Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

28
PANDANGAN UMUM DAN TUNTUTAN KELUARGA H. ANAS KASSAD TERHADAP HASIL UJI SAMPEL DI TIGA LABORATORIUM DUGAAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN IZIN PENDIRIAN & OPERASIONAL RUMAH SAKIT TIARA SELLA MENURUT UU 32/ 2009 tentang PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UU 44/ 2009 tentang RUMAH SAKIT A. Pendahuluan Tahun 2010 adalah perubahan status Klinik menjadi RS. Tiara Sella. Perubahan status usaha ini adalah awal dari musibah dan malapetaka di lingkungan rumah kami. Oleh karena RS. Tiara Sella adalah tetangga, maka kami dengan didasari rasa ukhwah berusaha melakukan siulaturrahim guna membicarakan persoalan dugaan pencemaran lingkungan yang tengah kami hadapi. Namun cara ini menemui jalan buntu. Walaupun demikian kami berkunjung ke kantor DPRD Kota Bengkulu tanggal 27 Februari 2012 untuk menyampaikan persoalan yang sama dan meminta DPRD Kota Bengkulu menjadi mediator untuk menyelasikan persoalan antara kami dengan RS. Tiara Sella dan Pemda Kota Bengkulu. Perbedaan pandangan dalam sebuah masalah adalah lumrah dan merupakan sebuah keniscayaan yang bersifat alami. Bahkan, perbedaan agama, asal usul, warna kulit adalah bahagian tak terpisahkan dari fitrah manusia itu sendiri, seperti firman Allah Swt. dalam surat Al-Hujurat ayat 13. Yang berbeda dinatara manusia itu adalah tingkat ketaqwaanya di sisi Allah Swt. Namun setiap perbedaan itu mesti disikapi dengan arif dan bijaksana. Kepekaan dan kejujuran adalah menjadi faktor utama diantara factor-faktor pendorong dalam sifat arif dan bijakasana tersebut. Allah Swt. Dalam surat al-Hajj (46) berfirman yang artinya; sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan yang buta itu ialah hati yang terdapat dalam dada. Bila mata hati sudah buta, maka akan muncullah kebohongan-kebohongan dalam perilaku tak jujur setiap insan itu. Sebagai ilustrasi dapat kami kemukakan, bahwa ditangan para penjahat dan pendusta berdasi, kebenaran itu menjadi kabur dan

Transcript of Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

Page 1: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

PANDANGAN UMUM DAN TUNTUTAN KELUARGA H. ANAS KASSAD TERHADAP

HASIL UJI SAMPEL DI TIGA LABORATORIUM DUGAAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN IZIN PENDIRIAN & OPERASIONAL RUMAH SAKIT TIARA SELLA

MENURUT UU 32/ 2009 tentang PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UU 44/ 2009 tentang RUMAH SAKIT

A. Pendahuluan

Tahun 2010 adalah perubahan status Klinik menjadi RS. Tiara Sella. Perubahan status usaha ini adalah awal dari musibah dan malapetaka di lingkungan rumah kami. Oleh karena RS. Tiara Sella adalah tetangga, maka kami dengan didasari rasa ukhwah berusaha melakukan siulaturrahim guna membicarakan persoalan dugaan pencemaran lingkungan yang tengah kami hadapi. Namun cara ini menemui jalan buntu. Walaupun demikian kami berkunjung ke kantor DPRD Kota Bengkulu tanggal 27 Februari 2012 untuk menyampaikan persoalan yang sama dan meminta DPRD Kota Bengkulu menjadi mediator untuk menyelasikan persoalan antara kami dengan RS. Tiara Sella dan Pemda Kota Bengkulu.

Perbedaan pandangan dalam sebuah masalah adalah lumrah dan merupakan sebuah keniscayaan yang bersifat alami. Bahkan, perbedaan agama, asal usul, warna kulit adalah bahagian tak terpisahkan dari fitrah manusia itu sendiri, seperti firman Allah Swt. dalam surat Al-Hujurat ayat 13. Yang berbeda dinatara manusia itu adalah tingkat ketaqwaanya di sisi Allah Swt.

Namun setiap perbedaan itu mesti disikapi dengan arif dan bijaksana. Kepekaan dan kejujuran adalah menjadi faktor utama diantara factor-faktor pendorong dalam sifat arif dan bijakasana tersebut. Allah Swt. Dalam surat al-Hajj (46) berfirman yang artinya; sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan yang buta itu ialah hati yang terdapat dalam dada. Bila mata hati sudah buta, maka akan muncullah kebohongan-kebohongan dalam perilaku tak jujur setiap insan itu.

Sebagai ilustrasi dapat kami kemukakan, bahwa ditangan para penjahat dan pendusta berdasi, kebenaran itu menjadi kabur dan dimanipulasi. Mereka memiliki 1.001 akal bulus untuk menutupi kebenaran. Dari sumpah palsu hingga bermain teatrikal sebagai sosok suci dan baik hati di hadapan publik. Di panggung politik bahkan orang seolah boleh berdusta dan bermuslihat buruk dibawah adagium” politik adalah seni segala kemungkinan. Bahkan ada pula sebagian penegak hukum dengan gagah berani bahkan membabi buta membela demi kliennya. Dan para MAFIOSO” pun sering tampil sebagai sosok-sosok dermawan untuk menutupi dunia hitamnya. Sesungguhnya setiap persoalan muncul adalah akibat dari tidak taat dan melanggar serta mengabaikan UU dan peraturan baik oleh masyarakat maupun penegak hukum. Oleh sebab itu, dugaan pencemaran lingkungan oleh RS. Tiara Sella terhadap kami keluarga H. Anas Kassad mari kita lihat dengan hati yang bersih dan jernih dan selalu merujuk kepada Undang-undang dan peraturan yang relevan dengan perizinan pendirian dan operasional Rumah Sakit.

Page 2: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

B. Persoalan

1. Apakah perubahan status dari klinik menjadi Rumah Sakit Tiara Sella telah melalui proses perizinan (pendirian dan operasional) yang sesuai dengan UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Lingkungan Hidup dan UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit?

2. Apakah izin pendirian Rumah Sakit Tiara Sella sudah sesuai dengan RTRW Kota Bengkulu?3. Apakah proses pembuatan dokumen AMDAL/UKL-UPL yang diberikan kepada pengelola

RS. Tiara Sella sudah sesuai dengan UU no. 32/2009?4. Apakah RS. Tiara Sella ada melakukan audit lingkungan secara berkala sesuai dengan UU

32/2009; pasal 49 (3)?5. Apakah Pemerintah Daerah Kota Bengkulu sudah melakukan tugas dan wewenangnya

dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan UU. 32/2009; pasal 63?

6. Apakah manajemen RS. Tiara Sella telah melakukan kewajiban dan larangan seperti yang tertuang dalam UU 32/2009; pasal 67, 68 dan 69?

7. Apakah proses penarikan sampel dan penunjukan laboratorium sudah sesuai dengan mekanisme yang diatur oleh peraturan dan perundang-undangan yang syah?

C. Tujuan

1. Kami ingin mengatahui, Apakah perubahan status dari klinik menjadi Rumah Sakit Tiara Sella telah melalui proses perizinan yang sesuai dengan UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Lingkungan Hidup dan UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit; Pasal 25, 26 dan 27?

2. Kami ingin mngetahui apakah pemberian izin lokasi pembangunan RS. Tiara Sella sudah sesuai dengan RTRW Kabupaten/Kota seperti yang dimanatkan oleh UU No 44 tahun 2009.

3. Kami ingin mengetahui apakah RS. Tiara Sella memiliki AMDAL/UKL-UPL sesuai dengan UU. 32/2009; pasal 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, , 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 44, 45, 47, 48 49, 50, 51, 53, 54 dan 55.

4. Kami ingin mengetahui Apakah RS. Tiara Sella ada melakukan audit lingkungan secara berkala sesuai dengan UU 32/2009; pasal 49 (3).

5. Kami ingin mengetahui sejauhmana Pemerintah Daerah Kota Bengkulu sudah melakukan tugas dan wewenangnya dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan UU. 32/2009; pasal 63.

6. Kami ingin memperoleh informasi tentang Apakah manajemen RS. Tiara Sella telah melakukan kewajibannya dan larangan seperti yang tertuang dalam UU 32/2009; pasal 67, 68 dan 69

7. Untuk mengetahui sejauhmana proses dan mekanisme penarikan sampel dan penetapan laboratorium, apakah sudah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.

Page 3: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

D. Tuntutan

Apabila hasil laboratorium menunjukan terjadinya pencemaran lingkungan dan manakala terdapat pelanggaran perizinan pendirian dan operasional oleh RS. Tiara Sella maka akan menuntut sebagai berikut:

1. Apabila pelanggaran yang terjadi bersifat administratif, maka penyelesaian sengketa lingkungan ini akan kami tuntut sesuai dengan amanah UU nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup BAB XII, Pasal 84, 85, 86, 87 dan 88.

2. Apabila terdapat pelanggaran konstitusi dan Undang-undang dalam izin pendirian dan opersioanal RS. Tiara Sella, maka kami akan menuntut pihak-pihak terkait (manajemen RS. Tiara Sella dan Pemerintah Daerah Kota Bengkulu) sesuai dengan Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, BAB XIII (Ketentuan Pidana), Pasal 62 dan 63.

Bengkulu, ……………………. 2012

H. ANAS KASSAD

8. Proses dan Mekanisme Pendirian sebuah usaha (Perizinan)

Page 4: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

BAB II Pasal 4 tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi: a. perencanaan; b.pemanfaatan; c. pengendalian; d. pemeliharaan; e. pengawasan; dan f. penegakan hukum.

BAB III PERENCANAAN

Pasal 5: Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan melalui tahapan: a. inventarisasi lingkungan hidup; b. penetapan wilayah ekoregion; dan c. penyusunan RPPLH.

Pasal 6: (2) Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai sumber daya alam yang meliputi: a. potensi dan ketersediaan; b. jenis yang dimanfaatkan; c. bentuk penguasaan; d. pengetahuan pengelolaan; e. bentuk kerusakan; dan f. konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.

Pasal 10:

(1) Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 disusun oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Penyusunan RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan: a. keragaman karakter dan fungsi ekologis; b. sebaran penduduk; c. sebaran potensi sumber daya alam; d. kearifan lokal; e. aspirasi masyarakat; dan f.perubahan iklim.

(4) RPPLH memuat rencana tentang: a. pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam; b. pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi LH; c. pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam; dan d.adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

(5) RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat dalam rencana pembangunan jangka panjangdan rencana pembangunan jangka menengah.

Pasal 11: Ketentuan lebih lanjut mengenai inventarisasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, penetapan ekoregion sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, serta RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 diatur dalam Peraturan Pemerintah NOMOR 27 TAHUN 2012TENTANG IZIN LINGKUNGAN.

BAB IV PEMANFAATAN

Pasal12(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH.

(2) Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersusun, pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup; b.

Page 5: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.

(3) Daya dukung dan dayatampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh: c. bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampunglingkungan hidup kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapandaya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam peraturan pemerintah.

BAB V PENGENDALIAN

Pasal 13

(1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.

(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkunganhidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pencegahan; b. penanggulangan; dan c. pemulihan.

(3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing.

Pasal 14 Pencegahan

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas: a. KLHS; b. tata ruang; c. baku mutu lingkungan hidup; d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup; e. amdal; f. UKL-UPL; g. perizinan; h. instrumen ekonomi lingkungan hidup; i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; j. anggaran berbasis lingkungan hidup; k. analisis risiko lingkungan hidup; l. audit lingkungan hidup; dan m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmupengetahuan.

Pasal 15 Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(1)Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

(2)Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke dalam penyusunan atau valuasi:

a. rencana tata ruangwilayah (RTRW) beserta encana rincinya, rencana pembangunan angka panjang (RPJP), dan rencana embangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan

Page 6: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

kabupaten/kota; dan b. bijakan, rencana, dan/atau program yang erpotensimenimbulkan dampak dan/atau isiko lingkungan hidup.

(3) KLHS dilaksanakandengan mekanisme:

a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, an/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup disuatu wilayah;

b. perumusan alternatif penyempurnaan ebijakan,rencana, dan/atau program; dan c. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program

yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pasal 16, KLHS memuat kajian antara lain:

a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan b. perkiraan mengenai dampak dan risiko ingkungan hidup; c. kinerja layanan/jasaekosistem; d. efisiensi pemanfaatansumber daya alam; e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadapperubahan iklim; dan f. tingkat ketahanan danpotensi keanekaragamanhayati.

Pasal 17

(1) Hasil KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (3) menjadi dasar bagi kebijakan, encana, dan/atau program pembangunan alamsuatu wilayah.

(2) Apabila hasil KLHS sebagaimana dimaksud adaayat (1) menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui,

a. kebijakan, rencana, dan/atau program embangunantersebut wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan

b. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung ingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.

Pasal 18

(1) KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan KLHS diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 19 Tata Ruang

(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidupdan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkanpada KLHS.

Page 7: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(2) Perencanaan tataruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan memperhatikandaya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Pasal 20 Baku MutuLingkungan Hidup

(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidupdiukur melalui bakumutu lingkungan hidup.

(2) Bakumutu lingkungan hidup meliputi:a. baku mutu air;b. baku mutu air limbah;c. baku mutu air laut;d. baku mutu udara ambien;e. baku mutu emisi;f. bakumutu gangguan; dang. bakumutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbahke media lingkungan hidup dengan persyaratan:

a. memenuhi bakumutu lingkungan hidup; danb. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidupsebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf gdiatur dalam Peraturan Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidupsebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf e, dan huruf f diatur dalamperaturan menteri.

Pasal 21 Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup

(1) Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkunganhidup, ditetapkan criteria bakukerusakan lingkungan hidup.

(2) Kriteriabaku kerusakan lingkungan hidup meliputikriteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahaniklim.

(3) Kriteria baku kerusakan ekosistemmeliputi:

a. kriteria bakukerusakan tanah untukproduksi biomassa;b. kriteria baku kerusakan terumbukarang;c. kriteria bakukerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan

dan/ataulahan;d. kriteria bakukerusakan mangrove;e. kriteria baku kerusakan padang lamun;f. kriteria bakukerusakan gambut;g. kriteria baku kerusakan karst;dan/atauh. kriteria baku kerusakan ekosistemlainnya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Page 8: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklimdidasarkan pada paramater antara lain:

a. kenaikan temperatur;b. kenaikan muka air laut;c. badai; dan/ataud. kekeringan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai criteria baku kerusakan lingkunganhidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal22Amdal

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampakpenting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.

(2) Dampak pentingditentukan berdasarkan kriteria:

a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkenadampak rencana usaha dan/atau kegiatan;

b. luas wilayah penyebaran dampak;c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;e. sifat kumulatifdampak;f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/ataug.kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 23

(1) Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi denganamdal terdiri atas:

a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;b. eksploitasi sumber daya alam, baik yangterbarukan maupun yang tidak

terbarukan;c. proses & kegiatan yang secara potensialdapat menimbulkan pencemaran

dan/atau kerusakan lingkunganhidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;

d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkunganbuatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

Page 9: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasankonservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;

f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, danjasad renik;g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/ataumempengaruhi pertahanan

negara; dan/ataui.penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyaipotensi besar untuk

mempengaruhi lingkungan hidup.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 24

Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalamPasal 22 merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.

Pasal 25

Dokumen amdal memuat:

a. pengkajian mengenai dampak rencana usahadan/atau kegiatan;b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usahadan/atau kegiatan;c. saran masukan serta tanggapan masyarakatterhadap rencana usaha dan/atau

kegiatan;d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifatpenting dampak yang terjadi jika

rencana usaha dan/atau kegiatan tersebutdilaksanakan;e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yangterjadi untuk menentukan kelayakan

atau ketidaklayakan lingkungan hidup;f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkunganhidup.

Pasal 26

(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal22 disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.

(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkanprinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukansebelum kegiatan dilaksanakan.

(3) Masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. yang terkena dampak;b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atauc. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam prosesamdal.

Page 10: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal.

Pasal 27

Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa sebagaimana dimaksuddalam Pasal 26 ayat (1) dapat meminta bantuan kepada pihak lain.

Pasal 28(1) Penyusun amdalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib

memilikisertifikat kompetensi penyusun amdal.(2) Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusunamdal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. penguasaan metodologi penyusunan amdal;b. kemampuan melakukanpelingkupan, prakiraan, dan evaluasidampak serta

pengambilan keputusan; danc. kemampuan menyusun rencana pengelolaan & pemantauan lingkungan

hidup.(3) Sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimanadimaksud pada ayat (1)

diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusunamdal yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturanperundangundangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dancriteria kompetensi penyusun amdal diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 29

(1) Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdalyang dibentuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengankewenangannya.

(2) Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dariMenteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(3) Persyaratan dan tatacara lisensi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 30

(1) Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 terdiri atas wakil dari unsur:a. instansi lingkungan hidup;b. instansi teknis terkait;c. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha

dan/ataukegiatan yang sedang dikaji;d. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengandampak yang timbul dari

suatu usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;

Page 11: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

e. wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak; danf. organisasi lingkungan hidup.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi PenilaiAmdal dibantu oleh tim teknis yang terdiri atas pakar independen yang melakukankajian teknis dan secretariat yang dibentuk untuk itu.

(3) Pakar independen dan secretariat sebagaimanadimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikotasesuai dengan kewenangannya.

Pasal 31

Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Menteri,gubernur, atau bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakanlingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 32(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membantupenyusunan amdal bagi usaha

dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah yangberdampak penting terhadap lingkungan hidup.

(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi, biaya,dan/atau penyusunan amdal.

(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah diatur dengan peraturanperundang-undangan.

Pasal 33Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 32 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 34 UKL-UPL

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidaktermasuk dalam kriteria wajib amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat(1) wajib memiliki UKLUPL.

(2) Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenisusaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.

Pasal 35

(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajibdilengkapi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib membuatsurat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

(2) Penetapanjenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanberdasarkan kriteria:a. tidak termasuk dalam kategori berdampakpenting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); danb. kegiatan usaha mikrodan kecil.

Page 12: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan surat pernyataan kesanggupan pengelolaan danpemantauan lingkungan hidup diatur dengan peraturan Menteri.

Perizinan Pasal 36

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajibmemiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.

(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimanadimaksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.

(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakanlingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.

(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur,atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 37(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya wajib

menolak permohonan izin lingkungan apabilapermohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.

(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalamPasal 36 ayat (4) dapat dibatalkan apabila:a. persyaratan yang diajukan dalam permohonanizin mengandung cacat hukum,

kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenarandan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;

b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimanatercantum dalam keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup ataurekomendasi UKL-UPL; atau

c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak dilaksanakanoleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 38

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2),izin lingkungan dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usahanegara.

Pasal 39

Page 13: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya wajib mengumumkan setiap permohonan dan

keputusan izin lingkungan.(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan cara yang

mudah diketahui oleh masyarakat. Pasal 40(1) Izin lingkungan merupakan persyaratan untukmemperoleh izin usaha dan/atau

kegiatan. (2) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan.(3) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalamiperubahan, penanggung jawab

usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui izinlingkungan.

Pasal 41Ketentuan lebih lanjut mengenai izin sebagaimana dimaksuddalam Pasal 36 sampa dengan Pasal 40 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 42 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup

(1) Dalam rangka melestarikan fungsi lingkunganhidup, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkaninstrumen ekonomi lingkungan hidup.

(2) Instrumen ekonomi lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi:a. perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi;b. pendanaan lingkungan hidup; danc. insentif dan/atau disinsentif.

Pasal 43

(1) Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud dalamPasal 42 ayat (2) huruf a meliputi:

a. neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup;b. penyusunan produk domestik bruto dan produk domesticregional bruto yang mencakup penyusutan sumber daya alam dan kerusakanlingkungan hidup;c. mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkunganhidup antar daerah; dand. internalisasi biaya lingkungan hidup.

(2) Instrumen pendanaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b meliputi:

a. dana jaminan pemulihan lingkungan hidup;b. dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan pemulihan

lingkungan hidup; danc. dana amanah/bantuan untuk konservasi.

Page 14: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(3) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf c antara lainditerapkan dalam bentuk:a. pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan hidup;b. penerapan pajak, retribusi, dan subsidi lingkunganhidup;c. pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang ramah

lingkungan hidup;d. pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan limbah dan/atau emisi;e. pengembangan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup;f. pengembangan asuransi lingkungan hidup;g. pengembangan sistem label ramah lingkungan hidup; danh. sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungandan pengelolaan

lingkungan hidup.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumentekonomi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 43 ayat (1)sampai dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 44 Peraturan Perundang-undangan Berbasis Lingkungan Hidup

Setiap penyusunan peraturan perundangundangan pada tingkatnasional dan daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidupdan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuanyang diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 45 Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup

(1) Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia serta pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib mengalokasikan anggaran yang memadai untukmembiayai:

a.kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; b.program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.

(2) Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus lingkungan hidup yang memadai untuk diberikan kepada daerah yangmemiliki kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik.

Pasal 46

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnya telah mengalami pencemaran dan/atau kerusakan pada saat undang-undang ini ditetapkan, Pemerintahdan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pemulihan lingkunganhidup.

Pasal 47 Analisis Risiko Lingkungan Hidup

Page 15: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensimenimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadapekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkunganhidup.

(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi:a. pengkajian risiko;b. pengelolaan risiko;dan/atauc. komunikasi risiko.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkunganhidup diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 48 Audit Lingkungan Hidup

Pemerintah mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiata nuntuk melakukan audit lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kinerjalingkungan hidup.

Pasal 49

(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:

a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup; dan/atau

b. penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melaksanakan audit lingkungan hidup.

(3) Pelaksanaan audit lingkungan hidup terhadap kegiatan tertentu yang berisiko tinggi dilakukan secara berkala.

Pasal 50

(1) Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1), Menteri dapat melaksanakan atau menugasi pihak ketiga yang independent untuk melaksanakan audit lingkungan hidup atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

(2) Menteri mengumumkan hasil audit lingkungan hidup.

Pasal 51

(1) Audit lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 dan Pasal 49 dilaksanakanoleh auditor lingkungan hidup.

Page 16: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(2) Auditorlingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki sertifikatkompetensi auditor lingkungan hidup.

(3) Kriteriauntuk memperoleh sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (2) meliputi kemampuan:

a. memahami prinsip, metodologi, dan tata laksanaaudit lingkungan hidup;b. melakukan audit lingkungan hidup yang meliputitahapan perencanaan,

pelaksanaan, pengambilan kesimpulan, dan pelaporan; danc. merumuskan rekomendasi langkah perbaikansebagai tindak lanjut audit

lingkungan hidup.

(4) Sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensiauditor lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 52

Ketentuan lebih lanjut mengenai audit lingkungan hidupsebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan PeraturanMenteri.

Pasal 53 Penanggulangan

(1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup.

(2) Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

a. pemberian informasi peringatan pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada masyarakat;

b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup;c. penghentian sumber pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup;

dan/ataud. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmupengetahuan danteknologi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam PeraturanPemerintah.

Pasal 54 Pemulihan

Page 17: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.

(2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan:

a. penghentian sumberpencemaran dan pembersihan unsur pencemar;b. remediasi;c. rehabilitasi;d. restorasi; dan/ataue. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemulihanfungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalamPeraturan Pemerintah.

Pasal 55

(1) Pemegang izin lingkungan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 36 ayat (1) wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemulihanfungsi lingkungan hidup.

(2) Dana penjaminan disimpan di bank pemerintahyang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengankewenangannya.

(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan pemulihanfungsi lingkungan hidup dengan menggunakan dana penjaminan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana penjaminansebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam PeraturanPemerintah.

Pasal 56

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampaidengan Pasal 55 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VII PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SERTA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Bagian Kesatu

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Pasal 58

Page 18: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

(1)  Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukanpengelolaan B3.

 (2)Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan B3 sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

 

Bagian Kedua

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya danBeracun

Pasal 59

(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajibmelakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.

(2)Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa, pengelolaannyamengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3.

(3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukansendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.

(4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dariMenteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajibmencantumkan persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajibanyang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin.

(6)Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.

(7)Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

 

BagianKetiga

Dumping

Pasal 60

Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahanke media lingkungan hidup tanpa izin.

 

Page 19: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

Pasal 61

(1) Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60hanya dapat dilakukan dengan izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/ walikotasesuai dengan kewenangannya.

(2)Dumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di lokasi yangtelah ditentukan.

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan dumping limbah atau bahandiatur dalam Peraturan Pemerintah.

 

BAB VIII

SISTEM INFORMASI

Pasal 62

(1)Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem informasi lingkunganhidup untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.

(2)  Sistem informasi lingkungan hidup dilakukansecara terpadu dan terkoordinasi dan wajib dipublikasikan kepada masyarakat.

 (3)         Sisteminformasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi mengenai status lingkunganhidup, peta rawan lingkungan hidup, dan informasi lingkungan hidup lain.

(4) Ketentuan lebihlanjut mengenai system informasi lingkungan hidup diatur dengan PeraturanMenteri.

 

BABIX

TUGASDAN WEWENANG PEMERINTAH DAN

PEMERINTAHDAERAH

Pasal 63

(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup, Pemerintah bertugas dan berwenang:

a.   menetapkan kebijakan nasional;

Page 20: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

b.   menetapkan norma, standar, prosedur,dankriteria;

c.   menetapkan dan melaksanakankebijakan mengenaiRPPLH nasional;

d.   menetapkan & melaksanakan kebijakanmengenai KLHS;

e.   menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenaiamdal dan UKL-UPL;

f.    menyelenggarakan inventarisasi sumber dayaalam nasional dan emisi gas rumahkaca;

g.   mengembangkan standar kerja sama;

h.   mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalianpencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

i.    menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai sumber daya alam hayati dan nonhayati, keanekaragaman hayati, sumberdaya genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa genetik;

j.    menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon;

k.   menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenaiB3, limbah, serta limbah B3;

l.    menetapkan dan melaksanakan kebijakanmengenai perlindungan lingkungan laut;

m.  menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenaipencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas batas negara;

n.   melakukan pembinaan dan pengawasan terhadappelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah;

o.   melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatanpenanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungandan peraturan perundangundangan;

p.   mengembangkan dan menerapkan instrumenlingkungan hidup;

q.   mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja samadan penyelesaian perselisihan antardaerah serta penyelesaian sengketa;

r.    mengembangkan dan melaksanakan kebijakanpengelolaan pengaduan masyarakat;

s.   menetapkan standar pelayanan minimal;

Page 21: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

t.    menetapkan kebijakan mengenai tata carapengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hokumadat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

u.   mengelola informasi lingkungan hidup nasional;

v.   mengoordinasikan, mengembangkan, dan  menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramahlingkungan hidup;

w. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan,dan penghargaan;

x.   mengembangkan sarana dan standar laboratoriumlingkungan hidup;

y.   menerbitkan izin lingkungan;

z.   menetapkan wilayah ekoregion; dan melakukanpenegakan hukum lingkungan hidup.

 

9. PERTANYAAN Melalui forum ini kami mengajukan pertanyaan kepada Pemerintah Daerah Kota Bengkulu dan Pemilik Usaha Rumah Sakit Tiara Sella melalui Pimpinan dan Anggota Komisi II DPRD Kota Bengkulu, sebagai berikut:1. Apakah pendirian RS. Tiara Sella sudah memperhatikan rencana tata ruang wilayah

(RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) kota Bengkulu; dan kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau isiko lingkungan hidup.

2. Apakah RS. Tiara Sella memiliki dokumen AMDAL/UKL-UPL seperti yang tertuang dalam UU 32/2009?

3. Apakah Komisi Pengawas Kota Bengkulu dalam merekomendasikan pendirian RS. Tiara Sella sudah sesuai dengan UU 32/2009?

4. Apakah komisi pengawas melakukan pengawasan melakukkan pengawasan sesuai dengan UU 32/2009?

5. Apakah warga terdekat dan masyarakat lingkungan hidup seperti yang dituangkan dalam UU 32/2009 ada dilibatkan dalam memberikan rekomendasi terhadap izin pendirian usaha RS. Taiara Sella?

10. TUNTUTAN

Page 22: Pandangan umum dan tuntutan keluarga h

Sesuai dengan amanah Undang-Undang 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka kami akan melakukan tuntutan sebagai berikut:1. Selesaikan masalah pencemaran lingkungan ini sesuai dengan BAB XIII, Pasal 84, 85, 86,

87, 88 dan 93.2. Apabila ditemukan tindakan melawan hukum dan pembohongan public, maka kami

meminta kasus ini dilanjutkan keranah pidana. 3. Namun demikian, kami masih membuka ruang kepada pihak-pihak untuk melakukkan

musyawarah.

11. PenutupBerdasarkan uraian di atas, maka pandangan dan tuntutan kami ini simpulkan sebagai berikut:1. Permasalahan sengketa lingkungan yang diduga ditimbulkan oleh RS. Tiara Sella, adalah

akibat dari tidak patuh dan taatnya baik pemegang hak usaha maupun pemerintah terhadap UU 32/2009 dalam proses dan pemberian izin RS. Tiara Sella.

2. Untuk itu, kami mengajak kita semua melihat proses pendirian sebuah usaha sampai kepada penyelesaian sengketa lingkungan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.