Narasi Kependudukan Olah Raga

8
BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA A. KONDISI UMUM Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan olahraga merupakan salah satu langkah penting dalam mencapai peningkatan kualitas SDM. Pengendalian kuantitas penduduk secara berkesinambungan diperlukan untuk menjamin tercapainya penduduk tumbuh seimbang di masa yang akan datang. Peningkatan kualitas keluarga kecil juga dilaksanakan antara lain melalui berbagai bidang pembangunan termasuk keluarga berencana. Di samping itu, penataan administrasi kependudukan dilakukan untuk mendukung tertib administrasi kependudukan baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Selain itu, partisipasi pemuda sebagai bagian dari penduduk merupakan faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Aspek penting lainnya dalam rangka peningkatan kualitas penduduk adalah menumbuhkan budaya olahraga yang lebih luas bagi seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 2004, pelayanan Keluarga Berencana (KB) telah berhasil mencapai peserta KB aktif sebanyak 27,6 juta, peserta KB baru sebanyak 4,1 juta serta KB pria 448,6 ribu. Pencapaian peserta KB tersebut didukung oleh sarana pelayanan KB sebanyak 60 ribu unit pelayanan terdiri dari klinik pemerintah dan swasta. Untuk meningkatkan pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi telah dibentuk Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR) sebanyak 900 buah dan telah berhasil membentuk Kelompok Keluarga Peduli Remaja (KKPR) dan Kelompok Remaja (KR) sebanyak 25,6 ribu kelompok. Di samping itu, telah dilatih sebanyak 28 ribu tenaga konseling tentang Kesehatan

description

Keluarga Berencana

Transcript of Narasi Kependudukan Olah Raga

Page 1: Narasi Kependudukan Olah Raga

BAB 29PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA

A. KONDISI UMUM

Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan olahraga merupakan salah satu langkah penting dalam mencapai peningkatan kualitas SDM. Pengendalian kuantitas penduduk secara berkesinambungan diperlukan untuk menjamin tercapainya penduduk tumbuh seimbang di masa yang akan datang. Peningkatan kualitas keluarga kecil juga dilaksanakan antara lain melalui berbagai bidang pembangunan termasuk keluarga berencana. Di samping itu, penataan administrasi kependudukan dilakukan untuk mendukung tertib administrasi kependudukan baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Selain itu, partisipasi pemuda sebagai bagian dari penduduk merupakan faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Aspek penting lainnya dalam rangka peningkatan kualitas penduduk adalah menumbuhkan budaya olahraga yang lebih luas bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pada tahun 2004, pelayanan Keluarga Berencana (KB) telah berhasil mencapai peserta KB aktif sebanyak 27,6 juta, peserta KB baru sebanyak 4,1 juta serta KB pria 448,6 ribu. Pencapaian peserta KB tersebut didukung oleh sarana pelayanan KB sebanyak 60 ribu unit pelayanan terdiri dari klinik pemerintah dan swasta. Untuk meningkatkan pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi telah dibentuk Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR) sebanyak 900 buah dan telah berhasil membentuk Kelompok Keluarga Peduli Remaja (KKPR) dan Kelompok Remaja (KR) sebanyak 25,6 ribu kelompok. Di samping itu, telah dilatih sebanyak 28 ribu tenaga konseling tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Usaha untuk memberdayakan keluarga dan meningkatkan ketahanan keluarga telah terbentuk kelompok Bina Keluarga (Balita, Remaja, dan Lansia) sebanyak 180,3 kelompok dan jumlah kelompok UPPKS sebanyak 367,6 ribu kelompok. Komitmen pemerintah daerah kabupaten/kota telah meningkat sejak penyerahan kewenangan program KB pada tahun 2003, yaitu dengan telah dikeluarkannya peraturan daerah sebanyak 281 dari 410 kabupaten/kota. Partisipasi masyarakat telah meningkat yang ditandai dengan adanya 77,7 ribu kelompok Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan 349,8 ribu kelompok sub PPKBD.

Perkiraan pencapaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas secara umum pada tahun 2005 adalah meningkatnya peserta KB aktif menjadi 27,7 juta Pasangan Usia Subur (PUS), peserta KB baru 5,6 juta PUS; peserta KB pria 700 ribu serta meningkatnya jumlah Pusat Pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja di 40 kabupaten/kota; terselenggaranya model integrasi BKB-Posyandu-Padu di beberapa kecamatan; meningkatnya jumlah kelompok Bina Keluarga

Page 2: Narasi Kependudukan Olah Raga

Balita, meningkatnya jumlah anggota UPPKS yang melakukan usaha ekonomi produktif, dan meningkatnya institusi masyarakat yang mengelola KB.

Dalam penataan administrasi kependudukan, sebagai pelaksanaan Keppres No.88 tahun 2004 pada tahun 2005 Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) akan diujicobakan di 16 Propinsi dan Kabupaten/Kota. Di samping itu, dalam rangka mendukung pemilihan kepala daerah (PILKADA) secara langsung, pada tahun 2005 akan diserahkan hasil konversi data Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) kepada 32 propinsi dan 279 Kabupaten/Kota. Lebih lanjut, untuk mendukung perbaikan sistem hukum di bidang administrasi kependudukan, telah diselesaikan Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang (RUU) Administrasi Kependudukan dan pada saat ini draft RUU tersebut dalam persiapan untuk disampaikan kepada DPR.

Perkiraan pencapaian pembangunan pemuda dan olahraga pada tahun 2005 ditandai dengan telah disusunnya draft Rancangan Undang-Undang Kepemudaan; dilaksanakannya hubungan kerjasama pemuda dengan 8 negara, dan antardaerah di 32 propinsi; terwujudnya wirausahawan muda dalam strata kelompok usaha kecil pemula sebanyak 5.560 orang; diselenggarakannya penyuluhan untuk mencegah penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS dan bahaya destruktif lainnya di 32 propinsi; dilaksanakannya pengerahan pemuda terdidik sebagai tenaga penggerak pembangunan di perdesaan sebanyak 1.800 orang; diselenggarakannya latihan kepemimpinan bagi 3.800 pemuda; terbentuknya 55 lokasi sentra pemberdayaan pemuda; disusunnya Sport Development Index (SDI) sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan pembangunan olahraga, pada tahun 2004 Angka Kebugaran Jasmani penduduk Indonesia adalah 34 persen; disusunnya Rancangan Undang-Undang Keolahragaan; meningkatnya dukungan sarana dan prasarana olahraga bagi pelajar melalui Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) di setiap propinsi; diselenggarakannya kompetisi olahraga pelajar dan mahasiswa; dan diselenggarakannya pekan olahraga nasional oleh daerah.

Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas adalah menurunnya aksesibilitas pelayanan KB terutama untuk keluarga yang miskin dan berpendidikan rendah; kurangnya pengetahuan tentang hak-hak reproduksi yang ditandai dengan permasalahan persalinan terlalu muda, terlalu tua, terlau dekat dan terlalu sering; rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB; kurangnya pemahaman tentang hak-hak dan kesehatan reproduksi oleh remaja, keluarga dan masyarakat; masih lemahnya pembinaan keluarga berkaitan pembinaan tumbuhkembang anak; masih tingginya keluarga miskin yang belum memiliki akses usaha ekonomi produktif; serta menurunnya kuantitas dan kualitas institusi masyarakat dalam penyelenggaraan KB.

Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam penataan administrasi kependudukan adalah belum tersedianya UU Administrasi Kependudukan; kurangnya pemahaman masyarakat dan aparat birokrat tentang pendaftaran penduduk maupun pencatatan sipil; dan belum terintegrasinya sistem administrasi kependudukan (SAK) secara nasional (online) dan belum sepenuhnya memanfaatkan data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sesuai dengan perubahan status dan peristiwa penting

II.29 – 2

Page 3: Narasi Kependudukan Olah Raga

kependudukan. Lebih lanjut, dengan ditetapkannya UU No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, kelembagaan yang menangani administrasi kependudukan di daerah yang berwenang menetapkan kebijakan, pedoman, standarisasi pengelolaan database kependudukan serta dokumen kependudukan belum seragam sehingga dapat berakibat status hukum kependudukan menjadi kurang berarti.

Dalam pembangunan pemuda dan olahraga, permasalahan dan tantangan yang dihadapi adalah masih rendahnya akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan; masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pemuda; belum serasinya kebijakan kepemudaan di tingkat nasional dan daerah; rendahnya kemampuan kewirausahaan di kalangan pemuda; tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda; dan maraknya masalah-masalah sosial di kalangan pemuda, seperti kriminalitas, premanisme, narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA), dan HIV/AIDS; belum terwujudnya peraturan perundang-undangan tentang keolahragaan; lemahnya koordinasi antarpemangku kepentingan (stakeholder) olahraga baik di tingkat nasional dan daerah; belum serasinya kebijakan olahraga di tingkat nasional dan daerah; rendahnya kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan tenaga keolahragaan; lemahnya kelembagaan dan manajemen pembinaan olahraga; belum standarnya sarana dan prasarana olahraga di klub, sekolah, dan perguruan tinggi; lemahnya pola kemitraan dalam pembangunan olahraga; dan masih rendahnya penghargaan dan kesejahteraan atlet, pelatih, dan tenaga keolahragaan.

B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006

Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan keluarga kecil berkualitas adalah sebagai berikut:1. Meningkatnya peserta KB aktif menjadi sekitar 28,6 juta dan peserta KB baru

sekitar 5,6 juta;2. Meningkatnya partisipasi pria dalam ber-KB menjadi sekitar 2,7 persen dari

CPR;3. Menurunnya pasangan usia subur belum terlayani KB (unmet need) menjadi

sekitar 7,4 persen;4. Meningkatnya persentase remaja yang memperoleh informasi tentang kesehatan

reproduksi menjadi sekitar 80 persen;5. Meningkatnya persentase Bina Keluarga Balita yang melakukan pembinaan

tumbuh kembang anak menjadi 25 persen; 6. Meningkatnya persentase kelompok UPPKS aktif berusaha menjadi 52,5 persen; 7. Meningkatnya jumlah tempat pelayanan KB non pemerintah menjadi 57 ribu; 8. Meningkatnya peserta KB mandiri menjadi 41 persen dari peserta KB aktif; dan9. Meningkatnya kualitas dan pendayagunaan data dan informasi yang ada dalam

sistem informasi kependudukan dan keluarga.

Sasaran yang akan dicapai dalam penataan administrasi kependudukan adalah sebagai berikut:1. Terintegrasinya kebijakan-kebijakan kependudukan dalam perencanaan

pembangunan di 10 propinsi/kabupaten/kota;

II.29 – 3

Page 4: Narasi Kependudukan Olah Raga

2. Tersedianya kebijakan kependudukan bidang perkembangan dan proyeksi kependudukan yang telah disempurnakan;

3. Disahkannya UU Administrasi Kependudukan;4. Meningkatnya penerapan kebijakan pendaftaran penduduk dan kebijakan catatan

sipil di 32 propinsi;5. Meningkatnya daerah cakupan rintisan sistem informasi administrasi

kependudukan (SIAK) di 25 kabupaten/kota termasuk updating data P4B dalam mengembangkan sistem administrasi kependudukan (SAK) secara nasional dan terpadu; dan

6. Meningkatnya daerah cakupan layanan informasi kependudukan di 30 kabupaten/kota.

Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan pemuda dan olahraga adalah sebagai berikut:1. Meningkatnya koordinasi antarinstansi di tingkat nasional dan daerah, untuk

mengembangkan sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan kepemudaan;

2. Tersusunnya Rancangan Undang-Undang tentang Kepemudaan;3. Dikembangkannya sistem informasi manajemen kepemudaan berbasis e-youth;4. Disahkannya Undang-Undang tentang Keolahragaan;5. Meningkatnya prestasi olahraga pelajar, mahasiswa, dan masyarakat di tingkat

nasional dan daerah;6. Terselenggaranya kompetisi olahraga secara teratur, berjenjang, dan

berkesinambungan bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat;7. Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM olahraga, baik di lingkungan

pemerintah, maupun masyarakat, di tingkat nasional dan daerah; dan8. Meningkatnya peran dunia usaha, lembaga pemerintah, dan masyarakat dalam

pembangunan sarana dan prasarana olahraga di propinsi dan kabupaten/kota, baik untuk olahraga pelajar, olahraga masyarakat, olahraga prestasi, maupun industri olahraga.

C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006

Sesuai dengan prioritas pembangunan nasional, arah kebijakan pembangunan keluarga kecil berkualitas adalah: 1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi bagi keluarga rentan, yaitu keluarga miskin, pendidikan rendah, terpencil, dan tidak terdaftar;

2. Meningkatkan akses pria terhadap informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;

3. Meningkatkan dan mengintegrasikan informasi dan pelayanan konseling bagi remaja tentang kehidupan seksual yang sehat, HIV/AIDS, NAPZA, dan perencanaan perkawinan;Meningkatkan pemberdayaan keluarga dalam kemampuan pengasuhan penumbuhkembangan anak, pembinaan kesehatan ibu, bayi, anak, dan remaja, serta pembinaan lingkungan keluarga;

II.29 – 4

Page 5: Narasi Kependudukan Olah Raga

4. Meningkatkan ketahanan keluarga dalam usaha ekonomi produktif keluarga, termasuk pengetahuan dan keterampilan usaha, serta fasilitasi dalam mengakses sumber modalnya;

5. Memaksimalkan upaya-upaya advokasi, promosi dan KIE Keluarga Berencana untuk penggalangan komitmen politis untuk kelangsungan program dan kelembagaan serta pembinaan institusi masyarakat; dan

6. Meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen pembangunan Keluarga Berencana, termasuk pengelolaan data dan informasi, pengkajian, penelitian dan pengembangan, serta bimbingan dan pengawasan program.

Sedangkan arah kebijakan penataan administrasi kependudukan adalah:1. Menyerasikan kebijakan kependudukan dan penataan administrasi kependudukan

guna meningkatkan kualitas dokumen, data, dan informasi penduduk serta hak-hak penduduk, dalam mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan; dan

2. Menciptakan tertib administrasi kependudukan melalui komitmen berbagai pihak dan peran serta masyarakat secara nasional.

Selain itu, arah kebijakan pembangunan pemuda dan olahraga adalah:1. Mewujudkan kebijakan kepemudaan yang serasi di berbagai bidang pembangunan; 2. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan bagi pemuda; 3. Meningkatkan kewirausahaan, kepeloporan, dan kepemimpinan bagi pemuda; 4. Melindungi segenap generasi muda dari masalah penyalahgunaan NAPZA,

minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual di kalangan pemuda;

5. Mewujudkan kebijakan dan manajemen olahraga dalam upaya mewujudkan penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan termasuk landasan hukum yang mendukung;

6. Meningkatkan budaya dan prestasi olahraga secara berjenjang termasuk pemanduan bakat, pembibitan dan pengembangan bakat;

7. Memberdayakan dan mengembangkan iptek dalam pembangunan olahraga;8. Meningkatkan pemberdayaan organisasi olahraga; dan9. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha

dalam mendukung pembangunan olahraga.

II.29 – 5