New HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM …repository.poltekkes-kdi.ac.id/20/1/MARPUA...
Transcript of New HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM …repository.poltekkes-kdi.ac.id/20/1/MARPUA...
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM
PELAKSANAAN STANDAR ANTENATAL CARE 10 T
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMBUYA
KABUPATEN KONAWE
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Jurusan Kebidanan
Di Poltekkes Kemenkes Kendari
OLEH
MARPUA P00312016080
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PRODI DIV
JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2017
2
3
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : MARPUA
2. Nim : P00312016080
3. Tempat / Tanggal Lahir : BOU, 05-11-1994
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
7. Alamat : BTN Griya Baruga Indah Blok, A
No 18
B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 BOU, Tamat Tahun 2006
2. MTs Mokupa, Tamat Tahun 2009
3. Pompes Al-Mawaddah, Tamat Tahun 2012
4. D III STIK Avicenna Kendari, Tamat Tahun 2015
5. Terdaftar Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan
Kebidanan Program Study D-IV Tahun 2016 Sampai Sekarang
v
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM
PELAKSANAAN STANDAR ANTENATAL CARE 10 T
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMBUYA
TAHUN 2017
MARPUA1, HENDRA YULITA2, YUSTIARI3
Latar Belakang : Standar antenatal care merupakan salah satu pencegahan terjadinya perdarahan post partum antenatal care yang teratur dapat menurungkan kejadian perdarahan post partum dibandingkan dengan antenatal care yang tidak teratur Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dalam Pelaksanaan Standar Antenatal Care 10 T Di Wilayah Puskesmas Lambuya Tahun 2017 Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control, dengan jumlah populasi sebanyak 327 bayi dan sampel sebanyak 92 bayi yang diambil dengan menggunakan teknik random sampling Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di dapatkan hasil bahwa dari 32 bidan yang menjadi responden 20 diantaranya berpengetahuan baik, bersikap positif dan melaksanakan ANC 10 T,1 diantaranya berpengetahuan baik, bersikap negatif dan melaksanakan ANC 10 T, serta 11 diantaranya berpengetahuan kurang, bersikap negatif dan tidak melaksanakan ANC 10 T. Hasil uji chi square di dapatkan bahwa (1) ada hubungan antara pengetahuan bidan dengan pelaksanaan standar ANC 10 T (p=0,03, PR=5,67). (2) ada hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanaan standar ANC 10 T (p=0,01, PR=7,98). Kesimpulan : Ada hubungan pengetahuan bidan dan sikap bidan dengan pelaksanaan standar ANC 10 T di wilayah kerja Puskesmas Lambuya Tahun 2017 Kata Kunci:Pengetahuan Bidan, Sikap Bidan dan Pelaksanaan ANC 10 T Daftar Pustaka : 29 Literatur (2008 - 2016)
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari 2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari 3. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan yang maha kuasa, karena atas berkat Rahmat, Taufik dan hidayah-
NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil ini dalam
bentuk sederhana, yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma IV kebidanan di Politeknik Kesehatan
Kendari dengan judul ―Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Bidan
dalam melaksanakan Standar Antenatal Care 10 T di Wilayah Kerja
Puskesmas Lambuya Tahun 2017‖
Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan
Kendari
2. Ibu Sltina sarita, SKM, M.Kes selaku ketua jurusan kebidanan
Polteknik kesehatan kendari
3. Ibu Hendra Yulita S.KM.M.PH. selaku pembimbing I proposal
penelitian Terima kasih atas kesabaran, bimbingan, arahan, dan
semuanya yang telah ibu berikan, terima kasih semoga Allah SWT
yang akan membalas semuanya.Amin
4. Ibu Yustiari S.ST, M.Kes. selaku pembimbing II. Terima kasih atas
kesabaran, bimbingan, arahan, dan semuanya yang telah ibu berikan,
vii
terima kasih semoga Allah SWT yang akan membalas semuanya.
Amin
5. Kepada ibu tercinta, serta saudara-saudaraku, keluarga, sahabatku
yang telah mendoakan dan membantu selama kuliah dan penyusunan
Hasil Penelitian ini.
6. Rekan-Rekan seperjuangan di Program Studi D-IV kebidanan tahun
2017, yang telah memberikan semangat, dorongan selama
perkuliahan dan dalam penyusunan Hasil Penelitian ini, suka, duka,
tangis, tawa canda telah kita lalui, terima kasih kebersamaan kita
selama ± 1 tahun kawan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan HasilPenelitian ini tidak
luput dari kesalahan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan Hasil Penelitian ini. Harapan
penulis semoga Hasil Penelitian ini dapat diterima, yang selanjutnya akan
dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya. Semoga allah SWT
senantiasa melindungi dan menyertai dalam keseharian kita. Amiiin
Kendari, Desember 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL………………………………………………………... I
PERNYATAAN PERSETUJUAN………………………………………... II
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… III
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………… IV
INTISARI…………………………………………………………………… V
KATA PENGANTAR……………………………………………………... VI
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. VIII
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. X
DAFTAR GAMBAR..……………………………………………………... XI
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... XII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 6
D. Manfaat ……………………………………………………………..
E. Keaslian Penelitian ………………………………………………..
7
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka…………………………………………………….. 9
B. Landasan Teori…………………………………………………….. 31
C. Skema Kerangka Teori……………………………………………. 33
D. Kerangka Konsep………………………………………………….. 34
E. Hipotesis Penelitian……………………………………………….. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………………………. 35
B. Waktu dan Lokasi Penelitian……………………………………... 36
C. Populasi dan Sampel……………………………………………… 36
ix
D. Identifikasi Variabel Penelitian………………………………….. 36
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif……………………... 37
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian………………………………. 38
G. Alur Penelitian……………………………………………………… 41
H. Pengelolahan dan Analisis Data………………………………….
I. Etika Penelitinan………………..………………………………….
41
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………….. 46
B. Prasarana………………………………………………………...... 47
C. Tenaga……. ……………………………………………………….
D. Hasil Penelitin ……………………………………………………..
E. Pembahasan ……………………………………………………….
48
49
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................... 61
B. Saran ……………………………………………………………….. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Karasteristik Data Penelitian.........................................
Pendidikan Responden.................................................
Masa Kerja REsponden................................................
Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Pelaksanaan
Standar ANC 10T…………………………......................
Hubungan Sikap Bidan Tentang Pelaksanaan ANC 10T…………………………………………………………
Pelaksanaan Standar ANC 10T ………………………..
Hasil Uji Kolerasi Antara Pengetahuan Bidan Dengan
Pelaksanaan Standar ANC 10T…………………………
Hasi Uji Kolerasi Antara Sikap Bidan Dengan
Pelaksanaan Standar ANC 10T…………………………
49
50
50
52
52
53
54
55
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Teori................................................... 33
Gambar 2. Kerangka Konsep............................................................ 34
Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Case Control................... 35
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Master Tabel Penelitian
2. Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari
3. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang Provinsi Sulawesi Tenggara
4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Puskesmas
Lambuya Kabupaten Konawa Tahun 2017
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi
masyarakat, karena penilaian terhadap proses dari hasil pelayanan dapat
di lakukan dengan dasar yang jelas, sehingga masyarakat akan
mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksanaan
pelayanan. Standar pelayanan perlu di miliki oleh setiap pelaksanaan
pelayanan karna fungsinya yang penting dalam pelaksanaan,
pemeliharaan dan penilaian kualitas pelayanan ( Saifuddin, 2012 ).
Dalam pelaksanaan standar antenatal care memiliki peran yang
sangat penting bagi ibu hamil, ini di lihat dari kegiatanya yang meliputi
pelaksanaan 10-T yaitu; pemeriksaan berat badan, pemeriksaan tekanan
darah, pemeriksaan tinggi fundus uterus, tentukan presentase janin, dan
denyut jantung janin, pemberian vaksin tetanus texoid, pemberian zat besi
minimal 90 tablet, tes laboratorium, tata laksana kasus, dan temu wicara (
konseling ) P4K serta KB paska salin. Pelaksanaan standar 10-T di
anggap sangat penting karena adanya pelaksanaan tersebut ibu hamil
dan petugas dapat mengetahui keadaan atau kondisi ibu hamil, sehingga
kemungkinan yang beresiko terhadap ibu hamil dapat diantisipasi, seperti
halnya jika ibu hamil tidak di berikan vaksin TT maka dapat beresiko
terhadap daya tahan tubuh selama masa hamil dan melahirkan. (Depkes
RI 2011).
2
Standar antenatal care merupakan salah satu pencegahan
terjadinya perdarahan post partum antenatal care yang teratur dapat
menurungkan kejadian perdarahan post partum dibandingkan dengan
antenatal care yang tidak teratur. Kematian bayi dalam kandungan dan
kematian neonatal berhubungan dengan faktor biologis dan
sosiodemografi. Faktor-faktor tersebut antara lain umur ibu, kebiasaan
merokok selama hamil, diabetes melitus, hipertensi, paritas, antenatal
care, amniosentesis, tempat kelahiran bayi, berat badan lahir, metode
persalinan dan usia kehamilan. Untuk mengurangi resiko kematian dalam
kandungan dan kematian neonatal, dengan melakukan standar antenatal
care. Selama masa kehamilan antenatal care dilakukan minimal 4 kali,
yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali trimester ke 2 dan 2 kali pada
trimester ke 3. antenatal care dikatakan teratur jika ibu hamil melakukan
antenatal care kurang lebih 4 kali kunjungan, kurang teratur jika 2 kali
sampai 3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan
antenatal care kurang dari 2 kali kunjungan (Saifudin 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang
peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan.
AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan
ibu, dimana target 102/100.000 kelahiran hidup yang akan dicapai sampai
tahun 2015 adalah mengurangi resiko jumlah kematian ibu. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari
3
500.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap
menit ada satu perempuan yang meninggal. Penurunan angka kematian
ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lambat untuk mencapai
target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/
MDGs) pada 2015 (Kemenkes RI, 2015).
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai
dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun
2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
(Kemenkes RI, 2015)
Angka kematian ibu dalam waktu lima waktu terakhir di sulawesi
tenggara menunjukkan trend menurun yakni dari tahun 2011 terdapat 342/
AKI/100.000 KH, tahun 2012 sebesar 277, tahun 2013 sebesar 240, tahun
2014 205 dan tahun 2015 menjadi 131. Bila di bandingkan dengan target
MDG’s 2015 yaitu sebesar 105 AKI/100.000 KH, dapat dikatakan bahwa
target tersebut tidak tercapai.
Tingginya jumlah kematian ibu di Sulawesi Tenggara kemungkinan
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterlambatan penanganan
pada kasus komplikasi, rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan, enggan
melahirkan di fasilitas kesehatan yang tersedia dan lebih memilih ke
4
dukun ketika melahirkan. Data tersebut tampaknya berkaitan dengan
cakupan kunjungan K4, di mana beberapa kabupaten dengan kasus
kematian ibu lebih tinggi adalah kabupaten dengan persentase K4 yang
relatif rendah. Bila diasumsikan dengan pemantauan wilayah setempat
(PWS) dan pelayanan kesehatan ibu yang masih rendah, sistem
pelaporan yang masih under reporting, maka WHO memprediksi bahwa
apabila ditemukan 2 kematian ibu di suatu tempat khususnya di negara
berkembang maka sesunggunya ada 3 kematian ibu secara riil. (Dinkes
Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016).
Cakupan K1 dan K4 Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir diketahui bahwa secara umum cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil K1 dan K4 di Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu
lima tahun terakhir menunjukan hasil yang berfluktuasi, untuk cakupan K1
99,50 dan K4 80,06 pada tahun 2011 sampai tahun 2013 ada
kecenderungan menurun menjadi K1 83,45 dan K4 75,48, sedangkan
periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 cenderung meningkat
menjadi K1 96,14 dan K4 81,41, dan pencapaian tahun 2015 menurun
kembali menjadi K1 92,90 dan K4 80,50. Bila mengacu pada target
Renstra Kemenkes tahun 2015 (95%), cakupan K4 Provinsi Sulawesi
Tenggara rata-rata belum mencapai target. Tercatat hanya 2
kabupaten/kota yang mencapai target tersebut, yaitu Kota Kendari dengan
capaian 95,48% dan Kabupaten Bombana (95,18), dari 17
kabupaten/kota.
5
Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe pada tahun 2016,
jumlah sasaran ibu hamil 6.390 orang dan untuk cakupan K1 mencapai
5.865 orang (97,6%)dan K4 sebanyak berjumlah 4.833 orang (75,6%).
Data Puskesmas Lambuya tahun 2014 yaitu dari sasaran ibu hamil 215
orang untuk cakupan KI mencapai 176 orang (81,8%) sementara untuk
cakupan K4 mencapai 115 orang (72 %) untuk tahun 2012 dengan
sasaran ibu hamil sebnayak 229 orang cakupan KI mencapai 185 orang
(80,7%) sedangkan untuk cakupan K4 mencapai 162 orang (70,7%) dan
pada tahun 2016 untuk cakupan KI dari 202 sasaran ibu hamil mencapai
143 orang (70,7%) dan cakupan K4 mencapai 128 orang (63,3%)
Salah satu upaya pemerintahan untuk menurunkan angka
kematian ibu dengan mendekatkan fasilitas pelayanan ke masyarakat
(Syaifuddin,2012) Kenyataan yang terjadi kunjungan pemeriksaan
kehamilan belum mencapai target. Berdasarkan data tersebut peneliti
tertarik untuk mmelakukan penelitian dengan judul ―Hubungan
Pengetahuan dengan tindakan bidan dalam melaksanakan standar
antenatal care 10 T di Wilayah Kerja Puskesmasas Lambuya Kabupaten
Konawe tahun 2017‖
Antenatal care yang dilakukan oleh ibu hamil dapat dipengaruhi
oleh beberapa paktor seperti pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan,
paritas status pekerjaan, status ekonomi, dukungan suami dan kualitas
pelayanan antenatal care. Keterbatasan pengetahuan ibu melakukan
antenatal care Status ekonomi memgang perana penting untuk ibu
6
melakukan antenatal care , keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat
memeriksakan kehamilannya secara rutin dan merencanakan persalinan
dengan baik (Tura, 2010).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah adakah:
1. Hubungan pengetahuan bidan dengan pelaksanaan standar antenatal
care 10 T diwilayah kerja Puskesmas Lambuya.
2. Hubungan sikap bidan dengan pelaksanaan standar antenatal care 10
T di wilayah kerja Puskesmas Lambuya.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap
bidan dalam melaksanakan standar antenatal care 10 T di wilayah kerja
puskesmas lambuya kabupaten konawe tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang pelaksanaan standar
antenatal care 10 T di wilayah kerja puskesmas lambuya tahun 2017.
b. Untuk mengetahui sikap bidan tentang pelaksanaan standar antenatal
care 10 T di wilayah kerja puskesmas lambuya tahun 2017.
c. Untuk mengetahui pelaksanaan standar antenatal care 10 T di
wilayah kerja puskesmas lambuya kabupaten konawe tahun 2017
7
d. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan pengetahuan bidan
dalam pelaksanakan standar antenatal care 10 T di wilayah kerja
puskesmas lambuya kabupaten konawe tahun 2017.
e. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan sikap bidan dalam
pelaksanaan standar antenatal care 10 T di wilayah kerja puskesmas
lambuya kabupaten konawe tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sarana untuk menambah wawasan keilmuan peneliti
berkaitan dengan penelitian termaksud asuhan pada ibu hamil.
2. Sebagai masukkan bagi dalam upaya memperbaiki pelayanan
Antenatal Care di Puskesmas Lambuya Kabupaten Konawe.
3. Sebagai sumber informasi bagi ibu hamil terkait Antenatal Care
sehingga ibu lebih memahami dan menyadari pentingnya
pemeriksaan Antenatal Care.
E. Keaslian Penelitian
Nurul Ramadian, 2010,―Hubungan pengetahuan dan sikap ibu di
RSIA kumala siwi pecegaan jepara‖. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan pendekatan case-control. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case-
control Dilakukan terhadap 60 responden, yaitu 30 kasus bayi yang
mengalami kematian perinatal sebagai kelompok kasus dan 30 kasus bayi
yang tidak mengalami kematian perinatal (bertahan lebih dari 7 hari)
sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data diambil dari bulan Januari
8
sampai dengan Juni 2010 dengan menggunakandata sekunder dari rekam
medik. Perbedaan dari penelitian Nurul Ramadian dengan penelitian yang
akan saya lakukan yaitu terletak pada tempat dimana saya bertempat di
Puskesmas Lambuya Kabupaten Konawe, judul yaitu Hubungan
Pengetahuan dan Sikap bidan dalam pelaksanaan Antenatal Care 10 T di
Puskesmas Lambuya Kabupaten Konawe, waktu yaitu pada tahun 2017,
metode yang saya gunakan yaitu metode cross sectional, serta populasi
dan sampel dimana populasi penelitian adalah semua bidan yang ada
diwilayah kerja Puskesmasas Lambuya Kabupaten Konawe tahun 2016,
sampel penelitian ini adalah semua bidan yang memberikan pelayanan
Antenatal Care 10 T di wilayah kerja puskesmas lambuya sebanyak 30
orang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Tentang Sikap Bidan
a. Definisi Sikap
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau
peristiwa hal ini mencerminkan persaan seseorang terhadap sesuatu.
Sikap mungkin di hasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama
dengan perilaku. Sikap adalah predisposisi emosional yang di pelajari
untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek atauSikap
adalah keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran (
kognitif) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2014).
Sikap sebuah evaluasi umum yang di buat manusia terhadap
dirinya sendri atau orang lain terhadap reaksi atau respon terhadap
stimulus (objek ) yang menimbulkan perasaan yang di sertai dengan
tindakan yang sesuai dengan objeknya ( imam, 2010). Orang yang
memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila suka
(like)atau memiliki sikap yang favorable, orang yang memiliki sikap
negative terhadap objek psikologi bila tidak suka (dislike) atau
sikapnya unfarable terhadap objek psikologi (Aditama 2013 ).
Sikap yang menjadi suatu pernyataan evaluatif penilaian
terhadap suatu objek selanjutnya yang menentukan tindakan invidu
10
terhadap sesuatu. Struktur sikap di bedakan atas 3 komponen yang
saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang di capai
oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
streotype yang di miliki individu mengenai sesuatu dapat di
samarkan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut
masalah isu atau problem yang kontraversal
b. Komponen efektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosinal. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh pengaruh yang mungkin
adalah mengubah sikap seseorang komponen efektif di samakan
dengan persaan yang di miliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang di miliki oleh seseorng. Dan
berisi terdensi atau kecendrungan untuk bertindak atau beraksi
terhadap sesuatu dengan cara cara tertentu dan berkaitan dengan
objek yang di hadapinya adalah ;ogis untuk mengahar
d. \apkan bahwa sikap sikap seseorang di cerminkan bentuk tendesi
atau perilaku (Azwar, 2014).
11
b. Ciri Ciri sikap
Ciri ciri sikap menurut purwanto dan Rina (2013) adalah
1) Sikap bukan di bawah sejak lahir melainkan di bentuk dan di
pelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan
objeknya. Sifat ini yang membedakanya dengan sifat dengan
motif motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan
istrahat`
2) Sikap dapat berubah ubah karna itu sikap akan di pelajari dan
sikap dapt berubah pada orang orang bila terdapat keadaan-
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap
orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendri, tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain
sikap itu terbentuk di pelajari atau berubah senantiasa
berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat di
rumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi segi motivasi dan sego-segi perasaan,
sifat alaamiah yang membedakan sikap dan kecakapan
kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang di miliki
orang.
12
c. Fungsi Sikap
Fungsi sikap dalam 4 katagori sebagai berikut :
1) Fungsi utilitarian
Melalui instrumen suka dan tida suka, sikap positif atau
kepuasan dan menolak yangmemberikan hasil positif
ataunkepuasan.
2) Fungsi ego defensive
Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu untuk
melindungi egonya dari abrasi psikologi. Abrasi psikologi bisa
timbul dar lingkungan yang kecanduan kerja. Untuk melarikan
diri dari lingkungan yang tidak menyenanggkan ini, orang
tersebut membuat rasionalisasi dengan mengembangkan
sikap positif terhadap gaya hidup yang santai
3) Fungsi value expensive
Mengekspresikan nilai-nilai yang dianut fungssi itu
kemungkinan untuk mengekspresikan secara jelas citra
dirinya juga nilai-nilai unti yang di anut.
4) Fungsi knowlidge- organization
Karena terbatasnya kapasitas otak manusia dalam
memproses informasi maka orang cenderung untuk
bergantung padaa pengetahuan yang di dapat dari
pengalaman dan informasi dari lingkungan. Sikap merupakan
suatu kebiasaan atau tingkah laku dari seseorang untuk dapat
13
mengekspresikan sesuatu hal atau perasaan melalui
perbuatan baik yang sesuai dengan norma yang berlaku,
sikap juga merupakan cerminan jiwa seseorang ( Rina, 2013).
d. Pembentukan Sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya intraksi sosial yang di
alami oleh individu. Intraksi sosial mengandung arti lebih daripada
sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu
sebagai anggota kelompok sosial
e. Perubahan sikap
Tiga proses yang berperan dalam proses perubahan sikap
1) Kesedihan (compliance)
Terjadinya proses yang di sebut kesedihan adalah ketika
individu bersedia menerima pengaruh terhadap orang lain
atau kelompok laindi karenakan ia berharap untuk
memperoleh reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati,
dan semacamnya sambil menghandari hal—hal yang di
anggap negatif.
2) Indentifikasi (identification)
Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku
tau sikap seseorang atau sikap sekelompok orang
dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang di
anggap sebagai bentuk hubungaan menyenanagngkan natara
lain pihak yang di maksud.
14
3) Internalisasi (internalization)
Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh
dan bersedia menuruti pengaruh itu di karenakan sikap
tersebut sesuai dengan apa yang di percya dan sesuai
dengan system nilai yang di anutnya.
f. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari intraksi sosial. Dalam
intraksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap
barbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantaranya berbagai
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
1) Pengalaman pribadi dan pengetahuan
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalamn pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional.
Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalam akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas
2) Kebudayaan
Menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.
Keperibadian tidaa lain daripda perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinfocement dari masyarakat untuk
siskap dan perilaku yang lain.
15
3) Orang yang di anggap penting
pada umumnya, individu bersikap konformis atau
searah dengan sikap orang yang di anggapnya penting
kecendrungan ini antar lain dimotivasi oleh keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting
tersebut.
4) Media massa
Sebagai sarana komuniksi, berbagai media massa
seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi
abaru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi sikap terhadap hal tersebut. Pasien pesan sugestif
yang di bawah informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar efektif dalam mempersiapkan dari menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5) Institusi pendidikan dan agama
6) Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama
mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletaakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu
7) Faktor emosi dalam diri
Tidak semua dalam bentuk sikap di tentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang
16
kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang di
dasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dana
segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat
pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan
lama (Azwar,2014).
2. Tinjauan Tentang Antenatal Care
a. Defenisi Antenatal Care
Antenatal care merupakan kegiatan pengawasan wanita
hamil untuk menyiapkan ibu hmail sebaik baiknya baik fisik
maupun mental, serta menyelaatkan ibu dan bayi dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas (Depkes RI, 2011).
Antenatal care (ANC) Adalah asuhan yang di berikan ibu
sebelum persalinan dan prenatal care (Yeyeh, Ai, 2009). Antenatal
care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring
kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal serta mengenali secara dini
penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan
yang di perlukan selain itu membina hubungan saling percaya
antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan
keluarga secara fisik emosional, dan logis untuk menghadapi
17
kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi (Hutari puji astuti
2012).
b. Tujuan melakukan antenatal care (ANC)
Tujuan Asuhan kehamilan pada Kunjungan Awal:
mengumoulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat
membantu bidan dalam membina hubungan yang baik dan saling
percaya antaara ibu dan bidan, mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi, menggunakan data unntuk menghitung usia
kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan, merrencanakan
asuhan khusus yang dibutuhkan ibu (Istri Bartini, 2012).
MenurutKusmiati (2009), tujuan di lakukan antenatal Care
adalah sebagai berikut
1) Mepromosikan dan enjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan
bayi dengan pendidikan, nutrisi kebersihan diri dan proses
kelahiran bayi.
2) Mendeteksi dan menatalksanaan komplikasi medis bedah
atau obstetric selmaa kehamilan.
3) Mengebangkan persiapan persalinan serta kesiapan
menghadapi koplikasi.
4) membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan nifas nomral dan merawat anak seara fisik,
psikolgis dan social.
18
Menurut Hasna m. Nur (2014) melakukan pengawasan
antenatal mempunya tujuan yaitu:
1) untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin
sesuai dengan kebutuhan, sehingga kehamilan dapat
berlangsung secara normal dan bayi dapat lahir secara normal
dan bayi dapat lahir dengan sehat.
2) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
serta pertumbuhan dan perkembangan janin.
3) Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa
ibu dan janin.
4) Merencanakan asuhan kebidanan khusus sesuai dengan
kebutuhan
5) Mempersiapkan persalinan yang aman serta kesiagaan
dalam menghadapi komplikasi.
6) Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI secara
eksklusif.
c. Kunjungan Antenatal Care
Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika
haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan
dilakukan setiap 6 minggu sampai kehamilan. Sesudah itu,
pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu. Dan sesudah 36 minggu.
Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan.
19
1) Satu kali pada trimester pertama
2) Satu kali pada trimester kedua
3) Dua kali pada trimester ketiga (Rukiah, Yulianti, Maemunah, &
Susilawati, 2013).
Untuk lebih rincinya kunjungan Antenatal Care terbagii
menjadi 2 yaitu kunjungan awal (K1) dan kunjungan ulang (K4).
1) Kunjungan Awal (K1)
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil
yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Saifuddin AB, 2012).
Tujuan dari kunjungan awal yaitu:
a) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
b) Mendeteksi masalah yang dapat diobati.
c) Mencegah masalah dari penggunaan praktek tradisional
yang merugikan.
d) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
e) Mendorong perilaku yang sehat. (Ika Pantikawati dan
Saryono, 2010).
2) Kunjungan Ulang (K4)
Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) adalah kontak
ibu yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Saifuddin AB, 2012).
20
Tujuan dari kunjunngan ulang inni yaitu:
a) Pendeteksian komplikasi-komplikasi.
b) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan.
c) Pemeriksaan fisik yang terfokus. (Ika Pantikawati dan
Saryono, 2010).
d. Kunjungan Ibu Hamil K1
Kunjungan baru ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan
e. Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang adalah kontak hamil dengan kesehatan
yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan
berlangsung.
f. K4
K4 adalah kontak ibu hamil dengan kesehatan yang
keempat atau lebih untuk menapatkan pelayanan antenatal care
(ANC) sesuai standar yang di tetapkan dengan syarat :
1) Satu kali dala trimester pertama (sebelu 14 Minggu)
2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36) dan
setelah minggu ke 36)
4) Pemeriksaan khusus bisa terdapat keluhan tertentu
21
g. standar pelayanan antenatal care (ANC)
1) Standar 1: Metode asuhan
Asuahan kebidanan dilaksanakan dengan metode
menejemen kebidanan dengan langkah : pengupulan data dan
analisis data menentukan diagnosa perecanaan evaluasi dan
dekomentasi
2) Standar 2: pengumpulan data tentang status kesehatan klien
di lakukan secara sistematis dan berkesinabungan. Data
yang di perolah di catat dan di analisis
3) Standar 3 : identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berintaraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk meberikan penyuluh
dan memotivasi ibu suami dan anggota keluarganya agar
mendorong untuk memeriksakan kehamilanya sejak dini dan
seara teratur
4) Standar 4: pemeriksaan dan penentuan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 pelayanan antenatal
pemeriksaan melpiuti anamnese dan pemantauan ibu dan
janin dengan seksama untuk menilai apakah perkebangan
berlangsung norma. Bidan juga harus mengenal kehamilan
resiko tinggi atau kelainan khususnya anemia kurang gizi
hipertensi penyakit menular seksual (PS) Infeksi HIV (huMan
imuno defecieny virus) meberikan pelayanan imunisasi
22
nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait laianya
yang diberikan oleh puskesas mereka haus enatat data yang
tepat pada setiaap kunjungaan bila di tekan kelainan mereka
harus mampu mengabil tindakan yang di perlukan dan
merujuknya untuk tindakan selanjutnya
5) Standar 5 : palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masuknya kedalam rongga
panggul panggul untuk mencari kalainan serta melakukan
rujukan tepat waktu
6) Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan
dan penanganan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7) Standar 7 : pengelolaan dini hepertensi pada kehahamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan serta gejala preeklamsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
8) Standar 8 : persiapan persalinan
Bidan meberikan saran yang tepat pada ibu hamil,
sesuai serta keluarganya pada trimester ketiga untuk
23
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan
aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan
dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat
bidan hendak lakukan kunjungan rumah dalam hal ini
(Hutari puji astuti, 2012 )
Menurut Depkes RI (2015) dalam melaksanankan
peayanaan atenatal care ada 10 T stndar pelayanan yang
harus di lakukaan oleh bidan atau tenga kesehatan yang di
kenal 10 T yaitu :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Ukur tekanan darah
3) Nilai status gizi
4) Ukur tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Skirinig status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
tetanus toksoid (TT)
7) Peberian tablet zat besi inial 90 tablet selama kehailan
8) Tes laboratorium ( rutin dan khusus)
9) Tatalaksan kasus
10) Temu wawancara (konseling) terasuk perenanaan
persalianan dan penegahan koplikasi (p3k) serta kb pasa salin
24
h. Tipe Pelayanan Dalam Antenatal Care (Anc)
Menurut kusmiati (2009) tipe pelayanana dalam asuhan
kebidanan meliputi layanan primer, layanan kebidanan dan
layanan kebidanan rujukan :
1) Layanan kebidanan primer merupakan layanan bidan yang
sepenuhya menjadi tanggung jawab bidan.
2) Layanan kebidanan kolaborasi merupakan layanan bidan
sebagai anggota tim yang kegiatanya di lakukan secara
bersama atau sebagai salah satu urutan proses kegiatan
layanan.
3) Layanan kebidanan rujukan adalah layanan bidan dalam
rangka rujukan ke system pelayanan yang tinggi atau
sebaliknya bidan menerima rujukan dari dukun, juga layanan
horizontal ataupun ertikal ke profesi kesehatan lain.
Dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil
sebagaimana hak pasien pada umunya, kusmiati (2009)
menyebutkan ibu hamil juga mepunyai hak hak yang sama
dengan hak pasien antara lain :
1) Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehahatan yanag
koprenshif yang diberikan bermartabat dan dengan rasa
hormat.
2) Asuhan harus dapat di capai, di terima, terjangkau untuk
semua perempuan dan keluaga.
25
3) wanita berhak meilihdan meutuskan tentang kesehatanya.
I. Tempat Pelayanan Antenatal Care (Anc)
Menurut depkes RI (2010) tepat pelayanan antenatal care
dapat besifat statis dan aktif meliputi:
a) Puskesmas atau puskesmas pembantu
b) Pondok bersalin desa
c) Posyandu
d) Rumah penduduk atau pada kunjungan rumah
e) Rumah sakit pemerintah atau swasta
f) Rumah sakit besalin
g) Tempat praktek swasta (bidan ataun dokter)
3. Tinjauan Tentang Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu
penglihatan, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo,2012).
Penelitian mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan yaitu:
1) Awarenses kesadaran dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi
(objek)
26
2) Interens (merasa tertarik) terhadap stimulasi / objek tertentu di
sini sikap objek sudah mulai timbul.
3) Evalution (menimbnag-nimbang) terhadap baik dan
setidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
berarti sikap responden sudah tidak baik lagi
4) Trialdimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan
apa yang di kehendaki
5) Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmidjo (2012) pengetahuan yang di cakup
dalam daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan.
1) Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai memningat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adala mengingat kembali (recall)
terhadap suatu spesifik dari seluru bahan yang pelajari atau
ransangan yang telah diterima.
2) Memahami (compre heension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
27
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya).
4) Analisi (analysis)
Analisis adlah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu obejek kedalam komponen-komponen,
tetapi masi dalam suatu struktur organisaai tersebut dan masi
ada kaitananya satu sama lain.
5) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan uttuk menyusun formulasi baru dan
formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi yang diberikan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut wawan & dewi (2010), beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu :
a) Faktor Internal
28
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke
arah cita cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi pendidikan di perlukan untuk
mendapatkan informasi, misalnya, hal hal yang
menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas
hidup khusunya remaja dalam memperoleh informasi
tentang menstruasi
2. Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang di
lakukan manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan di
gunakan untuk suatun nkerja menghasilkan uang bagi
seseorang dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering
di anggap sinonim dengan profesi. Jadi dapat di artikan
sebagai sesuatau yang keluarkan oleh seseorang sebagai
profesi sengaja di lakukan untuk mendapatkan
29
penghasilan. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Seseorang remaja yang dalam masa
pendidikannya juga harus bekerja untuk dapat
membiyayai studinya sehingga para remaj mempunyai
kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan informasi
yang bermanfaat bagi derajat kesehatannya khususnya
tentang menstruasi. Hal ini dikarenakan waktu luang yang
ada di manfaatkan untuk bekerja untuk beristrahat.
3. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
di lahirkan sampai berulang tahun. Menurut hucklock
(2014) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan
bekrja semakin matang pula pemikiranya soal kesehatan
reproduksinya khususnya tentang menstruasi (Nursalam,
2013)
b) Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di
sekitar, manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembngan dan perilaku orang atau
kelompok. Lingkungan bisa membuat pola pikir remaja
tentang menstruasi menjadi sesuatu yang menakutkan,
30
tergantung bagaimana lingkungan memperlakukan remaja
tersebut.
2. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dan menerima kelompok
begitu pula tentang menstruasi itu sesuatu yang tabuh
untuk di bicarakan khususnya pada masyarakat yang adat
istiadatnya masih kental sehingga banyak mitos-mitos
yang bermunculan sehingga remaja merasa cemas ketika
menghadapi menstruasi.
d. Perkembangan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode
perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan
manusia di permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti
kemajuan peradapan manusia dari zaman batu sampai zaman
modern dan sering disebut ―The Ways Of Thinking”.
Proses tahapan yaitu :
a) Periode trial and eror. Mausia melihat dan mendengar
sesuatu, lalu mulai berfikir dan timbul keinginan untuk
mencoba, tetapi gagal, kemudian mencoba lagi berkali-kali
dan akhirnya berhasil.
b) Periode authontyand traditio. Semua pemikiran dan pendapat
di jadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan
31
oleh setiap orang bila seseorang melanggarnya, akan
dikenakan sangksi hukuman,baik moral maupun fisik.
c) Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan
pendapat mulai dibahas kebenaranya melalui spekulasi dan
adu argumentasi
d) Periode hypothesis and exeperimentation semua pemikiran
dan pendapat harus di analisis, di teliti, dan di uji kebenarnya
secara ilmiah (Chandra, 2012).
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan cara
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (nursalam, 2013). :
Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75 %-100 %
Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%- 75 %
Tingkat pengetahuan kuranag bila skor 56%
B. Landasan Teori
Antenatal care merupakan kegiatan pengawasan wanita
hamil untuk menyiapkan ibu hmail sebaik baiknya baik fisik maupun
mental, serta menyelaatkan ibu dan bayi dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas (Depkes RI, 2015).
32
Antenatal care adalah merupakan cara penting untuk
memonitoring kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan
ibu dan perkembangan bayi yang normal serta mengenali secara
dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan
yang di perlukan selain itu membina hubungan saling percaya
antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan
keluarga secara fisik emosional, dan logis untuk menghadapi
kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi (Hutari puji astuti
2012).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan,
penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo,2012).
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek orang atau
peristiwa, Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap
sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak
sama dengan perilaku. Sikap adalah predisposis emosional yang
dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek
(Ali, 2015). Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan
(efeksi) pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar,
2014). Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang di
alami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari pada
33
sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai
aggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan
saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang
lainnya.
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian dimodifikasi dari teori Azwar
(2014), Kemenkes RI (2015), Notoatmodjo (2012).
Faktor yang
mempengaruhi
sikap
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
1. Pengalaman
pribadi dan
pengetahuan
2. Kebudayaan
3. Orang yang di
anggap penting
4. Media massa
5. Institusi pendidikan
dan agama
6. Faktor emosi
dalam diri
1. Faktor internal.
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
2. Faktor eksternal
Faktor lingkungan
Sosial budaya
Pelaksanaan standar
antenatal care
34
D. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel bebas : pengetahuan dan sikapbidan
Variabel terikat : pelaksanaan antenatal care10 T
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Nol (Ho)
1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan Bidan dalam penerapan
keteraturan standar antenatal care 10 T
2. Tidak ada hubungan antara sikap Bidan dalam penerapan
keteraturan standar antenatal care 10 T
Hipotesis Alternatif (Ha)
1. Ada hubungan antara pengetahuan bidan dengan penerapan
standar antenatal care.10 T
2. Ada hubungan antara sikap Bidan denganpenerapan standar
antenatal care10 T
Pengetahuan
Sikap
Pelaksanaanstandar
Antenatal care 10 T
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan cross sectional study yaitu suatu penelitian dimana observasi
dan pengumpulan data variabel bebas dan terikatnya dilakukan secara
bersama-sama atau sekaligus dengan menggunakan kuesioner
(Notoatmodjo, 2012).
Gambar 3.1 : Desain penelitianCross Sectional
Populasi (sampel)
Pengetahuan
Sikap
Baik
Kurang
Sikap Negatif
Sikap Positif
Melaksanakan
Standar ANC
10 T
Tidak
Melaksanakan
Standar ANC
10 T
Tidak
Melaksanakan
Standar ANC
10T
Melaksanakan
Standar ANC
10 T
36
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 02 s/d 30
oktober di wilayah kerja puskesmas lambuya kabupaten kenawe
tahun 2017 .
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang
memberikan pelayanan kebidanan (pelayanan antenatal care) di
wilayah kerja puskesmas lambuya kabupaten konawe tahun 2017
sebanyak 32 orang.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara Total sampling
adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Sulistyaningsih 2011). Sampel pada penelitian ini
adalah semua bidan yang memberikan pelayanan Antenatal Care
10 T di wilayah kerja puskesmas lambuya sebanyak 32 orang.
D. Identifikasi Variable Penelitian.
Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek
penelitian (Arikunto,2010). Dalam penelitian ini terdiri terdiri dari dua
variabel independent (bebas) dan variabel independent (Terikat).
1. Variabel Independent
37
Variabelindependent adalah variabel yang nilainya
menentukan variabel lain. Dalam penelitian ini variabel
independentadalah Pengatahuan dan Sikap Bidan.
2. Variabel Dependent
Variabel dependentadalah variabel yang nilainya ditentukan
oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependent adalah
keaktifan kader posyandu.
E. Defenisi Oprasional
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau dijawab
oleh responden tentang standar Antenatal Care (ANC)
Skala yang dipakai : Ordinal
Bentuk Tes : Benar – Salah
Skor Tes : Benar 1 – Salah 0
Hasil Ukur : Pengetahuan baik jika presentase 76%-
100%, dan pengetahuan kurang jika
presentase ≤ 75% (Nursalam, 2003).
2. Sikap bidan
Sikap bidan yang di maksud dalam penelitian ini adalah
keramahan dan komunikasi bidan dalam melayani pasien
antenatal care.Pengukuran sikap bidan menggunakan skala
Likert. Dengan kriteria:
Skala yang dipakai : Ordinal
38
Bentuk Tes : Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan
Sangat Tidak Setuju
Skor Tes : 1 – 4
Hasil Ukur : 1. Sikap Negatif jika nilai presentase
total skor kurang dari nilai median
2. Sikap positif jika total nilai
presentaseskor lebih dari nilai media
3. Pelaksanaan Standar Antenatal Care 10 T
Pelaksanaan standar antenatal care 10 T yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah keteraturan bidan dalam memeriksa pasien
yang diukur malalui 10 langkah keteraturan standar antenatal care
10 T.
Skala yang dipakai : Ordinal
Bentuk Tes : Melaksanakan – Tidak Melaksanakan
Skor Tes : Melaksanakan 1 – Tidak Melaksanakan 0
Hasil Ukur : 1. Tidak melaksanakan jika total nilai
skor kurang dari nilai 100
2. Melakukan jika total nilai skor adalah
100
F. Jenis Dan Sumber Data Penelitian
1. Jenis data
39
Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dimana data primer adalah data yang di peroleh dari
responden dengan menggunakan kuesioner (daftar pertnyaan).
2. Instrumen penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, penelitii
menggunakan lembaran kuesioner yang disusun secara
terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus
dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari empat bagian yaitu
data demografi meliputi inisial nama, usia bidan, jenjang
pendidikan dan alamat. Bagian kedua kuesioner untuk tingkat
pengetahuan bidan berisi 15 pertanyaan tentang pelaksanaan
standar ANC 10 T. Penilaiaan untuk pernyataan positif tentang
pengetahuan menggunakan skal diskontiniu yaitu jika jawaban
benar mendapatkan nilai 1 dan jika jawaban salah mendapatkan
nilai 0 dan sebaliknya pertanyaan negatif tentang pengetahuan,
jika jawaban benar mendapatkan nilai 0 dan jika jawaban salah
mendapatkan nilai 1.
Bagian ketiga kuesioner ini berisi 15 butir pernyataan
tertutup tentang sikap bidan dalam melaksanakan standar ANC 10
T dan penilaiannya menggunakan skala Likert. Pernyataan yang
memiliki nilai positif adalah no.1,3,5,7,9,11,12,13,dan 15
sedangkan pernyataan yang memiliki nilai negatif adalah no
40
2,4,6,8,10, dan 14. Penilaian untuk pernyataan posistif sikap bidan
tentang pelaksanaan standar ANC 10 T yaitu:
Sangat Setuju : 4
Setuju : 3
Tidak Setuju : 2
Sangat Tidak Setuju : 1
Sedangkan penilaian untuk peryataan negatif sikap bidan
tentang pelaksanaan standar ANC 10 T, yaitu:
Sangat Setuju : 1
Setuju : 2
Tidak Setuju : 3
Sangat Tidak Setuju : 4
Bagian ke-empat lembar kuesioner berisi 10 pertanyaan
tertutup yang di isi oleh bidan tentang pelaksanaan standar ANC
10 T menggunakan skala diskontiniu yaitu jika jawaban ya
melaksanakan mendapatkan nilai 1 dan jika jawaban tidak
melaksanakan mendapatkan nilai 0.
41
G. Alur Penelitian
Alur penelitian di jelaskan sebagai berikut :
H. Pengolahan Dan Analisa Data
1) Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dengan tahap sebagai
berikut :
a. Editing. Setelah data terkumpul maka dilakukan editing atau
penyuntingan lalu data dikelompokkan berdasarkan kelompok
masing – masing.
Bidan
Sampel
Bidan berjumlah 32 orang
Pengumpulan data
Analisi data
Pembahasan
kesimpulan
42
b. Coding
Dilakukan untuk memindahkan pengolahan data yaitu
memberi kode pada daftar yang telah diisi untuk setiap jawaban
responden.
c. Skoring
Setelah melakukan pengkodean maka dilanjutkan
dengan tahap pemberian skor pada lembar observasi dalam
bentuk angka-angka.
d. Tabulating
Adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian
kedalam tabel berdasarkan variabel yang diteliti.
2) Analisa Data
Analisis data yang digunakan dengan menggunakan
Komputer yaitu dengan menggunakan program komputer. Adapun
analisis data yang dilakukan adalah:
1. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi
frekuensi variabel dependen dan variabel independen.Variabell
tersebut diantaranya pengetahuan dan sikap bidan.Sedangkan
variabel dependennya (terikat) yaitu pelakasanaan standar
ANC 10 T.
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasekan dan dii
uraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:
43
X = f x K
n
Keterangan :
f :Variabel yang diteliti
n : Jumlah sampel penelitian
K : Konstanta (100%)
X : Presentase hasil yang dicapai
2. Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel dependen dan independen yaitu hubungan
pengetahuan dan sikap bidan dalam melaksanakan standar
ANC 10 T di puskesmas Lambuya. Uji analisis yang dilakukan
yaitu uji Chi-Square, Regresi Logistic sederhana dan uji
korelasi dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%
dengan α = 0,05%, sehingga jika nilai P (p value)< 0,05 berarti
hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau
menunjukan ada hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen dan apabila nilai P (p value) > 0,05 berarti
hasil perhitungan statistik tidak bermakna (tidak signifikan) atau
tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen.
44
Adapun rumus yang di gunakan untuk Chi-Square adalah :
∑(
)
Keterangan :
: Jumlah
: Statistik Chi Square hitung
: Nilai Frekuensi yang di observasi
: Nilai Frekuensi yang diharapkan
I. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak
yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh
dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan rekomendasi
dari Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari, selanjutnya peneliti
mengajukan permohonan izin kepada kepalaPuskesmas Motui
Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi
Tenggara untuk studi pendahuluan dan penelitian. Setelah mendapat
persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memberikan
informed consent dan kesempatan pada responden (semua kader
posyandu) untuk menerima atau menolak menjadi responden, peneliti
menemui subyek yang akan dijadikan responden untuk menjelaskan
beberapa hal yang meliputi :
45
1. Lembar Persetujuan (Informed consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan.Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya (Alimul,
2007).
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Alimul,
2007).
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil riset (Alimul, 2007).
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan geografi
Wilayah puskesmas yaitu 139 km. Puskesmas Lambuya secara
geografis terletak dikelurahan Lambuya kecematan Lambuya yang
mempunyai satu kelurahan dan 9 Desa, sehingga dalam wilayah kerja
Lambuya mempunyai 10 Desa/Kelurahan. Adapun luas dan batas
wilayah kerja puskesmas Lambuya adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara dengan Puskesmas Uepai
2. Sebelah Timur dengan Puskesmas Tawangga
3. Sebelah selatan dengan Puskesmas Puriala
4. Sebelah Barat dengan puskesmas Unembute
Keadaan alam 100% dengan daratan sedang dan rendah
prasarana transportasi:70% jalan aspal, 30% jalan tanah. Mata
pencaharian pada umumnya petani 70%, PNS 25%, Pedagang 5%
Luas wilayah menurut Desa sangat beragam. Desa Waworaha
merupakan kecematan yang terluas yaitu 2500 HA atau 45%, dan
Desa wilayah terkecil yaitu Amberi 650 HA atau 1,2%.
2. Data demografi
a. Jumlah Penduduk :7.665 jiwa
b. Jumlah Kk : 212 jiwa
c. Jumlah Puskesmas : 1 buah
47
d. Jumlah Puskesdes : 6 buah
e. Jumlah Desa : 9 desa
f. Jumlah Kelurahan : 1 kelurahan
Sumber (data puskesmas Lambuya 2016)
B. Prasarana
Sarana maupun fasilitas yang terdapat di wilayah kerja
puskesmas lambuya antara lain
1. Poli umum : 1 ruangan
2. Poli KIA/ KB : 1 ruangan
3. Poli gigi : 1 ruangan
4. Laboratorium : 1 ruangan
5. Apotik : 1 ruangan
6. Ruang PONED : 1 ruangan
7. Ruang IGD : 1 ruangan
8. Ruang rawat inap : 3 ruangan
9. Ruang imunisasi : 1 ruangan
10. Ruang gizi : 1 ruangan
11. Ruang pendaftaran : 1 ruanagn
12. Ruang MTBS : 1 ruangan
13. Ruang tata usaha : 1 ruangan
14. Ruang kepala puskesmas : 1 ruangan
48
C. Tenaga
Jumlah tenaga yang terdapat di puskesmas lambuya
sebanyak 82 orang terdiri dari :
1. Jumlah PNS : 25 orang terdiri dari
Kepala puskesmas / dokter umum : 1 0rang
KTU : 1 orang
S1 kesmas : 2 orang
S1 keperawatan : 4 orang
DI Kebidanan : 5 0rang
DIII kebidanan : 3 orang
D IV Kebidanan : 4 orang
DIII keperawatan : 2 orang
DIII GIZI : 1 orang
DIII kesling : 2 orang
2. Jumlah petugas honorer 57 orang terdiri dari
Bidan : 24 orang
Perawat : 25 orang
DIII farmasi : 1 orang
Perawat gigi : 1 orang
S1 kesmas : 3 orang
49
D. Hasil Penelitian
1. Karekteristik Data Penelitian
a) Umur Responden
Tabel 4.1 Frekuensi Umur Responden di wilayah kerja
Puskesmas Lambuya tahun 2017
Umur Frekuensi Persentase(%)
< 25 tahun 2 6,25%
25 – 40 tahun 20 62,5%
>40 tahun 10 31,25%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data Primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa umur
responden <25 tahun sebesar 6,25%, umur 25 – 40 tahun sebesar
62,5%, umur >40 tahun sebesar 31,25%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa proporsi terbesar responden di umur 25 – 40
tahun yaitu sebesar 62,5%.
50
b) Pendidikan Responden
Tabel 4.2 Frekuensi Pendidikan Responden di wilayah kerja
Puskesmas Lambuya tahun 2017
Pendidikan Frekuensi Persentase(%)
D-I 5 15,63%
D-III 15 46,87%
D-IV 12 37,5%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data Primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pendidikan
responden D-I sebesar 15,63% (5 orang), D-III sebesar 46,87% (15
orang), D-IV sebesar 37,5% (12 orang). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa responden sebagain besar berpendidikan D-III
atau sebanyak 15 orang (46,87%).
c) Masa Kerja Responden
Tabel 4.3 Frekuensi Pendidikan Responden di wilayah kerja
Puskesmas Lambuya tahun 2017
Masa Kerja Frekuensi Persentase(%)
<5 tahun 10 31,25%
≥ 5 tahun 22 68,75%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data Primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa responden
yang bekerja di bawah 5 tahun terdapat 10 orang (31,25%) dan
51
responden yang bekerja ≥ 5 tahun terdapat 22 orang (68,75%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden sebagain besar telah
bekerja rata-rata di atas 5 tahun.
2. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan hasil dari pengambilan data dari responden. Hal
yang di analisis univariat dalam penelitian ini yaitu mengenai
gambaran pengetahuan bidan tentang pelaksanaan standar ANC
10 T, sikap bidan tentang pelaksanaan standar ANC 10 T dan
gambaran pelaksanaan standar ANC 10 T.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuesioner dari 32 bidan yang melakukan pelaksanaan standar
antenatal care 10 T di wilayah puskesmas Lambuya. Penelitian ini
menggunakan dua variabel independen yiatu pengatehuan dan
sikap bidan bidan tentang ANC dan satu variabel dependen yaitu
pelaksanaan standar antenatal care 10 T.
52
a) Hubungan Pengetahuan Bidan Tentang Pelaksanaan Standar ANC
10 T
Tebel 4.4 Hubungan pengetahuan bidan tentang pelaksanaan standar ANC
10 T di wilayah kerja Puskesmas Lambuya
Pengetahuan Bidan Frekuensi Persentase(%)
Baik 23 71,9%
Kurang 9 71,9%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data primer diolah tahun 2017
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden
memiliki baik tentang pelaksanaan standar ANC yaitu sebesar
71,9% dan pengetahuan kurang sebesar 28,1%.
b) Hubungan Sikap Bidan Tentang Pelaksanaan ANC 10 T
Tebel 4.5 Hubungan Sikap bidan tentang pelaksanaan standar ANC 10 T di
wilayah kerja Puskesmas Lambuya
Sikap Bidan Frekuensi Persentase(%)
Positif 22 68,8%
Negatif 10 31,2%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data primer diolah tahun 2017
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden memiliki
sikap positif tentang pelaksanaan standar ANC yaitu sebesar
68,8% dan sikap negative sebesar 31,2%.
53
c) Pelaksanaan Standar ANC 10 T
Tebel 4.6 Pelaksanaan standar ANC 10 T di wilayah kerja Puskesmas
Lambuya
Kategori Pelaksanaan Frekuensi Persentase(%)
Melaksanakan 20 62,5%
Tidak Melaksanakan 12 37,5%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data primer diolah tahun 2017
Pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pelaksanaan standar
ANC pada kategori melaksanakan sebesar 62,5% dan tidak
melaksanakan sebesar 37,5%.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
ada atau tidaknya hubungan antara variabel dependen dan
independen. Dalam penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya
hubungan antara variabel dependen dan independen, peneliti
menggunkana uji Chi-Square. Uji ini merupakan uji non-parametrik
dimana cukup sering digunakan dalam penelitian yang
menggunakan dua variabel.
a) Analisis Hubungan Pengetahuan Bidan dengan Pelaksanaan
Standar ANC 10 T antara variabel dependen dan independen.
54
Tabel 4.7 Hasil uji korelasi antara pengetahuan bidan dengan pelaksanaan
standar ANC 10 T di wilayah kerja Puskesmas Lambuya
Pengetahuan
Pelaksanaan ANC 10 T
Total
n=32 PR
P-
Value Melaksanakan Tidak
Melaksanakan
n % n %
Baik 17 73,9 6 26,1 23 5,67 0,03
Kurang 3 33,3 6 66,7 9
Total 20 62,5 12 37,5 32
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh hasil penelitian
bahwa dari 32 responden yang berpengetahuan baik tentang
standar pelaksanaan ANC 10 T sebagaian besar responden
melaksanakan ANC 10 T sebesar 17 responden (73,9%) dan
tidak melaksanakan ANC 10 T sebesar 6 responden (26,1%)
sedangkan dari responden yang berpengetahuan kurang
tentang pelaksanaan standar ANC 10 T sebagian besar
responden tidak melaksanakan standar ANC 10 T yaitu sebesar
6 responden (66,7%) dan sebanyak 3 responden melaksanakan
standar ANC 10 T (33,3%). Setelah dilakukan uji statistik (Chi-
Square) didapatkan nilai p-value sebesar 0,03 (p<0,05)
sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima
dan terbukti ada hubungan pengetahuan bidan tentang
pelaksanaan standar ANC 10 T di wilayah kerja puskesmas
Lambuya. Selain itu, pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
nilai PR (Prevalensi Rasio) sebesar 5,6 artinya bahwa
55
responden dengan pengetahuan baik akan 5,6 kalilebih besar
melaksanakan standar ANC 10 T dibanding dengan responden
yang berpengetahuan kurang.
b) Analisis Hubungan Sikap Bidan tentang Pelaksanaan Standar ANC
10 T di wilayah kerja Puskesmas Lambuya
Tabel 4.8 Hasil uji korelasi antara sikap bidan dengan pelaksanaan standar
ANC 10 T di wilayah kerja Puskesmas Lambuya
Sikap
Pelaksanaan ANC 10 t
Total
N=32 PR
P-
Value Melaksanakan Tidak
Melaksanakan
n % n %
Positif 17 77,3 5 22,7 22 7,98 0,01
Negatif 3 30,0 7 70,0 10
Total 20 62,5 12 37,5 32
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh hasil penelitian
bahwa dari 32 responden yang bersikap positif tentang standar
pelaksanaan ANC 10 T sebagaian besar responden
melaksanakan ANC 10 T sebesar 17 responden (77,3%) dan
tidak melaksanakan ANC 10 T sebesar 5 responden (22,7%)
sedangkan dari responden yang bersikap negatif tentang
pelaksanaan standar ANC 10 T sebagian besar responden tidak
melaksanakan standar ANC 10 T yaitu sebesar 7 responden
(70%) dan sebanyak 3 responden melaksanakan standar ANC
10 T (30%). Setelah dilakukan uji statistik (Chi-Square)
didapatkan nilai p-value sebesar 0,01 (p<0,05) sehingga dapat
56
diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima dan terbukti ada
hubungan sikap bidan tentang pelaksanaan standar ANC 10 T
di wilayah kerja puskesmas Lambuya. Selain itu, pada tabel di
atas dapat diketahui bahwa nilai PR (Prevalensi Rasio) sebesar
7,9 artinya bahwa responden dengan sikap positif 7,98 kali lebih
besarmelaksanakan standar ANC 10 T dibanding dengan
responden yang bersikap negatif.
E. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan Bidan dengan Pelaksanaan Standar
ANC 10 T di wilayah Kerja Puskesmas Lambuya.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 7 di atas diperoleh
hasil penelitian bahwa dari 32 responden yang berpengetahuan
baik tentang standar pelaksanaan ANC 10 T sebagaian besar
responden melaksanakan ANC 10 T sebesar 17 responden
(73,9%) dan tidak melaksanakan ANC 10 T sebesar 6 responden
(26,1%) sedangkan dari responden yang berpengetahuan kurang
tentang pelaksanaan standar ANC 10 T sebagian besar responden
tidak melaksanakan standar ANC 10 T yaitu sebesar 6 responden
(66,7%) dan sebanyak 3 responden melaksanakan standar ANC 10
T (33,3%). Setelah dilakukan uji statistik (Chi-Square) didapatkan
nilai p-value sebesar 0,03 (p<0,05) sehingga dapat diketahui bahwa
hipotesa kerja (Ha) diterima dan terbukti ada hubungan
57
pengetahuan bidan tentang pelaksanaan standar ANC 10 T di
wilayah kerja puskesmas Lambuya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Notoatmojo (2007), pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang
yang berpendidikan rendah tidak mutlak berarti berpengetahuan
rendah juga. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak hanya bisa
diperoleh pada jenjang pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperolah pada pendidikan non-formal. Pengetahuan menjadi
landasan penting untuk menentukan suatu tindakan. Pengetahuan,
sikap dan perilaku seseorang akan kesehatan merupakan faktor
yang menentukan dalam mengambil suatu keputusan. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin baik pula seseorang
mampu bertindak dan mengambil keputusan yang terbaik baginya.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Anisah (2010), diperoleh hasil bahwa dari 30 responden yang
diteliti, terdapat 13 responden (56,5%) memiliki pengetahuan
dengan kategorik baik dan melaksanakan 10 T pada asuhan
kehamilan, sedangkan 10 responden (43,5%) memiliki
pengetahuan dengan kategori baik namun tidak melaksanakan 10
T pada asuhan kehamilan dengan p = 0,045 < 0,05, hal ini
disebapkan oleh karena bidan telah mendapatkan informasi
58
tentang 10 T pada saat mengikuti seminar-seminar, membaca
buku, membaca internet sehingga bidan termotivasi untuk
meningkatkan informasi lebih mendalam tentang Standar ANC 10
T.
Menurut peneliti, pengetahuan yang dimiliki oleh bidan
berhubungan dengan pelaksanaan ANC 10 T ,dimana dari hasil
penelitian diperoleh bahwa sebagian besar bidan yang
berpengetahuan baik melaksanakan ANC 10 T. Hal ini disebapkan
karena bidan telah memiliki pengetahuan yang baik melalui jenjang
pendidikan yang telah dilalui bidan, yang sebagian besar
berpendidikan D-III, dimana semakin tinggi pendidikannya semakin
baik pula pengetahuan yang dimilikinya dalam melaksanakan
standar ANC 10 T dan ini juga telah di dukung oleh penelitian yang
pernah dilakukan oleh Murti, B. (2013). Secara garis besar
berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
pengetahuan bidan berhubungan erat dengan pelaksanaan standar
ANC 10 T.
2. Hubungan Sikap Bidan dengan Pelaksanaan Standar ANC 10 T
di wilayah kerja Puskesmas Lambuya
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 8 di atas diperoleh
hasil penelitian bahwa dari 32 responden yang bersikap positif
tentang standar pelaksanaan ANC 10 T sebagaian besar
responden melaksanakan ANC 10 T sebesar 17 responden
59
(77,3%) dan tidak melaksanakan ANC 10 T sebesar 5 responden
(22,7%) sedangkan dari responden yang bersikap negatif tentang
pelaksanaan standar ANC 10 T sebagian besar responden tidak
melaksanakan standar ANC 10 T yaitu sebesar 7 responden (70%)
dan sebanyak 3 responden melaksanakan standar ANC 10 T
(30%). Setelah dilakukan uji statistik (Chi-Square) didapatkan nilai
p-value sebesar 0,01 (p<0,05) sehingga dapat diketahui bahwa
hipotesa kerja (Ha) diterima dan terbukti ada hubungan sikap bidan
tentang pelaksanaan standar ANC 10 T di wilayah kerja puskesmas
Lambuya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan toeri yang dikemukakan
oleh Wawan, A (2010) bahwa adanya kecenderungan pengalaman
yang kurang baik akan berusaha untuk dilupakan, namun jika
pengalaman terhadap objek itu menyenangkan, maka secara
psikologi akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas
dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat membentuk sikap
positif dalam hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Anisah (2010), diperoleh hasil bahwa dari 30 responden yang
diteliti, terdapat 8 responden (53,3%) memiliki sikap positif dan
melaksanakan 10 T pada asuhan kehamilan, sedangkan 7
responden (46,7%) memiliki memiliki sikap positif dan tidak
melaksanakan 10 T pada asuhan kehamilan dengan p = 0,023
60
<0,05, hal ini disebapkan oleh karena bidan memiliki pengalaman
baik dan menyenangkan tentang pelaksanaan standar ANC 10 T
sehingga bidan lebih terampil dan tekun dalam melaksanakan
standar ANC 10 T.
Menurut peneliti, sikap yang dimiliki oleh bidan berhubungan
dengan pelaksanaan ANC 10 T ,dimana dari hasil penelitian
diperoleh bahwa sebagian besar bidan yang bersikap positif
melaksanakan ANC 10 T. Hal ini disebapkan karena bidan memiliki
pengalaman yang menyenangkan dalam melaksanakan standar
ANC 10 T dan ini juga telah di dukung oleh penelitian yang pernah
dilakukan oleh Anisah (2010). Secara garis besar berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sikap bidan
berhubungan erat dengan pelaksanaan standar ANC 10 T.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan
pengetahuan dan sikap bidan dalam melaksanakan standar ANC 10 T di
wilyah kerja Puskesmas Lambuya dengan jumlah responden sebanyak 32
responden diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Bidan yang berpengetahuan baik lebih banyak yaitu sebesar 71,9%
dibanding bidan yang berpengetahuan kurang.
2. Bidan dengan sikap positif lebih banyak yaitu sebesar 68,8%
dibanding bidan dengan sikap negatif.
3. Bidan yang melaksanakan standar ANC 10 T lebih banyak yaitu
sebesar 62,5% dibanding bidan yang tidak melaksanakan standar
ANC 10 T.
4. Terdapat hubungan pengetahuan bidan tentang pelaksanaan
standar ANC 10 T di wilayah kerja Puskesmas Lambuya, dengan
nilai p = 0,03 (p<0,05).
5. Terdapat hubungan sikap bidan tentang pelaksanaan standar ANC
10 T di wilayah kerja Puskesmas Lambuya, dengan nilai p = 0,01
(p<0,05).
62
B. Saran
1. Bagi bidan sebagai pelaksana dalam melakukan standar antenatal
care 10 T, sebaiknya mengaplikasikan ilmu yang telah dimiliki agar
tidak terjadi ketimpangan dalam melaksanakan tugas dan tidak
merugikan pihak lain.
2. Setiap instansi terkait (Dinkes khususnya Kesga, Kapus, dan Bikor)
selalu memberikan arahan dan motivasi kepada bidan-bidan yang
ada di wilayah kerja masing-masing agar melaksanakan pelayanan
standar ANC 10 T.
3. Bagi peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian yang
sejenis disarankan menambah variabel seperti tindakan bidan atau
kunjungan ibu hamil di wilayah kerja yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA Ai, Yeyeh. (2009). Diklat asuhan kebidanan I (kehamilan). Jak-Tim : cv. Transmedia. Aditama. (2013). Sikap ilmiah dan kritik kebudayaan.jogjakarta :
nuha medika Azwar,2014, sikap manusia, teori dan pengukurannya.yokyakarta Pustaka belajar. Bartini, istri, 2012. Asuhan kebidanan pada pada ibu hamil. Yogyakarta:
Nuha medika Budiarto, E.2012. Biostatistik Untuk KedokteranDan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta. EGC Bobak, 2008. Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC
Chandra, B.,2012. Metode penelitian. Jakarta :EGC
Depkes RI.2011. Glosarium Data Dan Informasi Kesehatan. November 20,2011.www.depkes.go.id/downloads/publikasi/glosarium%2022006.pdf. Di akses april 2017
Dinkes sultra, 2016. Profil kesehatan sulawesi tenggara tahun 2015. Kendari: Dinkes sultra.
Depkes RI, 2015Pedoman Pelayanan Antenatal Di Tingkat Pelayanan
Dasar Di Puskesmas. Jakarta. Di april 2017 Depkes, 2010. Ibu Selamat Bayi Sehat, Suami Siaga.
http//depkes.go.id/Indeks/`php/berita/press-79ibu-selamat-bayi-sehat-suami-siaga-Html. Di akses maret 2017.
Iman,(2010). Teori Dan Sikap Dan Perilaku Kesehatan yogyakarta :
Nuha medika. Kusmiati, Juni Dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil)
Yogyakarta : Nuha Medika. Lauderlmilk, Bobak dan Jensen, Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Murti, B. 2013. Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif
Dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan, Yogyakarta : UGM Press
Noor, m., Noor, 2014. Komunitas kebidanan. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, 2012. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Renika cipta
Nursalam, 2013. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatanjakarta : perpustakaan nasional RI
Prasetyawati, Arista Eka. (2010) Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan) Yogyakarta: Nuha Medika. Rukiah, A.Y. (2013) Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Cv. Transmedia Info Medika Rina, 2013. Buku saku persalinan. Jakarta : EGC. Ramdian, nurul.2010Hubungan pengetahuan dan sikap ibu di RSIA kumala siwi pecegaan jepara. Skripsi AKBID islam al- hikma jepara Saifuddin, 2012. Buku Acuan Kebidanan Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal.Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo
Trisnawati, Friska, (2012). Asuhan Kebidanan. Jakarta : PT. Prestasi
Pustaka Raya . Tura, 2010. Asuhan Kehamilan Ibu Hamil. Bandung : pustaka cendikia Utama. Wati, Ikapantika. 2012. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) Yogyakarta : Nuha Medika Wawam dan dewi.(2010). Teori Pengukuran Pengetahuan dan Sikap
jakarta : PT. prestasi pustaka raya Wawan, A. (2010). Teoru dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Output SPSS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pengetahuan
Bidan
Sikap Bidan Pelaksanaan
ANC 10 T
N 32 32 32
Normal Parametersa,b Mean 79.81 87.81 92.50
Std. Deviation 8.034 5.828 10.776
Most Extreme
Differences
Absolute .228 .226 .382
Positive .178 .109 .243
Negative -.228 -.226 -.382
Kolmogorov-Smirnov Z 1.290 1.277 2.160
Asymp. Sig. (2-tailed) .072 .077 .065
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Statistics
Pengetahuan Bidan Sikap Bidan Pelaksanaan ANC
10 T
N Valid 32 32 32
Missing 0 0 0
Median 80.00 88.00 100.00
Minimum 60 70 70
Maximum 93 95 100
Pengetahuan Bidan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 23 71.9 71.9 71.9
Kurang 9 28.1 28.1 100.0
Total 32 100.0 100.0
Sikap Bidan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Positif 22 68.8 68.8 68.8
Negatif 10 31.3 31.3 100.0
Total 32 100.0 100.0
Pelaksanaan ANC 10 T
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Melaksanakan 20 62.5 62.5 62.5
Tidak Melaksanakan 12 37.5 37.5 100.0
Total 32 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan Bidan *
Pelaksanaan ANC 10 T 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Pengetahuan Bidan * Pelaksanaan ANC 10 T Crosstabulation
Pelaksanaan ANC 10 T Total
Melaksanakan Tidak
Melaksanakan
Pengetahuan
Bidan
Baik
Count 17 6 23
% within
Pengetahuan
Bidan
73.9% 26.1% 100.0%
Residual 2.6 -2.6
Kurang
Count 3 6 9
% within
Pengetahuan
Bidan
33.3% 66.7% 100.0%
Residual -2.6 2.6
Total
Count 20 12 32
% within
Pengetahuan
Bidan
62.5% 37.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.545a 1 .033
Continuity
Correctionb 2.978 1 .084
Likelihood Ratio 4.480 1 .034
Fisher's Exact Test .049 .043
Linear-by-Linear
Association 4.403 1 .036
N of Valid Cases 32
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan Bidan
(Baik / Kurang) 5.667 1.067 30.085
For cohort Pelaksanaan ANC 10 T
= Melaksanakan 2.217 .853 5.764
For cohort Pelaksanaan ANC 10 T
= Tidak Melaksanakan .391 .171 .896
N of Valid Cases 32
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap Bidan *
Pelaksanaan ANC 10 T 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Sikap Bidan * Pelaksanaan ANC 10 T Crosstabulation
Pelaksanaan ANC 10 T Total
Melaksanakan Tidak
Melaksanakan
Sikap
Bidan
Positif
Count 17 5 22
% within Sikap Bidan 77.3% 22.7% 100.0%
% within
Pelaksanaan ANC 10
T
85.0% 41.7% 68.8%
Negatif
Count 3 7 10
% within Sikap Bidan 30.0% 70.0% 100.0%
% within
Pelaksanaan ANC 10
T
15.0% 58.3% 31.2%
Total
Count 20 12 32
% within Sikap Bidan 62.5% 37.5% 100.0%
% within
Pelaksanaan ANC 10
T
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.555a 1 .010
Continuity
Correctionb 4.693 1 .030
Likelihood Ratio 6.541 1 .011
Fisher's Exact Test .018 .016
Linear-by-Linear
Association 6.350 1 .012
N of Valid Cases 32
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.75.
b. Computed only for a 2x2 table
Pengetahua
n Bidan
Pelaksanaan
ANC 10 T
Spearman's rho
Pengetahuan
Bidan
Correlation
Coefficient 1.000 .377*
Sig. (2-tailed) . .033
N 32 32
Pelaksanaan ANC
10 T
Correlation
Coefficient .377* 1.000
Sig. (2-tailed) .033 .
N 32 32
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Pelaksanaan
ANC 10 T
Sikap
Bidan
Spearman's rho
Pelaksanaan
ANC 10 T
Correlation
Coefficient 1.000 .453**
Sig. (2-tailed) . .009
N 32 32
Sikap Bidan
Correlation
Coefficient .453** 1.000
Sig. (2-tailed) .009 .
N 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sikap Bidan (Positif
/ Negatif) 7.933 1.478 42.581
For cohort Pelaksanaan ANC 10 T
= Melaksanakan 2.576 .973 6.819
For cohort Pelaksanaan ANC 10 T
= Tidak Melaksanakan .325 .136 .776
N of Valid Cases 32
LEMBARAN KOESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM MELAKSANAKAN
STANDAR ANTENATAL CARE 10 T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LAMBUYA TAHUN 2017
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Alamat :
B. Pengetahuan Bidan
No Pernyataan benar salah
1. Antenatal care adalah kunjungan pemeriksaan ibu hamil ke
fasilitas kesehatan
2. antenatal care bertujuan memantau perkembangan kehamilan
3. Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah untuk mengetahui
kondisi kesehatan ibu hamil
4. Sebaiknya pemeriksaan kehamilan di mulai dari umur
kehamilan 14 minggu
5. Antenatal care secara teratur yaitu 1 kali trimester 1, 1 kali
trimester 2, 2 kali trimester 3.
6. Mengomsumsi tablet zat besi selam hamil untuk mencegah
terjadinya anemia dalam kehamilan
7. Tanda bahaya kehamilan yaitu mual muntah terus menerus
8. Pada kunjungan trimester pertama bidan membina hubungan
saling percaya antar bidan dan ibu hamil
9. Pada trimester pertama bidan memberikan informasi tentang
perilaku yang seHat (gizi, latihan dan kebersihana, istrhat dan
lain sebagainya)
10. Pada trimester ke2 bidan melakukan kewaspadaan khusus
tentang preklamsia.
11. Pada trimester 3 awal umur kehamilan 28-36 minggu bidan
melakukan palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilam ganda
12. Pada trimester 3 akhir umur kehamilan 36 minggu bidan
mendeteksi letak bayi tidak normal atau kondisi laian yang
memerlukan kelahiran di RS
13. Dengan keteraturan antenatal care maka akan memulai
persiapan kesiapan kelahiran bayi dan persiapan untuk
menghadapi komplikasi
14. Dengan pemeriksaan antenatal care yang rutin maka
mempersiapkan persalinan cukup bulan.
15 Dengan pemeriksaan antenatal care ibu dapat merencenakan
siapa penolong persalinanya
C. Sikap Bidan
Berilah tanda contreng ( √ ) pada salah satu pernyataan yang dianggap benar !
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1. Pemeriksaan antenatal care harus dilakukan untuk
mensukseskan program penurunan AKI
2. Pelaksanaan pemeriksaan antenatal care hanya
membuat terlambat bidan melaksanakan pekerjaan
lainnya
3. Di tempat tinggal ibu hamil bidan akan melakukan
penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan.
4. Bidan bukan penentu utama terlaksananya antenatal
care
5. Pemeriksaan HB darah di lakukan setelah timbul
tanda bahaya kehamilan
6. Bidan hanya melakukan pemeriksaan ANC pada ibu
hamil yang terlihat tanda bahaya kehamilan dari
fisiknya
7. antenatal dilakukan walaupun tidak ada sosialisasi
dari atasan
8. Antenatal care bukan merupakan prosedur yang
harus dilaksanakan oleh bidan meski terkacup dalam
asuhan kehamilan normal
9. Pemeriksaan antenatal care tidak hanya dilakukan
oleh bidan yang telah mengikuti pelatihan
10. Antenatal care memperlambat prosedur
pemeriksaan lainya yang dilakukan pada ibu hamil
11. Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil merupakan
tanggung jawaba dari petugas kesehatan (bidan)
12. Sewaktu melakukan pemeriksaan kunjungan
Antenatal care bidan harus melakukan pemeriksaan
sesuai prosedur yang lengkap
13. Pemeriksaan antenatal care sepenuhnya di
serahkan oleh bidan
14. Informasi perkembangan kehamilan hanya dapat di
peroleh dari bidan.
15. Sebelum melakukan pemeriksaan antenatal care
sebaiknya bidan memberikan penjelasan tentang
antenatal care
LEMBARAN TINDAKAN PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM MELAKSANAKAN
STANDAR ANTENATAL CARE 10 T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LAMBUYA TAHUN 2017
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Alamat :
C. Pelaksanaan bidan
NO STANDAR ANTENATAL CARE 10 T
Melaksanakan Tidak Melaksanakan
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin
6. Skrining status imunisasi tetanus
dan berikan imunisasi tetanus toxoid
(TT)
7. Pemberian tableT zat besi minimal
90 tablet
8. Tes Laboratorium
9. Tata laksana
10. Temu wawancara