Orde Reaksi
-
Upload
sri-rizki-halalwati -
Category
Documents
-
view
84 -
download
1
description
Transcript of Orde Reaksi
I. Judul : Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan laju Reaksi
II. Praktikum ke: 4
III. Tujuan Percobaan
1. Menentukan Orde Reaksi antara reaksi etil asetat oleh ion hidroksida
2. Menentukan tetapan laju reaksi nyadengan cara titrasi
IV. Teori Dasar
Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu.
Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan
konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan, seperti Atmosfer (atm), millimeter
merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan
bahkan tahun bergantung pada reaksi itu berjalan cepat atau lambat. Dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak langsung
banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-
penggal waktu tertentu. Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan)
menjadi hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan reaksi:
Seperi halnya contoh diatas, maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya
jumlah pereksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk
setiap satuan waktu. Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai
konsentrasi molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi menyatakan
berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap
satuan waktu. Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dalam satuan mol.dm-3.det-1 atau
mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau molaritas, merupakan satuan konsentrasi larutan.
Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau kimia. Dengan cara fisika,
penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak langsung yaitu berdasarkan sifat-sifat fisis
campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi campuran, misalnya daya hantar listrik,
tekanan (untuk reaksi gas). Adsorpsi cahaya dan lainnya. Penentuan secara kimia dilakukan
dengan menghentikan reaksi secara tiba-tiba (reaksi dibekukan). Setelah selang waktu
tertentu, kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode analisis kimia. Laju reaksi
dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan mengukur konsentrasi salah pereaksi atau
salah satu produk. Dengan selang waktu tertentu selama reaksi berlangsung untuk reaksi
yang berlangsung lambat, hal itu dapat dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari
campran reaksi lalu menganalisisnya. Misalnya reaksi hidrolisis etil asetat berikut in :
CH3COOC2H5 + H2O CH3COOH + C2H5OH
Etil asetat Asam asetat etanol
Reaksi itu berlangsung lambat sehingga konsentrasi asam asetat yang terbentuk dengan
mudah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu larutan basah. Cara yang lebih umum
ialah menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan secara kontinu salah satu perubahan
fisis yang menyertai reaksi, misalnya untuk reaksi yang membebaskan gas, alat dirancang
agar dapat mencatat volume gas yang terbentuk ; untuk reaksi yang diserati perubahan
warna, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan itensitas warna, untuk reaksi gas yang
disertai perubahan jumlah mol, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan tekanan gas.
Dalam laju reaksi dikenal juga laju reaksi sesat, yaitu laju reaksi rata-rata yang dihitung
dalam selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan perhitungan laju reaksi yang berlaku
dalam setiap saat. Lajureaksi juga dapat ditentukan melalui cara grafik. Laju reaksi sesaat
merupkan gradient dari kurva antara waktu dengan perubahan konsentrasi pada selang
waktu tertentu. Oleh karena itu, terdapat suatu bilangan tetap yang merupakan angka faktor
perkalian terhadap konsentrasi yang disebut sebagai tetapan laju reaksi (K). dengan
demikian, laju reaksi sesaat secara umum dapat dinyatakan sebagai :
Laju reaksi ≈ K [Konsentrasi Zat]
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu :
1. Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.
Semakin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan
luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi. Semakin
banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan tumbukan
efektif semakin besar dan reaksi berlangsung lebih cepat.
2. Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda dengan reaksi yang
berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi yang homogen, campuran zatnya
bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia
karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan satu sama lainnya. Dalam sistem
heterogen, reaksi hanya berlangsung pada bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-
bidang yang bersentuhan dari kedua fase. Reaksi kimia dapat berlangsung jika
molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu
bertumbukan. Makin halus suatu zat maka makin luas permukaannya sehingga makin
besar kemungkinan bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung.
3. Temperatur
Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah bila suhunya berubah. Laju reaksi
meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikkan suhu sebesar 100C akan
menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau tiga kali. Kenaikkan laju reaksi ini
disebabkan dengan kenaikkan suhu akan menyebabkan makin cepatnya molekul-
molekul pereaksi bergerak, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya tabrakan
antar molekul. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau
untuk menghasilkan suatu reaksi disebut energi pengaktifan kinetik.
Perumusan laju reaksi sebagai berikut:
Dimana:
Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir
Vo = laju reaksi awal to = suhu awal
4. Katalisator
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai ternyata
tidak berubah. Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa
dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan terlibat
dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi
setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh kembali dalam jumlah yang
V t=V 0 .2
t−t0
10
sama. Katalisator mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya reaksi. Jalur
reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah dari pada
jalur reaksi yang biasa ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa katalisator berperan
dalam menurunkan energi aktivasi.
5. Tekanan gas
Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga letak
partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukkan. Jadi, makin besar tekanan
gas maka makin cepat reaksinya.
6. Teori tumbukan
Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju reaksi dapat dijaleaskan dengan teori
tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil tumbukan antar
partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan menghasilkan reaksi,
melainkan hanya tumbukan antar partikel yang memiliki energi cukup serta arah
tumbukan yang tepat. Tumbukan yang menghasilkan reaksi, kita sebut tumbukan
efektif. Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga
menghasilkan tumbukan efektif disebut energi pengaktifan (Ea = energi aktivasi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu tumbukan adalah sebagai berikut :
Jumlah partikel atau konsentrasi,
Temperatur
Luas permukaan
Menambah katalisator
Dari percobaan penentuan laju reaksi menunjukkan bahwa laju reaksi akan menurun
dengan bertambahnya waktu. Hal itu berari ada hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa
saat itu dengan laju reaksi. Umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat-
zat pereaksi. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi .
Secara umum untuk reaksi pA qB + rC
V = K[A]m[B]n
dengan, V = Laju reaksi (mol dm-3 det-1)
K = tetapan laju reaksi
m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A
n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B
[A] = Konsentrasi awal A (mol dm-3)
[B] = Konsentrasi awal B (mol dm-3)
Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi. Tingkat
reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak terpengaruh oleh konsentrasi pereaksi, tetapi
hanya tergantung pada harga tetapan laju reaksi (K). Pangkat konsentrasi pereaksi pada
persamaan laju reaksi disebut orde atau tingkat pereaksi. Pada reaksi diatas berorde X
terhadap A dan berorde Y terhadap B, orde reaksi keseluruhan X+Y. Jadi, jika disebut orde
reaksi maka yang dimaksud adalah orde reaksi keseluruhan. Orde reaksi juga bisa dikatakan
sebagai besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi. Orde reaksi memiliki
beberapa makna diantaranya :
a. Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila perubahan
konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan terdapat dalam
jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi.
Reaksi yang berorde nol dapat dijelaskan juga seperti gambar grafik berikut :
V
[X]
Untuk reaksi ini jarang ditemukan. Secara matematis hukum kecepatan reaksi berorde nol
ini adalah:
V=k [ A ]0
V = k
b. Orde satu
Suatu reaksi berorde satu dapat dinyatakan dengan:
A produk
Sehingga V=−
Δ [ A ]Δt = k [ A ]
Dalam hukum laju terintegrasi, diketahui bahwa untuk reaksi berorde satu:
dCdt
=−kC
1C
dt=−k dt
∫0
t 1dt=k∫0
tdt
ln C – ln C = - k t
lnCC0
=−Kt
C = Co e-k t
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-
tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar. Orde satu dapat
dijalaskan dengan grafik dibawah :
V
[X]
c. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi
merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipat-
tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.orde dua dapat juga
dijelaskan seperti grafik berikut :
V
[X]
Reaksi berorde dua memiliki dua tipe yaitu:
a. Reaksi umum :
A produk
Maka: V=−
Δ [ A ]Δt = k [ A ]2
b. Reaksi umum:
A + B produk
Maka : V=−
Δ [ A ]Δt
=−Δ [ B ]
Δt
V=k [ A ] [ B ]
d. Orde Negatif
Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.
V
[X]
V
[X]
Dalam menentukan orde reaksi dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya
Metode Integral
Dengan metode ini, harga k dihitung dengan persamaan laju bentuk integral dari data
konsentrasi dan waktu. Misal untuk reaksi orde dua,
k orde dua =
1t
xa(a−x )
Metode Grafik
Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data
eksperimen.
Metode Laju-Awal (Cara Titrasi)
Dalam metode ini dilakukan sederet eksperimen dengan konsentrasi awal yang
berbeda-beda. Kemudian dengan membandingkan laju awal, maka dapat ditarik
kesimpulan tentang orde reaksi. Untuk reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida
dengan cara titrasi dapat dapat dibuat persamaan reaksinya yaitu:
CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH
Meskipun reaksi diatas bukan reaksi sederhana, namun ternyata reaksi tersebut
merupakan reaksi orde kedua dengan hukum laju reaksinya yaitu:
-
d [ester ]dt
=k1 [ ester ] [OH− ](1)
atau sebagai:
dxdt
=k1 [ a−x ] [ b−x ](2)
dimana:
a = konsentrasi awal ester (M)
b = konsentrasi awal ion OH- (M)
x = jumlah ester atau basa yang bereaksi (M)
k1 = tetapan laju reaksi
Persamaan (2) dapat diintergasi dengan memperhatikan konsentrasi awal yaitu:
1. Jika a = b
Bila konsentrasi kedua pereaksi sama maka persamaan (2) dapat ditulis menjadi:
dxdt
= k (a−x )2
dx(a−x )2
=k dt
1(a- x )
=k t+ tetapan
Jika x = 0, t = 0, maka tetapan =
1a
k t=1(a−x )
−1a
k t=xa (a−x )
Persamaan k 1t= x
a (a−x ) mengungkapkan bahwa aluran [ x /a( a−x ) ] terhadap t
merupakan garis lurus dengan arah lereng sama dengan k1.
2. Jika a ≠ b
dxdt
=k ( a−x )( b−x )
dx(a-x )(b-x )
=kdt
1(a−b ) [1b−x
−1a−x ] dx=k dt
(a−b )k t=ln (a−x )−ln (b−x )+tetapan
Jika x = 0, t = 0, maka tetapan = ln
ba
kt= 1( a−b )
ln b (a−x )a (b−x )
atau
ln(a−x )(b−x )
=k (a−b) t+ lnab
Menurut persamaan diatas, jika ln [(a−x )/(b−x )] dialurkan terhadap t maka akan
diperoleh garis lurus dengan arah lereng k (a-b)
V. Alat dan Bahan1. alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Botol timbang 1 buah
2. Labu volumetris 250 mL 3 buah
3.Pipet volume 25mL, 10 mL
dan 20 mL2 buah
4.Labu erlenmeyer bertutup
250 mL dan 100 mL5 buah
5. Labu erlenmeyer 250 mL 2 buah
6. Buret 50 mL 1 buah
7. Botol semprot 1 buah
8. Pipet tetes 2 buah
9. Stopwatch 1 buah
10. Gelas kimia 3 buah
11. statif 1 buah
12 klem 1 buah
13 Spatula 1 buah
14 Kaca arloji 1 buah
15 Termometer 1 buah
16 Batang pengaduk 2buah
2.Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Etil asetat p.a 5 gram
2. Larutan NaOH 0,02 M 250 mL
3. Larutan HCl 0,02 M 150 mL
4. Indikator fenolftalein Secukupnya
5. Akuades Secukupnya
6 Asam oksalat 20 mL
VI. Cara kerjaSebanyak 0,44 gram etil asetat ditimbang danalam botol timbang kemudian dilarutkan dengan aquades 250 mL. HCl standar 0,02M sebanyak 20 mL dimasukkan Kedalam 5 erlenmeyer. Larutan campuran (60mL NaOH + 40 mL etil asetat) ditambahkan pada menit ke 3, 8, 15, 25, dan 40. Indikator phenolptalein ditambahkan sebanyak 3 tetes sebelum dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan NaOH standar 0,02M.
VII. Data Pengamatan1. Standarisasi NaOH dengan Asam oksalat
Vawal Vakhir Vpemakaian Perubahan Warna2,10 20,80 18,70 Tidak Berwarna Merah muda seulas0,00 20,70 20,70
Vrata-rata 19,70
2. standarisasi HCl dengan NaOH
Vawal Vakhir Vpemakaian Perubahan Warna21,50 30,50 9,00 Tidak Berwarna Merah muda seulas30,50 39,70 9,20
Vrata-rata 9,10
3. Campuran Dititrasi
Menit ke- Vawal Vakhir Vpemakaian Perubahan warna
3 0,00 17,10 17,10 Tidak berwarna merahmuda seulas
8 17,10 34,70 17,6015 0,00 18,20 18,2025 18,20 37,00 18,8040 0,00 19,70 19,70
M botol kosong : 111,08 gram Etil asetat + botol timbang: 0,44 gram VnaOH (Vb)=60mL Vetil asetat(Va)=40mL Vcampuran(100 mL) = VnaOH (60mL) + Vetil asetat (40mL)
VIII. Perhitungan1. Pembuatan larutan
H2C2O4 0,02M 100mL
g=M . Mr . V
1000=
0,02 M .63g
mol. 100 mL
1000=0,126 gram
HCl 0,02 M 250 mLV 1 .M 1=V 2 . M2
V 1=250 mL.0,02 M
8 M=0,625 mL
NaOH 0,02M 250 mL
g=M . Mr . V
1000=
0,02 M .40g
mol.250 mL
1000=0,2 gram
Etil asetat 0,02M 250 mL
g=M . Mr . V
1000=
0,02 M .88,11g
mol.250 mL
1000=0,44 gram
2. Standarisasi NaOH dengan asam oksalatV 1 .M 1=V 2 . M2
M 1=10 mL. 0,02 M
19,70 mL=0,0203 M
3. Standarisasi HCl dengan NaOH 0,02 M 10 mLV 1 .M 1=V 2 . M2
M 1=10 mL. 0,0203 M
9,10 mL=0,0223 M
4. VNaOH yang bereaksi dengan asam oksalatV x=V b−¿
Pada t = 3 menit
V x=60mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]
−17,10mL) .100mL10mL
¿60 mL−(21,9704−17,10 mL ) . 10
¿60 mL−4,8704 .10¿60 mL−48,704V x=¿11,296 mL
Pada t = 8 menit
V x=60 mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]
−17,60 mL) .100 mL10 mL
¿60 mL−(21,9704−17,60 mL ) . 10¿60 mL−4,3704 .10¿60 mL−43,704V x=¿16,296 mL
Pada t = 15 menit
V x=60 mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]
−18,20 mL) .100 mL10 mL
¿60 mL−(21,9704−18,20 mL ) . 10¿60 mL−3,7704 . 10¿60 mL−37,704V x=¿22,296 mL
Pada t = 25 menit
V x=60 mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]
−18,80 mL) .100 mL10 mL
¿60 mL−(21,9704−18,80 mL ) . 10¿60 mL−3,1704 . 10¿60 mL−31,704V x=¿28,296 mL
Pada t = 40 menit
V x=60 mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]
−19,70 mL) .100 mL10 mL
¿60 mL−(21,9704−19,70 mL ) . 10¿60 mL−2,2704 . 10¿60 mL−22,704V x=¿37,296 mL
5. NaOH saat bereaksi
x=[ NaOH ] . V x
V campuran
Pada t= 3 menit
x1=0,0203 M . 11,296mL100 mL
=0,2293100
=2,2930 x 10−3 M
Pada t= 8 menit
x2=0,0203 M . 16,296 mL100 mL
=0,3308 M100
=3,3080 x 10−3 M
Pada t= 15 menit
x3=0,0203 M . 22,296 mL100 mL
=0,4526100
=4,5260 x10−3 M
Pada t= 25 menit
x 4=0,0203 M . 28,296 mL100 mL
=0,5744100
=5,7440 x 10−3 M
Pada t= 40 menit
x5=0,0203 M . 37,296 mL100 mL
=0,7571100
=7,5710 x10−3 M
6. Perhitungan a dan b
a=[ etilasetat ] .V a
V Total
b=[ NaOH ] . V b
V Total
a=0,02 M .40 mL100 mL
=8 x 10−3 M b=0,0203 M . 60 mL100 mL
=1,218 x10−2 M
7. Perhitungan y
y= 1a−b
lnb (a−x )a (b−x )
y1=1
8 . 10−3 M −1,218 .10−2 Mln
1,218 .10−2 M (8 . 10−3 M−2,2930 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 .10−3 M−2,2930. 10−3 M )
y1=1
−4,18 . 10−3 Mln
(6,9511 .10−5 )(7,9096 . 10−5 )
y1=−239,2344 . ln 0,8788
y1=−239,2344 .−0,1292
y1=37,8859
y2=1
8 . 10−3 M−1,218 .10−2 Mln
1,218 .10−2 M (8 . 10−3 M−3,3080 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 .10−3 M−3,3080. 10−3 M )
y2=1
−4,18 . 10−3 Mln
(5,7149 .10−5 )(7,0976 . 10−5 )
y2=−239,2344 . ln 0,8052
y2=−239,2344 .−0,2167
y2=51,8421
y3=1
8 . 10−3 M−1,218 .10−2 Mln
1,218 .10−2 M (8 . 10−3 M−4,5260 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 .10−3 M −4,5260 . 10−3 M )
y3=1
−4,18. 10−3 Mln
(4,2313 . 10−5 )(6,1232 . 10−5 )
y3=−239,2344 . ln 0,6910
y3=−239,2344 .−0,3696
y3=88,420
y4=1
8 .10−3 M−1,218 .10−2 Mln
1,218.10−2 M ( 8 .10−3 M−5,7440 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 . 10−3 M−5,7440 . 10−3 M )
y4=1
−4,18 . 10−3 Mln
( 2,7478. 10−5 )(5,1488 . 10−5)
y4=−239,2344 . ln 0,5337
y4=−239,2344 .−0,6279
y4=150,2153
y5=1
8 . 10−3 M−1,218 .10−2 Mln
1,218 .10−2 M (8 . 10−3 M−7,5710 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 .10−3 M −7,5710 .10−3 M )
y5=1
−4,18. 10−3 Mln
(5,22522 .10−5 )(3,6872 .10−5 )
y5=−239,2344 . ln 0,1417
y5=−239,2344 .−0,1,9540
y5=467,4648
8. Tabel hasil perhitungan
T Vx (mL) X (M) YMenit Sekon3 180 11,296 2,2930 x 10-3 37,88598 480 16,296 3,3080 x 10-3 51,842115 900 22,296 4,5260 x 10-3 88,421025 1500 28,296 5,7440 x 10-3 150,215340 2400 37,296 7,5710 x 10-3 467,4640
9. Perhitungan harga ky=k .t
Maka, k= yt
k 1=37,8859
180=0,2105 m-1 s-1
k 2=51,8421
480=0,1080 m-1 s-1
k 3=88,4210
900=0,0982 m-1 s-1
k 4=150,2153
1500=0,1001 m-1 s-1
k 5=467,4640
2400=0,1948 m-1 s-1
10. Grafik s terhadap y
180 480 900 1500 24000
100
200
300
400
500
f(x) = 95.75294 x − 128.09316R² = 0.725596084177892
grafik s terhadap y
grafikLinear (grafik)
s
y
IX. Pembahasan
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung atau dapat juga dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol per liter. Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang
menyatakan naiknya laju reaksi akibat naiknya reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu
reaksi kimia pada prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi
pereaksi terhadap laju reaksinya.tumbukan efektif merupakan tumbukan yang menghasilkan
reaksi, dan energi minimum yang diperlukan supaya reaksi dapat berlangsung disebut energi
aktifasi(Ea). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui orde reaksi dan tetapan laju reaksi
yang terjadi pada reaksi penyabuan antara etil asetat (C2H5COOH) dengan ion hidroksida
(OH-). Adapun reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH
Berdasarkan reksi diatas dapat dilihat bahwa reaksi yang terlibat adalah reaksi orde 2.
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan
pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Untuk mengetahui tetapan laju reaksi pada reaksi
penyabunan tersebut, dilakukan percobaan dengan menggunakan metode titrasi yaitu titrasi
asam basa. Reaksi yang akan diamati dalam percobaan kali ini adalah reaksi penyabunan etil
asetat oleh ion hidroksida.
Langkah pertama adalah eti asetat ditimbang sebanyak 0,44 gram. Kemudian dilarutkan
dengan aquades sebanyak 250mL. Setelah didapat larutan etil asetat kemudian dilanjut
dengan pembuatan lrutan standar NaOH 0,02 M, yang kemudian di standarisasi oleh asam
oksalat tujuannya untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari NaOH. Setelah NaOH
distandarisasi kemudian disiapkan larutan HCl standar 0,02 M. Kemudian etil asetat dengan
NaOH dicampurkan dengan volume masing masing 40mL dan 60mL. 5 tabung erlenmeyer
disiapkan dan diisi larutan HCl strandar 0,02 M. Lalu ditambah larutan campuran dan lanjut
proses titrasi yg sebelumnya ditambahkan indikator fenolftalein yang berguna untuk
mendeteksi titik akhir titrasi, dimana akan terjadi perubahan warna. Proses titrasi dilakukan
pada selang waktu reaksi 5, 15, 30, 45, tujuannya untuk megetahui jumlah HCl yang telah
bereaksi dalam campuran etil asetat-NaOH pada selang waktu tersebut. Apabila terlalu lama,
maka etil asetat dalam campuran dapat menguap, sehingga volume NaOH yang didapat
dalam titrasi tidak tepat. Etil asetat memiliki sifat yang mudah menguap, sehingga proses
titrasi harus dilakukan secepat mungkin. Demikian pula saat proses memipet maupun saat
mereaksikan larutan tersebut harus dilakukan secepat mungkin agar tidak terjadi penguapan
yang dapat menurunkan volume etil asetat.
gambar 1. grafik orde 2
Dalam percobaan ini dihasil kan grafik hubungan antara y dengan s (waktu)
180 480 900 1500 24000
100
200
300
400
500
f(x) = 95.75294 x − 128.09316R² = 0.725596084177892
grafik s terhadap y
grafikLinear (grafik)
s
y
Berdasarkan grafik yg dihasilkan dan dibandingkan dengan grafik literatur reaksi orde 2
memiliki kesamaan yaitu cenderung naik maka dapat disimpulkan bahwa reaksi ini merupaka
reaksi orde 2.
Dalam percobaan ini ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi antara ion
hidroksida dengan etil asetat yaitu konsentrasi, luas permukaan, waktu serta temperatur.
Dengan bertambahnya suatu konsentrasi zat maka laju reaksinya akan semakin cepat pula,
sehingga waktu yang diperlukan pun lebih sedikit dibandingkan dengan kecilnya konsentrasi
suatu zat. Karena zat yang konsentrasinya kecil atau rendah mengandung jumlah pertikel
yang lebih sedikit, sehingga partikel-partikelnya lebih renggang dibandingkan dengan zat
yang konsentrasinya besar.
X. KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:1. reaksi yang terjadi merupakan reaksi orde 22. tetapan laju reaksi yg didapat
k 1=1,29 m-1 s-1
k 2=1,8527 m-1 s-1
k 3=0,1958 m-1 s-1
k 4=0,0792 m-1 s-1
k 5=2,2798 m-1 s-1
XI. Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1986. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press.
Castelan, G.W. 1983. Physical Chemistry. 3rd edition. Amsterdam: Addison Wesley Publishing Company
Day, R.A. Jr and Underwood,A.L. , 1986, Kimia Analisis Quantitatif, Jakarta:Erlangga.
Laidler, Keith, J., dan Meisler, John H. 1982. Physical Chemistry. California: The Benjamin/Cuming Publishing Company, Inc
Sudiarti, tety. 2015. Penuntun praktikum kimia fisika II. Bandung: UIN Bandung.