Muhammad Andy a 0608831

14
TEKNIK RISET OPERASI Pengembangan Teknologi Komputer & Informasi sebagai Langkah Rehabilitasi Tuna Netra di Indonesia Muhammad Andy Andiansyah 0608831 C2 Abstraksi Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi vital bagi manusia. Tidak berlebihan apabila dikemukakan bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatan, sedangkan selebihnya berasal dari panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bila seseorang mengalami gangguan pada indera penglihatan, maka kemampuan aktifitasnya akan jadi sangat terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jauh berkurang dibandingkan mereka yang berpenglihatan normal. Hal ini, apabila tidak mendapat penanganan/rehabilitasi khusus, akan mengakibatkan timbulnya berbagai kendala psikologis, seperti misalnya perasaan inferior, depresi, atau perasaan hilangnya makna hidup. Di Indonesia alat bantuk utama untuk tuna netra yaitu tongkat khusus. Akan tetapi alat ini memiliki berbagai macam keterbatasan, sehingga hanya sebagian kecil saja informasi yang dapat dipahami dari lingkungan dimana dia berada. Dewasa ini, perkembangan teknologi yang pesat membuka peluang pengembangan berbagai alat bantu yang memanfaatkan berbagai disiplin ilmu, seperti alnya GPS, computer vision, virtual reality, SMS Speech, serta berbagai perangkat lunak dan perangkat keras ntuk memberikan informasi yang lebih utuh bagi tuna netra.

Transcript of Muhammad Andy a 0608831

Page 1: Muhammad Andy a 0608831

TEKNIK RISET OPERASI

Pengembangan Teknologi Komputer & Informasi

sebagai Langkah Rehabilitasi Tuna Netra di Indonesia

Muhammad Andy Andiansyah 0608831 C2

Abstraksi

Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi vital bagi manusia. Tidak berlebihan apabila

dikemukakan bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera

penglihatan, sedangkan selebihnya berasal dari panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat

dipahami bila seseorang mengalami gangguan pada indera penglihatan, maka kemampuan aktifitasnya

akan jadi sangat terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jauh berkurang dibandingkan mereka

yang berpenglihatan normal. Hal ini, apabila tidak mendapat penanganan/rehabilitasi khusus, akan

mengakibatkan timbulnya berbagai kendala psikologis, seperti misalnya perasaan inferior, depresi,

atau perasaan hilangnya makna hidup. Di Indonesia alat bantuk utama untuk tuna netra yaitu tongkat

khusus. Akan tetapi alat ini memiliki berbagai macam keterbatasan, sehingga hanya sebagian kecil

saja informasi yang dapat dipahami dari lingkungan dimana dia berada. Dewasa ini, perkembangan

teknologi yang pesat membuka peluang pengembangan berbagai alat bantu yang memanfaatkan

berbagai disiplin ilmu, seperti alnya GPS, computer vision, virtual reality, SMS Speech, serta

berbagai perangkat lunak dan perangkat keras ntuk memberikan informasi yang lebih utuh bagi tuna

netra.

Page 2: Muhammad Andy a 0608831

I. Pendahuluan

Komputer untuk tuna netra, Mungkin kita merasa aneh atau tidak yakin apakah ada.

Bukankah komputer yang kita kenal terdiri dari layar (monitor) yang menampilkan gambar, tulisan,

video, musik dan lain-lainnya; tombol huruf (keyboard) seperti pada mesin tik; dan peralatan besar

yang disebut alat cetak (printer). Apakah para tuna netra bisa menggunakannya? Bagaimana cara

melihat gambar di layar, bagaimana cara membaca tulisan di layar, bagaimana cara mengetiknya?

Kalau sedang browsing internet, bagaimana cara mengetahui kita berada di situs mana, apa isinya dan

bagaimana kalau ingin mencetaknya di kertas?

Tapi tidak ada yang mustahil dengan semakin majunya teknologi komputer. Semuanya

menjadi mungkin berkat kerja para insinyur. Mereka membuat alat penerjemah untuk mengubah

huruf-huruf tulisan (Latin) ke dalam huruf Braille. Mungkin kita masih tidak percaya ketika

mendengar bahwa tunanetra bisa mengoperasikan komputer atau bahkan berselancar di belantara

internet. Tapi pada kenyataannya, semua hal tersebut sudah terjadi. Para tunanetra dengan bantuan

teknologi maju sudah bisa mengoperasikan komputer. Baik itu operating system windows, program

microsoft office, atau hanya sekedar memutar musik berformat mp3 yang tersimpan di hardisk

komputer. Teknologi bagi tunanetra ini dengan sendirinya telah membantu proses pengwujudan

masyarakat yang inklusif. Paradigma masyarakat mulai terbuka dan sadar bahwa tunanetra bukan

hanya tukang pijit, pemain alat musik, atau peminta-minta. Tapi sekarang masyarakat tahu bahwa ada

yang bisa mengoperasikan komputer, melakukan tugas tulis menulis, membuat musik melalui

keyboard dan komputer, menjadi penerjemah bahasa, dan lain-lain.

Page 3: Muhammad Andy a 0608831

II. Teknologi Awal untuk Tuna Netra

Braille adalah sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh orang buta. Sistem ini

diciptakan oleh seorang Perancis yang bernama Louis Braille yang buta disebabkan kebutaan waktu

kecil. Ketika berusia 15 tahun, Braille membuat suatu tulisan tentara untuk memudahkan tentara

untuk membaca ketika gelap. Tulisan ini dinamakan huruf Braille. Namun ketika itu Braille tidak

mempunyai huruf W.

Sistem tulisan Braille mencapai taraf kesempurnaan di tahun 1834. Huruf-huruf

Braille menggunakan kerangka penulisan seperti kartu domino. Satuan dasar dari sistem

tulisan ini disebut sel Braille, di mana tiap sel terdiri dari enam titik timbul; tiga baris dengan

dua titik. Keenam titik tersebut dapat disusun sedemikian rupa hingga menciptakan 64

macam kombinasi. Huruf Braille dibaca dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan abjad,

tanda baca, angka, tanda musik, simbol matematika dan lainnya. Ukuran huruf Braille yang

umum digunakan adalah dengan tinggi sepanjang 0.5 mm, serta spasi horizontal dan vertikal

antar titik dalam sel sebesar 2.5 mm.

Braille terdiri dari sel yang mempunyai 6 titik timbul yang dinomorkan seperti

berikut:

 

dan kehadiran atau ketiadaan titik itu akan memberi kode untuk simbol tersebut. Huruf

Braille Bahasa Melayu adalah hampir sama dengan kode huruf Braille Inggeris. Perkataan,

simbol (seperti tanda seru dan tanda soal), beberapa perkataan dan suku kata bisa didapat

secjara terus. Contohnya perkataan orang disingkat menjadi org. Ini membolehkan buku

Braille yang lebih nipis dicetak.

Page 4: Muhammad Andy a 0608831

Huruf Braille juga telah diperkaya sehingga dapat digunakan untuk membaca nota

musik dan matematik. Kini Braille telah diubahsuai dengan menambah dua lagi titik

menjadikan Braille menjadi kode 8 titik. Ini memudahkan pembaca Braille mengetahui huruf

tersebut adalah huruf besar atau kecil. Selain itu, penukaran ini membolehkan huruf huruf

ASCII dipertunjukkan dan kombinasi 8 titik ini diekodkan dalam standard Unicode.

Braille boleh dihasilkan menggunakan batuan loh ( slate) dan stilus ( stylus ) di mana

titik dihasilkan daripada belakang muka kertas, menulis dengan gambar cermin,

menggunakan tangan, atau menggunakan mesin taip Braille yang dikenali sebagai Perkins

Brailler. Braille juga dapat dihasilkan menggunakan mesin cetak Braille yang disambung

kepada komputer.

Huruf dan nomor 

 

A, 1 B, 2 C, 3

 

D, 4

 

 

E, 5 F, 6 G, 7

 

H, 8

 

 

I, 9 J, 0 K

 

L

 

Page 5: Muhammad Andy a 0608831

 

M N O

 

P

 

 

Q R S

 

T

 

 

U V W

 

X

 

 

Y Z

   

 

Page 6: Muhammad Andy a 0608831

III. STUDI KASUS : REHABILITASI TUNA NETRA DI JEPANG

Dalam survey di Jepang pada th.1981, diketahui bahwa penderita tuna netra di Negara ini

berkisar pada angka 353.000 orang. Sebagai negara maju, Jepang telah melakukan langkah

rehabilitasi Pertama-tama, bagi para tuna netra, setelah melewati prosedur pemeriksaan formal mereka

akan mendapat buku/kartu pengenal penyandang cacat (termasuk di dalamnya gangguan visual

sebagai salah satu kategori). Dengan kartu/buku pengenal ini, penyandang tuna netra akan

memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan maupun pelayanan khusus yang disediakan oleh

pemerintah Jepang. Misalnya mendapat keringanan biaya saat membeli piranti pendukung a.l. voice

watch, tape recorder maupun fasilitas-fasilitas sosial yang lain. Adapun alat pembantu berjalan

seperti stick putih, papan Braille (点字板) dapat diperoleh langsung di loket pelayanan khusus yang

tersedia di bagian kesejahteraan kantor kelurahan atau kecamatan setempat. Selain berbagai macam

fasilitas sosial sebagaimana tersebut di atas, pemerintah Jepang juga menyelenggarakan pelatihan

rehabilitasi bagi para tuna netra. Pada situs VIRN (Vision Impairments' Resource Network),

diterangkan ada 3 jenis rehabilitasi sbb.

1. Rehabilitasi medis

Diselenggarakan oleh beberapa klinik atau rumah sakit (low vision clinic, rumah sakit mata)

2. Rehabilitasi Psikis dan Sosial

Adalah tahap pelatihan agar penyandang tuna netra dapat beradaptasi dengan lingkungan dan

masyarakat sekitarnya. Termasuk dalam kategori ini adalah training pengenalan huruf Braille,

pelatihan cara berjalan dengan memakai stick putih. Dengan pelatihan ini diharapkan para

tuna netra dapat memiliki kemampuan berdikari dalam hidup bermasyarakat, sehingga pada

gilirannya akan meningkatkan rasa percaya diri dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

3. Rehabilitasi lingkungan kerja

Rehabilitasi ini bertujuan memberikan pelatihan ketrampilan kepada penyandang tunanetra,

agar dapat memiliki keahlian dan ketrampilan untuk melakukan pekerjaan dimasyarakat.

Rehabilitasi jenis ini diwujudkan dengan adanya lembaga pendidikan bagi tuna netra.

Page 7: Muhammad Andy a 0608831

Pada awalnya alat penuntun bagi tuna netra di Jepang adalah tongkat putih atau anjing

penuntun yang telah dilatih secara khusus. Akan tetapi kedua alat ini memiliki berbagai macam

keterbatasan, sehingga hanya sebagian kecil saja porsi informasi yang dapat difahami dari lingkungan

dimana tuna netra tsb. berada. Seiring dengan semakin majunya teknologi modern, serangkaian

penelitian telah dilakukan oleh universitas maupun R & D perusahaan di

Jepang. Penelitian ini bertujuan memberikan kontribusi bagi rehabilitasi penyandang tuna

netra, agar mereka dapat memanfaatkan kemajuan teknologi modern untuk meningkatkan tingkat

adaptasi dengan lingkungannya. Kontribusi teknologi modern bagi rehabilitasi dan peningkatan taraf

hidup penyandang tuna netra Perkembangan teknologi di bidang IT, medical engineering maupun

biological engineering telah memberikan peluang pengembangan berbagai alat bantu yang ditunjang

oleh teknologi modern. Serangkaian penelitian telah dilakukan melibatkan berbagai aspek teknologi,

yang antara lain dapat disebutkan sebagai berikut.

1. Guide Device for the Visually Handicapped

Sistem ini merupakan hasil proyek kerja sama antara Kementrian Perdagangan & Industri

dengan Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan. Sistem ini dikembangkan dengan

memadukan teknologi photoelectric & ultrasonic, untuk mendeteksi obstacle. Data ini

kemudian ditransmisikan kepada user lewat micro-computer. Output dari transmisi berupa

suara/bunyi yang akan diteruskan ke pendengaran pemakai (user). Dengan demikian, mereka

akan dapat memahami situasi lingkungan di mana dia berada. Mereka pun dapat mengenali

jenis obyek yang menjadi penghalang di depannya, sehingga dapat berjalan dengan aman.

2. Mesin foto copy Braille

Sistem ini dilengkapi dengan OBR (Optical Braille Character Reader). Pertama-tama draft

yang tertulis dalam huruf braille akan mengalami proses "Braille Character Recognition", dan

hasil dari proses ini akan ditampilkan di CRT berupa huruf braille ataupun huruf alphabet,

katakana pada umumnya. Kemudian user akan mengoreksi sekiranya ada kesalahan pada

hasil baca OBR tsb. dan kemudian, hasil editing ini akan diteruskan ke Braille I/O

typewriter. Sebagaimana no.1 di atas, proyek ini juga merupakan hasil proyek kerja sama

antara Kementrian Perdagangan & Industri dengan Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan.

3. Book-reader for the Visually handicapped

System ini terdiri dari : alat otomatis untuk mmembalik halaman, scanner, character

recognizer, sistem untuk analisa kalimat, speech synthesizer, dan recording unit. Cara kerja

sistem ini adalah sbb. Buku ditempatkan di posisi terbaca oleh scanner, dan kemudian scanner

akan mengubah tampilan ke bentuk image. Selanjutnya character recognizer (OCR) akan

Page 8: Muhammad Andy a 0608831

melakukan transformasi image-character, dan sehingga didapat text-based information. Hasil

proses ini akan melalui analisa gramatikal, sehingga didapat kalimat yang benar secara

grammar dan dapat difahami. Selanjutnya speech synthesizer akan mengubah kalimat ini ke

dalam media suara, sehingga dapat dipahami oleh penderita tuna netra.

4. Three-dimensional Information Display Unit

Display ini dibuat dari banyak pin 3 dimensi. Alat ini ditujukan khusus untuk para tuna netra,

sehingga informasi lingkungan yang berada di depannya akan diterjemahkan ke dalam pattern

tertentu yang ditunjukkan oleh komposisi pin pada display.

5. Sistem Navigasi menggunakan Optical Beacon (Tokai University)

Sistem ini ditujukan untuk membantu membimbing user (= tuna netra) di dalam ruangan, agar

bisa menuju lokasi yang diinginkan dalam suatu bangunan. Dibandingkan dengan sistem

navigasi yang memakai GPS, sistem yang ditunjang oleh optical beacon ini memiliki

keunggulan dalam pemakaian dalam ruangan. GPS memang memberikan informasi yang

cukup handal untuk pemakaian di outdoor environment, akan tetapi kurang tepat untuk

pemakaian indoor. Sistem yang dikembangkan oleh team Tokai University ini diuji dalam

suatu ruangan yang dilengkapi dengan optical beacon yang berfungsi sebagai transmitter sinar

infra merah. User membawa sebuah receiver yang menerima signal dan informasi yang

dipancarkan oleh optical beacon tsb. Selanjutnya dari signal ini, system akan menghitung

posisi dimana user berada. Informasi posisi ini akan dipancarkan ke user, dan receiver akan

meneruskannya ke processing unit (notebook computer) yang dibawa oleh user tsb. Informasi

posisi ini akan berfungsi sebagai input bagi processing unit, dan outputnya adalah informasi

berupa suara dari speaker, yang menuntun user ke arah tujuan yang diinginkan.

6. Pengembangan sistem transfer informasi visual 3 dimensi ke dalam informasi dimensional

virtual sound. (Tsukuba University).

Informasi visual disekeliling user diperoleh melalui stereo kamera, untuk memperoleh

gambaran 3 dimensi posisi dan situasi dimana user berada. Kemudian informasi ini

diterjemahkan dan disampaikan kepada user dengan memakai 3 dimensional virtual acoustic

display. Dengan demikian user akan memperoleh informasi benda apa saja yang disekitarnya

dan bagaimana pergerakan masing-masing object tsb.

Page 9: Muhammad Andy a 0608831

IV. Pembahasan

Pengembangan Teknologi Komputer dan Informasi

sebagai Langkah Rehabilitasi Tuna Netra

Di Indonesia telah dilakukan berbagai penelitian dan pengembangan sistem

rehabilitasi tuna netra menggunakan teknologi komputer dan informasi :

• Software Braille

Apakah orang tuna netra memerlukan peralatan komputer sendiri yang berbeda dari

komputer biasa? Ya. Mereka memerlukan alat penerjemah berupa program (software)

dwi-bahasa, yaitu kode-kode perintah tertulis yang menyuruh komputer untuk

mengubah huruf Latin menjadi huruf Braille, dan sebaliknya mampu mengubah huruf

Braille menjadi huruf Latin.

Program itu bekerja dengan mengubah teks tertulis di layar komputer menjadi

informasi huruf-huruf Braille yang dapat dicetak. Jadi pemakai membaca teks bukan

di layar komputer, melainkan di kertas, dalam huruf-huruf Braille.

• JAWS

Program ini untuk selanjutnya disebut program pembaca layar atau Screen reader.

Sebagai contoh salah satu merek dari program ini adalah JAWS yang merupakan

singkatan dari Job Access with Speech yang bisa anda lihat info lebih lengkapnya di

homepagenya di alamat http://www.freedomscientific.com. Prinsip kerja dari program

pembaca layar adalah memperoses tulisan atau teks yang muncul di layar untuk

kemudian direproduksi dalam bentuk suara yang bisa didengar oleh seseorang melalui

headset atau loud speaker. Untuk program jaws misalnya, ia masih menggunakan

sistem speling dan pronunciation bahasa inggris, jadi sebuah teks dalam bahasa

apapun, akan dieja dalam bahasa inggris. Tapi perlu ditekankan, bukan diterjemahkan

dalam bahasa Inggris, hanya dibaca dengan dialeg Inggris. Jadi pada intinya, semua

yang muncul dan tertulis dilayar, dapat dibaca oleh tunanetra dengan mendengarkan

suara yang membacakan lafal dari teks tersebut. Hanya teks yang dapat dibaca, tidak

Page 10: Muhammad Andy a 0608831

bisa buat gambar atau grafik. Singkat cerita, mekanisme ini seperti seorang pembaca

pribadi bagi tunanetra yang terdapat dalam sebuah komputer.

• Dislay Braille

Layar komputer untuk tuna netra diganti dengan alat sentuh/raba yang disebut dengan

Braille display. Sekilas alat ini tampak seperti sebuah notebook atau mungkin sebuah

peralatan equilizer.

• Embosser Braille

Ini adalah pengganti mesin printer. Penampilannya mirip mesin printer biasa. Hanya

saja alat ini tidak mencetak huruf melainkan titik-titik timbul (emboss) pada kertas

untuk membentuk huruf-huruf Braille. Karena harus membuat titik-titik timbul, mesin

embosser ini lumayan berisik ketika digunakan. Supaya pemakainya dapat bekerja

mandiri, mesin embosser ini dilengkapi dengan antar-muka suara untuk memandu

pemakai memasang kertas pada mesin embosser.

• Graphic printout

Mencetak gambar yang telah dibuat oleh software gambar Braille.

• Keyboard Braille

Bagaimana jika ingin mengetik, misalnya menulis cerita, diari, laporan, jadwal, dan

sebagainya?

Hal itu dilakukan seperti mengetik dengan keyboard biasa. Hanya saja, tombol-

tombol keyboardnya menggunakan selimut/penutup bercetak huruf Braille, bukan

huruf Latin. Dengan berlatih sebentar untuk mengenali letak-letak tombol,

pemakainya akan cepat mahir mengetik dan berkarya.

• Alat Bantu Suara

Selain keyboard Braille, komputer untuk tuna netra juga dilengkapi dengan program

suara, yang mengubah tulisan/teks menjadi suara.

• Kertas Braille

Kertas yang digunakan untuk mencetak huruf Braille dari komputer adalah jenis

continues paper. Kertas itu adalah kertas perforasi (berlubang-lubang) dan dilipat agar

Page 11: Muhammad Andy a 0608831

mudah dimasukkan ke dalam printer atau embosser Braille. Kertas itu dapat dipisah-

pisahkan setelah dicetak. Sisi dari setiap halaman juga berlubang-lubang agar sisi

dengan lubang traktor mudah disobek.

• OCR : Roman Alphabets-Braille Converter System

System ini merupakan pengembangan software OCR, sehingga hasil scanning

terhadap buku, dokumen,suratkabar dsb. akan diubah format penyajiannya ke dalam

braille-based output. Selain itu terbuka juga kemungkinan untuk memadukannya

dengan text to speech synthesizer sehingga didapat output berupa suara.

• Pengembangan perpustakaan CD yang dikhususkan bagi para tuna netra, sesuai

dengan standar internasional DAISY (Digital Audio-Based Information

System).

Di Jepang, sistem ini telah berkembang dengan baik, dan dengan memanfaatkan

teknologi kompresi, sebuah CD dapat menyimpan rekaman sepanjang 50 jam.

• Pengembangan software voice recognition system khusus untuk bahasa

Indonesia, sebagai

media input bagi komputer.

Dengan demikian, pihak pemakai (dalam hal ini tuna netra) dapat menulis makalah,

mengedit dsb. tanpa (atau meminimisir) menggunakan keyboard, dan sebagai

gantinya memakai software tsb. untuk merubah suara ke dalam text.

• Metode untuk mengekstrak secara otomatis huruf dari citra berwarna, dengan

memakai metode jaringan saraf tiruan (artificial neural networks.)

Kamera berfungsi sebagai sensor yang menangkap gambar lingkungan dimana

seseorang berada. Selanjutnya sistem ini akan menganalisa ada tidaknya informasi

berupa tulisan. Seandainya ada informasi tertulis (yang berupa citra), maka tulisan

tersebut akan dipisahkan dari informasi yang lain, dan diteruskan kepada sebuah

character recognition system untuk dikonversikan ke dalam kode huruf (image to

text conversion). Di masa depan, sistem ini akan dipadukan dengan TTS (Text to

Speech) synthesizer, yang akan mentransfer output berupa teks menjadi dalam suara

yang dapat difahami oleh tuna netra.

Page 12: Muhammad Andy a 0608831

• Text To Speech

Text to Speech (TTS) merupakan salah satu aplikasi dalam bidang teknologi

informasi sebagai salah satu cara interaksi manusia dengan komputer dengan

mengkonversi teks menjadi ucapan. Sampai saat ini, TTS Bahasa Indonesia sudah

dibuat untuk penggunaan di personal computer. Telepon seluler juga merupakan

sistem komputer yang digunakan sebagai perangkat komunikasi. Namun, belum ada

TTS Bahasa Indonesia untuk penggunaan di telepon seluler. Pada telepon seluler,

pengucapan teks bermanfaat dalam komunikasi melalui teks (Short Message Service),

terutama bagi pengguna yang memiliki keterbatasan dalam pembacaan SMS, seperti

penderita tuna netra. Dengan menggunakan indra pendengaran, pengucapan teks pada

SMS akan sangat membantu penderita tuna netra dalam berinteraksi dengan telepon

seluler khususnya pembacaan SMS. TTS terdiri dari dua bagian besar, yaitu konversi

teks menjadi fonem dan konversi fonem menjadi ucapan. Pelaksanaan tugas akhir ini

adalah pembangunan aplikasi penerima SMS yang melakukan pengucapan dengan

TTS Bahasa Indonesia pada telepon seluler, dikhususkan pada sistem operasi

Symbian. Sistem TTS memanfaatkan database difon Bahasa Indonesia (Id1) yang

sudah tersedia serta menggunakan pembangkit ucapan Mbrola. Aplikasi SMS ini

mampu menerima SMS dan mengucapkan isi SMS (nomor/nama pengirim dan isi

pesan) sesuai dengan pengucapan Bahasa Indonesia.

• Browser

bernama WebAnywhere itu memungkinkan kaum buta melakukan banyak hal di

internet, mulai dari memeriksa jadwal penerbangan pada komputer publik di bandar

udara, rute bus, sampai mengetik e-mail di kafe internet. WebAnywhere dibuat oleh

seorang alumnus jurusan ilmu komputer dari Universitas Washington. Aplikasi ini

diciptakan sebagai alternatif bagi software berbasis komputer, yang selama ini

dipakai untuk memandu orang buta berselancar di internet.

Page 13: Muhammad Andy a 0608831

V. Kesimpulan & Saran

Semua teknologi yang sudah disebutkan di atas, sangatlah membantu sekali bagi tunanetra.

Mereka bisa mengfungsikan kembali kemampuan administrasi atau tulis menulis yang sebelumnya

sangat sulit dilakukan secara mandiri. Tapi sayangnya, hal-hal tersebut belum tersosialisasi dengan

baik dalam masyarakat. Mereka masih menganggap instalasi teknologi bagi tunanetra membutuhkan

biaya yang sangat mahal. Walaupun penulis juga akui instalasi teknologi bagi tunanetra cukup mahal,

tapi manfaat yang dihasilkan jauh lebih besar jika dibandingan dengan harganya.

Diharapkan menginginkan setiap warnet memiliki minimal dua komputer bicara yang bisa

diakses oleh tunanetra. Sehingga tunanetra yang tidak memiliki komputer di rumah, bisa mengakses

teknologi dan informasi yang serupa lewat warnet. Sebenarnya hal tersebut tidak terlalu sulit untuk

direalisasikan. Harga program pembaca layar sekitar 250USD. Tapi juga tersedia versi trial yang bisa

dipasang gratis tanpa biaya.

Perpustakaan juga akan menjadi aksesibel jika menyediakan buku-buku dalam versi tulisan

braille atau buku bicara. Sebelumnya, tunanetra menganggap perpustakaan adalah tempat yang tak

bisa diakses. Tapi jika tersedia buku braille dan buku bicara, maka mereka juga bisa membaca buku

langsung di perpustakaan atau meminjamnya untuk dibaca di luar perpustakaan. Selain itu bisa juga

perpustakaan tidak perlu menyediakan buku braille atau bicara, tetapi cukup komputer bicara yang

akses katalog atau tulisan braille yang memuat informasi buku-buku apa saja yang tersedia di

perpustakaan tersebut. Sehingga tunanetra tidak perlu meminta pertolongan orang awas untuk mencari

buku dan membacakan katalog.

Teknologi bagi tunanetra memang sangat bermanfaat. Hal ini bisa memberikan hak-hak

tunanetra yang sama dengan orang lainnya. Jangan pernah jadikan tunanetra dan penyandang cacat

yang lainnya sebagai beban, tapi izinkan pula mereka dalam peran serta menyukseskan pembangunan

bangsa. Penulis berharap teknologi ini bisa cepat tersosialisasikan dalam masyarakat. Sehingga bisa

melahirkan ahli-ahli ilmu pengetahuan berikutnya yang berasal dari kaum penyandang cacat. Karena

mereka juga warga negara yang memiliki hak dan kewajiban untuk memajukan kehidupan bangsa.

Page 14: Muhammad Andy a 0608831

Referensi

Anto Satriyo Nugroho. ”Rehabilitasi Tuna Netra di Jepang : Survey Penelitian dan

kemungkinan Aplikasinya di Indonesia”

Edwin Rommel. “Pembangunan Aplikasi SMS To Speech Bahasa Indonesia pada Sistem

Operasi Symbian untuk Penderita Tuna Netra”

Deddy Sinaga. “Browser untuk si Buta”

Dimas Prasetyo M. “Teknologi bagi Tunanetra”

Arya Anggara. “Komputer buat Tuna Netra”

Ade Bunga Putri. “Komputer untuk Tuna Netra”

Beth E. Finn and Krista Caudill. “Development of a Computer-Based Interpretation System

for Deaf-Blind Individuals”

Tim Noonan, Adaptive Technology Services Manager. “Development Of An Accessible User

Interface For People Who Are Blind Or Vision Impaired As Part Of The Re-Computerisation

Of Royal Blind Society”

Anto Satriyo Nugroho. “Teknologi Bagi Tuna Netra”

Koswanto H., Thiang, Ricardo J. (2003) “Mesin Printer Huruf Braille Menggunakan

Mikrokontroler MCS-51.” Jurnal Teknik Elektro Vol. 3 No. 1.

Wikipedia. “Braille”