N= - poltekkes-tjk.ac.id

21
LAMPIRAN 1 PEMBUATAN REAGENSIA 1. Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat H 2 C 2 O 4 2H 2 O 0,1 N 100 ml N= () g = N x BE x V (L) g = 0,1 63 g = 0,630 gram Ditimbang 0,630 gram H 2 C 2 O 4 2H 2 O Dilarutkan dalam aquadest N = () N = , , () N = , , N = 0,1 2. Pembuatan NaOH Ditimbang 45 gram NaOH Dilarutkan dalam 100 ml aquadest 3. Pembuatan HCL 0,1 N 500 ml ml = () % ml = , , , , , ml = 4,18 Di pipet 4,2 ml HCl 37 % Ditambah dengan aquadest sampai 500 ml N= % ()

Transcript of N= - poltekkes-tjk.ac.id

Page 1: N= - poltekkes-tjk.ac.id

LAMPIRAN 1

PEMBUATAN REAGENSIA

1. Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat H2C2O42H2O 0,1 N 100 mlN = ( )g = N x BE x V (L)g = 0,1 63g = 0,630 gram

Ditimbang 0,630 gram H2C2O42H2O Dilarutkan dalam aquadest

N = ( )N =

, , ( )N =

, ,N = 0,1

2. Pembuatan NaOH

Ditimbang 45 gram NaOH

Dilarutkan dalam 100 ml aquadest

3. Pembuatan HCL 0,1 N 500 mlml = ( )%ml = , , ,, ,ml = 4,18

Di pipet 4,2 ml HCl 37 % Ditambah dengan aquadest sampai 500 mlN = %( )

Page 2: N= - poltekkes-tjk.ac.id

N = , ,, ,N = 0, 10004

4. Pembuatan NaOH 0,1 N sebanyak 500 mlN = ( )g = N x Be x V (L)g = 0,1 x 40 x 0,5 (L)g = 2,00

Ditimbang 2,00 gram NaOH Dilarutkan dalam 500 ml aquadest

N = ( )N =

, , ( )N = 0,103

Page 3: N= - poltekkes-tjk.ac.id

LAMPIRAN 2

CONTOH PERHITUNGAN PEMERIKSAAN KADAR PROTEIN

Contoh Penetapan Kadar Protein Daging Puyuh Mentah Pengulangan ke-3

Diketahui :

Berat Sampel VolumeStandarisasi

VolumeBlanko

VolumeNaOH (sampel)

1,01 10,3 ml 32,1 ml 29,2

Ditanya : Kadar Protein ?

Jawab :

% N =( ) , %

=(32,1−29,2)x 0,097 x 14,008x100%1,01 x 1000

= 394.0451010%N = 0,390

% Protein = %N x FK (6,25)

= 0,390 x 6,25

= 2,438 %

Kadar Protein = 2,438%

Page 4: N= - poltekkes-tjk.ac.id
Page 5: N= - poltekkes-tjk.ac.id

LAMPIRAN 4

a. design Intercept + waktu

hasil uji Levene’s menunjukkan nilai signifikan (sig) 0,849 < 0,05. Artinya, datavarian antara group homogen (seragam). Uji One Way Anova dapat dilanjutkan.

Hasil uji Post Hoc didapatkan hasil sebagai berikut :

ANOVA

Kadar Protein

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 9.412 3 3.137 314.499 .000

Within Groups .200 20 .010

Total 9.612 23

Catatan : Sig adalah nilai P Value, dalam penyajian data dihasil penelitian tidak

ditampilkan 0,000 tapi ditampilkan 0,0005 (Hastono, 2007).

Descriptives

Kadar Protein

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound

Mentah 6 2.4100 .11815 .04824 2.2860 2.5340 2.24 2.58

6 Menit 6 1.6250 .08408 .03433 1.5368 1.7132 1.51 1.74

8 Menit 6 1.2317 .09538 .03894 1.1316 1.3318 1.08 1.34

10 Menit 6 .6917 .09888 .04037 .5879 .7954 .58 .82

Total 24 1.4896 .64645 .13196 1.2166 1.7626 .58 2.58

Test of Homogeneity of Variances

Kadar Protein

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.265 3 20 .849

Page 6: N= - poltekkes-tjk.ac.id

Case Processing Summary

Lamanya

Pembakaran

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kadar Protein Mentah 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

6 Menit 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

8 Menit 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

10 Menit 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Lampiran 5

Page 7: N= - poltekkes-tjk.ac.id

Dokumentasi kegiatan penelitian

Daging Puyuh Mentah Pembakaran 6 Menit

Pembakaran 8 menit Pembakaran 10 menit

Proses Pembakaran Menggunakan Oven Dengan Suhu1500

Page 8: N= - poltekkes-tjk.ac.id

Proses Destruksi Hasil Destruksi

Proses Destilasi Proses Melihat hasil destilasi

Hasil Pemberian Larutan NaOH

Page 9: N= - poltekkes-tjk.ac.id

Proses Titrasi Hasil Titrasi Blanko

Hasil titrasi Sampel mentah, 6, 8, dan 10 menit

Page 10: N= - poltekkes-tjk.ac.id

Korespondensi: Eric Arnaldo Cantona, Prodi DIII Analis Kesehatan, Politeknik KesehatanKemenkes Tanjungkarang, Jalan Soekarno-Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung, mobile088267115034, e-mail [email protected]

Page 11: N= - poltekkes-tjk.ac.id
Page 12: N= - poltekkes-tjk.ac.id
Page 13: N= - poltekkes-tjk.ac.id
Page 14: N= - poltekkes-tjk.ac.id
Page 15: N= - poltekkes-tjk.ac.id
Page 16: N= - poltekkes-tjk.ac.id

PENGARUH LAMA PEMBAKARAN DAGING PUYUH TERHADAPKADAR PROTEIN YANG DI JUAL DI PASAR TRADISIONAL

KOTA BANDAR LAMPUNG

Eric Arnaldo Cantona1 , Nurminha2, Rodhiansyah3

1Program Studi Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang2,3Program Studi Diploma IV Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Abstrak

Daging puyuh mempunyai kandungan protein yang tinggi, serta rendah lemak. Rasa yang lezatmerupakan keunggulan lain dari daging puyuh. Sebagai salah satu lauk pauk pengolahan yangdilakukan pun beragam seperti digoreng, dibakar, ditumis dan lain sebagainya. Namun carapengolahan tersebut dapat menyebabkan tingkat serapan gizi zat protein dapat menurun terutamapada saat proses pemanasan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama pembakarandaging puyuh terhadap kadar protein yang diukur menggunakan metode gunning. Penelitian inibersifat eksperimental. Variabel dalam penelitian ini daging puyuh sebelum pembakaran, dagingpuyuh setelah pembakaran dengan variasi waktu, dan kadar protein. Populasi yang digunakanadalah burung puyuh yang dijual di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. Pemeriksaan proteindilakukan dengan metode gunning, analisa data menggunakan uji Anova. Dari hasil penelitian didapatakan kadar protein daging puyuh sebelum pengolahan/mentah 2,415%, pembakaran 6 menit1,631%, pembakaran 8 menit 1,238%, dan pembakaran 10 menit 0,696%. Dari hasil uji statistikAnova didapatkan hasil bahwa ada pengaruh waktu pembakaran terhadap kadar protein padadaging puyuh dengan nilai p value = 0,0005.

Kata kunci : Daging Puyuh, Pembakaran, Protein

THE INFLUENCE OF LONG BURNING FLESH OF QUAIL ON LEVELSOF A PROTEIN ON SALE AT THE TRADITIONAL MARKETS

BANDAR LAMPUNG

Abstract

Flesh of quail have high protein content, as well as low fat. Delicious flavor is other excellence offlesh of quail. As one of some herrings processing that do also varied like fried, burned, sauteedand others. But in fact it can be processing caused level of nutrition infiltration a protein substancematerial may slow down especially during the process warming. The purpose of this research toknow the influence of old burning flesh of quail to levels of a protein measured in a gunning. Thisresearch is experimental. Variable in this research is flesh of quail before burning , flesh of quailafter the burning of with variations time , and levels of a protein. The population that is used isquail sold in traditional markets the city of Bandar Lampung. The protein done with the gunning,data analysis using the anova. The research in levels of a protein show that flesh of quail beforeprocessing/raw 2,415%, burning 6 minutes 1,631%, burning 8 minutes 1,238%, and burning 10minutes 0,696%. From the statistical tests anova got the result that any impact the burning oflevels of a protein in the flesh of quail = 0,0005 p value.

Keywords : Flesh of quail, Burning, Protein

Page 17: N= - poltekkes-tjk.ac.id

Pendahuluan

Kekurangan protein menjadi salahsatu penyebab buruknya status gizipenduduk Indonesia, hingga saat inimasih menjadi masalah yang cukupmerisaukan (Dinas Kesehatan JawaBarat, 2006).

Pola makan pun rupanya cukupmempengaruhui kualitas protein yangdikonsumsi. Laporan Harper dkk. (1985)yang melakukan peniitian denganmelihat proporsi bahan makanan yangbiasa di konsumsi di Indonesia sertanegara-negara Asia lainnyamenyebutkan kebanyakan pendudukmengkonsumsi protein yang berasal daritumbuh-tumbuhan. Seandainya tingkatekonomi penduduk meningkat,dianjurkan untuk menambah porsikonsumsi protein hewaninya.

Produk daging mempunyai perananyang cukup penting dalam pemenuhankebutuhan pangan masyarakat.Kandungan proteinnya yang tinggimembuat daging dapat dijadikan sebagaisumber protein yang baik untukmemenuhi kebutuhan panganmasyarakat. Kandungan kimiawi yangterdapat pada daging, selain proteinadalah air, lemak, vitamin, mineral dansedikit karbohidrat (Praseno &Yuniwarti, 2000).

Daging memiliki kandunganprotein yang berguna bagi dalammemenuhi standar konsumsi masyarakatterhadap daging, standar konsumsikebutuhan protein terhadap anak balita2-2,5 gram per kilogram berat badansedangkan pada orang dewasa hanya 1gram per kilogram berat badan (Rasyaf,1996).

Protein terbentuk dari unsur-unsuroganik yang terdiri dari unsur-unsurkarbon, hidrogen, dan oksigen. Proteinsebagai pembentuk energi yangditunjukkan akan tergantung dari macamdan jumlah makanan nabati dan hewaniyang dikonsumsi manusia setiapharinya. Secara garis besar fungsiprotein dalam tubuh adalah sebagai zatpembangun bagi pertumbuhan dan

pemeliharaan jaringan tubuh, sebagaipengatur kelangsungan proses di dalamtubuh, sebagai pemberi tenaga dalamkeadaan energi kurang tercukupi olehkarbohidrat dan lemak. Seperti diketahuibahwa protein tidak hanya nabati proteinhewani juga sangat penting dikonsumsioleh manusia. Sumber protein hewaniterdapat pada bahan makanan sepertidaging, hati, ikan, udang, telur, ayam(Kartasapoetra, 2010).

Keunggulan dari daging puyuhadalah kandungan proteinnya tinggi,serta rendah lemak. Rasa yang lezatmerupakan keunggulan lain dari dagingpuyuh. Puyuh dapat menghasilkansekitar 70-74% dari bobot hidup denganpersentase bobot daging paling berat dibagian dada (41%) (Prabakaran, 2003).

Pengolahan yang dilakukan punberagam seperti digoreng, dibakar,ditumis dan lain sebagainya. Namunrendahnya tingkat ketidaktahuanmasyarakat tentang cara pengolahanyang baik, menyebabkan tingkat serapanzat gizi protein menjadi semakinmenurun akibat dari cara pengolahanmakanan yang salah, terutama pada saatproses pemanasan.

Dengan demikian perlakuanpemanasan dalam bahan makananmemang perlu dilakukan untukmempersiapkan bahan sehingga sesuaidengan selera konsumen. Namunpemanasan yang lama atau berlebihanserta perlakuan lain yang mungkinmerusak protein apabila dipandang darisudut gizinya (Sudarmadji, 2010).

Banyak para peneliti sebelumnyamelakukan penelitian tentang kadarprotein pada bahan pangan diantaranyaadalah; Rivaldo Partologi (2012),meneliti pengaruh penggunaanpersentase tepung buah sukun terhadapkomposisi kimia naget kelincimenggunakan metode kjeldahl,didapatkan kadar persentase protein17,60%. Syachradjad Fran dan JuniusAkbar (2013), meneliti pengaruhperbedaaan tingkat protein dan rasioprotein pakan terhadap pertumbuhanikan sepat (Trichogaster Pectoralis)

Page 18: N= - poltekkes-tjk.ac.id

menggunakan metode oven vakum,didapatkan kadar persentase protein35% - 40%, Exsu Khairi dan BayuKanetro (2014), meneliti pengaruhberbagai kecambah kacang-kacanganterhadap kadar protein terlarut dan asamamino bebas limbah cair isolasi proteinmenggunakan metode lowry, didapatkankadar persentse protein 20%; 0.18%;0.28%; 0.15% dan 0.61% Muji Lestari(2015) meneliti uji kadar protein danasam total dadih susu kambing etawadengan variasi penutup dan lamafermentasi yang berbeda denganmenggunakan metode lowry, didapatkankadar protein ikan depik (RasboraTawarensis) menggunakan metodekjeldahl, didapatkan kadar persentaseprotein 15,29%.

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui kadar protein padadaging puyuh sebelum dan sesudaproses pembakaran dengan variasiwaktu.

Metode

Jenis penelitian yang digunakanadalah eksperimental, yaitu untukmengetahui pengaruh lama pembakaranterhadap kadar protein daging puyuhdengan 4 perlakuan sampel meliputi,sebelum pembakaran (mentah), denganvariasi waktu pembakaran 6, 8, dan 10menit. Penelitian ini dilakukan diLaboratorium Kimia Analisa Makanandan Minuman Jurusan Analis KesehatanPoltekkes Tanjungkarang pada bulanFebruari-April 2019.

Untuk persiapan sampel diambilbahan ± 1 ekor burung puyuh yang telahdipotong, kemudian burung puyuhdicuci bersih. Burung puyuh diolahdengan cara dibakar menggunakan ovendengan suhu 1500 dengan lamapembakaran 6, 8, dan 10 menit. Setelahpemanggangan diambil bagian dagingpada burung puyuh dan timbang masing-masing ± 1 gram untuk dilakukanpenetapan kadar protein.

Pemeriksaan protein dengan metodeGunning melalui 3 tahap yaitu

destruksi, destilasi dan titrasi. Langkah-langkah tahap destruksi yaitu ditimbang± 0,7 g daging puyuh yang sudahdicincang masukkan kedalam labu alasbulat, tambahkan ± 10 g kalium sulfat,15 mL asam sulfat pekat dan 0,1-0,3 gcupri sulfat(CuSO4) dan diaduk/digojlok. Panaskan sampel dalamlemari asam dengan pemanas listrik dandestruksi diakhiri dengan didapat cairanjernih kehijauan tidak keruh kemudiandinginkan.

Tahap destilasi yaitu labu yangtelah didinginkan pada proses destruksikemudian ditambah 200 mL aquadestdan 1 g Zn, larutan NaOH 45% sampaibersifat basa, kemudian dipasang labupada rangkaian alat destilasi, dandilakukan penampungan destilat.Ditampung destilat pada Erlenmeyerberisi 50 mL HCl 0,1 N yang sudahdiberi 3 tetes indikator penolptalein 1%.Destilasi diakhiri apabila larutan yangtertampung sudah tidak bersifat basa lagiatau tidak berwarna merah muda (cekdengan indikator pp).

Tahap titrasi yaitu titrasi padadestilat yang telah tertampung denganlarutan NaOH. Larutan titrasi blankodengan menggunakan 100 mL HCl 0,1N yang dititrasi dengan NaOH 0,1 N.Dicatat hasil titrasi dan kemudiandihitung kadar protein pada sampel.

Analisis data yang digunakanadalah univariat untuk mengetahuiukuran, persentase kadar protein padadaging puyuh dengan 4 perlakuansampel dengan waktu yaitu sebelumpembakaran, dengan waktu pembakaran6, 8, dan 10 menit. Dilanjut dengananalisa data bivariat menggunakan ujiAnova untuk mengetahui pengaruh lamapembakaran terhadap kadar proteindaging puyuh.

Hasil

Berdasarkan hasil penelitiantentang pengaruh lama pembakarandaging puyuh terhadap kadar proteinyang di jual di pasar tradisional kota

Page 19: N= - poltekkes-tjk.ac.id

bandar lampung didapatkan hasilsebagai berikut:

Tabel 1 Kadar Protein (%) pada DagingPuyuh Sebelum dan SesudahPembakaran dengan Variasi Waktu6, 8, dan 10 menit.

PerlakuanDagingPuyuh

Kadar (%)Rata-rata

Terendah

Tertinggi

Mentah 2.415 2.248 2.581

Pembakaran6 menit

1.631 1.513 1.748

Pembakaran8 menit

1.238 1.082 1.345

Pembakaran10 menit

0.696 0.582 0.824

Dari data tabel 1 didapatkan rata-rata kadar protein daging puyuh sebelumpembakaran ialah 2,415%, dan kadartertinggi protein terdapat pada dagingmentah yaitu sebesar 2,581%, dan kadarterendah protein terdapat padapembakaran 10 menit sebesar 0,582%,dari tabel tersebut dapat diketahui bahwakadar protein daging puyuh sebelumdibakar dan sesudah dibakar denganvariasi waktu 6, 8, dan 10 menit,berdasarkan dari nilai rata-rata padatabel di atas mengalami penurunan kadarprotein.

Analisa bivariat yang dilakukanadalah uji analisis variasi atau analisissidik ragam (Anova). Uji ini dilakukanuntuk mengetahui apakah ada pengaruhwaktu pembakaran terhadap kadarprotein daging puyuh. Berikut adalahtabel analisis variasi dari kadar proteindaging puyuh.

Tabel 2 Hasil Uji Anova Pengaruh LamaPembakaran Daging PuyuhTerhadap Kadar Protein

Variabel Mean 95% ClMentah 2.415 2.286-2.5346 menit 1.631 1.536-1.7138 menit 1.238 1.131-1.33110 menit 0.696 0.587-0.795

Dari hasil uji statistik di atasdidapatkan nilai p value = 0,0005 yang

berarti nilai p value lebih kecil dari 0,05sehingga H0 ditolak, yang berarti pada α5% dapat disimpulkan bahwa adapengaruh pembakaran terhadap kadarprotein daging puyuh.

Selanjutnya untuk mengetahuiwaktu pembakaran mana yang baikdilakukan agar mendapatkan asupanprotein secara maksimal, makadilakukan uji Post Hoc MultipleComparison Banferroni. Berdasarkan ujistatistik dari tiga variasi waktupembakaran sampel daging puyuh, datamenunjukkan adanya perbedaan kadarprotein daging puyuh pada tiga variasiwaktu pembakaran yaitu 6, 8, dan 10menit. Dari hasil uji didapatkan, lamawaktu pembakaran 6, 8, dan 10 menittidak berpengaruh signifikan terhadapkadar protein jika dibandingkan dengandaging mentah atau tanpa pembakaran,hal ini dibuktikan dengan sig= 1,000 ( pvalue > 0,05). Lama waktu pembakaranyang paling berpengaruh terhadap kadarprotein adalah lebih > 8 Menit dan ≤ 10Menit.

Pembahasan

Protein adalah zat gizi yangberperan sebagai zat pembangun bagipertumbuhan dan pemeliharaan jaringantubuh, sebagai pengatur kelangsunganproses di dalam tubuh, sebagai pemberitenaga dalam keadaan energi kurangtercukupi oleh karbohidrat dan lemak.Sumber protein hewani terdapat padabahan makanan seperti daging, hati,ayam, udang, telur, ikan (Kartasapoetra,2010). Kandungan protein daging puyuhper 100 gramnya ialah 21,10 gram(Wuryadi, 2010).

Dari hasil penelitian didapatkankadar protein daging puyuh berbeda jikadibandingkan dengan menggunakanvariasi waktu pembakaran yangdilakukan oleh peneliti. Hal tersebutdapat terjadi karena adanya perbedaanmetode yang digunakan dalammelakukan pemeriksaan protein. Selainitu, masih terdapat senyawa-senyawalain yang terukur sebagai protein.

Page 20: N= - poltekkes-tjk.ac.id

Senyawa-senyawa yang bukan proteinyang mengandung N misalnya amonia,asam amino bebas dan asam nukleat(Sudarmadji, 2010).

Pemanasan dapat menurunkankadar protein dalam bahan pangan, inikarena semakin tinggi suhu dan senakinlama waktu pengolahan semakin tinggikerusakan protein yang terjadi padabahan pangan tersebut. Penggunaansuhu 1800C - 3000C pada pemanasanakan menyebabkan kerusakan yangcukup besar atau bisa menurunkan nilaigizi protein (Sundari, 2015).

Pada proses kali ini dilakukanpembakaran menggunakan oven dengansuhu 1500C dengan variasi waktu 6, 8,dan 10 menit, daging yang telahdisiapkan lalu di letakkan pada masng-masing penampung dimasukkan kedalam oven setelah suhu oven mencapai1500 dan di bakar daging selama 6, 8,dan 10 menit menyebabkan terjadinyapenyusutan kadar protein selama prosespembakaran. Hal ini terjadi karenaenergi panas akan mengakibatkanterputusnya interaksi non-kovalen yangada pada struuktur alami protein tapitidak memutuskan ikatan kovalennyayang berupa ikatan peptida.

Uji analisis sidik ragam (Anova)dilakukan untuk mengetahui apakahkadar protein daging puyuh dengan tigavariasi waktu pembakaran yaitu 6, 8,dan 10 menit. Dari uji statistikdidapatkan nilai p value 0,0005, berartipada α 5% dapat disimpulkan bahwa adapengaruh waktu pembakaran terhadapkadar protein daging puyuh.

Dari pemeriksaan didapatkan kadarprotein rata-rata daging puyuh dalamvariasi waktu pembakaran 6 menit yaitu1.631%, pembakaran daging puyuhdengan waktu 8 menit yaitu 1.238%, danpembakaran daging puyuh denganwaktu 10 menit yaitu 0.696%. Kadarprotein dari ketiga perlakuan denganvariasi waktu tersebut terlihat lebihrendah dibandingkan dengan kadarprotein rata-rata daging puyuh sebelumpembakaran/mentah yaitu 2.415%.

Proses penuruan proteindipengaruhi oleh energi ikatan yaituperubahan jumlah energi panas yangdiperlukan untuk memutuskan ikatantertentu dalam satu molekul gas,dibutuhkan lebih banyak energi panasuntuk memutuskan ikatan (Romdhoni,2013). Kadar protein daging puyuh akanterus mengalami penurunan apabilawaktu pembakaran yang dilakukan lebihdari 10 menit. Perbedaan kadar proteinpada masing-masing waktu pembakarantersebut disebabkan karena sifat alamiahdan fisiokimia protein yaitu larut dalamair dan mudah terkoagulasi oleh panas(Winarno, 2004).

Pemanasan protein dapatmenyebabkan terjadinya reaksi-reaksibaik yang diharapkan maupun yangtidak diharapkan. Reaksi-reaksi tersebutdiantaranya denaturasi, kehilanganaktivitas enzim, perubahan kelarutan danpenurunan kadar air, perubahan warna,pemutusan ikatan peptida, danpembentukan senyawa yang secarasensori aktif. Reaksi ini dipengaruhioleh suhu dan lama pemanasan, pH,adanya oksidator, antioksidan, radikal,dan senyawa aktif lainnya khusunyasenyawa karbonil. Reaksi yang terjadipada saat pemanasan protein tersebutdapat merusak kondisi protein, sehinggakadar protein dapat menurun (Sundari,2015).

Dari hasil penelitian, didapatkankadar protein daging puyuh 0,696%-1,631% atau berkisar 0,696g-1,631g/1gdaging puyuh. Protein merupakan zatpenting bagi tubuh kebutuhan proteinbagi anak usia 4-10 tahun yaitu 1,00-1,08 g/kg berat badan, sedangkan untukorang dewasa yaitu 0,75g/kg beratbadan. Jadi, daging puyuh dapatdijadikan bahan alternatif dalammembantu memenuhi kebutuhan proteintubuh.

Kandungan protein yang cukuptinggi pada daging puyuh dapatdimanfaatkan dengan baik apabiladilakukan pembakaran dengan cara yangbaik pula. Namun jika pembakaran yangdilakukan tidak sesuai/salah maka akan

Page 21: N= - poltekkes-tjk.ac.id

berdampak pada berkurangnya proteinpada daging puyuh karena protein telahterdenaturasi seluruhnya pada prosespengolahan sehingga protein yangdiserap oleh tubuh semakin berkurang.Karena itu di sarankan untuk melakukanpembakaran yang baik sebelummengkonsumsi daging puyuh agardidapatkan asupan protein secaramaksimal.

Simpulan yang dapat ditarik padapenelitian ini adalah Rata-rata kadarprotein daging puyuh sebelumpembakaran adalah 2,415%, rata-ratakadar protein daging puyuh setelahpembakaran dengan variasi waktupembakaran 6 menit yaitu 1,631%,pembakaran 8 menit yaitu 1,238%, danpembakaran 10 menit yaitu 0,696%, danDari hasil uji anova yang telahdilakukan terdapat pengaruh waktupembakaran terhadap kadar proteindengan nilai p value= 0,0005 yangberarti bahwa ada pengaruh waktupembakaran terhadap kadar proteindaging puyuh.

Saran dari peneliti adalah bagimasyarakat agar dapat memanfaatkandaging puyuh sebagai sumber proteinyang dapat digunakan untuk memenuhikebutuhan protein tubuh sehari-hariserta dapat melakukan pengolahandengan cara yang baik yaitu dengan carabahan makan dibakar tidak terlalu lamaagar kandungan yang terdapat dalammakanan tidak berkurang kandungangizinya.

Daftar Pustaka

Dinas Kesehatan Jawa Barat. 2006.Kasus Gizi Buruk (Balita) di JawaBarat. Dinas Kesehatan Jawa Barat.Bandung.

Fran, S; dan Junius, A. 2013. PengaruhPerbedaan Tingkat Protein danRasio Protein Pakan TerhadapPertumbuhan Ikan Sepat(Trichogaster pectoralis). FakultasPerikanan Unlam; KalimantanSelatan.

Kartasapoetra; Marsetyo; med; 2010,Ilmu Gizi, Jakarta:Rineka Cipta.

Khairi, E; dan Bayu K. 2014. PengaruhBerbagai Kecambah Kacang-Kacangan Terhadap Kadar ProteinTerlarut Dan Asam Amino BebasLimbah Cair Isolasi Protein. JurnalAgriSains Vol. 5 No. 2: UniversitasMercu Buana Yogyakarta.

Lestari, M. 2015. Uji Kadar Protein danAsam Total Dadih Susu KambingEtawa dengan Variasi Penutup danLama Fermentasi yang Berbeda.Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikanuniversitasMuhammadiyah Surakarta:Surakarta.

Partologi, R; dkk. 2012. PengaruhPenggunaan Persentase TepungBuah Sukun (Artocarpuscommunis) Terhadap KomposisiKimia Naget Kelinci. FakultasPeternakan Universitas Padjajaran:Bandung.

Prabakaran, R. 2003. Good Practices inPlanning and Manajement ofIntergrated Commercial PoultryProduction in South Asia. FAO,Rome.

Praseno, K; dan Yuniwarti, E.Y.W.2000. Biologi Aves. UniversitasDiponegoro Press, Semarang.

Rasyaf, 1996. Memasarkan HasilPeternakan. Jakarta: PenebarSwadya.

Sudarmadji, Slamet; Bambang haryono;Suhardi; 2010, Analisa BahanMakanan dan Pertanian,Yogyakarta: Liberty Yogya.

Sundari, Dian, 2015. Pengaruh ProsesPemasakan terhadap KomposisiZat Gizi Bahan Pangan SumberProtein, Jakarta.

Winarno, FG. 2004. Kimia Pangan danGizi. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.

Wuryadi, Slamet, 2013. BeternakBurung Puyuh, Jakarta: AgroMedia Pustaka