Orde Reaksi

26
I. Judul : Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan laju Reaksi II. Praktikum ke: 4 III. Tujuan Percobaan 1. Menentukan Orde Reaksi antara reaksi etil asetat oleh ion hidroksida 2. Menentukan tetapan laju reaksi nyadengan cara titrasi IV. Teori Dasar Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan, seperti Atmosfer (atm), millimeter merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun bergantung pada reaksi itu berjalan cepat atau lambat. Dapat dirumuskan sebagai berikut. Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-penggal waktu tertentu. Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan reaksi:

description

kimia fisika

Transcript of Orde Reaksi

Page 1: Orde Reaksi

I. Judul : Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan laju Reaksi

II. Praktikum ke: 4

III. Tujuan Percobaan

1. Menentukan Orde Reaksi antara reaksi etil asetat oleh ion hidroksida

2. Menentukan tetapan laju reaksi nyadengan cara titrasi

IV. Teori Dasar

Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat

dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi persatuan waktu.

Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan

konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan, seperti Atmosfer (atm), millimeter

merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan

bahkan tahun bergantung pada reaksi itu berjalan cepat atau lambat. Dapat dirumuskan

sebagai berikut.

Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak langsung

banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa setelah penggal-

penggal waktu tertentu. Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan)

menjadi hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan reaksi:

Seperi halnya contoh diatas, maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya

jumlah pereksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk

setiap satuan waktu. Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai

konsentrasi molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi menyatakan

berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap

satuan waktu. Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dalam satuan mol.dm-3.det-1 atau

mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau molaritas, merupakan satuan konsentrasi larutan.

Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau kimia. Dengan cara fisika,

penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak langsung yaitu berdasarkan sifat-sifat fisis

campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi campuran, misalnya daya hantar listrik,

tekanan (untuk reaksi gas). Adsorpsi cahaya dan lainnya. Penentuan secara kimia dilakukan

Page 2: Orde Reaksi

dengan menghentikan reaksi secara tiba-tiba (reaksi dibekukan). Setelah selang waktu

tertentu, kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode analisis kimia. Laju reaksi

dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan mengukur konsentrasi salah pereaksi atau

salah satu produk. Dengan selang waktu tertentu selama reaksi berlangsung untuk reaksi

yang berlangsung lambat, hal itu dapat dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari

campran reaksi lalu menganalisisnya. Misalnya reaksi hidrolisis etil asetat berikut in :

CH3COOC2H5 + H2O CH3COOH + C2H5OH

Etil asetat Asam asetat etanol

Reaksi itu berlangsung lambat sehingga konsentrasi asam asetat yang terbentuk dengan

mudah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu larutan basah. Cara yang lebih umum

ialah menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan secara kontinu salah satu perubahan

fisis yang menyertai reaksi, misalnya untuk reaksi yang membebaskan gas, alat dirancang

agar dapat mencatat volume gas yang terbentuk ; untuk reaksi yang diserati perubahan

warna, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan itensitas warna, untuk reaksi gas yang

disertai perubahan jumlah mol, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan tekanan gas.

Dalam laju reaksi dikenal juga laju reaksi sesat, yaitu laju reaksi rata-rata yang dihitung

dalam selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan perhitungan laju reaksi yang berlaku

dalam setiap saat. Lajureaksi juga dapat ditentukan melalui cara grafik. Laju reaksi sesaat

merupkan gradient dari kurva antara waktu dengan perubahan konsentrasi pada selang

waktu tertentu. Oleh karena itu, terdapat suatu bilangan tetap yang merupakan angka faktor

perkalian terhadap konsentrasi yang disebut sebagai tetapan laju reaksi (K). dengan

demikian, laju reaksi sesaat secara umum dapat dinyatakan sebagai :

Laju reaksi ≈ K [Konsentrasi Zat]

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu :

1. Konsentrasi

Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.

Semakin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan

luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi. Semakin

banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan tumbukan

efektif semakin besar dan reaksi berlangsung lebih cepat.

Page 3: Orde Reaksi

2. Luas Permukaan

Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda dengan reaksi yang

berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi yang homogen, campuran zatnya

bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia

karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan satu sama lainnya. Dalam sistem

heterogen, reaksi hanya berlangsung pada bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-

bidang yang bersentuhan dari kedua fase. Reaksi kimia dapat berlangsung jika

molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu

bertumbukan. Makin halus suatu zat maka makin luas permukaannya sehingga makin

besar kemungkinan bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung.

3. Temperatur

Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah bila suhunya berubah. Laju reaksi

meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikkan suhu sebesar 100C akan

menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau tiga kali. Kenaikkan laju reaksi ini

disebabkan dengan kenaikkan suhu akan menyebabkan makin cepatnya molekul-

molekul pereaksi bergerak, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya tabrakan

antar molekul. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau

untuk menghasilkan suatu reaksi disebut energi pengaktifan kinetik.

Perumusan laju reaksi sebagai berikut:

Dimana:

Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir

Vo = laju reaksi awal to = suhu awal

4. Katalisator

Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan

menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai ternyata

tidak berubah. Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa

dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan terlibat

dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi

setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh kembali dalam jumlah yang

V t=V 0 .2

t−t0

10

Page 4: Orde Reaksi

sama. Katalisator mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya reaksi. Jalur

reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah dari pada

jalur reaksi yang biasa ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa katalisator berperan

dalam menurunkan energi aktivasi.

5. Tekanan gas

Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga letak

partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukkan. Jadi, makin besar tekanan

gas maka makin cepat reaksinya.

6. Teori tumbukan

Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju reaksi dapat dijaleaskan dengan teori

tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil tumbukan antar

partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan menghasilkan reaksi,

melainkan hanya tumbukan antar partikel yang memiliki energi cukup serta arah

tumbukan yang tepat. Tumbukan yang menghasilkan reaksi, kita sebut tumbukan

efektif. Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga

menghasilkan tumbukan efektif disebut energi pengaktifan (Ea = energi aktivasi).

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu tumbukan adalah sebagai berikut :

Jumlah partikel atau konsentrasi,

Temperatur

Luas permukaan

Menambah katalisator

Dari percobaan penentuan laju reaksi menunjukkan bahwa laju reaksi akan menurun

dengan bertambahnya waktu. Hal itu berari ada hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa

saat itu dengan laju reaksi. Umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat-

zat pereaksi. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi .

Secara umum untuk reaksi pA qB + rC

V = K[A]m[B]n

dengan, V = Laju reaksi (mol dm-3 det-1)

K = tetapan laju reaksi

m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A

n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B

Page 5: Orde Reaksi

[A] = Konsentrasi awal A (mol dm-3)

[B] = Konsentrasi awal B (mol dm-3)

Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi. Tingkat

reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak terpengaruh oleh konsentrasi pereaksi, tetapi

hanya tergantung pada harga tetapan laju reaksi (K). Pangkat konsentrasi pereaksi pada

persamaan laju reaksi disebut orde atau tingkat pereaksi. Pada reaksi diatas berorde X

terhadap A dan berorde Y terhadap B, orde reaksi keseluruhan X+Y. Jadi, jika disebut orde

reaksi maka yang dimaksud adalah orde reaksi keseluruhan. Orde reaksi juga bisa dikatakan

sebagai besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi. Orde reaksi memiliki

beberapa makna diantaranya :

a. Orde Nol

Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila perubahan

konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan terdapat dalam

jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi.

Reaksi yang berorde nol dapat dijelaskan juga seperti gambar grafik berikut :

V

[X]

Untuk reaksi ini jarang ditemukan. Secara matematis hukum kecepatan reaksi berorde nol

ini adalah:

V=k [ A ]0

V = k

b. Orde satu

Suatu reaksi berorde satu dapat dinyatakan dengan:

A produk

Sehingga V=−

Δ [ A ]Δt = k [ A ]

Page 6: Orde Reaksi

Dalam hukum laju terintegrasi, diketahui bahwa untuk reaksi berorde satu:

dCdt

=−kC

1C

dt=−k dt

∫0

t 1dt=k∫0

tdt

ln C – ln C = - k t

lnCC0

=−Kt

C = Co e-k t

Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi

berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-

tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar. Orde satu dapat

dijalaskan dengan grafik dibawah :

V

[X]

c. Orde Dua

Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi

merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipat-

tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.orde dua dapat juga

dijelaskan seperti grafik berikut :

Page 7: Orde Reaksi

V

[X]

Reaksi berorde dua memiliki dua tipe yaitu:

a. Reaksi umum :

A produk

Maka: V=−

Δ [ A ]Δt = k [ A ]2

b. Reaksi umum:

A + B produk

Maka : V=−

Δ [ A ]Δt

=−Δ [ B ]

Δt

V=k [ A ] [ B ]

d. Orde Negatif

Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.

V

[X]

V

Page 8: Orde Reaksi

[X]

Dalam menentukan orde reaksi dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya

Metode Integral

Dengan metode ini, harga k dihitung dengan persamaan laju bentuk integral dari data

konsentrasi dan waktu. Misal untuk reaksi orde dua,

k orde dua =

1t

xa(a−x )

Metode Grafik

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data

eksperimen.

Metode Laju-Awal (Cara Titrasi)

Dalam metode ini dilakukan sederet eksperimen dengan konsentrasi awal yang

berbeda-beda. Kemudian dengan membandingkan laju awal, maka dapat ditarik

kesimpulan tentang orde reaksi. Untuk reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida

dengan cara titrasi dapat dapat dibuat persamaan reaksinya yaitu:

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

Meskipun reaksi diatas bukan reaksi sederhana, namun ternyata reaksi tersebut

merupakan reaksi orde kedua dengan hukum laju reaksinya yaitu:

-

d [ester ]dt

=k1 [ ester ] [OH− ](1)

atau sebagai:

dxdt

=k1 [ a−x ] [ b−x ](2)

dimana:

a = konsentrasi awal ester (M)

b = konsentrasi awal ion OH- (M)

x = jumlah ester atau basa yang bereaksi (M)

k1 = tetapan laju reaksi

Persamaan (2) dapat diintergasi dengan memperhatikan konsentrasi awal yaitu:

1. Jika a = b

Bila konsentrasi kedua pereaksi sama maka persamaan (2) dapat ditulis menjadi:

Page 9: Orde Reaksi

dxdt

= k (a−x )2

dx(a−x )2

=k dt

1(a- x )

=k t+ tetapan

Jika x = 0, t = 0, maka tetapan =

1a

k t=1(a−x )

−1a

k t=xa (a−x )

Persamaan k 1t= x

a (a−x ) mengungkapkan bahwa aluran [ x /a( a−x ) ] terhadap t

merupakan garis lurus dengan arah lereng sama dengan k1.

2. Jika a ≠ b

dxdt

=k ( a−x )( b−x )

dx(a-x )(b-x )

=kdt

1(a−b ) [1b−x

−1a−x ] dx=k dt

(a−b )k t=ln (a−x )−ln (b−x )+tetapan

Jika x = 0, t = 0, maka tetapan = ln

ba

kt= 1( a−b )

ln b (a−x )a (b−x )

atau

ln(a−x )(b−x )

=k (a−b) t+ lnab

Menurut persamaan diatas, jika ln [(a−x )/(b−x )] dialurkan terhadap t maka akan

diperoleh garis lurus dengan arah lereng k (a-b)

Page 10: Orde Reaksi

V. Alat dan Bahan1. alat

No. Nama Alat Jumlah

1. Botol timbang 1 buah

2. Labu volumetris 250 mL 3 buah

3.Pipet volume 25mL, 10 mL

dan 20 mL2 buah

4.Labu erlenmeyer bertutup

250 mL dan 100 mL5 buah

5. Labu erlenmeyer 250 mL 2 buah

6. Buret 50 mL 1 buah

7. Botol semprot 1 buah

8. Pipet tetes 2 buah

9. Stopwatch 1 buah

10. Gelas kimia 3 buah

11. statif 1 buah

12 klem 1 buah

13 Spatula 1 buah

14 Kaca arloji 1 buah

15 Termometer 1 buah

16 Batang pengaduk 2buah

2.Bahan

No. Nama Bahan Jumlah

1. Etil asetat p.a 5 gram

2. Larutan NaOH 0,02 M 250 mL

3. Larutan HCl 0,02 M 150 mL

4. Indikator fenolftalein Secukupnya

5. Akuades Secukupnya

6 Asam oksalat 20 mL

Page 11: Orde Reaksi

VI. Cara kerjaSebanyak 0,44 gram etil asetat ditimbang danalam botol timbang kemudian dilarutkan dengan aquades 250 mL. HCl standar 0,02M sebanyak 20 mL dimasukkan Kedalam 5 erlenmeyer. Larutan campuran (60mL NaOH + 40 mL etil asetat) ditambahkan pada menit ke 3, 8, 15, 25, dan 40. Indikator phenolptalein ditambahkan sebanyak 3 tetes sebelum dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan NaOH standar 0,02M.

VII. Data Pengamatan1. Standarisasi NaOH dengan Asam oksalat

Vawal Vakhir Vpemakaian Perubahan Warna2,10 20,80 18,70 Tidak Berwarna Merah muda seulas0,00 20,70 20,70

Vrata-rata 19,70

2. standarisasi HCl dengan NaOH

Vawal Vakhir Vpemakaian Perubahan Warna21,50 30,50 9,00 Tidak Berwarna Merah muda seulas30,50 39,70 9,20

Vrata-rata 9,10

3. Campuran Dititrasi

Menit ke- Vawal Vakhir Vpemakaian Perubahan warna

3 0,00 17,10 17,10 Tidak berwarna merahmuda seulas

8 17,10 34,70 17,6015 0,00 18,20 18,2025 18,20 37,00 18,8040 0,00 19,70 19,70

M botol kosong : 111,08 gram Etil asetat + botol timbang: 0,44 gram VnaOH (Vb)=60mL Vetil asetat(Va)=40mL Vcampuran(100 mL) = VnaOH (60mL) + Vetil asetat (40mL)

Page 12: Orde Reaksi

VIII. Perhitungan1. Pembuatan larutan

H2C2O4 0,02M 100mL

g=M . Mr . V

1000=

0,02 M .63g

mol. 100 mL

1000=0,126 gram

HCl 0,02 M 250 mLV 1 .M 1=V 2 . M2

V 1=250 mL.0,02 M

8 M=0,625 mL

NaOH 0,02M 250 mL

g=M . Mr . V

1000=

0,02 M .40g

mol.250 mL

1000=0,2 gram

Etil asetat 0,02M 250 mL

g=M . Mr . V

1000=

0,02 M .88,11g

mol.250 mL

1000=0,44 gram

2. Standarisasi NaOH dengan asam oksalatV 1 .M 1=V 2 . M2

M 1=10 mL. 0,02 M

19,70 mL=0,0203 M

3. Standarisasi HCl dengan NaOH 0,02 M 10 mLV 1 .M 1=V 2 . M2

M 1=10 mL. 0,0203 M

9,10 mL=0,0223 M

4. VNaOH yang bereaksi dengan asam oksalatV x=V b−¿

Pada t = 3 menit

V x=60mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]

−17,10mL) .100mL10mL

¿60 mL−(21,9704−17,10 mL ) . 10

Page 13: Orde Reaksi

¿60 mL−4,8704 .10¿60 mL−48,704V x=¿11,296 mL

Pada t = 8 menit

V x=60 mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]

−17,60 mL) .100 mL10 mL

¿60 mL−(21,9704−17,60 mL ) . 10¿60 mL−4,3704 .10¿60 mL−43,704V x=¿16,296 mL

Pada t = 15 menit

V x=60 mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]

−18,20 mL) .100 mL10 mL

¿60 mL−(21,9704−18,20 mL ) . 10¿60 mL−3,7704 . 10¿60 mL−37,704V x=¿22,296 mL

Pada t = 25 menit

V x=60 mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]

−18,80 mL) .100 mL10 mL

¿60 mL−(21,9704−18,80 mL ) . 10¿60 mL−3,1704 . 10¿60 mL−31,704V x=¿28,296 mL

Pada t = 40 menit

V x=60 mL−( 20 [ 0,0223 ][ 0,0203 ]

−19,70 mL) .100 mL10 mL

¿60 mL−(21,9704−19,70 mL ) . 10¿60 mL−2,2704 . 10¿60 mL−22,704V x=¿37,296 mL

5. NaOH saat bereaksi

x=[ NaOH ] . V x

V campuran

Pada t= 3 menit

Page 14: Orde Reaksi

x1=0,0203 M . 11,296mL100 mL

=0,2293100

=2,2930 x 10−3 M

Pada t= 8 menit

x2=0,0203 M . 16,296 mL100 mL

=0,3308 M100

=3,3080 x 10−3 M

Pada t= 15 menit

x3=0,0203 M . 22,296 mL100 mL

=0,4526100

=4,5260 x10−3 M

Pada t= 25 menit

x 4=0,0203 M . 28,296 mL100 mL

=0,5744100

=5,7440 x 10−3 M

Pada t= 40 menit

x5=0,0203 M . 37,296 mL100 mL

=0,7571100

=7,5710 x10−3 M

6. Perhitungan a dan b

a=[ etilasetat ] .V a

V Total

b=[ NaOH ] . V b

V Total

a=0,02 M .40 mL100 mL

=8 x 10−3 M b=0,0203 M . 60 mL100 mL

=1,218 x10−2 M

7. Perhitungan y

y= 1a−b

lnb (a−x )a (b−x )

y1=1

8 . 10−3 M −1,218 .10−2 Mln

1,218 .10−2 M (8 . 10−3 M−2,2930 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 .10−3 M−2,2930. 10−3 M )

y1=1

−4,18 . 10−3 Mln

(6,9511 .10−5 )(7,9096 . 10−5 )

y1=−239,2344 . ln 0,8788

y1=−239,2344 .−0,1292

y1=37,8859

y2=1

8 . 10−3 M−1,218 .10−2 Mln

1,218 .10−2 M (8 . 10−3 M−3,3080 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 .10−3 M−3,3080. 10−3 M )

y2=1

−4,18 . 10−3 Mln

(5,7149 .10−5 )(7,0976 . 10−5 )

y2=−239,2344 . ln 0,8052

y2=−239,2344 .−0,2167

y2=51,8421

Page 15: Orde Reaksi

y3=1

8 . 10−3 M−1,218 .10−2 Mln

1,218 .10−2 M (8 . 10−3 M−4,5260 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 .10−3 M −4,5260 . 10−3 M )

y3=1

−4,18. 10−3 Mln

(4,2313 . 10−5 )(6,1232 . 10−5 )

y3=−239,2344 . ln 0,6910

y3=−239,2344 .−0,3696

y3=88,420

y4=1

8 .10−3 M−1,218 .10−2 Mln

1,218.10−2 M ( 8 .10−3 M−5,7440 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 . 10−3 M−5,7440 . 10−3 M )

y4=1

−4,18 . 10−3 Mln

( 2,7478. 10−5 )(5,1488 . 10−5)

y4=−239,2344 . ln 0,5337

y4=−239,2344 .−0,6279

y4=150,2153

y5=1

8 . 10−3 M−1,218 .10−2 Mln

1,218 .10−2 M (8 . 10−3 M−7,5710 . 10−3 M )8 .10−3 M (1,218 .10−3 M −7,5710 .10−3 M )

y5=1

−4,18. 10−3 Mln

(5,22522 .10−5 )(3,6872 .10−5 )

y5=−239,2344 . ln 0,1417

y5=−239,2344 .−0,1,9540

y5=467,4648

8. Tabel hasil perhitungan

T Vx (mL) X (M) YMenit Sekon3 180 11,296 2,2930 x 10-3 37,88598 480 16,296 3,3080 x 10-3 51,842115 900 22,296 4,5260 x 10-3 88,421025 1500 28,296 5,7440 x 10-3 150,215340 2400 37,296 7,5710 x 10-3 467,4640

9. Perhitungan harga ky=k .t

Maka, k= yt

k 1=37,8859

180=0,2105 m-1 s-1

Page 16: Orde Reaksi

k 2=51,8421

480=0,1080 m-1 s-1

k 3=88,4210

900=0,0982 m-1 s-1

k 4=150,2153

1500=0,1001 m-1 s-1

k 5=467,4640

2400=0,1948 m-1 s-1

10. Grafik s terhadap y

180 480 900 1500 24000

100

200

300

400

500

f(x) = 95.75294 x − 128.09316R² = 0.725596084177892

grafik s terhadap y

grafikLinear (grafik)

s

y

IX. Pembahasan

Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung atau dapat juga dinyatakan

sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. Konsentrasi

biasanya dinyatakan dalam mol per liter. Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang

menyatakan naiknya laju reaksi akibat naiknya reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu

reaksi kimia pada prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi

pereaksi terhadap laju reaksinya.tumbukan efektif merupakan tumbukan yang menghasilkan

reaksi, dan energi minimum yang diperlukan supaya reaksi dapat berlangsung disebut energi

Page 17: Orde Reaksi

aktifasi(Ea). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui orde reaksi dan tetapan laju reaksi

yang terjadi pada reaksi penyabuan antara etil asetat (C2H5COOH) dengan ion hidroksida

(OH-). Adapun reaksi yang terjadi adalah:

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

Berdasarkan reksi diatas dapat dilihat bahwa reaksi yang terlibat adalah reaksi orde 2.

Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan

pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Untuk mengetahui tetapan laju reaksi pada reaksi

penyabunan tersebut, dilakukan percobaan dengan menggunakan metode titrasi yaitu titrasi

asam basa. Reaksi yang akan diamati dalam percobaan kali ini adalah reaksi penyabunan etil

asetat oleh ion hidroksida.

Langkah pertama adalah eti asetat ditimbang sebanyak 0,44 gram. Kemudian dilarutkan

dengan aquades sebanyak 250mL. Setelah didapat larutan etil asetat kemudian dilanjut

dengan pembuatan lrutan standar NaOH 0,02 M, yang kemudian di standarisasi oleh asam

oksalat tujuannya untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari NaOH. Setelah NaOH

distandarisasi kemudian disiapkan larutan HCl standar 0,02 M. Kemudian etil asetat dengan

NaOH dicampurkan dengan volume masing masing 40mL dan 60mL. 5 tabung erlenmeyer

disiapkan dan diisi larutan HCl strandar 0,02 M. Lalu ditambah larutan campuran dan lanjut

proses titrasi yg sebelumnya ditambahkan indikator fenolftalein yang berguna untuk

mendeteksi titik akhir titrasi, dimana akan terjadi perubahan warna. Proses titrasi dilakukan

pada selang waktu reaksi 5, 15, 30, 45, tujuannya untuk megetahui jumlah HCl yang telah

bereaksi dalam campuran etil asetat-NaOH pada selang waktu tersebut. Apabila terlalu lama,

maka etil asetat dalam campuran dapat menguap, sehingga volume NaOH yang didapat

dalam titrasi tidak tepat. Etil asetat memiliki sifat yang mudah menguap, sehingga proses

titrasi harus dilakukan secepat mungkin. Demikian pula saat proses memipet maupun saat

mereaksikan larutan tersebut harus dilakukan secepat mungkin agar tidak terjadi penguapan

yang dapat menurunkan volume etil asetat.

Page 18: Orde Reaksi

gambar 1. grafik orde 2

Dalam percobaan ini dihasil kan grafik hubungan antara y dengan s (waktu)

180 480 900 1500 24000

100

200

300

400

500

f(x) = 95.75294 x − 128.09316R² = 0.725596084177892

grafik s terhadap y

grafikLinear (grafik)

s

y

Berdasarkan grafik yg dihasilkan dan dibandingkan dengan grafik literatur reaksi orde 2

memiliki kesamaan yaitu cenderung naik maka dapat disimpulkan bahwa reaksi ini merupaka

reaksi orde 2.

Dalam percobaan ini ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi antara ion

hidroksida dengan etil asetat yaitu konsentrasi, luas permukaan, waktu serta temperatur.

Dengan bertambahnya suatu konsentrasi zat maka laju reaksinya akan semakin cepat pula,

sehingga waktu yang diperlukan pun lebih sedikit dibandingkan dengan kecilnya konsentrasi

suatu zat. Karena zat yang konsentrasinya kecil atau rendah mengandung jumlah pertikel

yang lebih sedikit, sehingga partikel-partikelnya lebih renggang dibandingkan dengan zat

yang konsentrasinya besar.

Page 19: Orde Reaksi

X. KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:1. reaksi yang terjadi merupakan reaksi orde 22. tetapan laju reaksi yg didapat

k 1=1,29 m-1 s-1

k 2=1,8527 m-1 s-1

k 3=0,1958 m-1 s-1

k 4=0,0792 m-1 s-1

k 5=2,2798 m-1 s-1

XI. Daftar Pustaka

Atkins, P.W. 1986. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press.

Castelan, G.W. 1983. Physical Chemistry. 3rd edition. Amsterdam: Addison Wesley Publishing Company

Day, R.A. Jr and Underwood,A.L. , 1986, Kimia Analisis Quantitatif, Jakarta:Erlangga.

Laidler, Keith, J., dan Meisler, John H. 1982. Physical Chemistry. California: The Benjamin/Cuming Publishing Company, Inc

Sudiarti, tety. 2015. Penuntun praktikum kimia fisika II. Bandung: UIN Bandung.