New Makalah WSD
-
Upload
sonny-gunawan -
Category
Documents
-
view
583 -
download
50
description
Transcript of New Makalah WSD
BAB I.
TINJUAN PUSTAKA
1.1 ANATOMI PERNAFASAN
1
1.2 DEFINISI WATER SEALED DRAINAGE (WSD)
WSD adalah suatu system drainage yang menggunakan water seal untuk
mengeluarkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura).
1.3 TUJUAN PEMASANGAN
1.3.1 Mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura
1.3.2 Mencegah kembalinya udara ke dalam rongga pleura
1.3.3 Mengembangkan paru secara sempurna
1.4 INDIKASI PEMASANGAN
1.4.1 Hemotoraks,
Adalah keadaan dimana terdapat daerah (eritrosit) dalam cairan rongga
pleura. Hemothoraks kebanyakan terjadi akibat trauma tumpul atau
tusukan pada dinding dada
1.4.2 Efusi pleura.
Adalah keadaan dimana terdapat cairan dalam rongga pleura.
1.4.3 Pneumutoraks ( >25% )
Adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada
keadaan normal rongga pleura tidak terdapat udara, supaya paru-paru
leluasa mengembang terhadap rongga dada.
1.4.4 Empiema
Adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam kavitas pleural. Pada
awalnya, cairan pleura sedikit dengan hitungan leukosit rendah, tetapi
sering kali cairan ini berkembang ke tahap fibropurulen dan akhirnya ke
tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membran eksudatif
2
yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai kavitas
pleura.
1.4.5 Pasca operasi open heart
Untuk melakkukan operasi open heart, biasanya harus memebuka selaput
pembungkus jantung dan hal ini banyak sekali mengeluarkan darah yang
dapat memenuhi rongga pleura.
1.4.6 Chylothoraks
Adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan getah bening pada
rongga pleura karena adanya kebocoran dari duktus thorasikus.
1.5 KONTRA INDIKASI
1.5.1 Infeksi pada tempat pemasangan.
1.5.2 Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
1.6 MEKANISME SISTEM WSD
WSD terdiri dari tiga ruang yaitu Fluid Collection, Water Sealed, Pressure
Regulating yang dihubungkan dengan suction. Ruangan yang terdekat dengan
pasien adalah Fluid Collection yang tidak diisi oleh apapun. Apabila kantong pleura
berisi cairan maka cairan tersebut akan tertampung dalam ruang ini. Selanjutnya
ruangan yang kedua adalah Water Sealed, ruang ini diisi dengan air. Fungsi air
tersebut adalah untuk menangkap udara agar udara tidak kembali lagi ke ruang
sebelumnya, karena tekanan ruangan ini lebih rendah dari ruang fluid collection.
Saluran penghubung antar ruang fluid collection dengan ruang water sealed cukup
masuk kedalam air sepanjang kurang lebih 2 cm. Apabila terdapat sumbatan maka
dalam saluran penghubung tidak akan muncul gelembung-gelembung udara.
Setelah kedua ruangan tersebut terdapat ruang selanjutnya yaitu Pressure
Regulating. Ruangan ini diisi oleh cairan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan
dan tinggi air harus tetap dijaga misalnya membutuhkan tekanan 20 cm H2O maka
tekanan air dalam ruang tersebut harus tetap 20 cm H2O. Ruangan ini terhubung
3
dengan suction serta selang yang berhubungan dengan udara bebas. Fungsi suction
ini adalah mengontrol dan mengurangi jumlah gelembung-gelembung udara yang
terdapat pada pressure regulating agar tekanan dalam ruang tersebut selalau negatif,
apabila terlalau banyak gelembung maka tidak akan terlihat ketinggian air dalam
ruang tersebut. Kecepatan suction tidak terlalu tinggi, apabila terlalu tinggi maka
akan banyak menimbulkan gelembung-gelembung udara, hal ini dapat
meningkatkan tekanan dalam ruang tersebut.
Tiga situasi dapat menyebabkan tekanan negatif tinggi
1) Pasien yang kesusahan dalam bernafas, misalnya batuk dengan
keras atau juga menangis
2) Tabung terlepas
3) Pengisap terputus
4
5
6
1.7 LOKASI PEMASANGAN
7
1. lateral 2. Anterior
8
Letak pemasangan WSD
a. Bila berisi udara prinsip 3A
1. Apex
2. Anterior
3. Air
Letak pemasangan pada axillar line
b. Bila berisi cairan, darah prisip 3B
1. Back
2. Basal
3. Blood
Letak pemasangan pada midklavikula line
1.8 PROSEDUR PEMASANGAN
Langkah-langkah :
WSD merupakan pipa khusus (catheter urine) yang steril dimasukan ke
rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit bedah.
Sebelum trokar yang dimasukan ke rongga pleura, terlebih dahulu kulit
dada tempat trokar akan dimasukan didesinfektan, ditutup doek penutup
dan diberikan anastesi local dengan xiloin atau prokain, 2% secukupnya.
Lokasi insisi kulit dapat di ruang antariga VI mid axillar line/dorsal axillar
line ataupun dapat juga di ruang antariga II di garis midklavikula.
Kemudian trokar baru dimasukan. Setelah trokar masuk kedalam rongga
dada, busi penusuk dicabut dan tinggal selontongan pipa. Drain
dimasukan melalui selontongan tersebut. Pemasukan drain diarahkan ke
atas apabila masuknya di ruang antariga VI. Bila masuknya melalui ruang
antariga II drain diarahkan kebawah. Pipa khusus atau kateter tersbut
kemudian dihubungkan dengan pipa lebih panjang dan terakhir dengan
pipa kaca yang dimasukan ke dalam air dalam botol. Masuknya pipa kaca
ke dalam air, sebaiknya 2 cm dari permukaan air, supaya gelembung udara
mudah keluar.
9
1.9 MACAM-MACAM WSD
1.WSD dengan satu botol
a. Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana.
b. Botol berfungsi selain sebagai Water Seal juga berfungsi
sebagai penampung.
c. Drainage berdasarkan adanya grafitasi.
d. Umumnya digunakan pada pneumotoraks.
2. WSD dengan dua botol
a. Botol pertama sebagai penampung / dainase.
b. Botol kedua sebagai water seal.
c. Keuntungannya adalah water seal tetap pada
satu level.
d. Dapat dihubungkan dengan suction control.
3.WSD dengan tiga botol
a. Botol pertama sebagai penampung / drainage.
b. Botol kedua sebagai water seal.
c. Botol ketiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol
dengan manometer.
1.10 KOMPLIKASI TRAUMA THORAX
1. Laserasi, mencederai organ ( hepar, lien )
2. Perdarahan
3. Empisema subkutis
4. Tube terlepas
5. Infeksi
6. tube tersumbat
1.11 PERAN PERAWAT
a. Sebelum pemasangan WSD
10
membantu dokter mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam pemasangan WSD
b. Sesudah pemasangan WSD
1. Posisikan klien dalam keadaan fowler untuk mengeluarkan cairan
(hemothoraks).
2. Health education yang meliputi :
a. Mobilisasi
Pasien dianjurkan untuk mobilisasi, tindakan tersebut diharapkan
mampu memperlancar pertukaran udara dalam paru, namun tetap
menjaga agar selang bekerja secara efektif (tidak tertekuk)
b. Batuk efektif
Dengan batuk efektif diharapkan otot-otot pernafasan menjadi
adekuat.
c. Latihan nafas dalam
Tujuan latihan ini ialah untuk menambah ventilasi alveolar dan
mengembalikan fungsi diafragma; supaya otot-otot pernafasan jadi
bertambah kuat dan bekerja dengan efisien dan terkoordinasi baik, dan
kemampuan mengontrol pernafasan, memelihara penggerakan dinding
toraks dengan mendorong penderita berusaha dan percaya pada diri
sendiri. Macam-macam latihan pernafasan.
1. Latihan pernafasan diafragma yaitu mengeluarkan nafas (ekspirasi)
dengan mengecilkan perut dan pada waktu inspirasi
dikembangkan. Ini dapat dilakukan dengan duduk atau terlentang.
Dapat pula dengan tidur terlentang dengan suatu beban kantong
pasir di atas perut; hal ini dapat untuk latihan penguatan otot-otot
perut dan diafragma.
2. Latihan pernafasan pursed lip yaitu waktu inspirasi mulut tertutup,
pada waktu ekspirasi mulut sedikit dibuka dan udara ditiupkan
secara perlahan-lahan. Biasanya latihan pernafasan diafragma dan
pursed lip dilakukan bersamaan.
11
3. Bentuk-bentuk latihan yang lain seperti meniup lilin, meniup air
dalam botol dapat dilakukan dengan tujuan seperti pursed lip yaitu
melatih koordinasi dan pernafasan panjang.
4. Disamping hal tersebut di atas dapat digunakan bantuan audio-
visual agar penderita lebih dapat mengontrol pernafasan yaitu
dengan biofeedback.
d. Perawatan diri
1. Menjaga personal higyne
2. Perawatan luka insersi, misalnya dengan memberi bantalan pada
tempat insersi
e. Pengontrolan WSD
1. Catat tanggal dan waktu pemasangan WSD dan jenis WSD yang
digunakan
2. Pastikan drainase selang berfungsi optimal dengan menjaga agar
selang tetap lurus, tidak tertekuk, dan tidak ada kingking serta
menjaga fiksasi drainase selang dinding dada dengan baik
3. Observasi cairan dalam Drainage Chamber. Lihat jumlah cairan,
jenis, warna, dan konsistensi cairan.
4. Catat banyaknya cairan yang keluar
5. Observasi gelembung-gelembung udara pada Water Seal Chamber
6. Jaga agar air dalam Suction Control tetap berada pada tekanan 20
cm H2O atau sesuai dengan perintah dokter
7. Kontrol kecepatan mesin suction sesuai dengan kebutuhan
f. Monitor tanda-tanda vital pada status pernapasan
1.13 INDIKASI PELEPASAN
1. Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot pada
selang, dsb)
2. Tercapai kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari berturut-turut,
dan undulasi negatif atau minimal.
12
3. Paru-paru telah mengembang sempurna. Untuk mengetahui paru sudah
mengembang ialah dengan jalan penderita disuruh batuk-batuk,
apabila di selang WSD tidak tampak lagi fluktuasi permukaan cairan,
kemungkinan besar paru telah mengembang dan juga disesuaikan
dengan hasil pemeriksaan fisik.
4. Melakukan Rontgen foto toraks untuk mengetahui paru dapat
mengembang secar sempurna. Setelah dipastikan bahwa paru telah
mengembang sempurna, sebaiknya WSD jangan langsung dicabut tapi
diklem dulu selama 3hari. Setelah 3 hari klem dibuka. Apabila paru
masih tetap mengembang dengan baik baru selang WSD dicabut.
Selang WSD dicabut pada waktu penderita Ekspirasi maksimal.
13
BAB II.
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan pengumpulan data tentang
1. Biodata pasien
Meliputi (umur, sex, pekerjaan, pendidikan). Umur pasien bisa
menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan
tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama saat penggunaan WSD
Keluhan utama adalah yang paling diarasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengakaji, dan pengkajian tentang riwayat utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Poliatif/Provokatif, Quality,
Regio, Skala, dan Time).
3. Riwayat kesehatan pasien
Dalam hal ini dikaji yang menyebabakan pasien harus menggunakan
WSD. Apakah karena pnemothoraks, Hemothorkas atau yang lainnya.
Riwayat trauma/ pembedahan pada dada masa lalu.
2.2 DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
2.2.1 Nyeri b.d gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot, trauma
muskuloskeletal/tulang
a. Definisi
Nyeri akut: keadaan dimana individu mengalami dan
melaporkan adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi tak nyaman,
berakhir dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
14
b. Batasan Krakteristik
1) Data Subjektif
Komunikasi (verbal atau kode)
2) Data Objektif
a) Perilaku melindungi, protektif
b) Memfokuskan pada diri sendiri
c) Penyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari
kontak sosial, kerusakan proses pikir
d) Perilaku distraksi (menangis, merintih)
e) Wajah nampak menahan nyeri (mata tak bersemangat, tampak
terpukul, meringis)
f) Perubahan pada tonus otot
c. Hasil yang diharapakan
Pasien akan:
1) Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/dihilangkan.
2) Tampak santai, dapat beristirahat/tidur dan ikut serta dalam
aktivitas sesuai kemampuan.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
1. Catat munculnya rasa cemas/takut dan
hubungkan dengan lingkungan dan
persiapkan untuk prosedur.
2. Berikan informasi mengenai sifat
ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
3. Evaluasi rasa sakit secara reguler (misal
: setaip 2 jam x 12 ) catat karakteristik,
lokasi dan intensitas (skala 0-10)
1. Perhatikan hal-hal yang tidak
diketahui dan atau persiapan
yang adekuat yang dapat
memperburuk persepsi pasien
akaan rasa sakit
2. Pahami penyebab ketidak-
nyamanan.
3. sediakan informasi mengenai
kebutuhan / efektifitas intervensi.
15
4. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misal
: miring (posisi sim)
4. mungkin mengalami rasa sakit
dan meningkatkan sirkulasi,
posisi miring dapat mengurangi
tekanan dorsal.
5.
2.2.2 Resiko Tinggi Perubahan Pola Napas b.d Ketidak patenan WSD
a Definisi
Pola nafas tak efektif : Suatu kondisi dimana individu mengalami
aktual atau potensial tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan
perubahan pola napas.
b Batasan Karakteristik
1) Mayor (Harus Terdapat)
a) Perubahan frekuensi pernapasan atau pola pernapasan (dari
biasanya)
b) Perubahan nadi (frekuensi, irama, dan kualitas)
2) Minor (mungkin Terdapat)
a) Ortopnea
b) Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi
c) Irama pernapasan tidak teratur
d) Pernapasan yang berat
c Kriteria Hasil
Individu akan:
1) Menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif
2) Menyatakan gejala berkurang
3) Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping
adaptif untuk mengatasinya
16
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
1. Periksa pengontrol penghisap
untuk jumlah hisapan yang benar
(batas air, pengatur dinding/meja
disusun dengan tepat)
2. Periksa batas cairan pada botol
penghisap;pertahankan pada batas
yang ditentukan
3. Observasi gelembung udara botol
penampung
4. Evaluasi
ketidaknormalan/kontinuitas
gelembung botol penampung
5. Awasi pasang-surutnya air
penampung. Catat apakah
perubahan menetap atau
sementara
6. Posisikan sistem drainase selang
1. mempertahankan tekanan
negatif intrapleural sesuai yang
diberikan, yang meningkatkan
ekspansi paru optimum dan atau
drainase cairan.
2. Air botol penampung bertindak
sebagai pelindung yang
mencegah udara atmosfir masuk
ke area pleural, jika sumber
penghisap diputuskan dan
membantu dalam evaluasi
apakah sistem drainase dada
berfungsi dengan tepat.
3. Gelembung udara selama
ekspirasi menunjukkan lubang
angin dari pneumotoraks.
4. Dengan bekerjanya
penghisapan, menunjukkan
kebocoran udara menetap yang
mungkin berasal dari
pneumotorax besar pada sisi
pemasangan selang dada atau
unit drainase dada.
5. Botol penampung bertindak
sebagai manometer intrapleural
sehingga fluktuasi menunjukkan
perbedaan tekanan antara
inspirasi dan ekspirasi.
17
untuk fungsi optimal 6. Posisi tak tepat, terlipat atau
pengumpulan bekuan/cairan
pada selang mengubah tekanan
negatif yang diinginkan dan
membuat evakuasi
udara/cairan .
2.2.3 Resiko tinggi terhadap infeksi, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh
a Definisi:
Resiko terhadap infeksi: Suatu kondisi dimana individu
berisiko terkena agen oportunis atau patogenesis(virus, jamur, bakteri,
protozoa atau parasit lain) dari berbagai sumber dari dalam ataupun
luar tubuh.
b Batasan Karakteristik
1) Mayor (Harus Terdapat)
Terputusnya jaringan epidermal dan dermal
2) Minor (Mungkin terdapat)
a) Kulit gundul
b) Eritema
c) Lesi (primer, sekunder)
c Kriteria Hasil
Individu akan:
1) mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan inervensi
untuk mengurangi potensial infeksi.
2) Pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
1. Periksa kulit untuk memeriksa
adanya infeksi yang terjadi.
1. Gangguan pada integritas kulit
atau dekat dengan lokasi operasi
18
2. Uji kesterilan semua peralatan
3. Uji bahwa kulit praoperasi dan
prosedur pembedahan telah
dilakukan sesuai kebutuhan.
4. Tampung cairan/sisa yang
terkontaminasi pada tempat-
tempat tertentu dalam ruangan
operasi dan kemudian dibuang
sesuai dengan metode
pembuangan yang telah
ditetapakan di rumah sakit.
5. Sediakan pembalut steril.
adalah sumber kontaminasi luka.
2. Benda-benda yang dipaket
mungkin tampak steril, meskipun
demikian setiap benda harus
secara teliti diperiksa
kesterilannya, adanya kerusakan
pada pemaketan, efek lingkungan
pada paket, dan teknik
pengiriman. Sterilisasi
paket/tanggal kadaluarsa, nomor
lot/seri harus didokumentasikan
jika perlu.
3. Pembersihan akan mengurangi
jumlah bakteri pada kulit.
4. Penampungan cairan tubuh,
jaringan dan sisa-sisa dalam
kontak dengan luka/pasien yang
terinfeksi akan mencegah
penyebaran infeksi pada
lingkungan/pasien lainnya.
5. mencegah kontaminasi
lingkungan pada luka yang baru.
2.2.4 Mobilitas fisik b.d Rasa sakit/ketidaknyamanan pemasangan WSD
a. Definisi:
Keruskan mobilitas fisik: Suatu keadaan dimana individu
mengalami atau berisiki untuk mengalami keterbatasan gerakan fisik,
tetapi tidak pada keadaan imobolisasi.
19
b. Batasan Karakteristik (Levin, 1989)
1) Mayor (80%-100%)
d. Mampu untuk bergerak dengan maksud tertentu dalam
lingkungannya seperti mobilisasi di tempat tidur, ambulasi
e. Keterbatasan menggerakkan sendi-sendi (rentang gerak)
2) Minor (50%-80%)
a) Adanya keterbatasan aktivitas
b) Malas untuk bergerak
c. Kriteria Hasil
Individu akan:
1) Mengutarakan keinginan untuk beraktifitas.
2) Mendemonstrasikan teknik/tingkah laku yang meningkatkan
kelangsungan atau melakukan kembali aktifitas.
3) Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian-
bagian tubuh yang terpengaruh.
TINDAKAN/INTERVENSI
1. Tentukan kemampuan fungsional
(0-4) dan alasan ketidakseimbangan.
2. Catat respon emosional/tingkah laku
untuk mengubah kemampuan.
RASIONAL
1. Mengidentifikasi
kebutuhan/tingkat intervensi
yang dibutuhkan.
2. perubahan fisik dan kehilangan
kemandirian seringkali
menciptakan perasaan marah,
frustasi, dan depresi yang dapat
dimanifestasikan sebagai
keengganan untuk ikut dalam
aktivitas.
20
2.2.5 Ketakutan / ansietas b.d ancaman perubahan pada status kesehatan
a. Definisi
Ketakutan adalah suatu keadaan dimana seseorang baik
individu maupun kelompok mempunyai pengalaman adanya gangguan
perasaan baik psikologis atau emosional yang berhubungan dengan
adanya sumber yang diidentifikasi bisa menimbulkan bahaya.
b. Batasan Karakteristik
Mayor (pasti terdapat)
a. Menghindar
b. Fokus yang menyempit pada bahaya tertentu
c. Kurangnya perhatian, penampilan dan kontrol
Minor (mungkin terdapat)
a. Secara verbal melaporkan tentang panik
b.Tindakan perilaku dari menangis, agresif, melarikan diri,, waspada
yang berlebihan atau perilaku yang berlebihan
c.Aktivitas viseral-somatik (gemetar, otot kencang dan tungkai lemah)
c. Hasil yang diharapkan
Pasien akan:
1) Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat
dalam berhadapan dengan mereka.
2) Tampil santai, dapat beristirahat/tidur cukup
3) Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang
ke tingkat yang dapat diatasi.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan petunjuk/penjelasan
yang sederhana pada pasien
yang tenang. Tinjau
lingkungan sesuai kebutuhan.
1. Ketidakseimbangan dari proses
pemikiran akan membuat
pasien menemui kesulitan untuk
memahami petunjuk-petunjuk
21
2. Validasi sumber rasa takut.
Sediakan informasi yang
akurat dan aktual.
3. Informasikan pasien / orang
terdekat tentang peran advokat
perawat intraoperasi.
4. Beritahu pasien kemungkinan
dilakukannya anestesi lokal
atau spinal dimana rasa pusing
atau mengantuk mungkin saja
terjadi
5. Cegah pemajanan tubuh yang
tidak diperlukan selam
pemindahan ataupun pada
ruang operasi.
yang panjang dan berbelit-belit.
2. Mengidentifikasikan rasa takut
yang spesifik akan membantu
pasien untuk menghadapinya
secara realistis.
3. Kembangkan rasa percaya /
hubungan, turunkan rasa takut
akan kehilangan kontrol pada
lingkungan yang asing.
4. Mengurangi ansietas/rasa takut
bahwa pasien mungkin
”melihat” prosedur.
5. Pasien akan memperhatikan
masalah kehilangan harga diri
dan ketidakmampuan untuk
melatih kontrol.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://leman.or.id/medicalsymposyum/Slide%20WSD%20mini2-martin
%20leman.pdf
http.//www.google.co.id/search?
hl=id&Q=pemasangan+water+sealt+drainage&btnG=Telusuri+dengan+google&meta
=
www. Kalbe.co.id/.../09_penatalaksanaanpnemothoraksdidalampraktek.html-46K
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08pnemothoraksventil101.pdf/
08pnemothoraksventile101.html-49K
Rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/29/water-seal-drainage/-19K
Potter & Perry.1999.Fundamental Keperawatan vol 1.Jakarta:EGC
Potter & Perrry.2006.Fundamental Keperawatan vol 2.Jakarta.EGC
Doenges, Marilynn.1993.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta.EGC
Carpenito, Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.Jakarta.EGC
23
Tanya-jawab tentang WSD
A. Kelompok I
1. Kami masih belum jelas tentang mekanisme kerja WSD. Mohon
dijelaskan kembali !
2. Pada gambar tabung WSD terdiri dari tiga tabung. Jelaskan fungsi tabung
yang kosong tersebut !
3. Bagaimana seandainya saat pemasangan WSD tersebut tidak ada
cairan/udara yang keluar dari rongga pleura?apa penyebabnya dan
bagaimana menanggulanginya?
4. Bagaimana bias memastikan jarum yang ditusukan telah mengenai rongga
pleura dan tidak menusuk/masuk ke paru pada Px tidak sadar ?
Jawaban :
1. Mekanisme dari pemasangan WSD adalah sebagai berikut :
WSD terdiri dari tiga ruang yaitu Fluid Collection, Water Sealed,
Pressure Regulating yang dihubungkan dengan suction. Ruangan yang
terdekat dengan pasien adalah Fluid Collection yang tidak diisi oleh
apapun. Apabila kantong pleura berisi cairan maka cairan tersebut akan
tertampung dalam ruang ini. Selanjutnya ruangan yang kedua adalah
Water Sealed, ruang ini diisi dengan air. Fungsi air tersebut adalah untuk
menangkap udara agar udara tidak kembali lagi ke ruang sebelumnya,
karena tekanan ruangan ini lebih rendah dari ruang fluid collection.
Saluran penghubung antar ruang fluid collection dengan ruang water
sealed cukup masuk kedalam air sepanjang kurang lebih 2 cm. Apabila
terdapat sumbatan maka dalam saluran penghubung tidak akan muncul
gelembung-gelembung udara. Setelah kedua ruangan tersebut terdapat
ruang selanjutnya yaitu Pressure Regulating. Ruangan ini diisi oleh cairan
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan tinggi air harus tetap dijaga
misalnya membutuhkan tekanan 20 cm H2O maka tekanan air dalam
ruang tersebut harus tetap 20 cm H2O. Ruangan ini terhubung dengan
24
suction serta selang yang berhubungan dengan udara bebas. Fungsi
suction ini adalah mengontrol dan mengurangi jumlah gelembung-
gelembung udara yang terdapat pada pressure regulating agar tekanan
dalam ruang tersebut selalau negatif, apabila terlalau banyak gelembung
maka tidak akan terlihat ketinggian air dalam ruang tersebut. Kecepatan
suction tidak terlalu tinggi, apabila terlalu tinggi maka akan banyak
menimbulkan gelembung-gelembung udara, hal ini dapat meningkatkan
tekanan dalam ruang tersebut.
2. Tabung yang kosong yang disbut drainage chamber berfungsi untuk
menampung cairan yang kluar dari kantung pleura.
3. Sebelum pemasangan WSD harus dipastikan bahwa pasien memang
diperlukan untuk pemasangan WSD. Jika uadra atau cairan dari kantung
pleura kluar, kemungkinan terjadi sumbatan, tube yang
terlipat/tertekuk/kingking atau cairan/udara pada kantong pleura normal.
Oleh karena itu tindakan kita adalah melihat tube yang menghubungkan
WSD dengan pasien apa ada yang tertekuk, jika ada perbaiki posisi pasien,
posisinya adalah fowler, kemudian posisikan WSD hingga tube menjadi
lurus. Jika tindakan tersebut sudah dilakukan namun cairan atau udara
masih belum kluar segera lapor ke dokter, mungkin terjadi chloting pada
tube yang terpasang ke dalam kantong pleura. Hal tersebut bisa dilihat
dengan foto thoraks.
4. Memasukkan trokar itu merupakan tugas seorang dokter.
B. Kelompok II
1. Apakah harus menggunakan aqabides ! kenapa harus 2 cmH2O ? apa
keunggulan aquabides ? Tekanan suction 20 cmH2O bagaimana kalau
minimal dan apa yang akan terjadi ?
2. Bagaimana kontra indikasinya ?
3. Premedikasi menggunakan apa saja dan apa efek sampingnya ?
Jawaban :
25
1. Aquabides merupan cairan yang paling isotonis dibandingkan dengan
cairan yang lain, misanya NaCl, selain itu aquabides paling aman untuk
digunakan karena tidak akan mengakibatkan kristalisasi didalam tabung,
sehingga udara yang masuk dalam tabung tampak jelas.
2. Kontraindikasinya antara lain :
a. Infeksi pada tempat pemasangan.
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
3. Premedikasi untuk pemasangan WSD dengan memberikan anestesi local
dengan menggunakan xiloin atau prokain 2 % secukupnya.
C. Kelompok IV
1. Apa yang dilakukan jika pendarahan terjadi saat WSD ?
2. Apa yang dilakukan perawat jika tiba-tiba mengalami aritmia ?
Jawaban :
1. Pada kasus pnemothorax tension terjadi pendarahan yang terlalu banyak
sehingga haus dilakukan thorakothomi.
2. Peran perawat jika pasien dengan WSD mengalami aritmia
a. Mengkaji etiolodi aritmia
b. …..
D. Kelompok V
1. Apa yang dimaksud chylothoraks? Apa fungsi WSD untuk chylothoraks ?
2. Dimana letak pemasangan WSD untuk Chylothoraks ?
Jawaban :
1. Chylothorax adalah adanya penumpukan cairan getah bening pada rongga
pleura.
2. Pemasangan WSD pada Px chylothorax berada di daerah basal dengan
prinsip 3B, tepatnya di LCS VI midklavikula
E. Kelompok VI
26
1. Bagaimana mengidentifikasi ada udara atau tidak dengan menggunakan
perumpamaan “Ardhena meniup air minum” . kalau cairannya itu
bagaimana caranya?
2. Apakah ada komplikasi penyakit yang ditimbulkan dari pemakaian WSD
sendiri? Jelaskan !
Jawaban :
1. Cairan yang kluar dari kantung pleura akan ditampung pada drainage
chamber
2. Pada pemasangan WSd memungkunkan terjadinya infeksi b.d kulit rusak
trauma jaringan akibat pemasangan WSD
F. Kelompok VII
1. Pada diagnose no 2, apa yang dimaksud dengan ketidakpatenan WSD?
2. Apa akibat positif atau negative pemasangan WSD?
Jawaban :
1. Ketidakpatenan WSD maksudnya adalah ketidaktepatan pemasangan
WSD sehingga beresiko untuk lepas. Hal tersebut dapat terjadi jika Px
melakukan banyak gerakan.
2. Efek positif pemasangan WSD :
a. Kluarnya cairan pleura yang telah diidentifikasi.
Efek negative pemasangan WSD :
a. Memunggkinkan terjadinya infeksi karena pemasangan WSD
G. Kelompok VIII
1. Pada pemasangan WSD rentan terjadi infeksi, bagaimana peran perawat
dalam meminimalkan infeksi?
2. Bagaimana peran perawat bila terjadi sumbatan saat pemasangan WSD?
3. Pada keaddan bagaimana dilakukan pelepasan WSD?
4. Dimana letak pemasangan WSD?
5. Mengapa selang pada pemasangan WSD tidak boleh disentil?
27
6. Apa beda spesifikasi penggunaan WSD dari jenis 3 botol, 2 botol, 1 botol
dan tertutup? Mana yang lebih baik?
Jawaban :
1. Peran perawat dalam meminimalkan infeksi : pertahankan sterilisasi
dalam pemasangan WSD. Memberikan health education pada Px dan
keluarga Px
a. Lihat insersi luka pemasangan selang mungkin luka jahitannya terbuka
yang menyebabkan udara masuk.
b. ………
2. Jika terjadi sumbatan pada saat pemasangan WSD itu tidak mungkin,
kerena sebelum pemasangan WSD sudah dilakukan foto thoraks.
3. Indikasi pelepasan WSD yaitu :
a. Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot pada
selang, dsb)
b. Tercapai kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari berturut-
turut, dan undulasi negatif atau minimal.
c. Paru-paru telah mengembang sempurna. Untuk mengetahui paru
sudah mengembang ialah dengan jalan penderita disuruh batuk-
batuk, apabila di selang WSD tidak tampak lagi fluktuasi
permukaan cairan, kemungkinan besar paru telah mengembang
dan juga disesuaikan dengan hasil pemeriksaan fisik.
d. Melakukan Rontgen foto toraks untuk mengetahui paru dapat
mengembang secar sempurna. Setelah dipastikan bahwa paru telah
mengembang sempurna, sebaiknya WSD jangan langsung dicabut
tapi diklem dulu selama 3hari. Setelah 3 hari klem dibuka. Apabila
paru masih tetap mengembang dengan baik baru selang WSD
dicabut. Selang WSD dicabut pada waktu penderita Ekspirasi
maksimal.
4. Letak pemasangan WSD :
28
Bila berisi udara prinsip 3A
a. Apex
b. Anterior
c. Air
Bila berisi cairan, darah prisip 3B
d. Back
e. Basal
f. Blood
5. Selang pada WSD tidak boleh disentik karena jika hal tersebut dilakukan
dimungkinkan akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan
intrathoraks
6. Perbedaan dari berbagai jenis WSD :
1.WSD dengan satu botol
e. Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana.
f. Botol berfungsi selain sebagai Water Seal juga berfungsi sebagai
penampung.
g. Drainage berdasarkan adanya grafitasi.
h. Umumnya digunakan pada pneumotoraks.
2. WSD dengan dua botol
e. Botol pertama sebagai penampung / dainase.
f. Botol kedua sebagai water seal.
g. Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level.
h. Dapat dihubungkan dengan suction control.
3.WSD dengan tiga botol
d. Botol pertama sebagai penampung / drainage.
e. Botol kedua sebagai water seal.
f. Botol ketiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan
manometer.
29
H. Kelompok X
1. Apakah prinsip kerja WSD mirip dengan system suction? Jelaskan !
2. Mengapa perlu menggunakan prinsip tekanan positif atau negative?
Jawaban :
1. Sebenarnya funsi dari WSD hamper sama dari fungsi suction, namun dalm
hal prinsip pemasangan WSD menggunakan prinsip steril dari awal
pemasangan sampai pelepasan. Hal tersebut dilakukan mengingat bahwa
WSD merupakan alat yang penempatannya pada system pernafasan.
2. Tekanan pada pleura merupakan tekanan yang lebih positif daripada
tekanan dalam WSD. Kita ketahui bahwa udara/cairan akan mengalir dari
letak yang tinggi ke rendah, sehingga dari prinsip tersebut diharapkan agar
tekanan negative pada WSD mampu mengeluarkan udara/cairan dalam
pleura.
I. Kelompok XI
1. Bagaimana mekanisme batuk efektif?
2. Apa saja kontraindikasi pemasangan WSD?
3. Apakah WSD perlu diganti untuk waktu tertentu?
Jawaban :
1. Mekanisme batuk efetif :
2. Kontraindikasi pemasangan WSD :
a. Infeksi pada tempat pemasangan.
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
3. WSD dapat dipasangkan pada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien.
J. Kelompok XII
Bagaimana kita bisa membedakan bahwa udara yang diambil melalui WSD
merupakan udara penyakit bukan udara yang biasa menetap pada pleura
(udara normal)
30
Jawaban :
K. Kelompok XIII
Apakah bisa WSD dilakukan pada pasien asma, kalau bisa bagaimana
mekanismenya?
Jawaban : biasanya pada Px asma tidak diperlukan pemasangan WSD.
L. Kelompok XIV
Pada alat triflon ada tiga warna yaitu : pink, biru dan hijau. Apa fungsi dan
hubungannya antara tiga warna tersebut? Apakah bisa dua dari warna tersebut
bisa naik tetapi yang satu tetap? Trus penyakitnya itu apa?
Jawaban : sebenarnya warna dari bola-bola di dalam triflon tidak
mempengaruhi penilaian, namun setiap tabung yang berisi bola memiliki tiga
ukuran yang berbeda. Ukuran tersebut untuk menghitung berapa besar udara
yang mampu di ekspirasikan oleh pasien. Trifle bukan merupakan alat untuk
mengetahui jenid dari penyakit pasien, namun dengan triflon dapat diketahui
seberapa besar pasien mampu berekspirasi.
M. Kelompok XV
1. Indikasi pemasangan WSD salah satunya adalah Px post open heart.
Bagaimana mekanismenya?
2. Apakah post open heart akan mengeluarkan cairan?
Jawaban :
1. pada pasien operasi open heart terjadi pembedahan mediastinum, selaput
paru-paru, dan selaput jantung, hal ini dapat menimbulkan pendarahan
yang berlebih. Darah tersebut dapat menggenangi kantung pleura. Jika
tidak dilakukan pemasangan WSD maka terjadi hemothorax.
2. Ya, yaitu darah.
N. Kelompok XVI
Mengapa pada orang yang mengalami gangguan pembekuan darah tidak
terkontrol tidak boleh dilakukan pemasangan WSD? Kemudian apa yang
harus dilakukan untuk pasien tersebut? Apa alternatifnya?
31
Jawaban : jika pemasangan WSD dilakukan pada Px dengan kelainan
pemebekuan darah akan menyebabkan Px kehilangan lebih banyak darah dan
bisa mengakibatkan kematian karena kekuarangan darah bukan kematian
karena adanya kelainan dalam pleura. Alternatifnya adalah : bisa diberikan
obat anti koagulan dan dilakukan aspirasi pleura.
O. Kelompok XVII
1. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pemasangan WSD?
2. Sampai kapan WSD dipasang, apa indikasi WSd boleh dilepas?
Jawaban :
1. Indikasi pemasangan :
a. Hemotoraks, efusi pleura.
b. Pneumutoraks ( >25% )
c. Empiema
d. Pasca operasi open heart
e. Chylothoraks
Kontraindikasi pemasangan :
a. Infeksi pada tempat pemasangan.
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
2. Indikasi pelepasan WSD :
a. Produksi cairan berhenti
b. Jika ada kloting
c. Volume darah < 50 cc/hari
d. Lihat kondisi klinis Px
e. Check foto thoraks
P. Kelompok XVIII
1. Pemasangan WSD ke tubuh pasien bertahan untuk berapa lama?
32
2. Apakah alat tidak boleh dilepas bila cairan belum penuh?
Jawaban :
3. Sesuai dengan kebutuhan pasien atau sesuai dengan
indikasi adanya pelepasan WSD
4. Boleh, bila sudah memenuhi indikasi pelepasan WSD
Q. Kelompok XIX
Apakah WSD dapat dipasangkan pada anak balita? Jika bisa bagaimana
sayarat atau kekhususan untuk hal tersebut?
Jawaban : dapat. Pemasangan dilakukan sesuai dengan prosedur pemasangan
WSD pada umumnya.
R. Kelompok XX
Apa yang harus dilakukan jika selang yang dimasukkan di paru-paru terlalu
dalam melebihi intrapleura?
Jawaban : pemasangan yang terlalu dalam akan menyebakan tension
pnemothorax.
S. Kelompok XXI
Kenapa triflow tidak boleh dipakai untuk lebih dari satu pasien? Bisakah
kalau diganti tubenya saja?
Jawaban : triflow tidak dibeerikan kepada pasien lain karena dimungkinkan
akan terjadinya penularan infeksi khususnya infeksi saluran pernafasan yang
telah diderita oleh pasien lain sebelumnya.
T. Kelompok XXII
Bagaimana cara mengetahui bahwa cairan yang tidak diperlukan dalam pleura
benar-benar keluar tanpa disertai keluarnya pelumas dalam pleura?
Jawaban : kita tidak dapat mengetahui bahwa cairan yang keluar tersebut
bukan cairan pleura yang normal, namun kita bisa melihat melalui
jenis/warna/kepekatan cairan yang tertampung dalam drainage chamber.
33