Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah...

50
1 Jemli Tolabada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan pertumbuhan penduduk yang cukup besar, dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa pada sensus penduduk tahun 2010, sudah menjadi suatu keharusan bagi pemerintah Indonesia untuk semakin meningkatkan prasarana dan sarana kesehatan sekaligus pemerataan pelayanan tersebut ke daerah-daerah sehingga dapat dinikmati oleh kalangan luas. Salah satu prasarana yang paling diperlukan adalah Rumah Sakit. Pembangunan sebuah rumah sakit sebagai fasilitas umum dewasa ini tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga dilakukan oleh pihak swasta yang berminat membangun rumah sakit karena melihatnya sebagai suatu lahan usaha yang menjanjikan. Semakin meningkatnya pendirian rumah sakit terutama di kota-kota besar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai salah satu penyelenggara kegiatan pelayanan public, rumah sakit sangat berpotensi untuk menghasilkan limbah. Menurut World Health Organization (WHO, 2007) ; limbah yang dihasilkan layanan kesehatan hampir 80% berupa limbah umum dan 20% berupa limbah bahan berbahaya yang mungkin menular, beracun atau radioaktif. Sebesar 15% dari limbah yang dihasilkan layanan kesehatan merupakan limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan radioaktif sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg limbah berbahaya per tempat tidur rumah sakit per hari, sedangkan di negara berkembang menghasilkan 0,2 kg limbah per tempat tidur rumah sakit per hari. Limbah rumah sakit yang tergolong berbahaya salah satunya yaitu Limbah Medis Padat. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mengemukakan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan sebagaimana dimaksud maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit. Salah satunya dengan melaksanakan pengelolaan limbah sesuai persyaratan dan tata laksana yang telah ditetapkan untuk melindungi masyarakat akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Hasil kajian dari WHO yang dilakukan terhadap 100 buah rumah sakit di Jawa dan Bali pada tahun 2002 menunjukkkan bahwa rata-rata produksi limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari.

Transcript of Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah...

Page 1: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

1

Jemli Tolabada

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara dengan pertumbuhan penduduk

yang cukup besar, dengan jumlah penduduk lebih

dari 237 juta jiwa pada sensus penduduk tahun

2010, sudah menjadi suatu keharusan bagi

pemerintah Indonesia untuk semakin

meningkatkan prasarana dan sarana kesehatan

sekaligus pemerataan pelayanan tersebut ke

daerah-daerah sehingga dapat dinikmati oleh

kalangan luas. Salah satu prasarana yang paling

diperlukan adalah Rumah Sakit. Pembangunan

sebuah rumah sakit sebagai fasilitas umum

dewasa ini tidak hanya dilakukan pemerintah,

tetapi juga dilakukan oleh pihak swasta yang

berminat membangun rumah sakit karena

melihatnya sebagai suatu lahan usaha yang

menjanjikan.

Semakin meningkatnya pendirian rumah

sakit terutama di kota-kota besar merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Sebagai salah satu penyelenggara

kegiatan pelayanan public, rumah sakit sangat

berpotensi untuk menghasilkan limbah. Menurut

World Health Organization (WHO, 2007) ;

limbah yang dihasilkan layanan kesehatan hampir

80% berupa limbah umum dan 20% berupa

limbah bahan berbahaya yang mungkin menular,

beracun atau radioaktif. Sebesar 15% dari limbah

yang dihasilkan layanan kesehatan merupakan

limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh,

limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan

farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan radioaktif

sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg

limbah berbahaya per tempat tidur rumah sakit per

hari, sedangkan di negara berkembang

menghasilkan 0,2 kg limbah per tempat tidur

rumah sakit per hari.

Limbah rumah sakit yang tergolong

berbahaya salah satunya yaitu Limbah Medis

Padat. Limbah medis padat adalah limbah padat

yang terdiri dari limbah infeksius, limbah

patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,

limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan

limbah dengan kandungan logam berat yang

tinggi. Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit mengemukakan bahwa rumah sakit

sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan

masyarakat merupakan tempat berkumpulnya

orang sakit maupun orang sehat sehingga dapat

menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan

dan gangguan kesehatan. Untuk menghindari

resiko dan gangguan kesehatan sebagaimana

dimaksud maka perlu penyelenggaraan kesehatan

lingkungan rumah sakit. Salah satunya dengan

melaksanakan pengelolaan limbah sesuai

persyaratan dan tata laksana yang telah ditetapkan

untuk melindungi masyarakat akan bahaya

pencemaran lingkungan yang bersumber dari

limbah rumah sakit.

Hasil kajian dari WHO yang dilakukan

terhadap 100 buah rumah sakit di Jawa dan Bali

pada tahun 2002 menunjukkkan bahwa rata-rata

produksi limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari.

Page 2: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

2

Produksi limbah berupa limbah domestik sebesar

76,8% dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2%.

Diperkirakan secara nasional produksi limbah

(limbah padat rumah sakit) sebesar 376,089 ton/

hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan

betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari

lingkungan. Selain itu akibat kegiatan rumah sakit

dapat menganggu masyarakat di sekitarnya, serta

pekerja lainnya di luar rumah sakit seperti para

petugas kebersihan (dinas kebersihan dan

pemulung) sehingga perlu dilakukan pengelolaan

terhadap limbah rumah sakit (Jusuf, 2002).

Dalam Profil Data Kesehatan Indonesia

Tahun 2011 tercatat jumlah rumah sakit di

Indonesia sebanyak 1721 unit. Selanjutnya

menurut keterangan Kepala Divisi Humas dan

Informasi Persatuan Rumah Sakit Indonesia

(PERSI) ketika dihubungi Kompas.com pada 20

Juli 2012 diinformasikan bahwa pada pertengahan

Mei 2012 jumlah rumah sakit di Indonesia

meningkat mencapai 1.959 unit. Semakin

meningkatnya pendirian rumah sakit dan semakin

kompleks kegiatan pada setiap unit pelayanan/

ruangan di rumah sakit akan diikuti dengan

peningkatan jumlah limbah sehingga

memperbesar potensi bahaya yang ditimbulkan

akibat limbah.

Badan Layanan Umum (BLU) RSU Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado termasuk rumah sakit

kelas B dan rujukan yang dikelola oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pihak

rumah sakit telah melaksanakan pengelolaan

limbah, akan tetapi pengelolaan limbah yang

dilakukan dirasakan belum optimal. Dari data

awal yang diambil pada bulan Oktober 2012

melalui wawancara dengan Kepala Instalasi

Sanitasi diinformasikan bahwa BLU RSU Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado masih kekurangan

tenaga pengelola limbah dan rusaknya 1 mesin

insinerator.

Dalam berita Sulut Online pada 22 Maret

2012, diinformasikan adanya pembuangan sampah

medis secara sembarangan karena ditemukan di

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

Sumompo yang terletak di kota Manado. Bahkan

terungkap beberapa pemulung di TPST Sumompo

sudah terkena jarum suntik bekas yang termasuk

kategori limbah medis padat . Selain itu, menurut

Laporan Wartawan Tribun Manado pada 14

September 2012, disinyalir adanya dugaan

pelanggaran penanganan sampah oleh pihak RSU

Kandou yang sedang disoroti dan akan

ditindaklanjuti oleh komisi IV DPRD Sulut.

Melihat latar belakang permasalahan serta

mengetahui besarnya bahaya dari limbah rumah

sakit khususnya limbah medis padat apabila tidak

dikelola sesuai standar prosedur yang ditetapkan,

maka penulis tertarik untuk mendapatkan

Gambaran mengenai Sistem Pengelolaan Limbah

Medis Padat di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Gambaran Sistem Pengelolaan

LimbahMedis Padat di BLU RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Page 3: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

3

Untuk mendapatkan gambaran mengenai

Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat

di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado mencakup aspek Masukan (input),

Proses (process), dan Keluaran (output).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendapatkan gambaran mengenai

aspek masukan (input), meliputi :

a) Sumber Daya Manusia ; yaitu

kuantitas dan kualifikasi tenaga

pengelola limbah medis padat

b) Keuangan/ Rencana Anggaran ;

yaitu perencanaan jumlah anggaran

untuk pengelolaan limbah yang

meliputi sumber dana, biaya

pegawai, biaya operasional, dan

biaya pengadaan peralatan

c) Metode ; yaitu perencanaan

prosedur dalam pengelolaan limbah

medis padat

d) Sarana dan Prasarana ; yaitu

perencanaan jumlah peralatan

untuk pengelolaan limbah, antara

lain kantong plastik limbah, wadah

penampung limbah, alat

pengangkut limbah, dan insinerator

e) Timbulan Limbah Medis Padat ;

yaitu jenis, sumber dan jumlah

rata-rata per hari limbah medis

padat

2. Mendapatkan gambaran mengenai

aspek proses (process), meliputi :

a) Teknik Operasional ; yaitu tahap

pemilahan, penampungan,

pengangkutan dan pembuangan

akhir limbah medis padat

b) Unit Pengelola Limbah ; yaitu

bagian rumah sakit yang

bertanggung jawab menangani

pengelolaan limbah

c) Pengaturan/ Regulasi ; yaitu

peraturan yang dibuat atau

kebijakan yang dilakukan dalam

pengelolaan limbah

d) Keuangan/ Alokasi Dana ; yaitu

jumlah alokasi dana yang terpakai

untuk pengelolaan limbah

e) Peran Serta Masyarakat ; yaitu

perilaku pasien, pengunjung, dan

masyarakat di lingkungan rumah

sakit dalam membuang limbah

3. Mendapatkan gambaran mengenai

aspek keluaran (output), meliputi :

a) Jumlah rata-rata per hari limbah

medis padat yang dimusnahkan

dengan insinerator (terkelola)

b) Jumlah rata-rata per hari limbah

medis padat yang tidak

dimusnahkan dengan insinerator

(tidak terkelola)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi BLU

RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

dalam menyusun perencanaan dan

mengambil kebijakan dalam

pelaksanaan pengelolaan limbah,

khususnya kategori Limbah Medis

Padat

2. Sebagai sumber informasi dan bahan

referensi bagi penelitian-penelitian

Page 4: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

4

selanjutnya, khususnya di bidang

peminatan Kesehatan Lingkungan

3. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini

memperluas wawasan dan menambah

pengetahuan tentang Sistem

Pengelolaan Limbah Medis Padat di

rumah sakit

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Layanan

Umum ; Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado pada bulan Februari 2013 sampai

Mei 2013.

3.3 Sumber Data

Sumber data (informan) dalam penelitian ini

terdiri dari 6 informan yang jabatan dan tugasnya

berkaitan dengan pengelolaan limbah medis padat

di BLU RSU Prof. Dr. Kandou Manado, yaitu :

1. Kepala Instalasi Sanitasi

2. Operator Insinerator

3. Pengawas pengelolaan limbah dari

Perusahaan Outsourching CV Putra

Banyumas

4. Petugas pengangkut Limbah Medis Padat

5. Perawat dari IGD (Instalasi Gawat

Darurat)

6. Pengawas pengelolaan limbah medis dari

Instalasi Sanitasi

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah “Sistem

Pengelolaan Limbah Medis Padat” di BLU RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, yang terdiri dari

elemen-elemen (komponen) penyusun sistem,

meliputi :

1. Masukan (Input) ; yaitu sumber daya manusia,

keuangan/ rencana anggaran, metode, sarana

dan prasarana, dan timbulan limbah medis

padat

2. Proses (Process) ; yaitu teknik operasional,

unit pengelola limbah pengaturan/ regulasi,

keuangan/ alokasi dana dan peran serta

masyarakat

3. Keluaran (Output) ; yaitu jumlah limbah

medis padat yang dimusnahkan dengan

insinerator (terkelola) dan jumlah limbah

medis padat yang tidak dimusnahkan dengan

insinerator (tidak terkelola)

3.5 Definisi Operasional

1.5.1 Limbah Medis Padat

Limbah medis padat adalah limbah padat yang

terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,

limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah

sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,

limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi. (Depkes RI,

2004)

Page 5: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

5

3.5.2 Pengelolaan Limbah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18

tahun 2008 mengemukakan bahwa ; “Pengelolaan

sampah merupakan kegiatan yang sistematis,

menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah”.

3.5.3 Sistem

Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan

atau tatanan yang terdiri dari kumpulan elemen-

elemen yang saling berinteraksi dan saling

bergantung dengan yang lain, dimana secara

bersama-sama bergerak untuk mencapai tujuan.

(Maidin, 2004).

3.5.4 Masukan (Input)

Masukan (input) yaitu elemen-elemen yang

dibutuhkan agar sistem pengelolaan limbah dapat

berfungsi, meliputi :

1. Sumber Daya Manusia (Man)

a) Kuantitas, yaitu jumlah tenaga yang

mengelola limbah medis padat di RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou

b) Kualifikasi, yaitu pengelompokan tenaga

menurut pendidikan terakhir, pelatihan,

atau pengalaman kerja

2. Keuangan/ rencana anggaran (Money)

Keuangan yaitu perencanaan jumlah alokasi dana

untuk pengelolaan limbah di RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou meliputi sumber dana, biaya pegawai,

operasional (pemilahan, penampungan,

pengangkutan, pembuangan akhir), pemeliharaan,

dan biaya pengadaan peralatan.

3. Metode (Method)

Metode yaitu perencanaan prosedur dalam hal

pemilahan, penampungan, pengangkutan, dan

pembuangan akhir dalam pengelolaan limbah

medis padat di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou.

4. Sarana dan prasarana (Machines)

Sarana dan prasarana yaitu perencanaan jumlah

komponen yang menunjang kegiatan pengelolaan

limbah yang digunakan sebagai sarana untuk

mengolah limbah di RSU Prof. Dr. R. D Kandou

5. Timbulan Limbah Medis Padat (Materials)

Timbulan limbah medis padat yaitu jenis, sumber

dan jumlah rata-rata per hari limbah medis padat

di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou.

3.5.5 Proses (Process)

Proses adalah elemen-elemen yang dibutuhkan

untuk mengubah masukan (input) menjadi

keluaran (output) yang direncanakan, meliputi :

1. Teknik Operasional

Teknik operasional yaitu teknik yang digunakan

dalam proses pengelolaan limbah medis padat di

RSU Prof. Dr. R. D. Kandou. Depkes RI (1997)

mengemukakan bahwa ; “Pengelolaan sampah

rumah sakit terdiri dari Pemilahan, Penampungan,

Pengangkutan dan Pembuangan Akhir”.

2. Unit Pengelola Limbah

Unit pengelola limbah yaitu bagian yang

bertanggung jawab menangani pengelolaan

limbah di RSU Prof. Dr. R. D Kandou

3. Pengaturan/ regulasi

Page 6: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

6

Pengaturan/ regulasi yaitu peraturan yang dibuat

atau kebijakan yang dilakukan dalam pengelolaan

limbah oleh RSU Prof. Dr. R. D Kandou

4. Keuangan/ alokasi dana

Jumlah alokasi dana untuk pengelolaan limbah di

RSU Prof. Dr. R. D. Kandou meliputi sumber dana,

biaya pegawai, operasional, pemeliharaan, dan biaya

pengadaan peralatan.

5. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat yaitu perilaku pasien,

pengunjung, dan masyarakat di lingkungan RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou dalam membuang limbah.

3.5.6 Keluaran (Output)

Keluaran (output) adalah elemen-elemen yang

merupakan hasil dari proses

pengelolaan limbah medis padat di RSU Prof.

Dr. R. D. Kandou, meliputi :

1. Jumlah rata-rata per hari limbah medis padat

yang dimusnahkan dengan insinerator

(terkelola)

2. Jumlah rata-rata per hari limbah medis padat

yang tidak dimusnahkan dengan insinerator

(tidak terkelola)

3.7 Instrumen, Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Instrumen

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah

peneliti. Instrumen lainnya adalah pedoman

wawancara mendalam dilengkapi daftar

pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian yang

dibantu dengan alat perekam suara, kamera, dan

buku catatan.

3.7.2 Alat dan bahan

Alat dan bahan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Alat tulis-menulis

b. Alat perekam suara

c. Kamera

3.8 Pengumpulan Data

3.8.1 Data Primer

Pengumpulan data primer mencakup elemen-

elemen (komponen) penyusun Sistem Pengelolaan

Limbah Medis Padat di BLU RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado, meliputi Masukan (input),

Proses (process) dan Keluaran (output) yang

dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap

sumber data (informan) menggunakan pedoman

wawancara dengan daftar pertanyaan yang sama

dan berkaitan terhadap informan yang berbeda,

dilakukan pada waktu yang berbeda-beda disertai

dengan metode observasi dan dokumentasi yang

selanjutnya disebut sebagai triangulasi untuk

menguji kredibilitas data (Sugiyono, 2009)

3.8.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data

profil BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,

data dari Instalasi Sanitasi dan data yang diperoleh

dari penelusuran Kepustakaan, berupa literatur

yang berhubungan dengan objek penelitian.

Page 7: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

7

3.9 Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data

Bogdan & Taylor dalam Moleong (2000)

mendefinisikan metode kualitatif adalah sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Tahapan-tahapan pengolahan data dan analisis

data yang dilakukan antara lain :

1. Melakukan pengumpulan data yang

diperoleh dari wawancara mendalam.

2. Membuat transkrip hasil wawancara

mendalam, kemudian dilakukan penulisan

transkrip hasil wawancara mendalam.

3. Menyajikan ringkasan data dari hasil

transkrip dalam bentuk matriks atau tabel.

4. Analisis terhadap data dari hasil

wawancara mendalam menggunakan

metode analisis isi (content analysis)

dengan menggunakan matriks yang

berisikan data ringkasan hasil wawancara

mendalam.

5. Penyajian data dalam bentuk narasi dari

hasil wawancara mendalam

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Informan

Informan atau sumber data yang diambil adalah

yang pekerjaannya berhubungan dengan

pelaksanaan pengelolaan limbah khususnya yang

betugas dalam penanganan limbah medis padat di

BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, yaitu

Kepala Intalasi Sanitasi sebagai penanggung

jawab seluruh pengelolaan sanitasi, didukung oleh

informan lainnya yaitu seorang tenaga Pengawas

pengelolaan limbah dari Perusahaan outsourching

CV Putra Banyumas, seorang Tenaga pengangkut

limbah medis padat (cleaning service), seorang

Operator insinerator (cleaning service), seorang

tenaga Perawat dari IGD (Instalasi Gawat

Darurat) yang bertugas memilah limbah medis

padat dan non-medis dimulai dari dalam ruangan/

unit pelayanan, dan seorang Pengawas

pengelolaan limbah medis dari Instalasi Sanitasi.

Umur informan paling banyak antara 30-

45 tahun berjumlah 4 orang, informan yang

berumur lebih dari 45 tahun berjumlah 1 orang

dan informan yang berumur 24 tahun berjumlah 1

orang. Hal ini berarti cenderung memiliki

produktivitas kerja yang tinggi. Greenberg dan

Baron dalam Ninggrum (2008) mengemukakan

pendapat bahwa “produktivitas kerja meningkat

pada usia 30-an dan faktor usia merupakan faktor

yang tidak dapat diabaikan, mengingat hal

tersebut mempengaruhi kekuatan fisik dan psikis

seseorang serta pada usia tertentu seorang

karyawan akan mengalami perubahan potensi

kerja”.

Tingkat pendidikan dan masa kerja

informan bervariasi, Kepala Instalasi Sanitasi

adalah lulusan D IV Kesehatan Lingkungan

dengan masa kerja 17 tahun, Operator insinerator

adalah lulusan SMP dengan masa kerja 5 tahun,

Pengawas pengelolaan limbah dari Perusahaan

Outsourching adalah lulusan STM dengan masa

kerja 1 tahun, Tenaga pengangkut limbah medis

padat adalah lulusan SD dengan masa kerja 2

tahun, tenaga Perawat dari IGD yang bertugas

melakukan pemilahan limbah adalah lulusan DIII

Keperawatan dengan masa kerja 12 tahun dan

Pengawas pengelolaan limbah medis dari Instalasi

Sanitasi adalah D III Kesehatan Lingkungan

dengan masa kerja 3 tahun. Jawaban dari masing-

Page 8: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

8

masing informan diberi kode I1 untuk Kepala

Instalasi Sanitasi sampai I6 untuk Pengawas

pengelolaan limbah medis dari Instalasi Sanitasi.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, yang

belum memenuhi standar pendidikan ada 2

informan, yaitu seorang Pengawas pengelolaan

limbah dari Perusahaan outsourching yang

berpendidikan terakhir STM dan seorang petugas

pengangkut limbah medis padat (cleaning

service) berpendidikan terakhir SD. Hal ini

belum memenuhi syarat sebab menurut Depkes RI

(2002) ; “Pengawas pengelolaan sampah rumah

sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan

kualifikasi D1 ditambah latihan khusus sedangkan

proses pengangkutan sampah dilakukan oleh

tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP ditambah

latihan khusus”. Gilmer dalam Fraser dalam

Ningrum (2008) mengatakan ; “makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah seseorang

berpikir secara luas, makin tinggi daya

inisiatifnya dan makin mudah pula untuk

menemukan cara-cara yang efisien guna

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Bila

pekerjaan tidak sesuai dengan kehendak hatinya,

mereka lebih sulit merasa puas, lebih mudah

bosan, lebih mudah sombong dan makin tinggi

tuntutannya kepada perusahaan”.

Sedangkan dalam hal pengalaman kerja

atau senioritas , Muchlas dalam Ninggrum (2008)

mengemukakan ; “sampai saat ini belum dapat

diambil kesimpulan yang meyakinkan, bahwa

pengalaman kerja yang lama akan dapat

menjamin bahwa mereka lebih produktif daripada

karyawan yang belum lama bekerja”.

5.2 Hasil Wawancara Mendalam, Observasi

dan Dokumentasi

Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan

atau tatanan yang terdiri dari kumpulan elemen-

elemen yang saling berinteraksi dan saling

bergantung dengan yang lain, dimana secara

bersama-sama bergerak untuk mencapai tujuan.

Sistem terdiri dari berbagai macam elemen yang

dikenal dengan nama sub sistem. Sub sistem itu

sendiri dapat pula membentuk suatu sistem baru

dan dipandang sebagai suatu sistem lagi. Sub

sistem itu sendiri banyak macamnya yang secara

sederhana dapat terbagi atas masukan (input),

proses, keluaran (output), umpan balik, dampak

dan lingkungan. (Maidin, 2004)

Sedangkan menurut G. R. Tery dalam

Hasibuan (2009) ; “sistem dapat dianggap sebagai

suatu keseluruhan yang terorganisasi yang terdiri

dari bagian-bagian yang berhubungan dengan cara

tertentu dan yang ditujukan ke arah tujuan

tertentu”. Jadi, setiap sistem mengandung

masukan, proses, output dan merupakan suatu

kesatuan yang bekerja sendiri. Akan tetapi setiap

sistem berkaitan pula dengan suatu sistem yang

lebih luas dan lebih tinggi tingkatnya maupun

dengan subsistem-subsistemnya sendiri yang

mewakili integrasi berbagai sistem dari tingkat

yang lebih rendah.

Pengelolaan sampah melalui pendekatan

sistem meliputi input, proses, dan output. Ketiga

komponen tersebut saling berhubungan satu sama

lain. Pendekatan sistem dalam pengelolaan

sampah rumah sakit ini menganalisis

permasalahan-permasalahan dalam sistem sebagai

metode untuk memecahkan masalah pengelolaan

sampah rumah sakit, karena akan terlihat faktor

Page 9: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

9

mana yang menjadi penyebab masalah

pengelolaan sampah rumah sakit dan kemudian

dapat menentukan solusi untuk mengatasinya.

(Hapsari, 2010)

5.2.1 Masukan (Input)

Masukan (input) yaitu elemen-elemen yang

dibutuhkan agar sistem dapat berfungsi (Maidin,

2004). Input dari sistem untuk pengelolaan

sampah di rumah sakit adalah masukan dari

sebuah program perencanaan dalam pengelolaan

sampah rumah sakit, meliputi sumber daya

manusia yang menangani pengelolaan sampah

rumah sakit, keuangan yang dialokasikan untuk

pengelolaan sampah rumah sakit, metode yang

diterapkan untuk pengelolaan sampah rumah

sakit, sarana dan prasarana yang digunakan dalam

pengelolaan sampah rumah sakit, serta jumlah

sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit.

(Hapsari, 2010)

5.2.1.1 Sumber Daya Manusia (Man)

Harold Koontz dan Cryil O’Donnel dalam Maidin

(2004) mengemukakan ; “Perencanaan adalah

fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan

memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-

kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-

program dari alternatif-alternatif yang ada”.

Menurut Terry (2010) ; “unsur-unsur manajemen

terdiri dari 6 M, singkatan dari Man (manusia),

Money (dana), Materials (sarana/ bahan baku),

Machines (peralatan/ prasarana), Method

(metode), dan Market (pasar/ masyarakat)”.

Mengingat sifat “keterbatasan dan

ketidakpastian” yang melekat, maka unsur-unsur

ini harus dapat dimanfaatkan secara efektif dan

efisien, melalui penyelenggaraan fungsi-fungsi

manajemen, terutama sekali unsur manusia

sebagai sumber daya yang utama. Man yaitu

tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan

maupun tenaga kerja operasional/ pelaksana

(Hasibuan, 2009). Manusia tidak dapat disamakan

dengan benda, ia mempunyai peranan, pikiran,

harapan serta gagasan. Reaksi psikisnya terhadap

keadaan sekeliling dapat menimbulkan pengaruh

yang lebih jauh dan mendalam serta sukar untuk

diperhitungkan secara seksama. Oleh karena itu

manusia perlu senantiasa diperhatikan untuk

dikembangkan ke arah yang positif sesuai dengan

martabat dan kepribadiannya sebagai manusia.

Dilihat dari sisi kuantitas, secara garis

besar tenaga yang mengelola limbah medis padat

di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou saat ini berjumlah

6 orang. Seorang Kepala Instalasi Sanitasi sebagai

penanggung jawab seluruh pengelolaan sanitasi

dibantu seorang Pengawas pengelolaan limbah

medis dari Instalasi sanitasi dan seorang lagi

Pengawas pengelolaan limbah dari Perusahaan

outsourcing CV Putra Banyumas yang bertugas

mengawasi pengelolaan limbah medis padat yang

dilaksanakan oleh 3 orang tenaga cleanning

service ; terdiri dari 2 orang petugas pengangkut

limbah medis padat dan seorang operator

insinerator. Sedangkan pemilahan limbah medis

padat dan non-medis dilakukan oleh perawat dan

dokter dari setiap ruangan/ unit pelayanan

penghasil limbah.

Kepala Instalasi mengatakan sebelum

dilakukan perjanjian kerja, Instalasi Sanitasi telah

mengusulkan kepada perusahaan outsourching

untuk pengadaan tenaga cleaning service

sebanyak 120 orang, namun pada pelaksanaan dan

pembagian kerjanya di lapangan untuk petugas

cleaning service yang menangani limbah medis

Page 10: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

10

padat secara langsung ternyata hanya berjumlah 3

orang ; terdiri dari 2 tenaga pengangkut dan 1

operator insinerator. Berikut kutipan jawaban dari

Kepala Instalasi Sanitasi : ( I1 : “… Seperti tender

yang baru-baru ini kan kita minta 120 orang

tenaga cleaning service (kebersihan), sebab untuk

pengelolaan limbah dilakukan oleh pihak ke-3

(perusahaan). Tenaga pemilah limbah biasa

dilakukan oleh perawat dan dokter, tenaga

pengangkut limbah dilakukan oleh 2 orang

cleaning service khusus limbah medis padat , dan

petugas insinerator 1 orang” ).

Jumlah tenaga ini tidak sebanding dengan

jumlah ruangan/ unit pelayanan penghasil limbah

medis padat yang ada di RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou. Dari data sekunder yang diperoleh di

Instalasi Sanitasi terdapat 17 unit pelayanan/

ruangan yang menghasilkan limbah medis padat.

Kesenjangan ini dapat menjadi masalah sebab

apabila salah satu atau kedua tenaga pengangkut

ini berhalangan hadir dalam sehari saja maka

dapat menyebabkan keterlambatan dalam

pengangkutan yang mengakibatkan terjadinya

tumpukan limbah medis padat karena tidak ada

petugas yang mengangkutnya dari wadah

penampungan limbah yang tersedia di setiap

ruangan/ unit pelayanan. Padahal aktivitas medis

di rumah sakit tetap berlangsung setiap hari. Hasil

wawancara mendalam dengan Operator

insinerator dan Pengawas dari Perusahaan

outsourching juga menilai perlunya untuk

melakukan penambahan SDM khususnya tenaga

cleaning service yang bertugas menangani limbah

medis padat ini. Berikut kutipan jawaban dari

informan : ( I2 : “…Ya kalau menurut saya

sebenarnya masih kurang. Tidak tahu menurut

mereka karena saya kan selalu bisa lihat dalam

lapangan”. I3 : ....“Kalau sekarang yang saya

pelajari mau tidak mau harus ada penambahan

tenaga.” ). Candra (2007) mengemukakan bahwa

; “Di dalam kegiatan pengangkutan limbah klinis,

perlu juga dipertimbangkan distribusi lokasi

wadah penampungan sampah, jalur jalan dalam

rumah sakit, jenis dan volume serta jumlah tenaga

dan sarana yang tersedia”.

Hasil temuan penelitian dilihat dari segi

kualifikasi pendidikan SDM, yang belum

memenuhi standar pendidikan ada 3 petugas, yaitu

seorang Pengawas pengelolaan limbah dari

Perusahaan outsourching yang berpendidikan

terakhir STM dan 2 orang petugas pengangkut

limbah medis padat hanya berpendidikan SD. Hal

ini belum memenuhi syarat sebab menurut Depkes

RI (2002) ; “Pengawas pengelolaan sampah

rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan

kualifikasi D1 ditambah latihan khusus sedangkan

proses pengangkutan sampah dilakukan oleh

tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP ditambah

latihan khusus”. Pendidikan adalah segala upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain baik individu, kelompok, atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

oleh pelaku pendidikan (Adnani, 2011).

Sedangkan dari segi kualifikasi pelatihan SDM,

ternyata 2 petugas pengangkut limbah medis padat

belum pernah mendapat pelatihan khusus tentang

pengelolaan limbah medis padat dari rumah sakit.

Pengawas pengelolaan limbah medis dari Instalasi

Sanitasi juga mengatakan belum pernah mengikuti

pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah

medis padat. Sedangkan Pengawas pengelolaan

Page 11: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

11

limbah dari Perusahaan outsorching mengatakan

pernah mendengar adanya pelatihan namun

mengaku belum begitu paham dan kurang jelas

perinciannya. Berikut kutipan jawaban dari

informan : ( I4 : “…Belum pernah”. I3 : “….

perinciannya saya kurang tau, kurang paham,

kurang jelas perinciannya”. I6 : “…. Kalau

pelatihan khusus tentang limbah medis padat

tidak juga. Tapi setiap ada pelatihan mau dia K3,

pasien septik, nosokomial tetap limbah juga yang

dibicarakan.” ).

Program pelatihan membatasi

kesenjangan pengetahuan , sikap, dan perilaku

pegawai rumah sakit terhadap pelaksanaan

prosedur operasional standar program lingkungan.

Dengan demikian, rumah sakit harus mempunyai

perangkat prosedur untuk identifikasi,

pelaksanaan, dan evaluasi kebutuhan program

pelatihan di bidang lingkungan (Adisasmito,

2012). Program pelatihan hendaknya mencakup

latihan dasar tentang prosedur penanganan limbah

untuk semua personil, dan inservice training

untuk merevisi dan memperbaharui pengetahuan

yang diperlukan bagi pekerja yang menangani

limbah. Program latihan hendaknya ditinjau

secara periodik dan diperbaharui bilamana perlu.

Informasi pokok dalam pelatihan antara lain

bahaya limbah klinis dan yang sejenis, prosedur

yang aman untuk menangani limbah tersebut, dan

tindakan yang diperlukan dalam hal terjadinya

kecelakaan termasuk cara pelaporan kepada

supervisor. (Depkes RI, 2002)

Dalam perjanjian kerja antara BLU RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou dengan Perusahaan

outsourching CV Putra Banyumas, perencanaan

mengenai perekrutan tenaga kerja merupakan

tanggung jawab dari pihak ke-3 sebagai penyedia

jasa pekerja/ buruh. Perusahaan Outsourcing

adalah perusahaan yang menyediakan jasa tenaga

kerja yang meliputi pekerjaan yang akan

ditempatkan pada perusahaan yang

menginginkannya. Dalam UU No.13 Tahun 2003

pasal 64 tentang Ketenenagakerjaan ditetapkan

bahwa “ Perusahaan dapat menyerahkan sebagian

pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya

melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau

penyediaan jasa pekerja/ buruh yang dibuat secara

tertulis”. Istilah outsourching juga dapat

didefiniskan pendelegasian operasi atau pekerjaan

yang bukan inti (non-core) yang semula dilakukan

secara internal kepada pihak eksternal yang

memilki spesialisasi untuk melakukan operasi

tersebut (Sharing Vision, 2006).

Hasil temuan penelitian dari perencanaan

SDM masih perlu diadakan peninjauan kembali

dengan lebih memperhatikan segi kuantitas

maupun kualifikasi SDM, terutama untuk tenaga

yang menangani limbah medis padat agar sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

5.2.1.2 Keuangan/ Rencana Anggaran (Money)

Money atau uang merupakan salah satu unsur

yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat

tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil

kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang

beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang

merupakan alat (tools) yang penting untuk

mencapai tujuan karena segala sesuatu harus

diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan

berhubungan dengan berapa uang yang harus

disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja,

alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta

Page 12: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

12

berapa hasil yang akan dicapai dari suatu

organisasi. Keuangan dalam pengelolaan sampah

rumah sakit dengan penedekatan sistem yaitu

perencanaan jumlah alokasi dana untuk pengelolaan

sampah yang meliputi sumber dana, biaya pegawai,

operasional, pemeliharaan, dan biaya pengadaan

peralatan (Hapsari, 2010).

Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. Dr. R.

D. Kandou ditetapkan sebagai instansi yang

menerapkan PPK-BLU Pada 26 Juni 2007

berdasarkan Kep.Menkes

No.756/Menkes/SK/VI/2007 dan Kep. Menteri

Keuangan No. 272/Keu.05.2007. Badan Layanan

Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah

instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

berupa penyediaan barang dan atau jasa yang

dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan

pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,

yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola

pengelolaan keuangan yang memberikan

fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan

praktek-praktek bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa,

sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan

keuangan negara pada umumnya. Yang dimaksud

dengan praktik bisnis yang sehat adalah proses

penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan

kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam

rangka pemberian layanan yang bermutu dan

berkesinambungan. Instansi pemerintah yang

melakukan pembinaan terhadap pola pengelolaan

keuangan BLU adalah Direktorat Pembinaan

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Ditjen Perbendaharaan. Perencanaan dan

penganggaran BLU pada prinsipnya tidak berbeda

dengan perencanaan dan penganggaran pada

Kementerian/ lembaga. Penyusunan Rencana

Bisnis dan Anggaran (RBA) BLU memuat antara

lain ; kondisi kinerja BLU tahun berjalan, asumsi

makro dan mikro, target kinerja (output yang

terukur), analisis dan perkiraan biaya per output

dan agregat, perkiraan harga dan anggaran, dan

prognosa laporan keuangan.

Pengelolalaan limbah di BLU RSU Prof.

Dr. R. D Kandou berada dalam pengawasan dari

Instalasi Sanitasi yang bekerja sama dengan pihak

ke-3 yaitu perusahaan outsourcing CV Putra

Banyumas dalam satu perjanjian pemborongan

pekerjaan yang dibuat secara tertulis dengan pihak

BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou dan telah

berjalan kurang lebih 1 tahun. Dalam UU No.13

Tahun 2003 pasal 64 tentang Ketenenagakerjaan

ditetapkan bahwa “Perusahaan dapat

menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan

kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian

pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa

pekerja/ buruh yang dibuat secara tertulis.”

Perusahaan Outsourcing adalah Perusahaan yang

menyediakan jasa tenaga kerja yang meliputi

pekerjaan yang akan ditempatkan pada perusahaan

yang menginginkannya. Istilah outsourching juga

dapat didefiniskan pendelegasian operasi atau

pekerjaan yang bukan inti (non-core) yang semula

dilakukan secara internal kepada pihak eksternal

yang memilki spesialisasi untuk melakukan

operasi tersebut (Sharing Vision, 2006).

Page 13: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

13

Hasil wawancara mendalam menunjukan

bahwa sumber dana untuk program sanitasi

khususnya pengelolaan limbah di RSU. Prof. Dr.

R.D. Kandou berasal dari APBN atau BLU.

Sedangkan dalam pelaksanaannya kebutuhan dana

yang dipakai untuk pengelolaan limbah

ditanggung oleh Perusahaan outsourching mulai

dari pengadaan peralatan sampai gaji

karyawannya. Berikut kutipan jawaban dari

informan : ( I6 : “...Ya memang keluarnya itu

APBN untuk sanitasi tapi kadang-kadang juga

kalau memang ada yang mendadak yang perlu

diambil dari BLU”. Dulunya untuk kebutuhan

dana masih ditanggung oleh RS tapi sekarang

kebutuhan dana yang dipakai untuk pengolaan

limbah semua dari pihak ke-3 mulai dari

pengadaan peralatan sampai gaji karyawannya”

).

Hasil temuan penelitian mengenai total

dan perincian anggaran dalam perencanaan jumlah

alokasi dana untuk pengelolaan sampah yang

meliputi biaya pegawai, operasional, pemeliharaan,

dan biaya pengadaan peralatan tidak jelas karena

selama dilakukan penelitian kedua belah pihak

yaitu Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching CV Putra Banyumas sebagai

penanggung jawab pengelolaan limbah di RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou tidak mengetahui dan

enggan memberikan data mengenai perencanaan

dan perincian anggaran kepada peneliti. Padahal

dalam persyaratan administratif tentang pola tata

kelola BLU telah ditetapkan mengenai

“transparansi”, yaitu adanya kejelasan tugas dan

kewenangan, dan ketersediaan informasi kepada

publik. Berikut kutipan jawaban dari informan :

(I6 : “.... itu kurang urusan di atas. Torang nda

mau tau itu anggaran dari mana yang penting apa

usulannya torang, dorang harus mo beking”. I3 :

“....Perencanaan anggaran dari sanitasi

tetap ada. Kita

tinggal mengajukan penawaran misalnya

kebutuhan penambahan tenaga, alat, bahan,

segala macam. Usulan dari sanitasi tetap ada

tinggal mencocokan dengan kita punya

penawaran begitu. Budgetnya mungkin ...?” )

5.2.1.3 Metode (Method)

Metode adalah cara-cara pelaksanaan kerja

dengan seefisien mungkin atas sesuatu tugas yang

diperoleh dengan memperhitungkan segi-segi

tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga kerja, waktu,

ruang, dan biaya-biaya yang tersedia. Sedangkan

prosedur kerja adalah tata kerja yang merupakan

suatu rangkaian sehingga menunjukan urutan

tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh

dalam rangka suatu penyelesaian satu bidang

tugas (Hasibuan, 2009).

Menurut Depkes RI (1997) ; “pengelolaan

limbah rumah sakit terdiri dari tahap pemilahan,

penampungan, pengangkutan dan pembuangan

akhir”. Selanjutnya ditetapkan persyaratan dan

tata laksana pengelolaan limbah medis padat

dalam Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit yang dapat dilihat dalam Tinjauan

Pustaka. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 18 tahun 2008 mengemukakan ;

“pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang

sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan

yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah”. Oleh karena itu diperlukan keberadaan

suatu prosedur operasional standar (Standard

Page 14: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

14

Operational Procedure/ SOP) yang umumnya

telah menjadi suatu keharusan bagi sebuah

institusi seperti rumah sakit. Prosedur-prosedur

tersebut disusun untuk mencapai standar dan

keseragaman pelaksanaan (Adisasmito, 2012).

Hasil wawancara untuk perencanaan

metode, menunjukan telah ditetapkan metode

pemilahan limbah medis padat dan non-medis

dalam wadah penampungan limbah dimulai dari

sumbernya atau unit pelayanan penghasil sampah.

Pemilahan dibedakan dengan kantong/ wadah

warna kuning untuk limbah medis dan kantong/

wadah warna hitam untuk non-medis. Semua

limbah padat medis diangkut lalu dimusnahkan

dengan insinerator, limbah padat non-medis

dibuang ke TPS/ TPA, limbah cair melalui

instalasi pengolahan air limbah, sedangkan limbah

padat radioaktif dikirim ke BATAN (Badan

Tenaga Atom Nasional). Berikut kutipan jawaban

dari Kepala Instalasi Sanitasi : (I1 :“.... Alurnya

seperti yang terpajang pada dinding ini. Limbah

medis dan non-medis dipisahkan dari ruangan/

unit pelayanan. Untuk semua limbah padat medis

dimusnahkan dengan insinerator, limbah padat

non-medis dibuang ke TPS/ TPA, limbah cair

melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah,

sedangkan limbah padat radioaktif dikirim ke

BATAN” ).

Perencanaan metode tersebut sebenarnya

sudah dijalankan dan hampir memenuhi standar

peraturan Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

namun dalam hasil temuan penelitian melalui

wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi

di lapangan ternyata metode tersebut belum

dilaksanakan sesuai prosedur yang direncanakan

sebab masih di temukan beberapa kekurangan

dalam teknik operasionalnya termasuk faktor

pemicu terjadinya masalah tersebut yang akan

dibahas selanjutnya pada aspek proses. Berikut

kutipan jawaban dari Pengawas dari Perusahaan

outsourching : ( I3 : “... Itu sebenarnya sudah

jalan tapi ada juga kecerobohan mungkin dari

dalam misalnya mungkin dari perawatnya atau

koasnya mungkin karena ketidakdisiplinan

sehingga kita kecolongan maka mau tidak mau

kita dari pihak limbah harus bantu, cleaning

service harus mensortir lagi karena sering kita

temukan tempat limbah medis padat sudah

bercampur dengan limbah umum karena mungkin

ulah pasien dan pengunjung” ).

5.2.1.4 Sarana dan Prasarana (Machines)

Dalam Hasibuan (2009) dikatakan ; “Machines

yaitu mesin-mesin/ alat-alat yang diperlukan atau

dipergunakan untuk mencapai tujuan”. Sedangkan

pengelolaan sampah rumah sakit dengan

pendekatan sistem dalam Hapsari (2010)

dikemukakan ; “sarana dan prasarana yaitu

perencanaan jumlah komponen yang menunjang

kegiatan pengelolaan sampah yang digunakan

sebagai sarana untuk mengolah sampah di rumah

sakit”.

Hasil wawancara mendalam dengan

beberapa informan menunjukan bahwa

perencanaan fasilitas dan peralatan untuk

pengelolaan limbah telah diserahkan oleh pihak

rumah sakit kepada pihak ke-3 yaitu Perusahaan

outsourcing CV Putra Banyumas sebagai

penyedia jasa pekerja/ buruh. Hal itu merupakan

keleluasaan penuh dari instansi dan perusahaan

yang bersangkutan sebab RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou telah ditetapkan sebagai instansi yang

Page 15: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

15

menerapkan PPK-BLU Pada 26 Juni 2007

berdasarkan Kep.Menkes

No.756/Menkes/SK/VI/2007 dan Kep. Menteri

Keuangan No. 272/Keu.05.2007. Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,

yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola

pengelolaan keuangan yang memberikan

fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan

praktek-praktek bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang

dimaksud dengan praktik bisnis yang sehat adalah

proses penyelenggaraan fungsi organisasi

berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik

dalam rangka pemberian layanan yang bermutu

dan berkesinambungan.

Dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 64

tentang Ketenenagakerjaan ditetapkan bahwa

“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian

pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya

melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau

penyediaan jasa pekerja/ buruh yang dibuat secara

tertulis”. Perusahaan Outsourcing adalah

Perusahaan yang menyediakan jasa tenaga kerja

yang meliputi pekerjaan yang akan ditempatkan

pada perusahaan yang menginginkannya.” Istilah

outsourching juga dapat didefiniskan

pendelegasian operasi atau pekerjaan yang bukan

inti (non-core) yang semula dilakukan secara

internal kepada pihak eksternal yang memilki

spesialisasi untuk melakukan operasi tersebut

(Sharing Vision, 2006). Berikut kutipan jawaban

dari Kepala Instalasi Sanitasi dan Pengawas

perusahaan outsurching : ( I1 : “...Untuk

perencanaan fasilitas dan peralatan termasuk

pihak ke-3”. I3 : “... Kalau untuk alat-alat kerja

mereka itu sudah serahkan ke kita. Instalasi

Sanitasi hanya memberitahu kita undang-

undangnya atau prosedurnya yang dibutuhkan

oleh tenaga kerja seperti itu” ).

Namun ternyata pada awalnya sebelum

dimulai perjanjian kerja pihak rumah sakit dan

Perusahaan outsourching, masing-masing sudah

menyiapkan data perencanaaan meliputi

perencanaan tenaga, alat, dan bahan yang

dibutuhkan untuk dilakukan pencocokan

penawaran dan kesepakatan. Berikut kutipan

jawaban dari Pengawas Perusahaan outsourching :

( I3 : “... Namun pada awalnya sebelum dimulai

perjanjian kerja, pihak rumah sakit dan

Perusahaan outsourching masing-masing sudah

memiliki perencanaaan meliputi perencanaan

tenaga, alat, dan bahan yang dibutuhkan untuk

dilakukan pencocokan” ). Akan tetapi perincian

mengenai jumlah dan jenis fasilitas/ peralatan

yang tersedia belum jelas karena selama dilakukan

penelitian kedua belah pihak enggan memberikan

data perencanaan dan tidak memilki data

inventarisasi yang lengkap mengenai semua

fasilitas/ peralatan yang tersedia untuk

pengelolaan limbah di RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou. Padahal di dalam kegiatan pengangkutan

limbah klinis, perlu juga dipertimbangkan

distribusi lokasi wadah penampungan sampah,

jalur jalan dalam rumah sakit, jenis dan volume

serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia

(Candra, 2007).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam,

obesrvasi dan dokumentasi terhadap jenis sarana

dan prasarana untuk pengelolaan limbah yang

tersedia saat ini di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou

Page 16: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

16

antara lain insinerator, needle crusher (alat

penghancur jarum suntik), kantong plastik

(kuning/ hitam), wadah penampung sekaligus alat

pengangkut limbah (kuning, hijau, hitam, dan

biru) dan APD (Alat Pelindung Diri) berupa

hanskun, masker, boots, serta TPS rumah sakit

untuk limbah medis padat dan non-medis. Namun

dari 3 mesin insinerator yang tersedia, ternyata 1

mesin insinerator sedang mengalami kerusakan

bahkan yang 1 mesin lagi sudah rusak total sejak

lama. Selain rusaknya mesin insinerator sering

ditemukan juga masalah kerusakan roda pada alat

pengangkut limbah. Operator insinerator dan

Pengawas dari Perusahaan outsourching menilai

peralatan yang tersedia belum cukup dan perlu

dilakukan perbaikan. Berikut kutipan jawaban dari

beberapa informan : ( I2 : “...Kalau insinerator

ada 3. tapi yang aktif dan berfungsi sekarang

hanya satu mesin. 1 mesin lagi sudah rusak

bahkan 1 nya lagi yang sudah lama itu sudah

rusak total. Kalau jujurnya untuk pengadaan alat

itu belum cukup. ini saya juga terbuka lah toh.

Jujurnya”. I3 :“.... namun ada beberapa yang

sudah mulai rusak misalnya ada beberapa roda

gerobak pengangkut yang rusak namun sudah

masuk wacana untuk pengadaan penggantian.

Mengenai insinerator yang rusak, saya ketahui itu

dan sudah masuk laporan ke pihak rumah sakit

dan Instalasi sanitasi. Untuk jawaban sementara

mungkin perlu perbaikan karena beberapa alat

yang rusak itu masih bisa diperbaiki”. I6 : “....

tapi alat pengangkutannya yang sering mereka

tari-tarik itu sering rusak, selalu kalah di roda” ).

Tersedianya sarana dan prasarana dalam

penyelenggaraan kegiatan administrasi merupakan

hal yang mutlak, meskipun setiap organisasi

mungkin memilki keterbatasan dan kemampuan

dalam penyediaan sarana dan prasarana secara

maksimal. Untuk itu maka efisiensi, efektifitas,

dan produktifitas merupakan hal yang perlu

mendapat perhatian khusus dari organisasi dalam

mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana

tersebut (Maidin, 2004). Oleh karena itu

sebaiknya Perusahaan outsourching yang

bersangkutan dan Instalasi Sanitasi segera

mengambil langkah kebijakan misalnya

melakukan upaya perbaikan atau penggantian

peralatan dan fasilitas untuk mengoptimalkan

program pengelolaan limbah di RSU Prof. Dr. R.

D. Kandou.

5.2.1.5 Timbulan Limbah Medis Padat

(Materials)

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw

material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha

untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain

manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus

dapat menggunakan bahan/ materi-materi sebagai

salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak

dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai

hasil yang dikehendaki. Sampah atau limbah

merupakan material sisa yang tidak diinginkan

setelah berakhirnya suatu proses. (Wikipedia

bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Limbah

medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari

limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda

tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah

kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer

bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam

berat yang tinggi. (Depkes RI, 2004)

Salah satu langkah pokok pengelolaan

limbah adalah menentukan jumlah limbah yang

Page 17: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

17

dihasilkan. Jumlah ini menentukan jumlah dan

volume sarana penampungan lokal yang harus

disediakan, pemihan insinerator dan kapasitasnya.

Bila rumah sakit memilki tempat pembuangan

sendiri, jumlah produksi dan proyeksinya perlu

dibuat untuk memperkirakan pembiayaan dan

lain-lain. Penentuan jumlah limbah dapat

menggunakan ukuran berat atau volume. (Depkes

RI, 2002). Namun hasil temuan penelitian

terhadap pengelolaan limbah medis padat di RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou ternyata belum melakukan

penghitungan jumlah rata-rata limbah medis padat

yang dihasilkan per hari. Penghitungan jumlah

limbah medis padat pernah dilakukan oleh

Instalasi Sanitasi pada beberapa tahun yang lalu

namun penghitungan jumlah limbah medis padat

yang dihasilkan hanya dalam hitungan per bulan

dan per tahun dalam ukuran berat (Kg). Untuk

selanjutnya pihak instalasi sanitasi hanya

memperkirakan jumlah limbah medis padat yang

dihasilkan per hari. Berikut keterangan dari

beberapa informan : ( I1 : “...Kalau penghitungan

ada, tapi beberapa tahun lalu itu. Jadi kita sudah

perkirakan untuk rumah sakit ini menghasilkan

limbah rata-rata 1 kubik per hari”. I2 : “... kira-

kira 2 kubik” . I6 : “... Kalau dulu untuk limbah

medis padat per hari kira 1,5 kubik sekarang

meningkat kurang lebih 2 kubik per hari untuk

limbah medis padat ” ).

Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit, menetapkan bahwa “Penyimpanan

limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu

pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim

kemarau paling lama 24 jam. Bagi rumah sakit

yang mempunyai insinerator di lingkungannya

harus membakar limbahnya selambat-lambatnya

24 jam”. Berdasarkan ketetapan tersebut maka

dinilai perlu untuk mengetahui jumlah timbulan

limbah yang dihasilkan rumah sakit per hari,

sehingga dalam pendekatan sistem pada aspek

keluaran (Output) dapat dihitung berapa jumlah

limbah yang terkelola dan tidak terkelola dalam

sehari atau berapa jumlah limbah yang

dimusnahkan atau yang belum dimusnahkan

dengan insinerator dalam sehari.

Limbah medis padat dikategorikan antara

lain limbah infeksius, limbah patologi, limbah

benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,

limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah

kontainer bertekanan, dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi. (Depkes RI,

2004). Namun hasil temuan penelitian terhadap

pengelolaan limbah medis padat di RSU Prof. Dr.

R. D. Kandou ternyata Instalasi Sanitasi hanya

memilki data mengenai sumber atau ruangan

penghasil limbah medis padat namun belum

melakukan identifikasi jenis maupun kategori

limbah medis padat yang dihasilkan pada masing-

masing ruangan/ unit pelayanan. Dari data

sekunder yang diperoleh di Instalasi Sanitasi

terdapat 17 unit pelayanan/ ruangan yang

menghasilkan limbah medis padat yaitu IRINA

A, IRINA B, IRINA C, IRINA D, IRINA E,

IRINA F, IRINA Anggrek, Anggrek II, IRINA

Nyiur Melambai, Instalasi Rawat Jalan, ICU/

ICCU, Laboratorium, Kamar Jenazah, Estela,

IBS, gedung IRD baru, dan gedung

Hemodialisa. Berikut kutipan jawaban dari

beberapa informan : (I1 : “.....Kalau karakteristik

limbah medis padat kan kita sudah tahu misalnya

disposibel, kain-kain has, jadi kami sudah tidak

Page 18: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

18

perlu pendataan. Perawat juga sudah melakukan

pemilahan antara limbah medis padat dan non-

medis”. I2 : “.... Tidak. Itu kan jenis limbah

medis padat bermacam-macam sudah ada di

kotak-kotak”. I6 : “....Tidak. Di setiap ruangan

kan sudah ada tenaga pengangkut untuk limbah

medis padat , jadi dia angkat satu kali terus bawa

ke insinerator” ).

Selanjutnya dalam buku Pedoman Sanitasi

Rumah Sakit (2002) dijelaskan bahwa “sampah

rumah sakit dapat digolongkan antara lain

menurut jenis dan unit pelayan/ ruangan penghasil

sampah. Namun dalam garis besarnya perlu

dibedakan menjadi sampah medis dan non-

medis”. Identifikasi limbah medis padat

berdasarkan sumber, jenis (kategori), dan

jumlahnya dinilai perlu untuk dilaksanakan sebab

dengan melakukan indentifikasi timbulan limbah

medis padat berdasarkan jenisnya maka dapat

segera diidentifikasi juga kategorinya sehingga

mempermudah dalam proses penanganannya.

Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

(2002) memberikan contoh identifikasi limbah

rumah sakit berdasarkan jenis dan ruangan/ unit

pelayanan penghasil limbah yang dapat dilihat

dalam Tabel 5.1

Tabel 5.1 Jenis Limbah Rumah Sakit Menurut

Sumbernya

No.

Sumber/ Area

Jenis Sampah

1

Kantor/administrasi Kertas

2

Unit Obstetric & ruang

perawatan obstetric

Dressing (pembalut/pakaian), sponge

(sepon/pengosok), placenta, ampul, termasuk kapsul

perak nitrat, jarum syringe (alat semprot),

masker disposable (masker yang dapat

dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang dapat

dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet

disposable (pisau bedah), disposable chateter (alat

bedah), disposable unit enema (alat suntik pada

usus), disposable diaper (popok) &

underpad (alas/bantalan), sarung tangan disposable.

3

Unit emergency &

bedah termasuk ruang

perawatan

Dressing(pembalut/pakaian),

sponge(sepon/penggosok), jaringan tubuh, termasuk

amputasi ampul bekas, maskerdisposable (masker

yang dapat dibuang), jarum syringe (alat

semprot), drapes (tirai/kain), disposable blood

lancet (pisau bedah), disposable kantong emesis,

Levin tubes (pembuluh), chateter (alat

bedah), drainase set ( alat pengaliran),

kantongcolosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung

bedah.

4

Unit Laboratorium,

ruang mayat, Phatology

& Autopsy

Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish,

wadah specimen, slide specimen (kaca/alat sorong),

jaringan tubuh, organ, dan tulang

5

Unit Isolasi

Bahan-bahan kertas yang mengandung

buangan nasal (hidung) & sputum (dahak/ air

liur), dressing (pembalut/pakaian &

bandages (perban), masker disposable (masker yang

dapat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan.

6

Unit Perawatan

Ampul, jarum disposable & syringe (alat semprot),

kertas & lain-lain.

7

Unit Pelayanan

Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, limbah dari

ruang umum & pasien, sisa makanan buangan

8

Unit Gizi/dapur

Sisa pembungkus, sisa makanan/ bahan makanan

sayuran & lain-lain

9

Halaman Rumah Sakit Sisa pembungkung daun ranting, debu.

Sumber : Depkes RI, 2002

5.2.2 Proses (Process)

Proses yaitu elemen-elemen yang dibutuhkan

untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang

telah direncanakan (Maidin, 2004). Sedangkan

proses dalam pengelolaan sampah rumah sakit

dengan pendekatan sistem adalah pelaksanaan dari

sebuah program pengelolaan sampah yang

meliputi teknik operasional, unit pengelola

sampah, pengaturan/ regulasi, keuangan/ alokasi

dana dan peran serta masyarakat. (Hapsari, 2010)

Page 19: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

19

5.2.2.1 Teknik Operasional

Teknik operasional dalam pengelolaan sampah

rumah sakit dengan pendekatan sistem yaitu

teknik yang digunakan dalam proses pengelolaan

sampah di rumah sakit (Hapsari, 2010). Depkes RI

(1997) mengemukakan ; “pengelolaan sampah

rumah sakit terdiri dari tahap pemilahan,

penampungan, pengangkutan dan pembuangan

akhir. “

a) Pemilahan

Pemilahan limbah rumah sakit merupakan

kegiatan yang bertujuan untuk

mengidentifikasi limbah berdasarkan

jenisnya. Dalam perkembangan strategi

pengelolaan limbah, alur limbah harus

diidentifikasi dan dipilah-pilah. Dengan

melakukan pengemasan dan pemberian

label yang jelas dari berbagai jenis limbah

berdasarkan jenisnya akan mengurangi

biaya, tenaga kerja, dan pembuangan.

Pemisahan limbah berbahaya dari semua

limbah pada tempat penghasil adalah kunci

pembuangan yang baik. Dengan limbah

berada di kantong atau kontainer yang

sama untuk penyimpanan, pengangkutan

dan pembuangan akan mengurangi

kemungkinan kesalahan petugas dalam

penanganannya (Depkes RI, 2002).

Dalam pelaksanaan pengelolaan

limbah di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou ;

proses pemilahan limbah medis padat dan

non-medis dilakukan oleh perawat/ dokter

dari masing-masing ruangan/ unit

pelayanan penghasil limbah. Pemilahan

terdiri dari 3 kategori yaitu limbah medis

padat, limbah non-medis dan limbah benda

tajam. Untuk limbah benda tajam disimpan

dalam wadah limbah khusus seperti kotak

kardus, botol, atau galon. Limbah non-

medis (limbah umum) disimpan dalam

kantong plastik warna hitam. Sedangkan

semua kategori limbah padat medis hanya

dipisahkan dalam kantong plastik warna

kuning. Hal ini belum memenuhi

persyaratan dan tata laksana yang telah

ditetapkan Depkes RI mengenai pemilahan

limbah medis padat berdasarkan

kategorinya. Dalam Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit, telah ditetapkan bahwa pemilahan

jenis limbah medis padat mulai dari

sumber yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam,

limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah

kimiawi, limbah radioaktif, limbah

kontainer bertekanan, dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi.

Hasil temuan penelitian juga

menunjukan masih ditemukan limbah

medis padat dan limbah non-medis yang

telah bercampur dalam tempat-tempat

penampungan limbah. Dari wawancara

mendalam dengan informan menunjukan

hal ini diduga akibat perilaku pengunjung/

pasien atau masyarakat yang belum

mengetahui tentang pemilahan limbah

medis padat dan non-medis sehingga salah

dalam membuang limbah. Selanjutnya dari

keterangan informan hal ini juga mungkin

disebabkan oleh ketidakdisiplinan atau

kecerobohan dari perawat dan koas yang

Page 20: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

20

beraktivitas dalam unit pelayanan/ ruangan

penghasil limbah. Selain itu ditemukan

juga kantong plastik hitam yang

seharusnya digunakan untuk menyimpan

limbah non-medis malah digunakan untuk

menyimpan limbah medis padat.

Pemilahan dan reduksi volume limbah

klinis dan yang sejenis merupakan

persyaratan keamanan yang penting untuk

petugas pembuang sampah, petugas

emergensi, dan masyarakat. Reduksi

keseluruhan volume limbah hendaknya

merupakan proses yang kontinyu (Depkes

RI, 2002). Oleh karena itu Instalasi

Sanitasi dan Perusahaan outsourching

yang terlibat perlu meningkatkan upaya

pengawasan dalam tahap pemilahan

limbah medis padat dan non-medis sebab

menurut Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 ; kategori

limbah medis padat yang dihasilkan rumah

sakit memilki perbedaan metode dan

prosedur pada tahap pembuangan akhirnya

yang akan dibahas selanjutnya. (Depkes

RI, 2004)

b) Penampungan

Penampungan dilakukan bertujuan agar

limbah yang diambil dapat dilakukan

pengolahan lebih lanjut atau pembuangan

akhir (Candra, 2007). Mengenai

pewadahan limbah padat medis

berdasarkan Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit harus dibedakan menurut 5 kategori

yaitu radioaktif, sangat infeksius,

infeksius patologi/ anatomi, sitotoksis ,

dan kimia dan farmasi. Untuk warna

kantong/ kontainernya dibedakan atas 4

warna yaitu merah untuk radioaktif,

kuning untuk sangat infeksius/ infeksius

dan patologi/ anatomi, ungu untuk

sitotokis, dan coklat untuk limbah kimia

dan farmasi. Kemudian lambangnya juga

dibedakan atas 4 yaitu untuk kategori

radioaktif, sangat infeksius, infeksius

patologi/ anatomi, dan sitotoksis. Hasil

temuan penelitian dalam proses

penampungan limbah di RSU Prof. Dr. R.

D. Kandou, wadah penampungan limbah

sekaligus menjadi alat pengangkut limbah.

Wadahnya terbuat dari bahan yang kuat,

cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang halus pada

bagian dalamnya, memilki penutup di

bagian atas dan roda pada bagian

bawahnya untuk mempermudah dalam

proses pengangkutannya. Ukuran

wadahnya dibedakan atas 2 jenis yaitu

ukuran kecil dan besar. Tempat

penampungan limbah hanya dibedakan

dalam 3 wadah, untuk limbah medis padat

tersedia wadah berwarna kuning namun

belum semua wadah penampung memilki

tulisan “untuk sampah medis” atau kode

dan label. Sedangkan untuk limbah non-

medis tersedia wadah berwarna hitam yang

bertuliskan “sampah umum”. Warnanya

juga belum sesuai ketetapan yang ada

sebab menggunakan warna kuning, hijau,

hitam, dan biru. Pewadahan yang belum

Page 21: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

21

memenuhi syarat karena tidak diberikan

kode dan label serta warna yang bervariasi

akan membingungkan masyarakat di

lingkungan rumah sakit dan petugas

pengangkut dalam tahap pengangkutan

dan pembuangan akhirnya. Persyaratan

mengenai pewadahan limbah medis padat

dapat dilihat dalam Tabel 2.

Dari hasil observasi yang didukung

dokumentasi juga ditemukan beberapa

masalah yaitu limbah medis padat dalam

kantong plastik berwarna kuning yang

tidak dimasukan dalam wadah

penampungan limbah. Kantong plastik

hanya diletakan di lantai dalam posisi

kantong yang masih terbuka dan tidak

diikat. Kemudian masih ditemukan juga

limbah medis padat yang bersifat

infeksius berupa selang kecil berisi darah

yang langsung diletakan dalam wadah

penampungan tanpa dikemas dalam

kantong plastik berwarna kuning. Selain

itu masih ditemukan kantong plastik

kuning untuk limbah medis padat

bercampur dengan kantong plastik hitam

untuk limbah non-medis dalam 1 wadah

penampung.

Observasi juga menunjukan wadah

penampung untuk limbah medis padat

digunakan lagi untuk menampung limbah

umum begitupun sebaliknya setelah

limbah dikosongkan dan dicuci.

Selanjutnya belum semua petugas cleaning

service mencuci wadah penampung limbah

setelah dikosongkan. Padahal dalam

Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

dituliskan bahwa ; “tempat pewadahan

limbah medis padat infeksius dan

sitotoksis yang tidak langsung kontak

dengan limbah harus segera dibersihkan

dengan larutan disinfektan apabila akan

dipergunakan kembali, sedangkan untuk

kantong plastik yang telah dipakai dan

kontak langsung dengan limbah tersebut

tidak boleh digunakan lagi”. Seharusnya

limbah padat B3/ infeksius dikemas pada

kantong plastik warna kuning dan

ditampung di TPS limbah kemudian

diangkut/ diserahkan kepada pihak ketiga

untuk dimusnahkan di insinerator.

Penghasil limbah klinis dan yang sejenis

harus menjamin keamanan dalam

memilah-milah jenis sampah, pengemasan,

pemberian label, penyimpanan,

pengangkutan, pengolahan dan

pembuangan. (Adisasmito, 2012)

c) Pengangkutan

Dalam strategi pembuangan limbah rumah

sakit hendaknya memasukan prosedur

pengangkutan limbah internal dan

eksternal bila memungkinkan.

Pengangkutan limbah internal biasanya

berasal dari titik penampungan awal ke

tempat pembuangan atau insinerator di

dalam (onsite insinerator) dengan

menggunakan kereta dorong (Depkes RI,

2002). Dalam pelaksanaannya, limbah

medis padat dari ruangan/ unit pelayanan

penghasil limbah diangkut setiap hari oleh

2 orang tenaga cleaning service ke

Page 22: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

22

insinerator untuk dimusnahkan. Limbah

medis padat biasanya diangkut sebanyak 2

kali sehari, sekitar jam 6 pagi dan

pengangkutan kedua biasanya pada jam 2

siang tergantung dari volume limbah

medis padat yang dihasilkan. Alat

pengangkutan limbah sekaligus menjadi

wadah penampungan limbah. Alatnya

terbuat dari bahan yang kuat, cukup

ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang halus pada

bagian dalamnya, memilki penutup di

bagian atas dan roda pada bagian

bawahnya untuk mempermudah dalam

proses pengangkutannya.

Hasil temuan penelitian pada tahap

pengangkutan juga masih terdapat

beberapa kekurangan. Karena alat

pengangkut sekaligus menjadi wadah

penampung limbah, maka permasalahan

yang terjadi pada umumnya sama dengan

tahap penampungan yaitu masih

ditemukan kantong plastik kuning untuk

limbah medis padat bercampur dengan

kantong plastik hitam untuk limbah non-

medis dalam 1 alat pengangkut. Alat

pengangkut untuk limbah medis padat

digunakan lagi untuk mengangkut limbah

umum begitupun sebaliknya setelah

limbah dikosongkan dan dicuci. Selain itu,

masih ditemukan juga limbah medis padat

yang bersifat infeksius berupa selang kecil

berisi darah yang langsung diletakan

dalam alat pengangkutan tanpa dikemas

dalam kantong plastik warna kuning.

Padahal penghasil limbah klinis dan yang

sejenis harus menjamin keamanan dalam

memilah-milah jenis sampah, pengemasan,

pemberian label, penyimpanan,

pengangkutan, pengolahan dan

pembuangan. Selain itu limbah padat B3/

infeksius harus dikemas pada kantong

plastik warna kuning dan ditampung di

TPS limbah kemudian diangkut/

diserahkan kepada pihak ketiga untuk

dimusnahkan di insinerator. (Adisasmito,

2012).

Selanjutnya masih ditemukan

petugas cleaning service yang menumpuk

terlalu banyak limbah dalam 1 alat

pengangkut sehingga penutupnya terbuka

dan memungkinkan limbah tercecer pada

saat pengangkutan. Alat angkut

hendaknya dirancang sedemikian

sehingga efisien dapat diisi tanpa tumpah,

dan tertutup rapat sehingga tidak terlihat

dan tidak tercecer selama pengangkutan

(Depkes RI, 2002). Namun karena

kecerobohan petugas cleaning service

yang tidak menggunakan alat pengangkut

limbah sebagaimana mestinya maka hal ini

tetap dapat menimbulkan masalah.

Selanjutnya menurut Depkes RI (2004) ;

“kantong limbah sebelum dimasukkan ke

kendaraan pengangkut harus diletakkan

dalam kontainer yang kuat dan tertutup”.

Kantong limbah juga harus aman dari

jangkauan manusia maupun binatang.

Selain itu jalur pengangkutan limbah

setiap hari juga merupakan jalur kendaraan

yang sering digunakan oleh pasien,

pengunjung atau masyarakat yang

Page 23: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

23

memakai jasa rumah sakit sebagai sarana

pelayanan kesehatan. Padahal dalam

kegiatan pengangkutan limbah klinis, perlu

juga dipertimbangkan distribusi lokasi

wadah penampungan sampah, jalur jalan

dalam rumah sakit, jenis dan volume serta

jumlah tenaga dan sarana yang tersedia

(Candra, 2007). Masalah yang terakhir

yaitu belum semua petugas cleaning

service mencuci wadah penampung limbah

setelah dikosongkan. Padahal dalam

Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

dituliskan bahwa “tempat pewadahan

limbah medis padat infeksius dan

sitotoksis yang tidak langsung kontak

dengan limbah harus segera dibersihkan

dengan larutan disinfektan apabila akan

dipergunakan kembali, sedangkan untuk

kantong plastik yang telah dipakai dan

kontak langsung dengan limbah tersebut

tidak boleh digunakan lagi”.

d) Pembuangan Akhir

Kegiatan pembuangan akhir merupakan

tahap akhir yang penting didalam proses

pengolahan limbah medis padat. Setiap

rumah sakit sebaiknya memiliki unit

pemusnahan limbah tersendiri, khususnya

limbah medis padat dengan kapasitas

minimalnya dapat menampung sejumlah

limbah medis padat yang dihasilkan rumah

sakit dalam waktu tertentu. Pembuangan

dan pemusnahan limbah rumah sakit dapat

dilakukan dengan memanfaatkan proses

autoclaving, incinerator, ataupun dengan

sanitary landfill. Metode yang digunakan

untuk mengolah dan membuang sampah

medis tergantung pada faktor-faktor

khusus yang sesuai dengan institusi,

peraturan yang berlaku dan aspek

lingkungan yang berpengaruh terhadap

masyarakat. Khusus untuk limbah medis,

seperti plasenta atau sisa potongan anggota

tubuh dari ruang operasi atau otopsi yang

mudah membusuk, perlu segera dikubur.

(Chandra, 2007).

Hasil temuan penelitian

menunjukan RSU Prof. Dr. R. D. Kandou

memanfaatkan insinerator dalam tahap

pembuangan akhir untuk limbah medis

padat. Pemusnahan limbah dengan

insinerator biasanya dilakukan 2-3 kali

setiap hari. Pembakaran pertama biasanya

dilakukan sekitar jam 8 pagi dan

pembakaran kedua dilakukan jam 2 siang.

Namun dari hasil wawancara mendalam

yang didukung observasi dan dokumentasi

dari 3 mesin insinerator yang tersedia

ternyata hanya 1 mesin yang masih

berfungsi dan aktif, 1 mesin sedang

mengalami kerusakan, sedangkan 1 mesin

lagi sudah rusak total sejak lama. Hal ini

menimbulkan masalah yaitu limbah medis

padat yang dihasilkan RSU Prof. Dr. R.

D. Kandou tidak dapat dimusnahkan

dengan mesin insinerator yang aktif dalam

sehari sehingga masih meninggalkan sisa

limbah. Sisa limbah medis padat yang ada

biasanya disimpan dalam TPS khusus

untuk dilakukan pembakaran lanjut pada

besok hari atau di hari-hari yang tidak

Page 24: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

24

sibuk misalnya pada hari Minggu. Bahkan

menurut keterangan informan, petugas

pembakar harus bekerja ekstra sampai

lembur untuk memusnahkan sisa limbah

medis padat. Sementara dalam Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 telah ditetapkan

bahwa “bagi rumah sakit yang mempunyai

insinerator di lingkungannya harus

membakar limbahnya selambat-lambatnya

24 jam”.

Mesin insinerator yang masih aktif

dan berfungsi memilki suhu pembakaran

maksimum di atas 1000 derajat Celcius,

namun kapasitas insinerator belum dapat

dipastikan sebab jawaban dari semua

informan bervariasi antara 2, 1 dan ½ m3

yang diperkiraan sanggup menampung 300

Kg limbah medis padat . Dalam Buku

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di

Indonesia (2002) dikatakan ; “ukuran

insinerator harus disesuaikan dengan

kebutuhan, tergantung dari jumlah limbah

setiap harinya”. Oleh karena itu diperlukan

penghitungan dan pemantauan jumlah

rata-rata timbulan limbah medis padat per

harinya sehingga dapat diproyeksikan

kapasitas insinerator yang akan digunakan

dan dapat diketahui bilamana perlu

dilakukan penambahan mesin insinerator

atau segera melakukan upaya

penanggulangan apabila terjadi

peningkatan produksi limbah.

Selain itu berdasarkan hasil

wawancara mendalam ternyata RSU. Prof.

Dr. R. D. Kandou belum menerapkan

metode sterilisasi baik sterilisasi dengan

panas maupun dengan bahan kimia

terhadap kategori limbah medis padat yang

akan dimanfaatkan kembali sebab Kepala

Instalasi Sanitasi mengatakan semua

kategori limbah padat medis yang

dihasilkan langsung dibawa ke insinerator

untuk dimusnahkan tidak ada yang

dimanfaatkan kembali oleh pihak rumah

sakit. Tujuan dilakukan sterlisasi adalah

untuk membunuh bakteri vegetatif dan

mikroorganisme lain yang bisa

membahayakan penjamah sampah,

sehingga limbah infeksius aman untuk

dibuang ke landfil. (Candra, 2007). Semua

kategori limbah padat medis yang

dihasilkan RSU Prof. Dr. R. D. Kandou

langsung dibawa ke insinerator untuk

dimusnahkan. Padahal dalam Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 dijelaskan

adanya perbedaan metode dalam

penanganan akhir terhadap masing-masing

kategori limbah medis padat. Misalnya

untuk limbah yang sangat infeksius seperti

biakan dan persediaan agen infeksius dari

laboratorium harus disterilisasi dengan

pengolahan panas dan basah seperti dalam

autoclave sedini mungkin. Untuk limbah

infeksius yang lain cukup dengan cara

disinfeksi. Sedangkan untuk limbah padat

bahan kimia berbahaya seperti tabung,

kaleng aerosol, dan kontainer yang sudah

rusak cara pembuangannya tidak

diperbolehkan dengan pembakaran atau

insinerasi karena dapat meledak. Oleh

karena itu cara pembuangannya harus

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada

Page 25: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

25

instansi yang berwenang (Depkes RI,

2004).

Selanjutnya A. Sutowo Latief

dalam Jurnal TEKNIS Vol. 5 No.1 April

2010 : 20 - 24 mengemukakan bahwa

“Keunggulan teknik insinerasi yaitu dapat

memusnahkan limbah padat dengan cepat

dan tidak memerlukan lahan yang luas.

Sebaliknya teknologi ini membutuhkan

investasi yang besar, operasi dan

pemeliharaan yang tinggi, hilangnya

kesempatan kerja, dan tidak ramah

lingkungan. Selain itu insinerator

merupakan sumber polusi dioxin dan

logam berat, seperti merkuri dan kadmium,

arsen dan kromium di udara”.

Masalah yang terakhir yaitu

kantong plastik untuk limbah medis padat

yang seharusnya langsung dibakar karena

tidak boleh digunakan lagi hanya dibiarkan

begitu saja di area TPS untuk limbah

umum. Bahkan kantong plastik hitam dan

kuning untuk limbah medis padat dan non-

medis masih ditemukan bercampur dalam

TPS khusus untuk limbah medis padat dan

TPS untuk limbah umum. Adisasmito

(2012) megemukakan bahwa ; “pemisahan

limbah sesuai sifat dan jenisnya (kategori)

adalah langkah awal prosedur pembuangan

yang benar”. Oleh karena itu Instalasi

Sanitasi dan Perusahaan Outsourching

yang bersangkutan perlu melakukan

pengawasan secara menyeluruh terhadap

teknik opersional pengelolaan limbah

dimulai dari pemilahan, penampungan,

dan pembuangan akhir.

5.2.2.2 Unit Pengelola Limbah

Unit pengelola sampah dalam pendekatan sistem

yaitu bagian rumah sakit yang bertanggung jawab

menangani pengelolaan sampah di rumah sakit

(Hapsari, 2010). Staf yang diberi tanggungjawab

untuk pelaksanaan ini harus dinyatakan dengan

jelas. Di samping itu institusi/ unit kontraktor

yang bekerja sama dengan intitusi hendaknya

dinyatakan secara jelas, misalnya perusahaan

badan pengelola limbah atau Dinas Kebersihan

setempat. Kerjasama dengan asosiasi profesional

dan pengusaha barangkali akan menjamin

keberhasilan pengelolaan limbah. (Depkes RI,

2002). Hasil temuan penelitian ; pengelolalaan

limbah di BLU RSU Prof. Dr. R. D Kandou

berada dibawah pengawasan dari Instalasi

Sanitasi. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah,

Instalasi Sanitasi bekerja sama dengan pihak ke-3

yaitu Perusahaan outsourching CV. Putra

Banyumas dalam perjanjian pemborongan

pekerjaan yang dibuat secara tertulis dengan pihak

BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou yang telah

berjalan kurang lebih 1 tahun.

Dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 64

tentang Ketenenagakerjaan ditetapkan bahwa

“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian

pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya

melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau

penyediaan jasa pekerja/ buruh yang dibuat secara

tertulis.” Perusahaan Outsourcing adalah

perusahaan yang menyediakan jasa tenaga kerja

yang meliputi pekerjaan yang akan ditempatkan

pada perusahaan yang menginginkannya. Istilah

outsourching juga dapat didefiniskan

pendelegasian operasi atau pekerjaan yang bukan

Page 26: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

26

inti (non-core) yang semula dilakukan secara

internal kepada pihak eksternal yang memilki

spesialisasi untuk melakukan operasi tersebut

(Sharing Vision, 2006). Berikut kutipan jawaban

dari beberapa informan : ( I2 : “... kita dipantau

oleh sanitasi”. I3 : “... Kalau dari rumah sakit

pengawasan kita dari Instalasi Sanitasi”. I6 : “...

Instalasi Sanitasi bekerja sama dengan

perusahaan tender CV Putera Banyumas” ).

Adapun tenaga-tenaga yang terlibat dalam

Unit Pengelola Limbah khususnya yang menangani

limbah medis padat di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou

saat ini secara garis besar terdiri dari seorang

Kepala Instalasi Sanitasi sebagai penanggung

jawab seluruh pengelolaan sanitasi dibantu

seorang Pengawas pengelolaan limbah medis dari

Instalasi Sanitasi dan seorang lagi Pengawas

pengelolaan limbah dari Perusahaan outsourcing

CV Putra Banyumas yang bertugas mengawasi

penanganan limbah medis padat yang

dilaksanakan oleh 3 orang tenaga cleanning

service ; terdiri dari 2 orang tenaga pengangkut

limbah medis padat dan seorang operator

insinerator. Sedangkan tenaga pemilah limbah

medis padat dan non-medis dilakukan oleh

perawat/ dokter dari setiap ruangan/ unit

pelayanan penghasil limbah medis padat. Hasil

temuan penelitian yang telah dibahas sebelumnya

pada aspek Input , untuk perencanaan SDM masih

perlu diadakan peninjauan kembali dengan lebih

memperhatikan segi kuantitas maupun kualifikasi

SDM, terutama untuk tenaga pengelola limbah

medis padat agar sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

Selain itu dari observasi yang didukung

dokumentasi belum semua tenaga cleaning service

yang tergabung dalam Unit Pengelola Limbah

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama

bekerja. Padahal dalam Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit telah

ditetapkan bahwa “petugas yang menangani

limbah, harus menggunakan alat pelindung diri

(APD) yang terdiri : Topi/ helm, Masker,

Pelindung mata, Pakaian panjang (coverall),

Apron untuk industry, Pelindung kaki/ sepatu

boot, Sarung tangan khusus (disposable gloves

atau heavy duty gloves”). Selain itu adanya UU

No. 23/ 1992 tentang Kesehatan yang menyatakan

bahwa ; “tempat kerja wajib menyelenggarakan

upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja

tersebut memilki risiko bahaya kesehatan, yaitu

mudah terjangkitnya penyakit atau mempunyai

paling sedikit sepuluh orang karyawan, menuntut

rumah sakit sebagai industri jasa termasuk dalam

kategori tersebut sehingga wajib menerapkan

upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah

Sakit (K3RS)”. Hal ini sekarang dianggap

mendesak karena makin meningkatnya

pendayagunaan obat atau alat dengan risiko

bahaya kesehatan tertentu untuk tindakan

diagnosis, terapi maupun rehabilitasi di sarana

kesehatan. Salah satu risiko bahaya dalam

kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja

adalah limbah medis (Adisasmito, 2012).

Pelayanan keselamatan kerja yang dikemukakan

dalam Jurnal K3 tahun 2011 mencakup ;

“pembinaan dan pengawasan keselamatan/

keamanan sarana prasarana dan peralatan

kesehatan di Rumah sakit, pembinaan dan

pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di

Rumah sakit, pengelolaan dan pemeliharaan serta

Page 27: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

27

sertifikasi sarana prasarana dan pemeliharaan

peralatan rumah sakit

dan pengadaan peralatan Rumah sakit”. Setiap

institusi rumah sakit hendaknya menunjuk 1 orang

pejabat yang bertanggung jawab atas terjaminnya

sistem pembuangan limbah yang efisien dan

memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan

kerja (Depkes RI, 2002).

5.2.2.3 Pengaturan/ Regulasi

Pengaturan/ regulasi dalam pengelolaan sampah

rumah sakit dengan pendekatan sistem yaitu

peraturan yang dibuat atau kebijakan yang

dilakukan dalam pengelolaan sampah oleh pihak

rumah sakit (Hapsari, 2010). Kebijakan

lingkungan adalah penggerak pelaksanaan dan

perbaikan sistem manajemen lingkungan sehingga

kebijakan lingkungan dapat memelihara dan

secara potensial memperbaiki kinerja lingkungan.

Oleh karena itu kebijakan seharusnya

mencerminkan komitmen manajemen puncak

untuk taat pada peraturan dan perundang-

undangan pengelolaan rumah sakit dan berupaya

melakukan perbaikan kualitas lingkungannya

secara berkelanjutan. Menurut PerMenKes No.

986/ 1992, salah satu lingkup program sanitasi

rumah sakit yaitu pengelolaan sampah/ limbah.

Lingkup program sanitasi rumah sakit adalah

pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik,

biologi, kimiawi, dan bidang sosial psikologi di

rumah sakit yang dapat menimbulkan dampak

negatif pada kesehatan jasmani, rohani, dan

kesejahteraan sosial petugas, pengunjung dan

masyarakat sekitar rumah sakit. Oleh karena itu

diperlukan keberadaan suatu prosedur operasional

standar (Standard Operational Procedure/ SOP)

yang pada umumnya telah menjadi suatu

keharusan bagi sebuah institusi seperti rumah

sakit. Prosedur-prosedur tersebut disusun untuk

mencapai standar dan keseragaman pelaksanaan.

(Adisasmito, 2012)

Hasil temuan penelitian jika dilihat dari

sisi kebijakan/ regulasi, yang digunakan sebagai

pedoman dalam pengelolaan limbah yaitu ;

Prosedur Tetap (SOP) yang telah disahkan oleh

Direktur RSU Prof. Dr. R. D. Kandou pada bulan

Januari tahun 2008 tentang Pengelolaan Limbah

Rumah Sakit, Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Buku

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun

2002. Berikut kutipan jawaban dari Kepala

Instalasi Sanitasi : ( I1 : “... Ini Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004, tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Buku

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Ada

protap waktu sebelum kami akreditasi sudah ada

yang disahkan oleh direktur” ).

Namun dari hasil wawancara mendalam

ternyata beberapa petugas yang terlibat dalam

pengelolaan limbah medis padat mengatakan

belum mengetahui dengan pasti pedoman yang

digunakan. Selama ini mereka hanya menerima

petunjuk, penyuluhan dan sosialisasi dari rumah

sakit tapi belum mengetahui perinciannya dengan

pasti. Pengawas pengelolaan limbah dari

Perusahaan outsourching, Operator insinerator

dan Petugas pengangkut limbah medis padat

mengatakan tidak memilki atau belum diberikan

buku pedoman. Sangat diharapkan bahwa semua

institusi yang menghasilkan limbah klinis dan

yang sejenis memilki kebijaksanaan pengelolaan

Page 28: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

28

limbah secara menyeluruh dan tertulis yang selalu

siap dan bisa diketahui oleh semua pekerja di

setiap tingkat. (Depkes RI, 2002). Berikut

keterangan dari beberapa informan : ( I2 : “...

Kita cuma diberikan petunjuk saja tapi tidak

diberikan buku pedoman”. I3 : “... Secara global

saya mengetahui mengenai pedoman itu tapi

perinciannya yang saya tidak tau”. I4 :“... Saya

belum pernah membaca buku pedoman Sanitasi

Rumah Sakit atau membaca Kepmenkes tapi

penyuluhan/ sosialisasi pernah dilakukan oleh

rumah sakit” ).

Hasil temuan penelitian menunjukan

bahwa RSU Prof. Dr. R. D. Kandou telah memilki

perencanaan metode yang sebenarnya sudah

dijalankan dan hampir memenuhi standar

Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 namun dari

wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi

di lapangan ternyata metode tersebut belum

dilaksanakan sesuai prosedur yang direncanakan

sebab masih di temukan beberapa kekurangan

dalam teknik operasionalnya terutama pada tahap

pemilahan limbah. Hasil observasi menunjukan

masih ditemukan limbah medis padat dan limbah

non-medis yang telah bercampur dalam tempat-

tempat penampungan limbah. Hal ini diduga

akibat perilaku masyarakat dan kecerobohan

perawat/ koas di lingkungan rumah sakit yang

belum mengetahui atau kurang memperhatikan

tentang pemilahan limbah medis padat dan non-

medis sehingga salah dalam membuang limbah.

Faktor pemicu ini akan dibahas selanjutnya pada

sisi Peran Serta Masyarakat.

Masalah bercampurnya limbah medis

padat dan non-medis (limbah umum) dalam

wadah penampungan limbah di unit pelayanan/

ruangan penghasil limbah mengakibatkan beban

kerja 2 tenaga pengangkut limbah medis padat

semakin bertambah. Cleaning service yang

sebenarnya hanya bertugas mengangkut limbah

sekarang harus ikut membantu untuk mensortir

kembali limbah medis padat dan non-medis yang

telah bercampur dalam wadah penampungan.

Berikut kutipan jawaban dari Pengawas

Perusahaan outsourching : ( I3 : “... Itu

sebenarnya sudah jalan tapi ada juga

kecerobohan mungkin dari dalam misalnya

mungkin dari perawatnya atau koasnya mungkin

karena ketidakdisiplinan sehingga kita

kecolongan maka mau tidak mau kita dari pihak

limbah harus bantu, cleaning service harus

mensortir lagi karena sering kita temukan tempat

limbah medis padat sudah bercampur dengan

limbah umum karena mungkin ulah pasien dan

pengunjung” ). Melihat permasalahan itu,

sebaiknya Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terlibat lebih meningkatkan

pengawasan dalam teknik operasional terutama

pada tahap pemilahan limbah dimulai dari

sumber/ unit pelayanan penghasil limbah.

Disamping itu dinilai perlu untuk dilakukan upaya

penyuluhan dan sosialisasi mengenai prosedur

pemilahan limbah yang benar serta bahaya yang

dapat ditimbulkan dari limbah medis padat

apabila tidak ditangani dengan tepat kepada

petugas, pengunjung, atau masyarakat di

lingkungan rumah sakit.

5.2.2.4 Keuangan/ Alokasi Dana

Money atau uang merupakan salah satu unsur

yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat

Page 29: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

29

tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil

kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang

beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang

merupakan alat (tools) yang penting untuk

mencapai tujuan karena segala sesuatu harus

diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan

berhubungan dengan berapa uang yang harus

disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja,

alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta

berapa hasil yang akan dicapai dari suatu

organisasi. Keuangan dalam pengelolaan sampah

rumah sakit dengan pendekatan sistem yaitu jumlah

alokasi dana yang terpakai untuk pengelolaan

sampah yang meliputi sumber dana, biaya pegawai,

operasional, pemeliharaan, dan biaya pengadaan

peralatan (Hapsari, 2010).

Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. Dr. R.

D. Kandou ditetapkan sebagai instansi yang

menerapkan PPK-BLU Pada 26 Juni 2007

berdasarkan Kep.Menkes

No.756/Menkes/SK/VI/2007 dan Kep. Menteri

Keuangan No. 272/Keu.05.2007. Badan Layanan

Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah

instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

berupa penyediaan barang dan atau jasa yang

dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan

pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,

yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola

pengelolaan keuangan yang memberikan

fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan

praktek-praktek bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa,

sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan

keuangan negara pada umumnya. Yang dimaksud

dengan praktik bisnis yang sehat adalah proses

penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan

kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam

rangka pemberian layanan yang bermutu dan

berkesinambungan. Instansi pemerintah yang

melakukan pembinaan terhadap pola pengelolaan

keuangan BLU adalah Direktorat Pembinaan

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Ditjen Perbendaharaan. Perencanaan dan

penganggaran BLU pada prinsipnya tidak berbeda

dengan perencanaan dan penganggaran pada

kementerian/ lembaga. Penyusunan Rencana

Bisnis dan Anggaran (RBA) BLU memuat antara

lain ; kondisi kinerja BLU tahun berjalan, asumsi

makro dan mikro, target kinerja (output yang

terukur), analisis dan perkiraan biaya per output

dan agregat, perkiraan harga dan anggaran, dan

prognosa laporan keuangan.

Pengelolalaan limbah di BLU RSU Prof.

Dr. R. D Kandou berada dalam pengawasan dari

Instalasi Sanitasi yang bekerja sama dengan pihak

ke-3 yaitu Perusahaan outsourcing CV Putra

Banyumas dalam satu perjanjian pemborongan

pekerjaan yang dibuat secara tertulis dengan pihak

BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou yang telah

berjalan kurang lebih 1 tahun. Dalam UU No.13

Tahun 2003 pasal 64 tentang Ketenenagakerjaan

ditetapkan bahwa “Perusahaan dapat

menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan

kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian

pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa

pekerja/ buruh yang dibuat secara tertulis.”

Perusahaan Outsourcing adalah perusahaan yang

Page 30: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

30

menyediakan jasa tenaga kerja yang meliputi

pekerjaan yang akan ditempatkan pada perusahaan

yang menginginkannya. Istilah outsourching juga

dapat didefiniskan pendelegasian operasi atau

pekerjaan yang bukan inti (non-core) yang semula

dilakukan secara internal kepada pihak eksternal

yang memilki spesialisasi untuk melakukan

operasi tersebut (Sharing Vision, 2006).

Hasil wawancara mendalam menunjukan

bahwa sumber dana untuk program sanitasi

khususnya pengelolaan limbah di RSU. Prof. Dr.

R.D. Kandou berasal dari APBN atau BLU. Hasil

temuan penelitian dari segi keuangan/ alokasi

dana, total dan perincian anggaran yang terpakai

untuk pengelolaan limbah tidak jelas karena

selama dilakukan penelitian kedua belah pihak

yaitu Instalasi Sanitasi dan perusahaan

outsourching CV Putra Banyumas sebagai

penanggung jawab pengelolaan limbah di RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou tidak mengetahui dan

enggan memberikan data mengenai total dan

perincian alokasi dana yang terpakai untuk

pengelolaan limbah kepada peneliti. Padahal

dalam persyaratan administratif tentang pola tata

kelola BLU telah ditetapkan mengenai

“transparansi”, yaitu adanya kejelasan tugas dan

kewenangan, dan ketersediaan informasi kepada

publik. Berikut kutipan jawaban dari beberapa

informan : ( I6 : “... itu kurang urusan di atas.

Torang nda mau tau itu anggaran dari mana yang

penting apa usulannya torang, dorang harus mo

beking. Total anggaraan dari kesepakatan tender

antara direktur dengan pihak perusahaan. Jika

ada yang menang tender pihak intsalasi sanitasi

hanya diberi tahu yang mana total anggaran dari

mereka sekian tapi untuk perinciannya kita tidak

tau”. I3 : “... Itu ada kedua bela pihak jelas harus

tau” ).

Dengan mengetahui selisih dari total

perencanaan anggaran dan total alokasi dana yang

terpakai maka dapat diketahui apakah dana/

anggaran yang tersedia benar-benar telah

dimaksimalkan untuk pengelolaan limbah dengan

memperhatikan hal-hal seperti biaya pegawai,

operasional, pemeliharaan, dan biaya pengadaan

peralatan. Sehingga dapat disimpulkan cukup

tidaknya anggaran dana yang disediakan.

5.2.2.5 Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah

rumah sakit dengan pendekatan sistem yaitu

perilaku pasien, pengunjung, dan masyarakat di

lingkungan rumah sakit dalam membuang sampah

(Hapsari, 2010). Status kesehatan dapat terbentuk

antara lain dengan mengacu pada teori H. L Blum

; “faktor lingkungan mempunyai andil yang paling

besar terhadap status kesehatan dari sekelompok

penduduk, kemudian diikuti dengan faktor

perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan”.

Perilaku menurut Suryani dalam Adnani (2011)

adalah “aksi dari individu terhadap reaksi dari

hubungan dengan lingkungannya. Dengan kata

lain, perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu

rangsangan yang diperlukan untuk menimbulkan

reaksi. Jadi, suatu rangsangan tertentu akan

menghasilkan reaksi berupa perilaku tertentu”.

Hasil wawancara mendalam dengan

informan menunjukan masih kurangnya peran

serta masyarakat dalam membuang limbah

terutama pasien, pengunjung, bahkan petugas

(koas dan perawat) yang beraktivitas dalam unit

pelayanan/ ruangan penghasil limbah. Berikut

Page 31: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

31

kutipan jawaban dari Operator insinerator dan

Pengawas dari Perusahaan outsourching : ( I2 :

“… Kita diberikan arahan untuk memisahkan

limbah medis padat dan non-medis. Tapi kadang-

kadang masih ada juga limbah medis padat yang

ditemukan di tempat limbah umum. Saya tidak

tahu siapa yang membuang itu...?”. I3 : “… tapi

ada juga kecerobohan mungkin dari dalam

sehingga kita kecolongan. Ada kalanya dari koas

juga sendiri yang mengikuti pendidikan dan

praktek pelatihan disini mereka nda perhatikan

tong sampahnya mana yang medis dan non-medis

sampe salah buang. Karena mungkin ulah pasien

dan pengunjung juga. Apalagi pasien atau

pengunjung yang datang dari kampung, mereka

tidak tau kalau ada pemisahan. Nah itu jadi tugas

kita untuk menyortir lagi.” ).

Perilaku menurut Lawrence Green dalam

Adnani (2011) dipengaruhi oleh 3 faktor ; yang

pertama adalah “ faktor predisposisi (predisposing

factor); mencakup pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan

kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan,

tingkat sosial, dan lain-lain”. Hasil temuan

penelitian menunjukan menunjukan masih

ditemukan limbah medis padat dan limbah non-

medis yang telah bercampur dalam tempat-tempat

penampungan limbah. Hal ini diduga akibat

perilaku pengunjung/ pasien atau masyarakat yang

belum mengetahui tentang pemilahan limbah

medis padat dan non-medis bahkan kecerobohan

perawat/ koas yang kurang memperhatikan

pewadahan sehingga salah dalam membuang

limbah. Penelitian Sudiharti, Solikhah 2012 yang

diangkat dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat

Universitas Ahmad Dahlan Vol. 6 No. 1, Januari

2012 : 1 – 74 menyimpulkan bahwa ; “Ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku perawat dalam pembuangan sampah

medis di rumah sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta dan ada hubungan antara sikap

dengan perilaku perawat dalam pembuangan

sampah medis di rumah sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta”.

Yang kedua adalah “faktor pendukung

(enabling factors); mencakup fasilitas (sarana dan

parasarana) misalnya tempat pembuangan

sampah”. Tempat penampungan limbah hanya

dibedakan dalam 3 wadah, untuk limbah medis

padat tersedia wadah berwarna kuning namun

tidak memilki tulisan “untuk limbah medis padat

” atau kode dan label. Sedangkan untuk limbah

non-medis tersedia wadah berwarna hitam

bertuliskan “sampah umum”. Warnanya juga

belum sesuai ketetapan yang ada sebab

menggunakan warna kuning, hijau, hitam, dan

biru. Pewadahan yang belum memenuhi syarat

Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 karena

tidak diberikan kode dan label serta warna yang

bervariasi akan membingungkan masyarakat di

lingkungan rumah sakit dan petugas pengangkut

dalam tahap pengangkutan dan pembuangan

akhirnya. Persyaratan mengenai pewadahan

limbah padat medis dapat dilihat dalam Tabel 2.2.

Penyediaan sarana dan prasarana yang belum

memenuhi syarat dipicu rendahnya pengetahuan

masyarakat terhadap cara penanganan limbah

medis padat dapat mengakibatkan kurang

optimalnya program pengelolaan limbah.

Yang ketiga adalah “faktor memperkuat

(reinforcing factors) ; diantaranya meliputi sikap

Page 32: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

32

dan perilaku petugas termasuk petugas

kesehatan”. Sesuai dengan teori L. Green dalam

penelitian Heryani Yunita Dewi yang dimuat dalam

Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP Semarang

menyatakan bahwa “pengetahuan merupakan faktor

yang menjadi dasar atau motivasi untuk melakuan

tindakan dimana pengetahuan terhadap upaya

kesehatan yang baik merupakan salah satu modal

untuk perilaku sehat. Tingkat pengetahuan seseorang

akan sesuatu sangat penting serta merupakan dasar dari

sikap dan tindakan dalam menerima atau menolak

sesuatu yang baru”. Dalam hasil temuan penelitian

masih ditemukan juga kantong plastik hitam yang

seharusnya digunakan untuk menyimpan limbah

non-medis malah digunakan untuk menyimpan

limbah medis padat. Dari keterangan informan hal

ini juga mungkin disebabkan oleh

ketidakdisiplinan atau kecerobohan dari petugas

(perawat dan koas) yang beraktivitas dalam unit

pelayanan/ ruangan penghasil limbah. Para tokoh

perilaku kesehatan tersebut perlu memberikan

contoh yang baik, sehingga pendidikan kesehatan

yang bisa dilakukan adalah pelatihan-pelatihan

bagi petugas kesehatan sendiri agar sikap dan

perilakunya menjadi teladan bagi masyarakat di

lingkungan rumah sakit. Dalam buku yang

berjudul Sari dan Aplikasi Ilmu Perilaku

Kesehatan (Ngatimin, 2005) dibahas mengenai

domain perilaku beserta tingkatanya yang terdiri

dari pengetahuan (Cognitive Domain), sikap

(Affective Domain), dan perbuatan (Psychomotor

Domain). Memanfaatkan domain ini pada proses

perubahan perilaku, hendaknya disadari bahwa

perubahan pengetahuan ke sikap dan seterusnya

ke perbuatan, bukan merupakan garis lurus.

Terdapat beberapa catatan bahwa perubahan dari

perubahan ke sikap, sangat dipengaruhi oleh

persepsi yang bersangkutan tentang masalah dan

perubahan dimaksud. Begitupun bila sikap telah

berubah, keadaan itu merupakan predisposisi

untuk perubahan perilaku.

Melihat permasalahan itu, sebaiknya

rumah sakit dan Perusahaan outsourching yang

terlibat lebih meningkatkan pengawasan dalam

teknik operasional terutama pada tahap pemilahan

limbah. Disamping itu perlu dilakukan upaya

penyuluhan kesehatan dan sosialisasi mengenai

prosedur pemilahan limbah yang benar serta

bahaya yang dapat ditimbulkan dari limbah medis

padat apabila tidak ditangani dengan tepat kepada

petugas, pengunjung, atau masyarakat di

lingkungan rumah sakit. Penyuluhan kesehatan

adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui tehnik praktek belajar atau

instruksi dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perilaku manusia secara individu,

kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih

mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat

(Depkes, 2002). Sedangkan sosialisasi menurut

Charlotte Buhler adalah ; “proses yang membantu

individu-individu belajar dan menyesuaikan diri

terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana

cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan

dan berfungsi dalam kelompoknya”.

1.2.3 Keluaran (Output)

Keluaran (output), yaitu elemen/ bagian yang

merupakan hasil dari proses dalam sistem

(Maidin, 2004). Sedangkan dalam Hapsari (2010)

dikemukakan ; “Keluaran dari pengelolaan

sampah rumah sakit dengan pendekatan sistem

Page 33: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

33

adalah hasil dari sebuah program dalam

pengelolaan sampah di rumah sakit mencakup

jumlah limbah medis padat per hari yang

dimusnahkan dengan insinerator (terkelola) dan

yang tidak dimusnahkan dengan insinerator (tidak

terkelola)”. Salah satu langkah pokok pengelolaan

limbah adalah menentukan jumlah limbah yang

dihasilkan. Jumlah ini menentukan jumlah dan

volume sarana penampungan lokal yang harus

disediakan, pemihan insinerator dan kapasitasnya.

Bila rumah sakit memilki tempat pembuangan

sendiri, jumlah produksi dan proyeksinya perlu

dibuat untuk memperkirakan pembiayaan dan

lain-lain. Penentuan jumlah limbah dapat

menggunakan ukuran berat atau volume. (Depkes

RI, 2002)

Namun dalam hasil temuan penelitian

terhadap pengelolaan limbah medis padat di RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou ternyata Instalasi Sanitasi

hanya memilki data mengenai sumber atau

ruangan penghasil limbah medis padat namun

belum melakukan penghitungan jumlah rata-rata

per hari timbulan limbah medis padat.

Penghitungan jumlah limbah medis padat pernah

dilakukan oleh Instalasi Sanitasi pada beberapa

tahun yang lalu. Penghitungannya dalam ukuran

berat (Kg) namun hanya dalam hitungan per bulan

dan per tahun. Untuk selanjutnya pihak Instalasi

Sanitasi hanya memperkirakan jumlah limbah

medis padat yang dihasilkan dalam sehari.

Keterangan dari para informan mengenai jumlah

timbulan limbah medis padat per hari juga

bervariasi antara 2, 1, dan ½ m3 sehingga tidak

bisa dipastikan berapa jumlah yang sebenarnya.

Hal ini menyebabkan pada aspek outputnya tidak

dapat dipastikan juga berapa jumlah limbah medis

padat (rata-rata per hari) yang telah dimusnahkan

dengan insinerator (terkelola) dan yang tidak

dimusnahkan dengan insinerator (tidak terkelola).

Berikut kutipan jawaban dari beberapa informan :

( I1 : “... Kalau penghitungan ada, tapi beberapa

tahun lalu itu. Jadi kita sudah perkirakan untuk

rumah sakit ini menghasilkan limbah rata-rata 1

kubik per hari”. I2 : “… kira-kira 2 kubik”. I6

:“... Kalau dulu untuk limbah medis padat per

hari kira 1,5 kubik sekarang meningkat kurang

lebih 2 kubik per hari” ).

Selain itu pihak-pihak yang terlibat juga

belum melakukan identifikasi jenis limbah medis

padat yang dihasilkan pada masing-masing

ruangan/ unit pelayanan, sehingga tidak dapat

dipastikan juga kategori dan jenis limbah medis

padat yang terkelola dan tidak terkelola atau yang

dimusnahkan dan yang belum dimusnahkan

dengan insinerator (per hari). Berikut kutipan

jawaban dari beberapa informan : (I1 : “... Kalau

karakteristik limbah medis padat kan kita sudah

tahu misalnya disposibel, kain-kain has, jadi kami

sudah tidak perlu pendataan. Perawat juga sudah

melakukan pemilahan antara limbah medis padat

dan non-medis”. I2 : “... Tidak. Itu kan jenis

limbah medis padat bermacam-macam sudah ada

di kotak-kotak”. I6 : “... Tidak. Di setiap ruangan

kan sudah ada tenaga pengangkut untuk limbah

medis padat , jadi dia angkat satu kali terus bawa

ke insinerator” ).

Dalam Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dituliskan

bahwa “penyimpanan limbah medis padat harus

sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling

lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24

Page 34: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

34

jam. Bagi rumah sakit yang mempunyai

insinerator di lingkungannya harus membakar

limbahnya selambat-lambatnya 24 jam”. Namun

hasil temuan penelitian ternyata limbah medis

padat yang dihasilkan RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou biasanya tidak sanggup dimusnahkan

dengan insinerator yang masih aktif dalam sehari.

Hal ini disebabkan karena volume limbah yang

banyak dan waktu yang terbatas serta dipicu lagi

dengan rusaknya 1 mesin insinerator. Berikut

kutipan jawaban dari beberapa informan : (I1 :

“... Kadang-kadang masih meninggalkan sisa

limbah”. I2 : “... Biasanya ada sisa limbah yang

tidak sempat dibakar”. I3 : “... Ada sisa limbah

yang tidak sempat dimusnahkan”. I5 : “... Kadang

ada sisa tapi tetap mereka berusaha membakar”.

I6 : “... Biasanya tidak memungkinkan untuk

pemusnahan limbah medis padat dalam sehari”

).

Berdasarkan hal tersebut maka dinilai

penting untuk mengetahui jumlah rata-rata per

hari timbulan limbah medis padat yang dihasilkan

rumah sakit, agar dalam pengelolaan limbah

dengan pendekatan sistem pada aspek keluaran

(output) dapat dihitung berapa jumlah limbah

medis padat yang dimusnahkan atau yang belum

dimusnahkan dengan insinerator dalam sehari

atau berapa jumlah limbah medis padat yang

terkelola dan tidak terkelola dalam sehari. Sebab

dalam penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran

(RBA) BLU juga memuat antara lain ; kondisi

kinerja BLU tahun berjalan, asumsi makro dan

mikro, target kinerja (output yang terukur),

analisis dan perkiraan biaya per output dan

agregat, perkiraan harga dan anggaran, dan

prognosa laporan keuangan.

Sebagai perbandingan dalam penelitian

Hapsari (2010) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

berdasarkan data sekunder tentang jumlah rata-

rata sampah medis yang terkelola per hari pada

bulan November 2009, maka dapat dihitung ;

“Jumlah sampah medis yang terkelola rata-rata

adalah sebanyak 91,214 % (219,2714 Kg/ hari)

yang terdiri dari sampah medis yang diinsenerasi

sebanyak 70,341 % (169,2714 Kg), sampah medis

yang dibakar biasa 20,778 % (50 Kg), dan

ampulvial yang di-reuse dengan disterilisasi

terlebih dahulu sebanyak 0,096 % (0,2300 Kg).

Sedangkan 8,786 % (21,1429 Kg). Sisanya adalah

sampah medis yang tidak tertangani, berupa botol

infus yang dikumpulkan oleh pihak tertentu untuk

dijual”.

Dengan melakukan identifikasi timbulan

limbah medis padat yang terkelola dan belum

terkelola berdasarkan sumber, jumlah dan

jenisnya maka dapat disimpulkan sejauh mana

capaian target kinerja atau berhasil tidaknya

rumah sakit dalam pengelolaan limbah khususnya

untuk penanganan limbah medis padat. Sehingga

pada perencanaan ke depan pihak-pihak yang

berwewenang atau para manajer yang

bersangkutan dapat mengkaji dan menentukan

kebijakan untuk penanganan yang lebih tepat

dalam memecahkan masalah program pengelolaan

limbah yang dihadapi.

Page 35: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

35

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Masukan (Input)

a) Sumber Daya Manusia (Man)

Tenaga yang mengelola limbah medis

padat di BLU. RSU. Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado, terdiri dari :

- Kepala Instalasi Sanitasi sebagai

penanggung jawab seluruh pengelolaan

sanitasi (D IV Kesehatan Lingkungan)

- Seorang Pengawas pengelolaan limbah

medis dari Instalasi Sanitasi (D III

Kesehatan Lingkungan)

- Seorang Pengawas pengelolaan limbah

dari Perusahaan outsourcing CV Putra

Banyumas (STM)

- Dua orang petugas pengangkut limbah

medis padat (SD)

- Seorang operator insinerator (SMP)

b) Keuangan (Monney)

Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsorching CV Putra Banyumas telah

menyusun perencanaan anggaran sebelum

dimulai perjanjian kerja. Sumber dana

untuk program-porgram sanitasi

khususnya pengelolaan limbah berasal

dari APBN atau BLU. Total dan perincian

dalam perencanaan anggaran tidak jelas

dikarenakan kedua pihak yang terkait

tidak mengetahui dan enggan

memberikan data kepada peneliti.

c) Metode (Method)

Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching CV Putra Banyumas telah

melakukan perencanaaan dan berupaya

menerapkan metode pengelolaan Limbah

Medis Padat menurut prosedur dalam

pedoman-pedoman yang digunakan

namun masih menghadapi beberapa

kendala teknis dan operasional di lapangan.

d) Sarana dan Prasarana (Machines)

Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching CV Putra Banyumas telah

melakukan perencanaaan sarana dan

prasarana namun perinciannya belum

jelas dikarenakan kedua pihak yang

terkait enggan memberikan data

mengenai perencanaan sarana dan

prasarana serta belum memilki data

inventarisasi yang lengkap mengenai

jumlah dan jenis seluruh fasilitas/

peralatan yang tersedia untuk pengelolaan

limbah.

e) Timbulan Limbah Medis Padat (Materials)

Page 36: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

36

Instalasi Sanitasi hanya mengidentifikasi

timbulan limbah medis padat

berdasarkan sumber (unit pelayanan)

penghasil limbah namun belum

melakukan penghitungan jumlah rata-rata

per hari limbah medis padat serta belum

mengidentifikasi jenis (kategori) limbah

medis padat yang dihasilkan.

2. Proses (Process)

a) Teknik Operasional

Teknik operasional belum sepenuhnya

sesuai dengan standar prosedur dalam

pedoman-pedoman yang digunakan

dikarenakan masih ditemukan beberapa

kendala teknis dan operasional dimulai

dari tahap pemilahan, penampungan,

pengangkutan dan pembuangan akhir

limbah medis padat.

b) Unit Pengelola Limbah

Pengelolalaan limbah di BLU RSU Prof.

Dr. R. D Kandou berada dibawah

pengawasan dari Instalasi Sanitasi. Dalam

pelaksanaannya Instalasi Sanitasi bekerja

sama Perusahaan outsourching CV. Putra

Banyumas dalam suatu perjanjian

pemborongan pekerjaan atau penyedia

jasa pekerja/ buruh yang dibuat secara

tertulis.

c) Pengaturan/ Regulasi

Pengaturan/ regulasi yang digunakan

sebagai pedoman dalam pengelolaan

limbah terdiri dari Prosedur Tetap (SOP)

tentang Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

yang telah disahkan oleh Direktur RSU

Prof. Dr. R. D. Kandou pada bulan

Januari tahun 2008, Buku Pedoman

Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun

2002 dan Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit. Namun beberapa petugas

yang terlibat dalam pengelolaan limbah

medis padat hanya menerima petunjuk,

penyuluhan dan sosialisasi dari rumah

sakit namun belum mengetahui

perinciannya dengan pasti karena belum

memilki buku pedoman.

d) Keuangan/ Alokasi Dana

Selisih dari total perencanaan anggaran

dan jumlah alokasi dana yang terpakai

untuk pengelolaan limbah tidak jelas

dikarenakan kedua pihak yang

bersangkutan tidak mengetahui dan

enggan memberikan data kepada peneliti.

e) Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam mendukung

pelaksanaan pengelolaan limbah masih

rendah dikarenakan masih ditemukannya

limbah medis padat yang bercampur

dengan limbah non-medis dalam wadah

penampungan limbah akibat masih

adanya kecerobohan petugas dan

rendahnya pengetahuan masyarakat di

lingkungan rumah sakit mengenai

prosedur pemilahan limbah yang benar

serta bahaya yang dapat ditimbulkan dari

limbah medis padat apablila tidak

dikelola dengan tepat.

3. Keluaran (Output)

Page 37: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

37

Semua kategori limbah medis padat yang

dihasilkan langsung dibawa ke insinerator

untuk dimusnahkan. Namun limbah medis

padat yang dihasilkan dalam sehari biasanya

tidak sanggup dimusnahkan dengan mesin

insinerator yang aktif sehingga masih

meninggalkan sisa limbah. Hasil dari

program pengelolaan limbah medis padat

belum dapat dipastikan berapa jumlah rata-

rata per hari limbah medis padat yang telah

dimusnahkan dengan insinerator (terkelola)

dan yang belum dimusnahkan dengan

insinerator (tidak terkelola) dikarenakan

kedua belah pihak yang terlibat belum

melakukan penghitungan jumlah rata-rata per

hari timbulan limbah medis padat.

1.2 Saran

1. Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terkait perlu meninjau

kembali perencanaan Sumber Daya

Manusia baik dari segi kuantitas dengan

memperhatikan rasio tenaga pengelola

limbah medis padat dengan jumlah

ruangan/ unit pelayanan penghasil limbah

medis padat maupun kualifikasi

pendidikan dan pelatihan tenaga

pengelola limbah rumah sakit agar sesuai

dengan standar yang ditetapkan dalam

pedoman-pedoman atau pengaturan/

regulasi yang digunakan.

2. Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terkait perlu

memberikan transparansi atau

ketersediaan informasi kepada publik

khususnya mengenai perencanaaan

anggaran dan alokasi dana yang terpakai

untuk pengelolaan limbah, sesuai dengan

persyaratan administratif dalam pola tata

kelola Badan Layanan Umum.

3. Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terkait perlu

melakukan penghitungan dan identifikasi

timbulan limbah medis padat

berdasarkan jumlah (berat) rata-rata per

hari dan jenis maupun kategori limbah

medis padat yang dihasilkan dari setiap

ruangan/ unit pelayanan agar

mempermudah dalam proses penanganan

selanjutnya.

4. Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terkait perlu

melakukan pendataan yang lengkap

(inventarisasi) mengenai jenis, jumlah

dan kondisi fasilitas/ peralatan yang

tersedia sehingga dapat diketahui

bilamana dibutuhkan perbaikan,

penggantian atau penambahan sarana dan

prasarana untuk pengelolaan limbah.

5. Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terkait perlu

meningkatkan pengawasan di lapangan

dalam penerapan metode dan prosedur

pengelolaan limbah medis padat agar

memenuhi standar dan sesuai persyaratan

berdasarkan pedoman-pedoman atau

pengaturan/ regulasi yang telah

direncanakan.

6. Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terkait perlu

meningkatkan upaya pengawasan secara

menyeluruh terhadap teknik operasional

Page 38: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

38

dimulai dari tahap pemilahan,

penampungan, pengangkutan, dan

pembuangan akhir limbah medis padat

agar benar-benar sesuai dengan metode

dan standar prosedur dalam pedoman-

pedoman atau pengaturan/ regulasi yang

telah tetapkan guna memaksimalkan

pelaksanaan pengelolaan limbah medis

padat.

7. Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terkait perlu

melaksanakan upaya penyuluhan dan

sosialisasi kepada masyarakat di

lingkungan rumah sakit baik petugas,

pasien dan pengunjung mengenai

prosedur pemilahan limbah yang benar

serta bahaya yang dapat ditimbulkan dari

limbah medis padat apabila tidak

dikelola sesuai standar kesehatan.

Misalnya melalui pengumuman lisan

lewat alat pengeras suara atau

pengumuman tertulis dalam bentuk

slogan dan poster yang dipajang di sekitar

tempat pewadahan pada setiap ruangan/

unit pelayanan penghasil limbah medis

padat.

8. Instalasi Sanitasi dan Perusahaan

outsourching yang terkait perlu

melakukan pemantauan rutin melalui

pendataan secara periodik terhadap

keluaran atau hasil dari program

pengelolaan limbah medis padat, yaitu

jumlah rata-rata per hari limbah medis

padat yang telah dimusnahkan dan yang

belum dimusnahkan di insinerator

(terkelola dan tidak terkelola) sebagai

indikator keberhasilan program, dengan

cara melakukan penimbangan atau

pengukuran dalam ukuran berat / volume,

sebelum dilakukan pembakaran atau

pemusnahan limbah medis padat.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2012. Audit Lingkungan Rumah

Sakit . Penerbit RajaGrafindo

Persada, Jakarta

Adnani, H. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit

Nuha Medika Yogyakarta:

2011

Latief, A. S. 2010. Manfaat dan Dampak

Penggunaan Insinerator terhadap Lingkungan.

Jurnal TEKNIS Vol. 5 No.1 April 2010 : 20 – 24

(online)

http://www.polines.ac.id/teknis/upload/jur

nal/jurnal_teknis_1336471916.p df Diakses

15 Juli 2013

Azwar, A. Pengantar Administrasi Kesehatan.

Bumi Aksara. Jakarta. 1986

Badan Layanan Umum. (online)

http://www.wikiapbn.org/artikel/Badan_La

yanan_Umum Diakses 3 Mei 2013

Page 39: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

39

Bungin, B. 2004. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Jakarta : RajaGrafindo

Persada

Chandra, B. Pengantar Kesehatan Lingkungan.

EGC. Jakarta: 2007.

Direktorat Jenderal PPM dan PL Departemen

Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan

Sanitasi Lingkungan dalam Pengendalian

Vektor. Jakarta;

2001.

Direktorat Jenderal PPM & PL dan Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik

Departemen Kesehatan RI. Pedoman

Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.

Jakarta; 2002.

Depkes RI, 1997. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit

di Indonesia, Dirjen PPM dan

PL, Jakarta

Direktorat Jenderal PPM dan PL Departemen

Kesehatan RI. Kepmenkes RI

Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta; 2004.

Hasibuan, M. S. P. 2009. Manajemen Dasar,

Pengertian, dan Masalah.

Jakarta: Bumi Aksara

Hapsari, R. 2010. Analisis Pengelolaan Sampah

dengan Pendekatan Sistem

di RSUD DR. Woewardi Surakarta. Tesis,

Program Pascasarjana.

Semarang: Universitas Diponegoro (online)

http://eprints.undip.ac.id/23847/1/RIZA_H

APSARI.pdf. Diakses 17

Februari 2013

Herujito, Y. M. 2001. Dasar-Dasar Manajemen.

Jakarta: Grasindo

Heryani, Y. D. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan

Sikap dengan Praktik Petugas Kebersihan Pengelola

Sampah Medis Di RSUD dr. M. Ashari Pemalang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 995

- 1004 (Online) ejournal-

s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/.../140

7 Diakses 7 Juli 2013

Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2011.

Prinsip Kebijakan Pelaksanaan dan Program

K3RS Bagian 2 (online)

http://jurnalk3.com/prinsip-kebijakan-

pelaksanaan-dan-program-k3rs-bagian-2-

2.html Diakses 9 Juli 2013

Jusuf, Pengumpulan dan Pengolahan Sampah

Rumah Sakit, Jakarta: 2002

Maidin, A. Diktat Kuliah Pengantar Administrasi

dan Kebijakan Kesehatan

(AKK), FKM UNHAS, Makasar : 2004

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Permenkes RI Nomor

340/MENKES/PER/III/2010 tentang

Klasifikasi Rumah Sakit

Meryana, E. 2012. Industri Rumah Sakit Harus

Berbenah. (online),

http://health.kompas.com/read/2012/07/20/

14131214/Industri.Rumah.Sakit.Harus.Berb

enah Diakses 20 Februari 2013

Moleong, L. 2000. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: Rosda Karya

Ngatimin, H. M. R. Sari dan Aplikasi Ilmu

Perilaku Kesehatan. Penerbit Yayasan PK-

3 Makasar: 2005

Ningrum, S. F. 2008. Analisis Hubungan Fungsi

Manajemen Tenaga Pelaksana Gizi

Dengan Tingkat Keberhasilan Program

Pemberian Makanan

Tambahan Pada Balita Gizi Buruk di

Puskesmas Kabupaten Tegal

Tahun 2006 (online)

http://eprints.undip.ac.id/18774/1/Setya

Fatma

Ningrum.pdf. Diakses 29 April 2013

Pengertian 5M dalam Manajemen. (online)

http://www.indonesian

Page 40: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

40

publichealth.com/2012/02/pengertian-5-m-

dalam-manajemen.html. Diakses 5 Mei

2013

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan

Tenaga Nuklir Nasional, Jurnal Teknologi

Pengelolaan Limbah Volume 13 Nomor 2

Desember 2010

(online)http://www.batan.go.id/ptlr/08id/fil

es/u1/jurnal/13no02/Jurnal%20vol%2013%

202%202010.pdf Diakses 7 Juli 2013

Rimawan, R. 2012. Dugaan Pelanggaran, Komisi

IV Akan Sambangi RSU

Kandou (online)

http://manado.tribunnews.com/2012/09/14/

dugaan-

pelanggaran-komisi-iv-akan-sambangi-

rsup-kandou. Diakses 20 Februari

2013

Limbah (online)

http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah

Diakses 5 Mei 2013

Sensus Penduduk Indonesia 2010. (online)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Pendud

uk_Indonesia_2010 Diakses 18 Februari

2013

Sharing Vision (2006). Why Outsource. The Art

of Partnership : Outsourching

Partnership & SLA LPPM ITB

(online) http://cio-

indo.blogspot.com/2012/07/outsourcing-

pengertian-macam-dan.html Di akses 27

April 2013

Sudiharti, S 2012. Hubungan Pengetahuan dan

Sikap dengan Perilaku Perawat dalam

Pembuangan Sampah Medis di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad

Dahlan Vol. 6 No. 1, Januari 2012 : 1 – 74

(online)

journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article

/.../631 Diakses 13 Juli 2013

Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Terry, G. R. 2010. Asas-Asas Manajemen.

Diterjemahkan oleh Winardi.

Bandung: Alumni

Tim / Sulut Online. 2012. Rondonuwu : Sanksi

Pidana Bagi Rumah Sakit Yang Buang

Sampah Medis Sembarangan. (online)

http://sulutonline.com/berita/721-

rondonuwu-sanksi-pidana-bagi rumah-

sakit-yang-buang-sampah-medis-

sembarangan.html Diakses 20 Februari

2013

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan (online) Diakses 1 Mei

2013

www.hukumonline.com/pusatdata/downloa

d/fl51927/parent/13146

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Limbah (online)

http://www.menlh.go.id/DATA/UU18-

2008.pdf Diakses 21 Februari 2013

World Health Organization. Wastes. From Health-

Care Activities. (online)

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/

fs253/en/ Diakses 20 Februari 2013

Page 41: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

41

L A M P I R A N

Lampiran 1.

I. Data Umum

1. Tanggal Wawancara

:

2. Pewawancara

:

3. Nama Informan

:

4. Jabatan

:

5. Umur

:

6. Pendidikan Formal Terakhir

:

7. Masa kerja selama memegang jabatan

:

II. Daftar Pertanyaan Wawancara

4.4.1 Masukan (Input)

1.3.1.1 Sumber Daya Manusia (Man)

a) Bagaimana perencanaan SDM (jumlah/

pendidikan terakhir/ pelatihan) terhadap

tenaga yang termasuk dalam Unit

Pengelola Limbah? Apakah ada data

mengenai perencanaan dalam laporan

bulanan/ tahunan, atau arsip-arsip rumah

sakit?

b) Bagaimana pembagian tugas dalam

penanganan limbah medis padat?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

“GAMBARAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI

BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO”

Page 42: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

42

c) Apakah ada koordinator/ pengawas untuk

pengelolaan limbah di rumah sakit ini ?

(jumlah/ pendidikan terakhir)

d) Apa saja tugas dari koordinator/ pengawas

untuk pengelolaan limbah?

e) Pernahkah diadakan pelatihan tentang

pengelolaan limbah di rumah sakit ini ?

Jika ya, siapa yang menerima dan

memberikan pelatihan itu?

a) Pelatihan tentang apa saja yang pernah

diterima petugas pengelola limbah?

Apakah ada pelatihan khusus tentang

penanganan limbah medis padat?

1.3.1.2 Keuangan/ Rencana Anggaran (Money)

a) Apakah ada perencanaan anggaran/ dana

khusus untuk pengelolaan limbah di

rumah sakit ini? Bagaimana? Apakah ada

data mengenai perencanaan dalam laporan

bulanan/ tahunan, atau arsip-arsip rumah

sakit?

b) Sumber dananya berasal dari mana ?

1.3.1.3 Metode (Method)

a) Bagaimana perencanaan alur/ prosedur

pengelolaan limbah di rumah sakit ini?

b) Apakah dalam pelaksanaan penanganan

limbah di rumah sakit ini dapat dikatakan

sudah sesuai dengan perencanaan alur/

prosedur yang telah ditetapkan ?

1.3.1.4 Sarana dan Parasarana (Machines)

a) Apakah dilakukan perencanaan terhadap

jenis fasilitas dan peralatan yang tersedia

untuk pengelolaan limbah di rumah sakit

ini? Bagaimana? Apakah ada data

mengenai perencanaan dalam laporan

bulanan/ tahunan, atau arsip-arsip rumah

sakit?

b) Fasilitas dan peralatan apa saja yang

disediakan rumah sakit dalam membantu

melancarkan proses pengelolaan limbah?

c) Apakah kondisi berbagai fasilitas dan

peralatan yang disediakan dapat dikatakan

baik dan berfungsi sebagaimana mestinya?

d) Apakah penyediaan berbagai fasilitas dan

peralatan yang disediakan dapat dikatakan

mencukupi sesuai dengan kebutuhan?

4.3.1.5 Timbulan limbah medis padat (Materials)

a) Apakah dilakukan identifikasi mengenai

sumber dan jenis limbah medis padat yang

dihasilkan pada masing-masing unit

pelayanan/ ruangan di rumah sakit ini?

Apakah ada data mengenai timbulan

limbah misalnya dalam laporan bulanan,

tahunan atau arsip-arsip?

b) Apakah dilakukan penghitungan berapa

jumlah (berat/ volume) rata-rata timbulan

limbah medis padat per hari di rumah

sakit ini, misalnya dalam laporan bulanan/

tahunan atau arsip-arsip rumah sakit?

4.4.2 Proses (Process)

1.3.2.1 Teknik Operasional

4.3.2.1.1 Pemilahan :

a) Apakah dilakukan pemisahan (pemilahan)

limbah medis padat dan non-medis

dimulai dari unit pelayanan/ ruangan

penghasil limbah?

b) Siapa yang bertugas melakukan pemisahan

limbah medis padat dan non-medis?

Page 43: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

43

c) Apakah pemisahan limbah medis padat

disesuaikan dengan label dan warna

kantong/ wadah penampung limbah?

d) Apakah rumah sakit ini telah

melaksanakan upaya minimisasi limbah

dengan cara mengurangi bahan (reduce),

menggunakan kembali limbah (reuse) dan

daur ulang limbah (recycle)?

e) Apakah jenis limbah medis padat yang

akan dimanfaatkan kembali telah melalui

proses sterilisasi (sterilisasi dengan panas/

bahan kimia)?

f) Apakah dilakukan pemisahan limbah

medis padat yang akan dimanfaatkan

kembali dan limbah yang tidak

dimanfaatkan kembali?

4.3.2.1.2 Penampungan :

a) Apakah wadah penampungan limbah

cukup tersedia di setiap unit pelayanan/

ruangan?

b) Apakah wadah penampung limbah terbuat

dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan

karat, kedap air, dan mempunyai

permukaan yang halus pada bagian

dalamnya?

c) Apakah tersedia wadah penampung khusus

untuk jenis limbah benda tajam?

Bagaimana?

d) Apakah limbah infeksius dan sitotoksik

dibungkus dengan kantong plastik sebelum

di simpan ke wadah penampungan limbah?

e) Apakah wadah penampungan limbah

untuk limbah infeksius dan sitotoksis

selalu dicuci / desinfeksi setelah

dikosongkan?

f) Jika ya, bagaimana pelaksanaannya?

4.3.2.1.4 Pengangkutan :

a) Berapa jumlah tenaga pengangkut untuk

limbah medis padat pada setiap unit

pelayanan/ ruangan di rumah sakit ini?

b) Berapa kali dilakukan pengangkutan

limbah medis padat dari setiap unit

pelayanan/ ruangan di rumah sakit ini?

c) Jam berapa dilakukan pengangkutan

limbah medis padat?

d) Apakah kantong limbah medis padat

diletakan dalam kontainer yang kuat dan

tertutup sebelum di masukan ke kendaraan

pengangkut?

e) Apakah kontainer dan kendaraan

pengangkut limbah dapat dikatakan

mencukupi dalam proses pengelolaan

limbah?

f) Apakah kontainer dan kendaraan

pengangkut limbah selalu dicuci/

didesinfeksi setelah digunakan?

4.3.2.1.5 Pembuangan Akhir :

a) Apakah ada kategori limbah medis padat

dari rumah sakit ini yang dibuang ke

landfill atau TPA?

b) Kemanakah limbah benda tajam (jarum,

pipet, pecahan kaca dan pisau bedah)

dibuang?

c) Kemanakah limbah infeksius (yang

dihasilkan oleh laboratorium, kamar

isolasi, dan kamar perawatan) dibuang?

d) Kemanakah limbah patologi dan anatomi

(darah, anggota badan hasil amputasi,

cairan tubuh, dan plasenta) dibuang?

Page 44: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

44

e) Kemanakah limbah sitotoksik (bahan yang

terkontaminasi dengan obat sitotoksik)

dibuang?

f) Kemanakah limbah farmasi (obat-obatan/

bahan kadaluarsa, obat-obat yang

terkontaminasi) dibuang?

g) Kemanakah limbah kimia (penggunaan

kimia dalam tindakan medis, veterinary,

laboratorium, proses sterilisasi, dan riset)

dibuang?

h) Kemanakah limbah radioaktif ( kedokteran

nuklir, radioimmunoassay, dan

bakteriologis, dapat berbentuk padat, cair,

dan gas) dibuang?

i) Apakah semua kategori limbah medis

padat dimusnahkan dengan insinerator?

j) Apakah limbah medis padat di rumah

sakit ini dimusnahkan dengan insinerator

setiap hari?

k) Jika ya, berapa kali dalam sehari dilakukan

pemusnahan limbah medis padat dengan

insinerator? Jam berapa?

l) Berapa jumlah mesin insenerator yang

tersedia di rumah sakit ini?

m) Berapa kapasitas (volume) insinerator

yang tersedia di rumah sakit ini ?

n) Berapa derajat suhu pembakaran

maksimum pada insinerator yg tersedia di

rumah sakit ini?

o) Apakah alat insinerator masih berfungsi

dengan baik/ tidak rusak?

1.3.2.2 Unit Pengelola Limbah

a) Bagian/ unit apa yang bertanggung jawab

mengelola limbah di rumah sakit ini?

b) Apakah petugas pengelola limbah

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

? Jika ya, apa saja APD yang digunakan?

c) Apakah jumlah tenaga pengelola limbah

medis padat yang ada dapat dikatakan

mencukupi dalam proses pengelolaan

limbah medis padat?

1.3.2.3 Pengaturan/ Regulasi

a) Apa saja pedoman yang digunakan oleh

rumah sakit ini dalam proses pengelolaan

limbah?

b) Apakah ada prosedur tetap (Protap) tentang

pengelolaan limbah rumah sakit yang telah

disahkan oleh Direktur RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou?

4.3.2.4 Keuangan / Alokasi Dana

a) Apakah dilakukan pendataan mengenai

jumlah alokasi dana dan perinciannya yang

terpakai dalam proses pengelolaan limbah,

misalnya dalam laporan bulanan/ tahunan

atau arsip-arsip rumah sakit?

b) Apakah alokasi dana yang tersedia dari

perencanaan anggaran dapat dikatakan

sudah mencukupi untuk proses

pengelolaan limbah?

1.4.3 Keluaran (Output)

a) Apakah semua limbah medis padat yang

dihasilkan dalam sehari dapat

dimusnahkan dengan insinerator ataukah

masih meninggalkan sisa limbah?

Page 45: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

45

b) Apakah setelah dilakukan pembakaran 2

kali per hari masih meninggalkan sisa

limbah medis padat?

c) Tindakan apa yang dilakukan terhadap sisa

limbah medis padat yang belum

dimusnahkan?

Lampiran 2.

Struktur Organisasi Instalasi Sanitasi BLU

RSU Prof.

Dr. R. D.

Kandou

Manado

Lampiran 3.

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Jemli Tolabada

NRI : 040112052

Bidang Minat : Kesehatan

Lingkungan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi

yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri, dan bukan merupakan tulisan

atau pikiran orang lain.

DIREKTUR UTAMA

Dr. Djolly M. Rumopa, Sp.OG

DIREKTUR KEUANGAN &

ADMINISTRASI UMUM

Agustinus Pasali, SE. MM

KEPALA INSTALASI

SANITASI

Netty M. Aseng. SST

WAKIL KEPALA INSTALASI

SANITASI

Wens F. Kamalaheng, AMKL

Ka. Tata Usaha

Zaenab Kadir, AMKL

Koord. IPAL

Narlina Pakiding, AMKL

Koord. Adm. Umum

Grace Paulus, S.ST

Koord. Penyehatan

Lingkungan

Telly R. Paat, AMKL

Koord. Adm. Logisik

Linda Schalwyk

Koord. Pengelolaan

Air Bersih

Desman Tompodung

Koord. Pengelolaan

Sampah

Martha Damopolii

Pelaksana Lapangan

Muh. Nur. Dawali, AMKL Jefri Karepouan Rizky Kuntag Rendy Runtuwarouw, AMKL

Frans A. Rumimpunu Musa Tiwa Max Sipir Joseph Lengkong

Vendi Tonda Nelson Too Stehen Barakamin Maikel Rarung

Maksi Horman Joseph Mewe Stevano Laala

Page 46: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

46

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan skripsi saya ini sebagai hasil ciplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Manado, Mei 2013

Yang Membuat Pernyataan

Jemli Tolabada

Lampiran 4.

RIWAYAT HIDUP

Nama : Jemli Tolabada

Tempat/ Tanggal Lahir : Beteleme, 13 April

1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 27 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Politeknik Indah

blok BB. 8 Kairagi II,

Kecamatan

Mapanget, Manado

Riwayat Pendidikan

1. SDN II Beteleme :

Lulus

Tahun 1998

2. SLTP Negeri 1 Lembo :

Lulus

Tahun 2001

3. SMA Katolik Karitas Tomohon :

Lulus

Tahun 2004

4. Kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Bidang Minat Kesehatan Lingkungan

Universitas Sam Ratulangi Manado melalui

program Sumikolah masuk pada bulan

Agustus 2004

Lampiran 5.

DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Tempat penampungan limbah pada unit

pelayanan/ ruangan

Page 47: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

47

2. Alat pengangkutan limbah ukuran kecil

3. Alat pengangkutan limbah ukuran besar

4. Kantong plastik untuk limbah medis padat

hanya diletakan di luar tempat

penampungan limbah dalam keadaan tidak

terikat

5. Limbah medis padat hanya langsung

diletakan di tempat penampungan/ alat

pengangkut dan tidak dikemas dalam

kantong plastik kuning

6. Limbah medis padat dan non-medis yang

bercampur dan ditumpuk dalam 1 alat

pengangkut sehingga memungkinkan

limbah tercecer

7. Limbah medis padat yang seharusnya

aman dari jangkuan manusia dan binatang

hanya diletakan begitu saja di area TPS

untuk limbah umum (non-medis)

Page 48: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

48

8. Kantong plastik untuk limbah medis padat

yang seharusnya langsung dibakar karena

tidak boleh digunakan lagi hanya

dibiarkan begitu saja di area TPS untuk

limbah umum (non-medis)

9. Kantong plastik hitam dan kuning untuk

limbah medis padat dan non-medis

ditemukan bercampur dalam TPS untuk

limbah umum (non-medis)

10. Petugas pengangkut limbah tidak

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

saat bekerja

11. Jalur pengangkutan limbah setiap hari

yang melalui jalur kendaraan

12. Pembakaran limbah medis padat dengan

insinerator yang masih aktif

13. Alat penghancur jarum suntik (Needle

Crusher)

14. Jarum suntik yang telah dihancurkan

dengan Needle Crusher

Page 49: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

49

15. Insinerator yang sedang mengalami

kerusakan dan tidak aktif

16. Insinerator yang rusak total sejak lama,

diletakan di area TPS untuk limbah umum

(non-medis)

17. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

untuk limbah medis padat

18. Kantong plastik hitam yang seharusnya

digunakan untuk mengemas limbah umum

(non-medis) ditemukan berada dalam TPS

untuk limbah medis padat

Page 50: Jemli Tolabada limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia ... · limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah

50