Neonatus
-
Upload
luhur-anggoro-sulistio -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of Neonatus
Faktor-faktor yang Berperan pada Neonatus dari Ibu dengan
Pre eklampsi berat atau eklampsi pada kehamilan 24 sampai 33 minggu
Judul asli : Predictors of neonatal outcome in women with severe preeclampsia or eclampsia between 24 and
33 weeks’ gestation.
Oleh : Andrea G. Witlin, DO, George R, Saade, MD.
Galveston, Texas, and Memphis, Tennesse.
Tujuan : Mencari karakteristik faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan janin pada
wanita dengan preeklamsi berat (PEB) atau eklamsi yang lahir prematur.
Desain penelitian : Menggunakan analisa retrospektif pada 195 wanita yang melahirkan
pada usia kehamilan antara 24-33 mingguena PEB atau eklamsi.
Mengemukakan analisa multipel logistik regresi dan univariate x2
sebagai variabel dependen dari kelangsungan hidup dan respiratory
distres sindrom (RDS) dengan menggunakan variabel fetal dan
maternal independen.
Hasil : Pada analisa multivariate, RDS mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan
usia kehamilan saat melahirkan (P=0,0018) dan secara langsung berhubungan
dengan persalinan bedah caesar (P=0,02), sedangkan kelangsungan hidup janin
secara langsung berhubungan dengan berat lahir (P=0,00025). Pada analisa
multivariate tidak terdapat hubungan antara RDS dengan kelangsungan hidup dan
penggunaan kortikosteroid, angka kesakitan neonatus, tekanan arteri rata-rata,
eklamsi atau abrupsio plasenta. Pada analisa univariate, RDS berhubungan dengan
persalinan bedah caesar (odds ratio 7,19;95%, interval confidens 2,91-18,32).
Insiden Intra Uterin Growth Restriction (IUGR) meningkat sesuai dengan kemajuan
usia kehamilan, lebih lanjut IUGR menurunkan kelangsungan hidup baik pada
analisa multivariate (P=0,038; odds ratio 13,2;95%, interval confidens 1,16-151,8)
maupun analisa univariate (P=0,001; odds ratio 3,88;95%, interval confidens
1,81-9,26).
Kesimpulan : Timbulnya IUGR akan memperburuk kelangsungan hidup secara
independen terhadap variabel-variabel lain. Diduga stress intra uterin yang
ditandai oleh beratnya penyakit ibu tidak mempengaruhi keadaan neonatus.
1
Kira-kira 5–7% dari seluruh kehamilan mempunyai komplikasi preeklamsi 1,2
dengan hipertensi sebagai penyebab utama kematian dan kesakitan pada ibu dan
neonatus.3
Persalinan merupakan pengobatan/tindakan terakhir untuk menyelamatkan ibu.3,4
Namun demikian manfaat yang didapat bagi ibu harus dipertimbangkan dengan
resiko neonatus yang lahir prematur. Kelahiran bayi dengan usia kehamilan dibawah
34 minggu dengan pematangan paru janin yang belum sempurna sering
membutuhkan perawatan intensive yang lebih seksama dan lebih lama, dan jelas
mempunyai hubungan yang bermakna dengan kesakitan dan kematian bayi.5 Studi-
studi terdahulu yang dilakukan di Universitas Tennessee Memphis belum bisa
menunjukkan bagaimana mempercepat kematangan paru pada janin.6 Memperbaiki
keadaan janin,7 atau mempercepat perkembangan fisik dan neurologik janin pada
kelahiran preterm dengan kasus pre eklampsi berat. 8
Ada 2 jenis penanganan yang utama untuk wanita dengan pre eklampsi berat
dan usia kehamilan preterm, yaitu memperpanjang usia kehamilan (termasuk
didalamnya perawatan ibu hamil9,10 atau penundaan 48 jam persalinan untuk
pemberian kortikosteroid) untuk memperbaiki keadaan neonatus akibat kelahiran
preterm atau pilihan kedua adalah persalinan segera yang dilakukan untuk
kepentingan keselamatan ibu. Namun demikian dengan adanya program peningkatan
perawatan intensive pada neonatus, penggunaan therapi surfaktan dan perbaikan
umum bagi kelangsungan hidup neonatus bisa merubah penanganan terhadap ibu,
sebab usaha-usaha penanganan terhadap 2 komplikasi utama dari pre eklapmsi berat
yaitu impending eklampsi dan Abrubtio plasenta kurang memuaskan,11 dan waktu
persalinan optimal untuk meringankan keadaan ibu sulit untuk ditentukan. Demikian
pada saat persalinan preterm dibutuhkan, hal ini akan menguntungkan untuk
mengoptimalkan keadaan neonatus.
Tujuan dari study ini adalah untuk menggolongkan keadaan-keadaan
neonatus yang mungkin terjadi pada wanita dengan persalinan preterm karena pre
eklampsi berat atau eklampsi.
2
BAHAN DAN METODE
Pengulasan ulang telah dilaksanakan terhadap calon data perinatal yang telah
dikumpulkan dengan persetujuan dari “Human Institutional Review Board”.
Termasuk didalamnya 195 neonatus yang dilahirkan antara usia kehamilan 24–33
minggu dengan preeklampsia berat atau eklampsi pada “E.H Crump Woman’s
Hospital” Universitas Tennessee, Memphis, antara Juli 1992 – Januari 1998.
Variabel-variabel ibu dan bayi yang telah dicatat adalah : Data demografi, sistole dan
diastole (tekanan darah). Nilai-nilai laboratorium (Platelet count, asam urat,
proteinuri, aminotransferasi aspastat, laktat dehidrogenase, dan kreatinin). Waktu
serangan preeklampsi dan hubungannya dengan waktu persalinan, cara dan indikasi
persalinan, therapi kortikosteroid untuk ibu, pertumbuhan intra uterin terhambat,
kelangsungan hidup neonatus, penggunaan surfaktan, kebutuhan O2, RDS,
perdarahan intraventrikel grade 3 dan 4, Enterokolitis nekrotikan grade 2 dan 3,
PDA dan Retinopati.
“E.H. Crump Women’s Hospital” merupakan pusat rujukan rasional oleh
karena itu semua pasien (wanita dan bayi) di RS tersebut mewakili sebuah variasi
yang luas dalam mutu pelayanan.
Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan keadaan neonatus
setelah lahir apakah dapat bertahan hidup, lahir mati dan kelahiran diluar RS yang
tidak termasuk dalam analisis, maka pada penelitian ini :
RDS didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang secara radiologi memberikan
gambaran penyakit membran hialin atau gangguan pernapasan pada bayi yang
membutuhkan bantuan ventilator untuk bernapas selama minimal 24 jam.
Morbiditas pada neonatus didefinisikan sebagai komplikasi yang menyertai
neonatus seperti : perdarahan intraventrikel grade 3 dan 4, Ekn stage 2 atau 3, PDA,
atau retinopati.
Therapi kortikosteroid adalah penggunaan betametason atau dexametason untuk
tujuan pematangan paru janin. Therapi ini bisa diberikan secara single dosis atau
secara lengkap selama dua hari.
3
Pertumbuhan janin terhambat intra uterin didefinisikan sebagai bayi lahir dengan
berat < 10 th percentile untuk usia kehamilan dan telah dianalisa sebagai 2 variabel.
Pre eklampsi berat dan eklampsi telah didefinisikan berdasarkan “American
College of Obstetricion and Gynelologist Crireia” 3. Indikasi-indikasi untuk terminasi
kehamilan segera termasuk keadaan neonatus yang buruk, perdarahan vagina,
eklampsi, hipertensi berat tak terkontrol, oedem paru, gangguan fungsi ginjal, sakit
kepala berat atau perubahan visual, hitung trombosit < 100.000 /mm3 atau aspartate
aminotransferase atau alanin aminotransferase 2 kali lebih berat dari normal dengan
nyeri epigastrium atau nyeri lepas quadran kanan atas. Wanita hamil dengan pre
eklampsi pada usia kehamilan < 34 minggu dan tanpa indikasi untuk bersalin segera,
diobservasi di ruang bersalin selama 24 jam. Selama 24 jam tersebut semua wanita
tersebut mendapatkan terapi kortikosteroid untuk pematangan paru janin, magnesium
sulfat sebagai profilaksis serangan kejang dan penggunaan antihipertensi untuk
tekanan darah > 160/100 mmHg, demikian juga evaluasi batas-batas normal
laboratorium dan penilaian keadaan janin dipaparkan.
Wanita-wanita yang sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan perawatan
konservatif segera dipindahkan ke bagian bangsal perawatan antepartum. Pada
bagian ini dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin antara lain hitung trombosit dan
pengukuran kadar Aspartan aminotransferase, laktat dehidrogenase dan bilirubin
total, selain itu juga dilakukan penilaian terhadap janin setiap hari dan pengukuran
pertumbuhan janin tiap 2 minggu.
Persalinan dilakukan bila terdapat sindrom HELLP yang berkembang, sakit
kepala yang tidak menghilang atau gangguan penglihatan, nyeri epigastrium atau
nyeri kanan atas, serangan kejang, keadan janin yang memburuk atau apabila usia
kehamilan sudah mencapai di atas 34 minggu.5,10 Dokter yang bertugas juga
melaksanakan tindakan amniosentesis bagi ibu dengan usia kehamilan 32-33 minggu
sebagai evaluasi kematangan paru janin. Bagi ibu yang sudah terbukti mempunyai
janin dengan kematangan paru yang sudah sempurna atau dengan usia kehamilan
>34 minggu maka dapat segera dilakukan persalinan. Cara persalinan yang dilakukan
disesuaikan dengan indikasi obstetrik sesuai keadaan ibu. Untuk menentukan usia
4
kehamilan sebaiknya digunakan beberapa catatan, antara lain HPHT dan
pemeriksaan USG yang dilakukan oleh dokter saat ANC.
Regresi logistik multivariate dikemukakan secara terpisah untuk tiap-tiap
hasil variabel dependent dari kelangsungan hidup dan RDS dengan variabel fetal
independent dari usia kehamilan saat persalinan, berat lahir, pertumbuhan terhambat,
intra uterin, penggunaan kortikosteroid, perdarahan intraventrikuler, unsur-unsur
morbiditas neonatus dan variabel-variabel maternal dari tekanan arteri rata-rata,
tekanan diastole, tekanan sistole, proteinuria, eklampsi, abrubtio placenta dan bedah
cesar.
Hanya dilaksanakan dengan variabel-variabel fetal, variabel-variabel maternal
atau kombinasi kedua variabel-variabel tersebut. Hubungan antara RDS dengan
penggunaan kortikosteroid, RDS dengan bedah caesar, kelangsungan hidup janin
dengan pertumbuhan janin terhambat, dan usia kehamilan dengan penggunaan
kortikosteroid, merupakan subyek dari analisa variasi tunggal. x2
Regresi logistik multivariate analisa dikemukakan sesuai dengan Epistat
(Epistat services Richardson tex). Perbandingan di antara kelompok-kelompok
tersebut dibuat dengan t test yang tidak dipisahkan untuk distribusi normal variabel
kontinyu dan x2 test untuk variabel yang berlainan (Epi info 6). Hasil-hasilnya akan
dilaporkan sebagai mean SD, kecuali apabila sudah ditetapkan sebaliknya.
A P value of < 0.5 telah dipertimbangkan significant.
HASIL
Angka kelahiran bedah cesar secara keseluruhan adalah 79,5% (155/195) yang lebih
besar dari angka kelahiran bedah cesar di RS Universitas Tennese yaitu 17,1% (tab.
I). Kelahiran dengan bedah cesar 90% untuk usia kehamilan dibawah 30 minggu,
dan angka tersebut akan mengalami penurunan setelah usia kehamilan > 31 minggu.
Angka pertumbuhan intra uterin terhambat secara keseluruhan adalah 12,8%
(25/195) angka ini akan meningkat sesuai dengan peningkatan usia kehamilan
(F19.I).
5
Dalam analisis multi variasi, RSD mempunyai perbandingan terbalik dengan
usia kehamilan saat bersalin (P + 0,0018) dan secara langsung berhubungan dengan
persalinan secara bedah cesar (P = 0,02), sementara berat lahir berhubungan dengan
kelangsungan hidup (P = 0,00025). Pada analisis multi varian tidak ditemukan
adanya korelasi antara RDS atau kelangsungan hidup dengan penggunaan
kortikosteroid, perdarahan intraventrikel, proteinuri, eklampsi atau abrubtio placenta.
Dalam analisa uni varian (varian tunggal), hasil penelitian menyatakan bahwa
RDS mempunyai korelasi dengan persalinan bedah cesar (odds ratio = 7,19 ; 93%).
Timbulnya pertumbuhan janin terhambat meningkat sesuai dengan
bertumbuhnya usia kehamilan sebagai tambahan pada kedua hasil penelitian baik
analisa multi varian dan uni varian menunjukkan bahwa pertumbuhan janin akan
menurunkan angka kelangsungan hidup (multi varian P = 0,001, odds ratio = 5,88 ;
95%).
Karena kegunaan (keuntungan utama dari penggunaan therapi kortikosteroid
secara teori diharapkan dalam grup wanita (n = 93) dengan usia kehamilan 28–32
minggu. Grup ini dianalisa secara terpisah untuk mengelompokkan hubungan antara
persalinan bedah cesar, penggunaan kortikosteroid dan resiko timbulnya RDS.
Apabila dibandingkan hasilnya ternyata dari 78 persalinan bedah cesar terdapat 52
bayi dengan RDS dan dari 15 persalinan pervaginam terdapat 1 bayi dengan RDS
(odds ratio 28 : 95%). Namun demikian walaupun secara statistic hasil tersebut
sangat signifikan, namun karena lebarnya interval confidens maka interpretasi
kurang dapat dijelaskan.
Berkenan dengan penggunaan kortikosteroid, 39 dari 71 wanita masih terkena RDS
bila dibandingkan dengan 14 dari 22 wanita yang tidak mendapatkan terapi
kortikosteroid (odds ratio 0,7 : 95%). Secara rata-rata keseluruhan 75,3% dari
seluruh wanita dalam grup ini (usia kehamilan 28–32 minggu) menerima
kortikosteroid, 83,9% menjalani persalinan bedah cesar, 39,8% neonatus menerima
surfaktan, dan 67,7% dari neonatus mengalami RDS. Sebanyak 22 (23,7%) dari
wanita dalam grup ini melahirkan setelah periode laten 3 sampai 7 hari dan 18
(19,3%) wanita melahirkan setelah 8 hari.
6
Pada penelitian ini ternyata tidak ditemukan adanya korelasi antara variabel-
variabel fetal dari penilaian apgar score, Ph atau PCO2 arteri umbilikalis, EKN, PDA,
pemberian oksigen, penggunaan surfaktan dan kelangsungan hidup neonatal atau
RDS. Penggunaan surfaktan mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan
diagnosa RDS dan secara independen tidak berhubungan dengan keadaan neonatus.
Lebih lanjut penggunaan surfaktan diturunkan sesuai dengan peningkatan usia
kehamilan, bila perlu therapi surfaktan sebagai profilaksis tidak digunakan.
KOMENTAR
Walaupun kriteria klinik dan laboratorium telah dikembangkan untuk
mengelompokkan pre eklampsi ringan sampai berat ; pre eklampsi berat sampai
timbul sindrom HELLP dan untuk memisahkan tingkat berat-ringan pre eklampsi. 3,12,13 Namun proses perjalanan penyakit hanya dapat dikembalikan dengan
persalinan.3 Tujuan mutlak dari protokol penatalaksanaan pre eklampsi harus
dipertimbangkan pada keselamatan ibu terlebih dahulu baru mempertimbangkan
persalinan dengan neonatus yang optimal. 5 Karena kurangnya tindakan persalinan
bedah cesar dengan segera pada pasien PEB dan sulitnya menentukan waktu yang
tepat untuk melaksanakan persalinan maka dibuatlah suatu program penanganan bagi
kasus-kasus pre eklampsi untuk memudahkan perawatan. Hal ini sangat berguna
untuk menghindari terjadinya komplikasi pada ibu dan mencegah bertambah
beratnya keadaan ibu, selain itu juga untuk menghindari terjadi gangguan pada bayi
seperti IUGR, fetal distress ataupun bayi dengan kehamilan lewat waktu.
Walaupun telah diusahakan untuk menangani pasien dengan PEB sesuai
program yang telah dibuat namun pada kenyataannya hanya sedikit pasien yang
memenuhi syarat untuk ditangani sesuai dengan program yang ada, dan kurang dari
½ dari pasien yang mendapatkan kortikosteroid 2 hari pre persalinan. Memang hasil-
hasil dari percobaan tentang “Penanganan Ideal” 10 bagi pasien-pasien PEB sulit
diramalkan pada studi (penelitian) ini, sebab pada penelitian terdahulu
menyingkirkan wanita yang termasuk dalam kelompok penelitian sekarang seperti
HELLP Sindrome, eklampsi, IUGR berat, kehamilan multi fetal, dan abruptio
plasenta.
7
Namun demikian karena E.H. Crump. Women’s Hospital merupakan sebuah RS
rujukan daerah, maka penelitian yang dilakukan disana terhadap sekelompok pasien,
bisa mewakili berbagai macam fase-fase dari suatu proses penyakit.
Pasien-pasien yang masuk ke dalam RS ini mencakup pasien-pasien dalam keadaan
yang sudah lanjut maupun pasien-pasien yang mengarah pada keadaan memburuk
sehingga hal inilah yang membuat penatalaksanaan secara ideal sulit untuk
dilaksanakan. Malah angka rata-rata ibu hamil yang keadaannya buruk semakin
meningkat, karena saat mereka datang biasanya sudah dalam keadaan lanjut.
Walaupun tujuan utama yang ingin dicapai adalah melaksanakan penanganan
secara ideal (sesuai protap), dan untuk menunda persalinan agar penggunaan
kortikosteroid bermanfaat, namun hasil yang dicapai masih jauh dari yang
diharapkan.
Data terbaru dengan memperhatikan usia kehamilan yang dipersingkat, dan efek-efek
menguntungkan dari penggunaan surfaktan, dan kemajuan terbaru dalam perawatan
neonatal sangat perlu untuk dievaluasi kembali khususnya karena persalinan yang
tertunda bisa memperburuk keadaan ibu. Selanjutnya dengan mempertimbangkan
tingginya angka kejadian persalinan dengan bedah cesar dalam populasi ini, maka
cara persalinan dan adanya kemungkinan persalinan yang diperpanjang selama
induksi pada kala I memerlukan evaluasi lebih lanjut dengan pertimbangan faktor ibu
dan anak.
Dalam analisa retrospektif ini terbatasnya manfaat dari penggunaan
kortikosteroid sebaiknya tidak disalahartikan karena semata-mata kesalahan therapi
kortikosteroid saja, tetapi secara sederhana penggunaan kortikosteroid diindikasikan
karena beratnya penyakit ibu dan janin yang dalam study cohort ini memerlukan
persalinan segera yang meminimkan manfaat therapi cortikosteroid yang optimal
diberikan 48 jam sebelum persalinan. Selanjutnya studi dibatasi hanya dengan 12 %
daya untuk mengidentifikasikan 25 % penurunan insidensi RDS sebagai efek dari
penggunaan kortikosteroid. Untuk mencapai 80 % daya, maka dibutuhkan 40 %
kasus-kasus tambahan yang dibutuhkan dalam studi Kohort tanpa menerima
kortikosteroid.
8
Di lain pihak insidens sesar secara keseluruhan dalam populasi ini (79,5 %)
dengan persalinan sesar antara usia kehamilan 28-32 minggu dan peningkatan resiko
RDS bisa menjadi bahan-bahan pertimbangan yang menyebabkan rendahnya
manfaat kortikosteroid.
Sedikitnya pengaruh variabel maternal terhadap keadaan nenonatal secara
umum mengindikasikan bahwa berat ringannya penyakit ibu, kurang berhubungan
dengan keadaan neonatus. Karena insiden dari IUGR meningkat sejalan dengan
tertundanya persalinan, maka hal ini mengindikasikan bahwa penundaan persalinan
hanya akan memperburuk keadaan bayi. Oleh karena itu indikator-indikator fetal
seperti IUGR dan oligo hidramnion harus ditiadakan bila penanganan secara ideal
ingin benar-benar dilaksanakan.
Laporan-laporan terdahulu7,8 dari Universitas Tennese, memphis telah
meragukan dugaan bahwa stress intra uterin karena PEB / eklampsi akan
mempercepat perkembangan neurologik dan perkembangan fisik janin. Dalam
laporan IUGR.
Kelangsungan hidup yang baik dalam serial study ini yang mencakup berat
lahir melebihi 1300 gr untuk usia kehamilan > 32 minggu mengindikasikan perlunya
peninjauan kembali protokol penatalaksanaan yang ideal bagi ibu dengan PEB dan
eklampsi.
9
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Neonatus dari Ibu dengan Preeklamsi Berat atau Eklamsi pada Kehamilan 24 – 33 minggu
Diajukan Kepada :Dr. H. Syafril Sanusi, Sp.OG
Disusun Oleh :Noviyanti (93.311.002)Rizki Ardiarti (93.311.107)Syahrul Anam (93.311.068)Jimmy Agung (93.311.041)Diana Rosa (94.311.021)
FK UPN “VETERAN” JAKARTA
Bagian Obstetri dan GinekologiFK UPN “Veteran” Jakarta / RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo PurwokertoJanuari 2001
10
JOURNAL READING