OPTIMALISASI DAN PENINDAKAN ORANG ASINGjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/Kajian 2017...

116

Transcript of OPTIMALISASI DAN PENINDAKAN ORANG ASINGjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/Kajian 2017...

OPTIMALISASI PERAN TIM PENGAWAS ORANG ASING

(TIMPORA) DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN ORANG ASING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

OPTIMALISASI PERAN TIM PENGAWAS ORANG ASING

(TIMPORA) DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN ORANG ASING

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAMKementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia

2017

OPTIMALISASI PERAN TIM PENGAWAS ORANG ASING (TIMPORA) DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN ORANG ASING

copyright©BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RIJl. HR Rasuna Said Kav. 4-5 Kuningan, Jakarta Selatan

Website: www.balitbangham.go.id

Tim Penyusun:

Pengarah : Ma’mun, Bc.IP., S.H., M.HPenanggung Jawab : Drs. Yasmon.,M.L.SKetua : Trisapto Wahyudi Agung N, S.S.,M.Si.Sekretaris : Gunawan, S.H., M.H.,Anggota : Ahmad Sanusi, S.H.,M.H.,

: Imam Lukito, S.T.,M.H.,: Haryono, S.Sos., M.H.,: Ir. I Gusti Putu Agung, M.Si.,: Yudhy Chaerudin, S.E.,M.Si.,

Sekretariat : Dade Zulaecha, A.Md.,: Windi Kumoloratih Kusumo Putri, S.E.,

Cetakan Pertama – Oktober 2017

Penata Letak: PanjibudiDesain Sampul: Panjibudi

ISBN: 978-602-6952-60-8

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta.

Pracetak oleh:Tim Pohon Cahaya

Dicetak oleh:Percetakan Pohon Cahaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan terkait pengawasan orang asing, mekanisme pengawasan dan kendala-kendala yang dihadapi Timpora pasca diberlakukannya PP Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan, menggunakan pendekatan gabungan (mix-method) yaitu kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini menggunakan data primer (primary data) yaitu data lapangan yang didapatkan dari subyek data (responden) maupun data sekunder (secondary data) yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan penelusuran kepustakaan yang berupa, data penelitian, peraturan-perundangan, teori-teori dan literatur yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama; pengawasan orang asing lebih merupakan urusan kelengkapan dokumen atau administrasi keimigrasian. Kewenangan masih didominasi oleh pejabat imigrasi, di mana instansi terkait sebatas memberikan masukan atau usulan terkait informasi orang asing. Kedua; mekanisme pengawasan administratif lebih terinci daripada pengawasan terkait keberadaan dan kegiatan orang asing. Ketiga; kendala-kendala yang ada masih terbatas pada jumlah personil, minimnya kompetensi yang

vOptimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

dimiliki anggota Timpora sehingga menjadi permasalahan ketika melakukan pemantauan, pengecekan, kegiatan intelijen. Koordinasi belum berjalan dengan baik, masih ada ego sektoral dalam pelaksanaan pengawasan. Anggaran yang minim juga menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan orang asing. Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi kepada para pemangku kepentingan guna optimalisasi pengawasan orang asing yaitu : (a) Perlu melakukan evaluasi terhadap Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan, dan melakukan pengetatan terhadap negara-negara yang banyak menimbulkan masalah; (b) Mendorong komunitas Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) untuk meningkatkan sinergitas dan koordinasi serta menghilangkan ego sektoral bagi setiap instansi baik secara formal maupun informal sekaligus meningkatkan kerjasama ditingkat pusat maupun daerah. Di samping itu dalam implementasi koordinasi serta sinergitas perlu dilakukan kegiatan operasi bersama berkaitan potensi kerawanan keberadaan, kegiatan orang asing di Indonesia;, (c) Dalam pelaksanaan pengawasan terkait keberadaan dan kegiatan orang asing agar pelaksanaannya melibatkan semua unsur dengan berkoordinasi dan komunikasi secara intensif ditingkat pusat maupun daerah;, (d) Perlu disusun standar operasional prosedur (SOP) Timpora pusat maupun daerah yang terinci memuat pembagian peran dan fungsi yang jelas antara anggota tim terkait pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing; (e) Perlu membangun database yang terintegrasi sehingga memudahkan koordinasi dalam pengawasan orang asing; dan (f) Peningkatan sumber daya manusia, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas (anggota

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

vi

Timpora merupakan PPNS atau mempunyai kemampuan intelijen dan pengawasan serta penindakan), peningkatan sarana prasarana dan ketersediaan anggaran dalam mendukung kegiatan pengawasan keberadaan orang asing.

Kata kunci: bebas visa kunjungan, imigrasi, Timpora

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

vii

viii Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

KATA SAMBUTAN

Pengawasan terhadap orang asing merupakan proses kegiatan di bidang keimigrasian yang mengumpulkan data dan informasi, menganalisa dan menentukan apakah keberadaan orang asing sejak masuknya di wilayah Indonesia dan kegiatannya selama berada di wilayah Indonesia telah sesuai dengan norma–norma yang berlaku baginya. Pengawasan orang asing dilakukan pada saat mulai memasuki, berada dan hingga meninggalkan Indonesia. Pengawasan keimigrasian mencakup penegakan hukum keimigrasian baik yang bersifat administratif maupun tindak pidana keimigrasian. Untuk mengatur berbagai hal mengenai warga negara asing yang diizinkan keluar dan masuk ke wilayah Indonesia, kebijakan pemerintah di bidang keimigrasian menganut prinsip selective policy yaitu suatu kebijakan berdasarkan prinsip selektif yang hanya diperuntukkan bagi orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia, tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

ixOptimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

Saat ini terjadi peningkatan jumlah kunjungan warga negara asing di Indonesia. Salah satunya berasal dari sektor pariwisata. Namun pada prakteknya banyak warga negara asing menyalahgunakan kebebasan visa kunjungan tersebut. Melihat kemungkinan munculnya potensi ancaman terhadap kedaulatan negara dari penerapan Bebas Visa Kunjungan dan dalam rangka memaksimalkan fungsi pengawasan keimigrasian tersebut, maka dibentuklah Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora). Dasar pembentukan Timpora adalah Pasal 69 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Keanggotaan Timpora melibatkan instansi pemerintah terkait, yaitu Kementerian Hukum dan HAM R.I, POLRI, TNI, Kementerian Dalam Negeri / Pemerintah Daerah, BIN, Kementerian Tenaga Kerja / Dinas Tenaga Kerja, dan anggota tidak tetap seperti BNN, BNPT, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, BKPM/KP3M, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan / Dinas Kesehatan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Luar Negeri, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Sampai saat ini telah terbentuk 613 Timpora serta 224 Sekretariat Timpora baik di kantor wilayah maupun kantor imigrasi di seluruh wilayah Indonesia (kecuali Kantor Imigrasi Kelas III Kerinci, Kantor Imigrasi Kelas III Ketapang, Kantor Imigrasi Kelas III Bima dan Kantor Imigrasi Kelas III Palopo).

Berdasarkan hasil analisis kajian ini, pengawasan orang asing sudah berjalan dengan baik namun perlu ditingkatkan. Dalam mekanisme pelaksanaan pengawasan belum ada konsep pengawasan, sehingga belum jelas apa yang harus

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

x

dirinci di dalam ketentuan. Pengaturan pengawasan juga masih acak atau belum teragenda dengan baik. Pengawasan terhadap orang atau pengawasan administratif lebih terinci dari pada pengawasan terkait keberadaan dan kegiatan orang asing. Keterlibatan instansi lain di dalam wadah Timpora baru sebatas pemberi masukan yang dikoordinasikan.

Akhir kata, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semuah pihak yang telah berkontribusi serta berpartisipasi atas tersusunnya laporan kajian Optimalisasi Peran Timpora Terhadap Pengawasan Orang Asing. Semoga hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait yang hendak merumuskan kebijakan strategis dalam rangka optimalisasi kerja Timpora serta sinergitas dengan pihak-pihak yang terkait dalam Timpora.

Jakarta, Oktober 2017Kepala

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Ma’mun, Bc.IP, SH.,MHNIP. 19571212 198101 1 001

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

xi

xii Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, atas terselesaikannya laporan kajian tentang Optimalisasi Peran Timpora terhadap Pengawasan Orang Asing. Laporan ini merupakan hasil kegiatan kajian oleh tim yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM RI Nomor PPH-61.UM.01.01 Tahun 2017 tentang Tim Pelaksana Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Optimalisasi Peran Timpora terhadap Pengawasan Orang Asing.

Rangkaian kajian diawali dengan punyusunan research design, presentasi awal, penyusunan instrumen, pengumpulan data awal, tabulasi data dan penyusunan laporan akhir. Tim Kegiatan pengumpulan data lapangan telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2017 di beberapa Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM yaitu Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Bali. Selain Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, pengambilan data juga dilakukan di beberapa instansi terkait yaitu Dinas Pariwisata, Dinas Kependudukan dan Catatan

xiiiOptimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

Sipil, Dinas Tenaga Kerja, Kesatuan Kebangsaan dan Politik Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota serta Kepolisian Daerah.

Harapan kami laporan hasil kajian ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi semua pihak terkait terutama bagi jajaran Kementerian Hukum dan HAM, dalam hal ini Direktorat Jenderal Imigrasi, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM, dan Sekretariat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM dalam mengambil langkah-langkah kebijakan terkait dengan Optimalisasi Peran Timpora terhadap Pengawasan Orang Asing.

Jakarta, Oktober 2017

KepalaPusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Drs. Yasmon, M.L.S. NIP. 19680520 199403 1 002

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xiv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................vKATA SAMBUTAN ............................................................................ ixKATA PENGANTAR ........................................................................ xiiiDAFTAR TABEL dan GRAFIK ....................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1A. LATAR BELAKANG ....................................................... 1B. RUMUSAN PERMASALAHAN ................................... 14C. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................. 14D. METODE ...................................................................... 15

1. Jenis Penelitian ...................................................... 152. Populasi dan Sampling .......................................... 173. Data dan Sumber Data .......................................... 184. Instrumen Penelitian ............................................ 205. Informan Penelitian............................................... 216. Personalia Tim ......................................................22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 23A. PENGERTIAN PERAN .................................................23B. TEORI PERAN ............................................................ 24

xvOptimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

C. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM MENGOPTIMALKAN ORGANISASI ........................ 28

D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM MENGOPTIMALKAN ORGANISASI ........................ 29

E. REGULASI KEBIJAKAN, DAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN ........................................................... 31

F. REGULASI KEBIJAKAN IZIN TINGGAL ORANG ASING DI INDONESIA .............................................. 38

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................49A. KARAKTERISTIK RESPONDEN ................................ 49B. PENGATURAN REGULASI TIM PENGAWASAN

ORANG ASING ............................................................53C. PELAKSANAAN MEKANISME KERJA TIM

PENGAWASAN ORANG ASING .................................72D. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM

PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING .......... 79

BAB IV PENUTUP .................................................................. 87A. SIMPULAN ................................................................. 87B. REKOMENDASI ......................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................91

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xvi

DAFTAR TABEL dan GRAFIK

Tabel 1. Tindakan Administratif Keimigrasian .......................... 9Tabel 2. Peringkat 10 Besar Negara ............................................ 10Tabel 3. Data Pelaku WNA Berdasarkan Tindak Pidana

Tahun 2015 –2016 ...........................................................11Grafik 3.1. Sebaran Data Responden ............................................ 50Grafik 3.2. Jenis Kelamin ................................................................ 51Grafik 3.3. Anggota Timpora .......................................................... 51Grafik 3.4. Tingkat pendidikan ......................................................52Grafik 3.5. Jabatan Responden .......................................................52Grafik 3.6. Landasan Hukum .........................................................55Grafik 3.7. Struktur Organisasi ..................................................... 58Grafik 3.8. Peran dan Fungsi ......................................................... 62Grafik 3.9. Optimalisasi Peran Timpora ....................................... 65Grafik 3.10. Metode Pengawasan Orang Asing .............................. 69Tabel 4. Mekanisme Kerja Tim Pengawasan Orang Asing .......73

xviiOptimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

xviii Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebijakan pemerintah Indonesia tentang bebas visa1 kunjungan bagi 169 negara dan dengan telah berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), membuat pintu gerbang negara Indonesia terbuka lebar untuk masuknya orang asing, tujuan kebijakan bebas visa adalah untuk mendongkrak peningkatan devisa negara melalui pariwisata, agar orang asing berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk menikmati keindahan dan kekayaan alam dan itu berarti, ada insentif bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), hotel, penginapan dan masyarakat pada umumnya sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Kebijakan tersebut disatu sisi memberikan peluang peningkatan devisa negara melalui parawisata dan sektor yang lain, namun disisi lain juga dapat membuka peluang terjadinya tindak pidana keimigrasian,

1 Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan

1Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

kejahatan transnasional, penyalahgunaan dokumen tenaga kerja hingga adanya kemungkinan pencurian kekayaan alam. Kebijakan tersebut dapat mengakibatkan potensi terhadap meningkatnya kejahatan lintas negara secara terorganisir, penyelundupan (illegal fishing, women trafficking), pencurian kekayaan alam, pencurian hak paten, pencucian uang (money laundering), pencurian ikan, kejahatan maya (cyber crime), pemalsuan dokumen dan perdagangan narkoba dan lain sebagainya disisi yang lain mendorong meningkatnya arus lalu lintas orang, barang, jasa dari dan ke wilayah Indonesia yang memacu pertumbuhan ekonomi serta proses modernisasi masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan dan pengetatan pengawasan terhadap aktivitas orang asing di Indonesia secara terkoordinasi dengan melibatkan semua instansi terkait di samping melibatkan masyarakat luas.

Indonesia sebagai suatu negara merdeka dan berdaulat dalam membuat kebijakan, pemerintahan berlandaskan pada Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai negara yang berdaulat, Indonesia dalam perkembangan hukum tidak terlepas pada hukum yang mengatur orang asing yang akan memasuki Wilayah Republik Indonesia, selain itu juga mengatur warga Negara Indonesia yang akan meninggalkan negaranya. Untuk itu regulasi atau hukum yang mengatur mengenai lalu lintas orang masuk dan keluar wilayah Indonesia adalah hukum imigrasi. Akibat dari adanya lintas negara ini, maka dikenal suatu perundang-undangan untuk mengatur segala bentuk perpindahan itu. Di Indonesia peraturan tentang perpindahan tersebut dikenal dengan istilah “keimigrasian‟. Keimigrasian adalah hal

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

2

ikhwal lalu lintas dan pengawasaan orang asing di wilayah Negara kita serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.2 Banyak peristiwa hukum yang terjadi tentang pelanggaran izin keimigrasian, kriminal, penyalahgunaan dokumen kerja bahkan dengan sengaja melakukan perbuatan melanggar hukum dalam hubungannya dengan keimigrasian, disinilah perlunya pengawasan terhadap orang asing. Pengawasan orang asing dilakukan ketika orang asing tersebut masuk, berada dan kegiatan yang dilakukan.

Ada dua kelompok tugas yang dilaksanakan institusi keimigrasian yaitu pelayanan terhadap lalu lintas orang dan pengawasan terhadap orang asing. Pengaturan lalu-lintas keluar-masuk wilayah Indonesia ditetapkan harus melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), yaitu dipelabuhan laut, bandar udara, atau tempat tertentu atau daratan lain yang ditetapkan Menteri Hukum dan HAM sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia (entry point). Unsur kedua dari pengertian keimigrasian yaitu pengawasan orang asing di wilayah Indonesia. Pengawasan adalah keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah sesuai dengan rencana atau aturan yang ditentukan.3 Jadi pengawasan orang asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol masuk dan keluarnya wilayah Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi serta keberadaan orang asing di Indonesia telah atau

2 Lihat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 1 angka 1

3 Ibiid

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

3

tidak sesuai maksud dan tujuan orang asing tersebut masuk ke Indonesia dengan visa yang diberikan sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku.

Pengawasan keimigrasian terdiri dari pengawasan administrasi dan pengawasan lapangan. Sifat wilayah Indonesia yang berpulau-pulau, dengan luas yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, serta mempunyai jarak yang dekat bahkan berbatasan dengan beberapa negara tetangga. Tentunya tugas ini diselenggarakan dalam kerangka kepentingan nasional. Pemerintah membuat kebijakan pelayanan dan pengawasan di bidang keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia berdasarkan suatu prinsip selektif (selective policy). Prinsip ini memandang, bahwa hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa, dan negara Republik Indonesia, tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan dengan rakyat, bangsa, dan negara Republik Indonesia yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia.4 Pengawasan menurut Sujamto adalah usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau kegiatan, sesuai atau tidak dengan semestinya.5 Sedangkan Harahap, menjelaskan bahwa pengawasan merupakan suatu usaha agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana

4 Andi Hamzah, 1995, Delik-Delik Tersebar di Luar KUHP dengan Komentar, Jakarta: Pradnya Paramita, hal.68.

5 Mufidah, 2016, dalam Jurnal Cita Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta Vol.4 No.2

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

4

mestinya. Pengawasan merupakan keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi.6 Dari pendapat dua ahli tersebut, tujuan dari kegiatan pengawasan bertujuan untuk menjamin semua kegiatan yang diselenggarakan dalam suatu organisasi sesuai dengan rencana, termasuk suatu strategi yang telah ditetapkan sebelumnya dan untuk mencegah terjadinya deviasi dalam operasionalisasi suatu rencana, sehingga berbagai kegiatan operasional yang sedang berlangsung dapat terlaksana dengan baik, efisien dan efektif.

Banyak pelanggaran keimigrasian atau tindak pidana yang dilakukan oleh orang asing di Indonesia, seperti kasus yang menimpa Allya Sisca Nadya, yang meninggal setelah mendapat pengobatan alternatif chiropractic dari Randall Cafferty, di klinik Chiropractic First di Pondok Indah yang dilakukan oleh Randall sebagai dokter atau terapis belum jelas hingga kini. Menurut Trihono (Ketua MTKI) Registrasi hanya kepada tenaga kesehatan Indonesia, tidak kepada asing.7. Dokter Randall diduga melakukan tindak pidana tentang keimigrasian, kesehatan, tentang tenaga kesehatan, praktek kedokteran, dan Pasal 359 KUHP. Sedangkan, tersangka Kan Wai Ming selaku pemilik Chiropractic First diduga tidak mengantungi

6 Ibiid7 http://www.rappler.com/indonesia/120763-izin-terapis-asing-praktik-

chiropractic diakses 20 Januari 2017

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

5

izin membuka klinik dan mempekerjakan tenaga asing tanpa izin. Dia dapat dikenakan tindak pidana tentang keimigrasian, dan ketenagakerjaan.8 Berdasarkan data pelanggaran di atas tentu saja, kasus ini menjadi pelajaran dan perhatian khususnya bagi instansi terkait yang mempunyai kewenangan di dalam memberikan izin yaitu Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Kesehatan untuk memeriksa dan memverifikasi dokumen terkait perizinan agar ke depannya, kasus ini tidak terulang kembali.

Lemahnya pengawasan tentunya akan berakibat dengan banyaknya pelanggaraan, baik pelanggaran keimigrasian maupun tindak pidana yang dilakukan oleh warga negara asing. Seperti kasus tertangkapnya 9 (sembilan) tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok dan India oleh Imigrasi Palembang dinilai melanggar aturan karena tidak dilengkapi identitas (2 orang), melebihi izin tinggal (3 orang), dan pemegang kartu izin tinggal sementara atau kitas Jakarta Pusat (2 orang), ditangkap di sebuah proyek pembangkit listrik tenaga uap di Bayung Lencir, Musi Banyuasin.9Masih terkait penyalahgunaan dokumen keimigrasian yaitu penyalahgunaan visa kunjungan wisata oleh warga Tiongkok seperti dilansir media nasional Tempo, hampir 100 TKA asal Tiongkok tersebut tertangkap sedang bekerja di proyek PLTU Tenayan Raya, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru. Pihak Dinas Tenaga Kerja dan

8 http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/01/15/o0yw6u318-polisi-perintahkan-tangkap-dokter- randall diakses tanggal 20 Januari 2017

9 https://nasional.tempo.co/read/news/2017/01/19/078837706/imigrasi-palembang-tahan-10 pekerja-cina-dan-india diakses 20/1/17.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

6

Transmigrasi Provinsi Riau menemukan hampir 100 warga asal Cina yang bekerja di sana, tanpa menggunakan dokumen resmi.10 Tentunya kewenangan pengawasan keimigrasian sebatas pelanggaran dokumen keimigrasian orang asing yang ia miliki, seperti paspor, visa, dan izin tinggal.

Luasnya wilayah Indonesia, memungkinkan orang asing masuk secara ilegal melalui jalur tikus baik darat maupun laut, tidak melalui tempat pemeriksaan imigrasi (TPI) atau melalui jalur yang tidak terdaftar di Imigrasi Indonesia, hal ini perlu diwaspadai. Kasus tertangkapnya 4 (empat) warga Negara Tiongkok dengan menggunakan visa wisata oleh petugas imigrasi di Bogor terkait penanaman pohon cabai yang diduga mengandung bakteri berbahaya, menunjukkan buruknya koordinasi pengawasan terhadap orang asing yang dilakukan antara pihak karantina di bandara dalam hal ini Kementerian Pertanian yang tidak memeriksa dengan teliti barang yang masuk (tanaman, hewan) dengan petugas imigrasi untuk memastikan kelengkapan dokumen keimigrasian, sehingga penyelundupan secara illegal bisa ditangkal. Kasus tersebut sangat berbahaya dan masuk wilayah subversif yaitu membahayakan negara, dapat mengancam kedaulatan pangan nasional dan kasus ini harus diselidiki oleh pihak kepolisian dan juga melibatkan BIN.11

10 https://nasional.tempo.co/read/news/2017/01/18/058837056/gubernur-riau-minta-98-tka-ilegal-asal-cina-dideportasi diakses 20/1/17.

11 Pernyataan yang disampaikan oleh pakar Hukum Tata Negara, Prof. Yusril Ihza Mahendra pada media online http://www.moslemtoday.com/wna-cina-tanam-cabai-mengandung-bakteri-berbahaya-prof-yusril-ini-kegiatan- untuk-meruntuhkan-ekonomi-suatu-negara/ diaskes tanggal 31 Januari 2017

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

7

Terkait aturan penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia juga telah diatur di dalam UU Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan baik tenaga kerja Indonesia maupun tenaga kerja asing. Agar tenaga kerja asing bekerja sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku berdasarkan perundang-undangan, telah diatur mekanisme12 pengawasan dan pengendalian yaitu: Pertama, pengawasan preventif-edukatif yang mencakup sosialisasi, bimbingan teknis pelaksanaan aturan penggunaan tenaga kerja asing (TKA), dan pembinaan kepada perusahaan pengguna TKA. Kedua, pengawasan persuasif non-justisi, ini mencakup pemeriksaan atas pelanggaran penggunaan TKA, baik secara pro-aktif maupun responsif berdasarkan laporan dari masyarakat. Ketiga, pengawasan represif pro-justisia, ini mencakup penyelidikan dan penyidikan atas pelanggaran aturan penggunaan TKA. Pengawasan itu bisa kita lakukan berkala, khusus, lalu juga insidentil, dan juga responsif. Sebenarnya setiap instansi sudah memiliki mekanisme atau metode untuk melakukan pengawasan terhadap orang asing, hanya saja kadang-kadang kurang efektif, untuk itu perlu adanya forum dari berbagai unsur pemerintah maupun masyarakat untuk mendapatkan informasi tersebut.

Berikut ini adalah jumlah negara bebas visa kunjungan serta sepuluh besar dari negara-negara yang paling banyak melakukan pelanggaran tindakan administrasi keimigrasian yang dihimpun dari Direktorat Jenderal Imigrasi dari kurun

12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

8

waktu Januari 2016 hingga Desember tahun 2016 dan Tahun 2017 (Januari-Februari) yang dilakukan oleh orang asing, deportasi menduduki ranking teratas yaitu 4.562 kasus baik dari Unit Pelaksana Teknis (Kanim) maupun dari Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, kemudian kasus pencegahan/penangkalan sebanyak 2.041 kasus dan kemudian peringkat ketiga pendetensian yaitu sebanyak 1.908. Seperti pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel.1 Tindakan Administratif Keimigrasian

No. Jenis Tindakan Administratif Keimigrasian 2016 2017

(Jan-Feb) Jumlah

1. Pencegahan/Penangkalan 1.577 464 2.041

2. Pembatalan Ijin Tinggal 9 0 9

3. Larangan berada di tempat tertentu 11 1 12

4. Pendetensian 1.455 453 1.908

5. Pengenaan Biaya Beban 945 35 980

6. Deportasi 3.929 633 4.562

Total 7.926 1.616 9.542

Negara Tiongkok menduduki urutan pertama terkait tindakan administratif keimigrasian yaitu sebesar 1.849 kemudian disusul negara Afghanistan sebanyak 664 kasus. Bahwa berdasarkan data total tindakan administrasi keimigrasian sejumlah 5.970 WNA (Warga Negara Asing), Warga Negara RRT (Republik Rakyat Tiongkok) menempati urutan pertama dengan jumlah 1.847 (seribu delapan ratus

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

9

empat puluh tujuh) atau mencapai lebih dari 30%; dan Pasal 116 adalah sebagai pasal yang paling banyak terdapat pada kasus tindakan administrasi keimigrasian sebanyak 156 dan diikuti Pasal 122 sebanyak 70, seperti terlihat pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel. 2 Peringkat 10 Besar Negara

No. Negara Jumlah

1. RRT/Tiongkok 1.849

2. Afghanistan 664

3. Bangladesh 421

4. Vietnam 213

5. Malaysia 246

6. Somalia 198

7. Iran 183

8. Irak 181

9. Philipina 184

10. India 182

Sementara itu jumlah penindakan terhadap pelanggaran keimigrasian pada tahun 2016 sebanyak 329 Projustitia baik ditingkat pusat maupun daerah, dengan hasil Pidana Denda Projustitia Tahun 2016 adalah sebesar Rp. 2.605.000.000 (Dua Milyar Enam Ratus Lima Juta Rupiah).13 Sedangkan berdasarkan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Imigrasi

13 Bahan Rapat Kerja Komisi III DPR-RI dengan Menteri Hukum dan HAM, tanggal 19 Januari 2017

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

10

jumlah WNA yang melakukan tindak pidana kurun waktu 2015 dan 2016 mengalami penurunan seperti terlibat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Data Pelaku WNA Berdasarkan Tindak Pidana Tahun 2015 –2016

No. KASUS KEJAHATAN 2015 2016

1. Legalitas dokumen 271 91

2. Pembunuhan 37 19

3. Penipuan online / cyber crime 189 82

4. Perdagangan manusia 91 19

5. Penganiyaan 4 13

6. Pencurian 7 3

7. Narkoba 28 27

8. Terorisme - 2

9. Lain-Lain 88 7

Koordinasi dan sinergi dari instansi terkait sangat dibutuhkan untuk mengawasi keberadaan dan kegiatan orang asing, untuk itu dibentuklah Tim Pengawasan Orang Asing tujuannya adalah sebagai wadah yang berfungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada instansi dan/atau lembaga pemerintahan terkait, mengenai hal yang berkaitan dengan pengawasan Orang. Tim Pengawasan Orang Asing juga dapat melakukan operasi gabungan jika diperlukan, baik itu bersifat khusus maupun insidentil. Tim Pengawasan Orang (Timpora) adalah kebijakan pemerintah yang harus diimplementasikan

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

11

oleh semua pihak seperti diamanatkan di dalam undang-undang. Namun mengingat terbatasnya sumber daya manusia yang ada di jajaran imigrasi serta kondisi geografis dan luasnya wilayah, perlu keterlibatan semua pihak.14 Koordinasi dibutuhkan karena faktanya bahwa para pemangku kepentingan dengan sistem yang beragam harus bekerja untuk meraih hasil yang diinginkan/diharapkan. Crowston15 menjelaskan bahwa para pemangku kepentingan dalam organisasi dihadapkan dengan masalah koordinasi, yaitu konsekuensi dari dependensi dalam organisasi yang membatasi efisiensi kinerja tugas. Untuk itu pengawasan terhadap orang asing perlu berkoordinasi dan keterlibatan dari semua pihak termasuk kementerian/lembaga terkait.

Kementerian Hukum dan HAM hingga saat ini telah membentuk Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) di 33 (tiga puluh tiga) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI. Timpora dibentuk hingga tingkat kecamatan yang terdiri dari berbagai unsur yang diatur di dalam undang-undang. Kegiatan pengawasan orang asing tersebut dilaksanakan dengan melibatkan Timpora yang telah ada di seluruh Indonesia, saat ini pembentukan Tim pengawasan orang asing telah mencapai 97%, hanya 4 Kantor Imigrasi baru yang belum memiliki Timpora yaitu Kantor Imigrasi Kelas III Kerinci, Kantor Imigrasi Kelas III Ketapang, Kantor Imigrasi Kelas III Bima dan

14 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013, Pasal 173 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

15 Crowston, K. (1997) A coordination Theory Approach to Organizational Process Design, Organization Science 8 (2), 157-175

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

12

Kantor Imigrasi Kelas III Palopo, sehingga telah terbentuk 613 (enam ratus tiga belas) Timpora serta 224 (dua ratus dua puluh empat) Sekretariat Timpora baik di Kantor Wilayah maupun Kantor Imigrasi di seluruh wilayah Indonesia16. Direktorat Jenderal Imigrasi juga sudah membangun sistem pelaporan orang asing secara online, tujuannya untuk memudahkan semua pihak untuk melaporkan keberadaan dan kegiatan orang asing tersebut agar mudah diakses yaitu http//: apoa.imigrasi.go.id. Pihak imigrasi juga sudah melakukan sosialisasi hingga lintas kementerian/lembaga, asosiasi hotel/penginapan/apartemen/asosiasi restoran hingga masyarakat umum. Alur berfikir sederhana adalah bahwa dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan tentunya arus orang asing yang masuk ke Indonesia akan semakin banyak atau terjadi peningkatan orang asing ke Indonesia, tentu saja fenomena tersebut akan berpotensi terjadinya penyalahgunaan dokumen keimigrasian, izin tinggal hingga tindak pidana, untuk itu pengawasan terhadap orang asing perlu ditingkatkan (Timpora) dengan memperkuat peran dan fungsi masing-masing anggota.

Berdasarkan permasalahan di atas terkait pengawasan orang asing. Terdeteksi dan terungkapnya segala pelanggaran keimigrasian dan tindak pidana oleh orang asing adalah faktor sistem pengawasan yang efektif dan bukan karena faktor kebetulan. Sistem pengawasan orang asing yang efektif ditandai dengan berfungsinya segala instrumen pengawasan

16 Direktorat Jenderal Imigrasi

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

13

yang berupa: administrasi, sarana prasarana, dana, koordinasi, kegiatan dan operasi, integritas dan profesionalitas aparat pengawasan termasuk kesadaran hukum dan partisipasi aktif masyarakat untuk memberitahukan adanya orang asing dan kegiatannya kepada petugas imigrasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas yang menggambarkan tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi, maka kegiatan pengawasan sangat diperlukan terutama untuk mengamati, mendeteksi, mencegah, dan menindak apabila orang asing tersebut melakukan pelanggaran, oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut tentang ”Optimalisasi Peran Timpora terhadap Pengawasan Orang Asing.”

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

1. Bagaimana pengaturan regulasi Tim Pengawasan Orang Asing ?

2. Bagaimana pelaksanaan mekanisme kerja Tim Pengawasan Orang Asing?

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengawasan terhadap orang asing?

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaturan regulasi Tim Pengawasan Orang Asing, bagaimana mekanisme kerja Tim Pengawasan Orang Asing dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pengawasan terhadap orang asing. Tujuan dari pengkajian ini sebagai referensi atau masukan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

14

bagi segenap pimpinan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia khususnya jajaran keimigrasian dan instansi terkait dalam manajemen pelaksanaan pengawasan orang asing.

D. METODE

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif, tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah mendeskripsikan kondisi yang terjadi saat penelitian, membahas dan mengkaji serta menganalisis tentang Optimalisasi Peran Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) terhadap pengawasan orang asing haruslah diposisikan dan menjadi bagian dari kebijakan pemerintah, khususnya di bidang pengawasan dan penindakan keimigrasian. Kebijakan ini dilihat dari segi formal, yakni bagaimana kebijakan itu diimplementasikan melalui pengawasan orang asing terkait dengan mekanisme pengawasan terhadap orang asing. Penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi juga meliputi analisa dan interpretasi atas data. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan memecahkan masalah penelitian dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi atau gejala, mengadakan klasifikasi gejala, dan menilai gejala.17Sementara dari sisi pendekatan, penelitian

17 Nawawi, H. Hadari. 2005. Metode Penelitian Deskriptif. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal-63

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

15

ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Creswell menyatakan bahwa metode gabungan merupakan studi yang menggunakan banyak metode pengumpulan dan analisa data, dapat berupa“mix-method”yang menyusun prosedur pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif.18Dalam metode gabungan ini, peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif, juga disajikan tema dan analisa statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan karena gejala yang diamati dapat diukur dalam bentuk angka sehingga memungkinkan bagi digunakannya teknik analisis statistik.

Merujuk pada sifatnya, maka penelitian ini dapat digolongkan sebagai studi evaluasi kebijakan. Studi evaluasi kebijakan disini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peran Timpora dalam melakukan pengawasan keimigrasian terhadap orang asing saat ini, terkait dengan kewenangannya serta aspek koordinasi organisasional lintas sektoral antar kementerian atau lembaga. Adapun tujuan deskriptif dari penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis peranan peran Timpora dalam pengawasan keimigrasian terhadap orang asing. Sedangkan untuk tujuan kritis ialah memberikan rekomendasi bagi menajemen pelaksanaan Timpora dalam pengawasan keimigrasian terhadap orang asing.

18 John W Creswell, “ Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods” terjemahan oleh Achmad Fawaid, 2010, Yogyakarta, Purtaka Pelajar

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

16

2. Populasi dan Sampling

Sugiyono menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.19 Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.20 Populasi dalam pengkajian ini adalah responden anggota Timpora dari 33 (tiga puluh tiga) kantor wilayah yang berjumlah 619 yang mengetahui tentang pengawasan orang asing. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu purposive jugdment sampling. Judgment sampling ialah teknik pengambilan sampling dimana sampel yang dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia atau seseorang yang paling baik jika dijadikan sampel penelitiannya. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 6 (enam) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM yaitu: Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat mewakili wilayah Jawa; Kalimantan Barat mewakili Indonesia bagian tengah yang memiliki perbatasan darat dengan negara Malaysia; Kantor Wilayah Sumatera Utara mewakili wilayah sumatera sedangkan Bali mewakili Indonesia bagian timur dan sebagai destinasi wisata terbesar di Indonesia. Dari keenam sampel Timpora

19 Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas. hlm.90

20 Ibiid

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

17

tersebut diambil 2 (dua) informan dari setiap provinsi yaitu ketua Timpora provinsi, kepala divisi keimigrasian dan ketua Timpora kabupaten/kota yaitu kepala kantor imigrasi, sedangkan responden diambil 6 responden yang merupakan unsur dari anggota Timpora.

3. Data dan Sumber Data

Pengertian data menurut Webster New World Dictionary21 data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Sejalan dengan hal tersebut Iqbal Hasan berpendapat bahwa data merupakan keterangan – keterangan tentang suatu hal, dapat berupa yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lain – lain. Dengan kata lain, data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat. Sedangkan sumber data menurut Suharsimi adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Misalnya jika menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan

21 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20238/4/Chapter%20II.pdf

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

18

kuesioner. Jika menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Jika menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan subjek penelitian.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner penelitian ini merupakan item-item yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang dibuat yang telah tersedia yang dirasakan paling sesuai menurut pertimbangan yang bersangkutan. Menurut Arikunto22 angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan menurut Sugiyono23 Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

22 Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.Hal.136

23 Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas. Hal.199

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

19

b. Wawancara mendalam (indepth interview)

Wawancara dengan jawaban terbuka memungkinkan bagi responden/informan untuk dapat memberikan jawaban bebas yang bermakna baginya, dilakukan kontak personal langsung dengan subyek pengkajian. Dalam pengkajian ini, juga melibatkan narasumber dari Direktorat Jenderal Imigrasi yaitu Direktur Wasdakim dan para informan baik dari imigrasi maupun dari instansi terkait yang di dalam keanggotaan Timpora karena dapat memberikan penjelasan dan informasi yang dibutuhkan dengan mengacu pedoman wawancara telah yang disusun.

c. Studi kepustakaan (library reasearch)

Sumber data lainnya, penelitian ini didukung oleh data yang didapat dari studi kepustakan dengan mempelajari buku-buku, majalah, jurnal, peraturan pendudung, serta dokumen dan sumber lain yang berkaitan dengan masalah penelitian. Penelaahan dilakukan untuk melengkapi teori, data awal, dan data pendukung penelitian ini.

4. Instrumen Penelitian

Alat / instrumen yang digunakan dalam pengkajian ini sesuai dengan fokus penelitian yaitu peneliti sendiri yang telah dibantu dengan menggunakan alat-alat pedoman wawancara serta sarana dokumentasi, tempat dan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

20

peristiwa. Instrumen tersebut disusun berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya.

5. Informan Penelitian

Dalam pengkajian ini ada dua informan yaitu informan narasumber (key informan) dan informan tambahan. Pemilihan key informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat yaitu Direktur Intelijen Keimigrasian. Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.24 Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Penentuan informan sebagai sumber data dilakukan dengan pertimbangan yaitu: informan adalah orang yang dianggap mengetahui tentang apa yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Dalam pelaksanaan penelitian ini, wawancara akan dilakukan terhadap informan yang mengetahui mekanisme pengawasan orang asing:

24 Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung. Hal.97

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

21

a. Kepala Divisi Imigrasib. Kepala Kantor Imigrasi

Informan diatas berdasarkan tingkatan jabatannya karena semua bentuk peraturan atau ketentuan yang ditetapkan nantinya akan di informasikan berjenjang sesuai dengan tingkatan jabatannya dan beberapa item pertanyaan wawancara akan diteliti serta informasi yang bervariasi dari masing-masing informan sehingga data yang diperoleh dapat mewakili pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing.

6. Personalia Tim

Pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan oleh sebuah tim peneliti yang dibentuk dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM yang susunan keanggotaannya sebagai berikut:

Pengarah : Ma’mun, Bc.IP., S.H., M.HPenanggung Jawab : Drs. Yasmon.,M.L.SKetua : Trisapto Wahyudi Agung N, S.S.,M.Si.Sekretaris : Gunawan, S.H., M.H.,Anggota : Ahmad Sanusi, S.H.,M.H.,

: Imam Lukito, S.T.,M.H.,: Haryono, S.Sos., M.H.,: Ir. I Gusti Putu Agung, M.Si.,: Yudhy Chaerudin, S.E.,M.Si.,

Sekretariat : Dade Zulaecha, A.Md.,: Windi Kumoloratih Kusumo Putri, S.E.,

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

22

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PERAN

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.25 Sedangkan Abu Ahmadi mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.26

25 Kozier, Barbara.1995. Fundamental Of Nursing. California: Copyright By Addist Asley Publishing Company hlm.21

26 Ahmadi, Abu.1982 .Psikologi Sosial. Surabaya: PT. Bina Ilmu hal.50

23Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

B. TEORI PERAN

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang.27 Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan28 mencakup tiga hal, yaitu:1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan

dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan;

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Konsep

27 Soekanto,Soerjono.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Hal 268

28 Lewis dalam Soerjono, 1990:269

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

24

tentang peran29 (role) menurut Komarudin dalam buku “ensiklopedia manajemen” mengungkapkan sebagai berikut: a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh

manajemen;b. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu

status;c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau

pranata;d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi

karakteristik yang ada padanya;e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam optimalisasi merupakan proses untuk mencapai hasil akhir yang paling baik. Maka berikut ini adalah komponen dalam mengoptimalkan sebuah organisasi yaitu:1) Memahami lingkungan kerja sekitar, kondisi kerja yang

mendukung, karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik. Karyawan lebih menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya, temperatur, cahaya, keributan dan faktor-faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrim;

2) Membangun komunikasi efektif, komunikasi efektif pada dasarnya adalah strategi dalam berkomunikasi.

29 Komarudin dalam buku “ensiklopedia manajemen (1994:768)

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

25

Komunikator memperluas pemahaman untuk mengenal diri, dan meningkatkan pengetahuan untuk mengenal sasaran atau tujuan strategis yang ingin dicapai dalam proses komunikasi. Disamping itu komunikator dituntut untuk mengetahui informasi yang seluas-luasnya berkaitan dengan orang yang menjadi lawan komunikasi (komunikan) baik dari sumber langsung maupun pihak ketiga;

3) Melakukan kajian terhadap permasalahan. Strategis memecahkan sebuah permasalahan di dalam sebuah organisasi. Permasalahan tersebut dikaji secara komprehensif dan diurut menggunakan skala prioritas mana yang dianggap paling penting dan mendesak. Setelah usai mengkaji permasalahan tersebut maka hasilnya akan didapat membangun kapabilitas strategis;

4) Mengelola peran baru. Kegagalan untuk berubah sesuai dengan tuntutan ekonomi akan menjadikan manajemen kurang penting, di mana tantangan-tantangan baru seperti manajemen pengetahuan dan pengembangan akan diperankan di tempat lain dalam organisasi. Tetapi hal ini tidak perlu terjadi. Pada kenyataanya, sumber daya manusia adalah sumber logis dari tantangan-tantangan baru ini. Manajemen dalam organisasi harus keluar dari birokrasi masa lalu. Ini memerlukan pergeseran paradigma bahwa manajemen sebuah organisasi tidak hanya sekadar menjalankan fungsi dan proses, tetapi lebih kepada peran. Definisi peran dalam organisasi adalah tanggungjawab, hubungan, dan area kontribusi, serta harapan-harapan. Peran bisa diartikan sebagai pernyataan visi organisasi.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

26

Dengan mengelola peran, manajemen sebuah organisasi memberi kontribusi lebih untuk kesuksesan organisasi. Ini berarti paradigma manajemen sebuah organisasi telah berubah dari fungsi dan proses menjadi hasil dan pencapaian;

5) Menentukan misi organisasi, menentukan misi bukanlah hal yang mudah. Hal ini memerlukan keterlibatan seluruh pihak yang berkepentingan seperti staf dan anggota, dalam pengembangan dan persetujuannya. Pernyataan misi tidak boleh berupa konsensus berdasarkan proses kompromi tetapi pernyataan yang mendeskripsikan dengan jelas posisi organisasi kepada dunia luar serta menggambarkan komitmen staf dan anggota. Pernyataan misi merupakan standar emas terhadap prioritas dan kegiatan organisasi yang dapat diukur;

6) Mengkomunikasikan program kepada publik, suatu organisasi memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan seluruh isi program yang akan dilaksanakan maupun yang sedang berlangsung pelaksanaanya kepada para anggota organisasi maupun masyarakat umum. Dengan ini anggota organisasi maupun masyarakat umum dapat menilai apakah program suatu organisasi tersebut optimal maupun kurang optimal. 30

30 Miftah Thoha. (2008). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

27

Terdapat 3 perspektif yang utama di dalam menganalisis apa yang disebut pengoptimalkan31 organisasi, yaitu:a) Perspektif optimalisasi tujuan, yaitu pengoptimalan dinilai

menurut ukuran seberapa jauh suatu organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai;

b) Perspektif sistem, yaitu pengoptimalan organisasi dipandang dari keterpaduan berbagai faktor yang berhubungan mengikuti pola, input konversi, output dan umpan balik, dan mengikutsertakan lingkungan sebagai faktor eksternal;

c) Perspektif perilaku manusia, yaitu konsep mengoptimalkan organisasi ditekankan pada perilaku orang-orang dalam organisasi yang mempengaruhi keberhasilan organisasi untuk periode jangka panjang.

C. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM MENGOPTIMALKAN ORGANISASI

Dalam organisasi ada faktor yang menjadi penghambat laju organisasi dalam mencapai tujuan. Kelemahan ini harus dapat tertangani secara strategis guna mengoptimalkan kegiatan organisasi. Beberapa kelemahan dasar yang ada pada suatu organisasi sebagai berikut:1. Tingkat pengetahuan aparatur yang rendah.

Rendahnya tingkat pengetahuan aparatur merupakan

31 (Richard M. Streers dalam Udai,1985: 5-7)

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

28

faktor penghambat dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan kegiatan suatu organisasi;

2. Belum adanya pembagian pengerjaan tugas tentang koordinasi di tingkat atasan dengan bawahan didalam suatu organisasi, sehingga memberikan peluang melemahnya koordinasi yang pada akhirnya berimbas pada efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan;

3. Masih adanya ego sektoral. Yang dimaksud ego sektoral disini adalah egoisme atasan dengan bawahan didalam suatu organisasi yang lebih mengedepankan kepentingan pelaksanaan program dan kegiatan suatu organisasi, yang mengakibatkan terhambatnya program kerja suatu organisasi tersebut;

4. Sistem teknologi informasi dan komunikasi yang belum efektif dan kurang memadai. Untuk mendukung kelancaran koordinasi diperlukan system informasi dan komunikassi tidak berjalan dengan baik mengakibatkan mengalami kendala mendapatkan informasi dengan cepat;

5. Landasan aturan belum sepenuhnya diaplikasikan dengan baik, sehingga aturan ini yang semula dibuat oleh seluruh komponen anggota organisasi kemudian pula aturan ini dilanggar oleh komponen anggota suatu organisasi.

D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM MENGOPTIMALKAN ORGANISASI

Beberapa faktor pendukung dalam mengoptimalkan organisasi yang melingkupi komponen atasan dan bawahan di dalam suatu organisasi, yang dijabarkan sebagai berikut:

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

29

1. Peraturan atau landasan hukum merupakan dasar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi suatu organisasi dalam memimpin penyelenggaraan kinerja suatu organisasi dimana salah satu fungsi/uraian tugas adalah menyelenggarakan tugas-tugas seluruh sumber daya manusia yang ada di dalam suatu organisasi;

2. Sumber daya aparatur (SDA) yang ada. Dukungan SDA yang memiliki keahlian dalam bidangnya pada suatu organisasi dianggap mampu untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas-tugas dari komponen organisasi;

3. Fasilitas sarana dan prasarana pendukung. Ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana pendukung dalam penyelenggaraan kegiatan suatu organisasi mampu mewujudkan keserasian dan keterpaduan baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan pada suatu organisasi;

4. Dibutuhkan respon dan komitmen dari seluruh komponen suatu organisasi, dibutuhkan keterlibatan dan komitmen dari pihak atasan maupun bawahan dalam menunjang lancarnya pelaksanaan tujuan dan kinerja dalam organisasi serta prosedur yang jelas dalam penerapan tujuan dan kinerja dalam organisasi;

5. Dibutuhkan perencanaan matang dan bisa menampung aspirasi seluruh anggota organisasi. Perencanaan yang matang dan dapat menjebatani keinginan kepentingan orang-orang dalam organisasi dengan pihak yang mengerti dan membuat program kerja organisasi dan menyelesaikan masalah yang timbul antar anggota organisasi serta menyusun seluruh kebutuhan yang dibutuhkan dalam

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

30

menunjang kinerja organisasi. Hal ini menyebabkan program kerja yang akan dijalankan menjadi terarah sesuai dengan visi dan misi organisasi.32

E. REGULASI KEBIJAKAN, DAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN

Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang mendukung kemampuan membina serta mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.33Terhadap warga negara asing pelayanan dan pengawasan dibidang keimigrasian dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip yang bersifat selective policy yang artinya hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Indonesia serta tidak mengancam atau membahayakan keamanan dan ketertiban umum serta tidak bermusuhan, baik terhadap rakyat, bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang di izinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia.

32 Stephen.P. Robbins.1994. Perilaku Organisasi. Alih Bahasa. PT. Indeks33 Pasal 1 Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2002

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

31

Berdasarkan ketentuan keimigrasian yang bersifat universal, setiap negara berwenang untuk mengizinkan atau melarang seseorang untuk masuk maupun keluar suatu negara. Berdasarkan pengakuan universal tersebut, keberadaan peraturan keimigrasian merupakan atribut yang sangat penting dalam menegakkan kedaulatan hukum suatu negara di dalam wilayah teritorial negara yang bersangkutan, dan setiap orang asing memasuki wilayah suatu negara akan tunduk pada hukum negara tersebut sebagaimana halnya warga itu sendiri.34Indonesia sebagai negara yang berdaulat mempunyai tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, hal ini harus diwujudkan. Adanya perlindungan segenap kepentingan bangsa, keikutsertaan dalam melaksanakan ketertiban dunia dalam hubungannya dengan dunia internasional, semua aspek keimigrasian harus didasarkan pada apa yang telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai hukum dasar untuk pengaturan implementasi tugas-tugas keimigrasian secara operasional. Jika dikaji dasar pertimbangan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, maka pengaturan dan pelayanan di bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan negara Republik Indonesia sebagai negara hukum.

Orang asing yang memasuki wilayah yurisdiksi Indonesia, wajib memenuhi beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang keimigrasian, yaitu wajib memiliki surat perjalanan yang sah dan masih berlaku, sebagaimana dimaksud

34 Yudha Bhakti, 2003. Hukum Internasional: Bunga Rampai, Bandung: Alumni.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

32

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Keimigrasian adalah hal ihwal mengenai orang-orang yang masuk atau keluar di wilayah Indonesia sekaligus mengawasi terhadap orang asing tersebut.35 Ada dua hal yang sangat mendasar dalam hal pengertian keimigrasian Indonesia yaitu pertama adalah aspek lalu lintas orang antar negara, sedang yang kedua adalah menyangkut pengawasan orang asing yang meliputi pengawasan terhadap masuk dan keluar, pengawasan keberadaan serta pengawasan terhadap kegiatan orang asing di Indonesia.

Pengertian pengawasan dalam fungsi keimigrasian adalah keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Pada awalnya pelaksanaan pengawasan hanya dilakukan terhadap orang asing saja, akan tetapi mengingat perkembangan dan dinamika masyarakat yang semakin kompleks, hal tersebut dilakukan secara menyeluruh, termasuk juga terhadap warga Negara Indonesia, khususnya dalam hal penyalahgunaan dan pemalsuan dokumen perjalanan.36 Pengawasan orang asing dilakukan mulai saat memasuki, berada dan sampai meninggalkan Indonesia.

Dewasa ini luas lingkup dari keimigrasian tidak lagi mencakup pengaturan, penyelenggaraan keluar-masuk orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia, serta pengawasan

35 Soetopawiro, Koeniatmono, 1996, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian di Indonesia, Jakarta, Gramedia.

36 Indra, Muhammad, 2008. Perspektif Penegakan Hukum dalam Sistem Keimigrasian Indonesia, Universitas Padjadjaran, Bandung

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

33

orang asing yang berada di wilayah Indonesia, akan tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia demi kepentingan umum, penyidikan atas dugaan terjadinya tindak pidana keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan mekanisme pemberian izin keimigrasian. Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian dapat dikatakan bagian dari bidang hukum administrasi negara. Fungsi hukum keimigrasian tidak hanya otonom bergerak dalam lingkup hukum administrasi negara, namun juga bersinggungan dan bertalian erat dengan hukum yang lain, seperti hukum ekonomi, hukum internasional dan hukum pidana. Di dalam praktek keimigrasian, banyak terjadi kasus pelanggaran terhadap batas waktu izin tinggal yang dilakukan oleh orang asing tersebut, meskipun undang-undang keimigrasian telah memberikan sanksi pidana yang tegas. Batas waktu keberadaaan orang asing diperlukan agar esensi kedaulatan negara dapat ditegakkan dan tujuan kedatangan serta keberadaan orang asing tersebut harus jelas agar tidak merugikan kepentingan rakyat dan negara Republik Indonesia baik dari segi ekonomi, sosial budaya, keamanan, maupun politik.

Pelaksanaan dari kebijakan nasional mengenai keimigrasian menganut kebijakan selektif yang dalam implementasinya yaitu:

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

34

1. Hanya orang asing yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara yang diizinkan masuk ke wilayah Indonesia;

2. Tidak membahayakan dari segi keamanan dan tidak mengganggu ketertiban, kesusilaan;

3. Harus mentaati ataupun mengindahkan peraturan yang diadakan bagi orang asing yang hendak masuk ataupun berada di Indonesia.

Kegiatan dalam bentuk pengawasan tersebut adalah dalam rangka menunjang agar tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan negara, keamanan dan ketertiban umum, serta kewaspadaan terhadap segala dampak negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar negara. Keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia perlu diawasi secara teliti dan terkoordinasi dengan tanpa mengabaikan keterbukaan dalam memberikan pelayanan bagi orang asing. Langkah pengawasan tersebut pada dasarnya juga diikuti dengan penindakan keimigrasian demi terciptanya penegakan hukum yang cepat dan tepat atas setiap pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing yang berada di Indonesia.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Pengawasan Orang Asing disebutkan tindakan keimigrasian ditetapkan dengan keputusan tertulis oleh pejabat imigrasi yang berwenang dan keputusan ini disampaikan kepada orang asing yang dikenakan tindakan keimigrasian tersebut selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal penetapan. Dalam hal tindakan keimigrasian berupa penolakan masuk

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

35

ke wilayah Negara Republik Indonesia, keputusan tindakan keimigrasian oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi dilakukan dengan menerakan tanda penolakan di paspornya. Maksud tindakan keimigrasian ini adalah untuk melaksanakan kebijaksanaan pengawasan di bidang keimigrasian dan membantu terlaksananya penegakan hukum di wilayah Negara Republik Indonesia baik secara preventif maupun represif. Penindakan keimigrasian demi terciptanya penegakan hukum dimaksud dapat berupa tindakan yang bersifat administrasi yaitu tindakan melalui proses di luar peradilan dan berupa tindakan melalui proses peradilan atau yang dikenal dengan pro yustitia.Di samping itu kebijakan hukum pidana di bidang keimigrasian tetap harus didasarkan atas prinsip atau asas Ultimum Remedium yang artinya bahwa hukum pidana baru dipergunakan apabila sarana-sarana lain gagal untuk menyelesaikannya.

Selanjutnya pembatasan masuknya unsur-unsur pidana ke dalam hukum keimigrasian harus dilihat secara proporsional, di mana apabila sesuatu perbuatan telah diatur atau dikriminalisasikan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang dikaitkan dengan keimigrasian, maka hal tersebut mutlak menjadi tindak pidana kemigrasian dan hal yang murni keimigrasian yang merupakan hukum administratif, sanksi yang diatur adalah sepenuhnya hukum administratif. Perkembangan kebijakan keimigrasian baik dari aspek pengaturan dan penegakan hukum yang terjadi selama ini secara simultan telah dirasakan perlu upaya untuk memperbaharui berbagai peraturan perundang-undangan di bidang keimigrasian sesuai dengan menjamin kepastian, keadilan dan kemanfaatannya.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

36

Kegiatan dalam bentuk pengawasan tersebut adalah dalam menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan negara, keamanan dan ketertiban umum, serta kewaspada terhadap segala dampak negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar Negara, keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia perlu diawasi secara teliti dan terkoordinasi dengan tanpa mengabaikan keterbukaan dalam memberikan pelayanan bagi orang asing.

Langkah pengawasan tersebut pada dasarnya juga diikuti dengan penegakan hukum yang cepat dan tepat atas setiap pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh warga negara asing yang berada di Indonesia koordinasi pengawasan orang asing dilakukan secara terpadu, dan siporadik dibentuk di tingkat pusat, di tingkat Propinsi dan di tingkat daerah. Mekanisme pelaksanaannya harus dilakukan dengan mengadakan koordinasi dengan badan atau instansi pemerintah yang di bidang tugas menyangkut orang asing, badan atau instansi tersebut antara lain Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Tenaga Kerja, Kejaksanaan Agung, Badan Intelijen Negara, dan Kepolisiaan Negara Republik Indonesia.

Di tingkat pusat pelaksanaan pengawasan dan koordinasi dengan instansi terkait dilakukan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Sedangkan di tingkat provinsi pengawasan dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah dan Wilayah kabupaten/ kotamadya oleh Kepala Kantor Imigrasi. Dalam rangka pengawasan keimigrasian seorang Pejabat Imigrasi berwenang. Berdasarkan aspek penegakan hukum keimigrasian, pelaksanaan yang

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

37

sesuai dengan aturan hukum yang berlaku adalah berupa tindakan yang bersifat administratif dan tindakan melalui proses peradilan (pro justitia). Sedangkan petugas penegak hukum keimigrasian sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang adalah Pejabat Imigrasi yang dalam hal ini sekaligus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil Keimigrasian (PPNS Imigrasi).

F. REGULASI KEBIJAKAN IZIN TINGGAL ORANG ASING DI INDONESIA

Semua pengaturan hukum keimigrasian termasuk dalam hukum yang memaksa, hukum keimigrasian, termasuk hukum publik biasanya hukum yang memaksa, karena ia mengatur kepentingan-kepentingan umum. Undang-Undang Keimigrasian merupakan hukum tertulis tentang keimigrasian, sebagaimana prinsip dalam aliran hukum positif adalah aliran pemikiran hukum yang memberikan penegasan terhadap bentuk hukum (undang-undang), isi hukum (perintah penguasa), ciri hukum (sanksi, perintah, kewajiban dan kedaulatan), dan sistematika norma hukum.

Di dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang isinya terdiri dari pengaturan yang bersifat hukum administratif dan sanksi yang menjelaskan mengenai ketentuan Pidana Keimigrasian. Hal yang bersifat hukum administratif adalah hal yang memuat tentang pengaturan, pelayanan, perijinan dari aspek-aspek keimigrasian yaitu mengenai masuk dan keluar wilayah Indonesia, Surat Perjalanan Republik Indonesia, sedangkan hal yang mengenai

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

38

proses penegakan hukum, dan sanksi pidana adalah tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian, Penyidikan dan Ketentuan Pidana. Dari hal-hal yang dimuat di dalam Undang-Undang tersebut yang merupakan dasar hukum keimigrasian Indonesia diuraikan sebagai berikut: “Keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk dan ke luar wilayah merupakan hak dan wewenang negara Republik lndonesia serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatannya sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

1. Sistem Pengawasan Keimigrasian Di Indonesia

Keimigrasian dalam hal implementasinya secara operasional yang memenuhi tuntutan perubahan zaman reformasi. Begitu juga dalam hal sistem yang digunakan Pengawasan operasional, diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, yakni melakukan kegiatan rutin dan operasi di lapangan dengan melakukan serangkaian pemantauan atau penyelidikan secara wawancara, pengamatan dan penggambaran, pengintaian, penyadapan, pemotretan, penyurupan, penjejakan, penyusupan, penggunaan informasi dan kegiatan lain. Kesemua kegiatan tersebut adalah untuk memperoleh bahan keterangan atau informasi yang dibutuhkan pada pengambilan keputusan dalam rangka merumuskan dan menetapkan kebijakan keimigrasian, khususnya dalam hal mengawasi setiap orang baik warga negara Indonesia maupun orang asing yang masuk dan keluar wilayah Indonesia, mengawasi

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

39

keberadaan dan kegiatan orang asing yang melanggar atau tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, permusuhan terhadap rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk kelancaran dan keberhasilan penyelidikan, dilakukan tindakan pengamanan dan penggalangan.

Konsepsi kebijakan keimigrasian di Indonesia adalah merujuk pada tujuan nasional daripada mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagaimana dimaksud alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Hal ini, menjadi dasar dan acuan bagi penyelenggara negara khususnya dalam hal merumuskan kebijakan di bidang keimigrasian. Kemudian politik Indonesia dalam bidang keimigrasian sekarang bukan politik pintu terbuka tetapi politik saringan yang berarti bahwa pemerintah hanya mengizinkan masuk orang asing yang akan mendatangkan keuntungan untuk Indonesia.37 Kewenangan untuk menetapkan Keputusan Tindakan Keimigrasian di tingkat operasional ada pada Kepala Kantor Imigrasi di tingkat pengawasan dan pengendalian ada pada koordinator/Bidang Imigrasi pada setiap Kantor Wilayah dan tingkat pusat dalam hal ini Direktur Jenderal Imigrasi yang dalam pelaksanaannya pada Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian.

37 Wahyudin Ukun, 2004, Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian, PT. Adi Kencana Aji, Jakarta

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

40

2. Fungsi Keamanan

Imigrasi berfungsi sebagai penjaga pintu gerbang negara. Dikatakan demikian karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring kedatangannya dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah Republik Indonesia. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada warga Negara Indonesia dijabarkan melalui tindakan pencegahan ke luar negeri bagi warga Negara Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung. Khusus warga Negara Indonesia (WNI) tidak dapat dilakukan pencegahan karena alasan-alasan keimigrasian belaka.

Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada warga negara asing (WNA) adalah:a. Melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan

orang asing melalui pemeriksaan permohonan visa;b. Melakukan kerjasama dengan aparatur keamanan

negara lain khususnya di dalam memberikan supervisi perihal penegakan hukum keimigrasian;

c. Melakukan operasi intelejen keimigrasian bagi kepentingan keamanan negara;

d. Melaksanakan pencegahan dan penangkalan, yaitu larangan bagi orang untuk meninggalkan wilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu dan atau larangan untuk memasuki wilayah Indonesia dalam waktu tertentu.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

41

3. Mekanisme Pengawasan

Peranan petugas imigrasi dalam hal pengawasan sangatlah berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri, meskipun aturan tentang keimigrasian telah baik, harus didukung oleh mental petugas yang baik pula, terutama para petugas yang bertugas di pintu-pintu masuknya orang asing ke Indonesia, apabila mereka bertindak masa bodoh, maka orang asing tersebut akan leluasa berkeliaran di Indonesia. 38Hasil pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung, khususnya yang menggunakan fasilitas bebas visa untuk wisata menunjukan perlu adanya pemantauan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara dini setiap peristiwa yang dapat diduga mengandung unsur-unsur pelanggaran keimigrasian. Mekanisme pengawasan tersebut adalah sebagai berikut:a. Tahap pengawasan, yaitu dilakukan mulai pada saat

orang asing mengurus izin masuk ke Indonesia di luar negeri, kemudian saat orang asing tersebut mendarat di Wilayah Republik Indonesia harus juga diperiksa dan ketika orang asing tersebut berada atau tinggal di Indonesia;

b. Teknik pengawasan, yaitu secara admninistratif tentang perizinannya, wawancara untuk mencari, mengetahui kebenaran materil terhadap keberadaan

38 Susila, I Wayan Tangun; dkk. 2006. Usaha Penanggulangan Tindak Pidana Imigrasi dan Imigrasi Gelap di Kota Madya Denpasar. Universitas Udayana dan PDII LIPI (Jakarta). Denpasar.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

42

orang asing yang berkunjung, dan diadakan peninjauan ke lokasi;

c. Sistem pelaporan, sebaiknya memiliki satu sistem database di seluruh Indonesia yang dapat diakses oleh semua petugas imigrasi dimanapun berada, dan juga membuat daftar terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakuan oleh orang asing yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penindakan imigrasi;

d. Koordinasi dengan instansi terkait, karena dari segi kuantitas petugas imigrasi sangat kurang untuk mengawasi keadaan setiap orang asing dalam segala kegiatan mereka di Indonesia, maka Menteri Hukum dan HAM sebagai yang bertanggung jawab dalam pengawasan orang asing dan dalam hal ini lebih dititik beratkan kepada imigrasi, maka harus melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah lainnya, sepanjang yang menyangkut masalah:1) Tenaga Kerja, Kementerian Hukum dan HAM

melakukan kerjasama dengan:a) Kementerian Tenaga Kerja;b) Kementerian Luar Negeri;c) Badan Koordinasi Penanaman Modal;d) Polri;e) Pemda dan Departemen Teknis.

2) Tourist, Kementerian Hukum dan HAM berkerja sama dengan:a) Kementerian Pariwisata, Pos dan

Telekomunikasi;

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

43

b) Kementerian Luar Negeri;c) Kementerian Dalam Negeri;d) Polri.

3) Artis Asing, Kementerian Hukum dan Ham berkerja sama dengan:a) Kementerian Pariwisata, Pos dan

Telekomunikasi;b) BAKIN (BIN);c) Kementerian Luar Negeri;d) Kementerian Dalam Negeri;e) Kementerian Tenaga Kerja;f) Polri;g) Pemda.

4) Awak Kapal: Kementerian Hukum dan Ham berkerja sama dengan:a) Kementerian Perhubungan;b) Kementerian Luar Negeri;c) Kementerian Pertanian;d) TNI Angkatan Laut;

5) Masalah Khusus, Kementerian Hukum dan Ham berkerja sama dengan:a) BAKN;b) BIN;c) Polri;d) Kejaksaan Agung;e) Kementerian Tenaga Kerja;f) Pemda.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

44

Meskipun pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung ke Indonesia sudah diatur dan mekanismenya sudah sedemikian rupa, namun dalam pelaksanaanya masih saja terdapat orang asing yang melakukan pelanggaran atau penyalahgunaan. Hal ini terjadi karena pengawasan yang kurang efektif dari petugas imigrasi yang terbatas. Karena itu sangat penting koordinasi dengan instansi lain. Dalam rangka mengantisipasi era globalisasi dan informasi yang semakin meningkat selaras dengan peningkatan arus lalu lintas orang asing, maka pelaksanaan pengawasan orang asing perlu diberikan prioritas utama. Pengawasan orang asing dimulai dari pemantauan terhadap keberadaan dan kegiatannya serta operasi-operasi, baik operasi khusus maupun rutin. Keberhasilan pengawasan orang asing sangat tergantung kepada berhasil tidaknya pelaksanaan pemantauan dilapangan.

4. Pemantauan keimigrasian dan operasional keimigrasian

Pemantauan merupakan salah satu cara atau kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk mengetahui secara dini setiap peristiwa yang diduga mengandung unsur- unsur pelanggaran atau kejahatan, baik mengenai keberadaan maupun kegiatan orang asing. Pemantauan keimigrasian dapat berupa:a. Memantau terhadap setiap peristiwa yang dapat

diduga dan atau mengandung unsur-unsur terjadinya pelanggaran keimigrasian seperti penyalahgunaan izin tinggal sesuai visa yang bersangkutan;

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

45

b. Menginvetarisir terjadinya pelanggaran keimigrasian serta pembinaan teknis tempat-tempat pemeriksaan keimigrasian;

c. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang suatu peristiwa terjadinya pelanggaran keimigrasian, pengumpulan dan penilaian bahan keterangan dari tempat-tempat pemeriksaan keimigrasian.

Operasi adalah suatu kegiatan objek tertentu terhadap yang dibatasi oleh tempat, waktu serta dana. Untuk mengetahui setiap peristiwa yang diduga mengandung unsur pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku di bidang keimigrasian, dapat diperoleh dari setiap bahan keterangan yang mempunyai kaitan dengan perbuatan orang asing baik lalu lintas, keberadaan maupun kegiatannya. Upaya mencari dan menemukan keterangan yang berkaitan dengan peristiwa yang dimaksud agar diupayakan pelaksanaanya disesuaikan dengan jenis dan macam pelanggaran dalam bidang pembangunan, baik berupa pembangunan fisik dan non fisik, dengan memperhatikan hak-hak asasi manusia dan senantiasa disertai dengan dasar hukum dalam artian dilengkapi dengan sudut perintah. Keberhasilan penyelenggaraan, sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pelaksanaan dalam menghadapi jenis dan macam pelanggaran. Oleh karena itu, upaya dalam mencari dan menemukan bahan keterangan perlu perencanaan melalui mekanisme adanya perencanaan yang matang, organisasi serta pengawasan dan koordinasi dengan memperhatikan situasi dan kondisi,

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

46

sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cermat, tepat, berhasil guna dan berdaya guna.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

47

48 Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III ini akan menguraikan hasil analisis data dengan pendekatan gabungan (mix-method) yaitu gabungan antara analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Pertama adalah deskripsi responden yang terlibat aktif dalam penelitian ini, yaitu responden yang mengisi data kuesioner untuk penelitian kuantitatif dan responden yang terlibat dalam penelitian kualitatif. Analisis statistik deskriptif dari data kuantitatif berguna untuk menguraikan distribusi jawaban responden terhadap setiap pertanyaan terkait pengaturan regulasi Tim Pengawasan Orang Asing. Bagian akhir adalah analisis metode gabungan (mix-method) dengan sistem inter-relasi antara setiap pertanyaan dalam data kuantitatif yang digabung dengan data kualitatif.

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Dalam pengkajian ini yang menjadi responden adalah unsur-unsur atau anggota yang terdapat di dalam Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) yaitu petugas imigrasi yang bertugas di bagian pengawasan dan penindakan keimigrasian,

49Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

Kesatuan Kebangsaan dan Politik (kesbangpol) Kementerian Dalam Negeri, Kesatuan Kebangsaan dan Politik Daerah, Kementerian Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi, Kepolisian, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dan Dinas Pariwisata.

Grafik. 3.1.Sebaran Data Responden

Sumber: Pengolahan data lapangan

Dari 45 responden didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak

84% (38 orang), sedangkan responden perempuan berjumlah 11% (5 orang), sedangkan dari keseluruhan responden yang tidak menjawab sebesar 5 % (2 orang) seperti terlihat pada grafik dibawah ini.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

50

Grafik. 3.2.Jenis Kelamin

Sumber: Pengolahan data lapangan

Mayoritas responden adalah pegawai atau pejabat imigrasi yaitu 82 % (34 orang), Kementerian Dalam Negeri 7 %, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 5%, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2%, Kepolisian (intelkam) 2%, Dinas Pariwisata, 2%.

Grafik.3.3 Anggota Timpora

Sumber: Pengolahan data lapangan

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

51

Tingkat pendidikan terakhir responden ditampilkan pada gambar 3.3. Dari 45 responden sebanyak 15% (6 orang) menempuh pendidikan SMU atau sederajat, 51% (21 orang) tingkat sarjana, dan 34% (14 orang) tingkat master atau S2.

Grafik.3.4 Tingkat pendidikan

Sumber: Pengolahan data lapangan

Berdasarkan pengelompokan tingkat jabatan responden bervariasi, dari pejabat eselon II hingga Jabatan Fungsional Umum (JFU). Seperti terlihat pada gambar 3.4. diatas. Dari 45 responden yang menjawab sebagian besar adalah JFU yaitu 38%, kemudian diikuti pejabat Eselon IV sebesar 33%, kemudian eselon V sebanyak 13%, eselon III 9%, dan yang terakhir adalah eselon II sebesar 7%.

Grafik.3.5 Jabatan Responden

Sumber: Pengolahan data lapangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

52

B. PENGATURAN REGULASI TIM PENGAWASAN ORANG ASING

Kegiatan pengawasan pada dasarnya merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin semua kegiatan yang diselenggarakan dalam suatu organisasi sesuai dengan rencana, termasuk suatu strategi yang telah ditetapkan sebelumnya dan untuk mencegah terjadinya deviasi dalam operasionalisasi suatu rencana, sehingga berbagai kegiatan operasional yang sedang berlangsung dapat terlaksana dengan baik, efisien dan efektif. Dalam kaitannya dengan kegiatan pengawasan terhadap orang asing di Indonesia, bahwa dalam rangka menjamin kemanfaatan orang asing tersebut dan dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan negara, keamanan dan ketertiban umum serta kewaspadaan terhadap dampak negatif yang mungkin timbul akibat perlintasan orang antar negara, keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia, dipandang perlu melakukan pengawasan bagi orang asing dan tindakan keimigrasian secara cepat, tepat, teliti dan terkoordinir tanpa mengabaikan keterbukaan dalam memberikan pelayanan terhadap orang asing.

Orang asing yang masuk ke Indonesia harus memberikan kontribusi atau manfaat yang positif baik bagi negara maupun masyarakat seperti devisa, transfer of knowledge, joint research, kerjasama di bidang pendidikan, kesehatan, teknologi dan lain sebagainya bukan malah sebaliknya. Keberadaan dan kegiatan mereka diharapkan mampu mendorong kemajuan di segala bidang (prosperity approach) dan (security approach). Sebagai

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

53

negara yang berdaulat, Indonesia dalam perkembangan hukum tidak terlepas dari kaitannya pada hukum yang mengatur orang asing yang akan memasuki Wilayah Republik Indonesia, selain mengatur warga Negara Indonesia yang akan meninggalkan negaranya. Untuk itu diperlukan aturan atau hukum yang mengatur mengenai lalu lintas orang masuk dan keluar wilayah Indonesia, keberadaan dan kegiatan warga negara asing di wilayah Indonesia yaitu hukum imigrasi. Di dalam kontek regulasi/aturan terkait pengawasan kegiatan orang asing, telah diatur di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Setiap organisasi memiliki seperangkat peraturan yang menjadi hukumnya sendiri. Peraturan dapat disebut sebagai landasan hukum dari organisasi itu sendiri. Landasan hukum dari sebuah organisasi sangatlah penting karena landasan hukum ini menentukan bagaimana ruang lingkup, serta tujuan dari dibentuknya organisasi tersebut. Menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier ada tiga variable yang mempengaruhi suatu kebijakan salah satunya yaitu karakteristik kebijakan atau undang-undang. Artinya bahwa seperangkat aturan tersebut harus jelas isi kebijakannya sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan, bagaimana keterpautan dukungan antar instansi, dukungan finansial, kejelasan dan konsistensi aturan yang ada dan bagaimana tingkat komitmen aparat terhadap terhadap tujuan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

54

Grafik 3.6. Landasan Hukum

Sumber: Hasil Pengolahan Data Lapangan

Pemahaman atas alasan diberlakukannya aturan perundangan terkait Timpora tersebut memiliki peranan esensial dalam penentuan suatu kebijakan. Hal ini terlihat dari jawaban responden pada gambar tersebut diatas yaitu 67% (30 orang) dari 45 responden menjawab pemahaman terhadap regulasi yang menjadi payung hukum Timpora sudah baik yaitu diatur di dalam pasal 69 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang pelaksanaannya diatur di dalam PP Nomor 31 Tahun 2013 dan struktur organisasi tugas dan fungsi serta peran masing-masing anggotanya kewenangan dan tanggung jawab di dalam suatu kerangka aturan yang jelas sehingga memudahkan di dalam pelaksanaannya yaitu di dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI39, sedangkan 24% (11 orang) yang menjadi landasan hukum adalah UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara dan UU Nomor 8 Tahun 81 KUHP dan 9% (4 orang) tidak menjawab. Dari jawaban responden tersebut di atas menggambarkan perlu adanya pemahaman yang sama terkait landasan hukum yang

39 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 50 Tahun 2016 tentang Tim Pengawasan Orang Asing.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

55

digunakan sehingga pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum dapat berjalan dengan optimal.

Struktur organisasi merefleksikan suatu lembaga terhadap kebutuhan sumber daya manusia, pembagian tugas dan koordinasi antar fungsi yang melekat pada masing-masing bagian dalam organisasi. Tujuannya adalah agar target pencapaian organisasi dapat terpenuhi. Idealnya organisasi mampu merepresentasikan diri dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan dan mengakomodir tujuan pengembangan organisasi itu sendiri sesuai dengan tuntutan zaman. Tujuan dari pembentukan organisasi Timpora tersebut tentunya untuk memudahkan para anggotanya menjalankan peran masing-masing sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama. Pembentukan struktur organisasi dipengaruhi beberapa faktor yang akan mempengaruhi visi dan misi dan juga akan mempengaruhi tercapainya tujuan organisasi tersebut, apakah hasil yang dicapai efektif atau tidak, yaitu, pertama, strategi organisasi apa yang digunakan agar tujuan dapat tercapai dengan optimal, kedua, teknologi yang digunakan, artinya bahwa apakah organisasi tersebut juga sudah memanfaatkan kemajuan teknologi yang juga didukung oleh sumber daya manusianya, kemudian yang ketiga yang tidak kalah penting adalah ukuran organisasi, karena ukuran sebuah organisasi akan menentukan efektif atau tidaknya hasil yang akan dicapai. Struktur organisasi merupakan serangkaian mekanisme formal (formal mechanism) bagaimana organisasi tersebut dikelola yang terdiri dari kerangka dan susunan perwujudan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun sumber daya manusia yang menunjukkan kedudukan atau

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

56

posisi, tugas, wewenang maupun tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Berdasarkan definisi dan pengertian tersebut terlihat jelas bahwa struktur organisasi yang baik dan jelas akan menentukan tujuan dari pembentukan suatu organisasi.

Struktur organisasi Tim Pengawasan Orang Asing diatur di dalam ketentuan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 201640 baik di tingkat pusat maupun daerah hingga kecamatan yang anggotanya terdiri dari berbagai lintas instansi yang mempunyai tugas dan fungsi terkait kegiatan orang asing. Pertanyaannya adalah apakah pembentukan Timpora hingga kecamatan sudah efektif dan sudah berjalan optimal..? Robbins mendefinisikan struktur organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi, dan dikelompokkan secara formal.41

40 Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2016, Bab III Tentang Struktur Organisasi pada ketentuan pasal 8, Timpora beranggotakan perwakilan dari instansi dan/atau lembaga pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, ketentuan pasal 9-14 juga diatur pembentukan Timpora dari tingkat pusat hingga kecamatan, dan juga diatur terkait keanggotaan Timpora dari instansi terkait yang mempunyai keterkaitan dengan keberadaan dan kegiatan orang asing (peraturan menteri ini ditetapkan pada tanggal 16 Desember 2016 dan diundangkan pada tanggal 29 Desember 2016)

41 Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

57

Grafik.3.7. Struktur Organisasi

Sumber: Hasil Pengolahan Data Lapangan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para responden terkait bagaimana struktur organisasi Timpora yang ada, seperti terlihat pada grafik.3.7 diatas, apakah struktur tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan menunjukkan, bahwa mayoritas responden 86.67% (39 orang) menjawab setuju bahwa struktur organisasi Timpora yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan sedangkan sisanya yaitu sebesar 13,33% (6 orang) menyatakan bahwa struktur organisasi Timpora belum mencerminkan kebutuhan saat ini. Dari hasil wawancara dengan beberapa responden, mayoritas menyatakan bahwa struktur yang ada sudah baik, namun agar lebih optimal perlu melibatkan perangkat pemerintah daerah hingga tingkat kelurahan juga RT/RW, sehingga pengawasan terhadap orang asing akan lebih optimal. Jawaban senada juga disampaikan oleh pejabat eselon III di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyatakan bahwa Timpora yang ada saat ini sudah berjalan dengan baik namun belum maksimal, hal ini bukan tanpa alasan karena menurutnya hanya pihak imigrasi

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

58

saja yang mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan permasalahan terkait orang asing di lapangan. Menurutnya Timpora idealnya lebih operasional sehingga tiap-tiap anggota mempunyai otoritas untuk melakukan kegiatan pengawasan lapangan. Dan lagi, terkesan anggota yang ada tidak sesuai dengan kompetensi ataupun mempunyai latar belakang PPNS.

Selain pembentukan Timpora oleh Imigrasi, Timpora juga dibentuk oleh pemerintah daerah (Surat Keputusan Gubernur) yang beranggotakan instansi yang terkait dengan keberadaan dan kegiatan orang asing. Penulis berpendapat bahwa fakta ini menunjukkan pembentukan Timpora yang diatur di dalam ketentual pasal 6942 belum berjalan dengan efektif. Hal ini dapat diasumsikan bahwa struktur organsasi Timpora yang ada belum mampu mengakomodir kepentingan pemerintah daerah untuk secara maksimal melakukan pengawasan terhadap kegiatan orang asing. Ketentuan pasal 19743 ayat (1) menyebutkan bahwa Timpora Pusat dengan surat keputusan menteri (Menteri Hukum dan HAM), kemudian pada ayat (2) dijelaskan bahwa Timpora diketuai oleh menteri atau pejabat imigrasi yang ditunjuk (Direktur Pengawasan dan Penindakan), dari pasal tersebut di atas dapat diartikan bahwa secara operasional Timpora Pusat mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap orang asing di seluruh wilayah Indonesia. Kemudian ketentuan pasal 198 ayat (1) berbunyi bahwa Timpora di tingkat propinsi dengan keputusan

42 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian43 PP Nomor 31 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

59

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, pada ayat (2) berbunyi Timpora tingkat propinsi diketua oleh Kepala Divisi Keimigrasian.

Ketentuan pada ayat (2) tersebut dapat diartikan bahwa Kepala Divisi Keimigrasian mempunyai kewenangan yang secara operasional juga melakukan pengawasan orang asing di tingkat propinsi. Namun faktanya bahwa seorang Kepala Divisi Keimigrasian tidak mempunyai kewenangan secara operasional untuk melakukan pengawasan terhadap orang asing. Inilah yang kemudian menjadi permasalahan di lapangan terkait tugas teknis pengawasan. Di dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, ketentuan pasal 29, divisi imigrasi tidak mempunyai fungsi menjalankan pengawasan terhadap orang asing dan di dalam struktur organisasi juga tidak ada sub direktorat atau bagian yang melaksanakan fungsi pengawasan dan penindakan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Divisi Imigrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bali, mengatakan bahwa secara struktur organisasi, Kepala Divisi Keimigrasian tidak dapat melakukan kegiatan operasional pengawasan orang asing, hanya bersifat koordinatif. Untuk itu seyogyanya perlu untuk ditinjau kembali ORTA khususnya mengenai tugas dan fungsi Kepala Divisi Keimigrasian. Secara eksplisit Kepala Divisi Keimigrasian menjawab perlu untuk dilakukan revisi terhadap Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terkait tugas dan kewenangan kepala divisi untuk melakukan kegiatan operasional pengawasan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

60

orang asing, bukan sebatas mengkoordinasikan di tingkat propinsi dengan instansi terkait.

Implementasi suatu kebijakan harus mengatur secara jelas dan rinci terkait tugas, peran dan fungsi tiap-tiap anggota, bagaimana pembagian tugas hingga standard operating procedure (SOP) agar dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Anggota harus memahami peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan ruang lingkup. Menurut Komarudin konsep tentang peran44 dalam buku “ensiklopedia manajemen” mengungkapkan bahwa peran merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen; peran juga merupakan pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status; bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata; juga merupakan fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya; yang terakhir merupakan fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa peran adalah merupakan fungsi, karakter adanya hubungan sebab akibat dari suatu tatanan atau struktur baik dalam suatu organisasi ataupun dalam hubungan masyarakat. Bahwa agar suatu tatanan organisasi dapat berjalan dengan baik tentunya, anggota dalam suatu organisasi tersebut harus memahami peran fungsi masing-masing sesuai dengan aturan yang sudah disepakati bersama. Terkait dengan pembentukan Timpora, agar organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik masing-

44 Komarudin .1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.768

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

61

masing anggota harus memahami perannya sesuai ruang lingkup tugas, sehingga di dalam pelaksanaan tugas akan lebih mudah untuk dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan seperti terlihat pada grafik 3.8 dibawah ini bahwa 45 responden yaitu 87% (39 orang) sudah memahami peran dan fungsi timpora sedangkan 13% (6 orang) menjawab belum memahami peran dan fungsi tim pengawasan orang asing.

Grafik.3.8. Peran dan Fungsi

Sumber: Hasil Pengolahan Data Lapangan

Ada beberapa alasan responden kenapa mereka menjawab tidak memahami peran fungsi mereka yaitu masih minimnya anggaran dan informasi terkait pengawasan orang asing. Timpora dibentuk masih sebatas tugas koordinasi tukar menukar informasi dan perlu adanya terobosan baru sehingga seluruh anggota tim lebih aktif didalam menjalankan peran dan fungsi sesuai dengan ruang lingkup tugas masing-masing. Masih adanya ego sektoral dari anggota timpora untuk sharing tukar menukar informasi terkait keberadaan dan kegiatan orang asing, menjadi kendala untuk melakukan pendataan jumlah orang asing yang ada disuatu wilayah, pemetaan terhadap

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

62

keberadaan dan kegiatan, serta pemantauan hingga antisipasi terjadinya kegiatan maupun penyimpangan yang akan terjadi. Belum adanya SOP di dalam tim pengawasan orang asing juga menjadi permasalahan anggota tim, banyak anggota tim yang “pasif” tidak proaktif, seolah-olah hanya ikutan terutama instansi yang tidak mempunyai fungsi pengawasan kegiatan orang asing. Kegiatan operasi gabungan Timpora dilakukan hanya enam (6 bulan) sekali atau insidentil atau disesuaikan dengan anggaran dan inisiatif Timpora tersebut.

SOP adalah suatu set instruksi (perintah kerja) terperinci dan tertulis yang harus diikuti demi mencapai keseragaman dalam menjalankan suatu pekerjaan tertentu (detailed, written instructions to achieve uniformity of the performance of a specific function) dengan berpedoman pada tujuan yang harus dicapai. Standart Operating Procedur adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus dilaksanakan.45 Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena SOP selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang berkaitan dengan ketepatan program dan waktu, juga digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Standart Operating Procedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan

45 FEMA, 1999, Developing Effective Standard Operating Procedures For Fire and EMS Departments FA-97/December 1999

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

63

tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja berdasarkan indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.

Optimalisasi46 adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien. Dalam beberapa literatur manajemen, tidak dijelaskan secara tegas pengertian optimalisasi, namun dalam Optimalisai banyak juga diartikan sebagai ukuran dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan Winardi47 mendefinisikan optimalisasi sebagai ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan. Dalam Kamus Oxford “Optimization is the process of finding the best solution to some problem where “best” accords to prestated criteria”.48 Dari uraian tersebut optimalisasi merupakan sebuah proses, cara dan perbuatan (aktivitas/kegiatan) untuk mencari solusi terbaik terhadap permasalahan, secara efektif dan efesien berdasarkan kriteria tertentu. Dari pendapat dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha atau upaya harus spesifik dan jelas, terukur artinya harus dapat diukur dengan menggunakan indikator yang tepat sehingga dapat melakukan peninjauan ulang, mengevaluasi pencapaiannya serta dapat melakukan tindakan-tindakan

46 Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. poerdwadarminta,1997 hal.75347 Winardi, 1999, Pengantar Manajemen Penjualan, Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti hal. 36348 Crowther, Jonathan (ed.), 1995, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, New

York: Oxford University Press

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

64

perbaikan yang seperlunya, harus dapat dicapai berdasarkan kemampuan yang dimiliki (achievable) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yaitu efektif dan efesien baik dari segi waktu dan anggaran.

Grafik.3.9.Optimalisasi Peran Timpora

Sumber: Hasil Pengolahan Data Lapangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60% (28 orang) menyatakan bahwa pengawasan orang asing di dalam wadah Timpora sudah berjalan dengan optimal, sedangkan sebanyak 40% (17 orang) responden menjawab pengawasan tidak optimal, seperti terlihat pada grafik 3.2.4 diatas. Hasil wawancara dari beberapa responden yang menyatakan bahwa pengawasan terhadap orang asing masih ditemukan ego sektoral baik dari internal maupun instansi. Seperti yang disampaikan oleh sumber dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi bahwa pihak kementerian kesulitan untuk meminta data terkait perusahaan yang mempekerjakan WNA karena belum adanya data base (data yang terintegrasi) dari dinas tenaga kerja yang ada di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota, sehingga ketika ada pengaduan dari masyarakat terkait orang

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

65

asing yang bekerja di suatu wilayah, kementerian tenaga kerja kesulitan untuk melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap jumlah WNA dan kelengkapan dokumen hal senada juga diungkapkan oleh sumber dari sub bidang pengawasan orang asing Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri, yaitu adanya kesulitan untuk mendapatkan data terkait kegiatan orang asing di daerah yang menjadi ruang lingkup pemerintah daerah, sehingga pengawasan dan pemantauan sulit dilakukan dengan maksimal.

Data tersebut diatas menggambarkan bahwa pengawasan kegiatan orang asing dalam wadah Timpora sudah berjalan dengan baik, namun belum optimal. Yang menjadi persoalan adalah tidak semua anggota yang dilibatkan dalam Timpora mempunyai tugas dan fungsi pengawasan orang asing, seperti dinas pariwisata, dinas pendidikan, dinas kependudukan dan catatan sipil dan lain sebagainya, sehingga tugas pengawasan orang asing hanya dianggap tugas tambahan. Mereka menyatakan bahwa bahwa pengawasan orang asing merupakan domain imigrasi.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasi itu sendiri maupun bagi para personilnya. Di dalam organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan pendahuluan (preliminary control), pengawasan pada saat kerja berlangsung (ocurrent control), pengawasan feed back

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

66

(feed back control). Agar suatu kebijakan berjalan dengan baik dan optimal sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, perlu dilakukan pengawasan terhadap seluruh tindakan baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan. Melalui pengawasan tersebut dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi secara dini.

Pengawasan juga berfungsi untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang menghambat sebuah kegiatan, dan juga pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan agar tujuan organisasi dapat tetap tercapai.49 Pasal 66 Undang-Undang Imigrasi Nomor 6 Tahun 2011, menjelaskan unsur penting dalam pengawasan keimigrasian yaitu mengenai lalu-lintas keluar masuk dan tinggal dari dan dalam wilayah Negara Indonesia serta pengaturan berbagai mengenai pengawasan dalam rangka menjaga kedaulatan Negara. Pengaturan lalu-lintas keluar-masuk wilayah Indonesia ditetapkan harus melewati Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), yaitu dipelabuhan laut, Bandar udara, atau tempat tertentu atau daratan lain yang ditetapkan Menteri Hukum dan HAM sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia (entry point). Pelanggaran atas ketentuan tersebut merupakan tindakan yang dapat dikenai sanksi adminsitratif dan sanksi pidana.

Kegiatan pengawasan sangat diperlukan terutama untuk mengamati, mendeteksi, mencegah, dan menindak apabila orang asing tersebut melakukan pelanggaran Izin Tinggal atau

49 Sule, Trisnawati Ernie dan Saefullah, Kurniawan. (2005). Pengantar Manajemen. Kencana: Jakarta.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

67

melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan izin tinggal yang diberikan kepadanya selama berada di wilayah Indonesia. Pengawasan dilakukan bertujuan untuk mencegah terjadinya deviasi dalam operasional atau rencana, sehingga berbagai kegiatan operasional yang sedang berlangsung terlaksana dengan baik dalam arti bukan hanya sesuai rencana, akan tetapi juga dengan tingkat efesiensi dan efektifitas yang setinggi mungkin.50

Kegiatan Pengawasan merupakan inti untuk mengadakan evaluasi dan penerapan tindakan korektif dalam mencapai sasaran hasil yang telah direncanakan atau rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu.51 Definisi pengawasan menurut prosedur tetap undang-undang keimigrasian dan dari dua pendapat ahli tersebut hampir sama yaitu bahwa dalam kontek pengawasan yang dilakukan oleh Timpora dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan orang asing tersebut hanya memberikan manfaat atau kontribusi yang positif baik bagi negara maupun masyarakat secara luas (selective policy). Bahwa keberadaan dan kegiatan orang asing yang diduga maupun patut diduga atau potensi negatif yang akan dihadapi dapat diantisipasi melalui kegiatan pengawasan dalam wadah Timpora. Para aparat penegak hukum dapat mengidentifikasi, mendeteksi, dan mengambil langkah tepat dalam rangka pengawasan yang lebih efektif dan untuk penegakan hukum

50 Siagian, Sondang P. 2005. Fungsi-fungsi Manajerial, Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

51 Prosedur Tetap Imigrasi UU Keimigrasian Nomor 6 Tahun 2011 (Indonesia-Inggris). Cetakan ke II, Jakarta: Pustaka Yustisia, 2012, hal 71

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

68

itu sendiri. Baik dengan melakukan peningkatan atau merubah sistem tata cara pengawasan, namun tetap berlandaskan dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

Data penelitian terkait butir pertanyaan apakah Timpora mempunyai metode pengawasan terhadap kegiatan orang asing menunjukan bahwa dari 45 responden atau sebanyak 60% menyatakan ya bahwa Timpora mempunyai ada metode pengawasan, sebagian lagi yaitu 38% responden menjawab bahwa Timpora tidak mempunyai metode pengawasan sedangkan sisanya 2% tidak menjawab. Dari mayoritas responden yang menjawab setuju bahwa timpora sudah mempunyai metode pengawasan kegiatan orang asing adalah mayoritas responden berasal dari imigrasi, hal ini dikarenakan imigrasi melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kegiatan orang asing.

Grafik 3.10. Metode Pengawasan Orang Asing

Sumber: Hasil Pengolahan Data Lapangan

Undang-Undang Keimigrasian sudah mengatur secara rinci terkait metode pengawasan orang asing, namun baru sebatas pengawasan administratif, sedangkan pengawasan

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

69

lapangan belum diatur secara rinci di dalam Timpora. Kegiatan pengawasan orang asing dilakukan semenjak orang asing tersebut mengajukan permohonan Visa; masuk wilayah Indonesia; pemberian izin tinggal; berada dan melakukan kegiatan di wilayah Indonesia dan keluar wilayah Indonesia (pengawasan administratif). Imigrasi melakukan pengawasan dilapangan secara tertutup maupun terbuka. 1. Pengawasan tertutup dilakukan oleh petugas Imigrasi

secara tertutup (under cover) untuk: mengumpulkan bahan keterangan tentang keberadaan; kegiatan subyek; kebenaran tentang diri subyek; kesaksian orang yang ada disekitar subyek; dan alat bukti yang mendukung adanya pelanggaran yang dilakukan subyek. Pengumpulan bahan keterangan ini akan berjalan secara berkesinambungan baik tentang jenis pelanggaran, warga negara, maupun keterlibatannya dengan warga negara indonesia.

2. Pengawasan secara terbuka, dibagi dalam: a. Pengawasan (terbuka) secara mandiri Pengawasan

ini dilakukan secara terbuka oleh Tim Kantor Imigrasi Ngurah Rai dengan sasaran/subyek yang sudah jelas, alamat dan kegiatan serta alat bukti yang sudah dimiliki Imigrasi untuk melakukan operasi pengawasan terhadap orang asing dimaksud;

b. Pengawasan (terbuka) terkoordinasi terbatas Dalam hal ini pengawasan dilakukan bersama instansi

terkait lain yang memiliki sasaran khusus, yakni:1) Masalah kependudukan akan melibatkan

Pemerintah Daerah dan Kepolisian;

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

70

2) Masalah ketenagakerjaan akan melibatkan Dinas Tenaga Kerja dan Kepolisian;

3) Mahasiswa akan melibatkan Dinas Pendikan dan Kepolisian; d) kesehatan akan melibatkan dinas Kesehatan dan Kepolisian.

c. Pengawasan (terbuka) koordinasi Pengawasan terhadap orang asing yang demikian dilakukan oleh Imigrasi sebagai leading sector dilakukan bersama instansi terkait;

d. Pengawasan dalam kendali wilayah pengawasan terbuka maupun tertutup terhadap orang asing dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum baik operasi yang bersifat mandiri maupun koordinasi;

e. Pengawasan dalam kendali pusat Pengawasan terbuka maupun tertutup terhadap orang asing dilakukan dengan kendali pusat, baik secara mandiri maupun koordinasi.

Kegiatan orang asing yang ada di wilayah Indonesia juga perlu diawasi mengingat luasnya wilayah dan geografis Indonesia, banyaknya jalur tikus maupun wilayah perbatasan dengan negara tetangga baik laut maupun darat serta keterbatasan sumber daya manusia, khususnya keimigrasian tentunya menjadi kendala/permasalahan yang tidak mudah, untuk itu perlunya kerjasama dan koordinasi serta sinergitas antar instansi terkait untuk mengawasi keberadaan dan kegiatan orang asing dengan instansi terkait seperti Kepolisian, TNI, BNPT, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perikanan dan Kelautan dan sebagainya.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

71

Apabila ditinjau dari segi pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing bersifat koordinasi antar instansi. Sebagaimana dimaksud Pasal 69 yakni: “Untuk melakukan pengawasan Keimigrasian terhadap kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, Menteri membentuk tim pengawasan Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah. Kemudian dalam pelaksanaannya diatur di dalam PP Nomor 31 Tahun 2013, pengaturan secara koordinasi dengan instansi lain yang terkait dengan pengawasan orang lain pada pasal 194, sedangkan pembentukan timpora pusat hingga daerah diatur pada pasal 195. Dari ketentuan undang-undang tersebut sudah jelas diatur terkait pengawasan terhadap orang asing, namun dalam praktiknya terkesan bahwa pengawasan orang asing merupakan domain imigrasi saja.

C. PELAKSANAAN MEKANISME KERJA TIM PENGAWASAN ORANG ASING

Mekanisme adalah suatu rangkaian kerja sebuah alat yang digunakan dalam menyelesaikan sebuah masalah yang berkaitan dengan proses kerja, tujuannya adalah untuk menghasilkan hasil yang maksimal serta mengurangi kegagalan.52 Sedangkan Bagus53 mendefinisikan mekanisme sebagai interaksi bagian satu dengan bagian lainnya dalam

52 Moenir, H.A.S., 2001, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.

53 Bagus.L. 1996.Kamus Filsafat.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

72

suatu sistem secara keseluruhan untuk menghasilkan fungsi atau kegiatan sesuai dengan fungsinya. Dari kedua pengertian tentang mekanisme tersebut diatas, dalam kontek pengawasan orang asing terutama dalam hal kegiatan orang asing dalam wadah Timpora adalah adanya pembagian yang jelas terkait ruang lingkup tugas masing-masing anggota. Pengawasan terhadap lalu lintas manusia merupakan salah satu fungsi keimigrasian yang diemban dan menjadi bagian yang penting serta strategis dalam rangka meminimalisasikan dampak negatif dari kedatangan orang asing sejak masuk, berada, dan melakukan kegiatan di Indonesia hingga keluar wilayah Indonesia dan sekaligus mempunyai dampak positif dalam menciptakan kesinambungan pembangunan nasional.54

Tabel 4. Mekanisme Kerja Tim Pengawasan Orang Asing

Sumber: Hasil Pengolahan Data Lapangan

54 Agung Sampurno, Keimigrasian Di Wilayah Perbatasan, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi, 2007, hal. iii.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

73

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 455 di atas dari responden terkait pelaksanaan mekanisme kerja pengawasan orang asing, ada delapan (8) butir pertanyaan yang diajukan kepada responden yaitu secara berurutan 75.56% (34 orang) dari 45 responden menjawab bahwa di dalam melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan orang asing sudah dilakukan secara berjenjang dan melibatkan masyarakat, sedangkan sisanya yaitu 24.44% (11 orang) menyatakan bahwa Timpora belum melibatkan unsur masyarakat dan kurangnya peran serta perangkat desa / kelurahan. Informasi yang diperoleh berasal dari dari instansi yg memiliki keterkaitan dengan keberadaan orang asing di wilayahnya. Masyarakat dilibatkan karena mereka lebih mengetahui keadaan di daerahnya jadi sebagai informan tentang keberadaan OA (informasi) melalui sosialisasi agar memberikan informasi secara langsung atau melalui aplikasi APOA, bila menemukan kegiatan orang asing yang mencurigakan.

Hingga saat ini Timpora sudah dibentuk di tingkat pusat hingga kecamatan yaitu mencapai 97%, pemerintah daerah yang juga merupakan anggota Timpora mempunyai alat/instrumen yang menjangkau sampai ke pelosok yaitu dari tingkat provinsi hingga RT/RW (529 kab/kota). Sebagai anggota Timpora Pemda dapat memainkan perannya secara maksimal dengan melibatkan peran serta/partisipasi, bagaimana mengedukasi masyarakat untuk terlibat di dalam pengawasan

55

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

74

tentang keberadaan dan kegiatan orang asing dilingkungan mereka, sehingga informasi mudah dipantau.56 Untuk memudahkan masyarakat/perorangan/instansi melaporkan atau memberikan informasi Direktorat Jenderal Imigrasi juga sudah membangun sistem pelaporan orang asing secara online, tujuannya untuk memudahkan semua pihak untuk melaporkan keberadaan dan kegiatan orang asing tersebut agar mudah diakses yaitu http: apoa.imigrasi.go.id. Aplikasi Pelaporan Orang Asing (APOA) merupakan aplikasi yang telah di bangun oleh Direktorat Jenderal Imigrasi pada bulan Agustus 2015, dan sampai saat ini implementasi APOA ini terus ditingkatkan oleh seluruh Kantor Imigrasi di Indonesia, untuk memantau mengenai keberadaan Orang Asing di Wilayah Indonesia.

Sedangkan sasaran yang di wajibkan untuk melaporkan keberadaan orang asing melalui APOA ini adalah pengurus atau pemilik tempat penginapan dan apartemen yang dihuni oleh orang asing juga mess perusahaan yang terdapat orang asing yang menginap. Sampai saat ini jumlah tempat penginapan yang telah melaporkan keberadaan orang asing yang menginap melalui APOA ini di seluruh Indonesia adalah sebanyak 3.132 pelapor, dan diharapkan hal ini akan selalu meningkat seiring dengan banyaknya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi seluruh Indonesia kepada pengurus atau pemilik tempat penginapan yang berada di wilayah kerja Kantor Imigrasi tersebut. Dalam melaksanakan pengawasan kegiatan yang dilakukan orang asing Timpora

56 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2010.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

75

sering menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh WNA antara lain overstay, penyalahgunaan dokumen keimigrasian maupun dokumen terkait ketenagakerjaan, maupun tindak kriminal lainya. Bagaimana bila di dalam operasi gabungan/operasi khusus menemukan permasalahan dilapangan, siapakah yang mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan masalah? Dari 45 responden 71.11% (32 orang) menyatakan bahwa tiap anggota Timpora mempunyai kewenangan di dalam penyelesaian masalah sedangkan 28.89% (13 orang) menjawab tidak, hanya pihak imigrasi yang mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan permasalahan. Dari jawaban responden tersebut menunjukan bahwa belum ada pemahaman yang sama antara anggota Timpora. Bahwa berdasarkan informan dari kantor imigrasi menyebutkan bahwa setiap anggota mempunyai kewenanganan untuk menyelesaikan permasalahan bila terjadi pelanggaran yang dilakukan orang asing maka penyelesaian permasalahan tersebut didasarkan pada substansi tingkat pelanggaran yang ada misal: melanggar ketentuan kependudukan maka yang menangani dinas kependudukan, masalah tenaga kerja illegal maka penyelesaian masalah ada pada kementerian tenaga kerja atau dinas tenaga kerja, ketika orang asing tersebut melakukan tindakan kriminal maka yang mempunyai kewenangan menyelesaikan perkara tersebut adalah kepolisian yang semuanya akan berujung tindakan keimigrasian.

Kedudukan masing-masing instansi terkait yang menjadi anggota Timpora juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 50 Tahun 2016 tentang Timpora, dimana semua anggota memiliki kedudukan yang

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

76

sama, dan mempunyai tugas untuk memberikan saran dan rekomendasi serta pertimbangan dalam kegiatan Timpora. Jika ditemukan adanya orang asing yang diduga melanggar maka penyelesaiannya kasusnya dapat diserahkan kepada instansi yang berwenang, berdasarkan hal tersebut, Timpora merupakan wadah bersama dalam melakukan pengawasan orang asing, semua anggota mengawal apa yang menjadi tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengawasan terhadap orang asing merupakan tugas rutin, sebesar 53.33% (24 orang) menjawab tugas pengawasan merupakan tugas rutin sedangkan 46.67% (21orang) menjawab bahwa pengawasan orang asing bukan merupakan tugas rutin mereka. Tidak semua anggota Timpora mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan pengawasan orang asing, sehingga mereka hanya melakukan tugas pengawasan bila ada kegiatan pengawasan gabungan atau insidentil, sehingga terkesan mereka hanya menunggu instruksi dari ketua Timpora terkait kegiatan kerja terkait keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah hukum masing-masing. Apakah koordinasi di dalam Timpora hanya merupakan Tukar menukar informasi, dari 45 responden, sebesar 15.56% (7 orang) menjawab ya dan sebagian besar responden yaitu sebesar 84.44% (38 orang) menjawab bahwa Timpora tidak hanya merupakan wadah tukar menukar informasi namun juga melakukan operasi bersama dan juga melakukan pemeriksaan dan razia bersama ditempat-tempat yang menjadi kantong-kantong kegiatan orang asing. Para responden juga menyatakan bahwa pentingnya untuk dibangun suatu data base terkait orang asing, sehingga

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

77

memudahkan untuk melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kegiatan mereka.

Idealnya setiap struktur organisasi dalam hal ini Timpora mempunyai standar baku terkait peran dan fungsi pengawasan, berdasarkan jawaban terkait pertanyaan apakah Timpora membuat peta pengawasan sebanyak 75.56% (34 orang) menjawab ya, dan 22.22% (10 orang) menjawab tidak sedangkan sisanya tidak menjawab 2.22% (1 orang). Pasal 15 ayat (2) huruf (c) disebutkan bahwa tiap anggota Timpora dapat membuat peta pengawasan terhadap kegiatan orang asing. Dalam kontek ini hanya instansi yang memberikan ijin yang mengetahui kegiatan dan keberadaan orang asing di wilayah mereka, sehingga pemantauan dan pengawasan merupakan tugas instansi mereka. Sebagai contoh, pihak pemerintah daerah yang lebih mengetahui keberadaan orang asing yang tinggal di apartemen di wilayah mereka.

Kemudian berdasarkan data yang diperoleh dari responden terkait mekanisme pengawasan orang asing apakah setiap anggota mempunyai kewenangan yang sama, sebanyak 46.67% (21 orang) menjawab ya sedangkan sisanya sebanyak 53.33% (24 orang) menjawab tidak. Hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian menyebutkan bahwa tiap-tiap anggota Timpora mempunyai kewenangan yang sama di dalam melakukan pengawasan orang asing sesuai dengan ruang lingkup tugas fungsinya.

Kemudian butir pertanyaan terkait apakah setiap anggota dapat membuat atau melakukan pengawasan mandiri, sebanyak 51.11% (23 orang) menjawab ya dan sisanya

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

78

sebanyak 48.89% (22 orang) menjawab tidak. Mayoritas responden yang menjawab bahwa Timpora dapat melakukan pengawasan mandiri adalah responden dari imigrasi karena mereka mempunyai tugas dan fungsi pengawasan. Sedangkan responden yang menjawab bahwa mereka tidak dapat melaksanakan pengawasan mandiri, karena belum ada kesamaan gerak, perlu ada kesepakatan bersama, serta keterbatasan sumber daya manusia baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Pasal 15 ayat (2) huruf (f) Permemkumham Nomor 50 Tahun 2016, menyebutkan bahwa instansi anggota Timpora dapat menyusun rencana operasi gabungan yang bersifat khusus atau insidentil termasuk rencana operasi mandiri. Ini dapat diartikan bahwa setiap anggota mempunyai kemandirian untuk melakukan rencana pengawasan sesuai dengan kewenangan tiap anggota, namun setiap kegiatan dalam Timpora harus melaporkan kepada ketua tim yaitu Imigrasi sebagai leading sector.

D. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING

Keberhasilan Timpora dalam melaksanakan program kerja akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bagaimana pengetahuan aparatur yang rendah tentunya merupakan kendala dalam mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan pengawasan terhadap orang asing. Kemampuan konseptual aparatur, serta pemahaman terhadap tugas dan fungsi akan mempengaruhi berhasil tidaknya pengawasan tersebut. Pembagian kerja yang jelas atau SOP juga menjadi kendala dalam suatu organisasi

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

79

yang pada akhirnya akan memberikan peluang melemahnya koordinasi, sehingga efesiensi dan efektivitas tidak tercapai. Ego sektoral menjadi faktor penghambat dalam pencapaian tujuan organisasi, akan berakibat pada koordinasi yang tidak efektif dan optimal, untuk itu harus dikedepankan kepentingan pelaksanaan program. Tidak maksimalnya pemanfaatan informasi teknologi dan komunikasi juga akan mengganggu tercapainya pelaksanaan pengawasan orang asing dalam wadah Timpora, kemudian peraturan perundang-undangan, kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia serta bidang sarana dan prasarana merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi sukses tidaknya kegiatan pengawasan tersebut.

1. Koordinasi

Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden belum optimalnya koordinasi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masih adanya ego sektoral dari anggota Timpora yaitu mereka tidak mau sharing data terkait dengan keberadaan dan kegiatan orang asing dan sebagian anggota Timpora belum memahami tugas dan fungsi mereka masih ada asumsi bahwa pengawasan orang asing adalah tugas imigrasi. Tentunya hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan. Hasil wawancara dengan responden yaitu kepala seksi pengawasan orang asing di kantor imigrasi klas II Depok, terkait operasi lapangan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal ini satuan pamong praja untuk melakukan razia di

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

80

suatu apartemen di wilayah hukum di depok, setelah di TKP, ternyata apartemen tersebut tidak dihuni oleh warga negara asing. Koordinasi antar instansi masih menjadi kendala di dalam pelaksanaan di lapangan, hal senada juga disampaikan oleh Direktur Intelijen Dirjen Pajak, Kementerian Keuangan, beliau menyampaikan bahwa direktorat intelijen kesulitan dalam mendapatkan data dari direktorat Imigrasi menyangkut data orang asing yang memegang KITAS, ketentuan undang-undang perpajakan pasal 18 Nomor 16 /2009 dan UU Nomor 19 / 2000, tentang penagihan pajak, bahwa bagi orang asing yang berada di wilayah Indonesia lebih dari 183 hari yang melakukan kegiatan ekonomi harus membayar pajak. Hal yang sama juga disampaikan dari pihak Bea Cukai bahwa pihaknya kesulitan untuk mendapatkan data dari direktorat imigrasi terkait profiling data penumpang pesawat untuk dianalisis dan berfungsi untuk mengantisipasi tindak kriminal yang mungkin terjadi, seperti penyelundupan, narkoba,dokumen palsu, penyelundupan manusia dan sebagainya warga negara asing (WNA) yang akan masuk Indonesia.

Dari informasi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa koordinasi sudah berjalan baik, namun perlu ditingkatkan dengan melakukan penguatan-penguatan antara lain pemahaman tugas dan fungsi, pengetahuan aparatur, menghilangkan ego sektoral untuk tujuan yang lebih besar yaitu kepentingan nasional, komunikasi yang baik, pemanfaatan tehnologi informasi karena aspek-aspek tersebut akan mempengaruhi optimal atau tidaknya

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

81

pengawasan terhadap orang asing. Fakta tersebut diatas menggambarkan masih ada permasalahan dalam tataran koordinasi antar instansi. Timpora merupakan wadah bersama dalam melakukan pengawasan orang asing, semua anggota Timpora mengawal apa yang menjadi tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masing-masing instansi yang menjadi anggota Timpora memiliki kedudukan57 yang sama, dan mempunyai tugas untuk memberikan saran dan rekomendasi serta pertimbangan dalam kegiatan Timpora. Jika ditemukan adanya orang asing yang diduga melanggar maka penyelesaiannya kasusnya dapat diserahkan kepada instansi yang berwenang.

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (kementerian antar kementerian atau bidang antar bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.58 Sedangkan Malone & Crowston mendefinisikan koordinasi sebagai proses pengaturan atau pengelolaan dari berbagai kegiatan yang satu sama lain adalah penting dan saling bergantung. “Coordination may be defined as the process of managing dependencies between activities”59 Koordinasi dibutuhkan

57 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 50 Tahun 2016 Tentang Pengawasan Orang Asing

58 Handoko, T. Hani. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Salemba Empat. Hal 195

59 Malone, T.W. & Crowston, K. (1994) The Interdisciplinary Study of coordination, Computing Surveys, 26 (1), 87-119

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

82

karena faktanya bahwa semua organisasi sangat komplek dengan sistem yang beragam yang harus bekerja untuk meraih hasil yang diinginkan/diharapkan. Lebih lanjut Crowston mengatakan bahwa para pemangku kepentingan dalam organisasi dihadapkan dengan masalah koordinasi, masalah koordinasi adalah konsekuensi dari dependensi dalam organisasi yang membatasi efisiensi kinerja tugas.

Stephen60menjelaskan bahwa ada lima faktor yang menjadi penghambat optimal tidaknya suatu organisasi yaitu: Tingkat pengetahuan aparatur yang rendah; belum adanya pembagian pengerjaan tugas tentang koordinasi di tingkat atasan dengan bawahan didalam suatu organisasi; masih adanya ego sektoral; sistem teknologi informasi dan komunikasi yang belum efektif dan kurang memadai; landasan aturan belum sepenuhnya diaplikasikan dengan baik. Dari berbagai pendapat ahli tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu organisasi dikatakan baik dan akan berjalan dengan optimal, bila ada pembagian tugas yang jelas, regulasi kebijakannya/peraturan perundang-undangan, kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia serta bidang sarana dan prasarana. Agar pengawasan kegiatan orang asing optimal, mekanisme pengawasan terhadap orang asing harus disusun bersama dan setiap anggota mempunyai kedudukan yang setara, setiap instansi yang terkait membuat peta pengawasan

60 Stephen, Robbins P. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi, Terjemahan Juyuf Udaya, Edisi 3, Jakarta: Arcan Indonesia.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

83

dimana saja tempat-tempat yang dijadikan aktivitas orang asing tersebut. Secara periodik anggota timpora berkoordinasi secara intensif, dengan cara rapat-rapat kemudian saling bertukar informasi, menentukan rencana operasi dan melakukan operasi lapangan bila dianggap perlu. Peran masyarakat perlu ditingkatkan hingga tingkat RT/RW, dengan cara memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu memantau dan mengawasi keberadaan dan kegiatan mereka kemudian melaporkan kepada pihak yang

Saat ini, Direktorat Jenderal Imigrasi sedang menyusun konsep mengenai Standar Operational Procedure (SOP) mengenai Tata Cara Rapat dalam rangka koordinasi Timpora serta pelaksanaan operasi gabungan Timpora itu sendiri. Diharapkan dengan adanya penyusunan SOP mengenai Timpora, pengaturan regulasi serta mekanisme mengenai Timpora yang selama ini masih belum banyak diatur diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Timpora sehingga dapat dioptimalisasikan dalam kegiatan pengawasan orang asing.

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia masih menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan, keterbatasan jumlah sumber daya manusia sehingga mempengaruhi pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing. Dukungan kompetensi dan kualitas pegawai menjadi sangat penting agar pelaksanaan kegiatan pengawasan orang asing dapat

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

84

berjalan dengan maksimal, namun berdasarkan dari jawaban responden mengungkapkan bahwa mereka masih kekurangan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga sebagian anggota timpora tidak mempunyai keterampilan khusus yaitu keterampilan intelijen maupun keterampilan penyidikan hingga penyusuna Berita Acara Penyidikan (BAP), bila terjadi kasus di lapangan.

3. Anggaran

Anggaran masih menjadi kendala bagi pelaksanaan pengawasan orang asing dalam wadah Timpora. Selama ini pengawasan yang dilakukan masih menggunakan DIPA kantor imigrasi sebagai leading sector. Anggaran berbeda di setiap Timpora, sehingga kegiatan kerja pengawasan masih kurang maksimal dan disesuaikan dengan anggaran yang ada. Untuk mengoptimalkan kegiatan pengawasan seringkali menggunakan anggaran instansi terkait yang mempunyai inisiatif melakukan pengawasan terhadap orang asing. Kegiatan ataupun program tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada dukungan anggaran yang memadai, menjawab bahwa anggaran di dalam pengawasan orang asing belum memadai. Sehingga dana yang digunakan merupakan dana dari anggota yang tergabung dalam Timpora.

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

85

86 Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

BAB IVPENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini maka diperoleh kesimpulan, sebagai berikut:1. Bahwa pengaturan regulasi Pengawasan Orang Asing

sudah berjalan dengan baik namun perlu ditingkatkan. Pemahaman anggota Timpora terhadap landasan hukum masih beragam, untuk itu perlu adanya penguatan komunikasi dan sosialisasi terhadap regulasi yang menjadi pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum terhadap orang asing. Regulasi yang menjadi dasar pembentukan Timpora sudah baik, hampir 97% sudah dibentuk diseluruh wilayah Indonesia, hanya saja juga perlu dipertimbangkan jika luas suatu wilayah tidak sebanding dengan jumlah kantor imigrasi (leading sector) yang ada. Pengawasan orang asing merupakan bagian dari ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang peraturan pelaksanaan Keimigrasian, yang memandang

87Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

bahwa urusan orang asing lebih merupakan urusan kelengkapan dokumen atau administrasi keimigrasian. Kewenangan masih didominasi oleh pejabat imigrasi, instansi terkait sebatas memberikan masukan atau usulan terkait informasi orang asing;

2. Terkait mekanisme pengawasan terhadap orang asing, sudah berjalan dengan baik, dari sudut sasaran, pengawasan terdiri dari jenis. Pertama, pengawasan terhadap Orang Asing (kelengkapan dokumen sebagai obyek). Kedua, pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang (keberadaan dan kegiatan sebagai obyek), sedangkan dari sudut metode, pengawasan juga di bagi dua. Pertama, pengawasan administratif: memeriksa tentang dokumen keimigrasian, kedua, pengawasan lapangan: melakukan pengecekan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Indonesia. Dalam mekanisme pelaksanaan pengawasan tidak ada konsep pengawasan, sehingga belum jelas apa yang harus dirinci dalam ketentuan. Pengaturan pengawasan juga masih acak atau belum teragenda dengan baik. Pengawasan terhadap orang atau pengawasan administratif lebih terinci ketimbang pengawasan keberadaan dan kegiatan orang asing. Keterlibatan instansi lain hanya pemberi masukan yang dikoordinasikan dalam Timpora;

3. Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing dalam wadah Timpora masih menemukan beberapa kendala antara lain, masih terbatasnya jumlah personil, minimnya kompetensi yang dimiliki oleh anggota Timpora/ sumber daya manusia kurang profesional sehingga

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

88

menjadi permasalahan ketika melakukan pemantauan, pengecekan, kegiatan intelijen, hingga ketika operasi dilapangan menemukan permasalahan. Anggaran yang minim juga menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan orang asing. Koordinasi juga masih menjadi kendala baik koordinasi internal maupun eksternal, mereka masih terkesan “pelit” memberikan informasi terkait orang asing dan kurang tanggap memberikan informasi (tidak terbuka/ego sektoral). Hal ini juga dikarenakan belum adanya Standart Operational Procedure (SOP) yang terstandarisasi terkait mekanisme pengawasan orang asing. Kemudian lokasi keberadaan orang asing di daerah terpencil atau pelosok juga menjadi kendala dalam pemantauan dan pengawasan kegiatan mereka.

B. REKOMENDASI

Rekomendasi yang dapat disampaikan berdasarkan hasil analisis data penelitian adalah sebagai berikut:1. Perlu melakukan evaluasi terhadap Peraturan Presiden

Nomor 21 tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan, dan melakukan pengetatan terhadap negara-negara yang banyak menimbulkan masalah;

2. Mendorong komunitas Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) untuk meningkatkan sinergitas dan koordinasi dan menghilangkan ego sektoral bagi setiap instansi baik secara formal maupun informal sekaligus meningkatkan kerjasama secara intens baik ditingkat pusat maupun daerah dan dalam implementasi koordinasi serta sinergitas

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

89

perlu dilakukan kegiatan operasi bersama berkaitan potensi kerawanan keberadaan, kegiatan orang asing di Indonesia;

3. Dalam pelaksanaan pengawasan terkait keberadaan dan kegiatan orang asing agar pelaksanaannya melibatkan semua unsur dengan berkoordinasi komunikasi yang ketat dan intens baik itu tingkat pusat maupun daerah;

4. Perlu disusun Standart Operational Procedur (SOP) Timpora Pusat maupun Daerah yang terinci yang juga memuat pembagian peran dan fungsi yang jelas antara anggota tim terkait pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing;

5. Perlu membangun database yang terintegrasi sehingga memudahkan koordinasi dalam pengawasan orang asing;

6. Peningkatan Sumber Daya Manusia, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas (anggota Timpora merupakan PPNS atau mempunyai kemampuan intelijen dan Pengawasan serta Penindakan), sarana prasarana dan ketersediaan anggaran dalam mendukung kegiatan pengawasan keberadaan orang asing.

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

90

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prayek. Yogyakarta: Rineka Cipta Fakultas Hukum Unnes. 2010.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Crowston, K. (1997) A coordination Theory Approach to Organizational Process Design, Organization Science 8 (2)

Fadillah Putra dalam H. Tachjan, Implementasi Kebijakan Publik, Perpustakaan Nasional:

Katalog Dalam Terbitan (KDT); Implementasi Kebijakan Publik Cetakan 1, Bandung; Penerbit AIPI Bandung, 2006

Komarudin .1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

John W Creswell, “ Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods” terjemahan oleh Achmad Fawaid, 2010, Yogyakarta, Purtaka Pelajar

Malone, T.W. & Crowston, K. (1994) The Interdisciplinary Study of coordination, Computing Surveys, 26 (1),

91Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

Moleong, Lexy J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Nawawi, H. Hadari. 2005. Metode Penelitian Deskriptif. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Santoso, Imam. 2004. Perspektif Imigrasi Dalam Perkembangan Ekonomi dan Ketahanan Nasional. UI press.

Sihombing, Sihar. 2013. Hukum Keimigrasian. Bandung. Nuansa Aulia.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.

PERUNDANG – UNDANGAN:

Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Undang – Undang nomor 6 tahun 2011 Tentang Kimigrasian. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun 2013

Tentang Pelaksanaan Imigrasi. Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2016 tentang Bebas Visa

KunjunganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2010 tentang

Pedoman Pemantauan Orang Asing Dan Organisasi Masyarakat Asing Di Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing Di Daerah

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

92

JURNAL

Syahrial Loetan, Millenium Development Goals (MDG) dan Program Pembangunan di Indonesia, Artikel dalam Jurnal Hukum Internasional Lembaga Kajian Hukum Internasional FH UI, Volume 1 No. 1 Oktober 2003, hal 61.

Stephen, Robbins P. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi, Terjemahan Juyuf Udaya, Edisi 3, Jakarta: Arcan Indonesia.

Wilis, Ratna. 2009. Pengawasan Dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Izin Tinggal Orang Asing Di Indonesia.

Unnes Law Journal, Rizqi Iman Aulia Luqmanul Hakim, Pengawasan Izin Tinggal Orang Asing Oleh Kantor Imigrasi

NON BUKU

Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM R.I.

Bahan Rapat Kerja Komisi III DPR-RI dengan Menteri Hukum dan HAM, tanggal 19 Januari 2017

Thesis

Amir,Imbaruddin.2003. Understanding Institutional Capacity Of Local Government Agencies In Indonesia. Canberra: A Thesis Submitted For The Degree Of Doctor Of Philosophy Of The Autralian National University

Optimalisasi Peran Tim Pengawas Orang Asing (Timpora) Dalam Pengawasan Dan Penindakan Orang Asing

93

SITUS

http://semarang.imigrasi .go.id/prof i l/sejarah.html/ Tesis, Medan: Sekolah Pasca Sarjana USU, 2009. (Diunduh Pada Tanggal 14 november 2013 pukul 13.20)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20238/4/Chapter%20II.pdf (diakses tanggal 2 Februari 2017)

http://travel.kompas.com/read/2016/03/18/010300127/Inilah.Daftar.Negara.yang.Bebas.Visa.

Berkunjung.ke.Indonesia (diakses 22/6/16http://www.rappler.com/indonesia/120763-izin-terapis-asing-

praktik-chiropractic diakses 20 Januari 2017http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/01/15/

o0yw6u318-polisi-perintahkan-tangkap-dokter-randall diakses tanggal 20 Januari 2017

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

94