Lap Orde Dan Laju Reaksi

31
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA III PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Oleh: Nama : Dewa Ayu Wisma Yanti NIM : 1008105020 Kelompok : 1 Tanggal Praktikum : 17 Oktober 2012

Transcript of Lap Orde Dan Laju Reaksi

Page 1: Lap Orde Dan Laju Reaksi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA III

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI

Oleh:

Nama : Dewa Ayu Wisma Yanti

NIM : 1008105020

Kelompok : 1

Tanggal Praktikum : 17 Oktober 2012

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: Lap Orde Dan Laju Reaksi

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI

I. TUJUAN

Dalam percobaan ini akan ditunjukkan bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion

hidroksida. Reaksinya :

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

adalah orde kedua. Disamping itu akan ditentukan pula tetapan laju reaksinya.

Penentuan ini dilakukan dengan cara titrasi.

II. DASAR TEORI

Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang

berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam

reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Perkaratan besi merupakan contoh reaksi

kimia yang berlangsung lambat, sedangkan peledakan mesiu atau kembang api adalah

contoh reaksi yang cepat. Laju reaksi dipelajari oleh cabang ilmu kimia yang

disebut kinetika kimia.

Untuk reaksi kimia :

dengan a, b, p, dan q adalah koefisien reaksi, dan A, B, P, dan Q adalah zat-zat yang

terlibat dalam reaksi, laju reaksi dalam suatu sistem tertutup adalah

dimana [A], [B], [P], dan [Q] menyatakan konsentrasi zat-zat tersebut.

Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

A. Luas permukaan sentuh

Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak,

sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin

Page 3: Lap Orde Dan Laju Reaksi

kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi

antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang

direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka

semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar

kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

B. Suhu

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada

suatu reaksi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin

aktif bergerak, sehingga tumbukanyang terjadi semakin sering, menyebabkan laju

reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin

tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.

C. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu,

tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis

berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis

memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada

suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis

menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis

mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

D. Molaritas

Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut.

Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat,

maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang

rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi.

E. Konsentrasi

Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka

dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin

tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan

demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan

reaksi meningkat.

Page 4: Lap Orde Dan Laju Reaksi

Persamaan Laju Reaksi

hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah

dengan:

V = Laju reaksi

k = Konstanta laju reaksi

m = Orde reaksi zat A

n = Orde reaksi zat B

Orde reaksi zat A dan zat B hanya bisa ditentukan melalui percobaan.

Dalam suatu reaksi kimia terdapat suatu Hukum Kecepatan Reaksi dimana dalam

hukum tersebut dinyatakan bahwa kecepatan suatu reaksi berhubungan dengan

konsentrasi zat-zat yang terlibat. Dalam reaksi:

aA + bB cC + dD

Untuk menghitung kecepatan reaksinya dapat digunakan rumus:

Dimana k merupakan konstanta kecepatan. Persamaan diatas dikenal dengan Hukum

Kecepatan Reaksi yang menghubungkan kecepatan suatu reaksi dengan konstanta

kecepatan dan konsentrasi reaktan. Jumlah semua pangkat yang ada pada semua

konsentrasi dalam Hukum Kecepatan Reaksi disebut Orde Reaksi. Orde reaksi ini

menggambarkan bentuk matematik dimana hasil percobaan dapat ditunjukkan dan

orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen. Jeni-jenis orde reaksi yaitu:

1. Reaksi Orde Satu

Suatu reaksi berorde satu dapat dinyatakan dengan:

A produk

Sehingga =

Dalam hukum laju terintegrasi, diketahui bahwa untuk reaksi berorde satu:

Page 5: Lap Orde Dan Laju Reaksi

ln C – ln C = - k t

C = Co e-k t

2. Reaksi Orde Dua

Reaksi berorde dua memiliki dua tipe yaitu:

a. Reaksi umum :

A produk

Maka:

= k

b. Reaksi umum:

A + B produk

Maka :

3. Reaksi Orde Nol

Untuk reaksi ini jarang ditemukan. Secara matematis hukum kecepatan reaksi berorde

nol ini adalah:

V = k

Adapun penentuan orde reaksi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Metode Integral

Dengan metode ini, harga k dihitung dengan persamaan laju bentuk integral dari

data konsentrasi dan waktu. Misal untuk reaksi orde dua,

k orde dua =

Page 6: Lap Orde Dan Laju Reaksi

b. Metode Grafik

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data

eksperimen.

c. Metode Laju-Awal

Dalam metode ini dilakukan sederet eksperimen dengan konsentrasi awal yang

berbeda-beda. Kemudian dengan membandingkan laju awal, maka dapat ditarik

kesimpulan tentang orde reaksi.

Untuk reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida dengan cara titrasi

dapat dapat dibuat persamaan reaksinya yaitu:

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

Meskipun reaksi diatas bukan reaksi sederhana, namun ternyata reaksi tersebut

merupakan reaksi orde kedua dengan hukum laju reaksinya yaitu:

- (1)

atau sebagai:

(2)

dimana:

a = konsentrasi awal ester (M)

b = konsentrasi awal ion OH- (M)

x = jumlah ester atau basa yang bereaksi (M)

k1 = tetapan laju reaksi

Persamaan (2) dapat diintergasi dengan memperhatikan konsentrasi awal yaitu:

1. Jika a = b

Bila konsentrasi kedua pereaksi sama maka persamaan (2) dapat ditulis menjadi:

Jika x = 0, t = 0, maka tetapan =

Page 7: Lap Orde Dan Laju Reaksi

Persamaan mengungkapkan bahwa aluran

terhadap t merupakan garis lurus dengan arah lereng sama dengan k1.

2. Jika a ≠ b

Jika x = 0, t = 0, maka tetapan =

atau

Menurut persamaan diatas, jika dialurkan terhadap t maka akan

diperoleh garis lurus dengan arah lereng k (a-b)

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan :

Labu volumetris 250 mL

Pipet volume 1 mL ; 10 mL dan 20 mL

Labu erlenmeyer bertutup 250 mL dan 100 mL

Labu erlenmeyer 250 mL

Buret 10 mL

Botol semprot

Pipet tetes

Page 8: Lap Orde Dan Laju Reaksi

Stopwatch

Bahan yang digunakan L

Etil asetat p.a

Larutan NaOH 0,02 M

Larutan HCl 0,02 M

Indikator fenolftalein

Akuades

IV. CARA KERJA

1. Sebanyak 0,5 mL larutan etil asetat 10,165 M dipipet ke dalam labu volumetris

250 mL lalu diencerkan sampai tanda batas untuk mendapatkan larutan etil asetat

dengan konsentrasi 0,02 M sebanyak 250 mL.

2. Larutan NaOH dengan konsentrasi tepat 0,02 M disediakan sebanyak 200 mL dan

Larutan HCl dengan konsentrasi tepat 0,02 M disediakan sebanyak 150 mL.

3. Dengan menggunakan pipet, sebanyak 100 mL larutan NaOH 0,02 M dan

100 mL etil asetat 0,02 M dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer bertutup. Sementara

itu sebanyak 20 mL larutan HCl 0,02 M dipipet ke dalam masing-masing 5

buah labu erlenmeyer lainnya.

4. Selanjutnya larutan etil asetat ditambahkan dengan cepat ke dalam larutan NaOH

dan dikocok dengan baik. Pada saat kedua larutan tersebut bercampur, stopwatch

dijalankan.

5. Lima menit setelah reaksi dimulai, 10 mL dari campuran reaksi dipipet dan

dimasukkan ke dalam salah satu labu yang berisi 20 mL larutan HCl itu dan diaduk

dengan baik. Kelebihan HCl segera dititrasi secepat mungkin dengan larutan standar

NaOH 0,02 M.

6. Pengerjaan pada no.5 dilakukan pada waktu 5, 15, 30,45 dan 60 menit setelah

waktu reaksi.

7. Sisa campuran reaksi dalam erlenmeyer bertutup dipanaskan hingga mendidih

untuk mempercepat reaksi. Konsentrasi OH− kemudian ditentukan seperti pada

pengerjaan no. 5.

Page 9: Lap Orde Dan Laju Reaksi

V. DATA PENGAMATAN

Massa piknometer awal = 11,55 gram

Massa piknometer + etil asetat = 20,37 gram

Massa etil asetat = 8,82 gram

NaOH : etil asetat = 50 mL ; 50 mL

NaOH + etil asetat : HCl = 10 mL ; 10 mL

No Waktu (menit) Volume NaOH (mL)1 5 10,002 15 10,553 30 11,004 45 11,055 60 11,106 dipanaskan 20,80

VI. DATA PERHITUNGAN

A. Pembuatan Larutan Etilasetat 0,02 M

Diketahui : Mr etil asetat = 88,00 g/mol

Massa piknometer awal = 11,55 gram

Massa piknometer + etil asetat = 20,37 gram

Massa etil asetat = 8,82 gram

Ditanya : V1 = . . . . . . . . ?

Jawab :

Mol etil asetat =

= 0,01 mol

M etilasetat dalam 1000 mL =

= 1M

V1 . M1 = V2 . M2

V1 =

Page 10: Lap Orde Dan Laju Reaksi

= = 5 mL

Jadi, volume etil asetat yang harus dipipet untuk membuat larutan etil asetat 0,02

M sebanyak 250 mL adalah 5 mL.

B. Penentuan Konsentrasi Awal dari

Larutan Etil Asetat

Diketahui : [NaOH] = 0,02 M

[HCl] = 0,02 M

V NaOH = 50 mL

V HCl = 10 mL

V NaOH titrasi = 20,80 mL

Ditanya : Konsentrasi etil asetat awal = . . . . . . .?

Jawab :

mol NaOH titrasi = [NaOH] x V NaOH titrasi

= 0,02 M x 20,80 mL

= 0,4160 mmol

mol HCl sisa = mol NaOH titrasi

= 0,4160 mmol

mol HCl total = [HCl] x V HCl

= 0,02 M x 10 mL

= 0,20 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol – 0,4160 mmol

= -0,2160 mmol

Reaksi penghentian dari reaksi etil asetat + NaOH :

OH-sisa + HCl bereaksi Cl- + H2O

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= - 0,2160 mmol

mol NaOH total = mol NaOH yang direaksikan dengan etil asetat

mol NaOH total = [NaOH] x V NaOH

= 0,02 M x 50 mL

= 1 mmol

Page 11: Lap Orde Dan Laju Reaksi

mol NaOH bereaksi = mol NaOH total - mol OH-sisa

= 1 mmol – (-0,2160) mmol mmol = 1,2160 mmol

Reaksi : etil asetat ( 50 mL) + NaOH (50 mL) Na asetat + etil OH

Sehingga mol etil asetat mula-mula = mol NaOH bereaksi

= 1,2160 mmol

mol etil asetat mula-mula = 1,2160 mmol

Volume campuran = 100 mL

Konsentrasi etil asetat mula-mula =

=

= 0,0122 M (sebagai a)

Jadi, konsentrasi etil asetat mula-mula adalah 0,0122 M

C. Harga k dari Konsentrasi OH- yang

Bereaksi pada Waktu (t)

Untuk t1 = 5 menit = 300 s

V NaOH titrasi = 10,00 mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 10,00 mL x 0,02 M

= 0,2000 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2000 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,20 mmol

= 0 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= 0 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – 0 mmol

= 1,00 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

Page 12: Lap Orde Dan Laju Reaksi

= = 0,0100 M

k1 =

=

=

=

= 1,2419 mol -1 L s-1

Untuk t2 = 15 menit = 900 s

V NaOH titrasi = 10,55mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 10,55 mL x 0,02 M

= 0,2110 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2110 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,2110 mmol

= -0,0110 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= -0,0110 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – (-0,0110) mmol

= 1,0110 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

= 0,0101 M

Page 13: Lap Orde Dan Laju Reaksi

k1 =

=

=

=

= 0,4348 mol -1 L s-

Untuk t3 = 30 menit = 1800 s

V NaOH titrasi = 11,00 mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 11,00 mL x 0,02 M

= 0,2200 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2200 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,2200 mmol

= -0,0200 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= -0,0200 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – (-0,0200) mmol

= 1,0200 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

= 0,0102 M

k1 =

Page 14: Lap Orde Dan Laju Reaksi

=

=

=

= 0,2322 mol -1 L s-

Untuk t4 = 45 menit = 2700 s

V NaOH titrasi = 11,05 mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 11,05 mL x 0,02 M

= 0,2210 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2210 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,2210 mmol

= -0,0210 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= -0,0210 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – (-0,0210) mmol

= 1,0210 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

= 0,0102 M

k1 =

=

=

Page 15: Lap Orde Dan Laju Reaksi

=

= 0,1548 mol -1 L s-

Untuk t4 = 60 menit = 3600 s

V NaOH titrasi = 11,10 mL

mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]

= 11,10 mL x 0,02 M

= 0,2220 mmol

mol HCl sisa = mol OH-titrasi

= 0,2220 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa

= 0,20 mmol - 0,2220 mmol

= -0,0220 mmol

mol OH-sisa = mol HCl bereaksi

= -0,0220 mmol

mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-

sisa

= 1 mmol – (-0,0220) mmol

= 1,0220 mmol

x (konsentrasi OH- bereaksi) =

=

= 0,0102 M

k1 =

=

=

=

= 0,1161 mol -1 L s-1

Page 16: Lap Orde Dan Laju Reaksi

D. Tabel yang berisi harga dengan

waktuDimana : a = b = 0,01220

T

(menit)x

5 0,0100 M 372,5782

15 0,0101 M 394,2233

30 0,0102 M 98,0392

45 0,0102 M 98,0392

60 0,0102 M 98,0392

E. Menghitung harga k rata-rata

krata-rata =

= = 0,43596 L /mol.s

V. PEMBAHASAN

Pada percobaan penetapan orde reaksi dan tetapan laju reaksi ini bertujuan untuk

mengetahui orde reaksi dan tetapan laju reaksi yang terjadi pada reaksi penyabunan

antara etil asetat (C2H5COOH) dengan ion hidroksida (OH-). Adapun reaksi yang

terjadi adalah:

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

Dari reaksi diatas, dapat diketahui bahwa reaksi yang terlibat adalah reaksi orde 2.

Sedangkan untuk mengetahui tetapan laju reaksi pada reaksi penyabunan tersebut,

dilakukan percobaan dengan menggunakan metode analisis volumetri yaitu metode

titrasi. Sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu dibuat larutan etil asetat dengan

cara mengencerkan sebanyak 5 mL etil asetat 99,5% dalam labu ukur 250 mL sampai

tanda batas, sehingga diperoleh larutan etil asetat 0,02 M. Selain larutan etil asetat

0,02 M, juga digunakan larutan NaOH 0,02 M serta larutan HCl 0,02 M.

Page 17: Lap Orde Dan Laju Reaksi

Adapun dalam percobaan ini, konsentrasi awal etil asetat dengan konsentrasi awal

NaOH sama (a = b). Dalam percobaan ini reaksi yang akan diamati adalah reaksi

penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida.

Mula-mula larutan etil asetat 0,02 M direaksikan dengan larutan NaOH 0,02 M

masing-masing sebanyak 50 mL. Larutan etil asetat dibiarkan bereaksi dengan larutan

NaOH selama selang waktu 5 menit, 15 menit, 30 menit, 45menit dan 60 menit

setelah pencampuran. Selama selang waktu tersebut, etil asetat akan bereaksi dengan

NaOH, dan selanjutnya setelah selang waktu yang ditentukan, NaOH yang tersisa

dalam campuran direaksikan dengan larutan HCl 0,02 M. Setelah sisa NaOH dalam

campuran dinetralkan oleh larutan HCl, maka kelebihan HCl dititrasi dengan

menngunakan basa kuat yaitu larutan NaOH 0,02. Larutan NaOH bertindak sebagai

titran, sedangkan campuran yang mengandung sisa HCl sebagai titrat. Dalam proses

titrasi ditambahkan indikator fenolftalein yang berguna untuk mendeteksi titik akhir

titrasi, dimana akan terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.

Indikator fenolftalein ini merupakan jenis asam diprotik dan tidak berwarna. Saat

direaksikan, fenolftalein terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan

kemudian, dengan menghilangnya proton kedua dari indikator ini menjadi ion

terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda.

Selain prosedur diatas, dilakukan pula pemanasan pada campuran etil asetat-NaOH

setelah selang waktu 60 menit untuk waktu tak terhingga. Proses pemanasan ini

bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga reaksi penyabunan cepat selesai. Etil

asetat memiliki sifat yang mudah menguap, sehingga proses titrasi harus dilakukan

secepat mungkin. Demikian pula saat proses memipet maupun saat mereaksikan

larutan tersebut harus dilakukan secepat mungkin agar tidak terjadi penguapan yang

dapat menurunkan volume etil asetat.

Dari proses titrasi diperoleh volume larutan NaOH 0,02 M yang diperlukan untuk

menetralkan sisa HCl dalam campuran. Adapun volume NaOH yang diperlukan

untuk menetralkan sisa HCl selama selang waktu reaksi 5, 15, 30,45, 60 menit serta

setelah pemanasan (waktu tak terhingga) secara berturut-turut adalah 10,00 mL ;

10,55 mL ; 11,00 mL ; 11,05 mL ; 11,10 mL dan 20,80 mL. Kondisi ini menunjukkan

bahwa semakin banyak sisa asam (HCl) dalam campuran maka volume NaOH yang

Page 18: Lap Orde Dan Laju Reaksi

diperlukan untuk menetralkan asam tersebut juga semakin banyak, demikian pula

sebaliknya.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan data yang telah diperoleh, maka

diketahui bahwa konsentrasi etil asetat mula-mula yang akan bereaksi dengan NaOH

adalah sebesar 0,0122 M M. Nilai ini merupakan nilai a yang akan digunakan dalam

perhitungan selanjutnya, dimana nilai a = b. Dari perhitungan selanjutnya, diperoleh

nilai x (konsentrasi OH- bereaksi) selama selang waktu yang ditentukan yaitu

berturut-turut sebesar untuk t= 300 s yaitu 0,0100 M; t= 900 s yaitu 0,0101 M; t=

1800s yaitu 0,0102 M dan t=2700s yaitu 0,0102 M dan t=3600s yaitu 0,0102 M. Dari

nilai x ini dapat dihitung tetapan laju reaksi (k) yang merupakan jumlah molar (M)

konsentrasi ion OH− yang bereaksi pada waktu t. Adapun nilai tetapan k ini dihitung

dengan menggunakan persamaan : k =

Dari persamaan ini diperoleh nilai tetapan k untuk waktu 5; 15; 30; 45 dan 60 menit

secara berturut-turut adalah sebesar 1,2419 ; 0,4348 ; 0,2322 ; 0,1548 dan 0,1161 mol -1 L s-1. Sehingga diperoleh nilai tetapan k rata-rata sebesar 0,4344 mol -1 L s-1. Dari

perhitungan, juga diperoleh harga .

Dimana : a = b = 0,01220

T

(menit)x

5 0,0100 M 372,5782

15 0,0101 M 394,2233

30 0,0102 M 98,0392

45 0,0102 M 98,0392

60 0,0102 M 98,0392

Harga yang nantinya dipergunakan untuk membuat grafik hubungan antara

(sebagai ordinat) terhadap waktu (sebagai absis) seperti yang terlihat

dibawah ini.

Grafik sebagai ordinat dan t (waktu) sebagai absis.

Page 19: Lap Orde Dan Laju Reaksi

Dari rgafif tersebut dapat dijelaskan bahwa reaksi antara etil asetat dengan ion

hidroksida merupakan reaksi yang berorde dua. Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi laju reaksi antara ion hidroksida dengan etil asetat yaitu konsentrasi,

luas permukaan, teori tumbukan, waktu serta temperatur. Jika konsentrasi suatu zat

besar maka laju reaksi nya semakin cepat, karena semankin banyak nya partikel-

partikel yang bertumbukan. Selain itu luas permukaan juga mempengaruhi, semakin

besar luas permukaan nya, maka akan semakin cepat reaksi berlangsung. Selain itu

kenaikan temperatu juga berpengaruh. Semakin tinggi temperature nya, maka

semakin cepat reaksi berlangsung karena dapat mengaktifkan energy akivasinya.

VI. KESIMPULAN

Page 20: Lap Orde Dan Laju Reaksi

1. Penentuan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida dapat

dilakukan dengan metode analisis volumetri yaitu metode titrasi.

2. Reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida:

CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH

merupakan reaksi orde kedua.

3. Keadaan awal dari reaksi penyabunan ini adalah a = b, karena konsentrasi

larutan etil asetat dan larutan NaOH sama yaitu 0,02 M.

4. Konsentrasi awal etil asetat sebesar 0,0122 M.

5. Nilai x (konsentrasi OH- bereaksi) selama selang waktu yang ditentukan yaitu

berturut-turut sebesar untuk t= 300 s yaitu 0,0100 M; t= 900 s yaitu 0,0101 M; t=

1800s yaitu 0,0102 M dan t=2700s yaitu 0,0102 M dan t=3600s yaitu 0,0102 M.

6. Nilai tetapan k untuk waktu 5; 15; 30; 45 dan 60 menit secara berturut-turut adalah

sebesar 1,2419 ; 0,4348 ; 0,2322 ; 0,1548 dan 0,1161 mol -1 L s-1.

7. Harga tetapan k rata-rata dari reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida ini

adalah 0,4344 mol -1 L s-1.

8. Dari grafik hubungan antara waktu dengan nilai adalah semakin lama

waktu yang diperlukan, dapat dijelaskan bahwa reaksi antara etil asetat dengan ion

hidroksida merupakan reaksi berorde dua.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Lap Orde Dan Laju Reaksi

Achmad, Hiskia ,2001 , Elektro Kimia dan Kinetika Kimia , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Bird, Tony, 1993, Kimia Fisika untuk Universitas, Gramedia, Jakarta.

Dogra, S.K dan S. Dogra, 1990, Kimia Fisika dan Soal-Soal, Cetakan Pertama, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Karlohadiprodjo, Irma, 1990, Kimia Fisik Jilid 1, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Keenan, CW.,1991, Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1, edisi keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tim Laboratorium Kimia Fisika, 2012, Penuntun Praktikum Kimia Fisika III, Jurusan Kimia F.MIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

LAMPIRAN

Page 22: Lap Orde Dan Laju Reaksi

A. Jawaban Pertanyaan

1. Karena harga k konstan, maka reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida

adalah reaksi orde kedua.

2. Pada suatu sistem yang dapat mengalirkan listrik (kawat atau larutan elektrolit)

akan memiliki tahanan,(resistance, R) yang mengikuti Hk. Ohm R=

Pada umumnya tahanan hanya bergantung pada temperatur dan jenis media dan

tidak tergantung pada besarnya potensial dan arus yang diberikan, tahanan seperti

ini disebut sebagai tahanan yang bersifat ohmic. Beberapa tahanan dalam

elektrokimia bersifat non-ohmic, namun untuk kemudahan dalam pendekatan maka

tahanan dalam suatu sistem elektrolit dianggap bersifat ohmic. Tahanan adalah

suatu besaran yang bersifat ekstensif : karena tahanan merupakan fungsi dari

ukuran (dan bentuk). Untuk sistem yang memiliki penampang yang seragam

(uniform) dapat berlaku tahanan jenis, (resistivity, ) yang besarnya adalah

, dengan A adalah luas area, L adalah panjang, dan R adalah tahanan. Tahanan jenis

adalah suatu besaran yang bersifat intensif. Pada sistem elektrolit lebih mudah bila

digunakan pengertian hantaran (conductance, S ) yang merupakan kebalikan

dari tahanan, dan juga hantaran jenis, (conductivity, K) yang merupakan kebalikan

dari tahanan jenis.

Hantaran jenis di rumuskan sebagai

Satuan yang digunakan:

Tahanan : Ω (ohm)

Tahanan jenis : Ω.m

Hantaran : S (siemens)

Hantaran jenis : S.m-1

3. Agar tidak menguap, jika ditunda maka tutup labu ukur dengan aluminium foil atau

penutupnya.

4. Cara penentuan orde dari suatu reaksi kimia antara lain:

Metode Integral

Page 23: Lap Orde Dan Laju Reaksi

Dengan metode ini, harga k dihitung dengan persamaan laju bentuk integral

dari data konsentrasi dan waktu.

Metode Grafik

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data

eksperimen.

Metode Laju-Awal

Dalam metode ini dilakukan sederet eksperimen dengan konsentrasi awal yang

berbeda-beda. Kemudian dengan membandingkan laju awal, maka dapat ditarik

kesimpulan tentang orde reaksi.

5. Energi pengaktifan merupakan energi minimum yang harus dimiliki molekul-

molekul pereaksi agar menghasilkan reaksi jika saling bertabrakan. Penentuan

energi pengaktifkan secara eksperimen umumnya hampir sama dengan penentuan

tetapan laju reaksi pada suhu tertentu. Dari data tetapan laju yang diperoleh akan

didapatkan nilai energi pengaktifannya dengan persamaan berikut.