Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

43
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL A. Pengertian Hukum Internasional Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah hukum internasional publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional terbagi menjadi dua, yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata internasional. Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, yang bukan bersifat perdata. Sedangkan hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata yang berbeda. (Kusumaatmadja, 1999; 1) Awalnya, beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari hukum internasional, antara lain yang dikemukakan oleh Grotius dalam bukunya De Jure Belli ac Pacis (Perihal Perang dan Damai). Menurutnya “hukum dan hubungan internasional didasarkan pada kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua negara. Ini ditujukan demi kepentingan bersama dari mereka yang menyatakan diri di dalamnya ”. Sedang menurut Akehurst : “hukum internasional adalah sistem hukum yang di bentuk dari hubungan antara negara-negara” Definisi hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu, termasuk Grotius atau Akehurst, terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya. Salah satu definisi yang lebih lengkap yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai hukum internasional adalah definisi yang dibuat oleh Charles Cheny Hyde : “ hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-

Transcript of Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Page 1: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONALA. Pengertian Hukum Internasional Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah hukum internasional publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional terbagi menjadi dua, yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata internasional.Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, yang bukan bersifat perdata.Sedangkan hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata yang berbeda. (Kusumaatmadja, 1999; 1)Awalnya, beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari hukum internasional, antara lain yang dikemukakan oleh Grotius dalam bukunya De Jure Belli ac Pacis (Perihal Perang dan Damai). Menurutnya “hukum dan hubungan internasional didasarkan pada kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua negara. Ini ditujukan demi kepentingan bersama dari mereka yang menyatakan diri di dalamnya ”.Sedang menurut Akehurst : “hukum internasional adalah sistem hukum yang di bentuk dari hubungan antara negara-negara”Definisi hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu, termasuk Grotius atau Akehurst, terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya.Salah satu definisi yang lebih lengkap yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai hukum internasional adalah definisi yang dibuat oleh Charles Cheny Hyde :“ hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya, serta yang juga mencakup :a. organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional satu dengan lainnya, hubungan peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara atau negara-negara ; dan hubungan antara organisasi internasional dengan individu atau individu-individu ;b. peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan subyek hukum bukan negara tersebut bersangkut paut dengan masalah masyarakat internasional” (Phartiana, 2003; 4)

Sejalan dengan definisi yang dikeluarkan Hyde, Mochtar Kusumaatmadja mengartikan ’’hukum internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara negara dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu sama lain’’. (Kusumaatmadja, 1999; 2)Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, secara sepintas sudah diperoleh gambaran umum tentang ruang lingkup dan substansi dari hukum internasional, yang di dalamnya terkandung unsur subyek atau pelaku, hubungan-hubungan hukum antar subyek atau

Page 2: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

pelaku, serta hal-hal atau obyek yang tercakup dalam pengaturannya, serta prinsip-prinsip dan kaidah atau peraturan-peraturan hukumnya.Sedangkan mengenai subyek hukumnya, tampak bahwa negara tidak lagi menjadi satu-satunya subyek hukum internasional, sebagaimana pernah jadi pandangan yang berlaku umum di kalangan para sarjana sebelumnya.

B. Sejarah dan Perkembangan Hukum InternasionalHukum internasional sebenarnya sudah sejak lama dikenal eksisitensinya, yaitu pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius Gentium, Ius Ceville adalah hukum nasional yang berlaku bagi masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan Ius Gentium adalah hukum yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi. Dalam perkembangannya, Ius Gentium berubah menjadi Ius Inter Gentium yang lebih dikenal juga dengan Volkenrecth (Jerman), Droit de Gens (Perancis) dan kemudian juga dikenal sebagai Law of Nations (Inggris). (Kusumaatmadja, 1999 ; 4)Sesungguhnya, hukum internasional modern mulai berkembang pesat pada abad XVI, yaitu sejak ditandatanganinya Perjanjian Westphalia 1648, yang mengakhiri perang 30 tahun (thirty years war) di Eropa. Sejak saat itulah, mulai muncul negara-negara yang bercirikan kebangsaan, kewilayahan atau territorial, kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat. Dalam kondisi semacam inilah sangat dimungkinkan tumbuh dan berkembangnya prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum internasional. (Phartiana, 2003 ; 41)Perkembangan hukum internasional modern ini, juga dipengaruhi oleh karya-karya tokoh kenamaan Eropa, yang terbagi menjadi dua aliran utama, yaitu golongan Naturalis dan golongan Positivis. Menurut golongan Naturalis, prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum bukan berasal dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku secara universal, sepanjang masa dan yang dapat ditemui oleh akal sehat. Hukum harus dicari, dan bukan dibuat. Golongan Naturalis mendasarkan prinsip-prinsip atas dasar hukum alam yang bersumber dari ajaran Tuhan. Tokoh terkemuka dari golongan ini adalah Hugo de Groot atau Grotius, Fransisco de Vittoria, Fransisco Suarez dan Alberico Gentillis. (Mauna, 2003 ; 6)Sementara itu, menurut golongan Positivis, hukum yang mengatur hubungan antar negara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan mereka sendiri. Dasar hukum internasional adalah kesepakatan bersama antara negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-kebiasaan internasional. Seperti yang dinyatakan oleh Jean-Jacques Rousseau dalam bukunya Du Contract Social, La loi c’est l’expression de la Volonte Generale, bahwa hukum adalah pernyataan kehendak bersama. Tokoh lain yang menganut aliran Positivis ini, antara lain Cornelius van Bynkershoek, Prof. Ricard Zouche dan Emerich de VattelPada abad XIX, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena adanya faktor-faktor penunjang, antara lain : (1) Setelah Kongres Wina 1815, negara-negara Eropa berjanji untuk selalu menggunakan prinsip-prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu sama lain, (2). Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian (law-making treaties) di bidang perang, netralitas, peradilan dan arbitrase, (3). Berkembangnya

Page 3: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

perundingan-perundingan multilateral yang juga melahirkan ketentuan-ketentuan hukum baru.Di abad XX, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: (1). Banyaknya negara-negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan meningkatnya hubungan antar negara, (2). Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang, (3). Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral, regional maupun bersifat global, (4). Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa dan berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-ketentuan baru dalam berbagai bidang. (Mauna, 2003; 7)

C. Sumber-sumber Hukum InternasionalPada azasnya, sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber hukum dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber hukum yang membahas materi dasar yang menjadi substansi dari pembuatan hukum itu sendiri.Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk atau wujud nyata dari hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak dan berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah dapat ditemukan hukum yang mengatur suatu masalah tertentu.Sumber hukum internasional dapat diartikan sebagai:1. dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional;2. metode penciptaan hukum internasional;3. tempat diketemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang dapat diterapkan pada suatu persoalan konkrit. (Burhan Tsani, 1990; 14)Menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara, adalah:1. Perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat umum, maupun khusus;2. Kebiasaan internasional (international custom);3. Prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh negara-negara beradab;4. Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan. (Phartiana, 2003; 197)

D. Subyek Hukum InternasionalSubyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dari kelahiran dan pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum internasionalDewasa ini subjek-subjek hukum internasional yang diakui oleh masyarakat internasional, adalah:1. Negara

Page 4: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara, kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional adalah:a. penduduk yang tetap;b. wilayah tertentu; c. pemerintahan;d. kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain

1. Organisasi InternasionalKlasifikasi organisasi internasional menurut Theodore A Couloumbis dan James H. Wolfe :a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa ;b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan global, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe Union.

1. Palang Merah InternasionalSebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis organisasi internasional. Namun karena faktor sejarah, keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan hukum internasional menjadi sangat unik dan di samping itu juga menjadi sangat strategis. Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss. (Phartiana, 2003; 123)

1. Tahta Suci VatikanTahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan cara menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara. (Phartiana, 2003, 125)

1. Kaum Pemberontak / Beligerensi (belligerent)

Page 5: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional1. IndividuPertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang memberikan hak dan membebani kewajiban serta tanggungjawab secara langsung kepada individu semakin bertambah pesat, terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan eksistensi individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.7. Perusahaan MultinasionalPerusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru dalam hukum dan hubungan internasional. Eksistensinya dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu sendiri.

E. Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum NasionalAda dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional, yaitu: teori Dualisme dan teori Monisme.Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai hubungan superioritas atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional dalam lingkungan hukum nasional memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada pertentangan antar keduanya, maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu negara.Sedangkan menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling berkaitan satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan dari hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini, hukum nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum internasional. Hukum nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum internasional. (Burhan Tsani, 1990; 26)

F. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai.Ketentuan hukum internasional telah melarang penggunaan kekerasan dalam hubungan antar negara. Keharusan ini seperti tercantum pada Pasal 1 Konvensi mengenai Penyelesaian Sengketa-Sengketa Secara Damai yang ditandatangani di Den Haag pada

Page 6: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

tanggal 18 Oktober 1907, yang kemudian dikukuhkan oleh pasal 2 ayat (3) Piagan Perserikatan bangsa-Bangsa dan selanjutnya oleh Deklarasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional mengenai Hubungan Bersahabat dan Kerjasama antar Negara. Deklarasi tersebut meminta agar “semua negara menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai sedemikian rupa agar perdamaian, keamanan internasional dan keadilan tidak sampai terganggu”.Penyelesaian sengketa secara damai dibedakan menjadi: penyelesaian melalui pengadilan dan di luar pengadilan. Yang akan dibahas pada kesemapatan kali ini hanyalah penyelesaian perkara melalui pengadilan. Penyelesaian melalui pengadilan dapat ditempuh melalui:1. Arbitrase InternasionalPenyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah pengajuan sengketa internasional kepada arbitrator yang dipilih secara bebas oleh para pihak, yang memberi keputusan dengan tidak harus terlalu terpaku pada pertimbangan-pertimbangan hukum. Arbitrase adalah merupakan suatu cara penerapan prinsip hukum terhadap suatu sengketa dalam batas-batas yang telah disetujui sebelumnya oleh para pihak yang bersengketa. Hal-hal yang penting dalam arbitrase adalah :(1). Perlunya persetujuan para pihak dalam setiap tahap proses arbitrase, dan(2). Sengketa diselesaikan atas dasar menghormati hukum. (Burhan Tsani, 1990; 211)Secara esensial, arbitrase merupakan prosedur konsensus, karenanya persetujuan para pihaklah yang mengatur pengadilan arbitrase.Arbitrase terdiri dari seorang arbitrator atau komisi bersama antar anggota-anggota yang ditunjuk oleh para pihak atau dan komisi campuran, yang terdiri dari orang-orang yang diajukan oleh para pihak dan anggota tambahan yang dipilih dengan cara lain.Pengadilan arbitrase dilaksanakan oleh suatu “panel hakim” atau arbitrator yang dibentuk atas dasar persetujuan khusus para pihak, atau dengan perjanjian arbitrase yang telah ada. Persetujuan arbitrase tersebut dikenal dengan compromis (kompromi) yang memuat:1. persetujuan para pihak untuk terikat pada keputusan arbitrase;2. metode pemilihan panel arbitrase;3. waktu dan tempat hearing (dengar pendapat);4. batas-batas fakta yang harus dipertimbangkan, dan;5. prinsip-prinsip hukum atau keadilan yang harus diterapkan untuk mencapai suatu kesepakatan. (Burhan Tsani, 1990, 214)Masyarakat internasional sudah menyediakan beberapa institusi arbitrase internasional, antara lain:1. Pengadilan Arbitrase Kamar Dagang Internasional (Court of Arbitration of the International Chamber of Commerce) yang didirikan di Paris, tahun 1919;2. Pusat Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Internasional (International Centre for Settlement of Investment Disputes) yang berkedudukan di Washington DC;3. Pusat Arbitrase Dagang Regional untuk Asia (Regional Centre for Commercial Arbitration), berkedudukan di Kuala Lumpur, Malaysia;4. Pusat Arbitrase Dagang Regional untuk Afrika (Regional Centre for Commercial Arbitration), berkedudukan di Kairo, Mesir. (Burhan Tsani; 216)1. Pengadilan Internasional Pada permulaan abad XX, Liga Bangsa-Bangsa mendorong masyarakat internasional untuk membentuk suatu badan peradilan yang bersifat permanent, yaitu mulai dari

Page 7: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

komposisi, organisasi, wewenang dan tata kerjanya sudah dibuat sebelumnya dan bebas dari kehendak negara-negara yang bersengketa. Pasal 14 Liga Bangsa-Bangsa menugaskan Dewan untuk menyiapkan sebuah institusi Mahkamah Permanen Internasional. Namun, walaupun didirikan oleh Liga Bangsa-Bangsa, Mahkamah Permanen Internasional, bukanlah organ dari Organisasi Internasional tersebut. Hingga pada tahun 1945, setelah berakhirnya Perang Dunia II, maka negara-negara di dunia mengadakan konferensi di San Fransisco untuk membentuk Mahkamah Internasional yang baru. Di San Fransisco inilah, kemudian dirumuskan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Statuta Mahkamah Internasional. Menurut Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa disebutkan bahwa Mahkamah Internasional merupakan organ hukum utama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.Namun sesungguhnya, pendirian Mahkamah Internasional yang baru ini, pada dasarnya hanyalah merupakan kelanjutan dari Mahkamah Internasional yang lama, karena banyak nomor-nomor dan pasal-pasal yang tidak mengalami perubahan secara signifikanSecara umum, Mahkamah Internasional mempunyai kewenangan untuk:1. melaksanakan “Contentious Jurisdiction”, yaitu yurisdiksi atas perkara biasa, yang didasarkan pada persetujuan para pihak yang bersengketa;2. memberikan “Advisory Opinion”, yaitu pendapat mahkamah yang bersifat nasehat. Advisory Opinion tidaklah memiliki sifat mengikat bagi yang meminta, namun biasanya diberlakukan sebagai “Compulsory Ruling”, yaitu keputusan wajib yang mempunyai kuasa persuasive kuat (Burhan Tsani, 1990; 217)Sedangkan, menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara, adalah:1. Perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat umum, maupun khusus;2. Kebiasaan internasional (international custom);3. Prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh negara-negara beradab;4. Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan.

Mahkamah Internasional juga sebenarnya bisa mengajukan keputusan ex aequo et bono, yaitu didasarkan pada keadilan dan kebaikan, dan bukan berdasarkan hukum, namun hal ini bisa dilakukan jika ada kesepakatan antar negara-negara yang bersengketa. Keputusan Mahkamah Internasional sifatnya final, tidak dapat banding dan hanya mengikat para pihak. Keputusan juga diambil atas dasar suara mayoritas.Yang dapat menjadi pihak hanyalah negara, namun semua jenis sengketa dapat diajukan ke Mahkamah Internasional.Masalah pengajuan sengketa bisa dilakukan oleh salah satu pihak secara unilateral, namun kemudian harus ada persetujuan dari pihak yang lain. Jika tidak ada persetujuan, maka perkara akan di hapus dari daftar Mahkamah Internasional, karena Mahkamah Internasional tidak akan memutus perkara secara in-absensia (tidak hadirnya para pihak). G. Peradilan-Peradilan Lainnya di Bawah Kerangka Perserikatan Bangsa-bangsa1. Mahkamah Pidana Internasional (International Court of Justice/ICJ)Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak pembentukannya telah memainkan peranan penting dalam bidang hukum inetrnasional sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian dunia.

Page 8: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Selain Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) yang berkedudukan di Den Haag, Belanda, saat ini Perserikatan Bangsa-bangsa juga sedang berupaya untuk menyelesaikan “hukum acara” bagi berfungsinya Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC), yang statuta pembentukannya telah disahkan melalui Konferensi Internasional di Roma, Italia, pada bulan Juni 1998. Statuta tersebut akan berlaku, jika telah disahkan oleh 60 negara.Berbeda dengan Mahkamah Internasional, yurisdiksi (kewenangan hukum) Mahkamah Pidana Internasional ini, adalah di bidang hukum pidana internasional yang akan mengadili individu yang melanggar Hak Asasi Manusia dan kejahatan perang, genosida (pemusnahan ras), kejahatan humaniter (kemanusiaan) serta agresi.Negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak secara otomatis terikat dengan yurisdiksi Mahkamah ini, tetapi harus melalui pernyataan mengikatkan diri dan menjadi pihak pada Statuta Mahkamah Pidana Internasional. (Mauna, 2003; 263)

2. Mahkamah Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia (The International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia/ICTY)

Melalui Resolusi Dewan Keamanan Nomor 827, tanggal 25 Mei 1993, Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk The International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia, yang bertempat di Den Haag, Belanda. Tugas Mahkamah ini adalah untuk mengadili orang-orang yang bertanggungjawab atas pelanggaran-pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional yang terjadi di negara bekas Yugoslavia. Semenjak Mahkamah ini dibentuk, sudah 84 orang yang dituduh melakukan pelanggaran berat dan 20 diantaranya telah ditahan.Pada tanggal 27 Mei 1999, tuduhan juga dikeluarkan terhadap pemimpin-pemimpin terkenal, seperti Slobodan Milosevic (Presiden Republik Federal Yugoslavia), Milan Milutinovic (Presiden Serbia), yang dituduh telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan melanggar hukum perang. (Mauna, 2003; 264)

3. Mahkamah Kriminal untuk Rwanda (International Criminal Tribunal for Rwanda)Mahkamah ini bertempat di Arusha, Tanzania dan didirikan berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 955, tanggal 8 November 1994. tugas Mahkamah ini adalah untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan pembunuhan missal sekitar 800.000 orang Rwanda, terutama dari suku Tutsi. Mahkamah mulai menjatuhkan hukuman pada tahun 1998 terhadap Jean-Paul Akayesu, mantan Walikota Taba, dan juga Clement Kayishema dan Obed Ruzindana yang telah dituduh melakukan pemusnahan ras (genosida) . Mahkamah mengungkap bahwa bahwa pembunuhan massal tersebut mempunyai tujuan khusus, yaitu pemusnahan orang-orang Tutsi, sebagai sebuah kelompok suku, pada tahun 1994.Walaupun tugas dari Mahkamah Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia dan Mahkamah Kriminal untuk Rwanda belum selesai, namun Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah menyiapkan pembentukan mahkamah- untuk Kamboja untuk mengadili para penjahat perang di zaman pemerintahan Pol Pot dan Khmer Merah, antara tahun 1975 sampai dengan 1979 yang telah membunuh sekitar 1.700.000 orang.Jika diperkirakan bahwa tugas Mahkamah Peradilan Yugoslavia dan Rwanda telah

Page 9: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

menyelesaikan tugas mereka, maka Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengeluarkan resolusi untuk membubarkan kedua Mahkamah tersebut, yang sebagaimana diketahui memiliki sifat ad hoc (sementara). (Mauna, 2003; 265)

REFERENSIArdiwisastra Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional, Bunga Rampai, Alumni, BandungBrownlie Ian, 1999, Principles of Public International Law, Fourth Edition, Clarendon Press, OxfordBurhantsani, Muhammad, 1990; Hukum dan Hubungan Internasional, Yogyakarta : Penerbit Liberty.Kusamaatmadja Mochtar, 1999, Pengantar Hukum Internasional, Cetakan ke-9, Putra AbardinMauna Boer, 2003, Hukum Internasional; Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Cetakan ke-4, PT. Alumni, BandungPhartiana I Wayan, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar maju, BandungSituni F. A. Whisnu, 1989, Identifikasi dan Reformulasi Sumber-Sumber Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung

Sistem Hukum dan Perdilan Internasional

Standar Kompetensi : Menganalisis Sistem Hukum dan peradilan InternasionalKompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan system hukum dan peradilan Internasional

2. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh mahkamah internasional.

3. Menghargai putusan Mahkamah Internasional

A. Makna Hukum InternasionalMenurut Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara, antara Negara dengan Negara, dan Negara dengan subyek hukum internasional bukan Negara, atau antar subyek hukum internasional bukan Negara satu sama lain.Hukum Internasional digolongkan menjadi hukum Internasional Publik dengan hukum perdata internasional. Hukum Internasional Publik atau hukum antar negara, adalah asas dan kaidah hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang bersifat pidana, sedangkan hukuk perdata internasional atau hukum antar bangsa, yang mengatur masalah perdata lintas Negara (perkawinan antar warga Negara suatu Negara dengan warga Negara lain).Wiryono Prodjodikoro, Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur perhubungan hukum antara berbagai bangsa di berbagai Negara.J.G.Starke menyatakan, Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum (body of low) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dank arena itu biasanya ditaati dalam hubungan antar Negara.

Page 10: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

B. Asas – asas hukum InternasionalMenurut Resolusi majelis Umum PBB No. 2625 tahun 1970, ada tujuh asas, yaitu :

1. Setiap Negara tidak melakukan ancaman agresi terhadap keutuhan wilayah dan kemerdekaan Negara lain. Dalam asas ini ditekankan bahwa setiap Negara tidak memberikan ancaman dengan kekuatan militer dan tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan piagam PBB.2. setiap Negara harus menyelesaikan masalah internasional dengan cara damai, Dalam asas ini setiap Negara harus mencari solusi damai, menghendalikan diri dari tindakan yang dapat membahayakan perdamaian internasional.3. Tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri Negara lain, Dalam asas ini menekankan setip Negara memiliki hak untuk memilih sendiri keputusan politiknya, ekonomi, social dan system budaya tanpa intervensi pihak lain.4. Negara wajib menjalin kerjasama dengan Negara lain berdasar pada piagam PBB, kerjasama itu dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan internasional di bidang Hak asasi manusia, politik, ekonomi, social budaya, tekhnik, perdagangan.5. Asas persaman hak dan penentuan nasib sendiri, kemerdekaan dan perwujudan kedaulatan suatu Negara ditentukan oleh rakyat.6. Asas persamaan kedaulatan dari Negara, Setiap Negara memiliki persamaan kedaulatan secara umum sebagai berikut :a. Memilki persamaan Yudisial (perlakuan Hukum).b. Memilikimhak penuh terhadap kedaulatanc. Setiap Negara menghormati kepribadian Negara lain.d. Teritorial dan kemerdekanan politi suatu Negara adalah tidak dapat diganggu gugat.e. Setap Negara bebas untuk membangun system politik, soaial, ekonomi dan sejarahbansanya.f. Seiap Negara wajib untuk hidup damai dengan Negara lain.7. Setiap Negara harus dapat dipercaya dalam memenuhi kewajibannya, pemenuhan kewajiban itu harus sesuai dengan ketentuan hukum internasional.

B. Subyek Hukum InternasionalAdalah pihak-pihak yang membawa hak dan kewajiban hukum dalam pergaulan internasional. Menurut Starke, subyek internasional termasuk Negara, tahta suci, Palang merah Internasional, Organisasi internasional, Orang perseorangan (individu), Pemberontak dan pihak-pihak yang bersengketa.

• Negara, negara sudah diakui sebagi subyek hukum internasional sejak adanya hukum international, bahkan hukum international itu disebut sebagai hukum antarnegara.• Tahta Suci (Vatikan) Roma Italia, Paus bukan saja kepoala gereja tetapi memiliki kekuasaan duniawi, Tahta Suci menjadi subyek hukum Internasional dalam arti penuh karena itu satusnya setara dengan Negara dan memiliki perwakilan diplomatic diberbagai Negara termasuk di Indonesia.• Palang Merah Internasional, berkedudukan di jenewa dan menjadi subyek hukum internasional dalam arti terbatas, karena misi kemanusiaan yang diembannya.• Organisasi Internasional, PBB, ILO memiliki hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional, sehingga menjadi subyek hukum internasional.

Page 11: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

• Orang persorangan (Individu), dapat menjadi subyek internasional dalam arti terbatas, sebab telah diatur dalam perdamaian Persailes 1919 yang memungkinkan orang perseorangan dapat mengajukan perkara ke hadapat Mahkamah Arbitrase Internasional.• Pemberontak dan pihak yang bersengketa, dalam keadaan tertentu pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa dan mendapat pengakuan sedbagai gerakan pembebasan dalam memuntut hak kemerdekaannya. Contoh PLO (Palestine Liberalism Organization) atau Gerakan Pembebasan Palestina.

C. Sumber-Sumber InternasionalAdalah sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional. Sumber hukum internasional dibedakan menjadi sumber hukumdalam arti materil dan formal. Dalam arti materil, adalah sumber hukum internasional yang membahas dasar berlakunya hukum suatu Negara. Sedangkan sumber hukum formal, adalah sumber dari mana untuk mendapatkan atau menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.Menurut Brierly, sumber hukum internasional dalam arti formal merupakan sumber yang paling utama dan memiliki otoritas tertinggi dan otentik yang dipakai Mahkamah internasional dalam memutuskan suatu sengketa internasional.Sumber hukum internasional formal terdapat dalam pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional Permanen 1920, sebagai berikut :1. Perjanjian Internasional (traktat), adalah perjanjian yang diadakan antaranggota masyarakat bangsa-bangsa dan mengakibatkan hukum baru.2. Kebiasaan Internasional yang diterima sebagai hukum, jadi tidak semua kebiasaan internasional menjadi sumber hukum. Syaratnya adalah kebiasann itu harus bersifat umum dan diterima sebagi hukum.3. Asas-asas hukum umum yang diakui oleh bangsa beradab, adalah asas hukum yang mendasari system hukum modern. Sistem hukum modern, adalah system hukum positif yang didasarkan pada lembagaa hukum barat yang berdasarkan sebagaian besar pada asas hukum Romawi.4. Keputusan-keputusan hakim dan ajaran para ahli hukum Internasional,adalah sumber hukum tambahan (subsider), artinya dapat dipakai untuk membuktikan adanya kaidah hukum internasional mengenai suatu persoalan yang didasarkan pada sumber hukum primer atau utama yaitu Perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan asas hukum umum.Yang disebut denga keputusan hakim, adalah keputusan pengadilan dalam arti luas yang meliputi segala macam peradilan internasional dan nasional, termasuk mahkamah arbitrase. Ajaran para ahli hukum internasional itu tidak bersifat mengikat, artinya tidak dapat menimbulkan suatu kaidah hukum.

D. Lembaga Peradilan Internasional

1. Mahkamah Internasional :

Mahkamah internasional adalah lembaga kehakiman PBB berkedudukan di Den Haag, Belanda. Didirikan pada tahun 1945 berdasarkan piagam PBB, berfungsi sejak tahun 1946 sebagai pengganti dari Mahkamah Internasional Permanen.

Page 12: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim, dua merangkap ketua dan wakil ketua, masa jabatan 9 tahun. Anggotanya direkrut dari warga Negara anggota yang dinilai cakap di bidang hukum internasional. Lima berasal dari Negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB seperti Cina, Rusia, Amerika serikat, Inggris dan Prancis.

Fungsi Mahkamah Internasional:Adalah menyelesaikan kasus-kasus persengketaan internasional yang subyeknya adalah Negara. Ada 3 kategori Negara, yaitu :• Negara anggota PBB, otomatis dapat mengajukan kasusnya ke Mahkamah Internasional.• Negara bukan anggota PBB yang menjadi wilayah kerja Mahkamah intyernasional. Dan yang bukan wilayah kerja Mahkamah Internasional boleh mengajukan kasusnya ke Mahkamah internasional dengan syarat yang ditentukan dewan keamanan PBB.• Negara bukan wilayah kerja (statute) Mahkamah internasional, harus membuat deklarasi untuk tunduk pada ketentuan Mahjkamah internasional dan Piagam PBB.

Yuridikasi Mahkamah Internasional :Adalah kewenangan yang dimilki oleh Mahkamah Internasional yang bersumber pada hukum internasional untuk meentukan dan menegakkan sebuah aturan hukum. Kewenangan atau Yuridiksi ini meliputi:• Memutuskan perkara-perkara pertikaian (Contentious Case).• Memberikan opini-opini yang bersifat nasehat (Advisory Opinion).

Yuridikasi menjadi dasar Mahkamah internasional dalam menyelesaikan sengketa Internasional. Beberapa kemungkinan Cara penerimaan Yuridikasi sbb :• Perjanjian khusus, dalam mhal ini para pihak yang bersengketa perjanjian khusus yang berisi subyek sengketa dan pihak yang bersengketa. Contoh kasus Indonesia degan Malaysia mengenai Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.• Penundukan diri dalam perjanjian internasional, Para pihak yang sengketa menundukkan diri pada perjanjian internasional diantara mereka, bila terjadi sengketa diantara para peserta perjanjian.• Pernyataan penundukan diri Negara peserta statute Mahkamah internasional, mereka tunduk pada Mahkamah internasional, tanpa perlu membuat perjanjiankhusus.• Keputusan Mahkamah internasional Mengenai yuriduksinya, bila terjadi sengketa mengenai yuridikasi Mahkamah Internasional maka sengketa tersebut diselesaikan dengan keputusan Mahkamah Internasional sendiri.• Penafsiran Putusan, dilakukan jika dimainta oleh salah satu atau pihak yang bersengketa. Penapsiran dilakukan dalambentuk perjanjian pihak bersengketa.• Perbaikan putusan, adanya permintaan dari pihak yang bersengketa karena adanya fakta baru (novum) yang belum duiketahui oleh Mahkamah Internasional.

2. Mahkamah Pidana Internasional :Bertujuan untuk mewujudkan supremasi hukum internasional dan memastikan pelaku kejahatan internasional. Terdiri dari 18 hakim dengan masa jabatan 9 tahun dan ahli dibidang hukum pidana internasional. Yuridiksi atau kewenangan yang dimiliki oleh

Page 13: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Mahkamah Pidana Internasional adalah memutus perkara terhadap pelaku kejahatan berat oleh warga Negara dari Negara yang telah meratifikasi Statuta Mahkamah.

3. Panel Khusus dan Spesial Pidana internasional :Adalah lembaga peradilan internasional yang berwenang mengadili para tersangka kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen atau sementara (ad hoc) dalam arti setelah selesai mengadili maka peradilan ini dibubarkan. Yuridiksi atau kewenangan darai Panel khusus dan special pidana internasional ini, adalah menyangkut tindak kejahatan perang dan genosida (pembersihan etnis) tanpa melihat apakah Negara dari si pelaku itu telah meratifikasi atau belum terhadap statute panel khusus dan special pidana internasional ini. Contoh Special Court for East Timor dan Indonesia membentuk Peradilan HAM dengan UU No. 26 tahun 2000.

D. Sebab-sebab terjadinya Sengketa InternasionalSengketa internasional (International despute), adalah perselisihan yang terjadi antara Negara dengan Negara, Negara dengan individu-individu, atau Negara dengan lembaga internasional yang menjadi subyek hukum internasional.Sebab-sebab sengketa internasional :1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam mperjanjiann internasional.2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional3. Perebutan sumber-sumber ekonomi4. Perebutan pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan regional dan internasional.5. Adanya intervensi terhadap kedayulatan Negara lain.6. Penghinaan terhadap harga diri bangsa.

E. Cara penyelesaian Sengketa internasionalAda dua cara penyelesaian segketa internasional, yaitu secara damai dan paksa, kekerasan atau perang.• Penyelesaian secara damai, meliputi :Arbitrase, yaitu penyelesaian sengketa internasional dengan cara menyerahkannya kepada orang tertentu atau Arbitrator, yang dipilih secara bebas oleh mereka yang bersengketa, namun keputusannya harus sesuai dengan kepatutan dan keadilan ( ex aequo et bono).Prosedur penyelesaiannya, adalah :1. Masing-masing Negara yang bersengketa menunjuk dua arbitrator, satu bolehberasal dari warga negaranya sendiri.2. Para arbitrator tersebut memilih seorang wasit sebagai ketua dari pengadilanArbitrase tersebut.3. Putusan melalui suara terbanyak.

Penyelesaian Yudisial, adalah penyelesaian sengketa internasional melalui suatu pengadilan internasional dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum.Negosiasi, tidak seformal arbitrase dan Yudisial. Terlebih dahulu dilakukan konsultasi dan komunikasi agar negosiasi dapat berjalan semestinya.Jasa-jasa baik atau mediasi, yaitu cara penyelesaian sengketa internasional dimana Negara mediator bersahabat dengan para pihak yang bersengketa, dan membantu

Page 14: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

penyelesaian sengketanya secara damai. Contoh Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konplik Indonesia Belanda tahu 1947. Dalam penyelesaina dengan Jasa baik pihak ketiga menawarkan penyelesaian, tapi dalam Penyelesaian secara Mediasi, pihak mediator berperan lebih aktif dan mengarahkan pihak yang bersengketa agar penyelesaian dapat tercapai.Konsiliasi, dalam arti luas adalah penyelesaian sengketa denga bantuan Negara-negara lain atau badan-badan penyelidik dan komite-komite penasehat yang tidak berpihak. Konsiliasi dalam arti sempit, adalah suatu penyelesaian sengketa internasional melalui komisi atau komite dengan membuat laporan atau ussul penyelesaian kepada pihak sengketa dan tidak mengikat.Penyelidikan, adalah biasanya dipakai dalam perselisioshan batas wilayah suatu Negara dengan menggunakan fakta-fakta untuk memperlancar perundingan.Penyelesian PBB, Dididrikan pada tanggal 24 Oktober 1945 sebagai pengganti dari LBB (liga Bangsa-Bangsa), tujuan PBB adalah menyelesaikan sengketa internasional secara damai dan menghindari ancaman perang.

• Penyelesaian secara pakasa, kekerasan atau perang :Perang dan tindakan bersenjata non perang, bertujuan untuk menaklukkan Negara lawan dan membebankan syarat penyelesaian kepada Negara lawan.Retorsi, adalah pembalasan dendam oleh suatu Negara terhadap tindakan – tindakan tidak pantas yang dilakukan Negara lain. Contoh menurunkan status hubungan diplomatic, atau penarika diri dari kesepakatan-kresepakatan fiscal dan bea masuk.Tindakan-tindakan pembalasan, adalah cara penyelesaian sengketa internasional yang digunakan suatu Negara untuk mengupayakan memperoleh ganti rugi dari Negara lain. Adanya pemaksaan terhadap suatu Negara.Blokade secara damai. Adalah tindakan yang dilakukan pada waktu damai, tapi merupakan suartu pembalasan. Misalnya permintaan ganti rugi atas pelabuhan yang di blockade oleh Negara lain.Intervensi (campur tangan),adalah campur tanagn terhadap kemerdekaan politik tertentu secara sah dan tidak melanggar hukum internasional. Contohnya :1. Intervensi kolektif sesuai dengan piagam PBB.2. Intervesi untuk melindungi hak-hak dan kepentingan warga negaranya.3. Pertahanan diri.4. Negara yang menjadi obyek intervensi dipersalahkan melakukan pelanggaranberat terhadap hukum internasional.

F. Penyelesaian melalui Mahkamah internasionalAda dua mekanisme penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah internasional, yaitu mekanisme normal dan khusus.• Mekanisme Normal :1. Penyerahan perjanjian khusus yng berisi tdentitas para pihak dan pokok persoalan sengketa.2. Pembelaan tertulis, berisi fakta, hukum yang relevan, tambahan fakta baru, penilakan atas fakta yang disebutkan dan berisi dokumen pendukung.3. Presentasi pembelaan bersifat terbuka dan umum atautertutup tergantung pihak sengketa.

Page 15: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

4. Keputusan bersifat menyetujui dan penolakan. Kasus internasional dianggap selesai apa bila :Para pihak mencapai kesepakatanPara pihak menarik diri dari prose persidangan Mahkamah internasional.Mahkamah internasional telah memutus kasus tersebut berdasarkan pertimbangan dan telah dilakukan ssuai proses hukum internasional yang berlaku.

• Mekanisme Khusus :1. Keberatan awal karena ada keberatan dari pihak sengketa Karen mahkamah intrnasional dianggap tidak memiliki yusidiksi atau kewenangan atas kasus tersebut.2. Ketidak hadiran salah satu pihak yang bersengketa, biasanya dilakukan oleh Negara tergugat atau respondent karena menolak yuridiksi Mahkamah Internasional.3. Keputusan sela, untuk memberikan perlindungan terhadap subyek persidangan, supaya pihak sengketa tidak melakukan hal-hal yang mengancah efektivitas persidangan Mahkamah internasional.4. Beracara bersama, beberapa pihak disatukan untuk mengadakan sidang bersama karena materi sama terhadap lawan yang sama.5. Intervensi, mahkamah internasional memberikan hak kepada Negara lain yang tidak terlibat dalam sengketa untuk me;lakkan intervensi atas sengketa yangsedang disidangkan bahwa dengan keputusan Mahkamah internasional ada kemungkinan Negara tersebut dirugikan.

G. Contoh Keputusan/kasus Mahkamah Internasioanal• Amerika serikat di Filipina : tahun 1906 tentara AS melakukan pembunuhan warga Filipina, membunuh dan membakar 600 rakyat desa itu. Para pelakunya telah di sidang di pengadilan militer amun banyak yang dibebaskan.• Amerika serikat di Cina : pada tahun 1968 terjadi pristiwa My lai Massacre. Kompi Amerika menyapu warga desa denga senjata otomatis dan menewaskan 500 orang. Pra pelakunya telah disidang dan dihukum.• Amerika serikat di Jepang : pada tahun 1945 lebih dari 40.000 rakyat Jepang meninggal akibat Bom Atom.• Pembersihan etnis yahudi oleh Nazi Di jerman atas pimpinan Adolf Hitler, Mahkamah Internasional telah mengadili dan menhukum pelaku.• Jepang banyak membunuh rakyat Indonesia dengan Kerja paksa dan 10.000 rakyat Indonesia hilang. Pengadilan internasional telah dijalankan dan menghukum para penjahatnya.• Serbia di Bosnia dan Kroasia: anatar 1992-1995 pembersihan etnis kroasia dan Bosnia oleh Kroasia danmembunuh sekitar 700.000 warga Bosnia dan Kroasia. Para penjahat perangnya sampai sekarang masih menjalani proses persidangan di Den Haag,Belanda.• Pemerintah Rwanda terhadap etniks Hutu : Selama tiga bulan di tahu 1994 antara 500 samapai 1 juta orang etnis Hutu dan Tutsi telah dibunuh ioleh pemerintah Rwanda. PBB menggelar pengadilan kejahatan perang di Arusha Tanzania dan hanya menyeret 29 penjahat perangnya.• Indonesia dengan Malaysia terhadap kasus Pulau sipadan dan Ligitan, dan Mahkamah internasional memenangkan pihak Malaysia pada ahun 2003. Malaysia adalah pemilik ke dua pulau tersebut. Indonesia menghormatikeputusan tersebut.

Page 16: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

• Kasaus Timor TImur diselesaikan secara Intrnasional dengan referendum. Dan sejak tahun 1999 Timor-Timur berdiri sebagai sebuah Negara bernama Republik Tomor Lorosae /Timor Leste.

Kompetensi Dasar:

1. Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan internasional2. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian

oleh Mahkamah Internasional3. Menghargai putusan Mahkamah Internasional

Basic Competency:

1. Describe the legal and International judicial system2. Explaining the cause of international disputes and the solution by the International

Court3. Appreciating the decision of the International Court

Handout

1. International law is classified into two international civil law and public international law:

1. Private international law is the overall rules and principles of law governing civil relationships that cross state boundaries.

2. Public international law is the overall rules and legal principles that govern relationships or issues that cross state boundaries are not of civil

2. The term “international law” can refer to three distinct legal disciplines: 1. Public international law, which governs the relationship between

provinces and international entities, either as an individual or as a group. It includes the following specific legal field such as the treaty law,law of sea, international criminal law and the international humanitarian law.

2. Private international law, or conflict of laws, which addresses the questions of (1) in which legal jurisdiction may a case be heard; and (2) the law concerning which jurisdiction(s) apply to the issues in the case.

3. Supranational law or the law of supranational organizations, which concerns at present regional agreements where the special distinguishing quality is that laws of nation states are held inapplicable when conflicting with a supranational legal system.(wikipedia)

3. Considering that the progressive development and codification of the following principles:

o (a) The principle that States shall refrain in their international relations from the threat or use of force against the territorial integrity or political independence of any State, or in any other manner inconsistent with the purposes of the United Nations,

Page 17: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

o (b) The principle that States shall settle their international disputes by peaceful means in such a manner that international peace and security and justice are not endangered,

o (c) The duty not to intervene in matters within the domestic jurisdiction of any State, in accordance with the Charter,

o (d) The duty of States to co-operate with one another in accordance with the Charter,

o (e) The principle of equal rights and self-determination of peoples,o (f) The principle of sovereign equality of States,o (g) The principle that States shall fulfil in good faith the obligations

assumed by them in accordance with the Charter,

PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONALHugo de Groot (Grotius) dalam bukunya De Jure belli ac pacis (perihal perang dan damai), mengemukakan bahwa hukum dan hubungan internasional didasarkan pada kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua negara.Pandangan klasik/tradisional mengartikan bahwa hukum internasional adalah sistem hukum yang mengatur hubungan negara-negara (antar negara).Prof. Hyde mengemukakan bahwa hukum internasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas asas-asas dan peraturan -peraturan tingkah laku yang mengikat negara-negara dan ditaati dalam hubungan negara-negara satu sama lain.

SUBJEK HUKUM INTERNASIONALSubjek hukum internasional adalah sebagai berikut

1. Negara2. Vatikan3. PMI4. Organisasi Internasional5. Perseorangan6. Pemberontak

SUMBER HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Landasan hukum yang menjadi sumber hukum internasional adalah:1. Pasal 7 Konvensi ke-12 di Den Haag tanggal 18 oktober 19072. Pasal 38 Statuta Mahkamam Internasional tanggal 16 desember 1920

PENYEBAB SENGKETA INTERNASIONAL

Beberapa hal yang menyebabkan sengketa internasional adalah sebagai berikut:1. Masalah Wilayah2. Masalah Politik3. Masalah Ekonomi4. Masalah HAM

Page 18: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

CARA PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL OLEH MAHKAMAH INTERNASIONAL

a. AJUDIKASI (ADJUDICATION)b. ARBITRASE (ARBITRATION)

BUAT BANGSA INDONESIA.......RENUNGKANLAH...."Hari ini, pada sidang yang dimulai pada pukul 10 pagi waktu Deen Haag,atau pukul 4 sore waktu Jakarta, Mahkamah Internasional pada pukul 17.45 (WIB) telah mengeluarkan keputusannya tentang kedaulatan atas pulau Sipadan dan pulau Ligitan antara Indonesia dan Malaysia....Dan akhirnya sesuai keputusan Mahkamah Internasional pulau tersebut mennjadi milik MALAYSIA....(Jakarta, 17 Desember 2002. Pernyataan pers dari DR.N.Hassan Wirajuda, Menteri luar negeri Indonesia).

Generasi muda coba deh tunjukkan cintamu untuk Indonesia !.dan kita harus bangga menjadi orang Indonesia....betul ga'?BUKTIKAN!!!

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1   Latar Belakang

       Sistem peradilan internasional adalah salah satu proses yang menjelaskan tentang

hubungan peradilan yang bekerja sama secara luas dengan bangsa lain. Karena

sisrtem peradilan internasional bersikap luas, maka masyarakat pun juga mengambil

andil di dalam pelaksanaannya.

      Tujuan utama, yakni mengetahui peradilan internasional secara luas. Selain itu

Negara Indonesia juga bisa mengambil contoh peradilan di Negara-negara  lain.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, hukum di

Page 19: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

negara Indonesia menjadi lemah atau tidak menjunjung tinggi keadilan di dalam

hukum.

1.2   Tujuan Penulisan

       Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah memperoleh gambaran

tentang sistem peradilan internasional dan menjelaskan tentang proses hukum yang

adil (layak).

 

1.3   Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Sistem Peradilan Internasional?

2. Terdiri dari apa saja komponen-komponen lembaga Peradilan Internasional?

3. Bagaimana hukum pidana secara layak dan adil itu terlaksana?

                                          

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1    Pengertian Sistem Peradilan Internasional

       Kata sistem dalam kaitannya dengan peradilan internasional adalah unsur-unsur

atau komponen-komponen lembaga peradilan internasional yang secara teratur saling

berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan dalam rangka mencapai keadilan

internasional. Komponen-kompenen tersebut terdiri dari mahkamah internasional,

mahkamah pidana internasional dan panel khusus dan spesial pidana internasional.

      Setiap sistem hukum menunjukkan empat unsur dasar, yaitu: pranata peraturan,

proses penyelenggaraan hukum, prosedur pemberian keputusan oleh pengadilan dan

lembaga penegakan hukum. Dalam hal ini pendekatan pengembangan terhadap sistem

hukum menekankan pada beberapa hal, yaitu: bertambah meningkatnya diferensiasi

internal dari keempat unsur dasar system hukum tersebut, menyangkut perangkat

peraturan, penerapan peraturan, pengadilan dan penegakan hukum serta pengaruh

diferensiasi lembaga dalam masyarakat terhadap unsur-unsur dasar tersebut.

      Dengan demikian tinjauan perkembangan hukum difokuskan pada hubungan

timbal balik antara diferensiasi hukum dengan diferensiasi sosial yang dimungkinkan

untuk menggarap kembali peraturan-peraturan, kemampuan membentuk hukum,

keadilan dan institusi penegak hukum. Diferensiasi itu sendiri merupakan ciri yang

melekat pada masyarakat yang tengah mengalami perkembangan. Melalui

diferensiasi ini suatu masyarakat terurai ke dalam bidang spesialisasi yang masing-

masing sedikit banyak mendapatkan kedudukan yang otonom.         Perkembangan

demikian ini menyebabkan susunan masyarakat menjadi semakin komplek. Dengan

diferensiasi dimungkinkan untuk menimbulkan daya adaptasi masyarakat yang lebih

besar terhadap lingkungannya.

Page 21: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

      Sebagai salah satu sub-sistem dalam masyarakat, hukum tidak terlepas dari

perubahan-perubahan yang terjadi masyarakat. Hukum disamping mempunyai

kepentingan sendiri untuk mewujudkan nilai-nilai tertentu di dalam masyarakat

terikat pada bahan-bahan yang disediakan oleh masyarakatnya. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa hukum sangat dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di

sekelilingnya.

      Menurut Wolfgang Friedmann perubahan hukum dalam masyarakat yang sedang

berubah meliputi perubahan hukum tidak tertulis (common law), perubahan di dalam

menafsirkan hukum perundang-undangan, perubahan konsepsi mengenai hak milik

umpamanya dalam masyarakat industri moderen, perubahan pembatasan hak milik

yang bersifat publik, perubahan fungsi dari perjanjian kontrak, peralihan tanggung

jawab dari tuntutan ganti rugi ke ansuransi, perubahan dalam jangkauan ruang

lingkup hukum internasional dan perubahan-perubahan lain.

 

2.2    Mahkamah Internasional

      MI adalah organ utama lembaga kehakiman PBB, yang kedudukan di Den Haag,

Belanda. Mahakamah ini mulai berfungsi sejak tahun 1946 sebagai pengganti MIP.

Fungsi utama MI adalah untuk menjelaskan kasus-kasus persengkataan intersional

yang subjeknya adalah negara. Statuta adalah hukum-hukum yang terkandung.

      Pasal 9 Statuta MI menjelaskan, komposisi MI terdiri dari 15 hakim. Ke-15 calon

hakim tersebut direkrut dari warga negara anggota yang dinilai cakap dibidang

hukum internasional, untuk memilih anggota mahkamah dilakukan pemungutan suara

secara independen oleh majelis MU dan Dewan Keamanan (DK). Biasanya 5 hakim

MI berasal dari anggota tetap DK PBB, tugasnya untuk memeriksa dan memutuskan

perkara yang disidangkan baik yang bersifat sengketa maupun yang bersikap nasihat.

      Yurisdiksi adalah kewenangan yang dimiliki oleh MI yang bersumber pada

hukum internasional untuk menentukan dan menegakan sebuah aturan hukum,

Page 22: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

meliputi: memutuskan perkara-perkara pertikaian dan memberikan opini-opini yang

bersifat nasihat. Beberapa kemungkinan cara penerimaan tersebut:

1. perjanjian khusus

2. Penundukkan diri dalam perjanjian Internasional.

3. Pernyataan penundukan diri negara peserta statuta MI

4. Keputusan MI mengenai Yurisdiksinya

5. Penafsiran putusan

6. Perbaikan putusan

 

2.3    Mahkamah Pidana Internasional

      MPI adalah Mahkamah Pidana Internasional yang berdiri permanen berdasarkan

traktat multilateral, yang mewujudkan supremasi hukum internasional yang

memastikan bahwa pelaku kejahatan berat internasional di pidana.

      Jenis kejahatan berat pada pasal 5-8 statuta yaitu sebagai berikut:

1. Kejahatan genosida

2. Kejahatan terhadap kemanusiaan

3. Kejahatan perang

4. Kejahatan agresi

 

2.4    Panel khusus dan spesial pidana internasional

Panel khusus pidana internasional (PKPI) dan Panel spesial pidana internasional

(PSPI) adalah lembaga peradilan internasional yangberwenang mengadili para

tersangka kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen. Artinya selesai

mengadili, peradilan ini dibubarkan.

Page 23: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Perbedaan antara PKPI dan PSPI terletak pada komposisi penuntut dan hakim ad

hoc-nya. Pada PSPI komposisi penuntut dan hakim ad hoc-nya merupakan gabungan

antara peradilan nasional dan internasional. Sedangkan pada PKPI komposisi

sepenuhnya ditentukan berdasarkan ketentuan peradilan internasional.

 

2.5    Proses Hukum yang Adil atau Layak

Di dalam pelaksanaan peradilan pidana, ada satu istilah hukum yang dapat

merangkum cita-cita peradilan pidana, yaitu “due process of law” yang dalam bahasa

Indonesia dapat diterjemahkan menjadi proses hukum yang adil atau layak.

Secara keliru arti dari proses hukum yang adil dan layak ini seringkali hanya

dikaitkan dengan penerapan aturan-aturan hukum acara pidana suatu Negara pada

seorang tersangka atau terdakwa. Padahal arti dari due process of law ini lebih luas

dari sekedar penerapan hukum atau perundang-undangan secara formil.

Pemahaman tentang proses hukum yang adil dan layak mengandung pula sikap

batin penghormatan terhadap hak-hak yang dipunyai warga masyarakat meskipun ia

menjadi pelaku kejahatan. Namun kedudukannya sebagai manusia memungkinkan

dia untuk mendapatkan hak-haknya tanpa diskriminasi. Paling tidak hak-hak untuk

didengar pandangannya tentang peristiwa yang terjadi, hak didampingi penasehat

hukum dalam setiap tahap pemeriksaan, hak memajukan pembelaan dan hak untuk

disidang dimuka pengadilan yang bebas dan dengan hakim yang tidak memihak.

Konsekuensi logis dari dianutnya proses hukum yang adil dan layak tersebut ialah

sistem peradilan pidana selain harus melaksanakan penerapan hukum acara pidana

sesuai dengan asas-asasnya, juga harus didukung oleh sikap batin penegak hukum

yang menghormati hak-hak warga masyarakat.

Page 24: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Dengan keberadaan UU No.8 Tahun 1981, kehidupan hukum Indonesia telah

meniti suatu era baru, yaitu kebangkitan hukum nasional yang mengutamakan

perlindungan hak asasi manusia dalam sebuah mekanisme sistem peradilan pidana.

Perlindungan hak-hak tersebut, diharapkan sejak awal sudah dapat diberikan dan

ditegakkan. Selain itu diharapkan pula penegakan hukum berdasarkan undang-undang

tersebut memberikan kekuasaan kehakiman yang bebas dan bertanggung jawab.

Namun semua itu hanya terwujud apabila orientasi penegakan hukum dilandaskan

pada pendekatan sistem, yaitu mempergunakan segenap unsur yang terlibat

didalamnya sebagai suatu kesatuan dan saling interrelasi dan saling mempengaruhi

satu sama lai

INSTRUMEN HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL HAM

1.      INSTRUMEN HAM INTERNASIONAL

Banyak pakar HAM yang berpendapat bahwa lahirnya gagasan terhadap jaminan

hak asasi manusia dimulai dengan adanya perjanjian Magna Charta. Akan tetapi tidak

sedikit pula yang meyakini bahwa jaminan HAM sesungguhnya telah tertampung sejak

600 tahun sebelumnya tepatnya dengan lahirnya piagam Madinah pada masa awal

Islam. Bahkan menurut Almaududi, perlindungan yang terangkum dalam Piagam

Madinah ini lebih komperhensif jika dibandingkan dengan konsep Ham dalam Magna

Charta.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mendapatkan pengakuan terhadap

HAM harus melalui perjalanan yang sangat panjang. Oleh karena itu patut kita syukuri

bahwa sekarang HAM sudah diakui secara Internasional. Dengan demikian HAM dapat

ditegakkan tanpa batas ruang dan waktu.

Pengakkan HAM secara internasional dapay didasarkan pada instrument Ham

internasional yang terdiri atas berbagai jenis dasar hokum seperti berikut :

A.    Declaration by United Nation (Deklarasi Perserikatan Bangsa – Bangsa)

Page 25: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Deklarasi Perserikatan Bangsa – Bangsa diterbitkan pada tanggal 1 January 1942.

Pernyataan tentang HAM dalam deklarasi PBB ini tercermin dalam penggalan kalimat

yang berbunyi “bahwa kemenangan adalah penting untuk menjaga kehidupan,

kebebasan, independence, dan kebebasan beragama serta untuk mempertahankan Hak

Asasi Manusia dan keadilan.”

Berkaitan dengan hal tersebut Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rossevelt,

memberikan pesan yang ditujukan kepada kongres tentang 4 (The four freedom) yang

diupayakan untuk dipertahankan di dalam perang. 4 kebebasan tersebut sebagai

beikut :

1.      Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan (Freedom of Speech)

2.      Kebebasan beragama (Freedom of Religion)

3.      Kebebasan dari ketakutan (Freedom from Fear)

4.      Kebebasan dari kekurangan (Freedom from Want)

B.      Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal HAM)

Setelah perang dunia II selesai, PBB akhirnya dapat menghasilkan Uiversal

Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember1948 yang terdiri atas 30 pasal.

Pernyataan umum HAM atau Deklarasi Universal HAM ini dipengaruhi oleh 4 macam

kebebasan yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rossevelt yang

telah dijelaskan di atas. Adapun rincian Ham dalam piagam HAM PBB sebagai berikut :

1.      Hak Kebebasan Politik (Pasal 2 – 21), berisi kebebasan mengeluarkan pendapat dan

berserikat

2.      Hak Sosial (Pasal 22 – 23), berisi antara lain kebebasan memperoleh pekerjaan

3.      Hak Beristirahat dan Hiburan (Pasal 24)

4.      Hak akan Tingkatan Dasar Penghidupan yang Cukup Bagi Penjagaan Kesehatan dan

Keselamatan serta Keluarganya

5.      Hak Asasi Pendidikan (Pasal 26), antara lain berisi kebebasan memperoleh pendidikan

6.      Hak Asasi dalam Bidang Kebudayaan (pasal 27)

7.      Hak Asasi menikmati kehidupab social dan internasional (Pasal 28)

Page 26: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

8.      Kewajiban – kewajiban yang harus dipenuhi dalam melaksanakan hak asasi (Pasal 29 –

30)

Meskipun pernyataan HAM PBB tersebut bukan merupakan konvension atau

perjanjian yang harus ditaati oleh semua anggota PBB, semua anggota PBB secara moral

berkewajiban untuk melaksanakan pernyataan tersebut. Sekalipun suatu Negara

berusaha untuk mengikuti pernyataan tersebut, pada kenyataan pelaksanaannya

disesuaikan dengan kepentingan nasional tiap – tiap Negara.

C.    Deklarasi Wina tentang HAM bagi NGO

Pada tahun 1973, 2 tahun setelah bubarnya Uni Soviet, di Wina diadakan

kofrensi tentang HAM untuk organisasi – organisasi non pemerintah yang menghasilkan

deklarasi Wina tentang HAM bagi NGO. Deklarasi ini mengeaskan keuniversalan HAM

dan keharusan penerapannya secara menyeluruh atas umat manusia tanpa

memperhatikan perbedaan latar belakang budaya dan hukum setempat. Deklarasi ini

juga menolak klaim nuansa perbedaan HAM antara satu masyarakat dengan masyarakat

yang lainnya.

2.      KASUS – KASUS PELANGGARAN HAM INTERNASIONAL

Pada dasarnya kasus – kasus terjadinya pelanggaran HAM sangat marak terjadi

dan telah berlangsung sejak lama. Akan tetapi, perhatian dunia internasional yang

diwakili oleh PBB tampak meningkat setelah terjadinya Perang Dunia II yang telah

menewaskan banyak umat manusia.

Diantara contoh pelanggarn HAM Internasional yang terjadi menurut urutan

waktu sebagai berikut :

a.     1924 di Italia

Benito Mussolini telah mendirikan sekaligus memimpin [aham fasisme di Italia. Ia

telah memerintah pada tahun 1924 – 1943 dengan sangat otoriter. Lawan – lawan

politik yang tidak segaris dengan pemikirannya ditangkap dan dibunuh. Mussolini telah

Page 27: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

menduduki Negara asing seoerti Etiophia dan Albania. Ia juga salah seorang pencetus

Perang Dunia II dan berkoalisi dengan Hitler untuk melawan sekutu

b.     1933 di Jerman

Adolf Hitler yang berhasil memenangkan pemilu melalui Partai Buruh Jerman Sosialis

memimpin Jerman dengan sangat otoriter. Banyak kejahatan kemanusiaan pada waktu

itu. Misalnya dengan penangkapan secara masal terhadap lawan – lawan politiknya,

pembasmian terhadap orang – orang yahudi, menduduki Chekoslovakia dan Austria

serta memicu tejadinya PD II.

c.     1960 di Republik Afrika Selatan

Ketika rezim apartheid yang didominasi orang – orang kulit putih berhasil menguasai

pemerintahan di Afrika Selatan, mereka melakukan kebijakan yang merugikan warga

kulit hitam. Diantara peristiwa yang memakan korban adalah terbunuhnya 77 orang dari

kalangan sipil pada peristiwa Sharpeville. Demikian juga pada tahun 1976 terjadi

peristiwa berdarah yang menewaskan banyak warga sipil, terutama murid – murid

sekolah.

d.     1979 di Uni Soviet

Negara Uni Soviet atau sekarang Rusia telah melakukan penyerangan

berkepanjangan di Afganistan yang berlangsung pada tahun 1979 hingga 1990 an.

Sejumlah pasukan perang sebanyak 85 ribu tentara didatangklan dari Uni Soviet untuk

bertempur di Afganistan sehingga makan banyak korban, baik militer maupun sipil.

e.     1992 – 1995 di Serbia Bosnia

Pada tahun 1992 – 1995 terjadi perang di Bosnia yang dipimpin oleh Radofan

Karadzic. Dalam perang di Bosnia tersebut terjadi pembunuhan masal terhadap 8000

warga muslim Bosnia di Srebenica. Srebenica adalah daerah kantong bagi penduduk

Muslim Bosnia. Dalam perang tersebut Radofan Karadzic bertekad untuk melakukan

pembersihan etnis kepada warga non Serbia.

3. PERADILAN INTERNASIONAL HAM

Page 28: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

Peradilan Internasional mengandung pengertian upaya penyelesaian masalah

dengan menerapkan ketentuan – ketentuan hokum internasional yang dilakukan oleh

peradilan internasional yang dibentuk secara teratur. Peradilan internasional ini

dilakukan oleh Mahkamah Internasional dan badan – badan peradilan lainnya. Berkaitan

dengan upaya penanganan pelanggaran HAM internasional, ada beberapa peradilan

yang mempunyai kewenangan untuk melakasanakannya seperti berikut.

a.     Mahkamah Pidana Internasional (Intenational Crime Court)

International Crime Court merupakan pengadilan internasional yang bersifat

permanent untuk mengadili para pelaku kejahatan internasional. ICC dibentuk

berdasarkan perjanjian antarnegara yang diber nama Rome Statute of the International

Criminal Court atau popular dengan sebutan Statuta Roma tahun 1998. Komunitas

internasional melalui Statuta Roma telah menyepakati adanya 4 jenis kejahatan yang

masuk dalam kategori kejahatan internasional sebagai berikut :

1)     Kejahatan genosida (The crime of genocide)

2)     Kejahatan kemanusiaan (Crimes against humanity)

3)     Kejahatan perang (War crimes)

4)     Kejahatan perang agresi (The crime of aggression)

Berdasarkan Statuta Roma, Mahkamah Pidana Internasional memiliki yurisdiksi

untuk mengadili dan meminta pertanggungjawaban individu/perseorangan (Individual

criminal responsibility) yang melakukan, memfasilitasi, dan memberikan perintah

sheingga menyebabkan terjadinya kejahatan – kejahatan yang berada dalam lingkup

kejahatan internasional. Keberadaan ICC telah efektif sejak tanggal 1 Juli 2002 setelah

60 negara meratifikasinya. Namun, ICC berlaku bagi Negara – Negara yang telah

meratifikasinya. ICC mempunyai wewenang untuk mengadili kejahatan – kejahatan

HAM internasional seperti yang tercantum dalam Statuta Roma.

Selain itu, ICC juga dapat mengadili kasus pelanggaran dengan didasarkan ata resolusi PBB, jika Negara yang bersangkutan dianggap tidak memiliki atau kemauan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ICC merupakan pengadilan komplementar dari suatu pengadilan nasional. ICC ini berbeda dengan International Court of Justice (ICJ) atau Mahkamah Internasional. Perbedaannya terletak pada kewenangannya. Mahkamah internasional mempunyai kewenangan untuk memeriksa dan memutus kasus sengketa

Page 29: Nadhira - SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

antar Negara (Contentious case) yang lebih bersifat keperdataan serta memberikan fatwa (advisory opinion).