oa
-
Upload
yunihasmita -
Category
Documents
-
view
14 -
download
1
description
Transcript of oa
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoatritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Penderita biasanya mengeluhkan nyeri pada waktu
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada
derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat
menganggu mobilitas. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang
kronik-progresif, osteoartritis mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar,
baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoatritis.1
Terapi osteoartritis pada umumnya simptpmatik, misalnya dengan
pengendalian faktor-faktor risiko, latihan, intervensi fisioterapi dan terapi
farmakologis, pada osteoartritis fase lanjut sering diperlukan pembedahan. Untuk
membantu mengurangi keluhan nyeri pada osteoartritis, biasanya digunakan
analgetika atau non steroid anti inflamation drugs (NSAIDs) dan disease
modifying osteoarthritis drugs (DMOADs).1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak, bersifat kronis,
berjalan progresif lambat, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan
sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.2
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen
pada rawan sendi. Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesis
proteoglikan dan kolagen meningkat tajam pada osteoartritis. Tetapi, substansi ini
juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga pembentukan
tidak mengimbangi kebutuhan. Sejumlah kecil kartilago tipe I menggantikan tipe
II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat
kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian
kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab yang
sebenarnya dari osteoartritis belum diketahui, tetapi kelihatannya proses penuaan
ada hubungannya dengan perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit,
2
menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi yang mengarah pada
perkembangan osteoartritis.2
2.2. Epidemiologi
Osteoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum, ditemukan lebih
banyak pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-
orang yang berusia lebih dari 45 tahun.2
Pada orang yang lebih muda, osteoartritis dapat diakibatkan oleh kecelakaan
atau trauma, misalnya pda fraktur atau dislokasi bahu. Keadaan demikian dikenal
dengan artritis post trauma.3
2.3 Etiopatogenesis dan Faktor Resiko
Etiopatogenesis
Selama ini osteoartritis sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses
penuaan yang tidak dapat dihindari. Para pakar berpendapat bahwa osteoartritis
ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago
dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas
diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi pada sendi sinovial yang terjadi
multifaktorial antara lain karena faktor umur, stres mekanis atau penggunaan
sendi yang berlebihan , defek anatomik, obesitas, genetik, humoral dan faktor
kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang
merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di
dalam cairan sendi sinovial yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,
kerusakan kondrosit dan nyeri.1
Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan
dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh
kondrosit sebagai kompensasi perbaikan. Osteoartritis terjadi sebagai hasil
kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan
sendi.1
Proses perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan
memproduksi matriks baru dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida
3
yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel. Faktor ini
menginduksi kondrosit untuk mensintesis DNA dan protein seperti kolagen serta
proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah IGF-1, TGF-b dan CSFs.
Faktor pertumbuhan seperti IGF-1 memegang peranan penting dalam proses
perbaikan rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif
terhadap efek IGF-1. 1
Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme
rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung
berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu
respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Pada rawan sendi, pasien
osteoartritis juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan
aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus
dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Hal ini
mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan
interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angian lewat subkondral yang
diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.
Penyebab rasa sakit ini dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi
seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, juga disebabkan
oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari
medula spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis karena
proses remodelling pada trabekula dan subkondral. 1
Faktor risiko
Umur
Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadinya osteoartritis. Hampir
semua orang di atas usia 70 tahun mengalami gejala osteoartritis dengan
tingkat nyeri yang berbeda-beda.6
4
Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih
sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Sebelum usia 55 tahun
perbandingan osteoartritis pada pria dan wanita sebanding, namun pada usia di
atas usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada wanita. Hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis OA. Selain itu, predominasi wanita
pada OA dipengaruhi oleh kebiasaan wanita dalam menggunakan sepatu ber-
hak tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian sepatu ber-hak tinggi
menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi pallatofemoral dan
kompartemen medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi perubahan
degeneratif pada sendi, dalam hal ini osteoartritis.6
Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbedaan
di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih jarang di
antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering
dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit
putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari
seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus
Heberden) terdapat dua kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada
ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya
mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau
5
proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
OA tertentu (terutama OA banyak sendi).
Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga
dengan OA sendi lailn (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu di
samping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis),
diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan
tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan
kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit
jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata
mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi
daripada orang-orang tanpa OA. Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian
satu sendi yang terus menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas)
berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi
dan olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan OA
yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA
masih menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi
predisposisi OA cedera traumatik (misalnya, robek meniskus, ketidakstabilan
ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera sendi yang
nyata, hasil-hasil penelitian tidak menyokong pemakaian yang berlebihan
sebagai suatu faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban benturan
yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang
yang mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan
dan beratnya OA.
Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
6
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga
berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang
umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara
osteoporosis dan OA. Merokok dilaporkan menjadi faktor yang melindungi
untuk timbulnya OA, meskipun mekanismenya belum jelas.
2.4 Klasifikasi
Osteoartritis dapat dikelompokkan menjadi primer dan sekunder.
Osteoartritis primer disebut juga idiopatik yaitu kausanya tidak diketahui dan
tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal
pada sendi. Kelainan ini terutama dijumpai pada wanita kulit putih usia
pertengahan dan umumnya menyerang banyak sendi (poliartikuler) dengan nyeri
akut disertai rasa panas distal interfalangeal.1,4
Osteoartritis sekunder didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang
terlalu lama. Osteoartritis primer lebih sering ditemukan dibanding osteoartritis
sekunder.1,4
2.5 Patofisiologi
Pada prinsipnya, struktur sendi sinovial dirancang untuk memastikan agar
gerakan tulang halus. Sendi dikelilingi oleh cairan sinovial yang merupakan
pelumas sendi, dan kedua ujungnya ditutupi oleh tulang dan secara tertaur
diperbaharui. Pada sendi yang mengalami osteoartritis, mekanisme ini tidak lagi
berfungsi sebagaimana mestinya. Kapsul sendi yang berisi cairan sinovial menjadi
tebal dan kaku sehinga kemampuan pergerakan sendi menurun dan ruangan untuk
cairan sinovial menyempit sehingga lubrikasinya berkurang.2
7
2.6 Manifestasi Klinis
Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan, terutama pada
sendi yang menyangga berat tubuh. Nyeri terutama dirasakan sesudah beraktivitas
dan berkurang jika istirahat.2
Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan
beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.
Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi biasanya hanya berlangsung kurang dari 30
menit. Kaku ini akan membaik setelah digerakkan beberapa saat.2,5
Perubahan yang khas terjadi pada tangan, nodus heberden atau pembesaran
tulang interfalang distal sering dijumpai. Nodus bauchard lebih jarang ditemukan,
yaitu pembesaran tulang sendi interfalangeal proksimal. Perubahan juga terlihat
pada tulang belakang, yang akan menjadi nyeri, kaku dan mengalami keterbatasan
dalam bergerak.2
2.7 Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis osteoartritis diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan
yang mendukung tegaknya diagnosis, yaitu:
Anamnesis
Pada anamnesis biasanya ditemukan keluhan yang beragam, tetapi umumnya
berupa nyeri. Nyeri sendi biasanya timbul ketika bergerak dan berkurang
ketika beristirahat. Nyeri dapat bersumber dari inflamasi sinovium, tekanan
pada sumsum tulang, fraktur subkondral, reaksi periosteal dan tekanan saraf
akibat osteofit, distensi dan instabilitas kapsul sendi, serta spasme atau
regangan otot atau ligamen. Selain nyeri dapat timbul kekakuan, keterbatasan
gerak serta instabilitas sendi.4
Pemeriksaan fisik
8
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai krepitasi tulang pada pergerakan, nyeri
tekan, nyeri gerak, ketidaksegarisan (mal-algnment) sendi, deformitas,
pembengkakan sendi setempat, serta keterbatasan gerak sendi.4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
Ciri khas yang terlihat pada gambaran radiologi osteoartritis yaitu 2,7
- Penyempitan rongga sendi: hilangnya kartilago sewaktu-waktu akan
menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama. Keadaan ini juga
terjadi karena rawan sendi menyusut.
- Pembentukan osteofit: osteofit (spur) terlihat pada aspek marginal dari
sendi.
- Badan yang longgar: akibat terpisahnya kartilago dan osteofit.
- Kista subkondral dan sklerosis : peningkatan densitas tulang di sekitar
sendi dengan pembentukan kista degeneratif
- Selain itu dapat terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar sendi.
Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi
osteoartritis dapat digradasi menjadi ringan sampai berat menurut kriteria
Kellgren & Lawrence.
Kriter
ia
Perubahan
1 Pembentukan osteofit pada sisi sendi atau pada perlekatan
ligamentum
2 Periarticular ossicles (kista), ditemukan terutama pada sendi DIP dan
PIP
3 Penyempitan rongga sendi disebabkan karena sklerosis tulang
subkondral
4 Daerah kista dengan dinding sklerotik pada tulang subkondral
5 Perubahan bentuk ujung tulang, sebagian besar pada kaput femoralis
9
Berdasarkan kriteria radiologi tersebut maka digunakan sistem grading, yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada Osteoartritis
Derajat 1 : Osteoartritis Meragukan
Derajat 2 : Osteoartritis Minimal
Derajat 3 : Osteoartritis Moderat (Sedang)
Derajat 4 : Osteoartritis Berat
Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk artritis lainnya.
Darah tepi dalam batas normal, kecuali osteoartritis generalisata yang harus
dibedakan dengan artritis peradangan.1
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoartritis haruslah bersifat multifokal dan individual.
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untu mencegah atau menahan kerusakan yang
lebih lanjut pada sendi tersebut, dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna
mempertahankan mobilitas.
Terapi non farmakologis1,5
- Edukasi kepada pasien mengenai kondisi penyakitnya
- Terapi fisik dan rehabilitasi. Dapat dilakukan kompres dingin jika sendi
sedang bengkak, dan jika sudah teratasi maka pilihannya adalah kompres
hangat. Latihan menggunakan otot-otot dan olahraga, olahraga yang
10
dianjurkan uaitu berenang dan bersepeda karena kedua olahraga ini tidak
menggunakan beban berat tubuh sehingga mengurangi nyeri sendi.
- Terapi penurunan berat badan hingga mencapai berat badan ideal guna
mengurangi beban bagi sendi-sendi yang menopang tubuh.
Terapi farmakologis1
- Analgesik oral atau topikal untuk menghilangkan nyeri,
- NSAIDs : obat golongan ini mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek
anti inflamasi. Namun pemberian obat harus diperhatikan pemakaian dan efek
sampingnya.
- DMAODs : bermanfaat dalam menjaga atau merangsang perbaikan tulang
rawan sendi pada pasien osteoartritis. Tetrasiklin, asam hialuronat, konroitin
sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase dan sebagainya
merupakan yang termasuk dalam golongan DMAODs.
Terapi bedah5
- Artroskopi yaitu menggunakan alat kecil yang dimasukkan ke dalam rongga
sendi untuk membersihkan tulang rawan yang rusak.
- Sinovektomi merupakan operasi untuk mengatasi jaringan sendi yang
mengalami peradangan.
- Osteotomi : operasi yang dilakukan terhadap salah satu bagian tulang
sehingga posisi dan letaknya menjadi lebih baik dan mengurangi nyeri.
- Penggantian sendi : operasi menggantikan sedni yang rusak dengan sendi
baru yang terbuat dari metal.
11
OSTEOARTRITIS SIKU
a. Definisi
Osteoartritis siku adalah gangguan pada sendi siku yang terdiri dari 3 tulang
yaitu humerus, radius dan ulna dengan berbagai persendian seperti sendi
ulnohumeral, sendi radiocapitellar dan sendi radioulnar proksimal. Adanya
osteoartritis pada siku dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dalam
mengerjakan aktivitas sehari-harinya.8
b. Faktor Resiko
Pada osteoartritis siku, penderita mengalami nyeri saat atau setelah
menggerakkan siku, dan keterbatasan dalam menggerakkan lengan.
Ketidakstabilan siku juga merupakan penyebab penting dari osteoartritis pada
orang muda, hal ini dapat ditemukan pada pekerjaan berat maupun dengan
pemakaian satu sendi yang terus menerus.3,6
c. Patofisiologi
Pada prinsipnya, struktur sendi sinovial dirancang untuk memastikan agar
gerakan tulang halus. Sendi dikelilingi oleh cairan sinovial yang merupakan
pelumas sendi, dan kedua ujungnya ditutupi oleh tulang dan secara tertaur
diperbaharui. Pada sendi yang mengalami osteoartritis, mekanisme ini tidak lagi
berfungsi sebagaimana mestinya. Kapsul sendi yang berisi cairan sinovial menjadi
12
tebal dan kaku sehinga kemampuan pergerakan sendi menurun dan ruangan untuk
cairan sinovial menyempit sehingga lubrikasinya berkurang.2
d. Manifestasi Klinis
Nyeri pada siku merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan. Nyeri
terutama dirasakan sesudah beraktivitas dan berkurang jika istirahat.2
Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan
beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.
Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi biasanya hanya berlangsung kurang dari 30
menit. Kaku ini akan membaik setelah digerakkan beberapa saat.2,5
Penderita akan mengeluhkan berkurang hingga hilangnya kemampuan
rotasi, semakin sulit untuk menekuk atau meluruskan siku disertai nyeri.
Awalnya, penderita osteoartritis siku akan mengalami nyeri ketika mengangkat
atau dengan gerakan yang ekstrem, dan pada tahap lanjut nyeri bertambah parah
pada malam hari atau saat istirahat pada siang hari.8
e. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis osteoartritis bahu diperoleh dari anamnesis dan
pemeriksaan yang mendukung tegaknya diagnosis, yaitu:
Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan nyeri sendi siku yang biasanya timbul ketika
bergerak dan berkurang ketika beristirahat. Nyeri dapat bersumber dari
inflamasi sinovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur subkondral, reaksi
periosteal dan tekanan saraf akibat osteofit, distensi dan instabilitas kapsul
sendi, serta spasme atau regangan otot atau ligamen. Selain nyeri dapat timbul
kekakuan, keterbatasan gerak serta instabilitas sendi bahu.4
Pemeriksaan fisik
13
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai krepitasi tulang pada pergerakan, nyeri
tekan, nyeri gerak, ketidaksegarisan (mal-algnment) sendi, deformitas,
pembengkakan sendi setempat, serta keterbatasan gerak sendi.4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
Ciri khas yang terlihat pada gambaran radiologi osteoartritis yaitu 2,7
- Penyempitan rongga sendi: hilangnya kartilago sewaktu-waktu akan
menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama. Keadaan ini juga
terjadi karena rawan sendi menyusut.
- Pembentukan osteofit: osteofit (spur) terlihat pada aspek marginal dari
sendi.
- Badan yang longgar: akibat terpisahnya kartilago dan osteofit.
- Kista subkondral dan sklerosis : peningkatan densitas tulang di sekitar
sendi dengan pembentukan kista degeneratif
- Selain itu dapat terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar sendi.
Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk artritis lainnya.
Darah tepi dalam batas normal, kecuali osteoartritis generalisata yang harus
dibedakan dengan artritis peradangan.1
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoartritis siku bertujuan untuk mencegah atau menahan
kerusakan yang lebih lanjut pada sendi tersebut, dan untuk mengurangi nyeri.
Terapi non farmakologis8
- Terapi termal (dingin dan panas). Terapi panas dapat membantu
melonggarkan sendi dan relaksasi otot-otot yang kaku, penderita dapat
mencoba mandi dengan air hangat atau memakai bantalan panas di pagi hari.
Adapun terapi dingin umumnya efektif pada sendi yang sedang membengkak,
14
dapat dilakukan kompres dingin terutama apabila setelah melakukan aktivitas
berlebihan.
- Splint. Bertujuan untuk menyangga siku guna menghilangkan nyeri yang
terdapat pada osteoartritis siku.
Terapi farmakologis1
- Analgesik oral atau topikal untuk menghilangkan nyeri,
- NSAIDs : obat golongan ini mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek
anti inflamasi. Namun pemberian obat harus diperhatikan pemakaian dan efek
sampingnya.
- DMAODs : bermanfaat dalam menjaga atau merangsang perbaikan tulang
rawan sendi pada pasien osteoartritis. Tetrasiklin, asam hialuronat, konroitin
sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase dan sebagainya
merupakan yang termasuk dalam golongan DMAODs.
Terapi bedah5
- Artroskopi siku yaitu menggunakan alat kecil yang dimasukkan ke dalam
rongga sendi untuk membersihkan tulang rawan yang rusak. Dilakukan insisi
kecil pada siku, dan dokter bedah dapat mengeluarkan tulang rawan yang
rusak, sinovium yang mengalami inflamasi, spur hingga jaringan parut yang
terdapat pada sendi siku.
- Sinovektomi merupakan operasi untuk mengatasi jaringan sendi yang
mengalami peradangan.
- Artrodesis siku. Terkadang, prosedur bedah ini merupakan pilihan bagi
penderita muda dengan permintaan pekerjaan yang tinggi dan menderita
artritis parah pada sikunya.
- Artroplasti siku adalah mengeluarkan jaringan kartilago yang rusak dan
menggantinya dengan sendi baru. Bahan yang digunakan terbuat dari metalik
yang diletakkan pada humerus dan ulna. Tindakan bedah ini dilakukan pada
penderita usia tua. Gambar berikut memperlihatkan post artroplasti pada siku.
15
OSTEOARTRITIS BAHU
a. Definisi
Osteoartritis bahu terjadi sebagai akibat dari trauma atau deformasi dari
sendi glenohumeral. Adanya osteoartritis pada bahu dapat menyebabkan depresi,
kecemasan dan pembatasan aktivitas serta masalah dalam mengerjakan aktivitas
sehari-harinya.9
b. Faktor Resiko
Pada osteoartritis bahu, adanya trauma pada bahu, dislokasi kronis, infeksi
dan kelainan kongenital menyebabkan penderita mengalami nyeri saat atau setelah
menggerakkan bahu, dan keterbatasan dalam menggerakkan lengan.9
c. Patofisiologi
Pada prinsipnya, struktur sendi sinovial dirancang untuk memastikan agar
gerakan tulang halus. Sendi dikelilingi oleh cairan sinovial yang merupakan
pelumas sendi, dan kedua ujungnya ditutupi oleh tulang dan secara tertaur
diperbaharui. Pada sendi yang mengalami osteoartritis, mekanisme ini tidak lagi
berfungsi sebagaimana mestinya. Kapsul sendi yang berisi cairan sinovial menjadi
16
tebal dan kaku sehinga kemampuan pergerakan sendi menurun dan ruangan untuk
cairan sinovial menyempit sehingga lubrikasinya berkurang.2
d. Manifestasi Klinis
Nyeri pada bahu dan sering terletak pada bagian belakang, merupakan
keluhan yang paling banyak ditemukan. Nyeri terutama dirasakan sesudah
beraktivitas dan berkurang jika istirahat.2
Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan
beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.
Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi biasanya hanya berlangsung kurang dari 30
menit. Kaku ini akan membaik setelah digerakkan beberapa saat.2,5
e. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis osteoartritis bahu diperoleh dari anamnesis dan
pemeriksaan yang mendukung tegaknya diagnosis, yaitu:
Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan nyeri sendi bahu yang biasanya timbul ketika
bergerak dan berkurang ketika beristirahat. Selain nyeri dapat timbul kekakuan,
keterbatasan gerak serta instabilitas sendi bahu.4
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai krepitasi tulang pada pergerakan, nyeri
tekan, nyeri gerak, ketidaksegarisan (mal-algnment) sendi, deformitas,
pembengkakan sendi setempat, serta keterbatasan gerak sendi.4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
Ciri khas yang terlihat pada gambaran radiologi osteoartritis yaitu 2,7
- Penyempitan rongga sendi: hilangnya kartilago sewaktu-waktu akan
menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama. Keadaan ini juga
terjadi karena rawan sendi menyusut.
17
- Pembentukan osteofit: osteofit (spur) terlihat pada aspek marginal dari
sendi.
- Badan yang longgar: akibat terpisahnya kartilago dan osteofit.
- Kista subkondral dan sklerosis : peningkatan densitas tulang di sekitar
sendi dengan pembentukan kista degeneratif
- Selain itu dapat terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar sendi.
Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk artritis lainnya.
Darah tepi dalam batas normal, kecuali osteoartritis generalisata yang harus
dibedakan dengan artritis peradangan.1
f. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan osteoartritis adalah dengan mengontrol keluhan
sehingga penderita dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa rasa nyeri. Hal
yang sama diterapkan pada penatalaksanaan osteoartritis pada bahu.
Terapi non farmakologis3,9
- Terapi termal (dingin dan panas). Terapi panas dapat membantu
melonggarkan sendi dan relaksasi otot-otot yang kaku, penderita dapat
mencoba mandi dengan air hangat atau memakai bantalan panas di pagi hari.
18
Adapun terapi dingin umumnya efektif pada sendi yang sedang membengkak,
dapat dilakukan kompres dingin terutama apabila setelah melakukan aktivitas
berlebihan.
- Mengistirahatkan sendi bahu. Hal ini bertujuan untuk mengubah gerakan
lengan yang biasa dilakukan pada kegiatan sehari-hari.
- Terapi fisik dan rehabilitasi. Latihan untuk memperluas gerakan sendi, yang
bermanfaat untuk meningkatkan fleksibilitas sendi.
Terapi farmakologis1
- Analgesik oral atau topikal untuk menghilangkan nyeri,
- NSAIDs : obat golongan ini mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek
anti inflamasi. Namun pemberian obat harus diperhatikan pemakaian dan efek
sampingnya.
- DMAODs : bermanfaat dalam menjaga atau merangsang perbaikan tulang
rawan sendi pada pasien osteoartritis. Tetrasiklin, asam hialuronat, konroitin
sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase dan sebagainya
merupakan yang termasuk dalam golongan DMAODs.
Terapi bedah5
Terapi bedah dilakukan bila terapi lain gagal mengatasi osteoartritis. Adapun
prosedur operasi harus sesuai gejala-gejala pasien atau keterbatasan fungsional.
Arthroscopic debridement dengan rilis kapsuler adalah perawatan bedah yang
paling umum. Kondisi ini efektif pada usia < 55-60 tahun dengan nyeri
sedang dan pembatasan gerak pasif yang signifikan.
Arthrodesis (bahu fusi) adalah pilihan bagi usia kurang dari 45-50 tahun
dengan arthritis parah. Prosedur ini menghilangkan rasa sakit dengan
menggabungkan kepala humerus ke glenoid.
Artroplasti bahu direkomendasikan untuk pasien dengan osteoartritis bahu
yang parah. Artroplasti bahu biasanya dilakukan di bawah anestesi umum.
Rehabilitasi paska operasi dapat dimulai segera dalam enam minggu pertama,
fokus rehabilitasi latihan peregangan untuk mengoptimalkan fleksibilitas
sendi.
19
BAB III
KESIMPULAN
Osteoatritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Penderita biasanya mengeluhkan nyeri pada waktu
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada
derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat
menganggu mobilitas. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang
kronik-progresif, osteoartritis mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar,
baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Osteoartritis bahu dan siku memiliki prinsip penatalaksanaan yang sama
seperti osteoartritis pada umumnya, yaitu dengan mengontrol keluhan sehingga
penderita dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa rasa nyeri.
Pemberian terapi farmakologi dapat membantu perlambatan kerusakan
yang terjadi, mengurangi atau menghilangkan nyeri, terapi fisik dan rehabilitasi
diharapkan dapat memperluas gerakan sendi, yang bermanfaat unutk
meningkatkan fleksibilitas sendi. Terapi bedah dilakukan bila terapi lain gagal
mengatasi osteoartritis, seperti arthroscopic debridement, arthrodesis dan
artroplasti.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi kedua. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2007
2. Anderson, s. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
keenam. Jakarta: EGC; 2005
3. Shoulder Osteoarthritis. Diakses 30 Juli 2014. Diunduh dari: URL :
phttp://www.webmd.com/osteoarthritis/shoulder-osteoarthritis-shoulder
4. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta : EGC;
2010.
5. Hamijoyo L. Pengapuran Sendi atau Osteoartritis. Perhimpunan
Reumatologi Indonesia. Diunduh dari: URL : http://reumatologi.org
6. George S. Arthroscopic Management of Shoulder Osteoarthritis. 2008
Februari (diakses 1 Agustus 2014). Diunduh dari: URL :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2685050/
7. Patel R. Lecture Notes Radiologi. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga; 2007
8. Huang J. Elbow Arthritis. Diakses 1 Agustus 2014. Diunduh dari: URL :
http://www.orthop.washington.edu
9. Millet J, Gobezie R, Boykin E. Shoulder osteoarthritis: Diagnosis and
Management. 2008 September (diakses 1 Agustus 2014). Diunduh dari:
URL : http://www.aafp.org/afp/2008/0901/p605.html#sec-1
21