteksi tanggapan penduduk disekitar lokasi kegiatan

- masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan

c) Metode dan cara pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat

kualitas udara di lokasi kegiatan dan menganalisis di laboratorium dan

mengamati tanggapan penduduk yang berada di sekitar lokasi kegiatan

dengan melakukan wawancara.

d) Lokasi dan periode pemantauan

Pemantauan lingkungan dilakukan di

lokasi-lokasi permukiman yang berada di lokasi kegiatan

Pemantauan lingkungan dilakukan

setiap 3 bulan sekali selama kegiatan berlangsung

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan

- Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggungjawab pengelola kegiatan berupa biaya yang diperlukan

untuk mengukur tingkat kualitas udara dan wawancara dengan penduduk

di sekitar lokasi kegiatan.

1.1.36 Penyerapan Tenaga Kerja

a) Faktor lingkungan dan sumber dampak

Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun

pendatang, berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja

perorangan. Tersedianya peluang kerja tersebut sekaligus membuka

74

Page 81: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

peluang terjadinya persaingan diantar mereka. Dari persaingan tersebut

kemungkinan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan Underpass Gasibu ini

memberikan kesempatan kerja sebanyak 36 orang diantaranya merupakan

23 orang tenaga kasar. Biasanya kelompok tenaga kerja yang sudah

mempunyai hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana lebih

berpeluang untuk mendapatkan kesempatan tersebut.

Indikatornya adalah ada/tidaknya keresahan masyarakat sehubungan

dengan penyerapan tenaga proyek

b) Tujuan pemantauan lingkungan

Untuk mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja lokal oleh proyek

Pembangunan Underpass Gasibu.

Mengantisipasi munculnya persaingan antara tenaga kerja lokal

perorangan dengan tenaga kerja dari kelompok tenaga kerja mitra sub-

kontraktor yang potensial menimbulkan kecemburuan sosial.

c) Metode dan cara pemantauan lingkungan

Observasi lapangan disertai wawancara dengan penduduk disekitar

tapak kegiatan dan tenaga kerja proyek. Wawancara tersebut

dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya persaingan tenaga kerja

dan kecemburuan sosial yang bersumber dari penyerapan tenaga kerja

oleh proyek.

Memeriksa catatan jumlah tenaga kerja dan proporsi tenaga kerja lokal

perorangan dan tenaga kerja dari kelompok tenaga kerja mitra sub-

kontraktor yang akan dialokasikan pada setiap jenis pekerjaan.

d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan di area permukiman sekitar tapak

kegiatan dan di lokasi kegiatan konstruksi.

Pemantauan lingkungan dilakukan sejak masa penerimaan tenaga kerja

konstruksi sampai dengan selesainya pekerjaan konstruksi. Pemantauan

tersebut dilaksanakan satu kali dalam satu bulan.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa proyek

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

75

Page 82: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

- Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Penerima laporan

- Pemerintah Kota Bandung

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang

diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan melakukan wawancara.

1.1.37 Peningkatan Erosi dan pelumpuran

a) Faktor lingkungan dan sumber dampak

Faktor lingkungan yang perlu dipantau adalah hanyutan tanah dari lokasi

kegiatan proyek, daerah pengurugan yang belum dilakukan pemadatan

dan gangguan fungsi saluran drainase lokal dan gorong-gorong. Kegiatan-

kegiatan yang dapat menimbulkan erosi adalah:

Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah.

Pengangkutan material.

Pekerjaan struktur: perkerasan beton, jembatan, drainase dan dinding

penahan longsor.

Indikatornya adalah adanya pengendapan material pada outlet saluran-

saluran pembuangan, maupun sungai-sungai disekitarnya dan drainase.

b) Tujuan pemantauan lingkungan

Mendeteksi dan mengamati pengendapan lumpur di saluran drainase.

Mengamati kerusakan badan jalan.

Memberikan masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.

c) Metode dan cara pemantauan lingkungan

Melakukan survei dan pengamatan di lapangan tentang kondisi badan

jalan dan saluran drainase .

Mengamati metode pelaksanaan konstruksi khusunya didaerah yang

potensial seperti lokasi galian, timbunan dan pemadatan serta

pembuatan saluran drainase.

d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan di area yang potensial menimbulkan

dampak erosi seperti lokasi galian, timbunan serta pemadatan tanah dan

pembuatan saluran drainase jalan dan jembatan yang hampir sepanjang

rute proyek underpass Gasibu.

76

Page 83: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Pemantauan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan

selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa proyek

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima laporan

- Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang

diperlukan untuk pengamatan di lapangan dan pengukuran.

1.1.38 Perubahan Bentang Alam

a) Faktor lingkungan dan sumber dampak

Faktor lingkungan yang perlu dipantau adalah perubahan bentuk dan profil

lingkungan karena adanya pekerjaan galian dan pembangunan jembatan

layang.

b) Tujuan pemantauan lingkungan

Mencegah terjadinya gangguan estetika dan gangguan

komunikasi pada instansi penting.

c) Metode dan cara pemantauan lingkungan

Melakukan survai inventarisasi gedung dan penggunaan fasilitas

komunikasi pada lingkungan di sekitar lokasi.

Membuka dan mengefektifkan kotak pengaduan

d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan

Lokasi Pemantauan adalah pada radius 50 m sekitar underpass.

Pemantauan lingkungan dilakukan 1 kali/bulan selama kegiatan

berjalan.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

77

Page 84: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Pemrakarsa proyek

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

Penerima laporan

- Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang

diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran perubahan

fungsi lahan.

1.1.39 Penebangan Vegetasi

a) Faktor Lingkungan dan Sumber Dampak

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi vegetasi di koridor

jalan Surapati-Suci yang disebabkan oleh penyiapan dan pembersihan

lahan untuk konstruksi underpass dan pelebaran jalan.

Indikatornya adalah hilangnya vegetasi yang meningkatkan suhu udara dan

tidak adanya pelindung dari sinar matahari di sepanjang koridor jalan

underpass.

b) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mendeteksi keberadaan vegetasi di sepanjang koridor jalan Surapati-

Suci.

Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan

c) Metode dan Cara Pemantauan Lingkungan

Mengamati kondisi dan lokasi vegetasi yang ada di sepanjang lokasi

pekerjaan

Mengamati pelaksanaan penanaman kembali vegetasi yang

berlangsung

d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang lokasi pekerjaan yang

terkena penebangan atau pemindahan vegetasi.

Pemantauan lingkungan dilakukan pada tahap penyiapan lahan untuk

konstruksi jalan layang dan pelebaran jalan. Pemantauan dilakukan mulai

78

Page 85: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

saat penebangan dan pemindahan vegetasi hingga selesai dan

diperkirakan berlangsung selama 3 bulan.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

- Pemrakarsa proyek

- Dinas Pertamanan Kota Bandung

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Pertamanan Kota Bandung

Penerima laporan

- Pemerintah Kota Bandung

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan penebangan

dan pemindahan vegetasi di lokasi pekerjaan.

1.1.40 Gangguan Aliran Permukaan Dan Terjadinya Genangan Serta

Menurunnya Kualitas Air

a) Faktor Lingkungan dan Sumber Dampak

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi aliran permukaan dan

saluran-saluran drainase, serta bentang alam yang ada disekitar lokasi

kegiatan yang rusak dan mengganggu aliran permukaan karena :

Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah

Pekerjaan struktur

Indikatornya adalah rusak atau tidak berfungsinya saluran drainase

disekitar lokasi kegiatan, sehingga terjadi genangan air dan kualitas air

sekitar lokasi.

b) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mendeteksi kondisi saluran drainase yang dapat menimbulkan

genangan air

Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan

c) Metode dan Cara Pemantauan Lingkungan

Mengamati kondisi saluran drainase yang ada disekitar lokasi kegiatan

79

Page 86: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Mengamati pola aliran permukaan termasuk adanya genangan air

disekitar lokasi kegiatan

Mengukur kualitas air

Mengamati metode pelaksanaan konstruksi yang berjalan

d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan di area yang potensial terjadi genangan

dan sekitar sungai yang dilalui rute rencana jalan, seperti lokasi galian,

timbunan serta pemadatan tanah dan pembuatan saluran drainase jalan

dan jembatan serta sungai kondisi buruk yang dilalui underpass Gasibu.

Pemantauan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan

selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

Pemrakarsa proyek

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima laporan

- Pemerintah Kota Bandung

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang

diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran kualitas air di

laboratorium.

1.1.41 Gangguan Terhadap Kegiatan Lalu Lintas

a) Faktor lingkungan dan sumber dampak

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah :

- Kondisi kerusakan jalan pada jalur transportasi material dan

peralatan proyek

- Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin karena

ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan,

dan lain-lain).

Kegiatan yang dapat menimbulkan dampak kerusakan prasarana jalan

adalah :

80

Page 87: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

- Transportasi material, peralatan konstruksi dan bahan urugan.

- Mobilisasi dan alat-alat berat di jalan umum yang tidak mampu

bergerak cepat.

- Ceceran tanah di jalan-jalan umum yang terjadi selama ada kegiatan

pekerjaan tanah : galian, timbunan, angkutan, perataan, pemadatan.

Indikatornya adalah : kerusakan prasarana jalan, intensitas dan

frekuensi kecelakaan.

b) Tujuan pemantauan lingkungan

Untuk memperoleh informasi lebih awal guna menyusun dan

menyempurnakan sistem pengelolaan lebih lanjut.

Hasil-hasil pemantauan digunakan sebagai dasar acuan untuk

mencegah atau memperkecil kerusakan dan kecelakaan lalu lintas di

sekitar dan sepanjang tapak proyek.

Untuk dijadikan dasar guna menyiapkan pola-pola pemantauan yang

lebih efektif setelah jalan beroperasi.

c) Metode pemantauan lingkungan

Melakukan observasi lapangan dan pengamatan kerusakan rute jalan

pengengkutan material.

Melakukan evaluasi tingkat kecelakaan.

d) Lokasi, waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan di jalur pengangkutan bahan/material

dari tempat quarry dan lokasi yang dipakai jalur pengangkutan material

atau kendaraan berat.

Pada dasarnya periode pemantauan lingkungan dilakukan selama ada

kegiatan proyek, minimal 1 kali per bulan.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

- Pemrakarsa Proyek, Konsultan Supervisi atau badan lain yang

ditunjuk

- Polres setempat

Pengawas

– Polres setempat

– Dinas Perhubungan yang berkaitan

Penerima Laporan

- Polda Jawa Barat

81

Page 88: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

- Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat

- Dinas Bina Marga Pripinsi Jawa Barat

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan

untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran tingkat kecelakaan.

6.3 Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Pasca Konstruksi

1.1.42 Terganggunya Mobilitas Masyarakat Akibat Adanya Underpass Gasibu

a) Faktor lingkungan dan sumber dampak

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi sosial

masyarakat pada permukiman yang terdapat disepanjang underpass

Gasibu yang terganggu interaksi sosial dan mobilitas horisontal

penduduk, karena keberadaan jalan yang memotong lokasi kegiatan;

Beroperasinya jalan menjadi barrier kebebasan penduduk

sekitarnya untuk menuju ke tempat di seberang jalan baik untuk

kepentingan ekonomis maupun budaya. Peraturan-peraturan yang

melingkupi beroperasinya jalan juga membatasi kebebasan masyarakat

dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaannya, diantaranya adalah

merumput dan menggembalakan ternak di tempat terbuka yang banyak

terdapat pakan ternak seperti di dalam Ruang Milik jalan,

membuat/melalui jalan pintas untuk menuju suatu tempat;

Indikatornya adalah frekuensi perlintasan oleh penduduk tingkat

kecelakaan yang terjadi sepanjang underpass Gasibu yang dialami oleh

masyarakat sekitar underpass Gasibu.

b) Tujuan pemantauan lingkungan

Mendeteksi apakah pendudk yang lokasinya terpotong oleh trase

jalan terganggu interaksi sosial dan mobilitasnya.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan

yang telah dilakukan.

Memberikan masukan untuk pengelolaan lingkungan lebih lanjut

guna menekan sampai batas minimal terjadinya kecelakaan di jalan

akibat aktifitas penduduk di ruang milik jalan dan sekitarnya.

c) Metode dan cara pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara:

82

Page 89: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Mengamati kehidupan sosial masyarakat pada pusat kegiatan

yang terpotong underpass Gasibu.

Mengamati tanggapan masyarakat di lokasi tersebut tentang

keberadaan underpass Gasibu.

Mengamati dan mengevaluasi tingkat kecelakaan yang terjadi

sepanjang underpass Gasibu.

d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi kegiatan yang

terpotong oleh underpass Gasibu;

Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian

Underpass Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan

tersebut, sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian

jalan tersebut.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

Pengelola Jalan

Pengawas

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan

untuk pengamatan tentang pola kehidupan sosial masyarakat dan

tanggapan terhadap keberadaan underpass Gasibu.

1.1.43 Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan

a) Faktor Lingkungan dan Sumber Dampak

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi udara di sekitar pusat

kegiatan di sepanjang underpass Gasibu, pengoperasian jalan ini yang akan

menjadi padat mengingat pada rencana penataan Kota Bandung ke depan.

Indikatornya adalah baku mutu lingkungan dari parameter kualitas udara

seperti Nox, SO2, O3, Pb, debu dan kebisingan.

b) Tujuan Pemantauan Lingkungan

83

Page 90: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Mendeteksi kualitas udara dan kebisingan di lokasi pusat kegiatan yang

berada di sepanjang underpass Gasibu;

Masukan untuk penyempurnaan kegiatan pengelolaan lingkungan

c) Metode dan Cara Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara :

Mengukur tingkat kualitas udara (SO2, Nox, O3, CO, Pb, debu dan

kebisingan) disekitar lokasi permukiman di sepanjang jalan Kota

Bandung

Mengamati usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengendalikan

/memperkecil pencemaran udara dan kebisingan

Mengamati tanggapan penduduk yang berdiam di permukiman di

sepanjang underpass Gasibu

d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi pusat kegiatan sekitar

underpass Gasibu dan sepanjang Jalan Surapati-Suci;

Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian underpass

Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut,

sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian jalan

tersebut.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

Pengelola Jalan

Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

Penerima Laporan

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan

untuk pengukuran kualitas udara dan analisis dilaboratorium.

1.1.44 Perubahan Tata Guna Lahan Sekitar Rumija

a) Faktor Lingkungan dan Sumber dampak

84

Page 91: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah peruntukkan lahan di wilayah

studi yang tidak terkendali dan menyimpang dari RTRW yang telah

ditetapkan, karena keberadaan dan pengoperasian underpass Gasibu.

Indikatornya adalah terdapatnya bangunan-bangunan permukiman dan

jasa perdagangan disekitar damija dan jalan akses yang tidak sesuai

dengan peruntukannya.

b) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mendeteksi timbulnya bangunan-bangunan permukiman dan jasa

perdagangan disekitar damija dan jalan akses

Masukan untuk penyempurnaan kegiatan pengelolaan lingkungan.

c) Metode dan Cara pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara :

Pengamatan terhadap timbulnya permukiman dan kegiatan lain yang

dapat merubah peruntukan lahan

Mengkaji peruntukan lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang

yang ditetapkan

d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang trase jalan dan daerah

milik jalan Kota Bandung Lestari.

Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian underpass

Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut,

sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian jalan

tersebut.

e) Instansi pemantauan lingkungan

Pelaksana

Pengelola Jalan

Pengawas

- Dinas Bina Marga Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

Penerima Laporan

- Bapeda Kota Bandung

- Dinas Tramtib Kota Bandung

- Pemerintah Kota Bandung

f) Pembiayaan pemantauan lingkungan

85

Page 92: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan

untuk melakukan pengamatan dan evaluasi pemanfaatan tata ruang

sekitar rumija.

86

Page 93: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

DAFTAR PUSTAKA

BAPEDAL (1998), Himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Dampak

Lingkungan, Seri I, Jakarta.

BAPEDAL (1998), Himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Dampak

Lingkungan, Seri VI, Jakarta.

Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan (2003), Manual

Manajemen Lingkungan Jalan Perkotaan, Standar dan Pedoman Jidil II,

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.

Maradjo, Marah (1985), Flora Indonesia “Tanaman Pelindung”, PT. Gita Karya,

Jakarta.

OEDC (1994), Environmental Impact Assessment of Roads, Road Transport

Research, Paris.

Tunggal, Arif Djohan (2001), Peraturan Perundang-Undangan Lingkungan

Hidup, Harvarindo, Jakarta.

Pamekas (1991), M, Ir, Eng., Panduan Untuk Menyusun dan Menilai AMDAL

Proyek Bidang Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum,

Jakarta.

vii

Page 94: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

LAMPIRAN

viii

Page 95: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Lampiran 1 Ringkasan Upaya Pengelolaan Lingkungan

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

Tahap Pra Konstruksi

Pengukuran dan Penetapan Lokasi Proyek

- Kemungkinan tanah penduduk terkena proyek telah menimbulkan keresahan masyarakat (pemilik tanah) karena dapat mengurangi luas lahan yang mereka miliki. Keresahan tersebut juga didorong oleh gambaran akan nilai ganti rugi atas tanah yang kemungkinan di bawah harga pasaran setempat untuk proyek.

- Keresahan masyarakat tersebut di atas diakibatkan oleh kegiatan pengukuran lahan untuk proyek.

Meniadakan atau menekan sampai batas minimal keresahan masyarakat akibat pengukuran lokasi proyek.

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang rencana proyek meliputi rencana pembebasan tanah dan jadwal pelaksanaan kegiatan.

Melakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya spekulan tanah yang dapat merugikan para pemilik tanah.

Melakukan upaya-upaya persuasif (penyuluhan) agar warga tidak mudah terpancing oleh pihak luar yang ingin meraih keuntungan dengan motif-motif tertentu.

Pengelolaan lingkungan dilakukan di kawasan di mana dilakukan pengukuran rencana lokasi proyek, terutama pada area yang dilintasi proyek.

Pengelolaan lingkungan dilakukan satu kali per dua bulan kedua sejak pelaksanaan pengukuran.

-

Tanah Untuk Proyek

-

-Kota Bandung

-Lingkungan Hidup Kota Bandung

-

Bandung

Tahap Konstruksi

Pembersihan Lahan dan Pengoperasian Base-camp

Gangguan terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan di sekitar daerah permukiman sehubungan dengan kegiatan pembersihan lahan dan pengoperasian base-camp. Pembersihan lahan pada musim kemarau dapat menimbulkan gangguan debu di sekitar lokasi proyek dan

Mengurangi kadar pencemaran debu

Mengurangi intensitas kebisingan

Melakukan penyiraman sumber debu secara berkala pada musim kemarau.

Jika memungkinkan menghindarkan jadwal kegiatan pada saat jam istirahat terutama pada malam hari.

- Pengelolaan lingkungan dilakukan di area permukiman penduduk yang menjadi sumber debu serta di lokasi base-camp.

- Periode pengelolaan lingkungan untuk pencemaran debu dilakukan pada siang

Pelaksana-

Tanah untuk Proyek

- Pengawas

Pengawas Proyek Penerima Laporan

-Bandung

ix

Page 96: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

peningkatan kebisingan, sedangkan pengoperasian base-camp lebih berperan pada peningkatan kebisingan.

Sumber dampak adalah pembersihan lahan dan kegiatan base camp

hari musim kemarau minimal 2 kali seminggu.

-Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat.

Penyerapan Tenaga Kerja

Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun pendatang, berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja perorangan. Tersedianya peluang kerja tersebut sekaligus membuka peluang terjadinya persaingan diantara mereka, dari persaingan tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan underpass Gasibu ini memberikan kesempatan kerja sebanyak 36 orang dan sekitar 23 orang diantaranya merupakan tenaga kasar. Kelompok tenaga kerja yang sudah mempunyai hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana berpeluang untuk mendapatkan kesempatan

Menghindarkan terjadinya persaingan tenaga kerja setempat dengan kelompok tenaga kerja proyek agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial

Memberikan prioritas kepada tenaga kerja lokal untuk terlibat pada proyek, terutama untuk tenaga kasar.

Menerapkan hubungan kerja sistem kontrak, kejelasan kinerja dan proses pemutusan kontrak

Pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi kegiatan konstruksi

Pengelolaan lingkungan dilakukan satu kali pada saat menjelang pelaksanaan setiap jenis kegiatan konstruksi atau masa penerimaan tenaga kerja.

Pelaksana

-kontraktor pelaksana

Pengawas

-Bandung

-Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

-Kota Bandung

Penerima Laporan

-Kota Bandung

x

Page 97: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

tersebut.

Pekerjaan Tanah

Penanganan Dampak Erosi dan Pelumpuran

Hanyutan tanah dari lokasi kegiatan proyek, daerah pengurugan yang belum dilakukan pemadatan

Gangguan fungsi saluran drainase lokal dan gorong-gorong

Yang disebabkan oleh : Pekerjaan tanah Pembuatan saluran

drainase

Mencegah timbulnya pengendapan lumpur di saluran drainase lokal

Mencegah terjadinya gangguan pada outlet saluran drainase lokal yang akan menghambat laju aliran permukaan pada musim hujan.

Melakukan pembersihan lumpur dari saluran drainase lokal.

Segera melakukan pemadatan pada daerah yang diurug.

Menutup bahan galian yang ditimbun dengan plastik atau bahan lain yang tidak tembus air, terutama dilakukan pada musim hujan.

Membuat sudut kemiringan tebing/lereng tidak terlalu curam (<25%)

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area yang potensial menimbulkan dampak, yaitu : lokasi galian, timbunan serta pemadatan tanah, pembuatan saluran drainase jalan (open ditch, v-culvert dan box culvert), dan saluran-saluran drainase lokal yang berdekatan.

Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.

Pelaksana-

(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas-

Lingkungan Hidup Kota Bandung

--

Kota Bandung Penerima Laporan-

Bandung

Penanganan Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan

Gangguan terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan di sekitar daerah permukiman sehubungan dengan kegiatan pekerjaan tanah (galian, timbunan, pemadatan, area sub-grade). Kegiatan pekerjaan tanah pada musim kemarau dapat menimbulkan gangguan debu di sekitar lokasi proyek dan peningkatan kebisingan.

Sumber dampak adalah :Pekerjaan tanah yang meliputi pekerjaan galian, timbunan, pemadatan dan area sub-grade.

Mengurangi kadar pencemaran debu

Mengurangi intensitas kebisingan

Melakukan penutupan / pemagaran di sekeliling lokasi proyek

Melakukan penyiraman sumber debu secara berkala pada musim kemarau.

Jika memungkinkan menghindarkan jadwal kegiatan pada saat jam istirahat terutama pada malam hari.

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area permukiman penduduk yang menjadi sumber debu

Periode pengelolaan lingkungan untuk pencemaran debu dilakukan pada siang hari musim kemarau minimal 2 kali seminggu

Pelaksana- Kontraktor/Sub-

kontraktor- Pemrakarsa

Pengawas- Dinas Tata Kota

Bandung- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Kota Bandung

Penerima Laporan- Pemerintah Daerah

Kota Bandung- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

xi

Page 98: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

Penanganan Perubahan Bentang Alam

Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan dan perubahan bentuk lansekap. Perubahan-perubahan ini dapat mempengaruhi nilai estetika dan memberikan gangguan pada sistem komunikasi radio serta gelombang televisi

Sumber dampak adalah :Pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan dan pendirian underpass

Mencegah terganggunya sistem komunikasi vital yang dapat membahayakan aktivitas masyarakat di sekitar lokasi.

Melakukan kerjasama dengan instansi dan masyarakat untuk memperbaiki posisi antene penerima televisi maupun radio

- Pengelolaan lingkungan dilakukan pada areal dengan radius 50 m di sekitar lokasi

- Pengelolaan dilakukan sepanjang masa konstruksi dan sekurang – kurangnya selama 6 bulan setelah masa operasi jembatan layang

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek

(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

- Dinas Marga Kota Bandung

Penerima Laporan- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

- Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat

- Dinas Marga Propinsi Jawa Barat

Penanganan Perubahan Aliran Air

dan Kualitas Air

Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, pemadatan dan area sub-grade, dapat mengakibatkan perubahan - perubahan aliran air dan kualitas air sekitar lokasi kegiatan, dimana lokasi kegiatan melalui sungai-sungai kecil. Dimana masyarakat sekitar lokasi menggunakan air tanah sebagai sumber air dalam kehidupannya. Disamping lokasi proyek merupakan daerah cacthment

Mencegah penurunan kualitas air dan mengendalikan perubahan aliran air pada musim hujan.

Melakukan pengendalian terhadap aliran air (khususnya pada musim hujan), dengan mempersiapkan drainase-drainase.

Mencegah pengendapan lumpur di sungai-sungai kecil.

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area sekitar proyek, yaitu lokasi sekitar permukiman dan sungai-sungai kecil yang dilalui (sungai Buruk).

Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada masa pelaksanaan proyek dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek

(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

xii

Page 99: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

area.

Sumber dampak adalah :Pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, pemadatan dan area sub-grade

- Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat

Transportasi Peralatan dan Material Proyek

Penanganan dampak peningkatan kebisingan dan kualitas udara

Kebisingan dan kualitas udara yang timbul dari kegiatan proyek dapat mengganggu kenyamanan bertempat tinggal khususnya untuk lokasi kegiatan yang berdekatan dengan lokasi permukiman.

Sumber dampak adalah : Kegiatan pengangkutan

bahan, material dan peralatan, dan kegiatan pemadatan, dapat meningkatkan kebisingan karena deru mesin kendaraan pengangkutan dan alat berat.

Kegiatan pemancangan tiang pondasi dengan hammer pile.

Kegiatan kompaksi urugan tanah, batuan dan konstruksi beton

Kegiatan pemancangan tiang pancang jembatan

Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara sampai dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak terganggu, terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam hari

Untuk mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara yang mengganggu kenyamanan bertempat tinggal penduduk, jika memungkinkan dilakukan dengan cara menghindarkan jadwal pelaksanaan kegiatan pada jam-jam istirahat, terutama pada malam hari bila lokasi kegiatan berdekatan dengan permukiman penduduk. Kendaraan harus dalam keadaan baik dan menutup material yang diangkut.

Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang rute pengangkutan dan area sekitar proyek, yaitu lokasi sekitar permukiman

Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 3x per minggu pada musim kemarau.

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek

(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan- Pemerintah Kota

Bandung

xiii

Page 100: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

Penanganan Gangguan terhadap kegiatan lalu lintas (kerusakan jalan)

Kerusakan jalan pada jalur transportasi material dan peralatan proyek.

Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin karena ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan dan lain-lain).

Sumber dampak adalah : Transportasi material,

peralatan, konstruksi dan bahan urugan

Mobilisasi alat-alat berat yang tidak mampu bergerak cepat

Ceceran tanah di jalan umum yang terjadi selama ada pekerjaan tanah : galian, timbunan, perataan dan pemadaman.

Meniadakan atau setidaknya menekan sampai batas minimal dampak yang dapat mengganggu kelancaran mobilitas masyarakat, terutama penduduk yang berdomisili di sekitar tapak proyek.

Dampak yang tidak mungkin untuk dihindarkan, diupayakan agar pengaruhnya tidak meluas dan dapat dibatasi pada radius paling sempit.

Mengurangi terjadinya kerusakan jalan yang dilalui oleh angkutan material dan angkutan kendaraan berat

Sesegera mungkin memperbaiki jalan umum yang rusak akibat kegiatan transportasi material dan peralatan proyek. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan berkoordinasi bersama instansi terkait.

Menyertakan petugas (Polantas) untuk mengawal pergerakan alat-alat berat, transportasi material dan peralatan proyek yang menggunakan trailer untuk menghindarkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

Kendaraan-kendaraan pengangkut (trailer) harus menyalakan lampu-lampu tanda peringatan yang mudah terlihat oleh sesama pengguna jalan umum.

Menutup bak truk pengangkut tanah urug dengan plastik terpal, baik dalam keadaan isi maupun kosong untuk menghindarkan ceceran tanah di jalan umum terutama pada musim hujan karena dapat mengakibatkan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di jalan arteri di sekitar tapak proyek, terutama di pertemuan kawasan Gasibu. Sedangkan pengelolaan untuk perbaikan jalan yang rusak akibat kegiatan proyek dilakukan di sepanjang jalur pengangkutan material dan peralatan proyek.Pengelolaan lingkungan dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pengangkutan bahan dan material berlangsung

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek- Kontraktor/Sub-

Kontraktor Pelaksana

- Polres Setempat Pengawasan

- Dinas Bina Marga Kota Bandung

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

Penerima laporan- Pemerintah Kota

Bandung- Direktorat Lalu

Lintas Polda Jawa Barat

xiv

Page 101: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

permukaan jalan menjadi licin

Pekerjaan Konstruksi Jalan

Penanganan dampak genangan dan aliran air

Limpasan air hujan dari daerah sekitar yang tidak dapat mengalir sehingga terjadinya genangan di daerah perkebunan dan lokas – lokasi tertentu yang relatif datar dan menurun (lembah)

Sumber dampak adalah :Pekerjaan konstruksi yang meliputi konstruksi beton jalan, jembatan, drainase dan konstruksi penahan longsor

Menjaga kelancaran aliran air dan luapan air sungai ke arah hilir

Mencegah terjadinya genangan permanen pada musim hujan

Agar diusahakan pekerjaan penimbunan dilakukan pada bulan-bulan dengan curah hujan rendah (konsultasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika)

Sebelum dilakukan penimbunan, agar disediakan saluran samping (pada sisi luar sebelah utara) dan disediakan saluran yang melintas rencana timbunan, pada daerah yang terendah.

Selama berlangsungnya pekerjaan penimbunan, agar saluran-saluran tersebut dipelihara.

Saluran-saluran tersebut tetap dipertahankan dan dibuat permanen, sebagai bagian dari sistem drainase jalan

Pengelolaan lingkungan dilakukan di area yang potensial terkena dampak, yaitu pada lokasi sekitar penimbunan untuk meninggikan rencana badan Jalan.

Pengelolaan lingkungan dilakukan sejak mulai pelaksanaan pekerjaan penimbunan sampai diselesaikannya pekerjaan saluran dan gorong-gorong sesuai rencana, terutama pada musim hujan

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek

(Kontraktor/Sub Kontraktor terkait)

Pengawas- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Konsultan Supervisi- Dinas Pengairan

Kota Bandung. Penerimaan

laporan- Pemerintah Kota

Bandung- Dinas Pengairan

Propinsi Jawa Barat

Penanganan dampak

Kebisingan dan kualitas udara yang timbul dari kegiatan

Mengurangi intensitas bising dan

Untuk mengurangi intensitas bising dan

Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek

xv

Page 102: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara

konstruksi jalan yang meliputi konstruksi beton, jembatan, drainase dan konstruksi penahan longsoran, dapat mengganggu kenyamanan bertempat tinggal khususnya untuk lokasi kegiatan yang berdekatan dengan lokasi permukiman.

Sumber dampak adalah : Kegiatan konstruksi

perkerasan beton Kegiatan pemancangan

tiang pondasi jembatan. Kegiatan konstruksi

drainase Kegiatan konstruksi

penahan longsor.

meningkatkan kualitas udara sampai dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak terganggu, terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam hari

meningkatkan kualitas udara yang mengganggu kenyamanan bertempat tinggal penduduk, jika memungkinkan dilakukan dengan cara menghindarkan jadwal pelaksanaan kegiatan pada jam-jam istirahat, terutama pada malam hari bila lokasi kegiatan berdekatan dengan permukiman penduduk.

lokasi proyek khususnya daerah pusat kegiatan masyarakat.

Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 3x per minggu pada musim kemarau.

(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)

Pengawas- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan- Pemerintah Kota

Bandung- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

Tahap Pasca Konstruksi

Pengelolaan gangguan mobilitas penduduk

Gangguan terhadap mobilitas horisontal penduduk dan kebiasaaan penduduk karena beroperasinya Underpass Gasibu

Sumber dampak adalah beroperasinya Underpass Gasibu menjadi barrier kebebasan penduduk sekitarnya untuk menuju ke tempat di seberang underpass baik untuk kepentingan ekonomis maupun sosial – budaya. Peraturan – peraturan yang melingkupi beroperasinya underpass Gasibu juga membatasi kebebasan

Mengupayakan agar mobilitas horisontal penduduk di sekitar underpass Gasibu dapat berlangsung dengan lancar

Memasang rambu – rambu lalu lintas penyeberangan sekitar lokasi aktivitas penduduk

Memasang rambu peringatan untuk para pengemudi di sekitar lokasi permukiman. Secara periodik melakukan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar jalan mengenai peraturan dan beraktivitas di daerah milik jalan

Lokasi pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan adalah - Pemasangan rambu-

rambu peringah dan penyeberangan sekitar lokasi permukiman

- Penyuluhan kepada penduduk dilakukan di semua permukiman yang berdekatan dengan jalan

Periode pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek

Pengawas- Dinas Bina Marga

Kota Bandung- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

Penerima Laporan- Pemerintah Kota

Bandung

xvi

Page 103: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

masyarakat dalam menjalankan kebiasaannya – kebiasaannya, diantaranya adalah menyeberang jalan dan melalui jalan pintas untuk menuju suatu tempat

- Pemasangan rambu peringatan dan penyeberangan jalan dilakukan satu kali sebelum jalan dioperasikan

- Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan pada tahun pertama dioperasikannya jalan

Penanganan Dampak Kebisingan dan Kualitas udara

Peningkatan bising dan penurunan kualitas udara dari lalu lintas kendaraan yang mengganggu kenyamanan permukiman penduduk di sekitar Underpass Gasibu.

Sumber dampak adalah volume dan frekuensi lalu lintas kendaraan bermotor yang melintas di Underpass Gasibu.

Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara sampai dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak terganggu, terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam hari.

Melakukan penataan landscape dengan tanaman sekitar ruas jalan yang padat pemukiman. Dimana tanaman sekaligus berfungsi sebagai peredam bising dan pereduksi polusi udara.

Mengatur kecepatan kendaraan untuk sedapat mungkin melintas pada kecepatan optimum bising (40-50 km/jam)

Mengatur waktu masuk kendaraan berat

Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang lokasi proyek khususnya pada lokasi permukiman

Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 1xper bulan pada musim kemarau.

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek

Pengawas- Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan- Pemerintah Kota

Bandung

Perubahan Tata Guna Lahan

Pada tahap operasional jalan, lahan di sekitar ruas underpass Gasibu akan meningkat nilai ekonominya, sehingga akan terjadi perubahan penggunaan lahan di sekitar ruas jalan,

Mencegah meluasnya perubahan fungsi lahan sekitar lokasi rencana jalan

Melakukan kerjasama dengan Dinas Tramtib untuk melaksanakan penertiban lokasi.

Mengintensifkan pengawasan bersama

Pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi underpass Gasibu dan sepanjang Jl. Surapati.

Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada

Pelaksana- Pemrakarsa Proyek- Lembaga RT/RW di

sekitar lokasi Pengawas

- Badan Pengelola

xvii

Page 104: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Dampak Penting yang

dikelola dan sumber

dampak

Tujuan pengelolaan

lingkungan Upaya pengelolaan

lingkungan

Lokasi dan periode

pengelolaan lingkungan

Instansi pengelolaan

lingkungan

seperti munculnya pedagang di bawah jembatan layang atau di sepanjang trotoar di sekitar jalan Surapati-SUci. Untuk itu dampak penting yang perlu dikelola pada tahap operasional Underpass Gasibu adalah melakukan pengendalian terhadap perubahan fungsi lahan sekitar jalan yang merupakan daerah publik dan formal.

Sumber dampak adalah operasional Underpass Gasibu

masyarakat sekitar Underpass dan Jalan Surapati-suci

Melakukan penyuluhan kepada masyarakat pemilik lahan sekitar lokasi Underpass Gasibu , tentang pentingnya menjaga ruang publik .

Pemerintah daerah dengan instansi terkait menyusun Kebijakan dan aturan pemanfaatan lahan sekitar ruas Underpass Gasibu.

tahap operasional dan pemeliharaan, minimal 1 kali pada tahun pertama operasional jalan.

Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan- Pemerintah Kota

Bandung

xviii

Page 105: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

Lampiran 2 Ringkasan Upaya Pemantauan Lingkungan

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

Tahap Pra Konstruksi

Keresahan sosial masyarakat.

Kondisi sosial masyarakat, khususnya persepsi masyarakat di wilayah studi karena kegiatan survei, pengukuran lapangan, dan pengadaan lahan yang dapat menimbulkan dampak penting berupa timbulnya keresahan sosial masyarakat. Indikatornya adalah adanya tanggapan dan reaksi masyarakt yang negatif, serta adanya hambatan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

- Memperoleh informasi lebih dini tentang situasi keresahan masyarakat pada masa seteleh pengukuran lokasi proyek.

- Menekan sampai batas minimal terhadap potensi gangguan kamtibmas yang bertitik tolak dari kegiatan proyek

- Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.

Observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk terutama para pemilik tanah yang terkena pembebasan lahan untuk lokasi proyek.

Pemantauan dilakukan satu kali per dua bulan sejak dilakukan pengukuran sampai dengan pelaksanaan konstruksi di lokasi proyek.

b. Pelaksana

- Panitia Pembebasan Tanah Untuk Proyek

- Pemrakarsa Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Polwiltabes Kota Bandung

Penerima Laporan- Pemerintah

Kota Bandung

Menjadi tanggung jawab pemrakarsa selaku pengelolan kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk:- Pengamatan

atas perilaku masyarakat.

- Melakukan wawancara dengan penduduk.

- Pengamatan proses pembayaran ganti rugi/ kompensasi.

Berkurangnya lahannya milik penduduk akibat pembebasan lahan.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya mata pencaharian dan pendapatan masyarakat di wilayah studi, karena kegiatan pengadaan lahan yang menyebabkan hilangnya sumber mata pencaharian penduduk.

Mendeteksi tanggapan masyarakat yang kehilangan sumber mata pencahariannya.

Mendeteksi pendapatan penduduk yang kehilangan sumber mata pencaharian.

Observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk yang kehilangan sumber mata pencaharian.

Mengamati taraf hidup/pendapatan penduduk yang kehilangan mata pencaharian.

Pemantauan lingkungan dilakukan di area-area permukiman di mana terjadi pembebasan tanah, terutama pada area permukiman yang terlintasi proyek

Pemantauan lingkungan dilakukan sejak penetapan

Pelaksana- Panitia

Pembebasan Tanah Untuk proyek

- Pemrakarsa- Aparat

keamanan setempat (Polsek setempat)

Pengawas- Badan

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk: mengamati

perilaku penduduk yang

xix

Page 106: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

Indikatornya adalah menurunnya taraf hidup dan pendapatan penduduk yang terkena pembebasan lahan.

Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.

lokasi proyek, pendataan pemilik tanah sampai dengan enam bulan pertama setelah penyerahan ganti rugi. Pemantauan lingkungan dilakukan satu kali per dua bulan.

Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Kecamatan Sukajadi

Penerima Laporan- Dinas

Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pertanahan Kota Bandung

kehilangan mata pencahariannya, termasuk pendapatan/taraf hidupnya.

Wawancara dengan penduduk yang terkena proyek.

Tahap Konstruksi

Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan.

Kondisi kualitas udara disekitar lokasi kegiatan yang menurun, karena kegiatan:a. pengangkutan

material konstruksi.b. Penyiapan dan

pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah,

c. Pekerjaan struktur konstruksi perkerasan beton, jembatan, drainase, dan bangunan penahan longsor serta median.

Indikatornya adalah baku mutu udara ambien dan kebisingan seperti tingkat kebisingan dan tingkat

a. mendeteksi kondisi/perubahan kualitas udara disekitar lokasi kegiatan

b. mendeteksi tanggapan penduduk disekitar lokasi kegiatan

c. masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan

Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat kualitas udara di lokasi kegiatan dan menganalisis di laboratorium dan mengamati tanggapan penduduk yang berada di sekitar lokasi kegiatan dengan melakukan wawancara

a. Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi-lokasi permukiman yang berada di lokasi kegiatan yaitu di wilayah Cibeunying.

b. Pemantauan lingkungan dilakukan setiap 3 bulan sekali selama kegiatan berlangsung

Pelaksana- Pemrakarsa

Pengawas- Badan

Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima Laporan- Dinas

Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

Menjadi tanggungjawab pengelola kegiatan berupa biaya yang diperlukan untuk mengukur tingkat kualitas udara dan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi kegiatan

xx

Page 107: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

pencemaran udara debu.

Kecemburuan sosial masyarakat (penyerapan tenaga kerja).

Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun pendatang, berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja perorangan. Tersedianya peluang kerja tersebut sekaligus membuka peluang terjadinya persaingan diantar mereka. Dari persaingan tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan Underpass Gasibu ini memberikan kesempatan kerja sebanyak 36 orang diantaranya merupakan 23 orang tenaga kasar. Biasanya kelompok tenaga kerja yang sudah mempunyai hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana lebih berpeluang untuk mendapatkan kesempatan tersebut.

Indikatornya adalah ada/tidaknya keresahan

- Untuk mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja lokal oleh proyek Pembangunan Jalan Kota Bandung

- Mengantisipasi munculnya persaingan antara tenaga kerja lokal perorangan dengan tenaga kerja dari kelompok tenaga kerja mitra sub-kontraktor yang potensial menimbulkan kecemburuan sosial.

- Observasi lapangan disertai wawancara dengan penduduk disekitar tapak kegiatan dan tenaga kerja proyek. Wawancara tersebut dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya persaingan tenaga kerja dan kecemburuan sosial yang bersumber dari penyerapan tenaga kerja oleh proyek.

- Memeriksa catatan jumlah tenaga kerja dan proporsi tenaga kerja lokal perorangan dan tenaga kerja dari kelompok tenaga kerja mitra sub-kontraktor yang akan dialokasikan pada setiap jenis pekerjaan

Pemantauan lingkungan dilakukan di area permukiman sekitar tapak kegiatan dan di lokasi kegiatan konstruksi.

Pemantauan lingkungan dilakukan sejak masa penerimaan tenaga kerja konstruksi sampai dengan selesainya pekerjaan konstruksi. Pemantauan tersebut dilaksanakan satu kali dalam satu bulan.

Pelaksana- Pemrakarsa

proyek Pengawas- Badan

Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Penerima laporan- Pemerintah

Kota Bandung

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan melakukan wawancara.

xxi

Page 108: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

masyarakat sehubungan dengan penyerapan tenaga proyek

Peningkatan Erosi dan pelumpuran

Hanyutan tanah dari lokasi kegiatan proyek, daerah pengurugan yang belum dilakukan pemadatan dan gangguan fungsi saluran drainase lokal dan gorong-gorong. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan erosi adalah:a. Penyiapan dan

pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah.

b. Pengangkutan material.

c. Pekerjaan struktur: perkerasan beton, jembatan, drainase dan dinding penahan longsor.

Indikatornya adalah adanya pengendapan material pada outlet saluran-saluran pembuangan, maupun sungai-sungai disekitarnya dan drainase.

- Mendeteksi dan mengamati pengendapan lumpur di saluran drainase.

- Mengamati kerusakan badan jalan.

- Memberikan masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.

- Melakukan survei dan pengamatan di lapangan tentang kondisi badan jalan dan saluran drainase

- Mengamati metode pelaksanaan konstruksi khusunya di daerah yang potensial seperti lokasi galian, timbunan dan pemadatan serta pembuatan saluran drainase.

Pemantauan lingkungan dilakukan di area yang potensial menimbulkan dampak erosi seperti lokasi galian, timbunan serta pemadatan tanah dan pembuatan saluran drainase jalan dan jembatan yang hampir sepanjang rute proyek Underpass Gasibu .Pemantauan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.

Pelaksana- Pemrakarsa

proyek Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima laporan- Dinas

Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran.

Perubahan bentang alam.

Perubahan bentuk dan profil lingkungan karena adanya pekerjaan galian dan pembangunan

- Mencegah terjadinya gangguan estetika dan gangguan

- Melakukan survai inventarisasi gedung dan penggunaan

- Lokasi pemantauan adalah pada radius 50 m sekitar jembatan layang

Pelaksana- Pemrakarsa

proyek Pengawas

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan,

xxii

Page 109: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

jembatan layang. komunikasi pada instansi penting

fasilitas komunikasi pada lingkungan di sekitar lokasi

- Membuka dan mengefektifkan kotak pengaduan

- Pemantauan lingkungan dilakukan 1 kali/bulan selama kegiatan berjalan

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung

- Dinas Perhubungan Kota Bandung

Penerima laporan- Pemerintah

Kota Bandung- Dinas

Perhubungan Propinsi Jawa Barat

berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran perubahan fungsi lahan.

Gangguan aliran permukaan dan terjadinya genangan serta menurunnya kualitas air.

Kondisi aliran permukaan dan saluran-saluran drainase, serta bentang alam yang ada disekitar lokasi kegiatan yang rusak dan mengganggu aliran permukaan karena :a. Penyiapan dan

pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah

b. Pekerjaan struktur

Indikatornya adalah rusak atau tidak berfungsinya saluran drainase disekitar lokasi kegiatan, sehingga terjadi genangan air dan kualitas air sekitar lokasi.

- Mendeteksi kondisi saluran drainase yang dapat menimbulkan genangan air

- Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan

- Mengamati kondisi saluran drainase yang ada disekitar lokasi kegiatan

- Mengamati pola aliran permukaan termasuk adanya genangan air disekitar lokasi kegiatan

- Mengukur kualitas air

- Mengamati metode pelaksanaan konstruksi yang berjalan

Pemantauan lingkungan dilakukan di area yang potensial terjadi genangan dan sekitar sungai yang dilalui rute rencana jalan, seperti lokasi galian, timbunan serta pemadatan tanah dan pembuatan saluran drainase jalan dan jembatan serta sungai Buruk yang dilalui Underpass Gasibu .

Pemantauan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.

Pelaksana- Pemrakarsa

proyek Pengawas

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tata Kota Bandung

Penerima laporan- Pemerintah

Kota Bandung

Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan di lapangan dan pengukuran kualitas air di laboratorium.

Gangguan Faktor lingkungan yang - Untuk - Melakukan Pemantauan lingkungan Pelaksana Menjadi

xxiii

Page 110: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

terhadap kegiatan lalu lintas (kerusakan prasarana jalan).

akan dipantau adalah :a. Kondisi kerusakan

jalan pada jalur transportasi material dan peralatan proyek

b. Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin karena ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan, dan lain-lain).

Kegiatan yang dapat menimbulkan dampak kerusakan prasarana jalan adalah :a. Transportasi

material, peralatan konstruksi dan bahan urugan.

b. Mobilisasi dan alat-alat berat di jalan umum yang tidak mampu bergerak cepat.

c. Ceceran tanah di jalan-jalan umum yang terjadi selama ada kegiatan pekerjaan tanah : galian, timbunan, angkutan, perataan, pemadatan.

Indikatornya adalah : kerusakan prasarana

memperoleh informasi lebih awal guna menyusun dan menyempurnakan sistem pengelolaan lebih lanjut.

- Hasil-hasil pemantauan digunakan sebagai dasar acuan untuk mencegah atau memperkecil kerusakan dan kecelakaan lalu lintas di sekitar dan sepanjang tapak proyek.

- Untuk dijadikan dasar guna menyiapkan pola-pola pemantauan yang lebih efektif setelah jalan beroperasi.

observasi lapangan dan pengamatan kerusakan rute jalan pengengkutan material.

- Melakukan evaluasi tingkat kecelakaan.

dilakukan di jalur pengangkutan bahan / material dari tempat quarry dan lokasi yang dipakai jalur pengngkutan material atau kendaraan berat, seperti material yang didatangkan dari palu melalui pelabuhan Kota Bandung.

Pada dasarnya periode pemantauan lingkungan dilakukan selama ada kegiatan proyek, minimal 1 kali per bulan.

- Pemrakarsa Proyek, Konsultan Supervisi atau badan lain yang ditunjuk

- Polres Setempat

Pengawas- Polres

Setempat - Dinas

Perhubungan yang berkaitan

Penerima Laporan- Polda Jawa

Barat- Dinas

Perhubungan Propinsi Jawa Barat

- Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Barat

tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran tingkat kecelakaan.

xxiv

Page 111: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

jalan, intensitas dan frekuensi kecelakaan.

Tahap Pasca Konstrusi

Terganggunya mobilitas penduduk di desa / permukiman yang terpotong trase Underpass Gasibu .

Kondisi sosial masyarakat pada permukiman yang terdapat disepanjang Underpass Gasibu terganggu interaksi sosial dan mobilitas horisontal penduduk, karena keberadaan jalan yang memotong lokasi permukiman.Beroperasinya jalan menjadi barrier kebebasan penduduk untuk menuju ke tempat di seberang jalan.

Indikatornya adalah frekuensi perlintasan oleh penduduk tingkat kecelakaan yang terjadi sepanjang Underpass Gasibu yang dialami oleh masyarakat sekitar Underpass Gasibu .

- Mendeteksi apakah penduduk yang lokasinya terpotong oleh trase jalan terganggu interaksi sosial dan mobilitasnya.

- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan.

- Memberikan masukan untuk pengelolaan lingkungan lebih lanjut guna menekan sampai batas minimal terjadinya kecelakaan di jalan akibat aktifitas penduduk di daerah milik jalan dan sekitarnya.

- Mengamati kehidupan sosial masyarakat pada permukiman yang terpotong trase Underpass Gasibu .

- Mengamati tanggapan penduduk di lokasi tersebut tentang keberadaan Underpass Gasibu .

- Mengamati dan mengevaluasi tingkat kecelakaan yang terjadi sepanjang Underpass Gasibu .

- Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi permukiman yang terpotong oleh trase Underpass Gasibu .

- Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian Underpass Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut, sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian jalan tersebut.

Pelaksana- Pengelola Jalan

Pengawas- Dinas

Perhubungan Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

Penerima Laporan- Pemerintah

Kota Bandung

Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk pengamatan tentang pola kehidupan sosial masyarakat dan tanggapan terhadap keberadaan Underpass Gasibu .

Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan

Kondisi udara di sekitar permukian di sepanjang trase underpass Gasibu , pengoperasian jalan ini yang akan menjadi padat mengingat pada rencana penataan Kota Bandung ke depan.

- Mendeteksi kualitas udara dan kebisingan di lokasi permukiman yang berada disepanjang Underpass Gasibu

- Masukan untuk penyempurnaan

Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara :- Mengukur

tingkat kualitas udara (SO2, Nox, O3, CO, Pb, debu

- Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi permukiman sekitar trase Underpass Gasibu , yaitu sekitar desa Sekambing dan desa Segendis atau sekitar Sta. 0+200 , Sta

Pelaksana- Pengelola Jalan

Pengawas- Badan

Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

Penerima Laporan

Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk pengukuran

xxv

Page 112: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

Indikatornya adalah baku mutu lingkungan dari parameter kualitas udara seperti Nox, SO2, O3, Pb, debu dan kebisingan.

kegiatan pengelolaan lingkungan

dan kebisingan) disekitar lokasi permukiman disepanjang jalan Kota Bandung – Lestari

- Mengamati usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengendalikan/memperkecil pencemaran udara dan kebisingan

- Mengamati tanggapan penduduk yang berdiam di permukiman di sepanjang trase Underpass Gasibu

10+500 dan Sta 15+000.

- Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian Underpass Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut, sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian jalan tersebut.

- Pemerintah Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat

kualitas udara dan analisis di laboratorium.

Perubahan tata guna lahan sekitar damija.

Peruntukkan lahan di wilayah studi yang tidak terkendali dan menyimpang dari RTRW yang telah ditetapkan, karena keberadaan dan pengoperasian Underpass Gasibu .

Indikatornya adalah terdapatnya bangunan-bangunan permukiman dan jasa perdagangan disekitar damija dan jalan akses yang tidak

- Mendeteksi timbulnya bangunan-bangunan permukiman dan jasa perdagangan disekitar damija dan jalan akses

- Masukan untuk penyempurnaan kegiatan pengelolaan lingkungan.

Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara : - Pengamatan

terhadap timbulnya permukiman dan kegiatan lain yang dapat merubah peruntukan lahan

- Mengkaji peruntukan lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang yang

- Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang trase jalan dan daerah milik jalan Kota Bandung Lestari.

- Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian Underpass Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut, sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama

Pelaksana- Pengelola Jalan

Pengawas- Dinas Bina

Marga Kota Bandung

- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

- Dinas Tramtib Kota Bandung

Penerima Laporan- Dinas

Penataan Ruang

Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk melakukan pengamatan dan evaluasi pemanfaatan tata ruang sekitar Damija.

xxvi

Page 113: UKL-UPL Underpass Gasibu (ASLI)

Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu

TAHAPAN

INDIKATOR

Faktor lingkungan

dan sumber dampak

Tujuan pemantauan

lingkunganMetoda dan cara

pemantauan

lingkungan

Lokasi dan periode

pemantauan

lingkungan

Instansi pemantauan

lingkungan

Pembiayaan

pemantauan

lingkunga

sesuai dengan peruntukannya.

ditetapkan- Mengamati

upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam mengendalikan peruntukan lahan di sekitar damiija.

pengoperasian jalan tersebut.

dan Permukiman Kota Bandung

- Pemerintah Kota Bandung

xxvii