Niken Grah P_s2 Ikm_bridging Program_tugas Pengelolaan Limbah

6
TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH IKAN MAS (Cyprinus Carpio L.) SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN LIMBAH Niken Grah Prihartanti (101314153027) PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013

description

PENGELOLAAN LIMBAH

Transcript of Niken Grah P_s2 Ikm_bridging Program_tugas Pengelolaan Limbah

  • TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH

    IKAN MAS (Cyprinus Carpio L.) SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN LIMBAH

    Niken Grah Prihartanti

    (101314153027)

    PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SURABAYA

    2013

  • 1. PENCEMARAN AIR Air merupakan bahan yang amat penting (essensial) bagi kehidupan organisme.

    Air diperlukan untuk kebutuhan keluarga, untuk kebersihan kota dan desa, untuk irigasi

    dan menyiram tanaman, untuk menyejukkan udara, untuk keperluan industri, dan lain-

    lain. Di dalam air sendiri (perairan) terdapat banyak kehidupan, oleh karena itu air juga

    berisi banyak bahan organik yang berasal dari penghuninya maupun dari tempat-tempat

    lain yang terbawa oleh air tersebut, misalnya air selokan yang banyak mengandung

    bahan pencemar, air limbah yang berasal dari rumah tangga juga sering mencemari

    badan perairan, dan air buangan industri yang mengandung bahan buangan yang

    berbahaya.

    Pencemaran adalah perubahan sifat Fisika, Kimia dan Biologi yang tidak

    dikehendaki pada udara, tanah dan air . Peruahan tersebut dapat menimbulkan bahaya

    bagi kehidupan manusia atau organisme lainya, proses-proses industri, tempat

    tinggal dan peninggalan-peninggalan, atau dapat merusak sumber bahan mentah.

    Pencemaran terjadi apabila terdapat gangguan dalam daur materi yaitu apabila laju

    produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau penggunaan zat tersebut

    (soemarwoto,1990).

    Terdapat dua jenis sumber pencemaran yaitu (1) Pencemaran yang dapat

    diketahui secara pasti sumbernya misalnya limbah industri, (2) Pencemaran yang tidak

    diketahui secara pasti sumbernya yaitu masuk ke perairan bersama air hujan dan

    limpasan air permukaan. Beban pencemaran pada badan air merupakan jumlah bahan

    yang dihasilkan dari kedua sumber tersebut (Husin dan Kastamana,1991).

    Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu lokasi maka

    akan terjadi perubahan padanya. Perubahan dapat terjadi pada organisme yang

    hidup di lokasi itu serta lingkunya yang berupa faktor Fisika dan Kimianya

    (ekosistim). Salah satu perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan

    perairan dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut. Senyawa racun

    yang terkandung di dalam limbah akan mempengruhi proses metabolisma dalam

    tubuh ikan.

    2. PEMANTAUAN PENCEMARAN AIR Pegolahan sumber air perlu memperhatikan aspek kwalitas pengendalian. Usaha

    pengendalian pencemaran air memerlukan informasi dan masukan mengenai tingkat

  • pencemaran pada berbagai sumber air. Ada tiga cara untuk mengevaluasi tingkat

    pencemaran air yaitu (a) cara kriteria standar kwalitas air (b) cara ujihayati (c) cara

    indeks kwalitas air atau pencemaran (Mark, 1981).

    Untuk menghindari kerusakan terhadap ekosistim perairan sebagai akibat dari

    pencemaran, haruslah dilakukan pemantauan atau monitoring, baik monitoring

    secara kimia, Fisika dan Biologi (Amnan,1994). Pemantauan pencemaran air

    sebenrnya menyangkut kehidupan di air. Bila air tercemar maka kehiduopan

    organisme di air terganggu. Analisis pencemaran air secara Fisika dan Kimia berusaha

    menilai apakah kondisi Fisika dan Kimia air cocok dengan kehidupan organisme di

    badan air atau tidak. Hal ini terkait sehubungan dengan bahwa kehidupan organisme

    air tergantung pada faktor Fisika dan Kimia air itu. Pengukuran ini ditujukan pada

    kesesuaian dengan organise air (Suin, 1994).

    Pemantauan pencemaran di air dapat dilakukan secara biologi analisis dengan

    hewan air dapat dilakukan dengan ujihayati atau denga bioassay, metabolisme

    individu, dinamika populasi dan struktur populasi. Uji hayati adalah menguji suatu

    senyawa beracun dengan menggunakan organisme hidup. Tujuan dari uji hayati

    adalah untuk menentukan respon organisme terhadap besarnya konsentrasi senyawa

    beracun (Mark, 1981).

    Racun yang masuk ke badan air ada yang dalam konsentrasi rendah dapat

    langsung menyebabkan kematian pada organisme yang terdapat di sana. Tetapi

    pada konsentrasi yang lebih rendah lagi dapat menyebabkan terganggunya funsi/faal

    organisme tersebut. Akibat yang disebabkan oleh racun yang tidak menyebabkan

    kematian secara langsung disebut efek sub lethal (Mason, 1980).

    Untuk pencemaran lingkungan air, masalah-masalah pokoknya dalam hubungannya

    dengan penurunan atau degradasi kualitas air adalah sebagai berikut:

    2.1 Pembuangan sampah rumah tangga ke badan-badan sungai

    2.2 Pembuangan limbah industri ke badan-badan sungai

    2.3 Pengaruh buangan air dari daerah pertanian (yang mengandung pestisida) ke

    dalam sungai serta peresapan air tanah

    2.4 Hilangnya pelindung daerah penyangga sumber air

    2.5 Pendangkalan dan erosi tanah

    2.6 Kepentingan penggunaan sungai yang saling bertentangan

    2.7 Pemantauan dan peraturan debit air sungai

    (Didik Priyadoko, 2004)

  • 3. IKAN MAS (Cyprinus Carpio L.) SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN AIR Untuk menaksir efek toksiologis dari beberapa polutan kimia dalam

    lingkungan dapat diuji dengan menggunakan species ysng mewakili lingkungan yang

    ada di perairan tersebut. Species yang diuji harus dipilih atas dasr kesamaan biokemis

    dan fisiologis dari specis dimana hasil percobaan digunakan (Price, 1979). Kriteria

    organisme yang cocok unutk digunakan sebagai uji hayati tergantung dari beberapa

    faktor :

    3.1 Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan linkungan

    3.2 Penyebanya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak

    3.3 Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara

    daerah maupun nasional

    3.4 Mudah dipelihara dalam laboratorium

    3.5 Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasite

    3.6 Sesuai untuk kepentingan uji hayati

    Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun

    terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu.

    Reaksi ini dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorim, di mana terjadi

    perubahan aktivitas pernafasan yang besarnya perobahan diukur atas dsar irama

    membuka dan menutupnya rongga Buccal dan ofer kulum (Mark, 1981).

    Pengukuran aktivitas pernafasan merupakan cara yang amat peka untuk menguikur

    reaksi ikan terhadap kehadiran senyawa pencemar. Sebagai indikator dari toxicant sub

    lethal juga dapat dilihat dari frekwensi bentuk ikan. Yang mana digunakan untuk

    membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang merupakan monitoring

    pergerakan respiratory. Selain gerakan ofer kulum dan frekwensi batuk parameter

    darah merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari

    kwalitas air. Perubahan faal darah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar, akan

    timbul sebelum terjadinya kematian. Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam

    menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan. Parameter faal darah dapat

    diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel darah

    merah.

    Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena

    sangat peka terhadap perubahan lingkungan .Di Indonesia ikan yang termasuk famili

  • Cyprinidae ini termasuk ikan yang popular dan paling banyak dipelihara rakyat,

    serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan

    pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8-12 cm. Disamping itu ikan mas

    di kolam biasa (Stagnant water) kecepatan tumbuh 3 cm setiap bulannya.

    Berdasrkan hasil penelitian bahwa konsentrasi limbah, suhu, DO, pH, salinitas dan

    alkalinitas berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan mas (Cyprinus carpio L.)

    (Suwindere, 1983). Hal ini disebabkan jika ditinjau secara kimia bahwa kehidupan

    dan pertumbuhan organisme perairan dipengaruhi oleh pH, DO, BOD, suhu, salinitas

    dan alkalinitas (Rasyad, 1990).

    Penelitian tentang kesanggupan ikan mas untuk mendeteksi insektisida

    memperlihatkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpio L.) dapat mendeteksi adanya

    insektisida bayrusil dalam air pada konsentrasi 55 ppm. Dimana pada konsentrasi

    tersebut setelah 10 menit ikan mas telah menghidari akan trjadi perubahan

    frekwensi gerakan ofer kulum yang mula- mula cepat kemudian melambat dan ahirnya

    lemas (Suin, 1994).

    Gambar 1.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)

  • DAFTAR PUSTAKA

    Amnan, Marta. 1994. Evaluasi Kandungan Logam Berat Hg dan Pb pada kerang Polymesoda

    sp Pada Ekosistim Sungai di Kawasan Industri. Tesis. Program Pasca Sarjana. UI.

    Jakarta.

    Husin, K. 1991. Metoda teknik Analisisi Kwalitas Air. Penelitian

    Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian. IPB. Bogor.

    Mason, C.F. 1980. Biological Fresh Water Pollution. London. New York.

    Mark, Jr.H.B. 1981. Water Quality Measurement The Modern Analytical Techniques.

    Departments of Chemistry of Cincinate. Ohio.

    Price, D.R.H. 1879. Fish as Indicators of Water Quality. John Wiley and Sons.

    Chicester. Toronto.

    Priyadoko, Didik. 2004. Biologi Umum Dasar. Jakarta: Erlangga.

    Suin, M. Nurdin. 1994. Dampak pencemaran pada Ekosistim Pengairan. Proseding

    penataran pencemaran Lingkungan Dampak dan Penanggulanganya.Pemda Kodya

    TK. II. Padang.