oa

33
BAB I PENDAHULUAN Osteoatritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penderita biasanya mengeluhkan nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat menganggu mobilitas. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, osteoartritis mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoatritis. 1 Terapi osteoartritis pada umumnya simptpmatik, misalnya dengan pengendalian faktor-faktor risiko, latihan, intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis, pada osteoartritis fase lanjut sering diperlukan pembedahan. Untuk membantu mengurangi keluhan nyeri pada osteoartritis, biasanya digunakan analgetika atau non steroid anti inflamation drugs (NSAIDs) dan disease modifying osteoarthritis drugs (DMOADs). 1 1

description

oa

Transcript of oa

Page 1: oa

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoatritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan

kerusakan kartilago sendi. Penderita biasanya mengeluhkan nyeri pada waktu

melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada

derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat

menganggu mobilitas. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang

kronik-progresif, osteoartritis mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar,

baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoatritis.1

Terapi osteoartritis pada umumnya simptpmatik, misalnya dengan

pengendalian faktor-faktor risiko, latihan, intervensi fisioterapi dan terapi

farmakologis, pada osteoartritis fase lanjut sering diperlukan pembedahan. Untuk

membantu mengurangi keluhan nyeri pada osteoartritis, biasanya digunakan

analgetika atau non steroid anti inflamation drugs (NSAIDs) dan disease

modifying osteoarthritis drugs (DMOADs).1

1

Page 2: oa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak, bersifat kronis,

berjalan progresif lambat, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan

sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.2

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen

pada rawan sendi. Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesis

proteoglikan dan kolagen meningkat tajam pada osteoartritis. Tetapi, substansi ini

juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga pembentukan

tidak mengimbangi kebutuhan. Sejumlah kecil kartilago tipe I menggantikan tipe

II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat

kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian

kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab yang

sebenarnya dari osteoartritis belum diketahui, tetapi kelihatannya proses penuaan

ada hubungannya dengan perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit,

2

Page 3: oa

menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi yang mengarah pada

perkembangan osteoartritis.2

2.2. Epidemiologi

Osteoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum, ditemukan lebih

banyak pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-

orang yang berusia lebih dari 45 tahun.2

Pada orang yang lebih muda, osteoartritis dapat diakibatkan oleh kecelakaan

atau trauma, misalnya pda fraktur atau dislokasi bahu. Keadaan demikian dikenal

dengan artritis post trauma.3

2.3 Etiopatogenesis dan Faktor Resiko

Etiopatogenesis

Selama ini osteoartritis sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses

penuaan yang tidak dapat dihindari. Para pakar berpendapat bahwa osteoartritis

ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago

dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas

diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi pada sendi sinovial yang terjadi

multifaktorial antara lain karena faktor umur, stres mekanis atau penggunaan

sendi yang berlebihan , defek anatomik, obesitas, genetik, humoral dan faktor

kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang

merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di

dalam cairan sendi sinovial yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,

kerusakan kondrosit dan nyeri.1

Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan

dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh

kondrosit sebagai kompensasi perbaikan. Osteoartritis terjadi sebagai hasil

kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan

sendi.1

Proses perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan

memproduksi matriks baru dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida

3

Page 4: oa

yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel. Faktor ini

menginduksi kondrosit untuk mensintesis DNA dan protein seperti kolagen serta

proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah IGF-1, TGF-b dan CSFs.

Faktor pertumbuhan seperti IGF-1 memegang peranan penting dalam proses

perbaikan rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif

terhadap efek IGF-1. 1

Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme

rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung

berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu

respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi. Pada rawan sendi, pasien

osteoartritis juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan

aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus

dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan

terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Hal ini

mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan

interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angian lewat subkondral yang

diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.

Penyebab rasa sakit ini dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi

seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, juga disebabkan

oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari

medula spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis karena

proses remodelling pada trabekula dan subkondral. 1

Faktor risiko

Umur

Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadinya osteoartritis. Hampir

semua orang di atas usia 70 tahun mengalami gejala osteoartritis dengan

tingkat nyeri yang berbeda-beda.6

4

Page 5: oa

Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih

sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Sebelum usia 55 tahun

perbandingan osteoartritis pada pria dan wanita sebanding, namun pada usia di

atas usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada wanita. Hal ini menunjukkan

adanya peran hormonal pada patogenesis OA. Selain itu, predominasi wanita

pada OA dipengaruhi oleh kebiasaan wanita dalam menggunakan sepatu ber-

hak tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian sepatu ber-hak tinggi

menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi pallatofemoral dan

kompartemen medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi perubahan

degeneratif pada sendi, dalam hal ini osteoartritis.6

Suku bangsa

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbedaan

di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih jarang di

antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering

dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit

putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun

perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari

seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus

Heberden) terdapat dua kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan

anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada

ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya

mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur

tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau

5

Page 6: oa

proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

OA tertentu (terutama OA banyak sendi).

Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk

timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tidak

hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga

dengan OA sendi lailn (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu di

samping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis),

diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan

tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan

kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit

jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata

mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi

daripada orang-orang tanpa OA. Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian

satu sendi yang terus menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas)

berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi

dan olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan OA

yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA

masih menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi

predisposisi OA cedera traumatik (misalnya, robek meniskus, ketidakstabilan

ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera sendi yang

nyata, hasil-hasil penelitian tidak menyokong pemakaian yang berlebihan

sebagai suatu faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban benturan

yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang

yang mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan

dan beratnya OA.

Faktor-faktor lain

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya

OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak

6

Page 7: oa

membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.

Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga

berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang

umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara

osteoporosis dan OA. Merokok dilaporkan menjadi faktor yang melindungi

untuk timbulnya OA, meskipun mekanismenya belum jelas.

2.4 Klasifikasi

Osteoartritis dapat dikelompokkan menjadi primer dan sekunder.

Osteoartritis primer disebut juga idiopatik yaitu kausanya tidak diketahui dan

tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal

pada sendi. Kelainan ini terutama dijumpai pada wanita kulit putih usia

pertengahan dan umumnya menyerang banyak sendi (poliartikuler) dengan nyeri

akut disertai rasa panas distal interfalangeal.1,4

Osteoartritis sekunder didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,

metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang

terlalu lama. Osteoartritis primer lebih sering ditemukan dibanding osteoartritis

sekunder.1,4

2.5 Patofisiologi

Pada prinsipnya, struktur sendi sinovial dirancang untuk memastikan agar

gerakan tulang halus. Sendi dikelilingi oleh cairan sinovial yang merupakan

pelumas sendi, dan kedua ujungnya ditutupi oleh tulang dan secara tertaur

diperbaharui. Pada sendi yang mengalami osteoartritis, mekanisme ini tidak lagi

berfungsi sebagaimana mestinya. Kapsul sendi yang berisi cairan sinovial menjadi

tebal dan kaku sehinga kemampuan pergerakan sendi menurun dan ruangan untuk

cairan sinovial menyempit sehingga lubrikasinya berkurang.2

7

Page 8: oa

2.6 Manifestasi Klinis

Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan, terutama pada

sendi yang menyangga berat tubuh. Nyeri terutama dirasakan sesudah beraktivitas

dan berkurang jika istirahat.2

Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan

beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.

Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi biasanya hanya berlangsung kurang dari 30

menit. Kaku ini akan membaik setelah digerakkan beberapa saat.2,5

Perubahan yang khas terjadi pada tangan, nodus heberden atau pembesaran

tulang interfalang distal sering dijumpai. Nodus bauchard lebih jarang ditemukan,

yaitu pembesaran tulang sendi interfalangeal proksimal. Perubahan juga terlihat

pada tulang belakang, yang akan menjadi nyeri, kaku dan mengalami keterbatasan

dalam bergerak.2

2.7 Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis osteoartritis diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan

yang mendukung tegaknya diagnosis, yaitu:

Anamnesis

Pada anamnesis biasanya ditemukan keluhan yang beragam, tetapi umumnya

berupa nyeri. Nyeri sendi biasanya timbul ketika bergerak dan berkurang

ketika beristirahat. Nyeri dapat bersumber dari inflamasi sinovium, tekanan

pada sumsum tulang, fraktur subkondral, reaksi periosteal dan tekanan saraf

akibat osteofit, distensi dan instabilitas kapsul sendi, serta spasme atau

regangan otot atau ligamen. Selain nyeri dapat timbul kekakuan, keterbatasan

gerak serta instabilitas sendi.4

Pemeriksaan fisik

8

Page 9: oa

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai krepitasi tulang pada pergerakan, nyeri

tekan, nyeri gerak, ketidaksegarisan (mal-algnment) sendi, deformitas,

pembengkakan sendi setempat, serta keterbatasan gerak sendi.4

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi

Ciri khas yang terlihat pada gambaran radiologi osteoartritis yaitu 2,7

- Penyempitan rongga sendi: hilangnya kartilago sewaktu-waktu akan

menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama. Keadaan ini juga

terjadi karena rawan sendi menyusut.

- Pembentukan osteofit: osteofit (spur) terlihat pada aspek marginal dari

sendi.

- Badan yang longgar: akibat terpisahnya kartilago dan osteofit.

- Kista subkondral dan sklerosis : peningkatan densitas tulang di sekitar

sendi dengan pembentukan kista degeneratif

- Selain itu dapat terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar sendi.

Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi

osteoartritis dapat digradasi menjadi ringan sampai berat menurut kriteria

Kellgren & Lawrence.

Kriter

ia

Perubahan

1 Pembentukan osteofit pada sisi sendi atau pada perlekatan

ligamentum

2 Periarticular ossicles (kista), ditemukan terutama pada sendi DIP dan

PIP

3 Penyempitan rongga sendi disebabkan karena sklerosis tulang

subkondral

4 Daerah kista dengan dinding sklerotik pada tulang subkondral

5 Perubahan bentuk ujung tulang, sebagian besar pada kaput femoralis

9

Page 10: oa

Berdasarkan kriteria radiologi tersebut maka digunakan sistem grading, yaitu :

Derajat 0 : Tidak ada Osteoartritis

Derajat 1 : Osteoartritis Meragukan

Derajat 2 : Osteoartritis Minimal

Derajat 3 : Osteoartritis Moderat (Sedang)

Derajat 4 : Osteoartritis Berat

Pemeriksaan laboratorium

Uji laboratorium dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk artritis lainnya.

Darah tepi dalam batas normal, kecuali osteoartritis generalisata yang harus

dibedakan dengan artritis peradangan.1

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan osteoartritis haruslah bersifat multifokal dan individual.

Tujuan dari penatalaksanaan adalah untu mencegah atau menahan kerusakan yang

lebih lanjut pada sendi tersebut, dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna

mempertahankan mobilitas.

Terapi non farmakologis1,5

- Edukasi kepada pasien mengenai kondisi penyakitnya

- Terapi fisik dan rehabilitasi. Dapat dilakukan kompres dingin jika sendi

sedang bengkak, dan jika sudah teratasi maka pilihannya adalah kompres

hangat. Latihan menggunakan otot-otot dan olahraga, olahraga yang

10

Page 11: oa

dianjurkan uaitu berenang dan bersepeda karena kedua olahraga ini tidak

menggunakan beban berat tubuh sehingga mengurangi nyeri sendi.

- Terapi penurunan berat badan hingga mencapai berat badan ideal guna

mengurangi beban bagi sendi-sendi yang menopang tubuh.

Terapi farmakologis1

- Analgesik oral atau topikal untuk menghilangkan nyeri,

- NSAIDs : obat golongan ini mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek

anti inflamasi. Namun pemberian obat harus diperhatikan pemakaian dan efek

sampingnya.

- DMAODs : bermanfaat dalam menjaga atau merangsang perbaikan tulang

rawan sendi pada pasien osteoartritis. Tetrasiklin, asam hialuronat, konroitin

sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase dan sebagainya

merupakan yang termasuk dalam golongan DMAODs.

Terapi bedah5

- Artroskopi yaitu menggunakan alat kecil yang dimasukkan ke dalam rongga

sendi untuk membersihkan tulang rawan yang rusak.

- Sinovektomi merupakan operasi untuk mengatasi jaringan sendi yang

mengalami peradangan.

- Osteotomi : operasi yang dilakukan terhadap salah satu bagian tulang

sehingga posisi dan letaknya menjadi lebih baik dan mengurangi nyeri.

- Penggantian sendi : operasi menggantikan sedni yang rusak dengan sendi

baru yang terbuat dari metal.

11

Page 12: oa

OSTEOARTRITIS SIKU

a. Definisi

Osteoartritis siku adalah gangguan pada sendi siku yang terdiri dari 3 tulang

yaitu humerus, radius dan ulna dengan berbagai persendian seperti sendi

ulnohumeral, sendi radiocapitellar dan sendi radioulnar proksimal. Adanya

osteoartritis pada siku dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dalam

mengerjakan aktivitas sehari-harinya.8

b. Faktor Resiko

Pada osteoartritis siku, penderita mengalami nyeri saat atau setelah

menggerakkan siku, dan keterbatasan dalam menggerakkan lengan.

Ketidakstabilan siku juga merupakan penyebab penting dari osteoartritis pada

orang muda, hal ini dapat ditemukan pada pekerjaan berat maupun dengan

pemakaian satu sendi yang terus menerus.3,6

c. Patofisiologi

Pada prinsipnya, struktur sendi sinovial dirancang untuk memastikan agar

gerakan tulang halus. Sendi dikelilingi oleh cairan sinovial yang merupakan

pelumas sendi, dan kedua ujungnya ditutupi oleh tulang dan secara tertaur

diperbaharui. Pada sendi yang mengalami osteoartritis, mekanisme ini tidak lagi

berfungsi sebagaimana mestinya. Kapsul sendi yang berisi cairan sinovial menjadi

12

Page 13: oa

tebal dan kaku sehinga kemampuan pergerakan sendi menurun dan ruangan untuk

cairan sinovial menyempit sehingga lubrikasinya berkurang.2

d. Manifestasi Klinis

Nyeri pada siku merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan. Nyeri

terutama dirasakan sesudah beraktivitas dan berkurang jika istirahat.2

Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan

beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.

Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi biasanya hanya berlangsung kurang dari 30

menit. Kaku ini akan membaik setelah digerakkan beberapa saat.2,5

Penderita akan mengeluhkan berkurang hingga hilangnya kemampuan

rotasi, semakin sulit untuk menekuk atau meluruskan siku disertai nyeri.

Awalnya, penderita osteoartritis siku akan mengalami nyeri ketika mengangkat

atau dengan gerakan yang ekstrem, dan pada tahap lanjut nyeri bertambah parah

pada malam hari atau saat istirahat pada siang hari.8

e. Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis osteoartritis bahu diperoleh dari anamnesis dan

pemeriksaan yang mendukung tegaknya diagnosis, yaitu:

Anamnesis

Pada anamnesis ditemukan nyeri sendi siku yang biasanya timbul ketika

bergerak dan berkurang ketika beristirahat. Nyeri dapat bersumber dari

inflamasi sinovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur subkondral, reaksi

periosteal dan tekanan saraf akibat osteofit, distensi dan instabilitas kapsul

sendi, serta spasme atau regangan otot atau ligamen. Selain nyeri dapat timbul

kekakuan, keterbatasan gerak serta instabilitas sendi bahu.4

Pemeriksaan fisik

13

Page 14: oa

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai krepitasi tulang pada pergerakan, nyeri

tekan, nyeri gerak, ketidaksegarisan (mal-algnment) sendi, deformitas,

pembengkakan sendi setempat, serta keterbatasan gerak sendi.4

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi

Ciri khas yang terlihat pada gambaran radiologi osteoartritis yaitu 2,7

- Penyempitan rongga sendi: hilangnya kartilago sewaktu-waktu akan

menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama. Keadaan ini juga

terjadi karena rawan sendi menyusut.

- Pembentukan osteofit: osteofit (spur) terlihat pada aspek marginal dari

sendi.

- Badan yang longgar: akibat terpisahnya kartilago dan osteofit.

- Kista subkondral dan sklerosis : peningkatan densitas tulang di sekitar

sendi dengan pembentukan kista degeneratif

- Selain itu dapat terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar sendi.

Pemeriksaan laboratorium

Uji laboratorium dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk artritis lainnya.

Darah tepi dalam batas normal, kecuali osteoartritis generalisata yang harus

dibedakan dengan artritis peradangan.1

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan osteoartritis siku bertujuan untuk mencegah atau menahan

kerusakan yang lebih lanjut pada sendi tersebut, dan untuk mengurangi nyeri.

Terapi non farmakologis8

- Terapi termal (dingin dan panas). Terapi panas dapat membantu

melonggarkan sendi dan relaksasi otot-otot yang kaku, penderita dapat

mencoba mandi dengan air hangat atau memakai bantalan panas di pagi hari.

Adapun terapi dingin umumnya efektif pada sendi yang sedang membengkak,

14

Page 15: oa

dapat dilakukan kompres dingin terutama apabila setelah melakukan aktivitas

berlebihan.

- Splint. Bertujuan untuk menyangga siku guna menghilangkan nyeri yang

terdapat pada osteoartritis siku.

Terapi farmakologis1

- Analgesik oral atau topikal untuk menghilangkan nyeri,

- NSAIDs : obat golongan ini mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek

anti inflamasi. Namun pemberian obat harus diperhatikan pemakaian dan efek

sampingnya.

- DMAODs : bermanfaat dalam menjaga atau merangsang perbaikan tulang

rawan sendi pada pasien osteoartritis. Tetrasiklin, asam hialuronat, konroitin

sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase dan sebagainya

merupakan yang termasuk dalam golongan DMAODs.

Terapi bedah5

- Artroskopi siku yaitu menggunakan alat kecil yang dimasukkan ke dalam

rongga sendi untuk membersihkan tulang rawan yang rusak. Dilakukan insisi

kecil pada siku, dan dokter bedah dapat mengeluarkan tulang rawan yang

rusak, sinovium yang mengalami inflamasi, spur hingga jaringan parut yang

terdapat pada sendi siku.

- Sinovektomi merupakan operasi untuk mengatasi jaringan sendi yang

mengalami peradangan.

- Artrodesis siku. Terkadang, prosedur bedah ini merupakan pilihan bagi

penderita muda dengan permintaan pekerjaan yang tinggi dan menderita

artritis parah pada sikunya.

- Artroplasti siku adalah mengeluarkan jaringan kartilago yang rusak dan

menggantinya dengan sendi baru. Bahan yang digunakan terbuat dari metalik

yang diletakkan pada humerus dan ulna. Tindakan bedah ini dilakukan pada

penderita usia tua. Gambar berikut memperlihatkan post artroplasti pada siku.

15

Page 16: oa

OSTEOARTRITIS BAHU

a. Definisi

Osteoartritis bahu terjadi sebagai akibat dari trauma atau deformasi dari

sendi glenohumeral. Adanya osteoartritis pada bahu dapat menyebabkan depresi,

kecemasan dan pembatasan aktivitas serta masalah dalam mengerjakan aktivitas

sehari-harinya.9

b. Faktor Resiko

Pada osteoartritis bahu, adanya trauma pada bahu, dislokasi kronis, infeksi

dan kelainan kongenital menyebabkan penderita mengalami nyeri saat atau setelah

menggerakkan bahu, dan keterbatasan dalam menggerakkan lengan.9

c. Patofisiologi

Pada prinsipnya, struktur sendi sinovial dirancang untuk memastikan agar

gerakan tulang halus. Sendi dikelilingi oleh cairan sinovial yang merupakan

pelumas sendi, dan kedua ujungnya ditutupi oleh tulang dan secara tertaur

diperbaharui. Pada sendi yang mengalami osteoartritis, mekanisme ini tidak lagi

berfungsi sebagaimana mestinya. Kapsul sendi yang berisi cairan sinovial menjadi

16

Page 17: oa

tebal dan kaku sehinga kemampuan pergerakan sendi menurun dan ruangan untuk

cairan sinovial menyempit sehingga lubrikasinya berkurang.2

d. Manifestasi Klinis

Nyeri pada bahu dan sering terletak pada bagian belakang, merupakan

keluhan yang paling banyak ditemukan. Nyeri terutama dirasakan sesudah

beraktivitas dan berkurang jika istirahat.2

Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan

beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.

Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi biasanya hanya berlangsung kurang dari 30

menit. Kaku ini akan membaik setelah digerakkan beberapa saat.2,5

e. Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis osteoartritis bahu diperoleh dari anamnesis dan

pemeriksaan yang mendukung tegaknya diagnosis, yaitu:

Anamnesis

Pada anamnesis ditemukan nyeri sendi bahu yang biasanya timbul ketika

bergerak dan berkurang ketika beristirahat. Selain nyeri dapat timbul kekakuan,

keterbatasan gerak serta instabilitas sendi bahu.4

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai krepitasi tulang pada pergerakan, nyeri

tekan, nyeri gerak, ketidaksegarisan (mal-algnment) sendi, deformitas,

pembengkakan sendi setempat, serta keterbatasan gerak sendi.4

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi

Ciri khas yang terlihat pada gambaran radiologi osteoartritis yaitu 2,7

- Penyempitan rongga sendi: hilangnya kartilago sewaktu-waktu akan

menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama. Keadaan ini juga

terjadi karena rawan sendi menyusut.

17

Page 18: oa

- Pembentukan osteofit: osteofit (spur) terlihat pada aspek marginal dari

sendi.

- Badan yang longgar: akibat terpisahnya kartilago dan osteofit.

- Kista subkondral dan sklerosis : peningkatan densitas tulang di sekitar

sendi dengan pembentukan kista degeneratif

- Selain itu dapat terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar sendi.

Pemeriksaan laboratorium

Uji laboratorium dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk artritis lainnya.

Darah tepi dalam batas normal, kecuali osteoartritis generalisata yang harus

dibedakan dengan artritis peradangan.1

f. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan osteoartritis adalah dengan mengontrol keluhan

sehingga penderita dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa rasa nyeri. Hal

yang sama diterapkan pada penatalaksanaan osteoartritis pada bahu.

Terapi non farmakologis3,9

- Terapi termal (dingin dan panas). Terapi panas dapat membantu

melonggarkan sendi dan relaksasi otot-otot yang kaku, penderita dapat

mencoba mandi dengan air hangat atau memakai bantalan panas di pagi hari.

18

Page 19: oa

Adapun terapi dingin umumnya efektif pada sendi yang sedang membengkak,

dapat dilakukan kompres dingin terutama apabila setelah melakukan aktivitas

berlebihan.

- Mengistirahatkan sendi bahu. Hal ini bertujuan untuk mengubah gerakan

lengan yang biasa dilakukan pada kegiatan sehari-hari.

- Terapi fisik dan rehabilitasi. Latihan untuk memperluas gerakan sendi, yang

bermanfaat untuk meningkatkan fleksibilitas sendi.

Terapi farmakologis1

- Analgesik oral atau topikal untuk menghilangkan nyeri,

- NSAIDs : obat golongan ini mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek

anti inflamasi. Namun pemberian obat harus diperhatikan pemakaian dan efek

sampingnya.

- DMAODs : bermanfaat dalam menjaga atau merangsang perbaikan tulang

rawan sendi pada pasien osteoartritis. Tetrasiklin, asam hialuronat, konroitin

sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase dan sebagainya

merupakan yang termasuk dalam golongan DMAODs.

Terapi bedah5

Terapi bedah dilakukan bila terapi lain gagal mengatasi osteoartritis. Adapun

prosedur operasi harus sesuai gejala-gejala pasien atau keterbatasan fungsional.

Arthroscopic debridement dengan rilis kapsuler adalah perawatan bedah yang

paling umum. Kondisi ini efektif pada usia < 55-60 tahun dengan nyeri

sedang dan pembatasan gerak pasif yang signifikan.

Arthrodesis (bahu fusi) adalah pilihan bagi usia kurang dari 45-50 tahun

dengan arthritis parah. Prosedur ini menghilangkan rasa sakit dengan

menggabungkan kepala humerus ke glenoid.

Artroplasti bahu direkomendasikan untuk pasien dengan osteoartritis bahu

yang parah. Artroplasti bahu biasanya dilakukan di bawah anestesi umum.

Rehabilitasi paska operasi dapat dimulai segera dalam enam minggu pertama,

fokus rehabilitasi latihan peregangan untuk mengoptimalkan fleksibilitas

sendi.

19

Page 20: oa

BAB III

KESIMPULAN

Osteoatritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan

kerusakan kartilago sendi. Penderita biasanya mengeluhkan nyeri pada waktu

melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada

derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat

menganggu mobilitas. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang

kronik-progresif, osteoartritis mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar,

baik di negara maju maupun di negara berkembang.

Osteoartritis bahu dan siku memiliki prinsip penatalaksanaan yang sama

seperti osteoartritis pada umumnya, yaitu dengan mengontrol keluhan sehingga

penderita dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa rasa nyeri.

Pemberian terapi farmakologi dapat membantu perlambatan kerusakan

yang terjadi, mengurangi atau menghilangkan nyeri, terapi fisik dan rehabilitasi

diharapkan dapat memperluas gerakan sendi, yang bermanfaat unutk

meningkatkan fleksibilitas sendi. Terapi bedah dilakukan bila terapi lain gagal

mengatasi osteoartritis, seperti arthroscopic debridement, arthrodesis dan

artroplasti.

20

Page 21: oa

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi kedua. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2007

2. Anderson, s. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi

keenam. Jakarta: EGC; 2005

3. Shoulder Osteoarthritis. Diakses 30 Juli 2014. Diunduh dari: URL :

phttp://www.webmd.com/osteoarthritis/shoulder-osteoarthritis-shoulder

4. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta : EGC;

2010.

5. Hamijoyo L. Pengapuran Sendi atau Osteoartritis. Perhimpunan

Reumatologi Indonesia. Diunduh dari: URL : http://reumatologi.org

6. George S. Arthroscopic Management of Shoulder Osteoarthritis. 2008

Februari (diakses 1 Agustus 2014). Diunduh dari: URL :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2685050/

7. Patel R. Lecture Notes Radiologi. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga; 2007

8. Huang J. Elbow Arthritis. Diakses 1 Agustus 2014. Diunduh dari: URL :

http://www.orthop.washington.edu

9. Millet J, Gobezie R, Boykin E. Shoulder osteoarthritis: Diagnosis and

Management. 2008 September (diakses 1 Agustus 2014). Diunduh dari:

URL : http://www.aafp.org/afp/2008/0901/p605.html#sec-1

21