NIL LAI-NIL SER AI KEBA RAT SAS ATINAN STRA GE N JAWA ...
Transcript of NIL LAI-NIL SER AI KEBA RAT SAS ATINAN STRA GE N JAWA ...
NIL
D
Untuk
FAUNIVERS
LAI-NIL
SER
iajukan kepa
Universitas
Memenuhi S
S
JUAKULTAS UITAS ISLA
AI KEBA
RAT SAS
S
ada Fakultas
s Islam Nege
Sebagian Sy
Strata Satu F
DisDewi R
NIM
PemMuh. FatkaNIP : 1972
URUSAN FUSHULUDD
AM NEGER
i
ATINAN
STRA GE
SKRIPSI
s Ushuluddin
eri Sunan Ka
yarat-Syarat M
Filsafat Islam
susun Oleh:Rusmalawati M: 11510019
mbimbing :an, S. Ag, M0328 19990
FILSAFAT DIN DAN P
RI SUNAN K2015
N JAWA
ENDHING
n dan Pemik
alijaga Yogy
Memperoleh
m (S.Fil.I)
Nur 9
M. Hum 3 1 002
AGAMA PEMIKIRAKALIJAGA
DALAM
G
kiran Islam
yakarta
h Gelar Sarja
AN ISLAM A YOGYAK
M
ana
KARTA
SURAT PERNYATAAN
Yang beltanda tangan dibawah ini saya:
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan/Prodi
Alamat Rumah
T1p,4Ip
Dewi Rusmalawati Nur
1 1510019
Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Filsalat Agama
Sdbit Sendarg Tirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta
082323891141
Alamat di Yogyakarta: Sribit Sendang Tirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta
TIp/HP
Judul SkipsiGendhing
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Sl(ripsi yang penyusun ajulGn adalah benar asll karya ilmiah yangpenl usr.Ln tulis sendiri
2. Bilamana skipsi i telah dimunaqosyahtan dan diwaiibkan revisi, makapelusun bersedia dan sanggup merevisi dalam waktu 2 (dua) bulanterhitung dari tanggal munaqosyah. Jika temyata lebih dari (dua) bulanskipsi belum terselsaikan maka pen)'Lrsun bersedia munaqosyah kembalidengan biaya sendiri.
3. Apabila kemudain hari temyata diketahui bahwa karya tersebut bukarkarya ilmiah penyrsun (plagiasi) maka penyusun betsedia menanggrngsanlsi dan dibatalkan gelar kesarjanaan srya.
Demikian pemyataan id penlusun buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 04 Juni 2015
NIM: I l5l00l I
| 08232389t141
: Nilai-Nilai Kebatinan Jawa dalam Scrat Sastra
- -,., -, -. L2no.menvatakan
@MLSBADF 1gS4I S4'(,!,'
m&_-J,'i Rusmalawati Nur
NOTA DINAS
Hal : Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Di Yogyakarta
A s s a I a m u al a i kum l{r. llb
Setelah membaca, melihat, memberikanmengadakan perbaikan seperlu[ya, maka kamibahwa skripsi saudari:
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
petunjuk dan mengoreksi sertaselau pembimbiru berpendapat
: Dewi Rusmala.,,rati Nur
: I 1510019
: Filsafat Agama
:Nilai-Nilai Kebatinan Jawa dalarn Serat SastraGendhing
Sudah dapat diajukan sebagai salah satu sycrat guna memperclch gelar sadanaselara Sl jurusan Filsalat Agama kepada t-aLulias Ushul;ddin ,fu-n p.rif.'iiu,lIslam. UIN Sunan Kalijaga yogyakarta.
Dengan ini. kami mengharapkan agar skrip.i saudara tersebut di a{aj daDatsegera dimunaqosl a hlan- Atas perhadann)a Lami ucaplan terima lasih.
Was s al amualaihtm Wr. Wb
NIP. I q720128 Iqq90l I 002
IEaSEI KEMEN-TRIAIi ACAMAte&g r.rNrvERsrrAs rsLAM NEcEpJ sr.^AN KALTTAGA
uiltr"*" HH:;ff Ur,:xx::r,miil:il"* "",PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Nomor: UIN.02/DU/PP.O0.9 I 225 3 I 20 I 5
Tugas Aktir denganjudul : Mlai-Nilai Kebatinan Jawa Dalam Se.at Sastra Gendhing
Yang dipe$iapkan dan disusun oleh :
Nama
Nomer Induk Mahasiswa
Telah di ujikan pada
Nilai Ujian Akhir
Dewi Rusmalawati Nur
I l5l00l9
Senin, 06 Juli 2015
A- (e0)
Dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam IIIN Sunan KalijagaYogyakarta.
TIM UJIAN TUCAS AKHIR
Yogyakarta, 06 Juli 20 I 5
UIN Sunsn KaliiagaUshuluddin dan Pemikiran Islam
DEKAN
?mtoro, M.Ag.
it
19720328 19903 t OO2
Dr. Robby HabibXAbror, M. Hum H. Muzairi, M.ANIP. 1970323 200710 I 003
19530503 198303 I 004
K"ffiAbifs-affi
1208 199803 I 002
v
MOTTO
Hidup adalah sebuah surga yang paling nikmat,karena itu hidup harus di mafatin dengan hal yang nikmat juga
(Dewi Rusmalawati Nur)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Allah Arrahman Arrahim
Kedua Orang tuaku yang selalu mendoakanku, meberikan semangat dan dukungan yang tidak bisa di balas dengan apapun
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah ar-Rahman ar-Rahim, dan rasa syukur yang tiada
terkira atas segala terutama atas kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Solawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan cahaya
kepada umat manusia. Skripsi ini membahas mengenai NILAI-NILAI
KEBATINAN JAWA DALAM SERAT SASTRA GENDHING. Dengan penuh
kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
selsai tanpa ada bantuan dari pihak-pihak yang terkait dengan judul yang telah
disebutkan di atas. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Akh. Minhaji, MA. Ph. D., selaku rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2. Bapak Dr. Alim Roswantoro, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Serta para
pembantu Dekan I, II dan III beserta staf-stafnya.
3. Bapak Dr. Robby H. Abror, S. Ag, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Filsafat
Agama. Bapak Muh. Fatkhan, S.Ag, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan
Filsafat Agama, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Robby H. Abror, S. Ag, M. Hum., selaku Dosen Pembimbing
Akademik (DPA), terima kasih atas bimbingan dan arahnnya selama ini.
ix
5. Pembimbing skripsi penulis, bapak Muh. Fatkan, S. Ag, M. Hum., yang
selalu memberikan saran dan masukan dalam proses penulisan skripsi ini.
Terima kasih atas bimbingannya.
6. Semua dosen selama penulis kuliah, terima kasih atas ilmu-ilmu yang
telah diberikan, semoga ilmunya bermanfaat.
7. Untuk semua teman-teman Jurusan Filsafat Agama, terima kasih atas
kebersamaannya.
Yogyakarta, 04 Juni 2015
Penulis,
Dewi Rusmalawati Nur
ix
ABSTRAKSI
Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari delapan puluh lima persen penduduknya memeluk agama Islam. seperti yang sudah sering dibahas dalam setiap pengantar buku sejarah Islam Indonesia, Islam mulai masuk dan berkembang di pulau Jawa pada abad ke-15 bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Majapahit. Awal masuknya Islam ke pulau Jawa disambut dengan baik oleh masyarakat Jawa. Mengingat cara orang-orang Islam dalam menyebarkan ajarannya cenderung tidak menghilangkan adat-adat Jawa saat itu, seperti melalui wayang, melalui pupuh Jawa dan sebagainya. Alhasil, agama Islam dapat diterima dengan mudah oleh orang-orang Jawa, termasuk yang menganut kepercayaan-kepercayaan sebelumnya seperti kepercayaan pada animism-dinamisme, atau Hindu-Kejawen beralih kepada kepercayaan Islam. hal ini terjadi dalam waktu yang singkat dan tanpa perlawanan. Sehingga Islam mendapat banyak pengitkut.
Setelah proses Islamisasi berkembang, kepercayaan masyarakat Jawapun terbagi-bagi. Ada yang menganut kepercayaan agama Islam Jawa (Kejawen) yang merupakan hasil sinkretis dengan menyatukan unsur-unsur pra Hindu, Budha, dan Islam. dan kepercayaan Islam puritan (santri) yang mengikuti ajaran Islam dengan taat, yang mengikuti syari’at dan meyakini akan adanya Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Sebetulnya, selain pembagian tersebut, ada banyak lagi varian penamaan kepercayaan bagi masyarakat Jawa. Dari varian keercayaan tersebut, secara tidak langsung terjadi proses akulturasi, dan sistem akulturasi ini mengalami perkembangan pesat saat kekuasaan Mataram, ketika pemerintahan Sultan Agung sebagai raja terkuat di masanya. Hal tersebut tercermin dalam salah satu mahakarya Sultan Agung yaitu Serat Sastra Gendhing, yang banyak menggambarkan konteks kepercayaan masyarakat Jawa saat itu.
Penelitian yang berjudul “Nilai-Nilai Kebatinan Jawa dalam Serat Sastra Gendhing” ini, meruapakan penelitian pustaka dengan metode deskriptif-analisis. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dalam Serat Sastra Gendhing, sebagai karya Sultan Agung, dalam isi atau pupuh-pupuh serat tersebut menurut hemat penulis, serat tersebut sangat sarat dengan unsur-unsur kebatinan. Dan menurut hemat penulis, dalam serat tersebut, terdapat empat unsur pokok keatinan. Empat bidang kebatinan tersebut adalah okultisme, metafisisme, metafisika dan moralitas. Keempat unsur ini, merupakan tema-tema yang dibicarakan Sultan Agung secara implisit dalam Setat Sastra Gendhing. Setiap pupuh dalam Setat Sastra Gendhing hampir seluruhnya berisi bait-bait yang membicarakan emapat tema ini. Sultan Agung, sebagai raja yang agung-binatara, nampaknya sengaja menjadikan kebatinan sebagai salah satu tema utama (major theme) dalam Serat Sastra Gendhing.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii
NOTA DINAS ................................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAKSI ................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 5
D. Telaah Pustaka ................................................................................. 6
E. Metode Penelitian ............................................................................ 10
F. Sistematika Pembahasan ................................................................. 12
BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG KEBATINAN ....................... 14
A. Persoalan Definisi ............................................................................ 14
1. Definisi Kebatinan Jawa ............................................................. 14
2. Perbedaan Kebatinan dan Mistik Islam ....................................... 19
xi
B. Sejarah dan Perkembangan Kebatinan Jawa ................................... 22
BAB III. SKETSA BIOGRAFIS SULTAN AGUNG DAN MUNCULNYA
SERAT SASTRA GENDHING ...................................................................... 40
A. Sekilas tentang Sultan Agung ......................................................... 40
B. Sultan Agung dan Kejayaan Mataram ............................................ 44
C. Lahirnya Serat Sastra Gendhing ..................................................... 57
D. Karya dan Jasa Sultan Agung .......................................................... 59
BAB IV. SERAT SASTRA GENDHING SEBAGAI KITAB KEBATINAN
.......................................................................................................................... 62
A. Seputar Serat Sastra Gendhing ........................................................ 65
B. Nilai-nilai Kebatinan dalam Serat Sastra Gendhing ...................... 72
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 87
A. Kesimpulan. .................................................................................. 87
B. Saran-Saran ................................................................................... 89
Datar Pustaka ................................................................................................ 91
Curiculum Vitae ............................................................................................. 95
Lampiran ........................................................................................................ 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara dengan lebih
dari delapan puluh lima persen penduduknya memeluk agama Islam.1 Seperti
yang sudah sering dibahas dalam setiap pengantar buku sejarah Islam
Indonesia, Islam mulai masuk dan berkembang di pulau Jawa pada abad ke-15
bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Majapahit. Awal masuknya Islam ke
pulau Jawa disambut dengan baik oleh masyarakat Jawa. Mengingat cara
orang-orang Islam dalam menyebarkan ajarannya cenderung tidak
menghilangkan adat-adat Jawa saat itu, seperti melalui wayang, mealui pupuh
jawa dan sebagainya. Alhasil, agama Islam dapat dengan mudah diterima oleh
orang Jawa, termasuk yang menganut kepercayaan-kepercayaan sebelumnya
seperti kepercayaan pada animisme-dinamisme, atau ajaran Hindu-Kejawen
bereralihan kepada kepercayaan Islam. Hal terjadi dalam waktu yang singkat
dan tanpa perlawanan. Akhirnya Islam mendapatkan banyak pengikut.2
Proses Islamisasi yang dilakukan oleh para penyiar Islam saat itu yaitu
dengan cara memasukkan nilai-nilai Islam pada sistem budaya Jawa yang
sudah ada sebelumnya. Hal tersebut dilakukan agar Islam lebih mudah
dipahami, tetapi juga hal tersebut dilakukan mengingat pengaruh Hindu-
1Niels Mulder, Mistisisme Jawa (Yogyakarta: LKIS, 2007), hlm. 9. 2Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa (Yogyakarta: LKIS, 2012), hlm. 65-68.
2
Budha dan kepercayaan terhadap animisme-dinamisme yang telah begitu
mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa.3 Jadi tidak bisa dengan mudah
kepercayaan-kepercayaan tersebut dapat dihilangkan.
Sistem akulturasi mengalami perkembangan yang pesat pada masa
kekuasaan Mataram, terlepas dari strategi politik yang dilakukan Sultan
Agung sebagai raja terkuat dimasanya,4 sekitar tahun 1933 setelah mengatasi
pemberontakan di Jawa Tengah dan Jawa Barat, tepatnya sepulang dari ziarah
ke makam Sunan Tembayat, beliau seakan mendapatkan jawaban dari apa
yang seharusnya diperlukan oleh seorang raja saat itu, beliau mengumumkan
kepada seluruh kejaan Mataram untuk melakukan pergantian kalender Jawa ke
kalender baru, yaitu kalender Kamariah dengan penggunaan bulan-bulan
Islam. Sistem perhitungan tahun baru ini merupakan sebuah model
perhitungan yang hampir keseluruhannya menyesuaikan dengan tahun Hijriah,
namun awal perhitungan tahun masih memakai perhitungan tahun Saka.5
Kesatuan perhitungan kalender yang unik, yakni kalender Islam-Jawa
ini merupakan kontribusi sangat penting bagi perkembangan proses islamisasi
tradisi dan kebudayaan Jawa. Sultan agung mendorong proses islamisasi
dalam kebudayaan Jawa juga melalui pembaharuan tata hukum sebagai upaya
3 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: PN balai Pustaka, 1984), hlm. 312. 4 Disaat yang sama setelah mematahkan kasultanan pesisiran yang didukung masyarakat
pesantren, Sultan Agung segera menyadari perlunya menetapkan strategi budaya untuk menghubungkan dua lingkungan budaya, yaitu budaya pesantren dengan sastra religius yang berbahasa Arab dan budaya Islam Kejawen dengan sastra Jawa yang berpusat di lingkungan Istana kerajaan-kerajaan Jawa. Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Bandung: Teraju, 2003), hlm. 18
5 Partini, Islam Serat Sastra Gendhing (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2010), hlm. 17
3
penyelarasan dengan hukum Islam, sehingga beliau mendapat gelar
susuhunan, gelar ini digunakan oleh masyarakat ditujukan kepada Wali Allah,
sampai akhirnya gelar tersebut berganti menjadi Sultan. 6 Peristiwa-peristiwa
semacam itulah yang kemudian memicu terjadinya proses akulturasi yang
melahirkan Islam Kejawen.
Pada perkembangan selanjutnya Islam Kejawen di tingkat praktik
spiritual dikenal dengan mistik Islam Kejawen. Di mana ajaran pokok di
dalamnya adalah kepercayaan bahwa manusia dapat berhubungan langsung
dengan Tuhannya melalui jalan tertentu, karena mistik merupakan keyakinan
yang hidup dalam pikiran kolektif manusia untuk memenuhi hasrat mengalami
dan merasakan bersatu dengan Tuhan.7
Sultan Agung selain dikenal sebagai raja yang tak terkalahkan, beliau
juga adalah seorang pujangga, beberapa karya tulisannya, Serat Pangracutan
dan Serat Nitisastra. Tetapi ada karya lain beliau yang sangat fenomenal dan
dapat pula menjadi referensi dalam menggambarkan pola keberagamaan
Sultan Agung sendiri, yaitu Serat Sastra Gendhing. Sebuah kumpulan tulisan
yang merupakan hasil pemikiran Sultan Agung yang mungkin dapat
dikategorikan sebagai sastra suluk (keagamaan), berisi tentang berbagai
macam ajaran, baik meliputi ajaran moral, kebijaksanaan hidup, seni, filsafat,
mistik dan keselarasan lahir batin.8
6 Partini, Islam Serat Sastra Gendhing, hlm. 18 7 Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa, hlm.v. 8 Purwadi, Hidup, Mistik dan Kematian Sultan Agung (Yogyakarta: Tugu Publisher,
2005), hlm. 3
4
Serat Sastra Gendhing memuat tema kebatinan dalam kandungan
isinya melalui ajaran manunggaling kawula-Gusti yaitu melukiskan tujuan
tertinggi manusia dengan mencapai kesatuan yang sesungguhnya bersama
Tuhan. Sebagimana kutipan dalam dalam Serat Sastra Gendhing berikut:
1. Hubungan antara Dzat dan Sifat
Dzat lan sifat upami Sayekti dingin upami Dupi wus ana sipate Mulajamah aranira Awal lan akhirira Kang sipat tansah kawengku Marang dan kajatinira
Terjemah:
Dzat dan sifat selalu Lebih dulu dzatnya ketika sudah Ada sifat yang disebut Mulajamah Yang awal dan yang akhiran Sifat selalu termuat dalam hakikat dzat
2. Antara: rasa-pangrasa cipta-ripta
Rasa pangrasa upami Yekti dingin rasanira Pangrasa kari anane Kang cipta-kalawan ripta Sayekti dingin cipta Kang ripta pan gendingipun Kang nembah lan kang sinembah
Terjemah: Hati dan pikiran ibaratnya Lebih unggul pikiran pasti Dari keberadaan pikiran Sedang kreasi dan perangkaian Tentu lebih utama kreasi Dari rangkaian tembang Seperti yang menyembah dan yang disembah
5
Dalam hal ini, secara jelas Serat Sastra Gendhing berusaha
menjelaskan antara syari’at dan hakekat. Meskipun bukan murni ajaran
Muhammad, namun tetap Islam. Munculnya ideologi semacam ini tentu dirasa
sangat menarik dan penting untuk diteliti. Dari latar belakang konteks sosial-
budaya munculnya Serat Sastra Gendhing sampai konsep kebatinan yang
berkembang bersamaan dengan benturan dua ajaran, yakni Islam Santri dan
Islam Kejawen.9
Dengan demikian, penelitiaan ini akan mencoba menjelaskan aspek
nilai-nilai kebatinan Jawa yang terkadung dalam Serat Sastra Gendhing yang
dinilai sebagai sebuah karya tulis yang berharga karena memiliki kandungan
isi yang penting dan masih relevan pada konteks saat ini, terutama
pengaruhnya terhadap kehidupan orang Jawa saat ini.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka
penelitian ini akan berusaha untuk menjawab pertanyaan.
1. Bagaimana nilai-nilai kebatinan Jawa dalam Serat Sastra Gendhing?
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Diantara tujuan dan kegunaan penelitian antara lain:
1. Tujuan dari penelitian
9 Simuh, Mistik Islam Raden Ngabehi Ranggawarsito, (Jakarta: UI Press, 1988), hlm.2
6
a. Dapat memahami nilai-nilai kebatinan Jawa, dalam teks Serat Sastra
Gendhing karya Sultan Agung.
b. Kajian penelitian ini secara akademik, merupakan prasarat dalam
menyelesaikan jenjang pendidikan S1, jurusan Filsafat Agama,
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini juga dapat memberikan pemahaman tentang kebatinan
Jawa dalam Serat Sastra Gendhing, karya Sultn Agung, kepada para
intelektual, terutama kepada para pengkaji sastra, supaya dapat
menjadi salah satu rujukan perbandingan.
b. Sebagai sumbangan karya ilmiah pada kajian akademis hususnya pada,
kebudayaan, sastra, dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
C. Tinjauan Pustaka
Sesuai dengan pokok pembahasan dalam penelitian ini, yaitu nilai-
nilai kebatinan Jawa dalam Serat Sastra Gendhing, maka penting untuk
melihat dan melacak penelitian atau tulisan yang mirip dengan tema yang
peneliti angkat untuk dijadikan sebagai bahan rujukan sekaligus
perbandingan penulis. Berikut beberapa kajian serius yang membahas
mengenai Serat Sastra Gendhing.
1. Filsafat Sosial Serat Sastra Gendhing, karya Damardjati Supadjar,
Buku ini berusaha menelaah kandungan isi dalam teks Serat Sastra
7
Gendhing yang ditinjau dengan filsafat sosial. Melalui bahasa yang
mengalir, buku ini berupaya menemukan filsafat sosial jawa yang
lebih mampu memahami masyarakat Jawa. Oleh karena itu, tentu akan
menjadi bahan tambahan untuk memperluas pemahaman pada teks
Serat Sastra Gending.
2. Sufisme Jawa, karya Simuh.10 Buku ini mengupas tuntas tentang unsur
sufisme. Melalui buku ini, Simuh memberikan gambaran proses
sinkretisasi yang terjadi antara unsur-unsur Islam Islam dengan
Hindu-Budha yang berpusat di Kraton. Selain itu, disertasinya yang
berjudul Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Raggawarsita: Sebuah
Studi terhadap Naskah Wirid Hidayat Jati, juga telah mengulas mistik
Islam, ia mencoba memadukan pokok-pokok ajaran tasawuf dengan
berbagai ajaran Islam Kejawen. Meskipun karyanya tidak membahas
secara spesifik tentang ilmu kebatinan, akan tetapi tulisan simuh ini
akan cukup membantu pada proses penyusunan penelitiaan ini.
3. Mistisisme Jawa; Ideologi di Indonesia, karya Niels Mulder. Buku ini
telah berusaha menelusuri lebih spesifik pada awal mula kraton Jawa
dan agama rakyat. Pada saat yang sama, Niels Mulder juga
mengemukakan tentang bebagai ritual-ritual kraton dan sistem mistik
kejawen yang mencakup soal kebatinan, kepercayaan, simbolisme dan
peraktik keagamaan lainnya.
10 Simuh, Sufisme Jawa; Transformasi Tasawuf Islam Ke Mistik Jawa, (Yogyakarta:
Bentang Budaya, 1996)
8
4. Harun Hadiwijonto. Studi Konsepsi Tentang Manusia dalam
Kebatinan Jawa,11 Buku ini secara intensif membahas problematika
kultural yang dihadapi umat Islam Indonesia. Dalam karya tersebut, ia
menguraikan bagaimana konsepsi manusia dalam agama suku jawa
dengan pembacaan yang lebih luas. Selain menjawab problematika
keberagamaan, tulisannya tersebut dia tarik pada sebuah titik lain
untuk melihat korelasi antara zaman Islamisasi awal dan masa kini.
5. Serat Sastra Gendhing: Warisan Spiritual Sultan Agung Yang
Berguna Untuk Memandu Olah Pikir Dan Olah Dzikir,12 karya
Partini. Buku ini mencoba memperlihatkan relevansi ajaran
multikulturalisme dalam Serat Sastra Gendhing sebagai sebuah
jawaban pada masa sekarang. Partini mengulas secara singkat
terjadinya peristiwa akulturasi budaya pada masa pemerintahan Sultan
Agung. Ia juga berupaya memberikan solusi untuk kompleksitas yang
dihadapi masyarakat majemuk dengan butir-butir kearifan lokal
sebagaimana yang telah diwariskan oleh Sultan Agung. Meski sama
halnya pada gagasan dalam buku ini, penulis dalam penelitiaan akan
mencoba memperlihatkan relevansi kegunaan Serat Sastra Gendhing
sebagai sebuah solusi pada konteks kekinian, akan tetapi dalam ranah
11Harun Hadiwijonto. Studi Konsepsi Tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa,(Jakarta:
Sinar Harapan,1983) 12 Partini B. Serat Sastra Gendhing: Warisan Spiritual Sultan Agung Yang Berguna
Untuk Memandu Olah Pikir Dan Olah Dzikir (Yogyakarta: Shaida, 2010)
9
yang berbeda pembacaan makna pada teks Serat Sastra Gending lebih
difokuskan pada nilai kebatinan.
6. Serat Sastra Gendhing; Analisis Untuk Memahami Spiritualisme
Sultan Agung Hanyakrakusuma,13 sebuah skripsi mahasiswa fakultas
Adab UIN Sunan Kalijaga yang ditulis oleh Saidah Difla Iklila pada
tahun 2007. Skripsi ini mencoba untuk membaca spiritualisme Islam
yang dianut Sultan agung melalui kajian Sastra Gendhing, tidak
mengkaji secara mendalam unsur-unsur mistisisme yang mengarah
pada nilai-nilai kebatinan dalam pemikiran Sultan Agung. Selain
skripsi yang telah disebut di atas, ada karya yang ditulis oleh Retno
Ika Rahayu, salah seorang mahasiswa dari fakultas Dakwah dengan
judul skripsi Ajaran Islam dalam Serat Sastra Gendhing,14 di dalam
skripsinya secara spesifik ia hanya mengulas gagasan berbau Islam
yang tersirat dalam Serat Sastra Gendhing. Meski demikian, gagasan
dalam skripsi-skripsi tersebut tetap akan sangat membantu pada
penelitian ini untuk mengenal lebih jauh dalam membaca nilai-nilai
kebatinan yang tersirat dalam Serat Sastra Gendhing.
Dari sekian banyak literatur yang telah di atas, tidak ada penelitian
yang secara komprehensif menyinggung aspek kebatinan Sultan Agung dalam
Serat Gendhing, sehingga penelitian penulis berbeda dengan penelitian-
13 Saidah Difla Iklila, Serat Sastra Gendhing; Analisis Untuk Memahami Spiritualisme Sultan Agung Hanyakrakusuma, Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007.
14 Retno Ika Rahayu, Ajaran Islam dalam Serat Sastra Gendhing, Skripsi Fakultas
Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008.
10
penelitian sebelumnya, yaitu penelitian penulis lebih di arahkan pada mencari
aspek-aspek kebatinan Jawa dalam Serat Sastra Gendhing. Akan tetapi
penelitian-penelitian sebelumnya dapat dijadikan sebagai rujukan dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan dan untuk memperkaya perspektif
dalam penelitian ini.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
akhir penelitian. Metode ini meliputi seluruh perjalanan pemikiran dan
pengetahuan, rangkaian dari permulaan sampai pada akhir kesimpulan ilmiah,
baik untuk seluruh bidang maupun objek kajian dalam penelitian. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research) yaitu
pengumpulan data dari kepustakaan baik berupa buku, jurnal majalah maupun
sumber-sumber lain yang bermanfaat dan berhubungan dengan topik yang
menjadi sasaran penelitian.15 Yang menjadi objek kajian adalah isi kandungan
dalam teks Serat Sastra Gendhing. Sedangkan yang menjadi subjek kajian
adalah nilai-nilai kebatinan dalam Serat Sastra Gendhing.
15 Anton Bakker dan Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm.63.
11
2. Sumber Data
Sumber data primer yang digunakan oleh peneliti diperoleh dari teks
Serat Sastra Gendhing yang dikarang Sultan Agung, Islam dan Kebatinan
yang ditulis oleh Rasjidi dan buku yang berjudul Ritus-Ritus Kebatinan karya
Abu Su’ud. sedangkan data sekunder diperoleh dari semua buku yang
membahas Serat Sastra Gendhing dan semua referensi yang mendukung
penelitian ini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Filosofis. Skripsi ini mencoba untuk mengeksplorasi gagasan
atau ide tentang nilai-nilai ilmu kebatinan dalam Serat Sastra Gendhing.
Pendekatan filsafat ini dimaksudkan untuk meninjau, menganalisis dan
memecahkan masalah dengan sudut pandang dan cara berpikir filosofis. Sifat
dari berpikir filosifis ini adalah radikal (menemukan akar seluruh kenyataan).
3. Analisis Data
Cara yang digunakan peneliti dalam menganalisis data yang
berkaitan dengan Serat Sastra Gendhing yang ada hubungannya dengan
ilmu kebatinan adalah sebagai berikut:
a. Deskripsi
Deskripsi adalah menuturkan dan menafsirkan data yang telah ada.
Contohnya: situasi yang dialami, satu hubungan kegiatan serta sikap yang
terlihat, selanjutnya menyajikan objek-objek, kasus-kasus tertentu dan
12
situasi secara terperinci.16 Dengan metode ini, peneliti akan mencoba
mendeskripsikan secara umum terkait kebatinan Jawa yang terkandung
dalam Serat Sastra Gendhing. kemudian peneliti akan mencoba mendalami,
menganalisa dan merespon pemikirannya. Selanjutnya memberikan
gambaran dan keterangan yang jelas, sistemastis, deskriptif, obyektif pada
penelitian ini.
b. Analisis
Analisis adalah adanya sebuah deskripsi tentang istilah-istilah tertentu
yang membutuhkan pemahaman secara konsepsional guna menemukan
pemahaman yang lebih jauh, dengan melakukan perbandingan pikiran-pikiran
yang lainnya.17 Hal ini merupakan tindak lanjut dari pemahaman atas
deskriptif.
E. Sistematika pembahasan
Dalam rangka untuk mempermudah pemahaman dan mensistematiskan
dalam pembahasan skripsi ini, maka sistematika pembahasan akan disusun
secara utuh dan sistematis yang terdiri dari lima bab pembahasan sebagai
berikut:
16 Anton Bakker dan Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat, hlm. 54. 17Anton Bakker dan Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat, hlm. 41.
13
Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, sistematika pembahasan dan daftar pustaka.
Bab II, dalam bab ini menguraikan secara umum tentang kebatinan
Jawa yang diawali dari pengertian, perkembangan dan ciri-cirinya. Bagian ini
merupakan pengantar pada bab selanjutnya.
Bab III, dalam bab ini peneliti menguraikan tentang biografi Sultan
Agung yang berisi perjalanan hidup dan juga konteks sosial pada saat beliau
melahirkan sebuah buku Serat Sastra Gendhing.
Bab IV, bab ini merupakan bagian terpenting yang membahas tentang
bagaimana nilai-nilai kebatinan Jawa dalam Serat Sastra Gendhing.
Bab V, dalam bab ini adalah penutup yakni bagian akhir dari
penelitiaan ini yang berisi kesimpulan, saran-saran, dari hasil penelitian dan
juga kurikulum vitae penulis.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian penulis tentang, nilai-nilai kebatinan jawa dalam Serat
Sastra Gendhing, penulis dapat menyimpulkan bahwa Serat Sastra Gendhing
adalah salah satu karya Sultan Agung yang paling populer yang di dalamnya
memuat berbagai unsur ajaran terutama ajaran kebatinan, filsafat, agama, dan
lainnya. Serat ini pula merupakan serat yang terkenal selain Serat
Pangracutan dan Serat Nitisastra. Serat ini diakui sebagai buah pikir Sultan
Agung yang memuat beberapa pokok ajaran yang dipahami oleh Sultan
sebagai seorang raja yang memperhatikan masalah agama. Serat Sastra
Gendhing diperkirakan dibuat pada waktu di kerajaan Mataram tengah terjadi
konflik antara dua golongan. Golongan pertama diwakili oleh kaum santri, dan
golongan kedua diwakili oleh mereka yang masih memegang teguh tradisi
nenek moyang. Sebagaimana telah kita ketahui, kaum santri pada umumnya
membawa misi religius yang revolusioner.
Serat Sastra Gendhing terdiri dari lima pupuh. Diawali dengan pupuh
Sinom, kemudian pupuh Asmaradana, pupuh Dandanggula, pupuh Pangkur,
dan diakhiri dengan pupuh Durma. Pupuh Sinom berisi bait-bait yang
membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan masa pertumbuhan dan masa
pembinaan kerajaan Mataram oleh Sultan Agung Adapun pupuh kedua,
88
Asmaradana, terdiri dari dua belas bait. Asmaradana berasal dari dari dua kata,
yakni asmara yang berarti cinta dan dana yang bermakna bara api.
ketiga, Dandanggula, terdiri dari sebelas bait. Secara umum, bait-bait
dalam pupuh Dandanggula ini menjelaskan bahwa ilmu, kebenaran dan
keindahan tidak pernah berkurang manisnya. Adapun pupuh yang keempat,
pupuh Pangkur, terdiri dari tujuh belas bait yang secara umum mengandung
peringatan tentang hal-hal yang mestinya ditinggalkan dan sesuatu yang
mestinya dilakukan.
Dalam menguatkan argumen kebatinan, penulis mengambil
pendapatnya Prof. Muchsin Djajadiguna, menurutnya ada empat aliran
kebatinan yang berkembang di Indonesia hingga kini. Golongan pertama
adalah mereka yang hendak menggunakan kekuatan-kekuatan gaib untuk
melayani berbagai keperluan manusia. Golongan ini sangat mementingkan
ilmu gaib. Golongan kedua adalah mereka yang berusaha mempersatukan jiwa
manusia dengan Tuhan selama manusia masih hidup, agar dengan demikian
manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup yang baka sebelum manusia
itu mengalami mati. Golongan ketiga adalah mereka yang berniat mengenal
tuhan dan menembus alam rahasia “paran sangkaning dumadi”, yaitu dari
mana hidup manusia ini dan kemana hidup itu akhirnya pergi. Dan golongan
keempat adalah mereka yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia
ini serta berusaha menciptakan masyarakat yang berdasarkan saling
menghargai dan mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah Tuhan.
89
Empat bidang kebatinan yang telah disebutkan tersebut (okultisme,
mistisisme, metafisika dan moralitas) merupakan tema-tema yang dibicarakan
Sultan Agung secara implisit dalam Serat Sastra Gendhing. Setiap pupuh
dalam Serat Sastra Gendhing hampir seluruhnya berisi bait-bait yang
membicarakan empat tema ini. Sultan Agung, sebagai raja yang agung-
binatara, nampaknya sengaja menjadikan kebatinan sebagai salah satu tema
utama (major theme) dalam Serat Sastra Gendhing, sebagaimana yang telah
dipaparkan dalam pupuh-pupuh pada bab sebelumnya, yang mana setiap
pupuh tersebut secara eksplisit mengandung makna kebatinan.
B. Saran-Saran
Penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini setidaknya dapat
memberikan gambaran yang memadai tentang nilai-nilai kebatinan yang
terkandung dalam Serat Sastra Gendhing. Akan tetapi, walaupun demikian,
uraian-uraian dari pemikiran ini memiliki kemungkinan untuk salah. Dengan
kata lain, uraian-uraian dalam penelitian tetang nilai-nilai kebatinan Jawa ini
dalam Serat Sastra Gendhing perlu untuk dikaji ulang dalam penelitian-
penelitian ini selanjutnya. Oleh karena itu, sudah selayaknyalah penelitian ini
dapat menjadi undangan untuk memulai pembicaraan selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih bersifat deskriptif, oleh
karena itu, kajian-kajian selanjutnya perlu untuk mempertajam kembali
analisis maupun argumentasinya. Dan penulis juga menyadari bahwa dalam
90
penelitian ini masih kurangnya data-data atau literatur. Untuk itu, penelitian-
penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih banyak mengakses data-data
atau literatur yang membahas tentang Serat Sastra Gendhing.
91
DAFTAR PUSTAKA
Anton Bakker dan Charis Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
Ardani, H. Moh. Seminar Sehari Pengaruh Islam terhadap Budaya Jawa dan
Sebaliknya. Jakarta: Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Layanan
Informasi, 2000.
Daryanto. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo, 1998
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sastra Gendhing. Yogyakarta:
Javanologi.
Dojosantoso. Unsur Religi dalam Sastra Jawa. Semarang: Aneka Ilmu, 1986.
Difla Iklila, Saidah. Serat Sastra Gendhing; Analisis Untuk Memahami
Spiritualisme Sultan Agung Hanyakrakusum. Skripsi Fakultas Adab UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.
Endaswara, Suwardi. Mistik Kejawen, Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme
dalam Budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi, 2006.
Graff, De. Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung. Jakarta:
Graffiti Press dan KITLV, 1986.
Hadisutjipto. “Pengaruh Islam dalam Sastra Jawa”. dalam majalah Mawas Diri
Jakarta, 1986.
92
Harun, Hadiwijono. Konsepsi Tentang Manusia Dalam Kebatinan Jawa.
Yogayakarta: Kanisius, 1983.
Hamka. Sejarah Umat Islam IV. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Http://id.wikipedia.org/wiki/tasawuf, 10.25, 25 April 2015
Ika Rahayu, Retno. Ajaran Islam dalam Serat Sastra Gendhin. Skripsi Fakultas
Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN balai Pustaka, 1984.
M, Sufaat. Beberapa Pembahasan Tentang Kebatinan. Yogyakarta: Kota
Kembang, 1985.
Meinsma. Babad Tanah Djawi. Batavia: t.p, 1941.
Mulyat, Sri. Tasawuf Nusantara. Jakarta: Kencana, 2006.
Mulder, Zoet. Manunggalih Kawulo-Gusti: Panteisme dan Sastra Suluk Jawa:
Suatu Studi Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1935.
Niels, Mulder. Mistisisme Jawa. Yogyakarta: LKIS, 2007.
Partini, B. Serat Sastra Gendhing: Warisan Spiritual Sultan Agung Yang
Berguna Untuk Memandu Olah Pikir Dan Olah Dzikir. Yogyakarta: Panji
Pustaka, 2010.
Purwadi. Hidup, Mistik dan Kematian Sultan Agung. Yogyakarta: Tugu
Publisher, 2005.
93
Partokusumo, Karkono Kamajaya. Kebudayaan Jawa: Perpaduannya dengan
Islam. Yogyakarta: IKAPI, 1995.
Rasjidi, M. Islam dan Kebatinan.Jakarta: Bulan Bintang, 1971.
Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, terj. Darmono Hardjowijono, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1993.
Romdon. Tasawuf dan Aliran Kebatinan. Yogyakarta: LESFI, 1995.
Syaifan Nur dkk.Penelitian Unggulan Mistik Islam Kejawen Sultan Agung. Fak.
Ushuluddindan Pemikiran Islam Yogyakarta, 2012.
Simuh. Sufisme Jawa; Transformasi Tasawuf Islam Ke Mistik Jawa, Yogyakarta:
Bentang Budaya, 1996.
---------------. Mistik Islam Raden Ngabehi Ranggawarsito. Jakarta: UI Press,
1988.
Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik dalam Islam Terj. Supardi Djoko Pramono
dkk. Jakarta: Pustaka Pirdaus, 1986.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
Suyono, Capt. R. P. Dunia Mistik Orang Jawa. Yogyakarta: LKIS, 2012
Supadjar, Damardjati. Filsafat Sosial Serat Sastra Gendhing. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2001
Soehada, M. Orang Jawa Memaknai Agama. Yogyakarta: Kreasi Wacana: 2008.
94
Sofwan, Ridin Ritual Aspek Kepercayaan dan Ritual dalam Islam dan
Kebudayaan Jawa. Semarang: Gama Media, 2000.
Su’ud, Abu.Ritus-Ritus Kebatinana. Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2001.
Supadjar, Damardjati. Filsafat Sosial Serat Sastra Gendhing. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2001.
Susetya, Wawan. Ngelmu Makrifat Kejawen. Yogyakarta: Narasi, 2007.
Woodward, Mark R Islam Jawa, dan Kesalehan Normatif Versus
Kebatinan.Yogyakarta: Lkis, 1999.
95
CURICULUM VITAE
Nama : Dewi Rusmalawati Nur
TTL : Sleman 15 Maret 1992
Alamat Asal : Sribit Sendang Tirto, Berbah, Sleman
Alamat : Sribit Sendang Tirto, Berbah, Sleman
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Mahasiswi
No. Hp : 082323891141
Email : [email protected]
Pendidikan :
1999-2005 : SD Muhammadiyah Pajangan 2
2005-2008 : SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta
2008-2011 : SMA Angkasa, Adisujipto
2011-sekarang : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta