Negosiasi Dan Resolusi Konflik
-
Upload
m-sultan-maulanasyah -
Category
Documents
-
view
30 -
download
11
description
Transcript of Negosiasi Dan Resolusi Konflik
Definisi Konflik
Konflik berasal dari bahasa latin yaitu configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih, dimana
satu pihak berusaha menyingkirkan orang lain.
Menurut Nardjana (1978), konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak
g berbeda yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu
atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konfli merupakan kondisi ketidak cocokan antara
nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas. Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan
soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau
kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict
Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja
kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk
meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang
wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.kerja.
Adapun faktor penyebab konflik :
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan latar belakang, budaya, sehingga membentuk pribadi budaya yang
berbeda-beda.
Perbedaan kepentingan antar individu atau kelompok.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Berdasarkan jenisnya konflik dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Individual conflict. Adalah suatu jenis konflik yang hanya melibatkan dua pihak
secara langsung baik itu invidu maupun negara.
2. Collective conflict. Suatu jenis konflik yang bersifat kolektif dalam artian jumlah
pelaku konflik lebih dari satu mengahadapi pihak lain yang bersifat kolektif pula.
Berdasarkan bentuknya konflik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Psedoe conflict
2. Silent conflict
3. Actual conflict
Sifat konflik atau The Nature of The Conflict
Berdasarkan sifatnya konflik dibagi menjadi tiga sifat, yaitu :
1. Specific Conflict
2. General Coflict
3. Inter-connected Conflict
1. Specific Conflict
Specific conflict adalah sebuah konflik yang bersumber dari masalah-masalah yang
sifatnya spesifik (khas) misalanya dalam konteks idiologi, warisan berupa budaya,
kepercayaan, tradisi serta wilayah.
Contoh Specific conflict: Konflik Etnis di Sampit (Kalimantan Tengah)
Konflik etnis di Kalimantan Tengah ini membuat Sampit tiba-tiba menjadi sangat
terkenal pada pertengahan Februari 2002. Namanya sekonyong-konyong ibarat nama
selebritis yang menjulang ke angkasa, disebut-sebut para penyiar televise dan radio, ditulis
oleh wartawan koran dan majalah. Itulah Sampit, ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur,
yang menjadi saksi bisu terjadinya saling bantai antar anak manusia yang kebetulan berbeda
latar belakang suku.
Konflik Sampit terjadi antara warga pendatang (Madura) dan suku Dayak. Konflik ini
banyak dipicu oleh kenyataan bahwa etnis Madura pada taraf tertentu telah menjelma
menjadi kelompok yang berhasil menguasai berbagai sumberdaya ekonomi, sementara disisi
lain perilaku sosial mereka yang cenderung eksklusif semakin menegaskan komunalitas
etnisnya. Maka ketika terjadi gesekan-gesekan sosial, meskipun itu kecil, dengan etnis Dayak
sebagai penduduk asli cukup untuk menyulut sebuah konflik yang massif dan
berkepanjangan.
2. General Conflict
General Conflict adalah suatu konflik dimana sifat konflik tersebut memiliki nilai
kesamaan yang bersifat umum dalam arti kata meskipun konflik itu pada awalnya hanya
melibatkan dua pihak secara langsung akan tetapi akibat adanya kesamaan (keterkaitan) maka
mengakibatkan keterlibatan pihak lain. Misalnya masalah agama, Etnis, HAM, Lingkungan
hidup, dan Ancaman Nuklir.
Contoh General Conflict: Kasus Film Fitna
Film anti Al-Quran bikinan politikus sayap ultra kanan Geert Wilders resmi disiarkan
online pada tanggal 28 Maret 2008. Kepala Nabi Muhammad SAW disugestikan meledak.
Penyiaran film bertitel Fitna itu diumumkan dalam websites partai pimpinan Wilders, Partij
voor de Vrijheid/PVV (Partai untuk Kebebasan), dan ditautkan ke liveleak.com, Keputusan
Wilders ini mendahului sidang gugatan sela di Pengadilan Rotterdam yang diajukan oleh
organisasi muslim di Belanda.
Hari-hari menjelang pemublikasian film ini sebelumnya telah membuat pemerintah
Belanda nerveus, karena khawatir akan timbul dampak politik dan ekonomi berupa boikot
produk seperti menimpa Denmark. Pemerintah Belanda secara resmi mengambil jarak
terhadap isi film ini dan menegaskan bahwa visi Wilders tidak mewakili negeri dan rakyat
Belanda. Film Fitna yang dipantau langsung detikcom isinya jelas menghina, melecehkan dan
memprovokasi pemeluk agama Islam, yang merupakan visi politik Wilders.
Pada bagian akhir film ini dimunculkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW dengan
surban berbentuk bom di kepala, bersumber dari kartun Jyllands-Posten. Setelah beberapa
detik disugestikan bahwa bom itu meledak. Penyiaran film Fitna ini langsung menjadi
headline siaran berita waktu utama seluruh kanal televisi di Belanda. Film ini membuat jutaan
orang Muslim di berbagai belahan dunia melayangkan protes dan melakukan demontrasi.
Mereka merasa bahwa martabat mereka sebagai pemeluk agama Islam telah dilecehkam
melalui film itu dan menuntut adanya penarikan film dan pemboikotan situs-situs yang
menayakan film tersebut.
3. Inter-Connected Conflict
Inter-connected conflict adalah suatu konflik yang saling kait-mengkait dimana
meskipun pada awalnya konflik itu diakibatkan hanya karena satu persoalan, akan tetapi
setelah kejadian merembes ke persoalan lainnya baik dari segi substansi maupun aktornya.
Contoh Inter-connected conflict: Invasi Uni Soviet di Afghanistan (1979-1989)
Perang Uni Soviet-Afghanistan merupakan bagian dari Perang Dingin, dan Perang
Saudara Afghanistan. Perang ini memiliki dampak yang sangat besar, dan merupakan salah
satu faktor runtuhnya kekuatan Uni Soviet pada tahun 1991.
Konflik yang berujung perang antara Uni Soviet (bersama PDRA atas permintaan
bantuan militer oleh PDRA) dengan Afghanistan (Mujahidin) terjadi akibat adanya perbedaan
pandangan Ideologi dalam menjalankan proses pemerintahan. Kubu Uni Soviet mendukung
tindakan reformasi ekonomi dan sosial, dimana Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan
menerapkan program reformasi bergaya Soviet. Perubahan hukum tentang perkawinan dan
tanah tidak diterima secara baik oleh masyarakat setempat yang mengikuti tradisi Islam.
Akibat dari itu, ribuan anggota dari elit tradisional, pemuka-pemuka agama, dan paranormal
diadili menjadi alasan bagi kubu Mujahidin (Islam Fundamentalis) untuk melakukan
pemberontakan.
Invasi Uni Soviet ditandai dengan masuknya bala tentara pada tanggal 25 Desember
1979. Pasukan Uni Soviet atas permintaan PDRA mengambil alih kendali, melakukan
berbagai macam operasi atas kaum mujahidin. Melihat keadaan yang demikian, Amerika
Serikat pun ikut andil. Karena takut semakin meluasnya pengaruh Soviet maka Amerika
mengirim bantuan kepada Afghanistan berupa persenjataan dan uang tunai. Para Mujahidin
didukung dengan dana sebesar Tiga miliar Dollar oleh Amerika Serikat yang berseteru
dengan Uni Soviet pada masa itu. Demikian pula dengan Inggris, Pakistan dan negara Arab
lainnya. Bantuan militer tersebut cukup ampuh dalam mengimbangi semangat juang kaum
mujahidin yang pada akhirnya mampu memukul mundur pasukan Uni Soviet.
Jadi selain adanya masalah internal PDRA dan kaum mujahidin Afghanistan adapula
perang eksternal antara Uni Soviet dan AS baik dibidang ideology maupun militer. Setelah
Perang dengan beribu-ribu korban meninggal dan kerusakan yang begitu parah, Uni Soviet
akhirnya meninggalkan Afghanistan dengan penarikan tentara terakhir dilakukan pada
tanggal 2 Februari 1989. Amerika pun ikut meninggalkan Afghanistan.
Dapat dilihat sifat-sifat konflik begitu beragam, banyak faktor yang menyebabkan sifat
konflik tersebut. Oleh karena itu, sebagai warga indonesia sebisa mungkin menghindari
konflik terjadi.