Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
-
Upload
nita-andriyani -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
1/19
Pimpinan Proses Persalinan Normal
TUGAS DOKTER PADA SAAT PERSALINAN
Mengawasi dan mendampingi wanita in partu sebaik-baiknya, serta
menilai apakah ada hal-hal yangmenyimpang dari proses persalinan
normal.
Jika persalinan menyimpang dari normal, dokter harus dapat
merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan
untuk membantu menyelesaikan proses persalinan.
Prinsip !!
Asepsis dan antisepsis daerah vulva dan perineum serta semua alat-
alat yang digunakan, untuk pencegahan infeksi.
PIMPINAN PERSALINAN PADA KALA 1
Pimpinan pada kala I bertujuan :1. menilai sampai di mana status persalinan pada saat
pemeriksaan awal - apakah sudah memasuki persalinan ataubelum, bila sudah, sampai di mana partus telah berlangsung
2. memperkirakan prognosis keberhasilan partus spontan
pervaginam, atau kemungkinan diperlukannyatindakan lainuntuk membantu persalinan.
PROSEDUR / LANGKAH KLINIK
MENILAI KONDISI IBU
1. Menilai keadaan umum dan kesadaran ibu
2. Menilai tanda vital:
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
Melakukan pemeriksaan tubuh secara sistematis:
Pemeriksaan kepala dan leher
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
2/19
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
3/19
1. Melakukan pemeriksaan jalan lahir:
Vulva dan perineum
Vagina dan serviks (dengan speculum)
Pada dinding vagina: adakah bagian menyempit, massa / lesi
di jalan lahir
2. Melakukan pemeriksaan toucher vagina
A. Menilai kondisi serviks:
o Lancip / mendatar dan tebal / tipis
o Pembukaan serviks
B. Menilai kondisi selaput ketuban (utuh/pecah)
C. Menilai kondisi janin:
o Presentasi Janin
o Turunnya presentasi sampai bidang Hodge / Station berapa
o Posisi presentasi
o Moulage dari kaput suksedaneum
o Bagian kecil janin di samping presentasi (tangan, tali
pusat, dll)
o Anomali kongenital
D. Menilai kondisi/kapasitas panggul dalam serta perkiraan
besar kepala terhadap panggul (suspek disproporsi
sefalopelvik):
o Menilai pintu atas panggul:
Promontorium teraba atau tidak
Ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera
Penilaian linea innominata
o Menilai ruang tengah panggul
Penilaian tulang sacrum
Penilaian dinding samping
Penilaian spina iskiadika (runcing atau tumpul)
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
4/19
Ukuran jarak antar spina iskiadika
o Menilai pintu bawah panggul:
Penilaian arkus pubis
Penilaian tulang koksigus (ke depan atau tidak)
o Menilai panggul patologik (ada atau tidak)
o Membuat kesimpulan panggul dalam
E. Menilai adanya tumor jalan lahir yang menghalangi
persalinan pervaginam
MENENTUKAN RENCANA PERSALINAN
Apakah pervaginam atau perabdominam (section secaria)
MENETAPKAN DIAGNOSIS INPARTU
1. Mengetahui adanya show yaitu keluarnya darah bercampur
lender melalui vagina
2. Menentukan his adekuat:
Lama kontraksi 30-50 detik
Simetri
Dominasi fundus
Relaksasi optimal
Interval 2-4 menit
Intensitas cukup
3. Menentukan pembukaan dan penipisan serviks dengan periksa
dalam4. Menetapkan fase inpartu: fase laten, fase aktif atau kala II
MENILAI KEMAJUAN PERSALINAN
1. Menilai his
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
5/19
2. Dilakukan setiap jam dalam fase laten dan setiap setengah jam
dalam fase aktif
3. Menilai turunnya kepala dengan cara palpasi perut
4. Menilai pembukaan serviks denbgan periksa dalam
5. Dilakukan setiap 4 jam kecuali bila ada kontraindikasi
6. Menilai terjadinya putaran pasi dalam
MEMANTAU KONDISI IBU
1. Menilai keadaan umum dan kesadaran ibu
2. Menghitung nadi setiap setengah jam, mengukur tensi setiap 4
jam atau lebih sering (tergantung indikasi) dan mengukur suhu
ketiak ibu setiap 4 jam atau lebih sering (bergantung indikasi)
3. Menilai kondisi urin : volume, kandungan protein, gula dan
aseton pada keadaan tertentu, misalnya : infeksi, gestosis dan
diabetes mellitus. Untuk menilai volume urin, ibu dianjurkan
untuk buang air kecil setiap 2-4 jam (tanpa katerisasi)
Pengosongan rektum dapat dibantu dengan klisma cairan
gliserin 20-40cc atau supositoria.
4. Mencatat bila ada obat-obatan yang diberikan termasuk cairan
intravena
5. Mencatat pemberian oksitosin (titrasinya)
6. Membuat kesimpulan hasil penilaian kondisi ibu
Ibu dianjurkan berbaring miring ke sisi di mana punggung janin
berada, tujuannya untuk mempermudah turunnya kepala dan
putaran paksi dalam, serta untuk mencegah tertekannya aorta
abdominalis oleh massa uterus yang dapat menggangguvaskularisasi ke uterus dan janin.
Ibu DILARANG!! mengedan.
MEMANTAU KONDISI JANIN
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
6/19
1. Menilai denyut jantung janin: dilakukan tiap 15 menit selama 1
menit segera setelah his selesai
2. Menentukan frekuensi denyut jantung janin
Bila frekuensi denyut jantung janin tidak normal yaitu >
160 / menit (takikardi) harus dilakukan pengamatan lagi.
Bila denyut jantung janin tetap abnormal dalam 3 kali
pengamatan, tindakan harus segera diambil. Denyut jantung
janin 100 atau kurang menunjukkan gawat janin hebat
Menentukan denyut jantung janin teratur atau tidak
Menilai warna air ketuban apabila selaput ketuban sudah
pecah (atau sengaja dipecahkan)
Menilai mulase tulang kepala janin
3. Menentukan gawat janin atau tidak
MEMASUKAN HASIL PEMANTAUAN KE DALAM LEMBAR
PARTOGRAF
MENYIMPULKAN HASIL PENILAIAN PEMANTAUAN
1. Bila kemajuan persalinan normal, melanjutkan pemantauan
hingga tercapai kala II
2. Bila kemajuan persalinan tidak normal:
Menentukan adakah tindakan yang perlu dilakukan
Merujuk pasien kesarana pelayanan yang memadai
PIMPINAN PERSALINAN PADA KALA 2
Tanda-tanda kala II:
His lebih sering dan kuat
Pasien mulai mengejan
Perdarahan sedikit bertambah
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
7/19
Ketuban pecah dan air ketuban mengalir keluar
Perineum menonjol dan anus mulai terbuka
PROSEDUR / LANGKAH KLINIK
I. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
1. Memeriksa dan menyiapkan peralatan:
2. Menjelaskan pada ibu untuk tidur terlentang dengan
posisi kaki fleksi
3. Menjelaskan pada ibu, apabila timbul reflek
mengejan boleh mengejan pada saat his
4. Menjelaskan pada ibu untuk tidak mengejan pada
fase relaksasi diantara 2 his
II. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
1. Mencuci tangan dan lengan sampai siku dengan sabun dibawah air
mengalir
2. Mengeringkan tangan dan lengan dengan handuk DTT
3. Memakai baju kamr tindakan, pelapis plastic,
masker, kacamata pelindung, dan alas kaki / sepatu
4. Memakai sarung tangan DTT / steril
5. Mengatur posisi ibu :
Posisi lihotomi dengan penahan kaki (bila ada) atau
Posisi Jongens, lengan ibu mengait kedua paha ditarik ke
cranial dan dibuka ke samping
6. Melakukan asepsis daerah perut bawah, paha, vulva,
perineum dan anus dengan laruta antiseptic sebanyak 2 kali
7. Memasang alat bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah, dengan kain duk steril / DTT kemudian difiksasi
dengan klem kain
III. MELAKUKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
8/19
1. Penolong berada di depan vulva (posisi litotom) atau
dikanan ibu (posisi) Jongens)
2. Memberi penjelasan pada ibu cara mengejan yang
benar
Ibu dipimpin mengedan (untuk membuat kontraksi dinding
abdomen dan diafragma menekan uterus)
Cara mengedan : ibu posisi telentang, dengan kedua lengan
merangkul kedua lipat paha, leher dalam keadaan lemas dan
kepala fleksi, mata terbuka. Dapat juga dengan posisi miring
ke samping dengan sikap yang sama.
Mengedan sekuat-kuatnya sesuai timbulnya his, dan
dihentikan / istirahat pada saat relaksasi his.
3. Menetapkan saat memimpin mengejan:
Ibu terus menerus ingin mengejan, perineum teregang
4. Penilaian perineum yang meregang dan menipis,
serta penilaian anus. Jika anus bundar atau serupa huruf D,
tanda kepala sudah rendah di dasar panggul.
Anus terbuka, tampak bagian mukosa anus
Kepala bayi mulai crowning (kepala bayi tampak di
vulva dengan diameter 3-4cm)
Bila ketuban belum pecah spontan, dipecahkan
(amniotomi)
5. Melakukan episitomi (insisi pada perineum dengan
gunting), untuk memperbesar jalan lahir, apabila diperlukan:
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
9/19
Dilakukan pada primipara atau multipara apabila dinding
introitus vagina (perineum) kaku dan tegang
Insisi dapat secara mediana (pada garis tengah, baik
dilakukan pada multipara), mediolateralis (pada garis
tengah dan diperluas ke lateral saat mendekati anus, baik
dilakukan pada primipara), atau lateralis (langsung miring
terhadap sumbu perineum, dapat memberikan pembukaan
yang terbesar, kadang dilakukan pada keadaan
direncanakan ekstraksi forceps atau ekstraksi vakum).
Melakukan anestesi local infiltrasi di tempat episiotomi
menggunakan 1% 3-4ml
Pada saat perineum sudah sangat tipis atau diameter
pembukaan vulva 4-5cm bertepatan dengan his dilakukan
episiotomy
Episiotomi dilakukan dengan cara tangan kanan
dimasukkansecara terbuka dengan perlindungan jari II-III Dapat terjadi komplikasi berupa ruptura perinei totalis
(robekan perineum tembus sampai m.sfingter ani, bahkan
kadang sampai mukosa rektum).
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
10/19
6. Pada saat ibu diminta menarik nafas dalam, menutup
mulut rapat-rapat, kemudian mengejan pada perut dengan
kekuatan penuh
7. Kemudian BAYI DILAHIRKAN dengan pegangan dan
gerakan yang tenang dan mantap, mengusahakan trauma
persalinan seminimal mungkin bagi ibu maupun bayinya.
Sedapat mungkin gerakan penolong mengikuti irama his dan
kekuatan mengedan ibu, sambil mengendalikan keluarnya
bayi serta menahan perineum ibu (perasat Ritgen).
8. Melahirkan kepala bayi secara perasat Ritgen :
Apabila pada saat his dan ibu mengejn ukuran lingkar
kepala di vulva 5cm, dengan ditutup kain duk steril / DTT
tangan kanan penolong menekan dagu bayi kearah depan
melalui perineum (kurang lebih setinggi tulang koksigeus)
Dengan menggunakan ibu jari II-IV disis berlawanan,
tangan kiri penolong mencengkeram kepala bayi bagian
atas dan menarik kearah simfisis secara halus sampai lahir
berturut-turut dahi, mata, hidung, mulut dan dagu
Setelah kepala bayi lahir, bersihkan jalan napas dengan
cara menyeka hidung dan mulut dengan kain bersih (arah
gosokan dari atas hidung sampai ke bawah mulut,
kemudian jari yang dilapisi kain dimasukkan ke dalam
mulut).
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
11/19
Melahirkan kepala bayi dapat dilakukan secara klasik sebagai
berikut:
Menggunakan ibu jari II-III tangan kanan penolong yang
ditutup kain dekusteril / DTT menahan perineum dan
menekan kearah cranial
Tangan kiri penolong menahandefleksi kepala bayi,
berturut-turut akan lahir dahi, mata, hidung dan dagu
Setelah kepala bayi lahir, bersihkan jalan napas dengan
cara menyeka hidung dan mulut dengan kain bersih (arah
gosokan dari atas hidung sampai ke bawah mulut,
kemudian jari yang dilapisi kain dimasukkan ke dalam
mulut).
9. Membiarkan kepala bayi melakukan paksai luar.
Bilamana perlu membantu putaran paksi luar
10. Apabila tampak lilitan tali pusat dileher bayi:
Apabila tali pusat kondor, melonggarkan dan
membebaskan tali pusat dengan bantuan jari penolong
Apabila tali pusat : menjepit tali pusat dengan klem didua
tempat dan tali pusat dipotong diantara 2 klem tersebut
dengan dunting tali pusat
11. Melahirkan bahu dan lengan bayi dengan cara
memegang kepala bayi dengan jari-jari tangan saling merapat
secara biparietal dan menarik curam ke belakang untuk
melahirkan bahu depan, kemudian menarik kearah depan
untuk melahirkan bahu belakang
12. Melahirkan badan bayi dengan cara tetap memegang
kepala bayi secara biparietal, melakukan tarikan searah
lengkung panggul sampai lahir seluruh badan serta tungkai
dan kaki bayi.
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
12/19
13. Melakukan resusitasi bayi baru lahir apabila
diperlukan dan menentukan nilai APGAR. Nilai skor Apgar
pada menit pertama dan menit kelima.
Prinsip perawatan segera bayi baru lahir (immediate
care of the newborn) :
a. Drying
b. Warming
c. Positioning
d. Suctioning
e. Identification
f. Prophylaxis
14. Dengan perlindungan telapak tangan kiri, tali
pusatdijepit dengan kocher 1 berjarak 5cm dari perut bayi.
Selanjutnya tali pusat dikosongkan daranya dengan cara
diurut kea rah plasenta kemudian menjepitnya dengan kocher
II berjarak 2-3cm dari kocher I kearah plasenta. Dengan
perlindungan telapak tangan kiri dan menggunakan gunting
tali pusat, tali pusat dipotong diantara 2 kocher tersebut.
Tunggul tali pusat di perut bayi dijepit menggunakan klip tali
pusat atau menggunakan benang / pita 2 kali berlawanan
arah dengan tarikan pada kedua sisi luar tangan penolong
(menghindari regangan / tarikan tali pusat dari insersinya).
Tali pusat dibalut dengan kasa steril yang dibasahi dengan
bahan antiseptic ringan (hati-hati menggunakan antiseptic
yang bersifat iritasi)
IV. PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDKAN
1. Sebelum melepaskan sarung tangan, kumpulkan dan
masukkan instrument ke dalam wadah yang berisi larutan
khlorin 0,5%
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
13/19
2. Kumpulkanlah bahan habis pakai yang terkena darah
atau cairan tubuh pasien dan masukkanlah ke tempat sampah
medis yang tersedia
3. Bubuhilah benda-benda di dalam kamar tindakan
yang terkena darah atau cairan tubuh pasien dengan larutan
khlorin 0,5%
4. Bersihkanlah sarung tangan dari noda darah atau
cairan tubuh pasien, kemudian dilepaskan secara terbalik dan
direndam larutan khlorin 0,5%
5. Setelah melepaskan sarung tangan, cuci tangan lagi
dengan sabun dalam air mengalir
6. Keringkan tangan dengan handuk / kertas tissue
yang bersih
V. MELAKUKAN INDENTIFIKASI BAYI BARU LAHIR
1. Menentukan adanya kelainan congenital bayi
2. Memasangkan gelang bayi (nama ibu, jenis kelamin,
nomor register)
3. Memasangkan gelang pada ibu yang sama nomornya
dengan nomor gelang bayi
4. Melakukan cap kai kanan-kiri bayi pada catatan
medik
5. MEmbungkus badan bayi dengan duk / selimut bersih
6. Membersihkan bayi pada ibu dan membantu kontak
pertama ibu bayi dengan melekatkan bayi pada tubuh ibu
yang sudah dibersihkan
7. Menjelaskan keadaan bayi kepada ibu (baik sehat
maupun dengan kelainan kongential secara bijaksana)
VI. PASCA TINDAKAN
1. Periksa lagi tanda vital pasien, apabila terjadi
kelainan / komplikasi, segera dilakukan tindakan dan beri
instruksi
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
14/19
2. Catatlah kondisi pasien dan buat laporan tindakan di
dalam kolom yang tersedia dalam status pasien
3. Buatlah instruksi pengobatan lanjutan adan
pemantauan kondisi pasien
4. Pasien dan keluarganya diberitahu bahwa tindakan
telah selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan
perawatan
5. Bersama-sama petugas yang akan merawat pasien
dilakukan penjelasan kepada pasien jenis perawatan yang
masih diperlukan, lama perawatan, dan pasien diminta untuk
melaporkan kepada petugas apabila ada keluhan / ganguan
pasca tindakan
PIMPINAN PERSALINAN PADA KALA 3
Tanda pelepasan placenta:
Uterus membulat dan lebih keras yang merupaka tanda awal
Keluarnya pancaran darah tiba-tiba
Uterus naik akibat placenta yang telah lepas jatuh ke vagina
mengangkat rahim ke atas
Tali pusat memanjang keluar
Bahaya yang dapat terjadi pada kala ini adalah:
Atonia uteri, dimana kontraksi rahim buruk sehingga serat-serat
otot uterus tidak dapat menjepit pembuluh-pembuluh darah
Perlukaan jalan lahir terutama robekan cervix pada persalinan
bantuan apalagi pembukaan belum lengkap
Perdarahan akibat plasenta yang tertinggal
Cara:
Tali pusat dijepit di dua tempat berdekatan dan dipotong di tengah-
tengahnya. Luka potongan dirawat, diikat dan ditutup.
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
15/19
Tali pusat yang menghubungkan umbilikus bayi dengan plasenta,
kadangkadang terdapat lilitan. Jika saat baru kepala dan leher yang
dilahirkan tampak ada lilitan, perlu dibebaskan dulu sebelum
melanjutkan pengeluaran bayi. Jika lilitan terlalu erat, tali pusat dijepit
dan dipotong langsung di dekat leher bayi.
Beberapa kepustakaan menganjurkan penundaan
penjepitan/pemotongan tali pusat selama beberapa detik (delayed
clamping), atau pengaturan posisi ketinggian bayi terhadap ibu, atau
pengurutan tali pusat ke arah bayi.
Tujuannya adalah untuk menambah volume vaskularisasi bayi sebelum
dilakukan pemotongan, misalnya pada bayi prematur atau berat badan
rendah - namun hal-hal ini masih kontroversial).
"The active management on the third stage of labour" (WHO)
Active management here is defined as a package of intervention,
including :
1. Administration of prophylatic oxytocic / uterotonic immediately
with or shortly after the birth of the baby.
2. Early cord clamping and cutting
3. Controlled cord traction to deliver the placenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus,
serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-
Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak
sentral dan marginal.
Beberapa cara untuk menilai plasenta sudah / belum lepas :
Kustner : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah
suprasimfisis ditekan dengan tangan lainnya, dinilai ada/tidaknya
respon dari regangan tali pusat.
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
16/19
Strassman : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah
fundus uteri diketuk2 dengan tangan lainnya, dinilai
ada/tidaknya respon pada regangan tali pusat.
Klein : ibu disuruh meneran, akan tampak ujung tali pusat
bergerak turun, dan ketika meneran dihentikan, jika ujung tali
pusat naik kembali berarti plasenta belum lepas.
Jika lama melebihi 15 menit plasenta belum keluar, ATAU jika terjadi
perdarahan masif, dilakukan maneuver untuk segera mengeluarkan
plasenta, dapat dengan cara :
1. tali pusat ditarik (tetapi banyak kepustakaan TIDAK
menganjurkan, karena dapat putus di dalam menyebabkan
perdarahan berat, dan dapat juga terjadi involusi uteri karena
dinding korpus uteri ikut tertarik ke luar akibat perlekatan
plasenta yang erat)
2. cara Crede : uterus dipijat pada fundus dengan tali pusat
ditegangkan
3. cara Brandt-Andrews : uterus ditekan di abdomen di daerah
fundus, kemudian di daerah suprasimfisis atau subumbilikal ke
arah kraniodorsal (arah tekanan membentuk sudut ke belakang /
vertebra dan ke atas /kepala) sambil tali pusat ditegangkan.
4. cara manual : satu tangan menegangkan tali pusat, tangan lain
masuk menyusur tali pusat ke dalam kavum uteri, mencari
insersi plasenta terhadap dinding uterus kemudian disisihkan
secara manual dan dikeluarkan keseluruhan.
Setelah plasenta keluar diperiksa :
1. ukuran, berat, bentuk, konsistensi, warna, kelengkapan massaplasenta
2. ada/tidak lobus asesorius, infark, perdarahan, tumor, nodul
3. tali pusat : panjang, insersi, jumlah pembuluh darah, trombosis,
lilitan / simpul, Whartons jelly
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
17/19
Jika dicurigai masih ada sisa dalam kavum uteri, dilakukan eksplorasi
lagi dengan manual untuk mengeluarkan sisanya. Sisa jaringan
plasenta atau selaput korioamnion dalam kavum uteri dapat menjadi
sumber perdarahan yang terbuka serta dapat mengganggu kontraksi
uterus yang optimal.
Jika curiga ada patologi tertentu pada plasenta : periksa patologi
anatomi (lab).
Prosedur:
1. Mengosongkan kandung kemih dengan kateter nelaton
atau kateter folley nomor 14-16
2. Melakukan pengamatan tanda pelepasan plasenta dengan
memperhatikan parameter sebagai berikut:
Perut ibu mengembung / cembung
Tali pusat menjulur sedikit
Keluar darah baru dari vagina
3. Apabila sudah didapat tanda pelepasan segera dilakukan
tes pelepasan plasenta dengan cara meregangkan tali pusat
dengan tangan kanan penolong, tangan kiri menhan fundus /
korpus uteri. Apabila tali pusat tidak tertarik ke dalam artinya
plasenta sudah lepas
4. Apabila palsenta telah lepas, plasenta dilahirkan dengan
cara menekan bagian fundus / korpus uteri ke arah bawah dan
kaudal oleh tangan kiri. Tali pusat ditarik secara wajar dengan
tangan kanan sampai tampak bagian plasenta. Kemudian tangan
kiri dipindahkan untuk menekan bagian suprasimfisis kearah
bawah sampai plasenta dan selaput lahir lengkap. Tangan kiritetap pada uterus
5. Tangan kiri segera melakukan pemijatan / masase uterus
sampai terasa adanya kontraksi uterus
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
18/19
6. Setelah kontraksi uterus baik, kedua tngan memeriksa
plasenta apakah ada kotiledon yang tertinggal atau ada tidaknya
kelainan plasenta
7. Penyuntikan oksitosin 10 unit intramuscular hanya
dilakukan apabila kontraksi uterus kurang baik
8. Apabila terdapat perdarahan dari luka episiotomi / robekan
perineum, diberikan dengan menggunakan klem arteri (untuk
perdrahan arteri) atau menekan dengan kasa steril / DTT (untuk
perdarahan vena)
9. Mengukur banyaknya darah yang keluar dengan
menggunakan gelas ukur
PIMPINAN PERSALINAN PADA KALA 4
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.
Jika terjadi perdarahan, rencanakan dan lakukan tindakan-tindakan
untuk berusaha menghentikan perdarahan segera :
1. injeksi metergometrin maleat (metergin) intramuskular
2. kompresi uterus bimanual (Eastman)
3. eksplorasi sisa plasenta / selaput janin dalam kavum uteri
4. eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir lainnya
5. luka episiotomi atau robekan jalan lahir lainnya dirawat
6. dapat juga dilakukan pemasangan tampon uterovaginal
7. jika perdarahan masif / tidak terkendali, pertimbangan untuk
operasi histerektomi (alternative TERAKHIR)
PENTING !!!
Luka episiotomi atau robekan jalan lahir lainnya dirawat dengan baik.
Jika terjadi ruptura perinei totalis (RPT), reparasi rektum dan muskulus
sfingter ani dilakukan lebih dulu, baru dilakukan reparasi vulva/vagina
dan perineum
7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
-
8/3/2019 Nita - Case 4 - Manajemen Persalinan
19/19
1. kontraksi uterus harus baik,
2. tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3. plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4. kandung kencing harus kosong,
5. luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6. resume keadaan umum bayi
7. resume keadaan umum ibu.
Yang terpenting adalah menjaga ibu dan bayi dalam keadaan yang
baik.