Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

31
PEMBANGUNAN EKONOMI ERA OTONOMI DAERAH DI INDONESIA Perekonomian Indonesia Oleh: Drs. Agus Luthfi, M.

description

 

Transcript of Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Page 1: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

PEMBANGUNAN EKONOMI ERA OTONOMI DAERAH

DI INDONESIAPerekonomian Indonesia

Oleh:Drs. Agus Luthfi, M.Si

Page 2: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Latar Belakang Lahirnya Otonomi Daerah

Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 yang saat ini berubah menjadi UU no 32 tahun 2004 merupakan momentum yang sangat baik untuk memacu reformasi Pemda menuju Pemda yang transparan, partisipatif, dan akuntabel.

Perubahan yang diharapkan tidaklah akan berjalan secara mulus karena akan banyak sekali menuntut perubahan pola pikir, pola bertindak dan kemauan dari pihak Pusat maupun Daerah.

Page 3: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Otonomi daerah yang dijalankan selama 10 tahun ini semata-mata hanya dipahami sebagai perpindahan kewajiban pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mayarakat.

Padahal substansi penting dari otonomi daerah adalah pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah secara politik dan ekonomi agar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berlangsung secara adil dan merata.

Latar Belakang Lahirnya Otonomi Daerah

Page 4: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Definisi :

adalah Hak, kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

OTONOMIDAERAH

Pengertian yang lebih luas lagi adalah

wewenang/kekuasaan pada suatu

wilayah/daerah yang mengatur dan

mengelola untuk kepentingan

wilayah/daerah masyarakat itu sendiri

mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan

perimbangan keuangan termasuk

pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat

daerah lingkungannya.

Page 5: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

• UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah

• UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

• UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah

• UU No. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah

• UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan Daerah.

Landasan Hukum

Page 6: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Otonomi Daerah

MISI OTONOMIDAERAH

“Misi Otonomi daerah yang diatur di dalam UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 bukan hanya keinginan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat”(Penjelasan PP 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah)

Page 7: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Karakteristik Dasar

Des

entr

alis

asi

Implikasi desentralisasi adalah kebutuhan mengembangkan pemerintahan lokal sebagai institusi, yang dilihat warga setempat sebagai organisasi yang memberikan pelayanan, dan sebagai unit pemerintahan yang mempunyai pengaruh

Pemerintah daerah mempunyai status dan kekuasaan mengamankan sumber daya yang dimiliki untuk menjalankan fungsinya

Dengan desentralisasi berarti ada hubungan timbal balik, saling menguntungkan, dan hubungan yang terkoordinasikan antar pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah

Pemerintah daerah menpunyai batas-batas geografis yang Jelas dan diakui secara hukum dimana mereka menggunakan Kekuasaan & menjalankan fungsi-fungsi publik

Unit-unit pemerintahan setempat bersifat otonom, mandiri, dan jelas-jelas sebagai unit pemerintahan bertingkat yang terpisah dari pusat. Pusat melakukan sedikit, atau tidak ada kontrol langsung oleh pusat terhadap unit-unit tersebut

Page 8: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 3, Yaitu:Pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas

pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi;pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri

atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.

Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah

Pemerintah Daerah

Page 9: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Urusan yang menjadi urusan pemerintah pusat 1. Politik luar negeri 2. Pertahanan 3. Keamanan 4. Yustisi 5. Moneter dan fiskal nasional 6. Agama

Pembagian Urusan Pemerintah Pusat

Page 10: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Azas Kepastian Hukum Azas Tertib Penyelenggaran Negara Azas Kepentingan Umum Azas Keterbukaan Azas Proporsionalitas Azas Profesionalitas Azas Akuntabilitas Azas Efisiensi Azas Efektifitas

Azas Penyelenggaraan Pemerintahan

Page 11: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

1. Perencanaan & pengendalian pembangunan2. Perencanaan, pemanfaatan & pengawasan tata ruang3. Penyelenggaraan ketertiban umum & ketentraman masyarakat4. Penyediaan sarana & prasarana umum5. Penanganan bidang kesehatan6. Penyelenggaraan bidang pendidikan dan alokasi SDM potensial7. Penanggulangan maslah sosial lintas kab/kota8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kab/kota9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah listas kab/kota10. Pengendalian Lingkungan Hidup11. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kab/kota12. Pelayanan administrasi umum pemerintahan13. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kab/kota14. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainya yang belum dpt dilaksanakan

kab/kota15. Urusan wajib lainnya yg diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan

Pembagian Urusan Pemerintah Provinsi

Page 12: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

1. Perencanaan & pengendalian pembangunan 2. Perencanaan, pemanfaatan & pengawasan tata ruang3. Penyelenggaraan ketertiban umum & ketentraman masyarakat4. Penyediaan sarana & prasarana umum5. Penanganan bidang kesehatan6. Penyelenggaraan pendidikan7. Penanggulangan maslh sosial8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan9. Fasilitas pengembg koperasi, ush kecil dan menengah10. Pengendalian Lingkungan Hidup11. Pelayanan pertanahan12. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil13. Pelayanan adm umum pemerintahan14. Pelayanan adm penanaman modal15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainya16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan

Pembagian Urusan Pemerintah Kab/Kota

Page 13: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Rasionalisasi Kebijakan Desentralisasi

Memungkinkan penyusunan rencana serta program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan wilayah dan kelompok yang heterogen;

Mampu memotong prosedur yang rumit sebagai karakteristik perencanaan dan manajemen terpusat dan over concentration kekuasaan serta sumber daya di pusat;

Kontak/hubungan yang lebih dekat antara pejabat pemerintahan dan masyarakat setempat memungkinkan terbinanya informasi yang lebih baik guna memformulasi perencanaan atau program yang lebih realistik dan efektif.

Page 14: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Dalam pembuatan keputusan dan alokasi sumber daya, desentralisasi memungkinkan terwakil inya bermacam-macam kelompok kepentingan, seperti politik, agama, dan etnis.

Desentralisasi memberikan kesempatan kepada pejabat setempat untuk mengembangkan kecakapan manajerial dan teknis, serta dapat meningkatkan kemampuan pejabat tersebut untuk menangani berbagai urusan yang biasanya tidak ditangani secara baik oleh instansi pusat (seperti pemeliharaan jalan dan infrasrtuktur yang jauh dari ibukota negara).

Efisiensi dari pemerintah pusat meningkat karena membebaskan pejabat pusat dari tugas-tugas rutin, di mana tugas-tugas tersebut bisa dilaksanakan secara lebih efektif oleh petugas lapangan atau pejabat lokal. Ini akan memungkinkan pejabat pusat untuk menyusun perencanaan dengan lebih hati-hati, serta mengawasi kebijakan pembangunan secara lebih efektif.

Rasionalisasi Kebijakan Desentralisasi

Page 15: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Dengan diterapkannya kebijakan desentralisasi di Indonesia memiliki tujuan untuk mengukuhkan Indonesia sebagai negara kesatuan sehingga terhindar dari Ancaman Disintegrasi Bangsa;

Semangat kesatuan dan persatuan melandasi pelaksanaan pemerintah di daerah sesuai Undang-undang No. 5/1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan Di Daerah. UU ini menggariskan tiga asas penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yakni desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan

Ancaman Disintegrasi dari Desentralisasi

Page 16: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Permasalahan Pokok Dianutnya Disentralisasi

7 Elemen pokok

pembentuk pemerintah

daerah

Perwakilan Rakyat Daerah

Kewenangan Daerah

Kelembagaan

Kepegawaian

Keuangan

ManajemenPelayanan Publik

Pengawasan

Page 17: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Kewenangan Daerah

Permasalahan

Friksi Antara Kabupaten &

Kota itu sendiri

Friksi Antara

Pusat & Dearah

Friksi Antara

Daerah Provinsi dgn Kabupaten/kota

Page 18: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Kelembagaan

Friksi persepsi dalam menafsirkan regulasi yang akan diterapkan.

Dengan adanya batas maksimum dalam penetapan jumlah dinas, akan terjadi pengurangan beberapa Pejabat Eselon II, III, dan IV yang akan berpotensi mengganggu iklim politik daerah.

Masalah

Page 19: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Kepegawaian Daerah

Status kepegawaian Daerah menjadi sangat statis

Pegawai Daerah cenderungDipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik yang ada di Daerah

Mencuatnya isu Putra Daerah (yang tidak sesuai dengan kompetensinya)

Tidak adanya tour of area akan membahayakan keutuhan NKRI

Adanya kerancuan antara jabatan politis ( political appointee ) dan jabatan karir ( career appointee )

Merangsang Daerah untuk mengangkat pegawai baru

PERMASALAHAN YG DAPAT

DITIMBULKAN

Page 20: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Keuangan Daerah

Konflik penguasaan kewenangan yang menghasilkan penerimaan

Mekanisme pinjaman dan kebijakan investasi yang belum jelas

Keuangan daerah yang kurang mencukupi (Financial Insufficiency)

Kurangnya kepatuhan pada peraturan dan lemahnya penegakan hukum

Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan

Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD

Pemisahan keuangan eksekutif dengan legislatif

Overhead cost pemda yang tinggi

PERMASALAHAN YG DAPAT

DITIMBULKAN

Page 21: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Perwakilan Rakyat Daerah

PERMASALAHAN YG

DAPAT DITIMBULKAN

Kuatnya pengaruh parpol dalam proses pemilihan kepala daerah

Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD

Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD

Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat karir

Kurangnya kompetensi anggota DPRD dan lemahnya networking

Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan perundangan

Page 22: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Manajemen Pelayanan Publik

Permasalahan

Tidak jelasnya standard

pelayanan

Rendahnya akuntabilitas pelayanan

Kaburnya pemahaman

konsep-konsep perencanaan daerah

Semakin rendahnya

kualitas pelayanan

Masih besarnya peranan pemda

dalam penyediaan pelayanan

Page 23: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Pengawasan

Permasalahan

Kurangnya sanksi terhadap

pelanggaran peraturan

Kurangnya pengawasan dari Gubernur kepada

daerah

Kurangnya supervisi dan sosialisasi ke

daerah

Page 24: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Desentralisasi FISKAL

Kewenangan penuh bagi daerah dalam penggunaan bantuan pusat (Block Grant) dan pengelolaan keuangan daerah. Penjelasan PP 105 Th 2000 : Semangat Demokrasi, Desentralisasi, Tranparansi dan akuntabilitas menjadi sangat dominan dalam mewarnai penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya

DESENTRALISASIFISKAL

Keleluasaan menentukan Pajak dan Restribusi

Daerah semakin besar

1. Pertumbuhan ekonomi daerah.2. Tingkat penggaguran & upah.3. Penyelenggaraan pendidikan.4. Kemiskinan dan masalah sosial lainnya.5. Pendapatan asli daerah

Page 25: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

PBB = 90% untuk daerah dengan rincian :16,2% untuk propinsi64,8% untuk kab/kota9% biaya pemungutan

PBB = 10% bagian pemerintah dibagikan ke seluruh daerah kab/kota dengan dasar realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan:65% secara merata pada seluruh daerah kab/kota35% insentif atas dasar realisasi tahun sebelumnya

mencapai/melampuai rencana.

Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah & Pusat

Page 26: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Dana Bagi Hasil dari penerimaan BPHTB adalah sebesar 80% (delapan puluh persen) dengan rincian sebagai berikut: 16% (enam belas persen) untuk daerah provinsi yang

bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi;

64% (enam puluh empat persen) untuk daerah kabupaten dan kota penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota

20% (dua puluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota.

Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah & Pusat

Page 27: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Perubahan Struktur Anggaran

Perubahan struktur anggaran terjadi dari anggaran tradisional yang bersifat Line

item menjadi anggaran yang incrementalism

Perubahan dimaksud untuk menciptakan transparansi

dan meningkatkan akuntabilitas

Segi Positif Perubahan Struktur Anggaran

Bilamana terjadi surflus/ defisit akan terlihat jelas. Memudahkan penyusunan anggaran daerah. Memudahkan dalam melakukan analisis, evaluasi dan pengawasan

anggaran (budgetary control). Memungkinkan pembentukan cadangan melalui transfer.

Page 28: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

DAMPAK DESENTRALISASI PERTUMBUHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

Page 29: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

DAMPAK DESENTRALISASI PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA DAN DESA

Sumber: BPS, 2014

Page 30: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

DAMPAK DESENTRALISASI PERTUMBUHAN DAERAH SULIT DIJANGKAU

Page 31: Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)

Terima Kasih