BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan...

29

Click here to load reader

Transcript of BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan...

Page 1: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

BAB IV

MEMPELAJARI PERKEMBANGAN POLITIK INDONESIA

MELALUI PENDEKATAN KEBUDAYAAN POLITIK

A. Budaya Politik.

1. Pengantar;

Pembahasan mengenai budaya politik seharusnya disatu temakan dengan

pembahasan mengenai struktur politik, karena perhubungan dengan fungsi konversi dan

kapabilitas sistem . Tetapi untuk tujuan urutan pembahasan perihal budaya politik ini

didahulukan, karena soal kebudayaan lebih dekat dengan ilmu tentang fenomena

masyarakat. Hal ini disebabkan pula karena system polittik dapat ditinjau sebagai system

bagian social yang hidup dalam sociosphere yang merupakan bidang penelaahan

sosiologi, antropologi maupun geografi. Jadi, pembahasan yang bersifat mendasar akan

lebih dirasakan ketepatannya di bandingkan dengan pembahasan yang langsung

mengenai bangun dan bentuk perwujudan lebih lanjut aktivitas masyarakat dalam

berbudaya.

Maksud pembahasan budaya politik ini ialah agar kita dapat mengenal atribut atau

ciri yang terpokok untuk menguji proses yang berlanjut maupun yang berubah seirama

dengan proses perkembangan, perubahan, dan bahkan mutasi social.

Budaya yang berasal dari kata ‘budhayah’ yang berarti akal atau dapat juga

didefinisikan menjadi dua kata yaitu: ‘budi’ dan ‘daya’ yang apabila digabungkan memiliki

arti mengunakan akal budi tersebut. Dan apabila budaya dikaitkan dengan konsep politik

berarti menyangkut system politik yang dianut suatu Negara beserta segala unsurnya.

Budaya politik tidak lain adalah pola tingkah laku induvidu dan orientasinya

terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu system politik.

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

17

Page 2: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Sebenarnya istilah budaya politik tertentu inheren (melekat) pada setiap masyarakat yang

terdiri atas sejumlah induvidu yang hidup, baik dalam system politik tradisional,

transisional, maupun “modern”, Almond dan Powell, Jr. atas dasar pengamatannya

melukiskan bahwa kebudayaannya politik juga terdapat dalam system politik masyarakat

Eskimo, yang hidup tersebar dalam kelompok-kelompok kecil mulai selat bering antara

Alaska dan Siberia sampai tanah hijau di Alantik – Utara mereka boleh dikatakan masih

“sederhana”, kalau tidak hendak disebut primitive.

Dari sudut ini terlihat interralasi antara disiplin dalam ilmu-ilmu social, dimana

antropologi budaya dapat dianggap “menemukan” pola perilaku individu (dalam

masyarakat yang menjadi telahaan sosiologi) dalam hal apresiasinya terhadap kehidupan

politik atau bahkan sebaliknya secara timbal balik.

Tetapi persepsi atau pemahaman soal budaya politik ini dalam kenyataannya

sering diberi arti sebagai peradaban dan teknologi. Hal ini terlihat pula dari lingkup budaya

politik itu, meliputi pula orientasi induvidu, yang diperoleh dari pengetahuannya yang luas

maupun sempit; orientasinya yang dipengaruhi oleh perasaan keterlibatan, keterlekatan

ataupun penolakan ; orientasinya yang bersifat menilai terhadap obyek dan peristiwa

politik. Soal pengenalan pengetahuan tersebut diatas, dinilai lebih bersifat sebagai

peradaban daripada sebagai kebudayaan.

Oleh karena budaya politik merupakan persepsi manusia, pola sikapnya terhadap

berbagai masalah politik dan peristiwa politik terbawa pula kedalam pembentukan struktur

dan proses sitem politik itu sendiri adalah interrelasi antara manusia yang menyangkut

soal kekuasaan, aturan, dan wewenang.. Ilmu politik , seperti ilmu-ilmu sosial lainnya,

meletakkan masyarakat sebagai titik sentral. Manusia tersebut terlibat dan melibatkan

dirinya (kelompoknya) dalam segala fenomena masyarakat. Dari sudut ini . Dari susut ini,

apa yang ditemukan oleh antropologi merupakan milik dan sekaligus pula merupakan

lingkungan sisitem politik itu sendiri.

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

18

Page 3: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Lebih jauh mari kita tinjau hubungan antara budaya politik dengan perilaku politik.

Robert K. Carr. (et.al) merumuskan bahwa perilaku politik adalah suatu telaahan mengenai

tindakan manusia dalam situasi politik. Situasi politik sangat luas cakupannya, antara lain :

pengertian respons emosional berupa dukungan atau apati kepada pemerintah, respons

terhadap perundan-perundangan dan lain-lain. Jadi dengan demikian perilaku para

pemilih atau pemberi suara dalam pemilihan umum, misalnya, karena dapat

menggambarkan sikap mereka terhadap pemerintah, merupakan suatu telaahan tentang

perilaku politik. Tindakan dan perilaku politik induvidu sangat ditentukan oleh pola orientasi

umum yang nampak secara jelas sebagai pencerminan budaya politik. Sedikit atau banyak

seorang induvidu terikat pada nilai kebudayaan tempat ia hidup.

Dalam budaya politik terkandung serangkaian gejala yang dalam beberapa hal

dapat diukur dan diidentifikasi. Pendapat umum dan survei tentang perilaku dapat dipakai

sebagai alat yang dapat diterapkan pada kelompok yang lebih besar, dan di pihak lain

teknik penemuan bidang psiokologi juga membantu menerangkan kasus-ksasus yang

lebih mikro.

Dari pernyataan, pidato tulisan, bahkan dari mitos dan legenda serta folklore dapat

diungkapkan hakikat pola budaya politik secara cermat merupakan salah satu informasi

yang terpercaya bagi pengenalan politik. Segala tingkah laku dapat merupakan parameter

atau petunjuk yang jelas dengan siapa atau dengan apa seseorang berasosiasi misalnya.

Sikap laku sebagai pencerminan budaya politik, seperti diuraikan diatas.

Merupakan alat pembentuk konsep yang sangat berharga, yang dapat menghubungkan

atau mempertemukan telaahan tentang individu dalam lingkungan politik dengan sistem

politik sebagai kesatuan.

Sikap dan tingkah laku seseorang menjadi satu objek penanda gejala politik yang

akan terjadi pada seseorang dan oarang-orang yang berada dibawah politiknya. Contoh

jikalau seseorang telah terbiasa dengan sikap dan tingkah laku politik yang hanya

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

19

Page 4: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

menerima, menurut atau memberi perintah tanpa mempertanyakan apa makna yang

terkandung dari apa yang dia laksanakan, maka orang tersebut akan canggung, frustasi

apabila ia berada didalam masyarakat yang kritis.

2. Konsep yang diambil dari antropologi dan sosiologi

Pemahaman dan perbandingan dengan jalan ini akan menghasilkan tidak lebih

jauh daripada pengenalan tentang kerangka yuridis dan normatif. Untuk menutupi

kelemahan dan ketidak cukupan tentang pembahasan institusi-institusi formal

pemerintahan, seorang penelaah harus memperhitungkan pula peranan ikatan

perkerabatan, mob, elektorat, pengelompokan (baik yang terus menerus maupun yang

insedental dan segenap fokus dan kekuasaan dan pengaruhnya dalam proses politik

sebagai suatu fakta yang tak bisa dikesampingkan begitu saja.

Dewasa ini, pendekatan yang demikian dioganti dan beralih kerah introduksi

peranan dan bantuan sosiologi dan antropologi.

Almond adalah sesorang yang mencoba menciptakan skema untuk mengadakan

metodik perbandingan mengenai sistem-sitem politik dengan meminjam (melalui

penyesuaian ) konsep-konsep sosiologi dan antropologi. Dengan jalan ini diyakini bahwa

sistem politik merupakan suatu sistem kegiatan (system of activity, system of action ).

Melalui sosiologi dan antropologi ini pula lebih tidak dirasakan kesukaran untuk

memperoleh informasi yang cuckup akurat bagi peninjauan sistem politik, sepanjang

kegiatan politik tersebut merupakan perilaku yang dapat diobservasi secara empiris.

Sebagai hasilnya Almond mengklarifikasi sistem-sistem politik diatas atas dasar struktur

dan budaya. Dengan demikian konsep struktur dan konsep budaya ini tidak dapat

dibahas secra terpisah. Budaya politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh struktur poilitik,

sedangkan daya operasional struktur tadi ditentukan oleh konteks kultural dima struktur itu

berada.

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

20

Page 5: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Kemudian, kedua konsep tersebut disusul lagi dengan penggunaan konsep

tentang peranan dan orientasi kegiatan politik secara individu, tidak terbatas pada apa

yang dikatakannya tentang suatu obyek politk, tetapi lebih luas lagi, yaitu, harus ditelaah

alasan-alasan mengapa ia melakukan hal tersebut, misalnya. Kemungkinan, pendapat dan

perbuatan seseorang dalam menanggapi obyek politik dipengaruhi oleh aktivitas orang

lain. Dalam sistem politk yang komplek dewasa ini, politik tidak saja merupakan ekspresii

kemampuan pribadi, tetapi sangat besar kemungkinan dikendalikan oleh peranan

gagasan-gagasan anggota masyarakat yang menanggapi sistem politik sebagai suatu

keutuhan (totalitas). Dengan perkataan lain, sistem politik harus dinilai sebagai

seperangkat interaksi peranan atau sebagai suatu struktur peranan.

Pelaku atau aktor politik, baik perorangan atau kelompok akan mengambil satu

atau beberapa peranan. Aktivitas pengambilan peranan bergantung pula pada konsepssi

tentang peranan dan pengertian serta harapan pihak lain terhadap yang bersangkutan

sebagai pendukung peran.

Sebagai contoh, sesorang dapat mempunyai dua atau lebih peranan dalam waktu

yang sama, misalnya berperan sebagai presiden, sebagai pemimpin partai, sebagai

pemimpin mayoritas dalam parlemen dan lain-lain. Seseorang yang mengemban sejumlah

peranan dapat dinilai sebagai orang yang dapat memenuhi ataupun yang menentang

norma dan aturan yang diharapkan oleh pihak lain. Bisa saja terjadi sesorang berhasil

dalam menggabungkan norma-norma yang melekat dan dituntut sebagai keharusan oleh

jabatan-jabatan yang dipegangya. Tetapi dipihak lain ia harus sangat hati-hati, agar jelas

terlihat dalam peranan apa ia bertindak. Sebagai contoh, seorang yang mendudduki

jabatan perdana menteri, bila muncul dimuka televisi, harus memilih dan kadang-kadang

menegaskan apakah ia berbicra dalam rangka menyampaikan pesan kepada anggota

partainya. Ini penting artinya untuk memahami pemisahan peranan dalam sistem politik

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

21

Page 6: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

tertentu. Segi-segin yang lugas dalam membedakan peranan secara cermat sering

merupakan refleksi suatu budaya politik, demikian pula sebaliknya.

3. Tipe Budaya Politik

Suatu model budaya politik tertentu tidak dapat dihubungkan secara kekar

dengan suatu sistem politik tertentu. Budaya politik sangat luas lingkupnya (seperti halnya

culture mengandung culture traits), terutama bila subkultur juga dibahas. Namun demikan

budaya politik dapat dikalsifikasi sebagai berikut :

a. Budaya politik parokial (parochial political culture)

b. Budaya politik kaula (subject political culture)

c. Budaya politk partisipan (paricipants political culture)

Disamping itu tentu ada pula berbagai bentuk gabungan tersebut diatas, yang

akan diuraikan dibawah.

Mengenai ketidakjumbuhan antara model budaya politik tertentu dengan sistem

politik tertentu dikemukan oleh Almond sebagi beriku :

” ... the United States, England, and several of the common wealth countries have

A common political culture, but are separate and different kinds of political system

“ … Amerika Serikat, Inggris dan beberapa Negara persemakmuran mempunyai

budaya politik yang sama, tetapi terpisah dan berlainan jenis sistem politiknya.”

Jadi dengan demikian, pencarian konsep budaya politik dimaksudkan sebagi

pengisi rubrik yang hilang/kosong dalam sistem politik sebagai akibat pendekatan atas

dasar kelembagaan formal semata-mata. Secara konvensional, penelaahan melalui bidang

kerangka hukum, ideologi, karakter nasional dan lain-lain dirasakan kurang mantap dan

tidak memadai untuk membuat suatu klasifikasi yang relatif utuh tentang sistem politik.

Konsep-konsep klasifikasi yang relatif utuh tentang sistem politik. Konsep-konsep yang

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

22

Page 7: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

digambarkan dalam bab sbelum ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sistem nilai, falsafah,

etika, ethos, credo, moral, estetika, kepercayaan, iseologi, doktrin, norma dan lain-lain,

yang dinilai dapat menumbuhkan kekaburan dalam meninjau sistem politik secara

perbandingan secara metodik.

Untuk indonesia misalnya, dapat dikemukakan serangkaian persoalan yang

analog dengan hal yang terurai diatas sebagai berikut. Menurut konstatasi sementara

(walaupun terdapat beberapa indikator yang kuat, seperti variabel tentang sifat priomordial,

bapakisme dan lain-lain), budaya politik Indonesia sampai dewasa ini belum mengalami

perubahan, apalagi mutasi tang berarti. Hal ini dapat dimengerti, karena menurut hukum-

hukum perkembangan masyarakat, perubahan yang menyangkut kebudayaan berjalan

relatif lamban dari sudn. Sedangkan dipihak lain, sitem politik indonesia sudah berapa kali

mengalami perubahan (paling tidak dari sudut pelembagaan reminya), yaitu dari sistem

Politik Demokarasi Liberal kesistem Politik Demokrasi Terpimpin dan terakhir beralih ke

apa yang dinamakan sitem Politik Demokrasi Pancasila. Jadi budaya politik yang berlaku

dalam ketiga sistem politik ini relatif konstan dan demikian pula falsafahnya. Jika ada

perbedaan antara ketiganya, hal tersebut disebabkan oleh budaya politik lebih muda

dikenal secara konkret melalui pengenalan manisfestasi yang nampak jelas dalam wujud

sikap politik. Mengukur manifestasi falsafah (walaupun melahirkan sikap politik tertentu)

sangat sukar, karena titik tolak dasar falsafah itu, disatu segi sering tidak dapat

dipertemukan, dan dilain segi variabelnya sangat kabur.

Uraian yang berhubungan dengan budaya politik ini lebih lanjut akan dikupas

dibawah, yaitu tentang aliran atau struktur vertikal masyarakat, pengembangan lembaga-

lembaga tradisional dan lain-lainnya.

Agar dapat diperoleh pola yang cukup tepat dan petunjuk yang relevan mengenai

orientasi seseorang terhadap kehidupan politik, haruslah dikumpulkan berbagai informasi

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

23

Page 8: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

yang meliputi antara lain : pengetahuan, keterlibatan, dan penilaian seseorang terhadap

salah satu obyek pokok orientasi politik.

Obyek orientasi politik meliputi keterlibatan sesorang terhadap:

a. Sistem politik secara keseluruhan.

Meliputi antara lain intensitas pengetahuan, ungkapan perasaan yang ditandai

oleh apresiasi terhadap sejarah, ukuran lingkup lokasi, persoalan kekuasaan,

karaktersitik konstitusional negara atau sistem politiknya

b. Proses input.

Meliputi antara lain intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses peny

aluran segala tuntutan yang diajukan atau diorganisasi oleh masyarakat, terma

suk prakarsa untuk menejermahkan atau mengkonversi tuntutan-tuntutan ter

sebut hingga menjadi kebijaksanaan yang otoratif sifatnya. Dengan demikian

proses input antara lain meliputi pula pengamatan atas partai politik, kelompok

kepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam

kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan.

c. Proses Output.

Meliputi antara lain intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses akti-

vitas berbagai cabang pemerintahan yang berkenaan dengan penerapan dan

pemaksaan keputusan-keputusan otoritattif. Singkatnya, berkenaan dengan

fungsi pembuatan aturan/perundang-undangan oleh badan legislatif, fungsi

pelaksanaan aturan oleh eksekutif (termasuk birokrasi) dan fungsi peradilan.

d. Diri sendiri.

Meliputi intensitas pengetahuan dan frekuensi perbuatan seseorang dalam

mengambil peranan diarena sistem politik. Dipersoalkan apakah yang menjadi

hak, kekuasaannya dan kewajibannya. Apakah yang bersangkutan dapat me-

memasuki lingkungan orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh atau

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

24

Page 9: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

bahkan bagaimana caranya untuk meningkatkan pengaruhnya sendiri. Kemudi-

an lebih lanjut dipersoalkan kreteria apakah yang dipakainya dalam membentuk

pendapat dalam masyarakatnya atau dalam sistem politik sebagi keseluruhan.

Kembali pada uraian tentang klasifikasi budaya politik , pertama-tama akan

dipaparkan apa yang dimaksud dengan budaya politik parokial (artinya:terbatas pada

wilayah atau lingkup yang kecil, sempit misalnya yang bersifat provinsial). Dalam

masyarakat tradisional yang sederhana, dimana spesialisasi sangat kecil, para pelaku

politik sering melakukan perannanya serempak dengan peranannya dalam bidang

ekonomi, keagamaan, dan lain-lain. Dalam masyarakat yang bersifat parokial ini, karena

terbatasnya diferensiasi tidak terdapat peranan politik yang bersifat khas dan berdiri

sendiri; dapat diambil sebagai contoh pemimpin ”tribe” yang sekaligus mengemban

berbagai peranan dalam masyarakatnya. Pada kebudayaan seperti ini, anggota

masyarakat cendrung tidak menaruh minat terhadap obyek-obyek politik yang luas,

kecualu dalam batas tertentu, yaitu terdapat tempat dimana ia terikat secara sempit.

Keadaan yang mutlak, dimana anggota masyarakat tidak menaruh minat terhadap

obyek-obyek politik secara sepenuhnya (kecuali terhadap obyek-obyek dalam skala yang

kecil sekali) memang tidak akan pernah ada. Yang nyata-nyata menonjol dalam budaya

politik parokial ialah adanya kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat

kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakatnya.

Yang kedua ialah politik kaula, yaitu dimana anggota masyarakatnya mempunyai

minat, perhatian, mungkin pula kesadaran, terhadap sistem sebagai keseluruhan, terutama

terhadap segi outputnya. Sedangkan perhatian (yang frekuensinya sangat rendah) atas

aspek input serta kesadarannya sebagai aktor politik, yang boleh dikatakan no l. Orientasi

mereka yang nyata terhadap obyek politik dapat terlihat dari pernyataanya, baik berupa

kebanggaan, ungkapan sikap mendukung maupun sikap bermusuhan terhadap sistem,

terutama terhadap aspek outputnya. Posisi sebagai kaula, pada pokoknya dapat dikatakan

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

25

Page 10: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

posisi yang pasif. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya mempengaruhi atau

mengubah sistem, dan oleh karena itu menyerah saja kepada segala kebijaksanaan dan

keputusan para pemegang jabatan dalam masyarakatnya. Segala keputusan (dalam arti

output) yang diam,bil oleh pemeran politik (dalam arti pemangku jabatan politik)

dianggapnya sebagai sesuatu yang dapat diubah, dikoreksi apalagi ditanatang. Tiada jalan

lain baginya kecuali menerima saja sistem sebagai apa adanya, patuh, setia dan mengikuti

segala instruksi dan anjuran para pemimpin (politik)nya.

Menurut pandangan mereka, masyarakat mempunyai struktur hirarkis (vertikal),

dimana perorangan maupun kelompok sudah diguratkan menerima saja keadaan dan

harus puas menerima ”kodrat”nya. Tingkat kepatuhan dalam budaya politik seperti ini

sangat intens; seseorang hanya berfungsi sebagai ”kaula”. Bila ia tidak menyukai sistem

dan output, itu disimpannya saja sanubari. Sikap demikian mungkintidak dimanifestasikan

secara terang-terangan, karena memang tak ada sarana kapasitas untuk mengubah, atau

melawan. Budaya politik seperti ini merupakan hasil ”bentukan” keadaan tertentu. Perlu

kiranya dipertimbangkannya untuk ditelaah, misalnya pengaruh status koloni, penjajahan

dan corak diktatur/otoriter terhadap budaya politik kaula ini. Dalam hal ini, sikap anggota

masyarakat yang pasif bukan berarti secara potensial dapat diabaikan.

Yang ketiga ialah budaya politik partisipan yang ditandai oleh adanya perilaku

yang berbeda perilaku sebagai ”kaula”. Seseorang menganggap dirinya ataupun orang lain

sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik.. Sesorang dengan sendirinya menyadari

setiap hak dan tanggung jawabnya (kewajibannya), dan dapat pula merealisasi dan

mempergunakan hak serta menanggung kewajibannya. Tidah diharapkan seseorang

harus menerima begitu saja keadaan, berdisiplin-mati, tunduk (taklid) terhadap keadaan,

tidak lain karena ia merupkan salah satu mata rantai aktif proses poltik. Dengan demikian

sesorang dalam budaya politik partisipan dapat menilai dengan penuh kesadaran baik

sistem sebagi totalitas, input dan output maupun posisi dirinya sendiri.

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

26

Page 11: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Oleh karena itu beralasanlah apabila Almond, atas dasar tiga potret dasar itu,

menarik kesimpulan adanya budaya politik campuran (mixed political cultures), yaitu :

1. Parochial-subject culture.

2. Subject participant culture

3. Parochial-participan culture

4. Civic culture.

Yaitu, yang merupakan gabungan karakteristik tipe-tipe kebudayaan politik yang ”murni”

seperti diuraikan diatas.

4. Budaya Politik Indonesia.

Para penelaah politik indonesia seyogianya memperhatikan peranan budaya

politik, karena ternyata mempunyai refleksi pada pelembagaan politik dan bahkan pada

proses politik.

Pada prinsipnya, budaya politik sebagai salah satu unsur atau bagian kebudayaan

merupakan satu diantara sekian jenis lingkungan yang mengelilingi, mempengaruhi, dan

menekan sistem politik. Dalam kultur politik itu sendiri berinteraksi antara lain sejumlah

sistem: sistem ekologi, sistem sosial, dan sistem kepribadian yang tergolong dalam

kategori lingkungan dalam masyarakat, sebagi hasil kontak sistem politik dengan dunia

luar. Secara tak langsung, yang paling dianggap intens dan mendasari sistem politik

indonesia tentunya adalah budaya politik.

Pengamatannya terhadapnya tidak berhenti pada hasil diperolehnya identifikasi

pengamatan momentum tentang pola struktur kebudayaan dalam situasi tertentu terbatas.

Sistem politik yang dipengaruhi atau dilandasi oleh kebudayaan (politik), baru dapat

dimengerti dan dipahami dengan baik setela mengarungi suatu kurun waktu tertentu (yang

mungkin cukup panjang). Budaya politik dan struktur politik tidak pernah berada dalam

keadaan diam (stasioner), tetapi selalu bergerak dan berinteraksi satu sama lain.

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

27

Page 12: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

Dengan demikian, pembangunan politik indonesia dapat pula diukur berdasarkan

keseimbangan atau harmoni yang dicapai antara lain oleh budaya politik dengan

pelembagaan politik yang ada atau akan ada.

Dalam masa berlangsungnya perubahan kultural dan perubahan teknologin yang

pesat, sistem politik (temasuk sistem politik indonesia) biasanya tidak pernah berada

dalam keadaan ”diam’ ; hal ini berarti sistem politik bergerak menjauhi keseimbangan

yang telah ada atau mendekati keseimbangan yang baru.

Bagi Indonesia dewas ini, dengan masuknya teknologi maju dan pertukaran atau

kontak dengan kebudayaan dan peradaban luar, boleh jadi akan terjadi keadaan yang

tidak harmonis atau keadaan yang berubah kearah keseimbangan yang baru yang lebih

harmonis. Dengan demikian, sistem politik indonesia harus dapat memperhitungkan

tekanan budaya politik tertentu yang mungkin demikian berbeda dengan apa yang menjadi

hasil pengamatan momen tertentu sebagai suatu hasil pemotretan sesaat.

Konstatasi sementara tentang budaya politik indonesia , yang tentunya harus

ditelaah dan dibuktikan lebih lanjut, adalah pengamatan tentang variabel sebagai berikut :

a. Konfigurasi subkultur di Indonesia masi aneka ragam, walaupun tidak se-

komplek yang dihadapi oleh India misalnya, yang menghadapi masalah

perbedaan bahasa, agama, kelas kasta yang semuanya relatif masih

rawan/rentan. Pada prinsipnya masalah keanekaragaman subkultur di

Indonesia telah dapat ditanggulangi berkat usaha pembangunan bangsa

(nation building) dan pembangunan karakter (character building) yang cukup

berhasill bila diukur dengan memandang jumlah penduduk, latar belakang

kesulitan sejarah, bentangan waktu yang dipergunakan, yang relatif tidak lebih

kecil dari India misalnya.

b. Budaya politik indonesia yang bersifat parokial-kaula disuatu pihak dan budaya

partisipan dilain pihak; disatu segi massa masih ketinggalan dalam mengguna

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

28

Page 13: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

kan hak dan memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin disebabkan

oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakis-

me, ikatan primordial, sedang dilain pihak kaaum elitnya sungguh-sungguh

merupakan partisipan yang aktif, yang kira-kira disebabkan pengaruh pendidik

an modern (barat), kadang-kadang bersifat sekular dalam arti relatif dapat me

mbedakan faktor-faktor penyebab disintegrasi seperti ; agama, kesukuan, dll.

Melihat segi ini, sebenarnya keadaan ini merupakan kondisi yang mencerah

kan, karena ternyata idea masih berperanan besar sebagai salah satu modal

bagi pembangunan. Jadi jelas terlihat bahwa kebudayaan politik Indonesia me-

rupakan ”mixed political culture” yang diwarnai oleh besarnya pengaruh kebu-

dayaan politik parokial kaula.

b. Sifat ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang dikenal melaui indikator

Berupa sentimen kedaerahan, kesukuan, perbedaan pendekatan terhadap

keagaamaan tertentu: puritanisme dan non puritasnisme dan lain-lain.

Disamping itu, salah satu petunjuk masih kukuhnya ikatan tersebut dapat

dilihat dari pola budaya politik yang tercermin dalam strukrur vertikal

masyarakat dimana usaha gerakan kaum elit langsung mengeksploitasi dan

menyentuh substruktur sosial dan subkultur untuk tujuan perekruitan

dukungan.

Pemiliha umum tahun 1955 sedikit banyak menunjukkan bahwa karen

adanya pertimbangan atau kepentingan penghimpunan dukungan, maka

kebudayaan masyarakat dan struktur masyarakat dibuat dalam keadaan

”status quo” untuk dapat menghasilkan penimbaan keuntungan politik

sebanyak-banyaknya. Hasil pemilihan umum 1955 untuk menyebut sekedar

contoh lebih bersifat Jawa-sentris, karena memang pulau jawa merupakan

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

29

Page 14: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

wilayah dimana terdapat jumlah pemilih yang besar dan pola tradisi

kulturalnya telah dapat dipegang arah orientasinya.

d. Kecendrungan budaya politik indonesia yang masih mengukuhi sikap paternal

Lisme dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat disebutkan antara lain

bapakisme, sikap asal bapak senang. Di Indonesia, budaya politik tipe

parokial kaula lebih mempunyai keselarasan untuk tumbuh dengan persepsi

masyarakat terhadap obyek politik yang menyandarkan atau menundukkan

diri pada proses output dari penguasa.

e. Dilema interakasi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensi

nya) dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagi tradisi dalam

masyarakat . Yang menjadi persoalan adalah apakah pelembagaan dalam

sistem politik indonesia sudah siap menampung proses pertukaran kedua

variabel ini ? misalnya, sesuai dengan tuntutan modernisasi, diharapkan

tumbuhnya sifat kelugasan, rasionalitas, dan obyektivitas dalam menilai suatu

persoalan politik, yang dalam pola kebudayaan politik Indonesia sering belum

dikenal dengan mendalam. Dari sudut ini, krisis partisipasi dapat ditelaah dan

dibuka tabirnya melalui pengenalan atau persepsi tentang struktur budaya

politik masyarakat yang berada jauh di strata bawah dann juga persepsi yang

hidup pada kalangan elitnya distrata atas. Sisi positif introduksi kebudayaan

lain, adalah untuk merubah kebudayaan lama, dengan catatan tranformasi

yang dilakukan memerlukan tahapan-tahapan yaitu pemahaman dan

penghayatan yang mendalam yang terkandung di dalam nilai-nilai yang

menuntut perubahan atau pembahruan dalam usahanya membentuk budaya

yang berciri ideal setiap individu yakni ciri manusia yang pancasialis.

Permasalahan yang timbul dalam menciptakan individu-individu yang berada

dalam masyarakat untuk mempunyai ’Dinamika dalam kesetabilan’ yakni menajdi manusia

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

30

Page 15: BAB · Web viewkepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses Output. Meliputi

Siti Waliah, S.IP. M.SiE-mail : [email protected] Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Sjakhyakirti

yang ideal yang diinginkan pancasila. Dalam hal ini diperlukan sosialisasi bagaimana nilai-

nilai pancasila dapat diimplementasikan dalam kehidupan.

Ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembudayaan nilai-nilai tertanam

dalam diri individu, yaitu :

1. Emosional psikologis, faktor yang berasal dari hatinya

2. Rasio, faktor yang berasal dari otaknya.

Jikalau kedua faktor tersebut ada dalam diri seseorang kompetaibel dengan nilai-nilai

pancasila, maka pada saat terjadilah pembudayaan pancasila itu dengan sendirinya.

Kegagalan dan keberhasilan pembudayaan dan beserta segala prosesnya akan

menentukan jalannya perkembangan politik yang ditempuh oleh bangsa Indonesia dimasa

depan.

Sistem Politik IndonesiaMemepelajari perkembang….

31