Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

30
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN SOLUSI PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI : FORMULA VAKSIN ANTI KORUPSI MAKALAH Diajukan : Isnu Rahadi Wiratama

Transcript of Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

Page 1: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TANGERANG SELATAN

SOLUSI PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI :

FORMULA VAKSIN ANTI KORUPSI

MAKALAH

Diajukan :

Isnu Rahadi Wiratama

NPM : 144060006103

Kelas 7A Reguler, No.Absen 20

Page 2: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ ......... i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ......... ii

PENDAHULUAN..................................................................................................... ......... 1

Latar Belakang.......................................................................................................... ......... 1

Upaya Pencegahan yang Sudah Dilakukan................................................................... 2

LANDASAN TEORI.......................................................................................................... 5

Pencegahan Korupsi di Negara Lain............................................................................ 5

Faktor Penyebab Korupsi..................................................................................................... 8

PEMBAHASAN........................................................................................................ .......... 10

Analogi Pencegahan Korupsi...................................................................................... 10

Identifikasi tantangan, hambatan, dan peluang terkait dengan upaya

pencegahan korupsi di Indonesia (Identifikasi vektor pembawa penyakit)........................ 10

Analisa spesifikasi/desain (Formula vaksin anti korupsi)................................................ 11

Kelebihan dan Kekurangan.......................................................................................... 15

KESIMPULAN........................................................................................................... 16

Page 3: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tindak pidana korupsi di negeri ini sudah begitu memprihatinkan. Setidaknya begitulah

yang penulis dan beberapa rekan penulis rasakan beberapa tahun terakhir. Bahkan menurut

Transparancy International Indonesia (TII), Indonesia merupakan negara paling korup nomor

enam dari 133 negara yang disurvey. Tidak mengherankan, jika kemendagri telah mencatat

sebanyak 318 kepala daerah dari total 524 kepala daerah di Indonesia tersangkut kasus

korupsi. Para pejabat kepala daerah yang seharusnya menjadi panutan di dalam masyarakat

yang dipimpinnya justru menjadi pelaku korupsi itu sendiri. Tercatat juga 1.221 nama

pegawai pemerintah yang terlibat dalam kasus korupsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 877-

nya sudah menjadi terpidana. Sementara 185 orang lainnya sudah berstatus tersangka,

sedangkan 112 orang lainnya sudah terdakwa, dan 44 nama tersisa masih dimintai

keterangannya sebagai saksi. Rilis BPK menemukan indikasi pemborosan keuangan negara

yang berpotensi korupsi sebesar 30 sampai 40 persen dari anggaran perjalanan dinas PNS

sebesar Rp18 triliun per tahunnya (BPK:2012). Sepertinya korupsi telah merajalela di

seluruh lapisan kehidupan masyarakat. Dari tataran terendah seperti pengurusan surat

keterangan di kelurahan, hingga lobi-lobi proyek pemerintah tingkat elit di legislaitf dan

eksekutif.

Pendekatan represif yang dilakukan institusi penegak hukum sepertinya tidak efektif

dalam menghindarkan bangsa ini dari “penyakit korupsi”. Pendekatan represif yang selama

ini dilakukan hanya memberikan solusi jangka pendek. Hanya terbatas pada orang yang

menjadi tersangka/narapidana kasus korupsi. Tindakan tersebut seolah berhenti setalah

tersangka diberikan hukuman. Ternyata, penegakan hukum saja, tidak mampu mencegah

orang lain untuk melakukan korupsi. Hal ini karena faktor fundamental yang

Page 4: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

menyebabkan korupsi belum hilang/masih ada sehingga kasus korupsi terus terulang

karena orang lain akan terus melakukan korupsi walaupun penegakan hukum juga berjalan.

Oleh karena itu, perlu solusi/terobosan baru dalam menangani faktor penyebab korupsi yang

bersifat fundamental.

2. Upaya pencegahan yang telah dilakukan

Menurut KPK, dalam 6 strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi, korupsi masih

terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa berlangsung dimanapun, di lembaga

negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi seperti itu, maka

pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi perdananya. Melalui strategi

pencegahan, diharapkan muncul langkah berkesinambungan yang berkontribusi bagi

perbaikan ke depan. Strategi ini merupakan jawaban atas pendekatan yang lebih terfokus

pada pendekatan represif. Paradigma dengan pendekatan represif yang berkembang karena

diyakini dapat memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana korupsi (tipikor).

Sayangnya, pendekatan represif ini masih belum mampu mengurangi perilaku dan praktik

koruptif secara sistematis-massif. Keberhasilan strategi pencegahan diukur berdasarkan

peningkatan nilai Indeks Pencegahan Korupsi, yang hitungannya diperoleh dari dua sub

indikator yaitu Control of Corruption Index dan peringkat kemudahan berusaha (ease of

doing business) yang dikeluarkan oleh World Bank. Semakin tinggi angka indeks yang

diperoleh, maka diyakini strategi pencegahan korupsi berjalan semakin baik (KPK:2012).

langkah/upaya pencegahan yang sudah dilakukan pemerintah di Indonesia :

a. Lembaga pengawas internal

Pembentukan lembaga pengawas internal telah dilakukan sejak lama. Di setiap

kementrian/lembaga terdapat lembaga pengawas internal seperti itjend, kemudian unit

pengawas yang berada langsung dibawah presiden, BPKP, juga sudah dibentuk. Kemudian

di tingkat daerah ada inspektorat daerah yang mengawasi. Bahkan di unit setingkat eselon I

Page 5: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

pun seperti di Direktorat Jenderal Pajak telah ada direktorat Kepatuhan Internal dan

Transformasi Sumber Daya Aparat (KITSDA) yang memiliki tugas sebagai pengawas

internal di dalam tubuh DJP.

Begitu banyak lembaga pengawas internal yang dibentuk. Namun masih banyak kasus

korupsi yang terjadi yang menyebabkan kerugian negara.

b. Program Reformasi birokrasi

Berikut beberapa upaya gebrakan yang telah dilakukan ketika pemerintah melakukan

program reformasi birokrasi :

Remunerasi pegawai

Menurut penelitian, remunerasi memiliki hubungan yang positif dengan kinerja pegawai.

Artinya, kinerja pegawai semakin baik sejak diberikan remunerasi (Soegeng

Boedianto:2012). Remunerasi pegawai pertama kali dilakukan oleh kementerian keuangan.

Kemudian dilanjutkan oleh kementerian/lembaga lain. Bahkan pemprov DKI Jakarta

memberikan remunerasi dengan jumlah yang fantastis yang setara dengan perusahaan-

perusahaan swasta internasional. Hal ini dilakukan dengan keyakinan salah satunya adalah

agar pegawai menjauhi tindakan yang koruptif ketika kebutuhannya relatif bisa terpenuhi.

Harapannya adalah pada akhirnya pegawai pemerintah dapat bekerja dengan baik sehingga

mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

Penyederhanaan proses administrasi

Penyederhanaan proses administrasi banyak dilakukan di instansi-instansi pemerintah.

Salah satunya adalah dengan konsep pelayanan satu pintu yang banyak dilakukan oleh

pemerintah baik pusat maupun daerah. Salah satu langkah yang sudah dilakukan di daerah

adalah ditandai dengan pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT).

Kemudian Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di pemprov DKI Jakarta. Selain itu,

pemerintah juga melakukan evaluasi atas kebijakan prosedur adminsitrasi secara

Page 6: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

berkesinambungan. Hal-hal yang dianggap belum memiliki prosedur yang jelas akan

dibuatkan peraturan terkait prosedur yang mengaturnya, kemudian prosedur-prosedur yang

sudah dijalankan juga terus dikaji ulang kembali dalam rangka penyempurnaan. Semua

dilakukan selain untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan layanan

publik, juga untuk menutup peluang terjadinya korupsi seperti suap/penyalahgunaan

wewenang.

Lelang jabatan

Langkah selanjutnya yang telah dilakukan pemerintah yaitu melakukan lelang jabatan.

Hal ini dilakukan agar jabatan tersebut diisi oleh orang yang berintegritas serta memiliki

kompetensi yang dibutuhkan. Yang terbaru adalah lelang jabatan Direktur Jenderal Pajak

dan lelang jabatan untuk seluruh jabatan eselon I dan II di kementerian ESDM. Namun

demikian, lelang jabatan ini masih belum populer dilakukan di seluruh kementrian/lembaga

lainnya. Pemerintah daerah juga belum banyak melakukan lelang jabatan. Tercatat hanya

pemprov DKI yang aktif melakukan lelang jabatan pada era gubernur Basuki Tjahaja

Purnama. Bahkan dilakukan dalam jumlah yang sangat fantastis yaitu mencapai angka ribuan

jabatan yang dilelang hingga ke level eselon IV sekali pun.

Page 7: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

LANDASAN TEORI

1. Pencegahan korupsi di negara lain

a. Pencegahan korupsi di Singapura

Singapura menduduki peringkat 7 dari 175 negara menurut indek persepsi korupsi yang

dikeluarkan oleh transparancy international. Terdapat 4 hal utama dalam Strategi Singapura

untuk pencegahan dan penindakan korupsi yaitu, Effective Anti-Corruption Agency;

Effective Acts (or Laws); Effective Adjudication; dan Efficient Administration. Dan seluruh

pilar tersebut dilandasi dan didukung oleh strong political will against corruption dari

pemerintah (Tito, dkk: 2014). Langkah konkret dari strategi tersebut antara lain :

Remunerasi pegawai

Penyederhanaan proses administras

Terdapat fakta menarik lainnya di Singapura, negara kecil sangat memperhatikan

pengembangan SDM nya. Singapura menduduki peringkat 26 dari 187 negara dalam hal

pengembangan SDM. Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat di Singapura juga sudah tinggi.

Hal ini nampak dari ketertiban yang tercipta di dalam kehidupan sehari-harinya (selain karena

unsur “pemaksaan/tangan besi” dengan menerapkan denda yang tinggi).

b. Pencegahan korupsi di Jepang

Salah satu yang dapat kita pelajari dari upaya pencegahan korupsi di jepang, yaitu budaya

malu. Melalui peribahasanya “Iki hajikaku yori, shinu ga mashi” yang artinya, "lebih baik

mati daripada hidup menanggung malu". Rasa malu begitu melekat dalam diri orang jepang

selama ratusan tahun. Dimulai sejak era para samurai, hingga kini, semangat samurai terus

dibawa dan diterapkan dalam karakter pribadi orang jepang. Walaupun pada kenyataannya

jepang tidak 100% bebas dari korupsi, namun rasa malu yang melekat pada diri orang jepang

relatif cukup mampu membuat diri meraka terhindar dari perbuatan koruptif. Begitu tinggi

Page 8: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

rasa malu tersebut, sehingga di jepang banyak kasus bunuh diri/mengundurkan diri bagi

pejabat yang dituduh terlibat (belum tentu terbukti) dalam kasus korupsi. Jangankan terkait

korupsi, dianggap tidak mampu menjalankan tugas dengan baik saja, pejabat di Jepang rata-

rata akan memilih untuk mengundurkan diri.

Selain itu, sistem pendidikannya yang merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Selain

pendidikan akademik, sekolah-sekolah di Jepang sangat memperhatikan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter ini diajarkan dalam pelajaran seikatsuka atau pendidikan kehidupan

sehari-hari. Tidak hanya sebatas teori, tetapi juga dipraktekkan. Pendidikan karakter tersebut

cukup sederhana seperti tata cara menyeberang jalan, adab di dalam kereta, dan lainnya.

c. Pencegahan korupsi di Tiongkok

Mendengar Tiongkok dan korupsi maka yang terlintas di pikiran kita adalah hukuman

mati. Tiongkok sangat terkenal dengan eksekusi mati terhadap para koruptornya. Pemberian

hukuman mati benar-benar diterapkan mulai dari level bawah hingga level elite pemerintah.

Komitmen dari pemimpinnya juga sangat tinggi, hal ini nampak dalam pidato PM Zhu Rongji

yang mengatakan “Beri aku 100 peti mati, 99 akan aku kirim ke koruptor, dan sisanya 1

untukku bila aku melakukan korupsi”. Kesungguhan Tiongkok memberantas korupsi

mendapatkan respon yang positif. Investasi mengalami peningkatan pesat dan ekonomi

Tiongkok tumbuh sangat tinggi bahkan mencapai hingga 2 digit. Namun demikian ada

beberapa fakta terkait dengan pemberantasan dan pencegahan korupsi di Tiongkok :

Walaupun sudah diterapkan hukuman mati, Indeks persepsi korupsi di tiongkok terus

mengalami penurunan dari peringkat 72 di tahun 2008 hingga peringkat 100 di tahun

2014 dan masuk kategori buruk.

DI china terdapat UU khusus yang mengatur korupsi, lembaga peradilan khusus yang

menangani korupsi, lembaga pengawas, dan lembaga yang memiliki tugas semacam

PPATK di Indonesia.

Page 9: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

Pendapatan perkapita di tiongkok pada tahun 2013 adalah 3.567 US$ dan berada di peringkat

50 (World Bank).

d. Pencegahan korupsi di Finlandia

Gambaran umum terkait finlandia adalah sebagai berikut (Danang Indra,dkk:2015) :

Sebagai negara sejahtera (Welfare-State), Finlandia dapat disebut sebagai negeri ”aneh”.

Karena perdagangan berlangsung dalam ritme lamban.

Warga Finlandia terbiasa tidak banyak kebutuhan. Terbiasa dalam semangat hidup

sederhana. Punya satu mobil dan dua sepeda, dianggap sudah cukup.

Warga Helsinski terbiasa dalam kultur hidup tidak berlebihan. Sebagian di antara

penduduk Finlandia dikenal religius.

Pendapatan perkapita Finlandia pada tahun 2013 adalah sebesar 39.200 (World Bank).

Finlandia menduduki peringkat 3 setelah Denmark dan New Zealand dalam indeks persepsi

korupsi. Artinya, kasus korupsi yang terjadi di Finlandia sangat jarang terjadi. Hal ini sangat

menarik, mengingat finlandia tidak memliliki peraturan khusus mengenai korupsi dan tidak

ada lembaga khusus yang menangani khasus korupsi seperti KPK di Indonesia. Ancaman

hukuman pidana terkait dengan penyuapan juga relatif ringan, berkisar antara 2 bulan hingga

4 tahun dan tidak ada hukuman mati. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya korupsi di

Finlandia antara lain (Danang Indra, dkk:2015) :

Good Governance dan Good Administratif

Penegakan Hukum yang Transparan dan Efektif

Integritas Pejabat Publik dan Pegawai Pemerintah

Budaya Anti Korupsi dan Kualitas Pendidikan yang Baik

Rendahnya Disparitas Penghasilan dan Gaji yang Layak

Kesejajaran Gender Dalam Parlemen dan Pemerintahan

Page 10: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

Hal yang menarik dari Finlandia adalah mengenai pendidikan karakter yang diterapkan. Para

siswa dididik tidak untuk berkompetisi dengan orang lain, tetapi berkompetisi untuk

meningkatkan potensi yang ada dalam diri masing-masing sesuai keahlian dan minatnya.

Hanya orang-orang terbaik di bidangnya yang bisa menjadi tenaga pendidik di Finlandia.

Finlandia juga memberikan penghasilan kepada para pegawai negerinya dalam jumlah yang

relatif besar.

2. Faktor Penyebab Korupsi

Menurut Prof. Dr. Nur Syam, M.Si., seseorang melakukan korupsi adalah karena

ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Sedangkan

menurut mantan Jaksa Agung RI Abdul Rahman Saleh, ada empat faktor dominan penyebab

maraknya korupsi di Indonesia, yaitu faktor :

Penegakan hukum yang masih lemah,

Mental aparatur,

Kesadaran masyarakat yang masih rendah,

Serta political will dari pemimpin yang belum ada.

Kemudian menurut Erry R. Hardjapamekas, salah satu pimpinan KPK, menyebutkan

tingginya kasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa

Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil

Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan

Rendahnya integritas dan profesionalisme

Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan, dan birokrasi

belum mapan

Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat

Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.

Page 11: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

PEMBAHASAN

1. Analogi pencegahan korupsi

Jika korupsi diibaratkan sebagai suatu penyakit, kemudian negara/bangsa adalah suatu

tubuh manusia, maka, apabila manusia (negara/bangsa) itu ingin agar tetap sehat (tidak

terjangkit suatu penyakit-korupsi), maka hal-hal yang harus dilakukan antara lain, adalah

menerapkan pola hidup sehat seperti rajin berlolahraga, makan makanan bergizi, dan

menghindari hal-hal yang dapat membuat tubuhnya terpapar suatu penyakit. Hal ini berlaku

juga terkait dengan upaya pencegahan korupsi di suatu negara. Agar suatu bangsa/negara

dapat terhindar dari “penyakit” korupsi, maka bangsa/negara tersebut harus menerapkan

“pola hidup” yang anti korupsi.

2. Identifikasi tantangan, hambatan, dan peluang terkait dengan upaya pencegahan

korupsi di Indonesia (Identifikasi virus pembawa penyakit)

Jika korupsi tadi kita analogikan sebagai suatu penyakit, maka untuk bisa menghindarinya

kita harus mampu mengidentifikasi “virus” pembawa penyakit korupsi tersebut. Virus

pembawa korupsi adalah faktor penyebab korupsi, yang apabila digambarkan, akan menjadi

seperti gambar berikut :

Korupsi

Mental Aparat

Rusaknya Moral

Kesadaran Masyarakat

Faktor Lingkungan

Keteladanan

Political Will

Pengahasilan Rendah

Penegakan hukum

Pengawasan lemah

Page 12: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

Virus penyebab tersebut sekaligus merupakan hambatan dan tantangan yang harus dihadapi

dalam upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi itu sendiri.

Sedangkan peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pencegahan korupsi adalah fakta

bahwa masyarakat Indonesia sudah sangat membenci korupsi. Hal ini terlihat dari komentar-

komentar yang timbul masyarakat mengenai kasus korupsi yang terjadi selama ini. Selain itu

banyak generasi muda yang memiliki potensi menjadi pemimpin di masa depan. Generasi

muda ini lah peluang terbesar yang dimiliki bangsa Indonesia terhadap upaya pencegahan

dan pemberantasan di Indonesia.

3. Analisa spesifikasi/desain (Formula vaksin anti korupsi)

Sebagaimana dikemukakan didepan, sebenarnya sudah ada langkah konkret yang sudah

dilakukan di Indonesia, namun relatif tidak efektif. Hal ini karena langkah-langkah yang

dilakukan belum menyentuh faktor fundamental penyebab korupsi. Jika kita perhatikan,

pemberian remunerasi hanya menyelesaikan masalah korupsi yang disebabkan rendahnya

gaji pegawai, tetapi tidak berfungsi jika penyebab korupsi adalah karena faktor moral dan

mental. Begitu juga dengan pendekatan represif yang hanya berhenti pada orang yang

ditangkap. Tidak ada pembelajaran pada pelaku lain yang belum tertangkap.

Dari hasil ulasan mengenai pencegahan korupsi di 4 negara (Singapura, Jepang,

Tiongkok, dan Finlandia) serta analisa mengenai 30 besar negara dengan Indeks Persepsi

Korupsi paling bagus dapat disimpulkan bahwa negara yang memiliki indeks pembangunan

manusia (Human Development Indeks/HDI) dan pendapatan perkapita yang tinggi (GDI

Perkapita), cenderung memiliki peringkat Indeks Persepsi Korupsi yang baik juga.

Atas dasar tersebut, maka penulis berpandapat bahwa pendidikan karakter dan

pembangunan ekonomi harus diutamakan dalam upaya pencegahan korupsi. Dengan

logika, bahwa manusia yang tercukupi sebagian besar kebutuhan hidupnya serta memiliki

karakter yang baik, akan lebih “imun terhadap penyakit korupsi”. Penulis tidak mengusulkan

Page 13: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

penerapan hukuman mati, bukan karena “pro koruptor”, tetapi karena instrumen hukuman

mati, berdasarkan pengalaman penegakan hukum di Singapura, dapat disalahgunkakan untuk

kepentingan politik.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan kondisi penegakan hukum masih seperti sekarang

yang punya kecenderungan masih tebang pilih. Hukuman maksimal seumur hidup masih

lebih ideal diterapkan.

Tabel Perbandingan Peringkat IPK, GDI Perkapita, dan Peringkat HDI Tahun 2013

No Nama Negara Rangking IPK Skor IPP GDI Per Capita Rangking HD Predikat HDI1 Denmark 1 91 48.768 2 Very High Human Development2 New Zealand 1 91 27.375 16 Very High Human Development3 Finland 3 89 39.200 7 Very High Human Development4 Sweden 3 89 No Data 12 Very High Human Development5 Norway 5 86 66.316 1 Very High Human Development6 Singapore 5 86 36.173 13 Very High Human Development7 Switzerland 7 85 No Data 3 Very High Human Development8 Netherlands 8 83 42.984 4 Very High Human Development9 Australia 9 81 36.459 2 Very High Human Development

10 Canada 9 81 36.959 8 Very High Human Development11 Luxembourg 11 80 No Data 21 Very High Human Development12 Germany 12 78 40.216 6 Very High Human Development13 Iceland 12 78 No Data 13 Very High Human Development14 United Kingdom 14 76 No Data 14 Very High Human Development15 Barbados 15 75 No Data 59 High Human Development16 Belgium 15 75 37.189 21 Very High Human Development17 Hong Kong 15 75 34.196 15 Very High Human Development18 Japan 18 74 38.896 17 Very High Human Development19 United States 19 73 45.744 5 Very High Human Development20 Uruguay 19 73 7.528 50 High Human Development21 Ireland 21 72 No Data 11 Very High Human Development22 Bahamas 22 71 20.305 51 High Human Development23 Chile 22 71 9.300 41 Very High Human Development24 France 22 71 36.236 20 Very High Human Development25 Saint Lucia 22 71 No Data 97 High Human Development26 Austria 26 69 41.208 21 Very High Human Development27 United Arab Emirates 26 69 24.126 40 Very High Human Development28 Estonia 28 68 11.572 33 Very High Human Development29 Qatar 28 68 No Data 31 Very High Human Development30 Botswana 30 64 6.970 109 Medium Human Development31 China 80 40 2.858 91 High Human Development32 Indonesia 114 32 1.526 108 Medium Human Development

Sumber : World Bank, UNDP, Transparancy International

Page 14: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

Selanjutnya mengenai usulan desain formula vaksin anti korupsi yang penulis

“formulasikan” agar bangsa Indonesia “Imun” terhadap “penyakit” korupsi adalah sebagai

berikut :

Formula “vaksin” anti korupsi

a. Penegakan hukum (Supporting instrument)

Penegakan hukum tetap diperlukan sebagai bagian dari pencegahan korupsi namun

bukanlah instrumen utama. Agar penegakan hukum menjadi kuat, maka perlu adanya

komitmen kuat dari pemimpin. Langkah utama yang perlu dilakukan dalam penegakan

hukum adalah revitalisasi dan reformasi besar-besaran lembaga penegak hukum. Hal ini

Pendidikan karakter(Fundamental Instrument)

Pembangunan Ekonomi(Enhancing Instrument)

Very High Human Development

Country

Kejujuran

Keikhlasan

Kesederhaan

Kepedulian

Etika Dan Moral

Kemakmuran

Kesejahteraan

Kebutuhan dasar

Masyarakat sejahtera

SederhanaAnti Korupsi

Page 15: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

pernah dilakukan pada kepolisian di Hong Kong dan Georgia dan berhasil dengan baik.

seperti pepatah “Jangan menyapu dengan sapu yang sudah kotor”.

b. Pendidikan Karakter (Fundamental Instrument)

Pendidikan merupakan sesuatu yang dapat diterima semua suku/bangsa. Hal ini

dikarenakan pendidikan bersifat universal dan dibutuhkan.

Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup,

seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari

masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini

(idealnya). Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa

ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari

dengan melalui suatu PROSES yang TIDAK INSTAN. Karakter bukanlah sesuatu bawaan

sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari (Timothy Wibowo:2014).

Pendidikan ini dapat diterapkan mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan tempat

tinggal, kantor dan sekolah. Jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain :

Lomba lingkungan warga dengan tema anti korupsi

Kurikulum berbasis pendidikan karakter

Penilaian kinerja organisasi/pegawai pemerintah berbasis karakter

Program pemberian hadiah bagi warga teladan yang taat hukum

c. Pembangunan Ekonomi (Enhancing Instrument)

Strategi yang penulis sarankan adalah membangun keunggulan ekonomi komparatif yang

dibagi dalam perspektif jangka menengah dan panjang. Dalam jangka panjang, industri yang

menopang perekonomian Indonesia adalah industri berbasis teknologi seperti yang dimiliki

Jepang dan Jerman. Indonesia harus mampu menjadi negara pemilik teknologi.

Hal ini penting dilakukan karena Indonesia memasuki pasar bebas ASEAN. Di dalam

pasar bebas ini Indonesia tidak boleh hanya penjadi konsumen, tetapi Indonesia harus mampu

Page 16: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

memanfaatkan peluang yang ada dari pasar bebas ini. Dengan harapan mampu memberikan

kontribusi ekonomi yang baik bagi Indonesia, sehingga bisa menjadi Wellfare-state.

langkah konkret yang perlu dilakukan dalam membangun keunggulan komparatif dengan

cara :

Membangun swasembada sandang, papan, pangan sebagai pondasi. Sebelum melakukan

hal-hal lain, dasar kebutuhan dari manusia harus dipenuhi.

Mendukung pengembangan sektor UMKM. Sektor ini relatif lebih tahan terhadap

exposure gejolak ekonomi global. Selain itu, sektor UMKM juga merepresentasikan

mayoritas kekuatan ekonomi masyarakat Indonesia.

Industrialiasi sektor-sektor unggulan. Agar bisa berskala besar dan menjadi ekspor

unggulan yang mendunia.

Menarik investasi dan mengembangkan industri yang berbasis teknologi . Kita ingin agar

suatu saat ketika mendengar Indonesia, maka akan seperti Jepang yang terkenal dengan

teknologinya.

Mengalokasikan belanja pemerintah pada proyek-proyek infrastruktur

4. Kelebihan dan kekurangan

Menurut penulis, kelebihan dari desain yang diajukan :

Mampu menyentuh dan menyelesaikan faktor fundamental penyebab korupsi

Konsep pendidikan dan pembangunan ekonomi merupkan hal yang universal yang akan

diterima oleh seluruh suku bangsa di Indonesia yang sangat majemuk

Merupakan gerakan perubahan yang tidak represif, cenderung pendekatan yang “soft”

sehingga tidak menimbulkan gejolak perlawanan dari koruptor

Kekurangan dari desain yang diajukan :

Membutuhkan waktu yang lama. Perubahan dapat dirasakan ketika generasi muda yang

telah melewati pendidikan karakter mulai menjadi pemimpin

Page 17: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

Membutuhkan inisiator yang memiliki “power” dan komitmen kuat

Penegakan Hukum (jangka pendek)

Supporting Instrument

Pembangunan Ekonomi (Jangka Menengah)

Ehnancing Instrument

Pendidikan Karakter (jangka Panjang)

Fundamental Instrumen

Page 18: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

KESIMPULAN

Jika di awal penulis menganalogikan korupsi sebagai suatu penyakit dan negara/bangsa

adalah tubuh manusia, maka pendidikan karakter dan pembagunan ekonomi adalah salah satu

jenis “vaksin” agar “tubuh” kebal terhadap suatu “penyakit”. Seperti halnya proses vaksinasi

yang dilakukan untuk membentuk kekebalan (antibodi) yang membutuhkan kesabaran dan

ketelatenan, pendidikan karakter ini juga akan memakan waktu yang relatif lama. Dengan

dukungan seluruh rakyat Indonesia maka penulis yakin bahwa “vaksin” tersebut dapat

“bekerja dengan baik”.

Solusi ini diharapkan juga menjawab tantangan jangka panjang dan menyelesaikan faktor

fundamental penyebab korupsi. Sehingga bangsa ini pada akhirnya bisa terhindar dan

terbebas dari “penyakit korupsi” karena terdiri dari “manusia-manusia yang sudah imun”

yang sejahtera, sederhana dan berkarakter anti korupsi.

Page 19: Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi

DAFTAR REFERENSI

1. Danang Indra, dkk. 2015. ”Korupsi di Finlandia : Korupsi dan upaya pencegahan.

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara”. Tangerang Selatan.

2. Chabibah, dkk. 2015. “Pemberantasan Korupsi di China”. Sekolah Tinggi Akuntansi

Negara. Tangerang Selatan.

3. Tito, dkk. 2014. “pemberantasan Korupsi di Singapura”. Sekolah Tinggi Akuntansi

Negara. Tangerang Selatan.

4. Isnu, dkk. 2014. “Pemberantasan Korupsi di Jepang”. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Tangerang Selatan.

5. http://data.worldbank.org/indicator/NY.GNP.PCAP.KD?

order=wbapi_data_value_2013+wbapi_data_value+wbapi_data_value-last&sort=desc.

Diakses pada 12 Februari 2015 Pukul 21:15 WIB

6. http://acch.kpk.go.id/6-strategi-pencegahan-dan-pemberantasan-korupsi . Diakses pada 08

Februari pukul 17:07 WIB

7. http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-

kepribadian/ Diakses pada 09 Februari pukul 07:12 WIB

8. http://hdr.undp.org/en/data Diakses pada 09 Februari Pukul 07:12 WIB

9. http://www.transparency.org/cpi2013 Diakses pada 09 Februari Pukul 07:12 WIB

10. http://data.worldbank.org/ Diakses pada 09 Februari Pukul 07:12 WIB