NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID...

106
i NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI KARYA R. Ng RANGGAWARSITA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh MISBAKHUL MUNIR NIM. 3103294 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID...

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI

KARYA R. Ng RANGGAWARSITA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MISBAKHUL MUNIR NIM. 3103294

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

ii

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

iii

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

iv

ABSTRAK Misbakhul Munir (NIM :3103294). Nilai-nilai Pendidikan Tauhid Dalam Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito.

Tauhid (pengesaan terhadap Allah SWT) merupakan hal yang paling mendasar dalam agama Islam, karena tauhid merupakan inti dari semua ajaran akidah maupun syari’ah Islam. Aplikasi dan Implementasi dari tauhid adalah akhlak. Maka terasa tepatlah ketika ada ayat “inna maa bu’itstu li utammia makarimal akhlaq”. Akhlak terpuji atau makarimal akhlak itu bisa terjadi atau terwujud andai ajaran tauhid itu sudah mampu tertanam dengan baik terhadap pribadi seseorang. Nilai-nilai pendidikan tauhid ini bisa ada dimana saja termasuk dalam cerita atau sastra.

Ronggowarsito atau Bagus Burhan adalah seorang pujangga terkenal dari Surakarta. Darah bangsawan dan seni memang mengalir dari keluarganya. Sebagai seorang pujangga ia terkenal hingga negeri Belanda. Selain ‘Serat Kalatidha” yang merupakan jangka atau ramalan mengenai ‘zaman edan’, banyak karya sastranya yang terkenal. Salah satu diantaranya adalah “serat wirid hidayat jati” yang telah penulis teliti nilai-nilai pendidikan tauhid di dalamnya.

Tentunya dalam melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu membedah serat wirid itu sendiri untuk kemudian dipilah dengan berbagai metode, diantara metode hermeneutika hingga penelusuran unsur intrinsik. Setelah itu dianalisis berbagai pendidikan tauhid yang ada dalam serat tersebut.

Setelah melakukan penelitian baru penulis ketahui bahwa Ronggowarsito dalam serat wirid yang berbentuk jarwa (prosa) ini, memakai dua sudut pandang (point of view) yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang pertama ini baru diketahui ketika ia memakai sandiasma (penyamaran nama) dalam candra sengkala : rong songga warga sinuta. Nama samaran yang dipakai dalam serat ini adalah Kiyahi Muhammad Sirollah Kedhung Kol.

Kemudian setelah dianalisis ternyata dalam serat ini Ronngowarsito menjabarkan dengan cukup jelas mengenai pendidikan tauhid, proses pengajarannya serta penejelasannya. Hampir rata-rata keterangan dari berbagai sumber kitab salaf. Sedang nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam serat ini adalah nilai pendidikan tauhid rububiyah, nilai pendidikan tauhid uluhiyah dan nilai asma’ dan sifat. Mengenai tapa-laku atau ritual-ritual dalam serat ini, meski penulis belum bisa menilai atau mengkategorikan manekung, lelaku atau wirid yang ada didalamnya sebagai pendidikan tauhid ubudiyah, tetapi manekung itu pada dasarnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

v

MOTTO

يمظع لظلم كرإن الش بالله ركشال ت ينا بي ظهعي وهو نهبان الإذ قال لقملقمان﴿و :13﴾

Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Al Luqman: 13)

)163: البقرة(م إله واحد ال إله إأل هو الرحمن الرحيم وإلهك Adapun Tuhanmu itu adalah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah : 163)

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

vi

PERSEMBAHAN

Dengan tidak mengurangi rasa syukurku kepada Allah swt, Tuhan sumber

segala muara esensi.

Kupersembahkan totalitas usaha, karya, dan buah pikiran Skripsi ini untuk:

Ayahanda M. Nurhadi & Ibunda Titik Sulastri tercinta, yang telah

memberikan motivasi dan mengorbankan segalanya demi kesuksesan ananda.

Robbighfir lii waaliwaalidayya warhamhuma kama Robbayaanii shoghiro

Saudara-saudaraku tersayang : Mbak Qiswatun Nuriyah (alm), Dinda Yuli

Nurrohmah dan keponakan tersayang Nur Muhammad Zawal al Falahi yang

telah memberikan semangat pada diriku untuk mencapai cita-cita.

Keluarga Kelompok Pekerja Teater beta. Kang Rofiurrutab, M.Si, Mbak

Istrokhah, S.Ag,

Teman- teman seperjuangan, Rois, Aisah, Taufiq, Ilham dan semua teman-

teman angkatan 2003 yang telah memberikan dorongan dan membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

Almamaterku, IAIN Walisongo Semarang,

Kampus yang berbasis, Diniyah, Ukhuwah dan Ilmiah.

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

vii

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 28 Juni 2010 Deklarator

Misbakhul Munir NIM. 3103294 (033111294)

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillâhilladzî nawwaranâ bi al’ilmi wa al’aqli. Segenap puja dan

puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, hidayah, dan bimbingan serta kekuatan lahir batin kepada diri

peneliti, sehingga skripsi ini yang merupakan hasil dari sebuah usaha ilmiah dan

proses akademik yang cukup panjang dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita

Nabi Agung Muhammad saw, sosok historis yang membawa proses transformasi

dari masa ”uncivilized” yang gelap gulita ke arah alam yang sangat terang

benderang dan berperadaban ini, juga kepada para keluarga, sahabat serta semua

pengikutnya yang setia disepanjang zaman.

Penelitian yang berjudul ”NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID

DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI KARYA RADEN NGABEHI

RONGGOWARSITO” ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang. Oleh karena itu, karya ilmiah ini merupakan kulminasi-

formal akademik yang sudah barang tentu tetap disertai akuntabilitas akademik

juga dan bukan hanya untuk memenuhi kewajiban akademik (scholar duty) an

sich tetapi juga sebagai media untuk memberikan wacana dan solusi dalam dunia

kependidikan.

Cukup terharu rasanya ketika penulis telah menyelesaikan proses

akademik dan penyusunan skripsi ini. Karena dengan media ini penulis telah

banyak belajar, berfikir, berimajinasi, mencurahkan segenap kemampuan dalam

hal pemikiran, kreativitas dan ketelitian untuk memenuhi kebutuhan curiosity

(rasa ingin tahu) penulis atas problematika hasil belajar peserta didik yang rendah

dalam mengarungi suatu setting pertempuran intelektualitas yang cukup

menantang sehingga dapat mencari dan menemukan identitas diri sebagai seorang

manusia yang dianugerahi akal oleh Sang Kholiq. Oleh karenanya, penulis

semakin sadar akan berbagai kelemahan, kebodohan dan keterbatasan yang ada

dalam diri penulis, ”wamâ ûtîtum min al’ilmi illa qalîlan”.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

ix

Dalam proses penyusunan penelitian tersebut, peneliti banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena

itu izinkan peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah

yang telah membantu peneliti sehingga karya sederhana ini bisa menjadi

kenyataan, bukan hanya angan dan keinginan semata. Peneliti ucapkan terima

kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. DR. H. Abdul Jamil, MA., Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Prof. DR. H. Ibnu Hadjar, M. ED., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo.

3. Ahmad Muthohar, M.Ag, Ketua Jurusan PAI.

4. Nasiruddin, M.Ag., Sekretaris Jurusan PAI.

5. Ahmad Muthohar, M.Ag., selaku Pembimbing I (Bidang Materi), yang

telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya serta dengan

tekun dan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Sajid Iskandar, S, M.Pd., selaku Pembimbing II (Bidang Metodologi),

yang juga telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya serta

dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Mufidah, M.Pd, selaku Wali Studi selama Penulis menuntut ilmu di IAIN

Walisongo Semarang.

8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan

pencerahan untuk selalu berpikir kritis-edukatif, transformatif-inovatif

dalam menggali ayat-ayat qauliyyah dan kauniyyah selama berada di

lingkungan Kampus IAIN Walisongo Semarang.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tak

terlupakan bantuannya, baik bantuan materiil maupun sprirtuil yang

langsung maupun tak langsung turut serta dalam penyelesaian penelitian

ini.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

x

Akhirnya, semoga segala bantuannya yang tidak ternilai ini mendapatkan

balasan dari Allah SWT dengan balasan yang sepantasnya, dan semoga penelitian

ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri.

Semarang, 28 Juni 2010

Penulis

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

DEKLARASI ................................................................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Penegasan Istilah ....................................................................... 5

C. Perumusan Masalah ................................................................... 7

D Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

E. Metodologi Penelitian ................................................................ 9

F. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................... 12

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN TAUHID

A. Pendidikan Tauhid ...................................................................... 14

B. Materi Pendidikan Tauhid ........................................................... 18

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid ......................................... 23

1. Dasar Pendididkan Tauhid .................................................... 23

2. Tujuan Pendidikan Tauhid .................................................... 26

D. Metode Pendidikan Tauhid ......................................................... 29

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

xii

BAB III : BIOGRAFI DAN KARYA SASTRA R.NG RANGAWARSITA

A. Biografi dan Karya-karya R. Ng. Ranggawarsita ....................... 33

B. Karya Sastra dan Tipologi Penulisan R. Ng. Ranggawarsita ...... 44

1. Karya Sastra R.NG Ranggawarsita .......................................... 44

2. Tipologi Tulisan R. NG Ranggawarsita ................................... 46

C. Posisi SWHJ dalam Sastra Jawa ................................................. 47

D. Isi SWHJ yang memuat Pendidikan Tauhid ............................... 50

BAB IV : NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID

HIDAYATJATI KARYA R. NG. RANGGAWARSITA

A. Muatan Pendidikan Tauhid dalam SWHJ Karya R. Ng.

Ranggawasita .............................................................................. 60

B. Nilai Pendidikan Tauhid dalam SWHJ ....................................... 79

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 88

B. Saran ............................................................................................ 89

C. Penutup ........................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia.

Agama muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan

sejarahnya. Maka memang tidak mudah mendefinisikan agama. Termasuk

mengelompokkan seseorang apakah ia terlibat dalam suatu agama atau tidak.

Agama (religion) dalam pengertian yang paling umum diartikan

sebagai sistem orientasi dan obyek pengabdian.1 Dalam pengertian ini semua

orang adalah makhluk religius, karena tak seorang pun dapat hidup tanpa

sistem yang mengaturnya dan tetap dalam kondisi sehat. Kebudayaan yang

berkembang adalah produk dari tingkah laku keberagamaan manusia.

Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu:

1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan

supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.

2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan

dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau

pengakuan dan ketundukannya.

3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya

atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.2

Dalam agama Islam keyakinan (credial) seseorang dijelaskan aturannya

dalam syahadat (kesaksian) dan rukun iman. Kemudian peribadatan (ritual)

dijelaskan aturannya dalam rukun islam. Sedangkan nilai-nilai keislamannya

diaplikasikan dan diimplementasikan dalam akhlak. Kebulatan dari ketiganya

disebut ihsan, dimana seseorang seperti merasa dapat melihat Allah atau

merasa selalu dilihat (diawasi) oleh Allah.

Manusia yang percaya kepada keberadaan Tuhan Yang Maha Esa,

akan selalu merasa dekat dan dilindungi oleh Tuhannya. Mereka yakin bahwa

1 Departemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, (2002), hlm.30

2 Ibid, hlm.31

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

2

tidak ada daya upaya dan kekuatan yang akan mempengaruhi kecuali hanya

Tuhan semata. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu disebut

tauhid,3 Namun banyak anggota masyarakat belum memahami secara

mendalam tentang tauhid, mereka hanya mengetahui tauhid sebatas

pengakuan dan ucapan yang diwujudkan dalam bentuk penyembahan dan

ritual. Padahal kepercayaan manusia kepada Yang Maha Esa itu berkembang

sesuai dengan perkembangan pikiran dan peradaban manusia itu sendiri.

Kepercayaan tentang adanya Tuhan yang amat mendalam dan sangat penting

adalah tidak terdapat dalam kalangan orang-orang biasa.

Keyakinan tentang adanya Tuhan tidak merupakan hasil pikiran

seorang pujangga, akan tetapi merupakan hasil dari pengalaman bertahun-

tahun ketika manusia berjuang melampaui kegelapan spiritisme dan politisme

sampai pada tingkatan yang tertinggi.4 Untuk mencapai ke tingkatan yang

lebih tinggi ini, manusia terlebih dahulu melalui proses pendidikan yaitu

seorang guru terlebih dahulu memberikan ajaran agama kepada murid

terutama tentang ketauhidan.

Hal itu sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah saw, yang

menanamkan akidah tauhid ke dalam jiwa umatnya dengan menundukkan

pandangan, mengarahkan pikiran, membangkitkan rasio dan mengingatkan

perilaku. Rasulullah saw. mereformasi dan menganjurkan penanaman akidah

tauhid dengan pendidikan dan mengembangkannya sehingga dapat

mengantarkan pada puncak kesuksesan, dapat memalingkan umat dari

menyembah berhala dan syirik pada akidah tauhid.5

Esensi peradaban Islam adalah Islam itu sendiri dan esensi Islam

adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, yaitu tindakan yang menegaskan bahwa

Allah sebagai Yang Maha Esa, Pencipta yang mutlak dan transenden,

Penguasa segala yang ada.6 Dengan demikian, masalah pendidikan tauhid

3 Zainuddin, Ilmu Tauhid lengkap, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hlm. 3. 4 Dikutip dari bukunya M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1998), hlm. 32. 5 Sayid Sabiq, Akidah Islam : Suatu Kajian yang Memposisikan Akal sebagai Mitra

Wahyu, (Surabaya: Al Ikhlas, 1996), hlm. 36. 6 Ismail Raji Al Faruqi, Tauhid, (Bandung: Pustaka, 1995), hlm. 16.

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

3

dalam Islam mendapat perhatian utama dan menjadi tugas terpenting para

rasul. Tauhid itu sebagai misi yang dibawa oleh seluruh para Nabi Allah swt.

untuk disampaikan kepada umatnya, kemudian misi tersebut dilanjutkan oleh

para pewaris nabi (ulama) hingga sampai ke Indonesia, antara lain pulau Jawa,

dan pelopornya antara lain Wali Sanga. Dalam sejarah penyebaran agama di

Jawa, Islam mengalami perkembangan yang cukup unik.

Suatu hal yang sangat menarik ditinjau dari sudut agama adalah

pandangan yang bersifat sinkretis yang mempengaruhi watak dari kebudayaan

dan kepustakaan Jawa. Dan kepustakaan Jawa sendiri terbagi menjadi dua

bagian, yaitu kepustakaan Islam santri dan kepustakaan Islam kejawen.7Salah

satu kepustakaan Islam kejawen yang dimaksud ialah Serat Wirid Hidayat

Jati, yang untuk selanjutnya disingkat SWHJ. Karya sastra tersebut berisi

ajaran ketauhidan (ilmu kemakrifatan) yang bersumber dari riwayatnya

wiradat, ajaran wali di pulau Jawa. SWHJ merupakan salah satu karya sastra

yang berbentuk prosa, yang disusun oleh R. Ng. Ranggawarsita, seorang

pujangga Jawa Muslim, yang hidup dan berkarya pada pertengahan abad ke-

19.8 Karya sastra ini dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, karena karya

sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu berkaitan dengan

kehidupan masyarakat, norma-norma dan adat istiadat zaman itu.9

Pengarang menggubah karyanya selaku anggota masyarakat sekaligus

menyapa pembaca yang sama-sama merupakan anggota masyarakat tersebut.

Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat, biasanya bertolak dari frase,

menurut De Bonald bahwa “literature is an expression of society “.10

Karya sastra yang unggul, kerap kali dipandang sebagai cerminan

hidup masyarakat. Karya sastra tersebut dapat sampai kepada pembaca lewat

perjalanan yang panjang dari generasi ke generasi. Hubungan sangat kuat

antara karya sastra, pengarang dan pembaca telah membentuk ketiganya

7 Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita, (Jakarta: Univesitas

Indonesia Press, 1988), hlm. 2. 8 Ibid., hlm. 37. 9 Zulfahnur Z. F., dkk., Teori Sastra, (Jakarta: Depdikbud, 1998), hlm. 21. 10 Rene Wellek and Austin Warren, Theory of Literature, (New Zealand: Penguin Book,

1973), hlm. 95

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

4

menjadi satu kesatuan yang saling terkait dalam kehadirannya di jagad sastra.

Sebagai hasil karya seorang pujangga, kehadirannya tidak bisa lepas dari

fungsi penyaluran ide pribadi pengarangnya. Bagi masyarakat pembaca, karya

sastra juga mempengaruhi pola tingkah laku mereka karena karya sastra

mengandung unsur pendidikan dan ajaran yang bisa dianut.11

R. Ng. Ranggawarsita telah mampu membawa perubahan besar pada

peta kesusastraan Jawa pada masa itu. Bahkan melalui karya-karyanya,

akhirnya beliau mampu menciptakan suatu garis anutan bagi pembentukan

watak pribadi suatu pola perilaku masyarakat Jawa secara luas. Ini bisa

dipelajari melalui tulisan-tulisannya. Di antara karya sastranya yang paling

terkenal hingga sekarang serat wirid hidayat jati.12 Serat inilah yang akan

dibahas oleh peneliti karena isinya mengandung nilai pendidikan tauhid.

Pujangga tersebut dalam menyusun karya sastra berupa SWHJ,

memuat ajaran Islam dan tradisi budaya Jawa sehingga menimbulkan

persinggungan antara nilai Islam dan nilai budaya Jawa. Persinggungan Islam-

Jawa menjadi persoalan pelik dan telah menghasilkan sejumlah pemikiran

yang patut dijadikan pertimbangan awal.

Menurut Mark R. Wooward, Islam mengalami keberhasilan yang

sempurna di Jawa karena Islam merupakan kekuatan dominan dalam ritus dan

kepercayaan orang Jawa. Pertemuan Islam dan Jawa secara stereotype

(berpandangan sebelah saja) digambarkan berjalan amat damai dan mulus.

Islam yang universal dan Jawa yang akomodatif dianggap sebagai pilar

penyangga utamanya.13

Sejarah Islam-Jawa tidak sekedar soal konversi (peralihan bentuk), tapi

juga soal penegakan Islam sebagai agama kerajaan, suatu proses yang

11 Zulfahnur Z. F., dkk., op. cit., hlm. 12. 12 Adapaun serat atau karya R. Ngabehi Ronggowarsito yang lain diantaranya:

Pustakaradja (memuat cerita wayang Mahabarata), Tjemporet (cerita roman yang bahasanya indah), Kalatidha (yang terkenal dengan gambaran zaman edan), Jaka Lodhang (berisi ramalan tentang datangnya zaman baik atau bisa ditafsiri sebagai ramalan akan datangnya kemerdekaan negara Indonesia), Sabda tama (ramalan tentang sifat zaman makmur dan tingkah laku manusia yang loba tamak), Sabdajati (berisi tentang ramalan zaman hingga sang pujangga minta diri untuk memenuhi panggilan Tuhan), lihat R. M. Ng. Poerbatjaraka, Kapustakan Djawi, (Jakarta: Djambatan, 1954), hlm. 163.

13 Mark R. Woodward, Islam Jawa, (Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 4.

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

5

mengakibatkan penghancuran banyak kebudayaan Hindu-Budha dan

subordinasi ulama atas kekuasaan keraton. Proses formulasi kerajaan Islam

menguasai kehidupan keagamaan di Jawa sangat kompleks. Dalam kaitan itu

R. Ng. Ranggawarsita melalui karya-karyanya terutama SWHJ yang telah

menunjukkan hasil pendidikan yang ditempuhnya dengan ketajaman nalar dan

wawasannya.

Sebagai contoh dalam SWHJ terdapat suluk dan wedharan dari para

wali, ada ajaran tentang “wisikan ananing dat”.14 Ini merupakan pengenalan

terhadap Tuhan (Allah SWT), yang merupakan ajaran awal untuk melakukan

persaksian. Kemudian dalam “panetep iman” diajarkan pembacaan syahadat

(kesaksian) tetapi dalam bahasa jawa, yang syahadat atau persaksian itu

merupakan tanda seseorang masuk Islam dan merupakan awal seorang muslim

dikenakan hukum taklif. Selain itu pula diterangkan tata cara pelaksanaan

peribadatan yang meski agak terkesan kejawen tetapi tidak menyalahi syarat-

rukun yang ada dalam aturan Islam.

B. Penegasan Istilah

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah yang akan peneliti

kemukakan dan agar tidak terjadi perbedaan persepsi perlu dijelaskan dan

ditegaskan maksud serta batasan-batasan istilah yang digunakan. Adapun

istilah-istilah yang perlu ditegaskan pengertiannya di sini adalah sebagai

berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan tauhid

Pendidikan tauhid mempunyai arti suatu proses bimbingan untuk

mengembangkan dan memantapkan kemampuan manusia dalam mengenal

keesaan Allah. Pendidikan tauhid yang berarti membimbing atau

mengembangkan potensi (fitrah) manusia dalam mengenal Allah ini,

14 Selain itu ada juga wedharan wahananing dat, gelaran kahananing dat, panetep iman

dlsb, lihat Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita, (Jakarta: Univesitas Indonesia Press, 1988), hlm. 174-175.

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

6

menurut pendapat Chabib Thoha, “supaya siswa dapat memiliki dan

meningkatkan terus-menerus nilai iman dan taqwa kepada Allah Yang

Maha Esa sehingga pemilikan dan peningkatan nilai tersebut dapat

menjiwai tumbuhnya nilai kemanusiaan yang luhur”.15

Dengan kata-kata lain pendidikan tauhid adalah usaha mengubah

tingkah laku manusia berdasarkan ajaran tauhid dalam kehidupan melalui

bimbingan, pengajaran dan pelatihan dengan dilandasi oleh keyakinan

kepada Allah semata.

Dengan pendidikan tauhid, manusia akan menjadi manusia hamba

bukan manusia yang dehumanis, kemudian timbul rasa saling mengasihi,

menolong, memberikan hartanya yang lebih kepada mereka yang

membutuhkan, selalu waspada terhadap tipu daya dunia dan manusia

zalim, dapat belaku sederhana (zuhud) dan hati yang wara.16

Jadi nilai-nilai pendidikan tauhid adalah nilai atau esensi

ketauhidan (ke-Esaan), aplikasi dan implementasinya yang dapat diambil

dari suatu kajian dan ditransformasikan sebagai bahan pengajaran dan

pendidikan.

Nilai-nilai pendidikan tauhid adalah nilai atau esensi ketauhidan

(ke-Esaan), aplikasi dan implementasinya yang dapat diambil dari suatu

kajian dan ditransformasikan sebagai bahan pengajaran dan pendidikan.

2. Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito

15 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1996),hlm. 62 16 Pengalaman ketauhidan yang tercermin pada diri manusia disebabkan seseorang telah

mengetahui dan menginsafi kebenaran kedudukan Allah, menyadari akan keagungan dan kebesaran-Nya sehingga dari sini segala apa yang dilakukan akan mengarahkasn tujuan pandangannya ke arah yang baik dan benar. Buah mengenal (ma’rifat) akan adanya Allah ini, di antaranya akan tersimpul dalam bentuk sikap sebagai berikut : a. Adanya perasaan merdeka dalam jiwa dari kekuasaan orang lain b. Adanya jiwa yang berani dan ingin terus maju membela kebenaran c. Adanya sikap yakin, bahwa hanya Allahlah yang Maha Kuasa memberi rizki d. Dapat menimbulkan kekuatan moral pada manusia (kekuatan Maknawiah) yang dapat

menghubungkan manusia dengan sumber kebaikan dan kesempurnaan (Allah) e. Adanya ketetapan hati dan ketenangan jiwa. f. Allah memberikan kehidupan sejahtera kepada orang mukmin di dunia, lihat Sayyid Sabiq,

Aqidah Islam, terj. Moh. Abdul Rahtomy, (Bandung : Diponegoro, 1996), hlm. 133-13

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

7

Serat adalah sebutan sebuah kitab kapustakaan Jawa, dan wirid

ialah amalan ibadah yang dijalankan secara terus menerus untuk

menyongsong datangnya anugerah Tuhan. Sedangkan kata hidayat berasal

dari bahasa Arab berarti petunjuk dan kata Jati dalam bahasa Jawa berarti

temen atau benar (nyata). Jadi wirid hidayat jati berarti amalan petunjuk

yang sebenarnya.17

Jadi serat wirid hidayat jati berarti amalan petunjuk yang

sebenarnya.18 Serat ini adalah karangan R. Ng. Ranggawarsita. Isinya

membicarakan masalah kajian makrifat, yakni pandangan terhadap sifat

Tuhan. Ajaran Hidayat Jati ini menerangkan tingkatan ilmu makrifat,

bersumber dari riwayatnya wiradat, ajaran para wali di pulau Jawa.19

Karena nama Ranggawarsito adalah nama pemangku jabatan di

bawah tumenggung yang turun temurun, maka perlu peneliti jelaskan

bahwa yang dimaksud disini adalah Ranggawarsito III. Karena

Ronggowarsito I adalah Yasadipuro II (kakek dari Ronggowarsito III), dan

Ronggowarsito II adalah Suradimejo yang notabenenya adalah ayah dari

Ronggowarsito III.

Jadi yang dimaksud dengan Nilai Pendidikan Tauhid dalam SWHJ

Karya R. Ng. Ranggawarsita di sini ialah hakikat suatu hal yang pantas

diambil dari inti ajaran dengan upaya yang keras dan bersungguh-sungguh

dalam mengembangkan, mengarahkan, membimbing akal pikiran, jiwa,

qalbu dan ruh kepada pengenalan dan cinta kepada Allah dan

melenyapkan segala sifat, af’al, asma dan zat yang negatif dengan positif

serta mengekalkannya dalam suatu kondisi dan ruang.

C. Perumusan Masalah

Langkah selanjutnya setelah penegasan istilah adalah perumusan

pokok permasalahan yang akan dikaji. Menurut Suharsimi Arikunto,

17 Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita, (Jakarta: Univesitas Indonesia Press, 1988), hlm. 277.

18 Ibid 19 R. Ng. Ronggowarsito Wirid Hidayat Jati, (Semarang: Dahara Prize, 1974), hlm. 3.

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

8

“permasalahan yang paling baik apabila permasalahan itu datang dari diri

sendiri, karena hal itu didorong oleh adanya kebutuhan untuk memperoleh

jawabannya”.20 Pokok permasalahan pengkajian dalam hal ini sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan tauhid?

2. Bagaimana isi kitab SWHJ karya R. Ng. Ranggawarsita?

3. Unsur atau aspek pendidikan tauhid apa saja yang mungkin terdapat dalam

SWHJ karya R. Ngabehi Ronggowarsito?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan yang

hendak diperoleh dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan tauhid.

b. Untuk mengetahui isi kitab dalam SWHJ karya R. Ng. Ranggawarsita.

c. Untuk mengetahui nilai, unsur atau aspek pendidikan tauhid apa saja

yang mungkin terdapat dalam SWHJ karya R. Ng. Ranggawarsita.

2. Manfaat

Setelah lingkup masalah berhasil dirumuskan, maka pada

hakikatnya peneliti telah mengajukan inti dari tujuan penelitian yang akan

dilakukan dalam penelitian.

Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari

tujuan penelitian. Apabila peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan

memperoleh hasil, ia diharapkan dapat menyumbangkan hasil itu kepada

negara, atau khususnya kepada bidang yang sedang diteliti.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi/acuan yang

dapat dijadikan wacana bagi pendidik dalam menyampaikan materi

pendidikan agama Islam khususnya dalam masalah ketauhidan.

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), hlm. 22.

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

9

b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai wacana untuk lebih

mendalami pengetahuan tentang akulturasi dan sinkretisme antara

Islam dan Jawa.

c. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai wacana agar para

pembaca tidak mengalami keterjebakan pemahaman tentang Islam-

Kejawen.

d. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar bagi

pelaksanaan penelitian lebih lanjut.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan

pendekatan pustaka (library research), yaitu suatu pendekatan yang

mengkaji serta mengggunakan literature sebagai bahan acuan dan rujukan

dalam mengelola data.21 Penelitian kualitatif ini sebagai prosedur penilaian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

seseorang yang dapat diamati.22 Dalam hal ini objeknya adalah pemikiran

tauhid yang terkandung dalam SWHJ karya Pujangga R. Ng.

Ranggawarsita.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi

pustaka. Dalam tahapan ini, peneliti berusaha menyeleksi data-data (buku)

yang ada relevansinya dengan pendidikan tauhid dan SWHJ karya R.Ng.

Ranggawarsita.

a. Sumber Data Primer, yaitu data yang sangat mendukung dan pokok

dalam penelitian. Dalam hal ini, peneliti menggunakan Transkripsi

SWHJ karya R. Ng. Ranggawarsita di beberapa museum

21 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajahmada

University Press, 1999), hlm. 23 22 Sudarto M. Hum., Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Grafindo Persada, 1997),

hlm. 62

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

10

(Radyapustaka dan Reksacipta di Surakarta dan museum

Ronggowarsito di Semarang). Serta membandingkannya dengan Serat

Wirid Hidayat Jati yang telah diterbitkan oleh beberapa penerbit lain.

b. Sumber Data Sekunder, yaitu data yang berorientasi pada data yang

mendukung secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan

dengan subjek penelitian.23 Data sekunder yang dimaksud dalam hal

ini adalah salinan naskah SWHJ terbitan Administrasi Jawi kandha

Surakarta yang telah dikutip dan dialihbahasakan oleh Simuh dalam

karyanya yang berjudul “Mistik Islam Kejawen R. Ng.

Ranggawarsita”, Hidayat Jati Kawedhar Sinartan Wawasan Islam

disusun oleh R. Ng. Honggopradoto dkk, Pengaruh Islam dalam

Karya-karya R. Ng. Ranggawarsita disusun oleh Dhanu Priyo

Prabowo, Pujangga Ranggawarsita disusun oleh Kamajaya, Babad

Cariyos Lelampahanipun Suwargi R. Ng. Ranggawarsita disusun oleh

Komite Ranggawarsita, Paramayoga Ranggawarsita : Mitos Asal Usul

Manusia Jawa diterjemahkan oleh Otto Sukatno Cr, Filsafat Jawa

disusun oleh Abdullah Ciptoprawiro, R. Ng. Ranggawarsita Apa yang

Terjadi disusun oleh Anjar Any, Kapustakan Djawi disusun oleh R. M.

Ng. Poerbatjaraka, Pendidikan Ketuhanan dalam Islam disusun oleh

Hamdani, Risalah At Tauhid disusun oleh Syekh Muhammad Abduh,

dan referensi lain yang berkaitan.

3. Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan Metode

a. Hermeneutika

Hermeneutika diartikan sebagai proses mengubah sesuatu dari

situasi ketidaktahuan menjadi mengerti, secara harfiah dapat diartikan

sebagai penafsiran atau interpretasi. Karya tokoh diselami untuk

23 Saifudin Anwar, MA., Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 1998),

hlm. 91

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

11

menangkap arti dan suasana yang dimaksudkan tokoh secara khas.24

Langkah metode ini adalah sebagai berikut.

1) Hermeneutika teks.

Menerjemahkan atau meneliti kembali teks SWHJ baik

yang berupa bahasa jawa (teks asli), translitan SWHJ maupun

terjemahan SWHJ dalam bahasa Indonesia.

2) Hermeneutika reader.

Melakukan telaah dan studi terhadap pembacaan-

pembacaan SWHJ, antara pembacaan SWHJ masa dulu dan

sekarang.

3) Hermeneutika realita

Melakukan telaah terhadap realita (sosiokultur,

keberagaman dan suasana politik) masa dulu (semasa hidup sang

pujangga) dan realita masa sekarang.25

Semua langkah-langkah ini dimaksud untuk melakukan

interpretasi guna menangkap arti, nilai dan maksud pendidikan tauhid

yang terkandung dalam SWHJ.

b. Analisis Sintesis

Metode ini berarti “cara penanganan terhadap objek ilmiah

tertentu dengan jalan menggabungkan pengertian yang satu dengan

pengertian lain, yang pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang

sifatnya baru”.26

Dengan metode ini akan dilakukan analisis tentang SWHJ yang

mengajarkan ilmu kasampurnan yang dengan menggabungkan

konseps ilmu kasampurnan menurut beberapa penulis muslim lain.

c. Content Analysis

Maksudnya ialah “penelitian yang dilakukan terhadap

informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara,

24 Sudarto M. Hum., op.cit., hlm. 84. 25 Dikutip dari seni menerjemahkan karya A. Widyamartaya, hlm. 20 26Sudarto M. Hum., op.cit.,., hlm. 61.

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

12

tulisan dan lain-lain”.27 Dengan metode ini akan dilakukan analisis

data dan pengolahan secara ilmiah tentang isi tulisan dalam SWHJ

tersebut.

d. Intrinsik

Metode penelitian sastra ini bertolak dari interpretasi dan

analisis karya sastra itu sendiri.28 Maksudnya penelitian tersebut

dilakukan terhadap sebuah karya sastra dalam hal ini SWHJ yang

dilihat dari unsur dalamnya dengan cara telaah, kritik dan penilaian

terhadap karya sastra. Dalam hal ini tema yang diusung, amanat (pesan

moral), penokohan, alur atau plot, setting termasuk gaya bahasa dari

SWHJ juga diteliti agar tidak terjadi missinterpretasi dalam pengkajian

lebih lanjut.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan pencarian dan penelaahan pokok-pokok masalah

yang akan dibahas, sistematika penulisan skripsi sangat diperlukan.

Sistematika di sini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang menjadi isi

pembahasan skripsi ini.

Penulisan sistematika skripsi adalah suatu cara untuk menyusun dan

mengolah hasil penelitian dari data-data dan bahan-bahan yang disusun

menurut urutan tertentu sehingga menjadi kerangka skripsi. Skripsi ini terdiri

dari tiga bagian besar yang merupakan rangkaian dari beberapa bab. Ketiga

bagian besar tersebut adalah sebagai berikut.

1. BAGIAN MUKA

Pada bagian ini memuat : Halaman Judul, Halaman Nota

Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Motto, Halaman

Persembahan, Halaman Kata Pengantar, Abtraksi dan Daftar isi.

27 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Bina Aksara, 2000), hlm. 321. 28 Rene Wellek and Austin Warren, Theory of Literature, terj. Melani Budianta, Teori

Kesusastraan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 157.

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

13

2. BAGIAN ISI

Bagian ini memuat beberapa bab sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan

Bab ini memuat : Latar Belakang Masalah, Alasan Pemilihan

Judul, Penegasan Istilah, Permasalahan Penelitian, Tujuan

Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penelitian untuk

Skripsi.

BAB II : Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Tauhid

Bab ini membahas Pendidikan Tauhid meliputi: Pengertian

Pendidikan Tauhid, Materi Pendidikan Tauhid, Dasar dan Tujuan

Pendidikan Tauhid, Pentingnya Pendidikan Tauhid.

BAB III: Biografi dan Karya R. Ng. Ranggawarsita

Bab ini membahas tentang : Biografi R. Ng. Ranggawarsita,

Beberapa Karya Sastra dan Tipologi Penulisan R. Ng.

Ranggawarsita, Posisi SWHJ dalam Sastra Jawa dan Isi SWHJ

yang Memuat Pendidikan Tauhid

BAB IV : Analisis Pendidikan Tauhid

Bab ini membahas muatan pendidikan tauhid dalam SWHJ dan

Nilai Pendidikan Tauhid yang terkandung dalam SWHJ karya R.

Ng. Ranggawarsita.

BAB V: Penutup

Bab ini berisi Simpulan, Saran-saran dan Penutup.

3. BAGIAN AKHIR

Pada bagian ini memuat : Daftar pustaka, Lampiran-lampiran dan

Daftar Riwayat Hidup Penyusun.

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN TAUHID

A. Pendidikan Tauhid

1. Pengertian Pendidikan Tauhid

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan

manusia. Dengan pendidikan itulah manusia dapat maju dan berkembang

dengan baik, melahirkan kebudayaan dan peradaban positif yang

membawa kebahagian dan kesejateraan hidup mereka. Hal ini disebabkan

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi pula

tingkat kebudayaan dan peradabannya. Kata pendidikan berasal dari kata

dasar didik atau mendidik, yang secara harfiah berarti memelihara dan

memberi latihan.29

Dalam bahasa Arab kata pendidikan juga berasal dari kata

rabba-yurabbi-tarbiyatan, berarti mendidik, mengasuh dan memelihara.30

Bahasa Arab pendidikan juga sering diambilkan dari kata ‘allama dan

addaba. Kata allama berarti mengajar (menyampaikan pengetahuan),

memberitahu, mendidik. sedang kata addaba lebih menekankan pada

melatih, memperbaiki, penyempurnaan akhlak (sopan santun) dan berbudi

baik.31 Namun kedua kata tersebut jarang digunakan untuk

diterapkan sebagai wakil dari kata pendidikan, sebab pendidikan itu harus

mencakup keseluruhan, baik aspek intelektual, moralitas atau

psikomotorik dan afektif.

Dengan demikian, ada tiga istilah pendidikan dalam konteks Islam

yang digunakan untuk mewakili kata pendidikan, yaitu tarbiyah,

ta’lim dan ta’dib. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, kata tarbiyah

dipandang tepat untuk mewakili kata pendidikan, karena kata tarbiyah

29 Muhibin Syah, M. Ed., Psikologi Pendidikan, Editor : Anang Solihin Wardan, PT.

Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm 32. 30 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Yogyakarta : PP. Al Munawwir,

1989), hlm. 504 31 Ibid. hlm. 461 dan 1526

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

15

mengandung arti memelihara, mengasuh dan mendidik yang ke

dalamnya sudah termasuk makna mengajar atau ‘allama dan

menanamkan budi pekerti (addab).32

Walaupun demikian, baik tarbiyah, ta’lim dan ta’dib, semua

merujuk kepada Allah. Tarbiyah ditengarai sebagai kata bentukan dari kata

Rabb, yang mengacu kepada Allah sebagai Rabbal ‘alamiin. Ta’lim yang

berasal dari kata ‘allama, juga menuju kepada Allah sebagai Zat

Yang Maha Alim. Selanjutnya kata ta’dib memperjelas bahwa sumber

utamapendidikan adalah Allah.

Dalam Kamus Pendidikan, kata pendidikan diartikan sebagai

“upaya membantu peserta didik untuk mengembangkan dan

meningkatkan pengetahuan, kecakapan, nilai, sikap dan pola tingkah

laku yang berguna bagi hidupnya”.33

Dalam kitab At Tarbiyah wa Thariq At Tadris dijelaskan bahwa

اذن فالتربية .الفرد حلياة وتسيطر توجه اىل املختلفة املؤثرات هي التربية إن 34 معيشتنا لطريقة تشكيل او للحياة توجيه

Pendidikan adalah berbagai macam pengaruh guna menghadapi hidup seseorang. Jadi pendidikan berarti menyongsong kehidupan atau pembentukan pola hidup seseorang.

Adapun arti pendidikan menurut Al Ghazali yaitu

Proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna.35

32 Abdul Halim (ed.), Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 25 33 St. Vembriarto, dkk., Kamus Pendidikan, (Jakarta : Grasindo, 1994), hlm. 47 34 Shaleh Abdul Aziz, At Tarbiyyah wa Thariq At Tadris, (Lebanon : Daarul Ma’arif,

1979), hlm. 13 35 Dikutip dalam karya Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 56

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

16

Pengertian pendidikan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal 1, ayat 1, dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.36

dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pada hakikatnya pendidikan

adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan pertumbuhan

dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) atau potensi manusia agar

berkembang sampai titik maksimal sesuai dengan tujuan yang dicita-

citakan.

Kata tauhid berasal dari kata kerja wahhada, yang berarti

“mengesakan, menyatakan atau mengakui Yang Maha Esa”.37 Maksudnya

ialah keyakinan atau pengakuan terhadap keesaan Allah, Zat Yang Maha

Mutlak.

Tauhid menurut pendapat Muhammad Abduh adalah “asal makna

tauhid ialah meyakini bahwa Allah adalah satu, tidak ada syarikat bagi-

Nya”.38 Keyakinan tentang satu atau Esanya Zat Allah, tidak hanya

percaya bahwa Allah ada, yang menciptakan seluruh alam semesta beserta

pengaturannya, tetapi haruslah percaya kepada Allah dengan segala

ketentuan tentang Allah meliputi Sifat, Asma dan af’al-Nya”.39

Dengan demikian, tauhid adalah suatu bentuk pengakuan dan

penegasan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Zat Yang Maha

Suci yang meliputi sifat, asma dan af’al-Nya.

36 UU RI. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tahun 2003, hlm. 3 37 Ahmad Warson Munawwir, op. cit., hlm. 164 38 Syekh Muhammad Abduh, Risalah At Tauhid, terj. H. Firdaus A. N., (Jakarta : Bulan

Bintang, 1992), hlm. 3 39 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm. 1

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

17

Secara sederhana pendidikan tauhid mempunyai arti suatu proses

bimbingan untuk mengembangkan dan memantapkan kemampuan

manusia dalam mengenal keesaan Allah. Menurut Hamdani pendidikan

tauhid yang dimaksud di sini ialah suatu upaya yang keras dan

bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan, membimbing

akal pikiran, jiwa, qalbu dan ruh kepada pengenalan (ma’rifat) dan cinta

(mahabbah) kepada Allah SWT; dan melenyapkan segala sifat, af’al,

asma dan dzat yang negatif dengan yang positif (fana’fillah) serta

mengekalkannya dalam suatu kondisi dan ruang (baqa’billah).40

Pendidikan yang dimaksud ialah agar manusia dapat

memfungsikan instrumen-instrumen yang dipinjamkan Allah kepadanya,

akal pikiran menjadi brilian di dalam memecahkan rahasia ciptaan-Nya,

hati mampu menampilkan hakikat dari rahasia itu dan fisik pun menjadi

indah penampilannya dengan menampakkan hak-hak-Nya.41

Pendidikan tauhid yang berarti membimbing atau mengembangkan

potensi (fitrah) manusia dalam mengenal Allah. Chabib Thoha

berpendapat, “supaya siswa dapat memiliki dan meningkatkan terus-

menerus nilai iman dan taqwa kepada Allah Yang Maha Esa sehingga

pemilikan dan peningkatan nilai tersebut dapat menjiwai tumbuhnya nilai

kemanusiaan yang luhur”.42

Dengan pendidikan tauhid ini, manusia akan menjadi manusia

hamba bukan manusia yang dehumanis, kemudian timbul rasa saling

mengasihi, menolong, memberikan hartanya yang lebih kepada mereka

yang membutuhkan, selalu waspada terhadap tipu daya dunia dan manusia

zalim, dapat belaku sederhana (zuhud) dan hati yang wara.

Dengan demikian pendidikan tauhid mempunyai makna yang dapat

kita pahami sebagai upaya untuk menampakkan atau mengaktualisasikan

40 M. Hamdani B. DZ, Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, (Surakarta : Muhammadiyah

University Press, 2001), hlm. 10 41 Ibid., hlm. 10 42 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1996),hlm. 62

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

18

potensi laten yang dimiliki oleh setiap manusia, yang dalam bahasa

Islamnya potensi laten ini disebut dengan fitrah beragama. Oleh sebab itu

pendidikan tauhid lebih diarahkan pada pengembangan fitrah

keberagamaan seseorang sebagai manusia tauhid. Dengan kata lain

pendidikan tauhid adalah usaha mengubah tingkah laku manusia

berdasarkan ajaran tauhid dalam kehidupan melalui bimbingan, pengajaran

dan pelatihan dengan dilandasi oleh keyakinan kepada Allah semata.

Hal ini sesuai dengan karakteristik ajaran Islam sendiri yaitu,

mengesakan Allah dan menyerahkan diri kepada-Nya. Allahlah yang

mengatur hidup dan kehidupan umat manusia dan seluruh alam. Dialah

yang berhak ditaati dan dimintai pertolongan-Nya.43

B. Materi Pendidikan Tauhid

Islam adalah agama wahdaniyah, yang meliputi beberapa agama

samawi. Islam mendokumentasikan ajarannya dalam Al Qur’an, dan tauhid

merupakan dasar dari beberapa agama samawi, seperti agama yang dibawa

Nabi Ibrahim dan Nabi lainnya yang menegakkan ajaran tauhid.44

Ajaran tauhid bukanlah monopoli ajaran Nabi Muhammad akan tetapi

ajaran tauhid ini merupakan prinsip dasar dari semua ajaran agama samawi.

Para nabi dan rasul diutus oleh Allah untuk menyeru kepada pengesaan Allah

dan meninggalkan dalam penyembahan selain Allah. Walaupun semua nabi

dan rasul membawa ajaran tauhid, namun ada perbedaan dalam hal pemaparan

tentang prinsip-prinsip tauhid. Hal ini dikarenakan tingkat kedewasaan

berfikir masing-masing umat berbeda sehingga Allah menyesuaikan tuntunan

yang dianugrahkan kepada para nabi- Nya sesuai dengan tingkat kedewasaan

berfikir umat tersebut.45

Pemaparan tauhid mencapai puncaknya ketika Nabi Muhammad.

diutus untuk melanjutkan perjuangan nabi sebelumnya. Pada masa itu uraian

43 Zaky Mubarok Latif, dkk., Akidah Islam, UI Press, Yogyakarta, 1998, hlm. 80 44 Syekh Muhammad Abu Zahra, Al ‘Aqidah Al Islamiyyah, (ttp : ‘Udhwal Majmu’,

1969), hlm. 18 45 M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996), hlm. 19

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

19

tentang Tuhan dimulai dengan pengenalan perbuatan dan sifat Tuhan yang

terlihat dari wahyu pertama turun,46 yaitu yang diawali dengan kata

iqra’(bacalah).

Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai tauhid dalam pendidikan model

Islam merupakan masalah pertama dan utama yang dikedepankan sehingga

semua orientasi proses pendidikan akhirnya akan bermuara pada pengakuan

akan kebesaran Allah. Adapun Materi pendidikan tauhid yaitu:

1. Adanya Wujud Allah

Untuk membuktikan mengenai wujud Allah, yaitu dengan upaya

mengingatkan akal pikiran manusia, mengarahkan pandangannya kepada

fenomena alam semesta, melakukan perbandingan dengan dimensi yang

hak, memperhatikan tatanan dan peraturan alam serta berlangsungnya

hukum sebab akibat sehingga manusia dapat sampai kepada suatu konklusi

yang meyakinkan bahwa alam semesta ini mempunyi pencipta dan

pencipta ini pasti wajibul wujud lagi Maha mengetahui, Maha Bijaksana

dan Maha Kuasa.47

Bila kita perhatikan alam ini maka timbul kesan adanya

persesuaian dengan kehidupan manusia dan makhluk lain. Persesuaian ini

bukanlah suatu yang kebetulan melainkan menunjukkan adanya

penciptaan yang rapi dan teratur yang berdasarkan ilmu dan

kebijaksanaan; sebagaimana siang dan malam, matahari dan bulan, empat

musim, hewan dan tumbuhan serta hujan. Semua ini sesuai dengan

kehidupan manusia. Hal ini menampakkan kebijaksanaan Tuhan. Dengan

memperhatikan penciptaan manusia, hewan dan lainnya, menunjukkan

bahwa makhluk-makhluk tersebut tidak mungkin lahir dalam wujud

dengan sendirinya. Gejala hidup pada beberapa makhluk juga berbeda-

beda. Misalnya tumbuh-tumbuhn hidup, berkembang dan berubah.

Hewan juga hidup dengan mempunyai insting, dapat bergerak,

bekembang, makan dan mengeluarkan keturunan. Manusia pun demikian,

46 Ibid., hlm 23 47 M. Hamdani B. Dz., op. cit., hlm 15

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

20

akan tetapi manusi mempunyai kelebihan yaitu dapat befikir. Hal ini

menunjukkan adanya penciptaan yang mengehendaki supaya sebagian

makhluk-Nya lebih tinggi daripada sebagian yang lain.

Selain itu, seseorang bisa mengetahui keberadaan sesuatu tanpa

harus melihatnya secara materi. Dalam kehidupan sehari-hari ini seseorang

bisa mengakui bahwa untuk mengetahui adanya angin dapat dengan cara

merasakannya dan melihat bekas-bekasnya. Seseorang mengakui adanya

nyawa tanpa melihatnya sehingga hal ini cukup menguatkan asumsi bahwa

untuk membuktikan adanya Tuhan tidak harus dengan pembuktian

material.

Dalam jiwa manusia sebenarnya telah tertanam suatu perasaan

adanya Allah, suatu perasaan naluriah (fitrah) yang diciptakan oleh Allah

pada diri manusia sendiri; sebagaimana Firman Allah dalam Surat Ar

Ruum ayat 30:

مفأق كهجين ولدنيفا لة حطرف ي اللهالت فطر اسا النهلييل ال عدبلق تخل الله كذل ينالد مالقي نلكو اس أكثرون ال النلمع30) الروم ( ي :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar Ruum : 30).48

Dari beberapa uraian di atas dapat dipahami, bahwa untuk

meyakinkan adanya Tuhan (wujud Allah.), akal pikiran hendaknya

diarahkan pada fenomena alam, namun mata hati manusia jauh lebih tajam

dan dapat lebih meyakinkan daripada pandangan kasat mata, karena dalam

jiwa manusia sudah tertanam fitrah untuk mengakui adanya Tuhan.

48 Mahmud Junus, Tarjamah Al Qur’an Al Karim, (Bandung : Al Ma’arif, 1990), hlm.

371

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

21

Dengan demikian segala sesuatu itu ada pasti ada yang menciptakan, yaitu

Allah Zat Yang Maha Pencipta.49

2. Keesaan Allah

Pendidikan tauhid berikutnya yaitu tentang keesaan Allah. Ajaran

mengenai keesaan Allah ini, sudah diterangkan oleh para rasul Allah

sebelum Nabi Muhammad. Hal ini telihat dari beberapa keterangan yang

terdapat dalam Al Qur’an, misalnya seruan Nabi Shaleh, (QS. 11 : 61),

ajaran Nabi Syu’aib (QS. 11 : 84), ajaran Nabi Musa (QS. 20 : 13-14),

ajaran Nabi Isa (QS. 5 : 72) dan Nabi lainnya semua mengajak kepada

keesan Allah.

Keesaan Allah menurut R. Ng. Ranggawarsita adalah Allah itu Zat

yang pertama kali ada, Maha Awal, Maha Esa dan Maha Suci yang

meliputi sifat, asma dan af’al-Nya.50 Sementara menurut Quraish Shihab

yang menganalisa kata ahad (Esa), ia menggolongkan keesaan Allah

menjadi empat yaitu : keesaan Zat, keesan sifat, keesaan perbuatan dan

keesaan dalam beribadah kepada-Nya.51

Yang dimaksud dengan esa pada Zat ialah Zat Allah itu tidak

tersusun dari beberapa bagian dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Esa pada

sifat berarti sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh

makhluk- Nya. Esa pada af’al berarti tidak seorang pun yang memiliki

perbuatan sebagaimana pebuatan Allah. Ia Maha Esa dan tidak ada

sesembahan yang patut disembah kecuali Allah.52

Dengan demikian dapat dipahami bahwa mulai rasul pertama

sampai generasi terakhir Nabi Muhammad hingga pewaris nabi (ulama),

telah mengajarkan tauhid yang seragam. Yang dinamakan Esa dalam

ajaran Islam adalah tidak atau bukan terdiri dari oknum ganda baik pada

49 Sayid Sabiq, Anshirul Quwwah fil Islam, terj. Haryono S. Yusuf, Unsur-unsur

Dinamika dalam Islam, (Jakarta : PT. Intermasa, 1981), hlm. 7 50 R. Ng. Ranggawarsita, Wirid Hidayat Jati, (Semarang : Dahara Prize, t.t), hlm. 17 51 M Quraish Shihab, op cit., hlm 33 52 M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993), hln. 17

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

22

nama, sifat maupun zat-Nya. Allah adalah Maha Esa, Zat Yang Maha Suci

yang meliputi nama, sifat dan af’al-Nya, tidak ada Tuhan selain Allah.

3. Hikmah Mengenal Allah

Seseorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan manfaat

pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah terhadap sesuatu

itu. demikian juga apabila seseorang mengenal Tuhan melalui akal dan

hatinya maka ia akan merasakan buah kenikmatan dan keindahan yang

tercermin dalam dirinya. s

Mengenal (ma’rifat) kepada Allah adalah ma’rifat yang paling

agung. Ma’rifat ini menurut Sayid Sabiq adalah asas yang dijadikan

standar dalam kehidupan rohani dan untuk mengenal Allah dengan melalui

cara : berfikir dan menganalisis makhluk Allah, dan mengenal terhadap

namanama dan sifat-sifat Allah.53

Sifat berkenalan dengan Tuhan menurut penjelasan Sutan Mansur

yaitu seseorang merasa berhadapan dengan Tuhan. Keadaan itu terasa

benar-benar dalam diri bukan lagi berupa kira-kira atau meraba-raba.

seseorang merasakan dalam dirinya dan alam semesta dibawah

pengawasan Tuhan dan Tuhan itu memanggilnya supaya berdoa,

mengabdikan diri serta mendekatkan diri kepada-Nya. Seseorang datang

kepada-Nya dengan mengenal siapa Dia, Zat Yang Maha Kuasa.54

Pengalaman ketauhidan yang tercermin pada diri manusia

disebabkan seseorang telah mengetahui dan menginsafi kebenaran

kedudukan Allah, menyadari akan keagungan dan kebesaran-Nya sehingga

dari sini segala apa yang dilkukan akan mengarahkasn tujuan

pandangannya ke arah yang baik dan benar. Buah mengenal (ma’rifat)

akan adanya Allah ini, di antaranya akan tersimpul dalam bentuk sikap

sebagai berikut :

a. Adanya perasaan merdeka dalam jiwa dari kekuasaan orang lain

53 Sayid Sabiq, Aqidah Islam : Suatu Kajian yang Memposisikan Akal sebagai Mitra

Wahyu, (Surabaya : Al Ikhlas, 1996), hlm. 41 54 A.R. Sutan Mansur, Tauhid Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta : Yayasan Nurul

Islam, 1981), hlm 14

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

23

b. Adanya jiwa yang berani dan ingin terus maju membela kebenaran

c. Adanya sikap yakin, bahwa hanya Allahlah yang Maha Kuasa

memberi rizki

d. Dapat menimbulkan kekuatan moral pada manusia (kekuatan

Maknawiah) yang dapat menghubungkan manusia dengan sumber

kebaikan dan kesempurnaan (Allah)

e. Adanya ketetapan hati dan ketenangan jiwa.

f. Allah memberikan kehidupan sejahtera kepada orang mukmin di

dunia.55

Dengan demikian seorang yang yakin akan keesaan Allah,

mempunyai sikap hidup optimis yang jauh lebih kuat dibandingkan

dengan orang kafir yang menyekutukan Allah, sebagai satu-satunya Rabb,

pencipta alam semesta beserta isinya ini. Keimanan akan hal ini apabila

sudah menjadi kenyatan yang hebat maka akan dapat mengubah dan

beralih, yang merupakan suatu tenaga dan kekuatan tanpa dicari akan

datang dengan sendirinya dalam kehidupan sehigga keimanan dapat

mengubah manusia yang asalnya lemah menjadi kuat, baik dalam sikap,

kemauan, maupun keputusan menjadai penuh harap dan harapan ini akan

dibuktikan dengan perbuatan nyata.

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid

1. Dasar Pendidikan Tauhid

Dasar merupakan fundamental dari suatu bangunan atau bagian

yang menjadi sumber kekuatan. Ibarat pohon, dasarnya adalah akar.

Maksud dari dasar pendidikan di sini ialah pandangan yang mendasari

seluruh aspek aktivitas pendidikan, karena pendidikan merupakan bagian

yang sangat penting dalam kehidupan. Dasar pendidikan yang dimaksud di

sini adalah nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pandangan oleh suatu

55 Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, terj. Moh. Abdul Rahtomy, (Bandung : Diponegoro,

1996), hlm. 133-139

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

24

masyarakat itu berlaku sehingga dapat diketahui betapa penting

keberadaan dasar pendidikan sebagai tempat pijakan.

Dengan demikian setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang

disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat

berpijak yang baik dan mapan. Pendidikan tauhid sebagai suatu usaha

membentuk insan kamil harus mempunyai landasan ke mana semua

kegiatan pendidikan dikaitkan dan diorientasikan.

Dasar pendidikan tauhid adalah sama dengan pendidikan Islam,

karena pendidikan tauhid merupakan salah satu aspek dari pendidikan

Islam, sehingga dasar dari pendidikan ini tidak lain adalah pandangan

hidup yang Islami, yang pada hakikatnya merupakan nilai-nilai luhur yang

bersifat transendental dan universal yaitu Al Qur’an dan Hadis.

Adapun uraian dasar pendidikan tauhid adalah sebagai berikut .

a. Al Qur’an

Di dalam Al Qur’an terdapat banyak ajaran yang berkenaan

dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid. Misalnya dalam surat

Luqman ayat 13, menerangkan kisah Luqman yang mengajari anaknya

tentang tauhid,

اي ينال ب ركشت إن بالله كرالش لظلم يمظ13) لقمان (ع : Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah aniaya yang besar. (QS. Luqman : 13).56

Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya,

merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat syirik,

karena pada hakikatnya pendidikan tauhid adalah pendidikan yang

berhubungan dengan kepercayaan akan adanya Allah dengan keesaan-

Nya, sehingga timbul dalam ketetapan dalam hati untuk tidak

mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut karena kebutuhan

(fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang ditetapkan dalam hati

sanubarinya.

56 Mahmud Junus, op. cit., hlm. 371

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

25

Dengan demikian, memberikan pendidikan tauhid kepada anak

didik (orang yang belum tahu) sebagai dasar hidupnya dan dasar

pendidikan sebelum memberikan pengetahuan lain agar terhindar dari

azab Allah.

Pada dasarnya semua rasul yang diutus oleh Allah adalah untuk

menegakkan kalimat tauhid. Sebagaimana Firman Allah SWT

فاعبدون أنا إال إله ال أنه إليه نوحي إال رسول من قبلك من أرسلنا وما

:25) األنبياء(Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS. An Biya’ : 25).57 Ayat ini menjelaskan bahwa semua rasul itu diutus oleh Allah

untuk menegakkan kalimat tauhid. Tugas mereka yang paling pokok

dan utama adalah menyeru manusia untuk bertauhid kepada Allah,

dengan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah

selain Allah. Seruan para rasul itu tentu dengan melalui proses

pendidikan, yaitu dengan memberikan pengajaran tentang ketauhidan.

Pemberian pengajaran tauhid pada diri manusia, pada

hakikatnya adalah menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan

manusia dalam memahami tauhid tersebut sebab setiap manusia sudah

dibekali fitrah tauhid oleh Allah. Sebagaimana Firman Allah

مفأق كهجين ولدنيفا لة حطرف ي اللهالت فطر اسا النهلييل ال عدبلق تخل الله كذل ينالد مل القيونك اس أكثرون ال النلمع30 )الروم( ي:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Ruum : 30)58

57 Ibid., hlm. 292 58 Ibid., hlm. 325

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

26

Ayat di atas menegaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah

dengan dibekali fitrah tauhid, yaitu fitrah untuk selalu mengakui dan

meyakini bahwa Allah itu Maha Esa, yang menciptakan alam semesta

beserta pengaturannya dan wajib untuk disembah. Oleh karena itu,

untuk mejadikan fitrah ini tetap eksis dan kuat, maka diperlukan suatu

upaya untuk selalu menumbuhkembangkan dalam kehidupan

pemiliknya dengan melaui pendidikan tauhid, agar manusia selalu

ingat dan dekat kepada Tuhannya.

b. Hadis

Hadis merupakan dasar kedua setelah Al_Qur’an. Hadis berisi

petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk membina umat

menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Inilah tujuan

pendidikan yang dicanangkan dalam Islam.

Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad telah

memberikan pendidikan secara menyeluruh di rumah-rumah dan di

masjid-masjid. Salah satu rumah sahabat yang dijadikan tempat

berlangsungnya pendidikan yang pertama adalah rumahnya Arkam di

Mekkah, sedang masjid yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran

adalah masjid Nabawi di Madinah.

Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Nabi

Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan realisasi

sunnah Nabi Muhammad sendiri. Adapun hadis yang berkaitan dengan

pendidikan tauhid ialah

مامن : وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال يقول كان انه هريرة أىب عن روه( وميجسـانه انـه وينصر يهودانه فأبواه الفطرة على يولد اال مولود 59 )مسلم

Dari Abu Huraira, ia berkata : Rasulullah saw. bersabda tidak ada seorang anak pun kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah

59 Muslim, Shahih Muslim, juz II, ( Bairut : Darul Kutub, Al Alamiah, tt), hlm. 458

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

27

(suci), maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi. (HR. Muslim).

2. Tujuan Pendidikan Tauhid

Suatu usaha atau kegiatan dapat terarah dan mencapai sasaran

sesuai dengan yang diharapkan maka harus ada tujuannya, demikian pula

dengan pendidikan. Suatu usaha apabila tidak mempunyai tujuan tentu

usaha tersebut dapat dikatakan sia-sia belaka. Tujuan, menurut Zakiah

Daradjat ialah “suatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan

itu selesai”.60

Apabila pendidikan dipandang sebagai suatu usaha melalui proses

yang betahap dan bertingkat maka usaha atau proses itu akan berakhir

manakala tujuan akhir pendidikan sudah tercapai. Namun demikin tujuan

pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis tetapi ia

merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan

dengan seluruh aspek kehidupannya.

Tujuan pendidikan secara umum menurut pendapat Hasan

Langgulung adalah “maksud atau perubahan-perubahan yang dikehendaki

dan diusahakan oleh pendidik untuk mencapainya”.61 Pendapat ini bila

dianalisis, pada dasarnya tujuan pendidikan adalah maksud belajar yang

dikomunikasikan secara jelas, meliputi tingkah laku dan kondisi-kondisi

tertentu yang diharapkan muncul di dalamnya setelah dilaksanakannya

proses belajar mengajar.

Sedangkan tujuan pendidikan menurut UU Pendidikan ialah Untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.62

60 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 29 61 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisia Psikologi, Filsafat dan

Pendidikan, (Jakarta : Pustaka al-Husna, 1986), hlm. 59 62 UU RI, No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hln. 6

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

28

Tujuan pendidikan menurut UU Pendidikan pada hakikatnya

adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam

pribadi manusia yang diinginkan, yang mempengaruhi dalam perilaku

lahiriah.

Tujuan pendidikan menurut pendapat Al Ghazali, sebagaimana

yang dikutip oleh Abidin Ibnu Rusn ialah Pendidikan dalam prosesnya

haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah dan

kesempurnaan insani, mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan

hidupnya yaitu bahagia dunia dan akhirat, karena hasil dari ilmu

sesungguhnya adalah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta

alam.63

Sedang menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan pendidikan ialah

terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Oleh karena itu pendidikan

haruslah meliputi seluruh aspek manusia, untuk menjadi manusia yang

menghambakan diri kepada Allah, yang dimaksudkan dengan

menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.64

Secara khusus tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha

adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan

untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai

lahirnya nilai etika insani.65

Tujuan pendidikan menurut ketiga pendapat di atas, pada dasarnya

adalah tujuan yang berkaitan dengan pendidikan yang bercorak Islam.

Dalam hal ini Islam menghendaki agar manusia didik supaya ia mampu

merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang digariskan oleh Allah.

Tujuan hidup manusia dalam Islam ialah beribadah. Pendidikan

tauhid sebagai salah satu aspek pendidikan Islam mempunyai andil yang

sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Menurut

63 Abidin Ibnu Rusn, op. cit., hlm. 57 64 Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Rosda Karya,

2000), hlm. 46 65 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 72

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

29

Zainuddin, tujuan dari hasil pendidikan tauhid dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Agar manusia memperoleh kepuasan batin, keselamatan dan

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana yang

dicitacitakan.

Dengan tertanamnya tauhid dalam jiwa manusia maka manusia

akan mampu mengikuti petunjuk Allah yang tidak mungkin salah

sehingga tujuan mencari kebahagiaan bisa tercapai.

2. Agar manusia terhindar dari pengaruh akidah-akidah yang

menyesatkan (musyrik), yang sebenarnya hanya hasil pikiran atau

kebudayaan semata.

3. Agar terhindar dari pengaruh faham yang dasarnya hanya teori

kebendaan (materi) semata. Misalnya kapitalisme, komunisme,

materialisme, kolonialisme dan lain sebainya.66

Dengan demikian, tujuan dari pendidikan tauhid adalah

tertanamnya akidah tauhid dalam jiwa manusia secara kuat, sehingga

nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan

ajaran Islam. Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan tauhid pada

hakikatnya adalah untuk membentuk manusia tauhid. Manusia tauhid

diartikan sebgai manusia yang memiliki jiwa tauhid yang dapat

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui perilaku yang

sesuai dengan realitas kemanusianya dan realitas alam semesta, atau

manusia yang dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahiah.

D. Metode Pendidikan Tauhid

Tauhid merupakan masalah yang paling mendasar dan utama dalam

Islam. Namun demikian masih banyak dari kalangan awam yang belum

mengerti, memahami dan menghayati sebenarnya akan makna dan hakikat

dari tauhid yang dikehendaki Islam, sehingga tidak sedikit dari mereka secara

tidak dasar telah terjerumus ke dalam pemahaman tentang keyakinan yang

66 Zainuddin, op. cit., hln. 8-9

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

30

keliru atau salah diartikan.Umat Islam harus memahami dan mengerti risalah

yang dibawah Rasulullah saw.

Dalam pembahasan metodologi pengajaran, yang perlu diperhatikan

adalah pengertian metodologi pengajaran itu sendiri. Metodologompengajaran

dapat diartikan sebagai ilmu yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

tetentu. Dalam konteks pengajaran maka yang dimaksud adalah proses

penyajian bahan pengajaran; proses komunikasi edukatif dengan siswa untuk

mencapai tujuan pengajaran.67

Dilihat dari jenisnya ada beberapa metode pengajaran yang dapat

diterapkan sesuai dewngan materi dan tujuan yang akan dicapai. Beberapa

metode itu antara lain:

1. Metode ceramah,

2. Metode tanya jawab dan diskusi,

3. Metode drill,

4. Metode demonstrasi dan eksperimen,

5. Metode pemberian tugas (resitasi)

6. Metode kerja kelompok,

7. Metode bermain peranan/ sosio drama, dan

8. Metode karya wisata.68

Pelaksanaan berbagai pengajaran atau pendidikan itu bersifat fleksibel

dan sangat bergantung pada berbagai faktor. Memang tidak dapat dikatakan

ada satu metode tertentu yang selalu terbaik (no single methode is the best),

namun dalam konteks pendidikan Islam, apalagi pendidikan tauhid, perlu

diajarkan dengan metode keteladanan, baik saat di kelas maupun dalam sikap

dan perilaku sehari-hari, karena agama Islam sebaagi sunber nilai dan sebagai

sumber tatanan kehidupan masih bersifat abstrak. Untuk itu nilai-nilai Islam

perlu ditampakkan dalam wujud konkrit yang berupa keteladanan dan

pembiasaan.

67 Djamaludin darwis, Dinamika Pendidikan Islam: Sejarah Ragam Dan Kelembagaan,

(Semarang RasAil,2006), hlm. 107 68 Ibid, hlm 107

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

31

BAB III

BIOGRAFI DAN KARYA SASTRA R. NG. RANGGAWARSITA

A. Biografi dan Karya-karya R. Ng. Ranggawarsita

1 Biografi R. Ng. Ranggawarsita

Lahirnya sebuah karya sastra disebabkan oleh penciptanya sendiri.

Dengan sebab, penjelasan tentang kepribadian dan kehidupan pengarang

adalah metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra. Karya sastra

bisa terbentuk berangkat dari gagasan pengarangnya, dengan melalui

proses kreasi yang bersifat unik dan rumit. Gagasan tersebut ditafsirkan

diolah dan diulas si pengarang. Penafsiran gagasan tersebut dipengaruhi

pengalaman pribadi, sistem norma atau kaidah, tata nilai dan faktor lain di

sekitar pengarang. Pengalaman pribadi si pengarang pada dasarnya

merupakan penggalan riwayat hidup pengarang tersebut sehingga riwayat

hidup pengarang sedikit banyak ikut mempengaruhi karya sastranya.

Riwayat hidup pengarang sangatlah penting, yaitu sebagai bahan

bantu studi atas karya sastra. Menurut Rene Wellek, “Biografi can be

judged in relation to the light it throws on the actual production of

poetry…”.69 Riwayat hidup pengarang hanya merupakan bahan bantu

untuk mengetahui proses penciptaan karya sastranya bukan merupakan

pedoman pokok untuk menerangkan atau menganalisis karya sastra itu

sendiri.

Penggunaan biografi pengarang sebagai pedoman untuk

menerangkan karya sastranya bisa menyesatkan, sebab suatu karya sastra

mungkin terwujud dari impian pengarang terhadap dunia ideal yang

diidamkannya, dan mungkin merupakan kedok untuk mengingkari diri

sendiri. Atau dengan kata lain, proses terciptanya karya sastra tersebut

mungkin merupakan propaganda pengarang mengenai paham atau ajaran

tertentu (pembelaan dan penyanjungan terhadap karyanya). Berpijak pada

69 Rene Wellek and Austin Warren, Theory of literature, (New Zealand : Penguin Book,

1976), cet. VII, hlm. 75

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

32

uraian tersebut, berikut ini dibicarakan riwayat hidup R. Ng.

Ranggawarsita dan hasil karyanya.

R. Ng. Ranggawarsita dilahirkan pada Senin Legi, 10 Zulkaidah

tahun Be 1728 (Jawa) atau 15 Maret 1802 M, Pukul 12.00, Wuku

Sungsang, Dewi Sri, Wurukung Huwas, Musim Jita.70 Para penyusun

silsilah menceritakan bahwa “leluhur R. Ng. Ranggawarsita masih

keturunan bangsawan”. Hal ini diterangkan dalam manuskrip susunan

Padmawasita.71 Dari pihak ayahnya, ia keturunan ke-13 dari Sultan

Hadiwijaya yang bertahta di pajang (Jawa Tengah) pada tahun 1568 –

1576 M. Dari pihak ibunya, ia keturunan ke-10 dari Sultan trenggana

(Demak), atau keturunan ke-8 dari RT. Sujanapura yang terkenal disebut

Pangeran Karangayam, pujangga kraton Pajang, pengarang kitab

Nitisruti.72

R. Ng. Ranggawarsita nama kecilnya adalah Bagus Burhan. Bagus

adalah gelar bangsawan untuk keturunan yang ke tujuh sedang Burhan

berarti bukti nyata. Bagus Burhan atau R. Ng. Ranggawarsita ini dikenal

dengan sebutan R. Ng. Ranggawarsita III. Ia adalah putra sulung M. Ng.

Pajangswara atau M. Ng. Ranggawarsita II dengan Mas Ajeng

Ranggawarsita, putri R. Ng. Sudiradirja Gantang yang mahir dalam bidang

seni, terutama Sekar Macapat “Cengkok” Lagu Palaran (dari desa Palar).73

Darah seninya mengalir baik dari pihak ayah maupun ibu. Dari

pihak ayah, darah seninya berasal dari kakeknya yaitu R. Ng.

Ranggawarsita I atau R. Ng. Yasadipura II atau disebut juga RT.

Sastranegara, pujangga Surakarta dengan pangkat Bupati Anom, juga

kakek piutnya bernama R. Ng. Yasadipura I adalah pujangga dengan

70 Komite Ranggawarsita, Babad Cariyos Lelambahanipun Suwargi, (Jakarta:

Depdikbud, 1979), hlm. 11 71 Simuh, Mistik Islam Kejawen R. Ng. Ranggawarsita, (Jakarta: UI Press, 1988), Hlm.

36 72 Kamajaya, Pujangga Ranggawarsita, (Jakarta: Depdikbud, 1980), hlm. 14 73 Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Jawa Tengah, Sejarah

Singkat Raden Ngabehi Ranggawarsita, (Semarang: Depdikbud, 1988), hlm. 2

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

33

pangkat Kliwon.74 Menurut keterangan Komite Ranggawarsita, ketika RT.

Sastranegara sedang mendekati ajalnya, ia memberi tahu kepada ayah

Burhan, bahwa Bagus Burhan kelak menjadi pujangga penutup di

Surakarta dan kemasyhuran namanya akan melebihi kakeknya.75

Pada usia 2 tahun sampai 12 tahun Bagus Burhan ikut kakeknya

dan diasuh oleh Ki Tanujaya, pelayan RT. Sastranegara yang paling

setia.76 Pada tahun 1740 Jawa atau 1813 Masehi, ketika Bagus Burhan

berusia 12 tahun, ia dikirim ke Panaraga untuk berguru dan belajar

mengaji kepada Kanjeng Kyai Imam Basari di Pondok Pesantren Gerbang

Tinatar. Kanjeng Kyai Imam Basari adalah menantu Sri Paduka

Pakubuwana IV (1788 - 1820) dan juga teman seperguruan RT.

Sastranegara (kakek Bagus Burhan). Pondok Pesantren Gerbang Tinatar

yang diasuh Kanjeng Kyai Imam Besari pada saat itu tergolong pesantren

besar dan terkenal. Gurugurunya pada umumnya adalah priyayi (ulama

kerajaan) yang tingkat kedudukannya sama dengan penghulu sehingga

guru-gurunya diberi gelar Kyai Sepuh atau Kanjeng Kyai.77

Kitab-kitab yang diajarkan ialah kitab berbahasa Arab karangan

ulama terdahulu dan pada umumnya pelajaran yang diberikan di Pondok

Pesantren ini berbentuk syarah dan hasyiyah dalam bermacam-macam

cabang ilmu agama seperti Fiqih, Tafsir Hadist, Ilmu Kalam, Tasawuf,

Nahwu Sharaf dan lain-lain.78 Tangguing jawab terhadap diri Bagus

Burhan selama berguru di Panaraga sepenuhnya diserahkan kepada Ki

Tanujaya. Pada masa awal belajar di pondok pesantren tersebut, agaknya

Bagus Burhan belum sepenuhnya menunjukkan niat untuk berguru dan

belajar (mengaji agama Islam) sehingga ia tidak mendapat kemajun apa-

apa. Ia sangat malas mengikuti pelajaran di Pondok Pesantren Gerbang

74 Ibid., hlm. 2 75 Komite Ranggawarsita, op. cit., hlm. 12 76 Andjar Any, Rahasia Ramalan Jayabaya Ranggawarsita dan Sabdopalon, (Semarang:

Aneka Ilmu, 1989), hlm. 9 77 Marwan Saridjo, dkk., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, (Jakarta : Dharma

Bhakti, 1979), hlm. 34 78 Ibid., hlm. 34

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

34

Tinatar, bahkan sifatnya yang pemboros dan suka judi sangat

menjengkelkan gurunya.

Kegemaran Bagus Burhan yang lain yaitu mengganggu santri-

santri lain dalam hal belajar. Semua kejadian itu merupakan akibat dari

pengaruh Ki Tanujaya. Oleh karena itu, Kanjeng Kyai Imam Basari lalu

menegur Ki Tanujaya karena merasa tidak senang dengan cara-cara Ki

Tanujaya dalam mengasuh Bagus Burhan. Melihat kelakuan Bagus

Burhan dan Ki Tanujaya tersebut, akibatnya keduanya disarankan untuk

meninggalkan Pondok Pesantren Gerbang Tinatar Panaraga.

Kemudian Ki Tanujaya dan Bagus Burhan meninggalkan Gerbang

Tinatar menuju ke Desa Mara, tempat tinggal Ki Kasan Ngali (sepupu Ki

Tanujaya). Mereka berencana akan melanjutkan perjalanan ke Kediri,

tempat tinggal Pangeran Adipati Cakraningrat. Atas petunjuk Ki Kasan

Ngali, mereka tidak jadi ke Kediri karena Pangeran Adipati Cakraningrat

akan ke Surakarta. Mereka berdua hanya menunggu di Madiun. Untuk

menyambung hidupnya, mereka berjualan klitikan di pasar Madiun. Di

sinilah Bagus Burhan bertemu dengan Raden Ajeng Gombak, putrid

Pangeran Adipati Cakraningrat dari Kediri yang kelak menjadi istrinya.

Pertemuan ini terjadi pada waktu Raden Ajeng Gombak akan membeli

cincin yang dipakai oleh Bagus Burhan.79

Pada sisi lain, kepergian Bagus Burhan yang diiringi Ki Tanujaya

membuat gelisah Kanjeng Kyai Imam Basari. Oleh karena itu Kanjeng

Kyai Imam Basari melaporkan kepergian Bagus Burhan dan Ki Tanujaya

kepada ayah dan kakek Bagus Burhan. Kemudian kakeknya, RT.

Sastranegara menyuruh Ki Jasana dan Ki Kramaleya untuk mencari Bagus

Burhan dan Ki Tanujaya untuk diajak kembali ke Pondok Pesantren

Gerbang Tinatar. Baru beberapa bulan, mereka berdua dapat ditemukan

dan diminta kembali ke Gerbang Tinatar.

79 Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Jawa Tengah, Sejarah

Singkat Raden Ngabehi Ranggawarsita, op. cit., hlm. 6

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

35

Akhirnya Bagus Burhan dan Ki Tanujaya kembali ke Pondok

Pesantren Gerbang Tinatar. Namun dengan kembalinya kedua orang

tersebut, keduanya tidak menunjukkan adanya perubahan sikap, kenakalan

Bagus Burhan tetap belum berkurang. Tingkah laku yang tidak terpuji itu

masih dilakukan hingga membuat Kanjeng Kyai marah. Namun Kanjeng

Kyai Imam Basari tetap menasehatinya dengan hati-hati dan sabar, hingga

Bagus Burhan menyadari kesalahannya dan menyesali perbuatannya yang

tidak terpuji itu.

Mulai saat itulah Bagus Burhan menyatakan keinsafannya dan

mulai belajar agama Islam dengan sungguh-sungguh dan menyatakan setia

kepada Kanjeng Kyai Imam Basari. Dengan penuh kesadaran, Bagus

Burhan yang memiliki kemauan keras tadi akhirnya berusaha dengan

sekuat tenaga untuk menebus kesalahan-kesalahannya. Ia mulai

memperhatikan sekelilingnya dan bertekad untuk berbuat kebaikan.

Selanjutnya Bagus Burhan mulai mempelajari berbagai hal ilmu yang

bersangkut paut dengan keutamaan. Ia menjalani berbagai pantangan,

bertapa (bersemedi) atau bertirakat dengan bimbingan Kanjeng Kyai dan

petunjuk dari Ki Tanujaya. Bertapa atau bersemedi adalah cara yang lazim

dilakukan pada masa itu untuk mendapatkan suatu penerangan batin dan

keteguhan iman. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga

waktu berguru kepada Sunan Bonang, yaitu bertapa dan bertirakat dalam

menuntut ilmu dengan cara puasa, bertafakur dan sebagainya dengan

segala syaratnya.80

Dengan kemauan yang keras itulah Bagus Burhan mendapatkan

hasil dan dapat menunjukkan kelebihannya dibandingkan dengan teman-

teman seperguruannya. Bahkan oleh Kanjeng Kyai Imam Basari dikatakan

bahwa Bagus Burhan telah mendapatkan ilham, yaitu penerangan batin

dari Yang Maha Kuasa. Selanjutnya Bagus Burhan diangkat sebagai Wali

Guru oleh Kanjeng Kyai Imam Basari untuk membantu tugasnya dalam

proses belajar di pesantren. Ketika dianggap cukup dalam belajar ilmu

80 Umar Hasyim, Sunan Kalijaga, (Kudus : Menara, 1974), hlm. 61

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

36

agama (Islam) dan ilmu-ilmu lainnya, Bagus Burhan diizinkan untuk

meninggalkan Pondok Pesantren Gerbang Tinatar Panaraga.

Bagus Burhan dengan diiringi abdi setianya menuju ke Surakarta

kemudian ia menetap kembali di rumah RT. Sastranegara. Di tempat itu Ia

menambah berbagai ilmu yang tidak diajarkan di Gerbang Tinatar. Bagus

Burhan dididik langsung oleh kakeknya RT. Sastranegara, terutama di

bidang sastra karena saat itu RT. Sastranegara sebagai Pujangga Kraton

Surakarta Pada 12 Mei 1815 atau 12 Jumadil akhir 1742, Bagus Burhan

dikhitankan kemudian diserahkan kepada Panembahan Buminata (ayah

angkat Raden Ajeng Gombak) oleh RT. Sastranegara untuk berguru dan

mencari ilmu. Di tempat yang baru itu Bagus Burhan diberi pelajaran

tentang ilmu Jaya-kawijayan (kepandaian untuk menolak perbuatan jahat

atau membuat diri seseorang memiliki sesuatu kemampuan yang melebihi

orang banyak), Kadigdayaan (kekebalan), Kagunan Kanuragan

(kecerdasan dan kemampuan batin).81

Dengan demikian, pembentukan jiwa dan kepribadian Bagus

Burhan mengalami tiga tingkatan, yaitu:

a. Pembentukan jiwa dasar

Pendidikan dan pembentukan jiwa dasar (kepribadian) untuk

mengatasi masa puber ini diberikan oleh Kanjeng Kyai Imam Basari.

Beliau adalah seorang rohaniwan dan pendidik. Pembentukan cinta

kasih dari Kanjeng Kyai Imam Basari dan ditunjang oleh Ki Tanujaya,

mengakibatkan Bagus Burhan memiliki jiwa halus, tegas dan

berkemauan keras.

b. Pembentukan jiwa sastra

Pembentukan ini diberikan oleh kakeknya sendiri RT.

Sastranegara, seorang pendidik dan sastrawan yang berpengetahuan

luas. Selain sebagai seorang pendidik RT. Sastranegara terkenal

dengan gubahannya “Sasana Sunu“ dan “Dasanama Djarwa”.

81 Dhanu Priyo Prabowo, Pengaruh Islam dalam Karya-karya R. Ng. Ranggawarsita,

(Yogyakarta : Narasi, 2003), hlm 42

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

37

c. Pembentukan rasa harga diri

Didikan ini didapatkan dari Gusti Panembahan Buminata,

sehingga Bagus Burhan mendapatkan pendidikan mental yang kuat

dan kekuatan batin terhadap gangguan jahat dari pihak luar.

Dasar-dasar pendidikan yang kuat tersebut ditambah dengan

pengalaman-pengalaman semasa merantau ke Desa Ngadiluwih,

Ragajampi dan Tabanan Bali mengakibatkan Bagus Burhan menjadi

dewasa jiwanya. Ia siap menghadapi hidup di masyarakat luas dengan

segala peristiwanya.

Setelah tamat berguru, pada 28 Oktober 1819 atau Hari Senin

Pahing 8 Sura tahun Alif 1747, Gusti Panembahan Buminata

memohon kepada Sri Paduka Pakubuwana IV agar Bagus Burhan

ditempatkan menjadi Panewu Mantri Jaksa dan Mantri Emban. Akan

tetapi permohonan Gusti Panembahan Buminata belum dapat

dikabulkan walaupun pejabat pada kedudukan yang diminta itu telah

wafat. Menurut peraturan Keraton Surakarta, keturunan dari pejabat

yang memangku jabatan tersebut, yang berhak meneruskan jabatannya

bukan orang lain. Namun, Gusti Panembahan Buminata tetap

mendesak agar Sri Paduka Pakubuwana IV dapat merealisasikan

permintaannya itu.82 Akhirnya, Raja Keraton Surakarta tersebut

memberikan restu dan Bagus Burhan dipanggil oleh Sri Paduka

Pakubuwana IV dan dianugerahi restu dengan sengkalan “ Amuji Suci

Panditaning Ratu”. Bagus Burhan diangkat menjadi abdi dalem Carik

Kadipaten Anom dengan sebutan Mas Rangga Pujangga Anom. Mas

(gelar kebangsawanan untuk tingkat keenam), Rangga (gelar untuk

pangkat di bawah Mantri atau dibawah Ngabehi), Pujangga Anom

(untuk memberi penghormatan, sebab ia masih muda tetapi sudah

memiliki kepandaian setingkat dengan pujangga). Namun jabatan itu

82 Ibid., hlm. 43

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

38

tidak diberikan dengan cuma-cuma, Bagus Burhan harus melalui

sebuah ujian terlebih dahulu. Ujian itu berupa kurungan di dalam genta

selama dua hari. Bagus Burhan dapat melaksanakan dan ia dinyatakan

berhak menerima jabatan tersebut.83

Pada tahun itu juga, Bagus Burhan atau Mas Rangga Pujangga

Anom yang berumur 20 tahun melaksanakan pernikahnnya dengan

Raden Ajeng Gombak di Buminatan. Tiga puluh lima hari setelah

pernikahan, keduanya berkunjung ke Kediri bersama-sama dengan Ki

Tanujaya, sambil memohon diri untuk pergi ke Surabaya dan Bali

dengan maksud berguru kepada Kyai Tunggulwulung di Ngadiluwih,

Kyai Ajar Wirakanta di Ragajampi, dan Kyai Ajar Sidalaku di

Tabanan Bali. Dari ketiga guru tersebut hanya Kyai Ajar Sidalakulah

yang banyak memberi kesan.

Setelah kembali dari Kediri, pada tahun 1822 Masehi atau 1749

Jawa, Mas Rangga Pujangga Anom diangkat menjadi Mantri Carik

dengan gelar Mas Ngabehi Sarataka, dengan sengkalan “Terus Dadi

Panditaning Ratu”. Ngabehi adalah gelar abdi dalem yang berpangkat

Panewu Kliwon atau Mantri. Bersamaan dengan kenaikan pangkat

tersebut, suasana di tanah Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) sedang

diwarnai perang, yaitu perang Dipanegara,84 maka Mas Ngabehi

Sarataka diberi tugas oleh Sri Paduka Pakubuwana IV untuk

mempertahankan Desa Nusupan dari serangan penjajah Belanda dan

akhirnya mendapatkan kemenangan.

Pada usia 23 tahun, Mas Ngabehi Sarataka sudah

menampakkan bakatnya dalam menulis sastra Jawa. Tulisan-tulisannya

mendapat perhatian dari abdi dalem lainnya. Ketika Sri Paduka

Pakubuwana V mengetahui hal tersebut, beliau memerintahkan kepada

para abdi dalem, apabila ingin menulis meniru gaya bahasa yang

digunakan oleh Mas Ngabehi Sarataka. Di samping itu, kemampuan

83 Ibid., hlm. 45 84 Perang Dipanegara terjadi pada jaman pemerintahan Sri Paduka Pakubuwana IV (1823

–1830 M).

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

39

Mas Ngabehi Sarataka dalam bidang ilmu Keislaman semakin

meneguhkan kedudukannya sebagai seorang pujangga. Karya-

karyanya meliputi berbagai bidang seperti filsafat, kesusasteraan,

sejarah, dongeng, adat dan pewayangan sehingga tulisannya menjadi

model bagi para penulis Jawa.85

Pada 13 Juni 1830 M atau 23 Besar tahun 1757 Jawa, Mas

Ngabehi Sarataka diangkat menjadi abdi dalem Panewu Carik

Kadipaten Anom dengan gelar Raden Ngabehi Ranggawarsita. Arti

nama Raden Ngabehi Ranggawarsita yaitu: Raden adalah gelar untuk

keturunan raja. Pengangkatan Raden bagi beliau merupakan anugerah

yang telah disesuaikan dengan pangkatnya, sedang Ranggawarsita

adalah dua sebutan dari kata rangga dan warsita. Rangga yaitu gelar

untuk pangkat di bawah Mantri (Ngabehi) dan warsita berarti ucap,

petuah atau mencipta (Jawa: nganggit). Jadi kata “warsita” dapat

berarti pembicaraan, penilaian dalam bidang kepujanggaan.86

Seiring dengan itu kemampuannya dalam berolah sastra Jawa

yang semakin meningkat, sejak itulah beliau dipandang sebagai ahli

atau guru kesusasteraan Jawa. Menurut Kamajaya, R. Ng.

Ranggawarsita mempunyai murid dari kalangan para bangsawan dan

juga dari kalangan orang bangsa Belanda, misalnya: CF. Winter, Jonas

Portier, Dowing, Jansen dan lainnya.87

Setelah RT. Sastranegara wafat,88 R. Ng. Ranggawarsita

diangkat menjadi Kliwon Kadipaten Anom dan menggantikan

kedudukan kakeknya sebagai Pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat

pada 14 September 1845, yang ditandai dengan sengkalan “Katon

85 Dhanu Priyo Prabowo, op. cit, hlm. 45 86 Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Jawa Tengah, op. cit.,

hlm. 8. 87 Kamajaya, op. cit., hlm. 18 88 RT. Sastranegara wafat pada tanggal 21 April 1844 dan dimakamkan di lingkungan

Keraton Surakarta Hadiningrat.

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

40

Pandita Sabdaning Ratu”.89 Dalam kedudukannyaa sebagai pujangga

istana, tugas utama R. Ng. Ranggawarsita adalah menyusun dan

mengembangkan kebudayaan dan kepustakaan Jawa. R. Ng.

Ranggawarsita amat berjasa dalam menyusun karya-karya baru. Dalam

berbagai karyanya, ia tampak melanjutkan upaya sastrawan atau para

pujangga sebelumnya. Usaha R. Ng. Ranggawarsita itu adalah

mempertemukan tradisi kejawen dengan unsur-unsur ajaran Islam. Hal

ini tampak dalam Serat Wirid Hidayat Jati, Serat Maklumat Jati dan

lainnya karena pada jaman tersebut (jaman Surakarta awal), karya

sastra Jawa mengalami pembaruan dan kebangkitan rohani.90

Hal ini dikarenakan Ilmu ketuhanan dan ajaran tentang

kedekatan Allah dengan manusia (kemanunggalan kawula gusti)

merupakan ilmu kesempurnaan pada masa tersebut. Hidup dan ilmu

yang dimiliki manusia dipandang masih pada taraf kekanak-kanakan

dan belum dikatakan sempurna jika belum mengenal hakikat Tuhan

dan menghayati keberadaan Allah SWT. Filsafat mistik Islam inilah

yang mendasari karya-karya R. Ng. Raggawarsita.91

Sebagai seorang pujanga, R. Ng. Ranggawarsita sangat

memperhatikan perkembangan yang terjadi di lingkungan

masyarakatnya. Rakyat hidup dalam kemiskinan sebagai akibat dari

penjajahan hingga timbulnya perang Diponegoro. Pada masa tersebut

terjadi transisi dan kegelisahan yang hebat karena beberapa faktor, di

antara tumbuhnya perekonomian perdagangan yang mengurangi lahan

petanian, raja mulai merasa kehilangan kewibawaannya karena

sebagian besar wewenang atau wilayahnya sudah jatuh ke tangan

Belanda, dan para pemimpin banyak yang mencari keuntungan pribadi

dan melupakan tugasnya kepada Tuhan, masyarakat, dan negara.

Akibatnya, masyarakat cenderung bersikap masa bodoh dan melarikan

89 Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Jawa Tengah, op. cit.,

hlm. 7. 90 Dhanu Priyo Prabowo, op. cit., hlm. 47 91 Ibid., hlm. 48.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

41

diri dari kenyataan hidup. R. Ng. Ranggawarsita sebagai pribadi yang

hidup di dua lingkungan (keraton dan luar keraton) menyaksikannya

dengan penuh keprihatinan. R. Ng. Ranggawarsita adalah seorang

yang abdi negara yang setia pada rajanya. Hal ini terlihat pada

penolakannya atas tawaran C. F. Winter untuk menjadi guru besar,

pengajar bahasa dan sastra Jawa di negeri Belanda dengan imbalan gaji

sebesar f. 1.000,00 perbulan dan jaminan hak pensiun sebesar f. 500,00

per bulan. Dengan adanya penolakan itu maka sebagai gantinya

diambilah R. M. Puspawilaga yang kemudian ke negeri Belanda

hingga meninggal di sana.92

R. Ng. Ranggawarsita memanglah pengikut raja, cendekiawan

dan juga rohaniwan. Sejak pemerintahan Pakubuwana IV, V, VI, VII,

VIII dan IX, beliau terus mengabdi dan mengikuti raja, meskipun ada

pasang surutnya. Seperti pada pemerintahan Raja Pakubuwana IV,

beliau belum mendapat perhatian dari raja, dan baru mencapai puncak

pada masa Raja Pakubuwana VII di mana ia menggantikan kedudukan

kakeknya RT. Sastranegara yang telah wafat. R. Ng. Ranggawarsita

kemudian juga menjabat pujangga keraton. Karier R. Ng.

Ranggawarsita memudar pada masa PB IX naik tahta.93

R. Ng. Ranggawarsita mempunyai empat orang istri yaitu

Raden Ayu Ranggawarsita atau Raden Ajeng Gombak, Raden Ajeng

Panji Jayengmarjaya, Raden Ajeng Pujadewata, Raden Ajeng

Maradewata. Pada 19 Desember 1848, Raden Ayu Ranggawarsita

(Istri pertama Ranggawarsita) meninggal dan dimakamkan di Palar

Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. R. Ng. Ranggawarsita wafat

pada 24 Desember 1873, dalam usia 71 tahun, dengan meninggalkan

tiga orang istri yaitu : Raden Ajeng Panji Jayengmarjaya, Raden Ajeng

Pujadewata, Raden Ajeng Maradewata, dan meninggalkan enam anak

yaitu : Raden Ajeng Sudinah, Raden Ajeng Ranakusuma, Raden Mas

92 Andjar Any, Raden Ngabehi Ronggowarsito Apa yang Terjadi, (Semarang: Aneka Ilmu, 1980), hlm. 85

93 Ibid., hlm. 106

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

42

Ranakusuma, Raden Mas Sembada, Raden Mas Sutama, Rara

mumpuni.94

B. Karya Sastra dan Tipologi Penulisan R. Ng. Ranggawarsita

1 Karya Sastra R. Ng. Ranggawarsita

Ranggawarsita adalah pujangga penutup. Setelah kematiannya

tidak ada lagi pujangga, yang ada hanyalah penulis. Itulah pendapat yang

lazim di dalam tradisi kepustakaan Jawa. Pujangga memang sebuah

sebutan yang mengandung kebebasan karena selain kemampuan

menggubah karya sastra, seorang pujangga dituntut untuk mempunyai

kemampuan penalaran dan intelektualitas yang tinggi, sambegana atau

cerdas. Selain itu, ia juga harus peka untuk menangkap dan memahami

tanda-tanda zaman atau nawungkrida, dan Ranggawarsitalah yang

memenuhi syarat menyandang sebutan pujangga besar.95

Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh C. F. Winter bahwa

“Ranggawarsita adalah gurunya yang tidak tergantikan. Karya-karyanya,

baik prosa maupun puisi mengandung bobot literer yang tinggi. Sebagian

besar dari karya-karyanya merupakan dokumen budaya yang sangat

penting”.96

Konteks penulisan karya sastra R. Ng. Ranggawarsita secara umum

adalah dilatarbelakangi oleh kondisi keberagamaan masyarakat Jawa yang

sinkretis dan penderitaan rakyat akibat kolonialisme, di mana posisi

kerajaan Surakarta sebagai simbol kedaulatan sosial selalu dirongrong oleh

pemerintah Kolonial Hindia Belanda.97

Sebagai Pujangga keraton Surakarta yang terakhir, R. Ng.

Ranggawarsita meninggalkan karya-karya yang monumental. Karya-karya

R. Ng. Ranggawarsita tersebut ditulis dalam bentuk prosa, puisi dan prosa

94 Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Jawa Tengah, op. cit.,

hlm. 9 95 Otto Sukanto Cr, Paramayoga Mitos Asal Usul Manusia, (Yogyakarta: Yayasan

Bintang Budaya 2001), hlm. 1 96 Ibid., hlm. 1 97 Andjar Any, Raden Ngabehi Ronggowarsito Apa Yang Terjadi, op. cit., hlm. 119

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

43

lirik. Adapun bidang yang ditulis terdiri atas sejarah, pendidikan, seni,

jangka, biografi, politik, filsafat dan ilmu pengetahuan. Karya-karya

tersebut banyak sekali jumlahnya dan dapat dikategorikan menjadi tujuh

kategori: Karya yang ditulis sendiri, Karya Ranggawarsita yang ditulis

bersama orang lain, Karya orang lain yang pernah disalin oleh

Ranggawarsita, Karya almarhum yang ditulis orang lain, Karya orang lain

yang diakui sebagai karya Ranggawarsita, Karya Rangggawarsita yang

digubah bentuknya oleh orang lain dan Karya Ranggawarsita yang diubah

bentuknya oleh orang lain:

a. Karya yang ditulis sendiri meliputi : Serat Wirid Hidayat Jati, Babad

Itih, Serat Pustakaraja Purwa, Serat Mardawa Lagu, Serat

Paramasastra, Serat Pawukon, Rerepen Sekar Trengahan, Sejarah

Pari Sawuli, Serat Iber-Iber, Uran-Iran Sekar Gambuh,

Widyapradana.

b. Karya Ranggawarsita yang ditulis bersama orang lain (C. F. Winter)

meliputi : Kawi Javaansche Woordenboek, Serat Saloka Akaliyan

Paribasan, Serat Saridin, Serat Sidin.

c. Karya orang lain yang pernah disalin oleh Ranggawarsita yaitu : Serat

Bharatayuda, Serat Jayabaya dan Serat Panitisastra.98

d. Karya almarhum yang ditulis orang lain adalah Serat Aji Darma,

Ajinirmala, Aji Pamasa, Budayana, Cakrawati, Cemporet,

Darmasarana, Jakalodang, Jayengbaya, Kalatidha, Nyatnyanaparta,

Pambeganing Nata Binhatara, Panji Jayengtilam, Pamoring Kawula

Gusti, Paramayoga, Partakaraja, Pawarsakan, Purwangkara,

Purwangyana, Purwasana, Sari Wahana, Sidawakya, Wahana

Sampatra, Wedharaga, Wedhasatya, Wirid Sopanalaya, Witaradya,

Yudhayana, Kridamaya, Wirid Maklumat Jati.99

e. Karya orang lain yang diakukan sebagai karya Ranggawarsita yaitu

Serat Kalatidha Piningit.

98 Ketiga Serat tersebut asli dari Yasadipura I 99 Bidang Permuseuman dan Kepurbakalan Kanwil Depdikbud Jateng, op. cit., hlm.8

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

44

f. Karya Rangggawarsita yang digubah bentuknya oleh orang lain atas

perintah Sri Mangkunagara IV, Serat Pustakaraja karya R. Ng.

Ranggawarsita itu digubah kembali menjadi empat jenis Pakem

Pustakaraja. Pakem tersebut disimpan di Museum Reksapustaka

Mangkunegaran. Adapun keempat pakem itu sebagai berikut.

a. Pakem Pustakaraja Purwa, untuk pedalangan wayang purwa

b. Pakem Pustakaraja Madya, untuk pedalangan wayang madya

c. Pakem Pustakaraja Antara, untuk pedalangan wayang gedhog

d. Pakem Pustakaraja Wasana, untuk pedalangan wayang klitik

e. Karya Ranggawarsita yang diubah bentuknya oleh orang lain yaitu :

Jaman Cacat, Serat Paramayoga.100

Menurut Kamajaya di antara karya-karya Ranggawarsita yang

paling terkenal sampai sekarang adalah :

a. Kalatidha yang terkenal dengan gambaran “zaman edan”.

b. Jaka Lodhang yang berisi ramalan akan datangnya zaman baik.

c. Cemporet berisi cerita roman yang bahasanya sangat indah.

d. Pustaka Purwa memuat cerita wayang Mahabharata.

e. Sabdatama berisi ramalan tentang sifat zaman makmur dan tingkah

laku manusia yang tamak dan loba.

f. Sabdajati memuat ramalan zaman hingga sang pujangga meminta diri

untuk memenuhi panggilan Tuhan (wafat).

g. Wirid Hidayat Jati berisi ilmu kesempurnaan.101

2 Tipologi Tulisan R. NG. Ranggawarsita

Beberapa karya R. NG. Ranggawarsita telah menunjukkan hasil

pendidikan yang ditempuhnya ini dengan ketajaman nalar dan

wawasannya. Hal ini ditunjukkan oleh karakteristik beberapa karyanya

yang merupakan warisan sastra Jawa, dalam bukunya Kamajaya yang

100 Dhanu Priyo Prabowo, op. cit., hlm. 56-57 101 Kamajaya, op. cit., hlm. 19

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

45

berjudul Pujangga Ranggawarsita, karakteristik secara umum itu

disebutkan sebagai berikut.

a. “Purwakanthi”, akhiran kata atau kalimat bersambung dengan awalan

kata atau kalimat berikutnya yang menjalin irama mengasyikkan.

Misalnya : korup kareping ngaurip, riptane si Jayengbaya.(Serat

Jayengbaya).

b. “Sandiasma”, nama pengarang yang dirahasiakan dalam berbagai

sisipan dalam kalimat atau “gatra” (bagian/bait) atau dalam pada

(pupuh bait Sang Pujangga adalah perintis gaya seperti ini.

Contoh : borong angga suwarga mesi martaya (Serat Kalatiha).

c. “Sengkalan” atau “Candrasangkala”, yaitu angka tahun (Jawa) yang

dijelmakan dalam kalimat-kalimat yang sesuai dengan soal atau tujuan

yang ditulis dalam karangannya.

Contoh : nir sad esthining urip = 1860 Jw. (Serat Jaka Lodhang).

d. “Gancaran” atau “Jarwa”, yaitu prosa yang susunannya indah,

bergairah dan mengasyikkan.

Contoh : Wahyu iku sayekti tuniba marang wong kang gawe ayu, akeh

wong keturunan pulung dene sok atetulung; singa taberi anglakoni

kangelan , bakal antuk pahalan. (Serat Pustakaraja Purwa).

e. Menjalin nasehat bermutu dalam uraiannya.

Contoh : “Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti “ (angkara

murka menguasai dunia, namun hancur lebur oleh panembah dengan

taqwa kepada Tuhan).102

C. Posisi SWHJ dalam Sastra Jawa

Keberadaan R. Ng. Ranggawarsita dalam kesastraan Jawa merupakan

sosok yang tetap dikenang bayak orang. Berbagai kelebihannya, khususnya

dalam menulis sastra Jawa sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Beberapa

karyanya terus dibaca dan dikaji oleh banyak orang untuk keperluan berbagai

102 Ibid., hlm. 20 – 22.

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

46

hal. R. Ng. Ranggawarsita hidup dan berkarya di dalam suatu jaman di mana

minat terhadap kesusastraan Jawa sejak masa awal penyebaran Islam bangkit

secara meluas. Menurut Simuh, kebangkitan rohani dan kesusastraan Jawa

Baru ini bermula semenjak pusat kerajaan Mataram dipindahkan dari

Kartasura ke Surakarta (1757) sampai wafatnya R. Ng. Ranggawarsita

(1873).103 Beberapa Pujangga seperti Yasadipura, Sindusastra, Mangkunegara

IV hidup sejaman dengan R. Ng. Ranggawarsita, yaitu jaman Surakarta awal

(1750 –1850).104 Hal ini dapat dilihat dari beberapa cerita sekitar hubungan R.

Ng. Ranggawarsita dengan Mangkunegara IV dan Yasadipura II, dan di dalam

karya sastra mereka pun tampak gagasan, pengalaman dan penghayatan yang

sama.

Menurut Abdullah Ciptoprawiro dalam bukunya Filsafat Jawa

dikatakan bahwa “beberapa karya R. Ng. Ranggawarsita kelihatan adanya

jalur yang menghubungkan karyanya dengan kesusastraan jaman dahulu,

seperti SWHJ ditemukan wawasan yang hidup sejak penyebaran agama Islam

oleh para Walisanga dari jaman Demak“.105 Hal ini bisa dilihat dari isi ajaran

SWHJ banyak dipengaruhi oleh karya sastra orang-orang sufi seperti dari

bangsa arab (Hallaj, Bayazid), Sumatra (Abdullah Rauf pendiri Tarikat

Satariyah), Jawa(Abdullah Muhyi dan Walisanga).

Dalam perjalanan sejarah penyebaran Islam di Jawa, ada dua jenis

kepustakaan atau kesusastraan, yaitu Kepustakaan Islam Santri dan

Kepustakaan Islam Kejawen. Kepustakaan Islam Santri yaitu kepustakaan

yang sangat terikat dengan syariat (agama) sedang Kepustakaan Islam

Kejawen ialah salah satu Kepustakaan Jawa yang memuat perpaduan antara

tradisi Jawa dengan unsur-unsur ajaran Islam. Unsur-unsur ajaran Islam yang

ada dalam Kepustakaan Islam Kejawen memuat aspek ajaran tasawuf yang

terdapat dalam perbendaharaan kitab-kitab tasawuf.

103 Simuh, Sufisme Jawa : Tranformasi Tasawuf Islam ke Mistik Islam, (Yogyakarta :

Bentang Budaya, 1996), hlm. 151 104 R. M. Ng. Poerbatjaraka, Kepustakan Djawi, (Jakarta : Djambatan, 1954), hlm. 33 105 Abdullah Ciptoprawiro, Filsafat Jawa, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 1986), hlm. 53

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

47

Adapun ciri Kepustakaan Islam Kejawen yaitu mempergunakan

bahasa Jawa dan sedikit mengungkapkan aspek syariat namun ungkapannya

banyak mengandung aspek tasawuf falsafati Islam. Bentuk Kepustakaan ini

termasuk dalam lingkungan Kepustakaan Islam karena ditulis oleh dan untuk

orang-orang yang telah menerima Islam sebagai agama mereka.106

Menurut Simuh, nama yang sering dipergunakan untuk menyebut

Kepustakaan Islam Kejawen ialah Wirid dan Suluk. Wirid dan Suluk tersebut

isinya bekaitan dengan ajaran tasawuf yang sering disebut ajaran mistik Islam.

Hal ini disebabkan kedua nama itu memang bersumber dari ajaran tasawuf.107

Sastra Jawa ini, bahasanya penuh dengan simbolisme dan kiasan karena karya

mistik penuh simbolisme. Pada jaman itu ajaran-ajaran kejawen jarang

disampaikan secara apa adanya. Hal ini dimungkinkan karena orang Jawa

masa itu belum terbiasa berfikir abstrak, maka segala ide diungkapkan dalam

simbol yang bersifat abstrak agak jarang.108

Dengan demikian dapat dipahami bahwa posisi SWHJ termasuk dalam

Kepustakaan Islam Kejawen karena serat ini memuat perpaduan tradisi Jawa

dengan unsur-unsur ajaran Islam, dan dalam penulisannya pun menggunakan

bahasa Jawa. Isi ajaran dalam SWHJ terdapat unsur-unsur ajaran Islam yang

dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. SWHJ ini digubah oleh R. Ng.

Ranggawarsita pada jaman Surakarta Awal. SWHJ tersebut, menurut Rasjid

adalah kitab pelajaran yang dipakai oleh para pembesar di kraton Surakarta

dan Yogyakarta. Salah satu ciri khas kitab tersebut adalah banyaknya istilah

mistik Islam, yang sulit dimengerti oleh seseorang yang belum pernah

membaca kitab-kitab mistik Islam Arab yang tinggi mutunya, seperti insan

kamil, karangan Abdul Karim Al Jilli, Muhyiddin Ibnu Arabi dan lainnya.109

Selain itu SWHJ disusun dalam bentuk Jarwa atau Prosa, yang mana

isi kandungannya cukup padat dan lengkap. Hal tersebut merangsang

106 Simuh, op. cit., hlm. 2 107 Ibid., hlm. 3 108 Sujamto, Reorientasi dan Revitalisasi Pandangan Hidup Jawa, (Semarang :

DaharaPrize, 1992), hlm. 73 109 M. Rasjid, Islam dan Kebatinan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1967), hlm.48

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

48

penyusun mengadakan pembahasan lebih lanjut terhadap SWHJ. Pembahasan

ini terutama dipusatkan pada nilai pendidikan tauhidnya.

D. Isi SWHJ karya R Ngabehi Ronggowarsito

1. Isi SWHJ Secara Umum

Serat wirid karangan R Ngabehi Ronggowarsito ini terbagi dalam

lima bab. Wirid Bab I, berisi ringkasan ajaran para wali serta ajaran lain

yang melengkapi. Sebelum Bab I, diterangkan ajaran para wali itu di

ajarkan dalam tiga masa (angkatan) dan dalam tiap angkatan di ajarkan

oleh delapan wali atau guru.

Angkatan pertama yaitu, Sunan Giri Kedhaton yang mengajarkan

petunjuk keelokan dzat (adanya dzat), Sunan Tandes yang mengajarkan

keterangan tentang kejadian dzat, Sunan Majagung yang mengajarkan

keadaan dzat, Sunan Bonang wejangannya tentang hal-hal mengenai

susunan dalam singgasana Baitul Makmur, Sunan Wuryapada

wejangannya tentang hal-hal mengenai susunan dalam singgasana Baitul

Muharram, Sunan Kalinyamat memberi wejangan berupa peneguh

kesentosaan iman, Sunan Gunung Jati memberi wejangan tentang hal-hal

mengenai susunan dalam singgasana Baitul muqaddas, dan Sunan Kajenar

memberi wejangan tentang sasahidan.

Angkatan kedua yaitu, Sunan Giri Prapen wejangannya berupa

petunjuk tentang adanya dzat, Sunan Drajat wejangannya berupa

penjelasannya tentang dzat, Sunan Ngatasangin wejangannya berupa

penjelasan tentang keadaan dzat, Sunan Kalijaga wejangannya berupa hal-

hal mengenai susunan dalam singgasana Baitul Makmur, Sunan Tembayat

wejangannya berupa hal-hal mengenai susunan dalam singgasana Baitul

Muharram, Sunan Kalinyamat wejangannya berupa hal-hal mengenai

susunan dalam singgasana Baitul Muqaddas, Sunan gunung Jati

wejangannya berupa peneguh kesentosaan iman, dan Sunan Kajenar

wejangannya berupa pensaksian.

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

49

Angkatan ketiga, pada masa akhir masa Kerajaan Demak hingga

Kerajaan Pajang, yaitu: Sunan Parapen wejangannya berupa petunjuk

adanya dzat, Sunan Drajat wejangannya berupa penjelasan tentang Dzat,

Sunan Ngatasangin wejangannya berupa uraian tentang keadaan dzat,

Sunan Kalijaga wejangannya berupa hal-hal mengenai susunan dalam

singgasana Baitul Makmur, Sunan Tembayat mengajarkan hal-hal

mengenai susunan dalam singgasana Baitul Muharram, Sunan Padusan

ajarannya mengenai susunan dalam singgasana Baitul Muqaddas, Sunan

Kudus wejangannya paneguh kesentosaan iman, Sunan Geseng

wejangannya berupa pensaksian.

Adapun wejangan-wejangan dari para wali itu di satukan atas

kehendak Sultan Agung dari Mataram, akantetapi lama kelamaan ajaran

itu di urai (dipisah-pisah) lagi. Hal ini disebabkan karena banyaknya orang

arif yang menjadi guru dan mengajarkan ilmu dan wejangan itu sesuai

dengan cara mereka.

Pada permulaan Wirid Bab I, dijelaskan tata cara pengajaran

wejangan itu yang dimulai dengan pemilihan waktu dan tempat. Kemudian

menyiapkan bahan-bahan berupa wewangi dan sesaji, setelah itu guru dan

calon murid mengambil air wudhu dan berniat. Adapun urutan-urutan

ajaran atau wejangan itu adalah sebagai berikut:

a. Ajaran adanya dzat.

b. Keterangan tentang kejadian dzat.

c. Uraian keadaan dzat.

d. Susunan dalam singgasana baitul makmur.

e. Susunan dalam singgasana baitul muharram.

f. Susunan dalam singgasana baitul muqoddas.

g. Peneguh keimanan.

h. Sasahidan atau kesaksian.

Sesudah demikian diajarkan tentang mengumpulkan manusia

dengan Tuhan, mensucikan dzat, mengatur singgasana dzat, terbentangnya

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

50

alam semesta, kesejahteraan keturunan, daya kesaktian. Setelah selesai

dianjurkan untuk berkenduri demi keselamatan jiwa raga.

Dalam Bab I diterangkan pula orang-orang yang pantas menjadi

guru, syarat orang menjadi guru, pedoman orang yang menjadi guru, dan

keutamaan orang yang menjadi guru. Dalam bab ini pula diterangkan

tentang syarat menjadi murid.

Wirid Bab II merupakan penjelasan lebih terperinci dari ajaran-

ajaran yang telah diuraikan pada Bab I. Pada permulaan wirid Bab II ini

diterangkan sandaran serat wirid ini adalah Al-Qur'an, hadis, ijma' dan

Qiyas. Dilanjutkan dengan penjelasan mengenai sangkan paraning dumadi

dalam istilah tasawuf islam disebut al mabda’ dan al ma’ad.

Mula-mula di terangkan asal-muasal penciptaan dan urutan-

urutannya. Dalam serat wirid dikatakan :

Sejatine ora ana apa-apa, awit duk maksih awing uwung durung

ana sawiji-wiji, kang ana dingin iku Ingsun, ora ana Pangeran

anging Ingsun, sejatine Dat kang Amaha Suci, anglimputi ing

sipating-Sun, anartani ing asmaning-Sun, amaratandani ing

apngaling-Sun.

Kemudian dilanjut dengan keterangan urutan pencipataan kehidupan dan

semesta.

Sajatine Ingsun Dat kang amurba amisesa, kang kuwasa anitahake

sawiji-wiji, dadi padha sanalika, sampurna saka kodrating-Sun,

ing kono wis kanyatahan pratandani apngaling-Sun, minongko

bubukaning iradating-Sun: kang dhingin Ingsun anitahake kayu,

aran sajaratul yakin, tumuwuh iang sajroning ngalam (ng)adam-

makdum ajali abadi, nuli cahaya aran Nur Muhammad, nuli kaca

aran miratul kayai, nuli nyowo aran roh ilapi, nuli sosotya aran

darrah, nuli dhindhing jalal ran kijab, kang minangka warananing

kalarating-Sun.

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

51

Dalam Bab II ini pula asal usul semesta (‘alam), konsepsi

penciptaan manusia dan itu di terangkan secara terperinci. Penjelasan

mengenai mikrokosmos dalam diri manusia juga dijelaskan dengan detail.

Hal yang semacam ini ternyata juga ada dalam beberapa kitab

sastra islam. Diantaranya , ada kitab Daqoiq Al Akhbar karya Imam

Abdurrohim ibn Ahmad Al Qodhi, yang dalam bab awal juga menjelaskan

tentang awal penciptaan, yaitu: sajaratul yaqin, Nur Muhammad, hijjab,

mirratul haya’ dan sebagainya.

Selanjutnya pada Bab III berisi tanda-tanda akan datangnya ajal

setiap manusia yang sering dinamakan kiamat kecil. Diterangkan dalam,

wirid bab ini tanda-tandanya yaitu:

a. Yen sampun asring uninga ngkang boten nate ketingal, tandha kirang

satahun.

b. Yen sampun asring mireng ingkang boten nate kapiyarsa, kadosta

mireng raraosaning jin, setan, sato kewan, tandha kirang setengah

tahun.

c. Yen sampun asring malih paningalipun, kadosta wulan muharram,

sapar, aningali langit katingal abrit. Mulud, Rabingulakhir, srengenge

katingal cemeng. Rejeb, Ruwah, toya katingal abrit. Siyam, sawal,

weayanganipun ketingal kalih. Dulkangidah, Besar, latu katingal

cemeng. Sadhaya punika tandha kirang kalih wulan.

d. Yen dariji panunggul dipun bekuk kapetelaken dalak epek-epekipun,

dariji manis kaangkat, yen sampun kaangkat anjunjung dariji

nmanisipun wau, tandha kirang kawandasa dinten.

e. Yen kawawas darijinipun sanpun katingal kurang, ugel-ugel sampun

katingal pedhot, tandha kirang sawulan.

f. Yen sampun katingal wananipun piyambak, tandha kirang setengah

wulan.

g. Yen sampun rumaos mboten ejng punapa-punapa, tandha kirang

pendhak dinten.

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

52

h. Yen keteking asta sampun mboten wonten, tuwin garebenging talingan

sampun kendel, punapa dene pramayaning kenaka sampun oncat,

pramayaning tingal sampun sepen, anadadosaken rengating imba, ing

wekasan pucuking parji sampun keraos asrep, punika tandha sampun

puncading dinten kiyamat, jumeneng kaliyan pribadi.

Dilanjut dengan penjelasan tentang tatacara manekung (semedi) dan wirid-

wirid yang harus dibaca ketika menghadapi datangnya syakaratul maut

ataupun untuk mencapai penghayatan makrifat dan kesatuan dengan tuhan.

Manekung dan wirid-wirid itu menggunakan bahasa jawa tapi nilai

nilainya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Wirid Bab IV berisi wejangan tambahan dan penjelas mengenai

bab kematian. Dalam bab ini, dijelaskan kematian itu ada bermacam-

macam, yaitu:

a. Kang dhingin, kang mati iku napsune, kadi ta pangandhikaning Allah

tangala, tegese : sakehe napsune iku padha angrasani

(angerasakke)pati.

b. Kang kaping pindho iku mati rohe, kadi ta pangandhikaning Allah

tangala, tegese: sirnaning rahsane.

c. Kang kaping telu iku, mati kaweruhekadi ta pangandhikaning Allah

tangala, tegese: kang mati mau, utawa turun imane.

d. Kaping pat patining ati, kadi ta pangandhikaning Allah tangala,

tegese: sirna pangucape kelawan lesan.

Dalam Wirid Bab IV ini dijelaskan tanda makrifat itu ada enam hal

yaitu:

a. Katingaling jaman ciptaning kahanan jati, warna ireng

b. Aningali warna repta, tegesipun maksih ing pandamelan samar.

c. Aningali warna kuning. Tegesipun angrencana nyanyamuringkang

sejati.

d. Aningali warna seta, tegesipun cahaya ingkang putih, sadaya wau

sampun kumpul dados kahanan tunggal, gumilang-gilang tar (tanpa)

wawayanganmaring kahanan jati.

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

53

e. Aningali sinamar jatining warna, tgesipun inggih punika sajatosing

panunggaling-Sun, maring kahanan kang sejati, dadiya samarica

binubut bali maring suksmaning-Sun.

f. Jangkeping pemejangipun para waliyullah, kang wus anampani

kanugrahananing Allah tangala wejangan ingkang maksih kineker

kaawisan dening para wali, anuduhake panggonan kraton agung.

Kemudian dijelaskan pula tata cara pengajaran guru, yaitu:

a. Wonten wejanganipun guru ingkang amedharaken rahsaning ngelmu

wisikaning ananing Dat, kikiyasan saking dalil sapisan.

b. Wonten wejanganipun guru ingkang amedharaken rahsaning ngelmu

wedharan wahananing Dat, kikiyasan saking dalil kapingkalih.

c. Wonten wewejanganipun guru ingkang amedharaken rahsaning

ngelmu gelaran kahananing Dat, kikiyasan saking dalil kaping tiga.

d. Wonten wejangaingn guru ingkang amedharaken rahsaneng ngelmu

kayektening kahana, kikiyasan saking dalill kaping sekawan.

e. Wonten wejangan guru ingkang amedharaken rahsaning ngelmu

saking santosaning iman abubuka sahadat jati, utawi saking

sasahidan.

Selain itu dalam bab ini di jelaskan idiom-idom atau sanepa yang

berkaitan dengan pengajaran ilmu tauhid dan makrifat, yang tentu saja

mengunakan bahasa jawa.

Pada bab ini pula menjelaskan mengenai akibat murid yang tidak

mengindahkan semua ajaran. Akibat dari perbantahan atau pengingkaran

terhadap ajaran ini murid akan menjadi gila, sakit ayan (epilepsi),

kadhengdheng (tebal telinga), gendheng (sinting), dan kodheng (kacau

pikirannya). Dijelaskan pula mengenai tingkatan-tingkatan ilmu talek dan

ilmu patah (ilmu membuat keajaiban) tetapi tidak diterangkan dalam serat

ini bagaimana cara mendapatkan atau topo laku ilmu talek dan ilmu patah.

Wirid Bab V berisi ulasan ulang, tetapi lebih detail mengenai

penciptaan manusia yang dilanjutkan tentang penjelasan mengenai tujuh

tingkat penghayatan yang akan dialami oleh orang yang meninggal dunia

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

54

atau yang ingin mencapai penghayatan kesatuan dengan Tuhan, dan

godaan-godaan yang menyesatkan dalam tiap tingkat. Dalam wirid bab ini

di jelaskan pula mengenai orang yang wenang (boleh) jadi murid itu

mempunyai delapan syarat, yaitu:

a. Nastiti (teliti)

b. Nastapa(berani menderita)

c. Kulina (membiasakan diri)

d. Santosa(teguh)

e. Diwasa(dewasa)

f. Engetan(baik ingatan)

g. Santika(terampil)

h. Lana (tahan uji)

Dalam wirid bab ini pula keadaan manusia setelah meninggal

dijelaskan mulai dari pembusukan jasad atau raga (dalam serat ini disertai

dengan gambar) sampai tingkatan-tingkatan alam dan penghayatan

(sebelum datang kiamat kubra atau hari pembalasan). Dijelaskan pula

dalam bab ini persyaratan untuk menghadapi syakaratul maut ada empat

yaitu: ikhlas, rela pada hukum (kepastian) Allah, merasa tidak memiliki

apa-apa dan yang terakhir harap berserah diri kepada kehendak Allah

Ta’ala. Sedikit banyak disinggung mengenai alam ruhiyah, alam siriyah

hingga alam uluhiyah. Secara singkat wirid Bab V ini menjadi pamungkas

ajaran dari wirid Bab-bab sebelumnya.

2. Materi Pendidikan Tauhid dalam SWHJ

Sebagaimana ajaran keagamaan yang ada, ajaran dalam SWHJ

meliputi ajaran tentang ketuhanan, manusia dan alam semesta. Ajaran

tersebut bersumber dari riwayatnya wiradat ajaran wali di Jawa. Namun

yang dibahas dalam skripsi ini adalah yang berkaitan dengan pendidikan

tauhid. Keseluruhan dari ajaran dalam Wirid Hidayat Jati adalah dijiwai

oleh ajaran Tasawuf. Ajaran tersebut dipengaruhi oleh Tarekat Syatariyah

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

55

Syekh Abdul Rauf (ulama sufi dari Singkel Aceh) beserta muridnya Syekh

Abdul Muhyi, yang terkenal sebagai wali negeri Priyangan.110

Gagasan tentang Allah sebagai Zat Yang Mutlak dan kedekatan

Allah dalam diri manusia juga bersumber dari ajaran Tasawuf. Secara

sepintas, ajaran ketuhanan dalam Wirid Hidayat Jati menjelaskan, bahwa

manusia sebagai makhluk yang diciptakan-Nya, wajib mengetahui dan

mengenal tentang keesaan Tuhan Yang Maha Esa, Zat, Sifat, Asma dan

Af’al-Nya yang Agung.

Pengenalan sifat-sifat Tuhan baik yang wajib maupun yang mukhal

(mustahil). Ajaran ketuhanan yang terdapat dalam karya R. Ng.

Ranggawarsita bukanlah ketuhanan sebagai pengetahuan atau ilmu saja,

melainkan semata-mata sebagai kepercayaan kepada Tuhan (iman), sebuah

kekuatan yang tiada taranya dan yang menjadi pusat segala kekuasaan.

Adapun isi SWHJ yang memuat pendidikan tauhid yaitu:

a. Ajaran adanya Tuhan, yang berbunyi :

Sajatine ora ana apa-apa, awit maksih awang-uwung durung ana sawiji-sawiji, kang ana dingin iku Ingsun sajatining ora ana Pangeran nanging Ingsun, sajatining dad kang Maha Suci, angliputi ing sifatingsun, amartani ing asmaningsun, amratandhani ing apngalingsun.111

Sebenarnya tidak ada suatu apapun sebab ketika masih kosong

(awang-uwung) belum ada sesuatu, yang pertama adalah Aku (Allah),

tidak ada Tuhan kecuali Aku, hakikat Yang Maha Suci, meliputi segala

sifat-Ku, memberitakan nama-Ku, menandai af’al- Ku (perbuatan-Ku).

Ajaran yang terkandung pada ajaran pertama yaitu tentang

wisikan ananing zat (ajaran tentang adanya zat), adalah bahwa sewaktu

alam ini masih kosong belum ada apapun (belum ada sesuatu yang

diciptakan), maka yang ada lebih dahulu adalah Aku (Allah) Zat Yang

Maha Suci yang meliputi segala asma, sifat dan af’al-Nya (perbuatan).

110 MH. Ainun Nadjib, Suluk Pesisiran, (Bandung : Bandung, 1989), hlm. 7 111 R. Ng. Ranggawarsita, Serat Wirid Hidayat Jati, Transkripsi Suroyo, (Solo:

Perpustakaan Reksapustaka Istana Mangkunagaran, 1980), hlm. 3

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

56

b. Ajaran tentang wahana zat, yang berbunyi :

Sajatine Ingsun Dat kang Amurba Amisesa kang kawasa anitahaken sawiji-wiji, dadi padha sanalika, sampurna saka ing kodratingsun, Ing kono wus kanyatan pratandhaning apngalingsun kang minangka bebukaning Iradatingsun.112

Sesungguhnya Aku (Allah) Zat Yang Maha Kuasa

menciptakan segala sesuatunya, menjadikan seketika., sempurna atas

kodrat-Ku. Disitulah kenyataan menunjukklan af’al-Ku (perbuatan-

Ku) yang merupakan pembuka Iradat-Ku.

Ajaran yang terkandung dalam ajaran kedua, tentang wedaran

wahananing zat (ajaran tentang keadaan zat) yaitu, bahwa Aku (Allah)

adalah Zat Yang Maha Kuasa, yang berkuasa untuk menciptakan

barang apapun juga yang ada di alam semesta beserta isinya. Sesuatu

itu bisa tercipta dengan cepat dan sempurna karena sudah menjadi

kuasa dan kehendak Allah sendiri, selain Allah itu Maha Pencipta juga

mempunyai sifat Maha Suci, Maha Luhur dan bersifat kekal.

c. Ajaran Peneguh Keimanan, yang berbunyi :

Ingsun anekseni, satuhune ora ana pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun.113

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Aku (Allah), dan

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanKu.

Ajaran tersebut menerangkan tentang hakikat tauhid (kenyataan

Allah Yang Maha Esa). Ajaran ini dalam Wirid Hidayat Jati disebut

panetep santosaning iman (penguat sentosanya iman). Diawali dengan

syahadad jati (kesaksian nyata) sebab mengajarkan dengan jalan

memberi tahu secara batin tentang penguat keyakinan kita, dalam

menghayati yang senyatanyatanya hidup kita pribadi. Bahwa kita

adalah makhluk yang diciptakan oleh tuhan yaitu Allah Yang Maha

Esa dan Allah mempunyai utusan untuk menyampaikan risalah-Nya

yaitu yang bernama Muhammad saw.

112 Ibid., hlm. 5 113 Ibid., hlm. 15

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

57

d. Ajaran Sasahidan, berbunyi :

Ingsun anekseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana Pengeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun, iya sajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku rahsaningsun, Muhammad iku cahyaningsun, iya Ingsun kang urip ora kena ing pati, iya Ingsun kang eling ora kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora katon apa-apa, amung Ingsun kang angliputi ing alam kabeh kalawan kodratingsun.114

Aku (manusia) bersaksi kepada Zat-Ku (Zat Yang Maha Esa

yaitu Allah) sendiri, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku

(Allah), dan Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu

utusan-Ku, sesungguhnya yang bernama Allah itu badan-Ku, Rasul

Rahsa-Ku, Muhammad cahya-Ku. Akulah (Allah) yang hidup tidak

akan mati. Akulah (Allah) yang selalu ingat tidak akan lupa. Akulah

(Allah) yang kekal tidak ada perubahan dalam segala keadaan. Akulah

Allah) yang bijaksana tiada kekurangannya di dalam pengertian,

sempurna terang benderang, tidak terasa, tidak kelihatan, hanya Aku

(Allah) yang meliputi alam semesta, karena kodrat-Ku.

Ajaran di atas pada dasarnya merupakan penjabaran dari ajaran

Sasahidan, yaitu sebagai penjelasannya. Kalimat tersebut setiap kali

diulang di dalam segala ajaran dengan perubahan disana-sini. Ajaran

ini diangkat atau diucapkan sesudah mengetahui arti syahadat jati yaitu

tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya,

kemudian mengangkat saksi dari segala makhluk yang terbentang di

alam dunia seperti: bumi, langit, matahari, bulan, bintang, api, angin,

air dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar semuanya menjadi saksi,

bahwa manusia telah mengakui Tuhan Yang Maha Suci pencipta alam

semesta.

114 Ibid., hlm. 16

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

58

BAB IV

NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID HIDAYAT JATI

KARYA R. NG. RANGGAWARSITA

Salah satu warisan budaya yang ada di Indonesia adalah warisan budaya

Jawa. Warisan ini mengandung banyak nilai budaya yang terdapat dalam karya

sastra Jawa. Dalam khasanah sastra Jawa, nilai pendidikan religius banyak

tersimpan dalam sastra yang berbentuk wirid atau suluk. Nilai tersebut sangat

bermanfaat bagi pembinaan dan pendidikan mental spritual, dalam hal ini disebut

dengan pendidikan tauhid Pendidikan tauhid mempunyai arti suatu proses

bimbingan untuk mengembangkan dan memantapkan kemampuan manusia dalam

mengenal keesaan Allah. Dengan pendidikan tauhid ini, manusia akan menjadi

manusia hamba bukan manusia yang dehumanis, kemudian timbul rasa saling

mengasihi, tolong menolong, selalu waspada terhadap tipu daya dunia dan

manusia zalim, dapat berlaku sederhana (zuhud) dan hati yang wara serta

sebagainya.

Dengan demikian, pendidikan tauhid mempunyai makna yang dapat

dipahami sebagai upaya untuk menampakkan atau mengaktualisasikan potensi

laten yang dimiliki oleh setiap manusia, yang dalam bahasa Islamnya potensi laten

ini disebut dengan fitrah. Salah satu fitrah manusia adalah fitrah beragama, yaitu

mengakui keesaan Allah, Pencipta alam semesta, maka dari itu pendidikan tauhid

lebih diarahkan pada pengembangan fitrah keberagamaan seseorang sebagai

manusia tauhid.

Dalam dunia pendidikan, warisan budaya Jawa yang berbentuk SWHJ ini

dapat digunakan sebagai media dalam pendidikan tauhid, sebab SWHJ ini banyak

mengandung ajaran yang dapat diambil nilai pendidikan tauhidnya. Untuk dapat

mengambil nilai pendidikan tauhid dalam SWHJ, terlebih dahulu mengetahui

muatan pendidikan tauhid yang ada dalam serat tersebut.

A. Muatan Pendidikan Tauhid dalam SWHJ Karya R. Ng. Ranggawarsita

Ajaran keagamaan yang ada dalam SWHJ meliputi ajaran tentang

ketuhanan, manusia dan alam semesta. Ajaran tersebut bersumber pada

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

59

riwayatnya wiradat ajaran wali di Jawa, namun yang dibahas dalam skripsi ini

adalah yang berkaitan dengan pendidikan tauhid.

Keyakinan tentang Allah sebagai Zat Yang Maha Suci dan kedekatan

Allah dalam diri manusia juga bersumber dari ajaran Tasawuf. Secara

sepintas, ajaran ketuhanan dalam Wirid Hidayat Jati menjelaskan, bahwa

manusia sebagai makhluk yang diciptakan-Nya, wajib mengetahui dan

meyakini keesaan Allah Yang Maha Esa, tentang Zat, Sifat, Asma dan Af’al-

Nya yang Agung. Pengenalan sifat-sifat Tuhan baik yang wajib maupun yang

mukhal (mustahil).

Ajaran ketuhanan yang terdapat dalam karya R. Ng. Ranggawarsita

bukanlah ketuhanan sebagai pengetahuan atau ilmu saja, melainkan

sematamata sebagai kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (iman),

sebuah kekuatan yang tiada taranya dan yang menjadi pusat segala kekuasaan.

Menurut Simuh, “bentuk ajaran Wirid Hidayat Jati adalah bukan

Hindu-Budha; sebagaimana yang dituduhkan oleh Harun Hadiwijono, bahwa

ajaran Wirid Hidayat Jati adalah “a Hinduistic doctrine with a Muslim

garment”, tetapi Islam Kejawen.115

Sebelum menganalisis lebih lanjut mengenai muatan pendidikan tauhid

dalam SWHJ ini, perlu diingat lagi bajwa pendidikan merupakan sebuah

proses yang berkesinambungan. Jadi pendidikan bukan merupakan sesuatu

yang langsung jadi. Meskipun manusia dibekali potensi, tetapi manusia

dilahirkan tanpa memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki manusia

merupakan hasil perolehan (proses pendidikan).

Setelah mengetahui bahwa pendidikan merupakan proses yang

berkesinambungan, tentunya dalam proses pendidikan tersebut ada tahapan

yang harus ditempuh. Tahapan-tahapan itu bisa berupa materinya, jenjang

pendidikannya atau pemahaman dalam proses pendidikan itu sendiri.

115 Simuh, Mistik Islam Kejawen R. Ng. Ranggawarsita, (Jakarta: UI Press, 1988), hlm.

375

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

60

Dalam SWHJ karya R Ngabehi Ronggowarsito ini, sebelum

membahas tentag pendidikan tauhidnya, sebaiknya dibahas dulu mengenai

sudut pandang (point of view) R Ngabehi Rongowrsito dalam penulisan SWHJ

ini. Raden Ngabehi Ronggowarsito, memakai sudut pandang (point of view)

sebagai orang pertama dan orang ketiga. Sudut pandang sebagai orang

pertama ini Memang agak disamarkan oleh Ronggowarsito sendiri dengan

memakai nama "Kyai Ageng Muhammad Sirullah Kedung Kol". Hal ini

diungkap sendiri oeh Ronggowarsito dalam Bab awal sebelum membahas

ajaran tauhid, ia menyatakan :

"…mila samangke dipun persudi dhateng Kiyai Ageng Muhammad Sirrollah ing kedhung kol, inggih punika sakiduling kedhung kol penganten, mawi tinengeran ing tahun punika: Rong songga warga sinuta salebeting alip = 1779, kadhawahan ilham, rinilan dening Pangeran Kang Amaha Suci, Anat (anata) urut-uruting patraping ngelmu makrifat, sarta andunungaken murad maksudipun pisan..."

… oleh sebab itu kemudian diusahakan oleh kyai ageng Muhammad

sirrollahkedhung kol, yakni di sebelah selatan kedhung kol penganten

dengn cir-ciri tahun : rong songga warga sinuta dalam tahun alif 1779

jawa, seeorang yang mendapat ilham, diizinkan Tuhan untuk

menyusun pengamalan ilmu makrifat serat menjelaskan arti

maksudnya…

Dalam candara sengkala di atas (rong songga warga sinuta) ternyata

merupakan sandiasma dari nama Ronggowarsito sendiri. Dalam hal ini

Tanaya menerangkan sebagai berikut.

Demikian pula sang pujangga, pada karangannya tentang ilmu kewalian, sering mengunakan nama Kyai Ageng Muhammad Sirrullah dari kedhung kol. Adapaun yang dinamakan kedhung kol itu, kini termasuk wilayah kampong Yasadipuran, sebelah timur Pasr Kliwon, di kota Sala; karena dulu pernah didiami oleh Pujangga Yasadipura I dan Yasadipura II, hingga pujangga Ranggawarsita.116

Maka bisa dikatakan, Ronggowarsito juga menjadi pendidik atau guru dalam

pendidikan tauhid dalam SWHJ yang ia karang.

116 Ibid., hlm. 270

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

61

Sudut pandang (point of view) kedua yang dipakai oleh Ronggowarsito

adalah sudut pandang orang ketiga aktif. Ini seperti gabungan antara sudut

pandang orang pertama dan orang ketiga. Hal ini tampak dalam beberapa

tulisannya yang masih menggunakan kata "guru". Padahal jika dirunut, dalam

SWHJ ini, dia adalah guru atau pendidik ajaran tauhidnya. Bahkan

Rangowarsito sendiri telah membuat kriteria orang yang pantas menjadi guru

dan murid. Tentang kriteria guru Ronggowarsito menjelaskan sebagai berikut.

a. Syarat orang yang pantas jadi guru, ada delapan, yaitu:

1) Bangsaning ngawirya, tegesipun bangsa luhur, ingkang taksih

kadrajatan

( golongan wirya, yaitu golongan yang luhur dan mempunyai derajat)

2) Bangasaning ngagama, tegese kang bangsa ngulama kang ngalim ing

kitab

(golongan agama yaitu ulama yang alim, menguasai kitab agama)

3) Bangsaning ngatapa tegesipun bangsa pandhita ingkang taksih ulah

lampah

( yaitu pendeta yang masih ahli riyalat)

4) Bangsaning sujana, tegesipun bangsa linuwih ingkang dados tiyang

sae

(golongan sujana yaitu golongan yang mempunyai kelebihan dan

menjadi orang baik)

5) Bangasaning ngaguna, tegesipun bangas saged ingkang ngulah

kasagedan

(golongan aguna, yaitu yang mempunyai kepandaian dan menekuni

ilmu)

6) Bangsaning prawira, tegesipun bangsa prajurit ingkang taksih kasub

kaprawiranipun

(golongan perwira, yaitu golongan prajurit yang tersohor

keperwiraannya)

7) Bangsaning supunya, tegesipun bangsa sugih ingkang taksih kabegjan

(golongan berada, yaitu golongan orang kaya yang masih berharta)

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

62

8) Bangsaning supatya, tegesipun bangsa tani ingkang temen

(golongan supatya yaitu dari golongan petani yang jujur)

b. Pedoman orang yang menjadi guru, ada delapan, yaitu:

1) Asih ing murid, den anggep putra wayah

(kasih kepada murid, dianggap anak-cucu sendiri)

2) Telaten pamulangipun, mboten mawi wigah-wigih

(telaten mengajar, tanpa rasa kikuk)

3) Lumuh ing pamrih, boten darbe pangangkah punopo-punopo

(tanpa pamrih, tidak mengharap apa-apa)

4) Tanggap ing sasmita, saged anampeni pasemoning muri

(tajam perasan, dapat menangkap gelagat murid)

5) Sepen ing panggrayangan, boten dados kinten-kintening murid

(tidak menambil apapun, sehingga tidak menimbulkan prasangka dari

murid)

6) Boten ambaekaken pitaken

(tidak menolak pertanyaan)

7) Boten angendhak kagunan

(tidak menolak kecakapan)

8) Boten amburu aleman, angunggul-ngunggulaken kasagedanipun.

(tidak mencari pujian, tidak menyombongkan kepandaian)

c. Keutamaan orang yang menjadi guru, ada delapan, yaitu:

1) Mulus ing sarira

(baik keadaan tubuhnya, tidak cacat)

2) Alus ing wicara, boten asring mimisuh miwah supaos

(halus kata-katanya, tidak sering berkata kotor dan tidak sering

bersumpah)

3) Jatmika ing solah

(sopan tingkah-lakunya)

4) Antepan bubudenipun

(teguh pendiriannya)

5) Paramarta lalabuhanipun

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

63

(baik pengorbanannya)

6) Patitis ing nalariun

(tajam pemikirannya)

7) Sae lalabetanipun

(baik rasa pengabdiannya)

8) Boten darbe pakareman

(tidak punya kesenangan khusus)

Meskipun tidak sedetail dalam taksonomi Bloom mengenai

profesionalisme guru (personal, sosial, profesi dan peadagogik), setidaknya

kriteria dan syarat-syarat yang dijelaskan Ronggowarsito diatas cukup

mewakili. Karena menurut menurut peneliti, dalam SWHJ mengenai

profesionalisme guru itu hanya kurang kecakapan dalam bidang profesi.

Selanjutnya kriteria murid (peserta didik), Ronggowarsito menjelaskan

dalam SWHJ Bab I, sebagai berikut.

1. Tedhak turun (keturunan orang baik) 2. Tunggil bangsa (sebangsa dengan gurunya) 3. Tunggil agami (seagama dengan gurunya) 4. Tunggil basa (sebahasa dengan gurunya) 5. Sumerep ing sastra (dapat tulis-baca) 6. Sampun kalangkung tengah tuwuh (sudah lewat setengah usia) 7. Tanpa sesakit (tidak berpenyakit) 8. Tanpa kuciwa (tidak bercacat)

Dalam syarat-syarat diatas memang ada syarat yang sebenarnya

ditujukan untuk murid tharikat yaitu pada syarat yang keenam. Selain pada

syarat, yang kedua dan ketiga sebenarnya hanya untuk meneguhkan

pentingnya penguasaan bahasa. Boleh saja guru dan murid itu beda bangsa

tetapi keduanya (khusunya murid) haruslah mengetahui dan memahami

bahasa gurunya.

Setelah mengetahui kriteria guru dan murid, dilanjutkan dalam SWHJ

pada permulaan Bab I, tentang permulaan proses belajar mengajar (tauhid).

Ronggowarsito sebagai pujangga sekaligus guru menulis demikian,

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

64

Ingkang rumiyin wiwiting patrap ingkang dados kuwajiban, punika guru akaliyan badhe murid sami angambil toya wulu117 sarta niyat ingkang maksud kados mekaten :

Nawetu rapngal kadasi, sohirota wal kabirata, parlan lillahi tangala Allahu akbar. Niayatngsun amek banyu kadas, karana angilangake kadas cilik lan kang gedhe, parlu karana Allah. Sic)118

Adapun tata-cara pertama yang wajib dilakukan adalah : guru dan

calon murid mengambil air wudhu, dan mengucapkan lafal niat seperti

di bawah ini :

"nawaitu raf'al hadasi shaghirata wal kabirata fardlan lillahi ta'ala, Allahu Akbar (saya berniat untuk menghilangkan dosa kecil dan dosa besar, karena Allah)"

Berdasar pada tulisan diatas, hendaknya pendidik (guru) ataupun

peserta didik sebelum memulai sebuah proses belajar mengajar dalam keadaan

bersih dan suci sehingga dapat mudah memberi dan menerima pelajaran

karena kondisi fisik terasa nyaman dan segar. Pelajaran lain yang dapat

diambil adalah pentingnya penanaman niat dalam proses belajar mengajar.

Karena dengan niat kita bisa melihat tujuan yang akan kita tempuh. Sehingga

guru bisa memilih Metode apa yang ingin digunakan.

Dalam hal ini, para ahli pendidikan mengidentifikasi ada empat elemen

yang perlu diperhatikan:

1. Identifikasi tujuan yang akan dicapai.

2. Pertimbangan dan penentuan pendekatan yang dipakai untuk mencapai

tujuan.

3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak

dimulainya proses pendidikan samapi tercapainya tujuan

4. Pertimbnagan dan penetapan tolok ukur untuk mengukur tingkat

pencapaian tujuan.119

117 Wulu disini yang dimaksudkan adalah wudhu'.,peneliti 118 Peneliti kurang setuju dengan niyat ini, karena dalam berbagai keterangan kitab-kitab

salaf, berwudlu hanya untuk menghilangkan hadas kecil, sedang untuk menghilangkan hadas besar dengan cara mandi (besar).

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

65

Kemudian Ranggawarsito menuliskan lagi,

Nunten sami dandos busana sarwi suci, boten kenging ingkang mawi emas: utaminipun menawi kersa ngagem kuluk. Lajeng angliga sarira, akokonyoh gandawida, sarta lingan kiwa, akalian sekar oncen-oncen usus ayam karangkep tiga, wangun marga supana, utawi gombyok wakingan kados penganten enggal.

Nunten ing pamejangan katata dipun pasangi tutuwuhan maju sekawan, sarta kadekekan lampit ingkang resik, lajeng ktumpangan gelaran pasir ingkang tigas, ing nginggil pisan katumpangan sinjang pethak (mori), saules lapis pitu, apesipun lapis tiga, mawi kasebaran sekar campur bawur.

Dalam serat diatas Ronggowarsito menjelaskan bahwa, dalam belajar

agama khususnya tauhid, setelah memperoleh niat yang benar maka

dilanjutkan dengan tata-caranya. Sebagai guru, Ronggowarsito yang juga

bernama Kyai Ageng Muhammad Sirrullah, dengan cerdas memilih strategi

dan pendekatan yang tepat dengan memberi sentuhan budaya jawa agar murid

tidak merasa asing dengan Metode ataupun tata-cara yang akan ditempuh.

Dengan memakai sesaji dan wewangi yang memang lekat dengan

budaya jawa diharapkan murid atau peserta didik merasa nyaman sehingga

proses belajar mengajar bisa berjalan dengan nyaman pula. Selanjutnya, dalam

serat diatas pula, ronggowarsito sudah memulai proses belajar dengan tidak

boleh bermewah-mewah (cenderung bersikap sederhana dan zuhud) dalam

proses belajar mengajar. Ronggowarsito menuliskan disitu tidak boleh

menggunakan pakaian yang berbahan dari emas (boten kenging ingkang mawi

emas). Beliau juga memilih tikar yang sederhana dan alas yang berbahan kain

mori. Ini merupakan pelajaran yang diberikan Ronggowarsito kepada

muridnya bahwa hidup itu harus berani lorolopo (laku tirakat). Pemakaian

kain mori bisa diartikan Ronggowarsito (pendidik) ingin memberi pelajaran

secara tidak langsung kepada peserta didik untuk tidak berlebih-lebihan dalam

menjalani hidup karena yang akan dibawa dari dunia ini hanya kain mori dan

amal semasa hidup, karena hidup itu sesaat ibarat mampir ngombe.

119 Dikutip dari Dinamika Pendidikan Islam: Sejarah, Ragam Dan Kelembagaan karya

Dr. jamaludin Darwis (Semarang: RaSAIL, 2006). Baca lengkapnya di halaman 88.

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

66

Kemudian setelah itu Ronggowarsito ataupun para pendidik lain segara

bersama-sama dengan murid (peserta didik) menuju ke tempat pemejangan

yang telah disiapkan sebagaimana diatas. Ronggowarsito menulis demikian:

Nunten ing ngantawis menawi sampun sirep tiyang utawi wanci tengah dalu sami tindak dhateng enggan pamejangan, ingkag badhe kawejangan lenggah majeng mangilen, sarta dudupa ratus kaasapaken ing talingan kiwa, lajeng ing grana, wekasan ing jaja, punika kawit kawejang gurunipun, mawi saksi sekawan ingkang sampun tunggil ngelmu.

Setelah tengah malam, semua orang telah tidur, bersama-sama

(guru dan murid) ke tempat memberi wejangan. Orang yang akan

diwejang duduk menghadap ke arah barat, lalu membakar kemenyan,

diasapkan telinga kiri, hidung dan akhirnya dada dengan di saksikan

empat orang yang seilmu.

Pemilihan waktu malam hari dilakukan Ronggowarsito maupun juga

guru-guuru sebelumnya karena waktu malam lebih tenang dan hening.

Suasana tenang dan hening ini dipilih dan disesuaikan dengan pemilihan

tempat.

Selanjutnya, setelah persiapan selesai guru menjelaskan ajaran tauhid

secara bertahap dan berurutan. Dalam SWHJ ini, Ronggowarsito yang juga

seorang guru, menjelaskan urut-urutannya. Namun mulai serat yang

mengajarkan wejangan tauhid ini Ronggowarsito memindah sudut pandang

sebagai orang pertama (sebagai guru).

Adapaun urut-urutan wejangan tauhid sebagaimana tukisan

Ronggowarsito yaitu pertama adalah ajaran adanya Tuhan, yang berbunyi :

Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin iki Ingsun sajatining ora ana Pangeran nanging Ingsun, sajatining dat kang Maha Suci, angliputi ing sifatingsun, anartani ing asmaningsun, amratandhani ing afngalingsun.

Sebenarnya tidak ada suatu apa pun sebab ketika masih kosong

(awang-uwung) belum ada sesuatu, yang pertama adalah Aku (Allah),

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

67

tidak ada Tuhan kecuali Aku (Allah), hakekat Yang Maha Suci, meliputi

segala sifat-Ku, memberitakan nama-Ku, menandai perbuatan-Ku.

Jadi pendidikan tauhid yang Ronggowarsito (sebagaimana para

wali dan guru sebelumnya) ajarkan kepada murid atau peserta didik adalah

ajaran tentang adanya Tuhan. Bahwa Tuhan itu yang pertama (yang Awal)

sebelum semua kejadian dan semua penciptaan. Sebelum penciptaan alam

semesta, Allah SWT, telah bersemayam dalam nukat ghaib, tidak sama

dengan kosong seperti pendapat Hadiwijono yang mengatakan, “bahwa

hakikat Allah adalah kekosongan yang kekal”.120 Pendapat ini adalah

kurang tepat, sebab Allah adalah Zat Yang Maha Awal dan Yang Maha

Akhir. Hal ini sesuai dengan Firman Allah yang berbunyi :

هلاألوو األورخ رالظاهو ناطالبو وهء بكل ويش يمل3: احلديد ﴿ ع﴾ Dialah yang awal dan yang akhir, yang lahir dan yang batin, dan Dia mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Hadid : 3)121

Ayat yang menyatakan bahwa Allahlah Yang Maha Awal dan Dia

pula Yang Maha Akhir. Bila ditinjau dari sini, kita dapat lihat bahwa

awang-uwung yang dimaksud bukanlah Allah, akan tetapi keadaan

sebelum penciptaan yang masih kosong. Selain itu ada ayat kedua dari

surat Al-Fatihah :

☺ ☺

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam”

Lafal Rabb (Tuhan) dimaknai secara lebih luas, yaitu sebagai

Tuhan yang mencipta dan merawat, dalam sunnatullah-Nya, segala

120 Harun Hadiwijono, Kebatinan Islam Abad Enambelas, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989),

hlm. 59 121 Mahmud Junus, Tarjamah Al Qur’an dan Al Karim, (Bandung: Al Maarif, 1990), hlm

485

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

68

cipataan-Nya yang meliputi alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan,

benda-benda mati, semesta dan alam gaib.122

Hendaknya seorang guru tidak hanya mengenalkan adanya Tuhan

sebagai Pencipta dan Perawat alam semesta ini dalam dalam dalil naqli

saja, tetapi juga dengan dalil aqli. Sehingga perimbangan antara wahyu

dan otak atau rasio. Hal ini juga bisa dimaksudkan unuk menambah

keyakinan peserta didik atau murid, karena dalil naqli yang diperoleh

ternyata tidak bertentangan dengan rasio mereka. Misal saja dengan

memberi contoh dengan pemakaian logika humanis yang simple saja,

bahwa dunia ini ada tentunya ada yang membuat atau mencipta. Yang

mencipta itulah yang bernama “Tuhan”. Dan Tuhan itu menjadi sebab

segala sesuatu. Dalam hukum kausalitas disebut sebagai “causa prima”

(sebab utama yang tidak menjadi akibat, karena tidak ada sebab lagi di

atasnya). Maka terasa sesuailah, ketika Ronggowarsito mengatakan dalam

SWHJ “Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih awang-uwung

durungana sawiji-wiji kang ana dhingin iki Ingsun sajatining ora

anaPangeran nanging Ingsun …” Tuhan (Allah)-lah yang menjadi causa

prima segala kejadian dan penciptaan.

Muatan pendidikan ketauhidan yang ada pada ajaran pertama ini,

juga sama dengan dalam Serat Wirid Maklumat Jati karangan R. Ng.

Ranggawarsita. Sebagaimana yang dikutip oleh Dhanu, ajarannya yaitu :

Sadurunge ana apa-apa, kahananing alam kabir karo alam zahir saisen-isene durung padha dumadi kabeh, kang ana dhigin dhewe amung Zat Kang Amaha Suci. Sajatining Zat Kang Amaha Suci iku asifat Esa, dibasakake zat mutlak kang kadim azali abadi, tegese asifat sawiji, kang amasthi dhigin dhewe nalika isih awang uwung….

Sebelum ada apa-apa, keadaan alam besar dan alam zahir seisinya belum ada yang menjadi semua. Yang terlebih dahulu hanyalah Zat Yang Maha Suci. Sesungguhnya Zat Yang Maha

122 Dikutip dari Al-Jumanatul ‘Ali, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara

Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an, Rev. Terjemah Oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an DEPAG RI (CV. PENERBIT J-ART, 2005), hlm. 1

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

69

Suci itu bersifat Esa, yang dinyatakan sebagai Zat mutlak yang awal abadi, yang bersifat tunggal yang berdiri sendiri ketika masih kosong….123

Jadi, awang-uwung merupakan istilah yang digunakan oleh R. Ng.

Ranggawarsita untuk menggambarkan keadaan sebelum terjadinya

penciptaan. Hal tersebut sebagaimana pendapat Zainuddin Ibnu Abdul

Aziz Al Malybari dalam kitab Irsyadul Ibad, bahwa Allah itu qadim

(dahulu) tidak ada permulaannya dan kekal tidak ada batas akhirnya dan

sesungguhnya Tuhan adalah Tunggal, Esa, tidak ada yang menyamai baik

sifat, nama maupun Zat-Nya.124

Kalimat berikutnya yang berarti, hakekat Yang Maha Suci,

meliputi segala sifat-Ku, menyertai nama-Ku, menandai af’al-Ku. Kalimat

tersebut sering diungkapkan oleh Ranggawarsita dalam beberapa karyanya

yang lain yang berkaitan dengan ajaran tasawuf. Istilah ini merupakan

ungkapan tentang Tuhan, yang sudah biasa digunakan dalam dunia

tasawuf secara universal. Secara singkat pengertian Zat, Sifat, asma dan

Af’al dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Zat dapat ditafsirkan sebagai Zat Tuhan yang hakikatnya tidak bisa

dilihat karena tidak kelihatan, tetapi keberadaannya meliputi segala

yang ada. Oleh karena itu, Zat Tuhan sering dikatakan tan kena kinaya

ngapa, yang berarti Tuhan tidak dapat digambarkan sebagai apa dan

tidak dapat dikatakan bagaimana keadaan-Nya. Untuk membatasi

pengertian tentang Zat Tuhan Yang Maha Esa diberikan sifat-sifat

yang dapat mengesakannya dalam segala-galanya, yang dapat

membedakan-Nya dari makhluk.

b. Sifat, sebenarnya merupakan sebutan setelah adanya Zat. Dalam karya

Ranggawarsita dikatakan bahwa Tuhan memiliki berbagai sifat,

123 Dhanu Priyo Prabowo, Pengaruh Islam dalam Karya-karya R. Ng. Ranggawarsita,

(Yogyakarta: Narasi, 2003), hlm.120. 124 Zainuddin Ibnu Abdul Aziz Al Malybari, Irsyadul Ibad, terj. Mahrus Ali, (Surabaya:

Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 10

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

70

misalnya hayyu (hidup), Zat Kang Wisesa (Zat Yang Maha Kuasa), Zat

Kang Sampurna.

c. Asma dapat ditafsirkan sebagai nama Tuhan, sebagaimana yang

terangkum dalam Asmaul Husna.

d. Af’al merupakan kerja atau perbuatan Tuhan. Dalam berbuat Tuhan

tidak membutuhkan bantuan sebab kekuasaan-Nya bersifat Mutlak.125

Dengan demikian, keempat istilah tersebut dapat dibedakan,

namun keempatnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

keempatnya saling berhubungan. Muatan pendidikan tauhid yang ada pada

ajaran pertama ini mengandung pengertian bahwa Allah adalah Zat Yang

Maha Suci, Yang Maha Esa, Maha Awal, yang mencipatakan alam

semesta. Alam semesta ini ada karena diciptan oleh Allah. Jadi Dia ada

sebelum adanya alam semesta ini, dan Zat Allah itu ada meliputi Asma,

Sifat dan Af’al-Nya.

Sesudah mengajarkan peserta didik atau murid memperoleh

pengetahuan bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan, yaitu Tuhan,

Allah SWT, Ronggowarsito mengajarkan dan menjelaskan ajaran tauhid

tahap yang kedua yaitu : Ajaran tentang wahana zat, yang berbunyi :

Sajatine Ingsun Dat kang Amurba Amisesa kang kawasa anitahaken sawiji-wiji, dadi padha sanalika, sampurna saka ing kodratingsun, Ing kene wus kanyatan pratandhaning apngalingsun kang minangka bebukaning iradatingsun.126 Sesungguhnya Aku (Allah) Zat Yang Maha Kuasa menciptakan segala sesuatunya, menjadikan seketika, sempurna atas kodrat- Ku. Di situlah kenyataan menunjukklan af’al-Ku yang merupakan pembuka iradat-Ku.

Ronggowarsito menjelaskan dalam ajaran kedua, tentang wedaran

wahananing zat (ajaran tentang kejadian zat) ini, bahwa Aku (Allah)

adalah Zat Yang Maha Kuasa, berkuasa untuk menciptakan barang apapun

juga yang ada di alam semesta beserta isinya. Sesuatu itu bisa tercipta

125 Dhanu Priyo Prabowo, op. cit., hlm. 124-125 126 R. Ng. Ranggawarsita, op. cit., hlm. 5

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

71

dengan cepat dan sempurna karena sudah menjadi Kuasa dan kehendak

Allah sendiri.

Selain itu Ronggowarsito juga menerangkan melalui serat ini

bahwa selain Allah itu Maha Pencipta juga mempunyai sifat Maha Suci,

Maha Luhur dan bersifat kekal. Kata ‘Aku’ di sini, merujuk pada ‘Aku’

Tuhan (Allah) bukan ‘Aku’ manusia. Namun dalam serat ini,

Ronggowarsito maupun guru-guru sebelumnya hanya menerangkan sedikit

tentang 'af'al Allah yang juga meupaka sifat jaiz bagi Allah SWT.

Hendaknya para pendidik setelah mengajarkan ajaran tentang

adanya Tuhan (Allah SWT) langsung mengajarkan tentang sifat wajib,

sifat muhal dan sifat jaiz bagi Allah SWT. Hal ini dimaksudkan untuk

menambah pengenalan peserta didik kepada Allah SWT. Meskipun pada

pengajaran dalam wirid di atas hanya disebutkan sedikit, mengenai sifat

Allah (Dat kang amurba amisesa dan iradat) tetapi sebagai pendidik harus

mengajarkan keseluruhan sifat, asma dan af’al Allah SWT secara

keseluruhan.

Adapun sifat wajib bagi Allah itu ada 20 dan sifat muhal Allah

juga ada 20 diantara yaitu wujud yang berarti ada. Lawannya (yang

menjadi sifat muhal bagi Allah) adalah ‘adam artinya tidak ada.

Selanjutnya qidam artinya Allah itu dahulu dan tidak ada yang

mendahului, lawannya adalah huduts artinya baru. Baqa’ artinya abadi,

lawannya adalah fana’ artinya rusak. Mukholafatu li al-hawadits artinya

tidak serupa (berbeda) dari seluruh makhluk, lawannya adalah

mumatsalatu li alkhawadits artinya Allah itu meneyerupai makhluk. Sifat

wajib yang selanjutnya adalah qiyamuhu binafsihi artinya Allah SWT ada

(berdiri) dengan dzat dan kuasa-Nya sendiri, lawannya adalah ihtiyaj

artinya Allah SWT membutuhkan sesuatu yang lain untuk ada.

Wahdaniyat artinya Allah SWT itu Esa, lawannya adalah ta’addud artinya

Allah itu berbilang. Sifat wajib Allah selanjutnya adalah qudrat artinya

kuasa Allah untuk mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu.

Lawannya adalah ‘ajzu artinya Allah itu tidak mampu. Selanjutnya iradat

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

72

artinya kemungkinan Allah untuk menciptakan sesuatu atau

meniadakannya, lawannya adalah karahah. ‘ilmu artinya adalah Alla

mengetahui segala sesuatu, lawannya adalah jahlu artinya Allah itu bodoh

dan tidak mengetahui segala sesuatu. Selanjutnya hayat artinya Allah itu

hidup dan pernah mati, lawannya adalah maut artinya Allah itu mati.

Sama' artinya Allah mendengar segala sesuatu, lawannya adalah shummun

artinya Allah itu tuli. Bashirun artinya Allah itu melihat segala sesuatu,

baik yang jelas maupun yang samar, lawannya adalah ‘umyun artinya

Allah itu buta tidak bisa melihat. Selanjutnya adalah kalam adalah Allah

itu berbicara, akan tetapi kalam Allah tidak berhuruf dan tidak bersuara.

Lawannya adalah bukmu artinya Allah itu bisu, dan seterusnya.

Sedang sifat jaiz bagi Allah ada satu yang juga disebut sebagai

‘af’al Allah SWT, yaitu: Allah berhak menciptakan sesuatu atau tidak

menciptakannya, tidak ada yang yang bagi Allah untuk menciptakan

sesuatu atau meniadakan sesuatu.127 Jika ada yang mewajibkan Allah

untuk mencipta atau meniadakan sesuatu berarti Allah bukan Tuhan yang

“causa prima”, dan itu jelas muhal atau tidak mungkin.

Pada ajaran ini, Ronggowarsito atau pendidik menjelaskan kepada

peserda didik mengenai kejadian segala sesuatu. Af’al Allah SWT dalam

menciptakan segala sesuatu. Jadi sesuai dengan Wirid di atas, ketika Allah

SWT menghendaki segala sesuatu, Ia hanya tinggal mengucapkan maka

akan terjadi (tercipta).

Allah menciptakan segala sesuatunya menjadi seketika dengan

sabda Ilahi kun fa yakun (ada lalu berada), yaitu sabda yang

mengungkapkan penjadian alam semesta karena perintah Allah. Menurut

Hamzah Fansuri, Allah menciptakan segala sesuatu menjadi seketika

dengan sabda kun fa yakun. Maksudnya sesuatu bisa terjadi dengan

melalui proses yaitu dari yang sudah ada menjadi berada, sebab sabda Ilahi

ini ialah segala realitas akali yang masih terpendam itu keluar sebagai

127 Dikutip dari kitab Tijan Al-Darari karya Syekh Ibrahim Al-Bajuri (Jakarta:Karya

Insan Indonesia, TT) hlm, 3-10

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

73

dunia gejala. Misalnya pohon itu berada karena sudah ada bijinya

(perbendaharaannya).128

Dengan demikian alam seisinya bisa tercipta dengan sempurna

karena perbuatan Allah, yang sudah menjadi kuasa Allah untuk

berkehendak. Kehendak (iradah) Allah ini menurut ajaran Ahli sunnah

wal Jamaah ada dua yaitu :

a. Iradah Kauniyah, yaitu adanya kehendak Allah namun tidak harus

disenangi-Nya, atau dalam istilah lain disebut masy’iyah.

Sebagaimana Firman Allah, “Seandainya Allah menghendaki, tidaklah

mereka tebunuh. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendakinya”.

(Al Baqarah : 253).

b. Iradah Syar’iyah, yaitu kehendak yang tidak mesti harus terjadi namun

kehendak ini disenangi oleh Allah.

Kedua iradah tersebut adalah berdasarkan hikmah dan hikmah itu

hanya Allah yang mengetahui dengan sebenarnya. Manusia mungkin tahu

sebagian atau tidak sama sekali akan hikmah apa yang terjadi, karena

jangkauan akal manusia yang sangat terbatas.

Dalam terminologi syariat Islam, istilah tauhid ini disebut tauhid

rubbubiyah, yang berarti percaya bahwa hanya Allahlah satu-satunya

Pencipta, Penguasa, Pemilik, Pengendali makhluk dan alam raya dengan

kehendak-Nya. Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan

alam seisinya dengan sunnah-sunnah-Nya.

Setelah itu Ronggowarsito melanjutkan materi pendidikan tauhid

yang selanjutnya, yang ketiga, dalan SWHJ adalah ajaran Peneguh

Keimanan, yang berbunyi :

Ingsun anekseni, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan

anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Aku (Allah), dan

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Ku.

128 Harun Hadiwijono, op. cit., hlm. 45

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

74

Dalam ajaran tersebut ronggowarsito menerangkan tentang hakikat

tauhid (kenyataan Allah Yang Maha Esa). Ajaran ini dalam Wirid Hidayat

Jati disebut panetep santosaning iman (penguat sentosanya iman).

Ronggowarsito mengawali dengan syahadad jati (kesaksian nyata) sebab

mengajarkan dengan jalan memberi tahu secara batin tentang penguat

keyakinan manusia, dalam menghayati yang senyata-nyatanya hidupnya

sendiri. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Zat Yang Maha Esa, tidak

ada Tuhan yang patut disembah selain diri-Nya, maka manusia hidup dan

tunduk hanya untuk Allah.

Setelah mengetahui ajaran tentang adanya Tuhan (Allah SWT),

dan wedharan wahananing dat, maka peserta didik bertambah

keyakinannya dan melakukan kesaksian yang dalam Islam disebut dengan

syahadat. Syahadat dalam islam sendiri terbagi menjadi dua yaitu:

syahadat tauhid dan syahadat rasul. Syahadat tauhid adalah pengesaan

terhadap Allah SWT, menyaksikan bahwa Allah adalah satu-satunya

Tuhan yang wajib di taati dan disembah. Ini tertuang dalam lafal “asyhadu

an laa ilaaha illa Allah”. Sedang syahadat rasul adalah persaksian bahwa

Muhammad saw, benar-benar utusan-Nya yang membawa risalah dan

ajaran agama islam. Ini tertuang dalam lafal “ wa asyhadu anna

Muhammad rasulullah”. Setelah melakukan syahadat, seorang murid atau

peserta didik secara umum sudah dianggap mukmin sehingga sudah

terkena beban taklif, sehingga sudah bisa dikenai kewajiban dan segala

hukum-hukum dalam Islam beserta resikonya (dosa dan pahala).

Tauhid manusia tidak akan sempurna hingga dia bersaksi bahwa

tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah. Jadi dia meniadakan

uluhiyyah dari apa saja selain Allah dan menetapkan uluhiyyah untuk

Allah saja. Selanjutnya Kata ‘Aku’ pada kalimat kedua (Aku bersaksi)

menunjukkan keakuan manusia dan kata ‘Aku’ berikutnya (Muhammad

adalah utusan-Ku) menunjukkan keakuan Tuhan (Allah), sama dengan

penjelasan di atas.

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

75

Dengan demikian ajaran ketauhidan yang ada dalam SWHJ ini,

nampaknya merupakan kelanjutan dari paham tasawuf yang dibawa oleh

Mansur Al Hallaj, yang mana menurut Muhammad Daud Ali ajaran itu

disebut sebagai tasawuf falsafi yang menganut aliran fana, karena teori-

teori yang dikemukakannya banyak mengandung unsur-unsur filsafat.129

Sedang tasawuf sendiri menurut Junaidi Al Bagdadi tidak

bertentangan dengan syariat, karena tasawuf berdasarkan Al Qur’an dan

Hadis. Tasawuf merupan bentuk pengalaman syariat secara sangat intensif

atau bersungguh- sungguh dengan memberikan perhatian utama pada

sikap hati atau batin.130

Pendidikan tauhid pada ajaran ini mengandug pengertian bahwa

Allah itu Zat Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Nabi

Muhammad adalah utusan Allah, yang diutus untuk menyampaikan risalah

Islam kepada umatnya. Dengan demikian seseorang bisa dikatakan muslim

manakala ia mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut.

Selanjutnya, Ronggowarsito mengajarkan dan menjelaskan materi

pendidikan tauhid dalam SWHJ, yang keempat, adalah ajaran Sasahidan,

berbunyi :

Ingsun anekseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana Pengeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun, iya sajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku rahsaningsun, Muhammad iku cahyaningsun, iya Ingsun kang kang Urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kakurangan ing pangerti, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora katon apa-apa, amung Ingsun kang angliputi ing ngalam kabeh kalawan kodratingsun. Aku bersaksi kepada Zat-Ku sendiri, bahwa sesungguhnya tidak

129 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2002), cet. IV, hlm. 161 130 Ibid, hlm. 159

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

76

ada Tuhan selain Aku (Allah), dan Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku, sesungguhnya yang bernama Allah itu badan-Ku, Rasul Rahsa-Ku, Muhammad cahya-Ku. Akulah (Allah) yang hidup tidak akan mati. Akulah (Allah) yang selalu ingat tidak akan lupa. Akulah (Allah) yang kekal tidak ada perubahan dalam segala keadaan. Akulah (Allah) yang bijaksana tiada kekurangannya di dalam pengertian, sempurna terang benderang, tidak terasa, tidak kelihatan, hanya Aku (Allah) yang meliputi alam semesta, karena kodrat-Ku.

Ajaran ini pada dasarnya merupakan penjabaran dari ajaran

sebelumnya (Sasahidan), yaitu sebagai penjelasannya. Kata ‘Aku’ di sini

adalah ‘Aku’ manusia, sebagaimana penjelasan di atas. Sedang kata “Zat-

Ku sendiri” maksudnya adalah Zat Allah yang menciptakan manusia dan

alam semesta ini beserta pengaturannya. Jadi maksud dari ajaran ini ialah

aku (manusia) bersaksi kepada Zat Allah sendiri Yang Maha Esa dan

Maha Suci yang menciptakan manusia dan alam semesta beserta

pengaturannya.

Pada bagian yang berbunyi “tiada Tuhan kecuali Aku” adalah

kalimat pernyataan manusia tentang kemahaesaan Allah, sebagaimana

yang ada dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya’, ayat 25 yang berarti “Tidak

ada Tuhan kecuali Aku (Allah)”.131

Kalimat tersebut setiap kali diulang di dalam segala ajaran dengan

perubahan disana-sini. Menurut R. Ng. Ranggawarsita, ajaran ini diangkat

atau diucapkan sesudah mengetahui arti syahadat jati, kemudian

mengangkat saksi dari segala makhluk yang terbentang di alam dunia

seperti : bumi, langit, matahari, bulan, bintang, api, angin, air dan

sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar semuanya menjadi saksi, bahwa

manusia telah mengakui Allah adalah Zat Yang Maha Esa dan semua yang

ada di alam semesta adalah ciptaan-Nya. Kalimat tersebut diucapkan

dalam batin.132

131 Mahmud Junus, op. cit., hlm 477 132 R. Ng. Ronggowarsito, op. cit., hlm. 41

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

77

Muatan pendidikan tauhid dalam SWHJ selanjutnya yaitu

mengenai nama dan sifat yang dimiliki oleh Allah. Dalam SWHJ ini nama

dan sifat yang dimiliki oleh Allah di antaranya yaitu Aku (Allah) yang

hidup tidak kenal mati, yang ingat tidak kenal lupa, yang abadi tidak kenal

perubahan keadaan sejati, yang waspada tidak samar kepada masing-

masing, yang perkasa, yang kuasa dan bijaksana, tidak kekurangan

pengertian, Allah Zat Yang Maha Kuasa yang meliputi semua alam

dengan kehendak Allah sendiri.

Sifat-sifat Allah dalam serat tersebut merupakan bagian dari

beberapa sifat Allah yang ada dalam Al Qur’an. Sifat sifat Allah disebut

dalam Al Qur’an dengan nama-nama yang indah (Asmaul Husna) yang

berjumlah 99.

Setelah itu Ronggowarsito juga menerangkan dalam tulisannya

andaikata murid atau peserta didik masih kurang faham dengan ajaran

yang telah disampaikan dan ingin menambah pengetahuan dan

pemahaman dengan berguru pada orang lain, maka ia diperbolehkan

dengan syarat meminta ijin dulu kepada guru sebelumnya. Dalam

tulisannya ia mengatakan demikian :

Kajawinipun saking mekaten, saumpami ingkang kawejang wau dereng anarimah, utawi taksih kirang padhang ing panampinipun, menawi badhe anggeguru ing sanesipun malih mboten dados punapa, angger anedha idining guru ingkang amejang ngelmu punika.

B. Nilai Pendidikan Tauhid dalam SWHJ

1 Nilai Rububiyah

Nilai pendidikan tauhid yang dapat diambil dalam serat tersebut

adalah nilai rububiyah. Suatu kepercayaan bahwa yang menciptakan alam

semesta beserta isinya ini, hanyalah Allah sendiri tanpa bantuan siapapun.

Atau dengan kata lain, alam semesta ini ada, tidak berada dengan

sendirinya tetapi ada yang menciptakan yaitu Allah, sebab sebelum alam

semesta ini ada Allahlah yang pertama kali ada.

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

78

R Ngabehi Ronggowarsito dalam SWHJ, menunjukkan bahwa

hendaknya tauhid rububiyyah ini diajarkan atau dijelaskan kali pertama

dalam pengajaran tauhid.

Hal ini sebagaimana yang diajarkan dalam serat tersebut yaitu : Sajatine Ingsun Dat kang Amurba Amisesa kang kawasa anitahaken sawiji-wiji, dadi padha sanalika, sampurna saka ing kodrat Ingsun, Ing kana wus kanyatan pratandhaning apngal Ingsun kang minangka bebukaning Iradat Ingsun.133 Sesungguhnya Aku (Allah) Zat Yang Maha Kuasa menciptakan

segala sesuatunya, menjadikan seketika, sempurna atas kodrat-

Ku. Disitulah kenyataan menunjukklan af’al-Ku (perbuatan-Ku)

yang merupakan pembuka iradat-Ku.

Dengan adanya Allah sebagai Zat pencipta alam semesta beserta

isinya maka manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya harus mengakui dan

mengagungkan Allah. Manusia harus bertuhan hanya kepada Allah, tidak

kepada yang lain. Pengakuan akan kekuasaan Allah dalam penciptaan

alam semesta beserta pengaturannya ini, sebagaimana yang diterangkan

dalam Firman Allah

)16: الرعد( القهار الواحد وهو شيء كل خالق الله قلkatakanlah : “Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ar_Ra’du: 16).134 Pengertian rububiyah ialah “kepercayaan bahwa pencipta alam ini

adalah Allah, tetapi ia tidak mengabdi kepada- Nya saja”. Pengertian ini

jelas, kemutlakan Allah dalam segala sifat dan nama-Nya, tidak murni

lagi. Dia masih terbatas pada lingkungan dan situasi, sehingga orang boleh

saja suatu saat tunduk pada-Nya namun dilain waktu ia menghindarinya

dan tunduk pada selain Allah misalnya menyembah berhala.

Tauhid inilah yang pernah dilakukan oleh kaum kafir Quraisy yang

menyembah berhala, mereka percaya adanya Tuhan Yang Maha Pencipta

133 R. Ng. Ronggowarsito, op. cit., hlm. 18 134 Mahmud Junus, op. cit., hlm. 227

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

79

namun ia tetap menyembah berhala.135 Dengan demikian, tauhid

rububiyah akan rusak apabila ada pengakuan bahwa yang mengurus alam

ini ada dua Tuhan atau lebih. Keyakinan akan banyaknya Tuhan akan

merusak akal dalam memahami alam dan merusak paham terhadap tugas-

tugas keagamaan, bahkan merusak pengetahuan manusia terhadap hakikat

manusia, sebagaimana Firman Allah:

فسبحن اهللا رب العرش عما يصفون لو كان فيهما آلهة إلا الله لفسدتا )22: األنبياء(

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS. Al_Anbiya’:22)136

Islam mengajarkan bahwa adanya Tuhan Yang Maha Kuasa,

Dialah Pencipta alam semesta dan seisinya. Inilah akidah yang harus

diimani dalam hati setiap insan yang dibuktikan dalam pengalaman. Akal

yang sehat tidaklah dapat memungkiri adanya Tuhan Yang Maha Pencipta

karena setiap makhluk atau ciptaan pasti ada yang menciptakannya

(khalik).

Ketika akal fikiran manusia telah mencapai pengakuan terhadap

adanya tuhan (Allah) maka kesadaran mengharuskan beriman, dan jika

beriman maka keimanan itu akan berpindah kepada fase lain yaitu

keyakinan bahwa seluruh alam semesta ini tercipta oleh Pencipta Yang

Agung.

Sesungguhnya orang yang beranggapan bahwa dirinya adalah

ciptaan Allah dan kelangsungan hidupnya tergantung pada pengaturan

daya Yang Bijaksana, tidak mungkin akan berbuat sesuatu tanpa

memperdulikan perintah penciptanya. Dengan pandangan yang realistis ini

135 Abdurrahman An Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal

Madrasati wal Mujtama, terj. Shihabuddin, Pendidikan di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta : Gema Insani Press, 1995), hlm. 87

136 Mahmud Junus, op. cit., hlm. 292

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

80

dia melihat bahwa jasad, ruh, akal dan nuraninya adalah ciptaan

Allah._Oleh karena itu dia berkeyakinan bahwa Allah adalah penciptanya

dan pemiliknya yang hakiki.

2 Nilai Uluhiyyah

Nilai Uluhiyah yang dimaksud di sini ialah pengakuan dan

keyakinan akan adanya Allah sebagai satu-satunya Tuhan, dengan kata

lain meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dengan keesaan Allah

maka manusia hanya bersujud kepada Allah dan wajib mentaati perintah-

Nya serta menjauhi larangan-Nya.137 Uluhiyah inilah yang dibawa oleh

para rasul Allah di muka bumi ini.

Ronggowarsito menjelaskan tentang tauhid pendidikan uluhiyyah

ini dalam ajaran peneguh sentosaning iman dan sasahidan. Ia menulis dan

mengajarkan peneguh sentosaning iman demikian :

Ingsun anekseni, satuhune ora ana pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun.

Setelah itu Ronggowarsito mengajarkan wejangan sasahidannya demikian:

Ingsun anekseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana Pengeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun, iya sajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku rahsaningsun, Muhammad iku cahyaningsun, iya Ingsun kang urip ora kena ing pati, iya Ingsun kang eling ora kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora katon apa-apa, amung Ingsun kang angliputi ing alam kabeh kalawan kodratingsun.

Hal ini sesuai dengan berbagai dalil naqli dalam Al-Qur'an.

Adapun di antara ayat yang menyatakan keesaan Allah ialah

يمحالر نمحالر وإأل ه ال إله داحو إله كمإله163: البقرة(و( Adapun Tuhanmu itu adalah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah : 163).138

137 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm. 17 138 Mahmud Junus, op. cit., hlm. 23

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

81

Menurut pendapat Muhammad Thahir Badrie, batasan uluhiyyah

adalah “kepercayaan untuk menetapkan bahwa sifat ketuhanan itu

hanyalah milik Allah belaka dengan penyaksian bahwa tidak ada Tuhan

selain Allah yang dilahirkan dengan mengucapkan kalimat Thayibah Laa

ilaaha illallah”.139 Selain itu makhluk hanya berbakti kepada Allah saja.

Jika ia mendapat musibah, ia lari, mengadu dan berserah diri hanya kepada

Allah, kalau ia mengerjakan amalan maka tujuan utamanya hanya Allah

semata.

Hal ini sebagaimana keyakinan akan keesaan Allah dalam Wirid

Hidayat Jati yang diajarkan dan tulis oleh Ronggowarsito, dalam serat

disebut Panetep Santosaning Iman, yang berbunyi

Ingsun anekseni, satuhune ora ana pangeran amung Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun.140

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Aku (Allah), dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Ku.

Ajaran tersebut menerangkan tentang kenyataan Allah adalah Zat

Yang Maha Esa. Syahadat ini mengajarkan dengan jalan memberi tahu

secara batin tentang penguat keyakinan manusia, dalam menghayati yang

senyata-nyatanya hidup manusia pribadi bahwa manusia adalah makhluk

ciptaan Allah, manusia bisa hidup karena diberi kehidupan oleh Allah.

Oleh karena itu manusia harus beri’tiqad bahwa Allah adalah Maha Esa

dan wajib mentaati segala perintah dan larangan-Nya.

Selanjutnya keyakinan akan keesaan Allah juga diajarkan oleh

Ronggowarsito dalam ajaran Sasahidan yang berbunyi:

Ingsun Anekseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana

Pengeran amung Ingsun, lan nekseni Ingsun satuhune

Muhammad iku utusan Ingsun.

Ronggowarsito menerangkan bahwa sesungguhnya tidak ada

Tuhan selain Aku (Allah), dan Aku bersaksi bahwa sesungguhnya

Muhammad itu utusan-Ku. Kalimat yang mempunyai arti, Aku bersaksi,

139 Muhammad Thahir Badrie, op. cit., hlm. 25 140 Ronggowarsito, Wirid Hidayat Jati, terj. R. Tanojo, (Surakarta: t. p, 1954), hlm. 10

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

82

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Aku bersaksi bahwa Muhammad

adalah utusan Allah. Kalimat syahadat ini merupakan revolusi rohani yang

Maha Dasyat, sebuah proklamasi kemerdekaan jiwa dari penjajahan ilah-

ilah yang tercipta dalam sejarah; sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahaim

dalam masa pencarian Tuhan Yang Maha Benar. Apabila kalimat tersebut

dianalis dengan arti kata “ilah” sebagai pelindung, yang menguasai aturan

hukum alam, penguasa yang tunggal, yang ditaati, maka akan didapati

implikasi yang dapat menimbulkan statemen bahwa tidak ada pelindung,

tidak ada penguasa tunggal, tidak ada yang ditaati secara mutlak kecuali

Allah SWT.

Dengan mengetahui makna tersebut tanpa ada pengamalan dalam

keseharian, manusia tidak akan pernah dapat menyadari pentingnya ajaran

Islam. Perbedaan antara orang yang beriman dengan orang yang tidak

beriman bukan hanya terletak pada kalimat tauhid (syahadat) saja, sebab

beberapa kata tidak akan dapat membuat perbedaan yang begitu besar

diantara manusia. Kekuatan yang sesungguhnya terletak pada penerimaan

secara utuh dan mutlak terhadap ajaran Islam dan penerapannya di dalam

kehidupan nyata. Hal ini disebabkan, tauhid dalam Islam diyakini sebagai

tauhid i’tiqodi ilmi (keyakinan teoritis) dan tauhid amali suluki (tingka

laku praktis).

Syahadat yang benar adalah harus mendasarkan atas pengetahuan

dan pengertian terhadap apa yang diyakini kebenarannya. Dalam hal ini

syahadat yang benar yang harus dimulai dengan ilmu pengetahuan dan

pengertian yang benar tentang Allah SWT. sehingga syahadat dapat

dikatakan sebagai puncak klimak, titik kulminasi dan keseimbangan akhir

dari pengetahuan, pengertian, kesadaran seseorang tentang wujud Allah

dan ke-illahi-an-Nya.

Hal ini sebagaimana dalam ajaran Wirid Hidayat Jati, sebelum

mengajarkan tentang syahadat terlebih dahulu di mulai dengan

pengetahuan dan pengertian tentang keesaan Allah beserta penciptaan-

Nya, yaitu bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Esa dan Maha Awal

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

83

sebelum penciptaan alam semesta (ajaran adanya Zat), kemudian

menyadari tentang penciptaan alam semesta (ajaran wahana Zat Yang

Maha Kuasa) setelah mengetahui, mengerti dan menyadari tentang wujud

Allah beserta keilahian-Nya, baru kemudian menegaskan kalimat syahadat

la ilaaha ilallah.

Dengan demikian penanaman tauhid ke dalam diri manusia akan

membawa manusia pada kedudukannya yang mulia dan menghendaki

manusia untuk memakai atribut manusia tauhid yang bertaqwa. Manusia

tauhid ini merupakan manusia yang hidup dengan nilai-nilai ilahiyah,

yaitu manusia yang mengaktualisasikan nilai-nilai ketuhanan. Misalnya

Allah Maha Penyayang, maka manusia sebagai makhluk-Nya hendaknya

dapat mengimplementasikan nilai ketauhidannya yaitu dengan

menyayangi sesama manusia dan sesama makhluk lainnya, Allah Maha

Penolong maka manusia hendaknya hidup saling menolong dengan sesama

makhluk.

3 Nilai Asma dan Sifat

Nilai Asma dan Sifat ini maksudnya adalah suatu kepercayaan dan

keyakinan bahwa hanya Allah sendirilah yang berhak atas nama dan sifat-

sifat-Nya. Dari pengertian itu, jelaslah bahwa asma wa sifat Allah berdiri

di atas tiga asas yaitu:

a. Meyakini bahwa Allah Maha Suci dari kemiripan dengan makhluk dan

dari segala kekurangan.

b. Mengimani seluruh nama dan sifat Allah yang ada dalam Al Qur’an

dan Hadis tanpa mengurangi atau menambahi, dan tanpa mengubah

atau mengabaikan.

c. Menutup keinginan untuk mengetahui kaifiyah (kondisi) sifat-sifat itu.

Dalam SWHJ Ronggowarsito mengajarkannya dalam dalam

sebagian wirid wejangan sasahidan yang berbunyi

'.., iya Ingsun kang urip ora kena ing pati, iya Ingsun kang eling ora kena inglali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

84

kukurangan ing pangerti, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora katon apa-apa, amung Ingsun kang angliputi ing alam kabeh kalawan kodratingsun.

Untuk mentauhidkan nama dan sifat-Nya Ronggowarsito menerangkan

dengan cara mensucikan dan mengagungkan Allah dalam kesempurnan-

Nya.

Dalam pendidikan ini, Ronggowarsito menegaskan dan

menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tidak sama dalam

subtansi dan kapasitasnya dengan makhluk. Perbedaan itupun mesti

diyakini walaupun dari segi bahasa yang digunakan untuk merujuk sifat

tersebut sama.

Allah menyerukan kepada setiap muslim agar mensucikan-Nya

dari sifat-sifat negatif, yaitu memiliki sifat yang tidak beristri, tidak

bersekutu, tidak memiliki tandingan dan menyuruh manusia agar hanya

berlindung kepada-Nya. Dia tidak memerlukan istirahat, tidak mengantuk

dan lelah. Dia tidak mati, tidak bodoh, tidak lupa dan tidak memiliki sifat-

sifat kekurangan lainnya. Hal tersebut sebagaimana dalam ajaran SWHJ

yang ada pada ajaran adanya Zat yang menerangkan bahwa, sesungguhnya

Yang Maha suci itu meliputi sifat-Ku (Allah), menyertai nama-Ku (Allah),

menunjukkan kepada perbuatan-Ku (Allah). Selain itu ajaran tentang

mensucikan asma dan sifat Allah yaitu ada pada ajaran Sasahidan yang

artinya ; Akulah (Allah) yang hidup tidak akan mati, Akulah yang selalu

ingat tidak akan lupa, Akulah yang kekal tidak ada perubahan dalam

segala keadaan, Akulah yang bijaksana tidak ada kekurangan di dalam

pengertian, sempurna terang benderang tidak terasa tidak kelihatan, hanya

Aku yang meliputi alam semesta karena kodrat-Ku.141

Ajaran tersebut mengajarkan bahwa nama dan sifat Allah itu suci

dan sempurna, tidak ada kekurangan sedikitpun. Islam telah mengajarkan

tentang sembilan puluh sembilan nama-nama Tuhan, untuk

mengungkapkan kekuasaan-Nya di dunia dan pemeliharaan atas-Nya,

141 R. Ng. Ronggowarsito, dkk., Hidayat Jati Kawedhar Sinartan Wawasan Islam,

(Surabaya : Citra Jaya, 1984), hlm. 99

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

85

tetapi ia menekankan bahwa “Tiada sesuatupun yang serupa seperti Dia”.

Firman Allah

رفاط اتاوما السضألول ط رعج لكم نم فسكما أناجوأز نمام وعا الأناجوج أز كمؤذري يهط ف سلي هثلء كميش وهو يعمالس ريص11: الشورى( الب(

(Dia) Pencipta langit dan bumi. dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat. (Q.S. Asy Syura: 11).142

Dalam ayat kursi Allah SWT. telah mensifati diri-Nya sendiri

dengan sifat Tuhan Yang Maha Tinggi, yang berhak disembah secara

hakiki seperti Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, Maha Memiliki, Maha

Berilmu, Maha Kuasa dan sebagainya. Namun dalam ayat tersebut Allah

juga merinci sifat-sifat kekurangan yang dinafikan, misalnya kalimat

" ة ونس ذهأخالت موال ن " yang berarti, “Dia tidak mengantuk dan tidak pula

tidur”.143 Ayat ini menegaskan bahwa sembahan yang hak, tidak bisa

dikuasai oleh rasa kantuk dan tidak pernah jatuh ke dalam tidur. Dia suci

dari sifat kekurangan dan sifat-sifat_yang serupa dengan makhluknya.

Dengan demikian, walaupun sebutan dan kata asma wa sifat Tuhan

menyerupai manusia, akan tetapi hakikat dari nama-nama itu tidaklah

sama dengan apa yang berlaku pada makhluk atau manusia,

transendensinya selalu terjaga di dalam Al Qur’an.

Kaitannya dengan pendidikan tauhid, dimensi asma dan sifat

memegang peranan yang sangat penting. Diibaratkan seseorang tidak akan

sayang kepada orang lain kalau dia sendiri tidak mengenal orang tersebut,

begitu juga halnya jika dikaitkan dengan Allah. Seorang hamba akan lebih

dekat dengan Tuhannya manakala ada suatu proses pengenalan dengan

Tuhannya (Allah) yaitu pengenalan dengan nama dan sifat-Nya. Dengan

142 Mahmud Junus, op. cit.,, hlm. 436 143 Ibid, hlm. 39

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

86

mengenal nama dan sifat-Nya, seorang hamba akan mencoba memahami

apa keinginan Tuhannya, yang disukai dan yang dibenci tuhannya

sehingga pengenalan itu nantinya menimbulkan kecintaan pada Tuhan

(Allah).

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

87

BAB V

PENTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis skripsi yang berjudul “Nilai

Pendidikan Tauhid Dalam Serat Wirid Hidayat Jati Karya R. Ng.

Ranggawarsita”, dapat ditarik beberapa kesimpulan

1 Dalam khasanah sastra Jawa, nilai pendidikan religius banyak tersimpan

dalam sastra yang berbentuk wirid atau suluk. Nilai tersebut sangat

bermanfaat bagi pembinaan dan pendidikan mental spritual, dalam hal ini

disebut dengan pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid adalah suatu proses

bimbingan untuk mengembangkan dan memantapkan kemampuan

manusia (fitrah) dalam mengenal keesaan Allah, dan

mengaktulisasikannya (nilai-nilai ilahiyah) dalam kehidupan sehari-hari.

2 Ajaran yang ada dalam SWHJ berisi tentang pendidikan tauhid yang

dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Misalnya tasawufnya Al Hallaj, Abdul

Rauf (Sumatra), Syeh Abdul Muhyi (Pamijahan, Jawa Barat) dan para wali

di Jawa. Pengaruh ajarannya ialah manusia hendaknya berusaha

mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Suci dengan cara pembersihan

hati dan berperilaku luhur. Muatan pendidikan tauhid dalam SWHJ yaitu,

bahwa sebelum ada alam semesta ini yang terlebih dahulu ada ialah Allah.

Dialah yang menciptakan alam semesta beserta pengaturannya. Allah

Yang Maha Esa, meliputi zat, nama, sifat dan af’al-Nya. Selain itu Allah

juga Zat Yang Maha Suci dan Sempurna jauh dari segala kekurangan baik

itu asma, sifat maupun af’al-Nya.

3 SWHJ mengandung nilai-nilai pendidikan tauhid di antaranya adalah nilai

Rububiyah, nilai Uluhiyah dan nilai Asma wa Sifat. Nilai tersebut dapat

diambil untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

tertanamnya tauhid dalam jiwa manusia secara kokoh dan kuat, akan

merefleksikan dan mewarnai dalam kehidupan di masyarakat, karena

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

88

terpengaruh oleh keyakinan kepada Allah. Akibatnya peribadatan manusia

kepada Allah tidak hanya sebatas menjalankan perintah ritual agama saja,

namun dengan memahami hakikat manusia hidup di dunia.

B. Saran-saran

1. Dalam rangka mengantisipasi semakin gencarnya arus kehidupan yang

mengarah kepada pengabaian atas pengakuan kepada keesaan Allah SWT,

maka hendaknya pendidikan ketauhidan diberikan kepada peserta didik

sedini mungkin dan secara continue agar terhindar dari perbuatan sesat

(musyrik) dan terjangkitnya kekeringan jiwa spritual.

2. Untuk memberikan pendidikan tauhid kepada peserta didik, tidak hanya

dengan melalui proses pembelajaran secara langsung antara guru dan

murid, tetapi bisa melalui dengan menggunakan media. Dalam hal ini

karya sastra bisa digunakan sebagai media pendidikan, untuk diambil

nilai-nilai pendidikannya yang terkandung di dalamnya.

3. Dalam SWHJ terdapat ungkapan-ungkapan yang biasa diucapkan oleh

seorang sufi, yang mengandung makna filsafati dan kata-kata itu sulit

dipahami bagi orang yang belum mengerti tentang tasawuf atau ilmu

filsafat. Oleh karena itu ajaran tersebut hendaknya diberikan kepada orang

lain dengan hati-hati.

C. Penutup

Sebagai kata terakhir, penyusun mengucapkan syukur alhamdulillah,

skripsi ini dapat terselesaikan. Namun penyusun menyadari akan segala

kekurangan dan kesalahan, yang masih jauh dari sempurna. Hal ini

dikarenakan keterbatasan kemampuan dan minimnya pengalaman penyusun.

Akhirnya, harapan penyusun atas segala kekurangan dan kesalahan

yang ada dalam penyusunan skripsi ini, penyusun mohon maaf dan menerima

saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan

selanjutnya.

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

89

Demikianlah kata penutup dari penyusun, dengan harapan semoga

skripsi yang sangat sederhana ini dapat memberikan motivasi penyusun untuk

melangkah lebih maju dan bermanfaat bagi penyusun serta pembaca pada

umumnya. Amiin.

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

90

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Syekh Muhammad., Risalah At Tauhid, terj. H. Firdaus A. N., Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Abu Zahrah, Syekh Muhammad, Al ‘Aqidah Al Islamiyyah, ttp : ‘Udhwal Majmu’, 1969.

_______., Hakekat Aqidah Qur’ani: Kembali kepada Aqidah yang Benar di dalam Qur’an dan Hadis, Surabaya: Pustaka Progresif, 1991.

Al Faruqi, Ismail Raji., Tauhid, Bandung: Pustaka, 1995.

Al Malybari, Zainuddin Ibnu Abdul Aziz., Irsyadul Ibad, terj. Mahrus Ali, Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995.

Al Ustmaini, Syaikh Muhammad bin Shalih., Majmu’ Fatawa Arkanil Islam,terj. Furqan Syuhada, dkk., Majmu’ Fatawa, Solo: Pustaka Arafah, 2002.

_______., Apakah Yang Dimaksud Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, terj. Muslim Aboud Ma’ani, Surabaya: Bina Ilmu Offset, 1985.

Ali, Muhammad Daud., Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. IV.

An Nahlawi, Abdurrahman., Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Madrasati wal Mujtama, terj. Shihabuddin, Pendidikan di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Anwar, Saifudin., Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 1998.

Any, Andjar, Rahasia Ramalan Jayabaya Ranggawarsita dan Sabdopalon, Semarang: Aneka Ilmu, 1989.

_______., Raden Ngabehi Ronggowarsito Apa yang Terjadi, Semarang: Aneka Ilmu, 1980.

Arikunto, Suharsimi., Manajemen Penelitian, Jakarta: Bina Aksara, 200.

_______., Prosedur Penelitian, Jakarta: Bina Aksara, 1985.

Asmuni, M. Yusran., Ilmu Tauhid, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993

Aziz, Shaleh Abdul., At Tarbiyyah wa Thariq At Tadris, Lebanon: Daarul Ma’arif, 1979.

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

91

Badrie, Muhammad Thahir., Syarah Kitab Tauhid Muhammad bin Abdul Wahab, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Jawa Tengah, Sejarah Singkat Raden Ngabehi Ranggawarsita, Semarang: Depdikbud, 1988.

Ciptoprawiro, Abdullah, Filsafat Jawa, Jakarta : Pustaka Pelajar, 1986.

Cr, Otto Sukanto., Paramayoga Mitos Asal Usul Manusia, Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya 2001.

Daradjat, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Departemen Agama RI., Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, 2002.

DZ, M. Hamdani B., Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001.

Ernst, Carl W., Words Ectasy in Sufism, terj. Heppisi Rudatin, Ekspresi Ekstase dalam Sufisme, Yogyakarta: Putra Langit, 2003.

Hadi, Sam., Gaya Kebatinan dan Watak Islam, Bandung: Al Ma’arif, 1983.

Hadiwijono, Harun., Kebatinan Islam Abad Enambelas, Jakarta: Gunung Mulia, 1989.

Halim, Abdul (ed.), Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Hasyim, Umar., Sunan Kalijaga, Kudus: Menara, 1974.

Ibnu Rusn, Abidin, Pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Junus, Mahmud., Tarjamah Al Qur’an Al Karim, Bandung: Al Ma’arif, 1990.

Kamajaya., Pujangga Ranggawarsita, Jakarta: Depdikbud, 1980.

Komite Ranggawarsita, Babad Cariyos Lelambahanipun Suwargi, Jakarta: Depdikbud, 1979.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisia Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986.

Latif, Zaky Mubarok, dkk., Akidah Islam, Yogyakarta: UI Press, 1998.

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

92

Mansur, A.R. Sutan., Tauhid Membentuk Pribadi Muslim, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1981.

Muhammad Mar’i., Dengan Tauhid Kita Bangun Masyarakat yang Hanif, Jakarta: Al Azhar, 1996.

Munawwir, Ahmad Warson., Kamus Al Munawwir, Yogyakarta: PP. Al Munawwir, 1989.

Muslim, Shahih Muslim, juz II, Bairut: Darul Kutub, Al Alamiah, tt.

Mustopo, M. Habib., Ilmu Budaya Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1998.

Nadjib, MH. Ainun., Suluk Pesisiran, Bandung: Bandung, 1989.

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1999.

Nicholson, Reynold A., Aspect Rohaniah Peribadatan Islam di dalam Mencari Keridhaan Allah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Poerbatjaraka, R. M. Ng., Kepustakan Djawi, Jakarta: Djambatan, 1954.

Prabowo, Dhanu Priyo, Pengaruh Islam dalam Karya-karya R. Ng. Ranggawarsita, Yogyakarta : Narasi, 2003.

Prawiroatmodjo, S., Bausastra Jawa-Indonesia, Jakarta: Haji Masagung, 1989.

Rahmad, Jalaluddin., Islam Alternatif, Bandung: Mizan, 1996.

Rais, M. Amin., Cakrawala Islam antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan, 1991.

Ranggawarsita, R. Ng., Serat Wirid Hidayat Jati, Transkripsi Suroyo, Solo: Perpustakaan Reksapustaka Istana Mangkunagaran, 1980.

_______., Hidayat Jati Kawedhar Sinartan Wawasan Islam, Surabaya: Citra Jaya, 1984.

_______., Wirid Hidayat Jati, Semarang: Dahara Prize, 1974.

_______., Wirid Hidayat Jati, terj. R. Tanojo, Surakarta: t. p, 1954.

Rasjid, M., Islam dan Kebatinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1967.

Sabiq, Sayid, Anshirul Quwwah fil Islam, terj. Haryono S. Yusuf, Unsur-unsur Dinamika dalam Islam, Jakarta: PT. Intermasa, 1981.

_______., Akidah Islam: Suatu Kajian yang Memposisikan Akal sebagai Mitra Wahyu, Surabaya: Al Ikhlas, 1996

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

93

_______., Aqidah Islam, terj. Moh. Abdul Rahtomy, Bandung : Diponegoro, 1996

Saridjo, Marwan, dkk., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti, 1979.

Shihab, M. Quraish., Wawasan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1996.

Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita, Jakarta: Univesitas Indonesia Press, 1988.

_______., Sufisme Jawa : Tranformasi Tasawuf Islam ke Mistik Islam, Yogyakarta : Bentang Budaya, 1996.

Sudarto., Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Grafindo Persada, 1997.

Sujamto., Reorientasi dan Revitalisasi Pandangan Hidup Jawa, Semarang: DaharaPrize, 1992.

Syah, Muhibin., Psikologi Pendidikan, Editor: Anang Solihin Wardan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.

Tafsir, Ahmad., Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda Karya, 2000

Thoha, M. Chabib., Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996.

UU RI, No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Vembriarto, St., dkk., Kamus Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 1994.

Wellek, Rene and Austin Warren, Theory of Literature, terj. Melani Budianta, Teori Kesusastraan, Jakarta: PT. Gramedia, 1989.

Woodward, Mark R.., Islam Jawa, Yogyakarta: LKiS, 199.

Yaasain, Muhammad Nu’aim., Al Iman: Arkanuhu, Haqiqatuhu, wa Nawaqidhuhu, terj. Tate Qomaruddin, Iman: Rukun, Hakikat, dan yang Membatalkannya, .(Bandung: Asy Syaamil Press, 2002.

Zainuddin., Ilmu Tauhid lengkap, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992.

Zoetmulder, P. J., Kamus Jawa Kuna-Indonesia, Jakarta: Gramedia Puataka Utama, 1995.

Zulfahnur Z. F., dkk., Teori Sastra, Jakarta: Depdikbud, 1998.

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM SERAT WIRID …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/92/jtptiain-gdl... · Serat Wirid Hidayat Jati Karya Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tauhid

94

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Misbakhul Munir

Tempat/Tgl Lahir : Grobogan, 8 Mei 1985

Alamat : Tangungharjo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan

Pendidikan :

1. SDN 04 Tangungharjo lulus tahun 1997

2. MTs Yarobi Grobogan lulus tahun 2000

3. MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak lulus tahun 2003

4. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

Semarang, Juni 2010

Misbakhul Munir