OBAT Anti Psikosis

19
OBAT-OBAT ANTIPSIKOSIS Pembimbing: Dr. Imelda Indriani, Sp.KJ Dr. Carlamia H. Lusikooy, Sp.KJ Dr. Adhi Nurhidayat Sp.KJ Disusun oleh: Mohd Fahmi Bin Mohd Hani (11 2011 252) Muhammad Naqiuddin Bin Jalaluddin (11 2011 200) Nur Atikah Bt Azmi (11 2011 270) Yohana Christanti Herianto (11 2012 048) Rahayu M. Sihite (11 2011 027) Aprianus (11 2010 250) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA PERIODE 17 DESEMBER 2012 – 4 JANUARI 2013

description

a

Transcript of OBAT Anti Psikosis

Page 1: OBAT Anti Psikosis

OBAT-OBAT ANTIPSIKOSIS

Pembimbing:

Dr. Imelda Indriani, Sp.KJ

Dr. Carlamia H. Lusikooy, Sp.KJ

Dr. Adhi Nurhidayat Sp.KJ

Disusun oleh:

Mohd Fahmi Bin Mohd Hani (11 2011 252)

Muhammad Naqiuddin Bin Jalaluddin (11 2011 200)

Nur Atikah Bt Azmi (11 2011 270)

Yohana Christanti Herianto (11 2012 048)

Rahayu M. Sihite (11 2011 027)

Aprianus (11 2010 250)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

PERIODE 17 DESEMBER 2012 – 4 JANUARI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RSKO JAKARTA, CIBUBUR ,2012

Page 2: OBAT Anti Psikosis

OBAT ANTI-PSIKOSIS

Sinonim : Neuroleptics, Major Transquillizers, Ataractis Antipsychotics, Antipsychotic

Drugs, Neuroleptik.

Obat acuan : Chlorpromazine (CPZ)

SEDIAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN

(yang beredar di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006)

No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1. Chlorpromazine Chlorpromazine

Promactil

Meprosetil

Cepezet

Tab. 25-100 mg

Tab. 100 mg

Tab. 100 mg

Tab. 100 mg

Ampul 50 mg/2 cc

150 – 600 mg/ hr

50 – 100 mg (i.m)

setiap 4-6 jam

2. Haloperidol Haloperidol

Dores

Serenace

Haldol

Govotil

Lodomer

Haldol Decanoas

Tab. 0,5-1,5 mg

Tab. 5 mg

Cap. 5 mg

Tab. 1,5 mg

Tab. 0,5-1,5 mg

Tab. 5 mg

Liq. 2 mg / ml

Amp. 5 mg / cc

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

Amp. 5 mg / cc

Amp. 50 mg / cc

5-15 mg / hr

5-10 mg (i.m)

setiap 4-6 jam

5-10 mg (i.m)

setiap 4-6 jam

50 mg (i.m) setiap

2-4 minggu

3. Perphenazine Perphenazine

Trilafon

Tab. 4 mg

Tab. 2-4-8 mg

12 – 24 mg / hr

4. Fluphenazine Anatensol Tab. 2,5 -5 mg 10-15 mg / hr

Page 3: OBAT Anti Psikosis

Fluphenazine

decanoate

Modecate

Vial 25 mg / cc

25 mg (i.m) setiap

2-4 minggu

5. Trifluoperazine Stelazine Tab. 1-5 mg 10-15 mg/hr

6. Thloridazine Melleril Tab. 50-100 mg 150-300 mg /hr

7. Sulpiride Dogmatil Forte Amp. 100 mg/ 2 cc 3-6 amp/hr (im)

300-600 mg / hr

8. Pimozide Orap Forte Tab. 4 mg 2-4 mg/ hr

9. Risperidone Risperidone

Risperdal

Risperdal Consta

Neripros

Persidal

Rizodal

Zofredal

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Vial 25 mg / cc

Vial 50 mg/cc

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

2-6 mg / hr

25-50 mg (im)

setiap 2 minggu

10. Clozapine Clozaril

Sizoril

Tab. 25-100 mg

Tab. 25-100 mg

25-100 mg / hr

11. Quetiapine Seroquel Tab. 25-100 mg

Tab. 200 mg

50-400 mg / hr

12. Olanzapine Zyprexa Tab. 5-10 mg 10-20 mg / hr

13. Zotepine Lodorin Tab. 25-50 mg 75 – 100 mg / hr

14. Aripiprazole Abilify Tab. 10-15 mg 10- 15 mg / hr

PENGGOLONGAN

I. OBAT ANTI-PSIKOSIS TIPIKAL (TYPICAL ANTI PSYCHOTICS)

1. Phenothiazine

- rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)

- rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)

Trifluoperazine (Stelazine)

Fluphenazine (Anatensol)

- rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)

Page 4: OBAT Anti Psikosis

2. Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenace, dll)

3. Diphenyl-butyl- : Pimozide (Orap)

Piperidine

II. OBAT ANTI-PSIKOSI ATIPIKAL (ATYPICAL ANTI PSYCHOTICS)

1. Benzamide : Supiride (Dogmatil)

2. Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)

Olanzapine (Zyprexa)

Quetiapine (Seroquel)

Zotepine (Ludopine)

3. Benzisoxale : Risperidone (Risperdal)

Aripiprazole (Ability)

INDIKASI PENGGUNAAN

Gejala sasaran (target syndrome): SINDROM PSIKOSIS

Butir-butir diagnostik Sindrom Psikosis

Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),

bermanifestasi dalam gejala: kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai

norma sosial (judgement) terganggu, dan daya tilikan diri (insight) terganggu.

Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala POSITIF:

gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham),

gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi),

perilaku yang aneh atau tidak terkendali (disorganized), dan gejala NEGATIF:

gangguan perasaan (afek tumpul, respons emosi minimal), gangguan hubungan sosial

(menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses pikir (lambat, terhambat), isi pikiran

yang stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung

menyendiri (abulia).

Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: tidak

mampu bekerja, menjalin hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.

Sindrom Psikosis dapat terjadi pada:

Page 5: OBAT Anti Psikosis

- Sindrom Psikosis Fungsional : Skizofrenia, Psikosis Paranoid, Psikosis

Afektif, Psikosis Reaktif Singkat, dll.

- Sindrom Psikosis Organik : Sindrom Delirium, Dementia,

Intoksikasi Alkohol, dll.

MEKANISME KERJA

Hipotesis : Sindrom Psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter

Dopamine yang meningkat. (Hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral)

Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah mem-blokade Dopamine pada reseptor

pasca-sinaptik neuron di Otak, khususnya di sistem limbic dan sistem ekstrapiramidal

(Dopamine D2 receptor antagonists) sehingga efektif untuk gejala POSITIF . Sedangkan obat

anti-psikosis atipikal disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors” juga terhadap

“Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-Dopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk

gejala NEGATIF.

PROFIL EFEK SAMPING

Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :

Sedasi dan inibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja

psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).

Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik : mulut kering,

kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler

meninggi, gangguan irama jantung).

Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom Parkinson : tremor,

bradikinesia, rigiditas).

Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolic (Jaundice), hematologic

(agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang.

Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang

sampai membutuhkan obat simtomatis untuk meringankan penderitaan pasien.

Page 6: OBAT Anti Psikosis

Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah “optimal response

with minimal side effects”.

Efek samping dapat juga “irreversible” : tardive dyskinesia (gerakan berulang

involunter pada : lidah , wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur

gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi

pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis

obat anti psikosis (non dose related).

Bila terjadi gejala tersebut : obat anti psikosis perlahan-lahan dihentikan , bisa dicoba

pemberian obat Reserpine 2,5 mg/h, (dopamine depleting agent),pemberian obat

antiparkinson atau I-dopa dapat memperburuk keadaan. Obat pengganti anti-psikosis yang

paling baik adalah Clozapine 50-100 mg/h.

Pada penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang, secara periodic harus dilakukan

pemeriksaan laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, untuk

deteksi dini perubahan akibat efek samping obat.

Obat anti psikosis hamper tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat

overdosis atau untuk bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari akibat yang kurang

menguntungkan sebaiknya dilakukan “lavage lambung” bila obat belum lama dimakan.

INTERAKSI OBAT

Antipsikosis + antipsikosis lain = potensiasi efek samping obat dan tidak ada bukti

lebih efektif (tidak ada efek sinergis antara 2 obat antipsikosis). Misalnya :

Chlorpromazine + Reserpine = potensiasi efek hipotensif.

Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat (hati-

hati pada pasien dengan hipertrofi prostat, glaucoma, ileus, penyakit jantung).

Antipsikosis + Antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan

gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive therapy).

Antipsikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat anti psikosis pada pagi hari

sebelum dilakukan ECT (Electro Convulsive Therapy) oleh karena angka mortalitas

yang tinggi.

Page 7: OBAT Anti Psikosis

Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan

kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebi besar (dose related).

Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah obat anti psikosis

Haloperidol.

Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat anti psikosis menurun dosebabkan

gangguan absorpsi.

CARA PENGGUNAAN

Pemilihan obat

Pada dasarnya semua obat anti –psikosis mempunyai efek primer ( efek klinis) yang

sama pada dosis ekivalen.perbedaan terutama pada efek sekunder( efek samping :

sedasi,otonomik, ekstrapiramidal).

Anti- psikosis Mg.Eq Dosis (Mg/h) Sedasi Otonomik Eks.pir

Chlopromazine

Thioridazine

Perphenazine

Trifluoperazine

Flupherazine

Haloperidol

Pimozide

Clozapine

Zotepine

Sulpiride

Risperidone

Quetiapine

Olanzapine

Aripiprazole

100

100

8

5

5

2

2

25

50

200

2

100

10

10

150 – 1600

100 – 900

8 – 48

5 – 60

5 -60

2 -100

2 -6

25 – 200

75 - 100

200 – 1600

2 -9

50 – 400

10- 20

10 -20

+++

+++

+

+

++

+

+

++++

+

+

+

+

+

+

+++

+++

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

++

+

+++

+++

+++

++++

++

-

+

+

+

+

+

+

Page 8: OBAT Anti Psikosis

Pemilihan obat anti-psikosis mepertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek

samping obat. Pergantian obat disesuai kan dengan dosis ekivalen.

Misalkan pada contoh sbb:

Chlorpromazine da Thioridazine yang efek samping sedatif kuat terutama digunakan

terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit

tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku,dll. Sedangkan Trifluoperazine,

Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping sedatif lemah digunakan terhadap

sindrom Psikosis dengan gejala dominan : apatis, menarik diri, perasaan tumpul,

kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif,waham, Halusinas, dll. Tetapi obat yang

terakhir ini paling mudah menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal pada pasien

yang rentan terhadap efek samping tersebut perlu digantikan dengan Thioridazine

(dosis Ekivalen) dimana efek samping ekstrapiramidal sangat ringan. Untuk pasien

yang sampai timbul “tardive dyskinesia “ obat anti –psikosis yang tanpa efek samping

ekstrapiramidal adalah Clozapine.

Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti

psikosis lain ( sebaiknya dari golongan yang tidak sama). Dengan dosis ekivalennya,

dimana profil efek samping belum tentu sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya ,jenis obat anti-

psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek

sampingnya ,dapat dilihat kembali untuk pemakaian sekarang.

Apabila gejala negatif (afek timbul ,penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin)

lebih menonjol dari gejala positif (waham halusinasi, bicara kacau, perilaku tidak

terkendali ) pada pasien skizonfrenia ,pilihan obat antipsikosis – atipikal perlu

pertimbangan .khususnya pada penderita skizofrenia yang tidak dapat mentolerir efek

samping ekstrapiramidal atau mempunyai resiko medik dengan adanya gejala

ekstrapiramidal ( neuro leptic induced medical complication).

Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis ) : sekitar 2 -4 minggu

Page 9: OBAT Anti Psikosis

Onset efek sekunder (efek samping ) : sekitar 2- 6 jam .

Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari ).

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek

samping (dosis pagi kecil, dan dosis malam lebih besar)sehingga tidak begitu

menggangu kualitas hidup pasien .

Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran” , dinaikan setiap 2 – 3

hari sampai mencapai “ dosis efektif “ ( mulai timbul peredaran sindrom

psikosis ) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikan “dosis

optimal” dipertahankan sekitar 8 -12 minggu (stabilisasi ) diturunkan setiap

2 minggu ”dosis maintenance” dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

( diselingi “ drug holiday” 1-2 hari/minggu ) tapering off (dosis diturunkan tiap

2-4 minggu ) stop .

LAMA PEMBERIAN

Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang “multi episode”,terapi

pemeliharaan ( maintenance” diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian yang cukup

lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali .

Efek obat antipsikosis secara relatif berlangsung lama ,sampai beberapa hari setelah

dosis terakhir masih mempunyai efek klinis .Sehingga tidak langsung menimbulkan setelah

obat dihentikan ,biasanya 1 bulan kemudian baru gejala sindrom psikosis kambuh kembali .

Hal tersebut disebabkan metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat ,metabolit-

metabolit masih mempunyai keaktifan antipsikosis .

Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

– 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali .Untuk “ Psikosis Reaktif

Singkat” ,penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2

minggu-2 bulan .

Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun

diberikan dalam jangka waktu lama ,sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali .

Page 10: OBAT Anti Psikosis

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala “cholinergic rebound” :

gangguan lambung ,mual,muntah ,pusing ,diare ,gemetar dan lain-lain .Keadaan ini akan

mereda dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi sulfas atropin 0,25 mg (im) ,tablet

Trihexyphenidyl 3x2 mg/h) .

Oleh karena itu ,pada penggunaan bersama obat antipsikosis bersama

antiparkinson ,bila sudah tiba waktu penghentian obat ,obat antipsikosis dihentikan lebih

dahulu ,kemudian baru menyusul obat antiparkinson .

PENGGUNAAN PARENTERAL

Obat antipsikosis “long acting” (Fluphenazine Decanoale 25mg /cc atau Haloperidol

Decanoas 50mg/cc ,im ,setiap 2-4 minggu sangat berguna untuk pasien yang tidak mahu atau

sulit teratur makan obat atau pun yang tidak efektif terhadap medikasi oral .

Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral diberikan per oral lebih dahulu beberapa minggu

untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas .

Dosis dimulai dengan ½ cc ,setiap 2 minggu pada bulan pertama kemudian baru ditingkatkan

menjadi 1cc setiap bulan .

Pemberian obat antipsikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan

(maintenance therapy) terhadap kasus skizofrenia .15-25% kasus menunjukkan toleransi

yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal .

PERHATIAN KHUSUS

Efek samping yang sering timbul dan tindakan mengatasinya :

Penggunaan Chlorpromazine injeksi (im) : sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada

waktu perubahan posisi tubuh ( efek alpha adrenergik blokade) .Tindakan mengatasinya

dengan injeksi noradrenalin (norepinefrin) sebagai “alpha adrenergik stimulator “.

Dalam keadaan ini tidak diberikan adrenalin oleh karena bersifat “ alpha dan beta adrenergik

stimulator) sehingga efek beta adrenergik tetap ada dan dapat terjadi syok .

Page 11: OBAT Anti Psikosis

Hipotensi ortostatik seringkali dapat dicegah dengan tidak langsung bangun setelah mendapat

suntikan dan dibiarkan tiduran selama sekitar 5-10 menit .Bila dibutuhkan dapat diberikan

Norepinephrine bitartrate (LEVOPHED-Abbot atau RAIVAS –Dexa Medica atau VASCON-

Fahrenheit) ampul 4mg/4cc dalam infus 1000 ml dextrose 5% dengan kecepatan infus 2-3

cc/menit .

Obat antipsikosis yang kuat (Haloperidol) sering menimbulkan gejala

ekstrapiramidal/sindrom parkinson .Tindakan mengatasinya dengan tablet Trihexyphenidyl

(Artane) 3-4x2 mg/hari ,Sulfas Atropin 0,50-0,75 mg (im) .Apabila sindrom parkinson sudah

terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap ,untuk menentukan apakah masih

dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson .

Secara umum dianjurkan penggunaan obat antiparkinson tidak lebih dari 3 bulan (risiko

timbul “atropine toxic syndrome” ) .Tidak dianjurkan pemberian “antiparkinson profilaksis”

oleh karena dapat mempengaruhi penyerapan/absorbsi obat anti psikosis sehingga kadarnya

dalam plasma rendah ,dan dapat menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang

dibutuhkan untuk penyesuaian dosis obat anti-psikosis agar tercapai dosis efektif .

“Rapid Neuroleptization” :

Haloperidol 5-10 mg (im) dapat dilulangi setiap 2 jam ,dosis maksimum adalah 100 mg

dalam 24 jam .Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut dari Sindrom

Psikosis (agitasi,hiperaktivitas psikomotor,impulsif,menyerang,gaduh gelisah,perilaku

destruktif dan lain-lain) .

Kontraindikasi dari pemakaian neuroleptik :

Penyakit hati (hepatotoksik)

Penyakit darah (hematotoksik)

Epilepsi (menurunkan ambang kejang)

Kelainan jantung (menghambat irama jantung)

Febris yang tinggal (thermoregulator di SSP)

Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)

Penyakit SSP (parkinson ,tumor otak dan lain-lain)

Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depressant” (kesadaran makin memburuk)

Page 12: OBAT Anti Psikosis

Pemakaian khusus

- Thioridazine dosis kecil sering digunakan untuk pasien anak dengan hiperaktif

,emosional labil dan perilaku destruktif .Juga sering digunakan pada pasien

usia lanjut dengan gangguan emosional (anxietas,depersi,agitasi) dengan dosis

20-200 mg/hari .Hal ini disebabkan oleh Thioridazine lebih cenderung ke

blokade reseptor dopamin di sistem limbik daripada di sistem ekstrapiramidal

pada SSP (sebaliknya dari Haloperidol) .

- Haloperidol dosis kecil untuk “Gilles de la Tourette’s Syndrome” sangat

efektif .Gangguan ini biasanya timbul mulai antara umur 2 sampai 15

tahun .Terdapat gerakan-gerakan involunteer berulang ,cepat dan tanpa

tujuan ,yang melibatkan banyak kelompok otot (tics) .Disertai tics vokal yang

multipel (misalnya suara “klik” ,dengusan ,batuk ,menggeram ,menyalak atau

kata-kata kotor/koprolalia) .Pasien mampu menahan tics secara volunteer

selama beberapa menit sampai beberapa jam .

Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM)

Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap

obat antipsikosis (khususnya pada “long acting” di mana risiko ini lebih

besar) .Semua pasien yang diberikan obat antipsikosis mempunyai risiko untuk

terjadinya SNM tetapi dengan kondisi dehidrasi ,kelelahan atau malnutrisi ,risiko ini

akan menjadi lebih tinggi .Butir-butir diagnostik SNM :

- Suhu badan lebih dari 38 derajat C (hiperpireksia)

- Terdapat sindrom ekstrapiramidal berat (rigidity)

- Terdapat gejala disfungsi otonomik (inkontinensia urin)

- Perubahan status mental

- Perubahan tingkat kesadaran

- Gejala tersebut timbul dan berkembang dengan cepat

Pengobatan :

- Hentikan segera obat anti-psikosis

- Perawatan suportif

- Obat dopamine agonist (bromokriptin 7,5-60 mg/h 3dd ,l-dopa2-100 mg/h atau

amantadin 200mg/h)

Page 13: OBAT Anti Psikosis

Pada pasien usia lanjut atau dengan sindrom psikosis organik ,obat antipsikosis diberikan

dalam dosis kecil dan minimal efek samping otonomik (hipotensi ortostatik) dan sedasinya

yaitu golongan “high potency neuroleptics” misalnya

Haloperidol ,Trifluoperazine ,Fluphenazine atau anti-psikosis atipikal .Penggunaan pada

wanita hamil ,berisiko tinggi anak yang dilahirkan menderita gangguan saraf

ekstrapiramidal .

Daftar Pustaka :

1. Dr.Rusdi Maslim ,SpKJ ,Obat Anti-Psikosis ,Panduan Praktis Penggunaan Klinis

Obat Psikotropik Edisi Ketiga ,2007 : hal 14-22