Osteoporosis Pada Lansia

18
Osteoporosis pada Lansia Randy Arnold 102011074-E4 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Barat - Indonesia Alamat korespondensi : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna Utara No 6, Jakarta Telp. (021) 5605140 Email : [email protected] Pendahuluan Banyak manusia di zaman sekarang ini yang terlarut dalam kehidupan modern sehingga berbagai macam penyakit dapat diderita. Mulai dari aktivitas manusia dengan alat bantu gerak yang seiap harinya melakukan aktivitas dengan alat-alat gerak pada tubuhnya. Contohnya saja tulang dan otot. Aktivitas yang padat dengan tidak diimbanginya kecukupan dan kelancaran proses metabolisme di dalam tubuh akan membuat organ-organ pada tubuh akan mengalami gangguan termasuk tulang dan otot yang setiap harinya berperan dalam kehidupan kita semua. Osteoporosis menjadi salah satunya bahwa penyakit pada usia lanjut ini dapat menyerang siapa saja tetapi gejala-gejala dari osteoporosis itu sendiri harus dipelajari dengan seksama seperti gejala rapuhnya tulang sampai pada patahnya tulang pada usia lanjut juga membungkuknya badan termasuk dalam

description

Medicine

Transcript of Osteoporosis Pada Lansia

Page 1: Osteoporosis Pada Lansia

Osteoporosis pada Lansia

Randy Arnold

102011074-E4

Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Barat - Indonesia

Alamat korespondensi : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna Utara No 6, Jakarta Telp. (021) 5605140

Email : [email protected]

Pendahuluan

Banyak manusia di zaman sekarang ini yang terlarut dalam kehidupan modern sehingga

berbagai macam penyakit dapat diderita. Mulai dari aktivitas manusia dengan alat bantu

gerak yang seiap harinya melakukan aktivitas dengan alat-alat gerak pada tubuhnya.

Contohnya saja tulang dan otot. Aktivitas yang padat dengan tidak diimbanginya kecukupan

dan kelancaran proses metabolisme di dalam tubuh akan membuat organ-organ pada tubuh

akan mengalami gangguan termasuk tulang dan otot yang setiap harinya berperan dalam

kehidupan kita semua. Osteoporosis menjadi salah satunya bahwa penyakit pada usia lanjut

ini dapat menyerang siapa saja tetapi gejala-gejala dari osteoporosis itu sendiri harus

dipelajari dengan seksama seperti gejala rapuhnya tulang sampai pada patahnya tulang pada

usia lanjut juga membungkuknya badan termasuk dalam gejala osteoporosis. Lutut yang nyeri

bisa disebabkan karena faktor usia, juga cedera yang dialami karena cairan sinovial

berpengaruh dalam pergerakan lutut layaknya pelumas yang mempermudah pergerakan

antara pertemuan dua buah tulang. Dengan adanya ilmu radiologi juga dapat diketahui

apakah osteoporosis menyerang tubuh kita ataukah tidak. Dan berbagai pencegahan juga

pengobatan tentang osteoporosis bisa kita ketahui dalam pembahasan kali ini.

Pembahasan

Anamnesis, seperti biasa anamnesis dilakukan dokter untuk mendapatkan informasi dari

pasien, baik informasi mengenai biodata pasien atau keluhan utama juga riwayat penyakit

pasien. Menanyakan keluhan utama pasien bagian terpenting dari anamnesis. Anamnesis

berperan penting di dalam penetuan diagnosis. Anamnesis dilakukan dengan dua arah,yakni

Page 2: Osteoporosis Pada Lansia

menggali informasi dari pasien juga sebagai pendengar yang baik terhadap keluhan yang

dilontarkan pasien.

Pemeriksaan Diagnostik, untuk osteoporosis dalam melakukan pemeriksaan fisik kita dapat

melakukan inspeksi terlebih dahulu untuk melihat bagaimana postur tulang dari cara berdiri

pasien atau posisi pasien dalam gerakan tertentu kemudian bisa di lakukan palpasi untuk

memastikan apakah ada massa berwarna merah dan hangat atau ada kondisi lain dari postur

tulang pasien. Pemriksaan fisik terakhir kita meminta pasien untuk melakukan beberapa

gerakan dan kita lihat bagaiman gerakkan dari pasien apakah bisa dilakukan dengan benar

atau tidak bisa dilakukan.

Pemeriksaan penunjang untuk osteoporosis secara radiologi bisa dilakukan foto rontgen

untuk melihat apakah ada osteovit, spour formation yang merupakan tanda dari degenerasi

tulang. Untuk pemeriksaaan lab bisa dilakukan pemeriksaaan penanda-penanda tulang

terutama kerja osteoblastik dalam serum yaitu test fostfatase alkali dan osteokalsin.

Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit

osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti

kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang),

nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah

kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.1

WD, Osteoporosis primer

DD, Osteoporosis sekunder

Gambar 1.1 Osteoporosis

Page 3: Osteoporosis Pada Lansia

Etiology, Osteoporosis dapat terjadi pada semua usia. Sepertiga wanita pascamenopause

mengalami osteoporosis. Fraktur terkait osteoporosis akan terjadi pada lebih dari 40% wanita

yang berusia di atas 50 tahun.2

Faktor risiko terjadinya osteopenia dan osteoporosis adalah sebagai berikut:2

1. Wanita, khususnya setelah menopause

2. Keturunan Kaukasia atau Asia

3. Postur tubuh kecil atau berat badan di bawah rata-rata

4. Menstruasi tidak teratur atau amenore

5. Hipertiroid atau hiperparatiroid

6. Penggunaan steroid

7. Perilaku berisiko tinggi

Faktor ras dan herediter. Osteoporosis lebih sering terjadi pada lansia wanita. Kelainan ini

juga lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit putih dan wanita Asia dibandingkan

dengan wanita berkulit hitam. Hal ini dikaitkan dengan puncak massa tulang yang dicapai

pada usia 20-40 tahun pada wanita. Puncak massa tulang ini lebih rendah dari pria. Wanita

berkulit putih dan Asia juga memiliki massa tulang yang lebih rendah daripada wanita

berkulit hitam.2

Penyebab adanya osteoporosis dibagi menjadi dua jenis, yakni penyebab primer dan

penyebab sekunder. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai

dengan proses penuaan atau karena menopause pada wanita akibat berkurangnya hormon

estrogen. Sementara osteoporosis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang

akibat hal-hal tertentu. Osteoporosis sekunder dikaitkan dengan adanya kelainan patologi,

efek samping obat, immobilisasi, kelainan gastrointestinal, dan penyakit ginjal.

Kurang aktivitas fisik atau imobilisasi. Telah lama diketahui bahwa imobilisasi tulang

memberi efek yang cukup besar terhadap homeostasis kalsium. Jika seseorang memerlukan

imobilisasi pada salah satu anggota tubuhnya, sering terjadi osteoporosis pada tulang yang

bersangkutan. Kajian yang dituliskan oleh Donaldson dkk. (1970) serta Rambaun, Dietlein,

Yogel dan Smith (1972) menyatakan bahwa seseorang yang sehat yang menetap di tempat

tidur selama empat sampai enam minggu akan kehilangan massa tulang sebanyak 1 persen

Page 4: Osteoporosis Pada Lansia

setiap minggu, sedangkan astronot yang berada dalam keadaan hampa udara dan tanpa beban

akan kehilangan sekitar 4 persen massa tulangnya per bulan. Berdasarkan hal ini, dapat

disimpulkan bahwa orang yang aktif secara fisik akan memiliki massa tulang yang lebih

tinggi daripada mereka yang tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik ternyata

menyebabkan hipertrofi tulang mirip dengan otot yang mengalami hipertrofi apabila diberi

pembebanan. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Lanyon dan Robin bahwa tulang memberikan respons terhadap beban apabila

dikenakan secara dinamis dan tidak secara isometris.3

Faktor nutrisi. Untuk mendapatkan dan mempertahankan massa tulang yang adekuat,

diperlukan makanan yang cukup mengandung kalsium. Tubuh mengatur kadar ion kalsium

dalam cairan ekstraselular sedemikian rupa agar tetap berada dalam kadar yang optimal.

Apabila terjadi fluktuasi walaupun hanya sementara,sistem hormon yang mengatur

keseimbangan kalsium akan ber-

upaya mengembalikannya ke kadar normal. Dengan bertambahnya usia, absorpsi kalsium

pada saluran makan bagian atas menjadi kurang efisien. Apabila kalsium dalam diet kurang

cukup, tubuh akan menggunakan kalsium dari tempat cadangannya di sistem tulang. Jadi,

jelas bahwa lansia membutuhkan lebih banyak kalsium dalam dietnya.3

Epidemiology, Osteoporosis dapat menyerang pria maupun wanita. Kondisi ini berkaitan

dengan usia dan khusus pada wanita umumnya karena menopause. Satu dari tiga wanita dan

satu dari 12 pria berusia di atas 50 tahun akan menderita retak osteoporosis, hasil uji sekitar

200.000 wanita dan 40.000 pria di Skotlandia (Scotlish Forum, 1997). Menurut hasil analisa

data yang dilakukan Puslitbang Gizi Depkes RI pada 14 provinsi menunjukkan bahwa

masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%.

Tingkat kecenderungan ini 6 kali lebih besar dibandingkan Belanda. Lima provinsi dengaan

resiko osteoporosis lebih tinggi yakni Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), DI

Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,8%), Jawa Timur (21,42%), dan Kalimantan Timur

(10,5%) (Depkes RI, 2004).4

Patofisiology, Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang sampai tercapai kepadatan

maksimal berjalan paling efisien sampai umur kita mencapai 30 tahun.

Semakin tua usia kita, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Padahal, di usia tersebut,

jaringan tulang yang hilang semakin banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa sesudah usia

Page 5: Osteoporosis Pada Lansia

mencapai 40 tahun, kita semua akan kehilangan tulang sebesar setengah persen setiap

tahunnya. Pada wanita dalam masa pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif

dengan tingkat 2 kali lipat dibanding sebelum menopause.

Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai

resiko lebih besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi penurunan

kadar hormon estrogen. Estrogen memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam

mencegah hilangnya kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas

serta menghambat kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas. 5

            Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya massa tulang dengan

meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan demikian, kadar kalsium darah

yang normal dapat dipertahankan. Semakin tinggi kadar kalsium di dalam darah, semakin

kecil kemungkinan hilangnya kalsium dari tulang (untuk menggantikan kalsium darah).5

            Penurunan kadar estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak

pada percepatan hilangnya jaringan tulang. Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi pada

mereka yang mengalami menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun).

Pada pria, hormon testosteron melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu

penyerapan kalsium. Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana testis berhenti

memproduksi testosteron.. Dengan demikian, pria tidak begitu mudah mengalami

osteoporosis.dibanding wanita.5

            Selain estrogen, berbagai faktor yang lain juga dapat mempengaruhi derajat kecepatan

hilangnya massa tulang. Salah satu hal yang utama adalah kandungan kalsium di dalam

makanan kita. Masalahnya, semakin usia kita bertambah, kemampuan tubuh untuk menyerap

kalsium dari makanan juga berkurang.5

Page 6: Osteoporosis Pada Lansia

Patogenesis Osteoporosis primer

—-Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada dekade awal

setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur vertebra dan radius distal

meningkat. Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow

stromal cells dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang berperan

meningkatkan kerja osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause

akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas

meningkat.5-6

—-Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka kadar PTH akan

meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan semakin berat. Pada

menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar kalsium serum, dan hal ini disebabkan

oleh menurunnya volume plasma, meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga

meningkatkan kadar kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk

garam kompleks. Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan rangsang

respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis respiratorik.

Patogenesis Osteoporosis Sekunder

—-Selama hidupnya seorang wanita akan kehilangan tulang spinalnya sebesar 42% dan

kehilangan tulang femurnya sebesar 58%. Pada dekade ke-8 dan 9 kehidupannya, terjadi

ketidakseimbangan remodeling tulang, dimana resorpsi tulang meningkat, sedangkan formasi

tulang tidak berubah atau menurun. Hal ini akan menyebabkan kehilangan massa tulang,

perubahan mikroarsitektur tulang dan peningkatan resiko fraktur.

—-Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua. Hal ini

disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorpsi dan

paparan sinar matahari yang rendah. Defisiensi vitamin K juga akan menyebabkan

osteoporosis karena akan meningkatkan karboksilasi protein tulang misalnya osteokalsin.

Penurunan kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki akan menyebabkan

osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause (penurunan kadar estrogen

yang mendadak), maka kehilangan massa tulang yang besar seperti pada wanita tidak pernah

terjadi. Dengan bertambahnya usia, kadar testosteron pada laki-laki akan menurun sedangkan

kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) akan meningkat. Peningkatan SHBG akan

meningkatkan pengikatan estrogen dan testosteron membentuk kompleks yang inaktif.5-6

Page 7: Osteoporosis Pada Lansia

—-Faktor lain yang juga ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada orang tua

adalah faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, obat-obatan, imobilisasi lama).

Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh yang lebih tinggi pada

orang tua dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan stabilitas postural, gangguan penglihatan, lantai

yang licin atau tidak rata, dll.

Gejalan Klinis, Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini

disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur

osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari

osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia.

Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung dan

deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada

daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar kesekitar pinggang

hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan misalnya

berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat meringankan nyeri untuk sementara,

tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat

disertai oleh distensi perut dan ileus7

—-Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila didapatkan :

Patah tulang akibat trauma yang ringan.

Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang.

Gangguan otot (kaku dan lemah)

Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas

Penatalaksanaan (Medikamentosa)

Bifosfonat : Pemberian bifosfonat pada pasien osteoporosis dapat menghambat jalur

mevalonat untuk meresorpsi tulang oleh osteoklas, bifosfonat dinilai paling efektif sbg

pencegahan dan pengobatan osteoporosis. Diberikan pagi hari dalam perut kosong, 30

menit sebelum sarapan. Sediaannya alendronat, pamidronat, ibandronat. Efek samping :

esofagitis, disfagia, nyeri perut, dispepsia, konstipasi, diare, mual, muntah.8

Page 8: Osteoporosis Pada Lansia

Terapi Sulih Hormon pada wanita menopause, yang selain ditunjukkan untuk mengurangi

gejala defisiensi hormonnya juga dapat mempertahankan sama tulang sehingga mencega

terjadinya osteoporosis atau mencegah terjadinya fraktur patologis. Efek samping

pemeberian estrogen ialah tensi yang naik, mual.8

Kalsium bekerja menekan bone turn over, memperbaiki BMD dan mneurunkan insidens

fraktur . Sediaan dalam bentuk laktat, glukoronat, fosfat dengan dosis 1500mg/hari, untuk

menutup kehilangan kalsium di usus.8

Pemberian Vitamin D dengan sediaan kalsitriol yang bekerja menkan remodelling tulang

dan memperbaiki BMD.8

Penatalaksanaan (Non-medikamentosa)

Peningkatan konsumsi buah dan sayuran: Penelitian telah menunjukkan bahwa

diet kaya buah-buahan dan sayur-sayuran berkaitan dengan kepadatan mineral tulang

lebih tinggi pada pria dan wanita. Asosiasi ini mungkin karena kalium, magnesium,

dan vitamin K dalam buah-buahan dan sayuran.9

Mengurangi asupan natrium: Beberapa studi telah menemukan bahwa asupan

tinggi natrium menyebabkan hilangnya kalsium dari tubuh. Namun, efek dari

pembatasan natrium terhadap integritas tulang jangka panjang dan risiko patah tulang

masih belum jelas dan memerlukan penelitian lebih lanjut.9

Pola makan rendah lemak: Studi telah menemukan bahwa asupan lemak yang lebih

tinggi dikaitkan dengan kehilangan tulang yang lebih besar dan risiko patah tulang

lebih besar. Mekanisme yang mungkin meliputi kecenderungan asupan lemak yang

berlebihan mengurangi penyerapan kalsium dan mempengaruhi produksi hormon.

Secara khusus, asam lemak omega-6 dapat menyebabkan hilangnya tulang dengan

mengorbankan pembentukan tulang baru.9

Moderasi dalam penggunaan kafein: Penelitian telah menemukan bahwa

perempuan yang mengkonsumsi paling banyak kafein telah mempercepat kehilangan

tulang belakang dan hampir tiga kali lipat risiko terkena patah tulang pinggul. Resiko

kehilangan tulang tampak tertinggi pada wanita yang mengkonsumsi lebih dari 18 ons

kopi per hari, atau 300 mg kafein dari sumber lain.9

Page 9: Osteoporosis Pada Lansia

Tidak mengkonsumsi alkohol: keseimbangan gizi akan mejadi tidak baik.

Mengkonsumsi Protein: karena protein merupakan gisi utama yang baik untuk

tulang. Asupan protein tinggi akan mengurangi resiko terjadinya kekurangan isi

tulang dan fraktur.9

Tidak mengangkat barang berat.

Olahraga secara teratur dan berimbang: olahraga akan menurunkan resiko jatuh

dan patah tulang denan meningkatkan kekuatan otot-otot, koordinasi, keseimbangan,

dan pergerakan.9

Komplikasi

Komplikasi pada pasien osteoporosis biasanya timbul pada fraktur tulang.

Dikarenanakan massa tulang yang berdegenerasi makan tulang menjadi rapuh

sehingga benturan ringan sampai berat bisa membut tulang mengalami fraktur.

Fraktur panggul merupaka fraktur yang sering terjadi pada penderita osteoporosis

kemudian fraktur vertebra sering juga mnegikuti dan frasktur spinal.10

Pencegahan dan Prognosis

Khususnya bagi wanita disarankan untuk memperkuat danmempertebal tulangs elagi masih muda

dan mengambil langkah-langkah untuk memperlambat berjalannya penyakit serta mencegah

komplikasi mjika sudah terkena osteoporosis.

Mengingat demikian besar dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh osteoporosis, maka perlu

adanya upaya untuk pencegahan. Tiga faktor penting dalam pencegahan osteoporosis yaitu :9

Gambar 1.2 Hip Fracture

Page 10: Osteoporosis Pada Lansia

1. Jumlah kalsium yang memadai

Salah satu sumber kalsium yang cukup baik adalah susu. Dua gelas susu sehari, sudah dapat

memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium. Dari dua gelas susu (500 ml) akan diperoleh 1.250

mg

kalsium. Perolehan kalsium tersebut sudah melebihi kebutuhan kalsium orang dewasa yaitu

800-1.000 mg/hari. Sumber kalsium yang lain meliputi:

- Sayuran berdaun hijau gelap

- Salmon atau sarden dengan tulang

- Produk kedelai, seperti tahu, tempe, susu kedelai dll

- Kalsium yang diperkaya sereal dan jus jeruk

2. Vitamin D yang cukup

Kebutuhan vitamin D normal per hari adalah 400 IU. Dalam bentuk non-aktif, vitamin D

banyak terdapat di bawah kulit. Cukupi konsumsi vitamin D diketahui mampu memelihara

kesehatan tulang dengan cara meningkatkan penyerapan kalsium dari sistem pencernaan,

serta mengurangi pembuangannya dari ginjal. Vitamin D akan menjadi aktif dan berfungsi

apabila terpapar sinar matahari pagi yang banyak mengandung ultraviolet. Terpapar sinar

matahari sekitar 20 menit per hari, minimal 3 kali seminggu sudah cukup untuk membantu

produksi vitamin D.

3. Olahraga secara teratur

Olahraga dapat membantu membangun tulang yang kuat dan memperlambat pengeroposan

tulang. Olahraga dapat memberikan manfaat pada tulang meskipun memulainya pada saat

dewasa, tetapi alangkah baiknya jika memulai berolahraga secara teratur ketika masih muda

Tabel 1.1 Tabel Konsumsi Vit.D dan Calcium

Page 11: Osteoporosis Pada Lansia

dan terus berolahraga

sepanjang hidup. Kombinasikan latihan kekuatan dengan menahan beban. Latihan kekuatan

membantu memperkuat otot dan tulang di lengan belakang bagian atas dan latihan beban

seperti berjalan kaki, jogging, berlari, memanjat dan lompat tali terutama mempengaruhi

tulang di kaki, pinggul dan tulang belakang lebih rendah.

Prognosis untuk osteoporosis dapat menjadi buruk terutama pada wanita di usia

lanjut karena penanganan yg terlambat dari psien tetapi bisa menimialisir dampak

negatif tersebut dengan penanganan secara tepat waktu.

Kesimpulan

1. Osteoporosis dapat disebabkan oleh faktor usia dengan menurunnya kadar

estrogen saat menopause atau dapat disebabkan karena faktor gaya hidup.

2. Pada osteoporosis terjadi perubahan mikro arsitektur tulang yang berakibat

tulang menjadi rapuh.

3. Terapi osteoporosis meliputi pencegahan dan pemberian obat-obatan.

Daftar Pustaka

1. AS Ronald; AM Richard.Tinjauan klinis hadil pemeriksaan laboratorium Ed

11. Jakarta:EGC, 2002.h. 125-26.

2. PS Sri. Fisioterapi pada lansia. Jakarta:EGC, 2003.h. 205-08.3.

3. C Felicia.Osteoporosis. Jakarta: Gramedia, 2008.h. 258-260.

4. JG Michael; MM Barri; MK John; A Lenore.Gizi kesehatan masyarakat.

Jakarta: EGC, 2005.h.458-460.

5. CJ Elizabeth.Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC, 2005.h.341-350.

6. BL Valentina. Aplikasi klinis patofisiologi. Jakarta: EGC, 2008.h.347-351.

7. D Patrick. At glance medicine. Jarkarta: Erlangga, 2002.h.331-35.

8. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi

dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;2009.

9. Tandra H. Segala yang perlu diketahui tentang osteoporosis. Jakarta :

Gramedia, 2009.

Page 12: Osteoporosis Pada Lansia