7. sesi otonomi daerah

download 7. sesi otonomi daerah

If you can't read please download the document

description

 

Transcript of 7. sesi otonomi daerah

  • 1. ISBN 978-602-98295-0-1MELEJITKAN PRESTASI PELAJAR MENUJUSUMATERA SELATAN CERDAS, KREATIF DAN MANDIRI MELALUI PEMBERDAYAAN KIR DISEKOLAH-SEKOLAH( Bentuk dan Aktivitas Kelompok Ilmiah Remaja dalam Berbagai Bidang Kajian Sebagai Upaya Mendukung Sumatera Selatan Cerdas, Kreatif dan Mandiri di Era Otonomi Daerah ) Usman( Guru di SMA Negeri 1 Banyuasin II, SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III dan AnggotaAsosiasi Peneliti Sumatera Selatan) ABSTRAKPersaingan sains dimasa depan sebenarnya tidak dilihat dari seberapa besarpenguasaan sains oleh suatu negara saat ini, tetapi justru terletak pada usahamempersiapkan siswa agar melek sains sejak awal. Berangkat dari kesadaran inipengembangan program Science in School sangat mendesak dilaksanakan danakan dalam rangka mendekatkan sains dan teknologi sejak dini dan tidak dapatditawar-tawar lagi. Perkenalan sejak dini pada siswa akan mendorong minat untukmendalami sains dan teknologi dan pada gilirannya kelak siswa mau berkarier dibidang sains dan teknologi. Pemberdayaan Kelompok Ilmiah Remaja, ini masihtermarginalkan, sebenarnya pembentukan KIR ini memiliki peran penting yangsangat besar dalam menumbuhkan scientific attitude siswa. Meneliti dan menuliskarya ilmiah sebenarnya merupakan kegiatan yang sangat menarik danmembahagiakan, baik bagi siswa maupun guru pembimbing. Siswa akanmendapatkan pengalaman, wacana, kepekaan terhadap lingkungan karena rasakeingintahuannya, pemompaan semangat, keterampilan sains dan bahkan prestasidan masa depan yang lebih cerah. Selain itu, dengan memiliki keterampilan menelitidan menulis, sudah pasti bermanfaat , setidaknya ketika para siswa menapaki studidi perguruan tinggi.Akan tetapi pemerintah pusat, daerah masih kurang perhatiannya terhadapkegiatan KIR ini, sebenarnya kegiatan ini memiliki potensi yang cukup besar untukkemajuan anak bangsa, banyak pelajar di Indonesia memiliki prestasi yangmendunia dalam ajang penelitian remaja khususnya di wilayah Sumatera Selatan.Untuk mewujudkan itu semua peran serta dari berbagai elemen seperti pemerintahpusat, daerah harus lebih memperhatikan pemberdayaan siswa untuk mengikutikegiatan yang mengasah keterampilan siswa dalam meneliti dan menulis.A. Pendahuluan Ditengahkrisis multi dimensi, pendidikan seakan tidak berdayamenghadapinya. Pendidikan telah mandek dan beku dalam gundukan es. Prosespembelajaran di dunia pendidikan kita seharusnya dapat memberikan ruang untukProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101363

2. ISBN 978-602-98295-0-1mengoptimalkan kebebasan berpikir. Konsekuensinya setiap institusi pendidikanharus dapat membebaskan diri dari kepentingan ideologi politik dan pahamkeagamaantertentu. Selain itu, kurikulum pendidikan hendaknyadilepasbebaskan secara kreatif untuk merespon perubahan yang semakinkompleks dan cepat. Pada tahapan ini yang diperlukan adalah membekali siswasecara kuat metodologi dan bahasa, sebagai alat untuk mendalami kajian ilmudan komunikasi akademik, serta didasarkan pada pembentukan watak danmoralitas kemanusiaan yang universal dan menghargai keanekaragaman. Persaingan sains dimasa depan sebenarnya tidak dilihat dari seberapabesar penguasaan sains oleh suatu negara saat ini, tetapi justru terletak padausaha mempersiapkan siswa agar meleksains sejak awal. Berangkat darikesadaran ini pengembangan program Science in School sangat mendesakdilaksanakan dan akan dalam rangka mendekatkan sains dan teknologi sejak dinidan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Perkenalan sejak dini pada siswa akanmendorong minat untuk mendalami sains dan teknologi dan pada gilirannya kelaksiswa mau berkarier di bidang sains dan teknologi. Propinsi Sumatera Selatan merupakan propinsi memiliki potensi yang besarbaik di bidang perekonomian, pendidikan, pariwisata, pangan, energi dan bidang-bidang lainnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah propinsi ini berkembangsemakin pesat sehingga dapat bersaing baik didalam negeri maupun di luarnegeri. Khusus dalam bidang pendidikan, sejak tahun 2009, propinsi SumateraSelatan menggalakkan sekolah gratis untuk jenjang SD, SMP sampai SMAdengan harapan masyarakat di Sumatera Selatan dapat menciptakan sumberdaya manusia yang cerdas dan mandiri. Untuk mendukung Sumatera Selatan yang Cerdas, Kreatif dan mandiri diera otonomi daerah ini perlu dilakukan banyak strategi, strategi di bidangkesiswaan, strategi dibidang kurikulum dan strategi di bidang sarana danprasarana. Untuk bidang strategi kesiswaan dan kurikulum dapat diberikancontoh pemberdayaan pembimbingan tim olimpiade yang berada disekolah-sekolah yaitu dengan tim Olimpiade Keilmuan diantaranya IBO, IPhO, IMO, IChO,dan Geosains. Selain Olimpiade keilmuan dapat juga diterapkan programKelompok Ilmiah Remaja, akan tetapi program ini masih termarginalkan,Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1364 3. ISBN 978-602-98295-0-1sebenarnya pembentukan KIR ini memiliki peran penting yang sangat besardalam menumbuhkan scientific attitude siswa. Meneliti dan menulis karya ilmiahsebenarnya merupakan kegiatan yang sangat menarik dan membahagiakan, baikbagi siswa maupun guru pembimbing. Siswa akan mendapatkan pengalaman,wacana,kepekaan terhadap lingkungan karena rasa keingintahuannya,pemompaan semangat, keterampilan sains dan bahkan prestasi dan masa depanyang lebih cerah. Selain itu, dengan memiliki keterampilan meneliti dan menulis,sudah pasti bermanfaat , setidaknya ketika para siswa menapaki studi diperguruan tinggi. Akan tetapi pemerintah pusat, daerah masih kurang perhatiannya terhadapkegiatan KIR ini, sebenarnya kegiatan ini memiliki potensi yang cukup besar untukkemajuan anak bangsa, banyak pelajar di Indonesia memiliki prestasi yangmendunia dalam ajang penelitian remaja khususnya di wilayah Sumatera Selatan.Untuk mewujudkan itu semua peran serta dari berbagai elemen sepertipemerintah pusat, daerah harus lebih memperhatikan pemberdayaan siswa untukmengikuti kegiatan yang mengasah keterampilan siswa dalam meneliti danmenulis.B. Bahan dan Metode Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptis, yaitu penulismelakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer yang diperolehdari aktivitas pembinaan KIR di beberapa sekolah yang penulis pernah menjadiipembina KIR seperti di SMA Plus Negeri 17 Palembang (penulis menjadiPembina KIR selama 4 Tahun), SMA Plus Negeri 2 banyuasin III (Penulis menjadiPembina KIR selama 4 bulan), SMA Negeri 1 Banyuasin II, Sungsang (penulismenjadi Pembina KIR selama 1 tahun). Jadi total pembinaan KIR dibeberapasekolah tersebut selama 6 tahun.C. Pengertian Kelompok Ilmiah Remaja Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) adalah kelompok remaja yang melakukanserangkaian kegiatan yang menghasilkan suatu hasil yang disebut karya ilmiah.Karya ilmiah adalah suatu karya yang dihasilkan melalui cara berpikir yangProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1365 4. ISBN 978-602-98295-0-1menurut kaidah penalaran logis, sistematis, rasional dan ada koherensi antarbagian-bagiannya (saling terkait dan tidak bertentangan satu sama lain). Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) adalah kelompok (grup) para remaja yangmenduduki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), SekolahMenengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sederajat, atauseseorang tidak duduk di sekolah formal yang berusia 12 21 Tahun. Kelompokini didasarkan pada minatnya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, yangterbentukatasinisiatif dan prakarsa remaja sendiri, namun dalamperkembangannya sering terjadi menjadi terintegrasi dengan institusi sekolah.Pada perkembangannya kelompok ini memerlukan bantuan, dukungan darisemua pihak yang terlibat dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmupengetahuan dan teknologi. Kelompok Ilmiah Remaja adalah suatu wadah(organisasi) yang sifatnya terbuka bagi para remaja, berdasarkan kesamaankepentingan (interest) dalam berkeinginan meningkatkan pengetahuan, kreativitasdan berdisiplin, berdaya juang untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologipada masa kini dan masa mendatang. Pada awalnya Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di Indonesia dibentuk atasdasar hasil Konferensi Anak-anak Sedunia (UNESCO) di Grenouble, PerancisTahun 1963. Konsepsi yang dihasilkan dalam konferensi ini adalah bahwakurikulum pada pendidikan formal disekolah terbatas kemampuannya untukmengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.Untuk itu dalam konferensi ini disepakati untuk dikembangkan Youth ScienceClub (YSC) secara serentak tumbuh di seluruh dunia seperti Eropa, AmerikaLatin, India, Thailand dan Indonesia.D. Kelompok Ilmiah Remaja dalam Kurikulum PendidikanOrganisasi atau Kelompok Ilmiah remaja yang ditumbuhkembangkan olehsekolah maupun tumbuh secara alami karena tuntutan kebutuhan oleh anggotakelompok ilmiah remaja dapat terus bertahan dan dipengaruhi oleh beberapa hal,antara lain kurikulum, kebijaksanaan sekolah, pendanaan, kerjasama denganinstitusi-institusi dan sosialisasi hasil penelitian.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1366 5. ISBN 978-602-98295-0-1Menurut Badan Moneter Dunia, sistem pendidikan sebuah Negara dapatberjalan dengan baik jika (1) kurikulum nasional memenuhi sejumlah kompetensiguna menjawab tuntutan dan tantangan arus globalisasi, (2) kurikulum yangdibuat bersifat lentur dan adaptif dan (3) kurikulum tersebut berkontribusi padapembangunan social dan masyarakat. Untuk menyikapi hal tersebut, telahdisusun Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk menggantikan kurikulum tahun1994.Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) lebih berorientasi kepada peserta didikdaripada guru. Guru berfungsi sebagai pendamping peserta didik agarpengetahuan mereka tak terhenti pada pengetahuan teoritis belaka. Pengetahuanharus bermanfaat dan berkembang dan tak dapat dilepaskan dari masalah-masalah kehidupan sehari-hari, sehingga belajar dari sekolah sangat relevanuntuk hidup (meaning full for life). Dalam kurikulum berbasis kompetensi, gurudituntut kreatif mampu mengajak peserta didik bereksplorasi sehingga aktifmenerapkanpengetahuannya. Guruadalah rekanpeserta didik dalammengembangkan kompetensinya melalui penerapan pengetahuan yang diperolehdalam pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum Berbasis Kompetensi akanmembawa peserta didik pada pencapaian kompetensinya sesuai maknapendidikan, meliputi ability (kecakapan), skill (keterampilan) dan knowledge(pengetahuan) serta personality (kepribadian) secara individual.Gambaran penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi mengarahkan gurusebagai pengajar yang mandiri (curriculum-free teachers). Hal itu memberikandorongan dan kesempatan guru untuk memiliki kreativitas dan fleksibilitas dalampengajaran. Pembelajaran yang terbuka semacam itu mengkondisikan pesertadidik untuk berdiskusi, kritis dan bereksplorasi sesuai dengan pengalamanhidupnya sendiri-sendiri. Kemampuan mengkritisi dan eksplorasi dari pengalamanhidup rill inilah yang menjadi modal dasar untuk mengembangkan peserta didikuntuk menjadi anggota kelompok ilmiah remaja, semestinya dapat lebihmendorong perkembangan agar lebih mengakar pada perilaku akademis padaseluruh sekolah di Indonesia.E. Model Kelompok Ilmiah Remaja di Kota Palembang dan SekitarnyaProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1367 6. ISBN 978-602-98295-0-1Kelompok Ilmiah Remaja adalah kelompok yang harus bergerak dalampenguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan ilmupengetahuan dan teknologi KIR pada prinsipnya harus tidak mengganggukegiatan akademik dan diharapkan agar menuju pada profesionalisme. Moduspokok kegiatan-kegiatan KIR meliputi pengamatan, penelitian, penulisan danpublikasi. Bidang kajian yang dapat diterapkan di KIR ini adalah Bidang IPA (IlmuPengetahuan Alam), IPSK (Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan),Teknologi (meliputi Teknologi Tepat Guna).Berbagai kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh kelompok ilmiahremaja agar lebih bervariasi adalah sebagai berikut :1. Pertemuan Ilmiah Bagianggota KIR bertujuan untuk memberikankesempatanbelajar berkomunikasi langsung dengan berdiskusi, mengembangkan sikap kritis, mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi antar anggota maupun dengan para pakar, pembina dan pembimbing dapat memberikan petunjuk-petunjuk dan saran-saran bagi para anggota kelompok ilmiah remaja. Pertemuan ilmiah ini dapat berupa seminar, diskusi, symposium, ceramah atau talk show, baik yang diselenggarakan oleh KIR sendiri maupun institusi lainnya, seperti universitas-universitas maupun lembaga lainnya.2. Penataran dan Pelatihan Pelatihan untuk anggota KIR bertujuan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang, antara lain latihan dalam metodologi penelitian dan pengambangan, latihan manajemen organisasi KIR, latihan teknik penulisan ilmiah (hasil penelitian) dan pelatihan statistic. Pelatihan semacam itu bisadibuat sendiri dengan mengundangpakar yang berkompeten atau dapat mengikuti program-program yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan atau oleh beberapa universitas yang konsen terhadap KIR, dalam hal ini di propinsi Sumatera Selatan memiliki badan yang bergerak dalamPenelitiandan pengembanganyaitu Badan Penelitiandan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA), badan ini juga dapat dijadikan suatu motor penggerak untuk memajukan KIR di Sumatera Selatan.3. Perkemahan dan Wisata IlmiahProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101368 7. ISBN 978-602-98295-0-1 Perkemahan adalah suatu kegiatan di luar lokasi kegiatan KIR. Perkemahan dalam konsepsi KIR tidak hanya berarti hidup di alam terbuka, tetapi juga mencakup kegiatan-kegiatan laboratorium alam, oseanorium, terrarium, dimana para ahli memberikan informasi mengenai berbagai gejala alam. Wisata ilmiah merupakan kegiatan kunjungan ke berbagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalamwisata ini anggota KIR dapat memperluas dan memperkaya informasi mengenai latar belakang dan proses suatu institusi.F. Profil Siswa Pemenang Lomba Karya Tulis di Ajang Nasional danInternasional Dari pengalaman penulis yang membimbing dari beberapa sekolah diwilayah kota Palembang dan sekitanya, kemampuan pelajar dalam bidang KaryaIlmiah tidak kalah dengan pelajar di pulau Jawa. Oleh karena itu pemberdayaanKelompok Ilmiah Remaja (KIR) umumnya di Sumatera Selatan dan khususnyaSMA di wilayah kota Palembang dapat lebih digalakkan sehingga dapat mencetakcalon-calon ilmuwan baru dan dapat mewujudkan Sumatera Selatan Cerdas,Kreatif dan Mandiri. Berikut disampaikan aktivitas pembinaan KIR di beberapa sekolah yangtelah penulis bimbing dari tahun 2006 sampai dengan 2010 baik yang pernahberkompetisi di tingkat Nasional dan Internasional.Tabel 1. Profil Pemenang Lomba Karya Tulis di Tingkat NasionalN Nama JudulBidangJenjangPresta Keter o Karya si angan1 Upaya M. Naufal LKT Nasional Juara SMAmelestarikan dan Shahensa LingkungaIIPlusMemperindah n Hidup,NegeriSungai Musi DEPDIKN 17DenganAS, PalemMewujudkanJakarta, bangKota PalembangtahunSebagaiKota 2006Wisata Air2 Peranan M. Nanda LKTNasional Juara SMAAgroforestryRimansyaLingkungaHarap PlusProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101369 8. ISBN 978-602-98295-0-1Dalamn Hidup, an IINegeriMempertahankaTahun17nFungsi2006PalemHidrologis DiDEPDIKN bangSekitar Daerah AS,Aliran SungaiJakartaMusi3 Persepsi PelajarAl Amin LKIR LIPI,Nasional Juara SMATerhadapPutra Ke-40III PlusProgram Pratama Bidang NegeriSekolah GratisIPSK,17Pada Kampanye tahunPalemPildada 2008 bangSUMSEL4 Ikan Pedeh : Elita LKTNasional Juara I SMAPengawetan Purnama OPINI,PlusIkantanpaSariUniversitaNegeriBahan KimiaEdwin s 17 JuandaBrawijaya,Palem Putra Malang, bang Faiznur tahun Ridho 20065 PengelolaanAdhiLKTNasional Finalis SMALahan Kering Kurniawan BIOEXPO.PlusSecara Mico PramaHimabio NegeriBerkelanjutanNymphaea17danITB,PalemPemanfaatannya Bandung,bangSebagai WilayahtahunPembudidyaaan2006TanamanPenghasil EnergiHijau6 PembangunanWidya LKTNasional Juara SMAIMTAQ Melalui LionitaIntegrasi Harap PlusBencanaIMTAQan IINegeriTsunamidan IPTEK 17 Siswa,Palem DEPDIKN bang AS, Jakarta, tahun 20067 PengaruhGabbyLKTNasional Finalis SMAKebijakan Ravita S Olimpiade PlusPemerintah dan Richard TL. IlmuNegeriPeran Serta Tobing Sosial17Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1370 9. ISBN 978-602-98295-0-1Masyarakat MB. (OIS)PalemDalamProses Nugraha2007,bangRekontruksiFISIPBencana Banjir UniversitadiKota sPalembangIndonesia, Jakarta8PemanfaatanM. Pranandi Gebyar Nasional Finalis SMA Ekstrak daun Fandy Abdi SainsPlus Mindi(melia Darma Nasional,Negeri azedarah)FerdianSekolah17 sebagaiIrbani Pembangu Palem Larvasida dalam nan Jaya,bang pemberantasan Jakarta, larva nyamuktahun 20079 Jadikan Sungai AdzuhriLomba Nasional Juara I SMA MusiSebagai AdityaKaryaPlus MataAirku Ferdian TulisNegeri BukanAir Irbany Ilmiah117 Mataku (Studi NatasiaAbad Palem Ancaman Kebangkitbang Limbah Di an Kawasan SungaiNasional, MusiSerta PEMDA Upaya DIYdan Mengatasinya) UGM, tahun 200810 Pandangan dan DetaLomba Nasional Finalis SMA SikapApritantia KaryaPlus Masyarakat BungaTulisNegeri Terhadap ApriliaIlmiah117 Kebijakan Abad Palem Otonomi DaerahKebangkitbang di Sumatera an Selatan(Studi Nasional, Partisipasi PEMDA MasyarakatdiDIYdan Prabumulih, UGM, Baturaja dantahun Palembang)200811 Klorofil, Si Emas M. Ali Setia LKTI Regional Juara SMA Hijau Yang NisrinaScalenus, Sumatera III Plus Bermanfaat AriestaFULDFK NegeriYesita Rizki Regional 17 Sumatera,PalemProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101371 10. ISBN 978-602-98295-0-1Tahunbang200912 Tingkat M. Ali Setia Lomba Nasional Juara SMA Pengetahuan PratamaKaryaIIPlus dan Minat Aisyah TulisNegeri PelajarDalam FatrianiAntariksa, 17 PembelajaranSatria LAPANPalem BerbasisMarantizaBandung, bang AntariksaTahun200913 PemburamanMutiaLomba Nasional Juara SMA Layar Peran Agustria KaryaIIPlus BPK di Tengah Bayu Tulis, Negeri Eksistensi KPKSaputraBPK, 17tahunPalem2010 bang14 Dibalik WafiakmalLKIR Ke-Nasional Juara SMA Pembangunan Miftah 41 LIPI, IIPlus Pelabuhan AfrizalTahunNegeri Tanjung Siapi- Lutfi Fahri 2009 17 api, Kontroversi Muhammad Palem atau Rezeki?bang15 Rotating Sprayer PriyankaNationalNasional Juara SMA Herbicide Reijefki YoungIIPlus Irlastua Inventor Negeri Edy Yuristo Award 17(NYIA),Palemtahunbang201016 MenyibakWila Armila LombaPropinsi Finalis SMA KearifanSari KaryaNegeri TradisionalTulis, Nilai 1 Rumah Budaya,Banyu Panggung Dinasasin II, Nibung SertaPendidikaSungs Aktivitasn Propinsi ang Masyarakat Sumatera Sungsang Dalam Selatan, Melestarikan tahun Hutan Mangrove 2009 (Bakau) dan Keanekaragama n Hayati17 RumahSuhendar LombaPropinsi Juara SMA Panggung Nipah Dwi PutraKarya Harap Plus (NyphaTulis, Nilai an IINegeriProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101372 11. ISBN 978-602-98295-0-1Fructicans)Budaya, 2Ditengah Era Dinas BanyuGlobalisasi, Pendidika asin IIIAntaraTradisin PropinsiDan Eksistensi Sumatera Selatan, tahun 201018 InovasiAlat FeriLombaPropinsiJuaraSMA Pembuat Krisnamurti CiptaHarapPlus KomposFebrian Karya an II Negeri Berbasis Barang Mermaliandi Pelajar,2 Bekas UPTDBanyu Graha asin III Teknologi, tahun 201019 Pemanfaatan Heppy Nur LombaPropinsiJuaraSMA Limbah Arang ApriliaCiptaHarapPlus CangkangRetaKarya an INegeri Kelapa Sawit Triprima N.Pelajar,2 DanSawitUPTDBanyu Brondol Sebagai Graha asin III BriketTeknologi, Tahun 201020 PemberdayaanYessi LombaPropinsiJuaraSMA Potensi Ismiralda MenulisII Plus Technopreneur Artikel Negeri MenujuFEKSi 2 Indonesia Kreatif (Festival Banyu Ekonomi asin III Kreatif), tahun 2010Tabel 2. Profil Siswa Peserta dalam Lomba Karya Tulis Tingkat InternasionalNo Nama Judul Karya BidangJenjang Prestasi1. WafiakmalOnBehalf of ISEF, Intel Internasional Finalist Miftah, Afrizal, Development : Sanjose, Lutfi Fakhri EconomicCalifornia,Opportunities VSUSAEnvironmentDeterioration2. Priyanka,Rotating SprayerIEYI,Internasional FinalistProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101373 12. ISBN 978-602-98295-0-1 ReijefkiHerbicideInternational Irlastua, EdyExhibition YuristoYoungInventorAward2011,Vietnam,HanoiG. Sinergisme Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Sekolah dalamMenumbuhkan Calon Ilmuwan BaruDalam pengoptimalan kinerja KIR di sekolah perlu dilakukan koordinasiantar elemen sekolah, pemberdayaan KIR dapat dilakukan secara terpisah(monolitik) maksudnya ada materi khusus yang berkaitan dengan bidangpenelitian yaitu dengan mendirikan suatu pelajaran yang berbasis eksperimensebagai contoh dengan diselenggarakannya Muatan Lokal Pengantar Penelitian.Pemberdayaan KIR juga dapat dilakukan secara integrative, artinya dapatdisisipkan pada suatu mata pelajaran tertentu, baik bidang IPA, IPSK danteknologi. Keberhasilan siswa dalam pemberdayaan KIR sebenarnya tidakterlepas dari peranan pihak sekolah, pemerintah pusat, pemerintah daerah sertabadan-badan otonom yang tetap peduli dengan aktivitas pembinaan siswa dalambidang penelitian ilmiah.Saat ini Pembimbing utama (konsultan) YRC/KIR di Indonesia diperankanoleh LIPI. Selanjutnya dibantu oleh Kementerain Pendidikan Nasional, danbeberapaUniversitas dan Institut yang aktif dan rutin mengadakanpemasyarakatan dan pembinaan KIR diseluruh pelosok tanah air denganmembuat kompetisi untuk ajang gelar prestasi tahunan yang sekarang dikenalLKIR, NYIA(LIPI), LPIR (sekarang OPSI) yang diselenggarakan oleh KementerianPendidikan Nasional, ISPO yang diselenggarakan oleh Kementerian PendidikanNasional , PASIAD, LIPI serta INAYS yang diselenggarakan oleh Surya Institute.Bentuk komitmen LIPI untuk mengembangtumbuhkan dan membina KIRdikalangan remaja adalah dengan setiap tahunnya mengadakan Lomba KaryaIlmiah remaja (LKIR) secara rutin sejak tahun 1969 sampai dengan 2010 sudahke-42 kalinya. Sedang Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakanProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1374 13. ISBN 978-602-98295-0-1LPIR sejak tahun 1977 sampai dengan 2009 kemudian pada tahun 2010 berubahmenjadi Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI).Untuk di wilayah daerah propinsi dan kabupaten pembinaan KIR dapatdilakukan oleh Dinas Pendidikan (DISDIK) dan Badan Penelitian danPengembangan Daerah (BALITBANGDA), kolaborasi antara kedua dinas danbadan ini semakin membantu para peserta didik untuk dapat mengembangkan idedan kreatifitas mereka. Dengan adanya kolaborasi antara keduanya makapembinaan KIR di daerah dapat lebih menciptakan atmosfer ilmiah yang nantinyadapat menghasilkan peserta didik yang kreatif dan mandiri. PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAHINSTANSI/ DAERAHLEMBAGA/UNIVERSITASSEKOLAH DANPERAN SERTAGURU KIRKEPEDULIAN TOP MANAGEMENT SISWA CERDAS,KREATIF DANMANDIRI Gambar 1. Peran Serta Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,Lembaga/Instansi, Serta Sekolah dalam Pemberdayaan KIR disekolahProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1375 14. ISBN 978-602-98295-0-1Akan tetapi yang menjadipokok permasalahanuntukmenumbuhkembangkan peserta didik agar aktif mengikuti organisasi KIR inimasih menjadi polemik di sekolah-sekolah, sekolah beranggapan bahwaKelompok Ilmiah Remaja hanya merupakan pelengkap kegiatan kesiswaan sajasehingga menyebabkan budaya penelitian dan menulis menjadi mati suripermasalahan juga muncul ketika pihak sekolah masih menganaktirikan KIRketimbang program sekolah yang lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebutsolusi yang dibutuhkan adalah dengan memberikan kebebasan kepada guru agardapat memberikan kontribusi yang positif kepada para peserta didik agar dapatberkreatifitas, menanamkan motivasi berprestasi, memberikan reward, ataumemberikan bantuan baik berupa moral maupun spiritual. Selain itu peranmanajemen sekolah khususnya top management agar dapat memberikan alokasianggaran untuk pemberdayaan KIR, memberikan kemudahan-kemudahan dalampemberian izin melakukan penelitian dengan tidak meninggalkan tugas pokoknyasebagai pelajar.H. PenutupKelompok Ilmiah Remaja sudah memang selayaknya untuk dapatdikembangkan di beberapa sekolah baik di tingkat SD, SMP sampai SMA.Pemberdayaan KIR dapat memacu peran aktif pelajar dalam berkreatifitas,sehingga dapat mendorong Sumatera Selatan Cerdas, Kreatif dan Mandiri, akantetapi penyelenggaraan KIR di sekolah tidak dapat berdiri sendiri diperlukansinergisme antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi tertentu. Jikaelemen pemerintah, sekolah dan pelajar memiliki semangat dalam prosespenulisan dan penelitian maka tidak menutup kemungkinan keberhasilan akansegera tercapai menuju sumsel cerdas, kreatif dan mandiri.DAFTAR PUSTAKAProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101376 15. ISBN 978-602-98295-0-1Arikunto, S.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. JakartaNasution, A.H.1992. Panduan Berpikir dan Meneliti Secara Ilmiah bagi Remaja.Gramedia Widiasarana Indonesia. JakartaRemigius Gunawan Susilowarno.2003.Kelompok Ilmiah Remaja, PetunjukMembimbing dan Meneliti bagi Remaja. Penerbit Grasindo. JakartaSimanjutak, Ida, M.1993. Organisasi dan Pengembangan Kelompok Ilmiah Remaja(KIR). Biro pemasyarakatan IPTEK LIPI. JakartaProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1377 16. ISBN 978-602-98295-0-1 INTERVENSI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN: PELUANGPEREMPUAN PNS PADA OTONOMI DAERAH HISAR SIREGAR(Mahasiswa tugas belajar pada Program Doktor Ilmu Hukum Di PPS UNSRIPalembang) ABSTRAK Isu kesetaraan Gender dan Pengarusutamaan Gender dalam pembangunandaerah telah menjadi isu penting. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untukmengurus dan mengelola sendiri wilayahnya untuk mencapai kesejahteraanrakyatnya. Pengelolaan aparatur daerah (PNS) dengan baik sehingga mampumenjalankan tugas pokok dan fungsinya adalah keharusan. Sumber daya manusia(PNS) yang handal akan menjadi faktor penting untuk mencapai tujuan otonomidaerah.PNS terdiri dari laki-laki dan perempuan. Masih tertinggalnya perempuan PNSdibanding laki-laki PNS dalam jumlah maupun yang menduduki jabatan strukturalmengharuskan adanya intervensi khusus. Sehingga kesetaraan Gender danPengarusutamaan Gender dalam otonomi daerah dapat dicapai. Kajian ini dilakukan terhadap Strategi dan Kebijakan Pendidikan danPelatihan pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sumatera Selatan. Metodeyang dipakai dalam Kajian ini adalah Metode Analisis Gender berbasis masalahatau dikenal dengan istilah metode Analisis PROBA (Problem Based Approach)Ternyata strategi dan kebijakan pendidikan Badiklat Provinsi SumateraSelatan masih netral Gender. Artinya sulit untuk perempuan PNS mencapaipersentase 30 % dalam jabatan structural yang ada dalam waktu 5 tahun ke depan.Kata Kunci: Otonomi Daerah, Kesetaraan Gender.1. PendahuluanIsu Kesetaraan Gender dan Pengarusutamaan Gender merupakan isuyang telah menjadi agenda Internasional, Nasional dan lokal di hampir semuanegara di dunia sekarang ini. Perbedaan negara-negara dalam menanggapi isukesetaraan Gender dan pengarusutamaan Gender sangat dipengaruhi olehProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1378 17. ISBN 978-602-98295-0-1pemahaman terhadap isu kesetaraan gender dan pengarusutamaan gender padatingkat Nasional dan Lokal dari masing-masing negara. Indonesia sebagai salah satu negara dalam pergaulan Internasional sangattanggapdalam melihat perkembanganisu kesetaraan GenderdanPengarusutamaan Gender.Evaluasi terhadap strategi pembangunan di Indonesia melahirkan Strategibaru menggantikan yang lama. Otonomi Daerah sebagai sebuah strategipembangunan di Daerah diharapkan dapat mempercepat pencapaian keadilan dankemakmuran bagi rakyat Indonesia. Instruksi presiden nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Genderini kemudian dilengkapi dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 132 tahun2003. Selanjutnya dikeluarkan lagi Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 15 tahun2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. Komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam PengarusutamaanGender telah dibuktikan dengan terbitnya Keputusan Gubernur Sumatera Selatannomor 763/KPTS/BAPPEDA/2009, tanggal 9 November 2009 yang mengaturtentang POKJA PUG di Provinsi Sumatera Selatan. Jabatan Struktural adalah suatukedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hakseseorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rangka memimpin suatu satuanorganisasi negara (Pasal 1 poin.2.PP no: 100 tahun 2000 tentang pengangkatanPNS dalam Jabatan Struktural yang telah diubah dengan PP no.13. tahun 2002 ).Jumlah PNS dipemerintah Provinsi Sumatera Selatan adalah 6686 orang,terdiri dari 4473 orang ( 66,90%) PNS laki-laki, 2213 orang (33,10%) PNSPerempuan. Bila dilihat data partisipasi perempuan sebagai kepala SKPD PadaProvins Sumatera Selatan yang menduduki jabatan Eselon II maka hanya ada 7orang perempuan dibanding 56 orang laki-laki (Sumber BKD Sumsel, 2010).Mungkin bila kita lihat pada eselon yang lain misalnya Eselon IB, IIIA, IIIB, IVA, danIVB akan tergambar betapa besar ketinggalan perempuan secara kuantitas biladibandingkan dengan laki-laki.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101379 18. ISBN 978-602-98295-0-1Badan pendidikan dan pelatihan Provinsi Sumatera Selatan menjadi SKPDterdepan untuk mempersiapkan calon-calon pejabat struktural untuk pemerintahdaerah Provinsi Sumatera Selatan. Bila dikaitkan dengan kesetaraan Gender antaralaki-laki dan perempuan dalam jabatan struktural maka perlu kebijakan dan Strategiyang khususOtonomi daerah sebagai sebuah strategi pembangunan daerah harusmengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatsetempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan yang terpentingprakarsa daerah otonom untuk melaksanakan pembangunan daerah didasarkanaspirasi masyarakat setempat dalam sistem NKRI.Pertanyaannya, apakah aspirasi perempuan PNS telah diakomodir dalamstrategi dan kebijakan Badiklat Provinsi Sumatera Selatan? Apakah Strategi danKebijakan tersebut telah dapat disebut berkeadilan dan berkesetaraan Gender?Kajian ini diharapkan akan menghasilkan alternatif bagi Penyusunan StrategiDan Kebijakan Badiklat Provinsi Sumatera Selatan yang berperspektif Gender. Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah Badiklat Sumsel sebagaisalah satu SKPD di Provinsi Sumsel dapat menerapkan pengarusutamaan Gender(PUG) dalam strategi dan kebijakan Diklatnya. Tentunya bagi perempuan PNSkhususnya dan PNS umumnya akan dapat menerapkan pencapaian keadilan dankesetaraan Gender dalam tugas pokok dan fungsinya.2. Bahan dan MetodeBahan yang dikaji adalah Strategi dan Kebijakan yang telah dimiliki olehBadiklat Provinsi Sumsel (2008-2013).3. Kajian dan AnalisisAdalahkegiatan pemahamandata, yang dapat menggambarkan kecenderungan dan gejala-gejala dari persoalan yang adasehingga dapat dijadikan pertimbangan didalam perumusan keluaran/kegiatan yang hendak dihasilkan. Analisis yang dilakukan adalah analisis gender. Analisis Gender adalahProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101380 19. ISBN 978-602-98295-0-1proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki danperempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan,sertafaktor-faktor yangmempengaruhi. Dalam kegiatan ini teknik analisis yang dipakai adalah modelPROBA (Problem Based Approach) atau Analisis Berbasis Masalah. 4. Hasil dan Pembahasana. Kondisi DemografisPenduduk Sumatera Selatan berdasarkan data Tahun 2008 berjumlah7.121.790 jiwa. Ratio penduduk Sumatera Selatan berdasarkan jenis kelamin adalahsebesar 102,20 persen, yang menjelaskan bahwa jumlah penduduk laki-laki masihlebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.B. Kondisi Aparatur Daerah1). Dukungan dan Kekuatan Aparatur Daerah.Tabel .1. Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera SelatanBerdasarkan Latar Belakang PendidikanNo Organisasi S3 S2 SI/D D3/D2/D SLTA Pend, Total41Dasar1SEKR.21012804320046672 DAERAH2SEKR. DPRD -627 8 25 4 703INSPEKTORAT-11 47 3 20 3 844DINAS-1911,23 267 1,391159 3,249 75BADAN389 30134255217036KANTOR --10 3 13 1 277SEKR. KPU-415 - 71 278SEKR. KORPRI -111 - -- 129RS. ERBA -747 6586 1021510 SATPOL PP-318 3 75 1711611 UPTD/UPTB-66 579190 545133 1,513 Jumlah 54792.57 616 2.617395 6.684 6Sumber.Sumsel dalam angka 2009Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1381 20. ISBN 978-602-98295-0-1Jumlah Pengawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Provinsi SumateraSelatan seluruhnya 6.686 orang, tersebar pada Sekretariat Daerah, SekretariatDPRD, Inspektorat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Jika dilihatdari golongan kepangkatan kepegawaian, jumlah pengawai negeri sipil terbesarmasih didominasi oleh pengawai golongan III sebanyak 5.085 orang, Pengawainegeri sipil golongan I dan golongan II sebagai tenaga pelaksana dan pendukungjumlahnya paling kecil yaitu 89 dan 920 orang. Jumlah pegawai negeri sipil golonganIV hanya 592 orang.Kekuatan pengawai negeri sipil pada pemerintah Provinsi Sumatera Selatanyang dilihat secara piramida kepegawaian menjadi tidak ideal, tenaga pelaksanayang di harapkan dapat di berikan oleh Aparatur gologan I dan II jumlahnya relatifkecil sehingga tenaga pendukungoperasional di lapangan akan banyakmenggunakan tenaga pegawai yang sudah golongan III. Pada posisi seperti ini akanlebih banyak tenaga pemikir dari pada pelaksana. Sehingga seorang pelaksanaakan memiliki atasan enam orang lebih.Gambaranlatar belakang pendidikan Aparatur Pemerintah ProvinsiSumatera Selatan dilihat dari kompetensi pendidikan adalah seperti terlihat dalamTabel.1. Jika dilihat dari kualitas Pegawai Negeri Sipil berdasarkan tingkatpendidikan, kondisinya cukup menggembirakan, lebih dari 50% aparatur telahmenyelesaikan pendidikan sebagai sarjana dari D2 sampai dengan S3. Selebihnyaadalah lulusan menengah tingkat atas dan pendidikan dasar.Gambaran kekuatan aparatur dan dukungan Pegawai Negeri Sipil padaPemerintah Provinsi Sumatera Selatan terbesar adalah lulusan sarjana S1/D4 danlulusan Sekolah Menengah Atas. Sesungguhnya gambaran pengawai pemerintahprovinsi Sumatera Selatan lebih 80% adalah tenaga berpendidikan tinggi.C. Mengembangkan Kemampuan Aparatur Daerah Dalam Mendukung ProgramPembangunan Daerah.1). Strategi dan Kebijakan DiklatProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101382 21. ISBN 978-602-98295-0-1Strategi Diklat pegawaitelah di susun dankomprehensifdenganmemperhatikan faktor pendorong dan penghambat dalam rangka mewujudkanprogram, sasaran, kegiatan dan kebijakan Diklat. Strategi tersebut adalah: 1) Mengoptimalkan Row instrumental input dalam proses penyelenggaraanDiklat. Row instrumental input adalah kurikulum, metode, pengajar danpenyelenggara, sarana dan prasarana, media dan alat bantu serta dana,maka dalam proses penyelenggaraan diklat komponen-komponen tersebutakan bersinergi dalam optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran. 2) Mengoptimalkan peran dan fungsi Badan Diklat sebagai hulu di bidangpeningkatan SDM Aparatur dalam memfasilitasi pengisian jabatan strukturaldan fungsional.Arah Kebijakan Diklat pada Provinsi Sumatera Selatan sejalan denganpencapaian Visi dan Misi Gubernur Sumsel 2008-2013, yaitu sebagai berikut: 1) Optimalisasi tugas pokok dan fungsi Bandiklat Sumsel untuk menyusun danmenyelengarakan Diklat sesuai dengan standar, 2) Optimalisasi kemampuan SDM Aparatur Badan Diklat sesuai dengankompetensi pemanfaatan Iptek, 3) Mengklasifikasikan bidangajar widyaiswara dan meningkatkanprofesionalisme sesuai rumpun jabatan fungsional, 4) Menyusun analisis kebutuhan Diklat sesuai dengan fungsi SKPD, 5) Mengoptimalisasikan Surat Edaran Gubernur Sumsel nomor 033/SE/III/2005tentang penyelenggaraan Diklat Satu Pintu, 6) Mengintensifkan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Diklat diPemkab/pemkot.2). Tujuan dan Sasaran DiklatTujuan Diklat: 1)Merumuskan standar penyelenggaraan DiklatTeknis, Fungsional, Pemerintahan, Politik serta Kepemimpinan,Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1383 22. ISBN 978-602-98295-0-1 2) Meningkatkan kualitas SDM Aparatur Badan Diklat sesuai dengan kemajuanIptek, 3) Meningkatkan kemampuan Widyaiswara melalui Diklat TOT Teknis,Fungsional, 4) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Teknis, Fungsional,Pemerintah, Politik serta Diklat Kepemimpinan 5) Meningkatkan Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaaran Diklat, 6) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat.3). Sasaran Diklat: 1) Tersedia sarana dan prasarana Diklat yang sesuai dengan standar kemajuanIptek, 2) Tersedia Aparatur SDM penyelenggaraan Diklat yang berkualitas, memilikikompetensi sesuai dengan bidangnya, 3) Tersedia widyaiswara yang memiliki kompetensi dalam penguasaan Iptek, 4) Tersedia Diklat Teknis, Fungsional, Pemerintah dan Politik serta DiklatKepemimpinan berdasarkan kebutuhan SKPD, 5) Tersedia Forum Komunikasi Kediklatanantara SKPDProvinsi danKabupaten/Kota, 6) Tersedia Juklak, juknis, dan Monotoring/evaluasi penyelenggaraan Diklat.Guna Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera Selatantelah disusun Peningkatan Kapasitas Aparatur Oleh Badan Diklat Provinsi SumateraSelatan berupa Kegiatan Kepemimpinan, Diklat Pemerintahan dan Politik dan DiklatTeknis.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1384 23. ISBN 978-602-98295-0-1Tabel .2. Program Peningkatan Kualitas AparaturBidang Diklat Kepemimpinan No Keterangan Tahun Jumlah (Orang)20092010 20112012 2013 1Diklat Kepemimpinan 4080 8080 40 320Tingkat IV 2Diklat Kepemimpinan 4040 4080 80 280Tingkat III 3Diklat Kepemimpinan 0 1000 00100Tingkat IIJumlah (orang)80220120 160120700Sumber : Badiklat Sumsel 2010Tabel.2. Memperlihatkan gambaran Program Peningkatan Kapasitas AparaturPemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam pendidikan kepemimpinan dalammenduduki jabatan struktural. Sedangkan untuk Peningkatan Kapasitas Aparaturyang menduduki jabatan fungsional seperti peneliti, penyuluh, pranata komputer,perpustakaan, legal drafter, perencana, penggerak swadaya masyarakat danfungsional lain, belum terakomodasi dalam program peningkatan kapasitas aparaturbidang fungsional yang di programkan dari Badan Diklat Kepegawaian ProvinsiSumatera Selatan.Program Peningkatan Kapasitas Jabatan fungsional selama periode 2008-2013 cenderung diorientasikan untuk tenaga fungsional internal yang sudah beradapada Badan Diklat kepegawaian Provinsi Sumatera Selatan, yaitu jabatanWidyaiswara.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101385 24. ISBN 978-602-98295-0-1Tabel .3. Program Peningkatan Kualitas Aparatur Bidang Diklat FungsionalNo KeteranganTahun Jumlah (Orang)200201 201 201 20190 1 2 31TOT Umum 40 0 400 0 802TOT PMPK dan Pola 0 400 0 0 40 Pikir Terpadu3TOT Substansi Diklat/ 0 0 0 400 40 Outbound4TOT Dinamika 00 0 0 4040 Kelompok Jumlah (orang) 40 404040120 200Sumber : Badiklat Sumsel 2010Tabel.3. Memperlihatkan Program Peningkatan Kualitas Aparatur BidangDiklat Fungsional Widyaiswara setiap tahunnya, serta jumlah peserta Diklat.Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka peningkatan kualitas tenaga fungsionalwidyaiswara, sepert Diklat TOT Umum, dinamika kelompok hingga outbond, yaitupenguatan pada widyaiswara sebagai trainer yang tangguh.Disamping disusun program Peningkatan kapasitas untuk jabata strukturaldan fungsional, pada Badan Diklat Kepegawaian Provinsi Sumatera Selatan jugadiprogramkan Diklat Pemerintahan dan Politik serta Diklat yang bersifat Teknis.Diklat Pemerintahan dan Politik yang diprogramkan dalam periode 2008-2013, bagi aparat pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Aparatur pemerintahKabupaten dan Kota. Target group untuk mengikuti diklat ini seperti Camat,Sekretaris DPRD, Polisi, Pamong Praja, Ajudan Kepala Daerah dan PejabatPemerintah Provinsi yang lain. Diklat pemerintahan dan Politik belum melibatkanunsur Legislasi yang sebenarnya merupakan unsur pemerintah daerah. Kendatidemikian sudah melibatkan unsur pendukung pelaksana fungsi DPRD dalam hal iniadalah Sekretariat DPRD.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1386 25. ISBN 978-602-98295-0-1D. Pengarusutamaan Gender Di Daerah1). Peraturan Yang Berkaitan Dengan Pengarusutamaan Gender Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dikenal dengan KesenjanganGender (GENDER Gap) yang pada gilirannya menimbulkan permasalahan gender.Untuk memperkecil kesenjangantersebut maka kebijakan dan program yangdikembangkansaat ini dan mendatang harus mengintegrasikan pengalaman,aspirasi,kebutuhan dan permasalahan perempuandan laki-lakikedalamperencanaan pelaksanaan, pemantauan, evaluasi pada seluruh kebijakan danprogram pembangunan nasional disamping meningkatkan kualitas hidup perempuanitu sendiri. Agar efektif dan optimal maka upaya pengarusutamaan Gender dalampembangunan nasional Indonesiaharus didukunginstrumen hukumagarmempunyai legalitas dalam pelaksanaannya.a). Instruksi Presiden No.9 tahun 2000. Upaya meningkatkan kedudukan, peran dan kualitas perempuan serta upayamewujudkan kesetaraan dan keadilangender dalam kehidupan berkeluarga,bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dipandang perlu. Adanya pemikiran dankesadaran seperti itumenimbulkan tekad bahwa pengarusutamaan genderkedalam seluruh proses pembangunan nasional harus dilakukan. Pertimbanganseperti itu merupakan dasar pemikiran diterbitkannya Instruksi Presiden No. 9.Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam pembangunan Nasional.Pengarusutamaan Gender adalah Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikangender menjadi satu dimensi Integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. Inpres No.9 Tahun 2000 mengintruksikan kepada : Menteri, Kepala lembagaPemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan, Lembaga tertinggi/TinggiNegara, Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI, Jaksa Agung RI,Gubernur,Bupati/walikota, untuk melaksanakan isi dari Inpres no.9 tahun 2000 tersebut.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101387 26. ISBN 978-602-98295-0-1b). Peraturan Menteri Dalam Negeri No.15 Tahun 2008.Adanya pertimbangan bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 132Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Genderdalam Pembangunan di Daerah, sudah tidak sesuai dengan perkembangankeadaan sehingga perlu diganti. Dengan pertimbangan seperti itu makaKepmendagriNo.132 tahun 2003dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Penggantinya adalah Peraturan MenteriDalam NegeriNomor. 15 tahun 2008 Tentang Pedoman Umum PelaksanaanPengarusutamaan Gender di Daerah. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menindak lanjuti InstruksiMenteri dalam Negeri No.15 tahun 2008 tersebut dengan menerbitkan KeputusanGubernur SumateraSelatannomor. 763/KPTS/BAPPEDA/2009tentangPembentukan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender (PUG) Provinsi SumateraSelatan.Dalam keputusan Gubernur Sumatera Selatan ini ditetapkan ketua POKJAPUG Provinsi Sumsel adalah Kepala BAPPEDA Provinsi Sumsel. Adanyakeputusan Gubernur Sumsel tentang Pembentukan POKJA PUG diharapkan akanmemantapkan Pengarusutamaan Gender di Daerah Provinsi Sumatera Selatanseperti yang diharapkan oleh Permendagri No.15 Tahun 2008.2). Peluang Kesetaraan Gender Dalam Jabatan Struktural.Bila Strategi dan Kebijakan Badiklat Provsumsel dianalisis dengan menggunakananalisis Gender Metode PROBA maka terlihat bahwa strategi dan kebijakanProvsumsel masih netral Gender . Artinya belum mampumemperlihatkankebutuhan spesifik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu kedepan diperlukankajian berperspektif Gender untuk menetapkan/menyusun kebijakan dan strategiBadiklat Provsumsel.Bila Kajian perspektif Gender dilakukan maka diharapkan kesetaraan Genderdalam jabatan struktural dapat tercapai. Dalam hal seperti itu maka otonomi daerahProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101388 27. ISBN 978-602-98295-0-1juga akan berdampak pada peningkatan partisipasi perempuan pada birokrasipemerintah daerah.5. KesimpulanBahwa aspirasi perempuan PNS belum sepenuhnya terakomodir dalamstrategi dan kebijakan Badiklat Provsumsel (2008-2013).Bahwa Strategi dan kebijakan Badiklat Provsumselmasih Netral gender.Artinya belum memikirkan kebutuhan spesifik perempuan maupun laki-laki.Daftar PustakaBurhanuddin, Jajat dan Fathurahman, Oman. 2004. Tentang Perempuan Islam. Wacana dan Gerakan. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, Terbitan Pertama.Fromm, Erich. 2006. Dari Pembangkangan Menuju Sosialisme Humanistik.Diterjemahkan oleh. Th.Bambang Murtiono, dari Buku berjudul OnDisobedience and other Essays; Pelangi Cendikaia: Jakarta; Edisi;1.Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dkk. 2005.Bahan PembelajaranPengarusutamaan Gender. Jakarta; Cetakan ke-5.Mahfud MD, Moh. 2009. PolitikHukum di Indonesia. Rajawali Pers: Jakarta, Edisi Revisi, Cetakan .1.May, Larry, dkkk. 2001. Etika Terapan II. Sebuah Pendekatan Multikultural. Tiara Wacana Yogya: Yogyakarta, Cetakan pertama.Nonet, Philippe dan Selznick, Philip. 2003. Hukum Responsif. Pilihan di Masa Transisi . diterjemahkan oleh : Rafael Edy Basco, dari Buku berjudul Lawand Society in Transition:Toward Responsive Law, Huma:Jakarta, Cetakan I.RI. 2008. Amandemen U-U Pemerintahan Daerah 2008. Sinar Grafika : Jakarta, Cetakan I.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101389 28. ISBN 978-602-98295-0-1 PEMETAAN MASALAH PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASARMASYARAKAT MISKIN ANTAR KECAMATAN SEBAGAI UPAYA PEMERATAANAKSES PENDIDIKAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Dian Cahyawati S. Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya [email protected] rendahnya partisipasi sekolah yang terkait dengan masalah putus sekolahterutama pada kelompok masyarakat miskin antar kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir(OI) masih perlu menjadi perhatian dan penyelesaian dalam program pembangunanpendidikan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pemetaan masalah putussekolah pendidikan dasar antar kecamatan di Kabupaten OI, Dianalisis data hasilsurvei bulan Juli September 2010, sebanyak 345 sampel rumah tangga miskin,dan 592 anak usia sekolah pendidikan dasar, berdasarkan karakteristik sosialekonomi keluarga dan tingkat motivasi terhadap pendidikan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa, angka partisipasi (APM) SD kelompok miskin 83,33% danAPM SMP 67,73%, keduanya masih dibawah capaian Kabupaten OI dan targetMDGs. Angka putus sekolah pendidikan dasar kelompok masyarakat miskin diKabupaten OI sebesar 14,2%, relatif masih tinggi dibandingkan dengan targetMDGs. Hasil pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan,menunjukkan bahwa kelompok Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang,Lubuk Keliat, dan Pemulutan Barat, memerlukan perhatian lebih, khususnya padamasalah tingginya angka putus sekolah SMP dan jumlah penduduk miskin yangmasih relatif lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Demikian jugaKecamatan Inderalaya dan Payaraman karena angka putus sekolah SD yang masihtinggi dan APM SD yang masih rendah, dapat berpengaruh untuk menurunkanangka kemiskinan di kecamatan tersebut.Kata Kunci : Putus Sekolah Pendidikan Dasar, Partisipasi Sekolah, Ukuran Asosiasi,Analisis Biplot,PENDAHULUAN Salah satu program dalam pembangunan nasional adalah pembangunanpendidikan. Pembangunan pendidikan sangat penting peranannya untuk mencapaikemajuan di berbagai bidang kehidupan guna meningkatkan kualitas hidup bangsaIndonesia. Karena itu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untukProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101390 29. ISBN 978-602-98295-0-1memenuhi kesamaan hak setiap warga negara dalam mendapatkan layananpendidikan. Kebijakan ini mencakup pemerataan dan perluasan akses pendidikan,peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, dan kebijakan yang terkait denganpemantapan good governance (Asmalaizza, 2009). Berkaitan dengan pemerataan dan perluasan akses pendidikan, Asmalaizza(2009) menyimpulkan dari hasil kajiannya, bahwa pemerataan pendidikan diIndonesia yang ada saat ini belum terealisasikan dengan baik. Permasalahannyakarena pendidikan masih berorientasi di wilayah perkotaan. Subsidi pendidikan daripemerintah untuk masyarakat yang tidak mampu masih belum mencukupi, karenajumlah mereka yang cukup besar.Hal ini mengakibatkan kesenjangan dalampemerataan akses pendidikan, yaitu akses pendidikan antara penduduk kaya danmiskin. Khususnya untuk program wajib pendidikan dasar yang dicanangkanpemerintah pada tahun 1994, program ini harus tuntas pada tahun 2008. Namunsampai dengan tahun 2006 belum seluruh rakyat dapat menyelesaikan jenjangpendidikan dasar (Asmalaizaza, 2009).Hal ini dapat dilihat dari angka capaianpartisipasi sekolah untuk jenjang pendidikan dasar yang masih belum mencapai100%. Salah satu yang mempengaruhi angka partisipasi sekolah adalah masalahputus sekolah. Berbagai telaah yang mengamati masalah pendidikanmengungkapkan bahwa penyebab utama masalah putus sekolah adalah kemiskinan(Supriadi, 1994 dalam Cahyawati, 2007a). Demikian juga menurut data SurveiEkonomi Nasional (Susenas) Tahun 2003, tingginya angka putus sekolah lebihbanyak bersumber pada persoalan ekonomi yang berasal dari keluarga miskin.Ketidakmampuan finansial orang tua untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolahanak, mengakibatkan anak menjadi putus sekolah. Dalam hal ini, tidak saja merekamiskin dalam kondisi ekonomi, tetapi menjadi miskin juga dalam pendidikan. Hasilpenelitian Cahyawati (2007a), juga menunjukkan bahwa keluarga dengan proporsipengeluaran makanan yang relatif tinggi, sebagai indikasi untuk kemiskinan,menjadi faktor yang signifikan mempengaruhi putus sekolah. Hal ini menjadikanProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1391 30. ISBN 978-602-98295-0-1keluarga miskin sulit untuk memperbaiki kualitas hidup dan keluar dari kemiskinanuntuk menjadi keluarga yang sejahtera. Sehingga, untuk menangani masalah putussekolah ini, yang sangat perlu menjadi perhatian penting adalah masalah putussekolah pada kelompok keluarga miskin, demikian juga masalah putus sekolahpendidikan dasar di Kabupaten Ogan Ilir (OI). Kabupaten OI, berdasarkan data Bappenas (2006) masih memiliki pendudukmiskin yang cukup banyak. Penduduk miskinnya tersebar hampir di seluruhkecamatan yang berjumlah 16 kecamatan. Kecamatan Indralaya sebagai ibukotakabupaten merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki jumlah pendudukmiskin yaitu lebih dari 9200 jiwa, Kecamatan Pemulutan dan Tanjung Raja masing-masing memiliki penduduk miskin berkisar dari 7201 9200 jiwa, KecamatanTanjung Batu memiliki penduduk miskin berkisar dari 5201 7200 jiwa, kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten OI memiliki penduduk miskin yang relatif samayaitu kurang dari 3200 jiwa. Data Bappenas (2007) menunjukkan bahwa proporsi populasi dibawah gariskemiskinan Kabupaten OI sebesar 19,45% masih di atas Provinsi (16,8%) danNasional (16,66%) serta sangat jauh dengan target capaian pembangunan milenium(MDGs) yaitu 7,5%. Untuk capaian pendidikan dasar bagi semua, angka partisipasisekolah dasar sebesar 90,44% meskipun sudah di atas Provinsi (83,31%) tetapimasih di bawah Nasional (98%) dan di bawah target MDGs (100%). Demikian jugauntuk partisipasi sekolah tingkat SMP, baru mencapai 71,2% masih dibawahProvinsi (83,58%) dan Nasional (71,81%) serta jauh dibawah MDGs (100%). Berdasarkan uraian di atas, untuk menangani masalah putus sekolah danpeningkatan partisipasi sekolah pendidikan dasar di Kabupaten OI, diperlukanpenelitian yang mengamati masalah putus sekolah pendidikan dasar, khususnyapada kelompok masyarakat miskin di setiap kecamatan. Diperlukan suatu pemetaanmasalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan, sehingga perbaikan-perbaikan dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan antar kecamatan. Pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan dapatdianalsis menggunakan salah satu teknik analisis multivariate dalam statistik yaituProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1392 31. ISBN 978-602-98295-0-1Analisis Biplot. Hasil pemetaan analisis biplot ditampilkan secara grafik yangsederhana, menarik dan mudah dijelaskan. Pemetaan ini memberikan beberapainformasi, salah satunya adalah informasi mengenai kemiripan beberapa kecamatanterhadap variabel-variabel yang diamati mengenai masalah putus sekolahpendidikan dasar. Berdasarkan kemiripan antar kecamatan ini maka dapat diketahuikecamatan-kecamatan mana yang memiliki risiko tinggi dalam hal putus sekolahatau partisipasi sekolah yang rendah, terutama berkaitan dengan kelompokmasyarakat miskin pada masing-masing kecamatan.Diharapkan, hasil penelitian yang diperoleh dapat bermanfaat sebagaiinformasi dan bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat programperencanaan mengenai penurunan angka putus sekolah atau peningkatanpartisipasi sekolah. Program yang direncanakan tersebut akan sesuai dengankebutuhan masing-masing kacamatan yaitu tepat guna dan tepat sasaran.Sehingga, angka putus sekolah dapat berkurang dan angka partisipasi sekolah diKabupaten OI dapat meningkat serta mencapai target MDGs. Lebih jauh, hal inimenunjang pembangunan pendidikan untuk pemerataan akses pendidikan terutamapencapaian akses pendidikan pada masyarakat miskin. Secara tidak langsung,dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin untuk keluar dari kemiskinan danmencapai masyarakat yang sejahtera.BAHAN DAN METODEBahanBahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yangmemuat pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik rumah tangga sampel dankarakteristik anak usia sekolah pendidikan dasar.Karakteristik-karakteristik itumerupakan variabel bebas yang diamati hubungan keterkaitannya dengan variabelterikat.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1393 32. ISBN 978-602-98295-0-1Metode, Populasi dan Sampel, Teknik Penarikan Sampel, Variabel Penelitian Metode yang digunakan adalah survei di wilayah Kabupaten OI. Populasipenelitian adalah seluruh rumah tangga yang termasuk katagori miskin, yang beradadi 16 kecamatan di Kabupaten OI (indikator kemiskinan yang digunakanberdasarkan BPS, 2007 dalam Suyatno, 2009, mengenai kriteria penerima BLT).Setiap kecamatan diambil dua desa sebagai sampel, yang ditentukan secara simplerandom sampling. Dan setiap desa diambil 10 15 rumah tangga miskin, yangdiambil secara purposive sampling-terseleksi, untuk mendapatkan unit penelitianyaitu anak usia sekolah pendidikan dasar (usia 7 15 tahun). Survei telahdilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010. Variabel-variabel bebas yang diamati yaitu Asal Daerah Ayah, TingkatPendidikan Ayah dan Ibu, Jenis Pekerjaan Ayah dan Ibu, Rata-Rata PendapatanRumah Tangga, Jumlah Anak dalam Keluarga, Tingkat Motivasi Anak dan OrangTua, Jenis Kelamin Anak, dan Status Menerima Bantuan Pendidikan. Sedangkanvariabel terikat adalah Status Sekolah Anak pada jenjang pendidikan dasar (ada duakatagori, yaitu Putus Sekolah atau Tidak Putus).Analisis Data Data primer hasil survei, dianalisis secara deskripsi dan asosiasi sebelumdibuat pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar pada masyarakat miskinantar kecamatan di Kabupaten OI. Berikut langkah analisis yang dilakukan. 1) Teknik analisis deskripsi terhadap sampel rumah tangga dan sampel anak. 2) Teknik analisis asosiasi terhadap variabel-variabel bebas dengan status putussekolah anak, digunakan untuk mendapatkan ukuran asosiasi parsial dansignifikansinya dari masing-masing variabel bebas dengan variabel statusputus sekolah. 3) Teknik analisis biplot, digunakan untuk mendapatkan pemetaan antar wilayahkecamatan mengenai masalah putus sekolah pendidikan dasar. Analisis inidilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101394 33. ISBN 978-602-98295-0-1 i. Dibuat tabel data berdasarkan karakteristik antar wilayah kecamatan.Beberapa karakteristik yang diamati, dijelaskan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Pendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan No. Karakteristik yang Keterangan/PenjelasanDiamati 1 Angka Partisipasidihitung Untuk t = 2010 tingkat h = Murni (APM) SD dengan SD usia a = 7 12 tahun 2 Angka Partisipasidihitung Untuk t = 2010 tingkat h = Murni SMPdengan SMP usia a = 13 15 tahun 3 Persentase Persentase jumlah anak usia 7 - 12 tahun yang putus sekolahSD Anak Putus SD 4 Persentase Persentase jumlah anak usia 12 - 15 tahun yang putus sekolahSMP Anak Putus SMP 5 Persentase Persentase jumlah KK dengan tingkat pendidikannya palingtinggi hanya Tamat SD, untuk masing-masing kecamatan Kepala Keluarga(sebagai salah satu indikator kemiskinan dari BPS, 2007) (KK) Maks Tamat SD 6 Persentase Persentase anak usia 7 - 15 tahun yang ikut bekerjamendapatkan penghasilan Anak yg Bekerja 7 Persentase Persentase KK yang berasal dari daerah lain pada saat disurvei. KK Pendatang 8 Persentase Persentase ayah dengan status tidak bekerja Ayah Tdk Bekerja 9 Persentase Persentase ibu dengan status bekerja Ibu Bekerja 10Rata-RataRata-Rata Pendapatan yang diperoleh pada rumah tangga Pendapatan/bulan 11Rata-Rata Jumlah Rata-Rata banyaknya anak pada rumah tangga Anak 12Rata-Rata Skor Rata-Rata skor dari 9 pertanyaan tentang tingkat motivasi Motivasi Ortuorang tua terhadap pendidikan 13Rata-Rata Skor Rata-Rata skor dari 9 pertanyaan tentang tingkat motivasi anak Motivasi Anakterhadap pendidikanProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1395 34. ISBN 978-602-98295-0-1 Tabel 2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Pendidikan Dasar dan Ukuran Asosiasinya dengan Status SekolahNoVariabel Katagori StatusJm Persentas Ukuran . Tida PutuSkolah l e Koef p-value AsosiasiJumlah Sampel508 s 84 k Sekolah59 14,2. 1 Jenis Perempuan (0) 266 25 29 28,60,15 0,000 Laki-Laki (1) 242 59 30 Putus (%) 19,6Kelamin1 6 2 Asal Daerah Pribumi (0) 399 65 46 1 14,00,01 0,811Anak Pendatang (1) 109 19 12 14,8Ayah 4 0 3 Tingkat Tidak Tamat SD 75 26 10 8 25,7 Tamat SD (1)286 45 33 13,60,16 (0) 1 0,002Pendidikan SMP (2)97 11 10 1 10,28 SMA (3)492 51 83,9Ayah PT (4)1010,0 4 Tingkat Tidak Tamat SD 74 21 95 22,1 Tamat SD (1)314 50 36 13,70,11 (0)0,103Pendidikan SMP (2)88 11 99 4 11,13 SMA (3)302 326,2IbuPT (4)2020,0 5 Jenis Tidak Bekerja216 27 22,2PekerjaanBerdagang (1) (0)151 166,20,07 Bertani (2) 309 54 36 14,9 0,662AyahTingkatSwasta (3) 356 41 14,64 3 PNS (4) 1010,0 Lainnya (5) 127 17 14 11,8 6 Jenis Tidak Bekerja 126 11 13 48,0PekerjaanBerdagang (1) (0)252 27 77,40,18 Bertani (2) 270 65 33 19,4 0,001IbuSwasta (3)628 25,00 5 PNS (4) 4040,0 Lainnya (5)774 814,9 7 Tingkat < 600 (1) 329 55 38 14,3600 1200 (2) 147 25 17 14,50,09 40,301Pendapatan 1201 1800 (3)160 16 20,00 >1800 (4)164 20 16,7Rumah>2400 (5) 112 50,0 8 JumlahKurang dari 3 127 12 138,6Tangga 0,14Anak dalam 3-5 (2) (1) 316 50 36 9 13,7 0,012 6-8 (3)55 19 74 6 25,76 9-10 (4)93 12 25,0Keluarga Lebih dari 10 1010,0 9 Tingkat Rendah (1) (5)20 31 51 60,80,38 0,000Motivasi Sedang (2)198 32 23 13,98 Tinggi (3)290 21 31 06,810 Tingkat Rendah (1) 114 15 1 26,70,12 0,011Anak Sedang (2)171 40 21 19,0Motivasi 3 Tinggi (3)326 40 36 1 10,911 StatusMene Pernah (0) 1425 14 63,40,17 0,000Orang TuaTidak Pernah366 79 44 17,8rimaBantua 7 5Sumber : Hasil Survei Tahun 2010 (1) 5n StatusProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101396 35. ISBN 978-602-98295-0-1 i. Karakterisik 1, 2, 3, 4, dan 5 digunakan sebagai variabel yangdianalisis pada pemetaan antar wilayah kecamatan dengan AnalisisBiplot. Teknik analisis biplot dapat dilihat pada Hair, et all (2007). Teknik analisis data secara deskripsi dan asosiasi, serta Analsis Biplot dibantudengan software pengolah data yaitu SPSS versi 15 for windows. HASILDeskripsi Data Anak Usia Pendidikan Dasar Sebanyak 592 sampel anak usia 7 15 tahun yang berasal dari 345 rumahtangga miskin diamati status sekolah SD dan SMP (Putus dan Tidak Putus Sekolah).Gambaran karakteristik dari 592 sampel anak usia sekolah pendidikan dasarditampilkan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa angka putus sekolah pendidikan dasar diKabupaten OI sebesar 14,2 persen.Berdasarkan variabel yang diamati, makapersentase kejadian putus sekolah lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, dengantingkat pendidikan ayah dan ibu yang tidak tamat SD, dan status pekerjaan ayahnyatidak bekerja, serta dari keluarga yang memiliki banyak anak.Pemetaan Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Kecamatan diKabupaten Ogan Ilir Variabel-variabel yang dianalisis menggunakan Analisis Biplot adalahvariabel APM SD, APM SMP, Putus SD, Putus SMP dan Pendidikan KK maksimumTamat SD, yang dituliskan pada Tabel 3. Hasil pemetaan biplot digambarkansebagai berikut.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101397 36. ISBN 978-602-98295-0-1Dimensi 2 =27,02%Dimensi 1 = 40,37% Gambar 1. Pemetaan Biplot untuk Masalah Putus SekolahPendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Ogan IlirBerdasarkan kedekatan jarak antara letak/posisi dari seluruh (16) kecamatanterhadap variabel dalam Gambar 1, diperoleh lima kelompok kecamatan yang mirip,yang ditunjukkan dengan masing-masing lingkaran.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1398 37. ISBN 978-602-98295-0-1Tabel 3. Karakteristik Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Ogan IlirAngka Partisipasi Murni Persentase Rata-RataNo.Nama KecamatanKK Ayah Skor Skor Anak Anak Anak ygKK Ibu Pendapatan Jumlah SDSMP Maks Tdk Motivasi MotivasiPutus SD Putus SMP Bekerja Pendatang Bekerja tiap BulanAnakTmt SD Bekerja Anak Ortu01Indralaya79.1764.2910.530.000.0018.42 84.2121.05 73.68609.21 3.7934.0336.3402Indralaya UtaRA84.0076.9210.530.00 15.7915.79 47.3721.05 57.89639.47 3.6825.1733.7603Indralaya Selatan80.0092.86 8.820.000.0023.53 64.71 5.88 64.71507.35 3.3530.6135.1504Pemulutan91.6776.92 5.412.705.4110.81 86.49 2.70 83.78545.95 3.5433.8034.4105Pemulutan Barat87.5066.67 5.137.690.0021.62 71.79 0.00 79.49652.56 4.3633.5431.6906Pemulutan Selatan95.2466.67 6.066.069.0915.15 90.91 3.03 90.91519.70 4.1231.9133.6707Tanjung Batu 86.9664.71 7.507.50 10.0062.50 45.00 7.50 25.00800.00 4.0535.5535.1408Payaraman76.1968.7516.222.70 10.8113.51 72.97 8.11 94.59 1294.59 4.2235.9134.0709Tanjung Raja 81.8280.00 3.130.006.2531.25 65.6312.50 81.25570.31 3.3834.3437.0010Sungai Pinang90.0069.23 9.300.00 20.93 6.98 72.09 4.65 83.72446.51 4.1433.2934.3511Rantau Panjang 79.1760.00 8.822.948.8220.59 76.47 0.00 64.71592.65 2.7634.7534.3812Muara Kuang71.4342.8628.572.865.7122.86 68.57 0.00 85.71622.86 4.6035.0333.4013Rambang Kuang85.1966.6711.907.14 11.9035.71 80.95 0.00 88.10983.33 3.4331.5033.5014Lubuk Keliat 77.2766.67 0.008.828.8223.53 73.53 8.82 76.19745.59 3.7435.2635.0015Rantau Alai86.3666.6712.000.00 20.0020.00 52.00 0.00 88.00566.00 3.5234.5835.1516Kandis 81.2547.3723.531.96 11.76 7.84 66.67 1.96 94.12512.75 4.5533.5635.71Rata-Rata Kabupaten OI 83.3367.3310.473.719.0821.88 69.96 6.08 76.99663.053.83 33.30 34.54 Sumber : Hasil Survei Tahun 2010 Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1399 38. ISBN 978-602-98295-0-1 PEMBAHASANAngka Putus Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah SD dan SMP Hasil analisis deskripsi pada Tabel 2, menunjukkan bahwa angka putus sekolahpendidikan dasar pada masyarakat miskin di Kabupaten OI sebesar 14,2 persen. Halini merupakan masalah yang masih perlu diperhatikan, karena angka ini masih relatiftinggi jika dibandingkan dengan target capaian MDGs untuk Tahun 2015 yaitu tuntaspendidikan dasar bagi semua (tidak ada lagi angka putus sekolah).Tabel 3, menunjukkan bahwa persentase kepala keluarga (KK) dengantingkat pendidikan maksimum hanya sampai Tamat SD, sebesar 69,96%. Artinyabahwa tingkat pendidikan KK di Kabupaten OI, masih banyak yang sangat rendah.Tabel 3 juga menunjukkan rata-rata angka partisipasi sekolah tingkat SD (APM SD)dan APM SMP untuk masing-masing kecamatan. Rata-rata APM SD dari kelompok masyarakat miskin sebesar 83,33%. Angkaini masih relatif jauh dari capaian APM SD Kabupaten OI (Bappenas, 2007) yaitu90,44%, Nasional 98%. APM SMP kelompok miskin sebesar 67,33% dibawahKabupaten (71,2%), Provinsi (83,58%), dan Nasional (71,81%).Baik APM SDmaupun APM SMP, keduanya, masih relatif jauh dari target capaian MDGs (100%)yang harus dicapai pada Tahun 2015. Berdasarkan angka putus sekolah dan partisipasi sekolah pendidikan dasar ini,maka pemecahan masalah putus sekolah perlu menjadi agenda dalam perencanaanpembangunan pendidikan di Kabupaten OI, terutama pada kelompok masyarakatmiskin.Asosiasi Masing-Masing Variabel dengan Status Putus Sekolah Berdasarkan ukuran asosiasi masing-masing variabel bebas dengan statusputus sekolah, dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa variabel yang koefisienasosiasinya paling besar dengan status putus sekolah anak, adalah Motivasi Anak(0,388) dan signifikan dengan p-value = 0,000. Artinya, terdapat hubungan yangsignifikan tingkat motivasi anak dengan status putus sekolah pendidikan dasar,meskipun hubungannya tidak kuat (hanya 0,39). Diikuti asosiasi yang signifikan dariProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1400 39. ISBN 978-602-98295-0-1variabel-variabel lain, yaitu Tingkat Pendidikan Ayah, Pekerjaan Ibu, Jumlah Anakdalam Keluarga, dan Status Bantuan Pendidikan. Berdasarkan ukuran asosiasi dan pengujiannya pada Tabel 2, diperlukanprogram-program penyuluhan untuk meningkatkan motivasi anak atau orang tuaterhadap pendidikan, khususnya bagi keluarga yang tergolong miskin. Hal inidilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi angka putus sekolah danmeningkatkan partisipasi sekolah pendidikan dasar pada masyarakat miskin diKabupaten OI.Pemetaan Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Kecamatan diKabupaten Ogan Ilir Hasil pemetaan Analisis Biplot pada Gambar 1, untuk masalah putus sekolahpendidikan dasar antar wilayah kecamatan di Kabupaten OI, menunjukkan bahwadari 16 kecamatan yang ada, terbentuk lima kelompok kecamatan yang memiliki cirikhas atau kemiripan antar kecamatan terhadap variabel yang diamati. Kelimakelompok kecamatan itu adalah: 1) Kelompok pertama, Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang, LubukKeliat, dan Pemulutan Barat.Angka Putus SMP dan persentase kepala keluarga yang maksimumberpendidikan SD, dari keempat kecamatan ini lebih banyak dibanding dengankelompok kecamatan lain. 2) Kelompok kedua, Kecamatan Tanjung Batu dan Pemulutan.Kecamatan-kecamatan ini memiliki APM SD yang cenderung lebih tinggidibandingkan kecamatan lainnya 3) Kelompok ketiga, Kecamatan Muara Kuang, Kandis dan Rantau Panjang.Kecamatan-kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal rendahnya APM SMP. 4) Kelompok keempat, Kecamatan Payaraman dan Inderalaya.Kecamatan-kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal APM SD yang rendah. 5) Kelompok kelima, Kecamatan Rantau Alai, Sungai Pinang, Tanjung Raja,Indralaya Selatan, dan Pemulutan.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1401 40. ISBN 978-602-98295-0-1Kelompok kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal APM SMP yang tinggidibandingkan dengan kecamatan lainnya.Keragaman variabel-variabelputus sekolah pendidikan dasar antarkecamatan, ditunjukkan oleh panjang pendeknya vektor untuk masing-masingvariabel pada Gambar 1, misalnya, 1) Variabel Putus SMP dan variabel APM SMP memiliki panjang vektor terbesar.Artinya, bahwa angka putus sekolah SMP dan APM SMP antar kecamatan diKabupaten OI, relatif lebih heterogen. 2) Tetapi, variabel APM SD memiliki panjang vektor terkecil, artinya nilai APM SDantar kecamatan di Kabupaten OI lebih homogen atau relatif lebih sama untuksetiap kecamatannya. Hubungan atau korelasi antar variabel dalam Gambar 1 diperlihatkan denganbesarnya sudut yang dibentuk antar dua vektor variabel yang diamati. Misalnya, 1) Variabel Putus SD dan APM SD membentuk sudut hampir 180o, berarti keduavariabel itu memiliki korelasi negatif yang cukup besar. Hal ini memberikanmakna bahwa angka putus sekolah tingkat SD berhubungan negatif denganAPM SD, yaitu jika angka putus sekolah SD meningkat maka nilai APM SDakan turun, demikian sebaliknya. 2) Lain halnya dengan variabel Putus SD dan Putus SMP, kedua variabel iniberkorelasi lemah, karena terlihat dalam Gambar 1 sudut yang dibentuk keduavariabel itu lebih mendekati 90o. Hal ini mengindikasikan bahwa naik turunnyanilai salah satu variabel tidak berhubungan dengan naik turunnya nilai variabellainnya. Berdasarkan hasil interpretasi dari Analisis Biplot di atas, dapat ditarik benangmerah permasalahan putus sekolah pendidikan dasar pada kelompok masyarakatmiskin, antar wilayah kecamatan di Kabupaten OI sebagai berikut.1) Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang, Lubuk Keliat, dan Pemulutan Barat, memerlukan perhatian lebih, khususnya pada masalah tingginya angka putus sekolah SMP dan pendidikan kepala keluarga yang rendah, yang hanya sampai tamat SD. Dengan kata lian, kelompokProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101402 41. ISBN 978-602-98295-0-1 kecamatan ini, masih memiliki penduduk miskin yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya.2) Kecamatan Inderalaya dan Payaraman memerlukan upaya lebih untuk menurunkan angka putus sekolah SD sehingga akan meningkatkan APM SD, dimana masalah ini dapat berpengaruh pada meningkatnya angka kemiskinan di kecamatan-kecamatan tersebut. Dengan demikian, diharapkan pemerataan akses pendidikan akan dicapai untuksemua lapisan, baik yang kaya atau pun yang miskin, sehingga pengentasankemiskinan melalui pembangunan pendidikan untuk mencapai kesejahteraan rakyatdapat terwujud. Khususnya pada masyarakat miskin di Kabupaten Ogan IlirSumatera Selatan. Selanjutnya, mengenai permasalahan putus sekolah pendidikan dasar diKabupaten Ogan Ilir, dapatdilanjutkan dengan penelitian untuk dapatmengungkapkan struktur hubungan faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko putussekolah pendidikan dasar. Hal ini untuk mendapatkan faktor-faktor yang signifikanberasosiasi dengan risiko putus sekolah, mulai dari yang hubungannya paling kuathingga yang paling lemah. Selain itu, untuk mengetahui besarnya peluang seoranganak dari keluarga miskin untuk putus sekolah, dapat dilakukan penelitian untukmembentuk model matematis berdasarkan faktor-faktor risiko yang signifikanterhadap kejadian putus sekolah. Model ini dapat dipergunakan sebagai bahanpertimbangan untuk mengantisipasi seorang anak yang berisiko putus sekolah. DAFTAR PUSTAKAAsmalaizza, 2009, Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Masyarakat Miskin danTerpencil, http//www.asmalaizza.wordpress.com, diakses 26 Januari 2010.Bappenas, 2006, Pro-Poor Planning & Budgeting, http//p3b.bappenas.go.id/OI_Score_Card.pdf, diakses 4 Februari 2010Bappenas, 2007, Menjawab Tantangan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs)Pemerintah Daerah Kabupaten OganIlir,Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1403 42. ISBN 978-602-98295-0-1http//p3b.bappenas.go.id/loknas_wonosobo/content/docs/materi/18-bappeda_ogan_ilir.pdf, diakses 4 Februari 2010Cahyawati, D., 2007a, Karakteristik Anak Putus Sekolah Pendidikan Dasar (Kasus:Analisis Data Susenas Tahun 2000 Provinsi Sumatera Selatan), JurnalPenelitian Sains, Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya, Palembang.Cahyawati, D., 2007b, Pemodelan Masalah Risiko Putus Sekolah Pendidikan Dasar(Kasus: Analisis Data Susenas Tahun 2000 Provinsi Sumatera Selatan),Jurnal Ilmiah MIPA, Fakultas MIPA Universitas Lampung, Lampung.Ditjen Dikti, 2009, Panduan Pelaksanaan Hibah Penelitian Potensi PendidikanKabupaten/Kota Tahun Anggaran 2009, Ditjen Dikti Depdiknas, Jakarta.Hair, F.J. et all, 2006, Mulltivariate Data Analysis, 6th ed, Pearson Prentice Hall, NewJerseySuyatno, 2009, Pangan dan Gizi sebagai Indikator Kemiskinan, FKM UniversitasDiponegoro, SemarangProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1404 43. ISBN 978-602-98295-0-1 PERANAN BUMD DALAM ERA OTONOMI DAERAHIlhamsyah Adenan Fak. Ekonomi Jurusan ManajemenUniv. PGRI PalembangABSTRAKKondisi perekonomian daerah berkaitan erat dengan kemampuan BUMDdalam melaksanakan fungsinya belum secara optimal untuk melaksanakanpelayanan sosial dan ekonomi atas dasar prinsip pelaku bisnis. Hal ini dipengaruioleh faktor internal dan eksternal yang menyertai keberadaan BUMD untukmelaksanakan perannya secara optimal. Faktor internal yang mempengarui secaraumum adalah landasan hukum yang belum relevan, belum memiliki visi dan strategibisnis, kuatnya campur tangan pemerintah daerah, kualitas SDM yang belumprofesionaal, akses permodalan yang terbatas, kesulitan akuntabilitas keuanganserta kemampuan kemitraan dengan pelaku swasta yang sangat terbatas.Penguatan BUMD dilandasi oleh rencana strategis dalam bentuk coorporatestrategy berdasarkan upaya pengembangan ekonomi daerah yang kondusif, memilkisemanagat kewirausahaan (core business) dan keunggulan kompetitif (competitiveadvantage) PENDAHULUAN1.Dasar pemikiranDalam rangka pembaharuan dan penataan penyelenggara pemerintahanterjadi pergeseran paradigma otonomi daerah dari pemerintahan sentralisasi menujupemerintahan desentralisasi dalam rangka mewujudkan Good Govermence dengancara mengembangkan keseimbangan domain sektor publik (Public sector),kewirausahaan (private sector) dan masyarakat madani (civil society). Pergeserantersebut pada dasarnya mengisyaratkan secara kompleks, luas dan strategisnyapermasalahan otonomi daerah menuju kemandirian daerah dan meningkatkankesejahteraan rakyat. Otonomi daerah dalam kontek hubungan yang serasi antaraPemerintahan Pusat dengan daerah dan antar daerah (harmonization) yangmengandung arti sharing of power, distribution of income, democratization, fairneesand empoweringProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101405 44. ISBN 978-602-98295-0-1Otonomi daerah mengandung makna bahwa kewenangan dan keleluasaandaerah baik secara politik, ekonomi, yuridis, administrasi serta sosial budaya sesuaidengan potensi untuk memanfaatkan, menggali dan mengembangkan daerah secaraoptimal, sinergis dan internal melalui regional or local development yangberwawasan lingkungan .Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah otonom (Propinsi,Kabupaten dan Kota) untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakatsetempat (local society interest) menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasimasyarakat sesuai dengan peraturan perundangan. Berdasarkan pendekatankonsepsional dalam membangun otonomi daerah minimal terdapat elemen utamayang bersifat integrative yaitu: kewenangan, kelembagaan pemerintah daerah,manajemen dan aparatur daerah, sumber keuangan, perwakilan rakyat daerah,wilayah, lingkungan masyarakat dan pelayanan umum.Kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No 22 dan No 25 tahun 1999beserta peraturan pelaksanaannya, dipandang sebagaiparadigmabarupenyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersifat desentralistik dengan prinsipdemokrasi pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, keanekaragamanpotensi daerah menuju kesejahteraan masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan RI(autonomy of integrity), kebijakan otonomi tersebut merupakan proses dimensionalyang mengandung muatan kompleks serta membutuhkan pengembangan kapasitasdaerah (Capacity building) baik dari aspek sistem perundangan, kinerja kelembagaandaerah dan kualitas SDM, maupun masyarakat secara konduksif atas dasar kearifandan kemandirian lokal. Kebijakan strategis pengembangan otonomi daerah diarahkanpada pemberdayaan kelembagaan pemerintah daerah, aparatur pemerintahandaerah, DPRD dan masyarakat untuk menggali, memelihara dan mengembangkanpotensi daerah.Sejalan dengan kebijakan pemulihan ekonomi, maka pembangunan ekonomidaerah untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi daerah secara optimalyang dilakukan oleh pelaku ekonomi berdasarkan prinsip ekonomi kerakyatan.Pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi daerahnya, mempunyai posisistrategis untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Daerah. Tujuan pembentukkanProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1406 45. ISBN 978-602-98295-0-1BUMD pada dasarnya adaalah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi daerah,sumber pendapatan daerah, memperluas lapangan kerja, memberikan kontribusipada pemerintah daerah, mengurangi pengangguran serta menciptakan iklim usahayang kondusif. Keberadaan BUMD dalam era otonomi daerah mempunyai peran danfungsi vital, karena dipandang sebagai pilar atau pondasi dan tulang punggungperekonomian berkewajiban untuk mendorong dan memberdayakan BUMD dalammelaksanakan peran dan fungsi pelayanan publik dan ekonomi dengan prinsip-prinsip dasar bisnis Good coorporate govermance2.Permasalahan BUMDKondisi perekonomian daerah berkaitan erat dengan kemampuan BUMDdalam melaksanakan fungsinya belum secara optimal untuk melaksanakanpelayanan sosial dan ekonomi atas dasar prinsip pelaku bisnis. Hal ini dipengaruioleh faktor internal dan eksternal yang menyertai keberadaanBUMD untukmelaksanakan perannya secara optimal. Faktor internal yang mempengarui secaraumum adalah landasan hukum yang belum relevan, belum memiliki visi dan strategibisnis, kuatnya campur tangan pemerintah daerah, kualitas SDM yang belumprofesionaal, akses permodalan yang terbatas, kesulitan akuntabilitas keuanganserta kemampuan kemitraan dengan pelaku swasta yang sangat terbatas.Sedangkan factor eksternal yang mempengaruhinya adalah kondisi perekonomianyang belum stabil, jaminan kepastian hukum, keamanan dan ketertiban masyarakat,minat investor untuk memberikan permodalan dan iklim usaha yang belum konduksif.Oleh karena itu keberadaan dan eksisten BUMD yang mempunyaikedudukan, peran dan fungsinya sebagai pilar dan tulang punggung perekonomiandaerah membutuhkan pengembangan strategis, baik dari aspek institusional,fungsional, bisnis dan operasional yang berdasarkan prinsip-prinsip pelaku bisnis.Untuk itu perlu pembaharuan dan penataan secara mendasar melalui kebijakkan,kelembagaan maupun teknis operasinal sehingga mempunyai kemampuan dalaminvestasi, kompetensi, produktivitas, pendapatan dan otonomi usahanya.Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1407 46. ISBN 978-602-98295-0-1 KEBERADAAN BUMD1.Kedududkan BUMDBedasarkan UU No 22 dan UU No 25 tahun 1999, maka jiwa dan semangatdesentralisasi menjadi semangkin mengemuka. Titik berat pembangunan ekonomipada masa mendatang akan lebih bertumpu kepada peran Pemerintah Daerah,swasta dan masyarakat di daerah setempat dalam mengelola sumber daya yang adadi daerahnya.Berdasarkan pasal 10 ayat 1 UU No 22 tahun 1999, daerah diberikankewenangan untuk mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya danbertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, pasal 84 UU No 22 tahun 1999menyatakan bahwa daerah dapat memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan pembentukannya diatur denganPeraturan Daerah.Keberadaan BUMD dapat menjadi salah satu sarana perekonomian daerah.Hal ini selaras dengan maksud yang tertuang dalam pasal 79 UU No 22 tahun 1999yang menyatakan bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas:a.Pendapatan Asli Daerah1) Dari hasil pajak daerah2) Dari hasil restribusi daerah3) Dari hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolahan kekayaandaerah yang dipisahkanb.Dana Perimbanganc.Pinjaman daerahd.Lain-lain pendapatan daerah yang sahDengan perubahan paradigma otonomi daerah, maka Pemerintah Daerahdituntut untuk berupaya memberdayakan BUMD selaku salah satu pilar pelaku usahaProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1408 47. ISBN 978-602-98295-0-1ekonomi di daerah. Pemberdayaan dan pengembangan BUMD tersebut dilakukandengan cara meningkatkan profesionalisme manajemen, efesiensi dan efektivitaskegiatan operasional dalam rangka peningkatan kinerja secara umum sehinggadapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap pembangunan ekonomi daerahdan peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah.2.Peran dan fungsi BUMDDi dalam era otonomi peran dan fungsi BUMD bagi pemerintah yaitu untukdapat menjalankan misi bisnisnya maupun misi pelayanannya kepada masyarakat.Untuk itu usaha pemberdayaan dan penyehatan BUMD dalam era otonomi daerahmemerlukan penanganan segera dan tetap. Untuk melakukan pemberdayaan yangberorentasi pada pemerintah dan dunia usaha dalam merumuskan kebijakanPemda untuk pengembangan BUMD.Secara umum dapat dikatakan bahwa peranan dan fungsi BUMD dalamstruktur perekonomian daerah maupun nasional adalah memberikan kontribusi bagipeningkatan produksi, perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatanBUMD juga dapat berperan untuk mengemban fungsi Pemda di dalam memberikanpelayanan umum kepada masyarakat. Beberapa permasalahan masih dihadapidalam mengoptimalkan kinerja BUMD. Salah satu masalah yang sangat fundamentaldan filosofis adalah kerangka legal yang mengatur BUMD itu sendiri.Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai BUMD dan masihberlaku hingga saat ini adalah UU No 5 tahun 1962, dalam rangka pengembanganusaha, pada prinsipnya BUMD dapat dikatakan menganut bisnis birokrasi di manakebijakan pengembangan sangat ditentukan oleh Pemerintahan Daerah sebagaipihak yang mewakili daerah sebagai pemilik modal BUMD. Ketika UU No 5 tahun1962 diimplementasikan, direksi dan mayoritas pengawai BUMD merupakan bagianyang tak terpisahkan dari birokrasi Pemerintaah daerah, sehingga pengelolaanBUMD dalam prakteknya mirip dengan pengelolaan lembaga birokrasi (bureaucracy-like operation). Akibat dalam banyak kasus, manajemen BUMD kurang memilikiidenpendensi dan fleksibelitas untuk melakukan inovasi usaha guna mencapai tujuanorganisasi. Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi birokrasi ternyata berbedadengan budaya organisasi bisnis. Banyaknya intervensi birokrasi terhadapProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101409 48. ISBN 978-602-98295-0-1pengelolahan BUMD dapat menimbulkan kesulitan bagi manajemen BUMD secaraprofesional.Hal ini menunjukkan bahwa BUMD sebagaimana dimaksud oleh UU No.5tahun1969 usaha lainnya seperti PT, CV, Firma, koperasi dan sebagainya denganmisi luas antara lain (a) memberi jasa, (b) menyediakan manfaat umum dan (c)menambah pendapatan untuk disetor ke dalam komponen PAD. Misi usaha BUMDseperti itu dilakukan secara mixed tanpa melihat apakah bidang usaha yangbersangkutan berorentasi kepada bidang komersial atau public mission. Peraturanyang sedemikian itu sudah tidak relevan dengan situasi dan kondisi sekarang, karenapada saat ini dunia usaha masih less-competitive, sehingga pemerintah daerahmendorong untuk memacu perkembangan ekonomi dengan membentuk pelaku-pelaku bisnis dalam bentuk perusahaan daerah.Sehingga kajian pada saat ini bahwa BUMD memiliki orentasi tujuan gandayaitu public service oriented, dalam rangka menyelenggarakan kemanfaatan umumdan profit oriented untuk memupuk pendapatan guna disetor sebagai PAD. Jikadikaji secara mendalam dengan menggunakan pijakan teori, terutama prinsip-prinsiporganisasi bisnis, ternyata bahwa public mission dan profit mission merupakan duasisi yang paradoksial, kontradiktif dan sulit disatukan. Dalam hal ini akan terjaditrande off dengan pengertian bahwa pemanfaatan umum akan dikorbankan jikakualitas pelayanan publik yang diprioritaskan.Oleh karena itulah membutuhkan disain BUMD yang strategis sehingga di satusisi BUMD bertugas melaksanakan public mission dengan meyediakan pelayananyang berkualitas baik dan terjangkau oleh masyarakat dan sisi lain bagi bidang-bidang yang berkomersial, BUMD harus didisain untuk mampu bersaing secaratransparan dan akuntabel dengan edentitas bisnis swasta guna memperoleh labadan memberikan kontribusi pada PAD.Deregulasi BUMD perlu diarahkan untuk menciptakan system pengolahanBUMD berlandasan pada prinsip efesiensi dan efektivitas, penciptaan mekanismepengawasan dalamrangkamenghindarkan BUMD dari tindakan-tindakanpengeksploitasian di luar asas usaha yang sehat, menata dan memperjelashubungan BUMD dengan stakeholders dan hal-hal penting lainnya yang mendukungProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1410 49. ISBN 978-602-98295-0-1dan dapat menjadi landasan bagi kegiatan operasional BUMD secara sehat danprofesional. POTENSI DAN TANTANGAN BUMD1.Potensi BUMD Identifikasi BUMD diperlukan untuk melihat sejauh mana potensi yang dimilikioleh BUMD sehingga dapat menetapkan sasaran maupun strategi pencapaiansasaran dapat lebih terfokus dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada.Sesuai data BUMD meliputi: BUMD di bidang air minum BUMD di bidang non air minum BUMD di bidang jas keuangan BUMD di bidang non jasa keuangana. BUMD di Bidang Air Minum (PDAM)Potensi di bidang PDAM dijadikan sumber daya untuk melakukan upaya-upayapemberdayaan diantaranya adalah: (1) hasil produksi berupa air minum merupakan komoditi yang esensial dibutuhkan secara mutlak oleh manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya dan merupakan hajat hidup primer orang banyak. (2) Jumlah PDAM yang banyak dengan distribusi merata (3) Minat inverstor dari pihak swasta terhadap usaha pengelolaan air bersih dan air minum untuk masyarakat. Hal ini jika dimanfaatkan dengan baik dapat merupakan potensi stratigis bagi PDAM (4) Banyaknya dukungan dari lembaga keuangan internasional dan lain-lain terhadap masalah penyediaan air minum.b.BUMD di bidang non air minum, jasa keuangan dan non jasa keuanganProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1411 50. ISBN 978-602-98295-0-1 Potensi BUMD non air minum, jasa keuangan dan non jasa keuangan maka perlu dibagi menjadi beberapa faktor sesuai dengan jenis bidang usaha. Adapun potensi yang terdiri dari 4 sertor jenis usaha adalah sebagi berikut : (1) Jasa usaha perintis dan penggerak ekonomi rakyat seperti pasar rakyat,lembaga keuangan mikro, perbankkan, perumahan rakyat sarana transportasidan lainnya (2) Jasa kemanfaatan umum seperti: kesehatan (RSUD), kebersihan dan usahakemanfaatan umum lainnya. (3) Jasa usaha penugasan khusus seperti : pengembangan kawasan wisata,industri strategis dan lain-lain (4) Jenis usahalainnya seperti: parkair, pemanfaatantanah/bangunan,pertambangan dan lain-lainya.2.Tantangan dan kendala BUMDTantangan yang dihadapi oleh BUMD, diantaranya adalah :1) Struktur tarif yang pada umumnya terlalu rendah dan tidak rasional sehingga belum dapat menutupi biaya operasional dan sulit mencapai break even point2) Kurang insentif dalam proses pengelolahan BUMD agar pengelolahan BUMD dapat berjalan dengan efesien dan efektif:3) Kemandirian BUMD belum sepenuhnya tercipta, dimana masih banyak intervensi atau campur tangan dari pihak birokrasi yang terlalu jauh kedalam, termasuk hal- hal yang bersifat teknis dan detail4) Situasi pasar yang terbuka, dimana harga produksi sangat tergantung pada mekanisme pasar yang ada, menuntut BUMD meningkatkan kualitasnya secara berkesinambungan5) Jenis produk yang laku di pasar adalah produk yang memang merupakan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat (market driven), hal ini diperlukan analisis kebutuhan pasar yang belum mampu secara baik dilakukan oleh mayoritas BUMDProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101412 51. ISBN 978-602-98295-0-16) Derajat tuntutan masyarakat konsumen terhadap kualitas dan kuantitas produk I menjadi lebih tinggi. Hal ini diikuti dengan peningkatan kemampuan dan kemauan konsumen untuk membayar satu produk yang semakin baik, dengan peningkatan kapasitas BUMD secara profesional.7) Dengan situasi perekonomian yang mengalami penurunan, sektor swasta ternyata rapuh dan sebagian besar sudah tidak dapat menjalankan usahanya. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi BUMD apakah dapat untuk mengisi kekosongan usaha yang ditinggalkan sektor swasta8) Penyelenggara otonomi daerah dengan menitik berat pada kabupaten/kota yang semakin konsisten9) Situasi dunia bisnis yang menuntut sikap profesionalitas dalam pengelolahan perusahaan10) Adanya kebijaksanaan deregulasi di bidang dunia usaha nasional yang mulai menitik beratkan pada usaha nasional dan usaha perekonomian rakyatSedangkan kendala yang dihadapi oleh BUMD, diantaranya adalah:1) Rendahnya hasil usaha (laba) mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan pengembangan investasi2) Kualitas sumber daya manusia yang belum memenuhi standar untuk bergerak di bidang usaha, baik bidang produksi maupun pemasaran3) Hasil produksi yang kurang baik untuk mampu berkompetisi secara kualitas maupun kuantitas (kapasitas produk)4) Kurangnyaprofesionalisme, transparansi maupunpengawasan dalam manajemen pengelolahan BUMD5) Rasio jumlah pegawai terlalu besar yang menyebabkan tingginya biaya overhead BUMD6) Kurang atau terbatasnya modal dan akses modal yang diperlukan untuk operasional dan pemeliharaan BUMDProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1413 52. ISBN 978-602-98295-0-17) Sebagian besar pemerintah daerah selaku pemilik BUMD tidak menyadari dan tidak mau tahu kendala dan kesulitan yang dialami oleh pengelola BUMD8) BUMD pada umumnya belum memiliki core business yang pasti, strategis bisnis serta visi, misi dan objektive yang jelas dan coorporate yang dinamis9) Status hukum BUMD menyulitkan BUMD untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompetitif dan cenderung dinamis10) Skala pengupahan karyawan yang jauh dibawah tingkat gaji pegawai swasta menyebabkan pindahnya para pengelola perusahaan yang terampil dan handal ke sektor swasta dan sebaliknya tenaga-tenaga professional dari luar BUMD enggan menjadi pengelola BUMD. Demikian juga halnya mengenai jenjang karier bagi karyawan BUMD yang belum jelas11) Khusus bagi PDAM terbatasnya ketersediaan air baku, air bawah tanah maupun air permukaan bagi sebagian BUMD dan kurangnya usaha dalam pelestarian maupun pemeliharaan daerah tangkapan air (catchment area)12) Banyak BUMD mengalami kesulitan keuangan, dimana sebagian BUMD mengalami kerugian dan mempunyai hutang yang relatif besar dan bahkan sebagian assetnya merupakan hutang.13) Sebagian besar BUMD mengalami kendala yang bersifat teknis, baik itu peralatan yang sudah tidak memadai maupun mesin-mesin yang sudah tua. STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BUMDMelihat kinerja BUMD yang kurang sehat maka upaya pemerintah melakukanreformasi BUMD yang merupakan proses pembenahan di berbagai aspek korporasimelalui langkah-langka: 1. Reformasi MISI BUMD a. BUMD adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayananProsiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 20101414 53. ISBN 978-602-98295-0-1b. BUMD sebagaisalah satupelaku ekonomi daerahdapat mendayagunakan asset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyatc. BUMD mampu berperan sebagai countervalling power terhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan perusahaan swasta dan luar negeri berminat melakukan kerja sama dengan BUMD terpilih untuk selanjutnya membentuk Joint venture / joint operation companyd. BUMD mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupn deviden dan mendorong pertumbuhaan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian sosial2. Restrukturisasi BUMD Langkah