KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

115
KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India, 1955) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana Hukum (S.H) pada Program Sarjana Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta OLEH : MIFTAHURRAHMAH NIM: 11160453000012 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2020 M / 1441 H

Transcript of KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

Page 1: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

The Citizenship Act of India 1955)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana Hukum

(SH) pada Program Sarjana Fakultas Syarirsquoah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

OLEH

MIFTAHURRAHMAH

NIM 11160453000012

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2020 M 1441 H

iii

v

ABSTRAK

Miftahurrahmah NIM 11160453000012 KEBIJAKAN

ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955) Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2019 M 1441 H x + 102 halaman

Studi ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemerintah

Indonesia dan India dalam mengambil langkah kebijakan alternatif

terhadap tuntutan dwikewarganegaraan yang terus disuarakan oleh Warga

Negara kedua negara yang berada di luar negeri Dengan melihat

perbedaan atas kebijakan yang dikeluarkan oleh masing-masing negara

dalam merespon situasi ini maka dapatlah mengetahui kekurangan dan

kelebihan atas kebijakan tersebut yang kemudian menjadi suatu kerangka

konsep yang dapat dikonstruksikan dengan melihat analisis terhadap

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan India Citizenship Act 1955

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian normatif dengan

pendekatan undang-undang (statue approach) teori dokumen-dokumen

Penelitian ini menggunakan bahan hukum yaitu bahan hukum primer dan

sekunder Hasil penelitian ini adalah memberikan kebijakan yang

akomodatif terhadap Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri

ataupun diaspora adalah mutlak diperlukan Undang-undang yang selama

ini dijadikan acuan terhadap pedoman kewarganegaraan belum mampu

menjawab tantangan Indonesia kedepan khususnya dalam bidang

dwikewarganegaraan yang mana masih terbatas kepada kewarganegaraan

ganda terbatas terhadap anak hasil kawin campur Lain halnya dengan

negara India yang telah mengeluarkan banyak kebijakan dalam merespon

tuntutan ini dimana mengeluarkan kartu PIO bagi warga negara India yang

berada diluar negeri dimana memiliki keistimewaan khusus bagi

pemiliknya

Kata Kunci Kebijakan Alternatif Dwikewarganegaraan

kewarganegaraan ganda terbatas

Pembimbing Dr Atep Abdurofiq M Si

Daftar Pustaka Dari tahun 1990 sampai 2020

vi

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Segala puji dan syukur tak hentinya terucap kepada Allah SWT

berkat nikmat anugerah dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH

ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis

UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

Citizenship Act of India 1955)rdquo

Shalawat serta salam penulis limpah curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang

diridhoi Allah SWT Dalam meneyelesaikan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bantuan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang amat besar

kepada

1 Dr Ahmad Tholabi Kharlie MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Para Wakil Dekan

2 Sri Hidayati MAg Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan

juga kepada Dr Masyrofah SAg MSi Sekretaris Program Studi

Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

3 Dr Mujar Ibnu Syarif MAg selaku Dosen penasihat akademik

penulis yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis agar

terus lebih baik lagi serta bermanfaat bagi dunia

4 Dr Atep Abdurofiq M Si Dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam

membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

skripsi ini dengan tepat waktu

vii

5 Segenap keluarga besar Konsulat Jenderal Republik Indonesia

(KJRI) Mumbai yang telah memberikan kesempatan untuk penulis

untuk berkontribusi dalam pengabdian terhadap negara Membuka

pikiran untuk penulis dalam memperoleh ide-ide dan gagasan

terhadap apa yang penulis angkat dalam skripsi ini terkhusus

kepada Bapak Konjen Ade Sukendar Konsul Sosial Budaya Ibu

Tennike Erman Konsul Ekonomi Bapak Yadi Suriahadi Sekretaris

IIKonsul Muda (Ekonomi) Bapak Soemarjanto Sekretaris

IIKonsul Muda Ibu Andini Fitriliah Abi yang penulis sayangi

Yustinus Budi Hartanto Dian Hayati Syamsuwir Kibe yang penulis

anggap layaknya kakak kandung sendiri serta seluruh staf KJRI

Mumbai yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya dosen Program Studi Hukum Tata

Negara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan

ikhlas semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau

serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk

beliau semua

7 Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Pimpinan dan segenap staf

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidyatullah Jakarta juga

Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Nasional Indonesia yang

telah menyediakan fasilitas yang memadai untuk mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kepada Ayahanda dan Ibunda yang sangat penulis cintai dua

malaikat yang Allah kirim untuk menyempurnakan hidup penulis

Bapak Zainuddin S Pd dan Ibu Nurhayati yang dengan cucuran

keringat dan air mata dapat menyekolahkan penulis hingga jenjang

S-1 terus mengirimkan doa dalam setiap sujud dan langkah mereka

untuk penulis dirantauan dengan tulus memberikan semangat serta

dorongan moriil untuk penulis Berkat doa Ayahanda dan Ibunda

viii

tersayang Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini Teruntuk

Kedua saudara kandungku tersayang Abang Rizwan SPd MPd

dan Adikku Ramadhani yang dengan sabar menghadapi penulis

memberikan semangat dan kasih sayang hingga penulis selalu ingin

memberikan apapun yang terbaik untuk keluarga tercinta

9 Keluarga besar Darus-Sunnah International Institute for Hadith

Sciences beribu salam tarsquodzim penulis haturkan kepada Khadim

Marsquohad Zia Ul Haramain dan Ibu Nyai Ulfah Uswatun Hasanah

beserta seluruh asatidz yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menimba ilmu mengajarkan kepada penulis makna

istiqamah tafaqquh fi al-rsquoilmi serta menanamkan semangat

bersyiar dalam agama kepada penulis Semoga ini menjadi bekal

penulis untuk melanjutkan hidup kedepan nanti

10 Keluarga besar Ahibba Darus-Sunnah 2017 sahabat penulis yang

dengan tulus menemani dan bersabar terhadap penulis mengajari

hal yang tidak penulis ketahui Nurmaelatussarsquoadah Aisyah Ali

Huwaida Richa Liska Caca Kamilah Rifqa Urwah Fikha Ismi

Bibil Titi Shinta Ilma dll

11 Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2016 yang telah membersamai penulis dari awal penulis

menginjakkan kaki di kota Jakarta Fadhilatur Rasyidah Lis Diana

Putri Andriani Kasip Fakhriansyah Arie Ekawie Baskhoro

Bintang Garda dll

12 Tim Immortality yang sungguh dramatis tapi begitu penulis

sayangi Nurmaelatussarsquoadah Nurlely Dhamayanti Arie Ekawie

Baskhoro dan Faisal Azkar Ghifari Semoga Allah jaga ukhuwah

kita sampai ke surga

13 Ustazah Sabariah MPd yang tidak akan lupa penulis sebutkan

Selalu memberikan support kepada penulis sejak di bangku

Madrasah Aliyah hingga penulis menyelesaikan pendidikan S-1

Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh kesah dan

ix

memberikan dorongan semangat motivasi kepada penulis a truly

sister by heart

14 Kepada teman-teman seperjuangan penulis di bangku sekolah

dahulu Alvina Siti Adelia Pratiwi Lidya Novita Nisa Rifqa

Munira Zelcha Savira Risa Chintya Izzah Amalina dan Cut Reni

Terima kasih sudah membersamai penulis dalam suka dan duka

saat penulis menempuh pendidikan di sekolah dan pondok

pesantren Semoga Allah satukan kita di surga-Nya

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca Sekian terima kasih

Wassalamualaikum

Jakarta 10 Maret 2020

Penulis

x

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 6

1 Identifikasi Masalah 6

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1 Tujuan Penelitian 9

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu 10

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian 12

F Teknik Penulisan 16

G Sistematika Penulisan 16

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep 18

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan 18

2 Konsep Dwikewarganegaraan 23

B Kerangka Teoritik 29

1 Teori Kebijakan Alternatif 29

2 Analisis Kebijakan Alternatif 33

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 2: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

iii

v

ABSTRAK

Miftahurrahmah NIM 11160453000012 KEBIJAKAN

ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955) Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2019 M 1441 H x + 102 halaman

Studi ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemerintah

Indonesia dan India dalam mengambil langkah kebijakan alternatif

terhadap tuntutan dwikewarganegaraan yang terus disuarakan oleh Warga

Negara kedua negara yang berada di luar negeri Dengan melihat

perbedaan atas kebijakan yang dikeluarkan oleh masing-masing negara

dalam merespon situasi ini maka dapatlah mengetahui kekurangan dan

kelebihan atas kebijakan tersebut yang kemudian menjadi suatu kerangka

konsep yang dapat dikonstruksikan dengan melihat analisis terhadap

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan India Citizenship Act 1955

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian normatif dengan

pendekatan undang-undang (statue approach) teori dokumen-dokumen

Penelitian ini menggunakan bahan hukum yaitu bahan hukum primer dan

sekunder Hasil penelitian ini adalah memberikan kebijakan yang

akomodatif terhadap Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri

ataupun diaspora adalah mutlak diperlukan Undang-undang yang selama

ini dijadikan acuan terhadap pedoman kewarganegaraan belum mampu

menjawab tantangan Indonesia kedepan khususnya dalam bidang

dwikewarganegaraan yang mana masih terbatas kepada kewarganegaraan

ganda terbatas terhadap anak hasil kawin campur Lain halnya dengan

negara India yang telah mengeluarkan banyak kebijakan dalam merespon

tuntutan ini dimana mengeluarkan kartu PIO bagi warga negara India yang

berada diluar negeri dimana memiliki keistimewaan khusus bagi

pemiliknya

Kata Kunci Kebijakan Alternatif Dwikewarganegaraan

kewarganegaraan ganda terbatas

Pembimbing Dr Atep Abdurofiq M Si

Daftar Pustaka Dari tahun 1990 sampai 2020

vi

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Segala puji dan syukur tak hentinya terucap kepada Allah SWT

berkat nikmat anugerah dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH

ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis

UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

Citizenship Act of India 1955)rdquo

Shalawat serta salam penulis limpah curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang

diridhoi Allah SWT Dalam meneyelesaikan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bantuan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang amat besar

kepada

1 Dr Ahmad Tholabi Kharlie MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Para Wakil Dekan

2 Sri Hidayati MAg Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan

juga kepada Dr Masyrofah SAg MSi Sekretaris Program Studi

Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

3 Dr Mujar Ibnu Syarif MAg selaku Dosen penasihat akademik

penulis yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis agar

terus lebih baik lagi serta bermanfaat bagi dunia

4 Dr Atep Abdurofiq M Si Dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam

membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

skripsi ini dengan tepat waktu

vii

5 Segenap keluarga besar Konsulat Jenderal Republik Indonesia

(KJRI) Mumbai yang telah memberikan kesempatan untuk penulis

untuk berkontribusi dalam pengabdian terhadap negara Membuka

pikiran untuk penulis dalam memperoleh ide-ide dan gagasan

terhadap apa yang penulis angkat dalam skripsi ini terkhusus

kepada Bapak Konjen Ade Sukendar Konsul Sosial Budaya Ibu

Tennike Erman Konsul Ekonomi Bapak Yadi Suriahadi Sekretaris

IIKonsul Muda (Ekonomi) Bapak Soemarjanto Sekretaris

IIKonsul Muda Ibu Andini Fitriliah Abi yang penulis sayangi

Yustinus Budi Hartanto Dian Hayati Syamsuwir Kibe yang penulis

anggap layaknya kakak kandung sendiri serta seluruh staf KJRI

Mumbai yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya dosen Program Studi Hukum Tata

Negara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan

ikhlas semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau

serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk

beliau semua

7 Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Pimpinan dan segenap staf

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidyatullah Jakarta juga

Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Nasional Indonesia yang

telah menyediakan fasilitas yang memadai untuk mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kepada Ayahanda dan Ibunda yang sangat penulis cintai dua

malaikat yang Allah kirim untuk menyempurnakan hidup penulis

Bapak Zainuddin S Pd dan Ibu Nurhayati yang dengan cucuran

keringat dan air mata dapat menyekolahkan penulis hingga jenjang

S-1 terus mengirimkan doa dalam setiap sujud dan langkah mereka

untuk penulis dirantauan dengan tulus memberikan semangat serta

dorongan moriil untuk penulis Berkat doa Ayahanda dan Ibunda

viii

tersayang Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini Teruntuk

Kedua saudara kandungku tersayang Abang Rizwan SPd MPd

dan Adikku Ramadhani yang dengan sabar menghadapi penulis

memberikan semangat dan kasih sayang hingga penulis selalu ingin

memberikan apapun yang terbaik untuk keluarga tercinta

9 Keluarga besar Darus-Sunnah International Institute for Hadith

Sciences beribu salam tarsquodzim penulis haturkan kepada Khadim

Marsquohad Zia Ul Haramain dan Ibu Nyai Ulfah Uswatun Hasanah

beserta seluruh asatidz yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menimba ilmu mengajarkan kepada penulis makna

istiqamah tafaqquh fi al-rsquoilmi serta menanamkan semangat

bersyiar dalam agama kepada penulis Semoga ini menjadi bekal

penulis untuk melanjutkan hidup kedepan nanti

10 Keluarga besar Ahibba Darus-Sunnah 2017 sahabat penulis yang

dengan tulus menemani dan bersabar terhadap penulis mengajari

hal yang tidak penulis ketahui Nurmaelatussarsquoadah Aisyah Ali

Huwaida Richa Liska Caca Kamilah Rifqa Urwah Fikha Ismi

Bibil Titi Shinta Ilma dll

11 Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2016 yang telah membersamai penulis dari awal penulis

menginjakkan kaki di kota Jakarta Fadhilatur Rasyidah Lis Diana

Putri Andriani Kasip Fakhriansyah Arie Ekawie Baskhoro

Bintang Garda dll

12 Tim Immortality yang sungguh dramatis tapi begitu penulis

sayangi Nurmaelatussarsquoadah Nurlely Dhamayanti Arie Ekawie

Baskhoro dan Faisal Azkar Ghifari Semoga Allah jaga ukhuwah

kita sampai ke surga

13 Ustazah Sabariah MPd yang tidak akan lupa penulis sebutkan

Selalu memberikan support kepada penulis sejak di bangku

Madrasah Aliyah hingga penulis menyelesaikan pendidikan S-1

Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh kesah dan

ix

memberikan dorongan semangat motivasi kepada penulis a truly

sister by heart

14 Kepada teman-teman seperjuangan penulis di bangku sekolah

dahulu Alvina Siti Adelia Pratiwi Lidya Novita Nisa Rifqa

Munira Zelcha Savira Risa Chintya Izzah Amalina dan Cut Reni

Terima kasih sudah membersamai penulis dalam suka dan duka

saat penulis menempuh pendidikan di sekolah dan pondok

pesantren Semoga Allah satukan kita di surga-Nya

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca Sekian terima kasih

Wassalamualaikum

Jakarta 10 Maret 2020

Penulis

x

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 6

1 Identifikasi Masalah 6

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1 Tujuan Penelitian 9

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu 10

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian 12

F Teknik Penulisan 16

G Sistematika Penulisan 16

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep 18

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan 18

2 Konsep Dwikewarganegaraan 23

B Kerangka Teoritik 29

1 Teori Kebijakan Alternatif 29

2 Analisis Kebijakan Alternatif 33

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 3: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

v

ABSTRAK

Miftahurrahmah NIM 11160453000012 KEBIJAKAN

ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955) Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2019 M 1441 H x + 102 halaman

Studi ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemerintah

Indonesia dan India dalam mengambil langkah kebijakan alternatif

terhadap tuntutan dwikewarganegaraan yang terus disuarakan oleh Warga

Negara kedua negara yang berada di luar negeri Dengan melihat

perbedaan atas kebijakan yang dikeluarkan oleh masing-masing negara

dalam merespon situasi ini maka dapatlah mengetahui kekurangan dan

kelebihan atas kebijakan tersebut yang kemudian menjadi suatu kerangka

konsep yang dapat dikonstruksikan dengan melihat analisis terhadap

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan India Citizenship Act 1955

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian normatif dengan

pendekatan undang-undang (statue approach) teori dokumen-dokumen

Penelitian ini menggunakan bahan hukum yaitu bahan hukum primer dan

sekunder Hasil penelitian ini adalah memberikan kebijakan yang

akomodatif terhadap Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri

ataupun diaspora adalah mutlak diperlukan Undang-undang yang selama

ini dijadikan acuan terhadap pedoman kewarganegaraan belum mampu

menjawab tantangan Indonesia kedepan khususnya dalam bidang

dwikewarganegaraan yang mana masih terbatas kepada kewarganegaraan

ganda terbatas terhadap anak hasil kawin campur Lain halnya dengan

negara India yang telah mengeluarkan banyak kebijakan dalam merespon

tuntutan ini dimana mengeluarkan kartu PIO bagi warga negara India yang

berada diluar negeri dimana memiliki keistimewaan khusus bagi

pemiliknya

Kata Kunci Kebijakan Alternatif Dwikewarganegaraan

kewarganegaraan ganda terbatas

Pembimbing Dr Atep Abdurofiq M Si

Daftar Pustaka Dari tahun 1990 sampai 2020

vi

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Segala puji dan syukur tak hentinya terucap kepada Allah SWT

berkat nikmat anugerah dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH

ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis

UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

Citizenship Act of India 1955)rdquo

Shalawat serta salam penulis limpah curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang

diridhoi Allah SWT Dalam meneyelesaikan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bantuan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang amat besar

kepada

1 Dr Ahmad Tholabi Kharlie MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Para Wakil Dekan

2 Sri Hidayati MAg Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan

juga kepada Dr Masyrofah SAg MSi Sekretaris Program Studi

Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

3 Dr Mujar Ibnu Syarif MAg selaku Dosen penasihat akademik

penulis yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis agar

terus lebih baik lagi serta bermanfaat bagi dunia

4 Dr Atep Abdurofiq M Si Dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam

membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

skripsi ini dengan tepat waktu

vii

5 Segenap keluarga besar Konsulat Jenderal Republik Indonesia

(KJRI) Mumbai yang telah memberikan kesempatan untuk penulis

untuk berkontribusi dalam pengabdian terhadap negara Membuka

pikiran untuk penulis dalam memperoleh ide-ide dan gagasan

terhadap apa yang penulis angkat dalam skripsi ini terkhusus

kepada Bapak Konjen Ade Sukendar Konsul Sosial Budaya Ibu

Tennike Erman Konsul Ekonomi Bapak Yadi Suriahadi Sekretaris

IIKonsul Muda (Ekonomi) Bapak Soemarjanto Sekretaris

IIKonsul Muda Ibu Andini Fitriliah Abi yang penulis sayangi

Yustinus Budi Hartanto Dian Hayati Syamsuwir Kibe yang penulis

anggap layaknya kakak kandung sendiri serta seluruh staf KJRI

Mumbai yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya dosen Program Studi Hukum Tata

Negara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan

ikhlas semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau

serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk

beliau semua

7 Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Pimpinan dan segenap staf

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidyatullah Jakarta juga

Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Nasional Indonesia yang

telah menyediakan fasilitas yang memadai untuk mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kepada Ayahanda dan Ibunda yang sangat penulis cintai dua

malaikat yang Allah kirim untuk menyempurnakan hidup penulis

Bapak Zainuddin S Pd dan Ibu Nurhayati yang dengan cucuran

keringat dan air mata dapat menyekolahkan penulis hingga jenjang

S-1 terus mengirimkan doa dalam setiap sujud dan langkah mereka

untuk penulis dirantauan dengan tulus memberikan semangat serta

dorongan moriil untuk penulis Berkat doa Ayahanda dan Ibunda

viii

tersayang Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini Teruntuk

Kedua saudara kandungku tersayang Abang Rizwan SPd MPd

dan Adikku Ramadhani yang dengan sabar menghadapi penulis

memberikan semangat dan kasih sayang hingga penulis selalu ingin

memberikan apapun yang terbaik untuk keluarga tercinta

9 Keluarga besar Darus-Sunnah International Institute for Hadith

Sciences beribu salam tarsquodzim penulis haturkan kepada Khadim

Marsquohad Zia Ul Haramain dan Ibu Nyai Ulfah Uswatun Hasanah

beserta seluruh asatidz yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menimba ilmu mengajarkan kepada penulis makna

istiqamah tafaqquh fi al-rsquoilmi serta menanamkan semangat

bersyiar dalam agama kepada penulis Semoga ini menjadi bekal

penulis untuk melanjutkan hidup kedepan nanti

10 Keluarga besar Ahibba Darus-Sunnah 2017 sahabat penulis yang

dengan tulus menemani dan bersabar terhadap penulis mengajari

hal yang tidak penulis ketahui Nurmaelatussarsquoadah Aisyah Ali

Huwaida Richa Liska Caca Kamilah Rifqa Urwah Fikha Ismi

Bibil Titi Shinta Ilma dll

11 Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2016 yang telah membersamai penulis dari awal penulis

menginjakkan kaki di kota Jakarta Fadhilatur Rasyidah Lis Diana

Putri Andriani Kasip Fakhriansyah Arie Ekawie Baskhoro

Bintang Garda dll

12 Tim Immortality yang sungguh dramatis tapi begitu penulis

sayangi Nurmaelatussarsquoadah Nurlely Dhamayanti Arie Ekawie

Baskhoro dan Faisal Azkar Ghifari Semoga Allah jaga ukhuwah

kita sampai ke surga

13 Ustazah Sabariah MPd yang tidak akan lupa penulis sebutkan

Selalu memberikan support kepada penulis sejak di bangku

Madrasah Aliyah hingga penulis menyelesaikan pendidikan S-1

Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh kesah dan

ix

memberikan dorongan semangat motivasi kepada penulis a truly

sister by heart

14 Kepada teman-teman seperjuangan penulis di bangku sekolah

dahulu Alvina Siti Adelia Pratiwi Lidya Novita Nisa Rifqa

Munira Zelcha Savira Risa Chintya Izzah Amalina dan Cut Reni

Terima kasih sudah membersamai penulis dalam suka dan duka

saat penulis menempuh pendidikan di sekolah dan pondok

pesantren Semoga Allah satukan kita di surga-Nya

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca Sekian terima kasih

Wassalamualaikum

Jakarta 10 Maret 2020

Penulis

x

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 6

1 Identifikasi Masalah 6

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1 Tujuan Penelitian 9

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu 10

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian 12

F Teknik Penulisan 16

G Sistematika Penulisan 16

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep 18

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan 18

2 Konsep Dwikewarganegaraan 23

B Kerangka Teoritik 29

1 Teori Kebijakan Alternatif 29

2 Analisis Kebijakan Alternatif 33

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 4: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

vi

KATA PENGANTAR

Assalamursquoalaikum Wr Wb

Segala puji dan syukur tak hentinya terucap kepada Allah SWT

berkat nikmat anugerah dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH

ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis

UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

Citizenship Act of India 1955)rdquo

Shalawat serta salam penulis limpah curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang

diridhoi Allah SWT Dalam meneyelesaikan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bantuan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang amat besar

kepada

1 Dr Ahmad Tholabi Kharlie MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Para Wakil Dekan

2 Sri Hidayati MAg Ketua Program Studi Hukum Tata Negara dan

juga kepada Dr Masyrofah SAg MSi Sekretaris Program Studi

Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

3 Dr Mujar Ibnu Syarif MAg selaku Dosen penasihat akademik

penulis yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis agar

terus lebih baik lagi serta bermanfaat bagi dunia

4 Dr Atep Abdurofiq M Si Dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam

membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

skripsi ini dengan tepat waktu

vii

5 Segenap keluarga besar Konsulat Jenderal Republik Indonesia

(KJRI) Mumbai yang telah memberikan kesempatan untuk penulis

untuk berkontribusi dalam pengabdian terhadap negara Membuka

pikiran untuk penulis dalam memperoleh ide-ide dan gagasan

terhadap apa yang penulis angkat dalam skripsi ini terkhusus

kepada Bapak Konjen Ade Sukendar Konsul Sosial Budaya Ibu

Tennike Erman Konsul Ekonomi Bapak Yadi Suriahadi Sekretaris

IIKonsul Muda (Ekonomi) Bapak Soemarjanto Sekretaris

IIKonsul Muda Ibu Andini Fitriliah Abi yang penulis sayangi

Yustinus Budi Hartanto Dian Hayati Syamsuwir Kibe yang penulis

anggap layaknya kakak kandung sendiri serta seluruh staf KJRI

Mumbai yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya dosen Program Studi Hukum Tata

Negara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan

ikhlas semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau

serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk

beliau semua

7 Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Pimpinan dan segenap staf

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidyatullah Jakarta juga

Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Nasional Indonesia yang

telah menyediakan fasilitas yang memadai untuk mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kepada Ayahanda dan Ibunda yang sangat penulis cintai dua

malaikat yang Allah kirim untuk menyempurnakan hidup penulis

Bapak Zainuddin S Pd dan Ibu Nurhayati yang dengan cucuran

keringat dan air mata dapat menyekolahkan penulis hingga jenjang

S-1 terus mengirimkan doa dalam setiap sujud dan langkah mereka

untuk penulis dirantauan dengan tulus memberikan semangat serta

dorongan moriil untuk penulis Berkat doa Ayahanda dan Ibunda

viii

tersayang Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini Teruntuk

Kedua saudara kandungku tersayang Abang Rizwan SPd MPd

dan Adikku Ramadhani yang dengan sabar menghadapi penulis

memberikan semangat dan kasih sayang hingga penulis selalu ingin

memberikan apapun yang terbaik untuk keluarga tercinta

9 Keluarga besar Darus-Sunnah International Institute for Hadith

Sciences beribu salam tarsquodzim penulis haturkan kepada Khadim

Marsquohad Zia Ul Haramain dan Ibu Nyai Ulfah Uswatun Hasanah

beserta seluruh asatidz yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menimba ilmu mengajarkan kepada penulis makna

istiqamah tafaqquh fi al-rsquoilmi serta menanamkan semangat

bersyiar dalam agama kepada penulis Semoga ini menjadi bekal

penulis untuk melanjutkan hidup kedepan nanti

10 Keluarga besar Ahibba Darus-Sunnah 2017 sahabat penulis yang

dengan tulus menemani dan bersabar terhadap penulis mengajari

hal yang tidak penulis ketahui Nurmaelatussarsquoadah Aisyah Ali

Huwaida Richa Liska Caca Kamilah Rifqa Urwah Fikha Ismi

Bibil Titi Shinta Ilma dll

11 Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2016 yang telah membersamai penulis dari awal penulis

menginjakkan kaki di kota Jakarta Fadhilatur Rasyidah Lis Diana

Putri Andriani Kasip Fakhriansyah Arie Ekawie Baskhoro

Bintang Garda dll

12 Tim Immortality yang sungguh dramatis tapi begitu penulis

sayangi Nurmaelatussarsquoadah Nurlely Dhamayanti Arie Ekawie

Baskhoro dan Faisal Azkar Ghifari Semoga Allah jaga ukhuwah

kita sampai ke surga

13 Ustazah Sabariah MPd yang tidak akan lupa penulis sebutkan

Selalu memberikan support kepada penulis sejak di bangku

Madrasah Aliyah hingga penulis menyelesaikan pendidikan S-1

Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh kesah dan

ix

memberikan dorongan semangat motivasi kepada penulis a truly

sister by heart

14 Kepada teman-teman seperjuangan penulis di bangku sekolah

dahulu Alvina Siti Adelia Pratiwi Lidya Novita Nisa Rifqa

Munira Zelcha Savira Risa Chintya Izzah Amalina dan Cut Reni

Terima kasih sudah membersamai penulis dalam suka dan duka

saat penulis menempuh pendidikan di sekolah dan pondok

pesantren Semoga Allah satukan kita di surga-Nya

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca Sekian terima kasih

Wassalamualaikum

Jakarta 10 Maret 2020

Penulis

x

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 6

1 Identifikasi Masalah 6

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1 Tujuan Penelitian 9

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu 10

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian 12

F Teknik Penulisan 16

G Sistematika Penulisan 16

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep 18

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan 18

2 Konsep Dwikewarganegaraan 23

B Kerangka Teoritik 29

1 Teori Kebijakan Alternatif 29

2 Analisis Kebijakan Alternatif 33

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 5: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

vii

5 Segenap keluarga besar Konsulat Jenderal Republik Indonesia

(KJRI) Mumbai yang telah memberikan kesempatan untuk penulis

untuk berkontribusi dalam pengabdian terhadap negara Membuka

pikiran untuk penulis dalam memperoleh ide-ide dan gagasan

terhadap apa yang penulis angkat dalam skripsi ini terkhusus

kepada Bapak Konjen Ade Sukendar Konsul Sosial Budaya Ibu

Tennike Erman Konsul Ekonomi Bapak Yadi Suriahadi Sekretaris

IIKonsul Muda (Ekonomi) Bapak Soemarjanto Sekretaris

IIKonsul Muda Ibu Andini Fitriliah Abi yang penulis sayangi

Yustinus Budi Hartanto Dian Hayati Syamsuwir Kibe yang penulis

anggap layaknya kakak kandung sendiri serta seluruh staf KJRI

Mumbai yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

6 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya dosen Program Studi Hukum Tata

Negara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan tulus dan

ikhlas semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau

serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk

beliau semua

7 Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Pimpinan dan segenap staf

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidyatullah Jakarta juga

Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Nasional Indonesia yang

telah menyediakan fasilitas yang memadai untuk mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini

8 Kepada Ayahanda dan Ibunda yang sangat penulis cintai dua

malaikat yang Allah kirim untuk menyempurnakan hidup penulis

Bapak Zainuddin S Pd dan Ibu Nurhayati yang dengan cucuran

keringat dan air mata dapat menyekolahkan penulis hingga jenjang

S-1 terus mengirimkan doa dalam setiap sujud dan langkah mereka

untuk penulis dirantauan dengan tulus memberikan semangat serta

dorongan moriil untuk penulis Berkat doa Ayahanda dan Ibunda

viii

tersayang Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini Teruntuk

Kedua saudara kandungku tersayang Abang Rizwan SPd MPd

dan Adikku Ramadhani yang dengan sabar menghadapi penulis

memberikan semangat dan kasih sayang hingga penulis selalu ingin

memberikan apapun yang terbaik untuk keluarga tercinta

9 Keluarga besar Darus-Sunnah International Institute for Hadith

Sciences beribu salam tarsquodzim penulis haturkan kepada Khadim

Marsquohad Zia Ul Haramain dan Ibu Nyai Ulfah Uswatun Hasanah

beserta seluruh asatidz yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menimba ilmu mengajarkan kepada penulis makna

istiqamah tafaqquh fi al-rsquoilmi serta menanamkan semangat

bersyiar dalam agama kepada penulis Semoga ini menjadi bekal

penulis untuk melanjutkan hidup kedepan nanti

10 Keluarga besar Ahibba Darus-Sunnah 2017 sahabat penulis yang

dengan tulus menemani dan bersabar terhadap penulis mengajari

hal yang tidak penulis ketahui Nurmaelatussarsquoadah Aisyah Ali

Huwaida Richa Liska Caca Kamilah Rifqa Urwah Fikha Ismi

Bibil Titi Shinta Ilma dll

11 Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2016 yang telah membersamai penulis dari awal penulis

menginjakkan kaki di kota Jakarta Fadhilatur Rasyidah Lis Diana

Putri Andriani Kasip Fakhriansyah Arie Ekawie Baskhoro

Bintang Garda dll

12 Tim Immortality yang sungguh dramatis tapi begitu penulis

sayangi Nurmaelatussarsquoadah Nurlely Dhamayanti Arie Ekawie

Baskhoro dan Faisal Azkar Ghifari Semoga Allah jaga ukhuwah

kita sampai ke surga

13 Ustazah Sabariah MPd yang tidak akan lupa penulis sebutkan

Selalu memberikan support kepada penulis sejak di bangku

Madrasah Aliyah hingga penulis menyelesaikan pendidikan S-1

Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh kesah dan

ix

memberikan dorongan semangat motivasi kepada penulis a truly

sister by heart

14 Kepada teman-teman seperjuangan penulis di bangku sekolah

dahulu Alvina Siti Adelia Pratiwi Lidya Novita Nisa Rifqa

Munira Zelcha Savira Risa Chintya Izzah Amalina dan Cut Reni

Terima kasih sudah membersamai penulis dalam suka dan duka

saat penulis menempuh pendidikan di sekolah dan pondok

pesantren Semoga Allah satukan kita di surga-Nya

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca Sekian terima kasih

Wassalamualaikum

Jakarta 10 Maret 2020

Penulis

x

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 6

1 Identifikasi Masalah 6

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1 Tujuan Penelitian 9

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu 10

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian 12

F Teknik Penulisan 16

G Sistematika Penulisan 16

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep 18

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan 18

2 Konsep Dwikewarganegaraan 23

B Kerangka Teoritik 29

1 Teori Kebijakan Alternatif 29

2 Analisis Kebijakan Alternatif 33

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 6: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

viii

tersayang Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini Teruntuk

Kedua saudara kandungku tersayang Abang Rizwan SPd MPd

dan Adikku Ramadhani yang dengan sabar menghadapi penulis

memberikan semangat dan kasih sayang hingga penulis selalu ingin

memberikan apapun yang terbaik untuk keluarga tercinta

9 Keluarga besar Darus-Sunnah International Institute for Hadith

Sciences beribu salam tarsquodzim penulis haturkan kepada Khadim

Marsquohad Zia Ul Haramain dan Ibu Nyai Ulfah Uswatun Hasanah

beserta seluruh asatidz yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menimba ilmu mengajarkan kepada penulis makna

istiqamah tafaqquh fi al-rsquoilmi serta menanamkan semangat

bersyiar dalam agama kepada penulis Semoga ini menjadi bekal

penulis untuk melanjutkan hidup kedepan nanti

10 Keluarga besar Ahibba Darus-Sunnah 2017 sahabat penulis yang

dengan tulus menemani dan bersabar terhadap penulis mengajari

hal yang tidak penulis ketahui Nurmaelatussarsquoadah Aisyah Ali

Huwaida Richa Liska Caca Kamilah Rifqa Urwah Fikha Ismi

Bibil Titi Shinta Ilma dll

11 Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2016 yang telah membersamai penulis dari awal penulis

menginjakkan kaki di kota Jakarta Fadhilatur Rasyidah Lis Diana

Putri Andriani Kasip Fakhriansyah Arie Ekawie Baskhoro

Bintang Garda dll

12 Tim Immortality yang sungguh dramatis tapi begitu penulis

sayangi Nurmaelatussarsquoadah Nurlely Dhamayanti Arie Ekawie

Baskhoro dan Faisal Azkar Ghifari Semoga Allah jaga ukhuwah

kita sampai ke surga

13 Ustazah Sabariah MPd yang tidak akan lupa penulis sebutkan

Selalu memberikan support kepada penulis sejak di bangku

Madrasah Aliyah hingga penulis menyelesaikan pendidikan S-1

Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh kesah dan

ix

memberikan dorongan semangat motivasi kepada penulis a truly

sister by heart

14 Kepada teman-teman seperjuangan penulis di bangku sekolah

dahulu Alvina Siti Adelia Pratiwi Lidya Novita Nisa Rifqa

Munira Zelcha Savira Risa Chintya Izzah Amalina dan Cut Reni

Terima kasih sudah membersamai penulis dalam suka dan duka

saat penulis menempuh pendidikan di sekolah dan pondok

pesantren Semoga Allah satukan kita di surga-Nya

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca Sekian terima kasih

Wassalamualaikum

Jakarta 10 Maret 2020

Penulis

x

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 6

1 Identifikasi Masalah 6

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1 Tujuan Penelitian 9

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu 10

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian 12

F Teknik Penulisan 16

G Sistematika Penulisan 16

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep 18

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan 18

2 Konsep Dwikewarganegaraan 23

B Kerangka Teoritik 29

1 Teori Kebijakan Alternatif 29

2 Analisis Kebijakan Alternatif 33

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 7: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

ix

memberikan dorongan semangat motivasi kepada penulis a truly

sister by heart

14 Kepada teman-teman seperjuangan penulis di bangku sekolah

dahulu Alvina Siti Adelia Pratiwi Lidya Novita Nisa Rifqa

Munira Zelcha Savira Risa Chintya Izzah Amalina dan Cut Reni

Terima kasih sudah membersamai penulis dalam suka dan duka

saat penulis menempuh pendidikan di sekolah dan pondok

pesantren Semoga Allah satukan kita di surga-Nya

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca Sekian terima kasih

Wassalamualaikum

Jakarta 10 Maret 2020

Penulis

x

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 6

1 Identifikasi Masalah 6

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1 Tujuan Penelitian 9

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu 10

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian 12

F Teknik Penulisan 16

G Sistematika Penulisan 16

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep 18

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan 18

2 Konsep Dwikewarganegaraan 23

B Kerangka Teoritik 29

1 Teori Kebijakan Alternatif 29

2 Analisis Kebijakan Alternatif 33

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 8: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

x

DAFTAR ISI

COVER i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 6

1 Identifikasi Masalah 6

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1 Tujuan Penelitian 9

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu 10

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian 12

F Teknik Penulisan 16

G Sistematika Penulisan 16

BAB II KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep 18

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan 18

2 Konsep Dwikewarganegaraan 23

B Kerangka Teoritik 29

1 Teori Kebijakan Alternatif 29

2 Analisis Kebijakan Alternatif 33

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 9: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

xi

BAB III DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan

Indonesia 37

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah

Dwikewarganegaraan 58

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India 1955 64

2 Amandemen Citizenship of India 2019 73

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA

DAN INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 77

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam UU Nomor 12 Tahun

2006 78

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan 89

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan 95

B Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

CURRICULUM VITAE 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 10: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Penelitian

Kegiatan imigrasi adalah fenomena yang sering kita jumpai di

berbagai negara Fenomena imigrasi terjadi karena seiring perkembangan lajur

globalisasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah imigrasi dari satu

negara ke negara yang lain Di zaman yang serba canggih ini pula banyak

penduduk dari satu negara berpindah ke negara yang lain dengan mudah tidak

terbatas pada satu negara saja dalam waktu yang lama Perpindahan tersebut

bisa terjadi dari satu arah yaitu dari negara berkembang ke negara maju

negara maju ke negara berkembang bahkan dari negara miskin ke negara

miskin sekalipun Motif dari imigrasi ini pun beragam ada penduduk yang

berpindah karena pekerjaan pendidikan tenaga profesional bahkan untuk

motif pernikahan hingga melahirkan keturunan di negara domisili

Bagi negara yang menganut sistem dwikewarganegaraan hal ini

tidaklah menjadi masalah yang berarti Namun berbeda hal nya jika negara

yang bersangkutan menganut asas ius soli bahwa kewarganegaraan seseorang

ditentukan oleh tempat kelahirannya ataupun asas ius sanguinis bahwa

kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh garis keturunan Indonesia

misalnya menganut asas ius sanguinis dimana status kewarganegaraan di

tentukan oleh hubungan darah1 Hal ini menjadi kerumitan tersendiri apabila

penduduk Indonesia berada di negara lain dalam kurun waktu yang lama

dengan berbagai macam tujuan Manakala kedua negara yang bersangkutan

memiliki sistem yang berbeda maka dapat terjadi keadaan yang

mengharuskan seseorang untuk menyandang status dwi-kewarganegaraan

1 Jimly as-Shiddiqie Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta Rajawali Pers 2009) h

2

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak

berkewarganegaraan sama sekali (stateless) 2

Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan hukum di Indonesia

adalah pelaksanaan peraturan perundang-undangan kewarganegaraan oleh

karena itu masalah kewarganegaraan adalah masalah yang menarik untuk

dibicarakan3 Dwikewarganegaraan memang menjadi hal yang diimpikan para

diaspora Indonesia di berbagai negara mengingat banyaknya WNI diaspora

dengan kewarganegaraan tunggal kerap mengalami pelbagai kendala dan

keterbatasan Wacana perlunya pengaturan kewarganegaraan ganda yang

tidak terbatas kian mengemuka dan menjadi isu yang terus diperjuangkan para

diaspora Indonesia di berbagai negara di belahan dunia Tuntutan yang di

layangkan oleh para diaspora Indonesia mendesak agar pemerintah Indonesia

dapat diterapkan di Indonesia Sehingga warga negara Indonesia yang berada

di luar negeri bisa mendapatkan kewarganegaraan negara domisili dengan

tidak melepaskan diri dari status warga negara aslinya Pro dan kontra akan

tuntutan diaspora terkait dual citizenship inipun tidak dapat dihindarkan4

Sedangkan ada sejumlah fakta dan data terkait diaspora Indonesia

yaitu jumlah populasi diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi

penduduk di negara Swedia atau Austria Warga negara Indonesia (WNI) di

Amerika Serikat memiliki pendapatan rata-rata sebesar USD 59000 per

tahun pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan warga Amerika

Serikat sendiri yang pendapatan rata-ratanya sebesar USD 45000 per tahun

2 May Lim harity Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia

Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4 Desember 2016 h 811

3 Sudargo Gautama Warga Negara dan Orang Asing (Bandung Penerbit Alumni 1992) h

1

4 Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Jakarta Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia JIKH Vol 10 No32016) h

258

3

Terhitung bahwa 45 warga diaspora Indonesia di Amerika Serikat memiliki

kualitas akademik di atas sarjana Sementara rata-rata penduduk Amerika

Serikat sendiri yang memiliki jumlah akademik yang serupa hanya 27

Diaspora Indonesia unggul lainnya juga tersebar di seluruh dunia seperti

ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia

Internasional Jumlah remittance yang masuk dari tenaga kerja Indonesia

sepanjang tahun 2011 (versi BNP2TKI) mencapai USD 611 M atau setara

dengan Rp 5336 T Setiap tahun diaspora mengirin devisa ke Indonesia

hingga mencapai USD 7 miliar atau hamper Rp 70 triliun Angka tersebut

hampir menyamai jumlah dana otonomi khusus pada APBN-P yang di

transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah 5 Potensi yang dimiliki

diapora dalam berbagai sektor kehidupan sebenarnya dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara tentu saja dengan

pemanfaatan yang efektif melalui penganturan hukum mengenai

dwikewarganegaraan yang terkait

Wacana ini sempat digemakan terutama pada saat Kongres Diaspora

pertama di Los Angeles pada tahun 2012 kemudian disusul dengan acara

serupa di Wisma Indonesia Sydney dengan mengusung tema ldquoForum Dual

Citizenshiprdquo Acara tersebut bertujuan untuk mengawal aspirasi petisi

Diaspora Indonesia tahun sebelumnya setelah diserahkannya 6000 nama dan

tanda tangan di Los Angeles Penting dicatat bahwa saat ini diperkirakan lebih

dari sekitar 8 juta warga negara Indonesia tersebar di 5 (lima) benua dan

mereka berdomisili di kurang lebih sekitar 90 negara dan sebanyak 46 juta

dari antara mereka tetap mempertahankan Kewarganegaraan Indonesia6

5httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+Ibu+Vi

vi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10 (diakses 21 September 2019 pukul 1204

WIB) 6May Lim harity Urgensi Pengaturan Keawrganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesiahellip

h 811

4

Di era global ini sebaran imigran dilakukan oleh berbagai bangsa

dengan tujuan ke berbagai bangsa dan negara di dunia Sebaran mereka

seperti sedang membangun basis global untuk sebuah evolusi jaringan

diasporik Diaspora terbanyak di dunia adalah diaspora China sementara di

tempat kedua adalah diaspora India7 Menurut Laporan Migrasi Dunia PBB

2018 lebih dari 156 juta orang India tinggal di negara-negara lain 8Hal ini

menjadi alasan pertama penulis untuk mengangkat negara India sebagai tema

Analisis dwikewarganegaraan dengan Indonesia

Kedua saat ini India muncul sebagai negara dengan perkembangan

ekonomi tercepat keempat di dunia dalam satu dekade terakhir Jika di lihat

dalam aspek kemajuan ekonomi India tumbuh pada tingkat rata-rata 726

persen terbesar dalam lima tahun terakhir pada tahun 2014 dan 2015 diikuti

dengan sektor manufaktur India sebesar 84 persen meningkat 44 persen dari

tahun sebelumnya9 India pun menjadi tujuan investasi asing yang

menguntungkan dengan arus masuk modal asing lebih dari US $ 31 miliar

pada tahun 2015 melebihi Amerika Serikat dan Cina10

Selain itu India

menunjukan kemajuan yang pesat dalam bidang perkembangan teknologi

informasi Pemimpin salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

teknologi informasi Infosys Tech memberikan bukti kesuksesan perusahaanya

dalam meraih keuntungan sebesar 543 Juta dollar AS11

7 Geohive mencatat populasi India sekarang berjumlah 1274000924 jiwa Jumlah itu

mengalami peningkatan setelah pada tahun 2011 Badan Pusat Statistik India (COI) mengumumkan

bahwa penduduk mereka hanya berkisar 1210854977 jiwa

8 UN World Migration Report 2018

9The Economic Times Indiarsquos Growth at 726 in 2014-2015 fastest in five years

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth- tahun 2015 (di askes

tanggal 21 September 2019)

10

UNDPAboutIndiasuccesses2015httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinf

ohtmlSuccesses (di akses tanggal 21 September 2019)

5

Ketiga India adalah negara yang menerapkan dual citizenship atau

kewarganegaraan ganda dalam sistem kewarganegaraannya India juga

merupakan salah satu negara yang sejak dini telah memperhatikan diaspora

sebagai aset negaranya Diaspora India dipandang sebagai salah satu sumber

penghasilan dalam meningkatkan pembangunan India oleh pemerintah

setempat Migrasi India yang tersebar hampir ke seluruh belahan dunia

menjadikan India memiliki diaspora yang dapat memberi benefit bagi negara

asal

Keempat melihat fakta sosial yang terjadi di India beberapa pekan ini

terutama setelah disahkannya Amandment Citizenship Act 2019 Yang mana

menimbulkan gelombang protes yang begitu besar dari rakyat India terutama

umat yang beragama muslim untuk menyuarakan aspirasi terhadap Undang-

Undang baru yang disinyalir oleh beberapa pihak mendiskriminasi suatu

golongan terutama pada poin pemberian kewarganegaraan kepada imigran

illegal yang telah tinggal lama di India kecuali orang tersebut adalah seorang

Muslim Ditambah lagi sampai hari penulis mengadakan penelitian ini

persoalan antara umat muslim dan pemerintah India yang terus berkelanjutan

seperti tidak menemui titik temu antara kelompok masyarakat Muslim dan

pemerintah India

Melihat fakta dan realitas yang berbeda antara pengaturan

kewarganegaraan Indonesia dan India dalam mengeluarkan kebijakan atas

dwikewarganegaraan Hal ini membuat penulis ingin mengangkat dan

menganalisa kebijakan pemerintah atas tuntutan dwikewarganegaraan di dua

negara ini Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan penulis

maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap konsep dual

citizenship kewarganegaraan genda terbatas dan konsep dual citizenship

11

K Dinesh Success Story of the Leading Indian IT Company 2013

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml(di akses tanggal 21 September

2019)

6

negara India dengan studi Analisis antara negara Indonesia dan India Oleh

karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian

ldquoKEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN

DWIKEWARGANEGARAAN (Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Dwikewarganegaraan merupakan isu hangat yang

diperjuangkan oleh para diaspora Indonesia untuk segera membentuk

RUU Dwikewarganegaraan namun pro dan kontra yang datang pun

tak dapat dihindari mengenai dualism kewarganegaraan ini Indonesia

adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kebudayaan yang harus

dijaga dan menjunjung tinggi nasionalisme Di lain sisi perkembangan

globalisasi yang terjadi karna arus imigrasi warga Indonesia ke negara

lain menuntut Indonesia untuk mengatur dualisme kewarganegaraan

tetap dengan pengaturan yang sistematis dan kondusif

Dilihat dari fakta hukum yang ada India telah melalui

perjalanan yang panjang terhadap pengaturan Kewarganegaraan

khususnya pada bidang dwikewarganegaraan Beberapa kebijakan

yang diterbitkan oleh pemerintah India untuk menertibkan warga

negara India atau keturunan India diluar negeri melalui perjalanan

panjang dan corak kebijakan pada setiap dekadenya yang beragam

Pemanfaatan dan pemberdayaan diapora India oleh pemerintah India

sendiripun diatur dengan aturan yang berwujud undang-undang

maupun kebijakan

Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di

atas maka dapat disebutkan identifikasi masalah dibawah ini yang

akan di jelaskan lebih lanjut yaitu

7

a Faktor yang menjadi dasar tuntutan atas status dwikewarganegaraan

yang merupakan inisiatif dari pada imigran Indonesia yang berada di

luar negeri baik yang masih berstatus WNI maupun eks-WNI menjadi

dasar pijakan adanya ide untuk merancang RUU dwikewarganegaraan

b Imigran Indonesia yang berada di luar negeri terdiri dari berbagai

kalangan diantaranya ada imigran yang bekerja sebagai tenaga

professional pengajar siswamahasiswa teknisi bahkan TKI Tentu

saja apabila adanya legalisasi dwikewarganegaraan bagi WNI akan

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi terhadap

pembangunan bangsa dan negara

c Pengaturan dwikewarganegaraan di Indonesia akan berdampak

terhadap tingkat keamanan dan stabilitas negara selain itu menjadi

tugas besar untuk pemerintah bagaimana menumbuhkan akan rasa

cinta tanah air yang tinggi apabila dwikewarganegaraan dilegalkan di

Indonesia

d Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan baru atas tuntutan

dwikewarganegaran dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan yang memberikan keluwesan hukum kepada anak

kawin campur dengan memperkenalkan kewarganegaraan ganda

terbatas

e Ada beberapa kebijakan diaspora (India) yang diambil oleh

pemerintah India dalam laporan tahunan 2012-2013 yang mana

mengeluarkan beberapa kebijakan dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan yakni pengadaan kartu PIOOCI

f Melihat perbedaan respon masing-masing negara terhadap persoalan

dwikewarganegaraan maka dalam tulisan ini akan diadakan studi

analisis antara kedua negara terhadap kebijakan dwikenegaraan di

negara India dan kemungkinan serta dampak apabila Indonesia

8

mengambil langkah yang sama dengan India dalam persoalan

dwikewarganegaraan

g Tuntutan atas status dwikewarganegaraan memang sudah seharusnya

dikaji terlebih dahulu secara komprehensif Dalam tulisan ini penulis

akan memaparkan solusi untuk Indonesia setelah diadakan analisis

dengan negara yang dinilai sukses dalam pengaturan dan pemanfaatan

sumber daya diasporanya

2 Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga

pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan

penulis maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak

melebar dan terarah Maka penelitian ini difokuskan pembahasannya

hanya menyangkut masalah Dwikewarganegaraan dengan Studi

Analisis antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam UU RI Nomor

12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of

India 1955 India Dalam penelitian ini dikhususkan mengkaji

peluang dan pemanfaatan sumber daya manusia dari diaspora yang

mampu memberi kontribusi dan pembangunan untuk negara Indonesia

dengan mengadakan amalisis dengan kebijakan pemerintah negara

India

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka secara

terperinci masalah yang akan diteliti adalah ldquoKebijakan Alternatif

Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi Analisis UU

RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan The

9

Citizenship Act of India 1955)rdquo Dari masalah di atas maka dapat

diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut

a Apakah kebijakan negara Indonesia sudah menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Bagaimana kebijakan pemerintah India dalam merespon tuntutan

dwikewarganegaraan

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai judul skripsi

ldquoKebijakan Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Studi Analisis UU RI Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan dan The Citizenship Act of India 1955)rdquordquo adalah

a Mengetahui kebijakan negara Indonesia atas tuntutan

dwikewarganegaraan

b Mengetahui kebijakan-kebijakan negara India dalam merespon

tuntutan dwikewarganegaraan

2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dilakukan mengenai penelitian ldquoKebijakan

Alternatif Pemerintah Atas Tuntutan Dwikewarganegaraan (Studi

Analisis UU No 12 Tahun 2006 dan The Citizenship Act 1955)

adalah sebagai berikut

a Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih

lanjut guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Dwikewarganegaraan dengan menggunakan Studi Analisis antara

kebijakan negara Indonesia dan India

10

b Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis yang sebesar-besarnya yakni dapat menjadi solusi

sumbangsih atau menjadi masukan untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan

pengaturan mengenai diaspora serta memberikan masukan agar

pemanfaatan sumber daya manusia diaspora Indonesia diefektifkan

Dengan menggunakan studi Analisis diharapkan dapat membuka

pikiran pembaca baik dari pemerintah atau akademisi maupun

masyarakat umum supaya dapat melihat lebih luas dari berbagai sisi

akan baik dan buruknya pengaturan dan kebijakan pemanfaatan

sumber daya manusia diaspora dikemudian hari

D Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan penulis penelitian di bidang

dwikewarganegaraan berkaitan dengan beberapa judul penelitian ini

1 ldquoPengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiardquo oleh Alesan Angela mahasiswa dari Universitas Hasanudin

Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh diaspora India terhadap

hubungan bilateral India-Malaysia dan bagaimana efektifitas pengaturan

diaspora India dalam membangun hubungan bilateral India-Malaysia12

2 ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Kebudayaan India di

Indonesiardquo oleh Jayanti Adinda mahasiwa dari Universitas Airlangga

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran diaspora India dalam

mendukung diplomasi kebudayaan di Indonesia sehingga dapat dilihat

12

Alisan Angela Pengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-Malaysia

(SkripsiUniversitas Hasanudin 2013)

11

seberapa jauh peran yang dimainkan warga Negara India dalam

mengembangkan kebudayaan India di Indonesia13

3 ldquoKebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi

dalam Ikatan Identitas Budayardquo oleh Nauf al Azizi Tulisan ini berupa

jurnal yang diterbitkan oleh Paradigma Jurnal Kajian Budaya Tulisan ini

menggambarkan pengaruh ekonomi dan kebijakan budaya melalui

besarnya diaspora India di Asia Tenggara14

4 ldquoSolusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraanrdquo oleh Junaidi Abdillah Tulisan ini diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Tulisan ini

menjelaskan apa yang menjadi latar belakang tuntutan atas status

dwikewarganegaraan diaspora Indonesia dan bagaimana upaya pemerintah

dalam menanggapi tuntutan dwikewarganegaraan serta apa yang menjadi

kebijakan alternatif yang diterapkan oleh pemerintah India dan apa pula

keuntungan dari kebijakan alternatif tersebut bagi pemerintah India

sendiri15

5 ldquoStatus Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasionalrdquo oleh Novianti Tulisan ini berupa jurnal

yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi

Tulisan ini menjelaskan bagaimana status kewarganegaraan dalam

perspektif hukum internasional dan bagaimana pengaturan

kewarganegaraan menurut UU No 12 Tahun 2006 tentang

13

Jayanti Adinda Peran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi Kebudayaan India di

Indonesia (Skripsi Universitas Airlangga 2010)

14

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi Ekonomi dalam

Ikatan Identitas Budaya (Paradigma Jurnal Kajian Budaya 2014)

15

Junaidi Abdillah Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan Dwikewarganegaraan

(Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia 26 November 2016)

12

Kewarganegaraan Republik Indonesia serta bagaimana status

kewarganegaraan ganda bagi diasporan Indonesia16

6 ldquoDiaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif

Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesiardquo oleh Ahmad

Jazuli Tulisan ini diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2017 Tulisan ini berisi

tentang bagaimana diasporan Indonesia dalam perspektif UU No 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU

Kewarganegaraan)17

7 ldquoPenerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju Masyarakat

Transnasional Indonesiardquo oleh Rizky Banyualam Permana Tulisan ini

diterbitkan oleh JURIS LK2 FHUI pada tahun 2014 Tulisan ini

menjelaskan mengenai kemanfaatan dalam penerapan

dwikewarganegaraan di masa depan untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulan Indonesia dalam lingkup internasional di masa depan18

Berdasarkan karya penelitian yang telah penulis sebutkan diatas

Penulis sendiri belum menemukan hasil karya yang meneliti persolan

dwikewarganegaraan dari sudut pandang yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pemerintah atas tuntutan

dwikewarganegaraan dengan menggunakan studi analisis kebijakan

16

Novianti Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam Perspektif

Hukum Internasional (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi 5 Desember 2014)

17

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI 20 Maret

2017)

18

Rizky Banyualam Permana Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia Menuju

Masyarakat Transnasional Indonesia (JURIS LK2 FHUI Volume 4 Oktober-Desember 2014)

13

pemerintah baik yang lahir dalam bentuk undang-undang ataupun peraturan

menteri Yang menjadi fokus peneliti adalah kebijakan negara Indonesia dan

India yaitu dalam UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan dan

Citizenship Act of India 1995

E Teknik Pengolahan dan Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka

disusun metode penelitan sebagai jalan petunjuk yang akan mengarahkan

jalannya penelitian ini atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam

rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu

masalah yang ada dalam skripsi ini19

yaitu sebagai berikut

1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek

yaitu aspek teori sejarah filosofi Analisis struktur dan komposisi lingkup

materi dan konsistensi20

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa antara

kebijakan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India yang diatur dalam

undang-undang masing-masing negara yang bersangkutan

Disini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan dengan cara

mencari mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian

2 Pendekatan

Berdasarkan jenis penelitian hukum normatif (normative law

research) yaitu suatu pendekatan yang mengkaji asas-asas hukum terhadap

kebijakan publik dan ketertekaitan asas-asas doktrinal dengan hukum-hukum

19

Arianto Adi Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta Granit 2004) h 61

20

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta UI Press 2010) h 10

14

positif konsep maupun hukum yang berlaku di suatu negara yang berkaitan

dengan dwikewarganegaraan Penelitian ini juga berfokus pada problem

identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menginventarisir dan

kemudian mengklarifikasi permasalahan untuk dicarikan jalan keluar21

3 Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis

komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan

(deskripsi) secara lengkap rinci jelas dan sistematis tentang perbandingan

kebijakan dwikewarganegaraan antara Indonesia dan India Studi Analisis

komparatif merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua

atau lebih dari dua situasi kejadian kegiatan program dll

4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh melalui pihak lain Untuk data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku jurnal artikel

situs internet dan e-book Adapun data yang dibutuhkan ialah data faktual

yang sedapat mungkin merupakan data resmi yang dikeluarkan negara atau

lembaga analisis terutama yang menyangkut dwikewarganegaraan dalam hal

komparasi antara Indonesia dan India

a Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa sumber hukum utama yaitu Undang-Undang No

12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Untuk ketentuan mengenai pengaturan dwikewarganegaraan yang

dimiliki oleh India sendiri merujuk kepada ketentuan the Citizenship Act

21

Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukumhellip h 15

15

of India 1955 (57 of 1955) dan kebijaka-kebijakan yang dikeluarkan oleh

oemerintah India

b Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data

sekunder Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti misalnya hasil penelitian buku-

buku hukum skripsi tesis disertasi hukum jurnal dan lain-lain Seperti

buku-buku tentang materi dwikewarganegaraan jurnal-jurnal penelitian-

penelitian yang terkait dengan dwikewarganegaraan dan diaspora

Indonesia dan India

Dalam literatur lain disebutkan bahwa bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer) jurnal-jurnal hukum

pendapat para sarjana kasus-kasus hukum yurisprudensi dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah

Pustaka (Library Research) Penulis akan mengumpulkan data teoritis yang

bersumber dari literatur berupa buku artikel makalah koran jurnal

dokumen dan situs-situs resmi yang memuat informasi mengenai konsep

dwikewarganegaraan India dan Indonesia yang berkaitan dengan masalah

penelitian Data ini penulis peroleh secara langsung maupun yang diperoleh

melalui akses internet

6 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing maka selanjutnya dilakukan analisis data Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

16

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur runtun logis tidak tumpang

tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman

hasil analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja menggunakan data mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola lalu dapat di jadikan data dalam

membantu menjelasakan hal yang di permasalahan teliti Teknik analisis data

yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif Penulis

akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang

diperoleh lalu mengaitkannya dengan teori atau konsep yang digunakan22

F Teknik Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis merujuk kepada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan pada tahun

2017 Dimana buku pedoman penulisan skripsi ini penulis jadikan sebagai

salah satu ikhtiar untuk meningkatkan kualitas baik menyangkut substansi

maupun teknik penulisan skripsi yang penulis hasilkan

G Sistematika Penulisan

Untuk dapat mengatahui isi penelitian ini maka secara singkat akan

disusun dalam 5 bab yang terdiri dari

Bab I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang

penelitian identifikasi pembatasan dan rumusan masalah tujuan penelitian

manfaat penelitian kerangka pemikiran review studi terdahulu sistematika

pembahasan metodologi penelitian dan sistematika pembahasan

22

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(BandungRefika Aditama 2008) h15

17

Bab II yaitu berisi tentang Kerangka Konsep dan Kajian Teoritis

Dimana didalamnya terdapat konsep mengenai warga negara dan

kewarganegaraan dwikewarganegaraan Kemudian didalam Kajian teoritis

pula memuat teori warga negara

Bab III yaitu menjelaskan dinamika konstitusi kewarganegaraan di

Indonesia dan India menurut Undang-undang yang pernah berlaku Dalam bab

ini penulis akan menguraikan perjalanan panjang Undang-Undang

kewarganegaraan kedua negara Indonesia dan India Di samping itu juga akan

dijelaskan bagaimana pengaturan negara India mengenai status

dwikewarganegaraan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah

India terkait dual citizenship

Bab IV yaitu analisis kebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan

India atas tuntutat dwikewarganegaraan hasil penelitian dan pembahasan

menguraikan kajian analisis kebijakan pemerintah Indonesia dan India dalam

merespon tuntutan dwikewarganegaraan oleh para diaspora kedua negara

Bab V yaitu penutup menjelaskan tentang simpulan dan saran

18

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN KAJIAN TEORITIS

A Kerangka Konsep

1 Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan

Warga negara sebuah negara dapat dibedakan antara lain

a Warga negara asli (pribumi) yaitu penduduk asli negara tersebut Misalnya suku

jawa suku Madura suku dayak dan sebagainya merupakan warga negara asli

Indonesia

b Warga negara keturunan asing (vreemdeling) yaitu warga negara asing yang

telah menjadi WNI Misalnya WNI keturunan Tionghoa Timur Tengah India

dan sebagainya

Hal yang perlu diingat ldquowarga negara suatu negara tidak selalu menjadi

penduduk negara iturdquo Misalnya warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di

luar negeri Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia

tinggal Misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia1 Menurut

wolhoff2 dalam suatu negara adakalanya ditemukan golongan minoriteit yaitu

golongan orang yang berjumlah kecil yang secara yuridis memiliki status

kewarganegaraan negara nasional tertentu akan tetapi memiliki sifat batin-lahir sosial

kebudayaan yang berbeda dari bangsa itu Sehingga golongan ini belum

diasimilasikan sepenuhnya

Gagasan tentang kewarganegaraan (citizenship) sesungguhnya dapat ditelusuri

dari sejarah perkembangan kewarganegaraan yang bersumber dari peradaban

1 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negara (Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006) h 229

2 Dasril Radjab Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 6 Sebagai

contoh diwilayah negara Indonesia terdapat beberapa golongan minoritas Misalnya Suku Anak

Dalam di Sumatera Suku Badui di Jawa Barat Suku Samin di Jawa T engah dan Jawa Timur Suku

Dayak Oudth di Kalimantan dan beberapa klan suku di Papua Untuk memberdayakan eksistensi

mereka beberapa langkah persuasive digunakan termasuk adanya perwakilan mereka dalam

ketatanegaraan sebagai anggota MPR yang diangkat dari utusan golongan

19

Romawi sampai pada modernitas Barat Pemikiran yang tumbuh di masa Yunani

Kuno telah memberi pijakan kuat bagi teorisasi kewarganegaraan khususnya pada

kewarganegaraan modern Salah satunya dari Aristoteles (322-384 SM) seorang

pemikir ilmuwan ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat itu Karyanya yang

berjudul Politics telah memberikan informasi penting mengenai Athena sebagai suatu

negara kota (polis) di masa Yunani Kuno yang demokratis beserta keberadaan

warganya di polis tersebut (politespolitai)3

Wewenang sebuah organisasi negara meliputi kelompok manusia yang berada

di dalamnya Kelompok tersebut dapat dibedakan antara warga negara dengan bukan

warga negara (orang asing) Warga negara sebagai pendukung sebuah negara

merupakan landasan bagi adanya negara Dengan kata lain bahwa warga negara

adalah salah satu unsur penting bagi sebuah negara selain unsur lainnya4

Istilah polis polites dan politeia menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai

bagian dari Aristotlersquos term yang nantinya diterjemahkan sebagai state citizen dan

constitution Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk memahami satu

hal maka yang lain juga harus dipahami pula Dikatakan bahwa ldquoto understand what

a constitution (politeia) is we must inquire into the nature of the city (polis) and to

understand that since the city is a body of citicens (politai) we must examine the

nature of citizenshiprdquo5

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara6 Istilah ini biasa juga disebut hamba

3 Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 23

4 CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) (Jakarta

Pradnya Paramita 2001) h 148

5 Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barker (New York Oxford University Press

1995) h 84

6 Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta ICCE

UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada Media 2003) h 73

20

atau kawula negara Meskipun demikian istilah warga negara dirasa lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba

dan kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta anggota atau

warga yang menjadi bagian dari suatu negara Asumsi ini tidaklah berlebihan dan

cukup beralasan Sebagai anggota dari persekutuan yakni negara yang didirikan

dengan kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama serta untuk

kepentingan atau tujuan bersama pula7 warga negara dituntut untuk aktif terhadap

negara

Dengan alasan tersebut istilah warga negara dirasa lebih sesuai karena

mengandung pengertian aktif Sedangkan istilah hamba atau kawula negara

mengandung pengertian warga yang pasif dan hanya menjadi obyek negara Untuk

itu setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum Semua warga

negara mempunyai kepastian hak privasi dan tanggung jawab Sejalan dengan

definisi di atas AS Hikam mendefinisikan bahwa warga negara (citizenship) adalah

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri Istilah ini

menurutnya lebih baik daripada istilah kawula negara karena kawula negara betul-

betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara

Oleh karenanya kewarganegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi

utama 1) Dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas 2) dimensi pemenuhan hak-

hak dasar yaitu hak politik ekonomi dan hak sosial kultural serta 3) dimensi dialog

dan keberadaan ruang publik yang bebas8

7 Pada awalnya negara atau bangsa merupakan sekumpulan manusia atau gabungan entitas-

entitas yang beragam lalu disarikan hubungan kesadaran dan diikat oleh asas kemaslahatan bersama

yang dituangkan dalam bentuk system legislasi dan hukum perundang-undangan System ini

diberlakukan padatanah kehidupan yang dinamakan tanah air (wathan) Pada gilirannya hubungan

tersebut diatur oleh kekuasaan yang dinamakan negara Lihat Muhammad Syahrur Dirasat Islamiyyah

Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama terjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani

Islam Genealogi Masyarakat dan Negara (Yogyakarta LKIS 2003) h 90

8 Muhammad AS Hikam Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia (Jakarta Penerbit Erlangga 1999) h 166

21

Istilah warga negara dan rakyat menunjuk pada obyek yang sama yakni

sebagai anggota negara9 Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara

pengertian warga negara rakyat dan bangsa Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif Sedang rakyat adalah

masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan dan

penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran sebagai kesatuan dalam

hubungan keorganisasian negara Istilah warga negara tidak menunjuk pada obyek

yang sama dengan istilah penduduk

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah dalam

suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah dari negara yang

bersangkutan Baik status sebagai warga negara maupun sebagai penduduk

mempunyai konsekuensi hukum yaitu menyangkut hak-hak dan kewajibannya

Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih luas dari pada status sebagai

penduduk Pembagian penduduk menjadi warga negara dan orang asing sangatlah

penting Hal ini dikarenakan beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara

dengan orang asing berbeda Hak dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara

adalah terbatas10

Perbedaaan antara kelompok warga negara dengan orang asing terletak pada

hubungan yang ada antara negara dengan warga negara dengan masing-masing

kelompok tersebut Hubungan antara negara dengan warga negara lebih erat

dibandingkan hubungan antara negara dengan orang asing Dalam konteks negara

Islam warga negara mengandung pengertian penduduk sebuah negara Islam yang

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia

(Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994) h 1

10

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan (Yogyakarta Liberty 1992) h

2

22

memeluk agama Islam11

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam

namun belum memeluk agama Islam atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau

individu non muslim yang bertempat tinggal di wilayah negara Islam akan diberi

status penduduk permanen tetapi tidak dianggap sebagai warga negara dari negara

Islam kecuali jika mereka memeluk Islam atas kemauan mereka sendiri Meskipun

demikian ternyata kenyataan diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final hal

ini terlihat dari adanya pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara

Islam12

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu bentuk dari identitas sosial politik

( a form of social politicial identity) seseorang yang keberadaannya berkaitan dengan

waktu yang berkembang Di sisi lain kewarganegaraan ternyata tidak hanya sebuah

identitas tetapi mencakup pula atribut rights obligations ative in public affairs dan

an acceptance of societal values13

Oleh karena itu pula definisi kewarganegaraan termasuk pula definisi warga

tidaklah sama mencakup banyak dimensi Menurut Aristoteles definisi tentang

warga negara ditentukan oleh bentuk pemerintahan atau ia sebut bentuk

konstitusinya Salah satu ungkapannya adalah ldquoit may be thet someone who is a

citizen in a democracy is not one in a oligarchyrdquo14

Bahwa kewarganegaraan adalah

bentuk partisipasi warga dalam kehidupan publik Jadi kewarganegaraan ditandai

dengan adanya partisipasi Gagasan ini untuk sementara waktu tergantikan oleh

konsep kewarganegaraan sebagai bentuk legal dengan elemen hak dan kewajiban

(right and obligation) Bahwa kewarganegaraan ditandai dengan adanya hak dan

11

Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Quran

dan Sunnah (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000) h 115

12

Abdul Qadir Djaelani Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya Bina Ilmu

1995) h 241

13

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century (London Setting

the Contex Kogan Page 1998) h 2-3

14

Aristotle Politics diterjemahkan oleh Ernest Barkerhellip h 85

23

kewajiban warga negara dalam sebuah negara hukum merupakan warisan dari tradisi

Republik Romawi yang muncul setelah masa Yunani Kuno15

2 Konsep Mengenai Dwikewarganegaraan

Dwikewarganegaraan dapat lahir karena adanya dua negara yang mengklaim

kewarganegaraan atas seseorang dan dapat dikaitkan dengan faktor-faktor tertentu di

antaranya

a Kewarganegaraan yang didapat dari garis darah (ius sanguinis)

b Kewarganegaraan yang didapat berdasarkan tempat kelahiran (ius soli)

c Kewarganegaraan yang didapat karena adanya perkawinan (jure matrimonii)

d Kewarganegaraan yang didapat karena naturalisasi

e Kewarganegaraan yang didapat karena adopsi16

f Kewarganegaraan yang didapat karena investasi yang dilakukan17

g Kewarganegaraan yang didapatkan berdasarkan agama18

h Kewarganegaraan yang didapatkan karena jabatannya (jus oficii)19

15

Winarmo Narmoatmojo Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi

Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3) Desember 2012 h 24

16

Swedia memberikan kewarganegaraan secara otomatis terhadap anak yang diadopsi Office

of Migration Sweden httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship html (diakses 20 Januari 2020 pkl

0800 WIB)

17

Antara lain Austria Antigua dan Barbuda Siprus Dominika Malta dan St Kitts dan

Nevis Henley amp Partners httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment diakses 20

Januari 2020 pkl 0800 WIB)

18

Praktik yang dilakukan oleh Israel setiap orang Yahudi yang kembali ke Israel memiliki

hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel Ministry of Foreign Affairs Israel

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20nationalityaspx

(diakses 20 Januari 2020 pkl 0800 WIB)

19

Vatikan memberikan kewarganegaraan bagi pemegang jabatan Tahta Suci Official Page of

Vatican httpwww vaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en html (diakses diakses 20 Januari

2020 pkl 0800 WIB)

24

Bipatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut ius

sanguinis lahir di negara lain yang menganut asas ius soli maka kedua negara

tersebut menganggap bahwa anak tersebut warga negaranya Sebagai contoh sebelum

ada perjanjian Menteri luar negeri Indonesia Soenario dan Menteri luar negeri China

Chow orang China yang berdomisili di Indonesia (ius soli) merupakan warga negara

Indonesia dan warga negara China (ius sanguinis)20

Untuk mencegah Bipatride maka UU No 62 tahun 1958 pasal 7 menyatakan

bahwa seorang perempuan asing yang lahir dengan laki-laki WNI dapat memperoleh

kewarganegaraan Indonesia dengan melakukan pernyataan dengan syarat bahwa dia

harus meninggalkan kewarganegaraan asalnya

Bila dalam praktik dua faktor tersebut bertemu dan terkait dengan seseorang

dwikewarganegaraan dapat berlaku bila hukum dari masing-masing negara

mengizinkan Ada tiga cara penerimaan yang dapat berlaku bila faktor-faktor

kewarganegaraan tersebut bertemu yaitu penerimaan dwikewarganegaraan secara

penuh terbatas dan penolakan terhadap dwikewarganegaraan Dwikewarganegaraan

secara terbatas dikaitkan dengan jangka waktu usia tertentu Dalam jangka waktu

tertentu pemilik dwikewarganegaraan harus melepaskan salah satu

kewarganegaraannya Dalam hal apabila negara menolak dwikewarganegaraan salah

satu kewarganegaraan akan gugur Awalnya menurut pandangan tradisional

memperlihatkan adanya penolakan terhadap konsep dwikewarganegaraan karena

pada dasarnya kewarganegaraan dipandang sebagai satu-satunya rantai penghubung

antara individu dengan suatu negara yang berdaulat menurut konsepsi yang ada pada

saat itu21

Hukum kewarganegaraan adalah bagian dari kedaulatan suatu negara untuk

menentukan siapa saja yang menjadi bagian dari negara itu sehingga

20

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 235

21

Irene Bloemraad ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of Postnationalism the

Possibilities of Transnationalism and the Persistence of Traditional Citizenship International

Migration Review Vol 38 No 2 (2004) h 90

25

kewarganegaraan diberlakukan secara kaku Pemberian suatu kewarganegaraan dari

negara lain dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip kedaulatan22

Selain

itu juga akan menyebabkan ketidakstabilan hubungan diplomatik negara-negara di

dunia Masalah lain yang dikhawatirkan adalah masalah hukum perdata internasional

terkait dengan status personal seseorang yang memiliki dwikewarganegaraan23

Keengganan hukum internasional untuk menerima dwikewarganegaraan ini

secara jelas diatur dalam Konvensi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tentang Konflik

Hukum Kewarganegaraan tahun 1930 (Convention on Certain Questions Relating to

the Conflict of Nationality Laws) lalu Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun

1963 juga membuat Convention on the Reduction of Cases of Multiple Nationality24

Dalam konsiderans Konvensi LBB tahun 1930 dinyatakan bahwa ldquoefforts of

humanity should be directed is the abolition of all cases both of statelessness and

double nationalityrdquo Sedangkan pada Konvensi Dewan Eropa 1963 tujuan dari

Konvensi tersebut bukan penghapusan total dwikewarganegaraan tetapi sebisa

mungkin mengurangi kasus kewarganegaraan banyak Di saat yang sama pandangan

yang pro terhadap dwikewarganegaraan juga berkembang namun tidak begitu

populer George Bancroft seorang diplomat AS pada abad ke-19 yang

mempromosikan North American Bancroft Treaty mengatakan ldquohellipas soon tolerate a

man with two wives as a man with two countriesrdquo sebagai metafora yang

menganalogikan dwikewarganegaraan dengan praktik poligami jika poligami dapat

dianggap wajar oleh masyarakat begitu pula seharusnya dengan

dwikewarganegaraan

22

Peter J Spiro ldquoDual Citizen as Human Rightrdquo International Journal of Constitutional

Law Vol 8 No 1 (2010) h 113

23

Ko Swan Sik edNationality and International in Asian Perspective (Dordrecht Martinus

Nijhoff 1990) h 247

24

Anja Broslashndsted Sejersen ldquoldquoI Vow to Thee My Countriesrdquo The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Centuryrdquo International Migration Review Vol 42 No 3 (2008) h 530

26

Pasca Perang Dunia ke-II hak asasi manusia berkembang dan hak untuk

berpindah kewarganegaraan diakui sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi

Universial Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Kewarganegaraan dipandang

sebagai suatu hak yang mendasar Selain itu pandangan liberal menggeser konsepsi

nasionalisme yang kaku menjadi lebih fleksibel Struktur masyarakat yang semakin

heterogen (terutama di Eropa) juga mendorong pergeseran pandangan

kewarganegaraan yang awalnya dikaitkan dengan konteks kewilayahan dan

kesukubangsaan

Migrasi transnasional juga terus menggerus konsepsi tradisional

kewarganegaraan yang dikaitkan negara kebangsaan (nation-state) Dengan

perkembangan transportasi dan komunikasi hubungan transnasional orang-orang

semakin cair dan kasus dwikewarganegaraan mulai timbul secara de facto meskipun

secara de jure belum diakomodir

Menjelang abad ke-21 ada pergeseran pandangan yang semakin permisif

terhadap dwikewarganegaraan yang secara jelas terlihat dalam instrumen hukum

internasional Dalam Konvensi Eropa tentang Kewarganegaraan (European

Convention on Nationality 1997) secara tegas mengharuskan negara peserta untuk

mengizinkan dwikewarganegaraan bagi anak yang mendapatkan

dwikewarganegaraan karena kelahirannya atau perkawinan25

Dari sini dapat dilihat

perkembangan hukum internasional khususnya instrumen hukum internasional

negara-negara Eropa semakin permisif terhadap kasus dwikewarganegaraan yang

pada awalnya menolak sama sekali dwikewarganegaraan dalam Konvensi LBB 1930

lalu sebisa mungkin menghindari dwikewarganegaraan menurut Konvensi Dewan

Eropa 1963 dan pada akhirnya diterima di Eropa berdasarkan Konvensi Eropa 1997

25

Article 17 European Convention on Nationality 1997 berbunyi asli sebagai berikut ldquoA

State Party shall allow a children having different nationalities acquired automatically at birth to

retain these nationalities b its nationals to possess another nationality where this other nationality is

automatically acquired by marriagerdquo

27

Keadaan berkewarganegaraan ganda sering pula terjadi akibat dari

perkawinan campuran antar bangsa yang otomatis menganut hukum perkawinan dan

kewarganegaraan yang berbeda26

Dimana masing-masing pihak yang terkait dalam

perkawinan campuran tersebut oleh negara asalnya ada yang mengizinkan anak yang

dihasilkan dari perkawinan tersebut untuk memiliki kewarganegaraan kedua

orangtuanya (kewarganegaraan gandadwikewarganegaraan) Dalam kenyataannya

terdapat keanekaragaman peraturan dan asas-asas kewarganegaraan apakah ius soli

atau ius sanguinis karena negara bebas untuk memilih asas-asas manakah yang

hendak dipakainya dalam menentukan siapakah yang menjadi warganya Yang

kemudian menimbulkan apatridie bipatridie bahkan mungkin multipatridie karena

dari benturan asas-asas kewarganegaraan yang tidak seragam Akibatnya timbul

peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama di semua negara

Dan menurut istilah Sudargo Gautama hal ini menggambarkan seolah-olah terjadi

ldquopertentanganrdquo27

Yang dimaksud dengan apatridie yaitu orang-orang yang tidak mempunyai

suatu kewarganegaraan (tanpa kewarganegaraan) Pada akhir-akhir ini apatride

banyak kemungkinan terjadi karena perkembangan hubungan antara negara dan

hubungan politis Beberapa negara tertentu telah mulai mempergunakan pencabutan

kewarganegaraan sebagai semacam hukuman Apabila orang-orang yang terkena

dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh negara yang bersangkutan dan mereka ini

belum dapat memperoleh kewarganegaraan pengganti maka mereka ini berstatus

tanpa kewarganegaraan

Apatride terjadi apabila seorang anak yang negara orang tuanya menganut

asas ius soli lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis Sebagai contoh orang

26

Zulfa Djoko Basuki ldquoPerkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya di Indonesia

Dewasa Inirdquo Vol1 No3 (Jakarta Jurnal Hukum Internasional April 2004) h547

27

Beliau lebih lanjut menjelaskan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip kebebasan

untuk menentukan sendiri siapakah yang merupakan warganegaranya maka kita dapat menyaksikan

tidak adanya uniformitet di lapangan peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan

28

China yang pro Koumintang tidak diakui sebagai warga RRC sedangkan Taiwan

sebagai negara asal pada 1958 belum ada hubungan diplomatic dengan Indonesia

maka mereka juga tidak diakui sebagai warga negara Taiwan Sehingga mereka

merupakan ldquodefacto apatriderdquo Untuk mencegah apatride UU No 62 Tahun 1958

pasal 1 huruf f menyatakan bahwa anak yang lahir di wilayah Indonesia selama

orang tuanya tidak diketahui adalah warga negara Indonesia

Sementara bagi orang Cina sebelum lahirnya UU No 62 tahun 1958 untuk

menentukan kewarganegaraan diadakan perjanjian antara Indonesia-Cina yang

dikenal dengan perjanjian Soenario-Chow pada tanggal 22 April 1955 yang

diundangkan dengan UU No 2 tahun 1958 berisi bahwa semua orang Cina yang

berdomisili di Indonesia harus mengadakan pilihan kewarganegaraan dengan tegas

dan secara tertulis 28

Kasus yang paling marak mengenai apatride adalah ketika banyak terjadinya

pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari Vietnam tahun 1970-an akibat dari

Perang Vietnam Keadaan tanpa kewarganegaraan ini adalah menyedihkan bagi yang

harus mengalami Sama sekali tidak ada perlindungan dari sesuatu negara Tidak

dapat memiliki paspor negara tertentu Seandainya mereka harus diusir dari negara

tempat mereka berdomisili kemana mereka harus dikirim Sedangkan Bipatridie atau

dwi-kewarganegaraan akan terjadi apabila seseorang memiliki dua kewarganegaraan

Kenyataan terjadinya bipatridie kerapkali sering berlaku yaitu kalau seseorang

penduduk pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain diberi

pewarganegaraan oleh negara yang didiaminya tanpa ia menyatakan melepaskan

kewarganegaraan aslinya (leluhurnya)

28

Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 236

29

B Kajian Teoritis

1 Teori Kebijakan Alternatif

a Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan organisasi dsb) pernyataan cita-cita tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran Secara umum

kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukan perilaku seseorang

aktor misalnya seorang pejabat suatu kelompok maupun lembaga tertentu

untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Pada dasarnya terdapat

banyak penjelasan dengan batasan-batasan atau pengertian mengenai

kebijakan 29

Menurut Noeng Muhadjir kebijakan merupakan upaya memecahkan

problem sosial bagi kepentingan masyarakat atas asas keadilan dan

kesejaheraan masyarakat Dan dalam kebijakan setidaknya harus memenuhi

empat hal penting yakni (1)tingkat hidup masyarakat meningkat (2)terjadi

keadilan By the law social justice dan peluang prestasi dan kreasi

individual (3)diberikan peluang aktif partisipasi masyarakat (dalam

membahas masalah perencanaan keputusan dan implementasi) dan

(4)terjaminnya pengembangan berkelanjutan

Monahan dan Hengst seperti yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa

kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dalam bahasa Yunani yaitu

ldquoPolisrdquo yang artinya kota (city)30

Pendapat ini menjelaskan kebijakan

29 Noeng H Muhadjir Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif (Yogyakarta Raka Sarasin 2000) h 15

30

Heinz Weihrich dan Haroid Koontz Management AGlobal Perspective Tent Edition (New

York McGraw-Hill 1993) h 123

30

mengacu kepada cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan

untuk mengelola kegiatan mereka Dalam hal ini kebijakan berkenaan dengan

gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama

diterima pemerintah atau lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha

mengejar tujuannya Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi arah

dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku

dan pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam sebuah

organisasi serta mengambil keputusan atas perencanaan yang telah dibuat dan

disepakati bersama Dengan demikian kebijakan menjadi sarana pemecahan

masalah atas tindakan yang terjadi

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan bahwa kebijakan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif Kebijakan

subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih alternatif yang

dianggap benar untuk mengatasi masalah Tindak lanjut dari kebijakan

subtantif adalah kebijakan implemtatif yaitu keputusan-keputusan yang

berupa upayaupaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan

subtantif31

Secara empiris kebijakan berupa undang-undang petunjuk dan

program dalam sebuah Negara kebijakan dianggap sebagai rangkaian

tindakan yang dikembangkan oleh badan atau pemerintah yang mempunyai

tujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok

pelaku untuk memecahkan masalah tertentu Dengan demikian berdasarkan

beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpukan bahwa kebijakan adalah

sebagai rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar pada

masalah yang menjadi rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

31

Noeng H Muhadjir Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach (Yogyakarta

Rake Sarakin 2003) h 90

31

kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan citacita prinsip atau maksud

dalam memecahkan masalah sebagai garis pedoman untuk manajeman dalam

usaha mencapai sasaran atau tujuan Dengan kata lain sebagai pedoman untuk

bertindak bagi pengambilan keputusan

Sholichin Abdul Wahab32

sebagaimana dikutip Suharno

mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori yaitu

a Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat

pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain baik swasta maupun

kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan

tindaka n tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan

pada suatu masalah tertentu Tuntutan ini dapat bervariasi mulai dari

desakan umum agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk

mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang

terjadi di dalam masyarakat

b Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan

publik Dalam hal ini termasuk didalamnya keputusankeputusan

untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar) ketetapan-

ketetapan ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang

c Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik

tertentu Misalnya ketetapan MPR Keputusan Presiden atau Dekrit

32

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negara (Jakarta Bumi Aksara 2010) h 25-27

32

Presiden keputusan peradialn pernyataan ataupun pidato pejabat

pemerintah yang menunjukkan hasrat tujuan pemerintah dan apa

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut

d Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan

dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan

guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan

pernyataan kebijakan Secara singkat keluaran kebijakan ini

menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah

e Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh

masyarakat baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai

konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang

ada dalam masyarakat

William N Dunn33

membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi

lima bagian yaitu

a Masalah kebijakan (policy public) Adalah nilai kebutuhan dan

kesempatan yang belum terpuaskan tetapi dapat diidentifikasi dan

dicapai melalui tindakan public Pengetahuan apa yang hendak

dipecahkan membutuhkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

mendahului adanya problem maupun informasi mengenai nilai yang

pencapaiannya menuntut pemecahan masalah

b Alternative kebijakan (policy alternatives) Yaitu arah tindakan yang

secara potensial tersedia yang dapat member sumbangan kepada

pencapaian nilai dan pemecahan masalah kebijakan Informasi

33

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL (Yogyakarta

Gajah Mada University Press 2003) h 98

33

mengenai kondisi yang menimbulkan masalah pada dasarnya juga

mengandung identifikasi terhadap kemungkinan pemecahannya

c Tindakan kebijakan (policy actions) Adalah suatu gerakan atau

serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan yang dipilih

yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai

d Hasil kebijakan (policy outcomes) Adalah akibat-akibat yang terjadi

dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah dilaksanakan Hasil

dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau diketahui sebelum

tindakan dilakukan juga tidak semua dari hasil tersebut terjadi seperti

yang diharapkan atau dapat diduga sebelumnya

e Hasil guna kebijakan Adalah tingkat seberapa jauh hasil kebijakan

memberiakn sumbangan pada pencapaian nilai Pada kenyataanya

jarang ada problem yang dapat dipecahkan secara tuntas umumnya

pemecahan terhadap suatu problem dapat menumbuhkan problem

sehingga perlu pemecahan kembali atau perumusan kembali

b Analisis Kebijakan Publik

Studi kebijakan dapat dilihat sebagai bagian dari studi disiplin

maupun sistem administrasi atau salah satu kajian dalam administrasi publik

yaitu kebijakan publik (public policy) Dengan begitu kebijakan mengarah

kepada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya

bisa berupa peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan

sedangkan kebijaksanaan lebih menitik beratkan kepada fleksibilitas suatu

kebijakan 34

Untuk lebih memamahi kebijakan maka perlu mengkaji tentang

analisis kebijakan karena kebijakan pada esensinya adalah suatu proses dalam

34

Solichin Abdul Wahab Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

Negarahellip h153

34

upaya untuk membuat perubahan kearah yang lebih baik sehingga berdampak

pada kesejahteraan bangsa Pembuat kebijakan publik pada umumnya adalah

unsur birokrat atau pejabat pemerintah termasuk para pegawai senior

pemerintah yang tugasnya adalah memberikan pelayanan demi kebaikan

publikuntuk itu para ahli mencoba menjelaskan pengertian analisis kebijakan

Menurut Bardach bahwa analisis kebijakan adalah suatu aktifitas

politik dan sosial35

Hal ini berarti dalam analisis kebijakan perlu dipahami

masalah-masalah yang bersifat politis dan sosial Kemudian Palto dan

Sawicky sebagaimana dikutip Riant Nugroho menyatakan bahwa analisis

kebijakan merupakan tindakan yang diperlukan untuk membuat suatu

kenijakan baik kebijakan yang baru maupun kebijakan yang merupakan

konsekuensi dari kebijakan yang ada36

Sementara analisis kebijakan menurut

William NDunn bahwa analisis kebijakan adalah

ldquoPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on

theories methodee and substantive findings of the behavioral and social

sciences social professional and political philosophy as is usual with

complex activities there are several ways to define policy analisis The one

adopted here is that policy analysis is a process multidisciplinary inquiry

designed to create critically assess and coinicate information that is useful

in understanding and improving policiesrdquo 37

Pendapat Dunn ini juga dikutip dalam Nanang Fattah bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan masalah

dengan menggunakan teori metode dan substansi penemuan tingkah laku dan

35

Eugene Bardach A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving (New York Seven Bridges Press 2000) h 13

36

Riant Nugroho Public Policy (Jakarta Alex Media Komputindo 2008) h 84

37

Willian N Dunn Public Policy Analysis (London Pearson Prentice Hall 2003) h 1

35

ilmu-ilmu sosial profesi sosial dan filosofi sosial politis38

yang dilakukan

dengan cara tertentu Sedangkan Dunn menyatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan empiris evaluative

dan normatif Pendekatan empiris berupaya menjawab permasalahan fakta-

fakta pendekatan evaluastif berupaya mencari beberapa nilai atas sesuatu dan

pendekatan normatif memberikan upaya tindakan atas apa yang harus

dilakukan Prosedur analisis kebijakan menurut Dunn dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Prosedur Analisis Umum Menurut Waktu Tindakan Kebijakan39

Tindakan

Kebijakan

Deskripsi Evaluasi Rakomendasi

Sebelum

tindakan(ex-ante)

Prediksi - Preskripsi

Sesudah tindakan

(ex-pose)

Deskripsi Evaluasi -

Penjelasan dari istilah pada tindakan kebijakan diatas adalah

a Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi

yang menimbulkan masalah kebijakan

b Prediksi adalah menyedikan informasi mengenai konsekuensi dimasa

mendatang dari penerapan alternatif kebijakan termasuk jika tidak

melakukan sesuatu

c Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa yang akan datang

38

Nanang Fattah Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung PT Remaja Rosdakarya 2013)

h 5 39

William N Dunn Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOLhellip h 98

36

d Deskripsi adalah menghasilkan informasi mengenai nilai konsekuensi

alternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu

e Evaluasi adalah kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan

permasalahan

Berdasarkan prosedur analisis tindakan kebijakan ini bertujuan akhir

pada pemecahan masalah yang dihadapi sehingga perlu dibuat kebijakan

untuk mengataasi permasalahan tersebut Untuk itu analisis kebijakan

akan memperkirakan apa yang akan terjadi apabila alternatif yang dipilih

ditetapkan untuk dilaksanakan memperkirakan apa yang akan terjadi

kemudian apa yang harus dilakukan serta dampak apa yang akan terjadi

dari kebijakan tersebut Selanjutnya apabila tidak dilakukan alternatif

kebijakan tersebut maka tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik

sosial dan budaya apabila kebijakan itu tidak dilaksnakan Kemudian

analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang telah dilaksanakan dan

yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran apa kekurangan dari

kebijakan yang telah dilakukan dan apa kelebihan dari kebijakan yang

telah dilaksanakan sehingga diperoleh alternatif yang tepat Melalui

evaluasi kebijakan akan diperoleh gambaran sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

37

BAB III

DINAMIKA KONSTITUSI KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA DAN

INDIA

A Indonesia

1 Sejarah Perkembangan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia

a Zaman Belanda

Dalam buku-buku (dalam bahas Indonesia) yang membahas ketentuan

Pasal 131 IS da Pasal 163 IS Lazim dipergunakan sebutan ldquoorang Indonesia

aslirdquo tidak ada kata-kata ldquobangsardquo (orang-orag bangsa Indonesia asli)

Pemakaian sebutan ldquoorang Indonesia aslirdquo dipertimbangkan berdasarkanberbagai

aspek Judul bab dalam IS (Bab kedelapan) adalah ldquovan de ingezetenanrdquo yaitu

ldquotentang pendudukrdquo bukan tentang kewarganegaraan (citizenship)1 Pengertian

ini dapat dimengerti Indonesia pada waktu itu (Hindia-Belanda) bukan sebuah

Negara yang mandiri walaupun memiliki cirri-ciri kenegaraan Indonesia adalah

bagian (sebagai jajahan) Kerajaan Belanda Hal yang sama berlaku untuk

suriname dan Curacau Penduduk Indonesia adalah kaula belanada (nederlands

ondedanen) Sebutan ldquokaula Belandardquo serupa dengan sebutan ldquoBritish Subjectrdquo

untuk penduduk daerah jajahan Inggris Sebutan-sebutan itu dengan sengaja

untuk membedakan dengan sebutan ldquoBritish citizenrdquo yaitu warga Negara di

wilayah (negara) induk Begitu juga sebutan kaula Belanda untuk membedakan

dengan warga Belanda yang disebut ldquonenderlanderrdquo yaitu orang Belanda 2

Oleh karena Hindia-Belanda dijajah oleh Negeri Belanda maka pada

zaman itu segala sesuatu tentang kewarganegaraan diatur oleh Undang-undang

dari Negeri Belanda Yang menjadi pokok-pangkal dalam hal ini ialah Undang-

1 Wirjono Projodikoro Azas-Azas Kewarganegaraan di Indonesia (Jakarta PT Dian Rakyat

1989) h 174

2 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

(Yogyakarta FH UII Press 2009) h 17

38

undang (Wet) tanggal 12 Desember 1892 tentang ldquoNederlanderschap

eningezetenschaprdquo (Kebangsaan Belanda dan hal penduduk Kerajaan Belanda)

Ada dua macam ldquoNederlanderrdquo (orang Belanda) yaitu (1) orang Belanda sejak

lahir dan berdasar keturunan (jus sanguinis) (2) orang-orang yang menjadi orang

Belanda secara naturalisasi atau pewarganegaraan Menurut pasal 10 orang Asing

(vreemdeling) adalah orang yang bukan orang Belanda tersebut dan yang tidak

dengan secara lain menjadi ldquoNederlands onderdaanrdquo atau kaula Belanda3

Tentang kaula-Belanda ini ada Undang-undang (Wet) lain tanggal 10

Februari 1910 (staatsblad 1910-269) tentang kaula Belanda yang bukan orang

Belanda Menurut pasal 1 Undang-undang ini dari orang-orang yang bukan

orang Belanda adalah kaula Belanda (Nederlands onderdaan) orang-orang

berikut

1 Mereka lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao dari orang-orang tua

yang bertempat tinggal disana atau apabila bapaknya tidak dikenal dari ibu

yang bertempat tinggal disana (dengan beberapa kekecualian mengenai anak-

anak dari Konsul Asing)

2 Mereka yang lahir di Hindia-Belanda Suriname dan Curasao yang

a Kedua orang tuanya tidak dikenal

b Orang tuanya tidak berdiam diri disitu dan tidak mempunyai

ldquoNationalityrdquo (kebangsaan) atau kebangsaannya tidak dikenal

c Bapaknya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belanda

d Ibunya meskipun tidak berdiam diri disitu adalah kaula-Belandajika

bapak-bapaknya tanpa nationality atau kebangsaannya tidak dikenal

3 Istri kaula-Belanda

4 Anak dari seorang kaula-Belanda meskipun lahir di luar daerah-daerah itu

yang dibawah umur 18 tahun atau sudah kawin

3 Bagir Manan Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006hellip h 17

39

5 Anak tersebut sub empat yang setelah kawin atau setelah mencapai umur 18

tahun menetap di daerah-daerah tersebut

Menurut pasal 2 status orang sebagai kaula-Belanda hilang

1 Dengan naturalisasi atau pewarganegaraan seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang belum kawin disuatu Negara Asing

2 Bagi seorang perempuan yang kawin dengan seorang warga dari suatu Negara

Asing kecuali apabila perempuan itu tidak mungkin menjadi warga dari

Negara Asing tadi

3 Dengan masuk dinas ketentaraan Negara Asing tanpa ijin dari pemerintah

setempat

4 Bagi orang-orang bukan Indonesia asli yang setelah berada di luar daerah-

daerah tersebut tidak dalam 3 bulan melaporkan diri pada seorang Konsul

Belanda di tempat

5 Bagi orang perempuan yang termasuk dalam sub 1 dan 2 setelah ia kemudian

mendapat nationality dari suaminya

6 Dengan pembatalan status itu oleh yang berkuasa dalam beberapa hal tertentu

Dengan demikian pada zaman Hindia-Belanda tidak ada kewarganegaraan Indonesia

melainkan hanya ada kekaulaan Belanda sehingga pada waktu itu di Indonesia

terhadap pengertian ldquoorang asingrdquo (vreemdeling) ada pengertian ldquokaula-Belandardquo dan

para kaula-Belanda ini dibagi dalam tiga golongan yaitu

a Orang-orang Belanda

b Orang-orang Indonesia asli (inlander)

c Orang-orang timur asing (vreemde Oosterling)

Tiga golongan ini kemudian dinamakan lain yaitu

a Nederlands onderdaan-Nederlander atau kaula-Belanda yang terdiri dari orang

Belanda

b Nederlands onderdaan-niet Nederlander van inheemse oorsprong (kaula-

Belanda yang bukan orang-orang Belanda dan yang terdiri dari orang-orang

Indonesia asli

40

c Nederlands onderdaan-niet Nederlander van uitheemsche oorsprong

ataukaula-Belanda yang bukan orang Belanda dan bukan orang Indonesia asli

yaitu orang Eropa bukan Belanda dan orang-orang Timur Asing seperti

orang-orang Cina Arab India dan lain-lain Dalam hal ini orang Jepang

disamakan dengan orang Eropa bukan Belanda4

Hindia Belanda bukanlah suatu negara maka tanah air Indonesia dalam zaman

Belanda tidak mempunyai warga negara menurut pertauran Hindia Belanda

penghunipenduduk tanah air Indonesia yang bukan orang asing disebut kaulanegara

Belanda yang dapat dibagi sebagai berikut5

1) Kaulanegara Belanda orang Belanda

2) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi yang termasuk

Bumiputera

3) Kaulanegara Belanda bukan orang Belanda tetapi juga bukan

Bumiputera misalnya orang-orang Timur Asing (Cina India Arab

dan lain-lain)

b Zaman Pendudukan Jepang

Indonesia diduduki oleh Jepang dari bulan Maret 1942 sampai tanggal 17 Agustus

1945 pemerintah Jepang tidak mengeluarkan suatu peraturan resmi mengenai

kewarganegaraan di Indonesia Tetapi dalam praktek orang-orang di Indonesia yang

bukan orang Jepang baik orang-orang Indonesia asli maupun orang-orang keturunan

Belanda Cina Arab dan sebagainya tidak lagi dipandang sebagai kaula-Belanda

atau Nederlands onderdaan Orang-orang keturunan Belanda pada umumnya

dianggap sebagai orang-orang Belanda maka mereka seperti orang-orang Belanda

juga dimasukkan dalam ldquokonsentrasi-kamprdquo atau tempat pengasingan jadi berada

4 Wirjono Prdjodikoro Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia (Jakata PT Dian Rakyat

1989) h 175

5 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 237

41

diluar kehidupan kemasyarakatan dan orang-orang lain yang ada di Indonesia yang

bukan orang Jepang dianggap sama kedudukannya sebagai rakyat jelata Maka dalam

periode ini kewarganegaraan tidak diatur

c Sejak Proklamasi

Pada waktu Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Negara

Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar Sehari kemudian

tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945 mengenai kewarganegaraan

UUD 1945 menyebutkan antara lain6

1) Pasal 26 ayat (1) menentukan bahwa ldquoYang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia Asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara Indonesiardquo sedangkan

2) Pasal 26 ayat (2) menentukan bahwa ldquoSyarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undangrdquo

Sebagai pelaksanaan pasal 26 tanggal 10 April 1946 diundangkan UU No 3 tahun

1946 Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No 3

tahun 1946 adalah

1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia

2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah

negara Indonesia

3) Anak yang lahir di dalam wilayah negara Indonesia

Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa asas yang dianut dalam UU ini adalah Ius Soli

UU No 3 tahun 1946 selanjutnya mengalami perubahan oleh UU No 6 dan 8 Tahun

1947 Sebagaimana UU No 3 tahun 1946 kalau diperhatikan dari UU tersebut bahwa

kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menganut asas Ius Soli yang dapat dilihat

pada pasal 1 (a) dan (b) yaitu

1) WNI adalah orang Indonesia asli dalam daerah negara Indonesia

6 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

42

2) Orang peranakan yang lahir dan bertempat tinggal di Indonesia paling sedikit 5

tahun berturut-turut serta berumur 21 tahun kecuali ia menyatakan keberatan

menjadi WNI7

d Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)

Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari Konferensi Meja Bundar

(27 Desember 1949) antara Belanda dengan negara Indonesia Serikat ada tiga hal

yang penting dalam persetujuan tersebut antara lain8

1) Orang Belanda yang tetap kewarganegaraan Belanda tetapi terhadap

keturunannya yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6

bulan sebelum 27 Desember 1949 setelah penyerahan kedaulatan dapat

memilih kewarganegaraan Indonesia yang dinamakan ldquohak opsirdquo atau hak

untuk memilih kewarganegaraan sedangkan pemilihan kewarganegaraan

disebabkan tindakan aktif sebagai lawan tindakan pasif dalam hak

repudiasi

2) Orang-orang yang tergolong kawula Belanda (orang Indonesia Asli)

berada di Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak

tinggal di SurinameAntiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda

dan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia

3) Orang-orang Eropa dan Timur Asing maka terhadap mereka dua

kemungkinan yaitu jika bertempat tinggal di Belanda dan ditetapkan

kewarganegaraan Belanda mereka yang dinyatakan sebagai WNI dapat

menyatakan menolak dalam kurun waktu dua tahun

e Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946

Sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945 pada tanggal 10 April 1946

diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang mengatur tentang

Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia Undang-Undang

7 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 238

8 Titik Triwulan Tutik Pokok-pokok Hukum Tata Negarahellip h 239

43

ini berlaku surut sejak tangga 17 Agustus 1945 Berdasarkan Pasal 1 Undang-

Undang Kewarganegaraan Indonesia yang pertama ini kewarganegaraan

Indonesia bisa didapatkan oleh

1) orang Indonesia asli dalam wilayah Negara Indonesia

2) orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas tetapi turunan

seorang dari golongan itu serta lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman dalam wilayah Negara Indonesia dan orang bukan turunan

seorang dari golongan termaksud lahir bertempat kedudukan dan

berkediaman yang paing akhir selama sedikitnya lima tahun berturut-turut

di dalam wilayah Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau

telah kawin

3) orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia dengan cara

naturalisasi

4) anak yang sah disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh

bapaknya pada waktu lahir bapaknya mempunyai kewarganegaraan

Indonesia

5) anak yang lahir dalam jangka watu tiga ratus hari setelah bapaknya yang

mempunyai kewarganegaraan Indonesia meningal dunia

6) anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada

waktu lahir mempunyai kewarganegaraan Indonesia

7) anak yang diangkat secara sah oleh warga negara Indonesia

8) anak yang lahir di dalam wilayah Negara Indonesia yang oleh bapaknya

ataupun ibunya tidak diakui secara sah

9) anak yang lahir di wilayah Negara Indonesia yang tidak diketahui siapa

orangtuanya atau kewarganegaraannya

Pada dasarnya Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1936 menyatakan ada

4 (empat) cara untuk menjadi warga negara Indonesia Pertama untuk penduduk asli

secara otomatis menjadi warga negara Indonesia Kedua penduduk yang sudah lebih

dari lima tahun dan tidak pernah menyatakan diri menolak kewarganegaraan

44

Indonesia adalah warga negara Indonesia Ketiga semua keturunan dari cara pertama

dan cara kedua tersebut Keempat orang asing yang mendaftarkan diri untuk menjadi

warga negara Indonesia Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas ius soli

Penduduk Indonesia secara pasif memperoleh status warga Negara Indonesia Namun

bagi mereka yang tidak menghendaki status tersebut diperkenankan untuk

menggunakan hak repudiasinya dengan mengajukan pernyataan secara tertulis

menolak kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu diubah dengan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1947 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1947 dan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 19489 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 menambahkan ketentuan pada

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dengan (j) badan hukum yang

didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dan bertempat

kedudukan di dalam wilayah Negara Indonesia Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1947 kemudian menegaskan bahwa seorang warga negara Indonesia tersebut pada

Pasal 1 sub b yang mempunyai kewarganegaraan dari negara lain dapat melepaskan

kewarganegaraannya dari negara Indonesia dengan menyatakan keberatan menjadi

warga negara Indonesia10

Perubahan dengan kedua Undang-Undang yang terakhir

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin

menggunakan hak repudiasinya sampai tanggal 17 Agustus 1948 Sejak tanggal 17

Agustus 1948 penduduk Indonesia terdiri dari warga negara Indonesia dan warga

negara asing Setiap orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia harus

melalui proses pewarganegaraan berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 194611

9 Koerniatmanto Soetoprawiro Hukum Kewarganegaraan dan Keimigasian di Indonesiahellip

h 28

10

CST Kansil Hukum Tata Neagara (Jakarta Erlangga 2007) h 38

11

CST Kansil Hukum Tata Neagarahellip h 38

45

f Berdasarkan Undang-Undang No 62 Tahun 1958

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang berlaku hingga sekarang adalah

UU No 62 tahun 1958 yang mutlak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1

Agustus 1958 Beberapa bagian dari undang-undang itu yaitu yang mengenai

ketentuan-ketentuan siapa warganegara Indonesia status anak-anak dan cara-cara

kehilangan kewarganegaraan ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 Desember

1949

Hal-hal selengkapnya yang diatur dalam UU No 62 tahun 1958 antara lain (1) Siapa

tang dinyatakan berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) (2) Naturalisasi atau

Pewarganegaraan biasa (3) Akibat pewarganegaraan (4) Pewarganegaraan istimewa

(5) Kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus

orang asing

Menurut Undang-Undang itu warga negara Indonesia adalah

1) Mereka berdasarkan UUperaturanperjanjian yang terlebih dahulu berlaku

(berlaku surut)

2) Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam Undang-

Undang itu

Sebaliknya seseorang dapat menjadi Orang Asing jika ia tidak memenuhi syarat

sebagai warganegara seperti yang disebutkan diatas Selain itu mungkin juga seorang

Indonesia menjadi orang asing karena (1) Dengan sengaja insyaf dan sadar menolak

kewarganegaraan RI (2) Menolak kewarganegaraan RI karena khilaf atau ikut-

ikutan saja dan (3) Ditolak oleh orang lain misalnya seseorang anak yang ikut status

orang tuanya yang menolak kewarganegaraan RI12

g Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina

Setelah kaum Komunis berhasil merebut kekuasaan di Cina sehingga muncul

Republik Rakyat Cina (RRC) yang mempertahankan Undang-Undang

Kewarganegaraan Cina Nasionalis Undang-Undang ini menggunakan asas sanguinis

12

Samidjo Ilmu Negara (Jakarta Amico 1996)hellip h 42

46

Artinya semua orang Cina di manapun berada diklaim sebagai warga negara Cina

Hal ini mengakibatkan semua orang Cina yang berstatus warga negara Indonesia

menjadi berstatus bipatride disamping sebagai warga negara Indonesia juga sebagai

warga negara RRC Timbuknya dwikewarganegaraan adakalanya tidak selalu

disebabkan oleh perbedaan antara peaturan kewarganegaraan masig-masing negara

yang menganut asas perolehan kewarganegaraan yang berbeda namun dapat juga

timbul apabila peraturan kewarganegaraan di setiap negara seluruhnya sama

Berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam masalah dwi

kewarganegaraan maka dalam praktek negara-negara berusaha untuk mencegah atau

setidak-tidaknya mengurngi adanya kewarganegaraan ganda tersebut13

Masalah dwikewarganegaraan dapat menimbulkan kesulitan ataupun masalah

Masalah atau kesulitan tersebut terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban sebagai waraganegara hal ini dapat dipahami karena bagaimanakah

pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warganegara jika seandainya seseorang

mempunyai dwi-kewarganegaraan Hak dan kewajiban sebagai warganegara

manakah yang harus dilakukan 14

Seperti di Indonesia sebelum dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958 Tentang perjanjian dwi-kewarganegaraan

Republik Indonesia-Republik Rakyat Cina terdapat penduduk Indonesia yang

memepunyai dwi-kewarganegaraan terutama orang-orang keturunan cina Menurut

Undang-undang kewarganegaraan Republik Indonesia mereka merupakan

warganegara Indonesia juga menurut Undang-Undang Republik Rakyat Cina mereka

juga merupakan warganegara Republik Rakyat Cina15

13

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan (Pusat Studi Hukum Tata

Negara Indo Hill 1995) h 7

14

Abdul Bari Azed Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraanhellip h 7

15

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia (Tesis Universitas Indonesia 2011) h 79

47

Orang yang mempunyai dwikewarganegaraan (orang keturunan Cina ) ini

sering menimbulkan kesulitan atau persolan di dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan baik terhadap yang bersangkutan maupun terhadap

pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terjadi

pembicaraan antara pihak Indonesia dan RRC sehingga menghasilkan persetujuan

dalam bentuk Perjanjian Dwi Kewarganegaraan Isi perjanjian ini diratifikasi dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1958 ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan yang ada

pada waktu itu dan mencegah timbulnya dwi kewarganegaraan di kemudian hari

Masalah dwi-kewarganegaraan diselesaikan dengan cara menghilangkan salah satu

kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang Untuk itu kedua belah pihak

menyepakati hal-hal berikut ini

1) Suatu golongan yang mempunyai dwi-kewarganegaraan dianggap tidak

mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi karena menurut pendapat

Pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa

mereka dengan sendirinya telah melepaskan kewarganegaraan RRC-nya

2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a harus memilih

dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka

pertahankan Dengan ketentuan bahwa mereka yang tidak menyatakan

pilihannya menjadi warga negara asing Suami istri yang

berkewarganegaraan rangkap menentukan pilihannya masing-masing Dan

selama anak belum dewasa mengikuti pilihan bapak ibunya Dan jika telah

dewasa anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan

Pasal X Perjanjian Dwi-kewarganegaraan menentukan bahwa apabila seorang

warga negara Indonesia kawin dengan seorang warga negara RRC masing-masing

tetap memiliki kewarganegaraan asal kecuali apabila salah satu dari mereka dengan

kehendak sendiri memohon dan memperoleh kewarganegaraan dari partnernya

Apabila ia memperoleh kewarganegaraan partnernya dengan sendirinya akan

kehilangan kewarganegaraan asalnya Dari sudut ketentuan Indonesia ketentuan

48

tersebut merupakan ketentuan khusus dari ketentuan umum yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

h Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia

Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-undang

kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat Secara filosofis undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia masih mengandung ketentuan yang

belum sejalan dengan falsafah Pancasila karena bersifat diskriminatif kurang

menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antara warga negara serta kurang

memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak

Secara yuridis landasan konstitusional pembentukan Undang-undang Nomor

62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indoensia adalah undang-undang

Dasar Sementara Tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden Tahun

1959 yakni dengan kembali berlakunya Undang-undang Dasar 1945 Undang-

undang Dasar 1945 inipun sudah diamandemenkan sehingga lebih menjamin

perlindungan Hak Asasi Manusia dan Hak Warga Negara

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

49

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak16

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadi dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

(1) Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

16

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

50

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan17

Warga negara Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara

Indonesianya seperti tercantum dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat

pernyataan tentang keinginannya untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat

pernyataan itu disampaikan kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang

diwilayahnya meliputi tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak

mengakibatkan kewarganegaraanganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3

tahun sejak tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini

dimaksudkan untuk memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan

perkawinannya atau tidak karena pada umumnya perkawinan campuran hanya

berlangsung dalam waktu 3 tahun Selain itu oleh karena adanya perkawinan

campuran maka dapat pula warganegara asing yang menikah dengan warga negara

Indonesia diberikan kemudahan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini

Manusiahellip h 80

51

tercantum dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersnagkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Warga Negara Asing yang telah 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak

berturut-turut dapat menjadi Warga Negara Indonesia asalkan dengan diberikan

kewarganegaraan ganda Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara

Indonesia yang telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing

kemudian ia ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka

menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri bagi

warganegara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

17

Libertus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraan (Jakarta

52

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan Masalah perubahan kewarganegaraan

suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran didasarkan pada undang -

undang kewarganegaraan seperti halnya perempuan warga negara Indonesia yang

kawin dengan laki-laki warga negara asing yang menurut hukum negara asal

suaminya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan

suami sebagai akibat perkawinan tersebut atau laki-laki warga negara Indonesia yang

kawin dengan perempuan warganegara asing yang menurut hukum negara asal

istrinya itu menetapkan bahwa kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan

istri sebagai akibat perkawinan tersebut18

Oleh karena itu suami atau istri tidak secara otomatis kehilangan

kewarganegarannya ataupun mendapatkan kewarganegaraan pasangannya karena

tergantung kepada hukum kewarganegaraan pasangannya Menurut pasal 26 (3) dan

(4) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia apabila seorang warga negara Indonesia ingin mempertahankan

kewarganegarananya maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau perwakilan Republik Indonesia Surat pernyataan

tersebut harus diajukan 3 tahun sejak perwakilan berlangsung Jadi selama jangka

waktu itu perwakilan berlangsung Jadi selama jangka waktu itu ia tidak

menyatakannya maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesianya Dalam pasal

27 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia menyatakan bahwa ldquoKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri

yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suamirdquo

Visimedia 2008) h4

18

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

53

Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai aspek

bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga negara sehingga diganti

dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang- Undang Nomor

12 Tahun 2006 Undang-Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam

menghapus berbagai bentuk diskriminasi selama ini Pasal 2 Undang-Undang Nomor

12 Nomor 2006 menyatakan bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Nomor

2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia adalah 19

(1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan danatau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain

sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia

(2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia

(3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing

(4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu Warga Negara Indonesia

(5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum

negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak

tersebut

(6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara

Indonesia

(7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia

19

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12 Tahun

54

(8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

(delapan belas) tahun atau belum kawin

(9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

(10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui

(11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

(12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari

negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan

kepada anak yang bersangkutan

(13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

Asas-asas yang dianut Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 adalah sebagai

berikut

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara

tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas

bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Nomor 2006

2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

55

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006

Undang-Undang Nomor 12 Nomor 2006 pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau tanpa kewarganegaraan (apatride)

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini

merupakan suatu pengecualian Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 12 tahun

2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyatakan bahwa undang-

undang kewarganegaraan yang lama yaitu Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia baik secara filosofis yuridis maupun

sosial tidak memenuhi syarat

Secara sosiologis Undang-Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indoensia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional

dalam pergaulan global yang mengehendaki adanya persamaan perlakuan dan

kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan

gender Oleh karena undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan

Republik Indoensia sudah tidak memenuhi syarat maka dibentuklah Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia telah

menghapus semua aturan kewarganegaraan yang diskriminatif Selain

memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa Indonesia lainnya

undang-undang ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi

kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campuran antara Warga

56

Negara Indonesia dengan warga negara Asing sebelum anak berusia 18 tahun dan

belum menikah Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak anak20

Suatu perkawinan kadangkala dapat menyebabkan terjadinya status

kewarganegaraan seseorang Hal ini terjadai dalam perkawinan campuran yaitu

perkawinan yang dilangsungkan dengan beda kewarganegaraan Adanya perkawinan

campuran dapat menyebabkan warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan memperoleh kewarganegaraan pasangannya ataupun tetap pada

kewarganegaraan mereka masing-masing yaitu Warga Negara Indonesia Hal ini

terlihat dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan

ldquoBahwa

1 Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum asal suaminya kewarganegaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut

2 Laki-laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan

warga negara asing kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

jika menurut hukum negara asal istrinya kewarganegaraan suami

mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut

3 Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi warga

negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai

keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki

tersebut kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan

ganda

20

Liberatus Jehani dan Atanasius Harpen Tanya Jawab UU Kewarganegaraanhellip h 4

57

4 Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) tahun sejak

tanggal perkawinannya berlangsungrdquo

Berdasarkan Pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perempuan warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga Negara

Asing dapat kehilangan kewarganegaraan Indoensianya apabila hukum dari negera

asal suaminya menyatakan kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Sebaliknya laki-laki

warga Negara Indonesia yang menikah dengan perempuan Warga Negara Asing juga

dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesianya apabila hukum dari negara asal

istrinya menyatakan kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri

sebagai akibat dari perkawinan campuran yang dilaksanakan Warga negara

Indonesia tetap dapat mempertahankan warga Negara Indoensianya seperti tercantum

dalam Pasal 26 (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan cara mengajukan surat pernyataan tentang keinginannya

untuk mempertahankan kewarganegaraannya Surat pernyataan itu disampaikan

kepada pejabat atau perwakilan Republik Indonesia yang diwilayahnya meliputi

tempat tinggalnya Pengajuan itu dapat dilakukan apabila tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda Surat pernyataan itu harus diajukan setelah 3 tahun sejak

tanggal perkawinan berlangsung Penetapan batas 3 tahun ini dimaksudkan untuk

memberikan suatu pilihan apakah mereka akan meneruskan perkawinannya atau tidak

karena pada umumnya perkawinan campuran hanya berlangsung dalam waktu 3

tahun21

Selain itu oleh karena adanya perkawinan campuran maka dapat pula warga

negara asing yang menikah dengan warga negara indonesia diberikan kemudahan

untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia Hal ini tercantum dalam pasal 19

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menyatakan sebagai berikut

58

ldquoBahwa

1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara

Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan

pejabat

2) Penyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila

yang bersangkutan sudah bertempat tinggal paling sedikit 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak

berturut-turut kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda

3) Dalam hal ini yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersangkutan dapat diberi

izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan

untuk menjadi warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menterirdquo

Apabila perkawinan campuran tersebut putus warga Negara Indonesia yang

telah merubah kewarganegaraan menjadi Warga Negara Asing kemudian ia ingin

memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesianya maka menurut Pasal 32

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia ia dapat mengajukan permohonan tertulis kepada menteri bagi Warga

Negara Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia sedangkan bagi yang

bertempat tinggal di luar negari permohonan dapat disampaikan kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu paling

lambat 14 hari setelah menerima permohonan

21

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

59

2 Upaya Undang-Undang Menyelesaikan Masalah Dwikewarganegaraan

Seiring berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dinilai sudah tidak sanggup lagi

mengakomodir kepentingan para pihak dalam perkawinan campuran terutama

perlindungan hukum bagi seorang istri yang statusnya Warga Negara Indonesia dan

masalah status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campur dimana si ibu Warga

Negara Indonesia akan mengalami kesulitan mendapatkan pengasuhan anaknya yang

Warga Negara Asing apabila perkawinan campur itu putus karena sesuatu hal22

Bila ditinjau ke belakang produk hukum yang dihasilkan pada masa orde

lama yaitu Program Benteng tahun 1951 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1959 yang dimaksudkan untuk memecah persoalan polarisasi sosial Warga Negara

asli dan Warga Negara tidak asli (pribumi dan non pribumi) Pada masa tahun 1945

sampai berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan masa pengembangan

konsep kebangsaan Dalam kurun waktu itu terjadi usaha-usaha

untuk menggantikan konsep kebangsaan itu dengan konsep atau ideologi lain yaitu

munculnya pemberontakan yang bersifat politis ideologis dan separatis Kemudian

lahir orde baru dengan tujuan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen ternyata tidak berhasil

yang terjadi justru kebalikannya yakni hukum menjadi sarana untuk menopang

kekuasaan dan status quo

Selama orde baru banyak praktik hukum yang tidak aspiratif dan tidak

demokratis sebaliknya sebagai produk hukum orde baru telah memangkas hak-hak

warga negara yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum internasional contoh konkrit sebagai ekspresi yang

membawa implikasi praktek politik hukum yang diskriminatif orde baru yaitu

berusaha menggarap masalah Warga Negara Indonesia Tionghoa secara serius

Manusiahellip h 91

60

mendasar dan mendalam yaitu melalui politik hukum pembuatan produk hukum

yang berbentuk Resolusi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor

IIIRESMPRS1966 tentang Pembinaan Kesatuan Bangsa seterusnya rezim orde

baru yang berciri legalistik dalam seluruh kebijaksanaan yang diambilnya selalu

didasarkan pada format perundangan seperti Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Undang-Undang Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden dan Instruksi

Presiden dalam melaksanakan proses konsep kebangsaan Indonesia Untuk keperluan

legalitas tersebut maka sejak periode awal salah satu langkah untuk memecah

persoalan etnik Tionghoa pemerintahan orde baru telah mengeluarkan Instruksi

Presidium Kabinet Nomor 31UIN121966 kepada Menteri Kehakiman Republik

Indonesia untuk tidak menggunakan penggolongan penduduk Indonesia berdasarkan

pasal 131 dan 163 IS (Indische Staatsregelling) dan Keputusan Presiden Nomor 24

Tahun 1967 tentang Kebijaksanaan Pokok yang menyangkut Warga Negara

Indonesia keturunan asing

Dalam konteks mengupayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

dianggap perlu untuk meniadakan semua praktik yang mengarah pada pemilahan

atau pengkotak-kotakan golongan penduduk kepada Warga Negara Indonesia

Tionghoa dimungkinkan untuk mengganti nama mereka dengan nama-nama

Indonesia sebagaimana ditentukan dalam keputusan Presidium Kabinet Nomor

1274Kep121966 tanggal 27 Desember 1966 Pada tanggal 8 Juli 1996 dikeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik

Indonesia selanjutnya di sini disebut Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996

Keputusan tentang hukum ini menyatakan bahwa istri dan anak berusia di bawah 18

tahun dari seseorang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia (proses

naturalisasi) langsung mengikuti kewarganegaraan suamiayahnya tersebut (Pasal 1)

Seorang anak (termasuk dari luar kawin) yang belum berusia 18 tahun dari seorang

wanita Warga Negara Indonesia melalui proses pewarganegaraan langsung menjadi

22

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

61

warga negara Indonesia mengikuti kewarganegaraan ibunya (Pasal 2) Dengan

Keputusan Presiden ini semua peraturan perundang-undang yang untuk kepentingan

berbagai hal mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan tidak berlaku lagi Kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1996 kepada aparat daerah supaya menghapus

semua kebijakan hukum yang mewajibkan istri dan anak untuk melampirkan Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk kepentingan tertentu Kemudian

pemerintah mengeluarkan instrument pelaksanaan produk hukum di atas Dalam hal

ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 47121265SJ

kepada seluruh Gubernur Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia untuk tidak lagi

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

Lalu Direktur Jenderal Imigrasi mengeluarkan surat edaran tanggal 9 Juli

2002 yang pada intinya menyatakan paspor Warga Negara Indonesia yang telah

memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi agar melampirkan petikan

Keputusan Presiden tentang Kewarganegaraan sementara anak dan keturunannya

cukup dengan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Surat Edaran yang sama

dikeluarkan pula tanggal 16 April 2004 oleh Dirjen Imigrasi Surat Edaran Dirjen

Imigrasi menegaskan hal serupa sesuai Surat Edaran 9 Juli 2002 bahwa permohonan

paspor tidak perlu mensyaratkan Surat Bukti Kewarganegaraa Republik Indonesia

Kemudian Dirjen menyatakan bahwa Surat Edaran ini bersifat mengikat kepada

seluruh kantor Imigrasi di Indonesia Wakil Presiden Hamzah Haz mengeluarkan

surat edaran yakni Setwapres Nomor B33 tanggal 15 Maret 2004 Wakil Presiden

memerintahkan kepada Jaksa Agung Kapolri Menteri-Menteri Gubernur dan

BupatiWalikota untuk menertibkan dan menindak aparat bawahannya yang masih

memberlakukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (Tionghoa India Arab dan lain-lain) Kemudian lahir

Manusiahellip h 158

62

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 tentang Persetujuan Antara Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina23

Disebutkan dalam persetujuan ini bahwa ada berbagai kelompok Warga

Negara Indonesia yang dikelompokkan sebagai Warga Negara Indonesia tunggal

atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia-Republik Rakyat Cina dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia yakni

bagi mereka yang berstatus seperti tentara veteran pegawai pemerintah yang pernah

membela nama Republik Indonesia di dunia internasional petani atau mereka yang

secara implisit sudah pernah ikut Pemilihan umum Tahun 1955 Ada tokoh-tokoh

Tionghoa dalam kelompok ini yang secara tidak konsekuen tetap saja perjanjian

dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan Republik

Indonesia atau Republik Rakyat Cina diterapkan kepada mereka Perjanjian Republik

Indonesia dan Republik Rakyat Cina kemudian telah dituangkan dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1958 Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai upaya

menyelesaikan masalah dwikewarganegaraan yang dengan peraturan pelaksanaannya

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1959 dengan masa opsi 2 tahun (20

Januari 1960-20 Januari 1962) Kemudian dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1969 dibatalkanlah Perjanjian dwi kewarganegaraan tersebut di atas Dengan

demikian persoalan status Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa sudah

terselesaikan Anak-anak Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir

setelah 20 Januari 1962 sudah menjadi Warga Negara Indonesia tunggal dimana

setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain selain

Warga Negara Indonesia

Dengan demikian pula tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan

dengan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia Keberadaan dari produk

perundangan baik Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996 maupun Instruksi

23

Imam Choirul Muttaqin Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak Asasi

Manusiahellip h 160

63

Presiden Nomor 4 Tahun 1999 yang dengan jelas tidak lagi mensyaratkan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia untuk berbagai kepentingan perdatanya (akta

kelahiran paspor menyekolahkan anak mengurus Kartu Tanda Penduduk dan

sebagainya) bukan tidak berdasar sama sekali Artinya ketentuan di atas mengacu

kepada prinsip-prinsip yang diatur oleh peraturan perundang undangan sebelumnya

yang juga posisi hierarki legalisasinya lebih bersifat kuat karena dalam Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang dalam

peraturan pelaksanaannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958

menyatakan bahwa penunjukan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia

demikian hanya jika ada pernyataan suatu instansi yang bersifat meragukan status

orang tersebut Oleh karena kebijakan-kebijakan tersebut terbukti gagal dan

efektivitasnya cenderung terbatas maka lahirlah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 untuk memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negara dan

memberikan jaminan kepastian hukum tentang siapa saja Warga Negara Indonesia itu

sehingga tercermin adanya persamaan hukum diantara warga negara Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 merupakan suatu produk hukum yang lahir dari

amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kemudian dibentuk Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 yakni

a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh

Kehilangan Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia

b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M01- HL0301

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 43 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006

c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M02HL-0506

Tahun 2006 berisi tentang Penjabaran Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M80-

HL0401 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pendaftaran Pencatatan dan

64

Pemberian Fasilitas Keimigrasian Sebagai Warga Negara Indonesia yang

Berkewarganegaraan Ganda Ditinjau dari segi perspektif hukum lahirnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang Undang Kewarganegaraan lama yaitu

Undang Undang Nomor 62 Tahun 1958 dikarenakan untuk memberikan

perlindungan hukum yang diwujudkan dengan

a Perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan pria Warga

Negara Asing tidak otomatis kehilangan haknya sebagai Warga Negara

Indonesia melainkan ia diberi hak opsi untuk mempertahankan status

kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia atau mengikuti status

kewarganegaraan suaminya

b Apabila perkawinan campuran itu putus karena sesuatu hal dan hak

pengasuhan anak jatuh kepada ayahnya yang Warga Negara Asing maka

ketika si ibu Warga Negara Indonesia yang hendak menemui anaknya di luar

negeri tidak dituduh sebagai penculik

c Anak perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga

Negara Asing adalah Warga Negara Indonesia sampai usia 18 tahun atau

sudah kawin dan sesudah itu ia diwajibkan memilih salah satu status

kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006)

B India

1 Sejarah dan Perkembangan Citizenship Act of India

Penganugerahan seseorang sebagai warga negara India diatur oleh Bagian II

dari Konstitusi India (Pasal 5 hingga 11) Menurut Pasal 5 semua orang yang

bertempat tinggal di India pada saat dimulainya Konstitusi adalah warga negara India

dan juga orang yang lahir di India Presiden India disebut sebagai Warga Negara

Pertama India Undang-undang yang terkait dengan masalah ini adalah Undang-

Undang Kewarganegaraan 1955 yang telah diamandemen oleh Kewarganegaraan

65

(Amandemen) Undang-Undang tahun 1986 1992 2003 2005 2015 dan 2019

Amandemen 1986 membatasi kewarganegaraan dengan kelahiran untuk mewajibkan

paling tidak satu orang tua harus menjadi warga negara India Amandemen 2003

lebih lanjut membatasi aspek itu dengan mengharuskan orang tua tidak bisa menjadi

imigran ilegal Amandemen 2003 juga mengamanatkan Pemerintah India untuk

membangun Daftar Warga Nasional Amendemen 2019 memberikan jalan yang lebih

mudah ke kewarganegaraan bagi minoritas terpilih yang dianiaya yaitu Hindu Sikh

Budha Jain Paris dan Kristen dari negara tetangga yang mayoritas Muslim di

Bangladesh Pakistan dan Afghanistan yang memasuki India sebelum Desember

2014 Kedua tindakan ini telah memunculkan protes skala besar di India pada 2019

ldquoOil boomrdquo yang terjadi di awal tahun 1970 di negara ndash negara Teluk

menarik banyak orang India untuk mengejar perekonomian yang lebih baik Para

migran yang telah sukses kemudian mendorong golongan muda dari India untuk turut

serta melakukan migrasi Hal ini terus menerus berlangsung dan diaspora India di

negara ndash negara Teluk terus bertambah seiring waktu Pengiriman uang ke negara

asalnya (remittances) sedikit demi sedikit membantu keluarga mereka yang berada di

dalam kemiskinan dan tentu saja menjadi salah satu pemasukan negara24

Hingga pertengahan tahun 1970 pemerintah India belum melihat adanya

keuntungan dari diaspora India Pada tahun 1980 Perdana Menteri India pada saat itu

kemudian mengundang beberapa diaspora India untuk datang kembali ke India untuk

membantu pembangunan India pada beberapa sektor inti yang mencakup sektor

telekomunikasi25

Di tahun 1990 dengan ditetapkannya sistem ekonomi liberal

diaspora India diberikan dorongan untuk lebih aktif lagi dalam pembangunan India

Pembentukan komunitas diaspora India sendiri sebenarnya sudah ada sebelum

adanya inisiatif dari pemerintah India untuk mengumpulkan para diaspora ini Di

24

Dr Naresh Kumar Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective (Central University of Gujarat Centre for Diaspora Studies 2012) h 5

66

tahun 1989 para diaspora India di Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan

First Global Convention of People of Indian Origin di New York Pemicu utama

dibentuknya konvensi ini adalah banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia

yang dialami diaspora India di dunia dimana yang terbesar adalah pada tahun 1987

terjadi kudeta militer terhadap pemerintah Fiji yang didominasi oleh diaspora India

Konvensi ini kemudian menghasilkan pembentukan organisasi global diaspora India

yang pertama yaitu Global Organization of People of Indian Origin (GOPIO)

GOPIO kemudian mengajukan petisi pada PBB mengenai kasus pelanggaran hak

asasi manusia

Pada tahun 2000 dibentuk suatu tim khusus oleh pemerintah India yaitu High

Level Indian Diaspora Committee untuk menelaah lebih lanjut persoalan diaspora

India di dunia Setelah melakukan kunjungan ke beberapa negara di berbagai benua

tim khusus ini kemudian mengajukan sebuah laporan dengan berisikan beberapa

rekomendasi antara lain diadakannnya pertemuan diaspora India dari seluruh dunia

oleh pemerintah India (Pravasi Bharatiya Divas PBD) menyediakan kebijakan dual

nationality hingga mengupayakan menyediakan hak pilih untuk diaspora India

dengan berbagai syarat dan ketentuan Berbagai rekomendasi ini bertujuan untuk

mendekatkan diaspora India pada tanah airnya memudahkan mobilisasi diaspora

India guna menunjang pembangunan negara dan membuka ruang untuk partisipasi

diaspora India pada pembangunan negara26

Perdana Menteri Dr Manmohan Singh pada tahun 2004 kemudian mendirikan

kementerian baru untuk mengurus kepentingan diaspora India di dunia yaitu Ministry

of Non-Resident Indiansrsquo Affairs yang kemudian berubah nama menjadi Ministry of

Overseas Indian Affairs (MOIA) di bulan September 2004 Divisi emigrasi dari

25

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB) 26

Thomas Abraham NRIsPIOs ndash A Catalyst for Development GOPIO Inc 2012

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1302

WIB)

67

kementerian tenaga kerja kemudian dipindahkan ke MOIA dan divisi NRI dari

kementerian luar negeri juga dipindahkan ke MOIA dengan nama divisi Diaspora

MOIA juga menangani segala aspek migrasi dan kepulangan migran ke India Misi

awal terbentuknya MOIA adalah

To establish a robust and vibrant institutional framework to facilitate and

support mutually beneficial networks with and among Overseas Indians to maximize

the development impact for India and enable Overseas Indians to invest in and

benefit from the opportunities in India27

Poin utama dari misi ini adalah bagaimana MOIA dapat menjadi sebuah institusi

yang dapat memfasilitasi dan mendukung jaringan yang bermanfaat secara mutual

dengan diaspora India Selain itu MOIA juga harus memaksimalkan diaspora India

untuk memberikan pengaruh bagi pembangunan India MOIA memiliki tiga tujuan

utama dalam kinerjanya yaitu

a Facilitate sustained interaction of overseas Indians with India and offer

them a wide variety of service in economic social and cultural matters

b Extend institutional support for individual initiatives and community

action to harness the knowledge skills and investible resources of

overseas Indians to supplement the national development efforts

c Transforming management of emigration through appropriate domestic

interventions and international cooperation

Untuk ketiga mencapai tujuan tersebut maka MOIA kemudian mendirikan beberapa

badan untuk mengefektifkan kinerjanya Badan ndash badan tersebut antara lain

a Overseas Indian Facilitation Centre (OIFC) badan yang bekerjasama

dengan Confederation of Indian Industry (CII) untuk memberikan

pelayanan di bidang ekonomi investasi dan bisnis

27

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

68

b India Development Foundation (IDF) badan untuk memberikan fasilitas

bagi filantropi diaspora India untuk disalurkan pada pembangunan sosial

India

c Indian Council of Overseas Employment (ICOE) badan yang

memusatkan penelitian dan kerjanya pada pasar kerja bagi diaspora

India

d Global Indian Network of Knowledge (Global-INK) sebuah wadah

elektronik yang memfasilitasi penyaluran ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman dari

diaspora India

e Overseas Indian Centres (OIC) badan yang berada di dua negara

dengan jumlah diaspora India terbesar Amerika Serikat dan Abu Dhabi

untuk melayani persoalan diaspora India

Selain misi dan tujuan utama MOIA juga memiliki Six Fundamental

Strategic Imperatives yaitu 6 tujuan pokok yang menjadi prioritas utama yang

diberikan dan didukung oleh pemerintah India Yang membedakan tujuan

pokok daripada tujuan dan misinya adalah signifikansi dari tujuan pokok yang

secara jelas dipaparkan Keenam tujuan pokok ini adalah28

a Transforming Brain-drain to Brain-gain Encourage Indians to partner with

the government and the corporations in its development agenda by offering

special status and incentives

Istilah brain drain pertama kali diperkenalkan oleh Royal Society yang

bertujuan untuk menggambarkan emigrasi ilmuwan dan teknolog Eropa ke

Amerika Utara pasca perang khususnya Perang Dunia II Alasan utama dari

emigrasi ini adalah karena adanya masalah di negara asal para emigran

sehingga kelompok ilmuwan ini tidak mendapatkan kesempatan untuk

28

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

69

berkembang Untuk menanggapi brain-drain terdapat istilah brain-gain yang

berarti kedatangan para kelompok ilmuwan dan profesional ke suatu negara

Brain-drain disini dianggap sebagai suatu kerugian negara yang ditinggalkan

dan brain-gain dianggap sebagai suatu keuntungan bagi negara yang dijadikan

tempat tujuan29

India mengalami brain-drain sekitar tahun1960-an ketika negara ini

sedang berada dalam keadaan yang tidak kondusif di bidang ekonomi dan

politik Tujuan pokok pertama dari MOIA adalah mentransformasi brain-drain

menjadi brain-gain dimana sejak tahun 2000 sendiri India sudah menerima

kembali cukup banyak kedatangan kembali para ahli dan profesional Meski

begitu MOIA yakin bahwa tidak semua diaspora India mau pindah kembali ke

India untuk membantu proses pembangunan Maka dari itu MOIA

memaksimalkan bagaimana menjadikan diaspora India ini sebagai penghubung

untuk akses pengetahuan sumber daya dan pasar untuk menggerakan secara

maksimal usaha pembangunan sosio-ekonomi India

MOIA juga tidak menutupi adanya kesempatan bagi diaspora India yang

ingin kembali ke India dan memberikan fasilitas khusus untuk memperlancar

proses kepulangan tersebut Keberadaan badan ndash badan di bawah MOIA

kemudian diefektifkan untuk menjadi suatu institusi yang memberikan

kesempatan bagi diaspora India untuk terlibat sebagai rekan kerja dalam proyek

pembangunan negara India Sektor utama yang ditargetkan sebagai proyek bagi

diaspora India adalah30

a) Local governance ndash Rural and Urban local bodies

29 Moch Iman Santoso Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian (Bandung

Pustaka Reka Cipta 2014) h 97

30

Ministry of Overseas Indian Affairs Strategic Plan

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1305 WIB)

70

b) HigherTechnicalvocational education

c) Energy including non-conventional sources

d) Transportation including rural roads

e) Youth Development including skill upgrading

f) Community Health including rural health care delivery

g) School Education including standardized testing

b Facilitating Diaspora philanthropy Facilitate capital flows from the diaspora

Banyak dari diaspora India baik individu maupun organisasi

memberikan sumbangan donasi terhadap berbagai macam permasalahan sosial di

India Tidak adanya badan yang menangani sumbangan ini mengakibatkan

perputaran kapital sumbangan donasi ini jauh dari potensi yang dimiliki diaspora

India untuk berkontribusi terhadap pembangunan India Melihat potensi yang

besar dari hal ini MOIA kemudian menjadikan filantropi diaspora ini sebagai

salah satu tujuan pokok utama dari kinerjanya 31

c Overseas Indians as a Strategic Resource

Advocacy Invite participation and frequent dialogue with professional bodies

where the diaspora are involved to share perspectives and strategies Keberadaan

diaspora India yang tersebar di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang cukup

lama menghasilkan cukup banyak perwakilan diaspora yang sukses dan dapat

dipertimbangkan Beberapa dari diaspora ini juga sekarang ini menempati posisi yang

baik dalam bidang ekonomi dan dalam bidang politik di negara tempat mereka

menetap Dengan segala potensi tersebut diaspora India kemudian menjadi suatu

sumber daya yang strategis bagi negara India

Keberadaan diaspora India dalam memberikan pengaruh politik dan

pembentukan kebijakan ini semakin terlihat di tahun 2000-an Salah satu contohnya

yaitu peranan komunitas Indo-Amerika dalam kesimpulan Indo-US civil nuclear deal

Terdapat banyak diaspora India yang mengabdi di eselon tinggi di pemerintahan

71

kedua negara dan apabila dimanfaatkan dengan baik hal ini dapat memberikan India

sebuah keuntungan kompetitif

MOIA memposisikan diaspora India sebagai sebuah cadangan strategis yang

harus ditingkatkan untuk dapat mengadvokasi kepentingan India di kancah global

Hingga sekarang ini diaspora India dibutuhkan untuk mengadvokasi India di bidang

perubahan iklim pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah arsitektur finansial

global yang baru Keanggotaan India sebagai anggota permanen di United Nations

Security Council (UNSC) juga menjadi salah satu bahan advokasi bagi diaspora India

sekarang ini

d International Migration Positioning India as a preferred source country for

economic migration

Partner with states and partners to develop skills which are in short supply

internationally and help upskill and reskill with the aim of developing global citizens

Sebagai salah satu aktor utama di bidang migrasi internasional baik itu sebagai

negara asal transit dan tujuan India mempunyai kepentingan strategis dalam

penerapan kebijakan migrasi internasional Dari perspektif kebijakan keinginan

untuk bermigrasi atau tidak merupakan pilihan individual bagi seorang warga negara

Namun dengan latar belakang historis sebagai salah satu negara yang menjadi sumber

tenaga kerja terbesar di dunia India mengatur proses migrasi rakyatnya India dalam

hal ini diatur oleh MOIA berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

tenaga kerja yang kemudian diatur pengirimannya ke berbagai negara di dunia

Untuk mendukung kinerja MOIA dalam mengatur pengelolaan migrasi tenaga

kerja diimplementasikan sebuah proyek e-governance yaitu e-migrate e-migrate

berfungsi untuk membangun data berbasis elektronik dari aliran dan persediaan

tenaga kerja migran Proyek elektronik ini juga memungkinkan seluruh stakeholder

(pemerintah perusahaan pelatihan dan lembaga pengelola migran) dalam proses

31

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-Malaysiahellip

h 50

72

migrasi untuk mengatur dan mengerjakan peran mereka secara efisien dan

transparan32

Untuk tujuan pokok keempat ini MOIA juga meningkatkan kerjasama

bilateral di bidang kemigrasian Sejauh ini MOIA telah membuat perjanjian bilateral

keamanan sosial (Bilateral Social Security Agreements) dan kesejahteraan buruh

dengan beberapa negara dengan jumlah diaspora India yang besar Langkah

selanjutnya yang akan diambil adalah membuat sebuah instrumen perjanjuan baru

mengenai kerjasama mobilitas sumber daya manusia (Human Resource Mobility

Partnership) dengan beberapa negara yang strategis bagi India Selain itu untuk

memastikan kualitas tenaga kerja asal India yang akan dikirim India juga fokus untuk

meningkatkan standar kurikulum menjadi standar internasional memperkenalkan

ujian standarisasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan sertifikasi kemampuan yang

independen

e Establishing strategic economic depth in new destination countries

Facilitate diaspora and Indian business to invest and share learnings to support

the economic growth of developing economies that are of strategic interest India

telah menetapkan target pada tahun 2020 untuk menjadi negara dengan perekonomian

yang kuat dengan usia yang masih muda Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

kebutuhan energi (minyak gas dan tenaga nuklir) pangan sumber daya alam dan

pekerjaan Maka dari itu India sudah selayaknya memperkuat kerjasama dengan

negara ndash negara yang kaya akan sumber daya alam dan relatif masih terbelakang

pembangunannya dalam hal ini negara ndash negara di benua Afrika 33

Prioritas migrasi India kemudian ditetapkan dan digolongkan berdasarkan

kebutuhan perekonomian India Tujuan migrasi India sendiri yang awalnya

didominasi oleh negara ndash negara Timur Tengah Asia Tenggara serta Amerika Serikat

32

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 53

33

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

73

dan Inggris sedikit demi sedikit diarahkan ke Afrika Karibia dan Amerika Latin

untuk merubah arah strategi ekonomi India Perubahan pola migrasi ini agar tidak

hanya para ahli dan profesional saja yang melakukan migrasi namun meliputi petani

pemilik usaha kecil dan menengah serta penyedia layanan jasa34

f Protection and Welfare Providing institutional support to Vulnerable Overseas

Indians including women

Review policy and re-engineer processes to be diaspora and emigrant friendly

Tujuan pokok terakhir dari MOIA adalah menjadi tempat perlindungan pertama dan

utama bagi diaspora India di seluruh dunia terutama untuk perempuan Kapabilitas

untuk melakukan intervensi demi menjangkau para diaspora India yang

membutuhkan sedikit demi sedikit harus dibangun dengan cara memperkuat

kerjasama antar negara MOIA juga fokus untuk mengembangkan institusi

mendukung infrastruktur dan mekanisme pertukaran informasi yang dapat

mempermudah jangkauan terhadap diaspora India

2 Amandemen Citizenship of India 2019

Undang-Undang Kewarganegaraan (Amandemen) 2019 disahkan oleh

Parlemen India pada 11 Desember 2019 Undang-Undang Kewarganegaraan diubah

tahun 1955 dengan memberikan jalan menuju kewarganegaraan India bagi para

migran ilegal Hindu Sikh Buddha Jain Parsi dan Kristen minoritas agama yang

telah melarikan diri dari penganiayaan dari Pakistan Bangladesh dan Afghanistan

sebelum Desember 2014 Muslim dari negara-negara itu tidak diberi hak yang sama

seperti itu Kebijakan tersebut adalah pertama kalinya agama secara terbuka

digunakan sebagai kriteria kewarganegaraan di bawah hukum India UU tersebut

mengubah Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1955 untuk memberikan

34

Alisan Angela Pengaruh Diaspora India Terhadap Hubungan Bilateral India-

Malaysiahellip h 54

74

kelayakan kewarganegaraan India bagi para migran ilegal yang beragama Hindu

Sikh Budha Jain Parsis dan Kristen dari Afghanistan Bangladesh dan Pakistan dan

yang memasuki India pada atau sebelum 31 Desember 201435

UU tersebut tidak

menyebut Muslim

Di bawah UU tersebut salah satu persyaratan untuk kewarganegaraan melalui

naturalisasi adalah bahwa pemohon harus telah tinggal di India selama 12 bulan

terakhir dan selama 11 dari 14 tahun sebelumnya RUU ini melonggarkan

persyaratan 11 tahun sampai 5 tahun bagi orang-orang yang memiliki enam agama

dan tiga negara yang sama UU ini membebaskan wilayah suku Assam Meghalaya

dan Tripura dari penerapannya Ini juga mengecualikan area yang diatur melalui Izin

Jalur Dalam yang meliputi Arunachal Pradesh Mizoram dan Nagaland Muslim dari

Pakistan Bangladesh dan Afghanistan tidak ditawari kelayakan untuk menjadi warga

negara di bawah Undang-Undang yang baru Para kritikus mempertanyakan

pengecualian tersebut Amandemen membatasi dirinya untuk tetangga mayoritas

Muslim di India dan kedua tidak menyadarinya tentang Muslim yang dianiaya di

negara-negara tersebut

Tidak diragukan lagi bahwa protes nasional terhadap Citizenship Amendment

Act 2019 (CAA)36

yang kontroversial di India telah menggarisbawahi perpecahan

yang mendalam di dalam negara dan dalam komunitas internasional Pers dunia

sering mempublikasikan kerusakan apa yang telah dilakukan terhadap kebijakan luar

negeri India yang telah diselesaikan dan posisi globalnya setelah CAA Masalah

signifikannya adalah bahwa India terus bergerak menuju isolasi di panggung global

dan sekutunya yang terpercaya juga mempertanyakan komitmen konstitusi India

35

Citizenship Amendment Bill Indias new anti-Muslim law explained BBC News (diakses

pada 11 December 2019 pkl 2217 WIB)

36

RUU Amandemen Kewarganegaraan 2019 diperkenalkan oleh BJP yang dipimpin

Pemerintah Modi di Lok Sabha ke-17 oleh Sh Amit Shah Menteri Dalam Negeri Uni 09122019 dan

disahkan pada 10122019 dengan mayoritas anggota parlemen mendukung CAB terhadap 80 anggota

parlemen RUU tersebut disahkan oleh Rajya Sabha pada 11122019 dengan 125 suara mendukung

dan 105 suara menentangnya

75

terhadap hak-hak minoritas Banyak negara secara terang-terangan menyatakan

keprihatinan mereka terhadap perkembangan tertentu di masa lalu di India dan

meragukan apakah negara itu akan mempertahankan karakter sekuler dan

heterogennya atau bersikukuh untuk mengaitkan dirinya dengan beberapa negara

mayoritas yang terkenal di dunia37

Terutama raison detre untuk Citizenship Amendment Act 2019 yang

kontroversial memiliki dua alasan utama penganiayaan agama di tiga negara yang

didominasi Muslim dan memperbaiki kesalahan partisi Melihat alasannya

tampaknya cukup meyakinkan tetapi faktanya kedua alasan itu salah paham dan

secara historis cacat38

Klasifikasi CAA tidak masuk akal sebagaimana diamanatkan

untuk memenuhi syarat Pasal 14 21 dan 25 Konstitusi India Pemerintah tidak

memiliki jawaban mengapa minoritas agama di sekte-sekte Muslim seperti Syiah

Baloch dan Ahmediya yang anggotanya menghadapi penganiayaan agama yang

paling parah di Pakistan Bangladesh dan Afghanistan telah dikecualikan Lebih jauh

pemerintah tidak memiliki jawaban mengapa kelompok yang dianiaya dari negara

tetangga lainnya seperti Rohingya dari Mynamar Madhesis dari Nepal Tamil Elam

dari Sri Lanka dan Muslim dari Tiongkok secara mencolok mengabaikan gagasan

ldquosekularitas progresivitas dan inklusivitasrdquo dari Undang-Undang Perubahan

Kewarganegaraan saat ini 2019 Hal ini membuat niat untuk menyangkal

perlindungan kepada umat Muslim jelas meskipun itu adalah fakta yang diakui

secara universal bahwa umat Islam tidak lebih aman dari penganiayaan agama

daripada komunitas lain Banyak sekali penganiayaan seperti itu seperti dalam kasus

sekte Ahmadiyah dan Syiah di Pakistan Taslima Nasrin di Bangladesh dan bahkan

37

Rana Ayyub Indiarsquos protests could be tipping point of authoritarianism The Washington

Post Dt 18122019 httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721 (diakses pada 17

Januari 2020 pkl 1600 WIB)

38

Narender Nagarwal Global Implications of Indias Citizenship Amendment Act 2019

University of Delhi

Januari2020httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias_Cit

izenship_Amendment_Act_2019 (diakses pada 23 Februari 2020 pkl 1212 WIB)

76

Salman Rushdie di hampir setiap negara Islam CAA gagal untuk mengenali

kebenaran yang kuat bahwa penganiayaan agama tidak harus didasarkan pada agama

korban39

Pakistan Afghanistan dan Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim yang

telah memodifikasi Konstitusi mereka dalam beberapa dekade terakhir untuk

mendeklarasikan Islam sebagai agama resmi negara mereka Karena itu menurut

pemerintah India umat Islam di negara-negara Islam ini tidak mungkin menghadapi

penganiayaan agama Pemerintah menyatakan bahwa Muslim tidak dapat

diperlakukan sebagai minoritas yang dianiaya di negara-negara mayoritas Muslim

ini BBC menyatakan bahwa sementara negara-negara ini memiliki ketentuan dalam

konstitusi mereka yang menjamin hak-hak non-Muslim termasuk kebebasan untuk

mempraktikkan agama mereka dalam praktiknya populasi non-Muslim telah

mengalami diskriminasi dan penganiayaan40

Tindakan serupa untuk minoritas agama yang dianiaya tidak termasuk agama

mayoritas telah diperkenalkan di negara sekuler lainnya seperti Amerika Serikat

Undang-undang Bantuan Penganiayaan Agama Amerika Serikat 2016 menyatakan

Warga negara Suriah yang merupakan minoritas agama di negara asal mereka harus

diklasifikasikan sebagai pengungsi yang memiliki perhatian kemanusiaan khusus

harus memenuhi syarat untuk pemrosesan prioritas dua di bawah sistem prioritas

pemukiman kembali pengungsi 41

39

Faizan Mustafa Religious bases of citizenship would be negation of secularism Indian

Express 11 Desember 2019

40

Indias bill purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims Indias bill

purporting to help refugees really seeks to hurt Muslims The Economist ISSN 0013-0613 (diakses

pada 27 Februari 2020 pukul 1600 WIB)

41

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act govtrackus (diakses pada 27 Februari

2020 pkl 1323 WIB)

77

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH INDONESIA DAN

INDIA ATAS TUNTUTAN DWIKEWARGANEGARAAN

A Kebijakan Alternatif Pemerintah Indonesia atas Tuntutan

Dwikewarganegaraan

Di Indonesia status kewarganegaraan ganda masih diberlakukan secara

terbatas yakni pada anak dari status perkawinan campuran karena politik hukum

kewarganegaran di Indonesia masih menganut prinsip single nationality Dalam kasus

perkawinan campuran misalnya baik Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Indonesia (yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Lama)

maupun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

(yang selanjutnya disebut UU Kewarganegaraan Baru) memang tidak memberikan

status kewarganegaraan Indonesia secara otomatis bagi wanita WNA yang menikah

dengan pria WNI Namun demikian apabila wanita WNA tersebut ingin menjadi

WNI maka ia harus mengajukan permohonan resmi sesuai peraturan yang berlaku

Demikian juga wanita WNI yang menikah dengan seorang pria WNA dapat tetap

mempertahankan kewarganegaraan Indonesia bila ia hendak mengikuti

kewarganegaraan suami menjadi WNA maka wanita tersebut diharuskan untuk

mengajukan permohonan sesuai peraturan yang berlaku Hal ini tentu dapat

menimbulkan perbedaan kewarganegaraan dalam keluarga suatu perkawinan

campuran 1

Perbedaan kewarganegaraan tidak saja terjadi antara pasangan suami istri

dalam suatu perkawinan campuran tetapi juga terjadi pada anak-anak hasil

perkawinan campuran Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Lama

kewarganegaraan untuk anak hasil perkawinan campuran mengikuti kewarganegaraan

ayahnya apabila anak yang lahir dalam suatu perkawinan campuran dari ibu WNI

1 May Lim Charit Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora

Indonesiahellip h 817

78

dan ayahnya WNA anak tersebut secara otomatis menjadi WNA sehingga terjadi

perbedaan kewarganegaraan antara anak yang lahir tersebut dengan ibunya yang

WNI Perbedaan kewarganegaraan antara anak WNA dengan ibunya WNI

menimbulkan banyak masalah hukum baik selama masa perkawinan campuran itu

berlangsung maupun setelah putusnya perkawinan campuran Terdapat banyak kasus

yang muncul dimana UU Kewarganegaraan Lama tidak dapat melindungi anak-anak

yang lahir dari seorang ibu WNI suatu perkawinan campuran teristimewa saat

putusnya perkawinan dan anaknya yang WNA harus berada dalam pengasuhan

ibunya WNI serta bertempat tinggal di dalam Negara Indonesia yang notabene

merupakan negara ibunya sendiri2

1 Kewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006

Kini lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia yang baru merupakan suatu lompatan besar dari dari

undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan

Tunggal tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua

puluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua asas

penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam ketentuan Pasal 4

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia Mereka yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah dan setelah anak

tersebut berusia 21 tahun maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya

2 Leonora Bakarbessy dan Sri Handajani ldquoKewarganegaraan Ganda Anak dalam

Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasionalrdquo Jurnal Perspektif

Volume XVII No 1 Tahun 2012 Edisi Januari h 2

79

sesuai dengan kehendaknya3 Aturan tersebut terlihat secara jelas diterapkannya

konsep kewarganegaraan ganda hanya saja masih terbatas pada anak-anak hasil

perkawinan campuran sampai anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin

Ketika anak tersebut sudah usia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus memilih

salah satu di antara dua kewarganegaraan yang ia miliki sebelumnya Penerapan

status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

2006 dapat disebut sebagai sebuah terobosan untuk mengatasi problematika yang

timbul dalam perkawinan campuran maupun setelah putusnya perkawinan campuran

dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara orangtua dan anak-anak hasil

perkawinan itu yang kerap membuat sang anak terlindungi hak-haknya

Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga ditujukan

untuk memberikan jaminan kepastian hukum berupa status kewarganegaraan

Republik Indonesia bagi anak hasil perkawinan campur dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara Asing Perubahan mendasar

lainnya dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 adalah

a Menganut 4 asas Kewarganegaraan yakni

1) Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan

berdasarkan negara tempat kelahiran

2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat

kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini

3) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang

3 Pasal 6 dinyatakan bahwa sebelum anak-anak tersebut berumur 18 tahun maka anak-anak

tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda dan setelah anak-anak tersebut berusia 18 tahun atau

sudah kawin dan diberi tenggat waktu 3 tahun anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraanya Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

80

4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini4

b Mengatur 8 prinsip pokok selain 4 asas Kewarganegaraan di atas yaitu

1) Asas kepentingan nasional peraturan kewarganegaraan

mengutamakan kepentingan nasional Indonesia yang bertekad

mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang

memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri

2) Asas perlindungan maksimum pemerintah wajib memberikan

perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam

keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri

3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam

hukum dan pemerintahan

4) Asas kebenaran substantif prosedur kewarganegaraan seseorang tidak

hanya bersifat administratif tetapi juga disertai substansi dan syarat-

syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

5) Asas nondiskriminatif asas yang tidak membedakan perlakuan dalam

segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar

suku ras agama golongan jenis kelamin dan gender

6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia Asas

ini dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara

harus menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada

umumnya dan hak warga negara pada khususnya

4 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

81

7) Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala

hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan

secara terbuka

8) Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang

memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat

mengetahuinya5

c Memberikan status Kewarganegaraan Ganda Terbatas bagi anak hasil

perkawinan campur antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara

Asing sampai usia 18 tahun atau sudah kawin dan setelah itu ia diwajibkan

memilih salah satu status kewarganegaraannya (Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006) Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006 tidak mengenal asas bipatride yakni sistem kewarganegaraan ganda

ataupun juga tidak mengenal asas apatride yakni tanpa kewarganegaraa tetapi

kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang

ini merupakan pengecualian saja

d Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) bagi Warga

Negara Indonesia keturunan (etnis Tionghoa India Arab dan lain-lain) tidak

diperlukan lagi Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia adalah

kebijakan pemerintah orde baru yang diatur melalui Peraturan Menteri

Kehakiman Nomor JB3412 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa setiap

Warga Negara Indonesia harus mengajukan permohonan Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia kepada Menteri Kehakiman khususnya

bagi mereka yang keturunan asing yang sudah menjadi Warga Negara

Indonesia dan telah dewasa namun tidak memiliki bukti Kewarganegaraan

Republik Indonesia

5 NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah SBKRI

Menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakarta Pancar alam dan Pusat Kajian Hukum dan Ekonomi

(PK2HE) 2007) h 83

82

Ditinjau dari segi sosial latar belakang pengaturan status kewarganegaraan

ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 adalah perlakuan diskriminasi terhadap anak hasil perkawinan campur

yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia dan seorang ayah Warga Negara

Asing anak yang lahir di luar perkawinan campur yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai

anaknya dan anak dari ibu Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan

yang sah dengan seorang ayah Warga Negara Asing yaitu tidak adanya jaminan

kepastian hukum sebagai Warga Negara Indonesia oleh karena sebelum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir Indonesia menganut asas ius sanguinis dalam

penentuan status kewarganegaraan seseorang sehingga status kewarganegaraan

seorang anak hasil perkawinan campur yang sah maupun di luar perkawinan yang sah

ditentukan berdasarkan garis keturunanpertalian daerah dengan sang ayah Hal ini

merupakan bentuk lain dari apartheid (Segregation) atau state sponsored racial

discrimination yang diekspresikan melalui perangkat hukum dan kebiasaan6

Dalam rangka penghapusan diskriminasi di Indonesia Pemerintah telah

meratifikasi Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Dalam Pasal 3 konvensi yang telah

diratifikasi ini menyebutkan agar Negara peserta membuat Undang-Undang yang

menjamin pelaksanaan dan penikmatan hak-hak asasi manusia Salah satu Undang-

Undang yang telah dibuat untuk mengatur dan melindungi hak asasi manusia adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Dari tahun 1958

hingga sekarang sudah ada 6 (enam) Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia

yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu

6 Frans H Winarta Dalam NHT Siahaan dan Subiharta Hukum Kewarganegaraan dan

HAM Bagiamana SBKRI menurut UU No 12 Tahun 2006 (Jakata Pancaran Alam dan Pusat Kajian

Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007) h 50

83

a Konvensi tentang Hak-hak Politik Kaum Wanita (Undang-Undang Nomor 68

tahun 1958 tanggal 17 Juli 1958)

1) Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi wanita

(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tanggal 24 Juli 1984)

2) Konvensi tentang Hak-hak Anak (Keputusan Presiden Nomor 36

Tahun 1990 Tanggal 25 Agustus 1990)

3) Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga (Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 1993 Tanggal 22 Mei 1993)

4) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum yang

Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusiawi

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tanggal 28 September 1998)

b Status kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil perkawinan campur

diatur dalam

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia Pasal 4 Warga Negara Indonesia adalah7

a Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

danatau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia

dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah

menjadi Warga Negara Indonesia

b Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

Warga Negara Indonesia

c Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah seorang

Warga Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing

d Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga

Negara Asing dan ibu Warga Negara Indonesia

7 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

84

e Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan

atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan

kepada anak tersebut

f Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya

Warga Negara Indonesia

g Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Indonesia

h Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga

Negara Asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesi

sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut

berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin

i Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada

waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya

j Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

k Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang apabila

ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak

diketahui keberadaannya

l Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari

seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan

dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

m Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

85

Pasal 58

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinann yang sah

belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara

sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai

Warga Negara Indonesia

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun

diangkat secara sah sebagai anak oleh Warga Negara Asing berdasarkan

penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia

Pasal 6

(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c huruf d huruf h huruf i

dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda setelah berusia 18

(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan

memilih salah satu kewarganegaraannya

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan

perundang-undangan

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah

anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin9

Setidaknya ada 4 alasan perlu dan tidaknya asas dwikewarganegaraan

yaitu 1) Keharusan dual citizenship Indonesia sebenarnya mulai mengenal

asas kewarganegaraan ganda melalui UU No 12 Tahun 2006 Meski dalam

8 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

9 Indonesia Undang-Undang No 2 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI LN-RI No

63 TLN 4634

86

peraturan tersebut kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak hasil

perkawinan campuran sampai berusia 21 tahun dan selanjutnya harus memilih

salah satu kewarganegaraannya (lihat Pasal 21 joPasal 6 UU

Kewarganegaraan) Ada banyak alasan mengapa prinsip dwikewarganegaraan

salah satunya adalah gelombang migrasi besar dari negara yang

pendapatannya rendah Jika asas dwikewarganegaraan kemudian berlaku

maka para imigran bisa menjadi ancaman bagi sebuah negara Dengan alasan

inilah kemudian sejumlah aturan ketat diterapkan Contohnya di Amerika

meski melegalkan kewarganegaraan ganda aturan ketat tetap berlaku apalagi

soal militer dan pajak 2) Pindah kewarganegaraan Kepindahan seorang WNI

menjadi warga negara lain bergantung pada rasa cinta pada tanah air dan

resiko yang harus dipertimbangkan yaitu pertama adalah masalah ekonomi

Jika menjadi warga negara lain apakah akan diberi tunjangan hidup dari

pemerintah dan fasilitas lainnya Kedua jika ingin mendapatkan kembali

kearganegaraan asli maka ia harus mengurus kembali persyaratannya dan ini

akan memakan waktu yang lama Ketiga berkaitan dengan generasi emas

Indonesia Misalnya seorang juara olimpiade ingin melepas kewarganegaraan

maka Indonesia akan kehilangan generasi berprestasi10

Terdapat beberapa ilustrasi terkait keuntungan dan kerugian

diterapkanya Konsep Kewarganegaran Ganda (Dual Nationality) bagi

diaspora seperti tercantum dalam tabel di bawah ini11

10

Ahmad Jazuli Diaspora Indonesia Dan Dwi Kewarganegaraan Dalam Perspektif Undang-

Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia hellip h 101

87

No Keuntungan Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

Kerugian Konsep

Kewarganegaran Ganda Tidak

Terbatas (Dual Nationality)

1 Meningkatkan perekonomian

yaitu PDB naik kemudahan

transaksi investasi bisnis dan

mendorong pembangunan dan

pengembangan

Meningkatkan perekonomian yaitu

PDB naik kemudahan transaksi

investasi bisnis dan mendorong

pembangunan dan pengembangan

2 Meningkatkan daya saing dan

penerimaan Negara

Masih bisa mendapatkan prilaku

yang berbeda (Hak politik dan

Sosial)

3 Menciptakan lapangan kerja baru Kebingungan dalam

mengimplementasikan Hak dan

Kewajiban sebagai seorang warga

Negara

4 Jembatan untuk infestasi

negosiasi alih teknologi dan

pembangunan infrastuktur

Rendahnya partisipasi sosial bagi

kedua Negara

5 Mendorong peningkatan

hubungan kerja sama antar

Negara (Ekonomi sosial

Hukum)

Mendorong keluarga atau kerabat

untuk pindahmigrasi

6 Meningkatkan potensi SDM alih Penurunan loyalitas terhadap k

11

Eka Martiana Wulansari ldquo Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesiardquo Jurnal Rechtvinding Online h 3

88

kompetensi dan keterampilan

sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap asing

bangsa dan negara

7 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Memungkinkanya tindakan illegal

atau menghindari hukum

8 Menjaga stabilitas kawasan atau

perdamaian internasional

Melihat masih sulitnya peluang mewujudkan dwikewarganegaraan di

lndonesia maka pendekatan keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta

para diaspora Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di negara lain

seperti India dengan konsep pemberian Overseas Citizenship of India (OCl) di mana

pemegang OCI yang merupakan eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan

ke India tanpa harus memiliki visa Selain itu pemilik OCI dapat bekerja tanpa

disertai dengan izin kerja walaupun tetap ada batasan-batasan pekerjaan tertentu Hal

ini berbeda dengan di Indonesia bahwa WNA sekalipun eks-WNl tetap mendapatkan

perlakuan sama yaitu keharusan memiliki visa dan izin tinggal layaknya WNA

Perbedaan aturan ini kerap kali menimbulkan isitlah dipersulit oleh petugas

lmigrasi yang sebenarnya menjalankan aturan yang berlaku di lndonesia Selain itu

pemegang OCI memiliki kesempatan untuk langsung memeperoleh kewarganegaraan

Indianya setelah yang bersangkutan melepaskan kewarganegaraan lainnya Hal ini

tentu saja tidak berlaku dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia

89

B Kebijakan Alternatif Pemerintah India atas Tuntutan Dwikewarganegaraan

Terdapat sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan pendaftaran kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan

memberikan beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi diaspora secara besar

dalam pembangunan negara pada tahun 2002 Komite Tingkat Tinggi Diaspora India

merumuskan kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) sebagai upaya lain dari

penerapan dwikewarganegaraan (alternatif) Melalui pengkajian mendalam dan

pertimbangan yang matang kebijakan OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada

tahun 2005 setelah amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955)12

Secara umum ada beberapa kebijakan diaspora yang diambil oleh pemerintah

India dalam laporan tahunan 2012-2013 antara lain Pravasi Bharatiya Divas (PBD)

Kartu Persons of Indian Origin (PIO) kartu Overseas Citizens of Indians (OCI)

program beasiswa buat anak-anak diaspora (SPDC) serta program Mengenal India

(KIP) Dari beberapa program itu saya menyoroti Kartu Keturunan India Asli (PIO)

dan OCI Kartu itulah yang akan difungsikan sebagai hak atas status

dwikewarganegaraan bagi diaspora di Asia Tenggara

Melalui analisis perbandingan hak atau keuntungan yang diperoleh dalam

kebijakan Overseas Citizenship of India (OCI) dan kebijakan dwikewarganegaraan

Terdapat perbedaan yang signifikan yang menunjukkan bahwa kebijakan Overseas

Citizenship of India (OCI) bukanlah atau tidak sama dengan kebijakan

dwikewarganegaraan (India Citizenship Act 1955 point 7c) dapat digambarkan

bahwa melalui kebijakan OCI card diaspora India memperoleh beberapa kemudahan

dalam berkontribusi secara penuh untuk pembangunan negaranya antara lain

12

Sohalia Verma Instruments of Engagement Assessing Indiarsquos PIO and OCI Schemes

CARIM-India Researh Report 2013

httpwwwmeagovinimagespdfAssessingIndiasPIOandOCISchemespdf (diakses pada 5 Maret

2020 pkl 1327 WIB)

90

a Memperoleh kemudahan untuk keluar masuk negara India dan tanpa ada batasan

untuk mengunjungi atau menetap di India

b Memperoleh kemudahan untuk pendidikan dan bekerja di negara India

c Memperoleh hak dan perlakuan yang sama dengan warga negara India dalam

bidang ekonomi keuangan dan pendidikan

d Memperoleh kemudahan untuk melakukan investasi memiliki perumahan dan

property lainnya meskipun tidak dapat memiliki atau mengakuisisi lahantanah

produktif (pertanian perkebunan perhutanan dan pertambangan)

Selain dari berbagai fasilitas dan hak-hak yang akan diperoleh diaspora India

sebagai subjek dari kebijakan OCI terdapat juga batasan-batasan bagi pemegang

OCI card sebagai pembeda dari kebijakan dwikewarganegaraan Batasan tersebut

antara lain yaitu

a Diaspora India tidak bisa memilih (vote) dalam pemilihan umum

b Tidak bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan atau Dewan

Legislatifparlemen

c Tidak bisa menjabat sebagai presiden hakim Mahkamah Agung Pengadilan

Tinggi atau jabatan strategis lainnya

d Tidak dapat bekerja di pemerintahan kecuali atas permintaan khusus dari

pemerintah negara India

e Dan tidak bisa mendapatkan paspor India13

Melalui kebijakan tersebut pemerintah India berhasil mamanfaatkan potensi

yang dimiliki diasporanya Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun India berhasil

menarik potrensi diasporanya dan menjadi salah satu negara dengan Global Power

yang sangat besar mengalahkan negara-negara lain termasuk negara yang

13

India Citizenship Act 1955 point 7c

91

menerapkan kebijakan dwikewarganegaraan Beberapa fakta keberhasilannya

(diaspora effect) antara lain14

a Jumlah diaspora India sekitar 2 dari total penduduk negara India tetapi total

perolehan uang dari mereka sama dengan 35 total Gross Domestic Product

(GDP) negara India

b Berdasarkan data World Bank India telah menjadi negara dengan jumlah

remitensi terbesar pertama Jumlah remitansi negara India pada tahun 2012

yaitu US $ 70000000 mengalahkan negara China Philipina dan negara-

negara maju lainnya penerap dwikewarganegaraan Selain itu berdasarkan

data International Monetary Fund (IMF) negara India menjadi negara dengan

pertumbuhan ekonomi terbesar Pertumbuhan ekonomi negara India pada

tahun 2014 sebensar 72 dan pada tahun 2015 naik sebesar 75

mengalahkan negara China dan negara-negara maju lainnya

Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa negara India mampu

menciptakan kondisi yang saling memberikan keuntungan antara kepentingan negara

dan diaspora melalui kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan pengadaan kartu tersebut

adalah untuk mewujudkan kembali ikatan emosional warga India dengan tanah

kelahiran India Tidak hanya itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India

berharap bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri merupakan keturunan

asli India yang tinggal di luar negeri Setidaknya mereka telah mempunyai paspor

atau kedua orang tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

14

Hasil penelitian yang dilakukan oleh International Organization of Migration (OM) amp

Migration Policy

Institutehttpsreliefwebintsitesreliefwebintfilesresources76DB57141F1C7742492576F6001BD5

45Full_Reportpdf (diakses pada 5 Maret 2020 pkl 1330 WIB)

92

Diaspora India memiliki keuntungan jika memperoleh kartu PIOOCI Mereka

tidak membutuhkan lagi visa bila melakukan kunjungan ke India Mereka juga tidak

perlu repot melaporkan diri sebagai warga negara asing jika tinggal di sana kurang

dari 180 hari Mereka juga memiliki persamaan hak sipil dengan Non-Resident Indian

(NRI) dalam segala bidang kecuali hak kepemilikan tanah Jika dilihat manfaat yang

diperoleh oleh Diaspora India keuntungan itu sangat strategis 15

Sayangnya kebijakan itu masih diterapkan secara tebang pilih Pemerintah

India tidak menerapkannya ke semua diaspora India Hanya negara tertentu saja yang

mendapat kesempatan untuk mendaftar sebagai dual citizenship Coba perhatikan

blueprint kebijakan pemerintah India di bawah ini16

Kebijakan tersebut jelas mengesampingkan diaspora India di Asia Tenggara

Jelas bahwa kata ldquohighly developed countriesrdquo membuktikan negara Asia Tenggara

tidak termasuk dalam ketegori itu karena semuanya adalah negara berkembang

kecuali Singapura Tentu kategorisasi itu menyimpan maksud tersendiri Pemerintah

India sekadar memanfaatkan diaspora India dari prospek ekonomi Negara itu

memiliki PDB yang signifikan Terlebih mengingat syarat pendaftaran itu

mewajibkan uang pendaftaran sebesar 365 dolar Amerika Serikat dan hanya berlaku

20 tahun17

Selanjutnya jika menganalisis alasan pemerintah India dalam pembatasan

kebijakan tadi frasa ldquotook place after india become independencerdquo di situ

15

Naufal Azizi Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara hellip h 39

16

wwwindiandiasporanicin (diakses pada 12 Desember 2019 pkl 1733 WIB)

93

menjelaskan hubungan pemahaman waktu dengan tempat kurang sesuai Padahal

ikatan tempat dengan waktu itu sifatnya cair Justru keadaan itu harus terwujud

selama ada kedekatan emosional di dalamnya Akibatnya nilai guna pun dapat

berubah (Yi Fu Tuan 1997) Kondisi itu malah memberi jarak antara diaspora India

di Asia Tenggara dan homeland mereka Apalagi mereka seolah dikesampingkan

dengan kebijakan itu Di samping itu kebijakan di atas mengurai alasan India

mengapa identitas diaspora dibatasi pada individu yang memiliki kewarganegaraan

resmi India

Matriks Perbandingan Kebijakan Yang Berhubungan Dengan Kewarganegaraan di

Indonesia dan India

INDIA INDONESIA

NO ISU KEBIJAKAN ISU KEBIJAKAN

1 Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

Citizenship Act of

India 1955

Penganugerahan

seseorang

menjadi Warga

Negara

UU Nomor 12

Tahun 2006

Tentang

Kewarganegaraan

2 Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

6 kali Jumlah

Amandemen

Aturan

Kewarganegaraan

2 kali

3 Kementerian

Mengurus

Kepentingan

Diaspora

Ministry Of

Overseas Indian

Affairs (tahun

2004-sekarang)

Kementerian

Luar Negeri

Repunlik

Indonesia

Kementerian Luar

Negeri Republik

Indonesia

4 Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Tunggal dan

Ganda

Prinsip

Kewarganegaraan

Kewarganegaran

Tunggal dan

Ganda Terbatas

(anak kawin

campur)

5 Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Ganda

Asas

Kewarganegaraan

Ius Sanguinis Ius

Soli

Kewarganegaraan

Tunggal

Kewarganegaraan

Terbatas

17

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

94

6 Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora India

Menerbitkan

Kebijakan

Overseas

Citizenship of

India (OCI) pada

tahun 2005

Kebijakan

Nasional untuk

Diaspora

Indonesia

-

7 Kemungkinan

memperoleh dual

citizenship

Apabila negara

domisili

memperbolehkan

Warga Negara

memiliki lebih

dari satu

kewarganegaraan

Kemungkinan

memperoleh dual

citizen

-

8 Dalam Keadaan

Keturunan India

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Saat setelah

melepaskan

kewarganegaraan

domisili

pemegang kartu

OCI dapat secara

langsung

memperoleh

Kewarganegaraan

India

Dalam Keadaan

Keturunan

Indonesia

Memilih

Kewarganegaraan

Domisili

(Tunggal)

Tidak secara

langsung

memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

9 Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Dalam

Amandment

Citizenship act

India 2019

Pakistan

Bangladesh dan

Afghanistan

dikecualikan

Peluang semua

agama ras dan

etnis memperoleh

kewarganegaraan

India

Diberi peluang

untuk semua

dengan syarat-

syarat yang telah

diatur

Jadi secara umum kebijakan negara India dan Indonesia memiliki perbedaan

yang sangat signifikan dalam beberapa sisi Kebijakan yang diambil pemerintah

negara India dan Indonesia tentunya tidak terlepas dari kebutuhan sosial dan hukum

dari masyarakat kedua negara tersebut

95

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya penulis mengambil

kesimpulan bahwa

1 Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama dinilai dari berbagai

aspek bertentangan dengan konsep persamaan derajat setiap warga

negara sehingga diganti dengan Undang-Undang Kewarganegaraan

yang baru yaitu Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 Undang-

Undang ini telah melakukan terobosan penting dalam menghapus

berbagai bentuk diskriminasi selama ini Lahirnya Undang-Undang

Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia yang baru

merupakan suatu lompatan besar dari dari undang-undang

kewarganegaraan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 62

Tahun 1958 Kendati memang pada prinsipnya adalah sama yaitu

kewarganegaraan Tunggal tetapi dalam undang-undang ini

diperkenalkanlah prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-

anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21 (dua puluh satu)

tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan orangtuanya

Undang-undang tersebut juga memperlihatkan adanya penerapan dua

asas penentuan status kewarganegaraan sebagaimana terlihat dalam

ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia Mereka yang belum berusia 18

tahun atau belum menikah dan setelah anak tersebut berusia 21 tahun

maka anak tersebut dapat memilih kewarganegaraannya sesuai dengan

kehendaknya

96

Namun pemberian jangka waktu status kewarganegaraan

ganda masih terbatas kepada anak kawin campur Indonesia belum

mengatur hal-hal yang berkenaan dengan persoalan

kewarganegaraan ganda yang menjadi isu tuntutan oleh para dispora

artinya adalah kebijakan yang hanya terbatas kepada anak hasil

kawin campur belum menjadi solusi atas tuntutan

dwikewarganegaraan yang mana berdampak kepada hukum

nasional yang tidak akomodatif terhadap kepentingan warga negara

di luar negeri serta belum mampu memanfaatkan potensi diaspora

2 India mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan pendaftaran

kartu identifikasi khusus bagi diasporanya dan memberikan

beberapa keistimewaan kepada diasporanya yang biasanya diberikan

hanya untuk warga negaranya sebagai upaya menarik potensi

diaspora secara besar dalam pembangunan negara Melalui

pengkajian mendalam dan pertimbangan yang matang kebijakan

OCI Card dikeluarkan pemerintah India pada tahun 2005 setelah

amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan India tahun 1955

(India Citizenship Act 1955) Beberapa fakta menunjukkan bahwa

negara India mampu menciptakan kondisi yang saling memberikan

keuntungan antara kepentingan negara dan diaspora melalui

kebijakan keimigrasian dan kependudukan yang fleksibel bagi

diapora tanpa merubah sistem kewarganegaraannya Tujuan

pengadaan kartu tersebut adalah untuk mewujudkan kembali ikatan

emosional warga India dengan tanah kelahiran India Tidak hanya

itu dampak ekonomi juga lebih besar Pemerintah India berharap

bahwa mereka yang memiliki kartu PIOOCI mampu memberikan

sumbangsih dalam menopang perekonomian India PIO sendiri

merupakan keturunan asli India yang tinggal di luar negeri

97

Setidaknya mereka telah mempunyai paspor atau kedua orang

tuanya pernah terdaftar sebagai warga negara India atau juga

memiliki pasangan istri atau suami yang berasal dari India

B Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa terkait kebijakan pemerintah atas

tuntutan dwikewarganegaraan di Indonesia dan India maka

1 Penulis memberikan saran kepada negara Indonesia untuk memberikan

kebijakan yang akomodatif kepada Warga Negara Indonesia yang

berada diluar negeri baik mereka adalah diapora Indonesia sebagai

pekerja professional keturunan WNI dan lain-lain

2 Agar Indonesia memanfaatkan potensi luar biasa yang dimiliki oleh

diaspora untuk dapat meningkatkan keuntungan bagi Indonesia dalam

berbagai sektor dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu

memanfaatkan potensi mereka

3 Agar Indonesia mempermudah dengan menggunakan pendekatan

keimigrasian dalam menjamin dan menjaga rasa cinta para diaspora

Indonesia dapat menjadi alternatif utama penyelesaiannya Terkait

dengan persoalan keimigrasian tersebut dan dengan melihat praktek di

negara lain seperti India dengan konsep pemberian Overseas

Citizenship of India (OCl) di mana pemegang OCI yang merupakan

eks-warga negara lndia dapat melakukan perjalanan ke India tanpa

harus memiliki visa

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Kurdi Abdul Rahman Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah Yogyakarta Pustaka Pelajar 2000

Abdul Wahab Solichin Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Jakarta Bumi Aksara 2010

Adi Arianto Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta Granit 2004

Aristotle Politics Penerjemah Ernest Barker New York Oxford University Press

1995

AS Hikam Muhammad Politik Kewarganegaraan Landasan Redemokratisasi di

Indonesia Jakarta Penerbit Erlangga 1999

As-Shiddiqie Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jakarta Rajawali Pers

2009

Bardach Eugene A Practical Guide for Policy Analysis The Eightfold Path to More

Effective Problem Solving New York Seven Bridges Press 2000

Bari Azed Abdul Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan Pusat Studi Hukum

Tata Negara Indo Hill 1995

CST Kansil dan Christine ST Kansil Ilmu Negara (umum dan Indonesia) Jakarta

Pradnya Paramita 2001

CST Kansil Hukum Tata Negara Jakarta Erlangga 2007

Dunn William N Pengantar analisis kebijakan publik Terjemahan ISIPOL

Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003

Dunn William N Public Policy Analysis London Pearson Prentice Hall 2003

Fattah Nanang Analisis Kebijakan Pendidikan Bandung PT Remaja Rosdakarya

2013

Gautama Sudargo Warga Negara dan Orang Asing Penerbit Alumni Bandung

1992

Harsono Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan Yogyakarta Liberty 1992

99

Hussain Syaukat Hak Asasi Manusia dalam Islam Jakarta Gema Insani Press

1996

Iman Santoso Mochammad Diaspora Globalisme Keamanan dan Keimigrasian

Bandung Pustaka Reka Cipta 2014

Jehani Libertus dan Harpen Atanasius Tanya Jawab UU Kewarganegaraan

Jakarta Visimedia 2008

John J Cogan dan Ray Derricot Citizenship Education for 21st century London

Setting the Contex Kogan Page 1998

Kumar Naresh Recent trend and Pattern of Indian Emigration to Gulf Countries A

Diaspora Perspective Central University of Gujarat Centre for Diaspora

Studies 2012

Manan Bagir Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No12 tahun 2006

Yogyakarta FH UII Press 2009

Masyhuri dan Zainuddin Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

Bandung Refika Aditama 2008

Muhadjir Noeng Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku

Sosial Kreatif Yogyakarta Raka Sarasin 2000

Muhadjir Noeng H Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluasi Reseach

Yogyakarta Rake Sarakin 2003

NHT Siahaan dan Subuhata Hukum Kewarganegaraan dan HAM bagaimanakah

SBKRI Menurut UU No 12 Tahun 2006 Jakarta Pancar alam dan Pusat

Kajian Hukum dan Ekonomi (PK2HE) 2007

Nugroho Riant Public Policy Jakarta Alex Media Komputindo 2008

Prdjodikoro Wirjono Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia Jakata PT Dian

Rakyat 1989

Qadir Djaelani Abdul Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam Surabaya Bina Ilmu

1995

Radjab Dasril Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta Rineka Cipta 1994

Samidjo Ilmu Negara Jakarta Amico 1996

100

Soetoprawiro Koerniatmanto Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian

Indonesia Jakarta PT Gramedia Pustaka 1994

Soekanto Soerjono Pengantar Penelitian Hukum Jakarta UI Press 2010

Swan Sik Ko ed Nationality and International in Asian Perspective Dordrecht

Martinus Nijhoff 1990

Syahrur Muhammad Dirasat Islamiyyah Muashirah fi al Daulat wa al Mujtama

Penerjemah Saifudin Zuhri dan Badrus Syamsul Fata Tirani Islam

Genealogi Masyarakat dan Negara Yogyakarta LKIS 2003

Triwulan Tutik Titik Pokok-pokok Hukum Tata Negara Jakarta Prestasi Pustaka

Publisher 2006

Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta

ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundation dan Prenada

Media 2003

Weihrich Heinz dan Koontz Haroid Management AGlobal Perspective Tent

Edition New York McGraw-Hill 1993

JURNAL

Abdillah Junaidi 2016 Solusi Kebijakan Pemerintah terhadap Tuntutan

Dwikewarganegaraan Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi

Manusia JIKH Vol 10 No3

Azizi Naufal 2014 Kebijakan Diaspora India di Asia Tenggara Corak Strategi

Ekonomi dalam Ikatan Identitas Budaya Paradigma Jurnal Kajian Budaya

Bakarbessy Loenora dan Handajani Sri 2012 Kewarganegaraan Ganda Anak

dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata

Internasional Jurnal Perspektif Volume XVII No 1 Edisi Januari

Banyualam Permana Rizky 2014 Penerapan Dwikewarganegaraan di Indonesia

Menuju Masyarakat Transnasional Indonesia JURIS LK2 FHUI Volume 4

101

Bloemraad Irene 2004 ldquoWho Claims Dual Citizenship The Limits of

Postnationalism the Possibilities of Transnationalism and the Persistence of

Traditional Citizenship International Migration Review Vol 38 No 2

Broslashndsted Sejersen Anja 2008 I Vow to Thee My Countries The Expansion of Dual

Citizenship in the 21st Century International Migration Review Vol 42 No

3

Djoko Basuki Zulfa 2004 Perkawinan Campuran Serta Permasalahan Hukumnya

di Indonesia Dewasa Ini Jurnal Hukum Internasional Vol1 No3

Jazuli Ahmad 2017 Diaspora Indonesia dan Dwikewarganegaraan dalam

Perspektif Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan

Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI

Lim harity May 2014 Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi

Diaspora Indonesia Jurnal Konstitusi Volume 13 Nomor 4

Martiana Wulansari Eka Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual

Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan di Indonesia Jurnal

Rechtvinding Online

Narmoatmojo Winarmo 2012 Pemikiran Aristoteles tentang Kewarganegaraan dan

Konstitusi Jurnal Ketahanan Nasional XVIII (3)

Novianti 2014 Status Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora Indonesia dalam

Perspektif Hukum Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan

Informasi

Peter J Spiro Peter 2010 Dual Citizen as Human Right International Journal of

Constitutional Law Vol 8 No 1

SKRIPSI DAN TESIS

Alisan Angela Alisan ldquoPengaruh diaspora India Terhadap Hubungan Bilteral India-

Malaysiardquo Skripsi S1 Universitas Hasanudin 2013

102

Jayanti Adinda Jayanti ldquoPeran Diaspora India dalam Mendukung Diplomasi

Kebudayaan India di Indonesiardquo Skripsi S1 Universitas Airlangga 2010

Imam Choirul Muttaqin ldquoKewarganegaraan Ganda Terbatas dalam Perspektif Hak

Asasi Manusiardquo Tesis S2 Universitas Indonesia 2011

WEBSITE

httpwwwIndonesiandiasporacomaudocuments4429946547CID+Presentation+by+

Ibu+Vivi27cffe73-b9b1-4eefbb94-6391142080bfversion=10

httpeconomictimesindiatimescomnewseconomyindicatorsindias-growth-

httpwwwinundporgcontentindiaenhomecountryinfohtmlSuccesses

httpwww1000venturescombusiness_guidecs_bd_infosyshtml

httpwwwmigrationsverketseEnglishPrivate-individualsBecoming-a-

SwedishcitizenCitizenship-for-childrenAutomatic-citizenship

httpswwwhenleyglobalcomcitizenship-by-investment

httpwwwmfagovilmfaaboutisraelstatepagesacquisition20of20israeli20n

ationalityaspx

httpwwwvaticanvanews _servicespressdocumentazione

documentssp_ss_scvinformazione _generalecittadini-vaticani_en Html

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpwwwgopionetNRIRoleIndiaDevelopment3806doc

httpswwwdoigovsitesdoigovfilesuploadsfy2018-2022-strategic-planpdf

httpstwittercomPostOpinionsstatus1207374906998046721

httpswwwresearchgatenetpublication338673204_Global_Implications_of_Indias

_Citizenship_Amendment_Act_2019

S 2708 (114th) Religious Persecution Relief Act

wwwindiandiasporanicin

wwwimmihelpcomnripio-vs-ocihtml (Situs resmi Pemerintah India)

103

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

India Citizenship Act 1955

Undang-Undang Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia UU Nomor 12

Tahun 2006 LN-RI Nomor 63TLN 4634

104

CURRICULUM VITAE

MIFTAHURRAHMAH lahir 04 Juni

1998 di Alue Rambot Aceh Alumnus

SDN 01 Alue Bilie Nagan Raya (2004-

2010) Penulis melanjutkan pendidikan di

Pondok Pesantren MtsS Nurul Falah

Meulaboh (2010- 2013) kemudian

penulis menyelesaikan pendidikan

Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar

(2013-2016) Saat ini penulis tengah

menyelesaikan pendidikan jenjang Strata

Satu pada program studi Hukum Tata

Negara (2016-2020)

Selain menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penulis juga

tercatat sebagai mahasantri aktif di Darus-Sunnah International Institute for

Hadith Sciences Sewaktu penulis di bangku Mts penulis sering menjuarai

lomba pidato bahasa Arab dan Inggris yang diadakan oleh Kementerian

Agama Aceh Di Aliyah penulis aktif sebagai delegasi lomba Fahmil Quran

penulis pernah meraih juara II Fahmil Quran Putri tingkat Provinsi Aceh di

ajang MTQ Provinsi mewakili kabupaten Nagan Raya

Di dunia kuliah penulis mencoba masuk dalam dunia kepenulisan

Pada tahun 2019 penulis meraih juara I pada lomba Menulis Makalah Ilmiah

Quran (MMIQ) tingkat Kabupaten Nagan Raya dengan judul makalah

ldquoRevitalisasi Mental Dalam Rangka Menangkal Ujaran Kebencian (Hate

Speech) Dan Hoaks Dalam Kontesasi Politik Di Media Sosialrdquo dan ldquoUrgensi

Keluarga dalam Menangkal Radikalismerdquo

  • 1_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 2_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 3_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 4_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 5_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 6_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 7_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 8_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 9_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 10_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 11_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 12_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 13_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 14_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 15_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 16_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 17_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 18_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 19_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 20_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 21_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 22_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 23_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 24_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 25_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 26_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 27_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 28_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 29_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 30_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 31_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 32_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 33_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 34_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 35_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 36_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 37_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 38_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 39_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 40_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 41_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 42_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 43_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 44_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 45_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 46_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 47_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 48_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 49_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 50_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 51_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 52_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 53_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 54_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 55_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 56_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 57_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 58_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 59_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 60_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 61_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 62_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 63_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 64_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 65_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 66_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 67_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 68_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 69_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 70_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 71_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 72_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 73_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 74_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 75_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 76_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 77_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 78_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 79_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 80_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 81_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 82_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 83_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 84_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 85_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 86_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 87_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 88_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 89_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 90_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 91_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 92_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 93_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 94_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 95_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 96_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 97_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 98_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 99_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 100_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 101_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 102_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 103_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 104_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 105_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 106_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 107_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 108_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 109_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 110_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 111_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 112_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 113_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 114_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
  • 115_pdfsam_11160453000012_MIFTAHURRAHMAH
Page 11: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 12: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 13: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 14: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 15: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 16: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 17: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 18: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 19: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 20: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 21: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 22: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 23: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 24: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 25: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 26: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 27: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 28: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 29: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 30: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 31: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 32: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 33: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 34: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 35: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 36: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 37: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 38: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 39: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 40: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 41: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 42: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 43: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 44: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 45: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 46: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 47: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 48: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 49: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 50: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 51: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 52: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 53: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 54: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 55: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 56: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 57: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 58: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 59: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 60: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 61: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 62: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 63: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 64: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 65: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 66: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 67: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 68: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 69: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 70: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 71: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 72: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 73: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 74: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 75: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 76: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 77: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 78: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 79: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 80: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 81: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 82: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 83: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 84: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 85: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 86: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 87: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 88: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 89: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 90: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 91: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 92: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 93: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 94: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 95: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 96: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 97: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 98: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 99: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 100: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 101: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 102: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 103: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 104: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 105: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 106: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 107: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 108: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 109: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 110: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 111: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 112: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...
Page 113: KEBIJAKAN ALTERNATIF PEMERINTAH ATAS TUNTUTAN ...