Mps

6
Nama: Dwiky Surya Gumilang NIM : 209000343 Universitas Paramadina Masalah sosial adalah suatu kondisi sosial (ex: kemiskinan) atau suatu bentuk kebiasaan yang menyakiti atau melukai beberapa individu atau semua orang dalam suatu masyarakat. Dimana beberapa anggota masyarakat tersebut butuh perhatian publik dan tindakan kolektif yang dapat membawa suatu perubahan. 1 Masalah sosisal ini juga hadir ketika masyarakat secara subyektif beranggapan serta memiliki bukti empirik untuk memperlihatkan kondisi sosial tersebut baik secara lokal, maupun level global menyebabkan masalah pribadi. Sebuah konsep ‘Masalah Sosial’ merupakan suatu bentuk klaim atas kondisi sosial tertentu dimana masyarakat butuh akan perubahan ataupun perbaikan atas kondisi tersebut. Mendefinisikan sebuah kondisi sebagai permasalahan sosial bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya sekedar mendapat pengakuan masyarakat semata. Sebuah kondisi dapat dikategorikan menjadi suatu masalah sosial apabila melanggar nilai-nilai fundamental tertentu mengenai bagaimana masyarakat harus berperilaku. 1 A social problem is a social condition (such as poverty) or a pattern of behavior (such as substance abuse) that harms some individuals or all people in a society and that a sufficient number of people believe warrants public concern and collective action to bring about change" (Kendall, D. Social Problems in a Diverse Society (4th ed). Boston: Pearson, 2007, p. 4.

Transcript of Mps

Nama: Dwiky Surya GumilangNIM: 209000343Universitas Paramadina

Masalah sosial adalah suatu kondisi sosial (ex: kemiskinan) atau suatu bentuk kebiasaan yang menyakiti atau melukai beberapa individu atau semua orang dalam suatu masyarakat. Dimana beberapa anggota masyarakat tersebut butuh perhatian publik dan tindakan kolektif yang dapat membawa suatu perubahan.[footnoteRef:1]Masalah sosisal ini juga hadir ketika masyarakat secara subyektif beranggapan serta memiliki bukti empirik untuk memperlihatkan kondisi sosial tersebut baik secara lokal, maupun level global menyebabkan masalah pribadi. [1: A social problem is a social condition (such as poverty) or a pattern of behavior (such as substance abuse) that harms some individuals or all people in a society and that a sufficient number of people believe warrants public concern and collective action to bring about change" (Kendall, D. Social Problems in a Diverse Society (4th ed). Boston: Pearson, 2007, p. 4.]

Sebuah konsep Masalah Sosial merupakan suatu bentuk klaim atas kondisi sosial tertentu dimana masyarakat butuh akan perubahan ataupun perbaikan atas kondisi tersebut. Mendefinisikan sebuah kondisi sebagai permasalahan sosial bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya sekedar mendapat pengakuan masyarakat semata. Sebuah kondisi dapat dikategorikan menjadi suatu masalah sosial apabila melanggar nilai-nilai fundamental tertentu mengenai bagaimana masyarakat harus berperilaku.Timbulnya kemarahan publik merupakan salah satu indikasi suatu kondisi tersebut merupakan permasalahan sosial. Dimana perhatian masyarakat tertuju langsung dengan permasalahan tersebut dan secara aktif terlibat langsung mendiskusikannya. Lebih jauh lagi suatu kondisi tersebut juga menggambarkan akan adanya gap antara social ideals dan social reality.

Jakarta sebagai ibukota negara memegang posisi yang sangat penting dimana beberapa hal seperti ; politik, ekonomi, dan perdagangan, terpusat di kota ini. Meningkatnya volume kendaraan menyebabkan kemacetan menjadi hal yang tidak bisa dihindari, terutama pada titik-titik tertentu. Seperti persimpangan baik di jalan-jalan protokol besar ataupun jalan tikus kecil. Kerugian yang diakibatkan dari kemacetan ini bukan hanya soal biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Namun juga waktu (nilai waktu) yang terbuang percuma.Berdasarkan data Yayasan Pelangi, kemacetan lalu lintas berkepanjangan di Jakarta menyebabkan pemborosan senilai Rp 8,3 triliun per tahun. Data yang sama diungkapkan Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Bambang Susantono, mengacu pada kajian Study on Integrated Transportation Master Plan for Jabodetabek (SITRAMP 2004). Perhitungan itu mencakup tiga aspek sebagai konsekuensi kemacetan, yakni pemborosan BBM akibat biaya operasional kendaraan senilai Rp 3 triliun, kerugian akibat waktu yang terbuang Rp 2,5 tri- liun, dan dampak kesehatan akibat polusi udara sebesar Rp 2,8 triliun.Penyebab kemacetan di beberapa titik bukan hanya soal kepadatan penduduk dan meningkatnya volume kendaraan. Banyaknya rambu-rambu lalu lintas yang tidak dipatuhi oleh pengguna kendaraan menjadi faktor yang cukup krusial terlebih di Jakarta. contohnya, larangan untuk putar balik dan penggunaan badan jalan oleh para pengendara bermotor. Fenomena-fenomena ini sering kita jumpai di beberapa titik dalam kota yang dikenal dengan istilahcritical spot. Terbentuknyacritical spotbiasanya ditandai dengan adanya unsur-unsur seperti kegiatan bisnis, pejalan kaki, angkutan pribadi, dan angkutan umum dalam satu tempat.Tempat ini adalah sebuah ruang yang bersifatpublicdan cenderung tidak mampu lagi menampung unsur-unsur tersebut. Kondisi seperti ini biasanya menciptakan arus lalu-lintas dan mengganggu dan mengganggu arus barang dan jasa.

Area Stasiun kereta api di Jakarta, seperti stasiun Manggarai, Tebet, dan Pasar Minggu bisa menjadi contoh jelas bagaimana critical spot tersebut terjadi. Sebagai fasilitas umum, stasiun dan lingkungannya terlihat kurang mampu menampung kegiatan-kegiatan pendukung yang akhirnya berujung pada timbulnya masalah ketidakteraturan tata ruang seperti parkir kendaraan, pedagang kaki lima(PKL), dan kemacetan.Masalah utama adalah parkir yang muncul karena area parkir yang tidak dapat menampung semua kendaraan pengguna jasa kereta api. Akibatnya badan jalan pun digunakan sebagaiparkir liarsehingga lebar jalan menjadi berkurang yang mengganggu aktifitas kendaraan ataupun pejalan kaki.Ojek sendiri telah menjadi salah satu transportasi umum yang cukup populer di kalangan masyarakat, terutama bagi pengguna jasa kereta api. Beberapa pengguna jasa kereta api merasa terbantu akan hadirnya ojek. Bukan hanya lebih menyingkat waktu perjalanan, jika dibandingkan dengan aangkot dan metromini, ojek juga menjadi alternatif bagi mereka yang kantornya tidak dilalui transportasi umum jenis apapun. Sayangnya, meningkatnya jasa ojek ini juga menjadi salah satu penyebab utama kemacetan terlebih di area stasiun kereta api.Penggunaan badan jalan raya untuk tempat para ojek ngetem akhirnya mempersempit badan jalan menyebabkan arus lalu lintas semakin padat dan berantakan. Penertiban terhadap ojek liar ini juga menjadi dilema. Tidak seperti angkutan dan metromini yang aturan penertibannya jelas dibawah Dinas Perhubungan(Dishub). Tidak hanya itu, timbulnya salah persepsi dalam masyarakat terkait ojek liar karena rasa saling membutuhkan antara pelanggan dan penyedia ojek tersebut juga merupakan masalah tersendiri.

Permasalahan ojek yang sering ngetem di area stasiun adalah salah satu bukti kongkrit masalah sosial, dimana para ojek ini tidak menemukan titik yang baik untuk melakukan aktifitas menunggu penumpang dan akhirnya memakai badan jalan yang ada di stasiun sehingga menyebabkan kemacetan di luar area stasiun dan menghambat orang yang mau keluar stasiun. Sebenarnya, ojek sendiri memang membutuhkan titik yang ramai untuk memancing perhatian dari penumpang, didorong oleh kebutuhan dan tekanan hidup akhirnya ojek memutuskan untuk melakukan aktifitas menunggu penumpang di stasiun karena banyak penumpang yang butuh jasa ojek di stasiun untuk mengantarkan ke tempat tujuan. Solusi dari permasalahan ojek di atas adalah, diperlukan koordinasi antara pihak-pihak yang memang memiliki wewenang, antara pihak dinas perhubungan, kepolisian dan pihak stasiun untuk merelokasi dan memfasilitasi ojek, karena sebagai negara yang berfikir maju, kita harus merubah permasalahan ojek sebagai masalah sosial, menjadi aset yang bisa memberikan kesejahteraan sosial bagi kalangan ojek itu sendiri, dikarenakan pendapatan dari ojek cukup untuk menghidupi tukang ojek itu sendiri. Apabila ojek sudah diberikan fasilitas dan di relokasi, masih saja melakukan aktifitas yang menggangu jalur transportasi, maka harus diberikan sanksi yang tegas.