Occupational Health

download Occupational Health

of 10

description

bg

Transcript of Occupational Health

Pentingnya Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Lingkungan KerjaEpidemiologi

Pekerja di seluruh dunia, walaupun memiliki perbedaan dalam hal fisik, sosial, ekonomi, dan politik menghadapi bahaya-bahaya atau risiko dari pekerjaannya. Hal-hal yang dapat membahayakan pekerja antara lain zat-zat yang bersifat kimia, biologik, fisikal, dan psikososial. Kecelakaan akibat kerja merupakan masalah yang seius yang dialami oleh para pekerja. Organisasi pekerja, International Labour Organization (ILO) memperkirakan sekitar 2,2 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan kerja maupun sakit akibat pekerjaannya. Di antara 2,8 milyar pekerja di seluruh dunia, 270 juta pekerja mengalami cedera serius namun tidak fatal dan 160 juta pekerja mengalami penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya. Total biaya yang dibutuhkan untuk menangani kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah 4% dari produksi total nasional atau sekitar US$1.36 trillion di seluruh dunia (Li et all, 2012).

Di Indonesia sendiri, angka kejadian kecelakaan kerja masih tinggi seperti yang disebutkan media Suara Merdeka pada tahun 2008 dalam Yusuf, 2012: pada tahun 2007 angka kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 65.474 orang. Ini berarti ada lima pekerja yang mengalami kecelakaan setiap harinya akibat rendahnya jaminan keamanan kerja dan manajemen kesehatan perusahaan. Sektor-sektor industri yang paling sering menyebabkan kecelakaan kerja adalah perusahaan konstruksi, perkayuan, industri, transportasi, dan pertambangan (Yusuf, 2012).Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang dialami oleh seseorang atau kelompok di lingkungan kerja. Kecelakaan menurut Sulaksmono (dalam Anizar, 2009) adalah suatu kejadian yang tidak disengaja, tidak diduga, dan tidak dikehendaki yang dapat mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur (Handayani).

Penyebab dari kecelakaan kerja terdiri dari beberapa faktor. Secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu: unsafe action yang disebabkan oleh ketidakseimbangan fisik tenaga kerja seperti posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah, cacat fisik, cacat sementara, dan kepekaan panca indra terhadap sesuatu. Kurangnya pendidikan, kurang pengalaman, salah pengertian terhadap suatu perintah, kurang terampil, salah mengartikan (standar operasional prosedur) juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.Sedangkan menurut Hadiguna (2009) penyebab kecelakaan kerja adalah:1. Tindakan manusia yang tidak melakukan tindakan penyelamatan. Contohnya: pakaian kerja, penggunaan peralatan pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.

2. Keadaan lingkungan kerja yang tidak aman. Contohnya: penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran, penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan lain-lain (Handayani).Penyakit Akibat Kerja

Penyakit kerja dialami oleh pekerja di suatu lingkungan kerja akibat kerentanannya terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaannya. Hal ini bisa mencakup penyakit akut maupun kronis yang disebabkan oleh sistem pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Kusuma).

Menurut Bennet Silalahi (1995) perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu:

1. Penyakit umum

Merupakan penyakit yang bisa diderita oleh setiap orang. Maka dari itu dibutuhkan pemeriksaan kesehatan kepada seseorang yang akan memasuki suatu lingkungan kerja.

2. Penyakit akibat kerja

Merupakan penyakit yang timbul setelah karyawan yang terbukti sehat memasuki dunia kerjanya. Penyebabnya bermacam-macam, bisa dari fator fisik, biologis, kimia, fisiologis, dan psikologis (Kusuma).Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang diterapkan di lingkungan kerja untuk menjamin keselamatan semua personel di tempat kerja agar tidak menderia luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja.

Menurut Armanda (2006) K3 secara filosofis yaitu keselamatan dan kesehatan kerja yaitu suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertiannya menurut keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjeadinya kecelakaan dan peyakit akibat kerja.

Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 Bagian 6 Tentang Kesehatan Kerja pada pasal 23 berisi poin-poin sebagai berikut:

1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.

2. Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.

3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

Sistem Manajemen K3

Yang dimaksud Sitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang selanjutnya disingkat SMK3 oleh PERMENKES Nomor Per.18/MEN/2008 adalah bagian sistem manajemen secara menyeluruh termasuk struktur organisasi, aktivitas perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan pengembangan sumber daya untuk membangun, menerapkan, mencapai, mengkaji, dan mengembangkan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang

disingkat dengan K3, dalam upaya mengendalikan risiko K3 di tempat kerja. Sistem Manajemen K3 sangat diperlukan untuk kelangsungan suatu perusahaan dan secara rutin diadakan audit internal maupun eksternal untuk menilai sejauh mana keberhasilan SMK3 dilaksanakan oleh perusahaan. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.05/MEN/1996 audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.

Aspek-aspek Sistem Manajemen K3Aspek-aspek sistem manajemen K3 beradasarkan Permenaker No. 5 Tahun 1996, meliputi :

a. Perencanaan

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur..

1) Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko

Indentifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan, produk barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya.2) Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya

Perusahaan harus menetapkan dan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi, dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.

3) Tujuan dan Sasaran

a) Sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja bebas.

b) Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

c) Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan, agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan proses industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh proses industry.4) Indikator Kerja

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3 perusahaan harus menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3.

5) Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung

Penerapan awal Sistem Manajemen K3 yang berhasil memerlukan rencana yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan, dan dengan jelas menetapkan tujuan serta sasaran Sistem Manajemen K3 yang dapat dicapai dengan:

a) Menetapkan sistem pertanggung jawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan.

b) Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran.

b. Penerapan

Dalam penerapannya, SMK3 harus dipahami dan dijalankan oleh perusahaan maupun pekerjanya. Setiap perusahaan diwajibkan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang berfungsi sebagai wadah kerjasama antara pengusaha dengan pekerja untuk mengembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.Dalam penerapannya juga prosedur untuk menghadapi keadaan gawat darurat atau bencana. Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana yang diuji secara berkala untuk mengetahui keadaan pada saat kejadian yang sebenarnya. Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahan besar harus dikoordinaksikan dengan instansi terkait yang berwenang. Jika terjadi suatu insiden, diharuskan sudah tersedianya fasilitas P3K yang cukup sebagai pertolongan awal sebelum mendapatkan pertolongan medik.c. Audit

Audit merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengevaluasi sistem manajemen K3, kesesuaian dengan persyaratan dan peluang perbaikan. (Sedarmayanti, 2009 dalam 10507297) d. Sertifikasi

Pemberian sertifikat kepada perusahaan ditujukan sebagai tolak ukur suatu pencapaian dan penerapan sistem manajemen K3. Sertifikat ditandatangani oleh Menteri dan berlaku untuk jangka waktu 3 tahun.

e. Pembinaan dan Pengawasan

1) Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan.

2) Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat resiko tugas.

3) Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian.

4) Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit akibat kerja dan dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengurus.

5) Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi.Elemen-elemen Pelaksanaan K3

Selain membutuhkan manajemen K3 yang baik, perusahaan juga harus mempertimbangkan elemen-elemen yang data mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak elemen yang berperan penting dalam keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Elemen-elemen tersebut antara lain (Kusuma):

1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan agar pekerja merasa nyaman dan aman bekerja. Segala tindakan yang terkait dengan pekerjaan harus diberikan jaminan, baik yang berisiko maupun yang tidak. Dengan merasa nyaman, pekerja dapat terhindar dari kecelakaan kerja dan dapat meningkatkan produktivitas pekerja.

2. Pelatihan K3

Pelatihan K3 bertujuan untuk mengenalkan perilaku pencegahan dan penanggulangan di tempat kerja, mengidentifikasi adanya bahaya, mengelola bahan-bahan beracun berbahaya, menggunakan alat pelindung diri, melaukan pencegahan dan pemadaman kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan (jurnal)3. Alat Pelindung Diri

Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila memasuki Tempat Kerja menjadi dasar hukum wajibnya mengenakan alat pelindung diri. UU tersebut berbunyi:

Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua

petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang

diwajibkan.

Pada umumnya alat-alat pelindung diri terdiri dari:

a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.

b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)

c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.

d. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.g. Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas).i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).

4. Beban Kerja

Beban kerja adalah sekumpulan kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Penelitian membuktikan bahwa beban kerja berbanding lurus dengan stress yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit kerja.

5. Jam Kerja

Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sama seperti beban kerja, jam kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stress yang akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Studi Studi bertajuk Working Time Around the World: Trends in Working Hours, Laws and Policies in a Global Comparative Perspective menyatakan jam kerja yang lebih pendek bisa mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif, seperti meningkatkan kesehatan hidup karyawan dan keluarganya, mengurangi kecelakaan di tempat kerja dan mempertinggi produktivitas. Namun, pada sisi lain, studi yang sama juga mengungkapkan sisi negatif dari jam kerja yang pendek, terutama di negara-negara berkembang dan transisi. Yakni, bisa menyebabkan pengangguran dan dengan demikian cenderung meningkatkan kemiskinan

Penutup

Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia, diharapkan terjadi penurunan angka kejadian kecelakaan kerja dan penyakit kerja sehingga terwujudnya masyarakat yang sejahtera dalam sebuah lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya, program K3 perlu kerjasama antara perusahaan, pekerja, dan pengawas program. Program K3 jika dimanajemen dan dilaksanakan dengan baik tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga pekerja dan keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, N.S. Pengaruh Sistem Manajemen K3 Terhadap Kinerja Karyawan pada PT XX. Available from: http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1238/1/10507297.pdf. (Accessed: 2013, December 12)

Kusuma, I.J. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan PT. Bitratex Industries Semarang, Available from: http://eprints.undip.ac.id/26498/. (Accessed: 2013, December 12)

Li, L et all. (2012), A descriptive epidemiological study on the patterns of occupational injuries in a coastal area and a mountain area in Southern China, Available from: http://bmjopen.bmj.com. (Accessed: 2013, December 12)

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER.18/MEN/XI/2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012

Yusuf, R.M, Eliyana, A., Sari, O.N. (2012), The Influence of Occupational Safety and Health on Performance with Job Satisfaction as Intervening Variables (Study on the Production Employees in PT. Mahakarya Rotanindo, Gresik), American Journal of Economics, pp. 136-1409