muskuloskeletal

download muskuloskeletal

of 14

description

makalah

Transcript of muskuloskeletal

Fraktur Tertutup Femur Dextra Distal yang Disebabkan oleh Kecelakaan Motor dengan Kecepatan Sedang Fera Susanti*

PendahuluanTulang adalah organ vital yang berfumgsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh, metabolisme kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang dinamis yang selalu diperbarui melalui proses remodeling yang terdiri dari proses resorpso dam formasi. Dengan proses resorpsi, bagian tulang yang tua dan rusak akan dibersihkan dan diganti oleh tulang yang baru melalui proses formasi. Proses resorpsi dan formasi selalu berpasangan. Dalam keadaan normal, massa tulang yang diresorpsi akan sama dengan massa tulang yang diformasi, sehingga terjadi keseimbangan. Oleh karena itu, jika ada bagian dari tulang yang patah ataupun rusak akan menganggu kehidupan sehari-hari.Pada makalah ini penulis akan membahas tentang fraktur, mulai dari jenis, klasifikasi sampai prinsip dan penatalaksanaan dari komplikasi fraktur. Penulis akan berkonsentrasi pada fraktur bagian femur.Kasus Seorang laki-laki usia 18 tahun, dibawa ke UGD RS Ukrida setelah jatuh ketika mengendarai motor dengan kecepatan sedang. LAki-laki tersebut mengalami kesakitan pada tungkai bawah kanan di atas sendi lutut. Laki-laki tersebut tidak dapat berdiri dan merasa kesakitan ketika berusaha mengangkat pahanya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tanda- tanda vital dalam batas normal. Pada region femur dextra distal tampak edema, hematom dan deformitasm krepitasi (+), nyeri tekan (+), pulsasi tidak teraba, tidak melemah, gerakan tungkai terbatas.

*102011310.B4.Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana.Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061 Ext. 2217, 2204, 2205. [email protected] pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, patah tulang tidak disadari oleh penderita dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama patah yang disertai dengan dislokasi fragmen yang minimal. Diagnosis pat tulang juga dimulai dengan anamnesis: adanya trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma tersebut. Dalam persepi penderita trauma tersebut bisa dirasa berat meskipun sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasa ringan meskipun sebenarnya berat. Selain riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun patah tulang yang fragmen patahannya stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri.1Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan terjadnya, dimana terjadinya jenisnya, berat ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme traum). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma ditempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada dan perut.1Pemeriksaan FisikPemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri atas empat langkah: tanyakan, lihat, raba, dan gerakkan. Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat pasien kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Nyeri yang secara subjektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara objektif dengan palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama. Gerakan antarfragmen harus dihindari pada karena menimbulkan nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin patah tulang.1Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pemeriksaan klinis untuk mencari akibat trauma, seperti pneumotoraks atau cedera otak, serta komplikasi vaskuler dan neurologis dari patah tulang yang bersangkutan. Hal ini penting karena komplikasi tersebut perlu penanganan yang segera.1Secara umum pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah:1. Inspeksi (look) adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka).2. Palpasi (feel) adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.3. Gerakan (moving) adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur.1Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari : Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral, Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal, Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal) bila ada kesangsian atas adanya patah tulang atau tidak untuk perbandingan, Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.22. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Gula darah sewaktu. 2

Working DiagnosisBerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja untuk kasus ini adalah fraktur batang femur. Daerah tulang-tulang ini sering mangalami patah. Biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Kebanyakan dialami oleh penderita laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock.Salah satu klasifikasi batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah, dibagi menjadi: Terbuka TertutupKetentuan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi 3 derajat, antara lain: Derajat I bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar. Derajat II lukanya lebih besar (>1 cm) luka ini disebabkan karena benturan benda dari luar. Derajat III lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah).Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan debridemen, sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri, dilakukan tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.Pada pemeriksaan fisik di daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functiolaesa (tungkai bawah tidak dapat diangkat). Nyeri tekan, nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi ke anterior, rotasi (exo/endo). Tungkai bawah, ditemukan adanya pemendekan tungkai. Pada fraktur 1/3 tengah femur, pada pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamen dari daerah lutut. Kecuali itu diperiksa keadaan saraf sciatica dan areteri dorsalis pedis. Pemeriksaan radiologi cukup dengan 2 proyeksi AP dan LAT. Dalam pembuatan foto harus mencakup 2 sendi (panggul dan lutut).2EtiologiPengertian FrakturFraktur berarti deformitas atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut jenis (transversal, spiral, oblik, segmental, kominutiva), Lokasi ( diafise, metafise, epifise), dan integritas kulit serta jaringan lunak yang mengelilinginya ( terbuka atau compound dan tertutup). Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang lemah secara abnormal akibat proses patologik seperti pada penyakit metabolic tulang atau tumor. Gejala klinis berupa nyeri bengkak deformitas, ekimosis, ketidakstabilan, da krepitus. Diagnosis minimum membutuhkan radiografi dua ortogonalm termasuk gambaran sendi di atas dan di bawah fraktur.Evaluasi harus termasuk penilaian terhadap luka-luka lainnya, seperti penilaian fungsi neurologic dan vascular pada perlukaan ekstremitas. Fraktur terbuka merupakan keadaan darurat ortopedik, membutuhkan debidement secara cepat pada ruang operasi untuk mencegah terjadinya osteomyelitis. Debridement harus dilakukan dalam waktu 6-8 jam, dan luka secara umum tidak ditutup. Semua jaringan mati diangkatm dan fraktur difiksasi dengan fiksasi eksterna atau plester gips.3Perlukaan pada pembuluh darah membutuhkan pengenalan dan terapi denim karena iskemi, Tipe-Tipe Fraktur 4kompartemen sindroma fascial profilaksis diperlukan untuk mencegah sindroma kompartemen pada reperfusi ekstremitas, Sindroma emboli lemak, bentuk kegagalan pernafasan pada dewasa (ARDS), timbul pada sejumlah pasien, terutama pada fraktur tulang panjang. Sindroma ini timbul pada 2-3 hari setelah trauma, dan ditandai dengan hipoksemi, konfusi, demamm dan petekie sementara. Terapi dengan melakukan dukungan pernafasan dan kortikosteroid.3Perlukaan saraf dapat terjadi pada fraktur dan bervariasi dari neuropraksia (sementara, kegagalan fungsi saraf yang reversible) aksonotmesis (akson terputus terapi sarung saraf masih intak sehingga dapat terjadi regenerasi), sampai terjadinya bentuk ireversibel berat neurotmesis dimana seluruh saraf terputus. Terputusnya saraf harus diperbaiki secepatnya begitu keadaan memungkinkan sewaktu dilakukan fiksasi fraktur dan debridement.3Perlukaan sendi dinilai dengan radiografi untuk menyingkirkan fraktur intra-artikuler, yang sering membutuhkan terapi operasi, pemeriksaan fisik penting untuk mengevaluasi ketidakstabilan ligamentum, yang dapat digunakan untuk menangani robekan meniscal, fraktu osteokontralm degenerasi kartilagom sinovitism bahu yang tidak stabil karena robekan labral glenoidm dan robekan ligamentum krusiatum anterior. Morbiditas dan waktu rehabilitasi berkurang bila dibandingkan dengan prosedur operasi terbuka.3Jenis FrakturJenis fraktur dapat dibagi menjadi empat, yaitu fraktur komplet, faktur inkomplet, fraktur terbuka dan tertutup. Fraktur komplet adalah fraktur yang mengenai luka secara keseluruhan. Fraktur Inkomplet adalah fraktur yang mengenai tulang secara parsial.3 Fraktur tertutup adalah patah tulang yang kulit di atas tulang yang patah masih tetap utuh sedangkan fraktur terbuka adalah patah tulang yang terdapat luka di atas tulang yang patah disebabkan oelh tusukan patah tulang atau trauma. Tulangnya tidak selalu kelihatan.6Fraktur terbuka lebih serius daripada fraktur tertutup, karena kemungkinan pendarahan dan infeksinya lebih besar. Fraktur tertutup dan terbuka dapat bersifat komplet atau inkomplet.5Klasifikasi FrakturDi bawah ini adalah beberapa klasifikasi dari fraktur: 7 Greenstick adalah fraktur yang bersifat bengkokan di salah satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Tulang dapat melengkung tanpa disertainya patahan yang nyata, biasa greenstick fraktur terjadi pada anak-anak karena bersifat fleksibel. Fraktur Kominutiva adalah patah tulang multiple yaitu jika di dalam 1 fraktur terdapat 2 garis fraktur. Fraktur Alvusi adalah sebuah fragmen tulang yang terlepas dari lokasi ligament atau insersio tendon. Fraktur Patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang memang memiliki kelainan, sering kali terjadi setelah trauma trivial. Misalnya pada penyakit Paget, osteoporosis, atau tumor. Fraktur Stres atau lelah adalah fraktur yang diakibatkan oleh trauma minor yang berulang dan kronis. Daerah yang rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga (fraktur march), batang tibia proksimal, fibula dan batang femoral (pada pelari jarang jauh dan penari balet). Fraktur Impaksi adalah fraktur jelas dengan fragmen-fragmenyang saling tertekan satu sama lain. Fraktur lempeng epifise pada anak di bawh usia 16 tahun. Fraktur ini dapat di kelompokan menjadi 1-5 berdasarkan klasifikasi Salter Harris.Klasifikasi Fraktur 8PatofisiologiSehubungan dengan patofisiologi dan perjalanan penyakitnya, patah tulang juga dibagi atas dasar usia pasien, yaitu patah tulang pada anak, patah tulang pada orang dewasa, dan patah tulang pada orang tua. Pola anatomis kejadian patah tulang dan penanganannya pada ketiga golongan umur tersebut berbeda. Orang tua lebih sering menderita patah tulang pada tulang yang osteoporotik, seperti vertebra atau collum femur; orang dewasa lebih banyak menderita patah tulang panjang; sedangkan anak jarang menderita robekan ligamen. Penanganan patah tulang pada anak membutuhkan pertimbangan bahwa anak masih tumbuh. Selain itu, kemampuan penyembuhan anak lebih cepat dan karena itulah perpendekan serta perubahan bentuk akibat patah lebih dapat ditoleransi pada anak. Pemendekan dapat ditoleransi karena pada anak terdapat percepatan pertumbuhan tulang panjang yang patah. Perubahan bentuk dapat ditoleransi karena anak mempunyai daya penyesuaian bentuk yang lebih besar.9Satu bentuk patah tulang yang khusus pada anak adalah patah tulang yang mengenai cakram epifisis ini perlu mendapat perhatian khusus karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan.9Segera setelah fraktur, pembuluh darah yang pecah akan membentuk hematom yang mengisi celah fraktur dan mengelilingi daerah cedera tulang. Bekuan darah menyediakan jaring fibrin yang membantu menyumbat tempat fraktur, dan pada saat yang sama menciptakan suatu jaringan untuk masuknya sel-sel radang serta fibroblas dan pembuluh kapiler baru. Secara bersamaan, trombosit yang mengalami degranulasi dan sel-sel radang yang datang mengeluarkan PDGF, TGF-, FGF, dan sitokin lain, yang mengaktifkan sel-sel osteoprogenitor di periosteum, rongga medula, dan jaringan lunak di sekitar dan merangsang aktivitas osteoklastik dan osteoblastik. Oleh karena itu, pada akhir minggu pertama, terjadi organisasi hematoma, jaringan di sekitar mengalami modulasi untuk pembentukan matriks mendatang, dan ujung-ujung tulang yang patah mengalami remodelling. Jaringan fusiform dan yang umumnya tidak terkalsifikasi - disebut prokalus atau kalus jaringan lunak menjadi penambat di antara ujung-ujung tulang yang patah, tetapi tidak memiliki rigiditas struktural untuk menahan beban.9Sel-sel osteoprogenitor yang telah aktif kemudian mengendapkan trabekula tulang anyam di subperiosteum yang berorientasi tegak lurus terhadap sumbu korteks dan di dalam rongga medula. Pada sebagian kasus, sel mesenkim yang aktif di jaringan lunak dan tulang di sekitar garis fraktur juga berdiferensiasi menjadi kondroblas yang membentuk fibrokartilago dan tulang rawan hialin. Pada fraktur nonkomplikata, jaringan penyembuhan mencapai ukuran terbesar pada akhir minggu kedua atau ketiga, dan membantu menstabilkan tempat fraktur, tetapi belum cukup kuat untuk mengangkat beban. Tulang rawan yang baru terbentuk di sepanjang garis fraktur mengalami ossifikasi endokondral, seperti yang biasa terjadi di lempeng pertumbuhan, membentuk jaringan tulang yang berhubungan dengan trabekula reaktif yang diendapkan pada tempat lain di rongga medula dan di bawah periosteum. Dengan cara ini, ujung-ujung fraktur dijembatani oleh kalus tulang, dan setelah mengalami mineralisasi, kekuatan dan kekerasan kalus meningkat hingga ke tingkat beban tubuh mulai dapat ditoleransi.9Untuk tahap awal pembentukan kalus, dibentuk jaringan fibrosa, tulang rawan, dan tulang dalam jumlah berlebihan. Apabila tulang- tulang tidak menyambung dengan sempurna, di bagian konkaf tempat fraktur, volume kalus menjadi paling besar. Setelah fraktur matang dan dapat menyalurkan gaya-gaya yang ditimbulkan oleh berat, bagian yang tidak mengalami stres fisik diresorpsi, dan dengan cara ini kalus mengecil sampai bentuk dan tepi tulang yang patah terbentuk kembali. Rongga medula juga dipulihkan, dan setelah proses ini sempurna maka tempat bekas cedera mungkin sulit dikenali lagi.9Komplikasia) Perdarahan dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.b) Infeksi terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.c) Non-union lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.d) Malunion disebabkan oleh abduktor dan adduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk adduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.e) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi.2PenatalaksanaanPengelolaan patah tulang secara umum mengikuti prinsip pengobatan kedoketran pada umumnya, yaitu yang pertama dan utama adalah jangan cederai pasien (primum non necere). Cedera iatrogen tambahan pada pasien terjadi tindakan yang salah atau tindakan yang berlebihan. Yang kedua, pengobatan didasari atas diagnosis yang tepat dan prognosisnya. Ketiga, bekerja sama dengan hukum alam, dan keempat, memilih pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien secara individu.2Untuk patah tulangnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodelling/proses swapugar).2Cara pertama untuk penanganan patah tulang dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan cacat di kemudian hari, cukup dengan proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi. Contoh cara ini adalah patah tulang rusuk, patah tulang klavikula pada anak, dan patah tulang vertebra dengan kompresi minimal.2Cara kedua adalah imobilisasi dengan fiksasi atau imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting. Cara ketiga berupa reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada patah tulang dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada patah tulang radius distal.2Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus-menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu, dan kemudian diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada patah tulang yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali di dala gips. Cara ini dilakukan pada patah tulang dengan otot yang kuat, misalnya pada patah tulang femur. Cara kelima berupa reposisi diikuti dnegan imobilisasi dengan fiksasi luar. Untuk fiksasi fragmen patahan tulang, digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja td disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar kulit. Alat ini dinamakan fiksator ekstern.2Cara keenam berupa reposisi secara non operatif diikuti dnegan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang collum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja traksi; setelah tereposisi, dilakukan pemasangan pen ke dalam collum femur secara operatif. Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna. Ini dilakukan misalnya, pada patah tulang femur, tibia, humerus, lengan bawah. Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa juga berupa plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara operatif adalah bisa dicapai reposisi sempurna dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi dipasang gips dan segera bisa dilakukan mobilisasi. Kerugiannya adalah reposisi secara operatif ini mengundang resiko infeksi tulang.2Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prostesis, yang dilakukan pada patah tulang collum femur. Caput femur dibuang secara operatif dan diganti dengan prostesis. Ini dilakukan pada orang tua yang patahan pada collum femur tidak dapat menyambung kembali.2Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan skin traksi dengan metode Buck extension. Atau dilakukan dulu pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi dalam keadaan extensi. Tujuan skin traksi untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut jaringan lunak sekitar daerah yang patah. Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non operatif atau operatif.2Pengobatan non operatif dilakukan skeletal traksi. Yang sering digunakan ialah metode Perkin dan metode balance skeletal traction. Pada metode Perkin digunakan apabila fasilitas peralatan terbatas. Alat yang diperlukan adalah: Steinman pin Tali Beban katrolPenderita tidur terlentang. 1-2 jari di bawah tuberositas tibia, dibor dengan steinman pin, dipasang staple, ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk callus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.2Pada metode balance skeletal traction diperlukam alat-alat yang lebih banyak yaitu: 2 | Fraktur Tertutup Femur Dextra

Thomas splint Pearson attachment Steiman pin Tali Katrol Beban Frame Stapler

Penderita tidur terlentang 1-2 jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pin, dipasang stapler pada steinman pin. Paha ditopang oleh Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. Kadang-kadang untuk mempersingkat watu rawat, setelah ditraksi 8 minggu, kemudian dipasang gips hemispica atau cast bracing.2Untuk tindakan operatif pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail. Terdapat bermacam-macam intermedullary nail untuk femur, diantaranya: Kuntscher nail Sneider nail Ao nailDiantara ke 3 nail tersebut yang paling terkenal adalah Kuntscher nail. Pemasangan intramedullary nail dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit-fascia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara retrograde. Cara tertutup: tanpa menyayat di daerah yang patah. Pen dimasukan melalui ujung trochanter mayor dengan bantuan image intersifier (C.arm). Tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragmen bagian distal. Keuntungannya adalah tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.2Indikasi dilakukan tindakan operatif adalah: Penanggulangan non operatif gagal, Multiple fraktur, Robeknya arteri femoralis, Patologic fraktur, Orang-orang tua.

PrognosisPada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.bahkan jikalau parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding penderita dengan usia lanjut.9KesimpulanPasien mengalami fraktur pada batang femur yang disebabkan oleh karena trauma dengan adanya nyeri, deformitas, gerakan tungkai yang terbatas, terdapat memar, tidak dapat berdiri dan sakit saat mengangkat paha.Daftar Pustaka1. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah, edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.h.840-65.2. Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D, Hutagalung EU, Sumardi R, Luthfia C, et.all. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: FKUI; 2008.h.537-46.3. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.h.657-64.4. Gambar diunduh dari : http://www.hughston.com/hha/b_14_2_1a.jpg, 23 Maret 2013.5. Corwin, EJ. Buku Saku Patofisiologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009 .h.335-6.6. Barnett, S. Pertolongan Pertama dan RJP pada Anak. Ed 4. Jakarta: Arcan. 2001.h.82.7. Patel, Pradip R. Radiologi. Ed 2. Jakarta: Erlangga, 2007.h.222.8. Gambar diunduh dari: http://dc401.4shared.com/doc/fNah_hU3/preview_html_m7c595466.png, 23 Maret 2013.9. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins & cotran pathologic basis of disease, 7 th ed. Jakarta: EGC; 2009.h.1313.