Surat Tuntutan

41
KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSAT Jalan Merpati Blok D-3 No. 5, Kemayoran, Jakarta Pusat Telp (021) 6545046 “UNTUK KEADILAN” P-42 SURAT TUNTUTAN NO.REG.PERK. PDM – 17/PID.B/III/2014/JKT.PST I. PENDAHULUAN Majelis Hakim yang mulia, Penasihat Hukum yang kami hormati, Pada sidang sebelumnya Ketua Majelis Hakim telah menyatakan bahwa proses pembuktian atas perkara ini dianggap telah selesai, maka kini tiba saatnya bagi kami selaku Jaksa Penuntut Umum untuk membacakan tuntutan pidana (requisitoir). Namun sebelum kami memasuki uraian pokok materi tuntutan pidana ini, pertama-tama kami ingin menyampaikan penghargaan kepada Majelis Hakim yang telah memimpin persidangan dengan arif dan bijaksana sehingga dapat berjalan dengan lancar, dimana tidak terdapat kesulitan yang berarti, untuk semuanya itu kami mengucapkan terima kasih. Majelis Hakim dan sidang yang kami muliakan, 1

description

Contoh Surat Tuntutan.

Transcript of Surat Tuntutan

KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSATJalan Merpati Blok D-3 No. 5, Kemayoran, Jakarta Pusat Telp (021) 6545046

UNTUK KEADILAN P-42

SURAT TUNTUTANNO.REG.PERK. PDM 17/PID.B/III/2014/JKT.PST

I. PENDAHULUANMajelis Hakim yang mulia,Penasihat Hukum yang kami hormati,

Pada sidang sebelumnya Ketua Majelis Hakim telah menyatakan bahwa proses pembuktian atas perkara ini dianggap telah selesai, maka kini tiba saatnya bagi kami selaku Jaksa Penuntut Umum untuk membacakan tuntutan pidana (requisitoir).

Namun sebelum kami memasuki uraian pokok materi tuntutan pidana ini, pertama-tama kami ingin menyampaikan penghargaan kepada Majelis Hakim yang telah memimpin persidangan dengan arif dan bijaksana sehingga dapat berjalan dengan lancar, dimana tidak terdapat kesulitan yang berarti, untuk semuanya itu kami mengucapkan terima kasih.

Majelis Hakim dan sidang yang kami muliakan,

Sebagaimana surat dakwaan yang selengkapnya telah dibacakan pada awal sidang ini yang pada pokoknya terhadap TERDAKWA didakwa dengan dakwaan sebagai berikut:

A.IDENTITAS TERDAKWANama Lengkap:GunawanTempat Lahir : Ontario, KanadaUmur / Tanggal Lahir: 20 tahun / 14-02-1994Jenis Kelamin : Laki-lakiKebangsaan : IndonesiaTempat Tinggal: Jalan Percetakan Negara IV A/21, Jakarta PusatAgama : IslamPekerjaan: Mahasiswa

B.PENAHANAN Ditahan Penyidik Kepolisian Resort Jakarta Pusat tanggal 6 Maret 2014 sampai dengan tanggal 14 Maret 2014 Ditahan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat tanggal 15 Maret 2014 sampai dengan 30 Maret 2014 Ditahan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 31 Maret 2014 sampai dengan sekarang

C.DAKWAANPRIMER :Bahwa Ia GUNAWAN, bersama-sama dengan saksi HELENA pada tanggal 3 Maret 2014 atau setidak-tidaknya pada bulan Maret 2014, bertempat di Kemayoran, Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya ditempat lain yang termasuk didalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, atau setidak-tidaknya di suatu wilayah negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pasal 84 ayat (1) KUHAP Pengadilan Negeri Jakarta pusat memeriksa dan mengadili perkara tersebut, telah sengaja dan dengan rencana menghilangkan nyawa orang lain, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 sekitar pukul 17:30 WIB, KORBAN sesuai dengan perjanjian bertemu dengan SAKSI HELENA dan diantar ke tempat les KORBAN bersama dengan TERDAKWA menggunakan mobil. Bahwa pada saat KORBAN turun dari mobil TERDAKWA untuk les, SAKSI HELENA ikut turun , kemudian TERDAKWA mengajak SAKSI HELENA masuk kedalam mobil namun SAKSI HELENA menolak masuk kedalam mobil jika KORBAN tidak ikut masuk kedalam mobil. SAKSI HELENA dan TERDAKWA bersandiwara bertengkar hingga KORBAN tergerak. Bahwa di dalam mobil kemudian SAKSI HELENA memaksa KORBAN untuk menanggalkan seluruh pakaiannya, namun KORBAN menolak mengakibatkan SAKSI HELENA dan TERDAKWA naik pitam. TERDAKWA kemudian memukul, menendang leher KORBAN dengan kaki kiri, dan menyetrumnya. SAKSI HELENA juga memberikan beberapa pukulan. Bahwa kemudian KORBAN memilih untuk membuka bajunya sendiri, kemudian SAKSI HELENA dan TERDAKWA melanjutkan perjalanan sambil membungkam KORBAN dengan tissue dan kertas Koran. Bahwa pada sekitar pukul 21:25 WIB, di sekitar daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, SAKSI HELENA memegang dada KORBAN dan mendapati KORBAN telah tewas. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014, sekitar pukul 21:00 WIB, SAKSI HELENA dan TERDAKWA membuang jenazah KORBAN di pinggir jalan tol Bintara, Bekasi.Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam dengan Pasal 340 KUHP.

SUBSIDER :Bahwa Ia GUNAWAN, bersama-sama dengan saksi HELENA pada tanggal 3 Maret 2014 atau setidak-tidaknya pada bulan Maret 2014, bertempat di Kemayoran, Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya ditempat lain yang termasuk didalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, atau setidak-tidaknya di suatu wilayah negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pasal 84 ayat (1) KUHAP Pengadilan Negeri Jakarta pusat memeriksa dan mengadili perkara tersebut, telah sengaja dan dengan rencana menghilangkan nyawa orang lain, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 sekitar pukul 17:30 WIB, KORBAN sesuai dengan perjanjian bertemu dengan SAKSI HELENA dan diantar ke tempat les KORBAN bersama dengan TERDAKWA menggunakan mobil. Bahwa SAKSI HELENA dan TERDAKWA melakukan sandiwara sehingga KORBAN tidak jadi turun dari mobil. Bahwa kemudian SAKSI HELENA memaksa KORBAN untuk menanggalkan seluruh pakaiannya, namun KORBAN menolak mengakibatkan SAKSI HELENA dan TERDAKWA naik pitam. TERDAKWA kemudian memukul, menendang leher KORBAN dengan kaki kiri, dan menyetrumnya. Bahwa SAKSI HELENA juga memberikan beberapa pukulan. Bahwa kemudian KORBAN memilih untuk membuka bajunya sendiri, kemudian SAKSI HELENA dan TERDAKWA melanjutkan perjalanan sambil membungkam KORBAN dengan tissue dan kertas Koran. Bahwa pada sekitar pukul 21:25 WIB, di sekitar daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, SAKSI HELENA memegang dada KORBAN dan mendapati KORBAN telah tewas. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014, sekitar pukul 21:00 WIB, SAKSI HELENA dan TERDAKWA membuang jenazah KORBAN di pinggir jalan tol Bintara, Bekasi.Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam dengan Pasal 338 KUHP.

LEBIH SUBSIDER :Bahwa Ia GUNAWAN, bersama-sama dengan saksi HELENA pada tanggal 3 Maret 2014 atau setidak-tidaknya pada bulan Maret 2014, bertempat di Kemayoran, Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya ditempat lain yang termasuk didalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, atau setidak-tidaknya di suatu wilayah negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pasal 84 ayat (1) KUHAP Pengadilan Negeri Jakarta pusat memeriksa dan mengadili perkara tersebut, telah sengaja dan dengan rencana menghilangkan nyawa orang lain, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 sekitar pukul 17:30 WIB, KORBAN sesuai dengan perjanjian bertemu dengan SAKSI HELENA dan diantar ke tempat les KORBAN bersama dengan TERDAKWA menggunakan mobil. Bahwa SAKSI HELENA dan TERDAKWA melakukan sandiwara sehingga KORBAN tidak jadi turun dari mobil. Bahwa kemudian SAKSI HELENA memaksa KORBAN untuk menanggalkan seluruh pakaiannya, namun KORBAN menolak mengakibatkan SAKSI HELENA dan TERDAKWA naik pitam. TERDAKWA kemudian memukul, menendang leher KORBAN dengan kaki kiri, dan menyetrumnya. Bahwa SAKSI HELENA juga memberikan beberapa pukulan. Bahwa kemudian KORBAN memilih untuk membuka bajunya sendiri, kemudian SAKSI HELENA dan TERDAKWA melanjutkan perjalanan sambil membungkam KORBAN dengan tissue dan kertas Koran. Bahwa pada sekitar pukul 21:25 WIB, di sekitar daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, SAKSI HELENA memegang dada KORBAN dan mendapati KORBAN telah tewas. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014, sekitar pukul 21:00 WIB, SAKSI HELENA dan TERDAKWA membuang jenazah KORBAN di pinggir jalan tol Bintara, Bekasi.Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam dengan Pasal 353 KUHP.

II. FAKTA-FAKTA DI PERSIDANGANA. Keterangan saksi-saksi dan ahli1. Saksi Izhar Alyafarras dibawah sumpah menurut agamanya pada pokoknya menerangkan di persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani menyatakan tidak mengenal TERDAKWA, tidak memiliki hubungan darah, semenda, ataupun pekerjaan dengan TERDAKWA; Bahwa saksi menyatakan keterangan dan tanda tangan yang ada dalam Berita Acara Penyidikan Pemeriksaan Saksi adalah miliknya; Bahwa saksi adalah petugas Derek Tol Jasa Marga dengan shift jam 02.00 WIB - 08.00 WIB. Bahwa pada tanggal 5 Maret 2014 sekitar pukul 04.00 WIB saksi dengan menggunakan mobil derek memasuki daerah Tol Bintara. Bahwa saksi sekilas melihat tubuh perempuan tergeletak di ruas Tol Bintara. Bahwa sekitar 10 meter dari penampakan tubuh, saksi memarkir mobil dereknya dan menghampiri tubuh tersebut dan mendapati jenazah perempuan yang tidak diketahui identitasnya. Bahwa saksi kemudian menelpon polisi untuk ditindaklanjuti.

2. Saksi Helena dibawah sumpah menurut agamanya pada pokoknya menerangkan di persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani menyatakan mengenal TERDAKWA, tidak memiliki hubungan darah maupun semenda, dan tidak memiliki hubungan pekerjaan dengan TERDAKWA, serta bersedia memberikan keterangan; Bahwa saksi menyatakan keterangan dan tanda tangan yang ada dalam Berita Acara Penyidikan Pemeriksaan Saksi adalah miliknya; Bahwa rencana penculikan KORBAN yang direncanakan saksi dan TERDAKWA telah direncanakan seminggu sebelum tanggal 3 Maret 2014. Bahwa sebenarnya saksi dan TERDAKWA hanya berniat untuk menculik dan membuat KORBAN jera, tidak ada niatan untuk membunuh. Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 sekitar pukul 17.00 WIB saksi sudah bersiap di Stasiun Gondangdia untuk bertemu KORBAN. Bahwa sekitar pukul 17.30 WIB sesuai perjanjian saksi bertemu dengan KORBAN dan sesuai rencana bersandiwara secara kebetulan bertemu dengan TERDAKWA. Bahwa saksi dan TERDAKWA kemudian menawarkan untuk mengantar KORBAN ke tempat les bahasa Jerman menggunakan mobil TERDAKWA. Bahwa setelah sampai di tempat les, KORBAN turun dari mobil. Saksi dan TERDAKWA bersandiwara, bertengkar mengakibatkan saksi ikut turun dari mobil. Bahwa TERDAKWA menyuruh saksi untuk kembali masuk ke mobil namun saksi menolak. Bahwa saksi menyatakan hanya akan masuk mobil jika KORBAN turut masuk kedalam mobil. Bahwa ketika KORBAN masuk ke mobil, saksi duduk di sebelah KORBAN dan memaksa KORBAN untuk membuka pakaian. Bahwa ketika mobil berjalan, KORBAN tetap menolak untuk membuka pakaian sampai akhirnya saksi menggampar pipi KORBAN dan KORBAN akhirnya melucuti pakaiannya satu persatu. Bahwa sepanjang perjalanan saksi diminta TERDAKWA untuk membungkam mulut KORBAN dengan tissue dan koran agar KORBAN tidak berisik. Bahwa TERDAKWA menendang leher KORBAN menggunakan kaki kiri dan memukul KORBAN beberapa kali. Bahwa TERDAKWA mengeluarkan alat setrum taser dan menyetrum KORBAN selama perjalanan. Bahwa sepanjang perjalanan KORBAN disetrum dan saksi menjambak KORBAN. Bahwa sekitar pukul 21.25 WIB saksi memegang dada KORBAN dan mendapati KORBAN sudah tidak bernafas. Bahwa saksi memakaikan kembali pakaian KORBAN. Bahwa sekitar pukul 02.00 WIB mobil TERDAKWA melewati daerah Kemayoran dan mobilnya mogok. Bahwa TERDAKWA menelfon temannya, PUTRA SYAH, untuk datang membantu membetulkan aki. Bahwa sekitar pukul 02.25 WIB PUTRA SYAH datang dan bertanya siapa yang duduk dibelakang, saksi menutup jenazah korban dengan selimut dan TERDAKWA menjawab mayat dengan nada bercanda. Bahwa sekitar pukul 21.00 WIB TERDAKWA dan saksi membuang jasad KORBAN di ruas Tol Bintara, Bekasi.

TANGGAPAN TERDAKWA: Bahwa TERDAKWA mengatakan saksi juga memukul KORBAN beberapa kali.

3. Saksi Putra Syah dibawah sumpah menurut agamanya pada pokoknya menerangkan di persidangan sebagai berikut:

Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani menyatakan mengenal TERDAKWA, tidak memiliki hubungan darah, semenda, ataupun pekerjaan dengan TERDAKWA; Bahwa saksi menyatakan keterangan dan tanda tangan yang ada dalam Berita Acara Penyidikan Pemeriksaan Saksi adalah miliknya; Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 sekitar pukul 02.00 WIB, TERDAKWA menelfon saksi meminta bantuan karena mobilnya mogok. Bahwa pada sekitar pukul 02.25 WIB saksi sampai di Kemayoran dan bertemu dengan TERDAKWA. Bahwa ketika saksi membetulkan mobil TERDAKWA, saksi melihat sosok perempuan yang menunduk dan tertutup selimut di kursi belakang. Bahwa saksi bertanya siapa yang duduk dikursi belakang dan TERDAKWA menjawab bahwa yang duduk dibelakang adalah mayat. Bahwa saksi menganggap TERDAKWA bercanda dan setelah selesai membenarkan aki mobil TERDAKWA, saksi pulang kerumahnya.

4. Ahli Prof.Dr.Arnold Subhan Sp.f dibawah sumpah menurut agamanya pada pokoknya menerangkan di persidangan sebagai berikut;

Bahwa ahli adalah ahli di bidang Forensik dan Medikolegal Bahwa ahli menerangkan berdasarkan hasil pemeriksaan di tenggorokan KORBAN ditemukan gumpalan koran dan tissue yang menyebabkan KORBAN tersedak. Bahwa ahli menerangkan berdasarkan hasil pemeriksaan di leher, lengan dan perut KORBAN ditemukan luka memar dan lebam bekas penganiayaan. Bahwa ahli menerangkan berdasarkan hasil pemeriksaan, efek electric shock yang diterima KORBAN karena disetrum alat setrum listrik secara berkepanjangan dengan aliran 2-5 mA mengakibatkan seluruh otot KORBAN tegang sehingga KORBAN susah untuk bergerak. Bahwa ahli menerangkan berdasarkan hasil pemeriksaan, penyebab matinya KORBAN adalah karena tersedak dan tidak bisa bernafas.

B. KETERANGAN TERDAKWA

TERDAKWA GUNAWAN, di depan persidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

Bahwa TERDAKWA pernah diperiksa dan membenarkan keterangannya dalam penyidikan; Bahwa TERDAKWA adalah mahasiswa tingkat 1 di Universitas Swasta di Jakarta. Bahwa TERDAKWA mengakui telah merencanakan hal ini dari jauh-jauh hari namun bukan pembunuhan melainkan penculikan. Bahwa TERDAKWA mengakui mobilnya lah yang dipakai untuk menculik KORBAN. Bahwa TERDAKWA mengakui TERDAKWA menendang leher KORBAN ketika KORBAN menolak untuk menanggalkan pakaian. Bahwa TERDAKWA mengakui TERDAKWA beberapa kali memukul KORBAN didaerah lengan dan perut. Bahwa TERDAKWA mengakui mempunyai alat setrum taser dan menyetrum KORBAN selama perjalanan. Bahwa TERDAKWA mengakui menyuruh SAKSI HELENA untuk menyumpal mulut KORBAN dengan koran. Bahwa TERDAKWA mengakui mobilnya mogok di daerah Kemayoran. Bahwa TERDAKWA mengakui meminta bantuan PUTRA SYAH untuk membetulkan aki mobilnya. Bahwa TERDAKWA mengakui memberitahu PUTRA SYAH bahwa yang duduk di kursi penumpang belakang adalah mayat, namun TERDAKWA menyampaikannya dengan nada bercanda. Bahwa TERDAKWA mengakui membuang jenazah KORBAN di ruas Tol Bintara, Bekasi.

C. ALAT BUKTI Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Forensik No.Lab : 1340/NNF/2014 tertanggal 10 Maret 2014 yang ditandatangani oleh Ridwan Sugandi, Mahardika Johan,S.Si.,Apt., dan Radivan Ramadhan S.T. Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Forensik No. Lab :1980/NNF/2014 tertanggal 10 Maret 2014 yang ditandatangani oleh Ridwan Sugandi, Mahardika Johan,S.Si.,Apt., dan Radivan Ramadhan S.T. Satu buah Kartu Tanda Mahasiswa Nomor 1206783902 atas nama GUNAWAN.

D. BARANG BUKTI 1 (satu) buah alat setrum taser dengan besar arus 2-10 mA. 1 (satu) buah selimut berwarna kuning. Mobil Nissan March berwarna putih berplat B 413 IK Robekan koran SINDO tertanggal 12 Februari 2014 Gumpalan tissue Jenazah KORBAN

III. ANALISA FAKTAMajelis Hakim Yang Mulia,Tim Penasihat Hukum Yang Kami Hormati,Sidang Yang Kami Muliakan.Sebelum kami membahas unsur-unsur yuridis atas perbuatan yang dilanggar TERDAKWA, maka berdasarkan persesuaian antara alat-alat bukti yang sah dan barang-barang bukti yang terungkap di persidangan sebagaimana tersebut di atas, maka diperoleh fakta hukum sebagai berikut:-Bahwa benar TERDAKWA adalah seorang Warga Negara Indonesia berdasarkan No. Kartu Penduduk 12344567656789901;-Bahwa benar TERDAKWA merupakan kekasih SAKSI HELENA, mantan kekasih KORBAN ADELIA SUWITO, dan teman dari SAKSI PUTRA SYAH;-Bahwa benar TERDAKWA merupakan pemiliki dari kendaraan Nissan March berwarna putih dengan nomor polisiB 413 IK;-Bahwa benar TERDAKWA merencanakan bertemu dengan KORBAN bersama dengan SAKSI HELENA di Stasiun Gondangdia pada tanggal 3 Maret 2014;-Bahwa benar TERDAKWA kemudian mengantarakan KORBAN ke tempat lesnya di kawasan Menteng;-Bahwa benar TERDAKWA dan SAKSI HELENA melakukan sandiwara agar KORBAN kembali masuk ke dalam mobil TERDAKWA;-Bahwa benar TERDAKWA dan SAKSI HELENA kemudian melakukan penganiayaan dengan cara memukul, menendang sarta menyetrum KORBAN;-Bahwa benar TERDAKWA dan SAKSI HELENA selama perjalanan membungkam mulut KORBAN dengan tisu dan kertas Koran;-Bahwa benar TERDAKWA mengetahui KORBAN telah meninggal berdasarkan keterangan SAKSI HELENA, setelah SAKSI HELENA memegang dada KORBAN;-Bahwa benar TERDAKWA megalami mogok di bilangan Kemayoran pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 02.00 WIB, yang kemudian menelfon temannnya (SAKSI SAUM RIYADI) untuk meminta bantuan membetulkan mobilnya;-Bahwa benar TERDAKWA mengatakan pada SAKSI SAUM RIYADI bahwa TERDAKWA dan SAKSI HELENA membawa mayat di dalam mobil tersebut;-Bahwa benar TERDAKWA dan SAKSI HELENA membuang jenazah korban di pinggir Tol Bintara, Bekasi pada tanggal 4 Maret 2014 sekitar pukul 21.00;- Bahwa benar SAKSI IZHAR ALYAFARRAS yang menemukan jenzah KORBAN di pingggir Tol Bintara, Bekasi ketika melakukan Patroli Mobil Derek;-Bahwa benar SAKSI IZHAR ALYAFARASS kemudian melaporkan temuannya melalui radio di mobil dereknya;-Bahwa benar SAKSI IZHAR ALYAFARRAS menunggu hingga 2 petugas kepolisisan datang, kemudian melakukan laporan dan meninggalkan lokasi;- Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Forensik No.Lab : 1340/NNF/2014 tertanggal 10 Maret 2014 yang ditandatangani oleh Ridwan Sugandi, Mahardika Johan,S.Si.,Apt., dan Radivan Ramadhan S.T. ditemukan :Tisu dan kertas Koran dikerongkongan KORBAN;Luka bakar akibat diestrum di bagian pinggang KORBAN;Memar di bagian perut, lengan, leher, dan juga kepala KORBAN;Tulang leheryang patah akibat benturan, pukulan, atau tendangan yang keras;Perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir pada tubuh KORBAN;Kondisi Paru-paru KORBAN yang mengempis diakibatkan kurangnya oksigen yang masuk.-Bahwa benar pada tanggal 6 Maret 2014, Tim Kepolisian Jakarta Pusat menangkap TERDAKWA dan SAKSI HELENA di rumahnya masing-masing;-Bahwa benar ditemukan alat setrum dan mobil TERDAKWA di sekitar rumah TERDAKWA oleh Tim Kepolisian pada tanggal 6 Maret 2014.

IV. ANALISA YURIDIS

Majelis Hakim yang mulia,Penasihat Hukum yang kami hormati,Sidang yang kami banggakan.

Dengan usainya kami menguraikan pembuktian terhadap perbuatan yang didakwakan pada TERDAKWA, maka kami melanjutkan dengan uraian pembuktian yuridis yang merupakan materi pokok dari seluruh tuntutan pidana kami, yaitu mengenai tindak pidana apakah yang telah dilakukan oleh TERDAKWA dan apakah TERDAKWA bersalah atas tindak pidana tersebut atau tidak.

Bertolak dari apa yang kami kemukakan di atas, kami mengajak Majelis Hakim untuk bersama-sama mengikuti uraian secara yuridis atas pembuktian terhadap kesalahan TERDAKWA yang kami uraikan sebagai berikut:

DAKWAAN PRIMER:Dalam dakwaan ini TERDAKWA melanggar pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang unsur-unsur tindak pidananya adalah sebagai berikut:a. Barangsiapab. Sengajac. Dengan Rencana Lebih Dahulud. Merampas Nyawa Orang Lain

ad.a Unsur Barang SiapaAdalah setiap orang sebagai subjek hukum pengemban hak dan kewajiban yang mampu dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan-perbuatannya, dan tidak ada dasar pembenar maupun pemaaf, atau dasar yang dapat meniadakan hukuman, yang melekat pada dirinya.Mengenai dasar-dasar yang meniadakan hukuman, Drs. P. A. F. Lamintang, S. H. dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Hukuman Pidana Indonesia; penerbit P. T. Citra Aditya Bakti, Bandung; cetakan ketiga tahun 1997; pada halaman 388 menyatakan:

Dasar-dasar yang meniadakan hukuman atau strafuitsluitingsgronden itu antara lain dapat kita jumpai dalam buku ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu:a. Di dalam Bab III: Pasal 44 KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang ontoerekeningsvatbaar atau orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya;b. Di dalam Bab III: Pasal 48 KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang berada di dalam suatu overmacht;c. Di dalam Bab III: Pasal 49 ayat (1) KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang melakukan suatu noodweer;d. Di dalam Bab III: Pasal 49 ayat (2) KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan yang pada hakikatnya merupakan suatu noodweerexces;e. Di dalam Bab III: Pasal 50 KUHP tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu perbuatan untuk melaksanakan sesuatu perbuatan perundang-undangan;f. Di dalam Bab III: Pasal 51 ayat (1) KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan untuk melaksanakan suatu ambtelijk bevel atau suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh kekuasaan yang berwenang untuk memberikan perintah semacam itu;g. Di dalam Bab III: Pasal 51 ayat (2) KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan untuk melaksanakan suatu ambelijk bevel atau suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh kekuasaan yang tidak berwenang untuk memberikan perintah semacam itu, asalkan perintah tersebut oleh orang yang mendapat perintah dengan itikad baik telah dianggap sebagai suatu perintah yang telah diberikan oleh kekuasaan yang memang berwenang untuk memberikan perintah seperti itu dan pelaksanaan dari perintah tersebut memang terletak di dalam lingkungan pekerjaannya;h. Di dalam Bab V: Pasal 59 KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya pengurus atau komisaris-komisaris karena pelanggaran yaitu apabila pelanggaran tersebut telah terjadi di luar pengetahuan mereka.

Jan Remmelink dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia; P. T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; Tahun 2003; pada halaman 213 mengutip pendapat dari Prof. Van Hamel yang mengatakan bahwa:

Kemampuan untuk bertanggung jawab secara hukum adalah suatu kondisi kematangan dan kenormalan psikis yang mencakup tiga kemampuan lainnya, yakni:1. Memahami arah-tujuan faktual dari tindakan sendiri;2. Kesadaran bahwa tindakan tersebut secara sosial dilarang;3. Adanya kehendak bebas berkenaan dengan tindakan tersebut.

Memmorie van Toelichting menyatakan bahwa tidak ada pertanggungjawaban pidana kecuali bila tindak pidana tersebut dapat diperhitungkan pada pelaku dan tidak ada perhitungan demikian bila tidak ditemukan adanya kebebasan pelaku untuk bertindak, kebebasan memilih untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang dilarang atau justru diwajibkan oleh undang-undang, sehingga pelaku tidak menyadari bahwa tindakan tersebut dilarang dan tidak mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya tersebut.

Bahwa dalam perkara ini subjek hukum yang dihadapkan sebagai TERDAKWA di dalam persidangan adalah GUNAWAN dengan identitas lengkap sebagaimana yang telah disebutkan dan telah dibenarkan oleh TERDAKWA di awal persidangan, serta telah menyatakan bahwa dirinya dalam keadaan sehat baik secara jasmani maupun rohani.Bahwa TERDAKWA dalam melakukan tindak pidana yang Jaksa Penuntut Umum dakwakan tidak memiliki kualifikasi sebagai subjek hukum yang tidak mampu dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan-perbuatannya serta tidak ada dasar pembenar maupun pemaaf, atau dasar yang dapat meniadakan hukuman, yang melekat pada TERDAKWA.Bahwa dengan melihat latar belakang pendidikan TERDAKWA, TERDAKWA dipandang memiliki kemampuan intelegensi yang mencukupi untuk dapat memahami tujuan dari tindakannya sendiri, memiliki kesadaran untuk mengetahui apabila tindakan yang dilakukannya secara sosial dilarang, dan memiliki kehendak yang bebas dalam melakukan setiap perbuatannya.Bahwa dengan TERDAKWA telah mengakui identitasnya dan tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa terdapat alasan pemaaf atau pembenar dalam diri TERDAKWA, maka dengan ini TERDAKWA mampu untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanya.

Dengan demikian, maka unsur Barang siapa terpenuhi

ad.b Unsur SengajaBahwa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak memberikan definisi tentang apa yang maksud "dengan sengaja" namun DaIam MvT "sengaja" berarti "Willens en weten" (menghendaki dan mengetahui), yang berarti bahwa sipembuat menghendaki apa yang dilakukannya dan harus mengetahui apa yang dikehendakinya. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja harus menghendaki atau menginsyafi tindakan tersebut atau akibatnya.Kemudian para pakar hukum pidana membagi tingkatt sengaja, yaitu:1. Sengaja sebagai niat (Opzet als oormeerk), yakni bila orang sengaja melakukan suatu tindak pidana dengan maksud untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya;2. Sengaja dengan kesadaran Pasti terjadi (Opzet bij zekerheids bewijzijn), yaitu bila orang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sedang ia menyadari bahwa suatu hal lain yang tidak dimaksudkan sebagai tujuan pasti akan terjadi; 3. Sengaja dengan insyaf akan kemungkinan (Dolus eventuQlis), yaitubila orang melakukan suatu perbuatan, sedang ia mengetahui bahwa mungkin perbuatan yang dilakukannya itu akan menimbulkan akibat lain yang tidak dimaksudkan. Bahwa kesengajaan yang dimaksudkan dalam pasal 340 KUHP adalah bentuk kesengajaann yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu. Oleh karena itu kesengajaan dalam pasal ini masuk dalam kualifikasi Sengaja sebagai niat (Opzet Qls oormeerk). Hal ini mengandung pengertian bahwa kematian korban ADELINA SUWITO memang dikehendaki sebagai niat untuk melakukan tujuan dimaksud. Fakta yang menerangkan tentang adanya kesengajaan ini, TERDAKWA GUNAWAN memiliki kehendak dan keinsyafan untuk menyetrum, memukul dan menyumpal korban dengan tisu dan kertas untuk membunuh ADELINA SUWITO.Dengan demikian, maka unsur Sengaja terpenuhi

ad.c Unsur Dengan rencana lebih dahuluartinya terdapat suatu tenggang waktu dalam mana dilakukan pertimbangan dan pemikiran yang tenang. Pelaku harus dapat memperhitungkan makna dan akibat-akibat perbuatannya, dalam suatu suasana kejiwaan yang memungkinkan untuk berpikir.Bahwa dalam perkara ini, unsur dengan rencana lebih dahulu terlihat Sewaktu TERDAKWA GUNAWAN menyiksa terdapat jeda waktu untuk berpikir untuk meneruskan penyiksaan atau menghentikan. Unsur perencanaan juga terlihat dari alat-alat dan skenario yang disiapkan kedua terdakwa untuk menyiksa Ade Sara.

ad.d Unsur Merampas Nyawa Orang lainartinya adalah suatu perbuatan yang merampas hak hidup sesorang, merampas nyawa orang lain adalah suatu perbuatan yang meniadakan hidup seseorang dengan segala cara. Fakta yang menerangkan tentang menghilangkan nyawa orang lain" dapat dibuktikan adalah bahwa TERDAKWA GUNAWAN menyetrum ADELINA SUWITO, kemudian melakukan pemukulan berkali-kali serta menyumpal mulut korban dengan tisu dan kertas Koran sehingga korban meninggal dunia.

Dengan demikian unsur merampas nyawa orang lain telah terpenuhi

Dengan terpenuhinya unsur-unsur dalam dakwaan, maka DAKWAAN KESATU terbukti secara sah dan meyakinkan

ATAU

DAKWAAN SUBSIDAIRDalam dakwaan ini TERDAKWA melanggar pasaL 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang unsur-unsur tindak pidananya adalah sebagai berikut:a. Barangsiapab. Sengajac. Merampas Nyawa Orang Lain

ad.a Unsur Barang Siapaadalah setiap orang sebagai subjek hukum pengemban hak dan kewajiban yang mampu dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan-perbuatannya, dan tidak ada dasar pembenar maupun pemaaf, atau dasar yang dapat meniadakan hukuman, yang melekat pada dirinya.Mengenai dasar-dasar yang meniadakan hukuman, Drs. P. A. F. Lamintang, S. H. dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Hukuman Pidana Indonesia; penerbit P. T. Citra Aditya Bakti, Bandung; cetakan ketiga tahun 1997; pada halaman 388 menyatakan:

Dasar-dasar yang meniadakan hukuman atau strafuitsluitingsgronden itu antara lain dapat kita jumpai dalam buku ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu:a. Di dalam Bab III: Pasal 44 KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang ontoerekeningsvatbaar atau orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya;b. Di dalam Bab III: Pasal 48 KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang berada di dalam suatu overmacht;c. Di dalam Bab III: Pasal 49 ayat (1) KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang melakukan suatu noodweer;d. Di dalam Bab III: Pasal 49 ayat (2) KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan yang pada hakikatnya merupakan suatu noodweerexces;e. Di dalam Bab III: Pasal 50 KUHP tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu perbuatan untuk melaksanakan sesuatu perbuatan perundang-undangan;f. Di dalam Bab III: Pasal 51 ayat (1) KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan untuk melaksanakan suatu ambtelijk bevel atau suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh kekuasaan yang berwenang untuk memberikan perintah semacam itu;g. Di dalam Bab III: Pasal 51 ayat (2) KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan untuk melaksanakan suatu ambelijk bevel atau suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh kekuasaan yang tidak berwenang untuk memberikan perintah semacam itu, asalkan perintah tersebut oleh orang yang mendapat perintah dengan itikad baik telah dianggap sebagai suatu perintah yang telah diberikan oleh kekuasaan yang memang berwenang untuk memberikan perintah seperti itu dan pelaksanaan dari perintah tersebut memang terletak di dalam lingkungan pekerjaannya;h. Di dalam Bab V: Pasal 59 KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya pengurus atau komisaris-komisaris karena pelanggaran yaitu apabila pelanggaran tersebut telah terjadi di luar pengetahuan mereka.

Jan Remmelink dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia; P. T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; Tahun 2003; pada halaman 213 mengutip pendapat dari Prof. Van Hamel yang mengatakan bahwa:

Kemampuan untuk bertanggung jawab secara hukum adalah suatu kondisi kematangan dan kenormalan psikis yang mencakup tiga kemampuan lainnya, yakni:1. Memahami arah-tujuan faktual dari tindakan sendiri;2. Kesadaran bahwa tindakan tersebut secara sosial dilarang;3. Adanya kehendak bebas berkenaan dengan tindakan tersebut.

Memmorie van Toelichting menyatakan bahwa tidak ada pertanggungjawaban pidana kecuali bila tindak pidana tersebut dapat diperhitungkan pada pelaku dan tidak ada perhitungan demikian bila tidak ditemukan adanya kebebasan pelaku untuk bertindak, kebebasan memilih untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang dilarang atau justru diwajibkan oleh undang-undang, sehingga pelaku tidak menyadari bahwa tindakan tersebut dilarang dan tidak mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya tersebut.

Bahwa dalam perkara ini subjek hukum yang dihadapkan sebagai TERDAKWA di dalam persidangan adalah GUNAWAN dengan identitas lengkap sebagaimana yang telah disebutkan dan telah dibenarkan oleh TERDAKWA di awal persidangan, serta telah menyatakan bahwa dirinya dalam keadaan sehat baik secara jasmani maupun rohani.Bahwa TERDAKWA dalam melakukan tindak pidana yang Jaksa Penuntut Umum dakwakan tidak memiliki kualifikasi sebagai subjek hukum yang tidak mampu dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan-perbuatannya serta tidak ada dasar pembenar maupun pemaaf, atau dasar yang dapat meniadakan hukuman, yang melekat pada TERDAKWA.Bahwa dengan melihat latar belakang pendidikan TERDAKWA, TERDAKWA dipandang memiliki kemampuan intelegensi yang mencukupi untuk dapat memahami tujuan dari tindakannya sendiri, memiliki kesadaran untuk mengetahui apabila tindakan yang dilakukannya secara sosial dilarang, dan memiliki kehendak yang bebas dalam melakukan setiap perbuatannya.Bahwa dengan TERDAKWA telah mengakui identitasnya dan tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa terdapat alasan pemaaf atau pembenar dalam diri TERDAKWA, maka dengan ini TERDAKWA mampu untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanya.

Dengan demikian, maka unsur Barang siapa terpenuhi

ad.b Unsur SengajaBahwa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak memberikan definisi tentang apa yang maksud "dengan sengaja" namun DaIam MvT "sengaja" berarti "Willens en weten" (menghendaki dan mengetahui), yang berarti bahwa sipembuat menghendaki apa yang dilakukannya dan harus mengetahui apa yang dikehendakinya. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja harus menghendaki atau menginsyafi tindakan tersebut atau akibatnya.Kemudian para pakar hukum pidana membagi tingkatt sengaja, yaitu:1. Sengaja sebagai niat (Opzet als oormeerk), yakni bila orang sengaja melakukan suatu tindak pidana dengan maksud untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya;2. Sengaja dengan kesadaran Pasti terjadi (Opzet bij zekerheids bewijzijn), yaitu bila orang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sedang ia menyadari bahwa suatu hal lain yang tidak dimaksudkan sebagai tujuan pasti akan terjadi; 3. Sengaja dengan insyaf akan kemungkinan (Dolus eventuQlis), yaitubila orang melakukan suatu perbuatan, sedang ia mengetahui bahwa mungkin perbuatan yang dilakukannya itu akan menimbulkan akibat lain yang tidak dimaksudkan. Bahwa kesengajaan yang dimaksudkan dalam pasal 340 KUHP adalah bentuk kesengajaann yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu. Oleh karena itu kesengajaan dalam pasal ini masuk dalam kualifikasi Sengaja sebagai niat (Opzet Qls oormeerk). Hal ini mengandung pengertian bahwa kematian korban ADELINA SUWITO memang dikehendaki sebagai niat untuk melakukan tujuan dimaksud. Bahwa kesengajaan yang dimaksudkan dalam pasal 340 KUHP adalah bentuk kesengajaann yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu. Oleh karena itu kesengajaan dalam pasal ini masuk dalam kualifikasi Sengaja sebagai niat (Opzet Qls oormeerk). Hal ini mengandung pengertian bahwa kematian korban ADELINA SUWITO memang dikehendaki sebagai niat untuk melakukan tujuan dimaksud. Fakta yang menerangkan tentang adanya kesengajaan ini, TERDAKWA GUNAWAN memiliki kehendak dan keinsyafan untuk menyetrum, memukul dan menyumpal korban dengan tisu dan kertas untuk membunuh ADELINA SUWITODengan demikian, maka unsur Sengaja terpenuhi

ad.C Unsur Merampas Nyawa Orang lain

Artinya adalah suatu perbuatan yang merampas hak hidup sesorang, merampas nyawa orang lain adalah suatu perbuatan yang meniadakan hidup seseorang dengan segala cara. Fakta yang menerangkan tentang menghilangkan nyawa orang lain" dapat dibuktikan adalah bahwa TERDAKWA GUNAWAN menyetrum ADELINA SUWITO, kemudian melakukan pemukulan berkali-kali serta menyumpal mulut korban dengan tisu dan kertas Koran sehingga korban meninggal dunia.

Dengan demikian unsur merampas nyawa orang lain telah terpenuhi

Dengan terpenuhinya unsur-unsur dalam dakwaan, maka DAKWAAN Kedua terbukti secara sah dan meyakinkan

ATAU

DAKWAAN LEBIH SUBSIDAIR

Dalam dakwaan ini terdakwa melanggar Pasal 353 KUHP. Menurut Pasal 353 KUHP ada 3 macam penganiayanan berencana , yaitu: Penganiayaan berencana yang tidak berakibat luka berat atau kematian dan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun. Penganiayaan berencana yang berakibat luka berat dan dihukum dengan hukuman selama-lamanya 7 (tujuh) tahun. Penganiayaan berencana yang berakibat kematian dan dihukum dengan hukuman selama-lamanya 9 (Sembilan) tahun.Adapun yang didakwakan adalah Pasal 353 ayat (3) KUHP. Unsur-unsurnya adalah :

a. Dengan rencana terlebih dahulub. Melakukan penganiayaanc. Mengakibatkan kematian

ad.a. Unsur Dengan rencana terlebih dahulu

Bahwa yang dimaksud dengan unsur dengan rencana terlebih dahulu adalah antara lain : dengan rencana lebih dahulu diperlukan saat pemikiran dengan tenang dan berfikir dengan tenang. Untuk itu sudah cukup jika si pelaku berpikir sebentar saja sebelum atau pada waktu ia akan melakukan kejahatan sehingga ia menyadari apa yang dilakukannya.M.H. Tirtaamidjaja dalam bukunya mengutarakan direncanakan lebih dahulu antara lain sebagai : bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk mempertimbangkan, untuk berfikir dengan tenang.Sedangkan Chidir Ali, menyebutkan:Yang dimaksud dengan direncanakan lebih dahulu, adalah suatu saat untuk menimbang-nimbang dengan tenang, untuk memikirkan dengan tenang. Selanjutnya juga bersalah melakukan perbuatannya dengan hati tenang. Unsur penganiayaan berencana adalah direncanakan terlebih dahulu sebelum perbuatan dilakukan.

Bahwa kesengajaan yang dimaksudkan dalam pasal 353 ayat 3 KUHP adalah bentuk kesengajaan yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu. Oleh karena itu kesengajaan dalam pasal ini masuk dalam kualifikasi Sengaja sebagai niat (Opzet Qls oormeerk). Hal ini mengandung pengertian bahwa penganiayaan KORBAN memang dikehendaki sebagai niat untuk melakukan tujuan dimaksud.

Fakta yang menerangkan tentang adanya niat untuk membunuh KORBAN yang dilakukan secara terencana dapat dibuktikan sebagai berikut :

Bahwa berdasarkan keterangan TERDAKWA dan SAKSI HELENA, TERDAKWA dan SAKSI HELENA telah merencakan rencana jauh sebetul tanggal 3 Maret 2014 dengan detail sandiwara dan barang-barang apa saja yang akan dipakai untuk melaksanakan rencana.

Bahwa terdapat jangka waktu yang lama dari tahap merencanakan sampai pelaksanaan rencana dan perencanaan dilakukan dalam keadaan berfikir yang tenang dan sehat akal.

Dengan demikian, maka unsur Dengan rencana terpenuhi.

ad.b. Unsur Melakukan penganiayaanYang dimaksud perbuatan dalam penganiayaan adalah perbuatan dalam arti positif. Artinya perbuatan tersebut haruslah merupakan aktivitas atau kegiatan dari manusia dengan menggunakan (sebagaian) anggota tubuhnya sekalipun sekecil apapun perbuatan itu.

Selain bersifat positif, unsur perbuatan dalam tindak pidana penganiayaan juga bersifat abstrak. Artinya penganiayaan itu bisa dalam berbagai bentuk perbuatan seperti memukul, mencubit, mengiris, membacok, dan sebagainya.

Fakta yang menerangkan tentang adanya penganiayaan terhadap KORBAN adalah :

Bahwa berdasarkan keterangan TERDAKWA, TERDAKWA menendang leher KORBAN menggunakan kaki kiri.

Bahwa berdasarkan keterangan TERDAKWA, TERDAKWA melayangkan beberapa pukulan kearah perut dan lengan KORBAN.

Bahwa berdasarkan keterangan TERDAKWA dan barang bukti yang ada, TERDAKWA menyetrum KORBAN sepanjang perjalanan.

Bahwa berdasarkan keterangan SAKSI HELENA dan barang bukti yang ada, SAKSI HELENA menyumpal mulut KORBAN menggunakan tissue dan koran dan menjambak rambut KORBAN beberapa kali.

Bahwa berdasarkan hasil visum ditemukan luka bekas penganiayaan di sekujur tubuh KORBAN.

Dengan demikian unsur Melakukan penganiayaan telah terpenuhi.

ad.c. Unsur Mengakibatkan kematianDalam penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian, kematian bukanlah merupakan akibat yang dikehendaki pelaku. Pelaku hanya menghendaki timbulnya luka berat.

Perbedaan antara tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian dengan tindak pidana pembunuhan adalah terletak pada unsur-unsurnya. Adapun yang menjadi unsur penganiayaan yang mengakibatkan kematian adalah :a.Unsur kesengajaanb.Unsur perbuatanc.Unsur akibat perbuatan

Dalam tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian, yang menjadi akibat dari tindak pidana ini matinya orang. Namun yang perlu ditekankan bahwa kematian tersebut bukan merupakan akibat yang dikehendaki oleh sipelaku.d.Unsur akibat mana menjadi satu-satunya tujuan pelaku.Dalam tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian, yang menjadi tujuan pelaku hanyalah rasa sakit atau luka pada tubuh. Akibat kematian yang timbul bukan merupakan tujuan pelaku.Sedangkan yang menjadi unsur-unsur tindak pidana pembunuhan adalah :a.Unsur obyektif : menghilangkan nyawa orang lain.b.Unsur subyektif : dengan sengaja.

Menghilangkan nyawa orang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 338 KUHP harus memenuhi 3 syarat yaitu :a.Adanya wujud perbuatanb.Adanya akibat berupa kematian (orang lain)c.Adanya hubungan sebab akibat(causalitas verband)antara perbuatan dengan akibat yang berupa kematian.

Wujud perbuatan tersebut diatas tidak menunjuk pada perbuatan tertentu, tetapi bersifat abstrak sehingga wujud perbuatan menghilangkan nyawa dalam konteks pasal 338 KUHP tersebut dapat berupa bermacam-macam perbuatan, seperti membacok, memukul dan sebagainya.

Selain mensyaratkan adanya wujud perbuatan, tindak pidana pembunuhan juga mensyaratkan timbulnya akibat yaitu, berupa hilangnya nyawa orang lan, artinya tindak pidana pembunuhan itu baru terjadi setelah akibat hilangnya nyawa orang karena suatu perbuatan tertentu. Dalam tindak pidana pembunuhan akibat hilangnya nyawa orang merupaka tujuan pelaku.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa perbedaan antara tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian dengan Tindak pidana pembunuhan adalah sebagai berikut :1.Dalam tindak pidana penganiayaan yang menyebabkan kematian, akibat matinya korban bukan tujuan pelaku, sedangkan dalam tindak pidana pembunuhan matinya korban merupakan tujuan pelaku. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya niat dari pelaku untuk membunuh korban yang diwujudkan dengan perbuatan.2.Dalam pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian, antara perbuatan dan meninggalnya korban mempunyai jangka waktu, artinya korban tidak meninggal seketika perbuatan dilakukan, sedangkan dalam tindak pidana pembunuhan matinya korban seketika itu juga.

Fakta yang menerangkan tentang akibat kematian sebagai hasil penganiayaan adalah :Bahwa berdasarkan keterangan TERDAKWA dan SAKSI HELENA, yang direncanakan bukanlah pembunuhan namun penculikan dan penganiayaan agar menimbulkan efek jera biasa.

Bahwa berdasarkan keterangan TERDAKWA dan SAKSI HELENA, TERDAKWA dan SAKSI HELENA tidak menghendaki kematian KORBAN sebagai akibat dari penganiayaan.

Bahwa pada tanggal 4 maret 2014 sekira-kiranya pukul 21.00 WIB, KORBAN meninggal tersedak koran dan tissue yang dijejalkan SAKSI HELENA di mulut KORBAN.

Bahwa dengan demikian unsur Mengakibatkan kematian ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Dengan terpenuhinya unsur-unsur dalam DAKWAAN KETIGA maka DAKWAAN KETIGA terbukti secara sah dan meyakinkan.

V. PENUTUPMajelis Hakim Yang Mulia,Penasihat Hukum yang kami hormati,Sidang yang kami muliakan

Berdasarkan analisa terhadap unsur-unsur pasal yang didakwakan kepada TERDAKWA yang telah dibuktikan dan sepanjang pemeriksaan tidak ditemukan keadaan-keadaan yang dapat dijadikan dasar pemaaf atau pembenar pada diri TERDAKWA, maka Jaksa Penuntut Umum berkesimpulan bahwa TERDAKWA, GUNAWAN, telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dan dapat mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah dilakukannya secara pidana sebagaimana didakwakan dalam Pasal 340 jo. Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 353 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

TUNTUTAN PIDANA

Majelis Hakim Yang Mulia,

Kini tibalah saatnya bagi kami, Jaksa Penuntut Umum, untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap TERDAKWA sepadan dengan tindak pidana yang ia lakukan. Namun sebelumnya perkenankanlah kami untuk menyampaikan hal-hal yang dijadikan pertimbangan dalam pengajual tuntutan pidana ini yaitu sebagai berikut:

Hal-hal yang memberatkan :1. TERDAKWA tidak mengakui terus terang bahwa ia bersalah sehingga menyulitkan pemeriksaan di persidangan;

Hal-hal yang meringankan :1. TERDAKWA belum pernah dipidana sebelumnya.2. TERDAKWA menunjukkan perasaan bersalah dan menyesal.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka kami Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini untuk dan atas nama Negara

MENUNTUTAgar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan:

1. Menyatakan TERDAKWA, GUNAWAN terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, sesuai dengan dakwaan Kesatu Jaksa Penuntut Umum.2. Menyatakan TERDAKWA, GUNAWAN terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana dengan sengaja merampas nyawa orang lain, sesuai dengan dakwaan Kedua dari Jaksa Penuntut Umum.3. Menyatakan TERDAKWA, GUNAWAN terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana dengan rencana melakukan penganiayaan berakibat kematian, sesuai dengan dakwaan Ketiga dari Jaksa Penuntut Umum.4. Menjatuhkan pidana penjara 20 tahun kepada TERDAKWA5. Memerintahkan TERDAKWA untuk tetap ditahan.6. Menyatakan barang bukti dan alat bukti berupa:

BARANG BUKTI

1 (satu) buah alat setrum taser dengan besar arus 2-10 mA. 1 (satu) buah selimut berwarna kuning. Mobil Nissan March berwarna putih berplat B 413 IK Robekan koran SINDO tertanggal 12 Februari 2014 Gumpalan tissue Jenazah KORBAN

NO.JENIS BARANG BUKTIJUMLAHTEMPAT DITEMUKAN

1Alat setrum taser 1 (satu) buahRumah TERDAKWA

2Selimut berwarna kuning1 (satu) buahMobil TERDAKWA

3Mobil Nissan March berplat B 413 IK1 (satu) buahRumah TERDAKWA

4Gumpalan Tissue13 (tiga belas) lembarMobil TERDAKWA

5Koran SINDO tertanggal 12 Februari 20145 (lima) lembarMobil TERDAKWA

6Jenazah 1 (satu) buahRuas Tol Bintara

DAN

ALAT BUKTI SURATNO.JENIS ALAT BUKTI

1.Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium Forensik No.LAB :1340/NNF/2014 tertanggal 10 Maret 2014 yang ditandatangani oleh Ridwan Sugandi, Mahardika Johan,S.Si.,Apt., dan Radivan Ramadhan S.T.

2.Berita Acara Pemeriksaan LabotatoriumForensik No.LAB: 1980/NNF/2014 tertanggal 10 Maret 2014 yang ditandatangani oleh Drs. Ridwan Sugandi, Mahardika Johan, S. Si., Apt., dan Radivan Ramadhan S. T

3.Berita Acara Pemotretan terhadap barang bukti di Percetakan Negara, Jakarta Pusat

4. Kartu Tanda Mahasiswa Nomor 1206783902 atas nama GUNAWAN.

Dikembalikan kepada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat untuk digunakan untuk proses penuntutan perkara lainnya.

7. Menetapkan agar TERDAKWA membayar biaya perkara sebesar Rp4.000,- (empat ribu rupiah).

Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan batin dan keteguhan iman kepada Majelis Hakim dalam memutus perkara ini.

Demikian Surat Tuntutan Pidana ini kami bacakan dan serahkan dalam sidang hari ini,

Selasa, 15 April 2014

JAKSA PENUNTUT UMUM

Jaksa Penuntut Umum IJaksa Penuntut Umum II

(Alifa Dewi, S.H., M.H) (Natasha Anagi, S.H.,M.H) Jaksa Muda NIP.19780100 Jaksa Pratama NIP.19741001

1