OBAT Anti Psikosis
-
Upload
chacha-tasya -
Category
Documents
-
view
341 -
download
1
description
Transcript of OBAT Anti Psikosis
OBAT-OBAT ANTIPSIKOSIS
Pembimbing:
Dr. Imelda Indriani, Sp.KJ
Dr. Carlamia H. Lusikooy, Sp.KJ
Dr. Adhi Nurhidayat Sp.KJ
Disusun oleh:
Mohd Fahmi Bin Mohd Hani (11 2011 252)
Muhammad Naqiuddin Bin Jalaluddin (11 2011 200)
Nur Atikah Bt Azmi (11 2011 270)
Yohana Christanti Herianto (11 2012 048)
Rahayu M. Sihite (11 2011 027)
Aprianus (11 2010 250)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
PERIODE 17 DESEMBER 2012 – 4 JANUARI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RSKO JAKARTA, CIBUBUR ,2012
OBAT ANTI-PSIKOSIS
Sinonim : Neuroleptics, Major Transquillizers, Ataractis Antipsychotics, Antipsychotic
Drugs, Neuroleptik.
Obat acuan : Chlorpromazine (CPZ)
SEDIAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN
(yang beredar di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006)
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Chlorpromazine Chlorpromazine
Promactil
Meprosetil
Cepezet
Tab. 25-100 mg
Tab. 100 mg
Tab. 100 mg
Tab. 100 mg
Ampul 50 mg/2 cc
150 – 600 mg/ hr
50 – 100 mg (i.m)
setiap 4-6 jam
2. Haloperidol Haloperidol
Dores
Serenace
Haldol
Govotil
Lodomer
Haldol Decanoas
Tab. 0,5-1,5 mg
Tab. 5 mg
Cap. 5 mg
Tab. 1,5 mg
Tab. 0,5-1,5 mg
Tab. 5 mg
Liq. 2 mg / ml
Amp. 5 mg / cc
Tab. 2-5 mg
Tab. 2-5 mg
Tab. 2-5 mg
Amp. 5 mg / cc
Amp. 50 mg / cc
5-15 mg / hr
5-10 mg (i.m)
setiap 4-6 jam
5-10 mg (i.m)
setiap 4-6 jam
50 mg (i.m) setiap
2-4 minggu
3. Perphenazine Perphenazine
Trilafon
Tab. 4 mg
Tab. 2-4-8 mg
12 – 24 mg / hr
4. Fluphenazine Anatensol Tab. 2,5 -5 mg 10-15 mg / hr
Fluphenazine
decanoate
Modecate
Vial 25 mg / cc
25 mg (i.m) setiap
2-4 minggu
5. Trifluoperazine Stelazine Tab. 1-5 mg 10-15 mg/hr
6. Thloridazine Melleril Tab. 50-100 mg 150-300 mg /hr
7. Sulpiride Dogmatil Forte Amp. 100 mg/ 2 cc 3-6 amp/hr (im)
300-600 mg / hr
8. Pimozide Orap Forte Tab. 4 mg 2-4 mg/ hr
9. Risperidone Risperidone
Risperdal
Risperdal Consta
Neripros
Persidal
Rizodal
Zofredal
Tab. 1-2-3 mg
Tab. 1-2-3 mg
Vial 25 mg / cc
Vial 50 mg/cc
Tab. 1-2-3 mg
Tab. 1-2-3 mg
Tab. 1-2-3 mg
Tab. 1-2-3 mg
2-6 mg / hr
25-50 mg (im)
setiap 2 minggu
10. Clozapine Clozaril
Sizoril
Tab. 25-100 mg
Tab. 25-100 mg
25-100 mg / hr
11. Quetiapine Seroquel Tab. 25-100 mg
Tab. 200 mg
50-400 mg / hr
12. Olanzapine Zyprexa Tab. 5-10 mg 10-20 mg / hr
13. Zotepine Lodorin Tab. 25-50 mg 75 – 100 mg / hr
14. Aripiprazole Abilify Tab. 10-15 mg 10- 15 mg / hr
PENGGOLONGAN
I. OBAT ANTI-PSIKOSIS TIPIKAL (TYPICAL ANTI PSYCHOTICS)
1. Phenothiazine
- rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)
- rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)
Trifluoperazine (Stelazine)
Fluphenazine (Anatensol)
- rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
2. Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenace, dll)
3. Diphenyl-butyl- : Pimozide (Orap)
Piperidine
II. OBAT ANTI-PSIKOSI ATIPIKAL (ATYPICAL ANTI PSYCHOTICS)
1. Benzamide : Supiride (Dogmatil)
2. Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)
Olanzapine (Zyprexa)
Quetiapine (Seroquel)
Zotepine (Ludopine)
3. Benzisoxale : Risperidone (Risperdal)
Aripiprazole (Ability)
INDIKASI PENGGUNAAN
Gejala sasaran (target syndrome): SINDROM PSIKOSIS
Butir-butir diagnostik Sindrom Psikosis
Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),
bermanifestasi dalam gejala: kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai
norma sosial (judgement) terganggu, dan daya tilikan diri (insight) terganggu.
Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala POSITIF:
gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham),
gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi),
perilaku yang aneh atau tidak terkendali (disorganized), dan gejala NEGATIF:
gangguan perasaan (afek tumpul, respons emosi minimal), gangguan hubungan sosial
(menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses pikir (lambat, terhambat), isi pikiran
yang stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung
menyendiri (abulia).
Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: tidak
mampu bekerja, menjalin hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.
Sindrom Psikosis dapat terjadi pada:
- Sindrom Psikosis Fungsional : Skizofrenia, Psikosis Paranoid, Psikosis
Afektif, Psikosis Reaktif Singkat, dll.
- Sindrom Psikosis Organik : Sindrom Delirium, Dementia,
Intoksikasi Alkohol, dll.
MEKANISME KERJA
Hipotesis : Sindrom Psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter
Dopamine yang meningkat. (Hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral)
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah mem-blokade Dopamine pada reseptor
pasca-sinaptik neuron di Otak, khususnya di sistem limbic dan sistem ekstrapiramidal
(Dopamine D2 receptor antagonists) sehingga efektif untuk gejala POSITIF . Sedangkan obat
anti-psikosis atipikal disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors” juga terhadap
“Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-Dopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk
gejala NEGATIF.
PROFIL EFEK SAMPING
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :
Sedasi dan inibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik : mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom Parkinson : tremor,
bradikinesia, rigiditas).
Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolic (Jaundice), hematologic
(agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang.
Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang
sampai membutuhkan obat simtomatis untuk meringankan penderitaan pasien.
Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah “optimal response
with minimal side effects”.
Efek samping dapat juga “irreversible” : tardive dyskinesia (gerakan berulang
involunter pada : lidah , wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur
gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi
pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis
obat anti psikosis (non dose related).
Bila terjadi gejala tersebut : obat anti psikosis perlahan-lahan dihentikan , bisa dicoba
pemberian obat Reserpine 2,5 mg/h, (dopamine depleting agent),pemberian obat
antiparkinson atau I-dopa dapat memperburuk keadaan. Obat pengganti anti-psikosis yang
paling baik adalah Clozapine 50-100 mg/h.
Pada penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang, secara periodic harus dilakukan
pemeriksaan laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, untuk
deteksi dini perubahan akibat efek samping obat.
Obat anti psikosis hamper tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat
overdosis atau untuk bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari akibat yang kurang
menguntungkan sebaiknya dilakukan “lavage lambung” bila obat belum lama dimakan.
INTERAKSI OBAT
Antipsikosis + antipsikosis lain = potensiasi efek samping obat dan tidak ada bukti
lebih efektif (tidak ada efek sinergis antara 2 obat antipsikosis). Misalnya :
Chlorpromazine + Reserpine = potensiasi efek hipotensif.
Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat (hati-
hati pada pasien dengan hipertrofi prostat, glaucoma, ileus, penyakit jantung).
Antipsikosis + Antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan
gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive therapy).
Antipsikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat anti psikosis pada pagi hari
sebelum dilakukan ECT (Electro Convulsive Therapy) oleh karena angka mortalitas
yang tinggi.
Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan
kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebi besar (dose related).
Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah obat anti psikosis
Haloperidol.
Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat anti psikosis menurun dosebabkan
gangguan absorpsi.
CARA PENGGUNAAN
Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti –psikosis mempunyai efek primer ( efek klinis) yang
sama pada dosis ekivalen.perbedaan terutama pada efek sekunder( efek samping :
sedasi,otonomik, ekstrapiramidal).
Anti- psikosis Mg.Eq Dosis (Mg/h) Sedasi Otonomik Eks.pir
Chlopromazine
Thioridazine
Perphenazine
Trifluoperazine
Flupherazine
Haloperidol
Pimozide
Clozapine
Zotepine
Sulpiride
Risperidone
Quetiapine
Olanzapine
Aripiprazole
100
100
8
5
5
2
2
25
50
200
2
100
10
10
150 – 1600
100 – 900
8 – 48
5 – 60
5 -60
2 -100
2 -6
25 – 200
75 - 100
200 – 1600
2 -9
50 – 400
10- 20
10 -20
+++
+++
+
+
++
+
+
++++
+
+
+
+
+
+
+++
+++
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
++
+
+++
+++
+++
++++
++
-
+
+
+
+
+
+
Pemilihan obat anti-psikosis mepertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek
samping obat. Pergantian obat disesuai kan dengan dosis ekivalen.
Misalkan pada contoh sbb:
Chlorpromazine da Thioridazine yang efek samping sedatif kuat terutama digunakan
terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit
tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku,dll. Sedangkan Trifluoperazine,
Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping sedatif lemah digunakan terhadap
sindrom Psikosis dengan gejala dominan : apatis, menarik diri, perasaan tumpul,
kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif,waham, Halusinas, dll. Tetapi obat yang
terakhir ini paling mudah menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal pada pasien
yang rentan terhadap efek samping tersebut perlu digantikan dengan Thioridazine
(dosis Ekivalen) dimana efek samping ekstrapiramidal sangat ringan. Untuk pasien
yang sampai timbul “tardive dyskinesia “ obat anti –psikosis yang tanpa efek samping
ekstrapiramidal adalah Clozapine.
Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang
sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti
psikosis lain ( sebaiknya dari golongan yang tidak sama). Dengan dosis ekivalennya,
dimana profil efek samping belum tentu sama.
Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya ,jenis obat anti-
psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya ,dapat dilihat kembali untuk pemakaian sekarang.
Apabila gejala negatif (afek timbul ,penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin)
lebih menonjol dari gejala positif (waham halusinasi, bicara kacau, perilaku tidak
terkendali ) pada pasien skizonfrenia ,pilihan obat antipsikosis – atipikal perlu
pertimbangan .khususnya pada penderita skizofrenia yang tidak dapat mentolerir efek
samping ekstrapiramidal atau mempunyai resiko medik dengan adanya gejala
ekstrapiramidal ( neuro leptic induced medical complication).
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
Onset efek primer (efek klinis ) : sekitar 2 -4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping ) : sekitar 2- 6 jam .
Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari ).
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dan dosis malam lebih besar)sehingga tidak begitu
menggangu kualitas hidup pasien .
Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran” , dinaikan setiap 2 – 3
hari sampai mencapai “ dosis efektif “ ( mulai timbul peredaran sindrom
psikosis ) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikan “dosis
optimal” dipertahankan sekitar 8 -12 minggu (stabilisasi ) diturunkan setiap
2 minggu ”dosis maintenance” dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun
( diselingi “ drug holiday” 1-2 hari/minggu ) tapering off (dosis diturunkan tiap
2-4 minggu ) stop .
LAMA PEMBERIAN
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang “multi episode”,terapi
pemeliharaan ( maintenance” diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian yang cukup
lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali .
Efek obat antipsikosis secara relatif berlangsung lama ,sampai beberapa hari setelah
dosis terakhir masih mempunyai efek klinis .Sehingga tidak langsung menimbulkan setelah
obat dihentikan ,biasanya 1 bulan kemudian baru gejala sindrom psikosis kambuh kembali .
Hal tersebut disebabkan metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat ,metabolit-
metabolit masih mempunyai keaktifan antipsikosis .
Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
– 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali .Untuk “ Psikosis Reaktif
Singkat” ,penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2
minggu-2 bulan .
Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama ,sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali .
Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala “cholinergic rebound” :
gangguan lambung ,mual,muntah ,pusing ,diare ,gemetar dan lain-lain .Keadaan ini akan
mereda dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi sulfas atropin 0,25 mg (im) ,tablet
Trihexyphenidyl 3x2 mg/h) .
Oleh karena itu ,pada penggunaan bersama obat antipsikosis bersama
antiparkinson ,bila sudah tiba waktu penghentian obat ,obat antipsikosis dihentikan lebih
dahulu ,kemudian baru menyusul obat antiparkinson .
PENGGUNAAN PARENTERAL
Obat antipsikosis “long acting” (Fluphenazine Decanoale 25mg /cc atau Haloperidol
Decanoas 50mg/cc ,im ,setiap 2-4 minggu sangat berguna untuk pasien yang tidak mahu atau
sulit teratur makan obat atau pun yang tidak efektif terhadap medikasi oral .
Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral diberikan per oral lebih dahulu beberapa minggu
untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas .
Dosis dimulai dengan ½ cc ,setiap 2 minggu pada bulan pertama kemudian baru ditingkatkan
menjadi 1cc setiap bulan .
Pemberian obat antipsikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan
(maintenance therapy) terhadap kasus skizofrenia .15-25% kasus menunjukkan toleransi
yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal .
PERHATIAN KHUSUS
Efek samping yang sering timbul dan tindakan mengatasinya :
Penggunaan Chlorpromazine injeksi (im) : sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada
waktu perubahan posisi tubuh ( efek alpha adrenergik blokade) .Tindakan mengatasinya
dengan injeksi noradrenalin (norepinefrin) sebagai “alpha adrenergik stimulator “.
Dalam keadaan ini tidak diberikan adrenalin oleh karena bersifat “ alpha dan beta adrenergik
stimulator) sehingga efek beta adrenergik tetap ada dan dapat terjadi syok .
Hipotensi ortostatik seringkali dapat dicegah dengan tidak langsung bangun setelah mendapat
suntikan dan dibiarkan tiduran selama sekitar 5-10 menit .Bila dibutuhkan dapat diberikan
Norepinephrine bitartrate (LEVOPHED-Abbot atau RAIVAS –Dexa Medica atau VASCON-
Fahrenheit) ampul 4mg/4cc dalam infus 1000 ml dextrose 5% dengan kecepatan infus 2-3
cc/menit .
Obat antipsikosis yang kuat (Haloperidol) sering menimbulkan gejala
ekstrapiramidal/sindrom parkinson .Tindakan mengatasinya dengan tablet Trihexyphenidyl
(Artane) 3-4x2 mg/hari ,Sulfas Atropin 0,50-0,75 mg (im) .Apabila sindrom parkinson sudah
terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap ,untuk menentukan apakah masih
dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson .
Secara umum dianjurkan penggunaan obat antiparkinson tidak lebih dari 3 bulan (risiko
timbul “atropine toxic syndrome” ) .Tidak dianjurkan pemberian “antiparkinson profilaksis”
oleh karena dapat mempengaruhi penyerapan/absorbsi obat anti psikosis sehingga kadarnya
dalam plasma rendah ,dan dapat menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang
dibutuhkan untuk penyesuaian dosis obat anti-psikosis agar tercapai dosis efektif .
“Rapid Neuroleptization” :
Haloperidol 5-10 mg (im) dapat dilulangi setiap 2 jam ,dosis maksimum adalah 100 mg
dalam 24 jam .Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut dari Sindrom
Psikosis (agitasi,hiperaktivitas psikomotor,impulsif,menyerang,gaduh gelisah,perilaku
destruktif dan lain-lain) .
Kontraindikasi dari pemakaian neuroleptik :
Penyakit hati (hepatotoksik)
Penyakit darah (hematotoksik)
Epilepsi (menurunkan ambang kejang)
Kelainan jantung (menghambat irama jantung)
Febris yang tinggal (thermoregulator di SSP)
Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)
Penyakit SSP (parkinson ,tumor otak dan lain-lain)
Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depressant” (kesadaran makin memburuk)
Pemakaian khusus
- Thioridazine dosis kecil sering digunakan untuk pasien anak dengan hiperaktif
,emosional labil dan perilaku destruktif .Juga sering digunakan pada pasien
usia lanjut dengan gangguan emosional (anxietas,depersi,agitasi) dengan dosis
20-200 mg/hari .Hal ini disebabkan oleh Thioridazine lebih cenderung ke
blokade reseptor dopamin di sistem limbik daripada di sistem ekstrapiramidal
pada SSP (sebaliknya dari Haloperidol) .
- Haloperidol dosis kecil untuk “Gilles de la Tourette’s Syndrome” sangat
efektif .Gangguan ini biasanya timbul mulai antara umur 2 sampai 15
tahun .Terdapat gerakan-gerakan involunteer berulang ,cepat dan tanpa
tujuan ,yang melibatkan banyak kelompok otot (tics) .Disertai tics vokal yang
multipel (misalnya suara “klik” ,dengusan ,batuk ,menggeram ,menyalak atau
kata-kata kotor/koprolalia) .Pasien mampu menahan tics secara volunteer
selama beberapa menit sampai beberapa jam .
Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM)
Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap
obat antipsikosis (khususnya pada “long acting” di mana risiko ini lebih
besar) .Semua pasien yang diberikan obat antipsikosis mempunyai risiko untuk
terjadinya SNM tetapi dengan kondisi dehidrasi ,kelelahan atau malnutrisi ,risiko ini
akan menjadi lebih tinggi .Butir-butir diagnostik SNM :
- Suhu badan lebih dari 38 derajat C (hiperpireksia)
- Terdapat sindrom ekstrapiramidal berat (rigidity)
- Terdapat gejala disfungsi otonomik (inkontinensia urin)
- Perubahan status mental
- Perubahan tingkat kesadaran
- Gejala tersebut timbul dan berkembang dengan cepat
Pengobatan :
- Hentikan segera obat anti-psikosis
- Perawatan suportif
- Obat dopamine agonist (bromokriptin 7,5-60 mg/h 3dd ,l-dopa2-100 mg/h atau
amantadin 200mg/h)
Pada pasien usia lanjut atau dengan sindrom psikosis organik ,obat antipsikosis diberikan
dalam dosis kecil dan minimal efek samping otonomik (hipotensi ortostatik) dan sedasinya
yaitu golongan “high potency neuroleptics” misalnya
Haloperidol ,Trifluoperazine ,Fluphenazine atau anti-psikosis atipikal .Penggunaan pada
wanita hamil ,berisiko tinggi anak yang dilahirkan menderita gangguan saraf
ekstrapiramidal .
Daftar Pustaka :
1. Dr.Rusdi Maslim ,SpKJ ,Obat Anti-Psikosis ,Panduan Praktis Penggunaan Klinis
Obat Psikotropik Edisi Ketiga ,2007 : hal 14-22