NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH...
Transcript of NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH...
1 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN
PROVINSI JAWA TIMUR
JULI, 2018
2 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
KATA PENGANTAR
ASSALAMUALAIKUM WR.WB.
Salam sejahtera untuk kita semua
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat dan hidayatNya kepada kita semua, sehingga kita dapat
menyusun naskah akademik ini untuk kebaikan masyarakat. Tim
Penyusun menyampaikan beberapa hal yang perlu disampaikan
pada bagian awal naskah akademik ini.
Naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban
tentang Pembentukan Dana Cadangan ini didasari oleh motivasi
yang bersifat filosofis dan sosiologis serta normatif. Motivasi
filosofisnya adalah menjamin hak asasi manusia masyarakat
sekaligus memastikan ketersediaan dana cadangan ditujukan
untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan.
Motivasi sosiologisnya adalah bahwa dana cadangan saat ini
menjadi salah satu tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Tuban
sehingga perlu untuk diselesaikan dengan pembentukan dana
cadangan berdasar amanat Permendagri Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Akhirnya, tim penyusun berharap bahwa hasil penelitian dalam
naskah akademik ini membawa manfaat yang besar dalam proses
pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban tentang
Pembentukan Dana Cadangan. Tiada gading yang retak pada
akhir masanya, maka saran yang konstruktif sangat diterima demi
penyempurnaan naskah akademik ini.
Tuban, 15 Juli 2018
Ketua Tim Penyusun
3 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
BAB I LATAR BELAKANG
A. PENDAHULUAN ................................................................... 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH ...................................................... 2
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENYUSUNAN
NASKAH AKADEMIK ............................................................. 3
D. METODE PENELITIAN .......................................................... 5
E. SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK ...................................... 10
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. KAJIAN TEORITIK ................................................................. 12
B. KAJIAN TERHADAP ASAS/PRINSIP YANG TERKAIT
DENGAN PENYUSUNAN NORMA .......................................... 22
C. KAJIAN TERHADAP PRAKTIK PENYELENGGARAAN
KONDISI YANG ADA, SERTA PERMASALAHAN HUKUM
YANG DIHADAPI MASYARAKAT ............................................ 27
D. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU
YANG AKAN DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA
CADANGAN TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN MASAYRAKAT
DAN DAMPAKNYA TERHADAP ASPEK BEBAN KEUANGAN
NEGARA ............................................................................... 35
4 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
BAB II EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
A. PEMERINTAH DAERAH DAN KONSTITUSI ............................ 37
B. KETENTUAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN .......................................................................... 40
C. KETENTUAN TENTANG PEBENTUKAN DANA
CADANGAN .......................................................................... 43
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS A. LANDASAN FILOSOFIS ......................................................... 45
B. LANDASAN SOSIOLOGIS ...................................................... 46
C. LANDASAN YURIDIS ............................................................. 46
BAB V JANGKUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN DAERAH ................ 51
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN ....................................................................... 56
B. SARAN .................................................................................. 56
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Dana cadangan daerah adalah salah satu aspek penting
dalam pembiayaan daerah. Dana cadangan sendiri dapat di
definisikan sebagai dana yang dibentuk guna membiayai
kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun
anggaran. Dana Cadangan dibentuk untuk suatu tujuan tertentu
secara spesifik. Tujuan utama dana cadangan daerah adalah
untuk menanggulangi keadaan yang tidak dapat di duga
sebelumnya sehingga ada biaya yang tersedia selain anggaran
tahunan yang sedang berjalan. Pembentukan Dana Cadangan ini
menggunakan rekening terpisah dari rekening kas daerah.
Selain itu, pendanaan kegiatan semacam ini umumnya
digunakan terhadap pembangunan atau proyek tertentu yang
memerlukan dana cukup besar yang tidak dapat di alokasikan
sekali dalam satu tahun anggaran. Dengan semakin
meningkatknya pelaksanaan pembangunan, Pemerintah Daerah
biasanya menggunakan dana cadangan daerah untuk
melaksanakan pembangunan atau kegiatan yang membutuhkan
anggaran besar dan bersifat prioritas.
Di Kabupaten Tuban sendiri, ada desakan yang kuat dari
masyarakat bahwa pelayanan kesehatan daerah sampai dengan
saat ini di rasa belum cukup optimal. Keterbatasan prasarana
rumah sakit pada umumnya menjadi kendala utama optimalisasi
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Upaya perbaikan
pelayanan kesehatan yang bersifat teknis selama ini telah
dilakukan oleh pihak-pihak terkait dan hal ini akan
membutuhkan alokasi anggaran yang cukup besar dalam waktu
dekat.
2 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Berdasarkan hal tersebut, melalui rencana pembangunan di
Kabupaten Tuban, Pemerintah Daerah memprakarsai
pembangunan prasarana gedung yang bersifat strategis dan
berskala besar dalam rangka mencapai standar pelayanan
minimal pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum
Daerah dr. R. Koesma. Pembangunan prasarana ini merupakan
respon terhadap tingginya permintaan pelayanan kesehatan yang
memadai kepada Pemerintah Daerah. Dengan mempertimbangkan
keterbatasan anggaran yang dituangkan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tuban, Pemerintah
Daerah berinisiatif untuk menyisihkan dana pembangunan
Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
melalui dana cadangan daerah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 63 ayat (1) Permendagri No 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
Pembentukan Dana Cadangan Daerah mesti ditetapkan melalui
peraturan daerah. Peraturan daerah tersebut mencakup
penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program dan
kegiatan yang akan dibiayai dari dana tersebut, besaran dan
rincian tahunan dana cadangan yang harus di anggarkan dan di
transfer ke rekening dana candangan, sumber dana cadangan dan
tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan. Oleh sebab itu,
sebagaimana diatur dalam UU No 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan Permendagri
No 80 Tahun 2015 tentang Produk Hukum Daerah, Pemerintah
Daerah perlu terlebih dahulu menyusun naskah akademik sebagai
landasan penelitian ilmiah rancangan peraturan daerah
Kabupaten Tuban tentang Pembentukan Dana Cadangan Daerah.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Sehubungan dengan urgensi pembentukan rancangan
peraturan daerah Kabupaten Tuban tentang Pembentukan Dana
3 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Cadangan Daerah, naskah akademik ini mengidentifikasi masalah
menyusunan naskah akademik sebagai persyaratan ilmiah dari
proses penyusunan rancangan peraturan daerah sebagai berikut:
1. Bagaimana model pengaturan tentang dana cadangan
daerah yang sejalan dengan amanat UU No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
2. Permasalahan hukum apa saja yang dihadapi dalam hal
implementasi dana cadangan daerah di Kabupaten Tuban.
3. Mengapa diperlukan rancangan peraturan daerah
Kabupaten Tuban tentang Pembentukan Dana Cadangan
Daerah.
4. Apa pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan
yuridis pembentukan rancangan peraturan daerah
Kabupaten Tuban tentang Pembentukan Dana Cadangan
Daerah.
5. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan rancangan
peraturan daerah Kabupaten Tuban tentang Pembentukan
Dana Cadangan Daerah.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
Naskah akademik disusun bukan hanya bertujuan sebagai
persyaratan formal dari proses pembentukan peraturan
perundang- undangan karena dalam naskah akademik tersebut,
permasalahan hukum yang ada dianalisis dan dijawab dalam
diskursus ilmiah berbasis kondisi riil masyarakat sehingga
kemanfaatannya betul-betul dirasakan oleh masyarakat di daerah
Kabupaten Tuban. Naskah akademik juga mengabstraksikan
aspirasi masyarakat di daerah agar rancangan peraturan daerah
4 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
yang disusun mencerminkan kesadaran hukum masyarakat
setempat sehingga dalam pelaksanaannya mudah diterima di
masyarakat. Adapun tujuan dan manfaat penyusunan naskah
akademik rancangan peraturan daerah Kabupaten Tuban tentang
Pembentukan Dana Cadangan Daerah adalah sebagai berikut.
a. Tujuan
1. Menetapkan model pengaturan dana cadangan daerah di
Kabupaten Tuban yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Mencari solusi atas permasalahan hukum yang dihadapi
Kabupaten Tuban.
3. Menyusun rancangan peraturan daerah Kabupaten
Tuban tentang Pembentukan Dana Cadangan Daerah.
4. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis, dan yuridis dalam pembentukan rancangan
peraturan daerah Kabupaten Tuban tentang
Pembentukan Dana Cadangan Daerah.
5. Menjelaskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang
lingkup pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan
rancangan peraturan daerah Kabupaten Tuban tentang
Pembentukan Dana Cadangan Daerah.
b. Manfaat
1. Memberikan pemahaman kepada seluruh pihak yang
terkait di Kabupaten Tuban mengenai urgensi
Pembentukan Dana cadangan daerah;
2. Masukan bagi pembentuk peraturan perundang-
undangan dan dapat digunakan sebagai referensi
akademis bagi pihak yang berkepentingan;
3. Memberikan panduan untuk pembentukan rancangan
peraturan daerah Kabupaten Tuban tentang
5 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Pembentukan Dana Cadangan Daerah agar substansi
yang akan menjadi norma hukum tepat sesuai dengan
kajian yang dibahas dalam naskah akademis ini.
D. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Penyusunan naskah akademik pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan penelitian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan
masalah tersebut dalam rancangan UU dan rancangan peraturan
daerah dan disusun menurut kaidah keilmuan yang objektif dan
metodologis. Penelitian dalam naskah akademik ini
diklasifikasikan sebagai penelitian hukum doktrinal atau
penelitian hukum normatif (normative legal research). Menurut
Soerjono Soekanto merupakan penelitian yang mengkaji hukum
yang dikonsepkan dan dikembangkan atas doktrin yang dianut
oleh si pengkonsep hukum. Disebut penelitian hukum doktriner,
karena penelitian ini dilakukan atau ditunjukan hanya pada
peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang
lain. Penelitian hukum doktrinal menganalisis permasalahan
hukum yang di identifikasi dengan cara memadukan bahan
hukum yang telah diperoleh yang terkait dengan dana cadangan
daerah.
b. Pendekatan Penelitian
Untuk menguraikan pokok permasalahan dalam naskah
akademik ini, penelitian ini menggunakan 2 pendekatan sebagai
berikut:
6 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
a. Pendekatan perundang-undangan (statute-approach), yaitu
dengan menganalisis peraturan perundang-undangan1 yang
berkaitan dengan dana cadangan daerah.
b. Pendekatan konsep (conseptual approach), yaitu dengan
menelaah dan memahami konsep-konsep2 pengaturan dana
cadangan daerah sehingga tidak menimbulkan pemahaman
yang multitafsir dan kabur mengenai konsep dana cadangan
daerah.
c. Jenis Bahan Hukum
Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Bahan Hukum Primer, meliputi:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 14)
2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah dalam lingkungan
Propinsi Djawa-Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 273);
3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
1Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana. 2007, hal. 96 2Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia. 2007 hal. 39
7 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
6) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
8) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
9) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5049);
8 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
10) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
11) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
12) Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan;
13) Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000
tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4027);
14) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);
15) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
9 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);
16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
17) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 2036);
18) Peraturan Daerah Kabupaten Tuban
Nomor 06 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2007 Seri E
Nomor 21);
19) .Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor ....
Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018
(Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun
2017 Seri ... Nomor .....);
b. Bahan hukum Sekunder, meliputi: Risalah Sidang yang
disusun Saafroedin Bahar, Ananda B. Kusuma, Nannie
Hudawati tentang Risalah Sidang Badan Penyidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei
1945 – 22 Agustus 1945 (Jakarta: Sekertariat Negara
Republik Indonesia, 1995), literatur-literatur yang terkait
dengan permasalahan yang dikaji yang berasal dari
buku-buku, surat kabar, pendapat ahli hukum dari segi
kepustakaan dan artikel internet.
10 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
c. Bahan hukum tersier meliputi kamus hukum dan kamus
besar bahasa Indonesia.
d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara
dokumentasi yaitu menelusuri, meneliti, dan mempelajari
referensi-referensi yang sesuai dan relevan dengan permasalahan
yang diangkat. Referensi yang digunakan tidak terbatas pada
referensi cetak saja tetapi juga elektronik. Bahan hukum yang
digunakan adalah bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum
yang berasal dari literatur baik itu cetak seperti buku, surat
kabar, majalah, jurnal penelitian, dan tabloid maupun elektronik
seperti situs internet. Selain itu, penyusunan naskah akademik ini
juga melibatkan diskusi dan rapat dengar pendapat.
E. SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK
Sistematika Naskah Akademik mengikuti UU No 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
sebagai berikut:
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,
DAN YURIDIS
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN
11 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH
PROVINSI, ATAU PERATURAN DAERAH
KABUPATEN/KOTA
BAB VI PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN: RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
12 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. KAJIAN TEORITIK
1. Kajian Teori Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Salah satu teori yang berkembang pesat yang
mengabstraksikan proses pembentukan suatu produk hukum (law
making process) dan pelaksanaan hukum (implementation of law)
adalah teori perundang-undangan (beginsel van behoorlijke
regelgeving). Beberapa sarjana, terutama yang berlatarbelakang
tradisi hukum sipil Eropa Kontinental, mengembangkan ilmu
pengetahuan sendiri tentang pembentukan perundang-undangan
yang disebut dalam beberapa istilah seperti
gesetzgebungswissenschaft (jerman) dan Wetgevingswetenschap
(Belanda). Menurut Budiman, teori perundang-undangan bersifat
interdisipliner dengan politik hukum (rechtpolitiek) dan sosiologi
hukum (rechtsoziologie) yang dapat dibagi ke dalam tiga ruang
lingkup kajian; (1) proses perundang-undangan, metode
perundang-undangan, dan teknik perundang-undangan.
Proses perundang-undangan sebenarnya berbicara dalam
tahapan pembentukan hukum, yakni bagaimana nilai-nilai, norma
sosial yang diterima di masyarakat dan dianggap benar oleh
masyarakat di sinkretisasikan menjadi asas hukum dan
dipositifkan sebagai norma hukum positif yang dibentuk oleh
lembaga yang berwenang.3 Hamid Attamimi menyebutkan bahwa
3 Budiman, Bentuk Peraturan Perundang-Undangan Perubahan atas Undang-Undang Dasar Menurut Hukum Tata Negara Indonesia, Thesis, Universitas Indonesia, 2000, hal. 113
13 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
peraturan perundang-undangan mengandung 3 unsur sebagai
berikut4:
a. norma hukum (rechtnormen);
b. berlaku ke luar (naar buiten werken); dan
c. bersifat umum dalam arti luas (algemeenheid in ruimezin)
Lebih lanjut, salah satu eksponen teori peraturan
perundang-undangan yang paling banyak dibicarakan dan
menjadi dasar bagi ketentuan UU No 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia
adalah Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Secara khusus Nawiasky
mengembangkan teori hirarki horma hukum positif (die theorie von
stufenrdnung der rechtnormen) sebagai kelanjutan teori Kelsen
tentang hirarki norma (stufentheorie). Kelsen mendefinisikan apa
yang ia sebut sebagai norma yang seharusnya (ought to be) yang
dilakukan oleh seseorang di kehidupan nyata. Apa yang
seharusnya merupakan perintah normatif yang diasumsikan
benar dan diterima oleh masyarakat yang tidak hanya bermakna
sebagai perintah, tetapi juga mencakup “boleh” dan “dapat”.5
Dalam konteks negara hukum modern, norma hukum
mencerminkan cita hukum (rechtsidee) karena tanpa cita hukum,
„maka hukum itu sendiri kehilangan maknanya sebagai suatu
hukum.‟6 Menurut Notonegoro, Pancasila merupakan cita hukum
yang dipahami sebagai norma fundamental negara
4 Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu PELITA I – PELITA IV, Disertasi, Universitas Indonesia, 1990 hal. 314. Norma hukum memiliki sifat 4 sifat yaitu larangan (verbod), perintah (gebod), pengizinan (toestemming) dan pembebasan (vrijstelling). 5 Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Terjemahan Raisul Muttaqin, Teori Hukum Murni: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Bandung: Nusamedia, 2014, hal. 5 6 Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia ..., op.cit, hal. 309
14 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
(staatfundamentalnorm).7 Menurut Hamid Attamimi, penempatan
Pancasila sebagai norma fundamental negara, „[D]alam
penerapannya, maupun dalam penegakannya, tidak dapat
melepaskan diri dari nilai-nilai Pancasila sebagai cita hukum yang
konstitutif dan regulative, dan dari ketentuan Pancasila sebagai
norma tertinggi yang menentukan dasar keabsahan (legitimacy)
suatu norma hukum dalam sistem hukum Republik Indonesia.‟8
Secara teoritik, sistem hukum bersumber kepada sumber
hukum (rechtbron)9 yaitu sumber hukum materil (materiele
rechtbron) dan sumber hukum formil (formelle rechtborn). Sumber
hukum material mengacu pada nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, seperti nilai ekonomi, politik, kebudayaan
dan sosial. Sifat sumber hukum materil bersifat mengatasi dan
mendasari sumber hukum formal. Sedangkan sebaliknya sumber
hukum formal umumnya terdiri dari produk penguasa yang telah
dinyatakan berlaku, kebiasaan atau konvensi, yurisprudensi yang
dibentuk berdasarkan hasil putusan hakim in concreto dan juga
doktrin yang dibuat oleh ahli hukum.
Suatu pembentukan peraturan perundang-undangan tidak
bisa dilepaskan dari sistem hukum yang ada di suatu negara.
Secara normatif, tujuan untuk mengkaitkan pembentukan
peraturan perundang-undangan dengan sistem hukum ialah
untuk menjaga bahwa masing-masing norma valid, tersusun
7 David Bourchier, Iliberal Democracy in Indonesia, New York: Routledge, 2001, hal. 141 8 Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia …, op.cit, hal. 359 9 Dalam bahasa Inggris, perlu dibedakan istilah sumber hukum (source of law) dan sumber dari segala sumber hukum (the source of all source of laws). Dalam tradisi civil law maupun common law, istilah sumber hukum berarti mengacu pada suatu peraturan, undang-undang, putusan hakim (stare decicis) yang menjadi pedoman bagi subjek hukum dalam melakukan tindakan hukum. Sedangkan istilah “sumber dari segala sumber hukum” mengandung arti bahwa terdapat sesuatu yang supreme dan menginspirasi norma-norma seluruh sumber hukum yang ada.
15 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
secara rapih dan sistematis. Sebagaimana dikatakan Kelsen
sebuah norma dianggap absah jika norma tersebut dibentuk oleh
otoritas yang diberikan kewenangan untuk membentuk norma
hukum, dimana kewenangan tersebut diperoleh dari norma lain
yang berkedudukan lebih tinggi. Pemberian kewenangan oleh
norma yang lebih tinggi membentuk apa yang disebut kaum
positivis Kelsenian sebagai perjenjangan norma-norma yang
berujung pada grundnorm.10 Meskipun groundnorm tidak bersifat
causa prima, suatu norma dapat dikategorikan sebagai grundnorm
hanya jika eksistensi dan nilai intrinstik dari norma yang
dimaksud diasumsikan benar dan tidak dapat ditelusuri lagi.
Sejumlah literatur menyebut konsep ini sebagai stuffentheorie.
Salah satu pengembangan mutakhir dari teori hierarki
norma Hans Kelsen adalah teori Hans Nawiasky yang telah
diaplikasikan di banyak negara bertradisi hukum sipil Eropa
Kontinental. Secara khusus Nawiasky mengkoreksi dan menambal
konsep grundnorm Kelsen. Menurut Nawiasky, norma tertinggi
sebaiknya tidak disebut sebagai grundnorm melainkan norma
fundamental negara ( staatfundametalnorm). Grundnorm pada
dasarnya tidak dapat berubah, sementara norma tertinggi dapat
berubah melalui cara yang tidak ditentukan oleh tata hukum itu
sendiri, seperti kudeta atau revolusi.11 Ia mengembangkan suatu
teori yang disebut dengan theorie von stufenubau der
rechtsordnung, dimana norma-norma hukum tersusun atas:
1) norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm);
2) aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);
3) undang-undang formal (formell gesetz); dan
10 Hans Kelsen, Pure Theory of Law, op.cit, hal. 218 11 Jimly Asshiddiqie dan Ali Safaat,Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Konstitusi Press, 2011,hal 155
16 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
4) pearaturan pelaksanaan dan peraturan otonom
(verodnung en autonome satzung).12
Seorang sarjana Indonesia, Hamid Attamimi kemudian
mencoba meyesuaikan teori tersebut dalam kerangka hukum
posistif Indonesia. Ia menyatakan13:
Ketentuan dalam UUD 1945 yang terdapat dalam batang
tubuh, adalah penjelmaan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Pokok Pikiran tersebut menurut penjelasan UUD 1945 adalah Pancasila.
Maka menjadi jelas, kelima sila dalam Pancasila, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, merupakan
asas-asas hukum umum (algemene rechtbeginselen) bagi semua ketentuan dalam Batang tubuh UUD 1945. Ketentuan yang tercantum dalam Batang tubuh UUD 1945
sebagai rumusan ketentuan hukum dasar negara pada gilirannya merupakan asas umum bagi penyelenggaraan
pemerintahan negara, termasuk bagi pembentukan peraturan perundang-undangan negara. Pada tingkat berikutnya, asas negara berdasarkan atas hukum
sebagaimana dinyatakan dalam Penjelasan UUD 1945 merupakan asas hukum yang menentukan kehidupan
kenegaraan Republik Indonesia, dan dengan demikian menentukan penyelenggaraan pemerintahan negara, termasuk pembentukan peraturan perundang-undangan
negara.
Penafsiran Hamid Attamimi tersebut jelas berdasar kepada
penafsiran pasca Indonesia mengenal sistem hierarki peraturan
perundang-undangan. Bagaimana rezim peraturan perundang-
undangan pasca kemerdekaan di Indonesia? Sayangnya Indonesia
baru mengenal rezim pembentukan peraturan perundang-
undangan ketika peralihan kekuasaan dari rezim demokrasi
terpimpin ke Orde Baru. Ketika momentum perubahan kekuasaan
terjadi, salah satu pekerjaan rumah terbesar pada ranah hukum
adalah memperbaiki ketidakteraturan sistem hukum yang
12 Ibid, hal. 154 13 Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia …, op.cit, hal. 360
17 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
terlanjur ada dengan cara mempositifkannya lewat peraturan
perundang-undangan. Konsep hierarki perundang-undangan
pertamakalinya diatur dalam TAP MPR No XX/MPRS/1966
Tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan Republik Indonesia kemudian di ubah dengan TAP MPR
No III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan dan diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. Pada saat ini, rezim perundang-undangan
yang berlaku adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
TAP MPR No III/MPR/2000 tentang Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan menyebutkan bahwa „sumber hukum dasar
nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.‟ Pada
tahun 2004, muncul UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan yang kembali menegaskan dalam
Pasal 2 bahwa „Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum negara.‟ Bagian penjelasan Pasal tersebut menyatakan
bahwa „penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan
Pancasila sebagai dasar dan ideology negara serta sekaligus dasar
filosofis bangsa dan negara sehingga setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila.‟
18 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Ketentuan UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan ini agaknya berbeda dengan
pemahaman sebelumnya bahwa Pancasila merupakan sumber
hukum dari segala sumber hukum tertulis maupun tidak tertulis.
Ketentuan tersebut di adopsi kembali dalam ketentuan Pasal 2 UU
No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan beserta penjelasannya.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan telah menyebutkan bahwa sistem
peraturan perundang-undangan Indonesia tersusun atas:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Ketetapan MPR;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kota.
Teori-teori diatas sesungguhnya memiliki watak postivistik
yang ketat, dengan kecenderungan untuk meminggirkan pelibatan
masyarakat dalam proses pembentukan hukum. Masing-masing
bentuk norma tentu saja memiliki fungsi yang spesifik. Namun
satu prinsip utama yang tak boleh terlepas adalah kesesuaiannya
dengan gerak masyarakat. Perubahan hukum dan
pembentukannya dapat disebabkan oleh kesenjangan antara
keadaan-keadaan, hubungan serta peristiwa dalam masyarakat,
dan pengaturan hukum yang telah ada mengenai hal tersebut.
Pembentukan hukum pada akhirnya bertujuan untuk mengatasi
kesenjangan tersebut.
Disinilah kedudukan hukum dapat berfungsi sebagai
penggerak perubahan sosial. Utamanya terkait perubahan nilai
19 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
dan norma di dalam masyarakat. Pengukurannya didasarkan pada
faktor-faktor pemicu yang diantaranya terkait masalah
kependudukan, habitat fisik, teknologis, serta struktur sosial
masyarakat dan kebudayaan. Meskipun sifatnya sangat lambat
dan sulit diamati oleh manusia, perubahan habitat tetaplah dapat
terasa karena berkenaan dengan kemampuan teknologis
manusia.14
Di sisi lain, proses pembentukan hukum yang baik dapat
mendukung proses pembangunan hokum nasional, serta
memenuhi harapan masyarakat. Prasyaratnya, haruslah ada
kajian yang memadai dan komprehensif, melalui prosedur yang
tertata dalam tahap-tahap koordinasi serta berdasarkan proses
dan teknik penyusunan yang ditetapkan sebagai pedoman bagi
seluruh lembaga yang berwenang membentuk peraturan
perundang-undangan. Di Indonesia, prosedur pembentukan
peraturan perundang-undangan secara umum terdiri atas
beberapa proses, yaitu perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Kesemuanya
lebih lajut dijabarkan di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
2. Kajian tentang Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah secara teoritik di definisikan sebagai
keseluruhan transaksi keuangan pemerintah daerah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara
lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Sementara,
pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk
14 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Bandung: Penerbit Alumni, 1981, hal. 46
20 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman
kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh pemerintah daerah.
Sementara itu penerimaan pembiayaan adalah semua
penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari
penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil
privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman
yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen
lainnya dan pencairan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan
diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah.
Akuntansi penerimaan pembiayaan kemudian dilaksanakan
berdasarkan prinsip bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Pencairan Dana Cadangan
mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan.
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran
Rekening Kas Umum Daerah antara lain pemberian pinjaman
kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran
kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu
dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan
diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.
Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang
bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana
Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana
Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan dalam pos
pendapatan asli daerah lainnya.
Dana Cadangan adalah dana yang dibentuk guna
membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam
satu tahun anggaran. Dana Cadangan dibentuk untuk suatu
tujuan tertentu secara spesifik. Pembentukan Dana Cadangan
menggunakan rekening terpisah dari rekening kas daerah
(Pembiayaan – Transfer ke Dana Cadangan).
Penggunaan Dana Cadangan harus sesuai tujuan yang telah
21 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
ditetapan Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan
guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran.
Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan
daerah. Peraturan daerah mencakup penetapan tujuan
pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan
dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana
cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening
dana cadangan, sumber dana cadangan dan tahun anggaran
pelaksanaan dana cadangan.
Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana
cadangan dibahas bersamaan dengan pembahasan rancangan
peraturan daerah tentang APBD. Penetapan rancangan peraturan
daerah tentang pembentukan dana cadangan ditetapkan oleh
kepala daerah bersamaan dengan penetapan rancangan peraturan
daerah tentang APBD.
Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas
penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman
daerah dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk
pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.
Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan
dan penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambah
dana cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada
lampiran rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran
pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan.
Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan
pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke
rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
Jumlah yang dianggarkan yaitu sesuai dengan jumlah yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana
22 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
cadangan berkenaan.
Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari
rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah
dianggarkan dalam belanja langsung SKPD pengguna dana
cadangan berkenaan, kecuali diatur tersendiri dalam peraturan
perundang-undangan.
B. KAJIAN TERHADAP ASAS/PRINSIP YANG TERKAIT DENGAN
PENYUSUNAN NORMA
Asas hukum (rechtsbeginselen) dapat didefinisikan sebagai
dasar yang menjadi sumber pandangan hidup, kesadaran, dan
cita-cita hukum masyarakat. Mengutip aliran hukum alam, asas
hukum dapat dibedakan menjadi dua jenis: (a) prinsipia prima
atau asas umum yang bersifat alamiah dan (b) prinsipia secondaria
yaitu asas yang dijabarkan dari asas umum yang tidak berlaku
mutlak dan dapat berubah dalam ruang dan waktu.15
Pembentukan sautu Peraturan daerah, sebagaimana yang
telah ditekankan di muka harus berpedoman kepada Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. Disamping berpegang kepada Undang-
Undang tersebut, Pemerintah daerah juga harus berpegang atau
berpedoman kepada peraturan perundang-undangan lain yang
mengatur hal-hal yang akan diatur dalam suatu rancangan
peraturan daerah.
Bagaimanapun, perumusan asas-asas dari suatu produk
hukum berhubungan langsung dengan persoalan legitimasi
pembentukan suatu produk hukum. Hal ini tidak semata-mata
bersifat formal, dalam arti terkait siapa yang berwenang untuk
membentuk hukum. Karena itu sumber hukum formal tidak boleh
menjadi satu-satunya pegangan otoritas yang berwenang. Sumber
15 Budiman, Bentuk Peraturan Perundang-Undangan …, op.cit, hal. 117
23 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
hukum materil juga harus dijadikan pegangan berikut pula
dengan asas-asasnya yang menggambarkan muatan materil dari
suatu peraturan perundang-undangan.
UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan membagi dua kategori asas, yaitu yang
bersifat formal terkait proses pembentukannya dan yang bersifat
material terkait dengan substansinya. Asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang bersifat formal sebagai
berikut:
a. Kejelasan
tujuan
: bahwa setiap Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan harus mempunyai
tujuan yang jelas apa yang hendak
dicapai.
b. Kelembagaan
atau organ
pembentuk
yang tepat
: dibuat oleh lembaga/pejabat Pembentuk
Peraturan Perundang-undangan yang
berwenang. Jika tidak, dapat dibatalkan
atau batal demi hukum.
c. Kesesuaian
antara jenis dan
materi muatan
: benar-benar memperhatikan materi
muatan yang tepat dengan jenis Peraturan
Perundang-undangannya.
d. Dapat
dilaksanakan
: memperhitungkan efektifitas Peraturan
Perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat, baik secara filosofis, yuridis
maupun sosiologis.
e. Kedayagunaan
dan
kehasilgunaan
: benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat
dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
f. Kejelasan
rumusan
: memenuhi persyaratan teknis
penyusunan, sistematika, pilihan kata
atau terminologi, bahasa hukumnya jelas,
dan mudah dimengerti, sehingga tidak
24 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
menimbulkan berbagai macam interpretasi
dalam pelaksanaannya
g. Keterbukaan : transparan atau terbuka bagi masyarakat
luas mulai dari proses perencanaan,
persiapan, penyusunan, dan pembahasan,
agar seluruh lapisan masyarakat
mempunyai kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memberikan masukan yang
diperlukan
Sementara landasan material bagi pembentukan suatu
peraturan perundang-undangan menurut Pasal 6 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan terdiri atas:
a. Asas
pengayoman
: setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus berfungsi
memberikan perlindungan dalam
rangka menciptakan ketentraman
masyarakat
b. Asas
kemanusiaan
: mencerminkan perlindungan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia
serta harkat dan martabat setiap warga
negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional
c. Asas
kebangsaan
: mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan)
dengan tetap menjaga prinsip negara
kesatuan Republik Indonesia
d. Asas
kekeluargaan
: mencerminkan musyawarah untuk
mencapai mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan
25 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
e. Asas
kenusantaraan
: senantiasa memperhatikan kepentingan
seluruh wilayah Indonesia dan materi
muatan Peraturan Perundang-undangan
yang dibuat di daerah merupakan
bagian dari sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila
f. Asas bhinneka
tunggal ika
: memperhatikan keragaman penduduk,
agama, suku dan golongan, kondisi
khusus daerah, dan budaya khususnya
yang menyangkut masalah-masalah
sensitif dalam kehidupan.
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
g. Asas keadilan : harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara
tanpa kecuali
h. Asas kesamaan
kedudukan
dalam hukum
dan
pemerintahan
: tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat
membedakan berdasarkan latar
belakang, antara lain, agama, suku, ras,
golongan, gender, atau status sosial
i. Asas ketertiban
dan kepastian
hukum
: dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan kepastian
hukum
j. Asas
keseimbangan,
keserasian, dan
keselarasan
: mencerminkan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan, antara
kepentingan individu dan masyarakat
dengan kepentingan bangsa, dan
negara.
Secara umum, terdapat tiga asas utama yang digunakan
sebagai acuan pembentukan peraturan perundang-undangan.
26 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Masing-masing telah digunakan sejak zaman Romawi Kuno hingga
hari ini. Asas pertama yaitu asas lex superior derogate legi inferior,
dimana hukum (dalam hal ini peraturan perundang-undangan)
yang lebih tinggi kedudukannya mengecualikan hukum yang lebih
rendah.16 Asas kedua yaitu lex specialis derogate legi generalis,
dimana hukum yang mengatur hal-hal yang bersifat spesifik atau
khusus mengecualikan hukum yang mengatur hal-hal yang
bersifat umum.17 Asas ketiga yaitu lex posteriori derogate legi
priori, dimana hukum yang lebih baru mengecualikan hukum yang
lama.18
Hamid Attamimi menambahkan bahwa asas penyelenggaran
pemerintahan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
tidak dapat dilepaskan dari asas-asas sebagai berikut19:
a) Asas larangan penyalahgunaan kekuasaan;
b) Asas larangan tindakan sewenang-wenang (kennelijke
onredelijkheid);
c) Asas perlakuan sama (gelijkheidsbeginsel);
d) Asas kepastian hukum (rechtszekerheid);
e) Asas memenuhi harapan yang ditimbulkan (gewekte
verwachtingen honoreren);
f) Asas perlakuan jujur (fair play); dan
g) Asas kecermatan (zorgvuldigheid)
Di dalam sistem peraturan perundang-undangan Indonesia
sendiri yang bersifat hierarkis, rancangan peraturan daerah
Kabupaten/Kota terletak dalam susunan terbawah.20 Di dalamnya
16 Abdul Rachmad Budiono, Pengantar Ilmu Hukum, Malang, Bayumedia, 2005, hal. 105 17 Ibid, hal 104 18 Ibid, hal 106 19 Hamid Attamimi, hal. 321 - 322 20 Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia terdiri atas: 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2) Ketetapan MPR, 3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
27 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
dimuat pengaturan mengenai kerangka penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus
daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang--
undangan yang lebih tinggi.21
C. KAJIAN TERHADAP PRAKTIK PENYELENGGARAAN,
KONDISI YANG ADA, SERTA PERMASALAHAN HUKUM YANG
DIHADAPI MASYARAKAT
Berdasarkan Peraturan Bupati Tuban No 19 Tahun 2014
tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja RSUD Dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban, Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban mempunyai tugas melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan
serta pecegahan dan melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut RSUD dr. R. Koesma
kabupaten Tuban mempunyai fungsi: (Peraturan Bupati Tuban
Nomor 19 Tahun 2014)
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan medis
dan penunjang medis serta non medis.
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang pelayanan medis dan penunjang medis
serta non medis.
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan
medis dan penunjang medis serta non medis.
4) Penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan.
5) Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
Undang, 4) Peraturan Pemerintah, 5) Peraturan Presiden, 6) Peraturan Daerah Provinsi, dan 7) Peraturan Daerah Kabupaten Kota. 21 Pasal 1 angka 8 Jo Pasal 14 UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
28 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
6) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang
kesehatan.
7) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan di bidang
kesehatan.
8) Penyelenggaraan administrasi umum, kepegawaian,
keuangan serta program dan pelaporan.
9) Perumusan kebijakan pengelolaan dan pengamanan
barang milik daerah yang menjadi tanggung jawab rumah
sakit.
10) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Pada dasarnya tugas dan fungsi pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit merupakan pelayanan yang menyeluruh dan
terpadu, bersifat peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan serta ditujukan kepada semua lapisan masyarakat.
Susunan organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. R.
Koesma Kabupaten Tuban terdiri dari :
1. Direktur
Mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijakan,
membina, mengkoordinasikan, mengawasi serta
melaksanakan pengendalian terhadap pelaksanaan
tugas rumah sakit.
2. Wakil Direktur Umum dan Keuangan
Wakil Direktur Umum dan Keuangan mempunyai
tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian pengelolaan kegiatan
pelayanan administrasi umum, keuangan dan program
Rumah Sakit.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan
membawahkan dan mengkoordinasikan:
2.1 Bagian Administrasi dan Umum
2.2 Bagian Keuangan
29 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
2.3 Bagian Program dan Pelaporan
3. Wakil Direktur Pelayanan
Wakil Direktur Pelayanan mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi, pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian pengelolaan pelayanan medik dan non
medik.
Wakil Direktur Pelayanan membawahkan dan
mengkoordinasikan:
3.1. Bidang Medik
3.2. Bidang Pelayanan Penunjang
3.3. Bidang Keperawatan
4. Bagian Administrasi dan Umum
Bagian Administrasi dan Umum mempunyai tugas
menyelenggarakan penyiapan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan dan pengendalian pelaksanaan
pelayanan administrasi umum dan perlengkapan serta
rumah tangga, kepegawaian, pendidikan, pelatihan dan
penelitian pengembangan sumber daya rumah sakit,
hukum dan humas.
Bagian Administrasi dan Umum membawahkan dan
mengkoordinasikan:
4.1 Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
4.2 Sub Bagian Kepegawaian, Pendidikan Pelatihan dan
Penelitian Pengembangan
4.3 Sub Bagian Hukum dan Humas
5. Bagian Keuangan
Bagian keuangan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana belanja dan anggaran,
penatausahaan keuangan meliputi penganggaran,
perbendaharaan, mobilisasi dana, akuntansi dan
verifikasi serta remunerasi. Bagian Keuangan
membawahkan dan mengkoordinasikan:
30 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
5.1 Sub Bagian Anggaran
5.2 Sub Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana
5.3 Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi
6. Bagian Program dan Pelaporan
Bagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas
penyusunan rencana kegiatan monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIM-RS)
Bagian Program dan Pelaporan membawahkan dan
mengkoordinasikan:
6.1 Sub Bagian Perencanaan Program
6.2 Sub Bagian Monitoring, Evaluasi, Pelaporan dan
Sistem Manajemen Informasi Rumah Sakit (SIM-RS)
7. Bidang Medik
Bidang Medik mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi, pembinaan, pengawasan, pengendalian
pelayanan dan penggunaan fasilitas pelayanan serta
kegiatan pada instalasi rawat jalan, rawat inap, bedah
sentral, rawat darurat, pelayanan intensif (ICU/ICCU),
Anestesi dan Rehabilitasi Medik. Bidang medik
membawahkan dan mengkoordinasikan:
7.1 Seksi Perencanaan dan Pengembangan Pelayanan
Medik
7.2 Seksi Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Medik
8. Bidang Pelayanan Penunjang
Bidang Pelayanan Penunjang mempunyai tugas
mengkoordinasikan semua kebutuhan penunjang
pelayanan medis dan non medis, memantau, mengawasi
fasilitas dan kegiatan pelayanan pada Instalasi
Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Gizi, Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana, Rekam Medis, Central Sterile
31 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Supply Department (CSSD), Laundry, Pemulasaraan
Jenazah, Ambulan dan Pengelolaan Limbah. Bidang
Pelayanan Penunjang membawahkan dan
mengkoordinasikan:
8.1 Seksi Penunjang Medik
8.2 Seksi Penunjang Non Medik
9. Bidang Keperawatan
Bidang Keperawatan mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian pelayanan keperawatan, penggunaan
fasilitas pelayanan keperawatan dan kegiatan pelayanan
keperawatan pada Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap,
Bedah Sentral, Rawat Darurat dan Pelayanan Intensif
(ICU/ICCU). Bidang Keperawatan membawahkan dan
mengkoordinasikan:
9.1 Seksi Perencanaan dan Pengembangan Pelayanan
Keperawatan
9.2 Seksi Monitoring dan Evaluasi Pelayanan
Keperawatan
10. Instalasi / Unit Pelayanan Non Struktural
Di Lingkungan Wakil Direktur Umum dan Keuangan
dibentuk Instalasi dan atau Unit yang merupakan unsur
pelaksana non Struktural yang terdiri dari:
1) Instalasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIM-RS) adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan penyelenggaraan kegiatan
pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit.
Di Lingkungan Wakil Direktur Pelayanan dibentuk
Instalasi dan/atau Unit yang merupakan unsur
pelaksana non struktural, terdiri dari
32 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
1) Instalasi Rawat Jalan adalah Unit Pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat jalan.
2) Instalasi Rawat Inap adalah Unit Pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap
yang terdiri dari kelas I, II, III, Utama I, Utama II.
3) Instalasi Gawat Darurat adalah Unit Pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan Gawat
Darurat.
4) Instalasi Bedah Sentral adalah Unit Pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan bedah.
5) Instalasi Farmasi adalah Unit Pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit termasi Farmasi Klinik.
6) Instalasi Laboratorium adalah Unit Pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan
laboratorium.
7) Instalasi Radiologi adalah Unit Pelayanan non
struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan Radiologi.
8) Central Sterile Supply Department (CSSD) adalah
Unit Pelayanan non struktural yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan
sterilisasi alat kesehatan.
9) Instalasi Gizi adalah Unit Pelayanan non struktural
yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
kegiatan pelayanan gizi.
33 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
10) Instalasi Pemeliharan Sarana dan Lingkungan
Rumah Sakit adalah unit pelayanan non struktural
yang menyediakan fasilitas dan penyelenggaraan
kegiatan pemeliharaan dan pemenuhan sarana di
lingkungan Rumah Sakit.
11) Unit Pemulasaraan Jenazah adalah Unit Pelayanan
non struktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan forensik dan
perawatan jenazah.
12) Unit Laundry adalah unit Pelayanan non Struktural
yang menyediakan fasilitas pelayanan Linen Rumah
Sakit.
13) Unit ambulan adalah Unit Pelayanan non Struktural
yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
kegiatan pelayanan Ambulan dan Ambulan jenazah.
11. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya.
STRUKTUR ORGANISASI RSUD dr. R. KOESMAKABUPATEN TUBAN
D. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU YANG AKAN DIATUR
DALAM PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN TERHADAP ASPEK KEHIDUPAN MASAYRAKAT DAN DAMPAKNYA TERHADAP ASPEK BEBAN KEUANGAN NEGARA
Alokasi pembiayaan pembangunan atau kegiatan di daerah melalui dana
cadangan adalah praktik yang lazim dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dengan berjalannya desentralisasi fiskal di Kabupaten Tuban pasca reformasi, harus
diakui bahwa penguatan wewenang pemerintahan daerah dalam menetapkan alokasi
anggaran daerahnya telah memberikan perbedaan yang signifikan bagi pembangunan di
daerah.
Secara normatif, kehadiran UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan keleluasaan terhadap daerah dalam mengatur rumah tangganya sendiri.
Tetapi, kewenangan yang luas tersebut harus dipahami untuk mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial sehingga produk hukum yang dihasilkan akan
diorintasikan untuk kepentingan masyarakat daerah. Dalam konteks pembangunan di
daerah Kabupaten Tuban, respon Pemerintah daerah Kabupaten Tuban terhadap
tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan daerah dari masyarakat melalui
pembentukan dana cadangan daerah adalah tepat. Meskipun alokasi dana cadangan
daerah yang baru diproyeksikan akan meningkatkan beban anggaran daerah, hal
tersebut secara simultan akan dampak positif terhadap masayrakat kabupaten Tuban
karena pembangunan prasarana Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma akan
meningkatkan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia, eksperimen otonomi daerah
tidak dapat dilepaskan dari perubahan konfigurasi politik pasca kejatuhan rezim Orde
Baru. Perubahan dari rezim yang bersifat sentralisasi ke desentralisasi mengubah
hubungan antara pusat dan daerah secara mendasar. Dengan proses demokratisasi
yang berjalan nyaris dua dekade terakhir ini, pelaksanaan otonomi daerah mulai
memberikan hasil signifikan sehingga di masa mendatang pemerintahan daerah
36 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
dituntut untuk mengindentifikasi secara cermat kebutuhan hukum masyarakat untuk
mewujudkan tujuan Pembukaan UUD NRI 1945.
Pemberian status otonomi kepada Pemerintahan daerah secara subtantif akan
mendorong warga masyarakat lebih aktif dalam proses pemerintahan skala nasional
dan daerah.22 Salah satu keterlibatan masyarakat dalam proses aktivitas pemerintan
daerah adalah penyusunan suatu peraturan perundang-undangan daerah. Selain
berfungsi sebagai solusi atas permasalahan hukum masyarakat di daerah, suatu
peraturan daerah juga berfungsi sebagai peraturan yang berisi penjabaran lebih
terperinci dari peraturan perundang-undangan yang secara hierarkis lebih tinggi (Pasal
14 UU No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan).
Hierarki peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah23:
a. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
A. PEMERINTAH DAERAH DAN KONSTITUSI
Agar dapat berfungsi dan dicapai tujuan pembentukannya sesuai dengan pasal
18 UUD NRI Tahun 1945 maka kepada daerah diberikan wewenang-wewenang untuk
melaksanakan berbagai urusan rumah tangganya. Oleh karena itu, setiap pembentukan
Daerah harus selalu memperhatikan syarat-syarat kemampuan ekonomi, jumlah
penduduk, luas daerah pertahanan dan keamanan yang memungkinkan daerah otonom
melaksanakan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.24
Selanjutnya bahwa di dalam pasal 18A UUD NRI Tahun 1945, disebutkan bahwa
hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah provinsi,kabupaten dan
kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur sebagaimana mestinya oleh
undang-undang dengan tetap memperhatikan keragaman daerah. Hubungan yang
22 Didik Sukriono, Hukum, Konstitusi dan Konsep Otonomi, Malang: Setara Press, 2013, hal. 124 – 125 23 Pasal 7 Ayat (1) UU No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 24 B.N Marbun, DPRD Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1983, hal 83
37 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
diatur antara lain hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur
berdasarkan undang-undang dan dilaksanakan secara selaras, serasi dan seimbang.
Selain itu dalam pasal 18 B UUD NRI Tahun 1945, ditegaskan bahwa:
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus atau istimewa yang diatur dengan undang-undang.
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia,yang diatur didalam undang-undang.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam pasal pasal tersebut (pasal 18, 18A,
18B), Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Daerah bukan merupakan atau tidak bersifat “staat” atau negara (dalam
negara);
b. Daerah itu adalah merupakan daerah otonom atau daerah administrasi;
c. Wilayah Indonesia adalah merupakan satu kesatuan yang akan dibagi dalam
daerah provinsi, dan dari daerah provinsi akan dibagi ke dalam daerah –
daerah yang lebih kecil seperti kabupaten atau kota;
d. Negara Indonesia mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau istimewa serata adanya suatu kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat dengan budanyanya sendiri dan hak-hak
tradisionalnya, dan ini merupakan dasar dalam pembentukan Daerah
Istimewa dan pemerintah desa;
e. Dalam suatu daerah otonom dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum;
f. Adanya suatu prinsip dalam menjalankan otonomi yang seluas-luasnya (Pasal
18 ayat 5);
g. Adanya suatu prinsip di daerah untuk mengatur dan mengurus urusan
rumah tangganya sendiri berdasar pada asa otonomi dan tugas pembantuan.
h. Bahwa hubungan anatara pemerintah pusat dan daerah harus dijalankan
selaras dan adil.
38 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI)
Tahun 1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik,” prinsip negara kesatuan ialah pemegang tampuk kekuasaan
tertinggi atas segenap urusan negara adalah pemerintah pusat tanpa ada suatu delegasi
atau pelimpahan kekuasaan kepada pemerintah daerah (local government).25
Ketentuan konstitusional tersebut adalah hal yang esensial yang urgensial karena
otonomi daerah adalah refleksi dari entitas sosial, ekonomi, politik dan budaya
masyarakat daerah yang mesti di akomodasi dalam negara hukum Indonesia. Masalah
otonomi daerah ini menjadi keniscayaan karena pelaksanaan otonomi daerah dapat
memberikan legitimasi bagi eksistensi keanekaragaman sosial, budaya dan adat istiadat
yang bersifat asli dan sudah ada sejak dahulu.
Dengan kata lain, untuk memahami bagaimana hubungan hukum antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang ideal dan sesuai dengan nilai-nilai
demokrasi, dibutuhkan pembagian urusan antara keduanya secara koordinatif dan
berkelanjutan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan ditetapkan bahwa dalam pembentukan peraturan
daerah rancangan peraturan Daerah itu berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
baik provinsi, kabupaten/ kota maupun Pemerintah Daerah dalam hal ini Gubernur,
Bupati /Walikota akan dibahas melalui tingkat-tingkat pembicaraan antara Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota bersama dengan
Pemerintah Daerah.
B. KETENTUAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan merupakan induk, acuan dan payung seluruh sistem
pembentukan peraturan perundang-undangan Indonesia. Dalam sejarahnya rezim
pembentukan peraturan perundang-undangan diadopsi di Indonesia sebagai upaya
memperkokoh legitimasi negara hukum. Sistem pembentukan peraturan perundang-
undangan yang jelas mengisyaratkan kepercayaan kuat terhadap konsep legalitas
formal. Konsep inilah yang secara umum dapat menyokong tujuan dari keberadaan
hukum itu sendiri dimana peraturan-peraturan terkodifikasi secara jelas sehingga
25 M.Solly Lubis, Pergeseran Garis Politik dan Perundang-undangan Mengenai Pemerintah Daerah, Bandung: Penerbit Alumni, 1983 hal. 8
39 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
memberikan dampak baik bagi hubungan antara warga negara.26 Terlebih lagi ketika
gegap gempita reformasi pada tahun 1998 sedang berlangsung, upaya memperkokoh
sendi negara hukum terus di lakukan salah satunya adalah memperjelas sistem
pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sistem pembentukan
peraturan perundang-undangan yang dimaksud, hari ini ialah Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-
undang itu memuat tersebut berisi prosedur menyusun suatu peraturan perundang-
undangan.
Sejak tahun 1966, Indonesia telah mengadopsi sistem pembentukan peraturan
perundang-undangan dengan norma yang hierarkis. Hierarki norma itu tetap di adopsi
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan yaitu Pasal 7 sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabuaten/Kota.
Adapun suatu peraturan perundang-undangan dalam pembentukannya harus
berpedoman kepada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yaitu:
a. Kejelasan tujuan: bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus mempunyai tujuan yang jelas apa yang hendak dicapai.
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat: dibuat oleh lembaga/pejabat
Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Jika tidak, dapat
dibatalkan atau batal demi hukum.
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan : benar-benar memperhatikan
materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundang-undangannya.
d. Dapat dilaksanakan: memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang-
undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun
sosiologis.
26 Adriaan W. Bedner, Suatu Pendekatan Elementer Terhadap Negara Hukum, dalam Adriaan W. Bedner, Sulistyowati Irianto, Jan Michael Otto, Theresia Dyah Lestari (Ed.), Kajian Sosio-Legal, Jakarta: Pustaka Larasan, 2012, hal. 60
40 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan : benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat
dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
f. Kejelasan rumusan : memenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika,
pilihan kata atau terminologi, bahasa hukumnya jelas, dan mudah dimengerti,
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya.
g. Keterbukaan : transparan atau terbuka bagi masyarakat luas mulai dari proses
perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan, agar seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan yang diperlukan.
Secara materil pembentukan suatu peraturan perundang-undangan harus
berdasarkan asas:
a. Asas pengayoman : setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan
ketentraman masyarakat.
b. Asas kemanusiaan : mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
Indonesia secara proporsional.
c. Asas kebangsaan : mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang
pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan
Republik Indonesia.
d. Asas kekeluargaan : mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Asas kenusantaraan : senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di
daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila.
f. Asas bhinneka tunggal ika : memperhatikan keragaman penduduk, agama,
suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang
menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan. bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
g. Asas keadilan : harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.
41 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan : tidak boleh
berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara
lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
i. Asas ketertiban dan kepastian hukum : dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
j. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan : mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan
masyarakat dengan kepentingan bangsa, dan negara.
C. KETENTUAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, dana cadangan daerah adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan
yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat di penuhi oleh satu anggaran.
Pembentukan dana cadangan daerah mesti ditetapkan melalui peraturan daerah yang
mencakup penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang
akan dibiayai dari dana tersebut, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang
harus di anggarkan dan di transfer ke rekening dana candangan, sumber dana
cadangan dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan. Rancangan peraturan
daerah yang dimaksud dibahas bersamaan dengan rancangan peraturan daerah
tentang APBD.
Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah,
kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan penerimaan lain yang
penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Selain itu, dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.
Adapun penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan
dalam portofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam
daftar dana cadangan pada lampiran rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam
tahun anggaran yang berkenaan. Pencairan dana cadangan digunakan untuk
menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening
kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Jumlah yang dianggarkan
tersebut pada yaitu sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.
42 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekekning dana cadangan ke
rekening kas umum daerah dianggarkan dalam belanja langsung SKPD pengguna dana
cadangan berkenaan, kecuali diatur tersendiri dalam peraturan perundang- undangan.
43 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
A. LANDASAN FILOSOFIS
Menurut UU No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan landasan filosofis dalam naskah akademik rancangan peraturan perundang-
undangan merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran dan cita
hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang
bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Secara filosofis, pembentukan Rancangan peraturan daerah Kabupaten Tuban
tentang Pembentukan Dana Cadangan Daerah dimaksudkan untuk menjamin
kecukupan pendanaan pelaksanaan pembangunan prasarana gedung yang bersifat
strategis dan berskala besar dalam rangka pencapaian standar pelayanan
minimal pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr.
R. Koesma. Pembangunan rumah sakit tersebut dalam rangka memenuhi
kebutuhan publik terhadap akses layanan kesehatan yang memadai. Kewajiban
Pemerintah Daerah dalam menyediakan layanan kesehatan merupakan
imperatif konstitusi dan cita-cita ke arah sana telah dinyakan dalam
Pembukaan UUD NRI 1945. Pembukaan konstitusi menjabarkan tujuan
pembentukan negara, yaitu untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Kesemuanya didasarkan pada
lima prinsip yang jamak dikenal sebagai Pancasila, yang terdiri atas: Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
Dalam membuat suatu peraturan perundang-undangan harus didasarkan pada
daya guna dan hasil guna, mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
44 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
masyarakat. Peraturan yang dibuat harus berdasarkan pada keyakinan umum dan
kesadaran masyarakat karena nantinya peraturan itu akan diberlakukan kepada
masyarakat.
Pembentukan rancangan peraturan daerah Kabupaten Tuban tentang
Pembentukan dana cadangan daerah dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan
masyarakat terhadap akses kesehatan, peningkatan populasi dan peningkatan taraf
kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban
yang semakin pesat, di iringi dengan pertumbuhan industri di kawasan Kabupaten
Tuban di satu sisi meningkatkan jumlah lapangan kerja yang berdampak positif
terhadap taraf pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah. Namun demikian,
peningkatan dari segi ekonomi tersebut mesti di barengi dengan peningkatan layanan
kesehatan karena semakin pesat kemajuan industri di Kabupaten Tuban, akan semakin
meningkatkan resiko gangguan kesehatan. Oleh karenanya, kebutuhan membangun
prasarana rumah sakit yang bersifat strategis menjadi tak terelakkan.
C. LANDASAN YURIDIS
Landasan yuridis adalah landasan yang menekankan bahwa dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan itu harus memberikan kepastian hukum seperti:
ketepatan waktu,tidak ada diskriminasi .Selain itu, landasan yuridis sangat penting
karena akan menunjukan adanya kewenangan dari pembuat undang-undang, adanya
hierarki (tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi), adanya kesesuaian
jenis, materi muatan yang akan diatur. Landasan yuridis menjadi dasar kewenangan
pembuat peraturan perundang-undangan. Sehingga apabila pejabat atau badan hukum
tidak disebutkan dalam undang-undang memiliki kewenangan membuat suatu
peraturan maka pejabat atau badan hukum itu tidak berwenang untuk itu.
Landasan yuridis merupakan landasan hukum positif atau legalitas dari
pembentukan Peraturan Daerah yang akan dibuat. Landasan yuridis ini merupakan
aspek formal/legal keabsahan sebuah Peraturan Daerah (peraturan perundangan-
undangan) agar Peraturan Daerah yang akan dibuat tidak ambigu, yang pada giliranya
menimbulkan tumpang tindih. Oleh karena itu, perlu diselaraskan (diharmonisasikan)
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang sudah ada secara hierarkis
dengan melakukan kegiatan inventarisasi ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah yang
berkaitan dengan Pembentukan Dana Cadangan Daerah.
Berikut ini adalah daftar peraturan perundang-undangan terkait:
45 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 14)
2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
dalam lingkungan Propinsi Djawa-Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 273);
3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
8) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);
46 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
10) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
11) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
12) Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4027);
13) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);
14) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
15) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011;
16) Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 06 Tahun
2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2007 Seri E Nomor 21);
17) .Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor .... Tahun 2017 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018
(Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2017 Seri ... Nomor .....);
47 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
48 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBENTUKAN DANA
CADANGAN DAERAH
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, naskah akademik pada akhirnya berfungsi
mengarahkan ruang lingkup materi muatan rancangan peraturan daerah yang akan
disusun. Dalam Bab V sendiri, sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan,
dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan. Sasaran
Pembentukan dana cadangan daerah berangkat dari penjabaran dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
Berikut ini ruang lingkup materi muatan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Tuban tentang Pembentukan Dana Cadangan Daerah.
A. KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tuban.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tuban.
3. Bupati adalah Bupati Tuban.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tuban.
5. Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang
selanjutnya disingkat BPPKAD, adalah Badan Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tuban.
6. Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma
yang selanjutnya disingkat BLUD RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
8. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan
yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
49 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
tahun anggaran.
9. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD
adalah Kepala Dinas yang mempunyai tugas melakukan pengelolaan
APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
10. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD
yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah;
11. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD
adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagai tugas
BUD.
B. TUJUAN PEMBENTUKAN DANA CADANGAN DAERAH
Dana Cadangan dibentuk untuk mendanai program dan kegiatan
Pembangunan Gedung Instalasi Perawatan Intensif Terpadu RSUD dr. R.
Koesma Kabupaten Tuban.
C. BESARAN RINCIAN DAN JANGKA WAKTU PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
1) Besaran Dana Cadangan yang dibutuhkan untuk mendanai program dan
kegiatan sebesar Rp. 34.057.362.000,00 (tiga puluh empat miliar lima
puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh dua ribu rupiah) yang dipenuhi
dalam jangka waktu tahun anggaran 2018 dan tahun anggaran 2019
dengan rincian sebagai berikut:
a. Pembangunan Gedung Instalasi Perawatan Intensif Terpadu RSUD dr.
R. Koesma Kabupaten Tuban sebesar Rp. 22.790.730.000,00 (dua
puluh dua miliar tujuh ratus sembilan puluh juta tujuh ratus tiga
puluh ribu rupiah) dibentuk pada tahun anggaran 2018;
b. Pembangunan Gedung Instalasi Perawatan Intensif Terpadu RSUD dr.
R. Koesma Kabupaten Tuban sebesar Rp. 11.266.632.000,00 (sebelas
miliar dua ratus enam puluh enam juta enam ratus tiga puluh dua
ribu rupiah) dibentuk pada tahun anggaran 2019:
D. SUMBER DANA
Dana Cadangan bersumber dari penyisihan atas penerimaan BLUD
RSUD dr. R. Koesma pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Tuban, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah dan
50 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
atau penerimaan lainnya yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran
tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
pembentukan Dana Cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan
dalam tahun anggaran yang berkenaan.
E. PELAKSANAAN DANA CADANGAN
Pelaksanaan Dana Cadangan adalah pada tahun anggaran 2018 dan 2019.
Penggunaan Dana Cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi penerimaan
pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
F. PENGELOLAAN
1) Dana Cadangan yang telah terbentuk ditempatkan pada rekening
tersendiri atas nama Dana Cadangan Pemerintah Daerah yang dikelola
DPPKAD selaku BUD;
2) Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan
kegiatan selain kegiatan;
3) Untuk pelaksanaan program dan kegiatan, Dana Cadangan dimaksud
terlebih dahulu dipindah-bukukan ke rekening Kas Umum Daerah;
4) Pemindahbukuan paling tinggi sejumlah pagu Dana Cadangan yang
akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam tahun
anggaran berkenaan;
5) Pemindahbukuan dilakukan dengan Surat Perintah Pemindahbukuan
oleh Kuasa BUD atas persetujuan DPPKAD selaku BUD;
6) Dalam hal kegiatan telah selesai dilaksanakan dan mencapai target
yang ditetapkan, Dana Cadangan yang masih tersisa pada rekening
Dana Cadangan dipindah-bukukan ke rekening Kas Umum Daerah.
7) Dalam hal Dana Cadangan yang ditempatkan pada rekening Dana
Cadangan belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana
tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasil
tetap dengan resiko rendah;
8) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening Dana Cadangan dan
penempatan dalam portofolio menambah jumlah Dana
Cadanganmeliputi :
a. deposito;
51 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
c. Surat Perbendaharaan Negara (SPN);
d. Surat Utang Negara (SUN); dan
e. surat berharga lainya yang dijamin pemerintah.
9) Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari
Dana Cadangan diperlakukan sama dengan penatausahaan
pelaksanaan program/kegiatan lainnya.
G. KETENTUAN PENUTUP
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tuban.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam menetapkan pembentukan dana
cadangan daerah adalah instrumen keuangan yang secara konstitusional diberikan
52 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
kepada pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah.
Kewenangan tersebut diberikan dalam rangka menanggulangi keadaan yang tidak dapat
di duga sebelumnya sehingga ada biaya yang tersedia selain anggaran tahunan yang
sedang berjalan.
Dalam konteks tuntutan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten
Tuban, Pemerintah Daerah dapat menggunakan dana cadangan daerah untuk
melaksanakan pembangunan atau kegiatan yang membutuhkan anggaran besar dan
bersifat prioritas, termasuk pembangunan prasarana gedung yang bersifat strategis dan
berskala besar dalam rangka mencapai standar pelayanan minimal pada Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma. Naskah akademik
ini mencapai kesimpulan bahwa pembangunan tersebut memang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan berdasarkan Permendagri No 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembentukan Dana
Cadangan Daerah mesti ditetapkan melalui peraturan daerah.
B. SARAN
Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Tuban dapat menyegerakan proses
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban tentang Pembentukan
Dana Cadangan Daerah demi meningkatkan standar pelayanan kesehatan daerah.
Secara khusus Naskah Akademik ini merekomendasikan keterlibatan masyarakat
dalam proses pembentukannya, agar dalam pelaksanaannya dimasa mendatang,
Rancangan Peraturan Daerah ini dapat efektif dan memiliki daya ikat sosial yang kuat.
Agar Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban tentang Pembentukan Dana
Cadangan Daerah dapat berjalan sesuai harapan kita, maka diperlukan mekanisme
pembentukan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan
aspek pembiayaan yang memadai.
Dengan pertimbangan urgensi pengaturan tentang pembentukan dana cadangan
daerah, Naskah Akademik ini menyarankan kepada pihak Pemerintah Daerah dan
DPRD Kabupaten Tuban untuk membahas rancangan ini dalam waktu yang dekat.
Naskah akademik ini juga menyarankan kepada pihak-pihak terkait untuk terus
berkomunikasi, berdiskusi, menyelenggarakan konsultasi dan diskusi terkait arah
pembangunan prasarana layanan kesehatan di Kabupaten Tuban ke depan.
53 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
54 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
DAFTAR PUSTAKA
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana. 2007
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia. 2007
Budiman, Bentuk Peraturan Perundang-Undangan Perubahan atas Undang-Undang
Dasar Menurut Hukum Tata Negara Indonesia, Thesis, Universitas Indonesia, 2000
Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan
Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu PELITA I – PELITA IV,
Disertasi, Universitas Indonesia, 1990
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Terjemahan Raisul Muttaqin, Teori Hukum Murni:
Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Bandung: Nusamedia, 2014
David Bourchier, Iliberal Democracy in Indonesia, New York: Routledge, 2001
Jimly Asshiddiqie dan Ali Safaat,Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta:
Konstitusi Press, 2011
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial,Bandung: Penerbit Alumni, 1981
Abdul Rachmad Budiono, Pengantar Ilmu Hukum, Malang, Bayumedia, 2005
Didik Sukriono, Hukum, Konstitusi dan Konsep Otonomi, Malang: Setara Press, 2013
N Marbun, DPRD Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya, Jakarta,Ghalia
Indonesia,1983
M.Solly Lubis, Pergeseran Garis Politik dan Perundang-undangan Mengenai
Pemerintah Daerah, Bandung: Penerbit Alumni, 1983
55 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Adriaan W. Bedner, Suatu Pendekatan Elementer Terhadap Negara Hukum, dalam
Adriaan W. Bedner, Sulistyowati Irianto, Jan Michael Otto, Theresia Dyah Lestari (Ed.),
Kajian Sosio-Legal, Jakarta: Pustaka Larasan, 2012
BUPATI TUBAN
PROVINSI JAWA TIMUR
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
NOMOR TAHUN 2018
TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TUBAN,
56 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pencapaian standar pelayanan
minimal serta untuk menjamin pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, maka perlu dibentuk dana cadangan
untuk pembangunan sarana dan prasarana pada Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
dr. R. Koesma;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 303 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan
Dana Cadangan;
Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Timur sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730 );
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
57 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5657);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4693);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Produk Hukum Daerah;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 06 Tahun
2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun
2007 Seri E Nomor 21);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 14 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun
58 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
2016 Seri D Nomor 1).
18. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 9 Tahun
2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2018 (Lembaran Daerah Kabupaten
Tuban Tahun 2017 Seri A Nomor . . );
19. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 04 Tahun
2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Tuban (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban
Tahun 2008 Seri D Nomor 3) sebagaimana telah diubah
kedua kali dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun
2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah
Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga
Teknis Daerah Kabupaten Tuban (Lembaran Daerah
Kabupaten Tuban Tahun 2015 Seri D Nomor 03).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TUBAN
Dan
BUPATI TUBAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tuban.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tuban.
3. Bupati adalah Bupati Tuban.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Tuban.
5. Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah yang selanjutnya disingkat BPPKAD, adalah Badan
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Tuban.
59 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
6. Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum
Daerah dr. R. Koesma yang selanjutnya disingkat BLUD
RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
8. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna
mendanai kegiatan yang memerlukan dana relatif besar
yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
9. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat PPKD adalah Kepala Badan yang mempunyai
tugas melakukan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai
Bendahara Umum Daerah.
10. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD
adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai
bendahara umum daerah;
11. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa
untuk melaksanakan sebagai tugas BUD.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Dana Cadangan dibentuk dengan tujuan untuk mendanai
program dan kegiatan Pembangunan Gedung Instalasi
Perawatan Intensif Terpadu RSUD dr. R. Koesma Kabupaten
Tuban.
BAB III
BESARAN, RINCIAN DAN JANGKA WAKTU PEMBENTUKAN
DANA CADANGAN
Pasal 3
(1) Besaran Dana Cadangan yang dibutuhkan untuk
mendanai program dan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 sebesar Rp.
34.057.362.000,00 (tiga puluh empat miliar lima puluh
tujuh juta tiga ratus enam puluh dua ribu rupiah) yang
dipenuhi dalam jangka waktu tahun anggaran 2018 dan
tahun anggaran 2019;
(2) Rincian pembentukan Dana Cadangan sebagaimana
60 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Sebesar Rp. 22.790.730.000,00 (dua puluh dua miliar
tujuh ratus sembilan puluh juta tujuh ratus tiga
puluh ribu rupiah) dibentuk pada tahun anggaran
2018;
b. Sebesar Rp. 11.266.632.000,00 (sebelas miliar dua
ratus enam puluh enam juta enam ratus tiga puluh
dua ribu rupiah) dibentuk pada tahun anggaran 2019:
BAB IV
SUMBER DANA
Pasal 4
(1) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
bersumber dari:
a. Pengurangan Belanja pada Kegiatan Peningkatan
Pelayanan BLUD RSUD dr. R. Koesma Tahun
Anggaran 2018 yang bersumber dari pendapatan
BLUD RSUD dr. R. Koesma sebesar Rp.
22.790.730.000,00 (dua puluh dua miliar tujuh ratus
sembilan puluh juta tujuh ratus tiga puluh ribu
rupiah);
b. Penyisihan atas pendapatan BLUD RSUD dr. R.
Koesma pada Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp.
11.266.632.000,00 (sebelas miliar dua ratus enam
puluh enam juta enam ratus tiga puluh dua ribu
rupiah).
(2) Pembentukan Dana Cadangan dianggarkan pada
pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang
berkenaan.
BAB V
PENGGUNAAN DANA CADANGAN
Pasal 5
Penggunaan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dilaksanakan pada tahun anggaran 2020.
BAB VI
PENGELOLAAN
Pasal 6
(1) Dana Cadangan yang telah terbentuk ditempatkan pada
rekening tersendiri atas nama Dana Cadangan
61 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
Pemerintah Daerah yang dikelola BPPKAD selaku BUD.
(2) Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk
membiayai program dan kegiatan selain kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
(3) Dana Cadangan untuk pelaksanaan program dan
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlebih
dahulu dipindahbukukan ke rekening Kas Umum
Daerah.
(4) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
paling tinggi sejumlah pagu Dana Cadangan yang akan
digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan
dalam tahun anggaran berkenaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
(5) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan Surat Perintah Pemindahbukuan oleh
Kuasa BUD atas persetujuan PPKD selaku BUD.
(6) Dalam hal kegiatan sebagimana dimaksud pada ayat (3)
telah selesai dilaksanakan dan mencapai target yang
ditetapkan, Dana Cadangan yang masih tersisa pada
rekening Dana Cadangan dipindahbukukan ke rekening
Kas Umum Daerah.
Pasal 7
(1) Dalam hal Dana Cadangan yang ditempatkan pada
rekening Dana Cadangan belum digunakan sesuai
dengan peruntukannya, dana tersebut dapat
ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasil
tetap dengan resiko rendah.
(2) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening Dana
Cadangan dan penempatan dalam portofolio
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menambah jumlah
Dana Cadangan.
(3) Portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Deposito;
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
c. Surat Perbendaharaan Negara (SPN);
d. Surat Utang Negara (SUN); dan
e. surat berharga lainya yang dijamin pemerintah.
(4) Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang
dibiayai dari Dana Cadangan diperlakukan sama dengan
penatausahaan pelaksanaan program atau kegiatan pada
BLUD RSUD dr. R. Koesma.
BAB VI
62 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tuban.
Ditetapkan di Tuban
pada tanggal
BUPATI TUBAN,
H. FATHUL HUDA
Diundangkan di Tuban
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH,
BUDI WIYANA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN ........ SERI
A NOMOR .....
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
NOMOR TAHUN 2018
TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
I. PENJELASAN UMUM
Bahwa dalam rangka membiayai program dan kegiatan daerah
yang kebutuhan dananya tidak dapat dibebankan dalam 1
(satu) tahun anggaran, maka Pemerintah Kabupaten Tuban
membentuk Dana Cadangan guna kesiapan dalam rangka
mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang berskala
besar dan prioritas.
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan
daerah yang efesien, efektif, akuntabel dan transparan serta
63 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
memenuhi ketentuan dalam Pasal 63 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 yang diubah
kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 dipandang perlu membentuk Dana Cadangan
dalam suatu Peraturan Daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN
NOMOR ...........
64 NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN