Optimisasi Ekonomi

13
OPTIMISASI EKONOMI Optimisasi ekonomi merupakan suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimal dalam perekonomian, khususnya perusahaan (nilai efektif yang dapat dicapai). Di dalam Optimisasi Ekonomi kami akan menerangkan tentang : Maksimisasi Nilai Perusahaan Metode penyajian Hubungan-hubungan Ekonomi Marginal Sebagai Derifatif Fungsi Memaksimalkan dan Meminimalkan fungsi A. Maksimisasi Nilai Perusahaan Dalam ekonomi manajerial, tujuan pokok manajemen adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan mencakup factor-faktor penentu penerimaan, biaya dan tingkat diskonto (discount rate) untuk setiap tahun pada masa yang akan datang. Penerimaan total (TR) suatu perusahaan secara langsung ditentukan oleh jumlah produk yang terjual dan harga jual. Ini berarti TR = P (harga produk) x Q (kuantitas). Dalam pembuatan keputusan , hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah factor-faktor yang mempengaruhi harga dan kuantitasnya. Faktor-faktor tersebut meliputi : Pemilihan prooduk yang dirancang oleh perusahaan Pengolahan prduk Strategi periklanan Kebijakan harga Sifat persaingannya Bentuk perekonomian

description

Optimisasi Ekonomi

Transcript of Optimisasi Ekonomi

  • OPTIMISASI EKONOMI

    Optimisasi ekonomi merupakan suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau

    optimal dalam perekonomian, khususnya perusahaan (nilai efektif yang dapat dicapai).

    Di dalam Optimisasi Ekonomi kami akan menerangkan tentang :

    Maksimisasi Nilai Perusahaan

    Metode penyajian Hubungan-hubungan Ekonomi

    Marginal Sebagai Derifatif Fungsi

    Memaksimalkan dan Meminimalkan fungsi

    A. Maksimisasi Nilai Perusahaan

    Dalam ekonomi manajerial, tujuan pokok manajemen adalah memaksimumkan

    nilai perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan mencakup factor-faktor penentu

    penerimaan, biaya dan tingkat diskonto (discount rate) untuk setiap tahun pada masa

    yang akan datang. Penerimaan total (TR) suatu perusahaan secara langsung ditentukan

    oleh jumlah produk yang terjual dan harga jual. Ini berarti TR = P (harga produk) x Q

    (kuantitas).

    Dalam pembuatan keputusan , hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah

    factor-faktor yang mempengaruhi harga dan kuantitasnya. Faktor-faktor tersebut

    meliputi :

    Pemilihan prooduk yang dirancang oleh perusahaan

    Pengolahan prduk

    Strategi periklanan

    Kebijakan harga

    Sifat persaingannya

    Bentuk perekonomian

  • Dari factor-faktor diatas hubungan antara penerimaan tersebut mencakup baik

    pertimbangan-pertimbangan permintaan maupun penawaran. Hubungan-hubungan

    biaya dalam proses produksi suatu perusahaan juga kompleks. Analisis biaya

    memerlukan penelaan system-sistem produksi alterntif, pemilihan teknologi,

    kemungkinan input yang digunakan termasuk tingkat diskonto, jenis produk (product

    mix), asset-aset fisik dan struktur keuangan suatu perusahaan.

    Untuk membuat tindakan yang optimal , maka keputusan berkenaan dengan

    pemasaran, produksi dan keuangan termasuk dengan sumberdaya manusia , distribusi

    produk dan lain-lain yang terpadu dimana setiap tindakan akan mempengaruhi seluruh

    bagian dari perusahaan. Teori ekonomi perusahaan memberikan dasar bagi keterpaduan

    dan prinsip-prinsip analisis ekonomi yang membuat setiap orang mampu untuk

    menganalisis keterkaitan tersebut.

    B. Metode Penyajian Hubungan Ekonomi

    Hubungan ekonomi seringkali disajikan dalam bentuk persamaan, table dan grafik.

    Tetapi jika hubungan nya kompleks maka model persamaan diperlukan agar seseorang

    bisa menggunakan alat analisis matematis dan simulasi computer dalam memecahkan

    masalah tersebut.

    1. Model persamaan

    Perhatikan hubungan antara jumlah produk yang terjual (Q) dengan

    penerimaan total (TR). Dengan menggunakan notasi fungsional kita bisa

    menunjukan hubungan tersebut sebagai berikut :

    TR = f(Q)

    Persamaan diatas dibaca penerimaan total (TR) merupakan fungsi dari

    jumlah produk yang terjual Suatu hubungan fungsional yang lebih khusus

    diberikan oleh persamaan :

    TR = P X Q

  • Diatas P menunjukan harga tiap unit yang terjual dan hubungan antara

    variable dependen dengan variable independen ditetapkan secara tepat.

    TR = Rp 125 X Q

    2. Model Tabel dan Grafik

    Model table dan grafik sering digunakan untuk menyajikan

    hubungan-hubungan ekonomi.

    Hubungan Antara TR dengan

    Dengan Jumlah Unit yang terjual Q

    TR = 125 X Q

    Jumlah unit yang terjual Total Revenue (TR)

    1 125

    2 250

    3 375

    4 500

    5 625

    6 750

  • C. Hubungan Antara Nilai Total, Rata-Rata, dan Marginal

    Hubungan Antara Nilai Total, Rata-Rata, dan Marginal sangat berguna dalam analisis

    optimisasi.

    Hubungan Marginal adalah perubahan variable dependen dari suatu fungsi yang

    disebabkan oleh perubahan salah satu variable independen sebesar satu unit.

    Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan nilai dari variabel-variabel

    independen yang bisa mengoptimalkan fungsi tujuan dari para pembuat keputusan.

    1. Hubungan Nilai Total dengan Marginal

    Unit output terjual

    (Q)

    Laba Total Laba Marginal Laba Rata-Rata

    0 0 - -

    1 19 19 19

    2 52 33 26

    3 93 41 31

    4 136 43 34

  • Hubungan antara nilai marginal dengan nilai total dalam analisis

    pengambilan keputusan berperan penting karena jika nilai marginal tersebut

    positif maka nilai total akan meningkat, dan jika nilai marginal tersebut negative

    maka nilai total akan menurun.Maksimisasi fungsi laba, atau fungsi apa saja,

    terjadi pada titik dimana hubungan marginal bergeseser dari positif ke negative.

    2. Hubungan antara nilai rata-rata dengan marginal

    Hubungan antara nilai rata-rata dengan marginal juga penting dalam

    pembuatan keputusan manajerial. Karena nilai marginal menunjukkan

    perubahan dari nilai total, maka jika nilai marginal tersebut lebih besar dari nilai

    rata-rata, pasti nilai rata-rata tersebut sedang menaik. Misalnya, jika 10 pekerja

    rata-rata menghasilkan 200 unit output perhari, dan pekerja ke 11 (tambahan)

    menghasilkan 250 unit, maka output rata-rata dari npekerja meningkat.

    3. Penggambaran hubungan antara nilai total, marginal dan rata-rata

    Slope adalah suatu ukuran kemiringan sebuah garis, dan didefinisikan

    sebagai tingginya kenaikan (penurunan) per unit sepanjang sumbu horisontal.

    Slope dari sebuah garis lurus yang melalui titik asal ditentukan dengan

    pembagian koordinat Y pada setiap titik pada garis tersebut dengan koordinat X

    yang cocok.

    Hubungan geometris antara nilai total, marginal dan rata-rata terlihat

    pada kurva 2.2b laba total naik dari titik asal menuju titik C. karena garis yang

    digambarkan bersinggungan dengan kurva laba total menjadi lebih curam jika

    titik singgung tersebut mendekati titik C, maka laba menaik sampai titik singgung

    tersebut.

    5 175 39 35

    6 210 35 35

    7 217 7 21

    8 208 -9 26

  • Selain hubungan nilai total rata-rata dan total marginal, hubungan antara

    nilai marginal dengan rata-rata juga ditunjukan pada gambar 2.2 b. Pada tingkat

    output yang rendah dimana kurva laba marginal terletak di atas kurva laba

    rata-rata, maka kurva laba rata-rata sedang menaik. Walaupun laba marginal

    mencapai titik maksimum pada output Q1 dan kemudian menurun, tapi kurva

    laba rata-rata terus meningkat sepanjang kurva laba marginal masih di atasnya

    Gambar 2.2

  • 4. Penurunan kurva total dari kurva marginal atau rata-rata

    Penurunan laba total dari kurva laba rata-rata (b). Laba total adalah laba

    rata-rata dikalikan jumlah output. Laba total yang sesuai dengan output Q1,

    misalnya adalah laba rata-rata (A) dikalikan output (Q1). Laba total tersebut sama

    dengan luas bidang segi empat OABQ1.

    Hubungan yang sama terjadi antara laba marginal dengan laba total.

    Secara geometris, laba total tersebut ditunjukan oleh daerah Y sampai kuantitas

    output yang ditentukan. Tingkat output Q1 laba total sama dengan bidang bawah

    kurva laba marginal yaitu bidang OCQ1.

    D. Pembedaan Nilai Maksimum dengan Nilai Minimum

    Masalah akan muncul jika turunan digunakan untuk menentukan nilai

    maksimum atau minimum. Turunan pertama sebuah fungsi total menunjukkan

    suatu ukuran apakah fungsi tersebut sedang menaik atau menurun pada titik

    tertentu. Agar suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum, maka fungsi tersebut

    harus tidak dalam keadaan menaik atau menurun. Oleh karena itu slopenya harus

    sama dengan nol. Namun demikian, karena nilai marginal akan menjadi nol baik

    untuk nilai maksimum maupun minimum dari suatu fungsi, maka analisis

    selanjutnya perlu untuk menentukan apakah nilai maksimum atau minimum

    tersebut telah ditemukan.

    Keadaan tersebut dilukiskan dalam Gambar 2.8 di mana tampak bahwa slope

    dari kurva laba total adalah nol, baik pada titik A maupun titik B. Namun demikian,

    titik A menunjukkan tingkat output yang meminimumkan laba, sedangkan titik B

    menunjukkan tingkat output yang memaksimumkan laba.

    Konsep turunan kedua (second-order derivative) digunakan untuk

    membedakan nilai maksimum dengan minimum dari suatu fungsi. Turunan kedua

    ini merupakan turunan dari turunan pertama. Jika laba total ditunjukkan oleh

    persamaan a bQ + cQ2 dQ3, seperti ditunjukkan Gambar 2.8, maka turunan

    pertamanya yang merupakan fungsi laba marginal adalah:

  • 232 dQcQbMdQ

    d

    (2.7)

    Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal

    (turunan persamaan 2.7) yaitu:

    dQcdQ

    dM

    dQ

    d62

    2

    2

    Gambar 2.8 Penentuan Nilai Maksimum dan Minimum Suatu Fungsi

    Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka turunan

    kedua tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut yakni slope dari

    kurva laba marginal. Kita bisa menggunakan turunan kedua tersebut untuk

    membedakan titik maksimum dan minimum. Jika turunan kedua dari sebuah fungsi

    negatif maka titik yang ditentukan adalah maksimum, demikian sebaliknya.

    Alasan dari hubungan yang terbalik tersebut bisa dilihat dari (Gambar 2.8).

    Perhatikan bahwa laba mencapai minimum pada titik A, karena laba marginal, yang

    tadinya negatif dan karena itu menyebabkan laba total turun, tiba-tiba menjadi

  • positif. Oleh karena itu slopenya positif. Keadaan yang berlawanan terjadi pada titik

    maksimum nilai laba marginal tersebut adalah positif tetapi menurun hingga suatu

    titik dimana fungsi laba total mencapai maksimum, dan negatif setelah titik

    tersebut. Oleh karena itu, fungsi marginal tersebut berslope negatif pada titik

    maksimum fungsi total.

    Sebuah contoh dengan bilangan akan memperjelas konsep ini. Misalkan

    fungsi laba total dalam Gambar 2.8 ditunjukkan oleh fungsi berikut:

    Laba total = -3.000 2.400Q + 350Q2 8,333Q3 (2.8)

    Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut:

    Laba marginal M =dQ

    d= -2.400 + 700Q 25Q2 (2.9)

    Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik dimana turunan pertama

    tersebut (laba marginal) sama dengan nol, maka:

    dQ

    d-2.400 + 700Q 25Q2 = 0 (2.10)

    Dengan menggunakan rumus abc, kita akan menemukan nilai-nilai output

    yang memenuhi persamaan 2.10 yaitu 4 dan 24. Oleh karena itu nilai-nilai tersebut

    merupakan titik-titik laba maksimum atau minimum.

    Pengujian terhadap turunan kedua dari fungsi laba total pada masing-masing

    tingkat output tersebut akan menunjukkan apakah nilai-nilai tersebut minimum

    ataukah maksimum. Turunan kedua dari fungsi laba total tersebut didapatkan

    dengan mencari turuan dari fungsi laba marginal (persamaan 2.9):

    dQ

    dM

    dQ

    d

    2

    2

    = 700 50Q

    Pada tingkat output atau Q = 4:

    2

    2

    dQ

    d = 700 50.4 = 500

  • Karena turunan kedua tersebut positif, yang menunjukkan bahwa laba

    marginal sedang menaik, maka laba total adalah minimum pada tingkat output

    sebesar 4 unit. Dengan kata lain, laba total pada tingkat output sebesar 4 sesuai

    dengan titik A pada Gambar 2.8.

    Dengan menilai turunan kedua pada tingkat output sebesar 24 unit, kita

    memperoleh.

    2

    2

    dQ

    d = 700 50 . 24 = -500

    Karena turunan kedua tersebut adalah negatif pada tingkat output sebesar

    24, yang menunjukkan bahwa laba marginal tersebut sedang menurun, maka fungsi

    laba total mencapai titik maksimum pada tingkat output sebesar 24 unit. Tingkat

    output ini sesuai dengan titik B pada Gambar 2.8.

    Penggunaan Turunan untuk Memaksimumkan Selisih Antara Dua Fungsi

    Salah satu kaidah dalam ekonomi mikro yaitu MR harus sama dengan MC

    agar laba maksimum bisa dicapai, sebenarnya timbul berdasarkan pada asas

    optimisasi kalkulus tersebut. Asas tersebut timbul dari adanya kenyataan bahwa

    jarak antara dua fungsi akan maksimum pada titik dimana slope kedua fungsi

    tersebut adalah sama. Gambar 2.9 menggambarkan titik tersebut. Disini fungsi

    penerimaan dan fungsi biaya hipotesis ditunjukkan. Laba total sama dengan TR

    dikurangi TC, dan oleh Karen aitu sama dengan jarak vertical antara kedua kurva

    tersebut pada setiap tingkat output. Jarak tersebut akan maksimum pada tingkat

    output QB dimana slope dari kurva TR dan TC tersebut sama. Karena slope kurva TR

    dan TC masing-masing menunjukkan MR dan MC, maka MR = MC.

    Alasan bahwa QB merupakan tingkat output yang memaksimumkan laba bisa

    tampak dengan memperhatikan bentuk dari kurva TR dan TC disebelah akan titik A.

    Pada titik A, TR = TC, berarti di situ terjadi titik impas (break even point), dan oleh

    karena itu titik A tersebut menunjukkan tingkat output yang menghasilkan laba

    sama dengan nol.

  • Gambar 2.9 TR, TC, dan Laba Maksimum

    Pada tingkat-tingkat output QA, TR meningkat lebih cepat dari TC dengan

    kata lain, MR > MC. Jika slope TR sama dengan slope TC, maka kedua kurva

    tersebut akan sejajar. Keadaan tersebut terjadi pada tingkat output QB. Setelah

    melampaui QB. Setelah melampaui QB slope kurva TC lebih besar slope kurva TR

    (MC > MR), maka jarak antara kedua kurva tersebut mengecil dan laba total

    menurun.

    Suatu contoh dengan angka akan memperjelas penggunaan turunan ini.

    Perhatikan fungsi-fungsi penerimaan, biaya, dan laba berikut ini. Misalkan:

    Total Revenue (TR) = 41,5Q 1,1Q2

    Total Cost (TC) = 150 + 10Q 0,52 + 0,02Q3

    Laba Total = = TR TC

    Tingkat output yang bisa memaksimumkan laba tersebut bisa diperoleh

    dengan mensubstitusikan fungsi TR dan TC kedalam fungsi laba, kemudian

    menganalisis turunan pertama dan kedua dari persamaan tersebut.

    Total Cost

    Total revenue

    Marginal Cost

    Marginal revenue

    Output (unit/t)

    Rp/t

    A

  • TR TC

    = 41,5Q 1,1Q2 (150 + 10Q 0,5Q2 + 0,02Q3)

    = 41,5Q 1,1Q2 150 10Q + 0,5Q2 0,02Q3

    = -150 + 31,5Q 0,6Q2 0,02Q3

    Laba marginal atau turunan pertama dari fungsi laba tersebut adalah: `

    206,02,15,31 QQdQ

    dM

    Dengan menentukan laba marginal sama dengan nol dan menggunakan

    rumus abc kita bisa menemukan kedua akarnya yaitu Q1 = -35 dan Q2 = + 15.

    Karena output yang negatif tidak mungkin terjadi, maka Q1 bukan merupakan

    tingkat output yang bisa digunakan.

    Suatu pengujian terhadap turunan kedua dan fungsi laba tersebut pada

    tingkat Q = 15 akan menunjukkan apakah ini merupakan titik laba maksimum atau

    titik laba minimum. Turunan kedua tersebut adalah:

    QdQ

    dM

    dQ

    d12,02,1

    2

    2

    Dengan menguji turunan tersebut pada Q = 15 menghasilkan nilai turunan

    kedua tersebut sebesar -3, oleh karena itu Q = 15 merupakan titik laba maksimum.

    Untuk melihat hubungan MR dan MC dengan maksimisasi laba perhatikan

    persamaan umum laba = TR TC. Dengan menggunakan kaidah penjumlahan

    dan selisih dari diferensiasi, maka persamaan umum laba marginal adalah:

    dQ

    dTC

    dQ

    dTR

    dQ

    dM

    Jika dTR/dQ merupakan MR, dan dTC/dQ merupakan MX, maka

    MCMRM

    Sekarang, karena maksimisasi setiap fungsi mengharuskan turunan pertama

    sama dengan nol, maka maksimisasi laba akan terjadi jika

    0 MCMRM

  • atau

    MR = MC

    Meneruskan contoh kita di muka. MR dan MC diperoleh dengan penurunan

    fungsi TR dan TC:

    QdQ

    dTRMR 2,25,41

    206,010 QQdQ

    dTCMC

    Pada tingkat output yang memaksimumkan laba, MR = MC, maka:

    MR = 41,5 2,2Q = 10 Q + 0,06Q2 = MC

    Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut, kemudian diperoleh

    -31,5 + 1,2Q + 0,06Q2 = 0

    Akhirnya diperoleh Q1 = -35 dan Q2 = 15. Hal ini menunjukkan bukti bahwa MR

    MC pada tingkat output yang menghasilkan laba maksimum.