Nilai dan Prinsip Anti Korupsi
-
Upload
mila-adiya -
Category
Documents
-
view
73 -
download
1
description
Transcript of Nilai dan Prinsip Anti Korupsi
NILAI DAN PRINSIP ANTI-KORUPSI
“Lead the people to the path of uncorrupted”
Pokok Bahasan
Nilai-nilai anti korupsi dan prinsip-prinsip anti korupsi
Sub Pokok Bahasan
1. Nilai-nilai anti korupsi
2. Prinsip-prinsip anti korupsi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan nilai-nilai anti korupsi untuk mengatasi faktor
internal penyebab terjadinya korupsi;
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip anti korupsi yang berpedoman pada
nilai-nilai anti korupsi untuk mengatasi faktor eksternal penyebab terjadinya korupsi
agar korupsi tidak terjadi;
3. Mahasiswa mampu memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti
korupsi dalam suatu organisasi/institusi/ masyarakat untuk mencegah terjadinya
korupsi dalam setiap kegiatannya.
mari kita simak film ini.
PENYEBAB KORUPSI
• Penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal.
• Faktor internal merupakan penyebab yang datangnya dari diri pribadi atau individu
• Faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem.
• Pencegahan korupsi dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya
mengurangi, kedua faktor penyebab tersebut.
• Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam
dalam diri setiap individu.
• Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi
faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi.
Bab
04
• Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti korupsi,
setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti korupsi.
mari kita simak film ini.
A. NILAI-NILAI ANTI-KORUPSI
1. KEJUJURAN
2. KEPEDULIAN
3. KEMANDIRIAN
4. KEDISIPLINAN
5. TANGGUNG JAWAB
6. KERJA KERAS
7. KESEDERHANAAN
8. KEBERANIAN
9. KEADILAN.
mari kita simak film ini
B. PRINSIP-PRINSIP ANTI-KORUPSI
1.AKUNTABILITAS
2.TRANSPARANSI
3.KEWAJARAN
4.KEBIJAKAN
5.KONTROL KEBIJAKAN
mari kita simak film ini
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
“No impunity to corruptors“
POKOK BAHASAN :
Upaya Pemberantasan Korupsi
SUB POKOK BAHASAN :
1. Konsep Pemberantasan Korupsi;
2. Upaya Penanggulangan Kejahatan (Korupsi) dengan Menggunakan Hukum Pidana;
3. Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan Korupsi.
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai upaya pemberantasan korupsi;
2. Mahasiswa mampu membandingkan berbagai kelebihan dan kelemahan upaya
pemberantasan korupsi dari berbagai sudut pandang;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai upaya apa yang dapat dilakukannya dalam
rangka mencegah dan memberantas korupsi baik di lingkungannya maupun dalam
masyarakat.
mari kita simak film ini
A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI
Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian masif di sebuah negara dan tidak
di negara lain?
Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ à sifatnya kronis juga akut.
Perekonomian negara digerogoti secara perlahan namun pasti. Korupsi di Indonesia
menempel pada semua aspek atau bidang kehidupan masyarakat.
PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada tingkatan tertentu, korupsi
akan selalu ada dalam suatu negara atau masyarakat
Bab
05
It is always necessary to relate anti-corruption strategies to characteristics of the
actors involved (and the environment they operate in). THERE IS NO SINGLE
CONCEPT and program of good governance FOR ALL COUNTRIES and
organizations, there is no ‘one right way’. There are many initiatives and most are
tailored to specifics contexts. SOCIETIES and organizations WILL HAVE TO
SEEK THEIR OWN SOLUTIONS.
(Fijnaut dan Huberts : 2002)
DISKUSIKANLAH PENDAPAT BERIKUT :
REALITA DI INDONESIA
• Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-UU, ada lembaga serta aparat
hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan (kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan); ada lembaga independen ‘Super Body’ yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk untuk memberantas korupsi.
• Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.
• Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang dengan pesat.
• Apa yang salah???
UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN KORUPSI
JALUR PENAL
• Kebijakan penerapan Hukum Pidana (Criminal Law Application);
• Sifat repressive (penumpasan/ penindasan/pemberantasan) apabila kejahatan sudah
terjadi;
• Perlu dipahami bahwa: upaya/tindakan represif juga dapat dilihat sebagai
upaya/tindakan preventif dalam arti luas
(Nawawi Arief : 2008)
JALUR NON-PENAL
• Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);
• Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and
punishment/mass media atau media lain seperti penyuluhan, pendidikan dll);
• Sifat preventive (pencegahan)
UPAYA PENAL DAN NON-PENAL
• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab
terjadinya korupsi, yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi politik,
ekonomi maupun sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan
atau menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);
• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau menggunakan hukum pidana yaitu
dengan menghukum atau memberi pidana atau penderitaan atau nestapa bagi pelaku
korupsi;
• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki posisi penting atau posisi
strategis dari keseluruhan upaya penanggulangan korupsi à karena sifatnya preventif
atau mencegah sebelum terjadi.
KETERBATASAN SARANA PENAL
• Sarana penal memiliki ‘keterbatasan’, mengandung ‘kelemahan’ (sisi negatif). Fungsi
sarana penal seharusnya hanya digunakan secara ‘subsidair’.
• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling tajam dalam
bidang hukum, sehingga harus digunakan sebagai ultimum remedium (obat yang
terakhir apabila cara lain atau bidang hukum lain sudah tidak dapat digunakan lagi);
• Secara fungsional/pragmatis, operasionalisasi dan aplikasinya menuntut biaya yang
tinggi;
• Sanksi pidana mengandung sifat kontradiktif/paradoksal, mengadung efek sampingan
yang negatif. Lihat realita kondisi overload Lembaga Pemasyarakatan;
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.
• Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya merupakan
‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan gejala), hanya merupakan pengobatan
simptomatik bukan kausatif karena sebab-sebab kejahatan demikian kompleks dan
berada di luar jangkauan hukum pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub sistem) dari sarana kontrol sosial
yang tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah kemanusiaan dan
kemasyarakatan yang sangat kompleks;
• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individual/personal; tidak bersifat
struktural atau fungsional;
• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak faktor dan masih sering
diperdebatkan oleh para ahli.
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.
HUKUM PIDANA BUKAN PANACEA
Rubin : hukum pidana atau pemidanaan tidak mempunyai pengaruh terhadap masalah
kejahatan.
Schultz : naik turunnya angka kejahatan tidak berhubungan dengan perubahan di
dalam hukum atau putusan pengadilan, tetapi berhubungan dengan bekerjanya atau
berfungsinya perubahan kultural dalam kehidupan masyarakat.
Karl. O. Christiansen : pengaruh pidana terhadap masyarakat luas sulit diukur.
S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan) penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu
yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara tidak berpengaruh pada adanya
reconviction atau penghukuman kembali.
Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara kejahatan dengan lamanya
pidana. Kita tidak dapat mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab dan
akibat. Orang melakukan kejahatan dan mungkin mengulanginya lagi tanpa hubungan
dengan ada tidaknya UU atau pidana yang dijatuhkan. Sarana kontrol sosial lainnya,
seperti kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan atau agama mungkin dapat
mencegah perbuatan, yang sama efektifnya dengan ketakutan orang pada pidana.
Diskusikanlah kasus perlakuan istimewa yang diberikan kepada Artalita. Ia bisa
menyulap ruang tempat ia mendekam di LP Cipinang menjadi ruang yang sangat
nyaman bagaikan ruang hotel berbintang. Bagaimana pula dengan Gayus yang bebas
berkeliaran dan berpelesiran ke luar negeri selama menjadi tahanan kasus
penggelapan pajak. Menurut anda apa yang harus dilakukan untuk mencegah hal ini?
STRATEGI DAN/ATAU UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI
1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
2. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
4. Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang mendukung
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
5. Monitoring dan Evaluasi
6. Kerjasama Internasional
BAB 6
Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi
BELAJAR DARI NEGARA LAIN
Filipina : Lembaga Ombudsman;
Malaysia : the Malaysia Anti-Corruption Commission
(MACC);
Hongkong : Independent Commission against Corruption
(ICAC);
Indonesia : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi
1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
Indonesia KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi
Hongkong ICAC : Independent Commision Against Cprruption
Malaysia ACA : Anti Corruption Agency
2. Memperbaiki Kinerja Lembaga Peradilan, (Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan & Lapas
3. Di tingkat Departemen kinerja lembaga-lembaga audit Inspektorat Jenderal
harus ditingkatkan.
4. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Pelayanan Publik
5. Hal lain yg krusial utk mengurangi resiko korupsi adalah memperbaiki dan
memantau kinerja Pemerintah Daerah.
Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
1. Salah satu cara mencegah korupsi adalah dgn mewajibkan pejabat publik
melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum
dan sesudah menjabat
2. Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di Pemerintah Pusat dan Daerah
maupun Militer sebaiknya melalui Lelang atau Penawaran secara terbuka.
Masyarakat diberi akses utk dapat memonitor hasil pelelangan tsb.
3. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota
TNI-Polri baru. KKN sering terjadi dalam rekruitman tsb. Sebuah sistem yg
transparan dan akuntabel dlm hal perekrutan perlu dikembangkan.
Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
1. Salah satu upaya memberantas korupsi adl dgn memberikan hak kpd
masyarakat utk mendapatkan akses thd informasi. Perlu dibangun sistem
dimana masyarakat (termasuk media) diberikan meminta segala informasi
sehubungan dgn kebijakan pemerintah yg berkaitan dgn hajat hidup orang
banyak.
2. Isu mengenai kesadaran dan kepedulian masyarakat thd bahaya korupsi dan
isu pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu bagian penting upaya
pemberantasan korupsi.
Contoh : Melakukan kampanye tentang bahaya korupsi.
3. Menyediakan sarana untuk melaporkan kasus korupsi .
Misalnya : Melalui telepon, Surat, faksimili atau internet.
4. Di beberapa negara, pasal mengenai Fitnah dan Pencemaran Nama Baik
tidak dapat diberlakukan utk mereka yg melaporkan kasus korupsi, dgn
pemikiran bahwa bahaya korupsi lebih besar daripada kepentingan individu.
5. Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Semakinbanyak
informasi yg diterima masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya
korupsi.
6. Cara lain utk mencegah dan memberantas korupsi adl dengan menggunakan
perankat electronic surveillance. Alat ini digunakan utk mengetahui dan
mengumpulkan data dgn menggunakan peralatan elektronik yg dipasang di
tempat2 tertentu, misalnya cctv.
7. Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan menyebarkan
data para buronan tindak pidana korupsi yang putusan perkaranya telah
berkekuatan hukum tetap.