OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

49
i OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM MEDIA KULTUR TERHADAP PERTUMBUHAN Skeletonema costatum MUH. IHSAN SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

Transcript of OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

Page 1: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

i

OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM

MEDIA KULTUR TERHADAP PERTUMBUHAN Skeletonema costatum

MUH. IHSAN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada

Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

Page 2: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI

PUPUK DALAM MEDIA KULTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN Skeletonema costatum

Nama : Muh. Ihsan

No. Stambuk : 105940 0485 10

Program Studi

: Budidaya Pereiran

Telah Diperiksa dan Disetujui

Komisi Pembimbing;

Pembimbing I, Pembimbing II,

Murni, S.Pi.,M.Si Ir. A. Khaeriyah, M.Pd.

NIDN: 0903037306 NIDN: 0926036803

Diketahui;

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program studi

Budidaya perairan,

Ir. H. M. Saleh Molla, MM Murni, S.Pi.,M.Si

NIDN: 0931126103 NIDN: 09030373046

Page 3: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI

PUPUK DALAM MEDIA KULTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN Skeletonema costatum

Nama : Muh. Ihsan

No. Stambuk : 1059-400-485-10

Program Studi : Budidaya Perairan

FAKULTAS : Pertanian

SUSUNAN KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Murni, S.Pi.,M.Si. ( )

Ketua Sidang

2. Ir. A. Khaeriyah, M.Pd. ( )

Sekretaris

3. H. Burhanuddin, S.Pi., MP ( )

Anggota

4. Dr. Abdul Haris, S.Pi.,M.Si. ( )

Anggota

Tanggal Lulus : 20 Februari 2016

Page 4: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul :

OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK

DALAM MEDIA KULTUR TERHADAP PERTUMBUHAN Skeletonema

costatum di Balai Budidaya Air Payau (BBAP), Desa Mapakalompo, Kecamatan

Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan adalah hasil

karya saya dengan bimbingan dari komisi pembimbing. Sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya orang lain yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar

pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 20 Februari 2016

Muh.Ihsan

Penulis

Page 5: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

v

HALAMANA HAK CIPTA

@Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2016

Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Di larang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh

Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar

Page 6: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

vi

RINGKASAN

Muh. Ihsan 1059400 485 10 Optimasi Pemberian Cairan Rumen Sebagai

Pupuk Dalam Media Kultur Terhadap Pertumbuhan Skeletonema costatum di

Balai Budidaya Air Payau (BBAP), Desa Mapakalompo, Kecamatan Galesong

Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Dibawah bimbingan Ibu

Murni, S.Pi., M.Si. dan Ibu Ir. A. Khaeriyah, M.Pd..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimasi pemberian cairan

rumen dalam mengetahui pertumbuhan Skeletonema costatum sedangkang

kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam

upaya pengoptimasian pemberian cairan rumen guna meningkatkan pertumbuhan

Skeletonema costatum.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016. Bertempat di Balai

Budidaya Air Payau (BBAP), Desa Mapakalompo, Kecamatan Galesong Selatan,

Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun alat dan bahan yang

digunakan yaitu toples, blower, selang dan batu aerasi, lampu TL, mikroskop,

objek glass, cover glass, gelas ukur, pipet tetes, thermometer, pH meter,

refraktometer, haemocytometer, erlenmeyer, gause, aluminium foil, Skeletonema

costatum, cairan rumen. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan

A (pemberian cairan rumen 1,5 ml/liter), B (pemberian cairan rumen 2,5 ml/liter),

C (pemberian cairan rumen 3,5 ml/liter), dan D (kontrol).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan

Skeletonema costatum berkisa rantara 171.111 - 185.555 sel/ml dengan nilai rata-

rata pertumbuhan tertinggi pada P3. Tidak terdapat perbedaan pertumbuhan

Skeletonema costatum pada setiap perlakuan.Meskipun secara statistic tidak

terdapat perbedaan nyata tetapi pada table penelitian terdapat peningkatan

pertumbuhan.

Page 7: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tangga 23 Juli 1991 di Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi

Selatan. Penulis adalah anak terakhir dari dua

bersaudara, dari pasangan Ayahanda H. Muh. Kasang

dan Ibunda Hj. Nuraida. Pada tahun 1997 penulis

bersekolah di SD Inpres Benteng II Kabupaten

Kepulauan Selayar, dan tamat pada tahu 2004. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Benteng Kabupaten

Kepulauan Selayar dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan ke SMK Negeri 1 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar dan tamat

pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi

Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Unit Pembenihan

Abalon pada Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar, Desa Mappakalompo,

Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan. Penulis juga

pernah mengikuti kuliah kerja profesi (KKP) di Kecamatan Tanete Rilau

Kabupaten Barru.

Atas berkat rahmat Allah SWT, disertai perjuangan keras dan dorongan

semangat dari orang tua, keluarga tercinta, serta kedua dosen pembimbing,

penulis akhirnya dapat menyelesaikan Studi pada tahun 2016, Penulis telah

melaksanakan penelitian di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar, Desa

Page 8: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

viii

Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi

Selatan., pada bulan September dan memilih judul“Optimasi Pemberian Cairan

Rumen Sebagai Pupuk Dalam Media Kultur Terhadap Pertumbuhan

Skeletonema costatum”.

Page 9: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

ix

KATA PENGANTAR

حِيم حْمَنِ الره ِ الره بسِْمِ اللَّه

Puji dan Syukur kehadirat Allah subhanawataala yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi. Adapun judul skripsi yakni “OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN

RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM MEDIA KULTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN Skeletonema costatum”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh

karena itu kritik atau saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis

demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini telah banyak menyita waktu, tenaga, curahan

fikiran, maupun materi dari berbagai pihak. Selanjutnya pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terimakasih

yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak memberikan

bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini selesai ditulis, khususnya kepada :

1. Bapak Ir. H. M. Saleh Molla, MM. Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar beserta stafnya.

2. Ibu Murni, S.Pi, M.Si. Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Murni, S.Pi, M.Si. sebagai pembimbing utama yang atas keikhlasan dan

keteguhan hatinya membimbing penulis.

4. Ibu Ir. A. Khaeriyah, M.Pd. sebagai pembimbing ke dua yang atas keikhlasan

dan keteguhan hatinya membimbing penulis.

Page 10: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

x

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universits

Muhammadiyah Makassar.

6. Terkhusus dan teristimewa untuk kedua orang tua dan saudara penulis, yang

telah membesarkan, membimbing, dan memenuhi segala kebutuhan Ananda

selama proses pengerjaan skripsi ini.

7. Pada teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah memberikan

semangat untuk penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberi

manfaat kepada para pembaca dan semua kalangan di masyarakat umum. Amin...

Makassar, 20 Februari 2016

Muh.Ihsan

Penulis

DAFTAR ISI

Page 11: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

HALAMAN HAK CIPTA v

RINGKASAN vi

RIWAYAT HIDUP vii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Skeletonema costatum 4

2.2. Pertumbuhan Skeletonema costatum 5

2.3. Cairan Rumen 7

2.4. Parameter Kualitas Air 10

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat 13

3.2. Alat dan Bahan 13

3.3. Prosedur Penelitian 14

3.3.1. Pembuatan Cairan Rumen 14

Page 12: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

xii

3.3.2. Penyediaan Media dan Organisme Uji 14

3.4. Rancangan Percobaan 15

3.5. Parameter Yang diamati 16

3.5.1. Pertumbuhan 16

3.5.2. Kualitas Air 17

3.6. Analisis Data 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan 18

4.2. Kualitas Air 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 23

5.2. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

Page 13: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Alat yang Digunakan Selama Penelitian 13

2. Bahan yang Digunakan Selama Penelitian 14

3. Pertumbuhan Rata-Rata Skeletonema costatum Pada Perlakuan yang

Berbeda 18

4. Kisaran Kualitas Air Media Pemeliharaan Selama Penelitian 21

Page 14: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skeletonema costatum 4

2. Layout/Tata Letak Penelitian Setelah Dilakukan Pengacakan 16

3. Pertumbuhan Rata-Rata Skeletonema costatum Pada Perlakuan yang

Berbeda 19

Page 15: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Umum Penelitian 28

2. Uji One Way ANOVA 29

3. Foto Penelitian 29

Page 16: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

24

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R dan Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau. Riau

Arora, S. P, 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi 1. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Asri, T.K. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Mikroba Rumen.

http://rismanismail2.wordpress.com/2011/05/24/mikroba-rumen-part-6/.

Diakses pada tanggal 28 Februari 2013, Makassar.

Balai Budidaya Laut Lampung. 2005. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton.

Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

Deaprtemen Kelautan dan Perikanan. Lampung.

Basya, S.,M. Nuraeni dan K. Ma’sum. 1981. Urea dan tepung gaplek sebagai

pengganti bungkil kelapa dalam makanan penguat sapi perah dara. No. 21

Bulletin. Lembaga Penelitian Peternakan IPB, Bogor.

Cahyaningsih, dkk, 2006. Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami. Departemen

kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai

Budidaya Air Payau Situbondo.

Colman B, Gehl KA. 1983. Effect of External pH on the Internal pH of Chlorella

saccharophila. J Plant Physiol.

Djarijah, A,S,Ir. Pakan Alami, (Yokyakarta, kaniusus 1995). Hartati, Sri. Kultur

Makan Alami, (Jakrta, Direktorat Jendral Perikanan dan International

Development Research Center. 1986).

Hickling CF. 1971. Fish Culture. Faber and Faber. London

Hungate R. 1966. The Rumen and its Microbes. London and New York :

Academic Press.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankto

Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kansius. Jakarta.

Lee SS, CH Kim, JK Ha, YH Moon, NJ Choi and KJ Cheng. 2002. Distribution

and Activities of Hydrolytic Enzymes in the Rumen Compartements of

Hereford Bulls Fed Alfalfa Based Diet. Asian-Aust.

Mahesti, G, 2009. Pemanfaatan Protein pada Domba Lokal Jantan Dengan Bobot

Badan dan Aras Pemberian Pakan yang Berbeda. Program Studi Magister

Page 17: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

25

Ilmu Ternak Program Pasca sarjana Fakultas Peternakan Universitas

Diponegoro, Semarang.

Masithah, E.D., Choiriyah, N. dan Prayogo. 2011. Pemanfaatan Isi Rumen Sapi

yang Difermentasikan dengan Bakteri Bacillus pumilus terhadap

Kandungan Klorofil pada Kultur Dunaliella salina. Jurnal Ilmiah

Perikanan dan Kelautan Vol. 3,No. 1, April 2011.

Mudjimin, A. 2007. Laporan Hasil Latihan Budidaya Artemia. Dinas Perikanan

Daerah Propinsi Jatim.

Nursiam, I, 2010. Buffer. Departemen Ilmu dan Teknologi Pakan. Fakultas

Peternakan Institute Pertanian Bogor.

Rocha JMS, Gracia Juan EC, Henriques MHF. 2003. Growth aspects of the

marine microalga.

Sachlan. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. UNDIP

Semarang.

Sophian, Y, 2012. Aktivitas Enzim. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi

Peternakan, Institute Pertanian Bogor.

Stell, R, G. D and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT.

Gramedia. Jakarta.

Supriyantini, E. 2013. Pengaruh Salinitas terhadap Kandungan Nutrisi

Skeletonema costatum. Buletin Oseanografi Marina Januari 2013. Vol. 2.

Sutomo. 1990. Pengaruh Salinitas dan pH Terhadap Pertumbuhan Chlorella sp.

Di dalam: Buku Panduan dan Kumpulan Abstrak Seminar Ilmiah Nasional

Lustrum VII. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.

Sutrisno, C.L. et all. 1994. Proceeding Seminar Nasional Sains dan Teknologi

Peternakan Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Ternak.

Ciawi.

Syahruddin, 1996. pH dan Konsentrasi Amonia Cairan Rumen Serta Urea Plasma

Darah Kambing Kacang Jantan Muda yang Mendapat Suplemen Berbagai

Level Sulfur dengan Ransum Basal Hijauan Lapangan.

Tillman, Allen D dkk. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta, Gajah

Mada University Press.

Page 18: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

26

Wardoyo STH. 1982. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan

Perikanan. Training Analisis Dampak Lingkungan: PPLH UNDP-PUSDI-

PSL. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Windiyani. 1985. Pengaruh Berbagai tingkat Intensitas Cahaya terhadap

Pertumbuhan Populasi Skeletonema costatum (Grev). Clev. Skripsi (tidak

dipublikasikan). Fakultas Peternakan. UNDIP.

Page 19: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang

dibudidayakan. Dalam kondisi normal di alam, keanekaragaman pakan hidup

(fitoplankton dan zooplankton) tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat

dimanfaatkan oleh setiap trofik level dengan efisien. Bagi jenis ikan kebutuhan

akan pakan tercukupi, karena ikan mempunyai daya jelajah pada spektrum yang

relatif luas. Permasalahan akan kebutuhan pakan biasanya baru muncul pada saat

organisme berada dalam lingkungan budidaya. Ketersediaan pakan sangat

bergantung pada manusia yang memelihara baik dari jumlah, jenis maupun waktu

pemberian.

Penyedian pakan alami merupakan faktor yang penting dalam menentukan

keberhasilan usaha pembenihan ikan dan udang karena berpengaruh besar pada

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan dan udang disamping penyediaan

induk. Hal ini terkait dengan pakan alami yang merupakan sumber nutrisi dalam

memenuhi kebutuhan setiap fase pertumbuhan ikan dan udang terutama pada fase

larva/benih.

Skeletonema costatum merupakan salah satu pakan alami yang banyak

digunakan dalam usaha pembenihan udang, ikan, kerangkerangan, dan kepiting.

Skeletonema costatum sangat umum digunakan sebagai pakan larva udang windu

yang dimulai sejak nauplius bermetamorfosa menjadi zoea. Skeletonema costatum

memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pakan buatan, karena memiliki enzim

autolisis sendiri sehingga mudah dicerna oleh larva dan tidak mengotori media

Page 20: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

2

budidaya. Peranan pakan alami sampai saat ini belum dapat digantikan secara

menyeluruh, berfungsi sebagai sumber protein, karbohidrat dan lemak, terutama

merupakan sumber asam lemak esensial yang sangat potensial (Supriyantini,

2013).

Skeletonema costatum merupakan salah satu diatomae euryhalin dengan

bentuk kotak yang indah dengan warna coklat keemasan. Namun waktu puncak

pertumbuhan Skeletonema costatum ini hanya satu hari. Oleh karena itu, perlu

adanya teknik kultur yang baik untuk memperpanjang waktu puncak populasinya.

Isi rumen sapi adalah salah satu limbah yang diperoleh dari rumah potong

hewan yang kaya akan nutrisi. Limbah ini sebenarnya sangat potensial bila

dimanfaatkan sebagai pupuk karena isi rumen memiliki nutrisi tinggi (Masithah et

all. 2011).

Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba)

terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen

mengandung bakteri dan protozoa (Tillman, 1991). Beberapa jenis

bakteri/mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah (a) bakteri/mikroba

lipolitik, (b) bakteri/mikroba pembentuk asam, (c) bakteri/mikroba amilolitik, (d)

bakteri/mikroba selulolitik, (e) bakteri/mikroba proteolitik (Sutrisno dkk, 1994).

Mikroba-mikroba inilah yang akan membantu pertumbuhan Skeletonema

costatum dalam pengkulturan.

Page 21: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

3

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan

cairan rumen dengan dosis yang optimal dapat meningkatkan pertumbuhan pada

kultur Skeletonema costatum. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini diharapkan

dapat menjadi tambahan informasi dalam mengaplikasikan cairan rumen sebagai

pupuk terhadap pertumbuhan Skeletonema costatum.

Page 22: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Skeletonema costatum

Menurut Sachlan (1982), klasifikasi Skeletonema costatum adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Phylum : Bacillariophyta

Class : Bacillariophyceae

Order : Centrales

Family : Coscinodiscaceae

Genus : Skeletonema

Species : Skeletonema costatum

Gambar 1. Skeletonema costatum.

Skeletonema costatum merupakan fitoplankton dari jenis diatomae yang

bersel tunggal dan ukuran sel berkisar antara 4-15 µm. Sel diatomae memiliki ciri

khas yaitu dinding selnya terdiri dari dua bagian seperti cawan petri. Dinding sel

atas yang disebut epitekal saling menutupi dinding sel bagian bawah yang disebut

hipoteka pada masing-masing tepinya. Pada setiap sel dipenuhi oleh sitoplasma.

Page 23: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

5

Dinding sel Skeletonema costatum memiliki frustula yang dapat menghasilkan

skeletal eksternal yang berbentuk silindris (cembung) dan mempunyai duri-duri

yang berfungsi sebagai penghubung pada frustula yang satu dengan yang lain

sehingga membentuk filamen (BBPBAL Lampung, 2005).

Windiyani (1985) menyatakan bahwa dinding sel Skeletonema costatum

mengandung pigmen yang terdiri dari klorofil-a, ß-karoten dan fukosantin.

Pigmen yang dominan adalah karotenoid dan diatomin. Adanya pigmen karoten

menyebabkan dinding sel berwarna coklat keemasan.

Morfologi Skeletonema costatum bersel tunggal (Uniselular), berukuran

4-6 mikron. Akan tetapi alga ini dapat membentuk urutan ranti yang terdiri dari

beberapa sel. Sel berbentuk seperti kotak dengan sitoplasma yang memenuhi sel

dan tidak memiliki alat gerak. Skeletonema costatum dinding sel yang unik karena

terdiri dari dua bagian yang bertindih (flustula) yang terbuat dari silikat, bagian

katub atas disebut epiteka dan kutup bawah disebut hipoteka. Pada bagian epiteka

terdiri dari komponen epivaf dan episingulum dan pada bagian hipoteka terdiri

dari komponen hipovaf dan hiposingulum (Clinton, 2004).

2.2. Pertumbuhan Skeletonema costatum

Pada budidaya Skeletonema costatum sangat dibutuhkan berbagai macam

senyawa organik baik senyawa unsur hara makro (Nitrogen, Fosfor, Besi, Sulfat,

magnesium, Kalsium dan kalium) dan unsur hara mikro (Tembaga, Mangan,

Seng, Boron, Molibdenum dan cobelt) untuk memberikan pertumbuhan yang

baik. Skeletonema costatum dapat memanfaatkan zat hara lebih cepat dari diatom

Page 24: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

6

lainnya dalam penyerapan nutrien sinar matahari berperan penting dalam

fotosintesis (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan

bertambah besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga

saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan

phytoplankton dalam kultur pakan alami.

Empat fase pertumbuhan Skeletonema costatum:

1. Fase Istirahat

Sesaat setelah penambahan inokulum kedalam media kultur, populasi

tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat .

Secara fisiologis phytoplankton sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein

baru. Organisme mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel

sehingga kepadatan sel belum meningkat

2. Fase Logaritmik atau Eksponensial

Fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap.

Pada kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai

maksimal.

3. Fase Stasioner

Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan

dengan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian.

Dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah phytoplankton relatif

sama atau seimbang sehingga kepadatan phytoplankton tetap.

Page 25: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

7

4. Fase Kematian

Pada fase ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah

sel menurun secara geometrik. Penurunan kepadatan phytoplankton ditandai

dengan perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi oleh temperatur, cahaya,

pH air, jumlah hara yang ada dan beberapa kondisi lingkungan yang lain.

Skeletonema costatum digunakan dihampir setiap unit pembenihan di

Indonesia, khususnya pada pembenihan udang windu. Phytoplankton ini

pertumbuhannya cepat, sehingga sudah dapat dipanen dalam waktu dua hari masa

pemeliharaan dan cocok untuk pakan larva udang windu. Di beberapa negara,

seperti Singapura Skeletonema Costatum juga digunakan sebagai pakn larva

kakap merah. Selain itu Skeletonema Costatum dapat digunakan sebagai pakan

pada budidaya biomassa Artemia.

Untuk kultur laboratorium dapat menggunakan pupuk Conway ditambah

silikat (Na2SiO3) sebanyak 5 mg/L, atau menggunakan pupuk dengan komposisi

KNO3 : 80-100 mg/L, NaH2PO4 : 10-15 mg/L, Na2SiO3 : 10-15 mg/L, FeCl3 : 5-

10 mg/L, EDTA : 5-10 mg/L. Sedangkan untuk kultur skala massal dapat

digunakan pupuk dengan komposisi Urea 60 gr/ton, NaH2PO4 8 gr/ton, Na2SiO3 6

gr/ton, FeCl3 1 gr/ton, EDTA 5 gr/ton atau TSP 15 gr/ton, Urea 30 gr/ton,

Na2SiO3 10 gr/ton, KNO3 60 gr/ton, FeCl 1 gr/ton, EDTA 3 gr/ton.

2.3. Cairan Rumen

Menurut Sophian (2012), cairan rumen merupakan limbah yang diperoleh

dari rumah potong hewan yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak

Page 26: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

8

ditangani dengan baik. Bagian cair dari isi rumen kaya akan protein, vitamin B

kompleks serta mengandung enzim-enzim hasil sintesa mikroba rumen.

Cairan rumen mengandung enzim alfa amylase, galaktosidase,

hemiselulosa dan selulosa. Rumen merupakan tabung besar untuk menyimpan dan

mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja ekstensif bakteri dan mikroba

terhadap zat-zat makanan menghasilkan produk akhir yang dapat diasimilasi.

Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dengan temperature 38-42ºC. Tekanan

osmosis pada rumen mirip dengan tekanan aliran darah, pH dipertahankan oleh

adanya absorpsi asam lemak dan amoniak. Saliva yang masuk kedalam rumen

berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan pH tetap pada 6,8.

Saliva bertipe cair, membuffer asam-asam, hasil fermentasi mikroba rumen.

Selain itu juga saliva merupakan zat pelumas dan surfactant yang membantu

didalam proses mastikasi dan ruminasi. Saliva mengandung elektrolit-elektrolit

tertentu seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, dan urea yang

mempertinggi kecepatan fermentasi mikroba. Sekresi saliva dipengaruhi oleh

bentuk fisik pakan, kandungan bahan kering, volume cairan isi perut dan stimulasi

psikologis (Nursiam, 2010).

Pemberian makanan berserat kasar rendah dan banyak mengandung

karbohidrat mudah tercerna cenderung menurunkan konsentrasi VFA dan

menurunkan pH cairan rumen, akibatnya aktivitas selulolitik menurun. Kondisi

tersebut akan merubah populasi mikroba rumen. Populasi bakteri dan protozoa

pemakai asam laktat akan berkembang lebih banyak. Jumlah protozoa terutama

ciliata adalah 105 sel/ml cairan rumen pada pakan berserat kasar tinggi, tetapi

Page 27: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

9

jumlah tersebut meningkat menjadi 106 sel/ml cairan rumen pada adaptasi

terhadap gula-gula terlarut (Asri, 2011).

Ruminansia mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengontrol pH

rumen. Rendahnya pH rumen terjadi dengan terakumulasinya asam laktat dalam

rumen. Bakteri pemakai asam laktat tidak dapat merubah cepat untuk mencegah

terjadinya akumulasi asam laktat dalam rumen. Perubahan komposisi mikroba

rumen berhubungan dengan penurunan pH rumen. Penurunan pH rumen dari 7

menjadi 5,5 secara umum berhubungandengan keterlibatan biji-bijian dalam

pakan. Pengaruhnya yaitu dapat merusak bakteri selulolitik. Di dalam kondisi

tersebut, bakteri amylolitik menjadi spesies menonjol dalam rumen. Rendahnya

pH mengurangi populasi protozoa secara drastis (Asri, 2011).

Amonia dibebaskan di dalam rumen selama proses fermentasi dalam

bentuk ion NH4 maupun dalam bentuk tak terion sebagai NH3. Amonia yang

dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikroba untuk mensintesis

protein mikroba. Bahkan ammonia yang dibebaskandari urea atau garam-garam

ammonium lain dapat digunakan untuk sintesa protein mikroba (Arora, 1989).

Hidrolisa protein menjadi asam amino diikuti oleh proses deaminasi untuk

membebaskan amonia. Kecepatan deaminasi biasanya lebih cepat daripada

proteolisis. Karenanya terdapat konsentrasi asam-asam amino dan peptida, yang

lebih besar setelah makan (Syahruddin, 1996).

Amonia yang terbentuk dalam rumen sebagian akan disalurkan ke hati

melalui pembuluh darah. Jika amonia yang terbentuk berlebihan dalam rumen dan

tidak dimanfaatkan oleh mikroorgansime rumen maka kelebihan tersebut akan

Page 28: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

10

diserap masuk pembuluh darah yang dapat menyebabkan keracunan (Basya dkk,

1981).

Apabila amonia dibebaskan dengan cepat, maka amonia diabsorpsi melalui

dinding rumen dan sangat sedikit nyang dipakai oleh bakteri. Apabila pH melebihi

7,3 maka proses penyerapan ammonia dipercepat. Sebab pembentukan ammonia

yang tak terion yang lebih mudah melewati dinding rumen. Didalam kondisi

normal, jika urea diberikan sejumlah energy yang cukup, maka pH biasanya tetap

sekitar 6,5 yang mengurangi kecepatan absorpsi amonia (Arora, 1989).

Konsentrasi amonia di dalam rumen dipengaruhi oleh kandungan protein

dalam pakan, pH rumen, kelarutan protein bahan pakan, serta waktu setelah

pemberian pakan. Sapi yang menerima pakan jerami dengan kandungan protein

rendah (5,12%) memiliki konsentrasi amonia sangat rendah yaitu 22,9%. Mikroba

rumen dapat bekerja dengan optimal untuk merombak asam amino menjadi

amonia pada kondisi pH 6-7. Sekitar 82% mikroba rumen merombak asam-asam

amino menjadi amonia yang selanjutnya digunakan untuk menyusun protein

tubuhnya. Suasana pH rumen yang asam (pH rendah) dapat menyebabkan

menurunnya aktivitas mikroba dalam rumen (Mahesti, 2009).

2.4. Parameter Kualitas Air

Suhu berperan dalam pengatur proses metabolisme organisme dalam

perairan. Suhu mempengaruhu suatu stadium daur hidup organisme dan

merupakan faktor pembatas penyebaran suatu species. Dalam mempertahankan

kelangsungan hidup dan reproduksi secara ekologis perubahan suhu menyebabkan

perbedaan komposisi dan kelimpahan Skeletonema costatum. Dalam proses aerasi,

Page 29: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

11

selain terjadi proses pemasukan gas-gas yang diperlukan dalam proses potositesis

juga akan timbul gesekan antara gelembung udara dengan moleku-molekul air

sehingga terjadi sirkulasi air. Proses sirkulasi air ini sangat penting untuk

memperthankan suhu tetap homogen serta penyebaran penyinaran dan nutrient

tetap merata. Sirkulasi juga dapat mencegah pengendapan plankton dan

menimbulkan getaran air yang menyerupai getaran di alam

(Mudjiman, 2007).

Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi

tekanan osmotik antara protoplasma sel organik dengan lingkungannya. Kadar

garam yang berubah-ubah dalam air dapat menimbulkan hambatan bagi kultur

Sekletonema costatum. Sekeltonema costatum tumbuh optimal pada salinitas

25-29 ppt (Djarijah, 1995).

Mikroalga umumnya hidup dengan baik pada pH netral (pH 7). Colman

dan Gehl (1983), menyatakan bahwa aktifitas fotosintesis akan turun menjadi

maximum 33% ketika pH turun pada 5,0. Pertumbuhan mikroalga laut jenis

Chlorella sp. sangat baik pada kisaran pH 6 - 8 dan kisaran salinitas 20 – 40 ppt

(Sutomo, 1990). Perairan yang berkondisi asam dengan pH kurang dari 6,0 dapat

menyebabkan mikroalga tidak dapat hidup dengan baik. Perairan dengan nilai pH

lebih kecil dari 4.0 merupakam perairan yang sangat asam dan dapat

menyebabkan kematian organisme air, sedangkan pH lebih dari 9.5 merupakan

perairan yang sangat basa dan dapat mengurangi produktivitas organisme air

termasuk mikroalga (Wardoyo, 1982). Air yang bersifat basa dan netral

menjadikan organisme yang hidup di dalamnya lebih produktif untuk tubuh dan

Page 30: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

12

berkembang dibandingkan dengan air yang bersifat asam (Hickling, 1971). Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian bahwa hasil pengukuran pH 7 - 8 masih

dikategorikan normal untuk kehidupan Skeletonema costatum.

Page 31: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

13

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015, bertempat di Balai

Budidaya Air Payau (BBAP), Desa Mapakalompo, Kecamatan Galesong Selatan,

Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan selama penelitian.

Nama Alat Kegunaan

Toples

Blower

Selang dan batu aerasi

Lampu TL

Mikroskop

Objek glass

Cover glass

Gelas ukur

Pipet tetes

Termometer

pH meter

Refraktometer

Haemocytometer

Erlenmeyer

Gause

Aluminium foil

Media kultur

Penyuplay oksigen di wadah penelitian

Penyuplai oksigen air

Pengganti cahaya matahari

Pengamatan dan penghitungan sample

Meletakkan objek yang akan diamati

dengan mikroskop

Penutup objek yang telah diletakkan di

atas kaca preparat

Ukur sample

Ukur pupuk

Pengukur suhu

Mengukur pH ( derajat keasaman atau

kebasaan )

Mengukur kadar/konsentrasi bahan

atau zat terlarut

Penghitung kepadatan

Untuk menampung larutan atau cairan

Penutup Erlenmeyer

Penutup Erlenmeyer

Page 32: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

14

Sedangkan bahan yang digunakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan selama penelitian.

Nama Bahan Kegunaan

Skeletonema costatum

Cairan rumen

Organisme uji

Pupuk

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Pembuatan Cairan Rumen

Isi rumen sapi diambil dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

Sungguminasa Gowa. Cairan rumen sapi diambil dari isi rumen sapi dengan cara

filtrasi (penyaringan dengan kain katun) dibawah kondisi dingin. Cairan rumen

hasil filtrasi disentrifuse dengan kecepatan 10.000 x selama 10 menit pada suhu

40C untuk memisahkan supernatan dari sel-sel dan isi sel mikroba (Lee et al.

2000).

3.3.2. Penyediaan Media dan Organisme Uji

Kultur Skeletonema costatum skala laboratorium menggunakan wadah 2

liter. Sebelum kultur dilakukan, perlengkapan yang akan digunakan harus

disterilkan, dengan mengunakan detergen kemudian dibilas dengan larutan klorin

150 ppm. Peralatan yang digunakan antara lain selang aerasi, batu aerasi dan botol

erlenmeyer.

Penggunaan air laut terlebih dahulu disterilisasikan dengan dipanaskan

atau disinari dengan lampu ultra violet (UV). Setelah itu, air laut dimasukan ke

dalam botol-botol kultur sebanyak 2.000 ml dan sebelum dimasukan bibit, terlebih

Page 33: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

15

dahulu media kultur dipupuk menggunakan cairan rumen sesuai dengan dosis

perlakuan. Setelah itu tebarkan bibit sebanyak 50.000 sel per wadah, selanjutnya

wadah ditutup kembali dengan menggunakan kapas dan aluminium foil kemudian

diberi label. Setelah itu letakkan wadah di rak kultur yang telah dilengkapi lampu

TL yang fungsinya untuk membantu proses fotosintesis dan kemudian beri aerasi

dengan kecepatan sedang.

3.4. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang dipergunakan dalam penelitian adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 4 perlakuan dan masing-

masing perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga banyaknya satuan percobaan adalah

12 unit.

Perlakuan yang akan dicobakan adalah sebagai berikut :

A : Pemberian cairan rumen 1,5 ml/liter

B : Pemberian cairan rumen 2,5 ml/liter

C : Pemberian cairan rumen 3,5 ml/liter

Page 34: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

16

Gambar 2. Layout/Tata Letak Penelitian Setelah Dilakukan Pengacakan.

3.5. Parameter yang Diamati

3.5.1. Pertumbuhan

Pertambahan kepadatan fitoplakton merupakan salah satu indikasi untuk

mengetahui laju pertumbuhan fitoplankton. Alat bantu yang sering digunakan

untuk menghitung kepadatan fitoplankton yaitu haemocytometer (Cahyaningsih,

dkk., 2006).

Setiap 24 jam sekali, dilakukan penghitungan jumlah sel mikroalga dengan

tiga kali ulangan pada setiap erlenmeyer kultur. Cara perhitungan kepadatan

dengan menggunakan haemocytometer yaitu pertama-tama sampel diambil

dengan menggunakan pipet tetes lalu di teteskan pada bagian tengah dari

permukaan haemocytometer. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak

terjadi penggelembungan udara. Selanjutnya ditutup dengan menggunakan cover

C2 A3

B1 B2

A2

C1

C3 A1 B3

Page 35: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

17

glass kemudian diamati di bawah mikroskop (perbesaran 20x10) dalam

menghitung kepadatan sel dibantu dengan alat Hand Counter. Jumlah sel/ml

dihitung dengan rumus berikut ini:

𝑛 = 𝑛1+ 𝑛2

2 x 10⁻⁴

Keterangan :

n1 : jumlah bilik hitung pertama

n2 : jumlah bilik hitung kedua

3.5.2. Kualitas Air

Kualitas air dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan Skeletonema

costatum. Parameter kualitas air yang akan diamati adalah salinitas dengan

menggunakan refraktometer, suhu menggunakan thermometer dan untuk pH air

menggunakan pHmeter. Parameter kualitas air akan diamati setiap hari pada pagi

serta sore hari dan digunakan sebagai data penunjang.

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan uji One Way

ANOVA. Jika terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan, maka dilakukan uji

lanjut beda rata-rata nilai dengan menggunakan uji Duncan (Stell and Torrie,

1995).

Page 36: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Skeletonema costatum

Berdasarkan hasil penelitian pemberian pupuk yang dicampur dengan

cairan rumen (dosis 1,5 ml/liter, 2,5 ml/liter dan 3,5 ml/liter) terhadap

pertumbuhan Skeletonema costatum diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 3

dan Gambar 3.

Tabel 3. Pertumbuhan rata-rata Skeletonema costatum pada perlakuan yang

berbeda.

Hari P1 P2 P3

0 50000 50000 50000

1 113333 113333 125000

2 208333 193333 225000

3 225000 216667 253333

4 213333 226667 240000

5 216667 233333 220000

Rata-rata 171111 172222 185555

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata Skeletonema

costatum pada penelitian ini berkisar antara 171.111 – 185.555 sel/ml.

Pertumbuhan Skeletonema costatum mengalami fluktuasi pada setiap perlakuan,

dimana nilai pertumbuhan tertinggi pada P1 (pupuk dan cairan rumen dengan

dosisi 1,5 ml/liter) terjadi pada hari ke 3 yaitu sebesar 225.000 sel/ml, sedangkan

nilai pertumbuhan tertinggi pada P2 (pupuk dan cairan rumen dengan dosis 2,5

ml/liter) terjadi pada hari ke 5 yaitu sebesar 233.333 sel/ml dan nilai pertumbuhan

tertinggi pada P3 (pupuk dan cairan rumen dengan dosis 3,5 ml/liter) terjadi pada

hari ke 3 yaitu sebesar 253.333 sel/ml.

Page 37: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

19

Analisis perbandingan pertumbuhan Skeletonema costatum dengan 4

perlakuan dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik One Way ANOVA. Nilai

signifikansi 0.930 yang berarti lebih besar dari taraf nyata 0.05 (Lampiran 2),

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan

pada setiap perlakuan.

Gambar 3. Pertumbuhan rata-rata Skeletonema costatum pada perlakuan

yang berbeda.

Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa pertumbuhan Skeletonema costatum

pada penelitian ini rata-rata berkisar antara 171.111 - 185.555 sel/ml. Nilai rata-

rata pertumbuhan tertinggi berada pada P3 (pupuk dan cairan rumen dengan dosis

3,5 ml/liter) dengan nilai sebesar 185.555 sel/ml dan nilai rata-rata pertumbuhan

terendah berada pada P1 (pupuk dan cairan rumen dengan dosis 1,5 ml/liter) yaitu

sebesar 171.111 sel/ml. Sedangkan P2 (pupuk dan cairan rumen dengan dosis 2,5

ml/liter) mencapai nilai rata-rata sebesar 172.222 sel/ml.

Hasil pengujian menunjukkan penggunaan pupuk cairan rumen (dosis 1,5

ml/liter, 2,5 ml/liter dan 3,5 ml/liter) memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

160000

165000

170000

175000

180000

185000

190000

P1 P2 P3

Per

tum

bu

han

Perlakuan

Page 38: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

20

Hal inilah yang menyebabkan cairan rumen dan laju pertumbuhan spesifik pada

masing-masing perlakuan menjadi berbeda nyata. Laju pertumbuhan spesifik

berkisar antara 171.111 - 185.555 sel/ml. Menurut Affandi dan Tang (2002)

kebutuhan energi untuk metabolisme harus dipenuhi terlebih dahulu, baru apabila

berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan.

Hasil perlakuan untuk dosis terbaik terlihat pada P3 (dengan dosis 3,5

ml/liter) dibandingkan dengan perlakuan P1 (dengan dosis 1,5 ml/liter) dan

perlakuan P2 (dengan dosis 2,5 ml/liter). Pertumbuhan perlakuan tersebut

menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan Skeletonema costatum sangan

dipengaruhi oleh pemberian dosis cairan rumen tersebut.

Pada budidaya Skeletonema costatum sangat dibutuhkan berbagai macam

senyawa organik baik senyawa unsur hara makro (Nitrogen, Fosfor, Besi, Sulfat,

magnesium, Kalsium dan kalium) dan unsur hara mikro (Tembaga, Mangan,

Seng, Boron, Molibdenum dan cobelt) untuk memberikan pertumbuhan yang

baik. Skeletonema costatum dapat memanfaatkan zat hara lebih cepat dari diatom

lainnya dalam penyerapan nutrien sinar matahari berperan penting dalam

fotosintesis (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Semua unsur yang dibutuhkan

Skeletonema costatum terdapat pada kandungan cairan rumen yang diakui sebagai

sumber enzim pendegradasi polisakarida, dimana dalam retikulo cairan rumen

terdapat mikroba rumen yang terdiri atas protozoa dan bakteri yang berfungsi

melaksanakan fermentasi untuk mensintetis asam amino, vitamin B komplek dan

vitamin K yang menjadi sumber makanan bagi hewan (Hungate, 1966).

Page 39: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

21

4.2. Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur pada media pemeliharaan selama

penelitian antara lain suhu, salinitas dan pH. Hasil pengukuran data kualitas air

selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kisaran kualitas air media pemeliharaan selama penelitian.

Parameter Kisaran Alat Ukur

Suhu (°C) 25,4-26,2 Termometer

Salinitas (ppt) 28 Refraktometer

pH 8 pH meter

Kisaran suhu selama penelitian adalah 25,4-26,2 °C. Kisaran ini sangat

mendukung pertumbuhan Skeletonema costatum. Suhu optimal dalam kultur

Skeletonema costatum adalah 25 ± 5 °C. Pendapat ini sesuai dengan (Rocha et al.

2003) yang mengatakan bahwa kisaran suhu optimal dalam proses kultur

mikroalga adalah 25 ± 5 °C.

Kisaran salinitas selama penelitian adalah 28 ppt. Kisaran ini sangat cocok

dengan pertumbuhan Skeletonema costatum, karena salinitas optimal dalam kultur

Skeletonema costatum adalah 25-29 ppt. Pendapat ini sesuai dengan (Djarijah,

1995) yang menyatakan bahwa Skeletonema costatum tumbuh optimal pada

salinitas 25-29 ppt.

Selama penelitian ini nilai pH berkisar 8. Kisaran ini dikategorikan normal

untuk kehidupan Skeletonema costatum, karena hal ini sesuai dengan penelitian

bahwa hasil pengukuran pH 7-8 masih dikategorikan normal untuk kehidupan

Skeletonema costatum, karena air yang bersifat basa dan netral menjadikan

Page 40: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

22

organisme yang hidup di dalamnya lebih produktif untuk tumbuh dan berkembang

dibandingkan dengan air yang bersifat asam (Hickling, 1971).

Page 41: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

23

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan

Skeletonema costatum berkisar antara 171.111 - 185.555 sel/ml dengan nilai rata-

rata pertumbuhan tertinggi pada P3. Tidak terdapat perbedaan pertumbuhan

Skeletonema costatum pada setiap perlakuan. Meskipun secara statistic tidak

terdapat perbedaan nyata tetapi pada table penelitian terdapat peningkatan

pertumbuhan.

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut di Balai Budidaya Air Payau (BBAP)

Galesong mengenai pertumbuhan Skeletonema costatum berdasarkan perlakuan

yang berbeda (cairan rumen dengan dosis lebih besar) sebagai bahan

perbandingan dari peneliti sebelumnya.

Page 42: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

27

LAMPIRAN

Page 43: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

Lampiran 1. Data Umum Penelitian.

Hari K P1 P2 P3

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3

0 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000

1 130000 125000 135000 115000 110000 115000 115000 125000 100000 135000 130000 110000

2 165000 175000 200000 215000 215000 195000 205000 210000 165000 225000 220000 230000

3 160000 190000 205000 230000 235000 210000 220000 210000 220000 255000 240000 265000

4 210000 225000 260000 210000 225000 205000 225000 220000 235000 240000 235000 245000

5 245000 270000 305000 225000 215000 210000 235000 225000 240000 235000 220000 205000

Jumlah sel/ml 960000 1035000 1155000 1045000 1050000 985000 1050000 1040000 1010000 1140000 1095000 1105000

Rata-rata sel/ml 160000 172500 192500 174167 175000 164167 175000 173333 168333 190000 182500 184167

Suhu (°C) 25.4 - 26.2

Salinitas (ppt) 28

pH 8

Page 44: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

29

Lampiran 2. Uji One Way ANOVA.

ANOVA

Kepadatan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.349E9 3 7.829E8 .148 .930

Within Groups 3.589E11 68 5.278E9

Total 3.613E11 71

Lampiran 3. Foto Penelitian.

(a). Wadah yang telah disterilkan.

Page 45: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

30

(b). Air laut yang digunakan untuk kultur.

(c). Mensterilkan selang aerasi.

Page 46: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

31

(d). Cairan rumen.

(e). Pemberian cairan rumen.

Page 47: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

32

(f). Penebaran Skeletonema costatum.

(g). Kultur Skeletonema costatum.

Page 48: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

33

(h). Pengecekan suhu.

(i). Menghitung salinitas.

Page 49: OPTIMASI PEMBERIAN CAIRAN RUMEN SEBAGAI PUPUK DALAM …

34

(j). Menghitung kepadatan Skeletonema costatum.