Obgyn Patologi

10
BAB 1 PATOLOGI KALA 1 1.1. Definisi Persalinan Lama Persalinan lama disebut juga Distosia.Didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau sulit (Prawirihardjo, 2009). 1.2. Etiologi Persalinan Lama Sebab-sebab persalinan lama dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini : 1. Kelainan tenaga (kelainan his) His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan (Prawirihardjo, 2009). 2. Kelainan janin Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin (Prawirihardjo, 2009). 3. Kelainan jalan lahir 1

description

OBGYN

Transcript of Obgyn Patologi

Page 1: Obgyn Patologi

BAB 1

PATOLOGI KALA 1

1.1. Definisi Persalinan Lama

Persalinan lama disebut juga Distosia.Didefinisikan sebagai persalinan

yang abnormal atau sulit (Prawirihardjo, 2009).

1.2. Etiologi Persalinan Lama

Sebab-sebab persalinan lama dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini :

1. Kelainan tenaga (kelainan his)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,

tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau

kemacetan (Prawirihardjo, 2009).

2. Kelainan janin

Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan

dalam letak atau dalam bentuk janin (Prawirihardjo, 2009).

3. Kelainan jalan lahir

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan

persalinan atau menyebabkan kemacetan (Prawirihardjo, 2009).

1.3. Kelainan atau Patologi Pada Kala 1

1. Fase laten memanjang

Friedman mengembangkan 3 konsep tahap fungsional pada

persalinan untuk menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis persalinan :

1

Page 2: Obgyn Patologi

a. Tahap persiapan (Preparatory Division)

Hanya sedikit terjadi pembukaan serviks, cukup banyak perubahan

yang berlangsung di komponen jaringan ikat serviks.Tahap

persalinan ini mungkin peka terhadap sedasi dan anastesia regional

(Cunningham, 2005).

b. Tahap pembukaan atau dilatasi (Dilatational Division)

Saat pembukaan berlangsung paling cepat, tidak dipengaruhi oleh

sedasi atau anastesia regional (Cunningham, 2005).

c. Tahap panggul (Pelvic Division)

Berawal dari fase deselerasi pembukaan serviks.Mekanisme klasik

persalinan yang melibatkan gerakan-gerakan pokok janin pada

presentasi kepala, masuknya janin ke panggul (engangement),

fleksi, penurunan, rotasi internal (putaran paksi dalam), ekstensi,

dan rotasi eksternal (putar paksi luar) terutama berlangsung selama

tahap panggul (Cunningham, 2005).

Pola pembukaan serviks selama tahap persiapan dan pembukaan

persalinan normal adalah kurva sigmoid. Dua fase pembukaan serviks

adalah fase laten yang sesuai dengan tahap persiapan dan fase aktif yang

sesuai dengan tahap pembukaan. Friedman membagi lagi fase aktif

menjadi fase akselerasi, fase lereng (kecuraman) maksimum, dan fase

deselerasi (Prawirihardjo, 2009).

Awitan persalinan laten didefinisikan menurut Friedman sebagai saat

ketika ibu mulai merasakan kontraksi yang teratur. Selama fase ini

orientasi kontraksi uterus berlangsung bersama perlunakan dan pendataran

2

Page 3: Obgyn Patologi

serviks. Kriteria minimum Friedman untuk fase laten kedalam fase aktif

adalah kecepatan pembukaan serviks 1,2 cm/jam bagi nulipara dan 1,5

cm/jam bagi multipara. Kecepatan pembukaan serviks ini tidak dimulai

pada pembukaan tertentu. Sebagai contoh, Peisner dan Rosenmendapatkan

bahwa 30% ibu mencapai pembukaan 5 cm sebelum kecepatan pembukaan

mereka setara dengan persalinan fase aktif. Sebaliknya, sebagian ibu

mengalami pembukaan lebih cepat dan telah mencapai kecepatan fase aktif

pada pembukaan sebesar 3 cm. dengan demikian, fase laten terjadi

bersamaan dengan persepsi ibu yang bersangkutan akan adanya his teratur

yang disertai oleh pembukaan serviks yang progresif, walaupun lambat,

dan berakhir pada pembukaan 3 cm dan 5 cm. Rosen menganjurkan agar

semua ibu diklasifikasikan berada dalam “persalinan aktif” apabila dilatasi

mencapai 5 cm, sehingga apabila tidak terjadi perubahan progresif, perlu

dipertimbangkan untuk melakukan intervensi (Prawirihardjo, 2009).

Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten berkepanjangan

apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada

multipara.Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain

adalah anastesia regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks

yang buruk (misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak

membuka), dan persalinan palsu. Friedman mengklaim bahwa istirahat

atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amnnya dalam memperbaiki fase

laten yang berkepanjangan. Istirahat lebih disarankan bahwa persalinan

palsu sering tidak disadari. Dengan sedaktif kuat 85% dari para wanita ini

akan mengalami memulai persalinan aktif sekitar 10% lainnya berhenti

3

Page 4: Obgyn Patologi

berkontraksi dan karenanya mengalami persalinan palsu. Akhirnya 5%

mengalami rekurensi fase laten abnormal dan memerlukan stimulasi

oksitosin (Cunningham, 2005).

Konsep fase laten ini sangat penting dalam memahami persalinan

normal pada manusia karena persalinan menjadi jauh lebih lama apabila

fase laten disertakan.

2. Fase aktif memanjang

Penurunan dimulai pada tahap akhir dilatasi aktif, dimulai pada

sekitar 7-8 cm pada nulipara dan paling cepat setelah 8 cm. Friedman

membagi lagi masalah fase aktif menjadi gangguan protrection

(berkepanjangan atau berlarut-larut) dan arrest(macet / tak maju). Ia

mendefinisikan protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan

yang lambat, yang untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan < 1,2

cm/jam atau penurunan < 1 cm/jam. Untuk multipara protraksi

didefinisiklan sebagai kecepatan pembukaan < 1,5 cm/jam atau penurunan

< 2 cm/jam. Ia mendefinisikan sebagia berhentinya secara total

pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan (arrest of dilatation)

didefinisikan sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam, dan

kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan

janin dalam 1 jam (Prawirihardjo, 2009).

Faktor lain yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan

dan macet adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan malposisi

janin, misalnya oksiput posterior persisten. Pada persalinan yang

berkepnajangan dan macet.Friedman menganjurkan pemeriksaan

4

Page 5: Obgyn Patologi

fetopelvik untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelvik.Terapi yang

dianjurkan untuk persalinan yang berkepanjangan adalah penatalaksanaan

menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan macet tanpa

disproporsi sefalopelvik (Cunningham, 2005).

Menurut American of College Obstetriciansand Gynecologists,

kegagalan kemajuan (failure to progress) atau disproporsi sefalopelvik

adalah isrtilah yang kurang tepat.Mereka menyimpulkan bahwa klasifikasi

yang lebih praktis membagi kelainan persalinan menjadi lebih lambat

daripada normal (partus lama, protraction disorders), atau penghentian

total kemajuan (partus macet, arrest disorder).Ibu harus berada dalam fase

aktif persalinan (serviks membuka 3-4 cm atau lebih) untuk mendiagnosis

salah satu diantara keduanya (Prawirihardjo, 2009).

Kriteria saat ini yang diajukan oleh American College of

Obstetriciant and Gynecologists untuk diagnosis partus lama dan partus

macet diperlihatkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1.1 Kriteria Diagnostik Kelainan Persalinan Akibat Persalinan Lama atau Persalinan Macet

Pola Persalinan Nulipara Multipara

Persalinan lama (protraction disorders)

Pembukaan <1,2 cm/jam <1,5 cm/jam

Penurunan <1,0 cm/jam <2,0 cm/jam

Persalinan macet (arrest disorders)

Tidak ada pembukaan >2 jam >2 jam

Tidak ada penurunan >1 jam >1 jam

5

Page 6: Obgyn Patologi

American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan

bahwa sebelum ditegakkan diagnosis kemacetan pada persalinan kala satu,

kedua kriteria ini harus dipenuhi.

1. Fase laten selesai, dengan serviks membuka 4 cm atau lebih

2. Sudah terjadi pola kontraksi uterus sebesar 200 satuan

Montevideo atau lebih dalam periode 10 menit selama 2 jam

tanpa perubahan pada serviks (Prawirihardjo, 2009).

3. Penurunan Kepala Janin pada Persalinan Aktif

Penurunan diameter biparietal janin sampai setinggi spina iskiadika

panggul ibu (station 0) disebut sebagai engagement.Friedman dan

Sachtleben melaporkan keterkaitan persalinan dengan distosia pada tahap

selanjutnya.Mereka melaporkan terjadinya partus lama dan partus macet

pada ibu dengan station kepala janin di atas + 1 cm dan bahwa semakin

tinggi station saat persalinan dimulai pada nulipara, semakin lama

persalinan berlangsung.Handa dan Laros mendapatkan bahwa penurunan

janin pada saat persalinan macet juga merupakan faktor risiko distosia

(Prawirihardjo, 2009).

Prognosis untuk distosia tidak berkaitan dengan penurunan kepala

janin yang lebih tinggi di atas bidang tengah panggul (station 0).Tidak

masuknya kepala pada permulaan persalinan, walaupun secara statistik

merupakan faktor risiko untuk distosia (Prawirihardjo, 2009).

6