NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

94
DRAF LAPORAN AKHIR NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN Disiapkan oleh: Tim Konsultan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Boyolali PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN 2019

Transcript of NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

Page 1: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

DRAF LAPORAN AKHIR

NASKAH AKADEMIK

PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI

TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN

Disiapkan oleh:

Tim Konsultan

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Boyolali

PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN

2019

Page 2: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjuangan dalam upaya mewujudkan dan mencapai cita-

cita nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

terekam dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia berfungsi

sebagai memori kolektif bangsa. Perjuangan tersebut tercermin

dalam upaya yang dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat,

bangsa, dan negara baik melalui Lembaga negara, pemerintahan

daerah, lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan,

organisasi poiitik, perusahaan, maupun perseorangan. Memori

kolektif bangsa yang merupakan rekaman dari sejarah perjalanan

bangsa itu merupakan asset nasional yang menggambarkan situasi

dan jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Setiap langkah

dan dinamika gerak maju bangsa, masyarakat, dan negara

Indonesia ke depan harus didasarkan pada pemahaman,

penghayatan, dan catatan atas identitas dan jati diri bangsa

tersebut yang terekam dalam bentuk arsip.

Pada proses perwujudan penyelenggaraan pemerintahan

yang baik dan pemerintah yang bersih (good governance dan clean

government), arsip yang tercipta harus dapat menjadi sumber

informasi, acuan dan bahan pembelajaran masyarakat, bangsam

dan negara. Arsip juga dapat dijadikan sebagai sarana dalam

menjaga agar dinamika gerak maju masyarakat, bangsa, dan

negara ke depan agar senantiasa berada pada pilar perjuangan

mencapai cita-cita nasional. Oleh karena itu setiap Lembaga

negara, pemerintahan daerah, Lembaga Pendidikan, organisasi

Page 3: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-2

politik, organisasi kemasyarakatan, perusahaan dan perseorangan

harus menunjukkan tanggung jawabnya dalam penyelenggaraan,

penciptaan, pengelolaan, dan pelaporan arsip yang tercipta dari

kegiatan-kegiatannya.

Pertanggungjawaban kegiatan dalam penciptaan,

pengelolaan, dan pelaporan arsip dimaksud diwujudkan dalam

bentuk menghasilkan suatu system rekaman kegiatan yang factual,

utuh, sistematis, autentik, terpercaya, dan dapat digunakan. Untuk

mewujudkan pertanggungjawaban tersebut dibutuhkan kehadiran

suatu Lembaga kearsipan baik yang bersifat nasional, daerah,

maupun perguruan tinggi yang berfungsi mengendalikan kebijakan,

pembinaan, pengelolaan kearsipan nasional agar terwujud system

penyelenggaraan kearsipan nasional yang komprehensif dan

terpadu.

Arsip berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan merupakan rekaman kegiatan atau peristiwa

dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan

teknologi reformasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh

Lembaga negara, pemerintah daerah, Lembaga Pendidikan,

perusahaan, organisasi publik, organisasi kemasyarakatan, dan

perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Penyelenggaraan kearsipan kabupaten/

kota dalam peraturan perundang-undangan tersebut ditegaskan

menjadi tanggung jawab pemerintahan kabupaten/ kota.

Tujuan penyelenggaraan kearsipan daerah antara lain

adalah untuk kepentingan pertanggungjawaban daerah kepada

generasi yang akan dating dan melestarikan memori daerah. Untuk

itu diperlukan penyelematan dan pelestarian arsip sebagai bahan

bukti yang nyata, benar dan lengkap. Penyelenggaraan kearsipan

biasanya didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang meliputi

ke bijakan pengelolaan arsip dinamis dan statis, serta pembinaan

Page 4: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-3

kearsipan dalam suatu system kearsipan daerah yang didukung

oleh sumber daya manusia, prasana dan sarana, serta sumber

daya lainnya. Pelaksanaan pemerintahan dapat tercapai apabila

arsip dikelola secara professional sejak tahap paling awal tercipta

setiap satuan arsip sampai dengan tahap pemanfaatan suatu arsip.

Sehingga peran arsip ini sangat penting dan strategis dalam

rangka menghadapi tantangan globalisasi dan untuk mendukung

terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan

bersih, serta peningkatan kuliatas pelayanan public.

Penyelenggaraan kearsipan harus dilakukan dalam suatu system

penyelenggaraan kearsipan daerah yang komprehensif dan

terpadu. Untuk mewujudkan system penyelenggaraan kearsipan

daerah yang komprehensif dan terpadu, perlu dibangun sistem

kearsipan daerah yang meliputi pengelolaan arsip dinamis dan

pengelolaan arsip statis.

Sistem kearsipan daerah adalah suatu system yang

membentuk pola hubungan kekerlanjutan antar berbagai

komponen yang memiliki fungsi dan tugas tertentu, interaksi antar

pelaku serta unsur lain yang saling mempengaruhi dalam

penyelenggaraan kearsipan di lingkungan Pemerintah Daerah.

Selanjutnya diharapkan system kearsipan daerah itu berfungsi

menjamin keetrsediaan arsip yang autentik, utuh dan terpercaya,

serta mampu mengidentifikasikan keberadaan arsip yang memiliki

keetrkaitan, informasi sebagai satu keutuhan informasi pada

semua organisasi kearsipan.

Sistem kearsipan pemerintah daerah di dalamnya memuat

system informasi kearsipan daerah dan jaringan informasi

kearsipan daerah, yang keduanya merupakan bagian dari system

informasi kearsipan nasional dan jaringan informasi kearsipan

nasional. Sistem informasi kearsipan daerah merupakan suatu

system informasi di lingkungan Pemerintah Daerah yang dikelola

Page 5: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-4

oleh Perangkat Daerah yang bertugas dalam bidang kearsipan yang

menggunakan sarana jaringan informasi kearsipan daerah.

Sementara itu jaringan informasi daerah merupakan system

jaringan informasi dan sarana pelayanan arsip di lingkungan

Pemerintah Daerah yang akan digunakan sebabai wadah layanan

informasi kearsipan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah

diatasnya, Pemerintah Daerah sendiri dan masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Boyolali menyadari bahwa system

penyelenggaraan kearsipan daerah yang komprehensif dan terpadu

harus dibangun dengan mengimplementasikan prinsip, kaidah,

norma, standar, prosedur, dan kriteria, pembianaan kearsipan,

system pengelolaan arsip, sumber daya pendukung, serta peran

serta masyarakat dan organisasai profesi yang sedemikian rupa

sehingga mampu merespon tuntutan dinamika gerak maju

masyarakat di wilayah Kabupaten Boyolali ke depan. Untuk

mewujudkan system penyelenggaraan kearsipan daerah yang

komprehensif dan terpadu tersebut, maka Pemerintah Kabupaten

Boyolali perlu membentuk Peraturan Daerah yang mengatur

tentang penyelenggaraan kearsipan. Dan untuk mendapatkan

Peraturan Daerah yang komprehensif, aspiratif dan implementatif

dalam mengatur penyelenggaraan kearsipan daerah ini, maka

perlu dilakukan penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan

Kearsipan.

B. Identifikasi Masalah

Arsip sebagai bagian identitas dari identitas bangsa dapat

berperan dalam mewujudkan dan mempertahankan Negara

Kesaturan Republik Indonesia, dimana keberadaan arsip tersebut

Page 6: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-5

dapat menjadi salah satu sarana penyelematan wilayah negara dan

simpul pemersatu bangsa. Dengan demikian perhatian terhadap

keberadaan dan kelestarian arsip perlu ditingkatkan dimana arsip

dapat berupa bukti rekaman penyelenggaraan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Perwujudan penyelenggaraan kearsipan nasional maupun

daerah yang komprehensif dan terpadu hanya dapat dilakukan

dengan secara integrative membangun system kearsipan nasional

dan system kearsipan daerah. Dengan system kearsipan nasional

maupun daerah itu dapat dijamin ketersediaan arsip yang autentik,

utuh, terpercaya, dan dapat dengan mudah melakukan identifikasi

keberadaan arsip yang memiliki keterkaitan informasi sebagai satu

keutuhan informasi di semua organisasi kearsipan. Selain itu

system kearsipan nasional maupun daerah dapat digunakan

sebagai acuan dalam penyelenggaraan kearsipan oleh Lembaga

kearsipan dan pencipta arsip, yang didukung oleh sumber daya

manusia, prasarana dan sarana, serta sumber daya lain sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Cakupan pembangunan system kearsipan nasional maupun

daerah meliputi penetapan kebijakan, pembinaan kearsipan, dan

pengelolaan arsip. Cakupan pengelolaan arsip yang dimaksud

meliputi arsip yang bersifat dinamis maupun arsip yang bersifat

statis. Pengelolaan arsip dinamis dimulai dari tahap penciptaan

hingga penyusutan, yang pelaksanaannya secara sistematis

mengacu pada rancang bangun dan pengoperasian yang terpadu

antara system kearsipan dan system kegiatan organisasi dalam

pengelolaannya sebagai suatu system. Sedangkan pengelolaan

arsip statis secara professional bertujuan untuk menjamin

keselamatan arsip statis sebagai pertanggungjawaban nasional

bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

sehingga pada akhirnya dapat diakses secara terbuka oleh

Page 7: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-6

masyarakat luas dalam rangka pemenuhan hak untuk memperoleh

informasi dalam berbagai kebutuhan dan kepentingan.

Urgensi akan peran arsip dalam perwujudan

penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance)

dan pemerintah yang bersih (clean government) masih belum

diyakini sampai pada setiap lini penyelenggara pemerintahan

daerah. Sehingga lembaga pengelola kearsipan dan hal ikhwal

penyelenggaraan kearsipan di daerah seringkali masih

dianaktirikan dari segi ketersediaan anggaran sampai pada

perwujudan sarana serta prasarana di bidang kearsipan daerah,

termasuk belum adanya peraturan perundang-undangan daerah

dalam mengatur penyelenggaraan kearsipan.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan di

atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah dalam rangka

penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

(Raperda) Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan,

yaitu:

1. Masih kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam bidang

penyelenggaraan kearsipan, terkait dengan sumber daya

manusia, sarana dan prasarana, instrument hukum (peraturan

perundang-undangan) serta peran penting kearsipan daerah

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, pelayanan

masyarakat dan pembangunan daerah pada umumnya;

2. Perlunya dibentuk Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali yang

mengatur tentang penyelenggaraan kearsipan di daerah

sebagai satu kesatuan system kearsipan nasional sebagai acuan

dalam pembangunan kearsipan di wilayah Kabupaten Boyolali;

3. Hal-hal apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan

filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Raperda Kabupaten

Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan.

Page 8: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-7

4. Apa tujuan dan sasaran yang akan dicapai, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan yang akan

dituangkan dalam Raperda Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan.

5. Apakah pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan memiliki landasan

akademik sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

C. Maksud dan Tujuan Serta Manfaat Penyusunan

1. Maksud Kegiatan

Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan ini dimaksudkan untuk

menyediakan dokumen yang menjelaskan alasan dan

urgensi serta hal-hal yang perlu diatur dalam rangka

mendorong, menguatkan, mengarahkan dan mendasari

penyelenggaraan kearsipan di wilayah Kabupaten Boyolali.

2. Tujuan Kegiatan

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang

dikemukakan di atas, secara rinci tujuan penyusunan Naskah

Akademik ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam upaya

untuk meningkatkan pembangunan dalam bidang

penyelenggaraan kearsipan di Kabupaten Boyolali serta

cara-cara mengatasi permasalahan tersebut.

b. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai

alasan penetapan Raperda Kabupaten Boyolali tentang

Page 9: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-8

Penyelenggaraan Kearsipan sebagai dasar hukum

penyelesaian atau solusi permasalahan dalam urusan

pemerintahan sub bidang kearsipan di Kabupaten Boyolali;

c. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis,

sosiologis, yuridis bagi Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan;

d. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan.

3. Manfaat Kegiatan

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan

Kearsipan ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi acuan

atau referensi bersama Pemerintah Kabupaten Boyolali dan

DPRD Kabupaten Boyolali dalam penyusunan dan pembahasan

Raperda Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan

Kearsipan.

4. Target/ Sasaran Kegiatan

Target/ Sasaran dari kegiatan Penyusunan Naskah

Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali

tentang Penyelenggaraan Kearsipan ini adalah sebagai

berikut.

a. Tersusunnya naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan;

b. Rencana tindak lanjut dalam proses legislasi atas

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan yang disiapkan ini.

Page 10: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-9

D. Metode Penulisan

1. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan yuridis normatif. Yuridis normatif

dimaksudkan untuk melihat permasalahan terkait

penyelenggaraan kearsipan melalui penyelenggaraan

kearsipan dengan melakukan pengkajian terhadap dokumen-

dokumen baik berupa peraturan perundang-undangan

maupun dokumen kebijakan-kebijakan yang berkaitan

dengan pokok permasalahan yaitu berhubungan dengan

penyelenggaraan kearsipan dan juga berdasarkan dari

berbagai laporan hasil penelitian dan pertemuan diskusi dan

konsultasi. Pengujian dan penyempurnaan konsep juga

dilakukan dengan menyelenggarakan Focus Group Discussion

(FGD) dan konsultasi publik (public hearing).

2. Jenis dan Sumber Data

Oleh karena penelitian ini adalah penelitian normatif,

maka data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa

data sekunder yang meliputi: bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan

bahan hukum yang bersifat autoritif yang artinya mempunyai

otoritas yang bersifat mengikat.

Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-

undangan, dan catatan resmi atau risalah-risalah dalam

pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.

Sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua publikasi

tentang hukum yang bukan merupakan dokumentasi resmi.

Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-

kamus hukum, dan jurnal-jurnal hukum (Peter Mahmud

Page 11: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-10

Marzuki, 2005:141). Semua bahan hukum yang dikumpulkan

tersebut terkait dengan penyelenggaraan kearsipan di

Kabupaten Boyolali.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini digunakan teknik pengumpulan bahan hukum

dengan studi dokumen atau bahan pustaka, baik dari media

cetak maupun elektronik (internet). Bahan-bahan hukum yang

dikumpulkan senantiasa dipastikan terkait dengan kondisi dan

permasalahan penyelenggaraan kearsipan.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan observasi

langsung pada Organisasi Perangkat Daerah yang secara

langsung maupun tidak langsung bertanggung jawab dan

berkaitan dengan urusan pemerintahan wajib kearsipan dan

perpustakaan secara umum, dan khususnya penyelenggaraan

kearsipan daerah. Pencarian data dengan observasi langsung

pada objek penyelenggara urusan pemerintahan bidang

kearsipan itu dilakukan dengan membaca, mencatat,

merekam, mengcopy, mengkaji dan mempelajari laporan-

laporan dan landasan pustaka yang mempunyai kaitan erat

dengan pokok permasalahan.

4. Metode Analisis Data

Teknik Analisis data dilakukan secara deskriptif analitik,

dimana semua data-data dan informasi yang telah

dikumpulkan, ditabulasi dan diolah serta dianalisis dan

ditafsirkan serta dijabarkan dengan mendasarkan pada kaidah

ilmiah atau teori-teori yang berlaku. Penafsiran dan analisis

data dan informasi dimaksudkan untuk mendapatkan kejelasan

(pemecahan dari masalah yang akan dibahas).

Page 12: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

I-11

Teknik analisis dilakukan secara interpretasi, yaitu data

diinterpretasikan dan dijabarkan dengan mendasarkan pada

suatu norma-norma dan teori-teori ilmu hukum yang berlaku,

sehingga pengambilan keputusan yang menyimpang seminimal

mungkin dapat dihindari. Dengan demikian metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam metode

kualitatif. Data yang telah terkumpul baik dari hasil observasi,

maupun hasil dari studi dokumen dikelompokkan sesuai

dengan permasalahan yang akan dibahas.

Page 13: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-1

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Pemerintahan Daerah

Pemerintahan Daerah di Indonesia harus dipahami

sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemahaman tersebut juga

dipergunakan dalam memahami arti dari Pasal 18, Pasal 18 A

dan Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Politik konstitusi UUD 1945 tetap

menjadikan Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang

berbentuk Republik, meskipun sudah dilakukan amandemen

terhadap Pasal 1 UUD 1945 itu. Pasal 18 ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menyebutkan Negara Kesatuan Indonesia dibagi atas daerah-

daerah provinsi dan daerah-daerah provinsi itu dibagi atas

kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan

kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan

undang-undang.

Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan Pemerintahan

Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan sebagai urusan pemerintah Pusat. Ketentuan Pasal

18 ayat (1) dan ayat (5) di atas tidak dapat dipisahkan

dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi: Negara

Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.

Tentang hal ini Laica Marzuki mengatakan bentuk Negara (de

Page 14: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-2

staatsvorm) RI secara utuh harus dibaca dan dipahami dalam

makna Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang

berbentuk Republik, yang disusun berdasarkan desentalisatie,

dijalankan atas dasar otonomi yang seluas-luasnya, menurut

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 juncto Pasal 18 ayat (1) dan ayat (5)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Bentuk Negara Kesatuan yang berbentuk republik, dan

disusun berdasarkan desentralisasi itu merupakan

constitutionele kenmerken dari de staatsvorm van Republik

Indonesia (Imam Soebechi, 2012:50).

Selanjutnya Politik hukum dalam pengaturan

pemerintahan daerah dirumuskan dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

disebutkan bahwa Pemerintahan daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah

daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Secara faktual pentingnya dilaksanakan pemerintahan

daerah dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan berikut

(Hanif Nurcholis, 2005: 31-32):

a. Adanya perbedaan daerah dalam sistem sosial, politik

dan budaya

Umumnya kesatuan masyarakat daerah telah

tumbuh, berkembang, dan eksis sebagai kesatuan

masyarakat hukum sebelum terbentuknya negara

nasional. Kesatuan masyarakat hukum ini telah

mengembangkan lembaga sosial yang dikembangkan

Page 15: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-3

mencakup lembaga politik, ekonomi, sosial, budaya, dan

pertahanan-keamanan.

Kondisi alamiah tersebut menjadi fakta politik,

sosial, dan budaya yang selanjutnya mempengaruhi

lembaga-lembaga formal yang dibentu negara. Oleh

karena itu negara perlu mengakomodasi fakta tersebut

dengan menyelnggarakan sistem pemerintahan daerah.

Dengan menempuh cara ini maka struktur lembaga

formal akan diperkuat. Selanjutnya dengan sistem

pemerintahan daerah yang disepakati semua pihak maka

akan tercipta tingkat kohevisitas yang tinggi. Dengan

demikian, Pemerintahan daerah justru akan

memperkokoh integritas bangsa.

b. Upaya untuk mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat.

Dalam sistem pemerntahan daerah, Pemerintah

Daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus

urusan masyarakat setempat berdasarkan kepentingan

dan aspirasinya. Dengan kewenangan ini masyarakat

daerah setempat melalui wakil-wakilnya membuat

kebijakan publik/ kebijakan daerah. Kebijakan daerah ini

lalu dilaksanakan oleh pejabat-pejabat daerah setempat.

Dengan demikian urusan masyarakt diputuskan oleh

masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika muncul

masalah, dengan cepat masyarakat akan

menyelesaikannya. Pelayanan publik yang diberikan oleh

pejabat pelaksana dapat diterima masyaraat secara cepat

dan mudah karena tidak terdapat jalur birokrasi yang

panjang, komplek dan berbelit-belit.

Page 16: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-4

c. Menciptakan administrasi pemerintahan yang efisien.

Penyelenggaraan pemerintahan dengan cara

terpusat akan melahirkan hirarki dan rantai komando

yang panjang. Melalui sistem pemerintahan daerah,

pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur

dan mengurus urusan-urusan yang diserahkan

kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak

sekedar melaksanakan ketentuan dari pusat tapi

membuat rencana, melaksanakan, mengendalikan dan

mengawasinya sendiri. Dalam hal ini pengambilan

keputusan berada di daerah, begitu juga tentang

pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawabannya.

2. Asas-asas Pemerintahan Daerah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah itu dikenal 3 (tiga) asas

penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yaitu asas

desentralisasi, dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.

Asas-asas Desentralisasi adalah penyerahan wewenang

pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom dalam

rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah

kepada Gubenur sebagai wakil pemerintah dan/atau

perangkat pusat di daerah, sedangkan asas Tugas

Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada

daerah dan desa, dan dari daerah ke desa untuk

melaksanakan tugas tertentu yang disertai dengan

pembiayaan, saran dan prasarana serta sumber daya manusia

Page 17: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-5

dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan

mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskannya.

3. Prinsip-prinsip Pemerintahan Daerah Menurut Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014

Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

menguraikan bahwa terdapat beberapa prinsip pemberian

otonomi daerah yang dipakai sebagai pedoman dalam

pembentukan dan penyelenggaraan daerah otonom yaitu:

a. Penyelenggaraan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan

serta potensi dan keanekaragaman Daerah;

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi

luas, nyata dan bertanggung jawab;

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh

diletakkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,

sedangkan Daerah Provinsi merupakan otonomi yang

terbatas;

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan

konstitusi negara terjamin hubungan yang serasi antara

Pusat dan Daerah serta antar Daerah;

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan

kemandirian Daerah Otonom.

4. Tinjauan Rencana Penyelenggaraan Kearsipan

Perjuangan dalam upaya mewujudkan dan mencapai

cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang terekam dalam sejarah perjalanan bangsa

Indonesia berfungsi sebagai memori kolektif bangsa.

Perjuangan tersebut tercermin dalam upaya yang dilakukan

oleh seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan negara baik

Page 18: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-6

melalui Lembaga negara, pemerintahan daerah, Lembaga

Pendidikan, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik,

perusahaan, maupun perseorangan.

Memori kolektif bangsa yang merupakan rekaman dari

sejarah perjalanan bangsa tersebut merupakan asset nasional

yang menggambarkan identitas dan jati diri bangsa Indonesia

yang sesungguhnya. Setiap langkah dan dinamika gerak maju

bangsa, masyarakat, dan negara Indonesia ke depan harus

didasarkan pada pemahaman, penghayatan, dan catatan atas

identitas dan jati diri bangsa tersebut yang terekam dalam

bentuk arsip.

Dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan negara

yang baik dan bersih (good governance) serta dalam menjaga

agar dinamika gerak maju masyarakat, bangsa, dan negara

ke depan agar senantiasa berada pada pilar perjuangan

mencapai cita-cita nasional, arsip yang tercipta harus dapat

menjadi sumber informasi, acuan, dan bahan pembelajaran

masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu setiap

Lembaga negara, pemerintahan daerah, Lembaga Pendidikan,

organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, perusahaan

dan perseorangan harus menunjukkan tanggung jawabnya

dalam penyelenggaraan, penciptaan, pengelolaan, dan

pelaporan arsip yang tercipta dari kegiatan-kegiatannya.

Pertanggungjawaban kegiatan dalam penciptaan,

pengelolaan dan pelaporan arsip tersebut diwujudkan dalam

bentuk menghasilkan suatu system rekaman kegiatan yang

factual, utuh, sistematis, autentik, terpercaya, dan dapat

digunakan. Untuk mewujudkan pertanggungjawaban tersebut

dibutuhkan kehadiran suatu Lembaga kearsipan, baik yang

bersifat nasional, daerah, maupun perguruan tinggi yang

berfungsi mengendalikan kebijakan, pembinaan pengelolaan

Page 19: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-7

kearsipan nasional agar terwujud system penyelenggaraan

kearsipan nasional yang komprehensif dan terpadu.

5. Tinjauan Pengaturan Penyelenggaraan Kearsipan

Pengaturan mengenai kearsipan diharapkan dapat

memberikan penjelasan hal-hal yang berkaitan dengan

kearsipan sebagai berikut:

a. Pengertian dan Batasan penyelenggaraan kearsipan;

b. Asas, tujuan, dan ruang lingkup penyelenggaraan

kearsipan;

c. System kearsipan nasional, system informasi kearsipan

nasional, dan jaringan informasi kearsipan nasional;

d. Penyelenggaraan kearsipan;

e. Pengelolaan arsip;

f. Autentikasi;

g. Pembinaan kearsipan;

h. Organisasi;

i. Pendanaan;

j. Sumber daya manusia;

k. Prasarana dan sarana;

l. Perlindungan dan penyelamatan arsip;

m. Sosialisasi;

n. Peran serta masyarakat dan organisasi profesi; dan

o. Sanksi administratif dan ketentuan pidana.

B. Kajian Terhadap Asas-Asas Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan terkait dengan penyusunan Norma

Untuk memahami asas-asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik, dapat dimulai dari pengertian

Page 20: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-8

tentang asas hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo asas hukum

atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum konkrit, melainkan

merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan

latar belakang dari peraturan konkrit yang terdapat dalam dan

dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan

perundang-undangan dan putusan-putusan hakim yang

merupakan hukum positif dan dapat dikemkakan dengan mencari

sifat-sifat umum dari peraturan yang konkret tersebut. Fungsi

ilmu hukum adalah mencari asas hukum ini dalam hukum positif

(Yuliandri, 2009: 20).

Menurut ketentuan UU Nomor 32 Tahun 2004, dikenal 3

(tiga) asas penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yaitu asas

desentralisasi, dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. Asas-

asas Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan

oleh Pemerintah kepada daerah otonom dalam rangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Asas Dekonsentrasi adalah

pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubenur sebagai

wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah, sedangkan

asas Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah

kepada daerah dan desa, dan dari daerah ke desa untuk

melaksanakan tugas tertentu yang disertai dengan pembiayaan,

saran dan prasarana serta sumber daya manusia dengan

kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung-

jawabkannya kepada yang menugaskannya.

Menurut A. Hamid S. Attamimi, pembentukan peraturan

perundang-undangan Indonesia yang patut, adalah : a) Cita

Hukum Indonesia, b) Asas Negara Berdasar Atas Hukum dan Asas

Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi dan c) Asas-asas

lainnya (Maria Farida , 2007 :228). Lebih lanjut dijelaskan Asas-

asas pembentukkan peraturan perundang-undangan yang patut

ini meliputi juga :

Page 21: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-9

1. Asas tujuan yang jelas;

2. Asas perlunya pengaturan;

3. Asas organ/lembaga dan materi muatan yang tepat;

4. Asas dapatnya dilaksanakan;

5. Asas dapatnya dikenali;

6. Asas perlakuan yang sama dalam hukum;

7. Asas persatuan hukum;

8. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual. (Maria

Farida, 2007 :230).

Pembentukan peraturan perundang-undangan di

Indonesia, terdapat 2 (dua) asas hukum yang perlu diperhatikan,

yaitu asas hukum umum yang khusus memberikan pedoman dan

bimbingan bagi pembentukan isi peraturan dan asas hukum

lainnya yang memberikan pedoman dan bimbingan bagi

penuangan peraturan ke dalam bentuk dan susunannya, bagi

metode pembentukannya dan bagi proses serta prosedur

pembentukannya. Asas hukum yang terakhir ini dapat disebut

asas peraturan perundang-undanngan yang patut. Kedua asas

hukum tersebut berjalan seiring berdampingan memberikan

pedoman dan bimbingan serentak dalam setiap kali ada kegiatan

pembentukan peraturan perundang-undangan masing-masing

sesuai dengan bidangnya.

Asas-asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan

menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan tertuang dalam

Pasal 5 dan Pasal 6. Pasal 5 menyebutkan dalam membentuk

Peraturan Perundang-undangan harus dilaukan berdasarkan pada

asas pembentukan Peraturan perundang-undangan yang baik,

yang meliputi:

Page 22: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-10

1. Asas Kejelasan Tujuan

Bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan

harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

2. Asas Kelembagaan atau Organ Pembentuk Yang Tepat

Bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus

dibuat oleh lembaga/ pejabat Pembentuk peraturan

perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-

undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum,

apabila dibuat oleh lembaga/ pejabat yang tidak berwenang.

3. Asas Kesesuaian antara Jenis dan Materi Muatan

Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat

dengan jenis peraturan perundang-undangannya.

4. Dapat Dilaksanakan

Bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

harus memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang-

undangan tersebut di dalam masyarakat baik secara fisiologis,

yuridis, maupun sosiologis.

5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan

Bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena

memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam

mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

6. Asas Kejelasan Rumusan

Bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus

memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan

Perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau

istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti

sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi

dalam pelaksanaannya.

Page 23: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-11

7. Asas Keterbukaan

Bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan

pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat

transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan

masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya

untuk memberikan masukan dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Sedangkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tenteng Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan perundang-

undangan harus mencerminkan asas :

a. Pengayoman;

b. Kemanusiaan;

c. Kebangsaan;

d. Kekeluargaan;

e. Kenusantaraan;

f. bhineka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

C. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru untuk

Mengatur Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya terhadap

Penyelenggaraan Kearsipan.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam era otonomi

daerah dimaksudkan untuk mengoptimalkan: (a) Pelayanan

Publik/ Masyarakat; (b) Pelaksanaan Pembangunan di berbagai

Page 24: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-12

bidang kehidupan masyarakat; dan (c) Peningkatan Kesejahteraan

masyarakat. Semua cakupan kegiatan-kegiatan tersebut sangat

terkait dengan penyelenggaraan kearsipan.

1. Kondisi Geografi Daerah Kabupaten Boyolali

Kondisi sumber daya alam daerah sangat tergantung

dari kondisi litologi atau jenis tanah yang ada di wilayah

tersebut. Kabupaten Boyolali memiliki jenis tanah regosol,

grumusol, latosol, andosol, dan mediteran, dengan rincian dan

sebaran sebagai berikut:

a. Tanah asosiasi latosol dan grumusol kelabu tua merupakan

6,18% dari wilayah Kabupaten Boyolali yang menyebar di

wilayah-wilayah Kemusu, Klego, Andong, Karanggede,

Wonosegoro dan Juwangi.

b. Tanah regosol kelabu meliputi lahan seluar 10,00% dari

wilayah Kabupaten Boyolali yang menyebar di wilayah-

wilayah kecamatan Cepogo, Ampel, Boyolali, Mojosongo,

Teras, Banyudono, dan Sawit.

c. Tanah regosol kelabu dan litosol meliputi lahan seluas

7,63% dari wilayah Kabupaten Boyolali meliputi wilayah

Selo, Cepogo, dan Musuk.

d. Tanah regosol cokelat kekelabuan meliputi lahan seluas

6,81% dari wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-

eilayah Cepogo, Boyolali, Musuk, Mojosongo, Teras,

Banyudono, dan Sawit.

e. Tanah kompleks regosol kelabu dan grumusol tua meliputi

lahan seluas 20,65% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri

dari wilayah-wilayah Juwango, Wonosegoro, dan Kemusu.

f. Tanah andosol cokelat meliputi lahan seluas 3,73% wilayah

Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah Selo, Ampel, dan

Cepogo.

Page 25: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-13

g. Tanah kompleks andosol kelabu tua dan latosol meliputi

lahan seluar 5,92% dari wilayah Kabupaten Boyolali terdiri

dari wilayah-wilayah Selo, Ampel, dan Cepogo.

h. Tanah gromosol kelabu tua dan latosol meliputi lahan

seluas 1,46% wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari

wilayah-wilayah Andong dan Klego.

i. Tanah gromosol kelabu tua meliputi lahan seluas 1,47%

wilayah Kabupaten Boyolali pada wilayah Juwangi.

j. Tanah asosiasi grumusol kelabu tua, mediteran cokelat

meliputi lahan seluas 8,62% dari wilayah Kabupaten

Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah Simo, Sambi,

Nogosaro, dan Ngemplak.

k. Tanah mediteran cokelat tua meliputi lahan seluas 24,42%

wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari wilayah-wilayah

Wonosegoro, Karanggede, Kemusu, Klego, Andong, Simo,

Sambi, Ngemplak, Banyudono, Teras, dan Mojosongo.

l. Tanah latosol cokelat meliputi lahan seluas 4,31% wilayah

Kabupaten Boyolali yang terdiri dari wilayah-wilayah

Ampel, Selo, dan Cepogo.

Struktur tanah di Kabupaten Boyolali bagian timur laut

tepatnya di sekitar wilayah Kecamatan Karanggede dan Simo

pada umumnya berupa tanah kampung. Pada bagian tenggara

yaitu di sekitar wilayah Kecamatan Banyudono dan Sawit

struktur tanahnya berupa tanah geluh. Pada bagian barat laut

yaitu di sekitar wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo struktur

tanahnya berupa tanah berpasir. Dan pada bagian utara yaitu

di sepanjang perbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan

struktur tanahnya berupa tanah berkapur. Jenis tanah tersebut

akan mewarnai sifat-sifat lahan yang memungkinkan

pemanfaatan lahan yang bervariasi sesuai dengan sifat,

kekhasannya untuk kegunaan tertentu.

Page 26: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-14

Gambar 2.1.

Peta Jenis Tanah Kabupaten Boyolali

Kondisi jenis-jenis lahan itu ditunjang dengan potensi

hidrologi di Kabupaten Boyolali sangat mendukung

pemanfaatan sumber daya alam untuk kegiatan produktif

dengan industri pengolahan. Hidrologi di Kabupaten Boyolali

termasuk dalam 3 wilayah sungai (ws) yaitu:

a. Lintas Provinsi : WS Bengawan Solo dengan jaringan

sumber daya airnya berupa Daerah Aliran Sungai (DAS)

Bengawan Solo;

b. WS Strategis Nasional : WS Jratun Seluna dengan jaringan

sumber daya airnya berupa DAS Tuntang dan DAS Serang-

Lusi;

c. WS Progo yang melewati wilayah di Kecamatan Selo.

Page 27: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-15

Penunjang lain adalah banyaknya potensi sumber

mata air, embung dan waduk yang dapat dimanfaatkan

masyarakat baik untuk kepentingan rumah tangga maupun

kegiatan ekonomi lainnya, seperti industri, pertanian dan

peternakan. Beberapa sumber mata air di Kabupaten Boyolali

itu adalah:

a. Sumber air dangkal/ mata air, meliputi mata air Tlatar di

Kecamatan Boyolali, mata air Nepen di Kecamatan Teras,

mata air Pengging di Kecamatan Banyudono, mata air

Pantaran di Kecamatan Ampel, mata air Wonopedut di

Kecamatan Cepogo dan mata air Mungup di Kecamatan

Sawit;

b. Waduk, meliputi Waduk Kedungombo (3.536 ha) di wilayah

Kecamatan Kemusu, Waduk Kedungdowo (48 ha) di

wilayah Kecamatan Andong, Waduk Cengklik (240 ha) di

wilayah Kecamatan Ngemplak, dan Waduk Bade (80 ha) di

wilayah Kecamatan Klego;

c. Sungai, meliputi Sungai Serang (melintasi Kecamatan

Kemusu dan Kecamatan Wonosegoro), sungai Cemoro

(melintasi Kecamatan Simo dan Nogosari), sungai Pepe

(melintasi Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Teras,

Banyudono, Sambi dan Ngemplak), dan sungai Gandul

(melintasi Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk, Mojosongo,

Teras, dan Sawit).

Air tanah yang ada di Kabupaten Boyolali muncul dalam

bentuk mata air. Pada bagian selatan Kabupaten Boyolali lebih

banyak ditemukan mata air dari pada bagian utara sehingga

rentan timbul kekeringan. Di Boyolali bagian selatan mata air

ditemukan di Kecamatan Ampel, Boyolali, Banyudono, Teras,

dan Sawit. Sedangkan di bagian utara ditemukan di

Page 28: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-16

Kecamatan Juwangi, Wonosegoro, dan Kemusu mata air ini

dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, PDAM dan air minum

masyarakat.

Gambar 2.2.

Peta Hidrologi Kabupaten Boyolali

Lahan di Kabupaten Boyolali sebagian besar

merupakan lahan kering yaitu kurang lebih 78 persen dan

selebihnya adalah lahan sawah yaitu sebesar 22 persen. Lahan

sawah yang ada di Kabupaten Boyolali terdiri dari sawah

dengan irigasi teknis dengan luas kurang lebih 5.049,25 ha,

sawah dengan irigasi ½ teknis seluas 4.852,75 ha, sawah

dengan irigasi sederhana seluas 2.665,34 ha dan sawah

dengan tadah hujan seluas 10.118,81 ha.

Page 29: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-17

Gambar 2.3.

Komposisi Penggunaan Lahan Kabupaten Boyolali

( Persen )

Berdasarkan struktur penggunaan lahan sawah itu dapat

diketahui bahwa sebagian besar sawah yang ada di Kabupaten

Boyolali berupa sawah tadah hujan yaitu mencapai 44,60

persen dari keseluruhan luas sawah. Penggunaan lahan untuk

sawah tersebar di 14 wilayah kecamatan, dimana Kecamatan

Nogosari memiliki proporsi luas sawah tertinggi yaitu

mencapai 10 persen atau seluas 2.479,83 ha.

Gambar 2.4.

Komposisi Penggunaan Lahan Sawah Kabupaten Boyolali

( Persen )

Page 30: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-18

Wilayah Kecamatan Musuk merupakan wilayah di Kabupaten

Boyolali yang memiliki lahan sawah paling sempit, sebagian

besar pemanfaatan lahan di Kecamatan Musuk adalah untuk

lahan kering.

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Boyolali adalah

untuk Tegal/ Kebun seluas 30.482,26 ha, Pekarangan/

Bangunan seluas 25.228,67 ha, Padang Gembala seluas

983,33 ha, Tambak/ kolam seluas 821,71 ha, Hutan Negara

seluas 14.836,40 ha, dan lain-lain seluas 6.550,16 ha.

Gambar 2.5.

Komposisi Penggunaan Lahan Kering di Kabupaten Boyolali

( Persen )

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Boyolali

didominasi oleh penggunaan untuk Tegal/ Kebun yaitu

mencapai 38,63 persen yang terdapat di seluruh wilayah

Kabupaten Boyolali. Sedangkan penggunaan lahan kering yang

paling sempit adalah penggunaan lahan untuk Tambak/ Kolam

yaitu sebesar 1,04 persen. Kecamatan Kemusu merupakan

wilayah kecamatan di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas

penggunaan tanah kering sedangkan kecamatan yang memiliki

Page 31: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-19

pemanfaatan lahan untuk tanah kering paling sempit adalah

Kecamatan Sawit.

Gambar 2.6.

Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Boyolali

2. Tinjauan terhadap Pertumbuhan dan Struktur Ekonomi Daerah

Secara umum Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Boyolali mengalami kenaikan dalam kurun waktu 4

tahun terakhir yaitu sejak tahun 2014 hingga tahun 2017.

Pada tahun 2014 nilai PDRB Kabupaten Boyolali Atas Dasar

Harga Berlaku (ADHB) mencapai nilai sebesar Rp.21.117,43

miliar dan meningkat terus menerus dari tahun ke tahun

sampai menjadi sebesar Rp.28.494,83 miliar.

PDRB ADHB Kabupaten Boyolali sepanjang 2014 –

2017 ini memiliki sektor paling tinggi adalah Sektor Industri

Page 32: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-20

Pengolahan, dimana pada tahun 2014 mencapai Rp.5.891,51

miliat dan meningkat dari tahun ke tahun sampai menjadi

sebesar Rp.8.423,56 milyar. Sementara Sektor Pertanian

Kehutanan dan Perikanan hanya mampu menempati urutan

besar kedua setelah Industri Pengolahan. Sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan pada tahun 2014 mencapai

Rp.4.967,51 miliar, dan meningkat setiap tahun menjadi

sebesar Rp.6.391,13 miliar. Sektor PDRB ADHB terbesar

ketiga adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dimana pada tahun 2004

mencapai Rp.2.837,58 milyar dan meningkat setiap tahun

sampai menjadi sebesar Rp.3.596,87 miliar pada tahun 2017.

Kondisi dan perkembangan PDRB ADHB Kabupaten

Boyolali sepanjang tahun 2014 – 2021 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Boyolali

Tahun 2014 – 2017

Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.967,51 5.581,25 6.052,56 6.391,13

B. Pertambangan dan Penggalian 905,43 1.060,63 1.092,20 1.135,93

C. Industri Pengolahan 5.891,07 6.621,20 7.417,67 8.413,56

D. Pengadaan Listrik dan Gas 4,01 4,51 5,02 5,60

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, LDU 11,87 12,47 13,07 13,99

F. Konstruksi 1.346,42 1.500,30 1.668,82 1.828,56

G. Perdagangan Besar dan Eceran, RMSPM 2.837,58 3.050,29 3.292,90 3.596,87

H. Transportasi dan Pergudangan 1.047,64 1.200,60 1.330,63 1.487,36

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 544,69 615,65 688,98 751,37

J. Informasi dan Komunikasi 483,40 525,37 576,99 666,83

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 470,59 529,74 598,69 658,62

L. Real Estate 225,82 251,30 279,03 307,20

M,N Jasa Perusahaan 68,09 78,77 89,87 102,87

O. Adm Pem, Pertahanan dan Jamsos Wajib 585,37 639,55 697,70 751,11

P. Jasa Pendidikan 1.179,74 1.292,43 1.456,09 1.641,56

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 192,61 217,70 245,25 273,32

R,S,T,U Jasa Lainnya 355,59 381,87 422,19 468,95

Produk Domestik Regional Bruto 21.117,43 23.563,64 25.927,66 28.494,83

Page 33: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-21

Sementara itu kondisi dan perkembangan PDRB Atas

Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2010 Kabupaten Boyolali

pada tahun 2014 – 2017 menunjukkan bahwa tahun 2014 nilai

PDRB ADHK itu mencapai nilai sebesar Rp.16.266,50 miliar

dan meningkat juga dari tahun ke tahun sampai menjadi

sebesar Rp.19.118,81 miliar pada tahun 2017. PDRB ADHK

Kabupaten Boyolali ini memiliki sector dengan nilai paling

besar adalah sector Industri Pengolahan. Pada tahun 2014

sektor Pertanian mencapai Rp.3.846,25 juta dan meningkat

dari tahun ke tahun sampai menjadi sebesar Rp.4.224,69 juta

pada tahun 2017.

Tabel 2.2.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (ADHK)

Kabupaten Boyolali Tahun 2014 – 2017

Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.846,25 3.840,29 4.053,72 4.224,69

B. Pertambangan dan Penggalian 656,80 696,72 710,93 706,60

C. Industri Pengolahan 4.482,52 4.858,26 5.180,68 5.439,03

D. Pengadaan Listrik dan Gas 3,96 4,00 4,29 4,55

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, LDU 10,94 11,22 11,34 11,54

F. Konstruksi 1.049,62 1.098,60 1.167,37 1.254,48

G. Perdagangan Besar dan Eceran, RMSPM 2.384,57 2.478,00 2.567,85 2.677,64

H. Transportasi dan Pergudangan 710,86 777,72 838,21 895,33

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 442,78 477,50 513,04 543,89

J. Informasi dan Komunikasi 443,15 511,96 564,54 617,98

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 358,42 371,59 398,15 434,02

L. Real Estate 193,86 209,72 228,43 247,97

M,N Jasa Perusahaan 53,04 57,39 62,62 68,04

O. Adm Pem, Pertahanan dan Jamsos Wajib 461,50 460,75 482,68 493,78

P. Jasa Pendidikan 747,43 833,67 895,95 981,10

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 133,40 150,30 161,30 177,42

R,S,T,U Jasa Lainnya 287,40 310,64 319,87 340,75

Produk Domestik Regional Bruto 16.266,50 17.148,33 18.160,97 19.118,81

Perbandingan PDRB ADHB dan ADHK Kabupaten Boyolali

sepanjang tahun 2014 – 2017 digambarkan sebagai berikut:

Page 34: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-22

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

30.000,00

2014 2015 2016 2018

ADHK ADHB

Gambar 2.7.

PDRB ADHB dan ADHK (2010) Kabupaten Boyolali

Tahun 2014 - 2017

Kontribusi terbesar sektoral pada PDRB ADHB

Kabupaten Boyolali adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu

mencapai sebesar 27,90 persen pada tahun 2014 dan

meningkat dari tahun ke tahun sampai menjadi sebesar 29,53

persen pada tahun 2017. Dominasi sectoral kedua pada

pembentukan PDRB ADHB Kabupaten Boyolali adalah sector

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dimana pada tahun 2014

mencapai 23,52 persen dan berkembang secara fluktuatif

dengan kecenderungan menurun sampai menjadi ssesar 22,43

persen pada tahun 2017.

Perkembangan ekonomi yang diukur dari perubahan

PDRB ADHB di Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa pada

tahun 2017 mencapai 9,90 persen. Pencapaian itu lebih

rendah dibandingkan dengan perkembangan ekonomi tahun-

tahun sebelumnya dimana pada tahun 2015 mencapai 11,58

persen dan tahun 2016 mencapai 10,03 persen. Sehingga

Page 35: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-23

rata-rata perkembangan ekonomi sepanjang tahun 2015 –

2017 adalah sebesar 10,51 persen per tahun.

Tabel 2.3.

Perkembangan Ekonomi (PDRB ADHB) Kabupaten Boyolali

Tahun 2015 – 2017

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 Rata-rata

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,36 8,44 5,59 8,80

B. Pertambangan dan Penggalian 17,14 2,98 4,00 8,04

C. Industri Pengolahan 12,39 12,03 13,43 12,62

D. Pengadaan Listrik dan Gas 12,47 11,31 11,55 11,78

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, LDU 5,05 4,81 7,04 5,64

F. Konstruksi 11,43 11,23 9,57 10,74

G. Perdagangan Besar dan Eceran, RMSPM 7,50 7,95 9,23 8,23

H. Transportasi dan Pergudangan 14,60 10,83 11,78 12,40

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13,03 11,91 9,06 11,33

J. Informasi dan Komunikasi 8,68 9,83 15,57 11,36

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 12,57 13,02 10,01 11,87

L. Real Estate 11,29 11,03 10,10 10,80

M,N Jasa Perusahaan 15,69 14,09 14,47 14,75

O. Adm Pem, Pertahanan dan Jamsos Wajib 9,26 9,09 7,66 8,67

P. Jasa Pendidikan 9,55 12,66 12,74 11,65

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13,03 12,66 11,45 12,38

R,S,T,U Jasa Lainnya 7,39 10,56 11,08 9,67

Produk Domestik Regional Bruto 11,58 10,03 9,90 10,51

Tiga sektor yang memiliki perkembangan rata-rata

paling tinggi sepanjang tahun 2015 – 2017 adalah sector Jasa

Perusahaan dengan perkembangan rata-rata sebesar 14,75

persen per tahun, sektor Industri Pengolahan dengan

perkembangan sebesar 12,62 persen per tahun dan sector

Transportasi dan Pergudangan dengan pertumbuhan rata-rata

sebesar 12,40 persen per tahun.

Sektor dengan perkembangan rata-rata paling rendah

sepanjang tahun 2015 – 2017 adalah sector Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah dan Limbah Daur Ulang dengan

perkembangan sebesar 5,64 persen per tahun. Kemudian

Page 36: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-24

sector Pertambangan dan Penggalian dengan rata-rata

perkembangan sebesar 8,04 persen per tahun dan sector

Perdagangan Besar dan Eceran dan Raparasi Mobil dan Sepeda

Motor dengan perkembangan rata-rata sebesar 8,23 persen

per tahun.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali pada tahun

2015 – 2017 belum sampai menembus angka 6,00 persen.

Sepanjang kurun waktu itu, pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Boyolali paling tinggi adalah sebesar 5,91 persen terjadi pada

tahun 2015 dan pertumbuhan paling rendah adalah sebesar

5,27 persen terjadi pada tahun 2016. Rata-rata pertumbuhan

ekonomi daerah sepanjang tahun 2015 – 2017 adalah sebesar

5,53 persen per tahun.

Tabel 2.4.

Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK) Kabupaten Boyolali

Tahun 2015 – 2017

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 Rata-rata

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -0,15 5,56 4,22 3,21

B. Pertambangan dan Penggalian 6,08 2,04 -0,61 2,50

C. Industri Pengolahan 8,38 6,64 4,99 6,67

D. Pengadaan Listrik dan Gas 1,01 7,25 6,06 4,77

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, LDU 2,56 1,07 1,76 1,80

F. Konstruksi 4,67 6,26 7,46 6,13

G. Perdagangan Besar dan Eceran, RMSPM 3,92 3,63 4,28 3,94

H. Transportasi dan Pergudangan 9,41 7,78 6,81 8,00

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,84 7,44 6,01 7,10

J. Informasi dan Komunikasi 15,53 10,27 9,47 11,75

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,67 7,15 9,01 6,61

L. Real Estate 8,18 8,92 8,55 8,55

M,N Jasa Perusahaan 8,20 9,11 8,66 8,66

O. Adm Pem, Pertahanan dan Jamsos Wajib -0,16 4,76 2,30 2,30

P. Jasa Pendidikan 11,54 7,47 9,50 9,50

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12,67 7,32 9,99 9,99

R,S,T,U Jasa Lainnya 8,09 2,97 6,53 5,86

Produk Domestik Regional Bruto 5,42 5,91 5,27 5,53

Page 37: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-25

Pertumbuhan sectoral PDRB ADHK yang paling tinggi

adalah sector Informasi dan Komunikasi dengan pertumbuhan

sebesar 11,75 persen per tahun. Kemudian disusul dengan

pertumbuhan sector Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9,99 persen per tahun.

Sektor PDRB dengan pertumbuhan tertinggi ketiga adalah

sector Jasa Pendidikan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar

9,50 persen per tahun.

Sektor PDRB ADHK tahun 2010 yang memiliki

pertumbuhan paling tinggi adalah Sektor Informasi dan

Komunikasi dimana pada tahun 2014 pertumbuhan sektor itu

mencapai paling tinggi yaitu sebesar 15,53 persen pada tahun

dan yang paling rendah adalah sebesar 9,47 persen terjadi

pada tahun 2016. Urutan pertumbuhan sektoral paling tinggi

kedua adalah sector Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

dengan pertumbuhan paling tinggi sebesar 12,66 persen

terjadi pada tahun 2014 dan yang terendah adalah sebesar

7,32 persen terjadi pada tahun 2015.

Pertumbuhan sector Industri Pengolahan masih

dibawah 10 persen, yaitu tertinggi adalah sebesar 8,38 persen

terjadi pada tahun 2014 dan yang terendah adalahs ebesar

4,99 persen dan terjadi pada tahun 2016. Sementara sector

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pernah mengalami

penurunan sebesar -0,15 persen terjadi pada tahun 2014 dan

pertumbuhan tertinggi sebesar 5,56 persen terjadi pada tahun

2015.

Jadi jika dilihat dari kontribusi sektoral, kontribusi

dominan berada pada sector Industri Pengolahan dan sector

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Sedangkan pertumbuhan

Page 38: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

II-26

paling tinggi adalah sector Informasi dan Komunikasi dan

sector Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

3. Implikasi pada Pembentukan Perda Penyelenggaraan

Kearsipan

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali

tentang Penyelenggaraan Kearsipan ini akan membawa

implikasi terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. Implikasi penerapan sistem baru untuk mengatur

penyelenggaraan kearsipan diharapkan dapat mendorong

tumbuhnya kesadaran dan kecintaan terhadap hal-hal

yang terkait dengan kearsipan, semakin meningkatnya

ketertiban dan profesionalitas dalam pengelolaan arsip di

Kabupaten Boyolali.

b. Sistem baru tentang jaringan system kearsipan nasional

akan sangat membantu pemerintah daerah dalam

menjabarkan strategi dan arah kebijakan, tujuan dan

sasaran, serta program dan kegiatan penyelenggaraan

kearsipan.

c. Sistem baru tentang Sistem Kearsipan nasional yang

terintegrasi sampai ke daerah ini dapat membantu para

seluruh stakeholder pembangunan untuk memperoleh

akses pelayanan informasi dan kearsipan yang lebih cepat

dan tepat.

d. Sistem baru tentang Sistem Kearsipan Nasional dapat

dapat memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan

administrasi pemerintahan secara tertib dan akuntabel.

Page 39: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-1

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan ini disusun dengan

mendasarkan pada berbagai peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia. Sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan, ditetapkan ketentuan bahwa jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota.

Berdasarkan ketentuan hierarki Peraturan Perundang-undangan

dimaksud, maka berikut ini akan dilakukan evaluasi dan analisis

sejumlah aturan hukum yang relevan dengan penyelenggaraan

kearsipan sebagai berikut.

A. Evaluasi Peraturan Perundang-Undangan Terkait

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 mengamanatkan perwujudan pemerintahan daerah yang

Page 40: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-2

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan. Pasal 18 ayat (5) UUD

NRI Tahun 1945 menyebutkan Pemerintah Daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan Pemerintah Pusat.

Selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (6) disebutkan

Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah

dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan

tugas pembantuan. Berdasarkan ketentuan tersebut sangat

jelas, bahwa upaya pemerintah daerah dalam menjalankan

otonomi dengan membentuk peraturan daerah tentang pajak

daerah adalah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan memiliki pijakan yuridis konstitusional.

Pembentukan rancangan peraturan Daerah Kabupaten Ngawi

tentang Kabupaten Layak Anak ini selain sudah sesuai dengan

ketentuan konstitusi UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945 juga telah sesuai dengan garis kewenangan yang

diberikan kepada daerah dalam pembentukan peraturan

daerah.

2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan.

Pengaturan kearsipan ini dilandasi pemikiran dalam

rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

dan mencapai cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, arsip sebagai identitas dan jati diri bangsa, serta

sebagai memori, acuan, dan bahan pertanggungjawaban

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

harus dikelola dan diselamatkan oleh Negara.

Page 41: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-3

Selain itu untuk menjamin ketersediaan arsip yang

autentik dan terpercaya, menjamin perlindungan kepentingan

negara dan hak-hak keperdataan rakyat, serta mendinamiskan

system kearsipan, diperlukan penyelenggaraan kearsipan yang

sesuai dengan prinsip, kaidah, dan standar kearsipan

sebagaimana dibutuhkan oleh suatu system penyelenggaraan

kearsipan nasional yang andal.

Demikian pula dalam rangka menghadapi tantangan

globalisasi dan mendukung terwujudnya penyelenggaraan

negara dan khususnya pemerintahan yang baik dan bersih,

serta peningkatan kualitas pelayanan public, penyelenggaraan

kearsipan di Lembaga negara, pemerintahan daerah, Lembaga

Pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi

kemasyarakatan, dan perseorangan harus dilakukan dalam

suatu system penyelenggaraan kearsipan nasional yang

komprehensif dan terpadu.

Pasal 4 UU tentang Kearsipan ini menegaskan bahwa

kearsipan dilaksanakan berasaskan :

a. Kepastian hukum

Penjelasan : Yang dimaksud asas kepastian hukum yaitu

penyelenggaraan kearsipan dilaksanakan dengan

berdaasarkan landasan hukum dan selaras dengan

peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan

dalam kebijakan penyelenggaraan negara. Hal ini

memenuhi penerapan asas supremasi hukum yang

menyatakan bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan

negara didasarkan pada hukum yang berlaku.

b. Keautentikan dan Keterpercayaan

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “keautentikan

dan keterpercayaan” yaitu penyelenggaraan kearsipan

harus berpegang pada asas menjaga keaslian dan

Page 42: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-4

kepercayaan arsip sehingga dapat digunakan sebagai bukti

dan bahan akuntabilitas.

c. Keutuhan

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “keutuhan” yaitu

penyelenggaraan kearsipan harus menjaga kelengkapan

arsip dan upaya pengurangan, penambahan dan

pengubahan informasi maupun fisiknya yang dapat

mengganggu keautentikan dan keterpercayaan arsip.

d. Asal Usul (principle of provenance)

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “asal usul” yaitu

asas yang dilakukan untuk menjaga arsip tetap terkelola

dalam satu kesatuan pencipta arsip (provenance), tidak

dcampur dengan arsip yang berasal dari pencipta arsip

lain, sehingga arsip dapat melekat pada konteks

penciptanya.

e. Aturan asli (principle of original order).

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “aturan asli”

yaitu asas yang dilakukan untuk menjaga arsip tetap

sitaati sesuai dengan pengaturan aslinya (original order)

atau sesuai dengan pengaturan ketika arsip masih

digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pencipta arsip.

f. Keamanan dan Kelematan

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “keamanan dan

keselamatan” yaitu penyelenggaraan kearsipan harus

memberikan jaminan keamanan arsip dari kemungkinan

kebocoran dan penyalahgunaan informasi dari pengguna

yang tidak berhak, dan penyelenggaraan kearsi[pan harus

harus dapat menjamin terselamatkannya arsip dari

ancaman bahaya baik yang disebabkan oleh alam maupun

perbuatan manusia.

Page 43: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-5

g. Keprofesionalan

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “keprofesionalan“

adalah penyelenggaraan kearsipan harus dilaksanakan oleh

sumber daya manusia yang professional yang memiliki

kompetensi di bidang kearsipan.

h. Keresponsifan

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “keresponsifan”

adalah penyelenggaraan Kearsipan harus tanggap atas

permasalahan Kearsipan ataupun masalah lain yang

berkaitan dengan Kearsipan, khususnya bila terjadi sebab

kehancuran, kerusakan, atau hilangnya Arsip.

i. Keantisipasian

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “keantisipasian”

yaitu penyelanggaraan kearsipan harus didasari pada

antisipasi atau kesadaran terhadap berbagai perubahan

dan kemungkinan perkembangan pentingnya arsip bagi

kehidupan berbangsa dan bernegara, perkembangan

berbagai perubahan dalam penyelenggaraan kearsipan

antara lain perkembangan teknologi, informasi, budaya,

dan ketatanegaraan.

j. Kepartisipatifan

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “kepartisipatifan”

yaitu penyelenggaraan kearsipan harus memberikan ruang

untuk peran serta dan partisipasi masyarakat di bidang

kearsipan.

k. Akuntabilitas

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “akuntabilitas”

yaitu penyelenggaraan kearsipan harus dapat

memperhatikan arsip sebagai akuntabilitas dan harus bisa

merefleksikan kegiatan dan peristiwa yang direkam.

l. Kemanfaatan

Page 44: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-6

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “kemanfaatan”

yaitu penyelenggaraan kearsipan harus dapat memberikan

manfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

m. Aksesibilitas

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “aksesibilitas”

yaitu penyelenggaraan kearsipan harus dapat memberikan

kemudahan, ketersediaan, dan keterjangkauan bagi

masyarakat untuk memanfaatkan keasrsipan.

n. Kepentingan Umum

Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas “kepentingan

umum” yaitu penyelenggaraan kearsipan dilaksanakan

dengan memperhatikan kepentingan umum dan tanpa

diskriminasi.

Dalam Pasal 6 ayat (3) ditegaskan tentang tanggung

jawab dan kewenangan bidang kearsipan dengan pernyataan:

“Penyelenggaraan kearsipan kabupaten/ kota menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/ kota dan

dilaksanakan oleh Lembaga kearsipan kabupaten/ kota.”

Cakupan pengelolaan arsip dijelaskan dalam Pasal 9

bahwa:

(1) Pengelolaan arsip dilakukan terhadap arsip dinamis dan

arsip statis;

(2) Pengelolaan arsip dinamis itu meliputi:

a. Arsip vital;

b. Arsip aktif; dan

c. Arsip inaktif.

(3) Pengelolaan arsip dinamis itu menjadi tanggung jawab

pencipta arsip.

(4) Pengelolaan arsip statis itu menjadi tanggung jawab

Lembaga kearsipan.

Page 45: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-7

Arsip Daerah Kabupaten / Kota diatur dalam Pasal 24 dengan

rincian sebagai berikut:

(1) Arsip daerah kabupaten/ kota adalah Lembaga kearsipan

daerah kabupaten/ kota.

(2) Pemerintahan daerah kabupaten/ kota wajib membentuk

arsip daerah kabupaten/ kota.

(3) Pembentukan arsip daerah kabupaten/ kota dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Arsip daerah kabupaten/ kota itu wajib melaksanakan

pengelolaan arsip statis yang diterima dari:

a. Satuan kerja perangkat daerah kabupaten/ kota dan

penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/ kota;

b. Desa atau yang disebut dengan nama lain;

c. Perusahaan;

d. Organisasi politik;

e. Organisasi kemasyarakatan; dan

f. perseorangan.

Selain kewajiban tersebut di atas arsip daerah kabupaten/

kota memiliki tugas melaksanakan:

a. pengelolaan arsip inaktif yang memiliki retensi sekurang-

kurangnya 10 (sepuluh) tahun yang berasal dari satuan

kerja perangkat daerah kabupaten/ kota dan

penyelenggara pemerinahan daerah kabupaten/ kota, dan

b. pembinaan kearsipan terhadap pencipta arsip di

lingkungan daerah kabupaten/ kota.

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Beberapa ketentuan dalam UU No 12 Tahun 2011 yang

relevan diuraikan dalam penulisan ini antara lain:

Page 46: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-8

Pasal 5

Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus

dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;

c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.

Pasal 6

(1) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus

mencerminkan asas:

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhineka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan

pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

(2) Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat

berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan

Perundang-undangan yang bersangkutan.

Page 47: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-9

Pasal 14

Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta

menampung kondisi khusus daerah dan/ atau penjabaran lebih

lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pasal 15

(1) Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat

dimuat dalam:

a. Undang-Undang;

b. Peraturan Daerah Provinsi; atau

c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dan huruf c berupa ancaman pidana kurungan

paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling

banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman pidana kurungan

atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan

Perundang-undangan lainnya.

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah.

Implementasi otonomi daerah dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia dilakukan dengan membangun

hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

Page 48: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-10

provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Berdasarkan konsep

tersebut maka negara Indonesia mengundangkan undang-

undangan terkait pemerintahan daerah. Undang-undang yang

mengatur Pemerintahan Daerah saat ini adalah Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 2 UU No 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa:

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan

rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya dalam butir 5 dan 6

disebutkan bahwa:

“Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang

pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan

penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi,

melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan

masyarakat.”

“Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah ini juga merinci urusan

pemerintahan bidang kearsipan adalah sebagai berikut:

1. Sub Urusan Pengelolaan Arsip :

a. Pengelolaan arsip dinamis Pemerintah Daerah

Kabupaten/ Kota dan BUMD Kabupaten/ Kota;

Page 49: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-11

b. Pengelolaan arsip statis yang diciptakan oleh

Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, BUMD

Kabupaten/ kota, perusahaan swasta yang kantor

usahanya dalam 1 (satu) daerah kabupaten/ kota,

organisasi kemasyarakatan tingkat Daerah kabupaten/

kota, organisasi politik tingkat daerah kabupaten/ kota,

pemerintahan desa dan tokoh masyarakat tingkat

Daerah kabupaten/ kota.

2. Sub Urusan Perlindungan dan Penyelamatan Arsip :

a. Pemusnahan arsip di lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten/ Kota yang memiliki retensi di bawah 10

tahun;

b. Perlindungan dan penyelamatan arsip akibat bencana

yang berskala kabupaten/ kota.

c. Penyelamaan arsip Perangkat Daerah kabupaten/ kota

yang digabung dan/ atau dibubarkan, serta pemekaran

Kecamatan dan desa/ kelurahan.

d. Melakukan anutentikasi arsip statis dan arsip hasil alih

media yang dikelola oleh Lembaga kearsipan

kabupaten/ kota.

3. Sub Urusan Perizinan

Penerbitan izin penggunaan arsip yang bersifat tertutup

yang disimpan di Lembaga kearsipan Daerah kabupaten/

kota.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan.

a. Pasal 2

Penyelenggaran kearsipan dilakukan di tingkat nasional,

provinsi, kabupaten/ kota, dan perguruan tinggi dalam

suatu system kearsipan nasional.

Page 50: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-12

b. Pasal 3

Ayat (3) : Penyelenggara kearsipan di tingkat kabupaten/

kota merupakan tanggung jawab bupati/ walikota sesauai

kewenangannya.

c. Pasal 11

Ayat (3) : Lembaga kearsipan daerah kabupaten/ kota

bertanggung jawab melakukan pembinaan kearsipan

terhadap pencipta arsip di lingkungan daerah kabupaten/

kota.

d. Pasal 29

(1) Pengelolaan arsip terdiri atas:

a. pengelolaan arsip dinamis; dan

b. pengelolaan arsip statis.

(2) Pengelolaan arsip dinamis dilakukan terjadap arsip

vital, arsip aktif, dan arsip inaktif.

(3) Pengelolaan arsip dinamis menjadi tanggung jawab

pencipta arsip.

(4) Pengelolaan arsip statis menjadi tanggung jawab

Lembaga kearsipan.

(5) Pelaksanaan pengelolaan arsip dilakukan oleh arsiparis.

e. Pasal 30

Pengelolaan arsip dinamis wajib dilakukan oleh pencipta

arsip yang meliputi:

a. Lembaga negara, pemerintahan daerah, perguruan

tinggi, serta BUMN dan BUMD;

b. Perusahaan dan perguruan tinggi swasta yang

kegiatannya dibiayai dengan APBN, APBD dan/ atau

bantuan luar negeri, dan

c. Pihak ketiga yang diberi pekerjaan berdasarkan

perjanjian kerja dengan Lembaga negara,

pemerintahan daerah, perguruan tinggi negeri, BUMN

atau BUMD sebagai pemberi kerja.

Page 51: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

III-13

f. Pasal 31

Pengelolaan arsip dinamis meliputi kegiatan :

a. Penciptaan arsip;

b. Penggunaan arsip;

c. Pemeliharaan arsip; dan

d. Penyusutan arsip.

g. Pasal 143

(1) Pemerintahan daerah kabupaten/ kota wajib

membentuk Lembaga kearsipan daerah kabupaten/

kota yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

kearsipan pemerintahan daerah kabupaten/ kota.

(2) Lembaga kearsipan daerah kabupaten/ kota wajib

melaksanakan pengelolaan arsip statis yang berskala

kabupaten/ kota yang diterima dari satuan kerja

perangkat daerah kabupaten/ kota dan penyelenggara

pemerintahan daerah kabupaten/ kota, desa atau yang

disebut dengan nama lain yang sejenis, perusahaan,

organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan

perseorangan.

(3) Lembaga kearsipan daerah kabupaten/ kota

mempunyai tugas melaksanakan:

a. Pengelolaan arsip inaktif yang memiliki retensi

sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun yang

berasal dari satuan kerja perangkat daerah

kabupaten/ kota dan penyelenggara pemerintahan

daerah kabupaten/ kota; dan

b. Pembinaan kearsipan terhadap pencipta arsip di

lingkungan daerah kabupaten/ kota.

Page 52: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

IV-1

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, LANDASAN SOSIOLOGIS

DAN LANDASAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Peraturan perundang-undangan harus mendapatkan

pembenaran yang dapat diterima jika dikaji secara filosofis yaitu

cita-cita kebenaran, keadilan dan kesusilaan. Filsafat atau

pandangan hidup suatu bangsa berisi nilai moral dan etika dari

bangsa tersebut. Moral dan etika pada dasarnya berisi nilai-nilai

yang baik dan yang tidak baik. Nilai yang baik adalah nilai yang

wajib dijunjung tinggi, didalamnya ada nilai kebenaran, keadilan

dan kesusilaan dan berbagai nilai lainnya yang dianggap baik.

Pengertian baik, benar, adil dan susila tersebut menurut

takaran yang dimiliki bangsa yang bersangkutan. Hukum dibentuk

tanpa memperhatikan moral bangsa akan sia-sia diterapkan tidak

akan dipatuhi. Semua nilai yang ada nilai yang ada di bumi

Indonesia tercermin dari Pancasila, karena merupakan pandangan

hidup, cita-cita bangsa, falsafah atau jalan kehidupan bangsa (way

of life).

Adapun falsafah hidup berbangsa merupakan suatu landasan

untuk membentuk hukum suatu bangsa, dengan demikian hukum

yang dibentuk harus mencerminkan falsafah suatu bangsa.

Sehingga dalam penyusunan naskah akademik Rancangan

Peraturan Daerah pun harus mencerminkan moral dari daerah yang

bersangkutan.

Landasan filosofis merupakan suatu landasan yang

didasarkan atas nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Dengan

bahasa yang serupa, Jimly Asshiddiqie (2006 : 171)

menyebutkannya sebagai “cita-cita filosofis yang dianut

Page 53: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

IV-2

masyarakat bangsa yang bersangkutan”. Cita-cita filosofis tersebut

haruslah terkandung dalam suatu undang-undang. Dengan

demikian, ada kesesuaian antara cita-cita filosofis masyarakat

dengan cita-cita filosofis yang terkandung dalam undang-undang.

Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki

cita-cita filosofis Pancasila maka peraturan yang akan dibuat

hendaknya dialiri nilai-nilai yang terkandung dalam cita-cita filosofis

tersebut.

Pada era desentralisasi, pemerintah daerah harus dapat

mengoptimalkan potensi daerahnya untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat. Secara filosofis, ada tujuan utama yang ingin dicapai

dari penerapan kebijakan desentralisasi yaitu tujuan demokrasi dan

tujuan kesejahteraan. Tujuan demokrasi akan memposisikan

Pemerintah Daerah sebagai instrumen Penyelenggaraan politik

ditingkat lokal yang secara agregat akan menyumbang terhadap

Penyelenggaraan politik secara nasional sebagai elemen dasar

dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara

serta mempercepat terwujudnya masyarakat madani atau civil

society. Tujuan kesejahteraan mengisyaratkan Pemerintah daerah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan

pelayanan publik secara efektif, efisien dan ekonomis. (W. Riawan

Tjandra dan Kresno Budi Darsono, 2009 : 7).

Berdasarkan nilai filosofis Pancasila dan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 segala bentuk peraturan perundang-

undangan di Indonesia dibentuk tidak terkecuali Peraturan Daerah.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali

tentang Penyelenggaraan Kearsipan ini pada hakekatnya memiliki

kaitan erat dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Kegiatan usaha sebagian masyarakat di Kabupaten

Boyolali selain di bidang pertanian, juga melakukan usaha dalam

bidang industri baik dengan skala kecil, menengah maupun besar.

Page 54: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

IV-3

Peran strategis sektor Industri dari segi nilai produksi,

penyerapan tenaga kerja, jumlah unit kerja, dan nilai investasi

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara

umum di Kabupaten Boyolali. Dengan demikian pernyusunan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan sudah memiliki landasan filosofis yang

kuat.

B. Landasan Sosiologis

Peraturan perundang-undangan di buat adalah untuk

mengatur kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya. Demikian

pula pada proses pembentukan produk hukum yang ada di daerah

melalui peraturan daerah harus memperhatikan beberapa aspek

yang berkembang di masyarakat. Hal ini dengan tujuan agar apa

yang di buat oleh pemerintah yang berkuasa dapat berguna bagi

kehidupan masyarakat.

Peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan

keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Suatu

peraturan perundang–undangan harus mempunyai landasan

sosiologis apabila ketentuan–ketentuan sesuai dengan keyakinan

umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hukum yang dibuat

harus dapat dipahami masyarakat sesuai dengan kenyataan yang

dihadapi masyarakat. Dengan demikian dalam penyusunan

rancangan peraturan daerah harus sesuai dengan kondisi

masyarakat yang bersangkutan.

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam membentuk

peraturan daerah antara lain sebagai berikut: 1) Social Need

(Kebutuhan masyrakat); 2) Social Condition (Kondisi masyarakat);

3) Social Capital (Modal/kekayaan masyarakat) (Mahendra Putra

Kurnia dkk, 2007 : 145).

Page 55: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

IV-4

Secara empiris, Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan memiliki landasan

sosiologis yang kuat. Peraturan daerah ini dibuat untuk merespon

perkembangan permasalahan yang ada di masyarakat. Selama ini

berlum pernah ada peraturan perundang-undangan di Kabupaten

Boyolali yang mengatur berkenaan dengan penyelenggaraan

kearsipan. Maka Raperda Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan ini merupakan upaya percepatan

pemberian pelayanan umum masyarakat dalam bidang

penyelenggaraan kearsipan.

C. Landasan Yuridis

Peraturan perundang-undangan harus mempunyai landasan

hukum atau dasar hukum yang terdapat dalam ketentuan yang

lebih tinggi. Landasan yuridis adalah landasan hukum yang

memberikan perintah untuk membentuk sebuah peraturan

perundang-undangan, pertama adalah terkait kewenangan

membuat aturan dan kedua adalah berkaitan dengan materi

peraturan perundang-undangan yang harus dibuat.

Landasan yuridis adalah alasan yang beraspek hukum.

Keberlakuan yuridis adalah keberlakuan suatu norma hukum

dengan daya ikatnya untuk umum sebagai suatu dogma yang

dilihat dari pertimbangan yang bersifat teknis juridis. Secara

juridis, suatu norma hukum dikatakan berlaku apabila norma

hukum itu sendiri memang: (1) ditetapkan sebagai norma hukum

berdasarkan norma hukum yang lebih superior atau yang lebih

tinggi seperti dalam pandangan Hans Kelsen dengan teorinya

“Stuffenbau Theorie des Recht”; (2) ditetapkan mengikat atau

berlaku karena menunjukkan hubungan keharusan antara suatu

kondisi dengan akibatnya seperti dalam pandangan J.H.A,

Page 56: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

IV-5

Logemann; (3) ditetapkan sebagai norma hukum menurut prosedur

pembentukan hukum yang berlaku seperti pandangan W.

Zevenbergen; dan (4) ditetapkan sebagai norma hukum oleh

lembaga yang memang berwenang untuk itu (Jimly Asshiddiqie,

2006 : 242).

Landasan yuridis dapat dilihat dari segi kewenangan yaitu

apakah ada kewenangan seorang pejabat atau badan yang

mempunyai dasar hukum yang ditentukan dalam peraraturan

perundang-undangan. Hal ini sangat perlu, mengingat sebuah

peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh badan atau

pejabat yang tidak memiliki kewenangan maka peraturan

perundang-undangan tersebut batal demi hukum (neitige).

Misalnya kewenangan untuk menyusun Undang-Undang ada pada

DPR dan Presiden; Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden

ada pada Presiden; Peraturan Daerah ada pada Walikota/ Bupati

bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Sedangkan berkaitan dengan materi muatan dalam peraturan

perundang-undangan maka harus beradasarkan asas sinkronisasi

baik vertikal maupun horisontal. Disamping itu juga harus

diperhatikan asas-asas lain seperti asas Lex Specialist Derograt legi

Generali, asas yang kemudian mengesampingan yang terdahulu

dan lain sebagainya.

Menurut lampiran I Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Landasan

yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi

permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau

yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa

keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan

hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur

sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang

Page 57: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

IV-6

baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang

sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang

tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang

sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi

tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum

ada.

Berdasarkan kajian regulasi yang dilakukan maka

pembentukan rancangan peraturan daerah Kabupaten Boyolali

tentang Penyelenggaraan Kearsipan ini memiliki landasan yuridis

yang kuat. Beberapa landasan yuridis tersebut antara lain:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa

Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen

Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3674);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3151);

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4846);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5038);

Page 58: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

IV-7

7. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaga Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

10. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5601);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang

Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang 1950 Nomor 12,

13, 14 dan 15 Dari Hal Pembentukan Daerah-daerah

Kabupaten di Jawa Timur/ Tengah/ Barat dan Daerah Istimewa

Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950

Nomor 59);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 1999 tentang Tata

Cara Penyerahan Dan Pemusnahan Dokumen Perusahaan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3912);

Page 59: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

IV-8

13. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 1999 tentang Tata

Cara Peralihan Dokumen Perusahaan Ke Dalam Mikro Film

Atau Media Lainnya dan Legalisasi (Lembaran Negara Republik

Tahun 1999 Nomor 195, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3913);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 53, Tabahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5826);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5887);

16. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Kearsipan di Lingkungan Provinsi

Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun

2015 Nomor 2);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

(Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2016 Nomor 16,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 183);

Page 60: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 1

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI

MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan dalam Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan.

Naskah akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan

ruang lingkup materi muatan Rancangan Peraturan Daerah yang akan

dibentuk. Dalam teori penyusunan peraturan perundang-undangan

telah diikuti suatu prinsip bahwa sebuah naskah akademik harus

merumuskan sasaran yang akan diwujudkan dari penetapan sebuah

peraturan perundang-undangan. Sehubungan dengan itu, dalam

upaya penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan akan

dijabarkan tentang asas, maksud, tujuan dan sasaran yang akan

diwujudkan.

Sasaran yang akan diwujudkan dari Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan

adalah untuk memberikan pedoman kepada seluruh perangkat

daerah di lingkungan pemerintah daerah, Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD), Badan Usaha Swasta, pemerintah desa dan

masyarakat secara umum. Dengan berpedoman peraturan daerah

tentang Penyelenggaraan Kearsipan itu diharapkan komitmen

pemerintah daerah dan masyarakat dalam membangun dan

mengembangkan Kearsipan Daerah dapat diwujudkan dalam

regulasi yang mengikat dan sekaligus menjadi pedoman bagi

seluruh stakeholder pembangunan bidang kearsipan.

Penyusunan rancangan peraturan daerah Kabupaten

Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan ini diharapkan juga

Page 61: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 2

dapat disesuaikan dengan perkembangan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi terkait dengan kebijakan

penyelenggaraan kearsipan umumnya dan pengembangan

pelayanan masyarakat dalam bidang kearsipan khususnya.

Perumusan kebijakan, program dan kegiatan, serta indikator-

indikator pembangunan kearsipan dapat berdampak pada

percepatan pelayanan masyarakat dalam bidang kearsipan yang

pada akhirnya dapat pula mendorong perwujudan kesejahteraan

masyarakat pada umumnya.

B. Ruang Lingkup Materi

Kajian mendalam yang telah dilakukan pada bab dan bagian

sebelumnya kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam

melakukan konstruksi pemikiran materi Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan.

Adapun rumusan secara rinci Rancangan Peraturan Daerah itu

adalah sebagai berikut :

1. Judul Rancangan Peraturan Daerah

“Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor …….. Tahun

2019 tentang Penyelenggaraan Kearsipan”

2. Pembukaan

a. Konsiderans ‘Menimbang”.

Perumusan konsiderans “Menimbang” berisi alasan aspek

filosofis, sosiologis dan yuridis dari penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan yang secara rinci adalah

sebagai berikut :

Page 62: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 3

- bahwa arsip sebagai memori, acuan dan bahan

pertanggungjawaban dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus

dikelola dan diselamatkan oleh Negara;

- bahwa untuk menjamin ketersediaan arsip yang

autentik dan terpercaya diperlukan penyelenggaraan

kearsipan yang sesuai dengan prinsip, kaidah, dan

standar kearsipan;

- bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan dan Pasal 143 Peraturan Pemerintah Nomor

28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, Pemerintah

Daerah mempunyai kewajiban untuk

menyelenggarakan pengelolaan kearsipan di Daerah;

- bahwa dalam rangka penyelenggaraan kearsipan di

Daerah memerlukan panduan dalam pelaksanaannya

sehingga perlu disusun pedoman penyelenggaraan

kearsipan;

- bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf

dperlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Kearsipan.

b. Konsiderans “Mengingat” atau Dasar hukum

Dasar hukum penyusunan peraturan daerah ini

dirumuskan sesuai dengan hierarki peraturan perundang-

undangan yang ada. Perumusan peraturan perundang-

undangan yang dicantumkan didalam dasar hukum adalah

ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan retribusi daerah dan pemerintahan daerah. Ada

perubahan perumusan dasar hukum yang dilakukan,

Page 63: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 4

secara keseluruhan perubahan dirumuskan sebagai

berikut:

1) Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Propinsi Djawa Tengah;

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang

Dokumen Perusahaan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 18, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3674);

4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3151);

5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

7) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

8) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

Page 64: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 5

9) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaga Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaga

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5601);

11) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang

Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang 1950

Nomor 12, 13, 14 dan 15 Dari Hal Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten di Jawa Timur/ Tengah/

Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

12) Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 1999 tentang

Tata Cara Penyerahan Dan Pemusnahan Dokumen

Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3912);

13) Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 1999 tentang

Tata Cara Peralihan Dokumen Perusahaan Ke Dalam

Mikro Film Atau Media Lainnya dan Legalisasi

(Lembaran Negara Republik Tahun 1999 Nomor 195,

Page 65: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 6

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3913);

14) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tabahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5826);

15) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

16) Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);

17) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1

Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kearsipan di

Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Nomor 2);

18) Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten

Boyolali Tahun 2016 Nomor 16, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 183);

3. Batang Tubuh

Batang tubuh Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan dirinci dalam bab,

pasal dan ayat sebagai berikut:

a. Bab I. Ketentuan Umum

Page 66: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 7

Bab I ini memuat 1 (satu) pasal saja tentang ketentuan

umum istilah yang sering disebut dalam batang tubuh

peraturan daerah ini. Adapun secara rinci Pasal 1 ini

memuat ketentuan umum sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Boyolali.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Boyolali.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Boyolali.

5. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan

DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem

dan prinsip Negara Kesaturan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali.

7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan

DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah.

8. Dinas adalah perangkat daerah di lingkungan

Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas dan

tanggungjawab terhadap urusan pemerintahan

bidang kearsipan.

Page 67: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 8

9. Kepala Dinas adalah Kepala Perangkat Daerah yang

mempunyai tugas dan tanggungjawab terhadap

urusan pemerintahan bidang kearsipan.

10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat

Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

desa.

11. Kearsipan adalah hal-hak yang berkenaan dengan

arsip.

12. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam

berbagai bentuk dan media sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara,

pemerintah daerah, lembaga pendidikan,

perusahaan, organisasi politik, organisasi

kemasyarakatan, desa dan perorangan dalam

melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

13. Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara

langsung dalam kegiatan penciptaan arsip dan

disimpan selama jangka waktu tertentu.

14. Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi

penggunaannya tinggi dan/ atau terus-menerus.

15. Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi

penggunaannya telah menurun.

16. Arsip vital adalah arsip yang keberadaannya

merupakan persyaratan dasar bagi kelangsungan

operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbarui,

dan tidak tergantikan apabila rusak atau hilang.

17. Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh

pencipta arsip karena memiliki nilai guna

kesejarahan, telah habis retensinya, dan

berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi

Page 68: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 9

baik secara langsung maupun tidak langsung oleh

Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau lembaga

kearsipan.

18. Arsip umum adalah arsip yang yang tidak termasuk

dalam ketegori arsip terjaga.

19. Arsip terjaga adalah arsip negara yang berkaitan

dengan kelangsungan hidup bangsa dan negara yang

harus dijaga keutuhan, keamanan dan

keselamatannya.

20. Arsip Statis Tertutup adalah arsip statis yang tidak

bisa diakses oleh pengguna arsip, karena

pertimbangan kepentingan nasional dan/atau

kepentingan hukum yang diklasifikasikan tidak boleh

diketahui pihak lain yang tidak berhak, yang dikemas

secara khusus untuk menjamin kerahasiaan fisik

maupun informasinya.

21. Arsiparis adalah seseorang yang memiliki kompetensi

di bidang kearsipan yang diperoleh melalui

pendidikan formal dan/ atau pendidikan dan

pelatihan kearsipan serta mempunyai fungsi, tugas,

dan tanggungjawab melaksanakan kegiatan

kearsipan.

22. Pencipta arsip adalah pihak yang mempunyai

kemandirian dan otoritas dalam pelaksanaan fungsi,

tugas dan tanggung jawab di bidang pengelolaan

arsip dinamis meliputi perangkat daerah, BUMD, BUM

swasta dan Pemerintah Desa.

23. Unit kearsipan adalah satuan kerja pada pencipta

arsip yang mempunyai tugas dan tanggungjawab

dalam penyelenggaraan kearsipan.

24. Unit pengolah adalah satuan kerja pada pencipta

arsip yang mempunyai tugas dan tanggung jawab

Page 69: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 10

mengolah semua arsip yang berkaitan dengan

kegiatan penciptaan arsip di lingkungannya.

25. Jadwal Retensi Arsip yang selanjutnya disingkat JRA

adalah Daftar yang berisi sekurang-kurangnya

jangka waktu penyimpanan atau retensi , jenbis arsip

dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang

penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai

kembali, atau dipermanenkan yang dipergunakan

sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan

arsip.

26. Nilai guna arsip adalah nilai arsip yang didasarkan

pada kegunaannya bagi kepentingan pengguna arsip.

27. Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan

jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip inaktif

dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan

arsip yang tidak memiliki nilai guna, penyerahan

arsip statis kepada lembaga kearsipan.

28. Penyelenggaraan kearsipan adalah keseluruhan

kegiatan meliputi kebijakan, pengelolaan arsip, dan

pembinaan kearsipan dalam suatun system kearsipan

daerah yang didukung oleh sumber daya manusia,

prasarana dan sarana, serta sumber daya lainnya.

29. Pengolahan arsip dinamis adalah proses

pengendalian arsip dinamis secara efisien, efektif,

dan sistematis meliputi penciptaan, penggunaan, dan

pemeliharaan, serta penyusutan arsip.

30. Pengelolaan arsip statis adalah proses pengendalian

arsip statis ecara efektif, efisien, dan sitematis

meliputi akuisisi, pengolahan, preservasi,

pemanfaatan, pendayagunaan dan pelayanan public

dalam suatu system kearsipan daerah.

Page 70: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 11

31. Akuisisi Arsip Statis adalah proses penambahan

khasanah arsip statis pada lembaga kearsipan yang

dilaksanakan melalui kegiatan penyerahan arsip

statis dan hak pengelolaannya dari pencipta arsip

kepada lembaga kearsipan.

32. Akses arsip adalah ketersediaan arsip sebagai hasil

dari kewenangan hukum dan otoritas legal serta

keberadaan sarana bantu untuk mempermudah

penemuan dan pemanfaatan arsip.

33. Preservasi arsip adalah upaya perlindungan arsip

yang dilaksanakan dalam rangka menjamim

keselamatan dank kelestarian fisik arsip maupun

informasi arsip.

34. Sistem Kearsipan Daerah yang selanjutnya disingkat

SKD adalah suatu sistem yang membentuk pola

hubungan berkelanjutan antar berbagai komponen

yang memiliki fungsi dan tugas tertentu, interaksi

antar pelaku serta unsur lain yang saling

mempengaruhi dalam penyelenggaraan kearsipan di

Daerah.

35. Sistem Informasi Kearsipan Daerah yang selanjutnya

disingkat SIKD adalah sistem informasi arsip secara

daerah yang dikelola oleh Dinas yang menggunakan

Sarana Jaringan Informasi Kearsipan Daerah.

36. Jaringan Informasi Kearsipan Nasional yang

selanjutnya disingkat JIKN adalah sistem jaringan

informasi dan sarana pelayanan arsip secara nasional

yang dikelola oleh Arsip Nasional Republik Indonesia.

37. Jaringan Informasi Kearsipan Daerah yang

selanjutnya disingkat JIKD adalah system jaringan

informasi dan sarana pelayanan arsip secara daerah

yang dikelola oleh Kantor Arsip Daerah;

Page 71: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 12

38. Daftar Pencarian Arsip yang selanjutnya disingkat

DPA adalah daftar berisi arsip yang memiliki nilai

guna kesejarahan, baik yang telah diverifikasi secara

langsung maupun tidak langsung oleh lembaga

kearsipan dan dicari oleh lembaga kearsipan serta

diumumkan kepada publik;

39. Daftar arsip adalah daftar berisi data dan identitas

arsip yang diperlukan dalam penemuan dan

penyusutan arsip.

40. Masyarakat adalah perseorangan, perusahaan,

organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan

organisasi profesi, badan usaha, dan lembaga

pendidikan.

41. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat

BUMN, adalah Badan Usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh Pemerintah

melalui pernyataan secara langsung yang berasal

dari kekayaan Pemerintah yang dipisahkan.

42. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat

BUMD, adalah Badan Usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh Pemerintah

Daerah melalui penyertaan secara langsung yang

berasal dari kekayaan Pemerintah Daerah yang

dipisahkan.

43. Badan Usaha Milik Swasta yang selanjutnya disingkat

BUM Swasta, adalah Badan Usaha Swasta yang

seluruh permodalannya berasal dari pihak swasta.

44. Organisasi kearsipan adalah unit kearsipan pada

pencipta arsip dan lembaga kearsipan.

45. Program arsip vital adalah tindakan yang prosedur

dan sistematis dan terencana yang bertujuan untuk

memberikan perlindungan dan menyelamatkan arsip

Page 72: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 13

vital pencipta arsip pada saat darurat atau setelah

terjadi musibah.

46. Retensi arsip adalah jangka waktu penyimpanan

yang wajib dilakukan terhadap suatu jenis arsip.

47. Autentikasi arsip adalah proses pemberian tanda

dan/ atau pernyataan tertulis atau tanda lainnya

sesuai dengan perkembangan teknologi yang

menunjukkan bahwa arsip yang diautentikasi adalah

asli atau sesuai dengan aslinya.

48. Alih media arsip adalah transfer informasi dari

rekaman yang berbasis kertas ke dalam media lain

dengan tujuan efisiensi.

49. Guide adalah panduan dalam melakukan penyusunan

sarana bantu penemuan kembali arsip statis.

b. Bab II. Asas, Maksud, Tujuan dan Sasaran.

Asas penyelenggaraan kearsipan adalah :

Pasal 2

Penyelenggaraan Kearsipan dilaksanakan berdasarkan asas:

a. Kepastian hukum

b. Keautentikan dan keterpercayaan;

c. Keutuhan;

d. Asal usul;

e. Aturan asli;

f. Keamanan dan keselamatan;

g. Keprofesionalan;

h. Keresponsifan;

i. Keantisipatifan;

j. Kepartisipatifan;

k. Akuntabilitas;

l. Kemanfaatan;

m. Aksesibilitas; dan

Page 73: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 14

n. Kepentingan umum.

Maksud dan Tujuan penyelenggaraan Kearsipan adalah

sebagai berikut:

Pasal 3

(1) Penyelenggaraan kearsipan dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum dan sebagai pedoman

dalam penyelenggaraan Kearsipan di Daerah.

(2) Penyelenggaraan kearsipan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan dengan tujuan:

a. menjamin terciptnya arsip dari kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah daerah, lembaga

pendidikan, badan usaha milik daerah, organisasi

politik, organisasi kemasyarakatan dan perseorangan.

b. Menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan

terpercaya sebagai alat bukti yang sah;

c. Menjamin terwujudnya pengelolaan arsip yang andal

dan pemanfaatan arsip sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan;

d. Menjamin penyelenggaraan kearsipan daerah sebagai

suatu sistem yang komprehensif dan terpadu;

e. Menjamin perlindungan kepentingan negara dan hak-

hak keperdataan rakyat; dan

f. Untuk menyelamatkan arsip debagai bukti

pertanggungjawaban dalam kehidupan

nermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sasaran yang dituju dari penyusunan Peraturan Daerah

tentang Penyelenggaraan Kearsipan adalah:

Pasal 4

Sasaran Penyelenggaraan Kearsipan meliputi:

Page 74: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 15

a. Peningkatan arsip yang tercipta dari pemerintah daerah,

Lembaga Pendidikan, BUMD, desa/ kelurahan, perusahaan,

organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan

perseorangan;

b. Peningkatan ketersediaan arsip yang autentik dan

terpercaya;

c. Peningkatan pengelolaan kearsipan yang andal;

d. Peningkatan sistem kearsipan yang dinamis, komprehensif,

dan terpadu;

e. Peningkatan keselamatan, keamanan, dan kelestarian

kearsipan; dan

f. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan

dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya.

c. Bab III. Penyelenggaraan Kearsipan

Sistem Kearsipan

Pasal 5

(1) Penyelenggaraan Kearsipan Daerah dilaksanakan oleh

Dinas.

(2) Penyelenggaraan kearsipan pada perangkat daerah,

BUMD, BUM Swasta dan Pemerintah Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit kearsipan

dan unit pengolah.

(3) Unit kearsipan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

yaitu:

a. Sekretariat dan/ atau subbagian tata usaha pada

perangkat daerah; dan

b. Unit pelaksana tugas dan fungsi ketatausahaan pada

BUMD maupun BUM Swasta; dan

(4) Sekretaris pada Unit pengolah sebagaimana dimakud

pada ayat (2) yaitu:

Page 75: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 16

a. Bidan, seksi, dan/atau bagian pada perangkat

daerah;

b. Divisi dan/atau bagian pada BUMD maupun BUM

Swasta; dan

c. Bagian pada Pemerintah Desa.

c. Pemerintah Desa.

Pasal 6

(1) Dinas dalam menyelenggarakan kearsipan mempunyai

tugas:

a. Menyusun kebijakan kearsipan daerah;

b. Menyusun program arsip vital;

c. Mengelola arsip dinamis inaktif yang memiliki retensi

sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun yang berasal

dari perangkat daerah, BUMD, BUM Swasta dan

Pemerintah Desa;

d. Melaksankan pembinaan kearsipan terhadap

perangkat daerah, BUMD, BUM Swasta, Pemerintah

Desa, dan masyarakat;

e. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan

kearsipan;

f. Melaksanakan pemusnahan arsip yang sudah tidak

memiliki nilai guna atau arsip yang memiliki retensi

sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sesuai JRA;

g. Melaksanakan pengelolaan arsip statis yang diterima

dari OPD, BUMD, BUM Swasta, Pemerintah Desa, dan

masyarakat; dan

h. Melaksanakan pengembangan SDM Kearsipan.

(2) Dinas memiliki kewajiban:

a. Menyusun JRA;

b. Membuat DPA dan mengumumkan kepada

masyarakat; dan

Page 76: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 17

c. Mengelola arsip vital Pemerintah Daerah berupa arsip

aset tidak bergerak, arsip perizinan pemanfaatan

ruang, arsip produk hukum yang bersifat pengaturan,

arsip perjanjian kerjasama yang strategis baik dalam

atau luar negeri, arsip hak paten, arsip berkas perkara

pengadilan dan arsip batas wilayah, dan arsip vital lain

yang telah dilakukan identifikasi.

Pasal 7

(1) Perangkat Daerah, BUMD, BUM Swasta dan Pemerintah

Desa dalam menyelenggarakan kearsipan mempunyai

tugas:

a. Mengelola arsip dinamis aktif di lingkungannya;

b. Mengelola arsip dinamis inaktif yang memiliki retensi

kurang dari 10 (sepuluh) tahun di lingkungannya;

c. Menyusun program arsip vital;

d. Mengelola arsip vital;

e. Melaksanakan pemusnahan arsip yang memiliki

retensi dibawah 10 (aepuluh) tahun sesuai JRA;

f. Menyusun daftar arsip statis dan menyerahkan kepada

Lembaga Kearsipan Daerah; dan

g. Melaksanakan pembinaan dn pengembangan

pengelolaan arsip di lingkungannya.

(2) Mengelola arsip dinamis aktif Unit kearsipan pada

perangkat daerah, BUMD, BUM Swasta dan Pemerintah

Desa dalam menyelenggarakan kearsipan memiliki tugas:

a. Melaksanakan pengelolaan arsip inaktif;

b. Mengolah arsip dan menyajikan arsip menjadi

informasi untuk kepentingan penguna internal dan

kepentingan publik;

Page 77: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 18

c. Melaksanakan pemusnahan arsip; dan

d. Menyiapkan penyerahan arsip statis.

(3) Unit pengolah pada perangkat daerah, BUMD, BUM

Swasta dan Pemerintah Desa dalam menyelenggarakan

kearsipan memiliki tugas:

a. Pengelolaan arsip altif;

b. Pengelolaan arsip vital;

c. Penyusunan daftar arsip inaktif; dan

d. Melaksanakan pemindahan arsip dinamis inaktif ke

unit kearsipan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar operasional dan

prosedur penyelenggraan kearsipan diatur dengan

Peraturan Bupati.

Ruang Lingkup Pengelolaan

Pasal 8

(1) Pengelolaan kearsipan daerah meliputi:

a. arsip dinamis; dan

b. arsip statis.

(2) Pengelolaan arsip dinamis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a meliputi pengelolaan terhadap:

a. Penciptaan;

b. Penggunaan;

c. Pemeliharaan; dan

d. Penyusutan.

(3) Pengelolaan arsip dinamis menjadi tanggungjawab

pencipta arsip yang meliputi:

a. Arsip vital;

b. Arsip aktif; dan

c. Arsip inaktif.

Page 78: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 19

(4) Pengelolaan arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b meliputi kegiatan:

a. Akuisisi arsip statis;

b. Pengolahan arsip statis;

c. Preservasi arsip statis; dan

d. Akses arsip statis.

(5) Pengelolaan arsip statis menjadi tanggung jawab Dinas.

Pengelolaan Arsip dibagi menjadi dua bagian pengaturan,

yaitu pengelolaan Arsip Dinamis dan Pengelolaan Arsip Statis.

Pegelolaan Arsip Dinamis :

Penciptaan Arsip

Pasal 9

(1) Penciptaan arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2) huruf a meliputi kegiatan:

(2) Pembuatan dan penerimaan arsip sebagaimana dimaksud

pada ayat (10, dilaksanakan berdasarkan tata naskah

dinas, pengurusan surat, klasifikasi arsip, serta system

klasifikasi keamanan dan akses arsip sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Penggunaan Arsip

Pasal 10

(1) Penggunaan Arsip dinamis sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (2) huruf b diperuntukkan bagi kepentingan

pemerintahan dan masyarakat.

(2) Penggunaan Arsip dinamis dilakukan untuk memenuhi

kepentingan dalam kegiatan perencanaan, pengambilan

keputusan, layanan kepentingan pblik, pelindungan hak,

atau penyelesaian sengketa.

(3) Penggunaan Arsip dinamis dilaksanakan berdasarkan

aiatem klasifikasi keamanan dan akses arsip.

Page 79: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 20

Pasal 11

(1) Penciptaan arsip dapat menutup akses atas arsip dengan

alasan apabila dibuka untuk umum, dapat:

(2) Pencipta arsip wajib menjaga kerahasiaan arsip tertutup

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pencipta arsip wajib menentukan prosedur atas akses

arsip serta menyediakan fasilitas untuk kepentingan

pengguna arsip.

Pasal 12

(1) Setiap orang atau badan yang memerlukan arsip statis

tertutup yang disimpan oleh Dinas wajib memperoleh izin

dari Dinas;

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan izin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

prosedur dan layanan Arsip Statis Tertutup.

Pemeliharaan Arsip

Pasal 13

(1) Dinamis sebagimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)

huruf c dilakukan untuk menjaga keautentikan, kemanan,

dan keselamatan arsip.

(2) Pemeliharaan arsip dinamis dilakukan melalui kegitan:

a. Pemberkasan arsip aktif;

b. Penataan arsip inaktif;

c. Penyimpanan arsip; dan

d. Alih media arsip.

Pasal 14

Page 80: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 21

(1) Pemeliharaan arsip aktif dilakukan melalui kegiatan

pemberkasan dan penyiapan arsip.

(2) Pemeliharaan arsip inaktif dilakukan melalui kegiatan

penataan dan penyimpanan.

(3) Pemeliharaan arsip vital dilakukan dengan menyusun

program arsip vital.

(4) Program arsip vital sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

meliputi:

a. Identifikasi;

b. Pelindungan dan pengamanan; dan

c. Penyelamatan dan pemulihan.

Pasal 15

(1) Pemberkasan arsip aktif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (2) huruf a dilakukan terhadap arsip yang

dibuat dan diterima;

(2) Pemberkasan arsip aktif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan berdasarkan klasifikasi arsip.

(3) Pemberkasan arsip aktif menghasilkan tertatanya fisik

dan informasi arsip serta tersusunnya daftar arsip.

(4) Daftar arsip aktif terdiri atas daftar berkas dan isi berkas.

(5) Pengaturan lebih lanjut daftar berkas dan isi berkas

ditetapkan dalam Peraturan Bupati.

Pasal 16

(1) Penataan arsip inaktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal

13 ayat (2) huruf b dilakukan berdasarkan asas asal-usul

dan asas aturan asli.

(2) Penataan arsip inaktif pada unit kearsipan dan unit

pengiolah dilaksanakan melalui:

a. Pengaturan fisik arsip;

Page 81: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 22

b. Pengolahan informasi arsip; dan

c. Penyusunan daftar arsip inaktif.

(3) Daftar arsip inaktif disusun oleh unit pengolah setiap

tahun, dan disampaikan kepada unit kearsipan disertai

berita acara.

Pasal 17

(1) Penyimpanan arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal

13 ayat (2) huruf c dilakukan terhadap arsip aktif dan

inaktif yang telah disusun dalam daftar arsip.

(2) Penyimpanan arsip aktif dan inaktif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk menjamin

keamanan fisik dan informasi arsip selama jangka waktu

penyimpanan arsip berdasarkan JRA atau nilai guna.

Pasal 18

(1) Arsip dinamis dapat dilakukan alih media sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

(2) Alih media arsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan dalam berbagai bentuk dan media sesuai

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19

(1) Alih media arsip dinamis dilaksanakan dengan

memperhatikan kondisi arsip dan nilai informasi.

(2) Alih media sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menghasilkan arsip dinamis dalam bentuk dan media

elektronik dan/ atau media lainnya sesuai dengan aslinya.

(3) Arsip yang dialih mediakan tetap disimpan untuk

kepentingan hukum berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 82: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 23

(4) Alih media arsip dinamis diautenstikasi oleh pimpinan

pencipta arsip dengan memberikan tanda tertentu yang

dilekatkan, terasosiasi, atau terkait dengan arsip hasil alih

media.

(5) Pelaksanaan alih media arsip dinamis dilakukan dengan

membuat berita aara yang disertai dengan daftar arsip

yang dialihmediakan.

(6) Arsip hasil alih media dan hasil cetaknya merupakan alat

bukti yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Penyusutan Arsip

Pasal 20

(1) Penyusutan arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (2) huruf d, dilakukan berdasarkan JRA atau nilai

guna.

(2) JRA sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan

oleh Bupati ditetapkan oleh Bupati setelah mendapatkan

persetujuan dari Kepala ANRI.

Pasal 21

Penyusutan arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat

(1), meliputi:

a. Pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit

kearsipan;

b. Pemusnahan arsip yang telah habis retensinya dan tidak

memiliki nilai guna dilaksanakan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan

c. Penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada Dinas.

Page 83: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 24

Pasal 22

(1) Pemindahan arsip inaktif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 21 huruf a dilaksanakan dengan memperhatikan

bentuk dan media arsip.

(2) Pemindahan arsip inaktif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan melalui:

a. Penyelesaian arsip inaktif;

b. Pembuatan daftar arsip inaktif yang akan

dipindahkan; dan

c. Penataan arsip inaktif yang akan dipindahkan.

Pasal 23

(1) Pemusnahan arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

huruf b menjadi tanggung jawab pencipta arsip.

(2) Pemusnahan arsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan terhadap arsip yang:

a. Tidak memiliki nilai guna;

b. Telah habis retensinya dan berketerangan

dimusnahkan berdasarkan JRA;

c. Tidak ada peraturan perundang-undangan yang

melarang; dan

d. Tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu

perkara.

(3) Dalam hal arsip belum memenuhi semua ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) retensinya

ditentukan kembali oleh pimpinan pencipta arsip.

Pasal 24

(1) Perangkat Daerah, BUMD, BUM Swasta dan Pemerintah

Desa berkewajiban menyerahkan arsip statis

Page 84: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 25

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c kepada

Dinas.

(2) Penyerahan arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dilakukan terhadap arsip yang:

a. Akuisisi arsip statis;

b. Pengolahan arsip statis;

c. Preservasi arsip statis; dan

d. Akses arsip statis.

Pasal 25

(1) Pelaksanaan penyusutan arsip dilakukan sesuai

mekanisme yang akan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati.

(2) Dinas mengkoordinasikan pelaksanaan penyusutan arsip.

Pengelolaan Arsip Statis

Umum

Pasal 26

(1) Pengelolaan arsip statis sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (4) dilakukan oleh Dinas.

(2) Pengelolaan arsip statis dilaksanakan untuk menjamin

keselamatan arsip sebagai pertanggungjawaban daerah

bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

(3) Pengelolaan arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) meliputi:

a. Akuisisi arsip statis;

b. Pengolahan arsip statis;

c. Preservasi arsip statis; dan

d. Akses arsip statis.

Akuisisi Arsip Statis

Page 85: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 26

Pasal 27

(1) Dinas melaksanakan akuisisi arsip statis sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) huruf a dari pencipta

arsip.

(2) Akuisisi arsip statis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi arsip statis yang telah diverifiksi secara langsung

maupun tidak langsung.

(3) Dalam melakukan Akuisisi arsip statis, Dinas membuat

DPA dan mengumumkannya kepada publik.

(4) Setiap instansi vertikal, lembaga pendidkan, perusahaan,

organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan serta

perseorangan yang memiliki atau menyimpan arsip statis

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menyerahkan

kepada Dinas bedasarkan syarat-syarat yang ditetapkan

dalam pengumuman DPA.

Pengolahan Arsip Statis

Pasal 28

(1) Pengolahan Arsip Statis Sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 26 ayat (3) huruf b, dilaksanakan berdasarkan asas

asal usul dan asas aturan asli, serta standar deskripsi

arsip statis.

(2) Pengolahan arsip statis dilaksanakan melalui:

a. Menata informasi arsip statis;

b. Menata fisik arsip statis;

c. Penyusunan sarana bantu penemuan kembali arsip

statis.

(3) Sarana bantu penemuan kembali Sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf c meliputi guide, daftar arsip statis,

dan inventasir arsip.

Page 86: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 27

Preservasi Arsip Statis

Pasal 29

(1) Preservasi Arsip Statis Sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 26 ayat (3) huruf c dilaksanakan dengan cara

preventif dan uratif.

(2) Preservasi Arsip Statis dengan cara prevenrif dilakukan

dengan:

a. Penyimpanan;

b. Pengendalian hama terpadu;

c. Reproduksi; dan

d. Perencanaan menghadapi bencana.

(3) Preservasi Arsip Statis dengan cara kuratif dilakukan

dengan memperhatikan keutuhan nformasi yang

terkandung dalam arsip statis.

Pasal 30

(1) Pelaksanaan preservasi arsip statis melalui penyimpanan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf a

dilaksanakan dengan penyediaan prasarana dan sarana

yang sesuai dengan standar yang ditentukan.

(2) Pelaksanaan preservasi arsip statis melalui melalui

pengendalian hama terpadu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 29 ayat (2) huruf b dilaksanakan dengan

pencegahan, pembasmian jasad renik dan organisme

perusak arsip.

(3) Pelaksanaan preservasi arsip statis melalui melalui

penyipanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat

(2) huruf c dilaksanakan dengan melakukan alih media.

(4) Pelaksanaan preservasi arsip statis melalui melalui

penyipanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat

(2) huruf d dilaksanakan dengan perlindungan dan

penyelamatan arsip dari bencana.

Page 87: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 28

Pasal 31

(1) Alih media arsip statis dilaksanakan dengan

memperhatikan kondisi arip dan nilai informasi.

(2) Alih media sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menghasilkan arsip statis dalam bentuk dan media

elektronik dan/atau media lainnya sesuai dengan aslinya.

(3) Arsip yang dialihmediakan tetap disimpan untuk

kepentingan pelestarian dan pelayanan arsip.

(4) Alih media arsip statis diautentikasi oleh pimpinan

Lembaga Kearsipan Daerah dengan memberikan tanda

tertentu yang dilekatkan, terasosiasi, atau terkair dengan

arsip hasil alih media.

(5) Pelaksanaan alih media arsip statis dilakukan dengan

membuat berita acara disertai dengan daftar arsip yang

dialihmediakan.

Akses Arsip Statis

Pasal 32

Akses arsip statis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat

(3) huruf d dilaksanakan dalam rangka pemanfaatan,

pendayagunaan, dan pelayanan pubik.

Pasal 33

(1) Akses arsip statis difasilitasi oleh Lembaga Kearsipan

Daerah.

(2) Akses arsip statis dilaksanakan dengan

mempertimbangkan:

a. Prinsip ketuhanan, keamanan, dan keselamatan arsip

statis; dan

b. Sifat keterbukaan dan ketertutupan arsip sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 88: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 29

(3) Akses arsip statisdapat dilakukan dengan cara manual

dan/atau elektronik.

Autentikasi Arsip

Pasal 34

(1) Autentikasi Arsip dilakukan terhadap arsip statis dan arsip

hasil alih media terhadap arsip dinamis dan arsip statis

untuk menjamin keansahan arsip.

(2) Autentikasi terhadap Arsip statis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Dinas sengan

membuat Surat Pernyataan.

(3) Autentikasi terhadap arsip hasil alih media sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memberikan

tanda tertentu yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait

dengan arsip hasil alih media.

Layanan Kearsipan

Pasal 35

(1) Lembaga Kearsipan Daerah melakukan layanan

kearsipan.

(2) Jenis layanan kearsipan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi:

a. Konsultasi dan asistensi;

b. Penelitian dan penelusuran;

c. Pembenahan dan penataan arsip;

d. Penggandaan dan alih media arsip;

e. Peminjaman arsip;

f. Penyimpanan arsip;

g. Perawatan dan reroduksi arsip;

h. Publikasi arsip; dan

i. bimbingan dan pelatihan kearsipan.

Page 89: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 30

(3) Layanan Kearsipan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat dikenakan retribusi.

(4) Pengenaan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri.

Sistem Kearsipan Daerah, Sistem Informasi Kearsipan Daerah,

dan Jaringan Informasi Kearsipan Daerah

Pasal 36

(1) Lembaga Kearsipan Daerah, perangkat daerah, BUMD,

BUM Swasta dan Pemerintah Desa menyelenggarkan

kearsipan yang komprehensif dan terpadu melalui SKD

untuk menjaga autentisitas dan keutuhan arsip.

(2) SKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk

pengelolaan arsip dnamis dan pengelolaan arsip statis.

Pasal 37

SKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 berfungsi untuk:

a. Mengidentifikasi keberadaan arsip yang memiliki

keterkaitan informasi di smua organisasi kearsipan;

b. Menghubungkan keterkaitan arsip sebagai satu keutuhan

informasi; dan

c. Menjamin ketersediaan arsip yang autentik, utuh dan

terpercaya.

Pasal 38

(1) Lembaga Kearsipan Daerah membangun SIKD untuk

memberikan informasi yang autentik dan utuh dengan

menggunakan sarana jaringan informasi kearsipan

daerah.

(2) Dalam melaksanakan fungsi SIKD sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Lembaga Kearsipan Daerah membentuk

JIKD.

Page 90: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 31

(3) Dalam membentuk JIKD sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) Lembaga Kearsipan Da menjadi simpul JIKN.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan SKD,

SIKD, dan JIKD diatur dengan Peraturan Bupati.

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pasal 39

(1) Pemerintah Daerah menyediakan sumber daya manusia

yang terdiri atas arsip arsip dan sumber daya manusia

yang memiliki kompetensi dan profesionalitas di bidang

kearsipan.

(2) Pemerintah Daerah dalam menyediakan sumber daya

manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui:

a. Penempatan arsip-arsip pada Dinas dan perangkat

daerah;

b. Menyelenggarakan inpassing bagi PNS yang akan alih

fungsi menjadi tenaga arsiparis;

c. Pengangkatan tenaga pengelola arsip dari pegawai

negeri sipil di perangkat daerah;

d. Dapat mengangkat sumber daya manusia non PNS

yang memiliki kompetensi dan profesionalitas di

bidang kearsipan sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan daerah.

Prasarana dan Sarana

Pasal 40

(1) Pemerintah Daerah menyediakan prasarana dan sarana

kearsipan.

(2) Penyediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan standar kualitas dan

spesifikasi yang ditetapkan oleh Bupati.

Page 91: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

V - 32

(3) Prasarana dan sarana kearsipan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi:

a. Gedung kantor, perpustakaan, depo arsip;

b. Ruangan; dan

c. Peralatan.

Page 92: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

VI-1

BAB VI

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah

dikemukakan dalam masing-masing bab tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Boyolali tentang Penyelenggaraan Kearsipan telah

memiliki kelayakan secara akademis dan memiliki landasan baik

secara filosofis, sosiologis maupun yuridis.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil analisis yang telah

dilakukan maka dapat disarankan agar segera ditetapkan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali tentang

Penyelenggaraan Kearsipan. Hal ini dilakukan guna memberikan

dasar hukum dan pedoman kepada Pemerintah Daerah

khususnya perangkat daerah yang bertanggung jawab dan

memiliki kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang kearsipan di Kabupaten Boyolali.

Dengan adanya acuan pasti berupa peraturan daerah

tentang penyelenggaraan kearsipan tersebut diharapkan dapat

meningkatkan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada

masyarakat dalam bidang kearsipan. Sebelum dilaksanakan

implementasi terhadap Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Kearsipan ini perlu terlebih dahulu dilakukan

sosialisasi kepada masyarakat luas dengan berbagai media agar

masyarakat dapat secara aktif berpartisipasi dalam

penyelenggaraan kearsipan di wilayah Kabupaten Boyolali.

Page 93: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

VI-2

LLaammppiirraann--LLaammppiirraann

Page 94: NASKAH AKADEMIK PENYUSUNAN RANCANGAN …

VI-3

Daftar Kepustakaan

Adi, Riyanto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum,

Jakarta: Granit.

Bryson, M. John, 2005. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi

Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hanif Nurcholish. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

Jakarta

Ida Zuraida, 2011, Teknik Penyusunan Peraturan Daerah tentang

Pajak Daerah & Retribusi Daerah, SInar Grafika: Jakarta.

Juanda. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah; Pasang Surut

Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah,

Alumni, Bandung

Mahendra Putra Kurnia dkk, 2007. Pedoman Naskah Akademik

Perda Partisipatif (Urgensi, Strategi, dan Proses Bagi Pembentukan Perda yang baik), Kreasi Total Media,

Yogyakarta.

Maria Farida Indrati S, 2007. Ilmu Perundang-Undangan (Jenis,

Fungsi, dan Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta.Maria Farida Indrati S, 2007. Ilmu Perundang-undangan Jenis,

Fungsi dan Materi Muatan. Yogyakarta: Kanisius

………….., 2007. Ilmu Perundang-undangan Proses dan teknik

Pembentukkannya. Yogyakarta: Kanisius

Ni’matul Huda. 2009. Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa media,

Bandung

W. Riawan Tjandra dan Kresno Budi Darsono, 2009. Legislative

Drafting (Teori dan Teknik Pembuatan Peraturan daerah),

Universitas Arma Jaya, Yogyakarta.