Obgyn Patologi
description
Transcript of Obgyn Patologi
![Page 1: Obgyn Patologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/55721335497959fc0b91d7af/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PATOLOGI KALA 1
1.1. Definisi Persalinan Lama
Persalinan lama disebut juga Distosia.Didefinisikan sebagai persalinan
yang abnormal atau sulit (Prawirihardjo, 2009).
1.2. Etiologi Persalinan Lama
Sebab-sebab persalinan lama dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini :
1. Kelainan tenaga (kelainan his)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,
tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan (Prawirihardjo, 2009).
2. Kelainan janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau dalam bentuk janin (Prawirihardjo, 2009).
3. Kelainan jalan lahir
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan (Prawirihardjo, 2009).
1.3. Kelainan atau Patologi Pada Kala 1
1. Fase laten memanjang
Friedman mengembangkan 3 konsep tahap fungsional pada
persalinan untuk menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis persalinan :
1
![Page 2: Obgyn Patologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/55721335497959fc0b91d7af/html5/thumbnails/2.jpg)
a. Tahap persiapan (Preparatory Division)
Hanya sedikit terjadi pembukaan serviks, cukup banyak perubahan
yang berlangsung di komponen jaringan ikat serviks.Tahap
persalinan ini mungkin peka terhadap sedasi dan anastesia regional
(Cunningham, 2005).
b. Tahap pembukaan atau dilatasi (Dilatational Division)
Saat pembukaan berlangsung paling cepat, tidak dipengaruhi oleh
sedasi atau anastesia regional (Cunningham, 2005).
c. Tahap panggul (Pelvic Division)
Berawal dari fase deselerasi pembukaan serviks.Mekanisme klasik
persalinan yang melibatkan gerakan-gerakan pokok janin pada
presentasi kepala, masuknya janin ke panggul (engangement),
fleksi, penurunan, rotasi internal (putaran paksi dalam), ekstensi,
dan rotasi eksternal (putar paksi luar) terutama berlangsung selama
tahap panggul (Cunningham, 2005).
Pola pembukaan serviks selama tahap persiapan dan pembukaan
persalinan normal adalah kurva sigmoid. Dua fase pembukaan serviks
adalah fase laten yang sesuai dengan tahap persiapan dan fase aktif yang
sesuai dengan tahap pembukaan. Friedman membagi lagi fase aktif
menjadi fase akselerasi, fase lereng (kecuraman) maksimum, dan fase
deselerasi (Prawirihardjo, 2009).
Awitan persalinan laten didefinisikan menurut Friedman sebagai saat
ketika ibu mulai merasakan kontraksi yang teratur. Selama fase ini
orientasi kontraksi uterus berlangsung bersama perlunakan dan pendataran
2
![Page 3: Obgyn Patologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/55721335497959fc0b91d7af/html5/thumbnails/3.jpg)
serviks. Kriteria minimum Friedman untuk fase laten kedalam fase aktif
adalah kecepatan pembukaan serviks 1,2 cm/jam bagi nulipara dan 1,5
cm/jam bagi multipara. Kecepatan pembukaan serviks ini tidak dimulai
pada pembukaan tertentu. Sebagai contoh, Peisner dan Rosenmendapatkan
bahwa 30% ibu mencapai pembukaan 5 cm sebelum kecepatan pembukaan
mereka setara dengan persalinan fase aktif. Sebaliknya, sebagian ibu
mengalami pembukaan lebih cepat dan telah mencapai kecepatan fase aktif
pada pembukaan sebesar 3 cm. dengan demikian, fase laten terjadi
bersamaan dengan persepsi ibu yang bersangkutan akan adanya his teratur
yang disertai oleh pembukaan serviks yang progresif, walaupun lambat,
dan berakhir pada pembukaan 3 cm dan 5 cm. Rosen menganjurkan agar
semua ibu diklasifikasikan berada dalam “persalinan aktif” apabila dilatasi
mencapai 5 cm, sehingga apabila tidak terjadi perubahan progresif, perlu
dipertimbangkan untuk melakukan intervensi (Prawirihardjo, 2009).
Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten berkepanjangan
apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada
multipara.Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain
adalah anastesia regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks
yang buruk (misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak
membuka), dan persalinan palsu. Friedman mengklaim bahwa istirahat
atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amnnya dalam memperbaiki fase
laten yang berkepanjangan. Istirahat lebih disarankan bahwa persalinan
palsu sering tidak disadari. Dengan sedaktif kuat 85% dari para wanita ini
akan mengalami memulai persalinan aktif sekitar 10% lainnya berhenti
3
![Page 4: Obgyn Patologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/55721335497959fc0b91d7af/html5/thumbnails/4.jpg)
berkontraksi dan karenanya mengalami persalinan palsu. Akhirnya 5%
mengalami rekurensi fase laten abnormal dan memerlukan stimulasi
oksitosin (Cunningham, 2005).
Konsep fase laten ini sangat penting dalam memahami persalinan
normal pada manusia karena persalinan menjadi jauh lebih lama apabila
fase laten disertakan.
2. Fase aktif memanjang
Penurunan dimulai pada tahap akhir dilatasi aktif, dimulai pada
sekitar 7-8 cm pada nulipara dan paling cepat setelah 8 cm. Friedman
membagi lagi masalah fase aktif menjadi gangguan protrection
(berkepanjangan atau berlarut-larut) dan arrest(macet / tak maju). Ia
mendefinisikan protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan
yang lambat, yang untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan < 1,2
cm/jam atau penurunan < 1 cm/jam. Untuk multipara protraksi
didefinisiklan sebagai kecepatan pembukaan < 1,5 cm/jam atau penurunan
< 2 cm/jam. Ia mendefinisikan sebagia berhentinya secara total
pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan (arrest of dilatation)
didefinisikan sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam, dan
kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan
janin dalam 1 jam (Prawirihardjo, 2009).
Faktor lain yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan
dan macet adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan malposisi
janin, misalnya oksiput posterior persisten. Pada persalinan yang
berkepnajangan dan macet.Friedman menganjurkan pemeriksaan
4
![Page 5: Obgyn Patologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/55721335497959fc0b91d7af/html5/thumbnails/5.jpg)
fetopelvik untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelvik.Terapi yang
dianjurkan untuk persalinan yang berkepanjangan adalah penatalaksanaan
menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan macet tanpa
disproporsi sefalopelvik (Cunningham, 2005).
Menurut American of College Obstetriciansand Gynecologists,
kegagalan kemajuan (failure to progress) atau disproporsi sefalopelvik
adalah isrtilah yang kurang tepat.Mereka menyimpulkan bahwa klasifikasi
yang lebih praktis membagi kelainan persalinan menjadi lebih lambat
daripada normal (partus lama, protraction disorders), atau penghentian
total kemajuan (partus macet, arrest disorder).Ibu harus berada dalam fase
aktif persalinan (serviks membuka 3-4 cm atau lebih) untuk mendiagnosis
salah satu diantara keduanya (Prawirihardjo, 2009).
Kriteria saat ini yang diajukan oleh American College of
Obstetriciant and Gynecologists untuk diagnosis partus lama dan partus
macet diperlihatkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Kriteria Diagnostik Kelainan Persalinan Akibat Persalinan Lama atau Persalinan Macet
Pola Persalinan Nulipara Multipara
Persalinan lama (protraction disorders)
Pembukaan <1,2 cm/jam <1,5 cm/jam
Penurunan <1,0 cm/jam <2,0 cm/jam
Persalinan macet (arrest disorders)
Tidak ada pembukaan >2 jam >2 jam
Tidak ada penurunan >1 jam >1 jam
5
![Page 6: Obgyn Patologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082416/55721335497959fc0b91d7af/html5/thumbnails/6.jpg)
American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan
bahwa sebelum ditegakkan diagnosis kemacetan pada persalinan kala satu,
kedua kriteria ini harus dipenuhi.
1. Fase laten selesai, dengan serviks membuka 4 cm atau lebih
2. Sudah terjadi pola kontraksi uterus sebesar 200 satuan
Montevideo atau lebih dalam periode 10 menit selama 2 jam
tanpa perubahan pada serviks (Prawirihardjo, 2009).
3. Penurunan Kepala Janin pada Persalinan Aktif
Penurunan diameter biparietal janin sampai setinggi spina iskiadika
panggul ibu (station 0) disebut sebagai engagement.Friedman dan
Sachtleben melaporkan keterkaitan persalinan dengan distosia pada tahap
selanjutnya.Mereka melaporkan terjadinya partus lama dan partus macet
pada ibu dengan station kepala janin di atas + 1 cm dan bahwa semakin
tinggi station saat persalinan dimulai pada nulipara, semakin lama
persalinan berlangsung.Handa dan Laros mendapatkan bahwa penurunan
janin pada saat persalinan macet juga merupakan faktor risiko distosia
(Prawirihardjo, 2009).
Prognosis untuk distosia tidak berkaitan dengan penurunan kepala
janin yang lebih tinggi di atas bidang tengah panggul (station 0).Tidak
masuknya kepala pada permulaan persalinan, walaupun secara statistik
merupakan faktor risiko untuk distosia (Prawirihardjo, 2009).
6