BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar...

34
PROFESI PUSTAKAWAN 1 Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA 2 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja di perpustakaan dan lembaga informasi lainnya. Tindak tanduk, tingkah laku, dan perbuatan anggota akan berpengaruh terhadap profesi. Jika anggota berbuat baik maka akan membawa nama baik pada profesi, sebaliknya jika berbuat tidak baik tentu akan membawa citra yang tidak baik pula terhadap profesi. Karena itu tanggung jawab setiap anggota profesi, baik secara pribadi maupun organisasi adalah untuk menjaga citra profesi. Untuk mengukur suatu perbuatan itu baik atau buruk, melanggar kepatutan dan kepantasan, diperlukan norma dan standar yang difahami dan diketahui seluruh anggota. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), kode etik merupakan 1 Makalah bagi peserta Pendidikan dan Pelatihan Pustakawan, Pusdiklat Depag RI, Jakarta, 6 Juli 2007\ 2 Dosen Departemen Ilmu Perpustakaan UI dan CONSAL Executive Board Member 1

Transcript of BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar...

Page 1: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

PROFESI PUSTAKAWAN1

Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA2

1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi

Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja di perpustakaan dan lembaga informasi lainnya. Tindak tanduk, tingkah laku, dan perbuatan anggota akan berpengaruh terhadap profesi. Jika anggota berbuat baik maka akan membawa nama baik pada profesi, sebaliknya jika berbuat tidak baik tentu akan membawa citra yang tidak baik pula terhadap profesi. Karena itu tanggung jawab setiap anggota profesi, baik secara pribadi maupun organisasi adalah untuk menjaga citra profesi. Untuk mengukur suatu perbuatan itu baik atau buruk, melanggar kepatutan dan kepantasan, diperlukan norma dan standar yang difahami dan diketahui seluruh anggota. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), kode etik merupakan acuan bersama, baik bagi individu maupun bagi organisasi.

Setiap pustakawan harus memahami hakikat profesi sebagai pustakawan. Dengan pemahaman tersebut pustakawan akan dapat melakukan layanan terbaik bagi penggunanya. Tugas pokok dan fungsi akan dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Kesadaran tersebut tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa pembinaan. Pembinaan dilakukan tanpa mengenal status atau jenjang keahlian pustakawan.

1 Makalah bagi peserta Pendidikan dan Pelatihan Pustakawan, Pusdiklat Depag RI, Jakarta, 6 Juli 2007\ 2 Dosen Departemen Ilmu Perpustakaan UI dan CONSAL Executive Board Member

1

Page 2: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

Pada satu sisi, masyarakat yang dilayani berkembang dan pada sisi lain informasipun berkembang pula, baik kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu pekerja informasi diharuskan untuk mengikuti perkembangan tersebut agar tidak ketinggalan atau ditinggalkan. Perkembangan yang terjadi dalam ranah perpustakaan dan informasi sudah diramalkan oleh S.R. Ranganathan (1931) dalam ”Lima hukum ilmu perpustakaan” (Five laws of library science), bahwa”Perpustakaan adalah organisme yang tumbuh” (Library is the growing organism).

Sebagai lembaga yang tumbuh dan berkembang, sejalan dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan, menuntut pustakawan selalu membina diri, menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan pustakawan mengikuti perkembangan akan berpengaruh kepada mutu layanan dan citra profesi.

Pembinaan dapat dilakukan sebelum dan sesudah menjadi anggota profesi. Ketika menerima anggota, pembinaan sudah mulai dilakukan dengan menentukan persyaratan untuk menjadi anggota, sedangkan pembinaan sesudah menjadi anggota merupakan kegiatan pembinaan yang berkelanjutan dan terus menerus. Hampir tidak mungkin pengguna mendapatkan layanan maksimal tanpa dukungan tenaga yang memadai baik kuantitas maupun kualitas.

Dalam era informasi muncul berbagai profesi yang terlibat dalam aktifitas informasi. Jika pustakawan tidak mampu melihat peluang, sekaligus tantangan, maka ranah garapan pustakawan akan menjadi milik orang lain.. Jika tidak hati-hati, pustakawan hanya akan menempati pososi ”tukang”, orang lain sebagai ”manajer”. Dalam kegiatan teknologi informasi, 3 (tiga) profesi sebagai pemain yaitu: a). pakar komputer, b). pakar komunikasi, dan c). pakar ilmu perpustakaan dan informasi. Pakar komputer sangat piawai dalam hal perangkat lunak dan perangkat keras (computer hardware and

2

Page 3: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

software), pakar komunikasi lebih kepada sarana komunikasi (Communication and telecommunication infrastructure) dan penyampaiannya. Sedangkan pustakawan memiliki keahlian dalam hal informasi (information) atau kandungan isinya (contents). Perangkat lunak, perangkat keras komputer, dan sarana komunikasi/telekomunikasi hanyalah alat atau media. Semua sarana tersebut tidak bermakna apa-apa, bila tidak dilengkapi dengan informasi.

Melihat tantangan, yang sekaligus juga peluang menuntut profesi sebagai pekerja informasi (baca : pustakawan) untuk selalu melakukan pembinaan. Tanpa mengikuti perkembangan, profesi pustakawan akan ketinggalan dan akan ditinggalkan.

Masalahh utama yang dihadapi profesi pustakawan di Indonesia khusus adalah kualitas anggota. Berbeda dengan profesi lain, yang telah memiliki batas minimal pendidikan tertentu untuk menjadi anggota profesi; misalnya, untuk menjadi anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) harus memiliki ijazah dokter, untuk menjadi anggota IKAHI (Ikatan Hakim Indonesia) minimal harus sarjana hukum. Dengan kata lain untuk menjadi anggota profesi disyaratakan secara formal memiliki pendidikan formal yang sesuai sebelum diangkat menjadi anggota. Lain halnya dengan anggota profesi pustakawan di Indonesia, yang sampai saat ini masih sangat terbuka buat semua orang, tanpa melihat latar belakang pendidikan yang bersangkutan. Pada hal di Inggris untuk menjadi anggota LA (Library Association), harus mengajukan permohonan, melalui penilaian tertentu sesorang dapat diterima atau ditolak. Latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan tidak serta-merta dapat menjadi anggota LA. Saat ini anggota profesi pustakawan Indonesia berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, baik sarjana

3

Page 4: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

maupun bukan sarjana. Kalaupun sarjana, sebagian besar bukan sarjana ilmu perpsuatakaan..

Namun demikian, Pemerintah RI untuk mengangkat seseorang menjadi ”pustakawan” sebagai jabatan fungsional harus memiliki persyaratan tertentu. Pada awal diakuinya jabatan fungsional pustakawan (1988), PNS dengan pangkat minimal II/a, ijazah minimal SMA atau sederajat dan telah bekerja di perpustakaan minimal 2 tahun dapat diangkat (impassing) menjadi pustakawan. Namun, sekarang, untuk dapat diangkat dan menduduki jabatan fungsional pustakawan disyaratkan berpendidikan minimal Diploma II (D2) Ilmu Perpustakaan dan Infomasi.

Dilihat dari segi kualitas pustakawan masih sangat memprihatinkan, karena dari sudut pendidikan ternyata hampir 70 % pustakawan berasal dari pendidikan non pustakawan; hanya sekitar 30 % yang memiliki ijazah ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Untuk memberikan gambaran komposisi pustakawan dan sebarannnya (pejabat fungsional pustakawan menurut Surat Keputusan Menpan 132 / 2002) berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 di bawah ini:

Tabel : 2 Komposisi pustakawan berdasarkan Tk Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah %<= SLTA 1062 41,23Diploma & SM 608 23,60S1 791 30,71S2 85 3,30S3 1 0,04Tda 29 1,13Jumlah 2576 100,00Sumber: Data Perpustakaan Nasional RI 2004

Tabel : 3

4

Page 5: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

Sebaran pustakawan dengan tingkatPendidikan S1 dan S2 menurut jenis perpustakaan

Jenis Perpustakaan Jumlah% thd total pustakawan

S1 S2 S1 S2Perpustakaan Sekolah 40 0 1,55 0Perpustakaan Umum 5 0 0,19 0Perpustakaan Khusus 98 17 3,80 0,66Perpustakaan Provinsi 182 3 7,06 0,12Perpustakaan Nasional RI 86 13 3,34 0,50Perpustakaan Perguruan Tinggi 380 52 14,75 2,02

Sumber: Data Perpustakaan Nasional RI 2004

2. Pembinaan Kualitas

Pendidikan merupakan bagian yang menentukan untuk meningkatkan kualitas anggota profesi., termasuk profesi sebagai pustakawan. Pembinaan dapat dilakukan melalui pendidikan, baik pendidikan formal, non-formal ataupun pendidikan informal. Salah satu tujuan dibentuknya organisasi profesi adalah untuk meningkatkan mutu anggota, disamping pengembangan ilmu poerpustakaan itu sendiri.

a. Pendidikan FormalPendidikan formal pustakawan dapat dilakukan pada tingkat diploma, sarjana atau pascasarjana. Pendidikan formal adalah sarana tempat dimana pustakawan atau calon pustakawan mempersiapkan diri menjadi profesional. Pendidikan ini diikuti baik bagi mereka yang akan terjun dalam dunia profesi, ataupun bagi mereka yang telah menjadi anggota profesi. Kepada

5

Page 6: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

anggota profesi hendaknya diberi peluang untuk mengikuti pendidikan.

Organisasi profesi berkewajiban untuk membina lembaga pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi, baik secara langsung atau tidak langsung. Keterlibatan organisasi profesi dalam menyiapkan atau memberikan masukan terhadap kurikulum merupakan bagian pembinaan. Organisasi profesi dapat pula mengawasi lembaga pendidikan melalui pemberian akreditasi (pengakuan). Lembaga akreditasi lazimnya bersifat bebas (independent) dan kebanyakan dilakukan oleh organisasi profesi bersama dengan pemerintah. Di Indonesia, untuk akreditasi pendidikan tinggi bidang ilmu perpustakaan dan informasi, Badan Akreditasi Nasional (BAN) telah mengikut-sertakan Ikatan Pustakawan Indonesia sebagai anggota tim penilai (assessors).

Kegiatan pendidikan formal dilakulan oleh lembaga pendidikan formal, seperti perguruan tinggi yaitu universitas, akademi, institut, sekolah tinggi dan sebagainya. Adapun pendidikan non-formal bagian yang banyak dilakukan oleh asosiasi, disamping lembaga pendidikan formal.

Pembinaan pustakawan melalui pendidikan formal dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi, seperti universitas, institut, atau yang sejenis yang menyelenggarakan program diploma, sarjana, magister atau doktor di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Pendidikan formal seperti tersebut di atas, dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri.

Sejalan dengan perjalanan sejarah perkembangan perpustakaan di Indonesia, pendidikan formal ilmu perpustakaan di Indonesia dimulai sejak 20 Oktober 1952. Secara formal

6

Page 7: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

pendidikan perpustakaan bagian dari pendidikan tinggi ketika menjadi bagian dari Universitas Indonesia yaitu Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Indonesia (FKIP UI). Sampai dengan tahun 1969 jurusan Ilmu Perpustakaan hanya menghasilkan keluaran BA (Bachelor of Arts). Kemudian tahun 1973 secara formal melahirkan sarjana (S1) ilmu perpustakaan. Pada tahun 1974 IKIP Bandung (kini Universitas Pendidikan Indonesia) membuka Program Pendidikan Ilmu Perpustakaan dan disusul oleh Universitas Hasanuddin di Makassar. Tahun 1980-an beberapa perguruan tinggi lain mulai membuka pendidikan ilmu perpustakaan. Saat ini berdasarkan data dari berbagai sumber terdapat 20 lembaga yang menyelenggarakan pendidikan ilmu perpustakaan. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan program ilmu perpustakaan dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4Lembaga Pendidikan Ilmu Perpustakaan di Indonesia

No Perguruan Tinggi Tahun Berdiri Program Tempat1. Universitas Indonesia 1952/1969/1990 D2/S1/S2 Jakarta2. IKIP Bandung** 1974 S1 Bandung3. Universitas Hasanuddin *** 1978 D3 / S1 U.Pandang4. Universitas Sumatera Utara 1980/1984 S1/D3 Medan5. Institut Pertanian Bogor 1982/2005 D3/S2 Bogor6. Universitas Airlangga 1982 D3 Surabaya7. Universitas Padjadjaran 1984 S1 Bandung8. Universitas Islam Nusantara** 1984 S1 Bandung9. Universitas Gadjah Mada 1986/2003? D3/S2 Yogyakarta10. Universitas Lancang Kuning ** 1990 D3 Pakan Baru11. Universitas Sam Ratulangi 1992 D3 Manado12. Universitas Yarsi ** 1993 / 1999 D3 / S1 Jakarta13. Universitas Diponegoro 1997 D3 Semarang14. Universitas Terbuka 1993 D2 Jakarta15. Universitas Lampung 1998? D3 Lampung

7

Page 8: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

16. IAIN Ar Raniry, Aceh 1995 D3 Aceh17. IAIN Imam Bonjol Padang 1998 D2 Padang18. Universitas Bengkulu 1997/1998 D3 Bengkulu19. UIN Syarif Hidayatullah Jkt 1999 S1 Jakarta20. IAIN Sunan Kalijaga Yogya 1997/1998 D3/S1 Yogyakarta21. Univ. Wijaya Kusuma** 199-? S1 Surabaya22. Universitas Negeri Padang 2002 D3 PadangNotes : * = Tutup sejak tahun 1984, ** = PTS, *** Program S1 merupakan program ekstensi

b. Pendidikan NonformalUntuk meningkatkan mutu profesional, di samping pendidikan formal, terdapat pula pendidikan non-formal. Pembinaan melalui pendidikan informal adalah upaya peningkatan kualitas pustakawan secara bersama-sama, dan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), penataran (up grading), simposium, seminar, lokakarya, kursus, magang (on the job training), studi banding, dan lain sebagainya.

Untuk mengantisipasi perkembangan iptek, terutama yang bersifat keterampilan, setiap anggota profesi dapat dibina melalui pendidikan non formal. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa profesi pustakawan di tuntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang setara dengan penggunanya. Baik IPI maupun Perpustakaan Nasional, bahkan berbagai instansi menyediakan pendidikan non-formal bagi pustakawan.

Untuk mengikuti perkembangan, anggota profesi harus belajar secara terus menerus dan harus mendapat pembinaan yang berkelanjutan, baik dari lembaga dimana ia bekerja, dari badan yang mempunyai otoritas seperti Perpustakaan Nasional RI, termasuk oleh organisasi profesi seperti IPI. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain yang harus ditempuh kecuali adalah

8

Page 9: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

pendidikan. Jika pendidikan formal tidak memungkinkan, maka pendidikan non-formal adalah wadah yang tepat untuk melakukan pembinaan.

Merupakan bagian dari kegiatan pembinaan Perpustakaan Nasional RI mengadakan diklat penyetaraan yaitu melakukan pendidikan khusus untuk memasuki jabatan fungsional bagi mereka yang bekerja di perpustakaan dan pusat informasi. Diklat penyetaraan ini adalah diperuntukan bagi mereka yang berpendidikan terendah D3 (sarjana muda non-perpustakaan), lamanya sekitar 480 jam pelatihan. Sedangkan bagi yang memiliki ijazah S1 (sarjana) untuk memasuki jabatan fungsional pustakawan harus mengikuti pendidikan penyetaraan sekitar 720 jam pelatihan.

c. Pendidikan InformalSalah satu keuntungan menjadi anggota organisasi profesi adalah mengembangkan diri, belajar dengan sesama, menimba pengalaman orang lain serta menjalin hubungan dengan rekan-rekan sejawat. Pembinaan melalui pendidikan informal dapat dilakukan secara individual atau secara organisasi.

Pembinaan yang bersifat individual antara lain dengan belajar sendiri, terutama dengan membaca, di samping belajar dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Pustakawan dapat belajar dari berbagai sumber, termasuk sumber yang diterbitkan oleh organisasi profesi. Setiap individu dapat mengembangkan dirinya mengadakan hubungan informal dengan teman sejawat. Dalam jaringan ilmuwan dikenal dengan istilah ”invisible college”, yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan sesama ilmuwan melalaui jalur-jalur informal.

9

Page 10: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

Mengikuti pertemuan ilmiah, bercengkerama dengan sejawat ketika mengikuti seminar.

Organisasi profesi adalah merupakan media untuk berlangsungnya pembinaan diri pustakawan secara terus menerus. Dalam rangka memupuk dan meningkatkan mutu profesionalisme, para pustakawan hendaknya diberi kesempatan penuh untuk menikmati publikasi profesional, dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi. Hubungan yang terjalin antar teman sejawat adalah merupakan modal dasar dalam melaksanakan pembinaan melalui pendidikan informal, yang sangat berguna dalam mengembangkan diri mereka. Makin intensif pendidikan informal dilakukan oleh para anggota profesi, maka akan semakin cepat pula peningkatan kualitas anggota profesi.

Berbagai aktifitas yang dapat menjadi ajang pendidikan informal antara lain adalah berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung mengunjungi antar sesama pustakawan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan mutu profesi pustakawan di negara kita. Kunjungan kerja pustakawan ke tempat lain dapat diartikan sebagai tiga L, yaitu: (1) Lawatan; Lawatan dapat diartikan sebagai pertemuan silaturahmi, yaitu pertemuan antar sesama anggota profesi. Silih asah, silih asih dan silih asuh; (2) Latihan; Latihan bermakna penyegaran dan “meng-uptodate-kan” diri masing-masing anggota profesi; (3) Lomba; Lomba mempunyai makna membandingkan (benchmarking) suatu karya orang lain, dengan karya dirinya sendiri secara fair, sehingga dapat dijadikan sebagai sarana instrospeksi dan pemantapan sikap mental masing-masing anggota profesi.

10

Page 11: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

3. Pembinaan Kesejahteraan

Adalah wajar bila suatu profesi mendapat pengakuan berupa kesejahteraan bagi bagi anggota profesi. Kesejahteraan tersebut baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Kesejahteraan lahiriah adalah berwujud kesejahteraan atau imbalan yang diterima, sedangkan kesejahteraan batiniah adalah pengakuan atas prestasi dari profesi mereka. Gaji atau upah yang diterima suatu profesi dapat mencerminkan pengakuan pengguna jasa terhadap apa yang dilakukan oleh anggota. Pada sisi lain pengakuan terhadap organisasi sebagai jabatan fungsional adalah bentuk pengakuan batiniah yang diterima oleh suatu organisasi profesi.

a. Kesejahteraan berupa pengakuan (batiniah)Dalam hal ini profesi pustakawan di Indonesia telah

mendapatkan pengakuan sebagai jabatan fungsional semenjak tahun 1988, yaitu dengan keluarnya SK Menpan No, 18 Tahun 1988. Pustakawan adalah jabatan fungsional, seperti halnya jabatan fungsional lainnya, guru, dosen, peneliti, hakim, dan sebagainya. Penyandang jabatan fungsional pustakawan dalam melakukan profesinya mendapat penghargaan, berupa angka kredit. Melalui angka kredit tersebut terlihat bahwa setiap kegiatannya akan dinilai dan diberi imbalan angka kredit. Nilai yang dikumpul akan menjadi prasyarat untuk promosi pangkat atau jabatan yang lebih tinggi.

11

Page 12: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

Dalam pengumpulan angka kredit kegiatan pustakawan dibagi kepada beberapa kelompok, yaitu kelompok pokok berupa kegiatan kepustakawan yang secara langsung melalukan berbagai kegiatan antara lain; pengadaan, pengolahan dan pelayanan informasi, di samping kegiatan penelitian. Sedangkan kelompok penunjang adalah kegiatan yang secara tidak langsung mendukung profesi kepustakawanan.

Dalam pengumpulan angka kredit bagi pustakawan, mereka harus mendapat pembinaan. Banyak pustakawan yang tidak melakukan kegiatan profesi, pengakuan sebagai jabatan fungsional tidak berarti banyak. Peluang untuk naik pangkat lebih cepat, misalnya setiap dua tahun, banyak yang tidak dapat dimanfaatkan karena perolehan angka kredit yang tidak memungkinkan. Penyebab utama adalah karena terbatasnya kemampuan pustakawan.

Pemberian penghargaan (kredit) untuk aktifitas pustakawan memerlukan pembinaan dan evaluasi. Para penilai angka kredit dan berbagai bentuk birokrasi memerlukan upaya pembinaan, sehingga profesi pustakawan dapat menikmati haknya secara adil. Pustakawan yang bekerja keras akan mendapat imbalan setimpal dengan usahanya, sebaliknya yang tidak kreatif dan tidak produktif, tidak akan mendapatkan penghargaan. Dalam rangka pembinaan, jabatan fungsional akan dicabut dari pustakawan, jika dalam kurun tertentu pustakawan tidak menunjukkan kinerja yang profesional.

b. Kesejahteraan berupa tunjangan (lahiriah)Sejalan dengan pengakuan angka kredit, kepada pejabat

fungsional diberikan tunjangan jabatan. Di Indonesia jabatan fungsional pustakawan mulai diterapkan semenjak tahun 1992

12

Page 13: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

melalui Surat Keputusan Presiden (Kepres). Besarnya jumlah tunjangan fungsional untuk pustakawan PNS telah mengalami beberapa kali perubahan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5Tunjangan Fungsional Pustakawan

Kepres/Tahun

Terendah II/b

Tertinggi IV/e Masa Presiden

65/1992 Rp. 22.500.- Rp.110.000.- Soeharto146/2000 Rp.92.500.- Rp.185.000.- Abdurrahman Wahid86/2003 Rp.

125.000.-Rp. 500.000.- Megawati Sukarnoputri

40/2006 Rp. 197.000.-

Rp.550.000.- Susilo Bambang Yudhoyono

Tanpa harus membandingkan dengan profesi lain, jumlah imbalan atas tunjangan fungsional pustakawan masih memerlukan pembinaan. Tunjangan fungsional adalah sarana untuk memotivasi anggota profesi untuk bekerja secara profesional, di samping juga sebagai kehormatan dan pengakuan. Pembinaan terhadap tunjungan ini sangat diperlukan karena akan membawa rasa bangga bagi anggota profesi. Sebaliknya, jika tunjangan terlalu rendah dapat berdampak negatif terhadap profesi, baik bagi anggota maupun orang lain.

Pembinaan terhadap kesejahteraan bagi jabatan profesional seharusnya menjadi suatu keharusan akan mempengaruhi kepada layanan profesi tersebut. Lembaga pembina profesi merupakan institusi atau lembaga yang berkewajiban untuk membina kesejehteraan ini. Organisasi profesi pustakawan berkewajiban untuk memperjuangkan nasib pustakawan. Sebaliknya organisasi

13

Page 14: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

profesi juga berkewajiban meningkatkan kinerja anggotanya, agar ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Organisasi pembina profesi harus melakukan pembinaan dengan baik, terutama pendekatan kepada lembaga atau instansi yang menentukan, misalnya ke Menteri Penertiban Aparatur Negara, Departemen Keuangan, Departemen Tenaga Kerja, dan instansi terkait lainnnya.

Bagi pustakawan yang bekerja di instansi swasta, baik jabatan fungsional maupun tunjangan fungsional harus pula dibina Pembinaannya adalah dengan mengadakan komunikasi oleh organisasi profesi ke lembaga tempat pustakawan mengabdi. Profesi lain seperti jabatan fungsional dosen swasta, kini sudah banyak yang mengikuti fungsional dosen pegawai negeri. Di harapkan profesi pustakawan akan berbuat hal yang sama pula.

Belum banyak acuan fungsional pustakawan diikuti oleh pustakawan swasta kemungkinan disebabkan oleh dua hal yaitu: (a). Tunjangan fungsional pustakawan masih rendah belum layak dijadikan rujukan bagi pustakawan swasta; (b). Swasta belum menyadari bahwa profesi pustakawan adalah profesi yang harus diakui, sama halnya dengan guru, dosen, peneliti dan sebagainya. Pengakuan profesi pustakawan sebagai jabatan fungsional, tidak hanya dilihat dalam bentuk imbalan gaji, tetapi juga penghargaan misalnya kenaikan pangkat yang lebih cepat dengan mengumpulkan kredit tertentu. Bagi pustakawan yang kreatif dan produktif akan dapat naik pangkat tanpa dihambat oleh pejabat struktural.

Setelah 20 tahun lebih pengakuan terhadap jabatan fungsional pustakawan di Indonesia, terlihat bahwa jabatan ini

14

Page 15: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

belum menjadi pilihan utama pustakawan. Banyak yang memilih jabatan struktural, dibandingkan jabatan fungsional pustakawan. Di lembaga pendidikaan tinggi, pustakawan lebih memilih sebagai dosen daripada menjadi pustakawan. Motif utamanya sebagian besar adalah karena rendahnya pengakuan dan kesejahteraan sebagai pustakawan. Pejabat struktural dirasakan lebih memiliki kekuasaan dibandingkan dengan pejabat fungsional. Terkesan pejabat struktural menentukan dan pejabat fungsional ditentukan Kadangkala jabatan fungsional menjadi pilihan hanya karena ingin memperpanjang usia pensiun. Lazimnya jabatan fungsional memiliki masa kerja sampai dengan 60 tahun, bahkan pustakawan utama sampai dengan usia 65 tahun.

4. Pembinaan Status Organisasi

Perpustakaan merupakan suatu organisasi, adakalanya berdiri sendiri atau bagian dari suatu organisasi. Perpustakaan Sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi sekolah., perpustakaan perguruan tinggi yang merupakan bagian dari lembaga pendidikan tinggi. Perpustakaan khusus berada dalam berbagai lembaga dan tugas utamanya untuk menunjang tugas lembaga dimana perpustakaan berada. Perpustakaan Umum di tingkat kabupaten dan kota merupakan suatu organisasi yang mandiri, namun tetap bagian dari instansi, misalnya sebagai Unit Pelaksana Teknis.

Sebagai suatu organisasi juga memerlukan pembinaan, terutama dalam hal status dan kedudukannya. Organisasi yang memiliki status atau eselon jauh lebih bebas bergerak dari pada yang

15

Page 16: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

sama sekali tidak memiliki status. Status dan kedudukan organisasi sangat berpengaruh kepada otoritas, wewenang, tenaga, dana, dan sebagainya.

Status perpustakaan dalam lembaga induknya sangat menentukan keberhasilan pustakawan dalam melakukan tugas-tugas profesinya. Status suatu lembaga sangat menentukan, baik dalam hal tugas dan wewenamg, jumlah sumber daya manusia, dana serta fasilitas yang dimiliki. Semakin tinggi status organisasi memiliki banyak keuntungan bila dibandingkan dengan status yang rendah. Status perpustakaan secara tidak langsung akan mempengaruhi status pustakawan.

Dalam pembinaan ini yang sangat menentukan adalah lembaga yang membawahi langsung perpustakaan. Perpustakaan di lingkungan lembaga pendidikan merupakan tugas Departemen Pendidikan Nasional untuk membinanya. Sedangkan Perpustakaan Umum adalah Pemerintah Daerah. Perpustakaan Nasional RI lembaga dan Ikatan Pustakawan Indonesia adalah lembaga yang berkewajiban membina organisasi perpustakaan. Perpustakaan Nasional secara formal dapat melakukan pembinaan dengan merancang undang-undang dan peraturan yang memungkinkan perpustakaan mendapatkan status yang layak dan pantas. Organisasi profesi berkewajiban sebagai kelompok penekan kepada yang berwenang untuk menempatkan organisasi perpustakaan dengan baik. Adalah tidak mungkin anggota profesi pustakawan untuk berjuang secara individu memperjuangkan status ini.

Seperti halnya dalam pembinaan terhadap pustakawan, maka pembinaan terhadap status perpustakaan ini tidak hanya terbatas pada lembaga pemerintah, tetapi juga kepada lembaga swasta yang memiliki perpustakaan. Kadangkala kinerja pustakawan tidak

16

Page 17: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

memuaskan bukan hanya disebabkan oleh pustakawan saja, tetapi banyak juga ditentukan oleh status perpustakaan.

5. Lembaga PembinaUntuk membina perpustakaan di Indonesia terdapat berbagai

instansi. Lembaga pembina dengan yang dibina merupakan bagian yang satu sama lain terkait. Perpustakaan Umum yang terdapat di tiap kabupaten atau kotamadya merupakan objek binaan dari Pemerintah Kabupaten / Kota setempat. Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan bagian dari lembaga pendidikan yang harus dibina oleh lembaga pendidikan, baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. Perpustakaan khusus harus dibina oleh lembaga induk dimana perpustakaan berada.

Namun secara profesional organisasi profesi merupakan lembaga yang berkewajiban membina perpustakaan, di samping membina anggotanya. Organisasi profesi secara bersama organisasi pembina dapat berbuat banyak untuk memperjuangkan perpustakaan. Perpustakaan Nasional adalah lembaga resmi pemerintah yang secara resmi membina perpustakaan, yang meliputi oragnsasi perpustakaan, organisasi profesi dan pustakawan di Indonesia.

a. Ikatan Pustakawan Sebagai PembinaOrganisasi, seperti IPI, memiliki kewajiban untuk membina

anggotanya. Organisasi profesi memperjuangkan organisasi dan anggotanya. Organisasi profesi pustakawan berfungsi ganda, membina dan dibina, yaitu sebagai pembina baik ke dalam maupun ke luar, juga termasuk yang harus dibina.

17

Page 18: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

Berbagai kegiatan dapat dilakukan, baik yang bersifat internal atau eksternal. Pembinaan eksternal adalah upaya yang dilakukan oleh organsasi profesi kepada pihak-pihak lain yang menentukan kemajuan perpustakaan. Sedangkan pembinaan ke dalam adalah pembinaan terhadap anggota dan organisasi. Organisasi profesi pembina melalukan pembinaan sesuai dengan kedudukannya, yaitu membina tingkat daerah, nasional, regional bahkan internasional. Organisasi nasional misalnya IPI membina tingka nasional, CONSAL (Congress of South-east Asia Librarians) membina tingkat regional yaitu dalam lingkungan negara-negara ASEAN, dan IFLA (International of Library Associations and Institutions) adalah organisasi profesi yang dapat melakukan pembinaan di tingkat nasional.

Di Indonesia, di samping organsasi IPI, terdapat KPI (Klub Perpustakaan Indonesia). KPI merupakan organisasi yang banyak berkiprah membina Perpustakaan Sekolahh di Indonesia. Keanggotann KPI adalah lembaga, yaitu perpustakaan atau individu. Dalam rangka pembinaan antara IPI dan KPI harus terjalin kerjasama. Kedua-duanya berkiprah dalam bidang yang sama dan tujuan yang sama, yaitu memajukan perpustakaan dan pustakawan di Indonesia.

Atas prakarsa Perpustakaan Nasional RI, sejak tahun 2000 telah terbentuk berbagai forum, yaitu Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI, terbentuk 12 Oktober 2000), Forum Perpustakaan Umum Indonesia (FPUI), Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia (FPSI, terbentuk 8 Agustus 2002) dan Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (FPKI). Semua forum ini termasuk objek binaan, sekaligus juga

18

Page 19: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

berkewajiban sebagai pembina. Kehadiran berbagai forum ini sangat membantu pembinaan tenaga pustakawan, karena keanggotaannya adalah lembaga atau perpustakaan. Pembinaan yang dilakukan forum akan berdampak langsung kepada kinerja lembaga, karena mereka adalah bekerja untuk lembaga tersebut. Melalui menyediaan fasilitas dan peluang untuk mengembangkan diri adalah pembinaan yang sangat menguntungkan lembaga. Tenaga yang berkualitas akan bermuara kepada peningkatan mutu layanan pustakawan dan perpustakaan.

Pada sisi lain, semua forum ini juga memerlukan pembinaan dari IPI sebagai lembaga pemersatu profesi pustakawan di Indonesia. Bahkan dalam beberapa hal antara IPI dan forum akan saling membina. Hal ini diperlukan karena terbatasanya sumber daya, baik sumbar daya insani, maupun sumber daya lain yang dimiliki oleh masing-masing organisasi. Keberadaan forum merupakan energi baru untuk meningkatkan kaulitas pustakaan dan perpustakaan. Keanggotaan IPI yang sangat terbuka, dalam banyak hal tidak mudah untuk melakukan pembinaan. Dalam kongres tidak semua kebutuhan dapat diakomodasi.

b. Perpustakaan Nasional Sebagai PembinaSesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

Perpustakaan Nasional RI ditunjuk sebagai instansi pembina pustakawan, Perpustakaan Nasional melaksanakan pembinaan baik secara langsung melalui berbagai kegiatan, atau secara tidak langsung dengan menyediakan fasilitas, sarana dan prasana terlaksananya pembinaan.

19

Page 20: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

Pembinaan terhadap perpustakaan yang harus dilakukan disamping membina perpustakaan, juga membina pustakawan dan organisasinya. Membina perpustakaan sangat beragam bentuk dan macamnya. Perpustakan Nasional memperjuangkan terbentuknya perpustakaan, kadangkala juga menyediakan dana dan tenaga. Perpustakaan Bung Karno yang dibangun Blitar salah satu contoh pembinaan langsung yang diberikan Perpustakaan Nasional RI. Melalui anggarannnya juga membantu pengadaan koleksi, pemberian Perpustakaan Keliling adalah contoh lain pembinaan langsung. Pembinaan yang tidak kalah pentingnya adalah penyediaan peraturan perundang-undangan yang menguntungkan perpustakaan dan profesi pustakawan.

Secara langsung Perpustakaan Nasional juga melaksanakan pendidikan, terutama pendidikan non-formal dan informal. Memberikan penghargaan melalui angka kredit yang diberikan juga bagian dari pembinaan untuk meningatkan mutu pustakawan Indonesia.

Organisasi profesi juga dibina dengan membantu baik tenaga, dana maupun fasilitas yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya organisasi tersebut. Bahkan dalam organisasi IPI, Perpustakaan Nasional secara resmi adalah pembina organsasi.

Mengadakan kerjasama dengan berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta untuk membina pustakawan dan lembaga perpustakaan merupakan tugas yang dapat dilakukan oleh Perpustakaan Nasional. Kerjasama tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga bersifat regional dan internasional.

20

Page 21: BAB IX - muhaniz.files.wordpress.com€¦  · Web viewPROFESI PUSTAKAWAN. Oleh: Drs H. Zulfikar Zen, MA. 1. Pembinaan dan Tuntutan Profesi. Pustakawan adalah profesi bagi yang bekerja

c. Lembaga Induk Perpustakaan sebagai PembinaPerpustakaan tersebar di berbagai lembaga, baik pemerintah

maupun swasta. Oleh karena itu lembaga induk di mana perpustakaan berada berkewajiban membina perpustakaan dan pustakawan. Sebagai contoh Departemen Pendidikan Nasional RI menjadi pembina semua pustakawan dan perpustakaan yang berada di lembaga pendidikan, mulai pendidikan dasar sampai ke pendidikan tinggi. Departemen Agama RI harus turut membina semua lembaga pendidikan yang berada di bawah naungannya, termasuk perpustakaan rumah ibadah, seperti Perpustakaan Masjid. Bupati dan walikota adalah pembina Perpustakaan Umum dan Perpustakaan sekolah yang berada di daerah masing-masing, termasuk juga perpustakaan yang dikelola oleh masyarakat.

Apapun kebijakan yang dilakukan oleh pembinan formal, jika tidak didukung oleh lembaga induk dimana perpustakaan berada, maka tidak akan berhasil. Pembinaan tidak hanya kepada lembaga, tetapi juga kepada pustakawannya.

21