mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis,...

210
134 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INTENSIFIKASI PENGGUNAAN LKS DI KELAS V SDN 3 MEDANGLAYANG ROSID SUHENDAR A B S T R A K Refleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan, dan evaluasi secara optimal mengenai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada konsep teknologi tradisional dan modern, yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2006. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data secara empirik tentang peningkatan hasil belajar siswa dengan intensifikasi penggunaan LKS pada konsep teknologi tradisional dan modern di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu apabila proses pembelajaran konsep teknologi tradisional dan modern dilaksanakan dengan intensifikasi penggunaan LKS di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, maka hasil belajar siswa pada konsep teknologi tradisional dan modern akan meningkat. Penelitian dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas, mengambil subjek penelitian ialah 19 siswa kelas V SD Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Tindakan penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Untuk pengolahan data menggunakan analisis deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil balajar siswa memahami konsep teknologi tradisional dan modern di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang, terjadi peningkatan dari tiap-tiap siklus. Pembelajaran siklus pertama rata-rata 56,84 (56,84%), dan pembelajaran siklus kedua rata-rata 70,26 (70,26%). Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa Intensifikasi penggunaan LKS dapat Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Transcript of mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis,...

Page 1: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INTENSIFIKASI PENGGUNAAN LKS

DI KELAS V SDN 3 MEDANGLAYANG

ROSID SUHENDAR

A B S T R A K

Refleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan, dan evaluasi secara optimal mengenai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada konsep teknologi tradisional dan modern, yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2006. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data secara empirik tentang peningkatan hasil belajar siswa dengan intensifikasi penggunaan LKS pada konsep teknologi tradisional dan modern di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu apabila proses pembelajaran konsep teknologi tradisional dan modern dilaksanakan dengan intensifikasi penggunaan LKS di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, maka hasil belajar siswa pada konsep teknologi tradisional dan modern akan meningkat. Penelitian dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas, mengambil subjek penelitian ialah 19 siswa kelas V SD Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Tindakan penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Untuk pengolahan data menggunakan analisis deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil balajar siswa memahami konsep teknologi tradisional dan modern di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang, terjadi peningkatan dari tiap-tiap siklus. Pembelajaran siklus pertama rata-rata 56,84 (56,84%), dan pembelajaran siklus kedua rata-rata 70,26 (70,26%). Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa Intensifikasi penggunaan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa memahami konsep teknologi tradisional dan modern.

Kata Kunci : peningkatan, hasil belajar, intensifiaksi, LKS

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pengalaman dan temuan penulis yang telah menjadi guru sejak 1986, para guru jarang menggunakan LKS dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial karena mereka jarang melakukan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode studi pustaka, walaupun

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 2: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

menggunakan metode studi pustaka tetapi tidak didukung oleh LKS. Biasanya dilakukan secara spontanitas tanpa persiapan, petunjuk, dan langkah-langkah yang benar, dan tepat, sehingga pembelajaran membosankan bagi siswa dan hasilnya pun kurang memuaskan.

Alasan guru-guru jarang menggunakan LKS, guru-guru mendapat kesulitan dalam penggunaan LKS, walaupun dipergunakan kurang mencerminkan proses pembelajaran yang bermakna. Penyebabnya adalah masih belum berubahnya orientasi belajar dari orientasi tujuan ke orientasi keterampilan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Penggunaan LKS kurang berfungsi secara tepat. Para guru masih ada yang beranggapan bahwa LKS adalah sebagai salah satu alat evaluasi. Inilah persepsi yang harus diluruskan. Jadi, LKS bukanlah alat evaluasi, tetapi sebagai salah satu alat bantu pembelajaran., dikemukakan Darmodjo (1992: 40) bahwa “LKS merupakan salah satu alat bantu pengajaran yang berorientasi pada keterampilan proses yang dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran serta membantu siswa mengembangkan konsep-konsep .”

Secara umum masalah penelitian dirumuskan: “Bagaimana Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Intensifikasi Penggunaan LKS di Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Sedangkan secara khusus permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut:1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran sebagai upaya peningkatkan hasil

belajar siswa melalui intensifikasi penggunakan LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang?

2. Bagaimanakah upaya meningkatkan aktivitas siswa pada proses pembelajaran melalui intensifikasi penggunaan LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang?

3. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui intensifikasi penggunakan LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang?

4. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang?

Tujuan umum penelitian ini adalah intensifikasi penggunaan LKS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:1. Memperoleh data yang akurat tentang ketepatan perencanaan pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui intensifikasi penggunaan LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang

2. Meningkatkan aktVitas proses pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui intensifikasi penggunaan LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang .

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 3: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

3. Meningkatkan hasil proses pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui intensifikasi penggunaan LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang .

4. Menindaklanjuti dan mengatasi faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran IPS dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui intensifikasi penggunaan LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang.

Adapun manfaat penelitian adalah:1. Manfaat secara teoritis dari kegiatan penelitian adalah dapat

mengembangkan ilmu pendidikan tentang penggunaan LKS, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

2. Manfaat secara praktis adalah dapat memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman kepada guru dan siswa dalam memecahkan permasalahan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui intensifikasi penggunaan LKS di Kelas V Sekolah Dasar.

3. Manfaat secara kelembagaan adalah mengembangkan fungsi kelembagaan Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran, serta sebagai lembaga penelitian pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar.

B. METODE PENELITIANa. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu bentuk penelitian tindakan yang langsung dilaksanakan di kelas. Adapun model PTK yang dipilih adalah model Kemmis dan Taggart, dengan didasarkan pada pertimbangan bahwa model ini cukup sederhana, sehingga mudah dipahami. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan dalam pembelajaran, PTK dilakukan dalam bentuk pengkajian berdaur yang terdiri atas empat tahap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Merencanakan

Refleksi Melakukan Tindakan

MengamatiGambar 1

Empat Tahap dalam PTKSumber : Wardani,dkk. (2003: 2.4)

Setelah dilakukan refleksi, biasanya muncul permasalahan baru yang perlu mendapat perhatian. Kasbolah (1999: 7) mengemukakan bahwa

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 4: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

“Timbulnya permasalahan baru perlu dilakukan perencanaan ulang dan refleksi ulang sampai permasalahan dapat teratasi.”

Penelitian tindakan kelas layaknya tidak menggunakan istilah populasi, penarikan sampel, maupun kelas kontrol, tetapi menggunakan istilah subjek penelitian. Hal ini, disebabkan dalam tujuan penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran serta berkesinambungan. Kasbolah (1999: 32) menjelaskan bahwa “Tujuan akhir pelaksanaan tindakan kelas adalah meningkatkan (1) kualitas praktik pembelajaran di sekolah, (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.”

b. Pelaksanaan Tindakan Penelitian1) Tindakan pembelajaran siklus 1

- Perencanaan pembelajaran Pengetahuan Sosial, pada konsep Perkembangan Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan metode ceramah tanpa menggunakan LKS berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang.

- Proses pembelajaran Pengetahuan Sosial pada konsep Perkembangan Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi, dengan tanpa menggunakan LKS

- Refleksi hasil pembelajaran Pengetahuan Sosial pada konsep Perkembangan Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan tanpa menggunakan LKS, refleksi siklus pembelajaran 1.

2) Tindakan pembelajaran siklus 2- Perencanaan pembelajaran Pengetahuan Sosial pada konsep

Perkembangan Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan menggunakan LKS, berdasarkan hasil refleksi pada siklus pembelajaran 1.

- Proses pembelajaran Pengetahuan Sosial pada konsep Perkembangan Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan menggunakan LKS, sebagai perbaikan pada pembelajaran siklus 1.

- Refleksi hasil pembelajaran Pengetahuan Sosial pada konsep Perkembangan Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan menggunakan LKS, refleksi siklus pembelajaran 2.

3) Melakukan refleksi dan review secara keseluruhan dari dua siklus pembelajaran

c. Teknik Analisis Data Hasil PenelitianAnalisis data hasil penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif. Analisis dilakukan pada setiap siklus pembelajaran dengan menggunakan tahapan sebagai berikut:1) Pengumpulan data hasil Penelitian Tindakan Kelas tentang kemampuan siswa

menemukan jawaban yang di minta dalam LKS pada konsep Perkembangan Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 5: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

2) Interpretasi dan refleksi data, berdasarkan tingkatan pencapaian hasil belajar siswa melalui tes akhir pembelajaran.

3) Rekomendasi dan tindak lanjut ditentukan berdasarkan hasil refleksi data, untuk mengetahui perlu atau tidaknya diadakan siklus pembelajaran berikutnya.

C. HASIL PENELITIANBerdasarkan hasil analisis data pada pembelajaran silkus pertama, dan

kedua dengan melihat perbandingan rata-rata nilai pre test dan rata-rata nilai pos tes terjadi peningkatan-peningkatan untuk setiap siklus, sehingga taraf peningkatan kemampuan pemahaman dan menyimpulkan pada pembelajaran konsep teknologi produksi, komunikasi dan transportasi tradisional dan modern dengan instensifikasi penggunaan LKS telah tercapai rata-rata 75,18. Untuk lebih jelasnya, rincian setiap siklus adalah sebagai berikut: (1) Siklus pertama, nilai rata-rata postes 56,84 dan (2) Siklus kedua, nilai rata-rata postes 70,26. Pencapaian target minimal rata-rata 70 %.

Jumlah nilai dan rata-rata hasil tes akhir pembelajaran dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

1 20

200

400

600

800

1000

1200

14001080

1335

Tabel 1. Jumlah Hasil Tes Akhir

Axis

Title

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Siklus

Page 6: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1 20.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Grafik 2 Nilai Rata-rata Tes Akhir

Lembar Kerja Siswa menunjukkan peningkatan untuk setiap siklus pembelajaran. Kualitas LKS untuk pembelajaran IPS pada konsep teknologi produksi, komunikasi dan transportasi tradisional dan modern dapat dikategorikan baik dengan mencapai rata-rata 4,45. Untuk lebih jelasnya, rincian tiap-tiap siklus pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Siklus pertama mencapai skor rata-rata 3,37, dan (2) siklus kedua mencapai skor rata-rata 4,45.

1 20

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Grafik 3. Penilaian LKS

Series1

Keterampilan dan sikap sosial siswa dalam kegiatan kelompok untuk setiap siklus pada pembelajaran konsep teknologi transportasi tradisional dan modern dapat meningkat. Berdasarkan data, dapat diketahui bahwa cara menggunakan alat

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Siklus

Siklus

Page 7: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

dan menunjukkan ketertarikan mencapai nilai sangat baik, sedangkan keterampilan dan sikap sosial yang lainnya mencapai nilai baik.

Kadar waktu efektif belajar siswa untuk setiap siklus dapat meningkat. Berdasarkan data pada pembelajaran siklus terakhir dapat disimpulkan bahwa kadar waktu efektif belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi transportasi tradisional dan modern, rata-rata persentase off-task 5% berbanding dengan rata-rata persentase on-task 95% Hasil pengamatan ini, menunjukkan keefektifan belajar siswa sangat baik.

Kinerja siswa dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi produksi, komunikasi dan transportasi tradisional dan modern untuk setiap siklus pembelajaran terjadi peningkatan, yaitu telah mencapai skor rata-rata 4,60. Angka rata-rata seperti ini menunjukkan kinerja siswa pada siklus tiga baik sekali. Untuk lebih jelasnya kinerja siswa untuk setiap siklus pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Siklus pertama mencapai skor rata-rata 3,60 dan (2) siklus kedua mencapai skor rata-rata 4,60.

1 20

0.51

1.52

2.53

3.54

4.55

Grafik 4. Penilaian Kinerja Siswa

Series1

Kinerja guru dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi produksi, komunikasi dan transportasi tradisional dan modern terjadi peningkatan untuk setiap siklus pembelajaran. Hal ini, menunjukkan bahwa kinerja guru baik sekali dengan mencapai skor rata-rata 4,40. Untuk lebih jelasnya kinerja guru untuk setiap siklus pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Siklus pertama mencapai skor rata-rata 3,40, dan (2) siklus kedua mencapai skor rata-rata 4,40.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Siklus

Page 8: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1 20

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Grafik 5. Penilaian Kinerja Guru

Series1

Kemampuan siswa memahami dan menyimpulkan konsep teknologi produksi, komunikasi, transportasi tradisional dan modern dengan instensifikasi penggunaan LKS di kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Medanglayang, dapat meningkat. Peningkatan pemahaman siswa tersebut, tidak lepas dari instensifikasi penggunaan LKS yang tepat pada sasarannya, kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi yang baik, kinerja siswa dalam mengikuti pembelajaran yaitu melakukan tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk setiap siklus, dan instensifikasi bimbingan guru dalam penggunaan LKS yang baik untuk pembelajaran IPS pada konsep teknologi produksi, komunikasi dan transportasi tradisional dan modern.

D. SIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas, analisis data, pembahasan hasil penelitian, dan temuan-temuan penulis di lapangan tentang instensifikasi penggunaan LKS untuk meningkatkan kemampuan siswa pada konsep teknologi tradisional dan modern dengan instensifikasi penggunaan LKS di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Rencana pembelajaran disusun secara tepat berdasarkan pada Kurikulum

2006, juga dalam penyusunannya mempertimbangkan kemampuan dasar siswa yang dilengkapi dengan lembar kerja siswa yang mengarah pada materi konsep teknologi tradisional dan modern dengan instensifikasi penggunaan LKS .

2. Pelaksanaan proses pembelajaran IPS pada konsep teknologi tradisional dan modern, setelah dilakukan tindakan, hasil postesnya mencapai 56,84

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Siklus

Page 9: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

(56,84%). Setelah dilakukan pembelajaran dua siklus pembelajaran, kemampuan siswa memahami dan menyimpulkan konsep teknologi tradisional dan modern mengalami peningkatan dengan hasil rata-rata postes mencapai 70,26 (70,26%).

3. Kualitas LKS untuk pembelajaran IPS pada konsep teknologi tradisional dan modern terjadi peningkatan untuk setiap siklus pembelajaran, pada pembelajaran siklus pertama mencapai rata-rata 3,12, dan pembelajaran siklus kedua mencapai rata-rata 3,37. kategori baik.

4. Hasil belajar siswa meliputi keterampilan dan sikap sosial siswa dalam kegiatan kelompok untuk setiap siklus pembelajaran terjadi peningkatan. Berdasarkan data, dapat diketahui bahwa menunjukkan ketertarikan mencapai nilai sangat baik, sedangkan keterampilan dan sikap sosial yang lainnya, yaitu melakukan pengamatan, merumuskan pemecahan masalah, bekerja sama, menghargai pendapat, dan berani berpendapat mencapai nilai baik.

5. Kadar waktu efektif belajar siswa untuk setiap siklus terdapat meningkat. Berdasarkan data pada pembelajaran siklus ketiga dapat disimpulkan bahwa kadar waktu efektif belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi tradisional dan modern, rata-rata persentase off-task 5% berbanding dengan rata-rata persentase on-task 95% Hasil pengamatan ini, menunjukkan keefektifan belajar siswa sangat baik.

6. Kinerja siswa dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi tradisional dan modern terjadi peningkatan, pada siklus pertama mencapai skor rata-rata 3,20, dan pembelajaran siklus kedua mencapai skor rata-rata 3,60, Kategori baik.

7. Kinerja guru dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi tradisional dan modern terjadi peningkatan, pada pembelajaran siklus pertama mencapai rata-rata 3,40, dan pembelajaran siklus kedua mencapai rata-rata 3,70. kategori baik sekali

8. Intensifikasi penggunaan LKS ternyata berhasil meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.

2. Saran-saranBerdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran IPS pada

konsep teknologi tradisional dan modern dengan instensifikasi penggunaan LKS, yang dilakukan di kelas V SD Negeri 3 Medanglayang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis maka penulis mengajukan saran-saran, di antaranya sebagai berikut:1. Kepada rekan guru diharapkan dapat mengintensifkan penggunaan LKS

yang tepat dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi tradisional dan modern, agar kemampuan siswa dalam memahami dan menyimpulkan konsep teknologi tradisional dan modern dapat meningkat.

2. Guru dalam mengajarkan IPS, diharapkan dapat membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan, melakukan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 10: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

proses pembelajaran dengan maksimal, dan melakukan evaluasi yang relevan dengan materi pembelajaran yang diberikan, sehingga siswa memiliki kemampuan memahami dan menyimpulkan konsep pembelajaran IPS.

3. Kepada pengelola pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatan dan dukungan kepada guru dalam meningkatkan aktVitas dan kreatVitasnya, agar proses pembelajaran dapat dilakukan dengan maksimal sehingga mutu pendidikan meningkat.

DAFTAR PUSTAKAChabib Thoha (2001). Teknik Evaluasi Pendidikan. Semarang : PT. Raja Grafindo

PersadaDepdiknas (2004). Kurikulum Standar Kompetensi. Jakarta: DepdiknasDimyati, dkk (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud, Rineka CiptaDjamarah, Syaiful Bahri. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka

Cipta.Hamalik Oemar (2002). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar. Bandung:

Rosda KaryaHamalik, Oemar (2002). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPIKasbuloh, Kasihani (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud.Lie Anita (2005). Cooperatif Learning. Jakarta : GramediaMulyasa, E (2007). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan

Implementasi. Bandung : Remaja Rosda KaryaNarbuko, Cholid (2001). Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi AksaraNasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.

Jakarta : Bumi Aksara. Rohani Ahmad (1990). Pengelolaan Pengajaran. Semarang : Rineka Cipta

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 11: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI KELAS IV SDN 3 SINDANGHERANG

DEDEH SAIDAH

A B S T R A K

Kenyataannya penggunaan media pendidikan belum sepenuhnya dapat dilakukan oleh para guru khususnya di Kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan-Kabupaten Ciamis, karena berbagai hambatan yang menyertainya yakni keterbatasan media sebagai media pengajaran guru, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak efektif, minat belajar siswa kurang dan kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Sehingga siswa kurang mampu untuk mengemukakan gagasan atau ide pakiran serta pengetahuan tentang kemampuan berbicara, karena siswa hanya mengetahui sebatas yang diberikan guru tanpa dilatih untuk berbicara menurut gagasannya sendiri. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dapat menggunakan media gambar seri untuk membantu kegiatan proses pembelajaran.

Rumusan masalah penelitian adalah (1) bagaimana peningkatan kemampuan menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang? (2) Bagaimana peningkatan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang? (3) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang?

PTK ini dilaksanakan dalam bentuk proses berdaur (siklus), tetapi siklus terdiri dari tahapan (fase): perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Analisis dan hasil penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan seluruh rangkaian penelitian mulai dari perencanaan sampai tahap refleksi, juga dengan daur dan hasil penelitian.

Hasil belajar berbicara siswa secara keseluruhan dapat diuraikan ddengan membandingkan nilai postes pada tindakan pertama dengan nilai postes pada tindakan kedua. Dari 16 orang siswa, ternyata nilai postes tindakan pertama mendapat jumlah 108,5 dengan nilai rata-rata 67,8 atau 67,8%, sedangkan nilai postes tindakan kedua mendapat jumlah 120,5 dengan nilai rata-rata 75,3 atau 75,3%. Perbedaan nilai rata-rata tindakan pertama dengan nilai rata-rata

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 12: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

tindakan kedua adalah sebesar 7,5%, tetapi hal ini sudah menunjukkan adanya peningkatan kearah yang lebih baik.

Kata Kunci : media, gambar seri, berbicara

A. LATAR BELAKANG Proses belajar mangajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi.

Komunikasi belajar seringkali tidak berlangsung secara efektif dan tidak efisien karena adanya faktor penghambat. Hal ini juga sebagai salah satu faktor penghambat komunikasi dalam proses belajar di sekolah, pesan atau materi pelajaran sulit dipahami oleh penerima pesan,karena metode pengajaran atau media pendidikan yang digunakan kurang efektif.

Komunikasi adalah tujuan dari berbicara, tetapi berbicara disini adalah dalam konteks Bahasa Indonesia. Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. (Djago Tarigan,1990:149). Dipandang dari segi bahasa menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi lisan.

Kenyataannya, pembelajaran berbicara di sekolah sering kurang dianggap perlu dan kurang ditangani serius, sebab dianggap siswa sudah bisa berbicara dan dapat dipelajari secara informal di luar sekolah. Karena sudah dapat berbicara itulah, guru menganggap tidak perlu memberikan penekanan kegiatan berbicara dalam kurikulum sekolah dasar. Pembelajaran bahasa lebih di tekankan pada membaca dan menulis.

Pada waktu siswa masuk ke sekolah dasar, tentunya dengan kemampuan berbicara yang beragam. Guru bertanggung jawab untuk menguatkan kemampuan berbicara siswa yang beragam tersebut. Namun untuk memperbaiki hal itu perlu waktu, karena sikap berubah secara perlahan dan dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam maupun lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran berbicara di sekolah dasar perlu direncanakan dan dikembangkan oleh guru. Masa usia sekolah dasar masa yang sangat baik untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut para guru dapat menggunakan media pembelajaran. Hamalik seperti dikutip oleh Arsyad, Azhar (2007: 15) mengemukakan bahwa” pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Media pendidikan bagi guru merupakan alat yang dapat membantu mempermudah dalam penyampaian konsep yang dimaksud pada siswanya. Media pendidikan yang digunakan dalam proses belajar mengajar harus berkaitan dengan tujuan pembelajaran umum, strategi belajar mengajar, dan system evaluasi pengajaran yang digunakan. (Sudirman, 1992 : 211).

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 13: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Dalam pelaksanaan KBM, untuk mendapatkan situasi belajar yang epektif dan efisien, seorang pendidik dianjurkan untuk menggunakan alat peraga, media dan alat Bantu mengajar. Hal tersebut terungkap berdasarkan pendapat pakar pendidikan di bawah ini :

Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media, tetapi juga memiliki keterampilan dan menggunakan media serta menguasai media itu dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan dan kemampua guru serta minat dan kemampuan siswa. (Oemar Hemalik, 1989 : 36 ).

Salah satu media pembelajaran yang akan digunakan adalah media gambar seri dalam pembelajaran karena tujuan utama dan pembelajaran tiada lain untuk mencapai sesuatu yaitu belajar yang optimal, prestasi belajar yang memuaskan yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini ditegaskan oleh (Rosmiati, 1992 : 53), bahwa media pendidikan dapat berperan dalam membuktikan informasi yangditerima siswa secara verbal atau tulisan, juga memperoleh dari objek yang sesungguhnya atau yang mendekati yang sebenarnya.

Kenyataannya penggunaan media pendidikan belum sepenuhnya dapat dilakukan oleh para guru khususnya di Kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan-Kabupaten Ciamis, karena berbagai hambatan yang menyertainya yakni keterbatasan media sebagai media pengajaran guru, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak efektif, minat belajar siswa kurang dan kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Sehingga siswa kurang mampu untuk mengemukakan gagasan atau ide pakiran serta pengetahuan tentang kemampuan berbicara, karena siswa hanya mengetahui sebatas yang diberikan guru tanpa dilatih untuk berbicara menurut gagasannya sendiri. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dapat menggunakan media gambar seri untuk membantu kegiatan proses pembelajaran.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penggunaan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia Di kelas IV SDN 3 Sindangherang Kec. Panumbangan Kabupaten Ciamis?

Rumusan masalah tersebut lebih lanjut dirinci dengan pertanyaan penelitian tindakan sebagai berikut :1. Bagaimana peningkatan kemampuan menyusun rencana pembelajaran

dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang Kec. Panumbangan?

2. Bagaimana peningkatan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang Kec. Panumbangan?

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 14: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang Kec. Panumbangan?

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana

pembalajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan-Kabupaten Ciamis.

2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembalajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan-Kabupaten Ciamis.

3. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan media gambar seri dalam kemampuan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV Kecamatan Panumbangan-Kabupaten Ciamis.

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan potensi berfikir, minat dan bakat melalui pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

c. Meningkatkan motivasi untuk gemar belajar Bahasa Indonesia sehingga proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

2. Bagi Guru a. Untuk memperoleh gambaran dan menjadikan suatu alternatif media

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. b. Menjadikan dorongan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan

dengan melaksanakan pembelajaran yang bermakana.c. Memberikan pengalaman dalam mengatasi permasalahan melalui

pelaksanaan penelitian tindakan kelas.3. Bagi Kepala Sekolah

Merupakan bahan dalam supervisi untuk meningkatakan proses pembelajaran yang dikakukan guru di kelas dan memotivasi guru lain serta tersedianya media pembelajaran untuk melakukan PTK.

B. METODE PENELITIAN1. Setting dan Subjek Penelitian

SD Negeri 3 Sindangherangyang beralamat di Dusun Bungursari Desa Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Personil Sekolah

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 15: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah, 6 orang guru kelas, dan 3 orang guru sukwan.

Jumlah siswa SD Negeri 3 Sindangherangpada bulan September 2012 adalah 148 siswa, terdiri dari 78 siswa laki-laki dan 70 siswa perempuan.

a. Keadaan KelasKelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri

3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis yang layak baik secara sarana, maupun prasarananya, dengan jumlah siswa 16 orang yang terdiri dari 8 orang siswa perempuan dan 8 orang siswa laki-laki, umur siswa kelas IV berada pada rentang 10-11 tahun. Keadaan ekonomi orang tua siswa heterogen, terdiri dari keluarga Pegawai Negeri, pedagang, dan buruh. Adapun prosentase siswa tersebut dapat dilihat pada tabet berikut ini:

Tabel 1Prosentase Jenis Kelamin Siswa Kelas IV

SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten CiamisTahun Ajaran 2012/2013

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase ( %)1 Laki-laki 8 50 %2 Perempuan 8 50 %

Jumlah 16 100 %

Dari data di atas yang dinyatakan dengan porsentase, keadaan siswa laki-laki 50% dan perempuan 50%.

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan guru yang melakukan tindakan pada pembelajaran di kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan-Kabupaten Ciamis. Jumlah siswa sebagai subjek penelitian terdiri dari 16 orang.

b. Profil ObseverDalam penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang observer dengan

profil observer sebagai berikut :Nama : Neni Omah Rohaeni, S.PdNIP : 19651029 198901 2 002Gol/Ruang : Pembina, IV/aJenis Kelamin : PerempuanPendidikan : S-1

2. Prosedur Penelitian

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 16: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

PTK ini dilaksanakan dalam bentuk proses berdaur (siklus), tetapi siklus terdiri dari tahapan (fase): perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Berikut digambarkan ikhtisar siklus tindakan pada penelitian :

Gambar 1 Bagan Model Dasar Siklus PTKMenurut Kemmis dan Taggart (dalam Kasbolah,1998:124)

Identifikasi MasalahMasalah

Siklus 1

Siklus 2

MenyusunRencana

Refleksi Siklus 1

Tindakan & ObservasiPembelajaran Siklus 1

Refleksi Siklus 2

Tindakan & ObservasiPembelajaran Siklus 2

Perbaikan Rencana

Evaluasi Keseluruhan Tindakan & Membuat Rekomendasi (Saran)

b. OrientasiPada tahap ini guru kelas mengorientasi dan mengidentifikasi masalah yang merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:1) Melakukan kegiatan orientasi dengan penellitian berfokus dalam

menganalisis perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 17: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

SDN 3 Sindangherangtentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk penggunaan suatu alat.

2) Mengidentifikasi pengalaman mengelola proses pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang

c. Perencanaan tindakan penelitian1) Penentuan siklus tindakan penelitian

Siklus tindakan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, sebagaimana dijelaskan di atas bahwa jenis PTK yang akan digunakan adalah model Kemmis dan Taggart.

3) Penetapan teknik pelaksanaan tindakan penelitianTeknik pelaksanaan tindakan penelitian terdiri dari empat kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Namun, PTK yang akan digunakan dalam model Kemmis dan Taggart yaitu kegiatan tindakan dan observasi dilaksanakan secara serempak.

Penetapan instrumen tindakan penelitianInstrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:a. Tes Lisan, tes lisan dilakukan pada pembelajaran dan di akhir

pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa teerhadap materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

b. Observasi, obsevasi dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran baik yang bersifat umum maupun khusus. Aspek yang diobsevasi diantaranya ialah aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitas guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan penelitiana. Tindakan Pembelajaran Siklus 1

a) Menyusun perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherangtentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk penggunaan alat terhadap pengalaman.

b) Melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherangtentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk penggunaan alat dengan menggunakan media gambar seri.

c) Merefleksi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherangtentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk penggunaan alat. Hasil refleksi siklus pembelajaran 1 dijadikan bahan bagi tindakan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

b. Tindakan Pembelajaran Siklus 2a) Menyusun perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV

SDN 3 Sindangherangtentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk alat melalui percakapan untuk siklus II. Berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus I.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 18: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

b) Melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherangtentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk alat melalui percakapan siklus II, berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus I dan upaya perbaikan terhadap pembelajaran siklus I.

c) Refleksi hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherangtentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk alat melalui percakapan pada pembelajaran siklus II serta mengevaluasi hasil tindakan keseluruhan.

d) Mengadakan refleksi dan review secara keseluruhan.

3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Hasil PenelitianAnalisis dan hasil penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif

kuantitatif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan seluruh rangkaian penelitian mulai dari perencanaan sampai tahap refleksi, juga dengan daur dan hasil penelitian. Analisis dilakukan pada setiap siklus pembelajaran dengan menggunakan tahapan sebagai berikut :1. Pengumpulan data hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang

penggunaan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada materi petunjuk penggunaan suatu alat pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

2. Pengelompokan data, kinerja guru, aktivitas berbicara siswa, dan penggunaan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 3 Sindangherang2.

3. Interpretasi dan refleksi data, berdasarkan tingkatan pecapaian, misalnya baik, sedang, atau kurang.

4. Rekomendasi dan tindak lanjut ditentukan berdasarkan hasil refleksi data, apakah perlu atau tidak diadakan siklus pembelajaran selanjutnya.

4. Indikator Keberhasilan

Agar tindakan dalam PTK ini tepat sasaran, maka peneliti bersama teman sejawat dan kepala sekolah menetapkan kriteria keberhasilan sebagai berikut:a. Guru mengalami peningkatan dalam mengelola pembelajaran Bahasa

Indonesia tentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk penggunaan alat sekurang-kurangnya mencapai nilai yang cukup baik untuk setiap aspek dari RPP dengan nilai rata-rata tidak kurang dari tujuan yang diharapkan.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 19: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

b. Siswa mengalami peningkatan pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan berbicara pada materi petunjuk penggunaan alat sekurang-kurangnya mencapai nilai KKM yang baik untuk rata-rata kelas yaitu 75%.

Tabel 2Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Kriteria Penentuan KKM PenentuanKKMKompleksitas Intake Siswa Sumber Daya Pendukung

Pendidik Sar/Pras

80 70 80 70 75

C. HASIL PENELITIAN Salah satu tahap kegiatan penelitian tindakan kelas adalah tahap refleksi

terhadap kegiatan yang telah dilakukan pada tindakan sebelumnya, untuk kemudian hasil refleksi tersebut dijadikan bahan pertimbangan pelaksanaan tindakan selanjutnya. Pada tahap refleksi diungkap beberapa aspek yang telah memenuhi standar yang diharapkan dan aspek-aspek yang belum memenuhi standar yang telah ditentukan.

Rencana pembelajaran yang telah disusun untuk pelaksanaan tindakan pertama sebagian besar telah memenuhi standar yang diharapkan, seperti diuraikan pada bagian analisis data hasil penelitian. Standar tersebut didasarkan pada perolehan skor pada tiap indikator, yakni mendapat skor maksimal 1 atau dengan perolehan nilai akhir untuk tiap aspek mendapat kriteria sangat memadai dan sangat baik.

Aspek-aspek yang sangat memadai dan mendapat nilai sangat baik adalah aspek kurikulum, bahan pembelajaran, dan media/sumber belajar. Namun demikian aspek-aspek yang dimaksud belum memenuhi standar maksimal secara keseluruhan. Artinya nilai tiap-tiap aspek belum menunjukkan nilai maksimal, yakni nilai 4. Sedangkan pada rencana pembelajaran tindakan kedua aspek-aspek tersebut mendapat nilai maksimal 4, dan secara kualitatif mendapat kriteria sama yakni kriteria sangat baik.

Rencana pembelajaran terlihat adanya perubahan ke arah penyempurnaan. Hal ini di buktikan dengan peningkatan porsentase nilai rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran tindakan pertama mendapat rata-rata skor 3,05 atau 76%, sedangkan rencana pembelajaran kedua mendapat rata-rata skor 3,8 atau 95%. Hal ini merupakan salah satu faktor meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan media gambar seri. 1. Pelaksanaan Tindakan

Pembahasan pelaksanaan tindakan difokuskan pada perbandingan aktivitas guru pada tindakan pertama dengan aktivitas guru pada tindakan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 20: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

kedua, serta perbandingan antara aktivitas siswa yang berkaitan dengan gambar seri pada tindakan pertama dengan tindakan kedua.

Nilai rata-rata aktivitas guru pada tindakan kedua mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan perolehan nilai pada tindakan pertama. Pada tindakan pertama nilai rata-rata aktivitas guru sebesar 2,93 atau 73,25%, sedangkan pada tindakan kedua sebesar 3,75 atau 93,75%.2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar berbicara siswa secara keseluruhan dapat diuraikan ddengan membandingkan nilai postes pada tindakan pertama dengan nilai postes pada tindakan kedua.

Dari 16 orang siswa, ternyata nilai postes tindakan pertama mendapat jumlah 108,5 dengan nilai rata-rata 67,8 atau 67,8%, sedangkan nilai postes tindakan kedua mendapat jumlah 120,5 dengan nilai rata-rata 75,3 atau 75,3%.

Perbedaan nilai rata-rata tindakan pertama dengan nilai rata-rata tindakan kedua adalah sebesar 7,5%, tetapi hal ini sudah menunjukkan adanya peningkatan kearah yang lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa hasil rata-rata nilai pretes, siklus I, dan siklus II dapat dikatakan mengalami peningkatan. Karena nilai rata-rata tes awal (pretes) ke siklus I terjadi kenaikan sebesar 9,38% (67,81% - 58,44%), dari siklus I ke siklus II teerjadi kenaikan sebesar 7,5% (75,3% - 67,81%). Dengan demikian target nilai rata-rata siswa yang telah ditetapkan yaitu 75% telah tercapai, walaupun dengan kenaikan yang tidak terlalu tinggi.

Persentase keberhasilan dari kedua siklus tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 1Diagram Persentase keberhasilan Peningkatan Kemampuan Siswa dalam

Berbicara Melalui Penggunaan Media Gambar Seri Telepon Umum

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 21: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Pra SiklusSiklus 1

Siklus 2

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

58.44%67.81%

75.31%

Peningkatan-peningkatan pada setiap aspek tindakan menunjukkan bahwa penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia, maka hasil belajar siswa meningkat.

D. SIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang penggunaan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa yang telah dilakukan di kelas IV Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 di SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, adalah sebagai berikut :a. Rencana pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk

meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, memperoleh hasil sebagai berikut : analisis data Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia siklus I mendapat skor rata-rata 3,05 atau 76%. Sedangkan Rencana Pembelajaran Siklus II memperoleh skor rata-rata 3,8 atau 95%. Hal ini berarti terdapat peningkatan kinerja guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara dengan penggunaan media gambar seri.

b. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, memperoleh hasil sebagai berikut : Skor rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah 2,93 atau 73,25%. Siklus II

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 22: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

mendapat skor rata-rata 3,75 atau 93,75%. Hal ini berarti bahwa penggunaan media gambar seri berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara.

c. Hasil belajar siswa dengan menggunakan media gambar seri dalam kemampuan berbicara siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, memperoleh nilai pada siklus I nilai rata-rata sebesar 67,8 atau 67,8%, pada siklus II sebesar 75,3 atau 75,3%. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan media gambar seri , selain berpengaruh terhadap rencana dan pelaksanaan pembelajaran, juga berpengaruh tehadap kemampuan siswa dalam berbicara.

2. SaranBerdasarkan hasil temuan dalam pelaksanaan penelitian di atas, saran-

saran yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam melaksanakan dan mengembangkan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut :a. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian tentang menggunakan media gambar

seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 3 Sindangherang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan keleluasaan pada guru dalam rangka merancang tahapan-tahapan pembelajaran yang telah direncanakan perlu dilaksanakan sesuai dengan urutan yang telah ditentukan dengan tepat dan logis, yakni mulai dari yang mudah menuju yang sukar sesuai dengan tahapn kemampuan dalam memahami dan menguasai materi pelajaran, serta didukung dengan kondisi kesiapan belajar siswa yang memadai.

b. Bagi guru, sebelum mengajar harus menguasai isi gambar yang dijadikan bahan pembelajaran untuk memudahkan memberikan penjelasan, harus menguasai unsur-unsur pembentuk sebuah pembicaraan dan teknik dalam berbicara serta dalam penyediaan gambar harus jelas dan proporsional sehingga tidak membingungkan siswa.

c. Bagi Siswa, melalui penggunaan media gambar seri pada pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat memberikan motivasi dan meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAhmadi, Muksin. 1990. Strategi Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi

Sastra. Malang : YA 3Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi AksaraAhmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka

CiptaAzhar arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 23: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Depdikbud. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.Fathurrohman P. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : AditamaKasbolah. 1988. PTK. Jakarta : Depdikbud.Kunandar. 2008. langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pngembangan Profesi Guru . Jakarta : PT. Raja Grafindo.Maidar G, Arsjad & Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemmpuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta : Erlangga_________2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan

Sekolah Dasar / madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : DepdiknasSantoso, Puji. 2004. Keterampilan Dasar Percakapan. Jakarta : Universitas

TerbukaWardhani, Igak dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka

UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF,

KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM KBM DI SD NEGERI 3 TANJUNGMULYA KECAMATAN PANUMBANGAN

KEBUPATEN CIAMIS

NANDANG SUPRIATNA

A B S T R A K

Penelitian ini dilatar belakangi masih kurangnya pemahaman guru tentang teknik dan cara mengintegrasikan pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 24: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

belajar mengajar, khususnya di SD Negeri 3 Tanjungmulya. Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini penulis mencoba mengajukan usulan tindakan agar guru-guru menerapkan pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar sebagai upaya menanamkan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa.

Adapun rumusan permasalahan dalam PTS ini adalah bagaimana efektivitas penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) terhadap Pengembangan Nilai-nilai Karakter Bangsa di SD NEGERI 3 Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan Kebupaten Ciamis. Tujuan dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui model integrasi penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam dalam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 3 Tanjungmulya.

Adapun manfaat dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, antara lain: a) bagi guru, kemampuan menerapkan PAKEM akan memberi kemudahan dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa, sedangkan guru akan lebih banyak berperan sebagai fasiliator; b) bagi siswa, dengan penerapan pendekatan PAKEM akan termotivasi semangat belajarnya sehingga akan menambah keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga aktivitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat. Dengan demikian melalui penerapan PAKEM akan terbina nilai-nilai karakter bangsa.

Simpulan yang diperoleh dari kegiatan PTS ini adalah 1) Kegiatan bimbingan penerapan PAKEM bagi guru SMPN 2 yang dilaksanakan kepala SD Negeri 3 Tanjungmulya telah terlaksana dengan baik dan memberi kontribusi terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar berimplikasi pada peningkatan partisipasi atau keaktifan siswa serta terhadap keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, seperti nilai kerja keras, kerjasama, saling menghargai dan sebagainya.

Kata Kunci : PAKEM, Pembangunan Karakter Bangsa A. LATAR BELAKANG

Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu tecermin dari kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang dan merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat. Saat ini banyak dijumpai tindakan anarkis, konflik sosial, penuturan bahasa yang buruk dan tidak santun, dan ketidaktaataan berlalu lintas. Masyarakat Indonesia yang terbiasa santun dalam berperilaku, melaksanakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan lokal yang kaya

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 25: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

dengan pluralitas, serta bersikap toleran dan gotong royong mulai cenderung berubah menjadi hegemoni kelompok-kelompok yang saling mengalahkan dan berperilaku tidak jujur. Semua itu menegaskan bahwa terjadi ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa yang bermuara pada (1) disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa, (2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila, (3) bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (4) memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, (5) ancaman disintegrasi bangsa, dan (6) melemahnya kemandirian bangsa.

Memperhatikan situasi dan kondisi karakter bangsa yang memprihatinkan tersebut, pemerintah mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa seharusnya menjadi arus utama pembangunan nasional. Artinya, setiap upaya pembangunan harus selalu dipikirkan keterkaitan dan dampaknya terhadap pengembangan karaker. Hal itu tecermin dari misi pembangunan nasional yang memosisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan prilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks.

Pembangunan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional. Sangat luas karena terkait dengan pengembangan multiaspek potensi-potensi keunggulan bangsa dan bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam proses “menjadi”. Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa (1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa; (2) karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing; (3) karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya, pembangunan karakter bangsa akan mengerucut pada tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.

Pembangunan karakter bangsa harus diaktualisasikan secara nyata dalam bentuk aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam naungan NKRI. Pembangunan karakter bangsa harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah; masyarakat termasuk

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 26: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

teman sebaya, generasi muda, lanjut usia, media massa, pramuka, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat; kelompok strategis seperti elite struktural, elite politik, wartawan, budayawan, agamawan, tokoh adat, serta tokoh masyarakat. Adapun strategi pembangunan karakter dapat dilakukan melalui sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat serta pendekatan multidisiplin yang tidak menekankan pada indoktrinasi.

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif atau dingkat PAKEM merupakan proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Dengan demikian melalui penerapan pendakatan PAKEM siswa didik untuk gemar membaca, belajar dengan sungguh-sungguh, mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin, berupaya mendapatkan hasil trerbaik, bekerjasama dengan sesama teman dan hal-hal positip lainnya yang semuanya memiliki keterkaitan dengan indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa.

Berdasarkan kenyataan di atas penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan sekolah untuk mengetahui efektivitas penerapan pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di SD Negeri 3 Tanjungmulya serta kaitnya dengan pembangunan karakter bangsa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian adalah "Bagaimana efektivitas penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) terhadap Pengembangan Nilai-nilai Karakter Bangsa di SD Negeri 3 Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan Kebupaten Ciamis."

Tujuan khusus dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui efevtivitas penerapan pendekatan PAKEM dalam KBM di SD Negeri 3 Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan Kebupaten Ciamis. Sedangan tujuan umum dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui model integrasi penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam dalam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 3 Tanjungmulya.

Adapun manfaat dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, antara lain:. 1. Bagi Siswa : Dengan penerapan pendekatan PAKEM, siswa akan tergugah

semangat belajarnya sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga aktivitas dan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 27: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

antusias belajar siswa lebih meningkat. Dengan demikian melalui penerapan PAKEM akan terbina nilai-nilai karakter bangsa.

2. Bagi Guru : Kemampuan menerapkan PAKEM akan memberi kemudahan dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa, dan guru hanya mengarahkan saja.

3. Bagi Sekolah : Hasil dari proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

B. METODE PENELITIAN1. Subjek Penelitian

Populasi penelitian dalam PTS ini adalah seluruh guru di SD Negeri 3 Tanjungmulya yakni sebanyak 10 orang,. Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka yang yang dijadikan subyek dalam penelitian ini hanya 3 orang, yakni yakni guru kelas I, kelas II dan Kelas III.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti.

Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

a) Observasi dan catatan data lapangan Observasi dalam kegiatan PTS merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan guru (peneliti) selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat yang dalam hal ini adalah mitra peneliti. Bentuk kegiatan observasi yang dilakukan dalam PTS ini menggunakan model observasi terbuka. Adapaun yang dimaksud observasi terbuka adalah apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas. Hasil pengamatan dari mitra peneliti selanjutnya dijadikan catatan data lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof Dr. Rochiati Wiriaatmaja (2005:125) yang menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini (PTS) adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi”.

b) Catatan hasil refleksi Adapaun yang dimaksud catatan hasil refleksi adalah catatan yang yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil refleksi ini selain dijadikan bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnuya juga dapat

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 28: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

digunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang disebutkan di atas, Instrumen penelitian yang digunakan dalam PTS ini adalah soal pre tes, soal post tes, pedoman observasi.

3. Teknik Pembahasan Analisis/pembahasan data dalam PTS ini dilakukan sejak awal, artinya

analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:139) bahwa “…. the ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them form the beginning”. Ini berarti model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.

Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengkaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan.4. Tindakan

Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah belum semua guru mampu menerapkan pendekatan atau model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan sekaligus menyenangkan, seperti pendekatan PAKEM sehingga akan berpengaruh terhadap pengembangan nilai-nilai karakter bangsa.

Atas dasar permasahan itu usulan rencana tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah:

Kepala sekolah akan memberikan bimbingan penerapan pendekatan PAKEM dalam KBM bagi guru-guru SD Negeri 3 Tanjungmulya Kepala sekolah akan mensupervisi penerapan pendekatan PAKEM oleh guru-guru SMPN 2 Cilkeusik yang dijadikan subyek penelitian. Kepala sekolah mengamati nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang berkembang (muncul) pada saat diterapkannya pendekatan PAKEM.

Adapun nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang akan lebih memfokusikan pada 4 nilai yang memiliki kedekatan dengan pendekatan PAKEM, yakni (1) Kerjasama atau Gotong Royong; (2) Kerja Keras; (3) Menghargai; (4) Bertangung Jawab; dan (5) Adil dengan indikator sebagai berikut:

No Nilai Karakter Indikator

1 Kerjasama atau Gotong Royong

1memahami (memperlihatkan) bahwa kerja sama

merupakan kekuatan.

2dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk

kepentingan bersama. ,3 dapat melaksanakan pekerjaan bersama dengan cara

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 29: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

No Nilai Karakter Indikator

yang menyenangkan. 4 bersedia secara bersama-sama membela kebenaran.5 bekerja dengan giat dalam setiap kelompok kerja.

2 Kerja Keras 1 belajar dengan bersungguh-sungguh. .

2mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik

mungkin.3 berupaya mendapat basil yang terbaik. 4 senang dalam kegiatan yang bersifat kompetitif.

5tidak cepat menyerah mengerjakan sesuatu yang

mengandung tantangan.3 Bertanggung

Jawab1 menyelesaikan tugas tepat waktu.

2menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan

sampai tuntas. .3 tidak mencari-cari kesalahan orang lain.

4berani menanggung resiko terhadap perbuatan yang

dilakukan.

5bersedia menerima pujian atau celaan terhadap

tindakan yang dilakukan. 4 Menghargai

1mengucapkan terima kasih atas

pemberian/bantuan/saran/kritikan orang lain.2 menghormati pemimpin, guru dan orang tua.3 tidak mencela hasil karya orang lain. 4 memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.5 menerima orang lain apa adanya.

5 Adil 1 memperlakukan orang lain atas dasar kebenaran.2 mampu meletakkan sesuatu menurut tempatnya.3 membela orang lain yang diperlakukan tidak adil.4 tidak membeda-bedakan orang dalam pergaulan.5 menghargai kerja orang lain sesuai hasil kerjanya.

C. HASIL PENELITIAN 1. Siklus 1

Tujuan yang ingin dicapai dalam PTS ini adalah a) Meningkatkan pemahaman Guru SD Negeri 3 Tanjungmulya dalam mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SD Negeri 3 Tanjungmulya dalam mengembangkan PAKEM; dan, 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis siklus 1 menunjukkan bahwa:

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 30: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1) Dilihat dari aspek guru, tampak bahwa pada siklus 1 ini keterampilan guru dalam penerapan pendekatan PAKEM masih kurang. Ini terlihat dari masih kurangnya keterampilan guru dalam menentukan atau memilih metode dan media yang variatif dan dapat merangsang aktivitas siswa. Data hasil penilaian RPP pada siklus 1 menunjukkan bahwa pencapaian skor nilai RPP Kelas I adalah 24; Kelas II memperoleh skor 22 dan Kelas III memperoleh skor 22. Dengan demikian ketiga RPP tersebut masih dikatagorikan kurang baik. Sedangkan berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian nilai pelaksanaan pembelajaran Kelas I pada siklus 1 adalah 69; Kelas II mencapai skor 63 dan Kelas III mencapai skor 65. Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran ketiganya juga masih dikatagorikan kurang baik.

2) Dilihat dari dari aspek siswa, terlihat belum adanya peningkatan parrtisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan data hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus 1 dalam Kelas I baru mencapai rata-rata skor 5,79 (cukup), dalam Kelas II baru mencapai rata-rata skor 5,59 (cukup) sedangkan dalam kelas III mencapai skor rata-rata 5,33 (cukup,). Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa belum mencapai katagori baik sehingga perlu ditingkatkan.

3) Dilihat dari data keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, terlihat belum banyak indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang dapat diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, dalam Kelaqs III baru terlaksana 9 indikator atau 36%, Kelas II mencapai 5 indikator atau 29% dan Kelas III mencapai 7 indikator atau 28%. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah peningkatan keterampilan guru terutama dalam kaitannya dengan pemilihan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM. Hal ini sesuai dengan prinsip PAKEM bahwa proses pembelajaran harus mengedapankan keterlibatan siswa yang pelaksanaan diwujudkan dengan penerapan metode dan media pembelajaran yang variatif dan inovatif.

2. Siklus 2 Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, pada siklus 2 ini PTS lebih

memfokuskan pada peningkatan keterampikan guru dalam penerapan PAKEM, terutama dalam penggunaan metode dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis siklus 2 menunjukkan bahwa:

1) Dilihat dari segi guru, tampak bahwa pada siklus 2 ini keterampilan guru dalam penerapan pendekatan PAKEM sudah mulai mengalami peningkatan terutama dalam kaitannya dengan pemilihan dan penggunaan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 31: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

metode pembelajaran. Namun, dalam hal pemilihan media terlihat masih kurang variatif dan kurang dapat merangsang aktivitas siswa. Data hasil penilaian RPP pada siklus 2 menunjukkan bahwa pencapaian skor nilai RPP Kelas I adalah 31 (baik); Kelas II: 26 (kurang baik) dan dalam Kelas III: 28 (kurang baik). Sedangkan berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian nilai pelaksanaan pembelajaran Kelas I pada siklus 2 adalah 77 (Baik); Kelas II mencapai skor 69 (kurang baik) dan Kelas III mencapai skor 70 (kurang baik). Dengan demikian sekalipun terdapat skor nilai yang dikatagorikan kurang baik, namun bila dilihat skor perolehannya sudah ada peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya.

2) Dilihat dari dari segi siswa terlihat adanya peningkatan parrtisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Data hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam Kelas I mencapai rata-rata skor 6,45 (cukup), dalam Kelas II mencapai 6,31 (cukup) dan Kelas III mencapai skor rata-rata 6,23 (cukup). Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa telah mengalami peningkatan namun belum mencapai katagori baik sehingga perlu ditingkatkan.

3) Dilihat dari data keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, terlihat adanya peningkatan keterlaksaaan indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang dapat diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, pada siklus 2 ini dalam mata pelajaran PKn sudah terlaksana/terlihat 15 indikator atau 60%, IPA mencapai 13 indikator atau 52% dan Kelas III mencapai 14 indikator atau 56%. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah peningkatan keterampilan guru dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM seperti kasus, cerita, film/video, foto (analisis kasus) dan sebagainya disesuaikan dengan konteks materi yang diajarkan.

D. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan sekolah (PTS) mengenai penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) langsung selama 3 siklus penelitian dapat disimpulkan:

a. Kegiatan bimbingan penerapan PAKEM bagi guru SDN 3 Tanjungmulya yang dilaksanakan kepala SD Negeri 3 Tanjungmulya telah terlaksana dengan baik dan memberi kontribusi terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 32: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

b. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar berimplikasi pada peningkatan partisipasi atau keaktifan siswa serta terhadap keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, seperti nilai kerja keras, kerjasama, saling menghargai dan sebagainya.

c. Berdasarkan hasil refleksi, kegiatan PTS tentang Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Dalam KBM Di SD Negeri 3 Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan Kebupaten Ciamis mencapai tujuan yang diharapkan yakni: a) Meningkatkan pemahaman Guru SD Negeri 3 Tanjungmulya dalam mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SD Negeri 3 Tanjungmulya dalam mengembangkan PAKEM; dan 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam PTS ini yang menyatakan “Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di SD Negeri 3 Tanjungmulya dapat berjalan efektif, maka keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” dapat diterima.

2. Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

a. Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak postitif penerapannya terhadap peningkatan proses dan hasil belajar siswa serta bagi terlaksananya nilai-nilai pembangunan karakter bangsa.

b. Guru-guru harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, strategi dan/atau model pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk dapat menerapkan pendekatan PAKEM dalam kegaiatan belajar mengajar.

c. Selain keterampilan memilih model pembelajaran, guru yang professional juga hendaknya dapat memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru juga dituntut memliki kreativitas dan keterampilan memilih media pembelajaran yang tepat.

d. Pembangunan karakter bangsa merupakan kegiatannyang harus terus di laksanakan terutama di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, perlu terus digali model implikasi pembangunan karakter bangsa di sekolah baik secara terintergasi melalui PBM maupun melalui model lainnya.

DAFTAR PUSTAKABahan Workshop KTSP (2007), Pengembangan Bahan Ajar dan Media, Depdinas Bobbi DePorte & Mike Hernacki. (2000) Quantum Learning Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa. Bandung

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 33: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Danial, Endang AR., Dr. H. M.Pd. (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat PLP, Dirjendikdasmen, Depdiknas. Jakarta

Depdiknas. (2005) Paket Pelatihan 1 Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Depdiknas. Jakarta

Depdiknas. (2009) Draf Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa . Depdiknas. Jakarta Indonesia

………….. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Hasibuan dan Moedjino. (1996) Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.

Hidayat, Kosadi, dkk.. (1987) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta.

Munandir. (2001) Ensiklopedia Pendidikan. Malang: UM Press Pemerintah RI (2010) “Kebijakan Nasional Pembanguan Karakter Bangsa 2010-

2025” Silberman, Melvin L (2002). Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran.

Yappendis. Yogyakarta Sudirman, dkk. (1987) Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya CV. Sudjana. (1992) Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Suriasumantri, Jujun S. (1999) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan. Suwarsih Madya, Prof. Dr. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. www.ktiguru.OrgSuhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (1995). Pedoman penyusunan KTI di Bidang

Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Digutentis, Jakarta : Diknas

Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005

Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang PTK dan PTS. Naskah buku. Suharsimi, Arikunto. (1996) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT

Bumi Aksara Wiriaatmadja, Rochiati, Prof.Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PPS

UPI dan Remaja Rosdakarya: Bandung

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 34: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

PENGARUH METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN ANAK USIA DINI

DI TK MEKARSARI TANJUNGMULYA

POPON PURNAWATI

A B S T R A K

Mengingat kemampuan berbahasa lisan merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Usia 3-4 tahun, sampai menjelang 12 tahun, merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk menguasai bahasa kedua dengan lancar dan sesuai dengan pembicara asli. Selain itu pada usia Taman Kanak-kanak itu merupakan masa berimajinasi sehingga sangat menyukai cerita-cerita. Dengan mendengarkan cerita ini anak akan menambah wawasan dan kosa katanya sebagai bekal berkomunikasi.

Fokus permasalahan yang diteliti adalah bagaimana kemampuan berbahasa lisan sebelum menggunakan metode bercerita di TK, bagaimana kemampuan bahasa lisan setelah menggunakan metode bercerita di TK, dan bagaimana pengaruh metode bercerita terhadap kemampuan bahasa lisan di TK.

Indikator metode bercerita adalah tema cerita yang menarik, penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat, menggunakan alat peraga, dan erkait dengan lingkungan kehidupan anak sedangkan indicator kemampuan bahasa adalah dapat membaca simbol-simbol bahasa, dapat membaca dan memahami teks, dapat menyimak pembicaraan, dapat menyampaikan pesan, dapat menulis symbol-simbol bahasa

Penelitian dilakukan di TK Mekarsari Tanjungmulya dengan 17 populasi yang kesemuanya dijadikan sampel. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan cara observasi, wawancara, dan penyebaran angket. Teknik analisis data menggunakan rumus korelasi product moment dengan bantuan Microsoft exel 2003.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan bahasa di TK Mekarsari berada pada tingkat sedang, hal ini terlihat dari kurang adanya keberanian dari anak-anak untuk menyampaikan idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Sedangkan pelaksanaan metode bercerita berada pada kategori baik, karena cerita yang disampaikan menarik, disampaikan dengan alat peraga dan cerita yang disampaikan terkait dengan kehidupan anak. Setelah dilakukan korelasi menggunakan perhitungan statistik diperoleh hasil terdapat pengaruh positif dan signifikan dari penggunaan metode bercerita terhadap kemampuan bahasa anak TK, karena metode bercerita dapat lebih disukai anak.

Kata kunci : kemampuan, bahasa lisan, bercerita

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 35: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

A. PENDAHULUANTaman Kanak-Kanak PGRI Mekarsari terletak di Desa Tanjungmulya

Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. TK PGRI Mekarsari telah berdiri sejak tahun 1982 dan kini telah memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas pembelajaran yang memadai, keadaan fisik dan lingkungan yang kondusif, walaupun dahulunya pernah ikut menumpang di bangunan sekolah dasar terdekat. Dukungan pengurus dan masyarakat terus mengalir baik berupa pemikiran, pendanaan maupun dukungan lain dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah.

Namun demikian bila ditinjau dari hasil belajar anak didik belum sesuai harapan guru maupun orang tua sebagai user pendidikan berdasarkan hasil observasi dan refleksi diri ada beberapa masalah yang terjadi di TK Mekarsari Tanjungmulya, yaitu adanya anak yang belum memahami konsep bilangan, anak-anak yang belum memahami huruf, anak-anak yang belum bisa bersosialisasi dengan teman sebaya dan rendahnya kemampuan anak didik dalam berbahasa lisan. Bila masalah ini tidak segera mandapat solusi maka sangatlah riskan manakala anak melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar.

Mengingat Taman Kanak-Kanak merupakan pendidikan yang disebut pra sekolah atau PAUD formal. Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seorang anak yang pendidikan pada masa ini sangat menentukan keberlangsungan anak itu sendiri juga bagi suatu bangsa. Oleh karena itu anak usia dini merupakan aset dan investasi masa depan bagi suatu bangsa. Bangsa Indonesia dua puluh lima tahun ke depan sangat bergantung pada anak–anak usia dini yang ada pada masa sekarang. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik, pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait dan memiliki perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia di masa datang. Oleh karena itu, kebijakan dan standarisasi teknis pendidikan untuk anak usia dini perlu dibuat dan disusun dengan pemikiran yang matang dan menyeluruh.

Bertitik tolak pada identifikasi masalah dan pengertian di atas berdasarkan analisis kemampuan dan daya dukung yang ada maka masalah yang segera mendapat solusi adalah rendahnya kemampuan berbahasa lisan. Mengingat kemampuan berbahasa lisan merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Usia 3-4 tahun, sampai menjelang 12 tahun, merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk menguasai bahasa kedua dengan lancar dan sesuai dengan pembicara asli. (Ladefoged, 1969 dan Flege 1981 dalam bredekamp, 1996).

Kenyataan yang terjadi di TK Mekarsari Tanjungmulya pola bermain dan belajar mulai luntur. Masyarakat, orang tua, sekolah bahkan sekolah dasar sebagai user pemahaman pendidikan di TK mulai bergeser. Ironisnya penilaian pendidikan Taman Kanak-Kanak dikatakan bermutu jika out put anak didiknya mampu

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 36: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

memiliki kompetensi berhitung, membaca dan menulis secara lancar anehnya lagi, ada suatu sekolah dasar memberlakukan calon anak didik baru dengan melakukan tes kemampuan berhitung, membaca dan menulis tingkat tinggi tanpa memperhatikan karakteristik perkembangan anak didik usia 5-7 tahun.

Mengingat hal tersebut penulis mencoba mengembangkan bahasa anak melalui bercerita. diharapkan dengan bercerita akan menambah kosa kata anak yang dapat digunakan dalam mengembangkan bahasa mereka untuk berkomunikasi sehari-hari. Menurut Keraf (1989:4) bahwa mereka yang luas kosa katanya akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih kosa kata yang tepat sebagai wakil untuk menyampaikan gagasan. Selain itu karena kemampuan berbahasa merupakan salah satu unsur yang perlu dikembangkan di TK, penulis mencoba membahas tentang pentingnya bercerita bagi perkembangan bahasa anak, apakah manfaat bercerita dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana kemampuan berbahasa lisan sebelum menggunakan metode bercerita di TK Mekarsari Tanjungmulya?

b. Bagaimana peningkatan bahasa lisan anak setelah menggunakan metode bercerita di TK Mekarsari Tanjungmulya?

c. Bagaimana pengaruh penggunaan metode bercerita terhadap peningkatan kemampuan bahasa lisan di TK Mekarsari Tanjungmulya?

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan melalui metode bercerita, sedangan secara khusus berkaitan pembelajaran bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui kemampuan berbahasa lisan sebelum menggunakan metode bercerita di TK Mekarsari Tanjungmulya.

b. Untuk mengetahui peningkatan bahasa lisan anak setelah menggunakan metode bercerita di TK Mekarsari Tanjungmulya.

c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode bercerita terhadap peningkatan kemampuan bahasa lisan di TK Mekarsari Tanjungmulya.

Penelitian yang baik harus melahirkan suatu kegunaan, tidak menjadi persoalan apakah kegunaan yang dihasilkan itu kegunaan praktis dan berjangka pendek ataupun kegunaan secara teoritis dan hanya bisa dilihat mujudnya jauh dimasa depan. Demikian pula penelitian perbaikan pembelajaran ini, setelah menerapkan metode bercerita, secara umum diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Anak DidikManfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini, manfaat bagi anak didik meningkatkan kemampuan berbahasa lisan.

b. GuruManfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini, manfaat bagi guru, yaitu :1) Memperbaiki kinerja guru dalam perbaikan pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa lisan.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 37: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

2) Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya

3) Guru lebih percaya diri, jika penelitian tindakan mampu membuat guru berkembang sebagai pekerja profesional, maka sebagai kosekuensinya, penelitian tindakan juga mampu membuat guru lebih percaya diri.

4) Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.

c. SekolahManfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini, manfaat bagi sekolah, yaitu :1) Meningkatkan kualitas pendidikan untuk para anak2) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang

tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar anak, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.

3. Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran.

d. PendidikanManfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini, manfaat bagi pendidikan, yaitu :1) Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil

guna peningkatan mutu pendidikan2) Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut

tentang perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

B. METODE PENELITIAN1. Objek dan Sujek Penelitian

Penelitian dilakukan di TK PGRI Mekarsari yang berlokasi di Desa Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Yang dijadikan subjek penelitian adalah kelompok B Taman Kanak-kanak Mekarsari sebanyak 17 anak, yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Sedangkan informan terkait dengan orang tua, pihak sekolah, komite sekolah dan lulusan.

Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan keadaan anak TK Mekarsari Tanjungmulya tahun pelajaran 2009-2010, sebagai berikut :

Tabel 1Keadaan anak TK Mekarsari Tanjungmulya

Tahun pelajaran 2009-2010

No Kelas Jumlah anak KeteranganL P Jumlah1 Kelompok B 10 7 17

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 38: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

2. Metode PenelitianPenelitian bertujuan untuk menganalisa data empiris tentang

pengembangan kemampuan bahasa melalui pelaksanaan metode bercerita di TK Mekarsari. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan data dan fakta yang ada saat kejadian sedang berlangsung. Kemudian data yang diperoleh dikumpulkan, dianalisis dan menarik suatu kesimpulan.

Pendekatan kuantitatif menurut Sugiyono (2007:13) digunakan apabila: a. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitin sudah jelas;b. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang lauas dari suatu

populasi;c. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain;d. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.e. Bila peneliti ingin mendapatkan data akurat, berdasarkan fenomena

yang empiris dan dapat diukur;f. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas

pengetahuan, teori, dan produk tertentu.Penelitian ini mengungkapkan hubungan dua variabel, yaitu pengaruh

pelaksanaan metode bercerita (variabel X) dan peningkatan kemampuan bahasa (variabel Y). Pengaruh pelaksanaan metode bercerita memiliki indikator :

1) Tema cerita yang menarik, 2) Penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat 3) Menggunakan alat peraga, 4) Terkait dengan lingkungan kehidupan anak Sedangkan variabel kemampuan bahasa memiliki indikator sebagai

berikut :1) Dapat membaca simbol-simbol bahasa2) Dapat membaca dan memahami teks3) Dapat menyimak pembicaraan4) Dapat menyampaikan pesan5) Dapat menulis symbol-simbol bahasaPenelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan metode

yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan dan melukiskan peristiwa yang terjadi pada saat penelitian dilakukan dan selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis yang akhirnya dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi.

3. Sumber Data dan Alat Pengumpul Dataa. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil obsevasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru TK dan hasil wawancara tetang penggunaan metode bercerita dalam pembelajaran.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 39: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Untuk mengetahui pengaruh metode bercerita terhadap kemampuan bahasa anak TK tersebut maka sumber data lain yang digunakan adalah hasil proses pembelajaran penggunaan metode bercerita dalam pembelajaran kemampuan bahasa di TK Mekarsari . Karena pembelajaran kemampuan bahasa baru diberikan pada kelompok B, maka sumber data primer bersumber dari penelitian secara empiris.

Perihal jenis dan sumber data tercantum dalam tabel 2 sebagai berikut:Tabel 2

Jenis dan Sumber DataJenis Data Sumber

Gambaran Umum TKKarakteristik Sampel

Metode berceritaKemampuan bahasa

TK MekarsariTK Mekarsari

Anak Kelompok B TK MekarsariAnak Kelompok B TK Mekarsari

b. Alat Pengumpulan Data1) Angket

Angket yaitu pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang telah ditentukan alternatif jawabannya guna memperoleh keterangan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang diteliti dalam penelitian.

Penyusunan angket diawali dengan penyusunan kisi-kisi sesuai dengan teori yang digunakan, kemudian disebarkan kepada responden, yaitu anak-anak TK Mekarsari sebanyak 17 orang. Jenis data yang diperlukan adalah data interval yaitu skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Akdon (2007:14).2) Teknik Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan sebagai data sekunder untuk pengayaan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian dan interpretasi data sekunder terhadap kejadian-kejadian. Data yang dikumpulkan adalah catatan perencanaan (SKH), hasil pembelajaran, nilai anak dan temuan-temuan keberhasilan yang dicapai.

Adapun aspek-aspek kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:- Menggambarkan kondisi umum suasana TK PGRI Mekarsari ,

seperti keadaan sekolah, fasilitas, sarana dan prasarana, dan hasil prestasi anak.

- Menganalisis hasil belajar anak melalui hasil pembelajaran yang dicapai anak di akhir pembelajaran.

- Pendokumentasian proses dan hasil pelaksanaan peningkatan kemampuan bahasa melalui metode bercerita.

4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesisa. Analisis Data Penelitian

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 40: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Proses analisis data yang diperoleh adalah sebagai berikut :1) Penyeleksian Data

Penyeleksian data didasarkan kepada klasifikasi data berdasarkan variabel, katagori dan indikator yang terdapat dalam instrumen penelitian.

2) Tabulasi DataTabulasi data yaitu pengelompokan data dalam bentuk tabel rekapitulasi. Pilihan dalam angket dikonversi kedalam angka, SL = 4, SR = 3, KD = 2, TP = 1.

3) Analisis DataTeknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inperensial. Dengan langkah-langkah sebagai berikut.a) Uji Normalitas untuk setiap variabel

(1) Mencari rata-rata (2) Mencari simpang baku (3) Membuat daftar distribusi frekwensi observasi dan frekwensi

ekspektasi.(a) Nilai Tertinggi (b) Nilai terendah (c) Jumlah Responden (d) Range = Data terbesar- data terkecil(e) Banyaknya kelas = 1+ 3,3 log n

(f) Panjang kelas ( p ) =

RangeBanyakKelas

(4) Menghitung nilai χ2

(chi – kuadrat)

χ hitung

2

=∑ (Oi−Ei )2

E i

Keterangan :Oi = Frekwensi OnservasiBk = Batas Kelas

Z = Transpormasi Normal Standar dari batas, (Z=Bk−X

sd )L = Luas tiap kelas interval ( menggunakan daftar Z )Ei = Frekwensi ekpansi ( nx L)

(5) Menentukan derajat kebebasan ( Db ) Db = K – 3(6) Menentukan χ

2dari daftar

b) Analisis Deskriftif Untuk tiap-tiap variabel dilakukan analisis deskriftif sebagai berikut.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 41: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1). Rata-Rata2). Total skor3). Jumlah item4). Skor ideal untuk item tertinggi5). Skor ideal untuk item terendah6). Rata-rata item7). Angka presentase

c) Analisis Parametrik1) Menghitung angka korelasi

Teknik analisis data dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kebenaran hipótesis penelitian. Langkah pertama menghitung korelasi antar masing-masing variabel dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut ini.

Tingkat korelasi berkisar antara -1 dan +1 dan dikategorikan seperti digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 3Tingkat Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Korelasi0,80 - 1,000 Sangat kuat0,60 - 0,799 Kuat0,40 - 0,599 Sedang0,20 - 0,399 Rendah0,00 - 0,199 Sangat rendah

a). Keeratan hubunganUntuk mengetahui keeratan hubungan antara beberapa

variabel digunakan rumus koefisien korelasi ganda sebagai berikut:

b). DeterminasiKP=r 2 x 100 %

Keterangan : KP = nilai koefisen determinasi r = nilai koefisen korelasi

Selanjutnya menghitung t hitung dengan rumus sebagai berikut:

t= r √n−2√1−r2

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 42: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Selanjutnya menghitung t tabel dengan rumus sebagai berikut:

t tabel = t {. ( dk=n−k ) }

Setelah dihitung dilanjutkan dengan penentuan kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :

Jika t hitung > t tabel maka tolak Ho terima Ha, dan

Jikat hitung < t tabel maka tolak Ha terima Ho.4) Interpretasi Data

Interpretasi data yaitu pengambilan keputusan berdasarkan hasil penelitian. Interpresi data dilakukan setelah data-data yang terkumpul dianalisis sehingga dapat diambil satu keputusan. Pengambilan keputusan berdasarkan uji hipotesis yang didasari patokan sebagai berikut:

1. Jika ternyata t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penggunaan metode bercerita terhadap peningkatan kemampuan bahasa anak TK.

2. Jika ternyata t hitung < t tabel maka Ha ditolak dan terima Ho, maka artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penggunaan metode bercerita terhadap peningkatan ke kemampuan bahasa membaca anak TK.

C. HASIL PENELITIANPenelitian ini membahas satu variabel bebas (independent) dan satu variabel

terikat (dependent). Variabel bebas (independent) yang diteliti adalah metode bercerita (X) sedangkan variabel terikatnya (dependent) adalah peningkatan kemampuan bahasa (Y).

Subjek penelitian adalah anak kelompok B Taman kanak-kanak Mekarsari Desa Tanjungmulya yang berjumlah 17 anak. Data hasil penelitian yang mencakup dua variabel.

Pada bagian ini akan disajikan perhitungan Weighted Means Scored (WMS) dari hasil pengolahan data penelitian dengan menggunakan teknik-teknik statistik pada dua jenis data yaitu data mengenai peningkatan kemampuan bahasa (Y), dan metode bercerita (X) yang dibuat dalam empat kategori, yaitu :

Tabel 4Kriteria Interpretasi Skor

Skor Persentase Kriteria Interpretasi3,85 – 5,00 Sangat Baik2,65 – 3,80 Baik1,45 – 2,60 Sedang0,25 – 1,40 Rendah

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 43: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Dalam mendeskripsikan data dari variabel yang diteliti terlebih dahulu disajikan hasil perhitungan statistika dasar dari masing-masing variabel. Deskripsi data ini meliputi harga rerata (mean), nilai tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (standar deviasi), skor maksimum dan minimum, dan identifikasi kategori dari masing-masing variabel.

1. Deskripsi Penggunaan Metode bercerita (X) Instrumen metode bercerita (X) disusun sebanyak 15 butir

pernyataan yang didasarkan pada skala model Likert dengan scoring 4 untuk SL = Selalu, 3 untuk SR=sering, 2 untuk KD=Kadang-kadang, dan 1 untuk TP=tidak pernah. Setelah melalui proses uji coba, instrumen metode bercerita yang layak untuk dipakai adalah berjumlah 15 butir pernyataan, dari data yang dikumpulkan diperoleh distribusi skor jawaban menyebar dari skor terendah 23, dan skor tertinggi 40. Berdasarkan perhitungan statistika dasar diperoleh angka sebagai berikut : mean = 32,41, median = 33, modus = 27, serta standar deviasi = 5,96, perhitungan ini menunjukkan mean dan median yang tidak jauh berbeda. Hal ini mengidentifikasikan bahwa skor variabel metode bercerita cenderung berdistribusi normal. Untuk memperoleh gambaran tentang distribusi skor metode bercerita, dalam tabel dibawah ini disajikan distribusi frekuensi metode bercerita.

Tabel 5Distribusi Frekuensi metode bercerita

No. Kelas f1 x1 f1x1 X12 f1x1

2

1 38-40 4 39 156 1521 243362 35-37 4 36 144 1296 207363 32-34 2 33 66 1089 43564 29-31 1 30 30 900 9005 26-28 3 27 81 729 65616 23-25 3 24 72 576 5184

Jumlah 17       62073

Untuk histogram skor metode bercerita disajikan dalam gambar berikut ini :

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 44: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

38-40 35-37 32-34 29-31 26-28 23-250

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Series1

Gambar 1Histogram Skor metode bercerita

Berdasarkan hasil perhitungan, maka pengelompokan skor untuk variabel metode bercerita diperoleh 47,06 % (8 orang) kelompok tinggi, 11,76 % (2 orang) kelompok sedang, dan 41,17 % (7 orang) kelompok rendah. Dari sini dapat dipahami bahwa tingkat pengaruh metode bercerita terhadap peningkatan kemampuan bahasa di TK Mekarsari Desa Tanjungmulya umumnya berada pada kelompok sedang dan cenderung rendah.

Gambaran penggunaan metode bercerita pada TK Mekarsari Desa Tanjungmulya dapat diklasifikasikan melalui tabel hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden di bawah ini :

Tabel 6Kecenderungan Rata-rata Skor metode bercerita

Indikator Rata-rata

Kategori

1) Tema cerita yang menarik, 2,31 Sedang2) Penyampaian cerita dengan intonasi

yang tepat 2,20 Sedang

3) Menggunakan alat peraga, 2,09 Sedang4) Terkait dengan lingkungan kehidupan

anak 2,06 Sedang

Rata-rata 2,16 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk variabel X adalah sebesar 2,16. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS, hal

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 45: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

ini berarti bahwa penggunaan metode bercerita di TK Mekarsari Desa Tanjungmulya termasuk dalam kategori sedang.

Metode bercerita memiliki indikator-indikator yang meliputi: Tema cerita yang menarik, penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat, Menggunakan alat peraga, terkait dengan lingkungan kehidupan anak. Untuk memperjelas mengenai penggunaan metode bercerita, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tema cerita yang menarik Nilai skor rata-rata tema cerita yang menarik, sebesar 2,31. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan metode bercerita menggunakan tema cerita yang menarik adalah dikategorikan sedang.

2) Penyampaian cerita dengan intonasi yang tepatNilai skor rata-rata penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat, sebesar 2,20. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode bercerita melalui penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat di Tk Mekarsari adalah dikategorikan sedang.

3) Menggunakan alat peraga Nilai skor rata-rata menggunakan alat peraga, sebesar 2,09. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode bercerita pada indikator menggunakan alat peraga di TK Mekarsari Desa Tanjungmulya adalah dikategorikan sedang.

4) Terkait dengan lingkungan kehidupan anakNilai skor rata-rata terkait dengan lingkungan kehidupan anak sebesar 2,06. Hal ini menunjukkan bahwa Penggunaan media gmbar pada indikator terkait dengan lingkungan kehidupan anak di TK Mekarsari Desa Tanjungmulya adalah dikategorikan sedang.

Untuk lebih jelasnya perbandingan skor rata-rata tiap indikator penggunaan metode bercerita di TK Mekarsari dengan menggunakan rumus Weighted Means Score (WMS), penulis sajikan pada diagram batang berikut ini:

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 46: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1 2 3 41.9

1.95

2

2.05

2.1

2.15

2.2

2.25

2.3

2.35

Gambar 2Diagram Batang Hasil Perhitungan WMS

Variabel Metode bercerita

2. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Bahasa (Y)Data peningkatan kemampuan bahasa diambil dari hasil angket anak

kelompok B TK Mekarsari Desa Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis yang yang dijadikan sampel. Hasil perhitungan statistik deskriptif untuk variabel peningkatan kemampuan bahasa (Y) dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini :

Tabel 7Statistik Despriptif Variabel peningkatan kemampuan bahasa (Y)

N 17Mean 48,29Median 49Mode 49Std. Deviation 3,93Range 16Minimum 39Maximum 55Sum 824

Sumber : Data Hasil Penelitian, 2010Hasil deskriptif variabel peningkatan kemampuan bahasa dalam tabel

statistik menerangkan bahwa terdapat jumlah 17 data peningkatan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 47: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

kemampuan bahasa dengan rata-rata (mean) sebesar 48,29, titik tengah (median) sebesar 49 nilai yang sering muncul (mode) adalah 49, simpangan baku (standar deviasi) adalah 3,93, skor minimum yang diperoleh adalah 39 dan skor maksimum yang diperoleh adalah 55 sedangkan jumlah skor keseluruhan sebesar 824. Distribusi frekwensi variabel peningkatan kemampuan bahasa dapat dilihat pada tabel di halaman berikut :

Tabel 8Distribusi Skor peningkatan kemampuan bahasa

Rentang Skor Frekuensi Prosentase54 – 56 2 11.76%51 – 53 2 11.76%48 – 50 8 47.06%45 – 47 3 17.65%42 – 44 1 5.88%39 – 41 1 5.88%Jumlah 17 100 %

Sumber : Data Hasil Penelitian, 2010 Penyebaran skor variabel peningkatan kemampuan bahasa

sebagaimana diperlihatkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa 8 responden (47,06%) menyatakan skor di sekitar nilai rata-ratanya yang bervariasi antara 48-50. Terdapat 5 responden (29,41%) yang menyatakan skor dibawah nilai rata-rata yang bervariasi antara 39-47. Sebagian skor jawaban lainnya, yaitu 4 responden (23,53%) memperoleh skor diatas rata-rata, yang bervariasi antara 51-56. Model visual penyebaran skor variabel ini dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :

54 – 56 51 – 53 48 – 50 45 – 47 42 – 44 39 – 410

1

2

3

4

5

6

7

8

Series1

Gambar 3Diagram Batang Variabel peningkatan kemampuan bahasa

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor rata-rata untuk variabel peningkatan kemampuan bahasa sebesar 48,29% dari skor idealnya.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 48: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan dapat disimpulkan bahwa variabel ini termasuk kategori baik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan bahasa anak TK Mekarsari Desa Tanjungmulya berada pada kategori baik.

3. Pengaruh Metode bercerita Terhadap Kemampuan bahasa Anak TKBerdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan tabel penolong

(terlampir) diperoleh data sebagai berikut :a. Jumlah skor variabel X ( X) = 551b. Jumlah skor Variabel Y ( Y) = 821c. Jumlah X2 ( X2) = 18.427d. Jumlah Y2 ( Y2) = 39.897e. Jumlah X.Y ( X.Y) = 26.667 Selanjutnya akan disampaikan analisis data penelitian yang antara lain

meliputi analisis korelasi untuk mengetahui derajat pengaruh penggunaan metode bercerita terhadap kemampuan bahasa, uji determinasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y dan uji t untuk mengetahui signifikasi pengaruh antar variabel.

a. Uji KorelasiUji korelasi untuk mengetahui derajat pengaruh penggunaan metode

bercerita (X) terhadap kemampuan bahasa (Y). Untuk mengetahui kuatnya korelasi pengaruh antar variabel digunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson, sebagai berikut :

r=n∑ XY−∑ X ∑Y

√¿¿¿

r=17 (26.667 )− (551 )(821)

√ {17 (18.427 )−(551)2 } {17 (39897 )−(821)2 }

r¿453.339−452.371

√ {313.259−303.601 } {678.249−674.041 }

r ¿968

√40.640.864

r ¿ 9686375,019

r = 0,855Dari hasil perhitungan tersebut di sesuaikan dengan pedoman yang

dikemukakan Sugiyono (2004:214) sebagai berikut :Tabel 9

Tingkat Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Korelasi0,80 - 1,000 Sangat kuat0,60 - 0,799 Kuat

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

∑∑

∑∑

Page 49: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

0,40 - 0,599 Sedang0,20 - 0,399 Rendah0,00 - 0,199 Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,855, jika dibandingkan dengan tabel korelasi tersebut maka pengaruh penggunaan metode bercerita (X) memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kemampuan bahasa (Y).

b. Uji DeterminasiUji determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

yang terjadi antar variabel. Besarnya pengaruh dengan uji determinasi dinyatakan dalam prosen. Uji determinasi didasarkan pada data uji korelasi, hasil uji korelasi pengaruh penggunaan metode bercerita (X) terhadap kemampuan bahasa diperoleh hasil 0,855, maka kontribusi metode bercerita (X) tehadap kemampuan bahasa (Y) dapat diukur dengan uji determinasi sebagai berikut :

Koefisien Determinasi (KD) = r2 x 100%

= 0,8552 x 100%= 0,73 x 100%= 73%

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh 73% berarti kontribusi penggunaan metode bercerita (X) terhadap kemampuan bahasa (Y) adalah sebesar 73% dan sisanya sebesar 27% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

c. Uji HipotesisSebagaimana dikemukakan pada bab terdahulu bahwa penelitian yang

dilakukan adalah untuk menguji hipotesis. Setelah diperoleh data-data dan dianalisis maka langkah selanjutnya adalah proses pengujian hipotesis tersebut dengan langah-langkah sebagai berikut :1. Hipotesis penelitian

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :Hipotesis nihil (Ho) : tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara metode bercerita terhadap kemampuan bahasa pada anak TK.

Hipotesis alternatif (Ha) : terdapat pengaruh positif dan signifikan antara metode bercerita terhadap kemampuan bahasa pada anak TK.

2. Mencari nilai t hitung dan t tabel Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan membandingkan t tabel

dengan t hitung pada tarap signifikasi 5 % (α=0,05). Jika terbukti t hitung lebih

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 50: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

besar daripada t tabel pada tarap signifikansi 5 %, maka hipotesis nihil ditolak, tetapi jika sebaliknya maka hipotesis alternatif yang ditolak.

Untuk mencari nilai t hitung dilakukan perhitungan ssebagai berikut :

t hitung= r √n−2√1−r 2

t hitung= 0,855√17−2√1−0,73❑

t hitung=0,855❑√15

❑√0,27

t hitung=3,31140,519

t hitung=6,385Setelah melalui perhitungan mencari t hitung, maka harus dicari nilai t tabel pada tabel statistika distribusi t pada ∝=0,05 dan dk=n-2 atau 17-2 = 15, diketahui nilai t tabel= 1,753

3. Penetapan kaidah hipotesa sebagai berikut:Kaidah yang ditetapkan adalah :Tolak Ho atau terima Ha jika t hitung ≥ t tabel

Tolak Ha atau terima Ho jika t hitung ≤ t tabel

Berdasarkan hasil perhitungan nilai t hitung = (6,385) lebih besar dari t tabel=¿(1,753), hal ini berarti Ho ditolak atau Ha diterima. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bercerita memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kemampuan bahasa di TK Mekarsari Desa Tanjungmulya.

Hasil analisis pengaruh metode bercerita (X) terhadap kemampuan bahasa (Y) dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 10Hasil Pengujian Hipotesis

No. Variabel r hitung thitung ttabel Determinasi

1 Metode bercerita (X)

0,85 6,385 1,753 73%2

Kemampuan bahasa anak TK

(Y) Sumber : Data Hasil Penelitian, 2010

Sejalan dengan fokus penelitian yang dilaksanakan, setelah melalui serangkaian kegiatan dari mulai pengamatan, penyebaran angket, dan analisa data maka akan diuraikan mengenai pengaruh metode bercerita terhadap peningkatan kemampuan bahasa anak sebagai berikut:

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 51: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1. Kemampuan berbahasa lisan sebelum menggunakan metode bercerita di TK Mekarsari Tanjungmulya.

Variabel penggunaan metode bercerita memiliki empat indikator yang dituangkan dalam 15 pertanyaan angket yang disebarkan kepada 17 responden yaitu anak didik kelompok B Taman kanak-kanak Mekarsari . Setelah melalui analisis dengan menggunakan Weighted Means Score (WMS), diperoleh hasil untuk indikator tema cerita yang menarik mendapat skor 2,31 atau berada pada kategori sedang, untuk indikator penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat memperoleh rata-rata skor 2,20 atau berada pada kategori sedang, untuk indikator menggunakan alat peraga, memperoleh skor rata-rata sebesar 2,09 atau berada pada kategori sedang, dan untuk indikator terkait dengan lingkungan kehidupan anak mendapat skor 2,06 dan berada pada kategori sedang, karena semua indikator mendapat skor rata-rata sedang maka pelaksanaan penggunaan metode bercerita secara umum memperoleh skor rata-rata sebesar 2,16 atau berada pada kategori sedang.

Dari data tersebut menunjukan bahwa kegiatan penggunaan metode bercerita di TK Mekarsari masih belum dilaksanakan dengan baik, terutama dalam Penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat dan Tema cerita yang menarik memperoleh skor rata-rata paling kecil, hal ini berarti penggunaan metode bercerita di TK Mekarsari penyampaian cerita dengan intonasi yang kurang tepat dan tema cerita yang kurang menarik bagi anak. Karena pelaksanaan penggunaan metode bercerita hanya menggunakan buku-buku yang sudah tersedia di toko buku dan ceritanya jauh dari lingkungan yang dikenal anak.

2. Peningkatan bahasa lisan anak setelah menggunakan metode bercerita di TK Mekarsari Tanjungmulya

Kemampuan bahasa sebagai variabel terikat (dependen) diuji dengan penyebaran angket dengan 15 pernyataan kepada 17 responden. Hasil perhitungan data atas kemampuan bahasa ini diperoleh persentase skor sebesar 48,29% dan berada pada kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan bahasa anak TK Mekarsari telah baik, walaupun dilakukan dengan penggunaan metode bercerita yang belum maksimal. Hal tersebut menunjukan bahwa bila penggunaan metode bercerita dilakukan secara optimal maka kemampuan bahasa anak TK akan lebih baik.

3. Pengaruh penggunaan metode bercerita terhadap peningkatan kemampuan bahasa lisan di TK Mekarsari Tanjungmulya

Hasil analisis korelasi untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh metode bercerita terhadap kemampuan bahasa, diperoleh hasil r sebesar 0,855. Setelah di sesuaikan dengan tabel korelasi maka hasil tersebut menyatakan bahwa penggunaan metode bercerita memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kemampuan bahasa. Analisis determinasi dilakukan untuk mengetahui berapa persen pengaruh metode bercerita terhadap

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 52: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

peningkatan kemampuan bahasa. Hasil perhitungan menunjukan angka sebesar 73%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan metode bercerita memberikan pengaruh sebesar 73% terhadap peningkatan kemampuan bahasa anak TK.

Hasil uji hipotesa untuk mengetahui signifikansi pengaruh metode bercerita terhadap kemampuan bahasa dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel diperoleh hasil t hitung=¿ 6,385 dan t tabel = 1,753, dengan demikian t hitunglebih besar dari t tabel sehingga penggunaan metode bercerita berpengaruh signifikan terhadap kemampuan bahasa anak TK.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa metode bercerita dengan indikator tema cerita yang menarik, penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat, menggunakan alat peraga, dan terkait dengan lingkungan kehidupan anak memiliki hubungan terhadap peningkatan kemampuan bahasa sebab dengan dengan mndengarkan cerita anak akan termotivasi untuk membaca bacaan karena ingin mengetahui isinya. Keinginan membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis adalah kemampuan berbahasa yang perlu dikuasai anak dalam perkembangan bahasa anak TK.

D. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat membuktikan hipotesis yang diajukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Sebelum menggunakan metode bercerita yang dilakukan Taman Kanak-kanak Mekarsari Desa Tanjungmulya dalam hal tema cerita yang menarik, penyampaian cerita dengan intonasi yang tepat, menggunakan alat peraga, serta terkait dengan lingkungan kehidupan anak termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan metode bercerita di TK belum dilakukan dengan optimal sehingga perlu peningkatan terutama untuk indikator menggunakan alat peraga, dan terkait dengan lingkungan kehidupan anak.

2. Setelah menggunakan metode bercerita terdapat peningkatan kemampuan bahasa di TK Mekarsari karena pembelajaran diberikan dengan menggunakan prinsip pendidikan anak TK yaitu belajar seraya bermain. Kemampuan bahasa anak TK diarahkan untuk mencapai kompetensi dapat membaca simbol-simbol bahasa, dapat membaca dan memahami teks, dapat menyimak pembicaraan, dapat menyampaikan pesan dan dapat menulis simbol-simbol bahasa. Setelah menggunakan metode bercerita terjadi peningkatan karena guru telah menggunakan kaidah-kaidah metode bercerita yang seharusnya.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari penggunaan metode bercerita terhadap peningkatan kemampuan bahasa anak. Metode bercerita memberikan pengaruh terhadap kemampuan bahasa karena anak akan lebih memahami hal yang abstrak tersebut menjadi hal yang konkrit. Dengan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 53: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

metode bercerita juga anak akan lebih tertarik dan termotivasi untuk mengetahui cerita yang didengarnya, sehingga anak akan berusaha belajar membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis yang merupakan kemampuan bahasa. Hal ini terbukti dengan diperolehnya angka korelasi sebesar 0,855 atau angka determinasi sebesar 73%.

2. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti sampaikan saran-saran sebagai

berikut :1. Kepada para guru sebagai pendidik di lapangan sebagai salah satu solusi

terhadap permasalahan peningkatan kemampuan bahasa agar melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media yang ada khususnya metode bercerita, karena anak TK senang mendengarkan certia.

2. Demikian juga kepada para kepala TK agar benar-benar dapat menjalankan tugas seorang manajerial pendidikan yaitu sebagai administrator, inovator, dinamisator terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas, serta selalu berusaha membuat kebijakan dengan menyediakan berbagai media yang bervariasi dan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

3. Kepada seluruh orang tua siswa, masyarakat dan pemerhati pendidikan di Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis agar memberikan perhatian dan masukan-masukan kepada guru sehingga guru dapat mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran sehingga kemampuan bahasa anak TK dapat dicapai secara optimal.

DAFTAR PUSTAKAAbin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda

Karya Remaja.Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.Berk L E, 2003. Child Development. United State of Amerika: Pearson

Education.Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar

(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar & Menengah, 2001.

Didaktik Metodik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar & Menengah Dirjen TK & SD.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Agama, 2005. Kurikulum 2004 TK dan Raudhatul Athfal. Departemen Pendidikan Agama Dirjen Pendidikan.

Dhieni N et al. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 54: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Jasni Herlani, 2008. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Seni Lukis Anak di TK Bumi Limas. Skripsi PGTK UPI Bandung.

Kurniasih Enggal, 2005. Belajar Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Huruf dan Gambar. Skripsi PGTK UPI Bandung.

Mudayanti, 2006. Upaya Guru Dan Orang Tua Dalam Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Bandung: Tugas Akhir D2 PGTK UPI Bandung.

Musfiroh T, 2005. Cerita Untuk Perkembangan Anak. Yogyakarta: Navila.Moeslichatoen R. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak,

Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik IKIP Malang.

Rahayu IK, 2007. Pergelaran Bayangan Wayang Kulit Purwa Dalam Kajian Metode Bercerita Dengan Gambar ‘Gerak’. Disertasi Magister, Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung.

Ruspita Ane, 2005. Membaca Dini Pada Anak Usia Prasekolah. Tugas Akhir D2 PGTK UPI Bandung.

Sari, AE. 2007. Upaya Guru Dalam Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak TK. Bandung: Tugas Akhir D2 PGTK UPI Bandung.

Solehuddin M, 2000. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat

Tabrani P, 2005. Metode Bercerita Dengan Gambar. Bandung: Kelir.Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka.Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERBICARA ANAK DI TK MAWAR SUKAKERTA

YOYOH

A B S T R A K

Agar proses pembelajaran menarik guru TK dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi, metode dan teknik pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Untuk itulah dilakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak dengan menggunakan metode bermain peran.

Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana keterampilan berbicara anak TK mawar, bagaimana langkah-langkah menggunakan metode bermain

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 55: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

peran dan bagaimana keterampilan berbicara anak setelah menggunakan metode bermain peran, dan bagaimana hasil dari penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru, siswa, dan proses pelaksanaan penggunaan metode bermain peran. Pembahasan dilakukan dengan teknik deskriftif kualitatif.

Hasil yang diperoleh adalah sebelum penggunaan metode bermain peran keterampilan berbicara anak TK Mawar masih belum berkembang secara optimal, hai itu disebabkab pembelaajran yang dilaksanakan masi menggunakan metode pemberian tugas dan ceramah yang monoton dan memboankan. Adapun langak penggunaan metode pemberian tugas adalah anak diberi penjelasan tentang tema pembelajaran, pembagian kelompok, pembagian peran dan penentuan dialog yang akan di laksanakan, pelaksanaan bermain peran dari tiap kelompok. Setelah menggunakan metode bermain peran pembelajaran lebih bervariatif, nyaman dan menyenangkan, sehingga anak lebih cepat memiliki keterampilan berbicara sebab anak dapat dengan bebas mengeluarkan ide yang ada pada dirinya karena dilakukan dengan temannya sendiri.

Kata Kunci : keterampilan berbicara, metode, bermain peran

A. PENDAHULUANSebagai bagian dari upaya mempersiapkan anak memasuki pendidikan

selanjutnya, diperlukan sebuah upaya memberikan rangsangan untuk melatih kemampuan berkomunikasi yang baik. Karena komunikasi merupakan alat interaksi sosial dalam menjalani kehidupan. Anak yang memiliki kemampuan berkomuniasi baik lisan maupun tulisan akan memiliki perkembangan yang baik pula dalam menerima pembelajaran. Salah satu kemampuan berkomunikasi pada anak adalah kemampuan berbicara.

Pada umur 2-6 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.

Kemampuan berbicara menjadi penting dalam melakukan komunikasi dewasa ini. Dengan demikian pengembangan kemampuan berbicara perlu di berikan sejak dini sesuai dengan perkembangan anak. Anak yang memiliki kemampuan berbicara baik akan lebih cepat diterima dalam pergaulannya daripada anak yang kurang.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 56: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi oleh ketrampilan menyimak. Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung. Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca.

Agar anak dapat mengembangkan keterampilan berbicara dengan baik, banyak sekali metode yang dapat digunakan salah satunya adalah metode bermain peran. Bermain selain memiliki fungsi terhadap perkembangan pribadi juga memiliki fungsi social dan emosional.

Memberikan kegiatan yang menarik dan merangsang merupakan suatu bagian penting dalam mendorong perkembangan bahasa. Anak harus mempunyai sesuatu yang ingin mereka ungkapkan sebelum mereka dapat menggunakan dan mempraktekkan kata-kata, frase dan ungkapan baru yang telah mereka peroleh. Pergi keluar sekolah, bermain dan membuat benda-benda, semuanya memberikan pengalaman untuk dibicarakan.

Pembelajaran keterampilan berbicara sering terlupakan, pengembangan kemampuan bahasa hanya terfokus pada membaca dan menulis, hal ini berakibat anak kurang memiliki keterampilan berbicara sehingga kemampuan komunikasinya akan terganggu.

Adapun penyebab dari permasalahan tersebut adalah :1. Guru kurang memahami komponen kemampuan bahasa anak.2. Metode pembelajaran yang digunakan merupakan metode konvensional

yang sudah biasa digunakan.3. Minimnya media dan alat peraga di Taman Kanak-kanak4. Terdapat anggapan bahwa bermain peran tidak mungkin digunakan di

taman kanak-kanak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :1. Bagaimana keterampilan berbicara anak TK sebelum menggunakan

metode bermain peran?2. Bagaimana keterampilan berbicara anak TK setelah menggunakan

metode bermain peran?3. Bagaimana pengaruh metode bermain peran dalam meningkatkan

keterampilan berbicara anak TK?Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak TK sebelum menggunakan metode bermain peran.

2. Untuk memahami keterampilan berbicara anak TK setelah menggunakan metode bermain peran

3. Untuk mengetahui pengaruh metode bermain peran dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak TK.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 57: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Secara umum manfaat penelitian ini adalah untuk melakukan perbaikan pembelajaran dalam mengembangkan keterampilan berbicara melalui penggunaan metode bermain peran. Sedangkan secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

B. METODE PENELITIANPenelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan yang langsung

berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Sesuai dengan pendapat Kemmis dan Carr (1986) bahwa : Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya. Yang dimaksud pelaku di atas adalah guru, sedangkan masyarakat adalah anak dalam kelas. Ini berarti guru diharapkan ikut terlibat dalam Penelitian Tindakan Kelas.

Jenis penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc.Taggart, dengan harapan dapat diketahui sejauh mana keberhasilan anak dalam proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Kasbolah (1998 : 112) ada empat model Penelitian Tindakan Kelas yaitu model yang dikembangkan oleh Ebbut (1985), Kemmis dan Mc. Taggart (1998), Elliot (1991), dan Mc, Kernan (1991).

Model penelitian Kemis dan Mc. Taggart terdiri empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat komponen tersebut satu siklus, pada Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan tiga siklus. Dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diharapkan tercapai proses belajar mengajar yang aktif dan efisien. Sejalan dengan pendapat Suyatno dalam Kasbolah (1998 : 32) bahwa tujuan akhir pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk meningkatkan; kualitas praktik pembelajaran di sekolah, relevansi pendidikan, mutu hasil pendidikan, dan efisiensi pengelolaan hasil pendidikan.

Diterapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan upaya peningkatan hasil dan proses pembelajaran yang sangat berguna bagi guru, peneliti, anak untuk mengadakan perubahan dan perbaikan dalam proses pembelajaran.

1. Rencana TindakanRencana Penelitian Tindakan Kelas berisi rencana tindakan yang akan

dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah diterapkan. Rencana tindakan mengacu pada prosedur yang mengacu pada tiga tahap yaitu :

1) Orientasi dan identifikasi masalah, 2) Perencanaan tindakan penelitian, 3) pelaksanaan tindakan penelitian yang meliputi :

a) Perencanaan, b) Pelaksanaan pembelajaran, c) Observasi pelaksanaan pembelajaran, dan d) Analisis refleksi pembelajaran.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 58: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

a. Orientasi dan Identifikasi MasalahOrientasi dan identifikasi masalah merupakan tahap awal kegiatan

yang dilakukan peneliti antara lain :1) Melakukan kegiatan orientasi dan observasi di TK Mawar Desa

Sukakerta dengan fokus perhatian pada proses pembelajaran dalam penggunaan teknik dan metode pembelajaran yang diterapkan dalam hubungannya dengan pemahaman dan hasil belajar anak.

2) Bersama-sama dengan guru kelompok B TK Mawar Desa Sukakerta, mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran.

b. Perencanaan Tindakan PenelitianPerencanaan tindakan penelitian ini berdasarkan orientasi dan

identifikasi masalah pembelajaran di TK Mawar Desa Sukakerta. Kegiatan dalam tahap ini antara lain :1) Bersama-sama dengan guru kelompok B membicarakan rencana

penelitian dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya peningkatan keterampilan berbicara dan hasil belajar anak kelompok B dengan penerapan metode bermain peran.

2) Refleksi awal merupakan hasil observasi dan identifikasi menetapkan bahwa tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara adalah mengoptimalkan kemampuan guru dalam penerapan metode bermain peran pada tema pekerjaan.

3) Bersama-sama dengan guru kelompok B membicarakan hakikat dan tujuan penerapan metode bermain peran dalam peningkatan keterampilan berbicara.

4) Menyusun instrumen penelitian yaitu lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan anak.

5) Menyusun instrumen pembelajaran yang terdiri dari Satuan Kegiatan harian dan menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran.

c. Pelaksanaan Tindakan PenelitianSetelah dicapai kesepakatan dan kesiapan antara peneliti dan rekan

observer tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan dan prasyarat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka dilakukan pengamatan awal dan observasi untuk mengungkap aspek keterampilan berbicara. Hasil pengamatan awal dan observasi dianalisis untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu diutamakan untuk mencapai peningkatan keterampilan berbicara. Untuk selanjutnya melaksanakan satuan kegiatan harian sesuai dengan siklus dan fokus tindakan yang telah ditetapkan berdasarkan hasil analisis pengamatan awal.

Pelaksanaan tindakan penelitian direncanakan dalam dua siklus berdasarkan hasil yang dicapai. Setiap siklus dilaksanakan dengan satu kali kegiatan pembelajaran. Tindakan penelitian siklus 1 merupakan hasil rekomendasi tindakan atau observasi awal. Tindakan penelitian siklus 2

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 59: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

merupakan hasil rekomendasi tindakan penelitian siklus 1. Pada tindakan pembelajaran setiap siklus penelitian dilakukan empat tahap pembelajaran, yaitu : Perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi, dan analisis refleksi pembelajaran.

Hasil analisis refleksi pembelajaran pada setiap tindakan pembelajaran direkomendasikan untuk perencanaan tindakan pembelajaran berikutnya sampai akhirnya menetapkan rekomendasi hasil tindakan penelitian semua siklus.Empat tahap yang dilakukan pada setiap siklus pembelajaran adalah sebagai berikut :a. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran siklus pertama, dan kedua adalah melakukan kegiatan sebagai berkut :1) Menyusun instrument pembelajaran, yaitu : satuan kegiatan harian

dan lembar pengamatan.2) Mempersiapkan sumber pelajaran, alat peraga, dan media

pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran.

3) Menyusun instrumen penelitian, yaitu terdiri dari lembar observasi kegiatan proses pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas anak.

b. Pelaksanaan pembelajaranPelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh peneliti bertindak sebagai guru berdasarkan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan yang mencakup :1) Tema : Pekerjaan.2) Hasil belajar : trampil berbicara.3) Indikator : Menunjukan dan mencari sebanyak-banyaknya benda

yang mempunyai warna, bentuk, ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu (C,1,2)

4) Materi pokok : Identifikasi peralatan dokter.Pada tindakan pembelajaran setiap siklus peneliti melaksanakan proses kegiatan belajar yang meliputi : Fase apersepsi, fase eksplorasi, fase konsolidasi, fase pembentukan sikap atau perilaku, dan fase penilaian formatif.Langkah-langkah secara garis besar aktivitas selama pembelajaran dilakukan pengorganisasian kelompok kecil untuk kegiatan kooperatif dalam metode bermain peran adalah sebagai berikut :1) Siklus 1

2) Siklus 2

:

:

Kerjasama dalam kelompok untuk mengidentifikasi peran dan peralatan dokter.Kerjasama dalam kelompok untuk mengidentifikasi peran dan peralatan dokter

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 60: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Untuk masing-masing pertemuan pembelajaran, dilaksanakan kegiatan sebagai berikut :1. Tanya jawab tentang pengalaman anak mengenai pengalaman

berobat.2. Pembentukan kelompok serta penjelasan tugas kelompok dan

anggotanya.3. Penjelasan tentang tugas kelompok dan anggotanya.4. Membuat catatan tentang temuan dan permasalahan sebagai bahan

tindak lanjut.5. Melakukan penilaian yang meliputi terhadap aktivitas anak dalam

kelompok yang berkaitan dengan pemahaman dan hasil belajar untuk mengukut keberhasilan tindakan pembelajaran.

c. Observasi pelaksanaan pembelajaranSelama pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi adalah hal-hal sebagai berikut :1. Aspek-aspek keaktifan dan kerjasama anak dalam pembelajaran.2. Kemampuan guru dalam mengoperasionalkan metode bermain

peran, tentang ketepatan dan ketidaktepatan, kelebihan dan kekurangannya dalam rangka memfasilitasi belajar anak.

3. Mengidentifikasi bagian mana yang menjadi penguat kelemahan-kelemahan dalam mencapai keterampilan berbicara.

4. Aktivitas anak dalam kerjasama yang berstruktur melalui rancangan pembelajaran sebelumnya untuk mencapai tujuan.

d. Analisis dan refleksiHasil observasi pelaksanaan pembelajaran selanjutnya dianalisis dan direfleksikan dengan sasaran sebagai berikut:1. Sasaran analisis terhadap data awal anak yang ditunjukkan dengan

aktivitas anak dalam kerjasama dalam kelompok yang meliputi tanggung jawab individu dan tanggung jawab kelompok.

2. Sasaran analisis terhadap aktivitas anak dalam penerapan metode bermain peran.

3. Sasaran analisis terhadap keterampilan berbicara.4. Peneliti dan observer melakukan refleksi terhadap hasil analisis.

Refleksi hasil dilakukan teknik analisis, sintesis, dedukasi terhadap tindakan dan temuan observasi. Refleksi difokuskan kepada titik lemah kegiatan pengelolaan pembelajaran yang menggambarkan upaya peningkatan keterampilan berbicara.

2. Data dan Cara Pengumpulannya1. Sumber Data

Yang menjadi sumber data penelitian adalah anak, tim peneliti, dan proses pembelajaran

2. Jenis Data dan Cara Pengumpulannya

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 61: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Data utama yang akan dikumpulkan serta cara pengumpulannya selama pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut :

Tabel 1Jenis Data dan Cara Pengumpulannya

NoJenis Data Cara Pengumpulannya

1 Keadaan awal keterampilan berbicara anak

Mengajak beberapa anak berbicara.

2 Kemampuan guru merencanakan penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara.

Eksplorasi terhadap instrumen pembelajaran, dilanjutkan dengan case conference dalam rangka dan konfirmasi

3 Kemampuan guru dalam pelaksanaan penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara.

Observasi terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran, dilanjutkan dengan case conferensi dalam rangka konfirmasi.

4 Peningkatan keterampilan berbicara anak

Observasi terhadap aktivitas anak dalam proses pembelajaran

5 Hasil belajar Diungkap dengan tes lisan berbicara.

3. Analisis DataTeknik analisis data digunakan ada yang bersifat kualitatif. Data yang

diperoleh yang terdiri dari hasil belajar, rencana terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.

Konfirmasi, dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dan kesahihan data penelitian dengan mengkonfirmasikan pada sumber data (Melis dan Huberman, 1992 dalam Rochmadi, 1997 : 30). Dalam kegiatan komfirmasi, penulis mengkonfirmasikan data yang diperoleh baik pada guru maupun anak melalui kegiatan reflektif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada kesempatan ini penulis mengemukakan hasil temuan sementara untuk memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan dari anak, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat velidasi yang tinggi.

Konsultasi, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada para ahli (Nasution, 1992 dalam Rochmadi, 1997 : 35). Dalam kegiatan ini penulis mengkonsultasikan temuan penelitian kepeada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 62: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

4. Interpretasi DataTemuan-temuan data dalam penelitian diinterpretasikan dengan merujuk

kepada acuan teoritik, norma-norma praktis yang disepakati atau didasarkan intuisi guru mengenai situasi pembelajaran yang baik, tentang metode bermain peran sehingga diperoleh suatu kerangka referensi yang dapat memberikan makna terhadapnya.

Pembelajaran dan hasil observasi dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis, kemudian ditafsirkan dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan.Prosedur pengolahan dan analisis data dilaksanakan mengacu kepada pola pengolahan data dari Hopkin (Kanada, 2001 : 55) yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

5. Indikator KinerjaTolok ukur keberhasilan yang dilakukan oleh guru untuk peningkatan

keterampilan berbicara melalui metode bermain peran adalah sebagai berikut :1. Bagi guru yang mampu menunjukkan kinerja baik jika :

1) Sekurang-kurangnya 80 % dari jumlah indikator yang telah ditetapkan.2) Indikator aspek kinerja guru dalam menyusun satuan kegiatan harian

dan dalam melaksanakan metode bermain peran.3) Sekurang-kurangnya 80 % hasil belajar anak dalam pembelajaran.

2. Bagi anak yang mampu menunjukkan keterampilan berbicara jika:1) Sekurang-kurangnnya 80 % anak melakukan aktivitas dalam kelompok.2) Sekurang-kurangnya 80 % memperoleh kemampuan berbicara.

C. HASIL PENELITIANKeterampilan Berbicara melalui kegiatan bermain peran yang

dilaksanakan di TK Mawar mulai menunjukan perubahan dan peningkatan yang lebih baik dan memberikan pengaruh yang positif terhadap Keterampilan Berbicara anak. Hal ini terlihat dari siklus I dan siklus II terjadi perubahan yang berangsur membaik dan menunjukan peningkatan dari setiap tindakan yang telah dilakukan.

Guru lebih ekspresif dan menyenangkan dalam memberikan pembelajaran keterampilan berbicara pada anak, cara guru dalam menjelaskan kegiatan bermain peran lebih aktif sehingga proses kegiatan berbicara melalui kegiatan bermain peran tidak monoton dan formal karena sebelumnya anak mengenal kalimat dari buku bacaan saja dengan membaca beberapa dialog. Waktu yang cukup lama bagi anak usia TK untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kegiatan bermain menjadi lebih terarah dan memberikan nilai positif untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara.

Respon anak terhadap kegiatan bermain peran untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara sangat baik, hal ini ditunjukan dengan semangat anak dalam mengikuti kegiatan dari mulai persiapan bermain peran, pelaksanaan di meja masing-masing sampai kegiaatn bermain peran di depan kelas. Kegiatan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 63: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui kegiatan bermain peran menjadi sangat menyenangkan bagi anak tanpa membuat anak tertekan dan terbebani.

Keterampilan Berbicara mencapai hasil yang meningkat dari 17 anak yang sebelumnya anak malu mengeluarkan ide dengan cara berbicara sekarang dapat berbicara walaupun kalimatnya sedehana, hal ini terbukti dengan semua anak dapat berbicara walaupun dengan kalimat sederhana. tujuh anak mencapai hasil yang maksimal seperti mengenal peran pekerjaan, merangkaikan kata menjadi kalimat, bertanya jawab dan berbicara sesuai dengan tema yang diberikan.

1. Kondisi objektif Keterampilan Berbicara pada anak TK mawar SukakertaKondisi objektif Keterampilan Berbicara di TK Mawar Desa Sukakerta

sebelumnya masih rendah. Anak baru memasuki tahap merangkaikan kata. Sebelum dilakukan PTK proses kegiatan keterampilan berbicara mulai diberikan melalui metode pemberian tugas seperti membaca dialog sedehana, menjawab pertanyaan, ataupun bertanya kepada teman.

Media yang digunakan untuk keterampilan berbicara yang dimiliki sekolah kurang beragam. Untuk kegiatan pembelajaran berbicara guru hanya menggunakan buku kegiatan sederhana yang dibuat oleh guru, seperti buku bacaan sedehana, buku tugas, atau menyuruh anak berbicara didepan guru, hal ini membuat motivasi dan keinginan siswa kurang terakomodasi. Proses pembelajaran terlihat formal dan sangat tertib, proses pembelajaran lebih berpusat pada guru.

2. Langkah-langkah pelaksanaan Metode Bermain Peran untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara pada anak di TK Mawar.

Setelah melihat kondisi awal di lapangan, peneliti dan guru kelas bekerja sama menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan yaitu :1) Membuat program kegiatan Metode Bermain Peran2) Membuat jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan3) Menyiapkan media kartu kalimat dan gambar peraga.4) Bekerja sama dengan melaksanakan kegiatan pertama yaitu pengenalan

pekerjaan yang ada dilingkungan siswa khususnya dokter.5) Kegiatan Metode Bermain Peran dengan cara membagi anak menjadi 5

kelompok, dan setiap anak mendapat satu peranan.6) Bertanya jawab dengan teman sesuai dengan tema.7) Mencari kartu huruf untuk melengkapi kartu yang hilang8) Bermain peran sesuai dengan tema yang telah ditentukan di depan kelas

secara bergantian. Bermain adalah jendela dan kesempatan unruk belajar artinya anak-anak bermain dengan cara mereflesikan atau menggambarkan apa yang telah mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Salah satu permainan untuk keterampilan berbicara pada anak adalah dengan metode bermain peran.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 64: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

9) Kegiatan selanjutnya anak melakukan dialog sesuai dengan perannya masing-masing.

3. Bagaimana Keterampilan Berbicara TK Mawar Desa Sukakerta setelah melalui kegiatan Metode Bermain Peran

Setelah melalui dua siklus kegiatan tindakan untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara menggunakan metode bermain peran, hasil yang dicapai menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini nampak dari respon anak pada setiap kegiatan yang dilaksanakan. Anak tidak terlihat tertekan atau terbebani, sebaliknya anak mengikuti dengan semangat dan antusias, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan berbagi kegiatan bermain yang akan dilaluinya. Hal ini sesuai dengan prinsip kegiatan belajar di TK yaitu bermain seraya belajar dan belajar seraya bermain.

Keterampilan berbicara anak setelah melalui Metode Bermain Peran mengalami perubahan yang meningkat dan membawa nilai positif pada proses pembelajaran di TK Mawar Desa Sukakerta. Hal ini terlihat dari sikap guru yang sebelumnya kesulitan memilih cara atau metode yang tepat untuk menerapkan pembelajaran pengenalan keterampilan berbicara pada anak, sekarang cara guru memilih metode menjadi lebih menyenangkan bagi anak, seperti membuat beberapa permainan keterampilan berbicara, melalui bermain peran anak dapat belajar berbicara sesuai dengan tema, sependapat dengan pernyataan Prasetyono (2008:23) bahwa bermain bagi anak-anak bukan sekedar bermain, tetapi bermain merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Dalam bermain itu anak dapat menerima banyak rangsangan selain dapat membuat dirinya senang juga dapat menambah pengetahuan anak.

Sikap guru dalam membimbing anak juga sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan berbicara yang sebelumnya guru kurang sabar membimbing anak, kurang memberikan motivasi dan kurang memahami kemampuan anak yang tidak selalu sama dengan anak yang lainnya dan kurang ekspresif dalam menjelaskan sesuatu menjadi lebih sabar menghadapi kesulitan anak, memberikan motivasi, semangat dan pujian, ekspresif, dan memberikan kegiatan sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak menjadi lebih bersemangat dan tidak mudah menyerah dan kecewa.

Respon anak dalam mengikuti kegiatan juga sangat baik, minat anak untuk bisa berbicara mulai muncul, sikap antusias anak terhadap sesuatu hal yang baru, dan peningkatan keterampilan berbicara mulai terlihat perkembangan yang baik, anak yang sebelumnya baru bisa mengenal huruf menjadi bisa merangkai kata menjadi kalimat sederhana, anak yang belum dapat berbicara data belajar berbicara dengan temannya. Walaupun keberhasilan kemampuan anak jauh dari sempurna namun kegiatan bermain persn menunjukan banyak perubahan yang positif menuju kearah yang lebih baik, yaitu mampu berbicara dengan baik dan benar.

D. SIMPULAN DAN SARAN

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 65: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1. SimpulanDi bawah ini akan di sampaikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan sebanyak dua siklus. Kesimpilan tersebut adalah sebagai berikut:a. Kondisi objektif Keterampilan Berbicara di TK Mawar Desa Sukakerta

masih banyak rendah. Hal ini menggambarkan bahwa proses pembelajaran keterampilan berbicara selama ini belum dilaksanakan, guru jarang sekali memberikan kegiatan keterampilan berbicara, guru kurang menggunakan media yang menarik perhatian anak

b. Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan berbicara dilakukan menggunakan metode bermain peran, dan alat peraga berupa gambar kegiatan pekerjaan, dalam pelaksanaannya dilakukan sudah sesuai dengan kemampuan anak, tidak memaksa dan tidak membuat anak tertekan atau terbebani harus bisa berbicara. Pembelajaran dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan dan menarik perhatian anak, akan lebih berarti sehingga lebih lama diingat.

c. Hasil Keterampilan Berbicara setelah menggunakan Metode Bermain Peran berdampak positif. Keterampilan berbicara anak mengalami peningkatan setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, perubahan yang terjadi diantaranya adalah kemampuan anak yang sebelumnya baru pada mendengarkan, berbicara kalimat sedehana, sekarang dapat menyampaikan ide dalam bentuk pembicaraan sesuai tema, selain itu anak juga dapat menjawab pertanyaan dari temannya. Metode yang digunakan menjadi lebih bervariasi, menyenangkan dan menarik perhatian anak, sehingga kegiatan pembelajaran berbicara menjadi tidak monoton dan membosankan bagi anak. Media yang digunakan menjadi lebih banyak dan membuat anak-anak antusias untuk mencobanya sehingga membuat anak termotivasi untuk bisa. Suasana pembelajaran sangat menyenangkan tidak ada yang merasa tertekan atau terbebani untuk bisa membaca. Respon anak terhadap kegiatan keterampilan berbicara menggunakan metode bermain peran sangat baik, hal ini terlihat dari keikutsertaan anak dalam setiap permainan. Kegiatan bermain peran menjadi lebih efektif dan bermakna memiliki tujuan yang positif bagi keterampilan berbicara.

2. Saran-saranBerdasarkan kesimpulan di atas, penulis sampaikan saran sebagai berikut:

a. Guru diharapkan variatif dalam memilih metode dan dapat menggunakan strategi yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Salah satu cara yang dapat dilaksanakan adalah Metode Bermain Peran, karena dunia anak tidak terlepas dari dunia bermainnya.

b. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara akan lebih baik jika guru menggunakan media yang tepat dan menarik serta sesuai dengan metode

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 66: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

kebutuhan anak, salah satunya adalah dengan memanfaatkan metode bermain peran.

c. Guru diharapkan dapat menjadi pembimbing, lebih menghargai kemampuan anak, memotivasi dan menjadi fasilitator terbaik dalam proses pembelajaran.

d. Guru diharapkan lebih ekspresif dalam menjelaskan setiap kegiatan, memberikan motivasi pada anak.

e. Kepala sekolah diharapkan dapat mendukung upaya guru dalam menggunakan strategi yang tepat dan memfasilitasi media untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara.

f. Menerima inovasi baru dan membuka cakrawala bahwa keterampilan berbicara dapat dilaksanakan sesuai dengan perkembangan, karakteristik dan dunia anak.

g. Dapat bekerja sama untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui kegiatan bermain peran yang menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKADarmiyati, Budi Asih. (1998/1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di

kelas Tinggi. Jakarta. Gramedia.Depdiknas(2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke III. Jakarta :

Departemen Pendidikan NasionalDepdikbud.(1996) Metorik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di

Taman Kanak-kanak. Jakarta.Depdiknas (2000) Permainan Pramembaca dan pramenulis di Taman Kanak-

kanak. Jakarta .Depdiknas (2004). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan

Raudhatul Athfal. Jakarta.

Erdina, Maria Sinta. (2005) Pengembangan Keterampilan Berbahasa Anak Usia Pra Sekolah. Jakarta : Depdiknas.

Hastuti, Sri. (1996/1997). Strategi Belajar Mengajar. Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat pendidikan Dasar dan Menengah ( Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III).

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya

R. Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta dan Depdiknas.

Ulwan, Abdullah Nashih, (2003), Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta, Pustaka Amani.

Skillbeck, Malcolm. 1976. School Based Curriculum Development and Teacher Education. Mimeograph: OECD.

Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 67: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Tilaar, H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Yusup, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.

……………(2003) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : CV. Mitra Karya.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 68: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 69: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA ANAK

DI TK KENANGA KERTARAHARJA

YENI

A B S T R A K

Kemampuan berbahasa bagi anak TK menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupannya agar dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Dari sekian banyak metode untuk mengembangkan kemampuan keterampilan berbicara pada anak menurut peneliti adalah metode bercakap-cakap. Metode ini yang paling disenangi oleh anak-anak karena pada usia ini anak senang untuk bertanya untuk mengetahui segala hal yang dilihatnya. Guru sebagai fasilisator diharapkan dapat menjadi pendengar yang baik serta dapat mengarahkan pembicaraannya.

Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana kondisi kemampuan berbicara anak Taman Kanak-kanak, bagaimana penerapan metode bercakap-cakap dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada anak TK, dan bagaimana keterampilan berbicara pada anak setelah penerapan metode bercakap-cakap di TK.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru, siswa, dan proses pelaksanaan penggunaan metode bermain peran. Pembahasan dilakukan dengan teknik deskriftif kualitatif.

Hasil yang diperoleh adalah sebelum diberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode bercakap-cakap kondisi kemampuan berbicara anak TK masih belum optimal, anak masih ragu-ragai dalam berbicara, atau kurang memiliki kosa kata yang cukup. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan metode bercakap-cakap, dimulai dengan menyusun perencanaan yaitu satuan kegiatan harian, pelaksanaan kegiatan dengan menyusuh anak untuk bercakap-cakap dengan temannya masing-masing sesuai dengan tema yang diberikan guru. Kemudian dilakukan evaluasi secara lisan tentang pembicaraan yang dilakukannya. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode bercakap-cakap diperoleh peningkatan keterampilan berbicara dari setiap anak sesuai dengan kemampuan yang diharapkan.

Kata Kunci : keterampilan, berbicara, metode, bercakap-cakap

A. PENDAHULUANPendidikan yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak merupakan

pendidikan yang terintegrasi. Dari sekian banyak program pekembangan yang

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 70: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

dikembangkan di taman kanak-kanak kesemuanya diintegrasikan dalam sebuah program permainan. Karena menurut Frobel bahwa pendidikan di taman kanak-kanak dianjurkan untuk damai, gembira dan merdeka.

Salah satu program pengembangan yang dilaksanakan di taman Kanak-kanak adalah program perkembangan keterampilan berbahasa. Tujuan pengembangan berbahasa ini adalah agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Karena tujuan pengembangan berbahasa ini adalah kemampuan berkomunikasi maka sangat erat kaitannya dengan berbicara sebagai salah satu kemampuan yang pertama yang harus dikuasai oleh anak.

Setiap anak sejak usia 1-2 tahun telah belajar berbicara, walaupun lafal dan perbendaharaan bahasanya masih belum sempurna dan sedikit. Kemampuan berbahasa tersebut terus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia dan pergaulan anak. Pada usia 3-4 tahun menurut Crow (Syamsudin, 1996:25) diperkirakan telah menguasai 300 perbendaharaan kata. Diusia ini anak telah memahami konsep-konsep kalimat yang memakai konsep-konsep atau kalimat lebih besar, lebih kecil, pura-pura mengerti dan dapat melaksanakan perintah atau petunjuk-petunjuk, memahami konsep sebab akibat dan dapat berbicara dengan ucapan yang dimerngerti orang lain.

Seiring dengan bertambahnya usia serta lebih luasnya pergaulan anak, maka di usia Taman Kanak-kanak (5-6 tahun ) maka kemampuan berbahasa anak pun meningkat. Anak akan lebih senang bergaul dan berhubungan dengan orang lain karena keinginan memahami pembicaran dan pandangan orang lain meningkat sehingga keterampilan komunikasinya meningkat.

Kemampuan berbahasa bagi anak TK menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupannya agar dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Dengan bahasa anak dapat berinteraksi soaial baik dengan bahsa lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.

Kadang kemampuan berbicara setiap anak itu berbeda-beda sesuai dengan kemampuan intelegensi dan kondisi lingkungan tempat bergaulnya. Taman Kanak-kanak sebagai lembaga formal dalam mengasuh, membimbing dan mendidik anak diharapkan dapat mengarahkan serta memperbaiki kemampuan keterampilan komunikasi tersebut.

Dari sekian banyak metode untuk mengembangkan kemampuan keterampilan berbicara pada anak menurut peneliti adalah metode bercakap-cakap. Metode ini yang paling disenangi oleh anak-anak karena pada usia ini anak senang untuk bertanya untuk mengetahui segala hal yang dilihatnya. Guru sebagai fasilisator diharapkan dapat menjadi pendengar yang baik serta dapat mengarahkan pembicaraannya. Janganlah sekali-kali guru memaksakan topik tertentu kapada anak, topik yang akan disenangi anak adalah topik yang mereka bicarakan, dalam hal ini guru hanya memancing dengan berbagai pertanyaan yang sesuai dengan topik yang mereka bicarakan.

Ketika anak tumbuh dan berkembang, terjadi peningkatan baik dalam hal kuantitas maupun kualitas (keluwesan dan kerumitan) produk bahasanya. Secara

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 71: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengekspresikan suara saja, hingga mengekspresikannya dengan komunikasi. Dalam hubungannya dengan keterampilan berbicara ini terdapat beberapa permasalahan yang memerlukan perhatian guru dalam mengajarkannya, antara lain :

1. Pengembangan kemampuan bahasa hanya terfokus pada kemampuan pra membaca dan pra menulis.

2. Metode yang digunakan hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan.

3. Aktivitas pembelajaran berpusat pada guru, siswa hanya menerima dan menghapal yang diberikan guru.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana disampaikan di atas peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kemampuan berbicara anak Taman Kanak-kanak?2. Bagaimana penerapan metode bercakap-cakap dalam meningkatkan

keterampilan berbicara pada anak TK?3. Bagaimana keterampilan berbicara pada anak setelah penerapan metode

bercakap-cakap di TK?Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang penerapan metode bercakap-cakap dalam peningkatan keterampilan berbicara pada anak TK Kenanga Kertaraharja.

2. Untuk memahami penerapan metode bercakap- cakap dalam menerapkan keterampilan berbicara pada anak TK Kenanga Kertaraharja.

3. Untuk mengetahui keterampilan berbicara pada anak setelah penerapan metode bercakap-cakap di TK Kenanga Kertaraharja.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mamahami metode dan media pembelajaran dalam mengembangkan berbagai kemampuan pada anak TK, khsususnya pengembangan bahasa. Sedangkan praktisnya penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran yang jelas bahwa metode bercakap-cakap berdampak positif bagi anak didik dalam upaya mengembangkan keterampilan berbicara pada anak.

2. Memberikan salah satu solusi pemecahan masalah dalam pembalajaran khususnya dalam penerapan metode bercakap-cakap untuk pengembangan keterampilan berbicara.

3. Sebagai bahan bacaan di sekolah yang dapat digunakan sebagai buku perpustakaan.

A. METODOLOGI PENELITIAN1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu bentuk penelitian tindakan yang langsung dilaksanakan di kelas. Adapun model PTK yang dipilih adalah model Kemmis dan Taggart, dengan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 72: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

didasarkan pada pertimbangan bahwa model ini cukup sederhana, sehingga mudah dipahami. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan dalam pembelajaran, PTK dilakukan dalam bentuk pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri atas empat tahap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

Merencanakan

Refleksi MelakukanTindakan

MengamatiGambar 3.1

Empat Tahap dalam PTKSumber : Wardani,dkk. (2003: 2.4)-adopsi

Setelah dilakukan refleksi, biasanya muncul permasalahan baru yang perlu mendapat perhatian. Tim Pelatih Proyek PGSM (1999: 7) mengemukakan bahwa “Timbulnya permasalahan baru perlu dilakukan perencanaan ulang dan refleksi ulang sampai permasalahan dapat teratasi.”

Penelitian tindakan kelas layaknya tidak menggunakan istilah populasi, penarikan sampel, maupun kelas kontrol, tetapi menggunakan istilah subjek penelitian. Hal ini, disebabkan dalam tujuan penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran serta berkesinambungan. Tim Pelatih Proyek PGSM (1999: 15) menjelaskan bahwa “Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layaknya professional guru dalam menangani proses belajar mengajar.”

2. Subjek PenelitianGuru dan anak kelompok B Taman Kanak-kanak Kenanga Desa

Kertaraharja, dijadikan subjek dalam penelitian ini. 1. Guru Kelompok B TK Kenanga

a. Nama : Y e n ib. Pendidikan : D 2 PGTKc. Pengalaman kerja : 15 tahun

2. Anak Kelompok B TK Kenangaa. Laki-laki : 12 orangb. Perempuan : 8 orang

Jumlah : 20 orang

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 73: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

3. Prosedur Penelitiana. Orientasi dan identifikasi masalah

Orientasi dan identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan orientasi dengan perhatian berfokus pada Satuan Kegiatan harian (SKH) pembelajaran berbicara.

2) Mengidentifikasi proses pelaksanaan pembelajaran berbicara di TK Kenanga Desa Kertaraharja.

b. Perencanaan tindakan penelitian1) Penentuan siklus tindakan penelitian

Siklus tindakan penelitian direncanakan dalam dua siklus. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa siklus PTK yang dipergunakan ialah model Kemmis dan Taggart. Alur umum pelaksanaan, seperti gambar di bawah ini.

Rencana Umum

Refleksi 1

Pembelajaran 1dan Observasi 1

Perbaikan Rencana

Refleksi 2

Pembelajaran 2dan Observasi 2

Keputusan

Gambar 1Alur Siklus PTK (Adaptasi dari Model Kemmis dan Taggart)

2) Penetapan teknik pelaksanaan tindakan penelitianTeknik pelaksanaan tindakan penelitian terdiri atas empat kegiatan,

yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Namun, PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart, yaitu kegiatan tindakan dan observasi dilaksanakan secara serempak.

3) Penetapan fasilitas dan instrumen tindakan penelitian

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 74: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam tindakan penelitian ini adalah:

a) Tes lisanTes lisan dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran. Tes yang dilakukan pada awal pembelajaran disebut pretest dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan berbicara anak sebelum dilakukan tindakan, sedangkan tes yang dilakukan di akhir pembelajaran disebut postest dengan tujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara anak setelah diberikan tindakan dengan menggunakan metode bercakap-cakap.

b) ObservasiObservasi dalam kegiatan pembelajaran, dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran, baik bersifat umum, maupun khusus yang berkenaan dengan aspek-aspek proses pendekatan yang dikembangkan. Aspek yang diobservasi di antaranya ialah aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitas guru dalam mengajar.

c. Pelaksanaan tindakan penelitian1) Tindakan pembelajaran siklus 1

a) Perencanaan pembelajaran berbicara, berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran berbicara di TK Kenanga Kertaraharja.

b) Proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode bercakap-cakap.

c) Refleksi hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode bercakap-cakap, refleksi siklus pembelajaran 1.

2) Tindakan pembelajaran siklus 2a) Perencanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode

bercakap-cakap, berdasarkan hasil refleksi pada siklus pembelajaran 1. b) Proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode bercakap-

cakap, sebagai perbaikan pada pembelajaran siklus 1c) Refleksi hasil pembelajaran pembelajaran berbicara dengan

menggunakan metode bercakap-cakap, refleksi siklus pembelajaran 2.3) Melakukan refleksi dan review secara keseluruhan dua siklus

pembelajaran.

4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Dataa. Teknik observasi yang dilakukan kepada guru dan siswa. Instrumennya

berupa lembar pengamatan kinerja siswa, dan kinerja gurub. Teknik tes yang dialakukan kepada siswa. Instrumennya berupa lembar

penilaian lisan.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 75: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

5. Teknik Analisis Data Hasil PenelitianAnalisis data hasil penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif. Analisis dilakukan pada setiap siklus pembelajaran dengan menggunakan tahapan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data hasil Penelitian Tindakan Kelas tentang keterampilan berbicara.

b. Pengelompokan data, yaitu kinerja siswa, kinerja guru, dan keterampialn berbicara anak.

c. Interpretasi dan refleksi data, berdasarakan tingkatan pencapaian, misalnya: baik, sedang, atau kurang.

d. Rekomendasi dan tindak lanjut ditentukan berdasarkan hasil refleksi data, apakah perlu atau tidak diadakan siklus pembelajaran berikutnya.

B. HASIL PENELITIANHasil penelitian melalui tindakan kelas yang sudah dilaksanakan.

Pembahasan setiap temuan berada dalam fokus masalah yang akan dipaparkan berdasarkan tahapan penelitian.1. Kondisi objektif keterampilan berbicara pada anak TK PGRI Kenanga

Desa Kertaraharja Kondisi objektif keterampilan berbicara di TK PGRI Kenanga Desa

Kertaraharja sebelumnya masih rendah. Anak baru memasuki tahap pengenalan kalimat Tanya dan menjawab pertanyaan secara parsial, beberapa anak juga masih kesulitan membedakan kalimat tanya dan kalimat berita. Sebelumnya dilakukan PTK proses kegiatan berbicara mulai diberikan melalui metode pemberian tugas seperti membaca dialog, menyusun kalimat dan membuat kalimat dari gambar yang disediakan.

Media yang digunakan untuk berbicara yang dimiliki sekolah kurang beragam. Untuk kegiatan pembelajaran berbicara guru hanya menggunakan buku kegiatan sederhana yang dibuat oleh guru, seperti buku melengkapi kalimat sesuai gambar, dialog sederhana dan lain-lain. Proses pembelajaran terlihat formal dan sangat tertib, proses pembelajaran lebih berpusat pada guru.

2. Langkah-langkah pelaksanaan menggunakan metode bercakap-cakap untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak di TK PGRI Kenanga Desa Kertaraharja.

Setelah melihat kondisi awal di lapangan, peneliti dan guru kelas bekerja sama menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan yaitu :

1. Membuat program kegiatan menggunakan metode bercakap-cakap2. Membuat jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan3. Menyiapkan media gambar seri, kartu kalimat.4. Bekerja sama dengan melaksanakan kegiatan pertama yaitu pengenalan

kalimat sederhana baik kalimat tanya maupun kalimat berita dengan bantuan alat peraga selain kartu gambar yang mewakili kartu kata Shofi

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 76: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

(2008:56) mengemukakan bahwa alat peraga merupakan sarana yang efektif untuk menunjang keberhasilan belajar anak.

5. Kegiatan menggunakan metode bercakap-cakap bertanya jawab dengan bantuan gambar

6. Menyebutkan kalimat Tanya dan kalimat berita7. Mencari kartu kalimat untuk melengkapi gambar yang tersedia8. Permainan merangkai kalimat 9. Anak melakukan kegiatan bercakap-cakap sesuai dengan tema yang

disediakan.

3. Bagaimana keterampilan berbicara TK PGRI Kenanga Desa Kertaraharja setelah menggunakan metode bercakap-cakap

Setelah melalui beberapa siklus kegiatan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode bercakap-cakap. Hasil yang dicapai menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini nampak dari respon anak pada setiap kegiatan yang dilaksanakan. Anak tidak terlihat tertekan atau terbebani, sebaliknya anak mengikuti dengan semangat dan antusias, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan berbagi kegiatan bermain yang akan dilaluinya. Hal ini menjadi pengalaman baru bagi anak, senada dengan pernyataan Shofi (2008:20) bahwa membimbing anak belajar berbicara sejak dini sangat baik dilakukan, karena pada usia tersebut anak sedang mengalami masa-masa keemasan. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan mudah menyerap hal yang diajarkan dengan baik, bila cara atau metode pengajarannya cocok bagi anak.

Keterampilan berbicara anak setelah menggunakan metode bercakap-cakap mengalami perubahan yang meningkat dan membawa nilai positif pada proses pembelajaran di TK PGRI Kenanga Desa Kertaraharja. Hal ini terlihat dari sikap guru yang sebelumnya kesulitan memilih cara atau metode yang tepat untuk menerapkan pembelajaran berbicara pada anak, sekarang cara guru memilih metode menjadi lebih menyenangkan bagi anak, seperti membuat beberapa permainan berbicara, melalui bermain dan bercakap-cakap anak dapat belajar sependapat dengan pernyataan Prasetyono (2008:23) bahwa bermain bagi anak-anak bukan sekedar bermain, tetapi bermain merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Dalam bermain itu anak dapat menerima banyak rangsangan selain dapat membuat dirinya senang juga dapat menambah pengetahuan anak.

Sikap guru dalam membimbing anak juga sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan berbicara yang sebelumnya gruru kurang sabar membimbing anak, kurang memberikan motivasi dan kurang memahami kemampuan anak yang tidak selalu sama dengan anak yang lainnyan dan kurang ekspresif dalam menjelaskan sesuatu menjadi lebih sabar menghadapi kesulitan anak, memberikan motivasi, semangat dan pujian, ekspresif, dan memberikan kegiatan sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak menjadi lebih bersemangat dan tidak mudah menyerah dan kecewa.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 77: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Respon anak dalam mengikuti kegiatan juga sangat baik, minat anak untuk bisa berbicara dengan baik mulai muncul, sikap antusias anak terhadap sesuatu hal yang baru, dan peningkatan berbicara mulai terlihat perkembangan yang baik, anak yang sebelumnya baru bisa mengenal kalimat yang sederhana yang sederhana, anak yang belum mengenal kalimat tanya dan kalimat berita, sekarang dapat mengetahuinya serta dapat menggunakannya dalam percakapan, anak juga tahu hubungan gambar dengan tulisan, menambah perbendaharaan kata dan dapat mengenal kalimat sederhana. Walaupun keberhasilan kemampuan anak jauh dari sempurna namun metyode bercakap-cakap dapat memberikan perubahan terhadap keterampilan berbicara anak TK.

C. SIMPULAN DAN SARAN1. Simpulan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan adanya peningkatan keterampilan berbicara anak menggunakan metode bercakap-cakap. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan dan dapat disimpulkan bahwa :

a. Kondisi objektif keterampilan berbicara di TK PGRI Kenanga Desa Kertaraharja masih banyak kurang. Hal ini menggambarkan bahwa proses pembelajaran berbicara selama ini belum dilaksanakan, guru jarang sekali memberikan kegiatan bercakap-cakap, guru kurang menggunakan media yang menarik perhatian anak

b. Langkah-langkah pelaksanaan berbicara dilakukan melalui kegiatan bermain dengan menggunakan metode bercakap-cakap dalam pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan kemampuan anak, tidak memaksa dan tidak membuat anak tertekan atau terbebani harus bisa membaca. Pembelajaran dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan dan menarik perhatian anak.

c. Hasil keterampilan berbicara setelah menggunakan metode bercakap-cakap berdampak positif. Kemampuan anak membaca mengalami peningkatan setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, perubahan yang terjadi diantaranya adalah kemampuan anak yang sebelumnya baru pada tahap pengenalan kalimat sederhana atau melapalkan dialog yang disediakan menjadi dapat menyampaikan ide dan melakukan percakapan sesuai dengan tema yang diberikan. Metode yang digunakan menjadi lebih bervariasi, menyenangkan dan menarik perhatian anak, sehingga kegiatan berbicara menjadi tidak monoton dan membosankan bagi anak. Media yang digunakan menjadi lebih banyak dan membuat anak-anak antusias untuk mencobanya sehingga membuat anak termotivasi untuk bisa. Suasana pembelajaran sangat menyenangkan tidak ada yang merasa tertekan atau terbebani untuk bisa berbicara karena anak bebas menyampaikan ide-idenya. Respon anak terhadap kegiatan berbicara dengan menggunakan metode bercakap-cakap sangat baik, hal ini terlihat dari keikutsertaan anak

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 78: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

dalam setiap permainan. Kegiatan bermain anak menjadi lebih efektif dan bermakna memiliki tujuan yang positif bagi keterampilan membaca.

2. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan di atas penulis sampaikan rekomendasio sebagai

berikut :a. Bagi guru atau praktisi TK

Guru diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Taman Kanak-kanak, diantaranya adalah :1) Guru diharapkan variatif dalam memilih metode dan dapat

menggunakan strategi yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Salah satu cara yang dapat dilaksanakan yaitu menggunakan metode bercakap-cakap, karena dengan bercakap-cakap anak dapat menyampaikan ide-idenya secara bebas sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

2) Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara akan lebih baik jika guru menggunakan media yang tepat dan menarik serta sesuai dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak, salah satunya adalah dengan memanfaatkan metode bercakap-cakap.

3) Guru diharapkan dapat menjadi pembimbing, lebih menghargai kemampuan anak, memotivasi dan menjadi fasilitator terbaik dalam proses pembelajaran.

4) Guru diharapkan lebih ekspresif dalam menjelaskan setiap kegiatan, memberikan motivasi pada anak.

b. Bagi kepala TK 1) Mendukung upaya guru dalam menggunakan strategi yang tepat dan

memfasilitasi media untuk meningkatkan keterampilan berbicara.2) Menerima inovasi baru dan membuka cakrawala bahwa keterampilan

berbicara dapat dilaksanakan sesuai dengan perkembangan, karakteristik dan dunia anak.

3) Dapat bekerja sama untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui kegiatan bermain yang menyenangkan.

c. Bagi Dinas PendidikanDiperlukan kebijakan dari Dinas pendidikan untuk lebih banyak melakukan pelatihan terkait dengan penggunaan metode dan media pembelajaran dengan lebih menekankan pada kegiatan praktek.

DAFTAR PUSTAKA

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 79: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Darmiyati, Budi Asih. (1998/1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas Tinggi. Jakarta. Gramedia.

Depdikbud (1996) Metorik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta .

Depdiknas (2000) Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-kanak. Jakarta.

Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke III. Jakarta .Erdina, Maria Sinta. (2005) Pengembangan Keterampilan Berbahasa Anak Usia

Pra Sekolah. Jakarta. DepdiknasKunandar (2008), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. PT Rajagrafindo Persada

R. Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta dan Depdiknas.

Solehudin, (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Institusi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Surakhmad, Winarno. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung. Transito.Wiriaatmadja, R.(2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Sekolah Pasca Sarjana

UPI. Bandung: PT Remaja Rosdkarya.Yusup, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 80: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 81: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BANGUN DATAR MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS III

SDN 1 PAYUNGAGUNG

MOMON SAHMANRIYADI

ABSTRAKPelaksanaan penelitian ini dilaksanakan berawal dari pengamatan dan diskusi dengan guru yang menyatakan bahwa siswa kelas III masih banyak yang merasa kesulitan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam simetri lipat melalui metode demonstrasi. Hal ini terbukti dari hasil belajar yang kurang memuaskan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Sukarame pada pembelajaran Matematika tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri dalam pembelajaran Matematika.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart. PTK ini direncanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus menggunakan 4 tahap penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun subjek penelitian adalah siswa yang kurang memiliki keterampilan menulis membuat kalimat berita sebanyak 31 orang yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi dan studi dokumenter. Data Hasil observasi yang terdiri dari hasil observasi kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam pembelajaran matematika khususnya simetri lipat. Teknik pengolahan data penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan seluruh rangkaian penelitian mulai dari perencanaan sampai tahap

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 82: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri meningkat. Hal ini terbukti dari perolehan nilai rata-rata kelas yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata kemampuan siswa tentang benda langit melaluimetode inkuir deskripsi siswa pada Siklus I bernilai 70,00% (katagori cukup) sedangkan pada siklus II bernilai 78,39% (katagori baik). Hal ini sudah menunjukan bahwa hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa.

Kata Kunci : hasil belajar siswa, sifat bangun datar, metode inkuiri

A. PENDAHULUANFokus hasil pendidikan yang bermutu adalah siswa yang sehat, mandiri,

berbudaya, berakhlak mulia, berpengetahuan, menguasai teknologi informasi dan komunikasi, serta cinta tanah air. Adapun realisasinya, bahwa guru berpedoman pada kurikulum dan lebih baik yang berdasarkan kemampuan siswa, karena kurikulum sebagai landasan mengajar. Upaya lain peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Kemampuan ini membutuhkan penilaian, antara lain berfikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika Memberikan pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran matematika terutama di Sekolah Dasar akan memberikan nilai positif bagi siswa dalam belajar. Sejalan dengan itu Edgar Dale dikutip dalam buku yang berjudul Cara Menerapkan Metode inkuiri Bagi Guru SD (Mulyasa, 2000: 10) menyatakan bahwa: “Siswa dapat menghayati dengan seluruh panca indera melalui kegiatan belajar secara nyata sehingga siswa dapat bekerja dan dapat memecahkan masalah melalui inkuiri lapangan dengan lingkungan sekitar dan dapat menemukan sendiri atau inkuiri”

Temuan di lapangan menunjukkan masih lemahnya pemahaman siswa tentang sifat-sifat bangun datar dalam pelajaran matematika di kelas III SD Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis terutama pada pokok bahasan sifat-sifat bangun datar. Berdasarkan analisis hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan, hasil tes formatif mata pelajaran matematika menunjukkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Setelah penulis melaksanakan diskusi dengan supervisor melalui proses pembahasan masalah, mengumpulkan data hasil ulangan, maka penulis dapat menganalisis faktor-faktor dari masalah tersebut, yaitu :

a. Guru belum maksimal dalam mendeskripsikan tentang sifat bangun datar

b. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran secara efektip tentang sifat bangun datar

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 83: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

c. Guru kurang memerankan metode pembelajaran tentang sifat bangun datar kepada siswa secara nyata.

d. Guru kurang memberikan motivasi dalam pembelajaran Matematika.Metode yang efektip diperlukan agar siswa mampu meyakini langsung

dalam memahami tentang sifat bangun datar, tidak sekedar informasi dari guru atau guru cuma mendeskripsikan secara lisan tetapi menjelaskannya. Sebenarnya siswa harus mampu meyakini secara langsung agar siswa tidak mudah lupa, cepat mengingat dan daya tahan pikir tetap bertahan dalam memahami tentang sifat bangun datar.

Metode inkuiri merupakan cara membantu pembelajaran dalam proses pembelajaran, sehingga dengan menggunakan metode inkuiri, dapat menunjang terhadap keberhasilan belajar. Seperti dikemukakan Sudirman, dkk. (1989:208) bahwa “Metode inkuiri adalah cara yang dapat menunjang keefektifan dan efisiensi peragaan dalam menemukan sendiri atau penemuan pada pembelajaran secara nyata dengan objek pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar dan masyarakat.” Terhadap metode inkuiri ada orang yang memberi istilah sarana belajar atau sarana pengajaran. Alat pengajaran ini juga termasuk bagian dari sumber pengajaran karena dapat mempengaruhi tingkah laku siswa terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat.

Hasil analisa penulis permasalahan yang sering muncul di lapangan adalah penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran, misal dalam mata pelajaran matematika guru masih kurang maksimal menggunakan metode inkuiri, sehingga proses pembelajaran membosankan, aktivitas siswa kurang aktif, proses pembelajaran kurang menarik sehingga konsep-konsep yang diajarkan tidak dapat diingat lama oleh siswa.

Keberadaan metode harus dilihat dari kemampuan dan kemauan guru dalam menampilkan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode sebagai cara yang dapat membantu pembelajaran tidak bisa sembarangan digunakan namun harus dilihat sejauhmana patut menggunakan metode agar penggunaan metode digunakan secara efektif dan efisien. Sehingga siswa tidak membosankan atau merumitkan metode sebagai cara membantu pembelajaran bahkan harus menjadi wahana dalam mempercepat proses pembelajaran.

Penulis ingin memberikan pengalaman dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode inkuiri yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat bangun datar agar siswa lebih memahami betul sehingga pembelajaran akan menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Untuk mencapai keberhasilan prestasi siswa secara optimal, sebaiknya guru memahami tujuan umum dan tujuan khusus atau kompetensi dasar dan indikator konsep dasar matematika tentang sifat bangun datar. Ditemukan pula siswa belum mampu memahami tentang sifat bangun datar dengan baik karena guru selalu memberikan konsep yang berlebihan, tidak terarah serta tidak menggunakan metode inkuiri langsung kepada siswa.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 84: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Upaya mengatasi hal tersebut dibantu dengan menggunakan metode inkuiri oleh guru atau siswa agar terjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Proses pembelajaran tersebut terjadi komunikasi yang kondusif. Upaya dengan menggunakan metode inkuiri dapat memahami secara benar tentang sifat bangun bangun datar sehingga siswa menjadi lebih paham terhadap sifat bangun datar di kelas III Sekolah Dasar.

Berdasarkan analisis di atas maka penulis menentukan rumusan masalah secara umum adalah “Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?”

Secara khusus rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran tentang meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tentang meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?

c. Bagaimana hasil yang dicapai siswa setelah pembelajaran tentang meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran hasil belajar siswa tentang sifat

bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis

3. Mendeskripsikan hasil yang dicapai siswa setelah pembelajaran hasil belajar siswa tentang meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

Secara umum manfaat penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat dalam meningkatkan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah :

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 85: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1. Memperoleh data perencanaan pembelajaran hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis

2. Memperoleh data pelaksanaan pembelajaran hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis

3. Memperoleh data hasil belajar siswa hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

B. METODOLOGI PENELITIAN1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan kepada proses belajar mengajar di dalam kelas yang disebut dengan istilah class room action research. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, guru meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas melalui sebuah tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan evaluasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : (1) untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran; (2) guru berkembang secara profesional karena mampu menilai dan memperbaiki pelajaran atau otonomi sebagai pekerja profesional; (3) perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar; dan (4) terjadi proses latihan dalam jabatan selama penelitian tindakan kelas itu berlangsung.

2. Prosedur PenelitianProsedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengambil model

langkah spiral tindakan kelas dan Wardhani (2007 : 2.4) dengan langkah-langkah perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan atau aksi (acting). Observasi (observing), dan refleksi (reflecting) yang dilakukan pada setiap siklus.

Langkah-langkah rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

a. Menentukan jumlah siklus pelaksanaan pembelajaran. b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran c. Membuat lembar observasi d. Menyiapkan alat bantu pembelajaran Matematikae. Mendesain alat evaluasi belajar untuk melihat apakah siswa memahami

konsep pembelajaran Matematika tentang sifat bangun datarf. Melaksanakan simulasi mengajar pelaksanaan pembelajaran untuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajarang. Menentukan waktu pelaksanaan pembelajaran Pada pelaksanaan pembelajaran akan diuraikan mengenai langkah-langkah

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi antara lain sebagai berikut :

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 86: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1) Perencanaan Langkah-langkah rencana perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada

pelajaran Matematika adalah sebagai berikut : a. Membuat rencana perbaikan pembelajaran b. Membuat lembar observasi c. Menggunakan langkah-langkah metode pelajaran Matematikaa. Memberikan lembar kerja siswa untuk melihat apakah siswa

memahami pembelajaran Matematika tentang sifat bangun datard. Melaksanakan simulasi mengajar perbaikan pembelajaran Rencana

Perbaikan Pembelajarane. Menentukan waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan Tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat

pada perencanaan tindakan yang berlangsung di dalam kelas. Dalam pelaksanaan tindakan ini adanya keterlibatan teman sejawat sebagai observer sekedar membantu peneliti dalam mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan.

Prosedur khusus pembelajaran yang ditempuh untuk perbaikan pembelajaran Matematika sesuai kegiatan inti pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

b. Tanya jawab tentang fungsi sifat bangun datarc. Guru memberikan penjelasan sifat bangun datard. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan bimbingan guru e. Guru dan siswa membahas lembar kerja siswa

3) Pengamatan (Observasi)Tahapan ini merupakan tahapan observasi, dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan dilakukan oleh observer (teman sejawat).

Langkah-langkah observer yang dilakukan : a. Pertemuan pendahuluan

Pertemuan pendahuluan yang sering disebut pertemuan perencanaan, dilakukan sebelum observasi berlangsung. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menyepakati berbagai hal yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diamati dan observasi yang akan dilakukan, yaitu mengenai fokus observasi, kriteria observasi, lama pengamantan, dan cara pengamatan.

b. Pelaksanaan observasi Pelaksanaan observasi dilakukan terhadap pembelajaran dan hasil

tindakan perbaikan yang tertuju kepada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa.

c. Diskusi Balikan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 87: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Sesuai dengan prinsip balikan, pertemuan balikan dilakukan segera setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir. Dalam pertemuan ini guru dan pengamat berbagai informasi yang dikumpulkan selama pengamatan, mendiskusikan, serta mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.

4) Refleksi Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada

saat dilakukan pengamatan (observasi) dan hasil tes pada akhir pembelajaran. Dari data tersebut dianalisis kemudian disajikan dan diinterpretasikan, sehingga dapat diketahui kekurangan yang terjadi untuk penentuan langkah pembelajaran selanjutnya. Dari hasil refleksi pembelajaran matematika ditemukan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil, jika mencapai standar ketuntasan minimal sebesar 75%.

3. Teknik Analisis DataPengolahan dan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah analisis deskriptif kualitatif dengan kerangka analisis sebagai berikut :a. Seleksi data, pengelompokkan dan pengolahan data, dan interpretasi datab. Evaluasi dan refleksi terhadap hasil interpretasi datac. Tindak lanjut atau rekomendasi d. Menggunakan prinsif triangulasi pengumpulan data dilakukan dengan

melibatkan: guru sebagai peneliti, kepala sekolah, dan teman sejawat.e. Kegiatan pengumpulan data dihentikan bersama dengan selesainya

pelaksanaan tindakan karena dianggap telah mencapai standar keberhasilan (prinsip siturasi)

Kerangka pengolahan dan analisis data tersebut di atas akan diberlakukan pada setiap siklus tindakan sampai perbaikan pembelajaran dianggap optimal. Jenis data beserta metode dan instrumen yang digunakan untuk memperolehnya ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 1Jenis Data, Metode, dan Instrumen Pengumpulan

No Jenis Data Metode Alat

1.

2.

3.

Kinerja Guru :Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Inkuiridan ditunjang dengan metode yang lain dan sesuai langkah metode Inkuiri

Pelaksanaan pembelajaran

Aktivitas dan hasil belajar siswa :Hasil penilaian proses

Inkuiri

Inkuiri

Inkuiri

APKG 1

APKG 2

Lembar penilaian

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 88: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

4. Hasil belajar Inkuiri Lembar penilaian

C. HASIL PENELITIAN

Fokus penelitian pada Siklus I adalah upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika. Penelitian ini sesuai dengan indikator dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. 1. Siklus I

Langkah-langkah pada siklus ke I, diuraikan sebagai berikut.a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus ke I adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi pokok yang dibahas adalah tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru yang mengajar bersama mitra peneliti, seperti menentukan indikator, materi, media, sumber, metode, kegiatan pembelajaran dan penilaian.

Berdasarkan hasil observasi pada rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah total mendapatkan 23,25 rata-rata 2,91 dan persentasenya mencapai 72,66%, dengan rincian sebagai berikut :a) Aspek kurikulum mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,50b) Aspek perumusan dan penetapan tujuan pembelajaran mencapai jumlah

dengan rata-rata sebesar 3,25c) Aspek pengembangan materi pembelajaran mencapai jumlah dengan

rata-rata sebesar 3,50d) Aspek penetapan metode pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-

rata sebesar 2,50e) Aspek pengembangan langkah-langkah pembelajaran mencapai jumlah

dengan rata-rata sebesar 3,00f) Aspek penggunaan alat, media dan sumber pembelajaran mencapai

jumlah dengan rata-rata sebesar 2,50g) Aspek pelaksanaan penilaian pembelajaran mencapai jumlah dengan

rata-rata sebesar 2,50h) Aspek keterampilan dan keberhasilan RPP mencapai jumlah dengan

rata-rata sebesar 2,50.Rencana pembelajaran tersebut dilengkapi pula dengan Lembar

Kerja Siswa dan Lembar Penilaian. Pemahaman siswa tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan memotivasi semangat siswa, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya.

Untuk mengamati pelaksanaan proses pembelajaran, dibuat pedoman proses mengajar dan proses belajar siswa berupa instrumen

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 89: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

penelitian, yang terdiri dari: (1) Observasi kemampuan guru dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) Observasi pelaksanaan pembelajaran bagi guru, dan (3) Observasi hasil belajar siswa.

Setelah membuat observasi, peneliti mengadakan musyawarah dengan teman sejawat. Inti dari musyawarah tersebut meliputi: (1) Peneliti menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan tindakan dan (2) Merencanakan pelaksanaan tindakan, yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menentukan waktu pelaksanaan dari pelaksanaan masing-masing. Hasil musyawarah tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran akan dilaksanakan pada hari Senin, 5 Mei 2014 jam ke satu, (2) Teman sejawat bertugas mengamati pembelajaran tersebut, dan peneliti bertugas untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada Siklus ke I dilaksanakan sesuai dengan yang

telah direncanakan. Penelitian difokuskan pada upaya peningkatan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis .

Berdasarkan hasil obsevasi aktivitas guru pada pembelajaran siklus I, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah total mendapatkan 20,00 rata-rata 2,86 dan persentasenya mencapai 71,43%, dengan rincian sebagai berikut :a) Aspek kegiatan pra KBM mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar

2,50b) Aspek kemampuan membuka pelajaran mencapai jumlah dengan rata-

rata sebesar 2,75c) Aspek penguasaan bahan pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-

rata sebesar 3,50d) Aspek proses pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar

2,75e) Aspek kemampuan menggunakan metode pembelajaran mencapai

jumlah dengan rata-rata sebesar 2,75f) Aspek Evaluasi mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,25g) Aspek kemampuan menutup pembelajaran mencapai jumlah dengan

rata-rata sebesar 2,75Pada kegiatan awal pembelajaran, guru mengkondisikan kesiapan

siswa dalam pembelajaran yang dihubungkan dengan materi yang akan diajarkan. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan memberikan tugas kepada siswa tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika. Kemudian pula dilakukan proses pembelajaran dengan materi yang sama agar siswa memahami betul.

Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran matematika tentang sifat bangun datar menggunakan metode

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 90: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

inkuiri pada pelaksanaan tindakan siklus I terdapat tiga aspek yang menjadi sasaran observasi aktivitas siswa, yakni: 1) aspek Antusiasme siswa pada pembelajaran, 2) aspek kemampuan siswa, dan 3) aspek motivasi siswa. Dari hasil observasi aktivitas siswa melalui penggunaan metode inkuiri pelaksanaan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat dirinci sebagai berikut :a) Aspek antusiasme siswa pada pembelajaran mencapai jumlah dengan

rata-rata sebesar 2,50b) Aspek kemampuan siswa mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar

2,75c) Aspek motivasi siswa mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 2,50

Dengan demikian dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa jumlah total mendapatkan 7,75 rata-rata 2,58 dan persentasenya mencapai 64,58%. Maka hasil observasi ini dikategorikan kurang.

Tujuan yang ingin dicapai pada tahap pembelajaran ini, agar kemampuan siswa dapat meningkat dalam prestasi hasil belajar tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, penulis menghimpun data dengan cara memberikan butir soal yang harus dikerjakan secara individual, soal-soal terlampir. Perolehan nilai hasil evaluasi siklus I terhadap siswa Kelas III SDN Sukarame secara keseluruhan diperoleh hasil belajar siswa dalam kelas rata-rata 57,90 atau penguasaan materi 58%. Ini berarti daya serap siswa masih kurang memenuhi ketuntasan belajar, daya serap perorangan dikatakan telah tuntas belajar apabila telah mencapai skor minimal 75% atau 75, maka dikatakan kelas telah mencapai ketuntasan belajar. (Usman U., 1995: 63)

c. Observasi (Pengamatan)Kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki pada proses pelaksanaan

tindakan siklus ke I adalah sebagai berikut.1) Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan yang dilakukan dalam observasi ini, pada soal mata pelajaran sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika. Sehingga siswa menjadi kebingungan dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.

2) Proses Mengajar Proses mengajar ada kelemahannya, yaitu (1) Tindakan guru dalam

memberikan pertanyaan untuk menghafal tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika terlalu cepat, (2) Pada waktu akan melakukan suatu kegiatan guru kurang mampu mengkondisikan kesiapan siswa, (3) Kurang memperhatikan fokus materi yang diberikan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 91: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

terhadap siswa, berarti semua pertanyaan yang diberikan kurang tepat dengan materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar, (4) Penerapan tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika kurang begitu jelas, sehingga siswa sulit mendapat hapalan tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika.

Selain itu, observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yang dilakukan observer dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi tersebut terdiri dari dua macam, yaitu lembar observasi untuk kemampuan guru dalam merancang RPP pembelajaran matematika tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rencana pembelajaran masih kurang, namun demikian ada yang perlu diperbaiki dan dipertimbangkan, terutama dalam pengaturan waktu yang dipergunakan dan pengorganisasian pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna. Guru masih kelihatan kaku dan penuh keragu-raguan. Selain itu, guru pun merasa sulit dalam mengoptimalkan interaksi sosial siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan guru.

3) Hasil Belajar Siswa Masalah hasil belajar siswa pada waktu proses belajar mengajar

melalui evaluasi individu yang diberikan guru terhadap siswa lebih termotivasi dan begitu pula penerapan penguasaan materi tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika akan lebih meningkat jika berlatih terus dengan penerapan materi tersebut dengan ulet dan jelas.

Kemudian pada langkah-langkah penyelesaian soal evaluasi mata pelajaran matematika dengan materi pemahaman penyelesaian soal tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika, hal ini harus terus dilatihkan pada siswa. Dikarenakan besar kemungkinan siswa akan lebih hapal dengan diberikan soal-soal latihan secara terus menerus tentang materi yang diberikan guru melalui variasi metode pembelajaran.

Masalah-masalah tersebut perlu diperbaiki dan dipertahankan, dan terus ditingkatkan lagi pada siklus II, karena untuk meningkatkan hasil belajar siswa terlihat sudah cukup baik dan perlu adanya tindakan lagi agar lebih meningkat kemampuan siswa dan guru dalam mengembangkan kompetensi.

d. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tindakan pembelajaran pertama

menunjukkan kegiatan pembelajaran tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika di Sekolah Dasar belum memenuhi harapan.

Tabel 2Hasil Refleksi Siklus I

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 92: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

No. Temuan Permasalahan Rencana Tindakan1. Guru kurang mampu

mengkondisikan kesiapan siswa dalam menghapal materi yang diberikan serta kurang memperhatikan fokus materi yang diberikan terhadap siswa, yang berarti semua pertanyaan yang diberikan kurang tepat dengan materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

- Guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang materi mengenai sifat bangun datar melalui metode inkuiri secara jelas dan terfokus pada intinya.

- Guru memberikan soal-soal latihan tentang sifat bangun datar melalui metode inkuiri secara jelas dan berulang-ulang agar siswa memahami benar.

2. Hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar cenderung kurang memuaskan, siswa hanya mendengar dan mencatat hal-hal yang diinstruksikan oleh guru, akhirnya siswa kurang dilibatkan untuk hal-hal yang tidak dimengerti.

- Guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar, baik secara klasikal, maupun individual, terutama individu dengan menunjuk siswa yang lamban untuk mengerjakan soal.

- Guru mengkolaborasikan variasi media dan metode pembelajaran dalam pembelajaran dengan dengan metode latihan, berarti guru harus bervariatif dalam pembelajaran agar meningkatkan dan termotivasi guna mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal pada penyelesaian soal matematika

2. Siklus IIa. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Mei 2014 jam ke tiga. Sebagai persiapan pelaksanaan tindakan dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan materi pokoknya adalah upaya peningkatan hasil belajar siswa sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode observasi, dengan maksud untuk meningkatkan prestasi siswa. Rencana pelaksanaan pembelajaran dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa soal tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika

Hasil jawaban siswa dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilannya sesuai dengan pedoman penilaian yang telah ditetapkan dan direncanakan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 93: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

melalui tindakan. Untuk itu adanya keperluan mengobservasi pelaksanaan tindakan guru, maka dibuatlah pedoman penilaian proses mengajar atau pembelajaran agar tampak lebih kondusif dalam melaksanakan penelitian.

Dari hasil observasi kemampuan guru dalam merancang pembelajaran matematika dengan metode inkuiri pada pelaksanaan tindakan Siklus II maka dapat disimpulkan bahwa jumlah total mendapatkan 30,50 rata-rata 3,81 dan persentasenya mencapai 95,31%, dengan rincian sebagai berikut :

a) Aspek kurikulum mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 4,00b) Aspek perumusan dan penetapan tujuan pembelajaran mencapai jumlah

dengan rata-rata sebesar 3,75c) Aspek pengembangan materi pembelajaran mencapai jumlah dengan

rata-rata sebesar 4,00d) Aspek penetapan metode pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-

rata sebesar 4,00e) Aspek pengembangan langkah-langkah pembelajaran mencapai jumlah

dengan rata-rata sebesar 3,75f) Aspek penggunaan alat, media dan sumber pembelajaran mencapai

jumlah dengan rata-rata sebesar 3,75g) Aspek pelaksanaan penilaian pembelajaran mencapai jumlah dengan

rata-rata sebesar 3,50h) Aspek keterampilan dan keberhasilan RPP mencapai jumlah dengan

rata-rata sebesar 3,75b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan Siklus II dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Penelitian difokuskan dengan materi pokoknya adalah upaya peningkatan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika

Dari hasil observasi kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran Matematika tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika pada pelaksanaan tindakan siklus II dapat disimpulkan bahwa jumlah total mendapatkan 26,75 rata-rata 3,82 dan persentasenya mencapai 95,54%, dengan rincian sebagai berikut :

a) Aspek kegiatan pra KBM mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 4,00

b) Aspek kemampuan membuka pelajaran mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,75

c) Aspek penguasaan bahan pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 4,00

d) Aspek proses pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,75

e) Aspek kemampuan menggunakan metode pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,75

f) Aspek evaluasi mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,75

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 94: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

g) Aspek kemampuan menutup pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,75

Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika pada pelaksanaan tindakan siklus II terdapat tiga aspek yang menjadi sasaran observasi aktivitas siswa, yakni: 1) aspek Antusiasme siswa pada pembelajaran, 2) aspek kemampuan siswa, dan 3) aspek motivasi siswa. Dari hasil observasi aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat dirinci sebagai berikut :

a) Aspek antusiasme siswa pada pembelajaran mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,50

b) Aspek kemampuan siswa mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,75

c) Aspek motivasi siswa mencapai jumlah dengan rata-rata sebesar 3,50Dengan demikian dari hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II, dapat

disimpulkan bahwa jumlah total mendapatkan 10,75 rata-rata 3,58 dan persentasenya mencapai 89,58%. Maka hasil observasi ini dikategorikan sangat baik.

Dari siklus II siswa diberikan butir soal untuk mengetahui hasil belajar secara individual, dan diperoleh hasil evaluasi dan hasil observasi. Soal evaluasi Siklus II sebanyak lima soal, hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kelas rata-rata 75,11 atau penguasaan materi 75% ini berarti daya serap siswa memenuhi ketuntasan belajar, daya serap perorangan dikatakan telah tuntas belajar apabila telah mencapai skor minimal 75% atau 75, maka dikatakan kelas telah mencapai ketuntasan belajar. (Usman U., 1995: 63)

Dari hasil analisis data rata-rata nilai, taraf penguasaan materi dan hasil observasi yang diperoleh dapat ditafsirkan sebagai berikut, hasil siklus I taraf penyesuaian materi awal 58% dan hasil Siklus II (setelah diadakan Tindakan), taraf penguasaan materi 75%, dengan demikian mengalami peningkatan 17%. Hal ini menunjukkan taraf penguasaan materi baik sekali. Siswa yang masih dikategorikan nilai kurang mengalami perubahan yang signifikan.

c. Observasi (Pengamatan)1) Perencanaan Tindakan

Metode Observasi pembelajaran yang digunakan, ternyata meningkat dalam prestasi siswa, terutama tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika, dimana siswa mampu memahami soal matematika dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan guru.

Melalui Penelitian Tindakan Kelas pada siklus II masalah-masalah kekurangan dalam perencanaan tindakan dapat diatasi, baik dalam penataan materi pelajaran, maupun dalam menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika, serta dapat dilihat dokumen hasil observasi pengamatan perencanaan pembelajaran.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 95: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Untuk pengisian data waktu pada Lembar Kerja Siswa ditentukan oleh peneliti. Maksudnya agar lebih jelas tentang kegiatan dan kemampuan yang dimiliki siswa, sehingga tujuan yang telah ditentukan akan tampak tercapai dan berhasil dengan baik.

2) Proses Mengajar Materi yang disusun secara sistematis memudahkan guru dalam

memberikan pelajarannya, misalnya mulai dari pertanyaan yang mudah menuju pertanyaan yang sukar, mulai awal sampai akhir.

Pelatihan dalam metode inkuiri pembelajaran akan lebih lancar setelah siswa memahami materi pelajaran yang akan dipelajari dan sudah mengetahui tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika dalam kegiatan belajar agar dapat dipahami.

Siswa yang mendapat nilai kurang dari Tindakan Siklus I ternyata siswa tersebut mengalami adanya peningkatan pembelajaran pada Tindakan Siklus II. Peningkatan tersebut lebih meningkat dengan dilatih terus dalam penggunaan metode ceramah bervariatif secara tepat, misalnya adanya penambahan waktu pembelajaran dengan materi yang sama dikhususkan siswa yang mendapat nilai kurang pada Siklus I. Dan kenyataannya adanya peningkatan prestasi belajar yang lebih baik.

3) Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ini, penggunaan variasi media dan metode

pembelajaran sangat berperan dimana sebagian besar siswa dapat memahami dan mampu mengerjakan soal tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika

d. Refleksi Siklus IIPelaksanaan tindakan pada siklus II ini bisa berjalan dengan lancar, tidak

banyak mengalami hambatan yang dapat mengganggu proses pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. Pelaksanaan variasi media dan metode pembelajaran diawali dengan pemahaman materi yang jelas pada pelajaran tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika

Berdasarkan hasil perolehan nilai tes akhir pada siklus II, yang kaitannya dengan pembelajarannya tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika di Sekolah Dasar, ternyata hasil perolehan nilai evaluasi tersebut ada peningkatan. Apalagi jika dibandingkan dengan perolehan nilai tes akhir pada siklus I dari rekapitulasi rata-rata evaluasi tindakan siklus II tersebut, maka tindakan II tampak jelas peningkatannya yang berarti sudah dikatakan cukup memuaskan dalam melaksanakan tindakan (action).

D. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Hasil penelitian tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika di kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis dapat disimpulkan sebagai berikut:

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 96: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1) Perencanaan melaksanakan tindakan dari beberapa siklus yang telah dirancang tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika. Dalam perencanaan membuat rancangan observasi kemampuan guru, kemampuan siswa sebagai tahap dalam tindakan sehingga dalam penyusunan nanti pada pelaksanaan pembelajaran selain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran juga membuat lembar kerja siswa agar pelaksanaan nanti dapat terukur sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dan hasil observasi dalam merancang pembelajaran ada peningkatan yakni pada siklus I bernilai 72,66% (katagori cukup) dan pada siklus II bernilai 95,31% (katagori sangat baik).

2) Pelaksanaan pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan efektif dan meningkat lebih baik. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus I bernilai 71,43% (katagori cukup), dan pada siklus II bernilai 95,54% (katagori sangat baik).

3) Hasil belajar yang dicapai melalui pembelajaran tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematika adanya peningkatan dari setiap siklus, hal ini tampak perubahan prestasi siswa ketika evaluasi dari rata-rata tes tiap tindakan meningkat. Penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan pemahaman sifat bangun datar dalam pembelajaran matematika, peningkatannya lebih memuaskan dan signifikan dari hasil tes rata-rata pada siklus I bernilai 58% (katagori kurang) dan pada siklus II bernilai 75% (katagori baik).

2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian tindakan kelas yang

berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa tentang sifat bangun datar menggunakan metode inkuiri dalam matematikadi kelas III SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :1. Kepala UPTD

Bagi kepala UPTD diharapkan dapat memberikan pelatihan yang berkaitan dengan hal strategi pembelajaran yang efektif, dan juga diharapkan agar lebih melengkapi sarana dan prasarana.

2. Kepala Sekolah Bagi Kepala Sekolah diharapkan dapat memberikan motivasi dan dukungan secara terus menerus kepada guru, agar guru dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitasnya sebagai pengajar dan pendidik.

3. Guru Sekolah Dasar Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku, melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan dan menarik bagi siswa, membuat alat evaluasi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan dengan alokasi waktu yang diberikan.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 97: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

DAFTAR PUSTAKAAndayani et.al. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Buku Panduan

PDGK 4501. Jakarta : Universitas Terbuka. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Mata Pelajaran Matematika. Jakarta : BSNP.Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Matematika. Jakarta : BSNP.Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta : Depdiknas.Mackey. (1965). Pengaruh Metode Terhadap Pembelajaran. Jakarta : Balai

Pustaka. Purwadarminta, WJS. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

PustakaRohimat Cecep H. Drs. Dkk. (2007). Matematika untuk SD dan MI Kelas III.

Bandung : PT. Sarana Panca Karya Nusa.Wardani. I.G.A.K. et. al. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Modul IDIK 4008

Jakarta : Universitas Terbuka.Wiriatmaja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL MIND-MAP TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

IPA POKOK BAHASAN PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DAN SEKOLAH

KELAS I SD NEGERI 1 PAYUNGSARI

IKAH ATIKAH

ABSTRAKSering dijumpai, masalah pada siswa meskipun mendapatkan nilai yang

sangat tinggi dalam suatu pelajaran namun mereka kurang mampu menerapkan perolehannya. Siswa dalam belajar hanya maenghafal tanpa memahami betul isi dari pelajaran harusnya siswa dilatih untuk berfikir reflektif. Siswa harus dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan dan informasi tersebut. Dari masalah di atas guru menembangkan ilmu pengetahuan yang pada

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 98: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

akhirnya materi tersebut dapat tersampaikan pada siswa. Guru harus mampu memadukan konsep-konsep lama yang telah diajarkan ke dalam konsep-konsep baru, maka dapat menggunakan suatu strataegi belajar yang bermakna disebut mind-map. Untuk memecahkan suatu belajar memadukan konsep-konsep lama kedalam konsep-konsep baru, maka dapat menggunakan suatu strategi belajar yang bermakna disebut mind-map. Mind-map merupakan usaha memvisualkan bagaimana saling berkaitan dengan tidak menggunakan kata penghubung membentuk proposisi-proposisi bermakna pada suatu bidang studi. Rumusan masalah penelitian adalah Bagaimana hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran mind map pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan sekolah ? dan Bagaimana efektivitas siswa dalam menggunakan model pembelajaran mind map terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah ? Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengkaji hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran mind map dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh para praktisi (termasuk guru) untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, bagi guru adalah pelaksanaan. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran mind map dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah pada siklus I memiliki skor sebesar 1660, dengan prosentase 59,28 %, sedangkan pada siklus II memiliki skor sebesar 2.270, dengan prosentase 81,07 %.

Kata Kunci : model pembelajaran Mind-map, IPA, pemeliharaan lingkungan

A. PENDAHULUAN Secara umum proses pembelajaran yang dilakukan guru di SD masih

menggunakan metode ceramah, padahal metode ceramah kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, kecenderungan pembelajaran IPA selama ini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai proses, sikap dan aplikasi tedak tersentuh dalam pembelajaran (Puskur, 2008:3). Dalam kenyataan memang tidak banyak siswa yang menyukai mata pelajaran IPA karena dianggap sukar, keterbatasan kempuan peserta didik karena tidak berminat menjadi seoerang sains. Namun demikain, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara manarik, efisien dan efektif.

Sering dijumpai, masalah pada siswa meskipun mendapatkan nilai yang sangat tinggi dalam suatu pelajaran namun mereka kurang mampu menerapkan perolehannya. Siswa dalam belajar hanya maenghafal tanpa memahami betul isi

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 99: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

dari pelajaran harusnya siswa dilatih untuk berfikir reflektif. Siswa harus dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan dan informasi tersebut.

Dari masalah di atas guru menembangkan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya materi tersebut dapat tersampaikan pada siswa. Guru harus mampu memadukan konsep-konsep lama yang telah diajarkan ke dalam konsep-konsep baru, maka dapat menggunakan suatu strataegi belajar yang bermakna disebut mind-map. Untuk memecahkan suatu belajar memadukan konsep-konsep lama kedalam konsep-konsep baru, maka dapat menggunakan suatu strategi belajar yang bermakna disebut mind-map. Mind-map merupakan usaha memvisualkan bagaimana saling berkaitan dengan tidak menggunakan kata penghubung membentuk proposisi-proposisi bermakna pada suatu bidang studi.

Dari masalah di atas yang telah diuraikan maka penulis mencoba mengadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan hal di atas. Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada bidang studi IPA maka digunakan model mengajar mind-map terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah.

Perumusan dalam penelitian ini dikelompokan dalam tiga tahapan yaitu sebagai berikut :

a. Bagaimana hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran mind map pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan sekolah ?

b. Bagaimana efektivitas siswa dalam menggunakan model pembelajaran mind map terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah ?

Dalam penelitian tindakan kelas ini mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengkaji hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

mind map dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah.

b. Untuk mengkaji hasil belajar siswa yang tidak menggunakan model mind map dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah.

c. Untuk mengkaji efektifitas dalam penggunaan model pembelajaran mind map pada pembelajaran IPA pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah.

Manfaat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :a. Bagi siswa yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa, berbagai

pengetahuan, meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan kreatifitas siswa.

b. Bagi guru yaitu meningkatkan motivasi dan kinerja khusunya bagi pendidikan, masukan dalam upaya pemecahan masalah pembelajaran.

c. Bagi lembaga yaitu untuk meningkatkan kualitas peserta didik, memberi informasi kepada lembaga sebagai model pembelajaran yang efektif.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 100: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

B. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh para praktisi (termasuk guru) untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, bagi guru adalah pelaksanaan KBM (Agung Purwadi : 1998). Satu pembeda PTK dalam pendidikan adalah pelaksanaan KBM dengan tujuan untuk memperbaiki pelaksanaan KBM tersebut.

PTK bagi guru merupakan refleksi diri dengan tujuan menyempurnakan KBM, meningkatkan pengertian dan pemahaman tentang situasi dan kondisi ketika KBM dilaksanakan, dan dalam melaksanakan PTK guru tidak meninggalka KBM nya, sebab PTK dilaksanakan terintegrasi dalam KBM (Kasihani KE,Dr,Hj. : 1988).

Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK) melalui beberapa siklus, setiap siklus melalui tahapan :

a. Perencanaan (planning)b. Tindakan (Action)c. Pengamatan (observation)d. Refleksi (reflection)

2. Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Payungsari pada siswa kelas I tahun

pelajaran 2011-2012. Alasan penelitian tersebut, pertama tempat bertugas penulis di SD Negeri hingga memudahkan penelitian. Kedua, pilihan Kelas I dengan petimbangan bahwa pada Kelas I selama semester I nilai rata-rata kelasnya selalu berada dibawah nilai rata-rata kelas yang lain. Jumlah siswa 28 anak, komposisi anggota kelas heterogen baik dari kemampuan akademis, serta ekonomi, hobi, serta perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan.

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai semester I tahun pelajaran 2011-2012 dari Bulan Nopember-Desember 2011 rincian : 1. Satu minggu pertama digunakan untuk menyusun rencana penelitian. 2. Delapan minggu, digunakan untuk tahap penelitian (implementasi tindakan). 3. Dua minggu, digunakan untuk penyussunan karya tulis. 3. Prosedur Penelitiana. Rencana penelitian

Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama dengan teman sejawat dan supervisor, kemudian diadakan rancangan perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan melaksanakan perbaikan pembelajaran IPA dengan pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah untuk meningkatakan kemampuan siswa dalam memahami Perawatan dan pemeliharaan Lingkungan sekitar Rumah dan Sekolah dalam mata pelajaran IPA.

Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara umum yaitu :

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 101: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

1) Menetapkan perencaaan, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran.

2) Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut.3) Menyusun kegiatan yang terdiri dari :

a) Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir).

b) Memilih metode pembelajaran.c) Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi

pembelajaran. d) Menyusun alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.

Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teknis siklus adalah sebagai berikut :

1) Siklus I - Mengkondisikan siswa- Melakukan apresiasi- Menjelaskan materi pembelajaran- Mengajukan Pertanyaan- Melakukan evaluasi- Memeriksa hasil evaluasi- Memberikan tindak lanjut

2) Siklus II- Penyampaian tujuan pembelajaran - Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi - Menjelaskan materi pembelajaran melalui tnya jawab - Memberikan kesempatan untuk bertanya - Memberikan penguatan - Melaksanakan evaluasi - Memberikan Tindak lnjut

b. Pelaksanaan PenelitianDalam pelaksanaan penelitian ini masing-masing dilaksanakan sebanyak dua

siklus, dimana sekenario pembelajaran antara siklus I dan II terdapat kesinambungan yang baik. Adapun sekenario perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Siklus I- Mengondisikan siswa : Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa

dan mengkondisikan siswa agar mengikuti proses pembelajaran yang aktif.

- Melaksanakan apresiasi : Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi pembelajaran yang dilaksanakan.

- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran dengn memberi penjelasan tentang Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan sekitar Rumah Sekolah.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 102: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

- Melakukan evaluasi : Guru memberikan lembar evaluasi kepada sisswa secara individu sebanyak 5 soal berbentuk isian.

- Memeriksa hasil evaluasi : Guru memeriksa setiap siswa dan diberi nilai.

- Tindak lanjut : Sebelum pelajaran selesai guru menyimpulkan materi dan memberikan soal untuk pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut.

2) Siklus II- Pengkondisian siswa : Mata pelajaran IPA dilaksanakan pada jam ke

tiga, guru mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa. Sebelum pelajaran dimulai, guru mengabsen siswa selanjutnya guru langsung menarik perhatian siswa agar mengikuti proses pembelajaran ynag aktif.

- Melaksanakan apersepsi : Guru mengajukan pertanyaan secara laksial dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan materi yang disampaikan.

- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah dengan cara menggunakan peta konsep sudah dirancang.

- Memberikan evaluasi : Setelah penjelasan materi dan siswa dianggap sudah memahami materi, guru memberikan lembar evaluasi secara individu sebanyak 5 soal berbentuk isian.

- Hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan ditemukan nilai dan hasilnya dan selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah terhadap siswa sebagai tindak lanjut.

c. Pengamatan (Observasi)Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I Mata Pelajaran IPA

dilakukan pengamatan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi. Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai materi serta

memberikan penjelasan yang simpel terhadap siswa siswaagar supaya proses pembelajaran berjalan dengan ondusif.

Selanjutnya lembar observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran pada siklus II pada mata pelajaran IPA. Adapun saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu memberikan berbagai media, hal ini dengan pemberian teknik berbagai media yang didesain guru, maka siswa akan mudah mengingat apa yang sudah diberikan dalam proses pembelajaran.d. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran IPA selesai. Seseuai dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum mampu memahami materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi di bawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi Tanya Jawab yang diberikan guru. Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada siklus II.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 103: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Pada siklus II guru memberikan materi yang efesien serta pemberi diskusi tanya jawab antara siswa dengan guru sehingga terjasi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru juga memberikan media sederhana yaitu media korek api yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pada siklus II terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan behasil membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan tahapad siklus selanjutnya.

C. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Payungsari, maka

diperoleh data yang menunjukkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Analisis Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran IPA

Kategori Jumlah siswa Persentase (%)1. Baik 6 orang 21,43%2. Sedang 8 orang 28,57%3. Kurang 14 orang 50 %

Jumlah 100%Tampak pada analisi kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru

mencapai 21.43%. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran. Meskipun demikian, siswa ynag berkategori kurang masih dalam proses terbanyak yaitu sebesar 50% dan yang berkategori sedang sebanyak 28,57%. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategorikan sedang dan kurang harus mengalami penurunan.

Setelah permasalah utama yang menajadi fokus perbaikan dalam matqa pelajaran IPA, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi pelajarna yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Guru terlalu cepat dalam menyempaikan pembelelajaran.b. Guru kurang menguasai dalam penguatan alat peraga.c. Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran. d. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.e. Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.

Analisis Kategori Evaluasi Siklus II Pada Mata Pelajaran IPAKategori Jumlah siswa Persentase (%)

1. Baik 20 orang 71,43%2. Sedang 8 orang 28,57%3. Kurang - -

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 104: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Jumlah 100%Tampak pada analisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik jauh

lebih banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang cukup signifikan yaitu mencapai 71,43. Itu artinya pada siklus ke II sudah menunjukkan tingkat keberhasilan proses pembelajaran dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena samapi tahap ini tingkat keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan kategori sedang terdapat 28,57 ini jelas terlihat bahwa prestasi siswa sedang mengalami penurunan yang signifikan.

Setelah permasalah utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari kategori sedang yang mengalami penurunan serta tidak terdapat siswa yang mendapat nilai kurang.

Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perabaikan pembelajaran yang dilaksanakan terbukti menunjukkan adanya perubahan belajar siswa yang signifikan dari perembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran ynag diupayakan pada setiap siklusnya.

Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami oleh masing-masing siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi nilai perbaikan pembelajaran.

Pada tahapan terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya sistem diskusi antara siswa dengan guru. Oleh karena itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitu signifikan.

Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka penulis mencoba mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping menggunakan media teknik cara susun dalam penyampaian materi perkalian dalam proses pembelajaran, penulis juga menggunakan sistem diskusi tanya jawab dengan mencoba uji keberanian terhadapa siswa. Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan yaitu meningkatknya tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses penelitian penulis cukupkan pada siklus II

D. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan dan menulis dan analisis data, maka dari hasil perbaikan pembelajaran telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

a. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran mind map dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah, memiliki sekor sebesar 1660, dengan prosentase 59,28 %.

b. Untuk mengkaji hasil belajar siswa yang tidak menggunakan model mind map dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan Perawatan dan Pemeliharaan Lingkungan Sekitar Rumah dan Sekolah, memiliki sekor sebesar 2.270, dengan prosentase 81,07 %.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 105: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

c. Proses penyampaian pembelajaran IPA harus didasarkan pada penguasaan konsep serta pemberian alat bantu berupa mind map bagi siswa. Dengan demikian alat bantu tersebut bisa digunakan pada saat proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan bahan untuk mningkatkan frekuaensi hasil belajar. Maka dari itu guru harus mampu menciptakan desain pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa.

2. Saran-saranDengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat

memberikan saran yaitu sebgai berikut : a. Dalam menyampaiakan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu

cepat dalam menjelaskan materi pembelajaran. b. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima materi yang disajikan.

DAFTAR PUSTAKABadan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Glolier Enterprises. 2004. Disney’s My First Encyclopedia dialihbahasakan oleh Tim Penerbit Angkasa. Jakarta : PT. Widyadara.

Ho, Peek Leng, Yusuf A.R, Akshita Nanda. 2006. A science Text book. Singapore : SNP Panpac.

Lestari, Pratiwi Puji, dkk. 2005. Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Jilid 2, Makhluk Hidup, Manusia. Jakarta : Lentera Abadi.

Surya, Yohanes. 2004. Fisika Itu Asyik. Jakarta : Bina Sumber Daya MIPA

PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK

BAHASAN SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KELAS IV SD NEGERI 1 PAYUNGAGUNG

ANI SHOLIHAH

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 106: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

ABSTRAKBerdasarkan pengamatan di lapangan dalam proses pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 1 Payungagung Kabupaten Ciamis, khususnya pada materi pernapasan pada manusia dan hewan siswa kurang menunjukan aktivitas dan kreativitas serta motivasinya dalm belajar. Oleh sebab itu, penelitian dalam melaksanaan perbaikan pembelajaran ini akan melaksanakan metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas serta motivasi siswa dalam prosses pembelajaran yang efektif. Pada mata pelajaran IPA enguasaan siswa terhadap siswa tehadap materi pernapasan pada manusia dan hewan masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena kurang minantnya siswa terhadap pelajaran tersebut. Berdasarkan analisis yang telah diuraikan di atas pada mata pelajaran IPA, penelitian memfokuskan perbaikan pembelajaran guna meningkatkan minat belajar belajar siswa yaitu : Bagaimana upaya guru meningkatkan penguasaan siswa dalam materi pernapasan pada manusia dan hewan dengan melalui media alat peraga di kelas IV SD Negeri 1 Payungagung? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas adalah peningkatan minat siswa dalam materi pernapasan pada manusia dan hewan dengan melalui media alat peraga di kelas IV SD Negeri 1 Payungagung. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Model desain PTK yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah desain PTK model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses berdaur (siklus). Setiap siklus terdiri dari tahapan (fase): perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Berdasarkan hasil pengamatan penelitian tindakan kelas dan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan tentang nmaateri pernapasan pada manusia dan hewan di Kelas IV SD Negeri Payungagung Kabupaten Ciamis, dapat disimpulkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat ditingkatkan dengan cara penguasaan materi pernapasan pada manusia dan hewan tidak terlalu cepat disesusaikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa, memberikan kesempatan kepada siswa, menggunakan alat peraga yang konkret, dan memberikan bimbingan dan balikan positif terhadap hasil pekerjaan siswa.

Kata Kunci : minat siswa, alat peraga, pernapasan manusia dan hewan

A. PENDAHULUAN

Seperti yang kita ketahui bersama, peserta didik sering kali dijejali dengan kalimat “kamu harus belajar!”. Memang tidak ada salahnya kalimat tersebut, namun yang menjadi masalah kemudian adalah pandangan peserta didik terhadap belajar itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, tersisa sedikit sekali waktu dari dunia mereka untuk belajar.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 107: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Berdasarkan pengamatan di lapangan dalam proses pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 1 Payungagung Kabupaten Ciamis, khususnya pada materi pernapasan pada manusia dan hewan siswa kurang menunjukan aktivitas dan kreativitas serta motivasinya dalm belajar. Oleh sebab itu, penelitian dalam melaksanaan perbaikan pembelajaran ini akan melaksanakan metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas serta motivasi siswa dalam prosses pembelajaran yang efektif.

Pada mata pelajaran IPA enguasaan siswa terhadap siswa tehadap materi pernapasan pada manusia dan hewan masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena kurang minantnya siswa terhadap pelajaran tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kurang perhatian dalam mengikuti proses pembelajaran b. Rendahnya tingkat penguasaan materi pembelajaran c. Siswa tidak mau bertanyad. Siswa tidak mamppu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guruTingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran IPA sebagian besar

kurang memahami pada materi pernafasan pada manusia dan hewan. Dari proses pembelajaran di kelas diharapkan terjadinya wacana dengan benar dan siswa sudah dpat menjawab pertanyaan guru dengan tepat.

Namun pembelajaran kurang komunikaatif dan siswa tidak mampu melakukan pembelajaaran secara benar dan tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. OLeh karena itu, guru perlu melakukan perbaikan dengan metode pembelajaran melalui media alat peraga materi pernapasan pada manusia dan hewan, yang sesuai dan penguasaan materi pembelajaran.

Penelitian ini penting dilakukan untuk dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadp materi pembelajaran dan meningkatkan minat belajaar siswa terhadap materi pembelajaran dan meningkatkan minat belajar siswa sehingga tercapai hasil yang optimal dan bagi guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan di atas pada mata pelajaran IPA, penelitian memfokuskan perbaikan pembelajaran guna meningkatkan minat belajar belajar siswa yaitu : Bagaimana upaya guru meningkatkan penguasaan siswa dalam materi pernapasan pada manusia dan hewan dengan melalui media alat peraga di kelas IV SD Negeri 1 Payungagung?

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas adalah peningkatan pemahaman siswa dalam materi pernapasan pada manusia dan hewan dengan melalui media alat peraga di kelas IV SD Negeri 1 Payungagung.

Penelitian tindakan kelas ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, terutama guru dan siswa

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 108: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

yang terlibat langsung dalam kegiatan dan terlibat langsung dalam proses pembelajarann di kelas. Adapun manfaatnya yaitu :1. Bagi Guru

a. Meningkatkann kinerja guru sehingga dapat meningkatkakn pemahaman terhadap materi pembelajaran.

b. Meniingkatkan keterampilan2. Bagi Siswa

a. Meningkatkanpemahaman siswa terhadap materi pelajaran b. Meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam proses

pembelajaran.3. Bagi Lembaga

a. Membantu sekolah untuk lebih berkembang dengan adanya kreativitas guru

b. Meningkatkan mutu pendidikan di SDN 1 Payungagung.

B. METODOLOGI PENELITIAN1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Model desain PTK yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah desain PTK model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses berdaur (siklus). Setiap siklus terdiri dari tahapan (fase): perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

2. Subjek PenelitianTempat penelitian di SD 1 Payungagung Kabupaten Ciamis. Adapun waktu

pelaksanaannya selama tiga bulan, mulai dari bulan Agustus sampai dengan tanggal Bulan November 2013. Penelitian dimilai dengan melakukan observasi kepada siswa dengan mencoba melaksanakan tes mengerjakan soal-soal selama tiga kali dalam seminggu. Sebelum melakukan tes kepada siswa, dilakukan dulu pemberian materi dan pemahaman tentang materi yang sedang diajarkan kemudian dari sini mulai diketahui seberapa persen minat siswa pada materi yang sedang diajarkan. Subjek penelitian adalah semua siswa Kelas IV SD Negeri 1 Payungagung Kabupaten Ciamis mendapatkan perlakuan yang sama dlam proses pembelajaran yang diberikan oleh gurunya.

3. Teknik Pengumpulkan DataTeknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini akan

mempergunakan studi pustaka. a. Studi Pustaka

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 109: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Dilakukan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-konsep sebagai bahan penimbangan, penguatan atau penolakan terhadap penelitain ini dan untuk mengambil kesimpulan.

b. Teknik ObservasiTeknik observasi adalah sebuah pengumpulan data dengan cara mengamati, menctat secara langsung ke objek penelitian guna memperoleh data yang bersifat objektif tentang penggunaan metode inquiri siswa mampu memahami dari materi cahaya dan sifat-sifat cahaya. Teknik observasi ini dilakukan dengan mengamati secara dekat dan secara langsung proses pembelajaran yang terjadi di kelas.

c. TesSekumpulan soal yang diberikan kepada siswa untuk dijawab.

4. Teknik Analisis DataSejak peneliti terjun kelapangan, mempelajari, menganalisis sekaligus

dianalisisa. Analisa selama pengumpulan data ini memungkinkan menafsirkan dan menarik kesimpulan dari kejadian yang terjadi secara langsung bagi penelitian untuk meninjau kembali hal-hal yang berkaitan dengan metode yang diberikan kepada siswa. Prosedur ynag dilakukan dalam pengelolaan dan analisis data pada penelitian ini adalah :

1) Melakukan penelitian pelatihan secara langsung untuk mengetahui kemampuan siswa

2) Mengelompokan data hasil observasi 3) Membuat deskripsi daari data yang terkumpul4) Menganalisis data sehingga mendapat gambaran dan kesimpulan

dengan tujuan penelitian.

C. HASIL PENELLITIANPada pembelajaran IPA siklus I masih banyak adanya kelemahan-

kelemahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan guru dalam menggunakan guru dalam menggunakann alat bantu masih kurang dan relevan dengan materi pembelajaran. Juga dalam penggunaan metode kurang jelas sehingga sisiwa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru dalam penyampaian materi kurang jelas dan sistematis, dalam memberikan pertanyaan yang kurang jelas sehingga siswa sulit menjawab pertanyaan serta tidak diterapkan materi pernapasan pada manusia dan hewan, seert apemberian penguatan pada siswa berupa pujian masih kurang padahal dilapangan ketika melakukan observasi anak-anak menjawab pertanyaan guru dengan benar tetapi kurang diberikan pujian atau motivasi sehingga pembelajaran teratasi mendatar kurang interaksi baik siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

Pada siklus II terlihat adanya peningkatan ini dikarenakan guru sudah mulai menyadari akan kekurangan ynag dilakukannya. Dengan penjelasan yang jelas

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 110: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

kadar penyampaian materi yang jelas, menggunakan metode yang tepat sehingga menjadi aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pada sikllus III kelemahan tinggal sedikit, ini dikarekan upaya guru dalam melaksanakn perbaikan pembelajaransudah benar-benaar dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Pada siklus ini siswa dapat menguasai dan memahami materi menyelesaikan soal IPA dengan benar, serta siswa aktif melakukan pembelajaran.

Muncullnya minat siswa akan menimbulkan dampak positif terhadap pencapaian hasil pembelajaran karena orang yang memiliki minat terhadap suatu kegiatan pembelajaran ia akan merasa senang terhadap kegiatan pembelajaran itu dan akan terus memperhaatikan suatuu objek atau aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan perasaan senang, sedangkan sebaliknya orang yang tidakk akan memperhatikannya bahkan ia merasa tidak suka terhadap kegiatan pembelajaran ini. Muhibin Syah (1995:136) menyatak bahwa secara sedeerhana, minat (interest) : kecenderungan dan kegairahan yang ditinggalkan keinginan ynag berasa terhadap sesuatu.

Dengan diberikannya kesempatan kepada sisiwa semua analisis ynag dirumuskan di atas selain mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menguasai arti pelajaran juga dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar sebagaimana pendapat Pawit M.Yusuf (1990:56) menyatakan bahwa minat besar pengaruhnya pada aktivitas seseorang terhadap suatu objek, sedangkan menurut Usa Effendi dan Juhana S.Praja (1993:69) mengatakan bahwa minat atau interst yaitu memusatkan kegiatan mental dan perbaikan terhadap suatu objek ynag banyak sangkut pautnya dengan keadaan diri individu.

Penjelasan tersebut menunjukan bahwa betapa pentingnya guru melakukan kegiatan-kegiatan dalam perbaikan pembelajaran yang dapat memunculkan minat siswa untuk mengikuti kegiatan pepmbelajaran.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa merupakan suatu rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran untuk mencapai suatu keberhasilan. Rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan masalah yang telah diidentifikasikan terdiri dari pelajaran IPA, yaitu :

D. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian tindakan kelas dan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan tentang nmaateri pernapasan pada manusia dan hewan di Kelas IV SD Negeri Payungagung Kabupaten Ciamis, dapat disimpulkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut :

1) Penguasaan materi pernapasan pada manusia dan hewan tidak terlalu cepat disesusaikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 111: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

2) Memberikan kesempatan kepada siswa3) Menggunakan alat peraga yang konkret4) Memberikan bimbingan dan balikan positif terhadap hasil pekerjaan

siswa 2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mencoba menyarankan beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam meningkatkan penguasaan, keaktifan dan kreatifitas serrta minat belajar siswa dalam proses pembelajaran diantaranya sebagi berikut :

1) Penjelasan materi jangan terlalu cepat 2) Pentingnya pemberian contoh yang jelas3) Pemberian soal latihan harus disesuaikan dengan kemmapuan berfikir

siswa 4) Gunakan metode yang tepat untuk menaraik minat dan konsentrasi

belajar siswa agar menjadi aktif5) Lakukan Tanya jawab dengan komunikasi ynag berimbang antara guru

dengan siswa

DAFTAR PUSTAKAArifin, Zainal. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. BandungDanim, Sudarwan. 2002. Menjadi penelitian kualitatif. Bandung :Pustaka SetiaJ.Moleong,Lexy. 2000. Metodologi Penellitian Kualitatif.Bandung :Rosda KaryaMuhajir, Noeng. 1996. Metode Penelitian Kualitatif.Yogyakarta : Rahe SarisirMulyasa, E (2005). Menjadi Guru Profesional:Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan.Remaja Rosdakarya : BandungArifin, Zainal. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :

REmaja Rosdakarya.Nasuutiaon. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar.Jakarta: Bumi

AskaraNazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia IndonesiaSubhana. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah.Bandung:Pustaka SetiaSukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta : PT.Bumi Kasara

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 112: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TENTANG OPERASI PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENGGUNAAN ALAT

PERAGA PAPAN BILANGAN DI KELAS V SDN 1 PAYUNGAGUNG

ENTIN SUTINAH

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa kelas V Sekolah Dasar dalam menyelesaikan pembelajaran matematika tentang operasi pengurangan bilangan bulat karena kemampuan dan kinerja guru dalam merancang pembelajaran Matematika kurang efektif dan efisien yang menyebabkan verbalisme serta aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut kurang memahami materinya. Sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat dalam penelitian ini disajikan pembelajaran melalui penggunaan alat peraga papan bilangan yang membantu siswa dalam memahami operasi hitung pengurangan bilangan bulat. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian siswa kelas V. Tiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah test hasil belajar dan observasi. Test hasil belajar dipergunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan pada mata pelajaran Matematika di sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam merancang pembelajaran ada peningkatan mencapai 42,99% yakni pada siklus I bernilai 46,67% sedangkan pada siklus II bernilai 89,66. Dalam pelaksanaan pembelajaran juga ada peningkatan, yakni pada kegiatan kinerja guru sebesar 37,04% hal ini terbukti pada hasil observasi siklus I bernilai 51,85% sedangkan pada pada siklus II bernilai 88,89%. Dan pada kegiatan kinerja siswa ada peningkatan sebesar 27,78%, hal ini terbukti dari hasil observasi siklus I bernilai 50,00% sedangkan pada siklus II bernilai 77,78%. Pada kemampuan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 25,86%, terbukti perolehan nilai evaluasi siklus I bernilai 55,52% sedangkan pada siklus II bernilai 81,38%. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pemahaman siswa pada pembelajaran matematika tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan di kelas V SD Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis dapat ditingkatkan sebagaimana yang diasumsikan pada penelitian tindakan kelas.

Kata Kunci : alat peraga papan bilangan, pengurangan bilangan bulat

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 113: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

A. PENDAHULUAN Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah

proses belajar mengajar yang diberikan di kelas umumnya hanya mengemukakan konsep-konsep dalam suatu materi. Proses belajar mengajar yang banyak dilakukan adalah metode pembelajaran ceramah dengan cara komunikasi satu arah (teaching directed), di mana yang aktif 90% adalah pengajar. Sedangkan siswa biasanya hanya memfungsikan indera penglihatan dan indera pendengarannya. Pengenalan akan konsep ini bukan berarti tidak diperlukan, akan tetapi yang biasanya terjadi hanya sampai sebatas pengertian konsep.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Salah satunya pengembangan potensi peserta didik dalam bidang matematika. Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD (Sekolah Dasar) antara lain meliputi aspek penjumlahan, perkalian, pembagian, pengurangan dan lain-lain. Banyak sekali strategi  dan pendekatan yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan guru dalam mengajarkan sub pokok bahasan ini khususnya masalah operasi pengurangan bilangan bulat di kelas V sekolah dasar. Baik dalam menciptakan pembelajaran yang interaktif dan efektif. Sehubungan dengan masalah di atas guru dituntut untuk membuat suatu strategi atau cara, agar mata pelajaran yang diberikan mudah dimengerti oleh siswa dikelasnya. Salah satu strateginya antara lain melalui aplikasi alat peraga papan bilangan. Alat peraga tersebut yang digunakan antara lain : Papan bilangan yang dapat di pindah-pindah posisi bilangannya sehingga siswa dapat memahaminya pada operasi pengurangan bilangan bulat. Aplikasi alat peraga tersebut merupakan suatu alat untuk memudahkan siswa dalam proses berhitung. Dengan alat peraga papan bilangan diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa terlibat langsung, seperti menyentuhnya, mengamati, mengujicoba, menumbuhkan rasa ingin tahu dan mengambil keputusan. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan bilangan suatu pendidikan yang berarti dan relevan dalam kehidupan siswa. Sehingga membantu ketercapaian kompetensi dasar siswa dan meningkatkan keefektifan pembelajaran.

Alat peraga adalah alat bantu dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menunjang terhadap keberhasilan belajar. Menurut Sudirman (2007: 208), pengertian alat peraga yaitu: “Alat peraga adalah segala alat yang dapat menunjang keefektifan dan efisiensi peragaan dalam pembelajaran.” Terhadap alat peraga ada orang yang memberi istilah sarana belajar atau sarana pengajaran. Alat pengajaran ini juga termasuk bagian dari sumber pengajaran karena dapat mempengaruhi tingkah laku siswa.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 114: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Setelah diperoleh alat bantu diharapkan, siswa mampu belajar dengan mudah dan cepat. Untuk itu siswa diharuskan menggunakan alat peraga papan bilangan, agar bisa membantu dalam proses belajar berhitung dengan baik. Kenyataannya harus bisa mendorong para siswa untuk niat belajar karena tanpa menggunakan alat peraga tersebut akan memperlambat dan menyulitkan siswa dalam berhitung terutama dalam operasi pengurangan bilangan bulat karena siswa masih mengalami hambatan diakibatkan penguasaan konsep dan penerapannya tidak jelas sebab siswa tidak disertai dengan alat peraga pembelajaran yang sangat bermakna dan termotivasi untuk belajar aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Dalam merumuskan masalah ini, maka permasalahan difokuskan pada pembelajaran matematika, dengan rumusan masalah secara umum “Bagaimana peningkatan kemampuan siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?”. Adapun rumusan masalah secara khusus adalah sebagai berikut :a. Bagaimana guru menyusun perencanaan pembelajaran matematika tentang

operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?

b. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran matematika tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?

c. Bagaimana peningkatan kemampuan/ pemahaman yang dicapai setelah pembelajaran matematika tentang soal operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?

Tujuan Penelitian ini pada pembelajaran matematika tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis memiliki tujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

B. METODE PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah guru sebagai praktisi dan siswa pada pembelajaran matematika dengan materi pokok operasi pengurangan bilangan bulat menggunakan alat peraga papan bilangan di kelas V SD Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis dengan jumlah siswa adalah 29 orang, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 115: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

Perencanaan Siklus

IIIRefleksi Refleksi

PelaksanaanObservasi

Dst

Perencanaan

Siklus

IPelaksanaanObservasi

Perencanaan

Refleksi

PelaksanaanObservasi

Siklus

II

134

perempuan, yang dibantu oleh teman sejawat sebagai observer dan menghasilkan tujuan peningkatan pembelajaran.

2. Desain PenelitianDesain penelitian yang akan digunakan yaitu desain penelitian tindakan

kelas model spiral (Kemiss dan Mc Taggart, 1988 dalam Kasihani K. 1998) sebagai rencana alur penelitian dalam analisis data.

Gambar 1Desain PTK Model Spiral

(Kemmis dan Mc Taggart, 1988 dalam Kasihani K. 1998)

3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Alasan penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas, karena metode ini merupakan suatu cara dalam melaksanakan penelitian yang sistematis berdasarkan kegiatan pembelajaran, dalam usaha memperbaiki praktek-praktek pendidikan dengan melakukan tindakan praktis melalui refleksi dari tindakan tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Guru sebagai peneliti harus memahami betul permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian, sehingga dapat melaksanakan tindakan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas tidak banyak menyita waktu, sebab guru sebagai peneliti melakukannya sambil mengajar, sekaligus bermaksud untuk meningkatkan kemampuan diri atau menyadari kelemahan diri sendiri, sehingga dapat memperbaikinya sambil berkolaborasi dengan teman sejawat.

Dalam konteks Penelitian Tindakan Kelas menurut Sumarno (dalam Kasbolah, 1998: 88) istilah tindakan dipahami sebagai “Aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau memperbaiki dalam proses pembelajaran dan praktek pendidikan dalam kondisi kelas tertentu”.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 116: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas memiliki ciri-ciri sebagai berikut.a. Bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru

dalam Kegiatan Belajar Mengajar. b. Bersifat relektif individual dan dilaksanakan secara kolaboratif.

Model Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Kemmis dan Mc Taggart, karena model Penelitian Tindakan Kelas ini mudah dipahami dan sesuai untuk dimanfaatkan oleh peneliti. Menurut Kemmis dan Mc Taggart tiap siklus terdiri dari empat langkah yang harus dilaksanakan, yaitu: (1) Perencanaan (planning), (2) Tindakan (action), (3) Pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting). Pada penelitian ini peneliti merencanakan dua siklus.

4. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini digunakan tiga cara pengumpulan data yaitu: 1) Tes

tertulis, 2) Observasi. Tes tertulis diberikan setelah pembelajaran selesai (post test). Observasi dilakukan oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang berupa instrumen penelitian.

5. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil test, observasi dan dianalisis dengan

menggunakan prinsip triangulasi, artinya data penelitian berasal dari sumber, studi kasus dilakukan dari fakta masing-masing sumber data dan melihat hubungan dari fakta yang satu ke fakta yang lain.

Prosedur pengolahan dan analisis data dilakukan dengan mengacu kepada pola pengolahan dari Hopkin dan Cuandi (2003: 36) dengan tahapan pengumpulan data dan pengolahan data.

6. Kriteria Keberhasilan Standar keberhasilan tindakan perbaikan yang dilakukan peneliti untuk

meningkatkan kemampuan siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui alat peraga papan bilangan adalah sebagai berikut :a. Kemampuan guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

perlu dilakukan agar pelaksanaan pembelajaran tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui alat peraga papan bilangan dapat meningkat kemampuan guru.

b. Proses pelaksanaan pembelajaran matematika tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan mengalami peningkatan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.

c. Kemampuan siswa dalam operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan dilakukan melalui optimalisasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa, apabila hasil belajar siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah dimusyawarahkan oleh guru dan kepala sekolah di SD Negeri 1

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 117: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis adalah 75 dan 75% dari keseluruhan jumlah siswa telah memenuhi KKM.

C. HASIL PENELITIANHasil penelitian ini merupakan jawaban atau pemecahan masalah terhadap rumusan masalah sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. 1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran hendaknya diawali dengan menganalisis dahulu materi pelajaran yang akan diajarkan. Melalui analisis materi pelajaran kita dapat : (1) Mengetahui tentang materi yang penting untuk menguasai materi pokok, (2) Memudahkan menyusun materi secara sistematis dan bertahap, (3) Memberikan gambaran tentang langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, pendekatan dan metode yang akan digunakan, (4) Menyusun bahan-bahan bentuk tes awal, dan (5) Menentukan media dan alat bantu yang diperlukan.

Setelah menganalisis materi yang akan diajarkan, maka dilanjutkan dengan membuat rencana pelajaran.a. Merumuskan Indikator

Untuk merumuskan indikator, guru perlu memperhatikan format ABCD, sebagai unsur-unsurnya, yaitu : (1) Audience, adalah siswa yang belajar untuk mencapai tujuan, misalnya siswa Kelas V, (2) Behavior, tingkah laku khusus yang akan ditunjukkan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu. Unsur ini terdiri atas kata kerja operasional yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari, misalnya tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan pada mata pelajaran Matematika, (3) Condition, adalah kondisi atau keadaan yang dipersyaratkan, misalnya jika indikator berbunyi “Dengan penjelasan guru tentang tentang operasi pengurangan bilangan bulat pada mata pelajaran Matematika, siswa dapat memahami dan menyebutkan soal yang diberikan guru”, (4) Degree, adalah tingkat ukuran yang dicapai untuk menentukan penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang telah ditetapkan.

b. Materi, Media, Sumber dan Metode1) Materi pembelajaran

Isi dari proses pembelajaran tercermin dalam materi yang dipelajari siswa. Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, tugas guru adalah menguraikan dan menyesuaikan materi pelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai. Ini menunjukkan bahwa materi pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan indikator.

2) Media

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 118: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Media pembelajaran ialah segala sesuatu, baik orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga mendorong proses belajar. Media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Media yang disediakan tentang operasi pengurangan bilangan bulat adalah alat peraga papan bilangan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan guru dalam memilih media pengajaran adalah : a) Tujuan yang ingin dicapai, b) Kegunaan media pembelajaran, c) Kemampuan guru, dan d) Fleksibilitas.

3) Sumber Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan

untuk memudahkan seseorang dalam belajar, sumber belajar yang menunjang disini adalah.a. Kurikulum KTSP Kelas V SD Tahun 2006 b. Buku Paket dan Penunjang Belajar Matematika untuk SD Kelas

V, PT. Sarana Pancakarya Nusa Bandung. 4) Metode

Efektivitas kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa. Kegiatan pembelajaran yang baik adalah kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif belajar. Guru harus memilih dan menerapkan metode pengajaran yang dapat menimbulkan dan mengembangkan aktivitas siswa dalam belajar.

Metode yang paling menonjol disini adalah alat peraga papan bilangan, yang digunakan untuk melatih mengingat sejumlah langkah-langkah secara mengaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran agar siswa memahami benar operasi pengurangan bilangan bulat. Selain itu pula ditunjang oleh metode tanya jawab, penugasan, bahkan pengantarnya adalah metode ceramah dengan tujuan menjelaskan dan menegaskan proses interaksi kepada siswa.

c. Langkah-Langkah Kegiatan PembelajaranKegiatan pembelajaran terdiri atas tiga langkah, yaitu: (1)

Kegiatan awal adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan mental siswa dalam menerima materi pelajaran yang baru. Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, atau mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dibahas, (2) Kegiatan inti adalah segala kegiatan siswa dan guru di dalam membahas materi pelajaran. Kegiatan siswa dan guru dalam kegiatan inti pembelajaran menggambarkan metode pengajaran yang diterapkan guru, yaitu alat peraga papan bilangan, (3) Kegiatan akhir adalah segala kegiatan yang

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 119: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

dilaksanakan untuk memberikan gambaran umum tentang materi yang telah dibahas dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Guru dapat meminta siswa untuk menjelaskan materi yang telah dibahas, memberikan tugas, latihan dan atau memberikan tes.

d. EvaluasiEvaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tercapai tidaknya

tujuan yang telah ditetapkan. Melalui evaluasi, guru ingin mengetahui perubahan kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, dituangkan guru dalam rumusan indikator. Oleh karena itu, yang dijadikan pedoman oleh guru dalam mengembangkan alat evaluasi adalah rumusan indikator.

2. Pelaksanaan PembelajaranPembelajaran soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui

penggunaan alat peraga papan bilangan pada mata pelajaran Matematika adalah upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuannya menggunakan alat peraga papan bilangan tiada lain melatih mengingat sejumlah langkah-langkah dalam kegiatan agar siswa dapat mengaplikasikan dan dapat memahami tentang operasi pengurangan bilangan bulat. Kemudian langkah selanjutnya pada setiap kegiatan pembelajaran harus dapat melibatkan siswa. Ketidak aktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan mengganggu kondisi kelas, karena jika siswa tidak mempunyai kegiatan mereka suka mengganggu temannya. Guru sebagai pengajar dan pembimbing siswa harus bisa meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan kelas, teknik bertanya, variasi metode. Padangan waktu kegiatan belajar harus bisa menyeluruh dan teliti, sehingga membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar dapat meningkat.

3. Solusi Mengatasi Kendala Pembelajaran tentang Operasi pengurangan bilangan bulat

Memahami soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat merupakan salah satu pokok bahasan mata pelajaran Matematika yang dalam penyelesaiannya siswa dituntut memiliki kemampuan untuk memahami soal tersebut yaitu, mampu mengaplikasikan tentang operasi pengurangan bilangan bulat. Agar siswa mampu melakukan peninjauan kembali dengan melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaannya.

Namun soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat pada pembelajaran Matematika tidak semua siswa mampu mengerjakan dengan baik, maka beberapa faktor kendala pembelajaran tersebut yang meliputi: (1) Guru tampak masih belum maksimal mengarahkan siswa untuk bekerja dengan baik dalam mengumpulkan hasil pembelajaran, (2) Aktivitas siswa tampak masih belum optimal, masih cenderung mengharapkan penjelasan dari guru, (3) Siswa belum benar memahami soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat pada pembelajaran Matematika, (4) Siswa masih ragu-ragu mengemukakan pendapat, padahal guru semaksimal

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 120: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

mungkin melakukan tindakan persuasif atau pendekatan dengan siswa agar berani berpendapat, bertanya terhadap permasalahan yang dihadapi.

Solusi mengatasi kendala pembelajaran soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat diantaranya: (1) Guru semaksimal mungkin mengarahkan siswa untuk belajar lebih aktif dengan cara memotivasinya yaitu dengan memberikan ganjaran atau pujian, (2) Guru menjelaskan dengan rinci secara klasikal maupun individual agar lebih optimal secara jelas, karena menerapkan alat peraga papan bilangan, (3) Guru menjelaskan tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui alat peraga papan bilangan, (4) Mengadakan tindakan persuatif agar siswa berani mengemukakan pendapat atau bertanya bila belum dipahami, (5) Siswa dilatih langkah-langkah penyelesaikan soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat dengan jelas pada materi yang sama agar dapat dipahami dan mampu menghasilkan secara optimal.

4. Hasil Pelaksanaan PembelajaranSetelah melaksanakan proses Tindakan ke I, dan ke II, hasil

penilaian yang diperoleh siswa dapat dikembangkan, maka penggunaan alat peraga papan bilangan dalam pembelajaran soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat pada pembelajaran Matematika adanya peningkatan. Pada setiap siklus akan tampak perubahan tentang hasil yang diperoleh. Perubahan tersebut bisa terlihat pada tabel nilai rata-rata evaluasi dari kemampuan siswa pada siklus ke I, dan ke II, yang menunjukkan peningkatan. Menurut nilai persentase prestasi siswa bahwa peningkatan atau pencapaian target dari 16 orang siswa pada siklus ke I terhadap siklus ke II mencapai peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan hasil evaluasi maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil rata-rata nilai siklus I, dan siklus II dapat dikatakan mengalami peningkatan. Karena nilai rata-rata siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 25,86% dari siklus I sebesar 55,52 dan ke siklus II sebesar 81,38%. Dengan demikian target nilai rata-rata siswa yang telah ditetapkan yaitu 75% telah tercapai.

Peningkatan pada setiap aspek tindakan menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga papan bilangan dapat meningkatkan kemampuan siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat pada pembelajaran Matematika, maka hasil belajar siswa meningkat. Rekapitulasi nilai rata-rata secara keseluruhan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan aktivitas guru dan siswa dan hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut.

Grafik 1Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan

Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 121: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Siklus I Siklus II0

102030405060708090

100

46.67

89.66

51.85

88.89

50

77.78

55.52

81.38

Perencanaan Pembelajaran

Kinerja Guru

Kinerja Siswa

Hasil Belajar Siswa

P e

r s e

n t

a s

e

Keterangan: 0% - 20% = kurang sekali 21% - 40% = kurang 41% - 60% = cukup 61% - 80% = baik 81% - 100% = baik sekali

Selain dari grafik rekapitulasi nilai rata-rata perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar siswa dapat dideskripsikan berupa tabel antara lain sebagai berikut :

Tabel 1Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan

Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa

No. Rumusan Masalah Siklus Peningkatan I II1 Perencanaan Pembelajaran 46,67% 89,66% 42,99%2 Pelaksanaan Pembelajaran

a. Kinerja guru 51,85% 88,89% 37,04%b. Kinerja siswa 50,00% 77,78% 27,78%

3 Hasil belajar siswa 55,52% 81,38% 25,86%Keterangan: 0% - 20% = kurang sekali

21% - 40% = kurang 41% - 60% = cukup 61% - 80% = baik 81% - 100% = baik sekali

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam merancang pembelajaran ada peningkatan mencapai 42,99% yakni pada siklus I bernilai 46,67% sedangkan pada siklus II bernilai 89,66.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 122: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Dalam pelaksanaan pembelajaran juga ada peningkatan, yakni pada kegiatan kinerja guru sebesar 37,04% hal ini terbukti pada hasil observasi siklus I bernilai 51,85% sedangkan pada pada siklus II bernilai 88,89%. Dan pada kegiatan kinerja siswa ada peningkatan sebesar 27,78%, hal ini terbukti dari hasil observasi siklus I bernilai 50,00% sedangkan pada siklus II bernilai 77,78%.

Pada kemampuan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 25,86%, terbukti perolehan nilai evaluasi siklus I bernilai 55,52% sedangkan pada siklus II bernilai 81,38%.

Dari hasil yang diperoleh dari setiap siklus tersebut sangatlah membawa manfaat besar dalam memperoleh dan melaksanakan penelitian secara objektif. Hal ini dapat diupayakan untuk meningkatkan hasil yang optimal sehingga dalam melaksanakan penelitian membawakan kebermaknaan terutama bagi siswa untuk meningkatkan prestasi yang dimilikinya pada penggunaan alat peraga papan bilangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat pada pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan keberhasilan dalam melaksanakan penelitian sehingga terutama guru sebagai fasilitator dan motivator membawa pembelajaran yang inovatif dalam melaksanakan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa pertama dalam mengembangkan kompetensi siswa dan mengembangkan karakter siswa yang beraneka ragam melalui proses perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan program pendidikan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dalam peningkatan kemampuan siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui alat peraga papan bilangan yang dilaksanakan dalam dua siklus, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : a. Bentuk perencanaan pembelajaran yang ideal dalam meningkatkan

kemampuan siswa pada operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan mencakup pemilihan bahan ajar dan skenario pembelajaran. Bahan ajar yang dipilih yaitu pengurangan bilangan bulat antara bilangan positif dengan positif, negatif dengan negatif, positif dengan negatif, dan negatif dengan positif. Perencanaan pembelajaran dibuat relevan dengan materi pokok yang diajarkan oleh peneliti. Perencanaan pembelajaran memuat beberapa aspek yaitu identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. Dalam hal ini

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 123: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup sangatlah penting untuk disusun dengan baik demi tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Proses pelaksanaan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat melalui alat peraga papan bilangan, terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Penggunaan alat peraga papan bilangan dilakukan pada kegiatan inti. Alat peraga digunakan melalui teknik papan bilangan dimana setiap bilangan dari papan bilangan sesuai dengan soal ditunjukkan melalui papan bilangan bulat bila bilangannya positif akan mengarah ke kanan dan negatif ke kiri dengan dibantu oleh model gambar kucing menghadap ke tanda baik negatif maupun positif.

c. Hasil belajar yang dicapai melalui pembelajaran operasi pengurangan bilangan bulat melalui penggunaan alat peraga papan bilangan adanya peningkatan dari setiap siklus, hal ini tampak perubahan prestasi siswa ketika evaluasi dari rata-rata tiap tindakan meningkat. Penggunaan alat peraga papan bilangan peningkatannya lebih memuaskan dan signifikan dari hasil evaluasi pada siklus I bernilai 55,52% sedangkan pada siklus II bernilai 81,38%, hal ini mengalami kenaikan sebesar 25,86%.

2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian tindakan kelas yang

berkaitan dengan penggunaan alat peraga papan bilangan untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang operasi pengurangan bilangan bulat pada mata pelajaran matematika di Kelas V SDN 1 Payungagung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :b. Siswa Sekolah Dasar

Bagi siswa agar lebih berlatih memberanikan diri untuk mengutarakan pendapat dalam menjawab setiap pertanyaan guru dan juga untuk berani bertanya tentang materi yang belum dipahami kepada guru kelasnya.

c. Guru Sekolah Dasar Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku, melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan dan menarik bagi siswa, membuat alat evaluasi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan dengan alokasi waktu yang diberikan.

d. Kepala Sekolah Bagi Kepala Sekolah diharapkan dapat memberikan motivasi dan dukungan secara terus menerus kepada guru, agar guru dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitasnya sebagai pengajar dan pendidik.

DAFTAR PUSTAKA Degeng. (1997). Pembelajaran Matematika yang Efektif. Bandung: Aneka Ilmu.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 124: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Depdiknas. BNSP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Matematika. Jakarta : Depdiknas.Karso. (2002). Hakekat Pembelajaran Matematika. Semarang: Rineka Cipta.Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan

Guru Sekolah Dasar. Kartini, dkk. (2003). Matematika Untuk Sekolah Dasar. Yogyakarta: PT. Citra Aji

Prama.Rukmana. (2006). Perencanaan Pembelajaran Matematika. Bandung: Rosda

Karya.Ruseffendi. (1979). Matematika di Sekolah Dasar untuk SPG. Bandung: Rosda

Karya.Ruseffendi. (1985). Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid dan

SPG. Seri Keenam. Bandung: Tarsito. Sudirman. (2007). Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran yang Efektif. Bandung:

Rineka Cipta.Sujono. (2004). Mengajar Matematika Modern. Jakarta: Aneka Ilmu.Suherman. (2001). Belajar Matematika Modern. Bandung: Rosda KaryaWinataputra. (1997). Perkembangan Berpikir Siswa. Bandung: Rosda Karya.Wardani. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 125: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 126: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENJASORKES KOMPETENSI DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN

METODE PENDEKATAN PERMAINAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINDANGHERANG

YUNANI

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran penjasorkes khususnya untuk lompat jauh. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui metode pendekatan permainan pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang, Kab. Ciamis tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari tiga siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang berjumlah 32 siswa. Penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai Mei 2013 di SD Negeri 1 Sindangherang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi kelas, wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar lompat jauh gaya jongkok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan permainan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang. Berdasarkan data hasil tes pada siklus I rata-rata nilai siswa 67.34 meningkat dibandingkan sebelum diberikan tindakan. Pada siklus kedua rata-rata nilai siswa 71.25 meningkat dibandingkan dengan setelah siklus pertama, sedangkan pada siklus

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 127: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

ketiga nilai rata-rata siswa menjadi 77.03 meningkat dibandingkan pada setelah siklus kedua. Pada siklus ketiga 100 % siswa dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70 untuk nilai Penjasorkes di SD Negeri 1 Sindangherang.

Kata kunci: Lompat jauh gaya jongkok, strategi pendekatan permainan, hasil belajar.

A. PENDAHULUANDalam cabang olahraga atletik, khususnya nomor lompat jauh adalah nomor

yang relatif sederhana dibandingkan dengan nomor lompat lainnya yaitu: lompat tinggi, lompat jangkit sampai dengan nomor yang paling komplek yaitu lompat tinggi galah. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) tingkat SD hanya memuat materi nomor lompat jauh, lompat tinggi, dan lompat jangkit.

Walaupun lompat jauh termasuk jenis olahraga lompat yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan, kenyataannya hasil yang dicapai siswa khususnya kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang masih kurang memuaskan. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari hasil belajar lompat jauh yang dicapai siswa masih rendah nilai hasil belajarnya masih ada yang di bawah standar ketuntasan belajar minimal 70, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) pada siswa SD Negeri 1 Sindangherang khususnya nomor lompat jauh, ada beberapa permasalahan yang mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Adapun beberapa permasalahan tersebut antara lain adalah: (1) kemampuan fisik siswa terutama kekuatan otot kaki bagian bawah sangat rendah, (2) kurangnya model-model pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa, (3) kurangnya komunikasi antara guru dan siswa, sehingga pembelajaran hanya terpusat pada guru saja tidak ada timbal baliknya, dan (4) kemampuan motorik atau gerak siswa masih rendah sehingga menyulitkan siswa untuk melakukan gerakan.

Peranan dan fungsi guru Penjasorkes yang baik akan terwujud apabila guru tersebut memiliki inisiatif, kreativitas dan inovasi serta dapat menentukan jenis pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan tingkat perkembangan siswanya. Guru harus mampu menyajikan program pembelajaran dengan metode atau model yang menarik dan inovatif bagi siswanya. Siswa akan merasa senang dalam proses belajarnya jika seorang guru menggunakan alat-alat atau media pembelajaran yang menarik, walaupun alat atau media tersebut sangat sederhana bentuknya.

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka dibutuhkan Penelitian mengenai metode yang tepat untuk pembelajaran Penjasorkes khususnya nomor lompat jauh. Dengan demikian melalui penelitian ini diharapkan akan didapat solusi atau

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 128: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

jawaban tentang metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan lompat jauh kepada siswa SD, khususnya bagi siswa SD Negeri 1 Sindangherang.

Pendekatan dengan permainan adalah model yang akan digunakan dalam penelitian ini, khususnya untuk nomor lompat jauh gaya jongkok. Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan bagi siswa, dengan bermain siswa tidak merasakan lelah ataupun terbebani dalam melakukan aktivitas. Dalam olahraga atletik yang mengasyikkan adalah utamanya dicurahkan kepada aspek kandungannya dari aktivitas bermain yang menyenangkan. Permainan dalam atletik khususnya nomor lompat jauh adalah bertujuan agar siswa dalam melakukan permainan terfokus pada model proses pembelajarannya. Di sini siswa dalam melakukan gerakannya walaupun penuh kegembiraan dan keceriaan, tujuan dari proses pembelajarannya tetap tercapai.

Metode yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran lompat jauh dengan strategi pendekatan perrmainan melompati rintangan. Adapun rintangan yang digunakan adalah kardus yang tidak terpakai lagi yang berukuran panjang 35 cm dan tinggi 25 cm. Dengan menerapkan metode bermain ini siswa akan lebih tertarik untuk melakukan materi pembelajaran, sehingga diharapkan kualitas belajarnya akan meningkat.

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

a. Apakah dengan strategi pendekatan permainan pada lompat jauh gaya jongkok dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Penjasorkes ?

b. Apakah dengan strategi pendekatan permainan pada lompat jauh gaya jongkok dapat meningkatkan hasil pembelajaran Penjasorkes ?

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mengajar mata pelajaran Penjasorkes khususnya untuk lompat jauh. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang.  B. METODE PENELITIAN1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi nyata yang ada sekarang ke arah yang diharapkan.

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penelitian refleksi diri (self reflectiv) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan kemampuan berfikir dalam proses maupun praktek pendidikan juga pemahaman terhadap praktek serta situasi tempat praktek dilaksanakan.

Hal ini mengandung pengertian bahwa penelitian tindakan adalah proses yang mana guru mengkombinasikan praktek dan mengevaluasi secara bersamaan. Meningkatkan kesadaran atas teori personal, artikulasi sebuah pembagian nlai-nilai, mencoba strategi-strategi untuk memberikan nilai-nilai yang dieskpresikan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 129: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

pada praktek-praktek yang lebih konsisten. Dengan nilai-nilai pendidikan yang mendukung, merekam/mencatat pekerjaan mereka dalam sebuah bentuk yang disediakan, biar dimengerti oleh guru-guru lain, dan kemudian membangun teori yang baru.

Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan analisis yang teliti dan penuh makna. Seorang guru yang profesional tidak akan membiarkan masalah yang dihadapinya terus berlanjut. Oleh karena itu guru perlu melakukan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya agar proses pembelajaran berlangsung lancar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efisien. Melalui pendekatan penelitian tindakan kelas ini permasalahan-permasalahan yang dirasakan dan ditemukan oleh guru dan siswa dapat dicarikan solusinya.

2. Desain dan Siklus Penelitian TindakanLokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Sindangherang. Ada beberapa

pertimbangan untuk menjadikan sekolah ini sebagai tempat penelitian antara lain: (1) Peneliti adalah guru Penjasorkes di SD Negeri 1 Sindangherang, (2) SD Negeri 1 Sindangherang merupakan Sekolah dasar di Sindangherang memiliki siswa yang cukup banyak, (3) SD Negeri 1 Sindangherang telah memiliki guru-guru Pendidikan Jasmani berijazah S1 (Strata 1), yang mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif, (4) SD Negeri 1 Sindangherang telah dijadikan tempat PPL untuk para mahasiswa jenjang Strata 1 (S1), sehingga diharapkan dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani sudah mencakup kompetensi-kompetensi aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

Desain model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah desain yang dikemukakan oleh (Kemmis & Taggart l988: 11-14) yang menggambarkan bahwa penelitian tindakan dilaksanakan melalui beberapa siklus, dan tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap. Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah

menentukan fokus penelitian. Selanjutnya guru merencanakan dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya, mendata kelemahan-kelemahannya, diidentifikasi dan dianalisis kelayakannya untuk diatasi dengan penelitian tindakan kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)Dalam tahap ini untuk mengatasi masalah-masalah yang telah terpilih,

peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi-strategi yang sesuai, dalam hal ini adalah melalui pendekatan permainan dalam belajar keterampilan lompat jauh gaya jongkok. Kolaborator mengamati dan membuat catatan-catatan mengenai jalannya pembelajaran.

c. Observasi (Observation)

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 130: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Kolaborator mengamati, mencatat dan kemudian mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung, dengan maksud untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Pengamatan yang dilakukan secara komprehensif dengan memanfaatkan pedoman pengamatan dan catatan lapangan.

d. Refleksi (Reflection) Dalam tahap refleksi peneliti bersama kolaborator mendiskusikan

hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kelemahan dan kekurangan yang telah ditemukan pada siklus terdahulu dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya, sehingga siklus selanjutnya akan menjadi lebih baik dari pada siklus sebelumnya.

Langkah-langkah penelitian tindakan secara keseluruhan berbentuk spiral. Setiap lingkaran pada spiral tersebut mengambarkan kegiatan yang utuh, yang dinamakan siklus, karena kalau hanya terdiri dari satu siklus belum berbentuk spiral. Maksudnya agar kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki pada siklus-siklus berikutnya, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar secara terus menerus. Adapun pengertian siklus disini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Siklus akan terus berulang sampai tercapai ukuran keberhasilan yang diinginkan. Dalam penelitian tindakan kelas ini keberhasilan yang diinginkan adalah kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat yang berakibat peningkatan hasil belajar yaitu nilai hasil belajar dapat di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu: 70 (Tujuh puluh).

3. Subyek PenelitianSubjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang

berjumlah 32 siswa, dan guru sebagai kolaborator. Dalam penelitian PTK ini juga dilakukan wawancara terhadap guru, kepala sekolah dan siswa, di samping pengamatan di lapangan dengan maksud agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Pengambilan subyek penelitian dilakukan di kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang dengan alasan sebagai berikut : (1) di kelas ini keterlibatan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga dan Kesehatan masih kurang, (2) Strategi pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan belum memberikan motivasi pada siswa, (3) Pengembangan materi, penggunaan model-model dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani belum di terapkan guru Penjasorkes.

4. Data dan Sumber DataInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar observasi,

catatan lapangan, lembar wawancara dan tes hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 131: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

5. Tehnik Pengumpulan DataDalam prakteknya penelitian tindakan kelas ini lebih didominasi oleh data

kualitatif dibandingkan data kuantitatif. Peneliti bertindak sebagai pengamat pelaksana kegiatan dalam penelitian ini, sebab peneliti secara langsung mengumpulkan data atau informasi dilapangan sampai terungkap makna perilaku dan berbagai upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan jenis dan sifat data yang akan dikumpulkan maka dalam penelitian ini dipergunakan teknik pengumpulan data yang berupa observasi partisipatif pasif terhadap berbagai kegiatan yang terkait dengan studi, untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa di lapangan dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Hal-hal yang diobservasi adalah mengenai sikap, keaktifan siswa dan model-model pembelajaran yang digunakan.

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat pelaksana kegiatan, sedangkan kolaborator mengamati jalannya kegiatan dengan menggunakan lembar panduan observasi dan catatan lapangan. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengumpulkan data mengenai aktifitas guru dan siswa selama pengembangan tindakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

6. Teknik Analisis DataData yang telah diperoleh dilapangan kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti bersama kolaborator merefleksi hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Data kualitatif dalam catatan lapangan diolah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan secara berturutan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Reduksi data dalam penelitian ini meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian singkat dan pengolahan data ke dalam pola yang lebih terarah. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistimatis dari hasil reduksi data mulai dari perencanaan tindakan, observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data. Data yang terkumpul disajikan secara sistimatis dan perlu diberi makna.

7. Indikator KeberhasilanDiharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran siswa, sebagai akibat

peningkatan kualitas pembelajaran yaitu adanya peningkatan hasil belajar siswa.. Pada kondisi awal/ sebelum penelitian terdapat 25% siswa yang mampu melakukan

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 132: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

lompatan, setelah siklus 1, terdapat 35% siswa yang mampu melakukan lompatan. Setelah siklus 2 terdapat peningkatan 65% siswa yang mampu melakukan lompatan, dan setelah siklus 3 terdapat 80% siswa yang mampu melakukan lompatan.

C. HASIL PENELITIANProses penelitian tindakan di SD Negeri 1 Sindangherang, peneliti bersama

kolaborator melakukan observasi terhadap proses pembelajaran Penjasorkes dalam upaya meningkatan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan permainan yang dilakukan selama tiga siklus. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 1 semester. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Januari 2013 sampai dengan tanggal 18 Juni 2013. Adapun tindakan Siklus pertama dilaksanakan 3 kali pertemuan, siklus kedua 2 kali pertemuan dan siklus ketiga 2 kali pertemuan. setiap akhir siklus dilaksanakan evaluasi proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.Siklus pertama1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan fokus penelitian, membuat skenario pembelajaran dan menyiapkan sarana dan prasarana yang akan diperlukan dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator sudah mendata dan mengidentifikasi serta menganalisis yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan pada siklus pertama ini. 2. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan proses pembelajaran pada siklus pertama tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2013, dua jam pelajaran (70’). Materi pokok pembelajaran tentang atletik nomor lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan permainan dengan menggunakan alat kardus. Adapun bentuk permainannya; masing-masing kelompok siswa melewati beberapa kardus yang telah disusun 5 baris dengan jarak antar baris 1,5 m dan banyaknya kelompok 4 kelompok dengan sistem kompetisi. Sesi pertama siswa melewati kardus dengan langkah biasa, berlomba antar kelompok, regu yang kalah mendapat hukuman pus up 3 kali, gerakan ini dilakukan 2 kali ulangan. Sesi kedua posisi kardus sama dengan sesi pertama perbedaannya terletak pada cara siswa melewati kardus. Pada sesi ini siswa melewati kardus dengan satu kaki pertama dengan kaki kanan terlebih dahulu setelah itu dengan kaki kiri. Aturannya sama dengan sesi yang pertama dengan sistem kompetisi. Sesi yang ketiga siswa melewati kardus dengan dua kaki secara bersamaan.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2013, dua jam pelajaran (70’). Materi pokok hampir sama dengan pertemuan pertama hanya pada pertemuan kedua ini jarak antar kardus menjadi 2,5 m, dan disusun dua lapis, banyaknya banjar antara kardus 5 kardus. Aturan dan pelaksanaanya sama seperti

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 133: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

pada pertemuan pertama. Masing-masing kelompok siswa melakukan dua kali ulangan pada setiap sesi.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 Pebruari 2013, dua jam pelajaran (70’). Materi pokok hampir sama dengan pertemuan pertama, hanya pada pertemuan ketiga ini lebih banyak pada evaluasi proses belajar lompat jauh gaya jongkok, dan penekanannya hanya pada cara siswa melakukan awalan, tolakan, saat diudara, dan pendaratan. 3. Observasi (Observation)

Pada siklus pertama ini, kolaborator mengamati, mencatat dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan kolaborator dengan berpedoman pada lembaran observasi. 4. Refleksi (Reflection)

Setelah selesai tindakan pada siklus pertama peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Proses pembelajaran pada siklus pertama sudah ada peningkatan siswa dalam melakukan belajar lompat jauh. Kualitas pembelajaran yang dicapai siswa meningkat yang dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum diberikan tindakan rata-rata nilai siswa 65.47 menjadi 67.34 berarti masih ada 11 siswa yang belum mencapai nilai 70.

Kendala siswa dalam melaksanakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yaitu pada tahapan tumpuan, saat diudara, dan pendaratan.Dengan pertimbangan dan masukan dari kolaborator maka perlu dilaksanakan lagi tindakan pada siklus kedua dengan menambah beberapa variasi permainan melompati kardus.Siklus kedua1. Perencanaan (Planning)

Setelah peneliti dan kolaborator melakukan refleksi pada siklus pertama maka perlu dilakukan lagi tindakan pada siklus kedua. Sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan siklus kedua adalah dengan melihat hasil proses belajar yang dicapai siswa pada siklus pertama belum memenuhi nilai yang diharapkan yakni 70. Pada siklus pertama nilai rata-rata siswa 67.34. Pada siklus kedua tahap perencanaan yang akan dilakukan, yakni dengan menambah variasi permainan melompati kardus.2. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan proses pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2013, selama dua jam pelajaran (70’). Materi pokok pembelajaran tentang atletik nomor lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan permainan dengan menggunakan alat kardus. Bentuk permainan melompati kardus kardus sama seperti pada siklus pertama, pada siklus kedua ini jarak antar kardus menjadi 5 meter, sebanyak 5 baris. Masing-masing kelompok siswa harus berlari melewati susunan kardus yang disusun berjarak 5 meter antar

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 134: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

kardus. Seri pertama dengan lari biasa, seri yang kedua dengan satu kaki, dan seri ketiga dengan dua kaki, dilakukan sebanyak 3 kali kesempatan.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2013, selama dua jam pelajaran (70’). Bentuk permainan hampir sama dengan pertemuan pertama perbedaannya pada pertemuan kedua ini kardus disusun menjadi dua lapis. Masing-masing kelompok siswa harus berlari melewati susunan kardus yang disusun dua lapis tersebut. Seri pertama dengan lari biasa, seri yang kedua dengan satu kaki, dan seri ketiga dengan dua kaki, dilakukan sebanyak 2 kali kesempatan.

Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan evaluasi proses belajar lompat jauh gaya jongkok, penekanannya hanya pada cara siswa melakukan awalan, tolakan, saat diudara, dan pendaratan. 3. Observasi (Observation)

Pada siklus kedua ini, kolaborator mengamati, mencatat dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan kolaborator dengan berpedoman pada lembaran observasi. 4. Refleksi (Reflection)

Pada akhir siklus kedua peneliti dan kolaborator melakukan refleksi bersama atas tindakan yang telah dilakukan selama siklus kedua dilaksanakan. Pada siklus kedua kualitias pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan melompati kardus sudah semakin baik. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata kemampuan siswa 67.34 pada siklus pertama meningkat menjadi 71.25 pada siklus kedua.

Kendala yang dialami oleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yaitu masih pada tahapan tumpuan, saat diudara, dan pendaratan. Ada 7 siswa yang belum mampu melakukan.

Dari hasil refleksi pembelajaran pada siklus kedua, walaupun sudah ada peningkatan kualitas pembelajaran yang dibuktikan dengan rata-rata kemampuan siswa dalam melakukan proses lompat jauh gaya jongkok, tetapi kualitas pembelajaran perlu ditingkatkan lagi. Dengan demikian atas saran dan masukan dari kolaborator perlu dilakukan tindakan lagi pada siklus ketiga.Siklus ketiga1. Perencanaan (Planning)

Setelah peneliti dan kolaborator melakukan refleksi pada siklus kedua maka perlu dilakukan lagi tindakan pada siklus ketiga. Sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan siklus ketiga adalah dengan melihat hasil proses belajar yang dicapai siswa pada siklus kedua belum memenuhi nilai yang diharapkan yakni 70. Pada siklus kedua nilai rata-rata siswa 71.25, masih terdapat 7 siswa yang belum mencapai nilai 70, Pada siklus ketiga tindakan yang akan dilakukan, yakni dengan meningkatkan dan menambah variasi permainan melompati kardus. 2. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan proses pembelajaran pada siklus ketiga, dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 9 Mei 2013, dua jam pelajaran

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 135: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

(70’). Materi pokok pembelajaran tentang atletik nomor lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan permainan dengan menggunakan alat kardus. Bentuk permainan hampir sama pada siklus pertama dan siklus kedua, pada siklus ketiga ditambah lagi menjadi 1 variasi. Cara permainannya siswa lari melewati kardus yang disusun dengan model sistem sirkuit, pos 1 melewati dua kardus, pos 2 melewati tiga kardus, pos 3 melewati empat kardus, pos 4 melewati tiga kardus dan pos 5 melewati dua kardus. Jarak antar kardus 2 m dan dilakukan sebanyak 3 kali kesempatan.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2013, dua jam pelajaran (70’). Bentuk permainannya sama dengan siklus kedua hanya pada siklus ketiga ini kardus dipasang 2 lapis dan jarak antar kardus menjadi 2,5 m. Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan evaluasi proses belajar lompat jauh gaya jongkok, penekanannya hanya pada cara siswa melakukan awalan, tolakan, saat diudara, dan pendaratan. 3. Observasi (Observation)

Pada siklus ketiga ini, kolaborator mengamati, mencatat dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan kolaborator dengan berpedoman pada lembaran observasi.4. Refleksi (Reflection)

Pada akhir siklus ketiga peneliti dan kolaborator melakukan refleksi bersama atas tindakan yang telah dilakukan. Masing-masing pihak menyampaikan pendapat dan pandangannya selama tindakan diberikan. Pada siklus ketiga kualitas pembelajaran atletik nomor lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan sudah dapat dikatakan berhasil dengan baik. Keberhasilan pembelajaran pada siklus ketiga ini dibuktikan dengan hasil belajar yaitu : pada siklus kedua nilai siswa rata-rata 71.25 meningkat menjadi 77.03 pada siklus ketiga.

Dari jumlah 32 siswa yang diteliti dengan tindakan kelas 100% siswa berhasil memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu mencapai nilai 70. Dengan demikian tindakan pada siklus ketiga ini sudah dianggap cukup dan tidak perlu lagi diadakan tindakan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil refleksi dan analisis data tiap-tiap siklus, maka hasil penelitian tindakan menunjukkan bahwa hasil pada siklus III sudah terlihat menunjukkan peningkatan yang berarti dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Pada siklus III telah tercapai tujuan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan terlihat dari nilai rata-rata siswa telah mencapai diatas 70 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika dipersentase hasil lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan yang dicapai siswa pada siklus III ini adalah 100% mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan demikian dinyatakan bahwa strategi pendekatan permainan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada lompat jauh gaya

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 136: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

jongkok. Berikut perkembangan hasil proses belajar lompat jauh gaya jongkok dari siklus I, II, dan III.

Dari hasil yang telah dilaksanakan dan hasil yang dicapai siswa pada siklus pertama, kedua, dan ketiga sangat jelas sekali adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dicapai. Dengan demikian tindakan proses belajar lompat jauh khususnya lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan dengan melompati kardus yang diberikan pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang dapat dikatakan berhasil yaitu adanya peningkatan kualitas pembelajaran.

Setelah dilakukan evaluasi terhadap tindakan kelas yang telah dilaksanakan selama tiga siklus, dapat dilaporkan segi-segi penelitian yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan segi-segi lain yang dianggap kurang memenuhi harapan. Tindakan yang telah menunjukkan kualitas sesuai dengan harapan kiranya dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk proses pembelajaran selanjutnya. Sedangkan tindakan yang kurang berhasil diharapkan menjadi bahan telah untuk perbaikan dan penyempurnaan.

D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan melewati rintangan, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa kelas VI SD Negeri 1 Sindangherang . Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Proses peningkatan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok diawali dengan melompati kardus yang dipasang 5 banjar dengan jarak 1,5 sampai 2 m. Siswa terbagi menjadi 4 kelompok berlari melewati kardus yang telah dipasang tersebut dengan sistem kompetisi. Proses pembelajaran ini dilakukan pada siklus pertama sebanyak tiga kali pertemuan. Pada siklus pertama ini kemampuan siswa dalam melakukan proses lompat jauh gaya jongkok ada peningkatan sebelum diberikan tindakan.

b. Proses peningkatan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus kedua diawali dengan melompati kardus yang dipasang 5 banjar dengan jarak 5 m antar banjar. Pelaksanaan dan cara melompati kardus sama seperti pada siklus pertama. Pada siklus kedua ini kemampuan siswa melakukan proses belajar lompat jauh gaya jongkok semangkin meningkat dibandingkan dari pada siklus pertama. Proses pembelajaran pada siklus kedua ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan.

2. SaranSetelah disimpulkan dari hasil penelitian ini, maka perlu kiranya dibuat

saran-saran untuk menjadi perhatian dalam menetapkan kebijaksanaan yang

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 137: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

berhubungan dengan mutu pembelajaran, khususnya bidang studi Penjasorkes. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kepada guru Penjasorkes, bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan permainan melompati kardus dapat digunakan sebagai alternatif dalam memilih dan menetapkan strategi atau metode pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Hal ini akan memberikan keuntungan diantaranya: bahan atau alat yang digunakan yakni kardus banyak dijumpai dimana-mana dan tidak membahayakan bagi siswa, kesempatan bergerak setiap siswa akan lebih banyak, dan dapat menumbuhkan gairah dan semangat serta tidak mudah membuat siswa jenuh dan membosankan dalam melakukan aktivitas dilapangan.

b. Kepada lembaga khususnya sekolah bahwa proses pembelajaran dengan strategi pendekatan permainan melompati kardus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dan dapat dijadikan salah satu model pembelajaran Penjasorkes, mengingat banyak keuntungan dan manfaat yang diperoleh baik bagi guru maupun bagi siswa dalam proses belajar lompat jauh gaya jongkok.

c. Agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien, peneliti mengharapkan kepada guru Penjasorkes dapat mencoba strategi pendekatan permainan melompati kardus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Metode ini juga dapat merangsang siswa dengan banyak variasi-variasi untuk melakukan melompati kardus, sehingga siswa merasa senang dan tujuan pembelajaran cepat tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKAAmin, Moh. (2011) Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas untuk Penilaian

Angka Kredit Guru. Inspirasi. Yogyakarta Elliot Jhon. (2008). Class Action Research. diambil tanggal 27 oktober 2008 dari

www.madison.com.IAAF. (2000). Pedoman Mengajar Lari, Lompat, Lempar level I. Jakarta:

Development Programme.Kemmis, Stephen & Mc. Taggart, Robin. (l988). The Action Research Planner.

Victoria: Deakin University.Martinis Yamin. (2004). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompeten. Jakarta:

Gaung Persada Press.Mayke S. Tedjasaputra. (2007). Bermain, Mainan, dan Permainan untuk

Pendidikan Usia Dini. Jakarta: PT. Grasindo.Mochamad Djumidar A. Widya. (2002). Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar

Atletik dalam Bermain. Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.

Montague, Earl J. (l987). Fundamentals of Secondary Classroom Instruction. Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014

Page 138: mustikagurupanumbangan.files.wordpress.com€¦  · Web viewRefleksi awal yang dilakukan penulis, yaitu terhadap tuntutan nyata di lapangan, dengan membuat suatu rancangan, pengoperasionalan,

134

Moura, N.A., & Paula Moura, T.F. (2001). IAAF New Studies in Athletics (The IAAF Technical Quarterly), 16:4; 51-61, 2001.

Naskah Standar Pembelajaran Pendidikan Jasmani SD. (2006). Azas dan Falsafah Penjas. Jakarta: Depdiknas.

Purnomo, Eddy. Dkk. (2011) Dasar-Dasar Gerak Atletik. Alfamedia. Yogyakarta.Samsudin (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan

SMA/ MA. PT. Fajar Interpratama. Jakarta.Sujarwadi dan Dwi Sarjiyanto. (2010) Pendidikan Jasmani Olah Raga dan

Kesehatan untuk SMP. Kementrian Pendidikan Nasional. JakartaSutama. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.

Fairus Media. Surakarta Sugiyono. (2007) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung. Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.Subandono. (2006). Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan fleksibilitas

togok terhadap peningkatan prestasi lompat jauh. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. (2006). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.Supriyono. (2006). Pengaruh latihan plyometrics dan power otot-otot tungkai

terhadap prestasi lompat jauh. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

Tadkiroatun Musfiroh. (2008). Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligence pada Anak Sejak Usia Dini). Jakarta: PT. Grasindo.

Yoyo Bahagia dkk. (2000). Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.Zafar Sidik, Dikdik. (2010) Mengajar dan Melatih Atletik. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Mustika Guru, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif Volume I No. 001 Oktober 2014