Munsiah Maha 211

11
Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6 - 8 Juni 1983 STERILISASI MAKANAN HEWAN PERCOBAAN DENGAN IRA· DIASI Munsiah Maha *, dan Nazly Hilmy* ABSTRAK - ABSTRACT Sterilisasi makanan hewan percobaan dengan iradiasi. Penelitian ini dilakukan untuk me. nentukan dosis iradiasi yang tepat untuk mensterilkan makanan mencit dan marmot produksi lokal dalam bent uk pelet. Bahan-bahan terse but mula-mula dikemas dalam kantong plastik po- lietilen tebal 0,1 mm,lalu diiradiasi dengan dosis 15,25,35 dan 45 kGy dan disimpan pada suhu kamar. Selanjutnya diamati secara mikrobiologi segera setelah iradiasi dan setelah penyim- panan 3 dan 6 bulan dengan parameter angka total bakteri, angka kapang dan khamir, angka spora dan jumlah cemaran bakteri berbentuk koli ("Coliform"). Di samping itu dilakukan pula penentuan dosis sterilisasi dengan menggunakan 2 cara yang dianjurkan oleh "Association for the .Advancement of Medical Instrumentation" (AAMI), yaitu yang didasarkan pada jumlah kontaminasi bakteri pada bahan dan pada informasi fraksi positif dari penggunaan dosis ber- tingkat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis 25 kGy sudah cukup untuk mencapai tingkat sterilitas sampai 10-6 untuk kedua jenis makanan hewan yang dipelajari. Kontaminasi awal bakteri pada bahan sekitar (1,0 - 3,6) 105 sel per gram. Bakteri berbentuk koli tidak di- temukan pada kedua jenis bahan yang dipelajari. Sterilization of laboratory animal diet by irradiation. This experiment was conducted to determine the effective irradiation dose to sterilize locally produced pelleted mice and guinea pigs diets. The materials were first packaged in polyethylene pouches of 0.1 mm thickness, then irradiated with doses, of 15, 25, 35 and 45 kGy, and then stored at room temperature. The samples were then examined microbiologically immediately after irradiation, and after 3 and 6 months storage using total bacterial count, total mould and yeast count, viable bacterial endo- spores and presumptive coliform organisms as parameters. Radiation sterilization dose setting, using bioburden information as well as fraction positive information from incremental dosing as recommended by the Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI), were also carried out. The result showed that a dose of 25 kGy was sufficient to give a sterility assurance level of 10-6 for both diets under investigation. Initial bacterial contamination of the samples were about (1.0 - 3.6) 105 cells/g. Coliform bacteria was not detected in the samples. PENDAHUWAN Penggunaan hewan percobaan laboratorium untuk penelitian dalam bidang ke- dokteran dan obat-obatan, serta untuk tujuan diagnosa dan pendidikan meningkat setiap tahun. Sampai tahun 1975, jumlah hewan percobaan yang digunakan di se· luruh dunia telah mencapai 150 juta ekor setiap tahun (1). Hewan yang umum di- gunakan ialah mencit, tikus, anjing, kucing, monyet dan lain-lain. Hewan yang digunakan dalam suatu penelitian merupakan alat pengukur yang menentukan hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu cara pemeli1taraannya harus terkontrol termasuk mutu makanannya. Makanan hew an percobaan laboratorium perlu disterilkan atau harus meme- nuhi persyaratan tertentu, misalnya bebas mikroba patogen untuk mencegah tim· bulnya penyakit yang ditularkan melalui makanannya. Untuk mensterilkan makan- an hewan dapat dilakukan dengan pemanasan, penambahan zat kimia, atau iradiasi. Cara iradiasi ternyata mempunyai beberapa keunggulan sehingga beberapa negara telah menggunakannya secara komersial, yaitu Inggris, Perancis, Jepang, Jerman, • Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN. 211

description

r

Transcript of Munsiah Maha 211

Page 1: Munsiah Maha 211

Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6 - 8 Juni 1983

STERILISASI MAKANAN HEWAN PERCOBAAN DENGAN IRA·DIASI

Munsiah Maha *, dan Nazly Hilmy*

ABSTRAK - ABSTRACT

Sterilisasi makanan hewan percobaan dengan iradiasi. Penelitian ini dilakukan untuk me.nentukan dosis iradiasi yang tepat untuk mensterilkan makanan mencit dan marmot produksilokal dalam bent uk pelet. Bahan-bahan terse but mula-mula dikemas dalam kantong plastik po­lietilen tebal 0,1 mm,lalu diiradiasi dengan dosis 15,25,35 dan 45 kGy dan disimpan padasuhu kamar. Selanjutnya diamati secara mikrobiologi segera setelah iradiasi dan setelah penyim­panan 3 dan 6 bulan dengan parameter angka total bakteri, angka kapang dan khamir, angkaspora dan jumlah cemaran bakteri berbentuk koli ("Coliform"). Di samping itu dilakukan pulapenentuan dosis sterilisasi dengan menggunakan 2 cara yang dianjurkan oleh "Association forthe .Advancement of Medical Instrumentation" (AAMI), yaitu yang didasarkan pada jumlahkontaminasi bakteri pada bahan dan pada informasi fraksi positif dari penggunaan dosis ber­tingkat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis 25 kGy sudah cukup untuk mencapaitingkat sterilitas sampai 10-6 untuk kedua jenis makanan hewan yang dipelajari. Kontaminasiawal bakteri pada bahan sekitar (1,0 - 3,6) 105 sel per gram. Bakteri berbentuk koli tidak di­temukan pada kedua jenis bahan yang dipelajari.

Sterilization of laboratory animal diet by irradiation. This experiment was conductedto determine the effective irradiation dose to sterilize locally produced pelleted mice and guineapigs diets. The materials were first packaged in polyethylene pouches of 0.1 mm thickness,then irradiated with doses, of 15, 25, 35 and 45 kGy, and then stored at room temperature. Thesamples were then examined microbiologically immediately after irradiation, and after 3 and 6months storage using total bacterial count, total mould and yeast count, viable bacterial endo­spores and presumptive coliform organisms as parameters. Radiation sterilization dose setting,using bioburden information as well as fraction positive information from incremental dosingas recommended by the Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI),were also carried out. The result showed that a dose of 25 kGy was sufficient to give a sterilityassurance level of 10-6 for both diets under investigation. Initial bacterial contamination of thesamples were about (1.0 - 3.6) 105 cells/g. Coliform bacteria was not detected in the samples.

PENDAHUWAN

Penggunaan hewan percobaan laboratorium untuk penelitian dalam bidang ke­dokteran dan obat-obatan, serta untuk tujuan diagnosa dan pendidikan meningkatsetiap tahun. Sampai tahun 1975, jumlah hewan percobaan yang digunakan di se·luruh dunia telah mencapai 150 juta ekor setiap tahun (1). Hewan yang umum di­gunakan ialah mencit, tikus, anjing, kucing, monyet dan lain-lain.

Hewan yang digunakan dalam suatu penelitian merupakan alat pengukur yangmenentukan hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu cara pemeli1taraannya harusterkontrol termasuk mutu makanannya.

Makanan hew an percobaan laboratorium perlu disterilkan atau harus meme­nuhi persyaratan tertentu, misalnya bebas mikroba patogen untuk mencegah tim·bulnya penyakit yang ditularkan melalui makanannya. Untuk mensterilkan makan­an hewan dapat dilakukan dengan pemanasan, penambahan zat kimia, atau iradiasi.Cara iradiasi ternyata mempunyai beberapa keunggulan sehingga beberapa negaratelah menggunakannya secara komersial, yaitu Inggris, Perancis, Jepang, Jerman,

• Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN.

211

Page 2: Munsiah Maha 211

D~l~ial D~landal Kanadal Dcnmark1iHOnfaria dan Australia. Di Inirs teknik ira­diasi ini bahkan telah digunakan sejak tahun 1962 di banyak laboratorium (1). Do­sis iradiasi yang digunakan bergantung pada jumlah kontaminasi awal mikroba padabahan, dan pada kategori hewan yang akan memakannya.

Di Indonesia, hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian sudah cukup

banyak, baik pada instansi pemerintah maupun swasta. Tetapi faktor higiene ma­kanan hewan yang digunakan umumnya belum terjamin karena kemampuan tekno­logi yang ada belum memungkinkan untuk memperbaikinya.

Penelitian ini dilakukan dalam upaya meningkatkan higiene makanan hewanlaboratorium yang diproduksi lokal supaya dapat memenuhi persyaratan bebas mi­kroba patogen ataupun steril dengan menggunakan teknik iradiasi.

BAHAN DAN TAT A KERJA

Bahan dan A lat. Bahan percobaan yang digunakan ialah makanan mencit de­

ngan kadar air sekitar 5,2-7,6% dan harga aw sekitar 0,217-0,411, dan makananmarmot dengan kadar air 6,8-7,5% dan harga aw sekitar 0,388-0,431. Bahan-ba­han tersebut diproduksi oleh Pusat Penelitian Biomedis, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan di Jakarta dalam bentuk pelet.

Sebagai bahan pengemas digunakan kantong plastik polietilen setebal 0,1 mm.Iradiasi dilakukan dalam iradiator serba guna dengan sumber radiasi 60Co yang

ada di Pusat Aplikasi Isotop dan radiasi, BATAN, Pasar Jumat, Jakarta, dengan lajudosis lOkGy/jam.

Untuk pengujian mikrobiologi digunakan media buatan Merck dan Difco.Penentuan Dosis Sterilisasi Berdasarkan Uji Mikrobiologi pada Media Agar.

Bahan dikemas dalam kantong plastik, lalu diiradiasi dengan dosis 0,15,25,35 dan45 kGy dan disirnpan pada suhu kamar. Selanjutnya setiap 3 bulan sejak dari pe­nyirnpanan 0 sampai 6 bulan diperiksa secara mikrobiolgi dengan parameter angkatotal bakteri, angka kapang dan khamir, angka spora dan total bakteri berbentukkoli ("Coliform"). Angka total bakteri dihitung dengan metode oles pada media"tryptic soy agar" (TSA). Bakteri yang tumbuh ditentukan genusnya secara mikros­kopis. Inkubasi dilakukan pada suhu 30°C selama 2-3 hari. Angka kapang dan kha­mir ditentukan pada media "malt· glucose yeast agar" ditambah khloramfenikol.Waktu inkubasi 3 hari pada suhu 22°C. Angka spora ditentukan pada media "nu­trient agar" mengandung 0,5% glukose setelah suspensi bakteri dipanaskan terlebihdahulu pada suhu 75°C selama 15 menit. Bakteri berbentuk koli ditentukan padamedia agar Mc. Conkey dengan suhu inkubasi 37°C selama 18 jam.

Penentuan Dosis Sterilisasi Berdasarkan Metode AAMI (2). Dalam penelitian

ini digunakan pula 2 cara penentuan dosis sterilisasi yang dianjurkan oleh "Asso­ciation for the Advancement of Medical Instrumentation" (AAMI) untuk memban­dingkan hasilnya dengan cara konvensional seperti yang diuraikan terdahulu.I. Cara pertama disebut metode Bl yang didasarkan pada informasi kandungan

mikroba pada bahan. Jumlah kontaminasi bakteri pada contoh mula-mula di­hitung pada media TSA. Selanjutnya digunakan Tabel Bl dari AAMI untuk me­nentukan dosis iradiasi yang akan dicobakan pada 100 contoh berdasarkanjumlah kontaminasi bakteri yang telah dihitung dan tingkat sterilitas yang di-

212

Page 3: Munsiah Maha 211

CD*

SALSIP

Max.D10

kehendaki. Kemudian 5-10 gram contoh dikemas dalam kantong plastik laludiiradiasi dengan dosis verifikasi seperti yang tertera pada Tabel Bl, yaitu 21;2kGy untuk bahan yang terkontaminasi bakteri sekitar 106 tiap contoh. Setelahiradiasi, isi tiap kemasan dirnasukkan ke dalam media "tryptic :SOYL broth"(TSB) steril dan diamati pertumbuhan bakteri dalam media selama pengeramanpada suhu kamar sampai 21 hari.

Bila pada uji sterilitas tersebut jumlah yang tidak steril tidak lebih dari

1 dari 100 contoh yang diuji, maka dosis sterilisasi yang terbaca pada Tabel Bl,yaitu 24,9 kGy dinyatakan memenuhi syarat.

II. Cara kedua yaitu metode B3 yang didasarkan pada informasi fraksi positif daripenggunaan dosis bertingkat, dan adanya bakteri yang paling resisten. Contohdiiradiasi dengan dosis yang makin meningkat, sampai didapatkan dosis steril,lalu ditambah faktor interpolasi yang besarnya bergantung pada harga D10

bakteri yang paling resisten pada bahan tersebut.Contoh mula-mula dikemas dalam kantong-kantong plastik masing-masing

berisi 5-10 gram bahan, lalu diiradiasi dengan bermacam-macam dosis dari 2sampai 22 kGy dengan selang 2 kGy. Tiap dosis terdiri atas 20 bungkus yangmempakan pula jumlah ulangan pengujian. Kemudian isi tiap bungkus dirna­sukkan ke dalam media TSB steril dan diamati pada dosis berapa (D*) tidakterlihat lagi mikroba setelah pengeraman pada suhu kamar selama 21 hari.

Bila tingkat sterilitas yang diinginkan sampai 10-6, yang berarti bahwa darisatu juta contoh yang disterilkan hanya diperbolehkan 1 yang tidak steril,maka dosis sterilisasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

D = D* + log (CD*/100) -log (SAL) -log (SIP) (Max.D10)

D = dosis sterilisasi

D* = dosis sterilisasi yang diperoleh dari pemakaian dosis bertingkatterhadap 20 contoh.jumlah contoh yang tidak steril pada uji sterilitas dengan menggu-nakan dosis D* terhadap 100 contoh. Bila tidak ada satu pun con­toh yang tidak steril, maka CD* = 1"sterility assurance level" = tingkat sterilitas"sample item proportion" = proporsi contoh yang diperiksaharga DI 0 bakteri yang paling resist en dalam bahan.

HASIL

Hasil uji mikrobiologi makanan mencit dan marmot segera setelah iradiasi dansetelah penyirnpanan 3 dan 6 bulan masing-masing Idiperlihatkan pada Tabel 1dan 2.

Terlihat bahwa jumlah kontaminasi awal bakteri pada kedua bahan tersebuttidak banyak berbeda, yaitu sekitar (1,0-3,6) lOs sel per gram. Makanan mencit~ernyata terkontaminasi kapang dalam jumlah yang lebih banyak dari pada makan-an marmot. .

Angka spora pada kedua jenis contoh yang diperiksa ternyata cukup tinggi,yaitu sekitar, (3,7-8,3) 104 per gram, sedang bakteri berbentuk koli tidak ditemu-

213

Page 4: Munsiah Maha 211

yaitu sekitar (3,7 - 8,3) 104 per gram, sedang bakteri berbentuk koli tidak ditemu­

kdltPada contoh yang diiradiasi 15 kGy, masih ditemukan bakteri dan kapang yang

tumbuh, baik pad a pemeriksaan segera setelah iradiasi maupun setelah penyimpan­an sampai 6 bulan. Tetapi pada semua contoh yang diiradiasi dengan dosis dari 25sampai 45 kGy tidak lagi ditemukan mikroba yang tumbuh. Bakteri yang ditemu­kan umumnya dari genus Bacillus. Pada makanan mencit, 90% bakteriyang meng­kontaminasinya terdiri atas bakteri Gram positif berbentuk batang berspora danselebihnya bakteri Gram positif berbentuk batang tetapi tidak berspora. Pada ma­kanan marmot, bakteri Gram positif berbentuk batang berspora sekitar 80% danlainnya tidak berspora.

Hasil penentuan dosis sterilisasi berdasarkan met ode AAMI menunjukkan bah­wa untuk bahan dengan jumlah kontaminasi bakteri sekitar satu juta tiap contoh,seperti yang ditemukan pada kedua contoh makanan hew an dalam percobaan ini,besar dosis sterilisasi yang dianjurkan ialah 24,9 kGy. Setelah dilakukan uji sterilitasterhadap 100 contoh yang diiradiasi dengan dosis verifIkasi 21,2 kGy, seperti yangtertera pada Tabel Bl dari AAMI, ternyata bahwa jumlah contoh yang tidak steriltidak lebih dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa dosis 24,9 kGy dapat digunakan un­tuk mensterilkan makanan mencit dan marmot.

Pada penentuan dosis sterilisasi dengan menggunakan dosis bertingkat ditemu­kan bahwa untuk makanan mencit dan marmot, dengan dosis masing-masing 16 dan12 kGy sudah tidak terlihat mikroba yang tumbuh pada uji sterilitas dalam mediaTSB. Harga D10 untuk bakteri Gram positif berbentuk batang berspora yang diiso­lasi dari contoh yang dipelajari didapatkan sebesar 1,4 kGy.

Bila tingkat sterilitas yang diinginkan sampai 10-6 maka dosis sterilisasi untukmakanan mencit ialah :

D = 16+(-2+6-0)(1,4) = 21,6kGyUntuk makanan marmot:

D = 12 + (-2 + 6 - 0)(1,4) = 17,6 kGy

PEMBAHASAN

Dari hasil percobaan ini terlihat bahwa kandungan bakteri pada makanan men­cit dan marmot masih cukup tinggi, meskipun pada proses peletisasi sebelumnya se­bagian besar bakteri yang berasal dari bahan bakunya, terutama bentuk vegetatif­nya, telah terbunuh oleh panas. Menurut MOSSEL dkk (3) dan VAN DERSCHAAF dan FRIK (4), proses peletisasi dapat menurunkan jumlah kandunganSalmonella dan Enterobacteriaceae pada makanan hewan sebesar 4-6 desimal. Olehkarena itu peletisasi merupakan'pula salah satu cara untuk menurunkan kandunganmikroba pada makanan hewan. Tetapi kenyataan diatas membuktikan bahwa de­ngan proses peletisasi saja belum cukup untuk menghasilkan makanan mencit danmarmot untuk kategori konvensional sekalipun, yaitu dengan kandungan bakteritidak lebih dari 5000 per gram sesuai dengan standar "LAC-HANDBOOK" 2 (1,5).

Angka spora bakteri pada kedua jenis contoh cukup tinggi, yaitu 104 -105

per gram. Hal ini menunjukkan bahwa proses peletisasi tidak mampu untuk mema­tikan spora bakteri yang ada. Hasil yang serupa telah dilaporkan pula oleh HALLSdan TALLENTIRE (5) yang kemudian menyimpulkan bahwa jumlah kontaminasi

214

Page 5: Munsiah Maha 211

bakteri dalam pelet pada dasarnya ditentukan oleh jumlah spora bakteri dari bahanbakunya.

Dari ketiga metode penentuan dosis sterilisasi yang digunakan terlihat bahwadosis 25 kGy sudah cukup aman untuk mensterilkan makanan mencit dan marmotdengan tingkat sterilitas sampai 10-6• Metode konvensionallebih cepat dan mudahdilakukan, tetapi kurang teliti. Dengan metode B3 dari AAMI diperoleh dosis yanglebih rendah yaitu 21,6 kGy untuk makanan mencit dan 17,6 kGy untuk makananmarmot. Walaupun demikian, perlu dianjurkan untuk menggunakan dosis minimum25 kGy untuk meyakinkan bahwa virus yang mungkin ada, dapat pula diinaktifasi,karerta- vlw.s lOOih resisten dari pada bakteri. Dosis 25 kGy telah dianjurkan pulaoleh para peneliti terdahulu dan telah digunakan secara komersial di berbagai negara(1, 5, 6, 7, 8), khususnya untuk mensterilkan makanan hewan yang harus bebasmikroba patogen. Untuk makanan hewan yang membutuhkan kondisi steril sarnasekali atau hew an "gnotobiotic" dianjurkan dosis 40 kGy at au lebih.

Hasil penelitian IWADO dkk (6) dan LUCKEY dkk (1) membuktikan bahwatikus dan mencit yang diberi makanan iradiasi 25 sampai 60 kGy mempunyai kece­patan reproduksi dan pertumbuhan normal pada pengamatan sampai 3 generasi.Demikian pula pada pemeriksaan secara hematologi, biokimia dan patologi, tidakditemukan kelainan pada tikus yang diberi makanan iradiasi sampai 60 kGy.

PORTER dan FESTING (1) melaporkan bahwa kandungan vitamin dalam ma­kanan hewan lebih banyak berkurang akibat sterilisasi dengan otoklaf dari pada de­ngan iradiasi 25 kGy. SCHOEN dan HILLER (1) melaporkan pula bahwa sterilisasidengan iradiasi mempunyai efek yang menguntungkan terhadap daya cerna ma­kanan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dosis iradiasi 25 kGy telahcukup untuk mensterilkan makanan mencit dan marmot produksi lokal sampaitingkat sterilitas 10-6. Penentuan dosis sterilisasi dengan metode AAMI lebih telititetapi membutuhkan waktu yang lebih lama.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada SdI. II. Pudjo Prayitno dari Pusat Pe­nelitian Biomedis, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atas bantuan daninformasi yang diberikan. Terima kasih disampaikan pula kepada Sdr. Tati Erlinda,Lely Hardiningsih dan Suryono yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitianini.

PUSTAK,A

1. ADAMIKER, D., A comparison of various methods for treating feedstuffs for laboratoryanimals, Food Irradiation Information 5 (1975) 19.

2. AAMI, Process Control Guidelines for Radiation Sterilization of Medical Devices, Asso­ciation for the Advancement of Medical Instrumentation, January (1981) IS.

3. MOSSEL, D.A.A., VAN SCHOTHORST, M., and KAMPELMACHER, E.H., "Prospectsfor the Salmonella radicidation of some foods and feeds with part icular reference to theestimation of the dose required", Elimination of Harmful Organisms from Food and Feed

215

Page 6: Munsiah Maha 211

by Irradiation (Proc. Panel Zeist, 1967), lAEA, Vienna (1968) 43.4. v AN DER SCHAAF, A., and FRIK, J.'., "Some recent data on the rate of contamination

of mixed-feed ingredient with particular reference to the significance of the method ofexamination used", Elimination of Harmfull Organisms from Food and Feed by Irradia­tion (Proc. Panel Zeist, 1967), IAEA, Vienna (1968) 59.

5. HALLS, N.A., and TALLENTlRE, A., Effects of processing and gamma irradiation on themicrobiological contaminan ts of a laboratory animal diet, Laboratory Animal 12 (1978) 5.

6. ITO, H., and IIZUKA, H., "Present status of radiation treatment of animal feeds in Ja­pan", Decontamina tion of Animal Feeds by Irradiation (Proc. Panel Sofia, 1977), lAEA,Vienna (1977) 15.

7. FARKAS, J., Progress in food irradiation in Hungary, Food Irradiation Information 6(1976) 24.

8. LEY, F.J., Radiation processing of laboratory animal diet, Radiation Physics and Chemis­try 14 3-6 (1979) 677.

216

Page 7: Munsiah Maha 211

tv•....

'-4

Tabell. Hasil uji mikrobiologi makanan mencit sebelum dan sesudah iradiasi dan penyimpanan.

Masa simpan

DosisTotal bakteriTotal kapang danTotal sporaBakteri koli(bulan)

(kGy)(selig) khamirbakteri(selig)(koloni/g)

(koloni/g)

0

0(1,04 - 1,70) 10550 - 115(3,66 - 8,30) 104015

0 + 0025

0 0 0035

0 0 0045

0 0 00

3

0(8,30 - 13,90) 105 30 - 65 (9,95 - 12,0) 104015

+ 0 0025

0 0 0035

0 0 0045

0 0 00

6

0(1,25 - 2,60) 10533 - 100(3,33 -7,66) 1040IS

+ + +025

0 0 0035

0 0 0045

0 0 00

Hasil dari 3 ulangan percobaan.

Page 8: Munsiah Maha 211

IV-00 Tabel 2. Hasil uji mikrobiologi makanan marmot sebelum dan sesudah iradiasi dan penyimpanan

Masa simpan

OosisTotal bakteriTotal kapang danTotal sporaBakteri koli(bulan)

(kGy)(sell g) khamir'bakteri(selig)(koloni/g)

(koloni/g)--00(2,56 - 3,60) 105o - 3(4,8 - 6,80) 1040

IS0 + 00

250 0 00

350 0 00

450 0 00

3

0(0,93 - 1,08) 105o - 3(4,0 -7,5) 1030IS

+ 0 0025

0 0 0035

0 0 0045

0 0 00

6

0(7,0 - 8,38) 104o - 3(3,55 - 4,80) 1040IS

+ + +025

0 0 0035

0 0 0045

0 0 00

Hasil dari 3 ulangan percobaan.

Page 9: Munsiah Maha 211

DlSKUSI

R.D. EST! :

1. Apakah pengaruh dari pemberian makanan hew an iradiasi tersebut juga telahdilihat misalnya pada pertumbuhan dari hewan tersebut kemudian toksisitas­nya.

2. Mengapa sampel diambil dari Depkes dan bukan dari pabrik makanan ternak.3. Apakah bent uk dari makanan hewan tersebut berpengaruh pada dosis iradiasi.

Yang dirnaksudkan dengan bentuk adalah apakah pelet, butiran, tepung danlain-lain.

MUNSIAH MAHA :

1. Pada percobaan ini tidak dilakukan, tetapi di luar negeri sudah dibuktikan ti­dak mempunyai pengaruh negatif pada pertumbuhan hewan yang memakan­nya, meskipun sampai dosis 40-60 kGy. Dan ini sudah digunakan secara komer­sial dan rutin di berbagai negara.

2. Karena hanya Depkes yang membuat makanan khusus hewan percobaan de­ngan komposisi yang memenuhi standar yang dianjurkan.

3. Bentuk pelet, butiran atau tepung tidak mempengaruhi. Yang mempengaruhiadalah kadar air dan jumlah kontaminasi awal mikroba.

GUSNADI HASAN:

Saya ingin mengetahui apakah dengan dosis 25 kGy untuk makanan hewan tidakberbahaya untuk hewan itu sendiri dan untuk manusia (bila hewan itu dirnakanoleh manusia). Untuk makanan manusia saja dosis radiasi 10 kGy. Bagairnana logikaini?

MUNSIAH MAHA :

Kenyataannya tidak menimbulkan apa-apa pada hewan, seperti terlihat dari penga­laman di luar negeri yang telah menggunakan teknologi ini selama bertahun-tahun,bahkan di Inggris sejak tahun 1968. Dosis 40-60 kGy pun ternyata aman asal digu­nakan pada kondisi tanpa udara. Makanan steril ini khusus dibuat untuk hewan per­cobaan di laboratorium untuk mencegah kemungkinan infeksi yang berasal dari ma­kanannya, yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan percobaan. Untuk makananhew an ternak untuk dimakan, tidak perlu disterilkan, tapi cukup dengan dosis 5-10kGy untuk membunuh bakteri patogen yang mencemarinya dan supaya tahan lamadisimpan.Untuk makanan manusia, sampai saat ini memang baru dianjurkan dosis yang amansampai 10 kGy. Tetapi sesungguhnya sampai dosis 50-60 kGy pun aman, asal di­lakukan pada kondisi khusus seperti yang telah dilakukan di beberapa negara untukmensterilkan makanan pasien rumah sakit dan para astronaut.

MULYO SIDIK:

Tadi disebutkan adanya kapang di dalam makanan-makanan hewan. Apakah diada­kan isolasi dan identifikasi jamur-jamur terse but dan spesies apa yang paling domi­nan?

219

Page 10: Munsiah Maha 211

MUNSIAH MAHA :

Tidak dilakukan isolasi dan identifikasi kapang.

YANUARSO EDDY H. :

1. Dari percobaan-percobaan semacamnyajdari literatur, adakah pengaruh iradiasidan lama penyirnpanan makanan hewan percobaan terhadap gizi (seperti: ka­dar protein, lemak, serat-kasar, vitamin).

2. Berapa biaya sterilisasi per kg makanan hewan?3. Bisakah iradiasi makanan ternak dijalankan di Indonesia? Minta tolong di mana

dan kalau mungkin bagaimana mendapatkan brosur alat perlengkapan iradiasi(iradiator) di Indonesia? Terima kasih.

MUNSIAH MAHA :

1. Pengaruh iradiasi dan lama penyimpanan tentu ada, yang besarnya bergantungpada kondisi iradiasi ataupun penyirnpanan.

2. Biaya relatif mahal karena dosisnya juga tinggi. Biaya yang tepat belum dihi­tung, tetapi sebagai gambaran dapat diberikan contoh, untuk sterilisasi alatkedokteran dengan dosis 25 kGy biayanya Rp. 60.000,-jm3.

3. Iradiasi makanan ternak dapat dilakukan di PAIR-BATAN Pasar Jumat atau diPT Giri Kencana, Pasar Rebo. Fasilitas iradiasi dapat dilihat di kedua temp atterse but.

NELLY:

1. Tanpa radiasi :a) pelet untuk mencit, makin lama disimpan jumlah mikroba akan naik.b) pelet untuk marmot, mikroba akan berkurang bila makin lama disimpan.Bagairnana menerangkan suatu data yang bertolak belakang tersebut, ataukahsuatu kekeliruan data.

2. Dosis 25 krad dianjurkan sebagai aman untuk radiasi. Apakah komposisi dalammakanan mencit dan marmot terse but sarna. Mungkin saja komposisi yang lain

memerlukan dosis yang berbeda.

MUNSIAH MAHA :

1. Kemungkinan naik atau turunnya bakteri selama penyimpanan bergantungpada komposisi makanan ternak yang diamati, di samping faktor kadar air dankondisi penyimpanannya.

2. Komposisi makanan mencit dan makanan marmot jelas berbeda. Tetapi kedua­nya merupakan produk kering yang kadar airnya tidak banyak berbeda sehing­ga efek radiasi pada mikroba dalam kedua jenis bahan makanan terse but jugaakan sarna. Besarnya dosis iradiasi yang dianjurkan terutama ditentukan olehkadar air bahan dan jumlah kontaminasi awal mikroba.

SOEWARDJO ADiKOESOEMO :

1. Hasil penelitian terlalu sirnpie.2. Pada presentasi disebutkan, pada penyirnpanan 3 bulan pada iradiasi 25 kGy

masih terdapat bakteri dengan alasan bahwa ada kontaminasi pengerjaan. Bagai­mana ini terjadi? Suatu penelitian yang dianggap fatal.

220

Page 11: Munsiah Maha 211

3. Mohon penelitian selalu disertai statistika dalarn menentukan optimasi jikamungkin memakai komputer.

MUNSIAH MAHA :

1. Hasil penelitian kelihatannya sangat sederhana karena hanya memperlihatkanhasil akhir mengingatwaktu presentasi yang 15 menit.

2. Dalam pengujian mikrobiologi seperti ini, kemungkinan adanya kontaminasidapat saja terjadi walaupun sudah dilakukan dengan hati-hati sekali, karenapanjangnya tahap-tahap pengujian. Namun ini tidak berarti kesalahan yang fa­tal, karena masih dapat diuji kembali, apakah bakteri tersebut benar-benar ta­han radiasi sampai 25 kGy. Ternyata memang pada dosis 25 kGy sudah mati.Kami sengaja memperlihatkan data yang ada kontaminasi ini, karena disini di­lakukan 2 metoda penentuan dosis sterilisasi untuk memilih mana yang palingteliti, cepat dan sederhana pelaksanaannya. Tampak bahwa cara AAMI lebihteliti dan meyakinkan, tetapi cara pengerjaannya lebih repoL

3. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan statistika yang benar.Tetapi di sini tidak perlu dilakukan pengolahan data. akhir secara statistik ka­rena pada pengujian mikrobiologi misalnya untuk penentuan angka total bak­teri tidak dianjurkan menggunakan statistik karena koefisien keragamannyasangat tinggi. Biasanya dinyatakan dalam "range" yaitu batas minimum danmaksimumnya.

PUDJOPRAJITNO :

Disamping telah diperiksa keadaan mikroba pada makanan hewan percobaan yangdiiradiasi setelah 3 dan 6 bulan, apakah juga dilihat perubahan keadaan gizi makan­an terse but? Kalau dilihat bagaimana hasilnya?

MUNSIAH MAHA :

Perubahan gizi tidak diperiksa. Tetapi dari berbagai pustaka diketahui bahwa peru­bahan gizinya sedikit sekali karena iradiasi dilakukan pada produk kering. Perubah­an gizi dapat lebih diperkecil bila bahan diiradiasi dalarn kondisi hampa udara.

ROSALINA :

Apakah untuk makanan hewan tidak ada batasan dosis, seperti pada manusia arnan10 kGy? Karena dengan dosis 25 kGy merupakan dosis yang tinggi di mana ke­mungkinan sudah mempengaruhi komposisi kimia makanan sehingga mutu makan­an tersebut menjadi menurun.

MUNSIAH MAHA :

Untuk makanan hewan memang tidak ada negara yang mengeluarkan "clearance"

khusus tentang batasan dosis maksimum yang dianggap arnan. Perubahan mutu me­mang ada tapi lebih kecil bila dibandingkan dengan cara sterilisasi misalnya perna­nasan, karena produk ini kering (kadar air <10%).Kenyataan di beberapa negara yang telah menggunakan teknologi ini selama ber­tahun-tahun, tidak menemukan adanya kelainan pada hewan yang diberi makananiradiasi bahkan dengan dosis sampai 4 Mrad sekalipun.

221