Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT,...
Transcript of Oleh : Ir. Setiyono, M - digilib.ump.ac.id fileIr. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT,...
Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) - BPPT Email : [email protected] HP : 0815 164 1035, 081 7878 425
Purwokerto, 28 Maret 2009
Oleh : Ir. Setiyono, M.Si
Disampaikan Pada Seminar Nasional
“Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
1
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Oleh : Ir. Setiyono, MSi
1. PENDAHULUAN Upaya pengendalian pencemaran di Indonesia sampai saat ini masih
mengalami banyak kendala. Sebagian dari penghasil bahan pencemar masih belum
melakukan pengolahan terhadap limbahnya karena adanya berbagai kendala antara
lain kurangnya kesadaran bahwa pengelolaan limbah merupakan investasi jangka
panjang yang harus dilakukan, kurangnya informasi teknologi IPAL yang efektif dan
efisien, kurangnya SDM yang menguasai teknologi IPAL dan yang lebih berat lagi
kurangnya biaya untuk melakukan perlindungan lingkungan.
Banyak kasus pencemaran yang mengakibatkan kerugian di pihak lain yang
tidak mengetahui sama sekali permasalahan sehingga harus menanggung akibat
tanpa adanya beban bersalah dari para pelaku pencemaran. Sebagai contoh, kasus
pencemaran di sepanjang pantai Jakarta (Mei 2004) yang mengakibatkan ribuan
ikan mati terdampar telah merugikan para nelayan, namun tidak ada satu pihak pun
yang bertanggung jawab dan kasus pencemaran di berbagai daerah lain yang tidak
jelas penyelesaiannya.
Akhir-akhir ini kerisauan masyarakat akibat pencemaran lingkungan telah
mencapai tingkat yang mencekam. Banyak ahli berdiskusi tentang hal tersebut,
namun permasalahan masih terus berlangsung. Kerisauan akan makin bertambah
jika penanganan permasalahan tidak kunjung selesai meskipun berbagai proyek
penanggulangan telah menghabiskan dana milyaran rupiah. Suatu proyek yang tidak
kecil namun tak ada hasil yang jelas. Hal-hal seperti ini akan menyulut ke persoalan
sosial yang rumit antara penghasil limbah, masyarakat yang terkena dampak dan
para pihak yang telah memberikan proyek penanggulangan, apalagi jika dana
diambil dari dana masyarakat/ pemerintah.
Untuk membuktikan bahwa suatu lingkungan telah tercemar sangatlah mudah,
tetapi untuk membuktikan siapa yang telah melakukan hal tersebut sangatlah sulit
dilakukan apalagi untuk menentukan siapa yang harus bertanggung jawab.
Pembuktian secara hukum memerlukan data hasil analisa laboratorium yang secara
ilmiah, teknis dan hukum dapat dipercaya dan tidak dapat terbantahkan, yang mana
semua itu memerlukan prosedur pembuktian yang sulit dan biaya yang tidak sedikit
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
2
sehingga sistem pembuktrian ini akan sangat sulit dilakukan di setiap lokasi yang
telah tercemar.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi terjadinya pencemaran
akibat kegiatan industri antara lain dengan pengembangan proses produksi bersih
(nir limbah), minimisasi limbah, penggantian bahan berbahaya dengan bahan yang
lebih aman maupun dengan teknologi pengolahan limbah (end of pipe). Teknologi
pengolahan limbah meskipun digunakan sebagai pilihan penyelesaian terakhir dan
dianggap kurang effisien, tetapi sampai saat ini teknologi ini masih sangat
diperlukan.
Berbagai ketentuan dan peraturan perundangan juga telah diterbitkan untuk
mencegah, mengurangi dan mengendalikan kerusakan lingkungan akibat
pembuangan limbah, namun jika semua itu tanpa diikuti oleh kesadaran dari semua
pihak untuk mendukung program-program pelestarian lingkungan, mustahil akan
dapat berjalan.
2. PERMASALAHAN Teknologi proses untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan ramah
lingkungan terus dikembangkan. Sampai saat ini masih banyak proses industri yang
belum dirasa belum ramah terhadap lingkungan sehingga sering menimbulkan
persoalan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mendapatkan
teknologi seperti yang diharapkan tersebut diperlukan peran dari berbagai disiplin
ilmu yang harus dikoordinasikan dan disinkronkan sehingga menghasilkan satu
system kesatuan proses seperti yang diharapkan.
Banyak perusahaan yang masih mengalami kendala dalam melakukan
pengolahan limbahnya. Agar para pengusaha dapat mengolah limbahnya maka perlu
diberikan teknologi pengolahan limbah yang sederhana, mudah dalam pengendalian,
effisien, dan effective agar tidak banyak membebani biaya investasi maupun
operasional dari IPAL tersebut.
3. TUJUAN
memberikan panduan pengelolaan limbah.
memberikan panduan pemilihan teknologi IPAL yang efective dan efisien.
Memberikan teknologi IPAL yang aplikatif untuk membantu penyelesaian
masalah limbah perusahaan.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
3
4. DEFINISI LIMBAH Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. (Pasal 1)*
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan
pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan. (Pasal 16)*
Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan
limbah ke media lingkungan hidup. (Pasal 20)*
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan
limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak
atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi
secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup. (Pasal 35)* Ket. : * PP.RI Nomor 20 tahun 1990 tentang “Pengendalian Pencemaran Air”.
5. SUMBER LIMBAH
Air limbah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah
domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga, air limbah dari perkantoran
dan pertokoan (daerah komersial), air limbah industri dan air limbah pertanian.
Dalam suatu industri, limbah dihasilkan dari berbagai sumber. Sumber-sumber
limbah yang potensial antara lain berasal dari :
• Proses produksi,
- Sisa produk pada waktu pembersihan alat/reactor,
- Produk gagal/tidak memenuhi spesifikasi,
- Ceceran produk di lingkungan kerja,
- Bekas/ sisa bahan pembersih,
- Uap dari bahan baku/produk,
- Bahan yang telah rusak/ kedaluwarsa dll.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
4
Gambar 1 : Foto Kegiatan Proses Produksi
Gambar 2 : Foto Kegiatan Analisa Laboratorium
• Laboratorium,
• Kamar mandi dan toilet,
• Wastafle,
• Kantin,
• Air untuk membersihkan lingkungan.
Gambar 3 : Sumber Pencemaran Lingkungan dan Sungai Sebagai Lokasi
Pembuangan
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
5
Setiap kegiatan menghasilkan limbah dengan jumlah dan karakteristik yang
berlainan. Meskipun jenis dan besaran kegiatan suatu industri sama, belum tentu
jumlah dan karakteristik limbahnya sama. Jumlah dan karakteristik limbah banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
• Teknologi yang digunakan,
• Jenis & peralatan proses,
• Peralatan /fasilitas kerja yang disediakan,
• Keterampilan dan kemampuan kerja dari SDM,
• Tingkat kesadaran SDM untuk menjaga lingkungan kerja,
• Hubungan kerja antar unit yang ada,
• SOP (Standard Operation Procedure) yang ada.
Dengan mengetahui berbagai faktor sumber timbulan limbah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, diharapkan kita dapat memonitor dan menekan seminim
mungkin timbulan limbah yang ada. Dengan meminimalisasikan timbulan limbah dan
mengelola limbah sesuai dengan prosedur pengelolaan yang benar kita
mendapatkan berbagai keuntungan antara lain :
• Mengurangi kehilangan bahan baku/ produk,
• Meningkatkan effisiensi proses produksi dan kerja,
• Menghemat biaya pengolahan limbah,
• Mengurangi resiko kecelakaan kerja,
• Mengurangi resiko bencana akibat pencemaran limbah,
• Menghindarkan konflik sosial dengan lingkungan sekitar akibat limbah,
• Meningkatkan image di mata konsumen, karena kita telah melakukan proses
produksi bersih.
• Meningkatkan jumlah penjualan produk dll.
Menekan jumlah timbulan limbah berarti juga meningkatkan efisiensi biaya proses
produksi, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya antara lain :
• Dengan memperbaiki teknologi proses,
• Mengoptimalkan kondisi operasi proses,
• Mengurangi kehilangan produk,
• Memperbaiki SOP proses produksi.
• Meningkatan keahlian SDM yang ada, dll.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
6
6. DAMPAK DARI PEMBUANGAN LIMBAH
Terdapat banyak ragam pengaruh yang ditimbulkan akibat
pencemaran air, seperti air minum yang mengandung racun, hewan-hewan
potong yang beracun (akibat akumulasi organisme beracun dalam tubuh
mereka yang berasal dari lingkungan sekitamya), ekosistem sungai dan
danau yang tak lagi seimbang untuk mendukung keaneka-ragaman hayati,
penggundulan hutan akibat hujan asam (acid rain) dan masih banyak lainnya.
Ada beberapa dampak akibat pencemaran air, antara lain :
• Dampak terhadap kualitas air permukaan dan air tanah.
• Dampak terhadap kehidupan biota air.
• Dampak terhadap kesehatan.
• Dampak terhadap estetika lingkungan.
• Dampak terhadap udara (kebauan) dll.
6.1. Dampak Terhadap Estetika Lingkungan
Dengan semakin banyaknya limbah yang masuk ke lingkungan tanpa
pengolahan terlebih dahulu, maka menyebabkan beban lingkungan untuk
melakukan degradasi secara alami akan semakin berat. Jika kemampuan
daya dukung lingkungan penerima limbah sudah terlampaui, maka akan
mengakibatkan pencemaran dan akumulasi materi di lingkungan
bersangkutan. Penumpukan materi yang tak terkendali akan menimbulkan
berbagai dampak seperti bau menyengat, pemandangan yang kotor dan
menimbulkan masalah estetika lain yang tidak diharapkan. Gambar 4
menunjukkan kondisi lingkungan yang secara estetika kurang baik. Kondisi
jalan yang kotor, saluran drainase pembuangan limbah yang tampak kotor,
penuh dengan belatung dan tumpukkan limbah padat yang diletakkan di
pinggir saluran sehingga menyebabkan bau busuk yang sangat menyengat
dan pemandangan yang sangat kotor.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
7
Gambar 4 : Kondisi pemandangan jalan dan saluran yang kotor.
6.2. Dampak Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Ada gula ada semut, begitu peribahasa mengatakan. Seperti hal-nya
peribahasa tersebut, meskipun limbah merupakan bahan buangan yang
dianggap sudah kurang efektif dan kurang layak untuk dimanfaatkan kembali,
namun ternyata banyak masyarakat yang jeli melihat bahwa di dalam
buangan tersebut masih banyak benda-benda yang dapat dimanfaatkan
kembali, sehingga dari sini tumbuh sumber penghasilan baru (kegiatan
pemulung). Meskipun ditinjau dari segi kesehatan, jenis pekerjaan ini sangat
tidak layak untuk dilakukan, tetapi ditinjau dari segi penyelamatan lingkungan
sangat membantu yaitu mengurangi beban lingkungan untuk untuk
mendegradasi bahan-bahan yang dapat di pulung tersebut dan ini merupakan
kegiatan yang dapat dikatakan dapat menghemat penggunaan sumber daya
alam. Untuk mengurangi resiko kesehatan terhadap kegiatan pemulungan,
maka sebaiknya konsep pemilahan sampah/limbah harus dilakukan mulai dari
sumbernya sehingga juga dapat mengoptimalkan hasil daur ulang.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
8
Gambar 5 : Aktivitas Masyarakat mengais Minyak dan Serpihan Ikan dari Limbah Industri Pengolahan Ikan.
6.3. Dampak Terhadap Kualitas Air
Sampai saat ini, sungai dan saluran drainase air hujan masih sering
dijadikan sarana pembuangan limbah cair. Dengan demikian, maka di
sepanjang sekitar saluran dan sungai tersebut akan terjadi proses peresapan
limbah ke dalam tanah. Kondisi demikian sangat rawan sekali terjadi
pencemaran terhadap air tanah maupun air permukaan jika limbah tidak
diolah terlebih dahulu.
gambar 6 : Saluran drainase dan sungai sebagai tempat pembuangan limbah
6.4. Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah,
maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
9
air limbah tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan yang
ada di dalam perairan yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dan
mengurangi perkembangannya. Selain disebabkan karena kurangnya
oksigen, kematian kehidupan di dalam air dapat juga disebabkan oleh adanya
zat beracun. Selain kematian ikan-ikan, dampak lainnya adalah kerusakan
pada tanaman/tumbuhan air.
Gambar 7 : Dampak pembuangan limbah menyebabkan kematian biota.
6.5. Dampak Terhadap Kesehatan
Pengaruh langsung terhadap kesehatan, banyak disebabkan oleh
kualitas air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
mengingat sifat air yang mudah sekali terkontaminasi oleh berbagai mikro
organisme dan mudah sekali melarutkan berbagai materi. Dengan kondisi
sifat yang demikian air mudah sekali berfungsi sebagai media penyalur
ataupun penyebar penyakit.
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam, antara lain:
• air sebagai media untuk hidup mikroba patogen;
• air sebagai sarang insekta penyebar penyakit;
• jumlah air bersih yang tersedia tak cukup, sehingga manusia
bersangkutan tak dapat membersihkan dirinya, atau;
• air sebagai media untuk hidup vektor penyebar penyakit.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
10
Masuknya berbagai polutan dari sumber pencemar ke manusia pada
umumnya tidak terjadi secara langsung, tetapi lebih banyak melalui media
jaring-jaring rantai makanan. Jika hal ini sudah terjadi, untuk mengatasinya
memerlukan biaya yang sangat besar, waktu yang lama dan metode sulit
untuk dilakukan dan pada umumnya dimulai dengan memutus rantai dari
sumbernya. Secara detail gambaran perjalanan polutan limbah sampai ke
manusia ini dapat dilihat seperti pada Gambar 8 di bawah.
Gambar 8 : Gambaran perjalanan polutan limbah sampai ke manusia.
6.6. Contoh Kasus Minamata
Sejarah dan Penyebab Penyakit Minamata Pabrik Chisso dimulai sebagai perusahaan energi hidroelektrik pada
akhir jaman Meiji. Pada tahun 1908 Chisso membangun pabrik karbit di
Minamata menggunakan energi listrik dan jauh sebelum memproduksi pupuk
kimia telah menjadi perusahaan utama di Jepang. Perkembangan Chisso
seiring dengan perkembangan Minamata. Populasi penduduk terus
meningkat dan Minamata menjadi salah satu kota industri terdepan kota
Kumamoto. Mantan direktur pabrik ini bahkan menjabat sebagai walikota dan
pengaruh Chisso pada pertumbuhan kota dan ketergantungan masyarakat
menjadi lebih kuat.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
11
Disamping memproduksi pupuk kimia, Chisso memproduksi asam
asetat, vinil klorida dan pelemas plastik yang sangat penting dalam
produksinya. Chisso bahkan menjadi perusahaan yang berperan besar dalam
pertumbuhan ekonomi Jepang.
Sejak jaman Taisho (1912-1926), pencemaran laut oleh limbah
Chisso telah menjadi masalah. Walaupun begitu dalam tahun 1932-1968,
Chisso tetap menggunakan merkuri anorganik sebagai katalis untuk
memproduksi asetaldehid yang digunakan untuk membuat asam asetat dan
pelemas plastik dengan menghasilkan produk sampingan metil merkuri yang
dibuang ke laut tanpa pengolahan limbah hingga tahun 1966.
Bermula pada 21 April 1956, seorang
bocah perempuan 5 tahun diantar
orangtuanya ke klinik kesehatan khusus
anak. Bocah itu mengeluhkan sejumlah
rasa sakit yang dirasa di otaknya. Sekitar
seminggu kemudian, giliran adiknya yang
berusia 3 tahun mengeluhkan rasa yang sama. Dokter saat itu angkat tangan
dan lebih memilih merekomendasikan kedua pasien mungilnya itu ke
Minamata Health Center. Sejak itu, penyakit minamata disadari kalangan luas
yang ditandai banyak pasien dengan gejala yang sama yang bermunculan.
Nama penyakit minamata berasal dari Teluk Minamata, Jepang sebelah barat
daya. Di masyarakat sekitar teluk itulah penyakit ini pertama kali muncul.
Pada Agustus 1956, Kelompok Studi Medis Penyakit Minamata
dibentuk di Kumamoto University. Mereka mulai menyelidiki penyakit itu.
Tidak perlu waktu lama karena pada November 1956 kelompok itu berhasil
mendeteksi bentuk keracunan logam berat yang berasal dari konsumsi ikan
dan kerang. Sebelumnya mereka mendapatkan kondisi tanah dan air masih
dalam status normal, sedangkan banyak ikan yang mati.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
12
Tetapi, baru pada Juli 1959, dipastikan sumber racun itu adalah merkuri atau air raksa (Hg). Setahun kemudian menjadi lebih jelas bahwa
sejumlah pasien menderita kelumpuhan saraf otak. Mereka berasal dari lokasi
yang sama dengan kemunculan penyakit minamata. Lebih parah lagi, para
pasien itu juga diketahui satu generasi. Walhasil, semakin jelas lagi kalau
penyakit itu ternyata menurun.
Penyakit Minamata
Penyakit Minamata terjadi akibat banyak mengkonsumsi ikan dan kerang
dari Teluk Minamata yang tercemar metil merkuri. Penyakit Minamata
bukanlah penyakit yang menular atau menurun secara genetis.
Gambar 9 : Siklus perjalanan mercury dari industri hingga manusia
Metil merkuri yang masuk ke tubuh manusia akan menyerang sistem
saraf pusat. Gejala awal antara lain kaki dan tangan menjadi gemetar dan
lemah, kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan melemah,
kehilangan pendengaran, bicara cadel dan gerakan menjadi tidak terkendali.
Beberapa penderita berat penyakit Minamata menjadi gila, tidak sadarkan diri
dan meninggal setelah sebulan menderita penyakit ini.
Seminar Nasioanl “Peran Teknik Kimia dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, Fakultas Teknik, Prog. Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiah Purwokerto, Purwokerto,28 Maret 2009
Ir. Setiyono, MSi, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, GD II BPPT, Lt 20, Jl. MH. Thamrin No. 8, JKT, Tp. 021- 316 9770, 0815 164 1035
13
Penderita kronis penyakit ini mengalami gejala seperti sakit kepala,
sering kelelahan, kehilangan indera perasa dan penciuman, dan menjadi
pelupa. Meskipun gejala ini tidak terlihat jelas tetapi sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari. Yang lebih parah adalah penderita congenital yaitu
bayi yang lahir cacat karena menyerap metil merkuri dalam rahim ibunya
yang banyak mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi metil merkuri. Ibu yang
mengandung tidak terserang penyakit Minamata karena metil merkuri yang
masuk ke tubuh ibu akan terakumulasi dalam plasenta dan diserap oleh janin
dalam kandungannya. Panyakit Minamata tidak dapat diobati, sehingga
perawatan bagi penderita hanya untuk mengurangi gejala dan terapi
rehabilitasi fisik. Disamping dampak kerusakan fisik, penderita Minamata juga
mengalami diskriminasi sosial dari masyarakat seperti dikucilkan, dilarang
pergi tempat umum dan sukar mendapatkan pasangan hidup.
Gambar 10 : Cacat tetap akibat dari logam berat