Obat Lokal Saluran Napas 244

4
Obat Lokal Saluran Napas 1. Ekspektoran Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluan dahak dari saluran napas (ekspektorasi) penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman emiris. Belum ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara reflek merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat nervus vagus, sehingga menurukan visikositas dan mempermudah pengeluran dahak. Obat yang termasuk golongan ini ialah Amonium klorida Amonium klorida jarang digunakan sendiri sebagai ekspektoran tetapi biasnya dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lian atau antitusif. Amonium klorida dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengen insufisiensi hati, ginjal, dan paru-paru. Dosis amonium klorida sebagai ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300 mg (5ml) tiap 2-4 jam. Amonium klorida hampir tidak lagi dgunakan untuk pengasaman urin pada keracunan sebab berpotensi membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan imbang elektrolit. Gliseril guaiakolat Penggunan obat ini hanya didasarkan tradisi dan kesan subjektif pasien dan dokter. Belum ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan. Efek samping yang

Transcript of Obat Lokal Saluran Napas 244

Page 1: Obat Lokal Saluran Napas 244

Obat Lokal Saluran Napas

1. Ekspektoran

Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluan dahak dari saluran napas

(ekspektorasi) penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman emiris. Belum ada data yang

membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme

kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara reflek

merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat nervus vagus, sehingga menurukan

visikositas dan mempermudah pengeluran dahak. Obat yang termasuk golongan ini ialah

Amonium klorida

Amonium klorida jarang digunakan sendiri sebagai ekspektoran tetapi biasnya dalam bentuk

campuran dengan ekspektoran lian atau antitusif. Amonium klorida dosis besar dapat

menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengen

insufisiensi hati, ginjal, dan paru-paru.

Dosis amonium klorida sebagai ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300 mg (5ml) tiap 2-4

jam. Amonium klorida hampir tidak lagi dgunakan untuk pengasaman urin pada keracunan

sebab berpotensi membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan imbang elektrolit.

Gliseril guaiakolat

Penggunan obat ini hanya didasarkan tradisi dan kesan subjektif pasien dan dokter. Belum

ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan. Efek samping yang mungkin

timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah.

Gliseril guaiakolat tersedia daam bentuk sirup 100 mg/5ml. Dosis dewasa yang dianjurkan 2-

4 kali 200-400 mg sehari. Sirup ipekak dan kalum yodida sebaikny tidak digunakan sebagai

ekspetoran karena tidak jelas kebutuhanya dan dapat menyebabkan efek samping yang serius.

2. Mukolitik

Mukolitik ialah obat yang dapat megencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah

benang-benang mukoprotein dan mukopolosakarida dari sputum contoh mkolitik ialah

bromheksin, asetilsistein dan ambroksol.

Bromheksin

Page 2: Obat Lokal Saluran Napas 244

Derivat sintetik dari vasicine, suatu zat aktif dari adhatoda vasica. Obat ini digunakan sebagai

mukolitik pada bronkitis atau kelainan saluran napas yang lain. Selin itu obat ini digunkan

secara lokal di bronkus untuk memudahkan pengeluaran dahak pasien yang dirawat di unit

gawat darurat. Data efektivitas klinik obat ini sangat terbatas.

Efek samping pada pemberian oral berupa mual dan peninggian transaminase serum.

Bromheksin harus hati-hati digunakan pada pasien tukak lambung. Dosis oral untuk dewasa

yng dianjurkan 3 klai 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit sekali

Ambroksol

Suatu metabolit bromheksin diduga sama cara kerja dan penggunaannya. Ambroksol sedang

diteliti tentang kemugkinan manfaatnya pada keratokonjungtivitis sika dan sebagai

perangsang produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernapasan.

Asetilsistein

Asetilsistein diberikan secara semprotan (nebulization) atau obat tetes hidung. Asetilsistein

menurunkan viskositas skeret paru pada pasien radang paru. Aktivitas mukolitik zat ini

langsung terhadap mukoprotein dengan melepaskan ikatan disulfidanya, sehingga

menurunkan viskositas sputum. Aktifitas mukolitik pada ph 7-9. Setelah inhalasi seputum

menjadi encer dalam waktu 1 menit dan efek maksimal dalam waktu 5-10 enit. Obat ini juga

diberikan langsung pada trakea waktu trakeotomi efek samping yang mungkin timbul berupa

spasme bronkus, terutama pada pasien asma. Dapat juga timbul mula, muntah, stomatisis,

pilek, hemofisis dan terebentunya sekret berlebihan sehingga perlu disedot (suction). Obat ini

tidak boleh diberikan bila tidak tersedia alat penyedot lendir napas. Larutan yang biasa

digunankan ialah asetilsstein 10-20%.

Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta