Narkotika Menurut Hukum & Agama Kasus 5
-
Upload
indra-pratama-dana -
Category
Documents
-
view
20 -
download
1
description
Transcript of Narkotika Menurut Hukum & Agama Kasus 5
Narkotika menurut hukum
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
BAB I
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
2. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana terlampir dalam Undang
Undang ini.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 111
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 112
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hokum memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Narkotika menurut agama
1. MENURUT AGAMA ISLAM.
Al-Qur’an dalam SURAT AL-MAA’IDAH 90
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkorban
untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan syetan, maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Tiap zat/bahan yang memabukkan adalah khamar (alkohol, narkoba dan sejenisnya) dan
zat/bahan yang memabukkan adalah haram”. (HR. Abdullah bin Umar).
2. MENURUT AGAMA KATHOLIK.
Disebutkan dalam INJIL LUKAS 21 : 34 :
“Jagalah dirimu, supaya hatimu sarat oleh pesta pora dan kemabukkan serta kepentingan
kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan tiba-tiba jatuh keatas dirimu seperti suatu
jerat perkara-perkara yang hina dan keji”. Disebutkan dalam KITAB RAJA-RAJA 20: 16 :
“Pikiran menjadi tumpul karena pengaruh obat sangat mengganggu susunan syaraf sehingga
setiap perbuatannya tidak lagi dapat dikontrol dengan pikiran yang jernih, hal ini sangat
berbahaya apabila orang-orang yang terkena mempunyai kedudukan penting karena setiap
keputusannya akan mencelakakan banyak orang”.
3. MENURUT AGAMA PROTESTAN.
Disebutkan dalam GALATION 5: 13, 21 :
13) “Saudara-saudara memang kamu telah dipanggil, untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu
mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,
melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”.
21) “Kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu bahwa barang siapa melakukan hal-hal
yang demikian tentu tidak akan mendapat bagian dari kerajaan Allah ( Surga )”.
Disebutkan dalam EFESUS 5: 21 :
“Tetapi pencabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapan jangan
diantara kamu sebagaimana sepatutnya baju orang kudus”.
4. MENURUT AGAMA HINDU.
Disebutkan dalam BHAGAWADGITA III, 16 :
“Evam Pravartitam Chakram
Na, Nuvartayati Hayah
Aghayur Indriyaramo
Mogham Parta Sajivati”.
Terjemahannya :
“Ia yang tidak ikut memutar roda hidup ini selalu hidup dalam dosa.
Menikmati kehendak hawa nafsunya oh parta, ia hidup sia-sia.
Menuruti kehendak nafsu semata berarti mereka menuju kebahagiaan dan kedamaian yang
semu. Dengan mencari kenikmatan yang dilarang oleh ajaran agama, seperti berfoya-foya,
mengkonsumsi makanan terlarang, termasuk obat-obatan yang mengandung zat adiktif
(miras, narkoba, dll)”.
Disebutkan dalam KITAB SARASAMUCCAYA SLOKA 256 :
“Janganlah hendaknya mengambil barang orang lain.
Janganlah meminum minuman keras dan obat-obatan terlarang, melakukan pembunuhan,
berdusta, karena akan menghalangimu untuk menyatu dengan Tuhan”.
5. MENURUT AGAMA BUDHA.
Agama Budha dalam pandangannya tentang narkoba, menyebutnya dengan istilah yang
terdiri dari 4 kosa kata yaitu :
1). SURA : Sesuatu yang membuat nekat, mengacu pada minuman keras yang mengandung
alkohol.
2). MERAYA : Sesuatu yang membuat mabuk/kurangnya kewaspadaan seperti minuman
keras yang memabukkan.
3). MAJJA : Sesuatu yang membuat tidak sadarkan diri, seperti ganja Morphin.
4). PAMADATTHAMA : Yang menjadi dasar kelengahan/kecerobohan.
Ajaran Sang Budha :
“Appado amatapadam, padamo
Maccunopadam, appamatta na niyanti,
Ye pamatta Yatha mata“
.Artinya : “Kesadaran adalah jalan menuju kekekalan, kelengahan adalah jalan menuju
kamatian. Orang yang waspada tidak akan mati, tetapi orang yang lengah seperti orang yang
sudah mati”. (Dhammapada, 21).