Operation Management Study

15
IDENTIFIKASI RISIKO DALAM PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM POWER PLANT ANAEROB DIGESTER POWER PLANT SYSTEM KERJASAMA ANTARA PT ASIA BIOGAS INDONESIA – PT GREENFIELDS INDONESIA OLEH : I GEDE NANDYA OKTORA PANASEA (13/360609/PEK/19107) Executive A/35 A Dosen : Henry Yuliando, S.T.P., M.Agr., M.M., Ph.D. LATAR BELAKANG Ketiadaan peternakan sapi perah komersial berskala besar guna memenuhi kebutuhan pasar Indonesia khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya akan produk susu merupakan peluang yang besar pada awal tahun 1990. Oleh karena itu pada 14 Maret 1997, PT Greendfields Indonesia didirikan sebagai bagian dari grup usaha PT JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk. Yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang agrobisnis. Perusahaan ini didirikan di lahan peternakan sapi perah seluas 70 hektar di Desa Babadan Gunung Kawi Malang Jawa Timur. Dalam operasional peternakan sapi perah, perlu diupayakan agar operasional bisnis tidak menimbulkan dampat negative yang dapat merusak lingkungan serta mengurangi tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Adapun dalam bisnis peternakan sapi perah, dampak negative yang paling sering timbul disebabkan oleh limbah padat dan cair yang dihasilkan oleh sapi perah. Dengan total populasi peternakan Greenfields Indonesia yang berlokasi di Malang sebanyak ±7.000 ekor, maka

description

Manajemen operasi di PT Greenfield Indonesia

Transcript of Operation Management Study

Page 1: Operation Management Study

IDENTIFIKASI RISIKO DALAM PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM POWER PLANT ANAEROB DIGESTER

POWER PLANT SYSTEM

KERJASAMA ANTARA PT ASIA BIOGAS INDONESIA – PT GREENFIELDS INDONESIA

OLEH :

I GEDE NANDYA OKTORA PANASEA (13/360609/PEK/19107)

Executive A/35 A

Dosen : Henry Yuliando, S.T.P., M.Agr., M.M., Ph.D.

LATAR BELAKANG

Ketiadaan peternakan sapi perah komersial berskala besar guna memenuhi kebutuhan pasar

Indonesia khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya akan produk susu merupakan

peluang yang besar pada awal tahun 1990. Oleh karena itu pada 14 Maret 1997, PT

Greendfields Indonesia didirikan sebagai bagian dari grup usaha PT JAPFA Comfeed

Indonesia, Tbk. Yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang agrobisnis. Perusahaan

ini didirikan di lahan peternakan sapi perah seluas 70 hektar di Desa Babadan Gunung Kawi

Malang Jawa Timur.

Dalam operasional peternakan sapi perah, perlu diupayakan agar operasional bisnis tidak

menimbulkan dampat negative yang dapat merusak lingkungan serta mengurangi tingkat

kesehatan masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Adapun dalam bisnis peternakan sapi perah,

dampak negative yang paling sering timbul disebabkan oleh limbah padat dan cair yang

dihasilkan oleh sapi perah. Dengan total populasi peternakan Greenfields Indonesia yang

berlokasi di Malang sebanyak ±7.000 ekor, maka kotoran yang dihasilkan sebesar 378.000

Kg limbah padat dan cair per harinya, dimana setiap ekor sapi Holstein Australia dapat

menghasilkan 54 Kg limbah padat dan cair per hari.

(http://www.dairyingfortomorrow.com/uploads/documents/file/effluent%20management

%20database/chapters/characteristics%20of%20effluent%20and%20manure.pdf).

Dengan kondisi tersebut maka limbah akan menimbulkan bau tidak sedap dan penyebaran

bakteri yang mampu menggangu kesehatan manusia dan ternak di lingkungan sekitar. Selama

ini pemanfaatan limbah tersebut belum lah optimal, yang pada umumnya hanya dimanfaatkan

sebagai pupuk kandang atau bahkan hanya ditimbun begitu saja. Padahal limbah yang berasal

Page 2: Operation Management Study

dari kotoran sapi tersebut dapat dijadikan bahan baku terbarukan dalam bentuk biogas.

Sebagai bahan baru terbarukan, biogas kini mulai dilirik sebagai energy alternative di tengah

kelangkaan dan trend kenaikan harga bahan bakar fossil.

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari aktivitas biologi dalam proses fermentasi anaerob

yang terdiri atas campuran metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya.

Adapun keuntungan yang dimiliki oleh biogas sebagai energy alternative:

1. Pembakaran yang tidak menimbulkan emisi.

2. Mengurangi jumlah metana diatmsosfer sebagai salah satu gas rumah kaca yang

berimplikasi terhadap pemanasan global.

3. Meningkatkan nilai tambah dari limbah dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan

oleh limbah melalui biogas yang dihasilkan sebagai sumber energy dan produk

sampingan berupa sludge yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

Sehubungan dengan kondisi tersebut, maka PT Asia Biogas berencana melakukan

pengembangan anaerob digester power plant system yang akan melibatkan PT Greenfield

Indonesia sebagai penggguna biogas. Dalam mengoptimalkan proyek tersebut, maka

diperlukan alat manajemen risiko terhadap risiko-risiko yang ada sehingga kerugian yang

terjadi masih dalam batas yang bias diterima.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut masalah yang berkaitan dengan proses manajemen risiko

dari proyek anaerob digester power plant system kerjasama antara PT Asia Biogas dengan PT

Greenfield Indonesia ialah sebagi berikut:

1. Risiko-risiko apa sajakah yang ada pada proyek anaerob digester power plant system

kerjasama antara PT Asia Biogas dengan PT Greenfield Indonesia?

LANDASAN TEORI

Risiko

Menurut Fisk (1997), risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara

alami didalam suatu situasi. Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan

(probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan (Soeharto, 1995). Dapat

Page 3: Operation Management Study

disimpulkan bahwa risiko adalah probabilitas terjadinya peristiwa yang dialami baik dasri

internal maupun eksternal yang tidak diharapkan.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko harus dilakukan di seluruh siklus proyek dari tahap awal sampai akhir

proyek (Project Risk Management Handbook, 2004). Ketidakpastian ini tidak dapat

sepenuhnya dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan Analisis Risiko Sistematis

Menurut artikel Risk Management (2009), manajemen risiko adalah proses sistematis untu

mengidentifikasi, menganalisis dan menanggapi risiko proyek Toakley (1989) dalam Norken

et al (2012) menambahkan bahwa manajemen risiko didefinisikan sebagai prosedur untuk

mengendalikan tingkat risiko dan untuk mengurangi dampaknya.

Menurut Norken et al (2012), tujuan dari analisis dan manajemen risiko adalah untuk

menghindari kegagalan dan memberikan gambaran tentang apa yang terjadi bila

pembangunan yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan rencana. Menurut Godfrey (1996)

analisis risiko yang dilakukan secara sistematis memiliki manfaat, antara lain:

• Mengidentifikasi, menilai dan meranking risiko secara jelas.

• Memusatkan perhatian pada risiko utama (major risk).

• Memperjelas keputusan tentang batasan kerugian.

• Meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang paling jelek.

• Mengontrol aspek ketidakpastian.

• Memperjelas dan menegaskan peran setiap orang/badan yang terlibat dalam manajemen

risiko.

Potensi risiko proyek yang telah diidentifikasi akan dilanjutkan dengan tindakan untuk

mengurangi risiko yang muncul yang dikenal sebagai Risk Mitigation (Mitigasi risiko).

Menurut Flanagan et al (1993), Risk mitigation yang dapat dilakukan, antara lain; risk

retention yaitu tindakan untuk menahan risiko karena dampak dari suatu kejadian yang

merugikan masih dapat diterima. Dampak kejadian itu dapat juga untuk dikurangi dengan

melakukan risk reduction, walaupun implikasinya adalah masih terdapat risiko sisa (residual

risk) yang perlu dilakukan penilaian lagi. Risiko itu dapat juga dialihkan kepada pihak ketiga,

Page 4: Operation Management Study

contoh: asuransi. Adapun tindakan terakhir yang dapat dilakukan dalam melakukan mitigasi

risiko adalah dengan menghindari risiko itu sendiri.

Tahapan Proses Manajemen Risiko

Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah:

1. Perencanaan Manajemen Risiko, perencanaan meliputi langkah memutuskan

bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.

2. Identifikasi Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah

mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh setiap

pelaku bisnis.

3. Analisis Risiko Kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses

menilai (assessment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi.

Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan

proyek. Skala pengukuran yang digunakan dalam analisa kualitatif adalah Australian

Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360:2004). Skala pengukurannya sebagai

berikut:

Skala pengukuran analisa kejadian menurut NA/NZS 4360:2004

A : Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi (almost certain)

B : Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)

C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)

D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)

E : Jarang terjadi (rare)

4. Analisis Risiko Kuantitatif adalah proses identifikasi secara numeric probabilitas dari

setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek.

5. Perencanaan Respon Risiko, Risk response planning adalah proses yang dilakukan

untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas yang dapat diterima.

METODELOGI

Metodelogi yang digunakan dalam penyusunan paper ini dilakukan melalui 2 (dua) cara,

yaitu; melalui studi pustaka dan observasi lapangan dan wawancara.

Page 5: Operation Management Study

Metodelogi Studi Pustaka

Paper ini disusun melalui kajian terhadap berbagai literature serta hasil penelitian terkait

dengan dikonfirmasikan kepada para stakeholder perusahaan.

Metodelogi Observasi Lapangan dan Wawancara

Observasi lapangan dilakukan berdasarkan data primer yang didapat dari hasil kunjungan ke

lokasi penelitian. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan serta hasil wawancara

terhadap project manager yang memberikan risk register yang kemudian dijabarkan dalam

Risk Breakdown Structure.

PROYEK ANAEROB DIGESTER

Identifikasi Lokasi

Lokasi operasional dari pyek pembangunan anaerob digester tersebut akan berdampingan

dengan areal pabrik susus dari PT Greenfield Indonesia, dengan detail lokasi sebagai berikut:

Lokasi Proyek

Lokasi proyek berada di Jalan Desa Babadan Kec. Ngajum, Gunung Kawi, Malang-

Jawa Timur.

Aksesbilitas

Pabrik berlokasi di kota Malang tepatnya 120 Km dari Kota Surabaya dengan jarak

tempuh sekitar 2 jam melalui jalur darat.

Kondisi Lingkungan dan Klimatologi

Kondisi lingkungan pabrik terletak di Jalan Desa Babadan Kec. Ngajum Gunung Kawi Jawa

Timur yang dimana kawasan tersebut diperuntukkan sebagai kawasan industry.

Perencanaan Proyek

PT Greendfield Indonesia memiliki 12 kandang sapi perah lengkap dengan formasi sand

layer. Tiga kali sehari setelah proses laktasi, kotoran sapi akan dibuang secara gravitasi ke

system pembuangan air menggunakan laguna terbuka. Tiga laguna diinstal di setiap sisi

dengan kapaitas; 22.000 m3, 7.500m3, dan 5.600 m3. Kotoran akan memasuki laguna 1

dengan rata-rata arus 1.100 m3 per hari. Penambahan pembuangan air sekitar 500-600m3

Page 6: Operation Management Study

memasuki laguna 1 dari fasilitas Clean in Place (CIP). CIP merupakan metode untuk

membersihkan permukaan dalam dari pipa-pipa, aliran-aliran, peralatan pemroses, dan

peralatan lainnya. Total jumlah aliran yang memasuki laguna 1 mencapai 1.600m3 –

1.700m3 per hari. Sebanyak 900m3 kotoran dari 3 yang terus ke reservoir, dan di daur ulang

untuk membersihkan lantai gudang. Air hujan dipisahkan dari penampungan sampah kotoran.

Endapan kotoran tersebut akan dibuang secara regular setiap tahun.

Teknologi

Limbah cair yang dihasilkan oleh PT Greenfield Indonesia akan di pasok ke dalam anaerob

digester. Laguna anaerrob digester akan ditutupi oleh plastic High Density Polyethylen

(HDPE), dimana di dalam digester tersebut diharapkan terjadinya proses penguraian anaerob.

Penguraian anaerob adalah suatu proses biologis dimana bakteri methan akan berkembang

biak dalam lingkungan bebas oksigen dan mengkonversi material organic menjadi biogas.

Biogas tersusun atas beberapacampuran gas seperti methan karbon dioksida, dan beberapa

jenis gas lainnya.

Power Plant Anaerob Digester System akan menangkap methan yang dihasilkan oleh

digester. Gas tersebut akan dgunakan untuk menggantikan bahan bakar fossil untuk

menjalankan dua unit boiler di peternakan PT Greenfield Indonesia dan pada tahap

selanjutnya dengan kuantitas yang lebih besar akan digunakan sebagai pembangkit listrik.

Produksi Gas Metan dan Biogas

Pada anaerob digester, bakteri akan mengkonversi sejumlah senyawa organic (CODt) air

limbah dan mengubahnya menjadi biogas. Kandungan CODt dalam limbah sangat

berpengaruh terhadap biogas yang mampu dihasilkan. Dalam rangka menjaga kestabilan

pasokan biogas yang bias dihasilkan oleh anaerob digester, PT Asia Biogas Indonesia dan PT

Greenfield Indonesia sepakat mengenai jumlah kandungan CODt minimal dari limbah yang

display oleh PT Greenfield Indonesia sebesar 13.500 mgs per liter limbah cair. Sesuai dengan

data volume limbah cair dengan rata-rata 1.500 m3 per hari dan dengan asumsi hari

operasional sebanyak 360 hari setahun maka asumsi jumlah CODt yang data dipasok ialah

7.958.100 per tahun.

Berikut laporan audit limbah atas peternakan PT Greenfields Indonesia yang dilaksanakan

pada bulan Januarai 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume gas methan dan

biogas yang diproduksi dari limbah PT Greendfield ndonesia menunjukkan hasil yang baik.

Page 7: Operation Management Study

Tabel 1.1. Laporan Waste Audit

Parameter Average ValueFarm

EffluentMill

Prcessing Effluent

CODt, mg/LBOD, mg/LpHTSS, mg/LVSS,, mg/LFOG, mg/LTotal Nitrogen, mg/LTotal Phosporus, mg/LSulfates, mg/L

65.544,018.888,8

7,72.726,12.057,1< 1,813,910,9533,9

58.120,36.107,1

4,91.766,21.705,0

5,53,61,446,3

Volume of Methane ProducedVolume of Biogas Produced

8.521 m3/L1.3118 m3/L

Sumber : Hasil Wawancara dengan Project Manager

Penanggulangan Gas Hydrogen Sulfida

Pengoperasian mesin hanya akan layak jika biogas memiliki kandungan hydrogen sulfide

(H2S) yang sangat rendah. Jika tidak maka belerang akan menyebabkan korosi yang amat

merusak. Namun hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan preventive maintenance

secara berkalan terhadap mesin-mesin agar dapat tetap beroperasi dengan baik.

Sistem Pembakaran

Power Plant Anaerob Digesterini akan memiliki system pembakaran yang akan membakar

dengan aman kelebihan biogas yang dihasilkan oleh digester. Sistem pembakaran mencakup

detector api, penangkal api dan control pembakaran otomatis yang akan menutup katup

dengan aman.

Page 8: Operation Management Study

Jadwal Rencana Pembangunan Proyek

Pembangunan proyek direncanakan akan dilaksanakan dalam waktu 12 bulan yang

disesuaikan dengan kondisi local proyek, tingkat kesulitan dan juga berdasarkan pengalaman

dari kontraktor pelaksana.

Kegiatan proyek dilaksanakan secara parallel yang masing-masing berdiri sendiri, termasuk

pengadaan tenaga kerja, penempatan peralatan bantu dan supply bahan baku material proyek

yang dimana semua kegiatan tersebut secara sinergis dikoordinasikan menjadi sebuah

kesatuan manaemen proyek.

Gambar 1.

Flow Process Project

Sumber : Hasil Wawancara dengan Project Manager

Page 9: Operation Management Study

ANALISA RISIKO

Risiko-risiko yang mungkin timbul pada kegiatan pembangunan anaerobic digester power

plant system ini ialah sebagai berikut:

1. Risiko terhambatnya supply feed stock

Produksi biogas dari anaerobic digester power plant system ini sangat ditentukan oleh

kontinuitas dan konsistensi dari pasokan kotoran sapi yang dihasilkan oleh peternakan

milik PT Greenfield Indonesia. Untuk menjamin keberlangsungan produksi listrik,

perusahaan harus memastikan terpenuhinya kebutuhan kotora sapi sebanyak 400 ton

per hari.

2. Risiko kerjasama

Dikarenan proyek anaerobic digester power plant system ini melibatkan 2 (dua)

pihak, yakni PT Greenfield Indonesia dan PT Asia Biogas Indonesia. Keterkaitan,

komitmen dan peran dari kedua belah pihak sangat menentukan kelancaran proyek.

3. Risiko kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah mengenai energy dapat berpengaruh terhadap pengembangan

investasi energy terbarukan. Kemudahan perijinan yang diberikan membuat industry

ini begitu mudah dimasuki oleh berbagai pihak sehinggan menciptakan iklim bisnis

yang kompetitif. Dalam hal ini sangat dituntut pengembangan teknologi yang

kompetitif dan efisiensi biaya yang natinya akan berpengaruh terhadp harga jual

listrik kepada PT Greenfield Indonesia.

4. Risiko tidak tercapainya produksi biogas

Gangguan operasional baik secara internal maupun eksternal, seperti; gangguan

peralatan, terganggunya pasokan feedstock maupun gangguan dari factor-faktor

eksternal seperti bencana alam akan menyebabkan tidak tercapainya target minimal

produksi listrik seperti yang disyaratkan oleh PT Greenfield Indonesia. Oleh karena

itu diperlukan antisipasi komprehensif dan terpadu atas kemungkinan kemungkinan

gangguan operasional yang terjadi.

5. Risiko kerusakan peralatan dan mesin saat pembangunan dan operasional

Adapun risiko-risiko yang mungkin muncul paa tahap pembangunan adalah:

a. Kerusakan peralatan pada masa konstruksi yang paling banyak disebabkan

oleh adanya benturan pada saat pengangkutan dan atau installing.

b. Kerusakan yang terjadi pada masa operasional.

Page 10: Operation Management Study

Antisipasi terhadap risiko ini adalah seleksi dan rekrutmen sumber daya manusia pada

masa konstruksi dan operasional dengan kualifikasi dan pengalaman yang memadai.

Diperlukan pula proteksi asuransi terhadap peralatan dan mesin-mesin.

6. Risiko pembiayaan

Proyek pembangunan Anaerob Digester Power Plant System menggunakan 63,5%

dana proyek yang berasal dari pinjaman perbankan. Terhambatnya pembiayan tentu

akan menganggu berjalannya proyek. Hal tersebut akan mengakibatkan mundurnya

proses produksi proyek dari jadwal yang telah ditentukan sehingga akan

meningkatkan beban biaya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Daam proyek pembangunan Anaerob Dygester Power Plant System, PT Asia Biogas

Indonesia perlu memperhatikan risiko-risiko yang mungkin timbul dalam proses

pembangunan dan operasional proyek tersebut.

Adapun risiko-risiko yangmungkin timbul terkait aspek teknis proyek, antara lain; risiko

terhambatnya supply feedstock, risiko kebijakan pemerintah, risiko tidak tercapainya target

produksi listrik, risiko mesin dan peralatan, serta risiko pembiayaan proyek.

Identifikasi risiko yang dirumuskan dalam paper ini bias dikembangakan menjadi sebuah

analisis manajemen risiko dengan mengacu pada Project Management Book of Knowledge

(PMBOK), yaitu: Perencanaan, Identifikasi, Analisa Kualitatif, Analisa Kuantitatif, Respon,

Monitoring, dan Kontrol Risiko.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, “A Guide to the Project Management Body of Knowledge”, Third Edition (PMBOK

Guide), Project Management Institute, 2004.”

Anonim. 2009. ”Risk Management“, Northumbria University: JISC infoNet.

Fisk, E.R.1997. Construction Project Administration Fifth Edition. Prentice Hall. New Jersey.

Flanagan, R & Norman, G.1993, “Risk Management and Construction”. Blackwell Science, London.

Norken, I.W., et al. 2012. “Manajemen Risiko Pada Proyek Pemerintah Kabupaten Jembrana”

Soeharto, I. 1995. “Manajemen Proyek dari konseptual sampai operasional”. Erlangga. Jakarta

Page 11: Operation Management Study