SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …
Transcript of SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT …
SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh:
Rahmani. N
NIM: 214610175
KONSENTRASI ILMU SYARIAH
STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2017 M/ 1439 H
SANKSI BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh:
Rahmani. N
NIM: 214610175
Pembimbing:
Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al-Munawar, MA
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
KONSENTRASI ILMU SYARIAH
STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2017 M/ 1439 H
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Sanksi Bagi Penyalahgunaan Narkotika Menurut
Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika” yang ditulis oleh Rahmani. N dengan Nomor Induk
Mahasiswa 214610175 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan
dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di
sidang munaqasyah.
Pembimbing I,
Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al Munawar, MA
Tanggal: 13 Mei 2017
Pembimbing II,
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Tanggal: 06 Mei 2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis dengan judul “Sanksi Bagi Penyalahgunaan Narkotika Menurut Perspektif
Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika”
yang ditulis oleh Rahmani. N dengan Nomor Induk Mahasiswa 214610175 telah
diujikan di sidang Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta pada tanggal 09 Agustus 2017. Tesis tersebut telah disahkan
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam
bidang Ilmu Agama Islam.
Direktur Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Panitia Sidang Tanda Tangan Tanggal
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA Ketua Sidang
Dr. KH. Muhammad Yusup, MA
Sekretaris Sidang
Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA
Penguji I
Dr. Hj. Nadjmatul Faizah, SH., M.Hum
Penguji II
Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al Munawar, MA Pembimbing I
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Pembimbing II
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rahmani. N
NIM : 214610175
Tempat, Tanggal Lahir : Binjai, 08 Oktober 1989
Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Sanksi Bagi Penyalahgunaan
Narkotika Menurut Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika” adalah benar-benar karya saya kecuali
kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam
karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 25 Oktober 2017 M
05 Shafar 1439 H
Rahmani. N
iv
بسم الله الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Sanksi bagi Penyalahgunaan Narkotika
Menurut Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika”.
Shalawat dan salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga
hari kiamat.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini bukanlah hasil
jerih payah penulis secara pribadi, tetapi karena rahmat dan karunia Allah
SWT dan juga karena bantuan, dorongan, dukungan serta doa dari berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA., selaku Rektor Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta.
2. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA., selaku Direktur Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
3. Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al-Munawar, MA., dan Dr. KH. Ahmad
Munif Suratmaputra, MA., selaku pembimbing I dan pembimbing II yang
telah memberikan arahan, masukan dan bimbingannya dengan tulus dan
bijaksana pada penulisan tesis ini.
4. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta, yang selama masa kuliah telah mengajarkan ilmunya kepada
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
5. Seluruh staf karyawan Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta yang telah memberikan arahan dan bantuan kepada penulis selama
kuliah.
6. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Pascasarjana Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta angkatan tahun 2014, yang selalu saling
mendukung dan menasehati dalam kebaikan, terima kasih atas
kebersamaannya.
v
7. Seluruh staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, staf
perpustakaan Islam Iman Jama’ dan staf perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas pinjaman buku-bukunya.
8. Kedua orang tua, mertua dan seluruh keluarga atas segala bantuan,
dukungan dan doanya. Semoga selalu dalam limpahan kasih sayang Allah
SWT.
9. Kepada istri dan anak tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan
motivasi serta memberikan semangat kepada penulis agar segera
menyelesaikan tesis ini. Semoga Allah selalu memberkahi dan menaungi
rumah tangga kita dalam bingkai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan
satu per satu, penulis ucapkan terima kasih banyak.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis
harapkan. Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya, serta semoga dapat menjadi sumbangan
bagi khazanah ilmu pengetahuan.
Jakarta, 25 Oktober 2017 M
05 Shafar 1439 H
Penulis
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan karya ilmiah di Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsunan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
‘ : ع t : ث
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
h : ه s : س
‘ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a أ : â ْي ... : ai
Kasrah : i ي : î ْو ... : au
Dhammah : u و : û
vii
3. Kata Sandang
a Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.
Contoh:
al-Madînah : المدينت al-Baqarah : البقرة
b Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya.
Contoh:
as-Sayyidah : السيدة ar-rajul : الرجل
ad-Dârimî : الدارمي asy-syams : الشمس
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. ii
PERNYATAAN PENULIS ............................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................ xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Permasalahan ............................................................. 10
1. Identifikasi Masalah .............................................. 10
2. Pembatasan Masalah ............................................. 10
3. Perumusan Masalah .............................................. 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ..................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka ....................................................... 11
F. Metode Penelitian ...................................................... 15
G. Sistematika Penulisan ................................................ 17
BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A. Pengertian Narkotika ................................................. 19
1. Menurut Hukum Islam .......................................... 19
2. Menurut Hukum Nasional...................................... 22
B. Jenis-Jenis Narkotika ................................................. 24
1. Opium ................................................................... 25
2. Morfin ................................................................... 27
3. Kokain ................................................................... 28
4. Heroin ................................................................... 29
5. Ganja ..................................................................... 30
6. Sabu-Sabu ............................................................. 30
7. Ekstasi ................................................................... 31
8. Putaw ..................................................................... 31
9. Alkohol ................................................................. 32
ix
C. Bahaya dan Dampak Penyalahgunaan Narkotika ...... 32
D. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika .. 37
BAB III : HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR
35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
A. Hukum Islam ............................................................. 45
1. Hukum Taklîfî ....................................................... 50
2. Hukum Wadh’î ...................................................... 57
B. Macam-Macam Sanksi dalam Islam ......................... 63
C. Macam-Macam Tindak Pidana dan Sanksinya ......... 66
1. Jarimah Hudûd ...................................................... 68
a. Jarimah Zina dan Sanksinya ............................. 70
b. Jarimah Qadzf dan Sanksinya .......................... 78
c. Jarimah Syurb al-Khamr dan Sanksinya .......... 81
d. Jarimah Baghyu dan Sanksinya ........................ 86
e. Jarimah Riddah dan Sanksinya ........................ 90
f. Jarimah Sariqah dan Sanksinya ....................... 95
g. Jarimah Hirâbah dan Sanksinya ....................... 101
2. Jarimah Qishâsh .................................................... 106
a. Pengertian Qishâsh ........................................... 106
b. Macam-Macam Qishâsh .................................. 106
3. Jarimah Takzir ...................................................... 110
a. Pengertian Takzir ............................................. 110
b. Dasar Pensyariatan Takzir ................................ 111
c. Tujuan Sanksi Takzir ....................................... 113
d. Ruang Lingkup dan Pembagian Jarimah Takzir 114
e. Macam-Macam Sanksi Takzir ......................... 115
D. Tujuan Hukum Islam ................................................. 117
E. Deskripsi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika ....................................... .............. 121
1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika ............................................................... 121
2. Badan Narkotika Nasional RI ............................... 124
a. Sejarah Badan Narkotika Nasional .................. 125
b. Tugas Badan Narkotika Nasional ..................... 128
c. Fungsi Badan Narkotika Nasional ................... 128
x
BAB IV : PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR
35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Penyalahgunaan
Narkotika ...………………………………………… 131
B. Pandangan Hukum Pidana Nasional Terhadap
Penyalahgunaan Narkotika ...………………………… 152
C. Sanksi Bagi Penyalahgunaan Narkotika Perspektif
Hukum Islam ............................................................. 154
D. Sanksi Bagi Penyalahgunaan Narkotika Menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 .................. 163
E. Analisis Perbandingan ............................................... 170
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 173
B. Saran-Saran ................................................................ 173
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 175
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................ 181
xi
ABSTRAK
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sudah berada pada
tingkat yang sangat mengkhawatirkan dan membahayakan, karena di
samping merusak fisik dan mental, juga mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dan berpotensi menghambat pembangunan nasional, serta dapat
mengganggu keamanan, ketertiban dan stabilitas nasional. Oleh karena itu,
masalah ini harus segera diberantas dan ditangani secara serius.
Sebagai negara yang menjadi salah satu sasaran terbesar dalam
peredaran narkotika yang dikendalikan oleh jaringan nasional dan
internasional, Indonesia telah mengambil langkah tegas dalam menghadapi
bentuk perang modern ini. Di antaranya ialah menerapkan sanksi terhadap
pelaku penyalahgunaan narkotika sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam hukum
Islam, hukuman yang diberikan atas pelanggaran atau kemaksiatan yang
dilakukan oleh seseorang ialah berupa hukuman hudud atau takzir. Melalui
penelitian ini penulis ingin mengetahui sanksi apa aja yang diberikan kepada
pelaku penyalahgunaan narkotika menurut pandangan hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library
research) dengan pendekatan kualitatif. Sumber primer dalam tesis ini
diperoleh dari buku-buku dan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pembahasan mengenai hukum Islam dan narkotika. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan informasi dan data dilakukan dengan menelaah bahan-
bahan pustaka yang relevan dengan topik yang dibahas, setelah data
terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif analisis.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Ulama telah sepakat bahwa
setiap perbuatan yang termasuk ke dalam kategori penyalahgunaan narkotika
hukumnya adalah haram. Sanksi bagi penyalahgunaan narkotika dapat dibagi
menjadi dua, yaitu sanksi bagi pengguna dan sanksi bagi produsen, bandar
dan pengedar narkotika. Sanksi bagi pengguna narkotika perspektif hukum
Islam ada dua pendapat, ada yang mengatakan sanksi hukumannya adalah
had dan ada juga yang mengatakan sanksi hukumannya adalah takzir.
Sedangkan sanksi hukuman bagi produsen, bandar dan pengedar narkotika
adalah dibunuh atau hukuman mati. Sedangkan menurut hukum pidana
Indonesia, sanksi hukumannya adalah berupa pidana mati, pidana penjara dan
denda. Penjatuhan sanksi hukuman ini tergantung berat dan jenis narkotika
yang disalahgunakan dan juga tergantung proses peradilan dan keputusan
hakim.
Kata kunci: Sanksi, Hukum Islam, Undang-Undang, Narkotika.
xii
ABSTRACT
The abuse and narcotics smuggling endorsement has been on the
worse level of dangerousness recently. It does not only have some damages
in physically and mentally, it also influences the society lives dan potentially
distract the national development. Moreover, it also disturb the security,
order and national stability. Thus, this problem should be eradicated and
handed out seriously.
As a country which targeted in a big drug trafficking that controlled
by national and international network, Indonesia has taken a firm leap in
facing this modern era of war. One of the force is to implement the sanction
towards the drug abuse as regulated in regulations No. 35 in 2009 about
Narcotics. In Islamic law, the sanction that given to abuse or immorality by
individual is ‘hudud’ or ‘takzir’ punishment. Through this research, the writer
aim to know the sanctions that landed to the drug abuser according to the
Islamic law perspective and No. 35 in 2009 about Narcotics.
This research is applying the library research with qualitative
approach. Primary source of this thesis is taken from books and regulations
that related with the discussion about Islamic law and Narcotics. In this
research, the technique of information collected by studying library materials
that relevant with the topic. After that, the data is treated by using descriptive
analysis method.
Based on the research, the conclusion is: Islamic leader of Indonesia
has agreed to the ‘haram’ decision towards narcotics abuse. The other islamic
leader who opposed the idea is arguing to the decision that in assessing the
saction to the drug abuse, they reckoned that the punishment is ‘had’.
Therefore, others opinion are into ‘takzir’ punishment. Meanwhile, according
to regulation, the sanctions are death sentence, jail and pay for fines. The
sanction is depend on how heavy and what type of drug that is abused. It is
also depend on the judicial process and verdict.
Key words: Sanctions, Islamic law, Regulations, Narcotic.
xiii
539002
53
9002
xiv
.
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akal atas sebagian
makhluk-Nya yang lain, sehingga manusia dapat memahami syariat-syariat-
Nya dengan diutusnya para rasul untuk mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya yang terang benderang, dari kesesatan kepada
petunjuk, dari kebingungan kepada jalan yang lurus. Oleh karena itu, akal
merupakan anugerah yang paling utama yang diberikan kepada seseorang di
dalam hidupnya, tanpa menggunakan akal manusia sama dengan makhluk
yang lain bahkan lebih sesat lagi.1 Sebagaimana firman Allah SWT:
...
“...Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A‟râf [7]: 179)
Dalam Islam, akal merupakan salah satu adh-dharuriyyat al-khams
(lima pilar pokok yang menjadi sendi tegaknya kehidupan) yang wajib
dipelihara agar tetap berfungsi dengan baik. Dengan akal yang sehat manusia
bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi kesulitan hidupnya
serta dibedakan dari jenis mahkluk yang lain, akan tetapi berdasarkan akal itu
pula manusia menerima pen-taklif-an (pembebanan hukum) atau dipandang
mukallaf (layak menerima pembebanan hukum). Akal inilah yang
meletakkan manusia pada posisi yang paling terhormat di tengah-tengah
sekian makhluk Allah SWT yang lain.2
Dalam upaya memelihara akal, Islam antara lain mempersilahkan
manusia mempergunakan dan mengkonsumsi hal-hal yang halal dan baik
(halâlan thayyiba), tidak boleh berlebih-lebihan, dan secara bersamaan
melarang hal-hal yang membahayakan dan merusak akal. Inilah antara lain
filosofisnya kenapa Islam melarang manusia mengkonsumsi minuman keras
dan semua hal yang dapat merusak sel jaringan dan saraf otak. Sebab, bila
akal manusia telah rusak maka dampak negatifnya (malapetakanya) bukan
1Muhammad bin Yahya an-Nujaimi, Al-Mukhaddirât wa Ahkâmuhâ fi asy-Syarî‟ah
al-Islâmîyyah, (Riyadh: Markaz ad-Dirâsât wa al-Buhûts Jâmi‟ah Nâyef al-Arabiyyah, 1425
H), h. 3.
2Ahmad Munif Suratmaputra, Hukum Islam: Problematika dan Solusinya, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2008), Cet. I, h. 270.
2
saja bersifat individual atau lokal, tetapi akan menembus sendi-sendi
kehidupan umat manusia secara total dan mengglobal.3
Di antara jenis obat-obatan yang dapat merusak sel jaringan dan saraf
otak adalah narkotika4 atau yang biasa kita dengar dengan sebutan narkoba.
Dan ia juga termasuk ke dalam jenis NAPZA (narkotika, alkohol,
psikotropika5, dan zat adiktif lainnya
6). Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.7
Penggolongan narkotika dan zat-zat lainnya juga telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Dengan adanya peningkatan
penyalahgunaan beberapa zat baru yang memiliki potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan yang belum termasuk dalam golongan
narkotika (UU tentang Narkotika), maka diterbitkan Permenkes Nomor 2
Tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
3Ahmad Munif Suratmaputra, Hukum Islam: Problematika dan Solusinya, h. 270.
4Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi
perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini akan lebih merugikan jika
disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang dapat mengakibatkan
bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya
akan dapat melemahkan ketahanan nasional. Lihat Penjelasan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
5Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Lihat Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
6Zat Adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang
membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena
fisiologis, keinginan kuat untuk mengonsumsi bahan tersebut, kesulitan dalam
mengendalikan penggunaannya, memberi prioritas pada penggunaan bahan tersebut daripada
kegiatan lain, meningkatkan toleransi dan dapat menyebabkan keadaan gejala putus zat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Lihat Infodatin, Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014.
7Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
Pasal 1 ayat (1).
3
ketergantungan. Contoh: Opium, tanaman ganja, Heroina, Amfetamina,
Metamfetamina, Etkatinona, tanaman Khat (catha edulis) dan lain-lain.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Dektromoramida, Metadona, Morfina, Petidina, Dihidroetorfin, Oripavin
dan lain-lain.
c. Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Kodeina, Narkodeina, Buprenorfina dan lain-
lain.8
Narkotika yang dikenal sekarang ini, sesungguhnya tidak pernah ada
pada masa permulaan Islam. Bahkan tidak satu ayat pun dari ayat-ayat Al-
Qur‟an maupun hadits Nabi SAW yang membahas masalah tersebut.
Pembahasan pada waktu itu hanya berkisar pada permasalahan khamr saja.
Adapun narkotika yang dalam istilah agama Islam disebut al-mukhaddirât,
baru dikenal oleh umat Islam pada akhir abad ke 6 H. Itupun masih terbatas
pada tumbuhan ganja saja. Yaitu ketika bangsa Tartar memerangi dan
menjajah negara Islam. Pada waktu itulah orang-orang Islam yang masih
lemah imannya, dan orang-orang fasiq dari kalangan umat Islam terpengaruh
dan kemudian mengkonsumsi barang haram tersebut. Baru setelah itu
persoalan ganja dikenal dan tersebar di kalangan umat Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah9 (728 H) telah membahas secara
panjang lebar mengenai tumbuhan ganja ini yang dalam bahasa Arab disebut
dengan hasyîsyah, yang ternyata belakangan ini tergolong ke dalam
narkotika. Hasil kajiannya dapat ditemukan dalam kitabnya yang berjudul
Majmû‟ al-Fatâwâ. Di antaranya ia menyatakan sebagai berikut:
8Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika dan Penjelasan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 6 ayat (1).
9Nama lengkapnya: Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salâm bin Taimiyah.
Kunyahnya Abu al-Abbâs, gelarnya Syaikh al-Islâm dan al-Imâm. Lahir di Harran tahun 661
H kemudian pindah ke Damaskus bersama ayahnya. Di antara karangan beliau adalah As-
Siyâsah asy-Syar‟iyyah, al-Fatâwâ, Raf‟u al-Malâm „an al-Aimmah al-A‟lâm, Minhâj as-
Sunnah dan al-Qawâid an-Nûrâniyah. Wafat di Damaskus pada tahun 728 H. Lihat
Khairuddîn bin Mahmûd bin Muhammad az-Zirikli, Al-A‟lâm, (Beirut: Dâr al-„Ilm li al-
Malâyîn, 2002), h. 94.
4
10
“Sesungguhnya awal dikenalnya ganja oleh umat Islam adalah pada akhir
abad ke 6 H atau pada permulaan abad ke 7 H, yaitu ketika munculnya
bangsa Tartar dengan pimpinannya yang terkenal yang bernama Jenghis
Khan.”
Imam Al-Qarâfi11
(684 H) dalam kitab al-Furûq juga pernah
membahas mengenai tumbuhan ganja atau hasyîsyah ini. Di antara
pernyataan beliau adalah sebagai berikut:
12
“Ketahuilah, sesungguhnya tumbuhan yang dikenal dengan nama ganja
belum pernah dibahas oleh para imam mujtahid, dan belum pernah juga
dibicarakan oleh ulama-ulama salaf. Karena ganja tersebut tidak ada pada
zaman mereka. Tumbuhan ini baru dikenal dan tersebar pada akhir abad ke
6 H, yaitu pada masa pendudukan bangsa Tartar.”
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwasanya Allah SWT
memerintahkan kita untuk menjaga dan memelihara lima kebutuhan penting
(adh-dharûrîyyat al-khams), yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
10
Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah, Majmû‟ al-Fatâwâ, juz 34, (Madinah al-
Munawwarah: Majma‟ al-Malik Fahd li ath-Thibâ‟ah, 1416 H/1995 M), h. 205.
11
Nama lengkapnya: Ahmad bin Idrîs bin Abdurrahman ash-Shanhâjî al-Qarâfi.
Salah seorang ulama Malikiyah, beliau mempunyai banyak karangan dalam bidang fiqh dan
ushul fiqh, di antaranya adalah Anwâr al-Burûq fi Anwâ-i al-Furûq, Adz-Dzakhîrah, Al-
Yawâqît fi Ahkâm al-Mawâqît, dan Syarh Tanqîh al-Fushûl. Wafat di Mesir pada tahun 684
H. Lihat Khairuddîn bin Mahmûd bin Muhammad az-Zirikli, Al-A‟lâm, (Beirut: Dâr al-„Ilm
li al-Malâyîn, 2002), h. 94.
12
Ahmad bin Idrîs bin Abdurrahman al-Qarâfi, Anwâr al-Burûq fi Anwâ-i al-Furûq,
juz 1, (Beirut: „Âlam al-Kutub, t.t), h. 216.
5
Dan narkotika beserta macam-macamnya telah merusak lima pilar ini, karena
efek dari mengkonsumsi obat haram ini adalah pelakunya dapat menyia-
nyiakan shalat, puasa dan melakukan segala macam kejahatan dan
kemungkaran tanpa rasa malu. Ia juga bisa menghilangkan nyawa seseorang,
sering kali orang yang mengkonsumsinya saling membunuh satu sama lain.
Mengkonsumsi narkotika juga bisa menghilangkan akal sehat dan hilangnya
akal sehat bisa menyebabkan kehormatannya menjadi hina, orang yang
mengkonsumsi narkotika dipandang rendah harga dirinya di hadapan
manusia. Mengkonsumsi narkotika juga termasuk membuang-buang harta,
berapa banyak orang kaya menjadi miskin dan berapa banyak orang yang
mempunyai rumah menjadi gelandangan hanya karena disebabkan oleh
narkotika.13
Sekarang ini, persoalan mengenai narkotika telah menjadi persoalan
nasional bahkan internasional, karena dampak dan akibat yang ditimbulkan
telah meluas ke seluruh negara. Secara nasional perdagangan narkotika telah
meluas ke dalam setiap lapisan masyarakat, mulai dari lapisan masyarakat
mampu sampai lapisan masyarakat menengah ke bawah. Dari segi usia,
narkotika tidak hanya dinikmati golongan remaja saja, tetapi juga golongan
setengah baya dan golongan usia tua. Penyebaran narkotika sudah tidak lagi
hanya di kota-kota besar, tetapi sudah masuk ke kota-kota kecil dan
merambah di kecamatan bahkan desa-desa.14
Berdasarkan data yang ada di
Badan Narkotika Nasional (BNN), tidak ada satu kabupaten/kota di Indonesia
yang menyatakan bebas dari masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika.15
Meluasnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang dapat
merusak dan mengancam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Penyalahguna narkotika ini pun beragam, mulai dari pekerja, pengusaha,
pejabat, anggota dewan, polisi, TNI, artis, sampai pelajar. Sebagaimana kita
ketahui bahwa tindak pidana narkotika bersifat transnasional yang dilakukan
dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih,
didukung oleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak
menimbulkan korban terutama di kalangan generasi muda penerus bangsa,
yang jika dibiarkan akan sangat membahayakan kehidupan bangsa dan
negara.16
13
Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thayyâr, Al-
Mukhaddirât fi al-Fiqh al-Islâmi, (Kairo: Dâr Ibn Jauzi, 1418 H), h. 3.
14
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, (Bandung:
Mandar Maju, 2003), h. 2.
15
Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2014, h. 1.
16
Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.
6
Masalah narkotika di Indonesia merupakan masalah yang kompleks,
karena melibatkan banyak pihak dan dilatarbelakangi oleh berbagai sebab.
Masalah narkotika yang semakin mengkhawatirkan ini menuntut adanya
upaya penanggulangan yang serius dan berkelanjutan guna memperbaiki
generasi bangsa. Data dan informasi mengenai narkotika di banyak negara
masih sangat sulit diperoleh, sehingga jumlah penyalahgunanya adalah
berupa perkiraan atau angka estimasi saja. Sama halnya dengan Indonesia,
jumlah penyalahguna sangat sulit diketahui antara lain karena: (1) sebagian
besar penyalahguna tidak muncul ke permukaan, karena stigma yang ada di
masyarakat, takut dilaporkan, dan berbagai sebab lainnya, (2) belum ada
sistem pelaporan yang baku (pelaporan yang sifatnya baku hanya ada di
rumah sakit) dan (3) penyalahguna yang datang ke pusat-pusat pengobatan
dan rehabilitasi hanya sebagian kecil, (4) penyebaran penyalahguna tidak
merata, diduga urban - biased, sehingga sulit untuk membuat sampling, (5)
Community - based survey sangat sulit dilakukan, tetapi beberapa LSM sudah
melakukan survey sejenis.17
Data yang akurat mengenai besaran penyalahguna narkotika secara
umum memang belum ada. Namun diperkirakan jumlah penyalahguna
narkotika dan zat berbahaya lainnya semakin banyak dan berkembang.
Walaupun tidak ada data yang pasti mengenai jumlah kasus penyalahguna
narkotika, namun diperkirakan beberapa tahun terakhir jumlah kasus
penyalahguna narkotika cenderung semakin meningkat, bahkan jumlah yang
sebenarnya diperkirakan sesuai dengan fenomena gunung es (iceberg
phenomena), di mana jumlah kasus yang ada jauh lebih besar daripada kasus
yang dilaporkan atau dikumpulkan.18
Pada tahun 2008-2012 jumlah kasus narkotika berdasarkan
penggolongannya yang masuk dalam kategori narkotika terus mengalami
peningkatan dalam 5 tahun terakhir, sedangkan yang masuk dalam kategori
psikotropika jumlah kasusnya kian menurun.19
Menurut hasil penelitian pada
tahun 2008 oleh Badan Narkotika Nasional bersama Pusat Penelitian dan
Kesehatan (Puslitkes) Universitas Indonesia, prevalensi pecandu dan
penyalahguna narkotika diproyeksikan pada tahun 2015 mencapai angka
2,8%, namun pada penelitian terbaru pada tahun 2015 tercatat angka
17
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, (Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI, Semester I, 2014), h. 1.
18
Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI , 2014.
19
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
Semester I, 2014, h. 2.
7
prevalensi hanya sekitar 2,2% yang berarti terdapat adanya penurunan
sebanyak 0,6%.20
Pada tahun 2014, estimasi kerugian ekonomi dan sosial akibat
narkotika mencapai angka yang fantastis, yakni Rp 63,1 trilyun. Jumlah
tersebut naik sekitar dua kali lipat dibandingkan tahun 2008, atau naik 31
persen dari tahun 2011. Biaya yang terjadi pada kelompok laki-laki jauh lebih
tinggi dibandingkan kelompok perempuan. Jika dipilah, diperkirakan sebesar
Rp 56,1 trilyun untuk kerugian biaya pribadi (private) dan Rp 6,9 trilyun
untuk kerugian biaya sosial. Pada biaya private sebagian besar digunakan
untuk biaya konsumsi narkotika (76%).
Jumlah uang yang beredar pada konsumsi narkotika amat
menggiurkan sebagai sebuah peluang bisnis. Sedangkan pada biaya sosial
sebagian besar diperuntukan untuk kerugian biaya akibat kematian karena
narkotika (premature death) (78%). Diproyeksikan akan terjadi peningkatan
kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat penyalahgunaan narkotika sekitar
2,3 kali lipatnya atau meningkat dari Rp 63,1 trilyun menjadi Rp 143,8
trilyun di tahun 2020. Bila pemerintah tidak segera bertindak secara serius,
maka dampak dan kerugian biaya yang ditimbulkan akan jauh lebih besar
lagi.21
Sedangkan pada tahun 2016 Badan Narkotika Nasional telah
mengungkap sebanyak 807 kasus narkotika dan mengamankan 1.238 orang
tersangka, dengan barang bukti sebanyak 2,6 ton ganja kering, 20.000 batang
pohon ganja, 16 hektar ladang ganja; 1,016 ton sabu; 754.094 butir ekstasi
dan 568,15 gram ekstasi; 581,5 gram heroin; 108,12 gram morfin; 4,94 gram
kokain; 0,32 liter hashish; 5.012 butir obat daftar G; dan 2 butir
benzodiazepine. Sedangkan untuk kasus Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU) hasil kejahatan narkotika, Badan Narkotika Nasional mengungkap 21
kasus dan mengamankan 30 orang tersangka dan melakukan penyitaan aset
yang nilainya mencapai Rp 261.863.413.345.22
Dari jumlah pengungkapan kasus yang dilakukan Badan Narkotika
Nasional pada tahun 2016, jika dibandingkan dengan tahun 2015, terjadi
peningkatan sebanyak 56% dalam pengungkapan kasus narkotika dan 58%
pada kasus TPPU. Sampai dengan tahun 2016 ini, Badan Narkotika Nasional
telah menemukan 46 narkotika jenis baru New Psychoactive Substances
(NPS), dan 18 di antaranya sudah masuk dalam lampiran Permenkes Nomor
13 Tahun 2014, sedangkan 28 lainnya masih dalam tahap pembahasan dan
20
Press Release Akhir Tahun 2015 Badan Narkotika Nasional RI.
21
Badan Narkotika Nasional, Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan
Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014, (Jakarta: BNN, 2015).
22
Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.
8
akan segera masuk dalam lampiran Permenkes sehingga memiliki ketegasan
hukum.23
Pemerintah Indonesia melalui Badan Narkotika Nasional terus
berupaya serius menangani masalah penyalahgunaan narkotika dengan
melakukan berbagai upaya pencegahan, berupa advokasi, sosialisasi, dan
kampanye STOP Narkoba sebanyak 12.566 kegiatan yang melibatkan 9.
177.785 orang dari berbagai kalangan, baik kelompok masyarakat, pekerja,
maupun pelajar. Tercatat sebanyak 894 instansi pemerintah dan swasta, serta
834 kelompok masyarakat dan lingkungan pendidikan, yang didorong BNN
untuk peduli terhadap permasalahan narkotika, hingga akhirnya memiliki
kebijakan pembangunan berwawasan Anti Narkoba di lingkungannya
masing-masing.24
Bentuk lain adalah penetapan hukuman bagi penyalahguna narkotika
yang disusun berdasarkan undang-undang. Indonesia memiliki undang-
undang yang mengatur tentang narkotika yaitu Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika. Undang-undang ini adalah pengganti dari
undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976.
Berdasarkan Undang-Undang Narkotika, hukuman dan denda bagi
pelaku penyalahgunaan narkotika bermacam-macam, tergantung pasal yang
dilanggar dan jenis narkotika yang disalahgunakan. Dari 1 tahun penjara
sampai 20 tahun, sampai seumur hidup, bahkan sampai dihukum mati.
Dendanya pun bervariasi mulai dari jutaan sampai miliaran rupiah.
Dari data Direktorat Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung RI,
sampai dengan pertengahan Desember 2015, terdapat 55 orang terpidana
kasus narkotika yang mendapatkan vonis hukuman mati, di mana 14 orang
terpidana mati kasus narkotika di antaranya sedang menunggu eksekusi
hukuman mati.25
Sebagai bukti nyata kehadiran negara dalam melindungi
generasi bangsa dari ancaman narkotika, Pemerintah Indonesia telah
mengeksekusi para terpidana mati kasus narkotika beberapa waktu lalu.
Meski menuai kontroversi dari pihak asing, sebanyak 15 terpidana mati baik
WNA maupun WNI kasus narkotika telah dieksekusi, salah satunya adalah
Freddy Budiman, gembong narkotika kelas „kakap‟ di Indonesia, yang kerap
terlibat kasus-kasus penyelundupan narkotika dari mancanegara meskipun
tengah mendekam di jeruji besi.26
23
Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.
24
Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.
25
Press Release Akhir Tahun 2015 Badan Narkotika Nasional RI.
26
Press Release Akhir Tahun 2016 Badan Narkotika Nasional RI.
9
Hukuman secara umum dalam Islam ada 2: (a) Hudud, yaitu bentuk
hukuman yang telah ditentukan ukuran dan jenisnya oleh syariat.27
Seperti
hukuman cambuk sebanyak 100 kali bagi pelaku zina yang belum menikah
dan hukuman cambuk sebanyak 40 atau 80 kali bagi peminum khamr.28
(b)
Takzir, yaitu bentuk hukuman yang tidak ditentukan oleh syariat. Ukuran dan
jenis hukumannya diserahkan kepada keputusan pemerintah atau hakim
untuk menentukannya. Semua tindakan kriminal yang tidak ada ketentuan
hukum khusus dalam syariat dikembalikan kepada pemerintah.29
Dari gambaran di atas dapat diketahui bahwa peredaran gelap dan
penyalahgunaan narkotika telah berada pada tingkat yang membahayakan,
karena di samping merusak fisik dan mental juga mempengaruhi kehidupan
sosial masyarakat yang pada gilirannya dapat mengganggu sendi-sendi
keamanan nasional dalam rangka pembangunan nasional menuju masyarakat
yang adil dan makmur seperti yang dicita-citakan dalam tujuan negara yang
tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat.
Dengan demikian narkotika dapat menjadi penghambat pembangunan
nasional yang beraspek material-spiritual. Bahaya penyalahgunaan narkotika
sangat besar pengaruhnya terhadap negara, jika sampai terjadi
penyalahgunaan narkotika secara besar-besaran di masyarakat, maka bangsa
Indonesia akan menjadi bangsa yang sakit, apabila terjadi demikian negara
akan rapuh dari dalam karena ketahanan nasional merosot.30
Sangat beralasan
jika kemudian penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika harus segera
diberantas secara tegas dan dicarikan solusi yang tepat dan rasional untuk
suatu pemecahannya, karena sudah jelas penyalahgunaan narkotika
merupakan problema sosial yang dapat mengganggu fungsi sosial dari
masyarakat. Selain itu penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika pada
umumnya tidak lagi dilakukan oleh perorangan, melainkan dilakukan secara
bersama-sama, bahkan dilakukan oleh sindikat yang terorganisasi secara rapi,
terstruktur dan masif, yang bersifat transnasional dan dilakukan dengan
menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih serta didukung
oleh jaringan organisasi yang luas.
27
Wahbah bin Mushthafa az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh, juz 7,
(Damaskus: Dâr al-Fikr, tt), h. 5298.
28
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqh tentang ukuran hukuman
cambuk bagi peminum khamar. Menurut jumhur ulama (Imam Abu Hanifah, Malik dan
Ahmad) hukumannya adalah 80 kali cambukan, dan menurut Imam Syafi‟i hukumannya 40
kali cambukan. Lihat Sayyid Sâbiq, Fiqh as-Sunnah, juz 2, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Araby,
1397 H/1996 M), Cet. III, h. 395.
29
Wahbah bin Mushthafa az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh, juz 7, h. 5300.
30
Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2004), h. 5.
10
Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini akan membahas
mengenai pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika serta
sanksi yang diberikan menurut perspektif hukum Islam dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
a. Banyaknya kasus penyalahgunaan narkotika di Indonesia.
b. Dampak negatif yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika.
c. Banyaknya faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkotika.
d. Pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika.
e. Ketentuan sanksi yang diberikan bagi pelaku penyalahgunaan
narkotika perspektif hukum Islam.
f. Ketentuan sanksi yang diberikan bagi pelaku penyalahgunaan
narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika Pasal 112, 114 dan 127.
g. Adanya persamaan dan perbedaan dari sanksi yang diberikan oleh
hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
h. Belum maksimalnya penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika di Indonesia.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di
atas, untuk menghindari pembahasan yang terlalu meluas dan melebar, maka
dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan pada pembahasan poin
(d), (e), dan (f). Mengapa penulis membatasi pada poin-poin tersebut, karena
pada poin (d), yaitu mengenai pandangan hukum Islam terhadap
penyalahgunaan narkotika. Narkotika dalam konteks hukum Islam adalah
termasuk masalah ijtihâdî, karena narkotika tidak disebutkan secara langsung
dalam Al-Qur‟an dan hadis, serta tidak dikenal pada masa Rasulullah SAW.
Selain itu, penulis membatasi pada poin (e), yaitu ketentuan sanksi
yang diberikan bagi pelaku penyalahgunaan narkotika perspektif hukum
Islam, karena narkotika termasuk masalah ijtihâdî, maka bagaimana
sanksinya menurut perspektif hukum Islam.
Kemudian penulis membatasi pada poin (f), yaitu ketentuan sanksi
yang diberikan bagi pelaku penyalahgunaan narkotika menurut Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pasal 112, 114 dan 127,
karena ketentuan pidana bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dalam
11
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 mempunyai banyak pasal, yaitu dari
pasal 111 sampai dengan pasal 148. Jika dibahas semua pasal tersebut akan
memakan banyak waktu dan pembahasannya terlalu luas dan melebar, maka
penulis membatasi pada 3 (tiga) pasal saja, yaitu pasal 112, 114 dan 127.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang dikaji
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan
narkotika?
b. Bagaimana sanksi bagi penyalahgunaan narkotika perspektif hukum
Islam?
c. Bagaimana sanksi bagi penyalahgunaan narkotika menurut Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 112, 114 dan
127?
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan
narkotika.
b. Untuk mengetahui sanksi bagi penyalahgunaan narkotika perspektif
hukum Islam.
c. Untuk mengetahui sanksi bagi penyalahgunaan narkotika menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 112,
114 dan 127.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penulis mengharapkan
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Aspek teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan pengetahuan mengenai sanksi terhadap
penyalahgunaan narkotika di Indonesia.
b. Aspek praktis, diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan
pertimbangan solusi bagi penentu kebijakan dalam menerapkan
sanksi terhadap penyalahgunaan narkotika di Indonesia.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan kepustakaan yang
penulis lakukan, maka dapat dikemukakan bahwa telah ada beberapa
12
penelitian dan kajian yang bersinggungan dengan yang penulis teliti yang
berbentuk tesis, skripsi, buku dan jurnal. Antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tesis yang ditulis oleh Bambang Hariyono dengan judul Kebijakan
Formulasi Sanksi terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkoba di Indonesia,
dari Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, (Semarang, 2009). Tesis ini menggunakan metode yuridis
normatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengaturan
tentang kejahatan narkoba telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 tentang Narkotika. Namun kebijakan formulasi peraturan
perundang-undangan mempunyai beberapa kelemahan. Kebijakan
formulasi pidana mati dalam undang-undang narkoba di Indonesia yang
ada selama ini belum mengimplementasikan gagasan/ide keseimbangan
monodualistik sebagai nilai-nilai dasar dalam masyarakat Indonesia.
Kebijakan formulasi pidana mati dalam undang-undang narkoba yang
berlaku sampai saat ini masih tersirat adanya suatu pandangan bahwa
pidana mati hanya mengedepankan perlindungan kepentingan
masyarakat yang merupakan refleksi bahwa pidana sebagai sarana untuk
mencegah kejahatan. Sementara perlindungan terhadap individu (pelaku
tindak pidana) kurang mendapat perhatian. Kebijakan formulasi pidana
mati dalam Undang-Undang Narkoba yang akan datang diharapkan
selaras dengan ketentuan umum yang terdapat dalam konsep Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Nasional dan sesuai dengan
putusan Mahkamah Konstitusi atas penentuan pidana mati narkoba.31
Dari tesis di atas memiliki persamaan dengan pembahasan yang akan
penulis kaji, yaitu membahas masalah sanksi terhadap tindak pidana
penyalahgunaan narkotika di Indonesia, namun memiliki perbedaan yang
mendasar, karena pada tesis ini penulis tidak menemukan pembahasan
mengenai pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika
dan sanksi yang diberikan kepada pelakunya sebagaimana yang akan
penulis kaji.
2. Skripsi yang ditulis oleh Qurnain dengan judul Implementasi Teori
Pemidanaan Penyalahgunaan Psikotropika: Perspektif Hukum Islam, dari
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
(Yogyakarta, 2010). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa
implementasi pemidanaan bagi penyalahgunaan psikotropika tidak
seluruhnya efektif dan beberapa di antara teori pemidanaan yang
cenderung berhaluan dengan tujuan pemidanaan dalam hukum Islam
31
Bambang Hariyono, “Kebijakan Formulasi Sanksi Pidana terhadap Pelaku Tindak
Pidana Narkoba di Indonesia,” Tesis, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), Tidak
diterbitkan.
13
yang bertujuan pencegahan (ar-radd wa al-jazr), perbaikan (al-islâh),
pendidikan (at-ta‟dîb). Karena pada prinsipnya tujuan pemidanaan bukan
hanya pembalasan kepada pelaku di mana sanksi ditekankan pada
tujuannya, yakni mencegah agar orang tidak melakukan kejahatan dan
berkesadaran tinggi bahwa ia menjauhi tindak pidana bukan karena takut
akan hukuman, melainkan kesadaran diri akan tindakannya, di sinilah
eksistensi teori pemidanaan diakumulasikan menjadi satu bagi
penyalahgunaan psikotropika sehingga sesuai dengan tujuan pemidanaan
yang tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan
hukum pidana Islam.32
Dari penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang
akan penulis kaji, yaitu membahas masalah penyalahgunaan narkotika,
tetapi di sini memiliki perbedaan yang mendasar, karena pada skripsi di
atas hanya membahas teori pemidanaan penyalahgunaan psikotropika,
sedangkan penelitian yang akan penulis kaji adalah membahas
pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika dan sanksi
yang diberikan berdasarkan hukum positif dan hukum Islam.
3. Skripsi yang ditulis oleh Choirul Salim dengan judul Hukuman Mati bagi
Bandar Narkotika (Perspektif Hukum Positif dan Fatwa Yusuf Al-
Qaradhawi, dari Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, (Yogyakarta, 2013). Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif-komparatif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
antara hukum positif dan fatwa Yusuf Al-Qaradhawi, keduanya
membolehkan hukuman mati bagi bandar narkotika, meskipun
pengambilan hukum yang digunakan keduanya berbeda. Hukum positif
menggunakan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, sedangkan Yusuf Al-Qaradhawi menggunakan dalil-dalil dari
Al-Qur‟an dan hadis serta ijtihad para sahabat. Persamaan kriteria yang
mendasari hukum positif dan Yusuf Al-Qaradhawi membolehkan
hukuman mati bagi bandar narkotika adalah apabila pelaku mengulangi
perbuatannya berkali-kali. Adapun perbedaan keduanya adalah dalam
menetapkan hukuman mati hukum positif dipengaruhi oleh seberapa
berat narkotika yang diedarkan serta jenisnya. Sedangkan kriteria Yusuf
32
Qurnain, “Implementasi Teori Pemidanaan Penyalahgunaan Psikotropika:
Perspektif Hukum Islam,” Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010), Tidak
diterbitkan.
14
Al-Qaradhawi membolehkan hukuman mati apabila orang tersebut
menghalalkan narkotika dan tidak bertaubat atas perbuatannya.33
Dari skripsi di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan
penulis kaji, yaitu membahas salah satu hukuman atau sanksi bagi
penyalahgunaan narkotika (hukuman mati bagi bandar narkotika), tetapi
memiliki perbedaan, karena pada skripsi ini pembahasannya lebih sempit
dan khusus, yaitu terfokus pada hukuman mati bagi bandar narkotika
menurut hukum positif dan fatwa Yusuf Al-Qaradhawi. Adapun yang
akan penulis kaji pembahasannya lebih luas, yaitu membahas pandangan
hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika dan sanksinya menurut
perspektif hukum pidana Indonesia dan hukum Islam.
4. Buku dengan judul Tindak Pidana Narkotika, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003), yang ditulis oleh Moh. Taufik Makarao, Suhasril dan Moh. Zakky
A.S. Buku ini mengupas tentang sejarah dibentuknya undang-undang
narkotika, kejahatan atau tindak pidana narkotika serta akibat
penyalahgunaan dan faktor penyebabnya, jenis dan golongan narkotika,
serta peraturan perundang-undangan tentang narkotika, yang dilengkapi
dengan contoh kasus.34
Dari buku di atas memiliki persamaan dengan pembahasan yang akan
penulis kaji, yaitu membahas tindak pidana atau penyalahgunaan
narkotika, tetapi memiliki perbedaan yang mendasar, karena pada buku
ini hanya membahas tindak pidana narkotika menurut perspektif hukum
positif saja, sedangkan penelitian yang akan penulis kaji adalah
membahas pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika
dan sanksi yang diberikan berdasarkan hukum positif dan hukum Islam.
5. Buku dengan judul Jalan Lurus Penanganan Penyalahguna Narkotika
dalam Kontruksi Hukum Positif, (Karawang: CV. Viva Tanpas, 2015), yang
ditulis oleh Anang Iskandar. Buku ini menguraikan seputar
permasalahan narkotika yang terpetakan dalam dua pokok permasalahan,
yakni permasalahan penyalahgunaan dan permasalahan peredaran gelap
narkotika. Dalam buku ini juga disajikan seputar perkembangan
33
Choirul Salim, “Hukuman Mati bagi Bandar Narkotika (Perspektif Hukum Positif
dan Fatwa Yusuf Al-Qaradhawi,” Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013), Tidak
diterbitkan.
34
Taufik Makarao dkk, Tindak Pidana Narkotika, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),
Cet. I.
15
kontruksi yuridis dari masa ke masa terkait upaya penanganan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.35
Dari pembahasan buku di atas memiliki persamaan dengan penelitian
yang akan penulis kaji, yaitu membahas masalah penyalahgunaan
narkotika, tetapi memiliki perbedaan yang mendasar, karena pada buku
ini hanya membahas permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika saja, tidak membahas pandangan hukum Islam terhadap
penyalahgunaan narkotika dan sanksi yang diberikan sebagaimana yang
akan penulis kaji.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka di atas, penulis melihat ada
beberapa hal yang belum disentuh oleh penelitian-penelitian sebelumnya, di
antaranya adalah pembahasannya masih bersifat pengantar dan kurang dalam,
seperti ketika menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan
narkotika, perbedaan pendapat di antara ulama tentang status narkotika juga
kurang dibahas, apakah bisa diqiyaskan dengan khamr atau tidak, serta
pendapat ulama mengenai hukuman bagi pelaku penyalahgunaan narkotika
dalam Islam beserta dalil-dalil yang digunakan. Oleh karena itulah, penelitian
yang akan penulis lakukan adalah mencoba mengisi ruang kosong yang
belum ditempati oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini
penulis akan membahas mengenai pandangan hukum Islam terhadap
penyalahgunaan narkotika serta sanksi yang diberikan menurut perspektif
hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka yang
dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber kepustakaan terkait masalah
yang dikemukakan, seperti buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, majalah,
makalah, dan yang lainnya.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif.36
Dengan cara menuliskan, mengedit, mengklarifikasikan,
35
Anang Iskandar, Jalan Lurus Penanganan Penyalahguna Narkotika dalam
Kontruksi Hukum Positif, (Karawang: CV. Viva Tanpas, 2015), Cet. I.
36
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
16
mereduksi, dan menyajikan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang
tertulis.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua)
macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data
primer diperoleh dari kitab Al-Mukhaddirât wa Ahkâmuhâ fi asy-Syari‟ah al-
Islâmiyyah karya Muhammad bin Yahya an-Nujaimi dan kitab At-Tasyri‟ al-
Jinâ-i al-Islâmi Muqâranan bi al-Qânûn al-Wadh‟i karya Abdul Qadir
Audah, dan juga dari perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika; Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika; dan lain sebagainya, hasil-hasil penelitian baik dari skripsi, tesis,
disertasi, maupun dari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan
mengenai penyalahgunaan narkotika.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber data lain baik
yang langsung terkait dengan pembahasan utama dalam penelitian ini
maupun tidak langsung. Seperti dari jurnal, makalah, majalah, internet dan
lain sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan informasi dan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan (library research) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka, baik
berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan sumber lainnya yang relevan
dengan topik yang dikaji.37
5. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan diklasifikasikan menurut
proporsinya, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analisis38
dan
komparatif. Data yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti
akan dianalisis dengan teknis analisis isi (content analysis), yaitu
alamiah. Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda, 2011),
h. 6.
37
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmuji, Penelitian Hukum Normative Suatu
Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Press, 1986), h. 15.
38
Analisis deskriptif merupakan prosedur statistic untuk menguji generalisasi hasil
penelitian yang didasarkan atas satu variable. Lihat Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi
Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h. 136.
17
menganalisis data menurut isinya; suatu upaya untuk menelaah maksud dari
isi sesuatu bentuk informasi yang termuat dalam dokumen.
Adapun dalam analisis data, penulis menggunakan metode induktif
(usaha penemuan jawaban dengan menganalisa berbagai data untuk diambil
sebuah kesimpulan). Data-data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, baik
primer maupun sekunder akan dijadikan determinasi analisis terhadap
masalah ini. Hal ini berarti setelah mengumpulkan data-data yang bersifat
umum, dilakukan analisis dengan berbagai pendekatan kepada hal-hal yang
khusus.39
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan penelitian ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta
yang diterbitkan oleh IIQ Press Jakarta, cetakan II, Mei 2011, ISBN 978-602-
95825, dan juga buku Pedoman Akademik Program Pascasarjana Institut
Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta Tahun 2011-2015 serta Surat Keputusan
Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta Nomor
K.0058.XVII/PPS/VI/2015 tentang Panduan Penulisan Proposal Tesis dan
Tesis Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Hasil dari penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk laporan
tertulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan; memuat latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II. Gambaran Umum tentang Narkotika. Bab ini akan menguraikan
mengenai pengertian narkotika, jenis-jenis narkotika, bahaya dan dampak
penyalahgunaan narkotika dan faktor-faktor penyebab penyalahgunaan
narkotika.
Bab III. Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. Bab ini memuat pembahasan mengenai hukum Islam,
macam-macam sanksi/hukuman dalam Islam, macam-macam tindak pidana
dan sanksinya, tujuan hukum Islam, dan deskripsi Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
39
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik,
(Bandung: Tarsito, 1985), h. 42.
18
Bab IV. Penyalahgunaan Narkotika Perspektif Hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Bab ini akan
memuat pandangan hukum Islam terhadap penyalahgunaan narkotika,
pandangan hukum pidana nasional terhadap penyalahgunaan narkotika,
sanksi bagi penyalahgunaan narkotika perspektif hukum Islam dan menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disertai dengan
analisis perbandingan kedua sanksi tersebut.
Bab V. Penutup. Bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran. Di
akhir halaman akan disertakan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
diperlukan.
173
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Narkotika yang dalam istilah hukum Islam dikenal dengan nama al-
mukhaddirât tidak dikenal status hukumnya pada zaman Rasulullah
SAW. Umat Islam baru mengenal narkotika ini pada akhir abad ke 6
H, itupun terbatas pada tumbuhan ganja saja, tetapi meskipun
demikian, ulama telah sepakat bahwa perbuatan penyalahgunaan
narkotika seperti menggunakan, menjual, membeli, memproduksi,
membawa, mengedarkan, menawarkan, menerima narkotika, dan
setiap perbuatan yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika
status hukumnya adalah haram.
2. Sanksi bagi penyalahgunaan narkotika dapat dibagi menjadi dua,
yaitu sanksi bagi pengguna dan sanksi bagi produsen, bandar dan
pengedar narkotika. Sanksi bagi pengguna narkotika perspektif
hukum Islam ada dua pendapat, ada yang mengatakan sanksi
hukumannya adalah had dan ada juga yang mengatakan sanksi
hukumnya adalah takzir. Sedangkan sanksi hukuman bagi produsen,
bandar dan pengedar narkotika adalah hukuman mati.
3. Menurut hukum pidana Indonesia (Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Pasal 112, 114 dan 127) sanksi yang dapat
diberikan kepada pelaku penyalahgunaan narkotika adalah berupa
pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara dan
pidana denda. Pidana penjara terdiri dari pidana penjara minimal dan
pidana penjara maksimal. Sedangkan pidana denda terbagi dua, yaitu
pidana denda minimum dan pidana denda maksimum. Penjatuhan
sanksi hukuman ini tergantung berat dan jenis narkotika yang
disalahgunakan serta tergantung proses peradilan dan penilaian hakim
yang menangani perkaranya.
B. Saran-Saran
Sebagai penutup dari penelitian ini, penulis menyarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Kepada pihak yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini agar bisa
mengkaji lebih lanjut guna menyempurnakan isi penelitian ini, karena
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian
ini.
174
2. Kepada para orang tua agar lebih fokus lagi merawat, mendidik,
memperhatikan, mengawasi dan berkomunikasi dengan anak-
anaknya. Dengan cara ini hubungan orang tua dan anak akan
senantiasa terjaga dengan baik, sehingga anak-anak terhindar dan
tidak mudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkotika.
3. Kepada para generasi muda agar menyibukkan diri dengan hal-hal
yang bermanfaat serta lebih selektif lagi dalam memilih teman dan
tidak mudah terpengaruh ajakan teman untuk menggunakan
narkotika, karena narkotika bukanlah solusi terbaik untuk
menyelesaikan masalah.
4. Kepada para aparat penegak hukum, khususnya para hakim,
diharapkan dapat memutuskan perkara dengan seadil-adilnya, karena
manusia di hadapan hukum sama, sesuai dengan sila kelima keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Kepada para pakar hukum Islam, sarjana hukum Islam dan seluruh
cendekiawan muslim agar senantiasa berupaya untuk
memperjuangkan hukum Islam secara paripurna sebagai produk
legislatif, sehingga diharapkan hukum Islam dapat menjadi bagian
dari hukum nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.
175
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud, Asas-asas Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Press,
1991).
, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Ambari, Hasan Muarif, (et, al.), Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1996.
Al-Amidi, Saifuddin Ali bin Abu Ali bin Muhammad, Al-Ihkâm fi Ushûl al-
Ahkâm, Beirut: Al-Maktab al-Islâmi, tt.
Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-
Bukhâri, juz 10, Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, 1379 H.
Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri’ al-Jinâ-i al-Islâmi Muqâranan bi al-Qânûn
al-Wadh’i, Beirut: Dâr al-Kuttâb al-„Arabi, tt.
Badan Narkotika Nasional, Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan
Penyalahgunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014, Jakarta: BNN, 2015.
Bahnasi, Ahmad Fathi, As-Siyâsah al-Jinâ-iyyah fi asy-Syarî’ah al-
Islâmiyah, Kairo: Dâr asy-Syurûq, 1988.
Al-Bardisi, Muhammad Zakaria, Ushûl al-Fiqh, Kairo: Dâr ats-Tsaqâfah, tt.
Bik, Muhammad Khudhari, Ushûl al-Fiqh, Kairo: Al-Maktabah at-Tijâriyah
al-Kubrâ, Cetakan ke-enam, 1969.
Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahîh al-Bukhâri, Beirut:
Dâr Thûq an-Najâh, 1422 H.
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, Semester I, 2014.
Ad-Daruquthni, Abul Hasan Ali bin Umar bin Ahmad al-Baghdadi, Sunan
ad-Dâruquthni, Beirut: Muassasah ar-Risâlah, 2004.
Departemen Ilmiah - Madar al-Wathan, Narkoba; Gerbang menuju
Kehancuran Pribadi, Keluarga, Masyarakat dan Bangsa, Jakarta: Darul
Haq, 2016.
Dirjosisworo, Soedjono, Alkoholisme Paparan Hukum dan Kriminologi,
Bandung: Remaja Karya, Cetakan pertama, 1984.
, Patologi Sosial, Bandung: Alumni, Cetakan kedua, 1997.
Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
Cetakan kedua, 1999.
Elhols, Jhon M. dan Hasan Sadili, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia, 1996.
176
Al-Fayyumi, Ahmad bin Muhammad bin Ali, Al-Mishbâh al-Munîr, Beirut:
Al-Maktabah al-„Ilmiyah, tt.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Al-Mustashfa, Beirut:
Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, cet. ke-1, 1993.
Hafid, Raden Zaisul, “Kewajiban Melapor Tindak Pidana Narkotika Studi
Pasal 128 dan Pasal 132 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika Perspektif Fikih Jinayah,” Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2014, Tidak diterbitkan.
Al-Hafnawi, Muhammad Ibrahim, Dirâsât Ushûliyah fi Al-Qur’an al-Karîm,
Kairo: Maktabah wa Mathba‟ah al-Isy‟â al-Fanniyah, 2002.
Hamzah, Andi, Delik-Delik Tersebar di Luar KUHP dengan Komentar,
Jakata: PT Pradnya Paramita, t.t.
Hamzah, Andi dan RM. Surahman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika,
Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan pertama, 1994.
Hariyono, Bambang, “Kebijakan Formulasi Sanksi Pidana terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkoba di Indonesia,” Tesis, Semarang: Universitas
Diponegoro, 2009, Tidak diterbitkan.
Hasan, Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2002.
Hawari, Dadang, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: PT Dana Bakti Primayasa, 1997.
, Konsep Islam Memerangi; AIDS dan NAZA, Yogyakarta: Dhana
Bakti Primayasa, 1997.
Al-Hishni, Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad, Kifâyah al-Akhyâr fi
Hall Ghâyah al-Ikhtishâr, Damaskus: Dâr al-Khair, Cetakan pertama,
1994.
Hitam, Nunu Husnul, “Sanksi terhadap Penyalahgunaan Narkoba Studi
Komparasi Hukum Pidana Islam dan UU Nomor 22 Tahun 1997,”
Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2007, Tidak diterbitkan.
Husnain, Azat, Al-Musykirât wa al-Mukhaddirât baina asy-Syarî’ah wa al-
Qânûn, Riyadh: t.p, 1984.
Irfan, M. Nurul dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, Jakarta: Amzah, Cetakan
ketiga, 2015.
Irfan, M. Nurul, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah, Cetakan pertama,
2016.
, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, Jakarta: Amzah,
Cetakan pertama, 2012.
177
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi, Jakarta: IIQ Press, 2011.
Joewana, Satya, Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat
Adiktif lainnya, Jakarta: Karisma Indonesia, 1986.
Al-Jurjani, Ali bin Muhammad, Kitâb at-Ta’rîfât, Beirut: Dâr al-Kutub al-
„Ilmiyah, Cetakan pertama, 1403 H.
Al-Juzairi, Abdurrahman bin Muhammad, Al-Fiqh ‘ala al-Madzâhib al-
Arba’ah, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmîyah, Cetakan kedua, 2003.
Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Kairo: Maktabah ad-Da‟wah al-
Islamiyyah, t.t.
Ma‟luf, Lowis, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lâm, Beirut: Dâr al-Masyriq,
1975.
Ma‟ruf, M. Ridha, Narkotika Masalah dan Bahayanya, Jakarta: CV Marga
Jaya, 1976.
Ma‟sum, Sumarno, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan
Obat, Jakarta: CV Mas Agung, 1987.
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa MUI, (Jakarta:
Erlangga, 2015.
Mujamma‟ al-Lughah al-„Arabiyyah, Al-Mu’jam al-Wasîth, Mesir: Maktabah
asy-Syurûq ad-Dauliyah, 2005.
Majmu‟ah min al-Muallifin, Al-Mausû’ah al-Fiqhîyah al-Kuwaitîyah,
Kuwait: Wizârah al-Awqâf wa asy-Syu-ûn al-Islâmîyah, t.t.
Makarao, Moh. Taufik, dkk, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta: Ghalia
Indonesia, Cetakan pertama, 2003.
Malik, Muhammad Abdul, Perilaku Zina, Pandangan Hukum Islam dan
KUHP, Jakarta: Bulan Bintang, Cetakan pertama, 2003.
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cetakan
pertama, 2008.
Al-Mawardi, Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Habib, Al-Ahkâm as-
Sulthâniyyah, Kairo: Dâr al-Hadîts, t.t.
Moeliono, Anton Moedardo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Cetakan kedua, 1988.
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
178
An-Namlah, Abdul Karim bin Ali bin Muhammad, Ithâf Dzawi al-Bashâir bi
syarh Raudhah an-Nâzhir, jilid 1, Riyadh: Dâr al-„Âshimah, Cetakan
pertama, 1996.
, Al-Muhadzdzab fi ‘Ilm Ushûl al-Fiqh al-Muqâran, Riyadh:
Maktabah ar-Rusyd, 1420 H.
An-Nawawi, Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf, Al-Majmû’ Syarh
al-Muhadzdzab, juz 9, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.
, Al-Minhâj Syarh Shahîh Muslim bin al-Hajjâj, Beirut: Dâr
Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabi, 1392 H.
An-Nisaburi, Abul Hasan Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Shahîh Muslim,
Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabi, t.t.
An-Nujaimi, Muhammad bin Yahya, Al-Mukhaddirât wa Ahkâmuhâ fi asy-
Syari’ah al-Islâmiyyah, Riyadh: Markaz ad-Dirâsât wa al-Buhûts
Jâmi‟ah Nâyef al-Arabiyyah, 1425 H.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan
Narkotika Nasional.
Poernomo, Bambang, Pertumbuhan Hukum Penyimpangan di Luar
Kodifikasi Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara, t.t.
Press Release Akhir Tahun 2015 Badan Narkotika Nasional RI.
Al-Qaradhawi, Yusuf, Al-Halâl wa al-Harâm fi al-Islâm, Surabaya: Bina
Ilmu, 1993.
Al-Qarâfi, Ahmad bin Idrîs bin Abdurrahman, Anwâr al-Burûq fi Anwâ-i al-
Furûq, juz 1, Beirut: „Âlam al-Kutub, t.t.
Qurnain, “Implementasi Teori Pemidanaan Penyalahgunaan Psikotropika:
Perspektif Hukum Islam,” Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2010, Tidak diterbitkan.
Al-Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-
Anshari, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur’ân, Kairo: Dâr al-Kutub al-
Mishrîyah, 1964.
Al-Quzwaini, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah, Sunan Ibnu
Mâjah, Kairo: Dâr ihyâ‟ al-Kutub al-„Arabîyah, t.t.
Rayyan, Ahmad Ali Thaha, Al-Mukhaddirât baina ath-Thibb wa al-Fiqh,
Mesir: Dâr al-I‟tishâm, t.t.
Redaksi Badan Penerbit Alda, Menanggulangi Bahaya Narkotika, Jakarta:
Penerbit Alda, Cetakan pertama, 1985.
Rikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 2002.
179
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
Cetakan kedua, 1997.
Sâbiq, Sayyid, Fiqh as-Sunnah, juz 2, Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Araby,
Cetakan ketiga, 1397 H/1996 M.
Salim, Choirul, “Hukuman Mati bagi Bandar Narkotika (Perspektif Hukum
Positif dan Fatwa Yusuf Al-Qaradhawi,” Skripsi, Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2013, Tidak diterbitkan.
Sasangka, Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Bandung:
Mandar Maju, 2003.
Ash-Shabuni, Muhamad Ali, Rawâ’i al-Bayân Tafsîr Âyât al-Ahkâm, jilid 2,
Damaskus: Maktabah al-Ghazâli, 1980.
Ash-Shan‟ani, Muhammad bin Ismail bin Shalah, Subul as-Salâm, juz 2,
Kairo: Dâr al-Hadîts, t.t.
As-Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats bin Ishaq al-Azdi, Sunan
Abi Dâwûd, Beirut: Al-Maktabah al-„Ashriyyah, t.t.
Sitanggang, BA., Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika,
Jakarta: Karya Utama, Cetakan pertama, 1981.
Soeharno, Perang Total Melawan Narkotika, Surabaya: Yayasan Generasi
Muda, 1985.
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan kedua, 1992.
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Islam, (Bandung: Alumni, Cetakan kedua,
1986.
Suratmaputra, Ahmad Munif, Hukum Islam: Problematika dan Solusinya,
Jakarta: Pustaka Firdaus, cetakan pertama, 2008.
As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Lubâb an-Nuqûl fi
Asbûb an-Nuzûl, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, t.t.
As-Syaibani, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad al-
Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut: Muassasah ar-Risâlah, 2001.
Syaltut, Mahmud, Al-Fatâwa Dirâsah Musykilât al-Muslim al-Mu’âshirah fi
Hayâh al-Yaumiyyah wa al-‘Âmmah, Kairo: Dâr al-Qalam, Cetakan
ketiga, t.t.
Asy-Syaukani, Muhammad bin Ali, Fath al-Qadîr, juz I, Damaskus: Dâr al-
Kalim ath-Thayyib, 1414 H.
, Irsyâd al-Fuhûl ila Tahqîq al-Haq min ‘Ilm al-Ushûl, juz 1,
Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabi, cet. pertama, 1999.
180
Taimiyah, Ahmad bin Abdul Halim bin, As-Siyâsah asy-Syar’îyah fi Ishlâh
ar-Râ’î wa ar-Ra’iyyah, Saudi Arabia: Wizârah asy-Syu-ûn al-Islâmîyah
wa al-Awqâf wa ad-Da‟wah wa al-Irsyâd, Cetakan pertama, 1418 H.
, Majmû’ al-Fatâwâ, juz 34, Madinah al-Munawwarah: Majma‟ al-
Malik Fahd li ath-Thibâ‟ah, 1416 H/1995 M.
Ath-Thabrani, Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub, Al-Mu’jam al-
Ausâth, juz 5, Kairo: Dâr al-Haramain, t.t.
Ath-Thayyâr, Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ahmad, Al-
Mukhaddirât fi al-Fiqh al-Islâmi, Kairo: Dâr Ibn Jauzi, 1418 H.
Tim Penerbit Kompas, Keluarga Anti N, Panduan Menghindari Jerat
Narkoba, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Cetakan pertama, 2006.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, edisi kedua, cetakan ke-
7, 1996.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
Usman, Suparman, Hukum Islam; Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum
Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama,
Cetakan pertama, 2001.
Widjaya, AW, Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika,
Bandung: Armico, 1985.
Yatim, Danny Irawan, Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan
Sosial-Psikologis, Jakarta: Penerbit Arcan, Cetakan pertama, 1989.
Zahrah, Muhammad Abu, Al-Jarîmah wa al-‘Uqûbah fi al-Fiqh al-Islâmi, al-
Jarîmah, Kairo: Dâr al-Fikr al-„Arabi, 1998.
, Al-Jarîmah wa al-‘Uqûbah fi al-Fiqh al-Islâmi, al-‘Uqûbah,
Kairo: Dâr al-Fikr al-„Arabi, t.t.
, Ushul al-Fiqh, Kairo: Dâr al-Fikr al-„Araby, t.t.
Az-Zirikli, Khairuddîn bin Mahmûd bin Muhammad, Al-A’lâm, Beirut: Dâr
al-„Ilm li al-Malâyîn, 2002.
Az-Zuhaili, Muhammad Mushthafa, Al-Wajîz fi Ushûl al-Fiqh al-Islâmi,
Damaskus: Dâr al-Khair, cet. ke-2, 2006.
Az-Zuhaili, Wahbah bin Mushthafa, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh, juz 7,
Damaskus: Dâr al-Fikr, t.t.
, Ushûl al-Fiqh al-Islâmi, Damaskus: Dâr al-Fikr, Cetakan pertama,
1986.