Makalah Surveilans New!!!

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data tentang penyakit menular yang pernah terjadi di suatu daerah merupakan hasil dari sistem pengamatan (surveilans) yang dilakukan oleh petugas di daerah tersebut. Data ini penting untuk mengetahui bahwa di daerah tersebut pada masa yang lalu pernah mengalami kejadian luar biasa. Daerah itu dapat berupa rumah sakit, sekolah, industri, pemukiman transmigrasi, kota, kabupaten, kecamatan, desa, atau negara. Pengamatan epidemiologis penyakit menular ialah kegiatan yang teratur mengumpulkan, meringkas, dan analisis data tentang insidensi penyakit menular untuk mengidentifikasikan kelompok penduduk dengan risiko tinggi, memahami cara penyebaran dan mengurangi atau memberantas penyebarannya. Jadi, epidemiologi surveilans adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematis dan berkesinambungan, analisis, dan interpretasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memantau (memonitor) peristiwa kesehatan seperti KLB. Informasi hasil surveilans digunakan untuk perencanaan, penerapan (implementasi), evaluasi tindakan (intervensi), dan program kesehatan masyarakat. Atau dengan kata lain, 1

Transcript of Makalah Surveilans New!!!

Page 1: Makalah Surveilans New!!!

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data tentang penyakit menular yang pernah terjadi di suatu daerah merupakan hasil

dari sistem pengamatan (surveilans) yang dilakukan oleh petugas di daerah tersebut. Data

ini penting untuk mengetahui bahwa di daerah tersebut pada masa yang lalu pernah

mengalami kejadian luar biasa. Daerah itu dapat berupa rumah sakit, sekolah, industri,

pemukiman transmigrasi, kota, kabupaten, kecamatan, desa, atau negara. Pengamatan

epidemiologis penyakit menular ialah kegiatan yang teratur mengumpulkan, meringkas,

dan analisis data tentang insidensi penyakit menular untuk mengidentifikasikan kelompok

penduduk dengan risiko tinggi, memahami cara penyebaran dan mengurangi atau

memberantas penyebarannya.

Jadi, epidemiologi surveilans adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematis

dan berkesinambungan, analisis, dan interpretasi data kesehatan dalam proses menjelaskan

dan memantau (memonitor) peristiwa kesehatan seperti KLB. Informasi hasil surveilans

digunakan untuk perencanaan, penerapan (implementasi), evaluasi tindakan (intervensi),

dan program kesehatan masyarakat. Atau dengan kata lain, epidemiologi surveilans

merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek

kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun

penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk pencegahan dan

penanggulangannya. Sehingga data surveilans dapat dipakai baik untuk menentukan

prioritas kegiatan kesehatan masyarakat maupun untuk menilai efektivitas kegiatan.

1

Page 2: Makalah Surveilans New!!!

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas pada surveillans KLB adalah untuk

mengetahui :

1. Untuk dapat mengetahui definisi Surveillans Epidemiologi dan KLB.

2. Untuk dapat mengetahui Ruang Lingkup KLB.

3. Untuk dapat mengetahui Klasifikasi dan Kriteria KLB.

4. Untuk dapat mengetahui Penyakit Menular Berpotensi KLB.

5. Untuk dapat mengetahui Peringatan Kewaspadaan Dini KLB.

6. Untuk dapat mengetahui Langkah-langkah Menghadapi KLB.

7. Untuk dapat mengetahui Metodologi Penyelidikan KLB.

8. Untuk dapat mengetahui Penanggulangan KLB.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui peranan Surveilans dan Kejadian

Luar Biasa, kegunaan surveilans dalam kesehatan masyarakat, penyakit yang berpotensi

KLB ataupun wabah. Dan  hal-hal apa saja harus diperhatikan oleh masyarakat dan juga

oleh para tenaga kesehatan didalam mengaplikasikan ilmu kesehatannya sehari-hari di

masyarakat agar tidak terjadi kesalahan ataupun meminimalisasi kesalahan-kesalahan

prosedur. Serta untuk mengetahui langkah-langkah dalam menghadapi kejadian luar biasa

tersebut.Untuk selanjutnya di dalam melakukan penyuluhan kesehatan oleh para lulusan

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat agar dapat menjadi acuan yang berguna dikemudian

hari.

2

Page 3: Makalah Surveilans New!!!

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Surveilans Epidemiologi

WHO, (1968) mengemukakan pengertian surveilans sebagai suatu kegiatan

pengumpulan data yang sistematis dan menggunakan informasi epidemiologi untuk

perencanaan, implementasi, dan penilaian pemberantasan penyakit. Oleh karena itu perlu di

kembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis

atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan

pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.

Dapat disimpulkan , surveilans atau surveilans epidemiologi adalah kegiatan

analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah

kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit

atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan

secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran

informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

2.2 SURVEILANS DAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian

yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. (Kep. Dirjen

PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan

Penanggulangan KLB). Untuk penyakit-penyakit endemis, maka KLB didefinisikan

sebagai : suatu peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu dan

daerah tertentu. Pada penyakit yang lama tidak muncul atau baru pertama kali muncul di

suatu daerah (non-endemis), adanya satu kasus belum dapat dikatakan sebagai suatu KLB. 

Untuk keadaan tersebut definisi KLB adalah : suatu episode penyakit dan timbulnya

penyakit pada dua atau lebih penderita yang berhubungan satu sama lain. Hubungan ini

3

Page 4: Makalah Surveilans New!!!

mungkin pada faktor saat timbulnya gejala (onset of illness), faktor tempat (tempat tinggal,

tempat makan bersama, sumber makanan), faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan

dan lainnya).

Uraian tentang batasan Wabah atau KLB tersebut di atas terkandung arti adanya

kesamaan pada ciri-ciri orang yang terkena, tempat dan waktunya. Untuk itu dalam

mendefinisikan KLB selalu dikaitkan dengan waktu, tempat dan orang. Selain itu terlihat

bahwa definisi KLB ini sangat tergantung pada kejadian (insidensi) penyakit tersebut

sebelumnya (Barker, 1979; Kelsey, et al., 1986).

Di Indonesia definisi wabah dan KLB diaplikasikan dalam Undang-undang Wabah, 1984

sebagai berikut :

Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat

baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan

malapetaka.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian

dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara

epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Terlihat adanya

perbedaan definisi antara Wabah dan KLB. Wabah harus mencakup jumlah kasus yang

besar, daerah yang luas dan waktu yang lebih lama, dengan dampak yang timbulkan lebih

berat.

2.3 Ruang Lingkup Kejadian Luar Biasa

Ruang lingkup KLB tidak hanya sebatas pada penyakit infeksi menular saja, ada tiga

kategori penyakit yang masuk dalam KLB, yaitu :

1. Penyakit menular :misalnya Flu Burung (Avian Influenza)

2. Penyakit tidak menular : misalnya gizi buruk, keracunan makanan, keracunan pestisida

3. bencana alam disertai dengan wabah penyakit : misalnya bencana alam banjir yang

menimbulkan penyakit penyakit kencing tikus (Leptospirosis)

4

Page 5: Makalah Surveilans New!!!

2.4 Kriteria dan Klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB)

2.4.1 Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian luar biasa meliputi hal yang sangat luas, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, ada 7 kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :

1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya.

5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.

6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

2.4.2 Klasifikasi Kejadian Luar Biasa

1. Menurut Penyebab

Toksin Infeksi Toksin Biologis Toksin Kimia

Entero toxin, missal

yang dihasilkan oleh

Staphylococus

aurerus, Vibrio,

Kholera, Eschorichia,

Virus Racun jamur Zat kimia organic :

logam berat seperti air

raksa, timah, logam,

dll…

5

Page 6: Makalah Surveilans New!!!

Shigella

Exotoxin (bakteri),

misal yang dihasilkan

oleh Clostridium

botulinum

Bakteri Racun ikan Cyanide

Clostridium

perfringens

Protozoa Alfatoxin Nitrit, pestisida

Endotoxin Cacing, plankton Plankton CO ,CO2 , HCN

2. Menurut Sumber KLB

a. Manusia

Misalnya : jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan,

seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus

Hepatitis.

b. Kegiatan manusia

misalnya : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,

penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).

c. Binatang

seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,

Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton

d. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya)

misalnya : Salmonella, Staphyloccoccus, Streptoccoccus.

e. Udara

misalnya : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.

f. Permukaan benda-benda/alat-alat misalnya : Salmonella.

g. Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.

6

Page 7: Makalah Surveilans New!!!

h. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam

kaleng.

3. Menurut Penyakit Wabah

Kholera Demam Berdarah Dengue Rabies Meningitis

PES Campak Malaria Encephalitis

Demam kuning Polio Influensa SARS

Demam bolak-balik Difteri Hepatitis Anthrax

Tifus bercak wabah Pertusis Tipus perut

2.5 Penyakit-penyakit Menular yang Berpotensi Wabah/KLB

1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, meliputi : DHF, Campak, Rabies,

Tetanus Neonatorum, diare, pertusis, poliomyelitis.

2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai

mortalitas tinggi, dan penyakit yang telah masuk program eradikasi/eliminasi dan

memerlukan tindakan segera, meliputi : Malaria, Frambosia, Influenza, Anthrax,

Hepatitis, Typhus, abdominalis, Meningitis, Keracunan, Encephalitis, Tetanus.

3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting.

4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan wabah dan KLB

tetapi diprogramkan, ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui RR

terpadu Puskesmas ke Kabupaten, dan seterusnya secara berjenjang sampai ke

tingkat pusat. Penyakit tersebut meliputi : Cacing, Lepra, Tuberculosa, Syphilis,

Gonorhoe, Filariasis & AIDS, dll.

Jika peristiwa KLB atau wabah dari penyakit yang bersangkutan sudah berhenti (insidensi

penyakit sudah kembali pada keadaan normal), maka penyakit tersebut tidak perlu

dilaporkan secara mingguan lagi. Sementara itu, laporan penyakit setiap bulan perlu

dilaporkan ke Puskesmas oleh Bidan desa/petugas di Poskesdes.

7

Page 8: Makalah Surveilans New!!!

2.6 Peringatan Kewaspadaan Dini  KLB

Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau  terjadinya peningkatan KLB pada

daerah tertentu dibuat untuk jangka pendek (periode 3-6 bulan yang akan datang) dan

disampaikan kepada semua unit terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas

Kesehatan Propinsi, Departemen Kesehatan, sektor terkait dan  anggota masyarakat,

sehingga mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB di Unit

Pelayanan Kesehatan dan program terkait serta peningkatan kewaspadaan masyarakat

perorangan dan kelompok.

Peringatan kewaspadaan dini KLB dapat juga dilakukan terhadap penyakit

berpotensi KLB dalam jangka panjang (periode 5 tahun yang akan datang), agar terjadi

kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat menjadi acuan perumusan perencanaan strategis

program penanggulangan KLB.

2.6.1 Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB

Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi peningkatan kegiatan

surveilans untuk deteksi dini kondisi rentan KLB; peningkatan kegiatan surveilans untuk

deteksi dini KLB; penyelidikan epidemiologi adanya dugaan KLB;  kesiapsiagaan

menghadapi KLB dan mendorong segera dilaksanakan tindakan penanggulangan KLB.

1. Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB

Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya

kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan-perilaku, dan kerentanan pelayanan

kesehatan terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara surveilans epidemiologi atau

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) kondisi rentan KLB.

8

Page 9: Makalah Surveilans New!!!

Identifikasi timbulnya kondisi rentan KLB dapat mendorong upayaupaya

pencegahan terjadinya KLB dan meningkatkan kewaspadaan berbagai  pihak terhadap

KLB.

1) Identifikasi Kondisi Rentan KLB

Mengidentifikasi secara terus menerus perubahan kondisi lingkungan, kuwalitas

dan kwantitas pelayanan kesehatan, kondisi status kesehatan masyarakat yang 

berpotensi menimbulkan KLB di daerah. 

2) Pemantauan Wilayah Setempat Kondisi Rentan KLB

Setiap Sarana Pelayanan Kesehatan merekam data perubahan kondisi rentan KLB

menurut desa atau kelurahan atau lokasi tertentu lainnya, menyusun tabel dan

grafik pemantauan wilayah setempat kondisi rentan KLB.

Setiap kondisi rentan KLB dianalisis terus menerus dan sistematis untuk mengetahui secara

dini adanya ancaman KLB.

3) Penyelidikan Dugaan Kondisi Rentan KLB

Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB dilakukan dengan cara :

(a) Sarana Pelayanan Kesehatan secara aktif mengumpulkan informasi kondisi

rentan KLB dari berbagai sumber termasuk laporan perubahan kondisi

rentan oleh masyarakat perorangan atau kelompok.

(b) Di Sarana Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan meneliti serta mengkaji

data kondisi rentan KLB, data kondisi kesehatan lingkungan dan perilaku

masyarakat, status kesehatan masyarakat, status pelayanan kesehatan.

(c) Petugas kesehatan mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut diduga

mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB.

(d) Mengunjungi daerah yang dicurigai terdapat perubahan kondisi rentan KLB.

9

Page 10: Makalah Surveilans New!!!

2. Deteksi Dini KLB

Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya KLB dengan

mengidentifikasi kasus berpotensi KLB, pemantauan wilayah setempat terhadap penyakit-

penyakit berpotensi KLB dan penyelidikan dugaan KLB.

1) Identifikasi Kasus Berpotensi KLB

Setiap kasus berpotensi KLB yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan,

diwawancarai kemungkinan adanya penderita lain di sekitar tempat tingggal,

lingkungan sekolah, lingkungan perusahaan atau asrama yang kemudian dapat

disimpulkan dugaan adanya KLB. Adanya dugaan KLB pada suatu lokasi tertentu

diikuti dengan penyelidikan.

2) Pemantauan Wilayah Setempat Penyakit Berpotensi KLB

Setiap Unit Pelayanan Kesehatan merekam data epidemiologi penderita penyakit

berpotensi KLB menurut desa atau kelurahan. Setiap Unit Pelayanan Kesehatan

menyusun tabel dan grafik pemantauan wilayah setempat KLB sebagaimana

lampiran grafik PWS-KLB.

Setiap Unit Pelayanan Kesehatan melakukan analisis terus menerus dan sistematis terhadap

perkembangan penyakit yang berpotensi KLB di daerahnya untuk mengetahui secara dini

adanya KLB. Adanya dugaan peningkatan penyakit dan faktor resiko yang berpotensi KLB

diikuti dengan penyelidikan. 

3) Penyelidikan Dugaan KLB

Penyelidikan dugaan KLB dilakukan dengan cara :

(a) Di Unit Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan menanyakan setiap

pengunjung Unit Pelayanan Kesehatan tentang kemungkinan adanya

peningkatan sejumlah penderita penyakit yang diduga KLB pada lokasi

tertentu.

(b) Di Unit Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan meneliti register rawat

inap dan rawat jalan terhadap kemungkinan adanya peningkatan kasus yang

10

Page 11: Makalah Surveilans New!!!

dicurigai pada lokasi tertentu berdasarkan alamat penderita, umur dan jenis

kelamin atau karakteristik lain.

(c) Petugas kesehatan mewawancarai kepala desa, kepala asrama dan setiap

orang yang mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya peningkatan

penderita penyakit yang diduga KLB.

(d) Membuka pos pelayanan di lokasi yang diduga terjadi KLB dan

menganalisis data penderita berobat untuk mengetahui kemungkinan adanya

peningkatan penyakit yang dicurigai.

(e) Mengunjungi rumah-rumah penderita yang dicurigai atau kunjungan dari

rumah ke rumah terhadap semua penduduk tergantung pilihan tim

penyelidikan.

3. Deteksi Dini KLB melalui Pelaporan Kewaspadaan KLB oleh Masyarakat

Laporan kewaspadaan KLB merupakan laporan adanya seorang atau sekelompok

penderita atau tersangka penderita penyakit  berpotensi KLB pada suatu daerah atau lokasi

tertentu. Isi laporan kewaspadaan terdiri dari jenis penyakit; gejala-gejala penyakit;

desa/lurah, kecamatan dan kabupaten/kota tempat kejadian; waktu kejadian; jumlah

penderita dan jumlah meninggal. Perorangan dan organisasi yang wajib membuat Laporan

Kewaspadaan KLB antara lain :

1) Orang yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit

berpotensi KLB, yaitu orang tua penderita atau tersangka penderita, orang dewasa

yang tinggal serumah dengan penderita atau tersangka penderita, Ketua Rukun

Tetangga, Ketua Rukun Warga, Ketua Rukun Kampung atau Kepala Dukuh yang

mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita tersebut.

2) Petugas kesehatan yang memeriksa penderita, atau memeriksa bahan-bahan

pemeriksaan penderita penyakit berpotensi KLB, yaitu dokter atau petugas

11

Page 12: Makalah Surveilans New!!!

kesehatan, dokter hewan yang memeriksa hewan sumber penyakit menular

berpotensi KLB dan petugas laboratorium yang memeriksa spesimen penderita atau

tersangka penderita penyakit  berpotensi KLB.

3) Kepala stasiun kereta api, kepala pelabuhan laut, kepala bandar udara, kepala

terminal kendaraan bermotor, kepala asrama, kepala sekolah, pimpinan perusahaan,

kepala kantor pemerintah dan swasta,  kepala  Unit Pelayanan Kesehatan.

4) Nakhoda kapal,  pilot pesawat terbang, dan pengemudi angkutan darat.

4. Kesiapsiagaan Menghadapi KLB

Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap sumber daya manusia, sistem

konsultasi dan referensi, sarana penunjang, laboratorium dan anggaran biaya, strategi dan

tim penanggulangan KLB serta jejaring kerja tim penanggulangan KLB Kabupaten/Kota,

Propinsi dan Pusat.

1) Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia.

Tenaga yang harus disiapkan adalah tenaga dokter, perawat, surveilans

epidemiologi, sanitarian dan entomologi serta tenaga lain sesuai dengan kebutuhan.

Tenaga ini harus menguasai pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang

diprioritaskan di daerahnya.Pada daerah yang sering terjadi KLB harus memperkuat

sumber daya manusia sampai di Puskesmas, Rumah Sakit dan bahkan di

masyarakat, tetapi pada KLB yang jarang terjadi memerlukan peningkatan sumber

daya manusia di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan

atau di Departemen Kesehatan saja.

2) Kesiapsiagaan Sistem Konsultasi dan Referensi

Setiap KLB mempunyai cara-cara penyelidikan dan penanggulangan yang berbeda-

beda, bahkan setiap daerah memiliki pola KLB yang berbeda-beda juga. Oleh

karena itu, setiap daerah harus mengidentifikasi dan bekerjasama dengan para ahli,

baik para ahli setempat, Kabupaten/Kota atau Propinsi lain, nasional dan

12

Page 13: Makalah Surveilans New!!!

internasional, termasuk rujukan laboratorium. Kesiapsiagaan juga dilakukan dengan

melengkapi kepustakaan dengan referensi berbagai jenis penyakit berpotensi KLB.

3) Kesiapsiagaan Sarana Penunjang dan Anggaran Biaya

Sarana penunjang penting yang harus dimiliki adalah peralatan komunikasi,

transportasi, obat-obatan, laboratorium, bahan dan peralatan lainnya, termasuk

pengadaan anggaran dalam jumlah yang memadai apabila terjadi suatu KLB.

4) Kesiapsiagaan Strategi dan Tim Penanggulangan KLB

Setiap daerah menyiapkan pedoman penyelidikanpenanggulangan KLB dan

membentuk tim penyelidikanpenanggulangan KLB yang melibatkan lintas program

dan UnitUnit Pelayanan Kesehatan.

5) Kesiapsiagaan Kerjasama Penanggulangan KLB

Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; Dinas

Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan melalui Ditjen PPM&PL serta unit

terkait membangun jejaring kerjasama penanggulangan KLB.

5. Tindakan Penanggulangan KLB Yang Cepat Dan Tepat.

Setiap daerah menetapkan mekanisme agar setiap kejadian KLB dapat terdeteksi dini dan

dilakukan tindakan penanggulangan dengan cepat dan tepat.

6. Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD-KLB

Penyelenggaraan SKD-KLB dilaksanakan terus menerus secara sistematis di tingkat

nasional, propinsi, kabupaten/kota dan di masyarakat yang membutuhkan dukungan politik

dan anggaran yang memadai di berbagai tingkatan tersebut untuk menjaga kesinambungan

penyelenggaraan dengan kinerja yang tinggi.

7. Pengembangan  SKD-KLB darurat

Apabila diperlukan untuk menghadapi ancaman terjadinya KLB penyakit  tertentu yang

sangat serius dapat dikembangkan dan atau ditingkatkan SKD-KLB penyakit tertentu dan

dalam periode waktu terbatas dan wilayah terbatas.

13

Page 14: Makalah Surveilans New!!!

2.7 Langkah Langkah Mengahadapi KLB

Didalam epidemiologi prinsip dasar dalam mengahadapi wabah umumnya sama, pada

penyakit menular maupun pada penyakit tidak menular.

1. Garis besar pelacakan wabah / Kejadian Luar Biasa

Pengumpulan data dan informasi secara saksama langsung di lapangan / tempat

kejadian, yang disusul dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman pemikiran

merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan. Dengan demikian maka dalam

usaha pelacakan suatu peristiwa luar biasa atau wabah, diperluakan adanya suatu garis

besar tentang sistematika langkah langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dan

dikembangkan dalam setiap usaha pelacakan.

Langkah langkah ini hanya merupakan pedoman dasar yang kemudian harus

dikembangkan sendiri oleh setiap investigator (pelacak) dalam menjawab setiap pertanyaan

yang mungkin timbul dalam kegiatan pelacakan tersebut. Walaupun penentuan langkah

langkah tersebut sangat bergantung pada tim pelacak, namun beberapa hal yang bersifat

prinsip dasar seperti penentuan diagnosis serta penentuan adanya wabah harus

mendapatkan perhatian lebih awal dan harus ditetapkan sedini mungkin.

2.  Analisis situasi awal

Pada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan bersifat wabah atau situasi luar

biasa, diperlukan sekurang kurangnya empat kegiatan awal yang bersifat dasar dari

pelacakan.

a. Penentuan / penegakan diagnosis

Untuk kepentingan diagnosis maka diperlukan penelitian/ pengamatan klinis dan

pemeriksaan laboratorium. Harus diamati secara tuntas apakah laporan awal yang

diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (perhatikan tingkat

kebenarannya). Umumnya wabah penyakit demam berdarah harus jelas secara klinis

maupun laboratorium. Hal ini mengingat bahwa gejala demam berdarah dapat

14

Page 15: Makalah Surveilans New!!!

didiagnosis secara tidak tepat, di samping itu pemeriksaan laboratorium kadang

kadang harus dilakukan lebih dari satu kali.

b. Penentuan adanya wabah

Sesuai dengan definisi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) maka untuk

menentukan apakah situasi yang sedang dihadapi adalah wabah atau tidak, perlu

diusahakan untuk melakukan perbandingan keadaan jumlah kasus sebelumnya

untuk melihat apakah terjadi kenaikan frekuensi yang istimewa atau tidak. Artinya

apakah jumlah kasus yang dihadapi jauh lebih banyak dari sebelumnya, atau apakah

jumlah kasus lebih tinggi dari yang diperkirakan (estimated) sebelumnya.

c.  Uraian keadaan wabah

Bila keadaan dinyatakan wabah ,segera melakukan uraian keadaan wabah

berdasarkan tiga unsur utama yakni waktu, tempat dan orang. Membuat kurva

epidemic dengan menggambarkan penyebaran kasus menurut waktu mulainya

timbul gejala penyakit. Di samping itu, gambarkan penyebaran sifat epidemic

berdasarkan penyebaran kasus menurut tempat/ secara geografis (spot map

epidemi).

3.  Analisis lanjutan

Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah maka selain

tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut serta analisis situasi secara

berkesinambungan.

Ada beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian pada tindak lanjut tersebut.

a. Usaha penemuan kasus tambahan

Untuk usaha penemuan kasus tambahan, harus ditelusuri kemungkinan dengan

menggunakan berbagai cara, antara lain :

(a) Adakan pelacakan ke rumah sakit dan ke dokter praktik umum setempat

untuk mencari kemungkinan mereka menemukan penderita penyakit yang

sedang diteliti dan belum termasuk dalam laporan yang ada.

15

Page 16: Makalah Surveilans New!!!

(b) Adakan pelacakan dan pengawasan yang intensif terhadap mereka yang

tanpa gejala atau mereka dengan gejala ringan/ tidak spesifik, tetapi

mempunyai potensi menderita atau termasuk kontak dengan penderita.

Keadaan ini sering dijumpai pada beberapa penyakit tertentu yang selain

penderita dengan klinis jelas, juga kemungkinan adanya penderita dengan

gejala ringan dan tanpa gejala kunig, di mana diagnosis pastinya hanya

mungkin ditegakkan dengan melalui pemeriksaan laboratorium

b. Analisis data

Lakukan analisis data secara berkesinambunagn sesuai dengan tambahan informasi

yang didapatkan dan laporkan hasil interpretasi data tersebut.

c. Menegakkan hipotesis

Berdasarkan hasil analisis dari seluruh kegiatan, dibuatlah keputusan hasil analisis

yang bersifat hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan. Dalam hal ini harus

diperhatikan bahwa kesimpulan dari semua fakta yang ditemukan dan diketahui

harus sesuai dengan apa yang tercantum dalam hipotesis tersebut.

d.  Tindakan pemadaman wabah dan tindak lanjut

Tindakan pemadaman suatu wabah diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai

denga keadaan wabah yang terjadi. Harus diperhatikan bahwa setiap tindakan

pemadaman wabah disertai dengan berbagai kegiatan tindak lanjut ( follow up)

sampai keadaan sudah normal kembali. Biasanya kegiatan tindak lanjut dan

pengamatan dilakukan sekurang kurangnya dua kali masa tunas penyakit yang

mewabah. Setelah keadaan normal, maka untuk beberapa penyekit tertentu yang

mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah (keadaan luar biasa) susulan, harus

disusunkan suatu program pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk

surveilans epidemiologi, terutama pada kelompok dengan resiko tinggi.

Pada akhir setiap pelacakan wabah, harus dibuat laporan lengkap yang kemudian dikirim

kepada semua instansi terkait. Laporan tersebut meliputi berbagai faktor yang

16

Page 17: Makalah Surveilans New!!!

menyebabkan terjadinya wabah, analisis dan evaluasi upaya yang telah dilakukan serta

saran saran untuk mencegah berulangnya kejadian luar biasa untuk masa yang akan datang.

2.8 Metodologi Penyelidikan KLB

Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan,

sehingga metoda yang dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey

et al., 1986; Goodman et al., 1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :

1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau

retrospektif tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan

suatu penelitian deskriptif, analitik atau keduanya.

2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),

3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya

(Rumah sakit, klinik, laboratorium dan lapangan).

Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu

mencegah meluasnya dan terulangnya KLB di masa yang akan datang dengan tujuan

khusus :

a. Diagnosis kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit

b.Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB

c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan

d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB

(CDC, 1981; Bres, 1986).

17

Page 18: Makalah Surveilans New!!!

Metodologi atau langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, seperti

berikut :

Tabel 1 : langkah-langkah Penyelidikan KLB

N

O

Langkah-langkah Penyelidikan KLB

1 Persiapan penelitian lapangan

2 Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB

3 Memastikan Diagnose Etiologis

4 Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan

5 Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat

6 Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)

7 Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran

8 Mengidentikasi keadaan penyebab KLB

9 Merencanakan penelitian lain yang sistematis

10 Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan

11 Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi

12 Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada

sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

Sumber : CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986;

Goodman et al., 1990.

18

Page 19: Makalah Surveilans New!!!

Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus dikerjakan

secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan secara serentak.

Pemastian diagnose dan penetapan KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan

(Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989).

1. Persiapan Penelitian Lapangan

Sebelum penyelidikan KLB dilaksanakan perlu adanya persiapan dan rencana kerja.

Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah

adanya informasi (Kelsey., 1986), Greg (1985) dan Bres (1986) mengatakan bahwa

persiapan penelitian lapangan meliputi :

1) Pemantapan (konfirmasi) informasi.

Informasi awal yang didapat kadang-kadang tidak lengkap, sehingga diperlukan

pemantapan informasi untuk melengkapi informasi awal, yang dilakukan dengan kontak

dengan daerah setempat. Informasi awal yang digunakan sebagai arahan untuk membuat

rencana kerja (plan of action), yang meliputi informasi sebagai berikut :

a) Asal informasi adanya KLB. Di Indonesia informasi adanya KLB dapat berasal dari

fasilitas kesehatan primer (laporan W1), analisis sistem kewaspadaan dini di daerah

tersebut (laporan W2), hasil laboratorium, laporan Rumah sakit (Laporan KD-RS) atau

masyarakat (Laporan S-0).

b) Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi gejala klinis, pemeriksaan

yang telah dilakukan untuk menegakan diagnosis dan hasil pemeriksaannya, komplikasi

yang terjadi (misal kematian, kecacatan. Kelumpuhan dan lainnya).

c) Keadaan geografi dan transportasi yang dapat digunakan di daerah/lokasi KLB.

19

Page 20: Makalah Surveilans New!!!

2) Pembuatan rencana kerja

Berdasar informasi tersebut disusun rencana penyelidikan (proposal), yang minimal berisi :

a. Tujuan penyelidikan KLB

b. Definisi kasus awal

c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan sumber penularan

d. Macam dan sumber data yang diperlukan

e. Strategi penemuan kasus

f. Sarana dan tenaga yang diperlukan.

Definisi kasus : definisi kasus sangat berguna untuk arahan pada pencarian kasus

nantinya. Mengingat informasi yang didapat mungkin hanya merupakan persangkaan

penyakit tertentu atau gejala klinis yang ditemui, maka definisi kasus sebaiknya dibuat

longgar, dengan kemungkinan kasus-kasus lain akan masuk. Perbaikan definisi kasus akan

dilakukan setelah pemastian diagnosis, pada langkah identifikasi kasus dan paparan.

Hipotesis awal, hendaknya meliputi penyakit penyebab KLB, sumber dan cara

penularan. Untuk membuat hipotesis awal ini dapat dengan mempelajari gejala klinis, ciri

dan pola epidemiologis penyakit tersangka. Hipotesis awal ini dapat berubah atau lebih

spesifik dan dibuktikan pada waktu penyelidikan (Bres, 1986).

Tujuan penyelidikan KLB selalu dimulai dengan tujuan utama mengadakan

penanggulangan dan pengendalian KLB, dengan beberapa tujuan khusus, di antaranya :

a. Memastikan diagnosis penyakit

b. Menetapkan KLB

c. Menentukan sumber dan cara penularan

d. Mengetahui keadaan penyebab KLB

20

Page 21: Makalah Surveilans New!!!

Pada penyelidikan KLB diperlukan beberapa tujuan tambahan yang

berhubungan dengan penggunaan hasil penyelidikan. Misalnya untuk mengetahui

pelaksanaan program imunisasi, mengetahui kemampuan sistem surveilans, atau

mengetahui pertanda mikrobiologik yang dapat digunakan (Goodman et al., 1990).

Strategi penemuan kasus, strategi penemuan kasus ini sangat penting kaitannya

dengan pelaksanaan penyelidikan nantinya. Pada penyelidikan KLB pertimbangan

penetapan strategi yang tepat tidak hanya didasarkan pada bagaimana memperoleh

informasi yang akurat, tetapi juga harus dipertimbangkan beberapa hal yaitu :

a. Sumber daya yang ada (dana, sarana, tenaga)

b. Luas wilayah KLB

c. Asal KLB diketahui

d. Sifat penyakitnya.

Beberapa strategi penemuan kasus yang dapat digunakan pada penyelidikan KLB

dengan beberapa keuntungan dan kelemahannya (Bres, 1986) :

Tabel 2. Strategi Pencarian Kasus

NO Strategi Keuntungan Kerugian

1 Penggunaan data fasilitas kesehatan Cepat Terjadi bias seleksi kasus

2 Kunjungan ke RS atau fasilitas kesehatan Lebih mudah untuk mengetahui kasus dan

kontak Hanya kasus-kasus yang berat

3 Penyebaran kuesioner pada daerah yang terkena Cepat, tidak ada bias menaksir

populasi Kesalahan interpretasi pertanyaan

4 Kunjungan ke tempat yang diduga sebagai sumber penularan Mudah untuk menge-

tahui hubungan kasus dan kontak Terjadi bias seleksi dan keadaan sudah spesifik

5 Survai masyarakat (survai rumah tanggal, total survai) Dapat dilihat keadaan yang

sebenarnya Memerlukan waktu lama, memerlukan organisasi tim dengan baik

6 Survai pada penderita Jika diketahui kasus dengan pasti Memerlukan waktu lama,

21

Page 22: Makalah Surveilans New!!!

hasil hanya terbatas pada kasus yang diketahui

7 Survai agent dengan isolasi atau serologi Kepastian tinggi, di-gunakan pada penyakit

dengan carrier Mahal, hanya dilakukan jika pemerik saan lab dapat dikerjakan

Sumber : Bres, 1986.

3. Pertemuan dengan pejabat setempat.

Pertemuan dimaksudkan untuk membicarakan rencana dan pelaksanaan penyelidikan KLB,

kelengkapan sarana dan tenaga di daerah, memperoleh izin dan pengamanan.

B. Pemastian Diagnosis Penyakit

Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan gejala

/tanda penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala

klinisnya.

Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada

kasus adalah sebagai berikut :

1. Buat daftar gejala yang ada pada kasus

2. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut

3. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya.

C. Penetapan KLB

Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah

berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik), pada populasi yang

dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu.

Dalam membandingkan insidensi penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa

beberapa penyakit dalam keadaan biasa (endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola

temporal penyakit).

22

Page 23: Makalah Surveilans New!!!

Penggambaran pola temporal penyakit yang penting untuk penetapan KLB adalah,

pola musiman penyakit (periode 12 bulan) dan kecenderungan jangka panjang (periode

tahunan – pola maksimum dan minimum penyakit). Dengan demikian untuk melihat

kenaikan frekuensi penyakit harus dibandingkan dengan frekuensi penyakit pada tahun

yang sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda (CDC, 1979).

2.9 Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-

KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB

secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang

dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap

tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan

masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-

penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-

data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan

rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002). 

Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan

Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera

dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan

bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat,

yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada

waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka

mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai

pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah

penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga

seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

23

Page 24: Makalah Surveilans New!!!

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu

sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut

dengan EWORS (Early Warning Outbreak Recognition System). EWORS adalah suatu

sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan

berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS

secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan

penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan

penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah

berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah,

gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit

DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

24

Page 25: Makalah Surveilans New!!!

BAB III

PENUTUP

3.1 ` Kesimpulan

Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian

yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. (Kep. Dirjen

PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan

Penanggulangan KLB). Untuk penyakit-penyakit endemis, maka KLB didefinisikan

sebagai : suatu peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu dan

daerah tertentu.

Ada beberapa langkah-langkah mengahadapi KLB. Yaitu:

Didalam epidemiologi prinsip dasar dalam mengahadapi wabah umumnya sama, pada

penyakit menular maupun pada penyakit tidak menular.

1. Garis besar pelacakan wabah / Kejadian Luar Biasa

2. Analisis situasi awal

a. Penentuan / penegakan diagnosis

b. Penentuan adanya wabah

c.  Uraian keadaan wabah

3. Analisis lanjutan

4. Analisis data

5. Menegakkan hipotesis

6.  Tindakan pemadaman wabah dan tindak lanjut

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari banyak sekali kekurangan. Untuk itu kami

mohon saran dan kritik yang membangun.

25

Page 26: Makalah Surveilans New!!!

DAFTAR PUSTAKA

http://cutlelacassanova.blogspot.com/2013/05/surveilan-epidemiologi.html, di unduh pada

tanggal 03 November 2013.

Budiarto,Eko,Dewi Anggraeni.2003.Pengantar Epidemiologi.Jakarta:EGC.

Isolation Techniques for Use in Hospitals, 2d ed., Atas kebaikan Center for Disease

Control, Atlanta, Ga., 1975.

Noor,Nur Nasry.2008.Epidemiologi.Jakarta:PT Rineka Cipta.

Pelczar,Michael J.2005.Dasar-dasar Mikrobiologi.Jakarta:UI-Press.

Surveilans Epidemiologi, Mukono, 2000, p.3

Sutomo,Adi Heru,dkk.2007.Epidemiologi Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya.

http://ajenglyandra.blogdetik.com/2013/04/09/surveilans-epidemiologi-dan-kejadian-luar-

biasa/, di unduh pada tanggal 03 November 2013.

http://www.muslimedica.com/2012/11/pengertian-kejadian-luar-biasa-klb.html, di unduh pada tanggal 03 NOVEMBER 2013.

http://dunia-khayalanqyu.blogspot.com/2010/12/kejadian-luar-biasa.html, di unduh pada tanggal 03 November 2013.

http://ajenglyandra.blogdetik.com/2013/04/09/surveilans-epidemiologi-dan-kejadian-luar-biasa/, di unduh pada tanggal 03 November 2013.

http://pramana-d-t-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71308-Umum-Kejadian%20Luar%20Biasa%20(KLB).html, di unduh pada tanggal 2013.

26