MOTIVASI, TERPAAN MEDIA, DAN KEPUASAN KHALAYAK … · terpenuhinya kebutuhan setelah mendengarkan...
Transcript of MOTIVASI, TERPAAN MEDIA, DAN KEPUASAN KHALAYAK … · terpenuhinya kebutuhan setelah mendengarkan...
MOTIVASI, TERPAAN MEDIA, DAN KEPUASAN
KHALAYAK SIARAN RADIO KOMUNITAS JASENG FM
KECAMATAN WALANTAKA KOTA SERANG, BANTEN
DITHA FITRIALDI PUTRI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi, Terpaan
Media, dan Kepuasan Khalayak Siaran Radio Komunitas Jaseng FM Kecamatan
Walantaka Kota Serang, Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Ditha Fitrialdi Putri
NIM I34100115
ABSTRAK
DITHA FITRIALDI PUTRI. Motivasi, Terpaan Media dan Kepuasan Khalayak
Siaran Radio Komunitas Jaseng FM Kecamatan Walantaka Kota Serang, Banten.
Dibimbing oleh HADIYANTO.
Khalayak dalam memilih media massa khususnya radio komunitas
didasarkan pada motivasi tertentu agar terciptanya kepuasan khalayak yaitu
terpenuhinya kebutuhan setelah mendengarkan radio komunitas. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis bagaimana hubungan karakteristik demografis
dengan motivasi mendengarkan,bagaimana hubungan motivasi mendengarkan dan
kualitas penyiaran dengan terpaan media sertahubungan terpaan media dengan
kepuasan khalayak siaran radio komunitas Jaseng FM.Data yang dikumpulkan
menggunakan metode survai berupa data primer yang diperoleh melalui
kuesioner, observasi langsung, dan wawancara mendalam serta data sekunder
yang diperoleh melalui studi dokumen dan literatur. Responden merupakan
pendengar aktif radio Jaseng FM yang dipilih menggunakan teknik sampel acak
sederhana. Hasil penelitian membuktikan bahwa karakteristik demografis yaitu
usia berhubungan dengan motivasi informasi dan tingkat pendapatan berhubungan
dengan motivasi identitas pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial.
Motivasi identitas pribadi berhubungan dengan durasi mendengarkan dan
pemilihan acara siaran. Motivasi hiburan, motivasi integrasi dan interaksi sosial,
kualitas materi siaran dan kualitas penyiar berhubungan dengan durasi
mendengarkan. Terpaan media yaitu durasi mendengarkan berhubungan dengan
kepuasan hiburan, frekuensi mendengarkan berhubungan dengan kepuasan pribadi
dan pemilihan acara siaran berhubungan dengan kepuasan interaksi sosial,
kepuasan pribadi, dan kepuasan hiburan.
Kata kunci: motivasi, terpaan media, kepuasan pendengar
ABSTRACT
DITHA FITRIALDI PUTRI. Motivation, Media Exposure, and Satisfaction of
Jaseng FM Community Radio Audiences Walantaka District of Serang, Banten.
Supervised by HADIYANTO.
Audiences are responsible for choosing media especially community radio
based on the specific motivations to meet their desires and needs to achieve
satisfactionafter listening to community radio. This study aimed to asses the
correlation between demographic characteristics with viewing motivations, the
correlation between motivations and quality broadcastingwith viewing the media
exposure, andthe correlation between media exposure with viewing the satisfction
of Jaseng FM community radio listeners. Data were collected using a survey
method of primary data obtained via questionnaires, direct observation, and in-
depth interviews. The secondary data obtained through the study of documents
and related literature. Respondents are active listeners Jaseng FM radio selected
using simple random sampling technique. The results of the study explain that age
associated with information motivation and income level associated with personal
identity motivation and integration and social interaction motivation. The personal
identity motivation associated with duration of listening and selection of broadcast
events. The Entertainment motivation, integration and social interaction
motivation, broadcast material and qualification of broadcaster associated with
duration of listening. The media exposure includes duration of listening associated
with the diversion satisfaction, listening frequency associated with personal
satisfaction, and the selection of program associated with social interaction
satisfaction, personal satisfaction, and diversion satisfaction.
Keywords: community radio, motivation, listeners satisfaction
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
DITHA FITRIALDI PUTRI
MOTIVASI, TERPAAN MEDIA, DAN KEPUASAN
KHALAYAK SIARAN RADIO KOMUNITAS JASENG FM
KECAMATAN WALANTAKA KOTA SERANG, BANTEN
Judul Skripsi : Motivasi, Terpaan Media dan Kepuasan Khalayak Siaran
Radio Komunitas Jaseng FM Kecamatan Walantaka Kota
Serang, Banten
Nama : Ditha Fitrialdi Putri
NIM : I34100115
Disetujui oleh
Ir Hadiyanto, Msi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: ________________
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam,
yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat
bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Motivasi, Terpaan Media dan
Kepuasan Khalayak Siaran Radio Komunitas Jaseng FM Kecamatan Walantaka
Kota Serang, Banten” dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang
berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga
hari akhir.
Terimakasih penulis ucapkan kepadabapak Ir. Hadiyanto, M.Si selaku
dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan curahan waktunya kepada penulis
selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Reivianti Yudha
Lasari dan Ayahanda Ivan Rivaldi selaku orang tua tercinta, Ditho Novrialdi Putra
selaku adik tersayang, Kepompong, Dixtionary, Javanication, Anna, Rizka, Tari,
Venny, Sakinah dan keluarga MAX!! yang telah memberikan doa, dukungan,
kasih sayang, kritik, saran, motivasi, semangat, dan menemani penulis dalam
proses penulisan laporan ini. Kepada seluruh keluarga besar SKPM, terutama
SKPM 47 atas kebersamaannya dan kakak-kakak SKPM 46 atas kesediaannya
berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.
Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis
mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Ditha Fitrialdi Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Masalah Penelitian 3
Tujuan Penelitian 5
Kegunaan Penelitian 5
PENDEKATAN TEORETIS 7
Tinjauan Pustaka 7
Kerangka Pemikiran 15
Hipotesis Penelitian 17
Definisi Operasional 18
PENDEKATAN LAPANGAN 23
Lokasi dan Waktu 23
Teknik Pengambilan Sampel 23
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 24
Teknik Pengolahan dan Analisis Data 24
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27
Gambaran Umum Kecamatan Walantaka 27
Gambaran Umum Radio Komunitas Jaseng FM 31
KARAKTERISTIK DEMOGRAFIS PENDENGAR, MOTIVASI
MENDENGARKAN, KUALITAS PENYIARAN DAN TERPAAN MEDIA
RADIO KOMUNITAS JASENG FM 37
Karakteristik Demografis Pendengar 37
Motivasi Mendengarkan Radio Komunitas Jaseng FM 40
Kualitas Penyiaran Radio Komunitas Jaseng FM 43
Terpaan Media Radio Komunitas Jaseng FM 45
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFIS DENGAN MOTIVASI
MENDENGARKAN RADIO KOMUNITAS JASENG FM 49
Hubungan Usia dengan Motivasi Mendengarkan 49
Hubungan Jenis Kelamin dengan Motivasi Mendengarkan 50
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Mendengarkan 51
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Motivasi Mendengarkan 52
Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Motivasi Mendengarkan 53
HUBUNGAN KUALITAS PENYIARAN DENGAN TERPAAN MEDIA
RADIO KOMUNITAS JASENG FM 55
Hubungan Kesesuaian Materi dengan Terpaan Media 55
Hubungan Kualitas Pemancar dengan Terpaan Media 56
Hubungan Kualitas Penyiar dengan Terpaan Media 56
HUBUNGAN MOTIVASI MENDENGARKAN DENGAN TERPAAN MEDIA
RADIO KOMUNITAS JASENG FM 59
Hubungan Motivasi Informasi dengan Terpaan Media 59
Hubungan Motivasi Identitas Pribadi dengan Terpaan Media 60
Hubungan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial dengan
Terpaan Media 61
Hubungan Motivasi Hiburan dengan Terpaan Media 62
HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TERHADAP KEPUASAN
MENDENGARKAN RADIO KOMUNITAS JASENG FM 65
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Kepuasan Mendengarkan 65
Hubungan Durasi Mendengarkan dengan Kepuasan Mendengarkan 66
Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Kepuasan Mendengarkan 67
SIMPULAN DAN SARAN 71
Simpulan 71
Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 73
LAMPIRAN 77
RIWAYAT HIDUP 94
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jumlah Sarana dan prasarana pendidikan Kecamatan Walantaka
Tahun 2010
Luas daerah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk menurut
desa/kelurahan Kecamatan Walantaka Tahun 2010
Luas daerah dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Kecamatan Walantaka Tahun 2010
Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian utama
Kecamatan Walantaka Tahun 2010
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikandi
Kecamatan Walantaka Tahun 2010
Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik
Demografis di Kecamatan Walantaka Tahun 2014
Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi
mendengarkan siaran radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka Tahun 2014
Jumlah dan persentase responden berdasarkan kualitas penyiaran
radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka Tahun 2014
Jumlah dan persentase responden berdasarkan terpaan media radio
komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara usia dengan motivasi
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
Hasil uji Chi Square antara jenis kelamin dan motivasi
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara tingkat pendidikan dengan motivasi
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara tingkat pendapatan dengan motivasi
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara kepemilikan media massa dengan
motivasi mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara kesesuaian materi siaran dengan
terpaan media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara kualitas pemancar dengan terpaan
mediaradio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun
2014
Hasil uji statistik korelasi antara kualitas penyiar dengan terpaan
media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun
2014
28
29
30
30
31
37
41
43
46
49
50
51
52
53
55
56
57
18
19
20
21
22
23
24
25
Hasil uji statistik korelasi antara motivasi informasi dengan terpaan
media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun
2014
Hasil uji statistik korelasi antara motivasi identitas pribadi dengan
terpaan media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara motivasi integrasi dan interaksi
sosial dengan terpaan media radio komunitas Jaseng FM di
Kecamatan Walantaka tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara motivasi hiburan dengan terpaan
media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun
2014
Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepuasan
mendengarkan siaran radio komunitas Jaseng FM tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara frekuensi mendengarkan dengan
kepuasan mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara durasi mendengarkan dengan
kepuasan mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka tahun 2014
Hasil uji statistik korelasi antara pemilihan acara siaran dengan
kepuasan mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka tahun 2014
59
60
61
62
65
66
67
68
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Uses and gratifications model
Kerangka pemikiran
Logo radio komunitas Jaseng FM
Matriks program siaran radio komunitas Jaseng FM
13
17
33
35
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Sketsa Kecamatan Walantaka
Kerangka sampling responden
Hasil uji Rank Spearman dan Chi Square
Dokumentasi
77
79
81
93
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Radio menjadi media penyiaran yang sering digunakan oleh berbagai
lapisan masyarakat untuk mendapatkan informasi karena radio dapat mencapai
sasarannya secara langsung, mudah, dan tidak mengalami proses yang
kompleks.Radio menjadi penyebar informasi pada khalayak yang paling strategis
dan sangat memberikan pengaruh pada khalayak khususnya pendengar radio
publik seperti Radio Republik Indonesia (RRI).
Radio Republik Indonesia diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik
yaitu lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh
negara. Sifat radio publik yang independent, netral, tidak komersial, dan memiliki
fungsi dalam memberikan layanan kepada masyarakat, pada kenyataannya belum
dirasakan serta masih diabaikan oleh khalayak yang lebih memilih media lain
untuk hiburan semata. Wikan (2011) dari SPS (Serikat Perusahaan Pers) dalam
seminar literasi media dalam Hendrawati (2013) komposisi pendengar radio setiap
tahun semakin menurun, pada tahun 2008 pendengar radio mencapai angka 41,7
% dan semakin menurun hingga mencapai angka 30,6 % pada tahun 2010. Radio
publik belum sepenuhnya berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
pendengarnya. Radio publik lebih digunakan untuk kepentingan pemerintahan,
pejabat dan membahas hal-hal umum mengenai pemerintahan dan tidak mengatasi
permasalahan yang ada di dalam masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Hal
tersebut menjadikan adanya perkembangan baru dan media alternatif untuk radio
publik dan radio swasta yaitu radio komunitas yang diselenggarakan oleh
Lembaga Penyiaran Komunitas.
Radio komunitas dikenal secara formal pada tahun 2002 melalui Undang-
Undang Penyiaran Nomor 32. Pasal 13 ayat dua Undang-Undang Penyiaran
Nomor 32 tahun 2002 menyebutkan bahwa jasa penyiaran radio diselenggarakan
oleh Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran
Komunitas dan Lembaga Penyiaran Berlangganan. Indonesia sebagai negara
kepulauan yang mayoritas masyarakatnya tinggal di pedesaan lebih efektif
menggunakan media yang memang memberikan kontribusi lebih seperti radio
komunitas yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Komunitas, karena
tidak hanya memberikan informasi melainkan mengikutsertakan masyarakat
dalam manajemen dan produksi radio komunitas hingga penyusunan program
siaran.
Keunggulan media radio yang memiliki jangkauan lebih luas, biaya
pengelolaan yang lebih murah, dan kemudahan dalam pengelolaan serta
penggunaan teknologi penyiarannya bila dibandingkan dengan media penyiaran
televisi, menjadi salah satu alasan mengapa warga pedesaan hingga saat ini masih
mengembangkan penyiaran radio berbasis “dari, oleh, untuk dan tentang” warga
atau komunitas. Melalui ragam acara yang dikembangkan radio komunitas,
pengetahuan warga diharapkan bisa lebih ditingkatkan sejalan dengan perubahan
perilakunya kearah yang lebih baik. Selain itu, radio komunitas juga bisa
2
dijadikan alat kampanye pendidikan yang efektif sebagai upayadalam
mewujudkanmasyarakat yang cerdas, terorganisir, toleran, terbuka dan
demokratis. Seperti halnya yang dikatakan oleh Rachmiatie (2007). “…Radio komunitas ternyata sangat tepat untuk kondisi indonesia. Pertama,
menumbuhkan partisipasi yang merupakan kekuatan bagi komunitas untuk
membuka pintu perubahan kehidupan komunitas. Kedua, melayani
informasi di segala sektor kehidupan komunitas. Ketiga, mempromosikan
dan merefleksikan budaya, karakter dan identitas lokal/komunitasnya.
Keempat, meningkatkan akses untuk penyebaran informasi secara lisan.
Kelima, merupakan tanggung jawab sosial atas kebutuhan komunitasnya.
Keenam, berperan penting dalam memberikan kekuatan bagi kaum yang
terpinggirkan dan para grass root.”
Jaseng FM merupakan salah satu anggota Jaringan Radio Komunitas
Indonesia (JRKI) dan satu dari delapan radio komunitas anggota Jaringan Radio
Komunitas Banten (JRKB). Nama radio dengan filosofi Jawa Serang dan
memiliki budaya sosial dengan dialek bahasa Jawa Serang ini telah melekat di hati
para pendengar khususnya warga Kecamatan WalantakaKota Serang Banten.
Jaseng FM didirikan untuk menyebarkan pesan-pesan agama, pendidikan, sosial,
budaya, ekonomi, pemerintahan daerah maupun pusat serta berperan serta dalam
meningkatkan integritas warga Walantaka Serang, Banten.
Jaseng FM memiliki visi yaitu “Terciptanya Radio Komunitas yang
berkualitas, dan berbudaya sehingga mampu menjadi radio yang berdaya dan
tercerahkan yang berdasarkan pada nilai-nilai universal kemanusiaan dan
keagamaan”1. Selaras dengan tujuan lembaga penyiaran komunitas dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002
Pasal 21 Ayat 2 yaitu mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai
kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya,
pendidikan, dan Informasi yang menggambarkan identitas bangsa, program-
program yang disajikan Radio Komunitas Jaseng FM sangat mencerminkan
identitas masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat Kecamatan
Walantaka.
Penyajian program siaran yang berbasiskan “dari, oleh, untuk dan tentang”
warga, serta siaran lokal dalam rangka menyampaikan suatu pesan lokal, sangat
dibutuhkan agar radio komunitas di era globalisasi ini tetap berperan sebagai
media komunitas dengan muatan lokal dan tetap menjadi pilihan utama dari
sekian banyaknya media siaran. Walaupun kebutuhan dan motivasi pendengar
mendengarkan radio komunitas berbeda-beda, keberadaan Jaseng FM sangat
berpengaruh dan menjadi tujuan utama pendengar dalam memenuhi kebutuhan
dalam memperoleh berbagai informasi hingga saat ini. Hal tersebut membuktikan
juga bahwa teknologi penyiaran radio merupakan teknologi informasi yang
potensial untuk dikembangkan di tingkat warga atau pedesaan.
Pada dasarnya, penggunaan media komunitas seperti radio
komunitasmerupakan salah satu cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan
dimana situasi pemuasan kebutuhan akan tercapai dari efek serta penggunaan
media tersebut (Rakhmat, 2002). Keberlanjutan radio komunitas juga bergantung
pada kesetiaan pendengarnya yang selalu mendengarkan serta memberikan
1http://jasengfm.blogspot.com/search?updated-max=2010-08-19T14:19:00%2B07:00&max-
results=3&start=3&by-date=false
3
masukan mengenai kualitas penyiaran agar radio komunitas tetap berkontribusi
dalam mengedepankan pesan lokal dan memenuhi kebutuhan pendengar. Dari hal
tersebut menarik untuk dikaji mengenai bagaimana motivasi, kualitas penyiaran
radio dan terpaan media dengan kepuasan khalayak siaran radio komunitas Jaseng
FM. Penelitian mengenai motivasi, terpaan media dan kepuasan khalayak siaran
radio komunitas telah dilakukan oleh beberapa pakar atau ahli maupun
mahasiswa. Namun, dapat dikatakan bahwa penelitian yang memfokuskan kajian
terhadap hubungan karakteristik pendengar, motivasi, dan kualitas siaran dengan
terpaan media serta hubungan terpaan media dengan kepuasan khalayak masih
jarang dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian pertama di radio komunitas
Jaseng FM. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mengkaji bagaimana
motivasi, terpaan media dan kepuasan khalayak siaran radio komunitas Jaseng FM
hingga radio komunitas ini masih menjadi media penyiaran yang berpotensi untuk
menyebarkan informasi lokal kepada komunitas pendengar dan masyarakat
Kecamatan Walantaka Kota Serang, Banten.
Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, Radio publik belum sepenuhnya mengatasi
permasalahan dan memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat
pedesaan. Radio publik hanya sekedar memberikan informasi, berbeda halnya
dengan radio komunitas yang tidak hanya menyediakan informasi saja tetapi juga
mengikutsertakan masyarakat dalam manajemen dan produksi radio komunitas
hingga penyusunan program siaran. Namun, kenyataannya penyelenggaraan
beberapa radio komunitas belum sepenuhnya menjalankan fungsinya sebagai
radio komunitas.
Tripambudi (2011) menyatakan penelitian di lima radio diantaranya radio
Balai Budaya Minomartani Sleman, Radio Cemara Lima Yogyakarta, radio Swara
Desa Kulon Progo, Radio Swadiora Kota Bantul dan Radio Informasi Pertanian
(Intan) Gunung Kidul belum efektif dalam penyebarluasan informasi lokal yang
memang benar-benar dibutuhkan komunitas serta yang menjadi ciri khas
komunitas. Sumber daya manusia yang mengelola radio-radio tersebut juga
kinerjanya masih belum maksimal sehingga beberapa dari kelima radio
tersebutmasih bersifat komersial.
Berbeda dengan penelitian Herawati et al. (2005) di radio komunitas Balai
Budaya Minomartani FM pengelolaan informasi lokal yang memang benar-benar
dibutuhkan komunitas serta yang menjadi ciri khas komunitas telah maksimal
dikelola baik secara kualitas radioyaitu teknis, isi, dan manfaat program. Hal
tersebut karena radio ini telah secara partisipatif dikelola oleh komunitas itu
sendiri, namun perhatian masyarakat khususnya intensitas pendengar terhadap
program radio tersebut masih kurang maksimal. Penelitian ini menunjukkan
hubungan yang lemah antara faktor program radio yang telah dikelola oleh warga
sekitar atau komunitas sekitar radio dengan penggunaan media atau terpaan media
oleh pendengar. Intensitas pendengar pada radio ini masih rendah sehingga
4
masyarakat belum merasakan manfaat dari program-program acara radio
komunitas tersebut.
Pada radio komunitas Suara Kencana, kepuasan pendengar termasuk dalam
kepuasan hiburan. Sebagian besar warga memanfaatkan siaran sebagai media
hiburan saja untuk menghilangkan rasa kebosanan. Walaupun dukungan dan
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan radio komunitas tergolong sedang
cenderung tinggi. Kepuasan hiburan tersebut tidak mampu merangsang dialog
atau menciptakan forum bagi warga untuk menciptakan berbagai pendapat dan
opini di udara, sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi radio komunitas untuk
memenuhi kebutuhan warganya masih belum tercapai. (Pratiwi, 2008).
Hal ini merupakan permasalahan yang mendasar bagi penyelenggaraan
radio komunitas, karena pada dasarnya setiap komunitas memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda namun penyelenggaraan radio komunitas tetap dengan prinsip yang
sama yaitu "dari, oleh, untuk dan tentang" warga atau komunitas. Radio
komunitas berperan sebagai sarana pemberi informasi di tingkat komunitas.
Berdasarkan terpaan media komunitas diharapkan radio komunitas mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat pendengar karena saat ini pendengar sangat
selektif dalam memilih acara siaran yang sesuai dengan motivasi mereka saat
mendengar siaran radio komunitas, namun terpaan media komunikasi seperti radio
ini juga memiliki beberapa kelemahan yang berkaitan dengan kualitas
siaran.Diperlukan suatu upaya analisis terkait hal-hal yang berhubungan dengan
kepuasan pendengar radio komunitas khususnya di radio komunitas Jaseng FM,
sehingga dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan karakteristik demografis pendengar dengan motivasi
mendengarkan pendengar radio komunitas Jaseng FM?
2. Bagaimana hubungan motivasi pendengar dengan terpaan radio komunitas
Jaseng FM?
3. Bagaimana hubungan kualitas penyiaran dengan terpaan radio komunitas
Jaseng FM?
4. Bagaimana hubungan terpaan radio komunitas dengan kepuasan mendengarkan
khalayak siaran radio komunitas Jaseng FM?
5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian umum
pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengaruh terpaan radio
komunitas terhadap kepuasan khalayak siaran radio komunitas Jaseng FM.
Adapun tujuan-tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis hubungan karakteristik demografisdengan motivasi
mendengarkan pendengar radio komunitas Jaseng FM
2. Menganalisis hubungan motivasi mendengarkan dengan terpaan radio
komunitas Jaseng FM
3. Menganalisis hubungan kualitas penyiaran dengan terpaan radio komunitas
Jaseng FM
4. Menganalisis hubungan terpaan radio komunitas dengan kepuasan khalayak
siaran radio komunitas Jaseng FM
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
1. Instansi terkait
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan perbaikan bagi
radio komunitas Jaseng FM Banten dalam meningkatkan kualitas isi program
siaran radio sehingga radio komunitas Jaseng FM dapat menjadi radio
komunitas yang semakin dikenal oleh masyarakat, panutan radio komunitas
lainnya dan memiliki manfaat besar bagi negara Indonesia.
2. Masyarakat umum
Masyarakat umum terutama masyarakat pendengar radio komunitas Jaseng FM
dapat mengetahui sejauh mana siaran radio komunitas dapat memenuhi
kebutuhan dan kepuasan mereka sebagai pendengar sehingga diharapkan
mampu meningkatkan minat masyarakat untuk mendengarkan program siaran
radio komunitas, juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat
Kecamatan Walantaka dan untuk meningkatkan pengetahuan mereka mengenai
berbagai informasi publik.
3. Para peneliti
Bagi para peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai salah satu bahan referensi
bagi penelitian berikutnya dengan topik sejenis. Peneliti selanjutnya juga
diharapkan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam penelitian
ini.
6
7
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
Radio Komunitas
Perdebatan dalam merevisi Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 tahun
1997 merupakan awal mula “komunitas” sebagai pilihan dari sejumlah
penyebutan lain untuk radio yang berbasis sangat lokal dan non profit (Masduki,
2004). Awal mula radio komunitas di Indonesia adalah di era rezim orde baru
dimana radio tersebut disebut radio gelap ataupun radio ilegal. Komersialisasipun
terjadi hingga radio menjadi alat propaganda dan hanya dikendalikan oleh
penguasa yang menjadikan pendengar sebagai sumber keuntungan dan sebagai
objek atau komoditasnya (Effendy, 2007).
Badan-badan radio siaran di Indonesia terbentuk setelah didirikannya
Batavia Radio Vereniging (BRV) pada tanggal 16 Juni 1925, seperti
Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung dan
Medan, Solosche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Mataramse Vereniging
voor Radio Omroep (MAVRO) di Yogyakarta serta Vereniging voor Radio
Luisteraars (VORI) di Bandung. Kehadiran NIROM yang mendapat Bantuan dari
pemerintahan Hindia Belanda menunjukkan komersialisasi yang sangat tinggi,
karena mereka lebih bersifat mencari keuntungan dan membantu penjajah Belanda
atas pribumi pada tahun 1908 hingga 1928 (Effendy, 2007). Pada akhirnya pendiri
radio baik radio publik dan juga para pendiri radio komunitas, bekerja sama
dengan berbagai pihak yang sepaham atau mendukung keberadaannya terus
melanjutkan berbagai upaya untuk memperjuangkan aktivitas mereka hingga
akhirnya diakui secara hukum UU penyiaran nomor 32 tahun 2002 disetujui oleh
pemerintahan Indonesia (Jurriens, 2003).
Radio komunitas di belahan dunia lainnya seperti di Afrika, dikembangkan
untuk dijadikan alat demokrasi setelah jatuhnya rezim apartheid. Lalu, di Amerika
lebih menitikberatkan pada komersialisasi media informasi seperti radio dan
televisi. Menurut Hunteman (1995) bila penyiaran tetap dikontrol oleh perusahaan
yang memang mengedepankan komersial dalam penyiarannya, maka
pemrograman siaran akan bersifat bias terhadap resiko isu-isu kontroversial dan
urusan publik. Hal tersebut yang menjadikan beberapa radio komunitas dibeli oleh
radio komersil sehingga tidak ada berita lokal yang memberitakan mengenai isu
kota kecil dan masalah lokal yang mencerminkan langsung wilayah geografis
pendengar.
Menurut Shun (2000) di Taiwan pada akhir tahun 1995 radio ilegal atau
dapat disebut juga radio bawah tanah dilegalkan menjadi radio komunitas.
Sebelumnya radio bawah tanah ini menjadi media warga dalam mendapatkan hak
asasi dalam kebebasan akses dan partisipasi di media dan meyakinkan mereka
mendapatkan hak bebas dalam berkomunikasi. Sama halnya dengan radio
komunitas di Amerika, pendominasian yang dilakukan oleh radio Kuomintang
menjadikan komersialisasi atas media informasi di Taiwan sangat meningkat.
8
Pemerintahan juga membatasi format siaran dimana hanya ada beberapa tipe
program siaran yang bertujuan untuk menahan opini pluralistik dan mendapatkan
tujuan keuntungan mereka sendiri. Tahun 1993 dan 1994 terlihat klimaks dari
pengembangan stasiun bawah tanah atau stasiun radio ilegal, beberapa radio ilegal
berkompetisi melalui penyiaran udara Taiwan. Hingga akhirnya radio bawah
tanah tesebut dilegalkan dan menjadi radio komunitas yaitu salah satu media yang
dimiliki Taiwan yang programnya meliputi kebutuhan komunitas atau daerah-
daerah Taiwan dan untuk mengatasi masalah di struktur penyiaran yang
dimonopoli oleh radio Kuomintang Taiwan. Selain itu radio komunitas atau radio
bawah tanah ini juga bertujuan untuk mengikis komersialisasi yang ada agar nilai-
nilai alternatif tetap terjaga.
Lembaga penyiaran komunitas di Indonesia berbasiskan “dari, oleh, untuk
dan tentang warga atau komunitas”, hal tersebut menjadikan lembaga penyiaran
komunitas lebih efektif dalam melayani kebutuhan pendengarnya yang mengelola
secara langsung lembaga penyiaran tersebut. Lembaga penyiaran komunitas
merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan
oleh komunitas tertentu, bersifat independent dan tidak komersial, dengan daya
pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan
komunitas (Rachmiatie, 2007). Menurut hasil riset Combine Resources Instituion
(CRI) pada tahun 2002 dalam Rachmiatie (2007), tipologi radio komunitas
khususnya di Indonesia terdiri dari empat bentuk, yaitu :
1. Community Based (Radio berbasis komunitas)
Radio yang didirikan oleh komunitas yang menempati wilayah geografis
tertentu sehingga basisnya adalah komunitas yang menempati suatu daerah
dengan batas-batas tertentu, seperti Kecamatan, kelurahan, dan desa.
2. Issue/Sector Based (Radio berbasis masalah/sektor tertentu)
Radio yang didirikan oleh komunitas yang terikat oleh kepentingan dan minat
yang sama sehingga basisnya adalah komunitas yang terkait oleh kepentingan
yang sama dan terorganisasi seperti komunitas petani, buruh, dan nelayan.
3. Personal Initiative Based (Radio berbasis inisiatif pribadi)
Radio yang didirikan oleh perorangan karena hobi atau memiliki tujuan
lainnya, seperti hiburan, informasi, dan tetap mengacu pada kepentingan warga
komunitas.
4. Campus Based (Radio berbasis kampus)
Radio yang didirikan oleh warga kampus perguruan tinggi dengan berbagai
tujuan, termasuk sebagai sarana laboratorium dan sarana belajar mahasiswa.
Peran dan Fungsi Radio komunitas
Peran dan fungsi yang dijalankan media komunitas tidak hanya sebagai
media penyalur kebutuhan para pendengar atau komunitasnya saja, melainkan
pendengar atau komunitasnya juga perlu merasakan manfaat yang diperoleh dari
keterlibatan mereka pada saat mendengarkan radio komunitas maupun pada saat
mengelola secara langsung penyiaran radio komunitas. Radio komunitas
merupakan salah satu bentuk dari Lembaga Penyiaran Komunitas. Ghazali (2004)
dalam Rachmiatie (2007) menyatakan kegunaan dan fungsi media komunitas.
Adapun hasilnya adalah:
9
1. Merepresentasikan dan mendukung budaya dan identitas lokal
2. Menciptakan program pertukaran opini secara bebas di media
3. Menyediakan program yang variatif
4. Merangsang demokrasi dan dialog
5. Mendukung pembangunan dan perubahan sosial
6. Mempromosikan masyarakat madani
7. Mendorong hadirnya pemerintahan yang baik (good governance)
8. Merangsang partisipasi melalui penebaran informasi dan inovasi
9. Menyediakan kesempatan bersuara bagi yang tidak memiliki kesempatan
10. Berfungsi menghubungkan komunikasi di komunitas (community telephone
service)
11. Memberi kontribusi pada variasi kepemilikan penyiaran
12. Menyediakan SDM bagi industri penyiaran
Selain itu, berkaitan dengan peranan serta fungsi radio komunitas Estrada (2009)
dalam Nurmayanti (2011) menyatakan bahwa fungsi radio komunitas antara lain:
1. Mencerminkan dan mendukung identitas, karakter, dan budaya lokal
Radio komunitas menyediakan program yang khusus disesuaikan dengan
identitas dan karakter dari komunitas tersebut. Program sangat tergantung
materi lokal
2. Menciptakan berbagai pendapat dan opini di udara
Radio komunitas melalui keterbukaannya terhadap partisipasi segala sektor
dan masyarakat di suatu komunitas serta menciptakan berbagai pendapat dan
opini di udara.
3. Mendorong dialog terbuka dan proses demokratis
Radio komunitas menyediakan satu landasan yang independen untuk
menyelenggarakan diskusi interaktif tentang masalah-masalah dan keputusan-
keputusan yang penting bagi komunitas.
4. Mendukung pembangunan dan perubahan sosial
Radio komunitas memberikan landasan yang sempurna untuk berlangsungnya
diskusi internal dan untuk mencapai persepsi bersama mengenai situasinya.
Undang-Undang Penyiaran Republik Indonesia No. 32 Tahun 2002 Pasal
21, 22, 23, dan 24 menguraikan bahwa Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan
lembaga yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas
tertentu dan memiliki tujuan dalam mendidik dan memajukan masyarakat dalam
mencapai kesejahteraan dengan melaksanakan program acara yang meliputi
budaya, pendidikan, dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa.
Peraturan Pemerintah tersebut menjadikan landasan bagi penyelenggaraan radio
Komunitas agar penerapan fungsi serta perannya tetap bermanfaat bagi seluruh
pihak yang terlibat juga memperkuat nilai dan mengoptimalkan potensi daerah
serta sumber daya manusia untuk kepentingan nasional.
Karakteristik Pendengar
Karakteristik khalayak khususnya pendengar radio merupakan faktor utama
yang dapat menyebabkan terjadinya suatu aktivitas khalayak dalam
10
mendengarkan radio itu sendiri. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan merupakan faktor
karakteristik khalayak yang dapat memepengaruhi perilaku mendengar khalayak.
Menurut Yani (1998) karakteristik petani dalam mendengarkan siaran radio yang
meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan nonformal, tingkat pendidikan
informal, frekuensi ke kota dan frekuensi mengunjungi penyuluh
pertanianberhubungan dengan motivasi dan perilaku petani dalam mendengarkan
siaran radio (P<0,01). Pada penelitian ini mayoritas pendengar adalah laki-laki
dengan rataan umur 42 tahun, pendapatan keluarga Rp 81 000/bulan, pendidikan
formal umumnya Sekolah Dasar dan pernah mengikuti kursus atau latihan
pertanian.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Pratiwi (2008) menyatakan
karakteristik pendengar yang di teliti meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman
organisasi. Mayoritas pendengar radio komunitas Suara Kencana ini termasuk
dalam kategori usia muda yaitu 17-32 tahun, tingkat pendidikan terakhir adalah
Sekolah Dasar, tingkat pendapatan di tingkat rendah dan sedang yaitu ≤ Rp. 2 000
000,-/bulan, jumlah tanggungan keluarga tinggi yaitu lebih dari empat orang,
dengan pengalaman organisasi yang tinggi. Patrisia (2011) juga menyatakan
bahwa karakteristik usia dan jenis kelamin menjadi faktor yang menentukan
tempat individu bergabung yang akan mempengaruhi proses penerimaan pesan
dan bagaimana pesan itu menentukan perilaku seseorang. Faktor tingkat
pendidikan akan mempengaruhi minat seseorang terhadap ketertarikannya dengan
sebuah berita khususnya informasi yang sesuai dengan kelompoknya atau
komunitasnya, faktor pekerjaan dan pendapatan turut menentukan media apa yang
dijadikan dalam memperoleh informasi.
Selain itu menurut Haidar (2011) karakteristik pendengar radio komunitas
BeTe Radio yang meliputi usia, keterdedahan media massa dan jenis kegiatan
utama pendengar memiliki hubungan yang signifikan dengan pola mendengarkan
radio komunitas sedangkan jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang
signifikan. Mayoritas pendengar terdedah dengan media massa yaitu televisi dan
memiliki kegiatan utama sebagai pelajar. Menurut skala pastisipasi terhadap acara
siaran, Masduki (2004) menyatakan terdapat empat jenis pendengar, yaitu:
1. Pendengar spontan
Merupakan pendengar yang bersifat kebetulan, tidak berencana
mendengarkan siaran radio atau acara tertentu dan perhatiannya mudah
beralih ke aktivitas lain.
2. Pendengar Pasif
Merupakan pendengar yang suka mendengarkan siaran radio siaran untuk
mengisi waktu luang, menghibur diri dan menjadikan radio sebagai teman.
3. Pendengar selektif
Merupakan pendnegar yang mendengar siaran radio pada jam atau acara
tertentu dan menyediakan waktu khusus untuk mendengarkan.
4. Pendengar aktif
Merupakan pendengar yang secara reguler tak terbatas mendengarkan siaran
radio dan aktif berinteraksi melalui telepon. Radio menjadi sahabat utama,
tidak hanya pada waktu luang.
11
Motivasi Mendengarkan
Chaplin (1995) menyatakan pengertian motivasi adalah sebagai satu
variabel penyelang (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk
menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam organisme, yang membangkitkan,
mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.
Pada pengguna media, motivasi yang dimaksud adalah motivasi untuk memilih
suatu media diantara sekian banyak media untuk dijadikan sumber dalam
menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran yaitu memperoleh informasi.
McQuail(1987)merumuskan motivasi yang mendasari tujuan individu atau
khalayak memilih media massa, diantaranya:
1. Motif Informasi
Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.
b. Mencari bimbingan yang menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat,
dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin-tahu dan minat umum.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
2. Motif Identitas Pribadi
Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan model perilaku.
c. Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media).
d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
3. Motif Integrasi dan interaksi sosial
Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati social.
b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan interaksi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari manusia.
e. Membentu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga,
teman, dan masyarakat.
4. Motif Hiburan
Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:
a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan.
b. Bersantai.
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d. Mengisi waktu.
e. Penyaluran emosi.
f. Membangkitkan gairah seks.
Dari beberapa hasil pustaka yang didapatkan, beberapa peneliti
menggunakan motif information (kebutuhan akan informasi dari lingkungan
sekitar), personal identity (kebutuhan untuk menonjolkan sesuatu yang penting
dalam kehidupan seseorang), dan entertainment (kebutuhan untuk melepas diri
12
dari ketegangan dan menghibur diri) sebagai motif khalayak dalam pemenuhan
kebutuhannya mendengarkan siaran radio komunitas. Seperti pada penelitian
Hendrawati (2013) dimana kecenderungan fungsi radio yang didengar Responden
adalah untuk hiburan, tetapi fungsi Radio yang bermanfaat menjadi pilihan
Responden adalah sebagai pemberi informasi. Sama hal nya dengan penelitian
Winnetou dan Setiawan (2005), walaupun yang paling dominan siaran radio
komunitas yang diteliti adalah program hiburan namun program pendidikan dan
program penyuluhan pertanian juga disuguhkan oleh radio komunitas ini. Hal
tersebut menjadikan khalayak memilih motif untuk mendapatkan informasi
namun tidak menutup kemungkinan bahwa khalayak juga mendapatkan informasi
yang sifatnya hiburan seperti musik-musik daerah dan informasi budaya dari
program lain yang radio komunitas ini suguhkan. Oleh karena itu dalam
menganalisis kepuasan khalayak perlu diketahui bagaimana motif utama individu
maupun komunitas pendengar dalam memperoleh informasi yang berasal dari
suatu media khususnya radio komunitas.
The Uses and Gratifications
Teori uses and gratifications menentukan bagaimana media memenuhi
kebutuhan pribadi dan bukan bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak sehingga khalayak aktif yang sengaja menggunakan media untuk
mencapai tujuan khusus. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan
bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya
(Nurudin, 2007).
Pada tahun 1974, Herbert Blumer dan Elihu Katz memperkenalkan teori
uses and gratifications dimana keduanya percaya bahwa tidak hanya ada satu
jalan bagi khalayak untuk menggunakan media melainkan ada banyak jalan dan
alasan khalayak untuk memilih dan menggunakan media massa (Effendy, 2007).
Pada dekade 1960-an dan 1970-an telah banyak penelitian sistematik yang
membina teori ini bukan saja di Amerika tetapi juga di Inggris, Finlandia, Swedia,
Jepang, dan negara lainnya. Teori ini menjelaskan bagaimana khalayak
mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media apa) mereka
mengkonsumsi atau menggunakan media dan bagimana media itu akan
berdampak pada diri khalayak. Terdapat asumsi-asumsi dasar dari teori ini
menurut Katz et al. (1974) dalam Baran dan Davis (2000) adalah:
1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak menggunakan media massa karena
memiliki tujuan khusus.
2. Dalam proses komunikasi inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan
dengan pemilihan media tergantung pada kebutuhan.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhan khalayak. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi, bergantung kepada
perilaku khalayak yang bersangkutan.
4. Tujuan pemilihan media massa berdasarkan kepentingan dan motif-motif
tertentu dari khalayak.
5. Penilaian mengenai media massa dilakukan oleh budaya organisasi media
massa.
13
Katz et al. (1973) dalam Effendy (2007) menyatakan terdapat model yang
berkembang dari model teori uses and gratifications selain asumsi yang telah
dijelaskan sebelumnya, seperti pada bagan berikut:
Sumber: Effendy (2007)
Gambar 1 Uses and gratifications model
Kepuasan individu atas penggunaan atau fungsi penggunaan media pada
model tersebut terdiri dari surveillance (pengawasan) yaitu penyediaan informasi
tentang lingkungan; kepuasan informasi mengenai hal-hal yang mungkin
mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan sesuatu
misalnya mencari tambahan pengetahuan dan pendidikan diri sendiri. Lalu
kepuasanpersonal(pribadi) yaitu penguatan nilai atau penambah keyakinan diri
misalnya mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai dalam media. Kepuasansocial
relationship (hubungan sosial) yaitu untuk menambah peran dan memuaskan
konsep dirinya juga untuk berinteraksi dengan orang sekitarnya. Serta kepuasan
diversion/entertainment (hiburan) yaitu pelarian dari rutinitas dan masalah atau
pelepas emosi misalnya untuk mengisis waktu luang dan bersantai. Fungsi
penggunaan media tersebut dipengaruhi oleh penggunaan media massa dan motif
yang akan mengarahkan perilaku pendengar radio untuk mengkonsumsi media
dalam hal ini adalah siaran radio komunitas. Menurut Prasetyo (2008) motivasi
responden mendengarkan sangat menentukan perilakukanya dalam mendengarkan
siaran radio dan perilaku mendengarkan akan berpengaruh terhadap kepuasan
mendengarkan siaran radio tersebut. Oleh karena itu, setelah motif pendengar
terpenuhi maka akan terciptanya kepuasan terhadap isi siaran radio, jika motif
mendengarkan ini tidak terpenuhi maka ketidakpuasan tidak akan tercipta.
Nonmedia Sources
of Need
Satisfaction
1. Family, friends
2. Interpersonal
communication
3. Hobbies
4. Sleep
5. Drugs etc
Social
Environment
1. Demograpichs
characteristics
2. Group
affiliations
3. Personality
characteristics
(psychological
dispositions)
Individual Needs
1. Cognitive needs
2. Affective needs
3. Personal
integrative
needs
4. Social
integrative
needs
5. Tension-release
or escape
Mass Media Use
1. Media type-
newspaper,
radio, TV,
Movie
2. Media Contents
3. Exposure to
media
4. Social, context
exposure
Media
Gratifications
(Functions)
1. Surveillance
2. Diversion/ente
rtainment
3. Personal
4. Social
relationship
14
Terpaan Radio Komunitas dan Kepuasan Khalayak
Terpaan media Komunitas menurut Shore (1985) dalam Hakim (2010)
adalah kegiatan mendengarkan, melihat, membaca pesan media massa ataupun
mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut, yang dapat terjadi
pada tingkat individu ataupun kelompok. Terpaan media juga dapat didefinisikan
sebagai penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun
durasi penggunaan (Ardianto dan Erdinaya, 2005)
Menurut Ardianto (2005) dalam Hakim (2010) frekuensi penggunaan media
mengumpulkan data khalayak mengenai berapa kali sehari seseorang
menggunakan media dalam satu minggu, berapa kali selama satu minggu
seseorang menggunakan media dalam satu bulan, berapa kali selama sebulan
seseorang menggunakan media dalam setahun, sedangkan pengukuran variabel
durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan
suatu media (berapa jam sehari) atau berapa lama (menit sehari) khalayak
mengikuti suatu program. Sehingga hal tersebut berkaitan dengan motif khalayak
dalam menggunakan media dimana terpaan media komunitas merupakan
perlakuan individu untuk memenuhi kebutuhan mereka atas dasar motif tersebut.
Setiap individu khalayak memiliki motif tertentu saat mendedahkan dirinya
pada suatu media khususnya radio komunitas. Pada teori uses and gratification,
teori tersebut dirancang untuk menggambarkan proses penerimaan dalam
komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau
kelompok-kelompok individu. Teori ini mengasumsikan khalayak sebagai
khalayak yang aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap
memiliki tanggung jawabnya sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap
media massa untuk mengetahui, memenuhi, dan mengetahui bagaimana cara
memenuhi kebutuhannya.
Dalam memperoleh kepuasan itu sendiri dari penggunaan media khususnya
radio komunitas, khalayak pendengar memiliki selektifitas yang tinggi serta
motivasi untuk memilih suatu media diantara sekian banyak media selain radio.
Katz (1974) dalam Morissan (2005) menyatakan bahwa logika yang mendasari
teori ini adalah adanya kondisi sosial psikologis seseorang yang menyebabkan
adanya kebutuhan yang menciptakan harapan-harapan (motif) terhadap media
massa atau sumber-sumber lain yang membawa kepada perbedaan pola
penggunaan media. Selanjutnya perbedaan pola pengunaan media ini akan
menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan konsekuensi lainnya, termasuk yang
tidak diharapkan sebelumnya.
Kualitas Siaran Radio Komunitas
Untuk mencapai apa yang diinginkan oleh radio penyiaran komunitas dan
untuk memperkecil kesenjangan informasi warga serta anggota komunitas
pendengar lainnya, kualitas penyiaran radio harus sangat diperhatikan dan
menjadi faktor utama keberhasilan radio dalam mencegah kesenjangan informasi.
Perkembangan teknologi komunikasi telah menjadikan masyarakat semakin besar
tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tanpa ada
batas ruang dan waktu. Informasi menjadi kebutuhan dasar dalam berkehidupan
15
dan memacu adanya perkembangan teknologi komunikasi yang berpengaruh
terhadap dunia penyiaran khususnya di Indonesia.
Penyiaran adalah sebagai bentuk dalam menyalurkan informasi dan
pembentuk pendapat umum yang memiliki peran strategis dalam mengembangkan
kehidupan masyarakat luas. Beberapa prinsip dasar teknis penyiaran di Indonesia
yaitu jenis-jenis layanan siaran yang umumnya digunakan saat ini yaitu radio AM
(Amplitude Modulation), radio FM (Frequency Modulation), radio gelombang
pendek (SW), televisi VHF (Very High Frequency) dan televisi UHF (Ultra High
Frequency).
Penelitianmengenai kualitas siaran radio diantaranya membahas mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas siaran. Faktor-faktor kualitas siaran
tersebut diantaranya adalah jenis program siaran, materi siaran, durasi penyiaran,
kualitas pemancar radio, dan kualifikasi penyiar. Romli (2009) menyatakan bahwa
kelima faktor tersebut merupakan elemen utama dalam menganalisis keunggulan
dan kualitas stasiun radio, begitu juga dengan radio komunitas. Jenis program
siaran sangat erat hubungannya dengan kesesuaian program siaran dengan dengan
visi-misi radio komunitas serta undang undang nomor 32 tahun 2002 tentang
penyiaran pasal 21 ayat 2(b) yaitu program acara radio komunitas meliputi
budaya, pendidikan dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa. Materi
siaran dan kualifikasi penyiar radio komunitas sangat berkaitan karena materi
siaran yang akan disiarkan oleh penyiar akan tersampaikan secara efektif apabila
penyiar radio komunitas berkompeten dan sesuai kualifikasi penyiar seperti:
memiliki gagasan luas, sanggup bekerja sama secara kelompok (team work dalam
radio komunitas), serta mampu membentuk “mental image” sosok pendengar
(Romli, 2009).
Bisnis siaran radio adalah “bisnis telinga” maka yang berhubungan dengan
keindahan dan keberadaan audio hingga sampai ke telinga pendengar harus
diperhatikan (Rosalia,2012), oleh karena itu kejernihan pemancar radio juga
menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas suatu siaran radio.
Hal ini berkaitan juga dengan terpaan media yaitu seberapa sering pendengar akan
mendengarkan suatu siaran atau frekuensi pendengar. Karena kenyamanan
pendengar dalam mendengarkan suatu siaran sangatlah penting agar pendengar
tetap mendengarkan siaran radio khususnya radio komunitas.
Kerangka Pemikiran
Radio komunitas akan dapat termanfaatkan secara optimal apabila warga
atau komunitas pendengarnya dapat secara bersama-sama mengelola dan
menyatukan kebutuhan serta keinginan masyarakat pendengar demi kontinuitas
penyelenggaraan siaran dan pemenuhan kepuasan khalayak pendengar radio
komunitas. Media komunikasi ini memiliki khalayak pendengar yang terdiri dari
individu pendengar yang berbeda-beda. Dalam mengetahui kepuasan pendengar
radio komunitas Jaseng FM Kota Serang Banten maka faktor-faktor internal yang
ada pada diri individu atau karakteristik demografis pendengar radio komunitas
seperti usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan, dan kepemilikan terhadap
16
media massa sangatlah berpengaruh, karena hal tersebut berhubungan dengan
motivasi mendengarkan dalam diri pendengar. Motif penggunaan media menurut
McQuail (1987) terdiri atas motif informasi, identitas pribadi, integrasi dan
interaksi sosial, dan hiburan.
Radio komunitas merupakan media komunikasi yang berbasiskan “dari,
oleh, untuk dan tentang” warga atau komunitas, sehingga kehadiran radio
komunitas juga berkaitan dengan partisipasi dari setiap masyarakat baik secara
langsung maupun tidak. Keterlibatan pendengar dalam mendengarkan program-
program radio komunitas meliputi durasi pendengar dalam mendengarkan siaran,
frekuensi pendengar dalam mendengarkan program dan banyaknya pilihan
program menjadi variabel utama faktor-faktor terpaan radio komunitas.
Faktor kualitas penyiaran menentukan frekuensi mendengarkan pendengar
seperti halnya variabel terpaan radio komunitas, dimana pendengar akan
mendengarkan siaran radio komunitas secara terus-menerus agar pendengar
memperoleh kepuasan atas informasi yang mereka butuhkan yang juga disiarkan
oleh radio komunitas. Faktor kualitas penyiaran radio tersebut meliputi kesesuaian
materi siaran, kualitas penyiar dan kualitas pemancar radio. Karakteristik
demografis pendengar berhubungan dengan terpaan radio komunitas yang terjadi
pada diri individu yang selanjutnya berhubungan dengan kepuasan individu,
kepuasan individu tersebut didasari model uses and gratifications oleh Katz et al.
(1973) dalam Effendy (2007) yang terdiri atas kepuasan surveillance
(pengawasan), personal(pribadi), social relationship (hubungan sosial),
diversion/entertainment (hiburan). Oleh karena itu, peneliti menganalisis
hubungan dari variabel karakteristik demografis pendengar, motivasi pendengar
dan kualitas siaran radio komunitas terhadap terpaan radio komunitas dan
hubungan terpaan media terhadap kepuasan khalayak siaran radio komunitas
Jaseng FM Kecamatan Walantaka Kota Serang Banten.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran yang digunakan peneliti pada
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
17
Keterangan :
: Berhubungan
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara karakteristik demografis pendengar
denganmotivasi mendengarkan radio komunitas Jaseng FM
2. Terdapat hubungan antara kualitas penyiaran dengan terpaan radio
komunitasJaseng FM
3. Terdapat hubungan antara motivasi mendengarkan dengan terpaan radio
komunitasJaseng FM
4. Terdapat hubungan antara terpaan radio komunitas dengan kepuasan
mendengarkan khalayak siaran radio komunitasJaseng FM
Karakteristik demografis
pendengar:
1. Usia
2. Pendidikan
3. Penghasilan
4. Kepemilikan media
massa
Terpaan radio komunitas:
1. Frekuensi mendengarkan
2. Durasi mendengarkan
3. Pilihan program siaran
Faktor Kualitas Penyiaran:
1. Kesesuaian materi siaran
2. Kualitas pemancar radio
3. Kualitas penyiar
Kepuasan khalayak
Radio Komunitas:
1. Kepuasan
pengawasan
2. Kepuasan pribadi
3. Kepuasan
interaksi sosial
4. Kepuasan
hiburan
Motivasi mendengarkan
radio komunitas:
1. Motivasi informasi
2. Motivasi identitas
pribadi
3. Motivasi integrasi
dan interaksi sosial
4. Motivasi hiburan
18
Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Karakteristik demografis pendengar adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan karakteristik responden yaitu usia, pendidikan, penghasilan, dan
kepemilikan media massa.
1.1. Usia adalah lama hidup responden yang dihitung sejak tanggal kelahiran
hingga saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Menurut
Havigurst (1950) dalam Mugniesyah (2006). Usia dikategorikan
menjadi:
i. Masa awal dewasa(18-29 tahun) : skor 3
ii. Masa usia menengah (30-50 tahun) : skor 2
iii. Masa tua (> 50 tahun) : skor 1
1.2. Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang
pernahditamatkan. Tingkat pendidikan pendidikan formal terakhir
responden dengan acuan dasar wajib belajar sembilan tahun dan
dikategorikan. dimulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
tinggi. Pendidikan dikategorikan menjadi :
i. Tinggi : Pendidikan lanjutan setelah SMA : skor 3
ii. Sedang : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) : skor 2
iii. Rendah : Sekolah Dasar (SD) : skor 1
1.3. Penghasilan adalah penghasilan rata-rata yang diperoleh oleh responden
selama satu bulan. penghasilan dapat dikategorikan menjadi :
i. Tinggi : Pendapatan >Rp 1 000 000 : skor 3
ii. Sedang : Pendapatan ≥ Rp 100 000 –Rp 1 000 000 : skor 2
iii. Rendah : Pendapatan < Rp 100000 : skor 1
1.4. Kepemilikan media massa lain adalah jumlah media massa yang dimiliki
oleh responden yang meliputi kepemilikan radio, televisi, dan koran.
Kepemilikan media dapat dikategorikan menjadi :
i. Memiliki ketiganya (Koran, radio dan televisi) : skor 3
ii. Memiliki: a. Radio dan Televisi
b. Koran dan televisi
c. Koran dan radio : skor 2
iii. Memiliki salah satu media (Koran/televisi/radio) : skor 1
2. Terpaan radio komunitas adalah keterlibatan pendengar radio komunitas dalam
mendengarkan siaran radio komunitas. Pengukuran dilakukan berdasarkan
variabel-variabel berikut ini:
2.1. Frekuensi mendengarkan siaran radio komunitas adalah tingkat
keseringan responden mendengarkan siaran radio komunitas dalam
rentang satu minggu. Frekuensi mendengarkan dibagi menjadi tiga
kategori yaitu:
i. Tinggi : 5-7 hari : skor 3
ii. Sedang : 3-4 hari : skor 2
iii. Rendah : 1-2 hari : skor 1
22. Durasi mendengarkan siaran radio komunitas adalah lama mendengarkan
atau waktu rata rata yang diluangkan responden untukmendengarkan
19
siaran radio komunitas dalam satu hari. Lama mendengarkan dibagi
menjadi tiga kategori yaitu:
i . Tinggi : >240 menit : skor 3
ii. Sedang : ≥180-240 menit : skor 2
iii. Rendah : <180 menit : skor 1
2.3. Pilihan acara siaran adalah program siaran radio komunitas yang sesuai
dengan kebutuhan responden serta yang dipilih responden dalam satu
hari sebelum pengisian kuesioner. Dapat dibagi menjadi tiga kategori
yaitu:
i. Tinggi : 3-4 acara siaran : skor 3
ii. Sedang : 2 acara siaran : skor 2
iii. Rendah : 1 acara siaran : skor 1
3. Kualitas penyiaran adalah penilaian responden terhadap kinerja siaran yang
dapat memberikan presentasi menarik, berpotensi mencegah kesenjangan
informasi, dan kejernihan teknologi yang dapat menolong untuk
memperlambat penurunan jumlah pendengar. Diukur menggunakan skala
interval. Kemudian, dikategorikan menjadi kualitas siaran rendah, kualitas
siaran sedang dan kualitas siaran tinggi dengan perhitungan skala Likert.
Indikator yang digunakan dalam pengukuran kualitas siaran radio komunitas
adalah sebagai berikut:
i. Sangat setuju (SS) : skor 5
ii. Setuju (S) : skor 4
iii. Netral (N) : skor 3
iv. Tidak Setuju (TS) : skor 2
v. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
3.1 Kesesuaian materi siaran adalah pandangan responden atas program
siaran radio komunitas yang bersifatnya informatif, sesuai dengan visi
dan misi radio komunitas, materi siaran dapat menambah pengetahuan
responden, memberikan informasi mengenai kebudayaan, dan bukan
program yang bersifat menghibur saja. Kriteria pengukuran yang
digunakan adalah sebagai berikut:
i. Tinggi : Materi siaran sesuai (33-40) : skor 3
ii. Sedang : Materi siaran kurang sesuai (21-32) : skor 2
iii. Rendah : Materi siaran tidak sesuai (8-20) : skor 1
3.2 Kualitas pemancar radio adalah pandangan responden mengenai
jangkauan siaran yang dipancarkan oleh stasiun radio. Diukur dengan
skala ordinal. Kriteria pengukuran yang digunakan adalah sebagai
berikut:
i. Tinggi : Kualitas pemancar baik (19-25) : skor 3
ii. Sedang : Kualitas pemancar kurang baik (11-18) : skor 2
iii. Rendah : Kualitas pemancar buruk (5-10) : skor 1
3.3 Kualitas penyiar adalah pandangan responden terhadap seseorang yang
membawakan siaran radio komunitas yang disajikan. Terdapat dua unsur
yaitu keahlian dan kejujuran, sejauh mana responden menilai keahlian
penyiar dan sejauh mana responden percaya akan pesan yang
disampaikan oleh penyiar. Dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut :
i. Tinggi : Kualitas penyiar baik (24-30) : skor 3
ii. Sedang : Kualitas penyiar kurang baik (13-23) : skor 2
20
iii. Rendah : Kualitas penyiar buruk (6-12) : skor 1
4 Motivasi mendengarkan adalah dorongan dari dalam diri untuk mendengarkan
program siaran radio komunitas. Motivasi dibagi menjadi motivasi informasi,
motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi social, serta motivasi
hiburan (McQuail, 1987). Diukur menggunakan skala interval. Kemudian,
dikategorikan menjadi motivasi rendah, motivasi sedang dan motivasi tinggi
dengan perhitungan skala Likert. Indikator yang digunakan dalam pengukuran
motivasi mendengarkan radio komunitas adalah sebagai berikut:
i. Sangat setuju (SS) : skor 5
ii. Setuju (S) : skor 4
iii. Netral (N) : skor 3
iv. Tidak Setuju (TS) : skor 2
v. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
4.1. Motivasi informasi adalah dorongan dari dalam diri responden yang
menghasilkan usaha dalam memperoleh berita tentang peristiwa dan
kondisi lingkungan sekitar dan masyarakat, mendengarkan program-
program interaktif dan berita yang disiarkan radio komunitas untuk
memuaskan rasa ingin tahu dan minat serta belajar untuk menambahan
pengetahuan.
i. Motivasi informasi tinggi (16-20) : skor 3
ii. Motivasi informasi sedang (9-15) : skor 2
iii. Motivasi informasi rendah (4-8) : skor 1
4.2. Motivasi identitas pribadi adalah dorongan dari dalam diri responden
yang menghasilkan usaha untuk meningkatkan pemahaman tentang diri,
mengasah kemampuan diri sendiri dengan mendengarkan juga mengikuti
program interaktif radio komunitas.
i. Motivasi identitas pribadi tinggi (16-20) : skor 3
ii. Motivasi identitas pribadi sedang (9-15) : skor 2
iii. Motivasi identitas pribadi rendah (4-8) : skor 1
4.3. Motivasi integrasi dan interaksi sosial adalah dorongan dari dalam diri
responden untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi lingkungan
dan keadaan dirinya dengan orang lain dengan ikut serta menjalankan
peran sosialnya sebagai pendengar maupun pengelola radio komunitas.
i. Motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi (16-20) : skor 3
ii. Motivasi integrasi dan interaksi sosial sedang (9-15) : skor 2
iii. Motivasi integrasi dan interaksi sosial rendah (4-8) : skor 1
4.4. Motivasi hiburan adalah dorongan dari dalam diri responden untuk
melepaskan diri dari permasalahan; bersantai; memperoleh kenikmatan
jiwa dan ekstetis; mengisi waktu; penyalur emosi.
i. Motivasi hiburan tinggi (16-20) : skor 3
ii. Motivasi hiburan sedang (9-15) : skor 2
iii. Motivasi hiburan rendah (4-8) : skor 1
5. Kepuasan mendengarkan khalayak adalah perasaan senang atau kecewa dari
pendengar ketika kebutuhan yang berkaitan dengan motivasinya terpenuhi baik
melalui siaran radio komunitas tersebut. Meliputi kepuasan pengawasan,
kepuasan pribadi, kepuasan hubungan sosial, dan kepuasan hiburan (Katz et al,
1974).Diukur menggunakan skala interval. Kemudian, dikategorikan menjadi
kepuasanmendengarkan rendah, kepuasan mendengarkan sedang dan
21
kepuasanmendengarkan tinggi dengan perhitungan skala Likert. Indikator yang
digunakan dalam pengukuran kepuasan mendengarkan radio komunitas adalah
sebagai berikut:
i. Sangat setuju (SS) : skor 5
ii. Setuju (S) : skor 4
iii. Netral (N) : skor 3
iv. Tidak Setuju (TS) : skor 2
v. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
5.1. Kepuasan Pengawasan adalah perasaan senang atau kecewa dari
pendengar setelah mendengarkan berita tentang peristiwa dan kondisi
lingkungan sekitar dan masyarakat, tentang program-program interaktif
dan berita yang disiarkan radio komunitas serta bertambahnya minat
responden untuk menambah pengetahuan.
i. Kepuasan pengawasan tinggi (16-20) : skor 3
ii. Kepuasan pengawasan sedang (9-15) : skor 2
iii. Kepuasan pengawasan rendah (4-8) : skor 1
5.2. Kepuasan pribadi adalah perasaan senang atau kecewa dari pendengar
tentang pemahaman diri, kemampuan diri sendiri setelah mendengarkan
juga mengikuti program interaktif radio komunitas.
i. Kepuasan pribadi tinggi (16-20) : skor 3
ii. Kepuasan pribadi sedang (9-15) : skor 2
iii. Kepuasan pribadi rendah (4-8) : skor 1
5.3. Kepuasan interaksi sosial adalah perasaan senang atau kecewa dari
pendengarsetelah mendengarkan dalam mengidentifikasi kondisi
lingkungan dan keadaan dirinya dengan orang lain dengan ikut serta
menjalankan peran sosialnya sebagai pendengar maupun pengelola radio
komunitas.
i. Kepuasan interaksi sosial tinggi (16-20) : skor 3
ii. Kepuasan interaksi sosial sedang (9-15) : skor 2
iii. Kepuasan interaksi sosial rendah (4-8) : skor 1
5.4. Kepuasan hiburan adalah perasaan senang atau kecewa dari
pendengarsetelah mendengarkan saat melepaskan diri dari
permasalahan; bersantai; memperoleh kenikmatan jiwa dan ekstetis;
mengisi waktu; penyalur emosi melalui mendengarkan radio komunitas.
i. Kepuasan hiburan tinggi (16-20) : skor 3
ii. Kepuasan hiburan sedang (9-15) : skor 2
iii. Kepuasan hiburan rendah (4-8) : skor 1
22
23
PENDEKATAN LAPANGAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Radio Komunitas Jaseng FM Desa Pipitan
Kecamatan Walantaka Kota Serang Banten (Lampiran 1). Lokasi ini dipilih
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa radio komunitas ini
merupakan stasiun radio komunitas yang telah terdaftar dalam Jaringan Radio
Komunitas Banten (JRKB) dan Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI).
Selain itu, sebagian besar isi siaran dan pengelolaan informasi siaran berdasarkan
kebutuhan komunitas atau warga Kecamatan Walantaka, Banten. Wilayah
jangkauan siaran radio komunitas adalah 2,5 km dengan maksimum 50 watt
sehingga Desa Pipitan, Desa Walantaka dan Desa Kiara yang menjadi desa lokasi
penelitian karena ketiga desa tersebut yang terjangkau oleh sinyal siaran yang
dipancarkan radio komunitas Jaseng FM. Waktu penelitian dilaksanakan pada
tanggal 15 April 2014 – 27 April 2014. Lokasi dipilih untuk mengetahui
bagaimanamotivasi, terpaan media, kualitas siaran dan kepuasan khalayak
pendengar siaran radio komunitas Jaseng FM.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pendengar aktif radio
Jaseng FM di sekitar pusat stasiun radio komunitas Jaseng FM dengan
populasisampel dalam penelitian ini adalah individu sekitar pemancar radio
Jaseng FM yang menjadi pendengar aktif radio komunitas. Data pendengar aktif
radio komunitas yang didapatkan dari data pengelola radio komunitas Jaseng FM
adalah sebanyak 44 orang. Penarikan sampel yang digunakanadalah sampel acak
atau random sampling dengan metode simple random sampling atau sampel acak
sederhana. Pengambilan responden menggunakan formula randbetween pada
Microsoft Excel 2007, sehingga tersusun 30 orang pendengar aktif radio
komunitas dalam satu minggu terakhir yang akan diteliti dari kerangka sampling
yaitu 44 anggota komunitas pendengar yang didapatkan dari data pengelola radio
komunitas Jaseng FM (Lampiran 2).
24
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian langsung dilapangan dengan
menggunakan instrumen berupa kuesioner. Data primer juga diperoleh dengan
melakukan wawancara tidak terstruktur dengan responden untuk menggali lebih
dalam pendapat mereka mengenai program siaran radio komunitas. Wawancara
juga dilakukan dengan pihak radio komunitas Jaseng FM untuk menggali lebih
banyak tentang sejarah, pengelolaan radio komunitas dan program yang mereka
siarkan. Data sekunder diperoleh dari kantor desa mengenai profil desa, data mata
pencaharian masyarakat sekitar radio Jaseng FM serta data sekunder yang
diperoleh dari pihak Radio komunitas Jaseng FM yaitu mengenai profil, sejarah,
dan program acara yang disiarkan radio komunitas.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
kuesioner setelah seluruh data terkumpul dilakukan pengkodean data. Tahap
selanjutnya adalah melakukan perhitungan skor jawaban responden hingga
mencapai skor akhir. Skor akhir dari tiap variabel pada kuesioner dari masing-
masing responden selanjutnya dimasukan dalam kategori yang telah ditentukan
dengan rumus berikut:
Rentang Kelas = Nilai maksimum – Nilai minimum
∑Kelas
Rumus rentang kelas digunakan pada variabel kualitas penyiaran, terpaan
media, motivasi mendengarkan, dan kepuasan mendengarkan radio komunitas.
Seluruh variabel dikategorikan menjadi tiga kelas (rendah, sedang dan tinggi).
Pada kualitas penyiaranterdapat faktor kesesuaian materi siaran, kualitas
pemancar dan kualitas penyiar. Kesesuaian materi siaran memiliki 8 pertanyaan
dengan nilai maksimal 40 dan nilai minimal 8, maka diperoleh nilai rentang kelas
dan nilai sebagai berikut:
Kesesuaian materi siaran rendah : 8≤x≤20
Kesesuaian materi siaran sedang : 21≤x≤32
Kesesuaian materi siaran tinggi : 33≤x≤40
Pada kualitas pemancar terdapat 5 pertanyaan dengan nilai maksimal 25 dan
nilai minimal 5, maka diperoleh nilai rentang kelas dan nilai sebagai berikut:
Kualitas pemancar rendah : 5≤x≤10
Kualitas pemancar sedang : 11≤x≤18
Kualitas pemancar tinggi : 19≤x≤25
25
Pada kualitas penyiar terdapat 6 pertanyaan dengan nilai maksimal 30 dan
nilai minimal 6, maka diperoleh nilai rentang kelas dan nilai sebagai berikut:
Kualitas penyiar rendah : 6≤x≤12
Kualitas penyiar sedang : 13≤x≤23
Kualitas penyiar tinggi : 24≤x≤30
Pada motivasi mendengarkan terdapat faktor motivasi informasi, motivasi
identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.
Masing-masing memiliki 4 pertanyaan dengan nilai maksimal 20 dan nilai
minimal 4. maka diperoleh nilai rentang kelas pada masing-masing faktor sebagai
berikut:
Motivasi mendengarkan rendah : 4≤x≤8
Motivasi mendengarkan sedang :9≤x≤15
Motivasi mendengarkan tinggi : 16<x≥20
Pada kepuasan mendengarkan terdapat faktor kepuasan pengawasan,
kepuasan pribadi, kepuasan hubungan sosial, dan kepuasan hiburan. Masing-
masing memiliki 4 pertanyaan dengan nilai maksimal 20 dan nilai minimal 4.
maka diperoleh nilai rentang kelas pada masing-masing faktor sebagai berikut:
Kepuasan mendengarkan rendah : 4≤x≤8
Kepuasan mendengarkan sedang :9≤x≤15
Kepuasan mendengarkan tinggi : 16<x≥20
Data yang terkumpul dianalisis dengan uji Statistik Rank Spearman
menggunakan Statistic Program for Social Sciences (SPSS) for Windows versi
16.0 dan Microsoft Excel 2007. Keeratan hubungan antara dua variabel dapat
diketahui dengan menggunakan koefisien kontingensi (Singarimbun dan Effendi,
2008). Derajat hubungan yang meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah
hubungan dapat diketahui menggunakan Koefisien Korelasi (KK). Hasan (2009)
dalam Feryandes (2013) menyatakan kekuatan hubungan untuk nilai koefisisen
korelasi biasanya berada di antara:
KK = 0.00 : tidak ada hubungan
0.00 < KK ≤ 0.20 : hubungan rendah sekali atau lemas sekali
0.20 < KK ≤ 0.40 : hubungan rendah atau lemas tetapi pasti
0.40 < KK ≤ 0.70 : hubungan cukup berarti atau sedang
0.70 < KK ≤ 0.90 : hubungan tinggi atau kuat
0.90 < KK < 1.00 : hubungan sangat tinggi atau kuat sekali,
dapat diandalkan
KK = 1.00 : hubungan sempurna
Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada taraf
nyata α 0.05 dan α 0.01. Hasan (2009) dalam Feryandes (2013) menyatakan
penentuan kriteria pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai alpha
dengan nilai uji statistiknya. Hipotesi nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya
berada di luar nilai alpha. Hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya
berada dalam nilai alpha.
Analisis data kualitatif tidak menggunakan model matematik,hanya terbatas
pada metode reduksi data yaitu pemilihan data, pemusatan perhatian, dan
26
penyederhanaan data, lalu penyajian data secara deskriptif dan dilanjutkan oleh
penarikan kesimpulan.
27
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Kecamatan Walantaka
Letak Geografis dan Demografis
Kecamatan Walantaka sebelumnya termasuk dalam wilayah Kabupaten
Serang. Pada tahun 2007 sesuai dengan Undang-Undang Negara Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2007 tentang pembentukan kota Serang, Kecamatan
Walantakamengalami perubahan sehingga Kecamatan Walantaka menjadi salah
satu dari enam Kecamatan yang berada di wilayah Kota Serang. Kecamatan yang
didominasi oleh lahan padi dan palawija ini memiliki luas wilayah seluas 41.01
km² dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah utara: Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang
2. Sebelah timur: Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang
3. Sebelah selatan: Kecamatan Petir dan Kecamatan Keusal Kabupaten
Serang
4. Sebelah barat: Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug Kota, dan
Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang
Jarak Kecamatan Walantaka menuju Pusat Pemerintahan Kota Serang sejauh 8
Km, dapat ditempuh menggunakan angkutan umum dan kendaraan pribadi,
namun para pengendara diharuskan untuk berhati-hati karena akses jalan menuju
jalan raya Ciruas sebagai jalan utama menuju pusat pemerintahan Kota Serang
kondisinya sangatlah buruk. Saat musim hujan, banyak kubangan serta lubang
jalan yang dapat membahayakan para pengguna jalan dan pada saat cuaca terik
akan banyak debu juga pasir yang dapat mengganggu penglihatan para
pengendara khususnya pengendara sepeda motor karena Kecamatan Walantaka
memiliki suhu udara 24-30ºC.
Kecamatan yang menjadi wilayah pemberhentian Sunan Gunung Jati
bersama pasukannya dalam perjalanan menuju Cirebon saat mengislamkan
Banten ini,sangat memperhatikan nilai-nilai agama serta mendukung tersedianya
sarana dan prasarana keagamaan di Kecamatan Walantak. Sarana keagamaan
yang terdapat di Kecamatan ini yaitu 20 unit Pondok Pesantren, 73 unit Majlis
ta’lim, 67 unit Masjid dan 5 Mushala.
28
Kecamatan yang memiliki curah hujan 53 mm ini memiliki beberapa sarana
penunjang pendidikan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1 Jumlah Sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan Walantaka Tahun
2010
No Sarana dan prasarana pendidikan Jumlah (unit)
1 Perguruan tinggi 1
2 Akademi 1
3 SMA 5
4 MA 5
5 SMP 8
6 MTS 12
7 SD 29
8 MI 22
9 TK 21
10 PAUD 29
Total 123
Sumber: Data Kecamatan Walantaka 2010
Karakteristik Penduduk Kecamatan Walantaka
Tingkat kesehatan masyarakat Kecamatan Walantaka tergolong cukup baik
karena terdapat sarana kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu,
poliklinik, dan terdapat 101 unit posyandu di Kecamatan ini, walaupun terdapat
penduduk kategori rumah tangga miskin sebanyak 2624 jiwa, Kecamatan ini tidak
pernah mengalami bencana besar maupun wabah penyakit yang mematikan.
Selain itu, bantuan pemerintah seperti sarana air bersih di empat titik, sarana
toilet umum di satu titik, serta dibangunnya gorong-gorong diharapkan dapat
membantu meningkatkankebersihan dan kesehatan warga Kecamatan Walantaka.
Jumlah penduduk Kecamatan Walantakaper-tahun 2010 adalah 75 681 jiwa
dengan perincian 38 580 laki-laki dan 37 101 perempuan,. Terdapat 14 desa
dengan jumlah penduduk tersebar dalam 59 Rukun Warga (RW) dan 231 Rukun
Tetangga (RT). Adapun data selengkapnya mengenai penyebaran penduduk
menurut desa di Kecamatan Walantakapada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel
2.
29
Tabel 2 Luas daerah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk berdasarkan
desa/kelurahan di Kecamatan Walantaka Tahun 2010
No Desa/
Kelurahan
Luas daerah
(km²)
Penduduk 2010
Jumlah
(Jiwa)
Kepadatan
(Jiwa/km²)
1 Nyapah 2.60 3808 1465
2 Lebakwangi 2.80 3342 1194
3 Cigoong 2.16 3800 1759
4 Tegalsari 1.97 3029 1538
5 Pasuluhan 2.15 3866 1798
6 Pabuaran 3.28 3787 1155
7 Walantaka 2.81 3339 1188
8 Pengampelan 2.86 8186 2862
9 Pipitan 1.16 11345 9780
10 Kiara 4.45 4696 1055
11 Pageragung 4.96 8159 1645
12 Kalodran 3.91 5743 1469
13 Kepuren 1.57 4861 3096
14 Teritih 4.33 7720 1783
Total 41.01 75681 1845 Sumber: BPS Kota Serang
Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk sebesar 1 845 km² ini
memiliki tingkat kerukunan yang sangat baik, sehingga potensi konflik di daerah
ini sangat rendah. Tingginya rasa saling menghargai dan menghormati satu sama
lainnya merupakan modal utama para penduduk dalam menciptakan iklim yang
kondusif bagi kegiatan pembangunan.Berdasarkan jenis kelamin, penduduk
Kecamatan Walantaka mayoritas adalah laki-laki. Tingginya angka penduduk
berjenis kelamin laki-laki menjadikan Kecamatan ini membentuk beberapa
lembaga keagamaan dan kepemudaan sebagai upaya dalam menjaga kerukunan
masyarakat. Terdapat 9 lembaga keagamaan juga 15 lembaga kepemudaan, sosial,
dan profesi. Selain itu, swadaya masyarakat dalam membangun masjid dan
mushola sebanyak 12 titik di Kecamatan Walantaka. Data selengkapnya mengenai
sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kecamatan Walantakadapat
dilihat pada pada Tabel 3.
30
Tabel 3 Jumlah penduduk desa/kelurahan berdasarkan jenis kelamin di
Kecamatan WalantakaTahun 2010
No Desa/ Kelurahan Penduduk 2010
Laki-laki Perempuan
1 Nyapah 1960 1848
2 Lebakwangi 1706 1636
3 Cigoong 1940 1860
4 Tegalsari 1545 1484
5 Pasuluhan 2000 1866
6 Pabuaran 1928 1859
7 Walantaka 1673 1666
8 Pengampelan 4156 4030
9 Pipitan 5762 5583
10 Kiara 2387 2309
11 Pageragung 4201 3958
12 Kalodran 2951 2792
13 Kepuren 2466 2395
14 Teritih 3905 3815
Total 38 580 37 101
Sumber: BPS Kota Serang
Rencana tata ruang wilayah kota serang tahun 2008-2028 bahwa Kecamatan
Walantaka merupakan wilayah peengembangan timur dengan peruntukan
perumahan, perdagangan, jasa, pertanian lahan kering, pergudangan dan industri
kecil menjadikan mata pencaharian penduduk Kecamatan Walantaka sebagai
buruh/karyawan/swatas, terlihat jelas saat memasuki kawasan Kecamatan
Walantaka, terdapat berbagai warung kecil, bengkel dan industri kecil disekitar
jalan raya Kecamatan Walantaka. Data selengkapnya mengenai mata pencaharian
penduduk Kecamatan Walantaka dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian di
Kecamatan Walantaka Tahun 2010
No Mata Pencaharian Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1. Petani/perkebunan 723 3.10
2. Buruh/karyawan/swasta 12 032 51.66
3. PNS/TNI/POLRI 1023 4.39
4. Tidak bekerja 9 515 40.85
Sumber: Data Kecamatan Walantaka 2010
31
Tingkat pendidikan masyarakat Walantaka juga tergolong cukup baik
karena rata-rata masyarakat telah menempuh pendidikan hingga Sekolah Dasar
maupun Madrasah Ibtidaiyah dengan persentase sebesar 40.11 persen. Jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikandi
Kecamatan Walantaka Tahun 2007
No Tingkat pendidikan Jumlah
(Jiwa)
Persentase
( %)
1 Pasca Sarjana 165 0.42
2 Sarjana 1 549 3.92
3 Diploma 1 084 2.74
4 SMA/MA 5 484 13.86
5 SMP/MTS 10 692 27.03
6 SD/MI 15 866 40.11
7 Tidak tamat SD 4 716 11.92
Sumber: Data Kecamatan Walantaka 2007
Gambaran Umum Radio Komunitas Jaseng FM
Sejaran Radio Komunitas Jaseng FM
Different Quality (DQ) FM Radio 96,3 FM merupakan nama pertama radio
komunitas di Kecamatan Walantakayang digagas oleh bapak Amrullah selaku
pendiri radio komunitas Jaseng FM. Berawal pada tahun 1995, beliau merakit
sendiri pemancar radio untuk radio ini namun makna radio gelap saat itu adalah
sebagai landasan berdirinya DQ Radio. Pada saat itu Kartu Atensi atau Kartu
Pilihan Pendengar (pilpen) sebagai telah diminati oleh para pendengar sehingga
pemasukan radio hampir mencapai Rp. 120000,- - Rp. 150 000,-/hari. Kartu
tersebut berisi Nama,Alamat, Permintaan lagu atau request serta salam-salam
pendengar. Kartu atensi tersebut dibaca disetiap program siaran radio DQ hingga
pada tahun 2004, antusiasme masyarakat semakin tinggi terhadap radio DQ FM.
Peran radio DQ FM di masyarakat memberikan kesempatan pada radio DQ FM
untuk terus memfasilitasi warga dalam menyiarkan kegiatan di kampung sekitar
Kecamatan Walantaka, salah satunya adalah Siaran secara livesaat memperingati
hari 17 agustus yaitu pertandingan sepak bola antar kampung.
Berdasarkan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
tentang penyiaran, untuk kelancaran efisiensi dan optimalisasi pelaksanaan tugas
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, perlu didukung kesekretariatan Komisi
32
Penyiaran Indonesia Daerah banten2. Hal tersebut mendorong pengelola dalam
pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Banten dan Jaringan
Radio Komunitas Banten (JRKB) hingga pada tahun 2006 menjadikan DQ FM
berubah nama menjadi RAM FM atau Radio Komunitas Al-Mutaffail. Hal
tersebut karena adanya akte notaris dan legalitas radio komunitas, sehingga radio
komunitas membutuhkan yayasan sebagai payung hukum dan terbentuklah RAM
FM tersebut. Dukunganfans, pemerintahan Kecamatan Walantaka dan
masyarakatWalantaka terhadap pendirian radio komunitas ini dibuktikan dengan
dukungan tanda tangan sesuai persyaratan yang diberlakukan bagi radio
komunitas yaitu 250 tanda tangan orang dewasa3.
Seiring berjalannya waktu dan setelah legalitas pendirian radio komunitas
tersebut didapatkan, terdapat beberapa hambatan yang dialami radio komunitas
ini. Sebagian aset radio dijual untuk kepentingan tertentu. Hal tersebut tidak
menjadi hambatan bagi Amrullah dan teman-teman pengelola lainnya, sehingga
pada tahun 2006 didirikanlah kembali radio komunitas.
Adanya regulasi baru mengenai penyiaran maka radio komunitas ini
memasuki kanal frekuensi penyiaran komunitas khususnya radio komunitas
dengan frekuensi 107,7 FM4. Namun, terdapat radio komunitas lain di frekuensi
107 FM yang jaraknya sangat berdekatan. Berdasarkan aturan radio komunitas5
maka kedua radio tersebut harus disatukan,sehingga diumumkan adanya
peremajaan pemancar, penghidupan kembali radio, dan pengambilan nama baru
yaitu Jaseng FM sebagai nama baru dari penggabungan kedua radio tersebut.
Dukungan fans dari kedua radio menjadikan Jaseng FM tetap berdiri dan semakin
berkembang hingga saat ini.
Logo Radio Komunitas Jaseng FM
Nama Jaseng FM berawal dari sayembara yang diadakan oleh pengelola
yang berasal dari dua radio komunitas. Kedua radio komunitas tersebut bergabung
menjadi satu karena berdasarkan aturan yang berlaku, radio komunitas tersebut
diharuskan untuk merger. Setelah diadakan sayembara untuk mengambil nama
yang tepat dengan pilihan nama sebagai berikut yaitu Pelangi FM, Jas FM, Power
FM, Radio Antar Masyarakat (RAM), Jaseng FM, Radio Warga Walantaka
(RAWA FM), Banten Jawa Serang (BJS) FM, dan Tumaritis FM, akhirnya suara
terbanyak jatuh pada nama Jeseng FM. Jaseng FM ditetapkan sebagai nama radio
komunitas ini dengan filosofi bahasa Jawa Serang.
2Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Sekretariat
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi 3Dokumen-dokumen resmi milik Radio Komunitas Jaseng FM telah hilang terkena bencana alam
4Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 13/PER/M.KOMINFO/08/2010 Tentang
Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 15 Tahun 2003 Tentang
Rencana Induk (Master Plan) Untuk Keperluan Radio Siaran FM (Frequency Modulation) 5Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
33
Gambar 3 Logo radio komunitas Jaseng FM
Bulatan besar berwarna hijau dan enam bulatan kecil dengan beragam
ukuran disamping nama Jaseng FM mencerminkan, walaupun terdapat beragam
keyakinan akan tetap terjalin kebersamaan yang disatukan oleh media yang
dicerminkan dengan satu bulatan besar yaitu Jaseng FM. Radio ini adalah media
untuk pemersatu hubungan masyarakat Serang khususnya Kecamatan Walantaka.
Warna hijau mencerminkan gerakan dan warna merah muda pada nama Jaseng
mencerminkan keberanian anak-anak muda pendiri Jaseng FM sehingga kedua
warna tersebut mencerminkan bahwa Jaseng FM sebagai gerakan anak-anak muda
yang pemberani.
Visi dan Misi Radio Komunitas Jaseng FM
Tujuan didirikannya Radio Komunitas ini adalah untuk menginformasikan
pesan-pesan agama, pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, pemerintahan daerah
maupun pusat demi meningkatkan integritas warga Walantaka Serang Banten.
Visi dan misi yang dirumuskan yaitu “Terciptanya Radio Komunitas yang
berkualitas, dan berbudaya sehingga mampu menjadi radio yang berdaya dan
tercerahkan yang berdasarkan pada nilai-nilai universal kemanusiaan dan
keagamaan”. Misi yang dimiliki oleh radio komunitas Jaseng FM adalah
“Mewujudkan terbentuknya masyarakat yang sadar informasi, meningkatkan
peran dakwah dalam media, mewujudkan masyarakat yang berpendidikan dan
berbudaya, mendorong terciptanya masyarakat yang berpengetahuan luas dan
berkemampuan tinggi, khususnya akses terhadap media keradio komunitasan,
mewujudkan masyarakat yang memperoleh dan mengolah informasi secara
mandiri, mewujudkan pemahaman dan pengetahuan warga yang memiliki
teknologi informasi dalam memanfaatkan dan mengelola teknologi informasi
yang mereka miliki serta membentuk masyarakat yang sadar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga Negara”6.
6http://jasengfm.blogspot.com
34
Program Siaran Radio Komunitas Jaseng FM
Program yang disiarkan oleh radio komunitas Jaseng FM ini sesuai dengan
undang-undang penyiaran nomor 32 tahun 2002 pasal 20 ayat 2(b) yaitu program
lembaga penyiaran komunitas ditujukan untuk mendidik dan memajukan
masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara
yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang menggambarkan identitas
bangsa. Format siaran radio Jaseng FM adalah multi contemperory (pendengar
dari kalangan remaja, muda dan dewasa)yang format program acaranya dibedakan
dalam 4 (empat) kategori format acara, yaitu7:
1. Program acara yang memiliki kontribusi terhadap pemahaman, pengetahuan
bersifat pendidikan, budaya dan agama.
2. Program acara yang memiliki kontribusi berita informasi
3. Program acara entertainment (hiburan) dan kesenian
4. Program acara yang memiliki Iklan Layanan masyarakat
Susunan program dan jam siaran diusun oleh pengelola dan mengalami
beberapa perubahan seiring dengan berkembangnya sumber daya manusia
pengelola radio komunitas dan berkembangnya teknologi penyiaran. Radio
komunitas merupakan radio “untuk warga oleh warga dari warga dan tentang
warga” sehingga radio komunitas dijadikan sebagai fasilitas warga dan sebagai
mitra pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, juga lembaga-lembaga sosial
dalam upaya pembangunan sosial khususnya di Kecamatan Walantaka.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), Search For Common Ground, dan lembaga lain yang
bergerak di bidang sosial menjadikan radio komunitas Jaseng FM sebagai mitra
untuk menyosialisasikan program yang akan diberikan pada masyarakat
Kecamatan Walantaka.
Sosialisasi program dari beberapa lembaga tersebut berlangsung pada saat
program acara talkshow atau bincang-bincang dengan narasumber yang
bersangkutan dengan tema talkshow juga melalui iklan layanan masyarakat. Tema
talkshow disesuaikan dengan lembaga apa saja yang ingin bekerja sama dengan
radio komunitas Jaseng FM, sehingga setiap minggunya akan ada beberapa
narasumber yang menyosialisasikan program di radio komunitas Jaseng FM ini.
Format program siaran berupa talkshow tersebut disisipkan di beberapa
program siaran yang telah disusun oleh pengelola radio komunitas. Program
siaran khusus untuk talkshow tidak dijadwalkan di jam atau hari tertentu karena
disesuaikan dengan narasumber dan walaupun di beberapa program hanya
menyajikan acara yang sifatnya menghibur, radio komunitas tetap menyisipkan
informasi yang sifatnya membangun kualitas sumber daya manusia pendengar
radio komunitas Jaseng FM di program-program hiburan tersebut. Iklan layanan
masyarakat bertujuan untuk meyakinkan masyarakat akan program tersebut
dengan cara yang lebih menghibur dan menarik minat para pendengar.
Susunan program dan jam siaran diusun oleh pengelola dan mengalami
beberapa perubahan seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya
teknologi penyiaran. Susunan program siaran tersebut, diantaranya:
7http://jasengfm.blogspot.com
35
No Program
Siaran Waktu Siaran Keterangan
1 Refresh Setiap pagi
hari
Program musik untuk menemani para
pendengar setia Jaseng FM mengawali
aktivitas. Dipandu oleh penyiar Jaseng FM.
Apabila penyiar tidak dapat memandu acara
siaran ini, program tetap berjalan tetapi
hanya ada lagu-lagu yang diputar secara
otomatis dengan menggunakan software
komputer yang dimiliki Jaseng FM.
2 Prestasi
dan
kreativitas
(PDKT)
Setiap akhir
minggu di
Siang hari
(jam siar
disesuaikan
dengan
pengelola dan
penyiar)
Program yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi para pendengardalam
menyebarluaskan hasil karya juga
kreativitasnyauntuk disiarkan secara liveatau
langsung di studio radio komunitas Jaseng
FM. Program ini tidak setiap hari disiarkan
karena disesuaikan dengan jadwal para
penyiar serta karya pendengar yang masuk
ke radio komunitas.
3 Sajian
tembang
andalan
(STAN)
Setiap hari,
Pukul 19.00-
21.00 WIB
Program yang menyajikan lagu-lagu andalan
para pendengar khususnya yang beraliran
pop solo, duet, maupun band. Dipandu oleh
penyiar dan dapat secara interaktif meminta
lagu atau request kepada penyiar baik
melalui pesan elektronik atau SMS maupun
telefon.
4 Begadang Setiap hari,
Pukul 21.00-
00.00 WIB
Program yang menyajikan lagu-lagu khusus
beraliran dangdut.Dipandu oleh penyiar dan
dapat secara interaktif meminta lagu atau
request kepada penyiar baik melalui pesan
elektronik atau SMS maupun telefon.
5 Talkshow Jam dan hari
siaran
disesuaikan
dengan
narasumber
Program bincang-bincang dengan
narasumber yang bertujuan untuk
menyosialisasikan program yang akan
dilaksanakan di Kecamatan Walantaka agar
masyarakat mengetahui dan berpartisipasi
saat pelaksanaan program tersebut.
Gambar 4 Matriks jadwal program siaran radio komunitas Jaseng FM
Pengelolaan dan Pembiayaan Radio Komunitas Jaseng FM
Pengelolaan radio komunitas tidak serumit radio komersil maupun radio
publik, karena pada dasarnya radio komunitas dikelola oleh komunitas atau
warga Kecamatan Walantaka sendiri. Sesuai peraturan bahwa Lembaga
Penyiaran Komunitas merupakan komunitas nonpartisan yang keberadaan
36
organisasinya tidak mewakili organisasi atau lembaga asing serta bukan
komunitas internasional, tidak terkait dengan organisasi terlarang dan tidak
untuk kepentingan propaganda bagi kelompok atau golongan tertentu, sehingga
radio komunitas Jaseng FM sangat memfasilitasi para pendengar, fans maupun
warga Kecamatan Walantaka yang ingin bersiaran serta ikut mengelola radio
komunitas ini. Iklan yang disiarkan radio komunitas juga merupakan iklan
layanan masyarakat dan iklan dari pendengar langsung yang sedang mengikuti
line telefon dengan penyiar saat program berlangsung. Rata-rata iklan yang
disiarkan adalah iklan para pendengar yang berwirausaha, misalnya para
pendengar yang berjualan warung makan, bengkel, menjual peralatan rumah
tangga dan lain lain. Radio komunitas membantu para pendengar agar usaha
mereka tetap berjalan dan lebih dikenal masyarakat Kecamatan Walantaka.
Pembiayaan untuk mengelola radio komunitas pada awal penyiaran adalah
dengan kartu atensi atau katu pilihan pendengar (pilpen), namun kartu atensi
tersebut tidak dilanjutkan karena seiring perkembangan zaman dan teknologi
karena pendengar saat ini bisa berkirim salam menggunakan telefon dan SMS ke
radio Jaseng FM. Walaupun dikelola sendiri oleh warga, radio komunitas ini
memiliki beberapa penyiar yang datangnya dari luar Kecamatan Walantaka itu
sendiri, hal tersebut tidak menganggu jalannya penyiaran radio komunitas
karena radio komunitas Jaseng FM sangat menerima antusiasme warga dari luar
Kecamatan Walantaka untuk menjadi penyiar di radio ini. Penyiar jugaharus
tetap menaati peraturan yang berlaku dan bersiaran sesuai dengan visi dan misi
radio Jaseng FM.
Penyiar radio komunitas Jaseng FM mayoritas adalah laki-laki. Para
penyiar wanita yang pernah menjadi penyiar tetap di radio ini sudah
mengundurkan diri karena beberapa alasan dan urusan. Tidak memerlukan
keahlian khusus bagi warga yang ingin menjadi penyiar di radio komunitas ini,
karena pengelola sangat terbuka dengan siapa saja yang ingin siaran. Beberapa
sekolah di Kota Serang juga sering berkunjung dan menggunakan radio
komunitas ini sebagai bahan pelatihan murid-murid sekolah baik di tingkat
SMP, SMA hingga Universitas dalam memahami bagaimana jurnalistik
penyiaran radio.
Untuk meningkatkan kemampuan para penyiar serta para fans yang
tertarik di bidang jurnalistik maka Amrullah sebagai pengelola yang juga
sebagai sekertaris Forum Lembaga Penyiaran di Banten, mengadakan kerjasama
dengan forum tersebut untuk melaksanakan pembinaan mengenai jurnalistik.
Forum ini baru didirikan dan merupakan forum yang beranggotakan semua
asosiasi penyiaran di Banten, seperti Organisasi Jaringan Radio Komunitas
Banten, Forum Komunikasi Televisi Lokal Banten, Forum Radio Publik Lokal
seperti RRI dan perkumpulan yang bergerak di bidang jurnalistik lainnya.
37
KARAKTERISTIK DEMOGRAFIS PENDENGAR, MOTIVASI
MENDENGARKAN, KUALITAS PENYIARAN DAN
TERPAAN MEDIA RADIO KOMUNITAS JASENG FM
Karakteristik Demografis Pendengar
Karakteristik Demografis pendengar merupakan salah satu faktor yang dapat
menjelaskan perbedaan setiap responden yang dapat mempengaruhi bagaimana
responden terdedah terhadap media khususnya adalah radio komunitas Jaseng
FM.
Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik demografis
pendengar di Kecamatan Walantaka Tahun 2014
No Karakteristik
demografis Kategori
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Usia Masa awal dewasa
(18-29 tahun)
Masa usia menengah
(30-50 tahun)
Masa tua (> 50 tahun)
20
7
3
66.67
23.33
10.00
2 Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
21
9
70.00
30.00
3 Tingkat
pendapatan
Rendah (< Rp 100000/bulan)
Sedang (≥ Rp 100 000 –
Rp 1 000 000/bulan)
Tinggi (>Rp 1 000 000 /bulan)
14
6
10
46.67
20.00
33.33
4 Tingkat
pendidikan
Rendah (SD)
Sedang (SMP-SMA)
Tinggi (Perguruan Tinggi)
1
21
8
3.33
70.00
26.67
5 Kepemilikan
media massa
Rendah (memiliki satu dari
ketiga media massa (koran, radio
dan televisi))
Sedang (memiliki dua dari ketiga
media massa (Koran, radio, dan
televisi))
Tinggi (memiliki ketiga media
massa (Koran, radio dan televisi)
9
15
6
30.00
50.00
20.00
Total 30 100.00
38
Karakteristik Demografis ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan dan kepemilikan media massa:
Usia
Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori usia
berdasarkan Havigurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) dimana usia dapat
dikategorikan menjadi masa awal dewasa (18-29 tahun), masa usia menengah
(30-50 tahun), dan masa tua (> 50 tahun). Tabel 6 menunjukan bahwa usia masa
awal dewasa (18-29 tahun) memiliki persentase tertinggi yaitu 66.67 persen. Hal
ini dikarenakan responden dalam kategori usia masa awal dewasa rata-rata adalah
pelajar dan memiliki banyak waktu luang untuk mendengarkan siaran radio
komunitas Jaseng FM khususnya sore hari dan malam hari. Pada kategori masa
usia menengah hanya sekitar 23.33 persen dan kategori usia tua hanya mencapai
10.00 persen dikarenakan pada kedua kategori ini lebih banyak responden yang
sudah memiliki pekerjaan dan menghabiskan waktunya untuk bekerja pada siang
hingga sore hari dan malam harinya mereka beristirahat sehingga mereka jarang
mendengarkan radio dan lebih memilih untuk berinteraksi secara langsung dan
mengikuti acara keagamaan di sekitar tempat tinggalnya.
Jenis Kelamin
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebanyak 70.00 persen responden berjenis
kelamin laki-laki dan sebanyak 30.00 persen responden berjenis kelamin
perempuan. Hal ini dikarenakan pendengar aktif laki-laki lebih bersikap berani
dalam mengikuti setiap rangkain acara on air radio komunitas Jaseng FM yaitu
dengan menelefon atau SMS untuk request atau meminta lagu, berkirim salam
dengan pendengar lain, dan mengikuti kuis yang diadakan oleh radio komunitas.
Persentase pendengar perempuan lebih kecil daripada pendengar laki-laki karena
perempuan tidak lebih berani dari laki-laki dalam mengikuti acaraon air dan
menelefon radio Jaseng FM untuk sekedar berkirim salam, mengikuti kuis,
maupun requestatau meminta lagu saat rangkain acara radio disiarkan. Penyiar
radio komunitas yang mayoritas laki-laki menjadi alasan bahwa pendengar
perempuan lebih pasif sehingga pada kategori jenis kelamin, pendengar aktif laki-
laki yang lebih dominan.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu
tingkat pendidikan rendah, tingkat pendidikan sedang dan tingkat pendidikan
tinggi. Tingkat pendidikan rendah meliputi responden yang telah menempuh
pendidikan formal terakhir hingga tingkat SD, tingkat pendidikan sedang meliputi
responden yang telah menempuah pendidikan formal terahir hingga tingkat SMP
dan SMA, lalu tingkat pendidikan tinggi meliputi responden yang telah
menempuh tingkat pendidikan formal hingga tingkat perguruan tinggi. Pada
39
penelitian ini hanya satu responden yang tingkat pendidikannya rendah yaitu
hanya menempuh lulusan terakhir tingkat SD dan persentase tertinggi sebesar
70.00 persen di tingkat pendidikan sedang. Seperti pada data penduduk
Kecamatan Walantakabahwa 40.89 persen penduduk adalah lulusan SMP dan
SMAserta 51.66 persen penduduk Kecamatan Walantaka adalah sebagai
buruh/karyawan/swasta. Jadi, sedikitnya persentase responden di tingkat
pendidikan tinggi karena beberapa responden setelah lulus tingkat SMP maupun
SMA mereka langsung bekerja, baik menjadi buruh, karyawan swasta, maupun
berwirausaha.
Tingkat Pendapatan
Penggolongan tingkat pendapatan pada penelitian ini adalah berdasarkan
data yang diperoleh di lapang. Sehingga digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu
tingkat pendapatan rendah, tingkat pendapatan sedang, dan tingkat pendapatan
tinggi. Tingkat pendapatan rendah adalah responden yang memiliki pendapatan ≤
Rp 100 000 00/bulan dengan persentase sebesar 46.67 persen. Persentase tersebut
berasal dari pendengar aktif radio komunitas Jaseng FM yang berstatus sebagai
ibu rumah tangga dan juga pelajar. Lalu pada tingkat pendapatan sedang yaitu
responden yang memiliki pendapatan Rp 200 000 00/bulan – Rp 900 000 00/bulan
rata-rata memiliki pekerjaan sebagai buruh dan pegawai toko atau pekerja
serabutan dengan persentase sebanyak 20.00 persen, sedangkan pada tingkat
pendapatan tinggi responden yang tergolong kategori ini merupakan responden
yang berpenghasilan ≥ Rp 1 000 000 00/bulan. Responden pada kategori ini rata-
rata adalah yang berwirausaha dan juga sebagai karyawan swasta di berbagai
perusahaan di Banten, sehingga penghasilan mereka lebih dari Rp 1 000 000 00/
bulan dan sebanyak 33.33 persen responden pendengar aktif termasuk pada
responden dengan tingkat pendapatan tinggi.
Kepemilikan Media Massa
Koran, radio, dan televisi merupakan sarana media yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan khalayak luas. Pada penggolongan kepemilikan media,
responden yang hanya memiliki salah satu dari ketiga media tersebut yaitu hanya
memiliki Koran baik berlangganan maupun eceran, hanya memiliki televisi atau
hanya memiliki radio termasuk kedalam kategori kepemilikan media rendah.
Responden yang memiliki dua media massa dari ketiga media massa tersebut
termasuk dalam kategori kepemilikan media massa sedang. Sedangkan responden
yang memiliki ketiga media massa tersebut baik berlangganan Koran maupun
secara eceran membeli koran termasuk dalam kategori kepemilikan media massa
tinggi. Pada penelitian ini persentase tertinggi pada kategori kepemilikan media
massa sedang dengan persentase sebesar 50.00 persen. Responden yang termasuk
dalam ketegori ini hanya memiliki media massa radio dan televisi namun terdapat
beberapa responden saja yang disertai dengan berlangganan koran maupun
membeli koran secara eceran. Hal ini disebabkan karena media massa koran
40
merupakan media yang sulit dijangkau oleh responden. Hal ini diungkapkan oleh
salah satu responden.
“Ya saya sih mending dengar radio, kalau baca koran jauh belinya
dan ga ada loper koran masuk ke desa saya. Saya juga cuma
lulusan SD gabisa baca lancar, mending denger radio komunitas
bisa langsung ngobrol ga usah cape baca-baca, dapet deh
informasi tentang berita-berita yang terbaru.” (Js, 60 tahun)
Ikhtisar
Pembahasan diatas menunjukkan bahwa pendengar aktif radio komunitas
mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 70.00 persen. Pada
kategori usia, persentase terbesar terdapat pada kategori masa awal dewasa
dengan rentang usia mulai dari 18-29 tahundengan persentase sebesar 66.67
persen. Pada karakteristik demografis di tingkat pendapatan, 46.67 persen
pendengar memiliki pendapatan sebesar ≤ Rp 100 000 00/bulan. Pendidikan
terakhir pendengar aktif radio Jaseng FM mencapai tingkat pendidikan kategori
sedang yaitu lulusan SMP dan SMA dengan persentase sebesar 70.00 persen.
Kepemilikan media massa pendengar termasuk pada kategori sedang yaitu
memiliki dua dari ketiga media massa (koran, radio, dan televisi) rata-rata
responden memiliki radio dan televisi dengan persentase sebesar 50.00 persen.
Motivasi Mendengarkan Radio Komunitas Jaseng FM
Motivasi penggunaan media menurut McQuail (1987) terdiri atas motivasi
informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan. Dalam
penelitian ini, keempat motivasi tersebut dijabarkan melalui 16 pertanyaan yang
berhubungan dengan beberapa aspek dari masing-masing motivasi dan
disesuaikan dengan setiap program siaran yang disiarkan oleh radio komunitas
Jaseng FM. Berdasarkan skor yang telah diperoleh, motivasi responden dalam
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM dibagi menjadi tiga kategori yaitu
rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 7 memperlihatkan jumlah responden
berdasarkan motivasi dan kategori motivasi mendengarkan.
41
Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi mendengarkan
siaran radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka Tahun
2014
No Jenis motivasi Kategori
motivasi
Jumlah
(orang)
Persentase
( %)
1
Motivasi informasi
Rendah
Sedang
Tinggi
0
3
27
0.00
10.00
90.00
2
Motivasi identitas Pribadi
Rendah
Sedang
Tinggi
4
17
9
13.33
56.67
30.00
3 Motivasi integrasi dan
interaksi sosial
Rendah
Sedang
Tinggi
2
14
14
6.66
46.67
46.67
4 Motivasi hiburan
Rendah
Sedang
Tinggi
1
21
8
3.33
70.00
26.67
Total 30 100.00
Motivasi Informasi
Kategori dalam motivasi informasi yang memiliki persentase tertinggi
adalah kategori motivasi informasi tinggi dengan persentase sebesar 90.00 persen.
Pada dasarnya pendengar Jaseng FM memiliki motivasi untuk mendengarkan
Jaseng FM agar mereka dapat mengetahui bagaimana suasana sekitar daerah
Walantaka baik dari lalu lintas, keadaan masyarakat, dan peristiwa penting
lainnya di sekitar Kecamatan Walantaka. Para pendengar ternyata tidak hanya
ingin mengetahui berbagai informasi dan peristiwa mengenai daerah radio
melainkan mereka juga memberikan informasi mengenai daerah Kecamatan
Walantaka. Seperti pada pernyataan salah satu responden mengenai motivasinya
mendengarkan radio Jaseng FM yaitu.
“Saya suka nelfon jaseng kalau lagi on air teh, sekalian kasih tau
gimana lalu lintas di sekitaran Walantaka sampai Ciruas. Karena
penyiarnya juga suka ngasih informasi jadi saling bekerja sama saja
dengan pendengar.” (Ag, 25 tahun)
Motivasi informasi merupakan motivasi yang berkaitan dengan usaha untuk
mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan
terdekat juga untuk memuaskan rasa ingin-tahu dan minat umum para pendengar.
Motivasi ini dapat terpenuhi apabila pendengar mengikuti program siaran radio
komunitas Jaseng FM pada saat talkshow. Talkshow yang disiarkan oleh Jaseng
FM mendatangkan narasumber yang sangat beragam dan dari beragam bidang
keahlian yang dapat memberikan informasi kepada para pendengar.
42
Motivasi Identitas Pribadi
Pada motivasi ini hanya memberikan persentase sebanyak 56.67 persen,
persentase tersebut terdapat pada kategori motivasi identitas pribadi sedang.
Motivasi ini berkaitan dengan bagaimana pendengar dapat mengidentifikasi diri
dengan nilai-nilai lain dalam media khususnya radio komunitas dan meningkatkan
pemahaman tentang diri sendiri atas perannya dalam mendengarkan radio
komunitas. Keinginan pendengar pada motivasi ini didukung oleh peran radio
komunitas “dari-oleh-untuk-tentang” warga atau komunitas, sehingga para
pendengar dapat beraktualisasi bahwa mereka memang pendengar aktif radio
komunitas dengan mengikuti berbagai program siaran melalui telefon dan SMS
sehingga mereka dapat dikenal oleh banyak pendengar radio komunitas.
Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial
Menemukan bahan percakapan, berinteraksi dengan masyarakat sekitar,
memperoleh banyak teman, dan menjalin keakraban dengan penyiar merupakan
alasan utama para pendengar memilih motivasi integrasi dan interaksi sosial.
Berdasarkan Tabel 7, persentase pada motivasi in mencapai 46.67 persen.
Persentase tersebut seimbang antara kategori motivasi sedang dan tinggi.
Persentase tersebut menunjukkan bahwa dengan mendengarkan dan ikut
berpartisipasi melalui telefon dan SMS di berbagai program siaran radio
komunitas, pendengar dapat memenuhi keinginannya dalam hal berinteraksi
dengan penyiar serta memenuhi keinginan mereka agar dapat berkirim salam dan
berinteraksi secara tidak langsung melalui media radio dengan pendengar lainnya.
Motivasi Hiburan
Persentase motivasi pada Tabel7 mencapai 70.00 persen pada kategori
motivasi sedang. Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk melepaskan diri dari
permasalahan, bersantai, mengisi waktu luang dan memperoleh sesuatu yang
sifatnya menghibur. Program siaran STAN dan Begadang merupakan program
hiburan yang sangat diminati para pendengar khususnya yang menyukai musik,
baik aliran musik dangdut maupun pop. Kedua program tersebut diposisikan pada
jam 19.00 - 24.00 WIB karena pada dasarnya pendengar radio komunitas pada
jam tersebut melepas lelahnya setelah beraktivitas seharian. Alasan tersebut
menjadikan para pendengar memilih motivasi ini untuk mendengarkan radio
komunitas, seperti yang dinyatakan oleh salah satu pendengar.
“Saya mah maunya cuma buat nemenin saya pas santai teh habis
pulang kerja, karena dengerin lagu dangdut bisa bikin saya lebih
tenang.”(Sy, 35 tahun)
43
Ikhtisar
Motivasi pendengar sangatlah tinggi dalam mendengarkan radio komunitas
Jaseng FM, namun motivasi tertinggi adalah pada motivasi informasi dengan
kategori motivasi informasi tinggi yaitu sebesar 90.00 persen. Pendengar memilki
motivasi untuk mengetahui informasi mengenai komunitasnya dan keadaan
wilayah Kota Serang dan wilayah sekitar Kecamatan Walantaka. Selain itu,
motivasi lain yang dipilih pendengar adalah motivasi hiburan dengan persentase
sebesar 70.00 persen yang menjadikan radio sebagai media dalam mengisi waktu
luang para pendengar.
Kualitas Penyiaran Radio Komunitas Jaseng FM
Romli (2009) menyatakan bahwa jenis program siaran, materi siaran, durasi
penyiaran, kualitas pemancar radio, dan kualifikasi penyiar merupakan elemen
utama dalam menganalisis keunggulan dan kualitas stasiun radio, begitu juga
dengan radio komunitas. Penelitian radio komunitas ini menggunakan tiga faktor
dalam menganalisis kualitas siaran radio komunitas, analisis kualitas siaran
tersebut dijabarkan melalui 20 pertanyaan yang berhubungan dengan beberapa
aspek dari masing-masing penilaian kualitas siaran radio komunitas Jaseng FM.
Setiap pertanyaan diukur dengan skala likert diantaranya, yaitu (1) sangat tidak
setuju, (2) tidak setuju, (3) Netral, (4) Setuju, dan (5) sangat setuju. Berdasarkan
skor yang telah diperoleh, kualitas siaran radio komunitas Jaseng FM dibagi
menjadi tiga kategori yatu rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 8 memperlihatkan
jumlah responden berdasarkan Kualitas Penyiaran Radio Komunitas Jaseng FM.
Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kualitas penyiaran radio
komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka Tahun 2014
No Kualitas
penyiaran Kategori
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Kesesuaian
materi siaran
Kesesuaian rendah
Kesesuaian sedang
Kesesuaian tinggi
3
20
7
10.00
66.67
23.33
2
Kualitas
pemancar
radio
Kualitas pemancar rendah
Kualitas pemancar sedang
Kualitas pemancar tinggi
12
7
11
40.00
23.33
36.67
3
Kualitas
penyiar
Kualitas penyiar rendah
Kualitas penyiar sedang
Kualitas penyiar tinggi
0
16
14
0.00
53.33
46.67
Total 30 100.00
44
Kesesuaian Materi Siaran
Kemampuan dalam menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas
menjamin akan tersebarluasnya informasi walaupun terpisah secara geografis.
Radio komunitas menjadikan radio sebagai media untuk menyebarluaskan
informasi komunitas. Informasi yang diberikan tidak hanya sebatas informasi
faktual mengenai komunitas melainkan yang sifatnya juga menghibur komunitas
melalui budaya yang dimiliki komunitas itu sendiri. Hal tersebut tercermin dalam
format program siaran radio komunitas Jaseng FM yang berkontribusi untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan bersifat pendidikan, budaya, agama,
informasi serta program acara hiburan dan kesenian juga program bagi iklan
layanan masyarakat. Format program siaran tersebut tercermin dari keempat
program siaran Jaseng FM yaitu Refresh. STAN, Begadang, dan PDKT.
Kesesuaian materi siaran pada penelitian ini berdasarkan penilaian pendengar
mengenai apakah keempat program tersebut telah mencerminkan visi dan misi
dari radio komunitas Jaseng FM. Pada dasarnya program yang telah disusun oleh
pengelola radio komunitas telah memenuhi kebutuhan para pendengarnya, dengan
persentase tertinggi pada ketegori kesesuaian materi siaran sedang dan tinggi yaitu
masing-masing sebanyak 66.67 persen dan 23.33 persen telah membuktikan
bahwa materi yang disiarkan para penyiar telah sesuai dengan kebutuhan serta visi
dan misi dari radio komunitas Jaseng FM sebagai radio komunitas yang selalu
berupaya untuk memenuhi kebutuhan komunitasnya itu sendiri.
Kualitas Pemancar Radio
Pemancar merupakan hal utama dalam berkomunikasi menggunakan media
khsusnya radio. Pemancar yang dimiliki Jaseng FM pada awalnya merupakan
pemancar rakitan pemilik Jaseng FM sendiri dan seiring dengan perkembangan
zaman juga kemajuan teknologi pemancar diperbaiki sedemikian rupa sehingga
dapat menjangkau pendengar hingga jarak maksimal yang sesuai dengan aturan
pemancar radio komunitas. Pemancar radio komunitas memiliki aturan tersendiri
yang menjadikan radio komunitas berbeda dengan radio komersil maupun radio
publik. Wilayah jangkauan siaran radio komunitas adalah 2.5 km dengan
maksimum 50 watt. Pemancar yang dimiliki Jaseng FM selalu diperiksa secara
berkala namun memang hingga saat ini apabila cuaca sekitar Kecamatan
Walantaka buruk, maka pemancar radio sering terganggu dan mengakibatkan
siaran pada saat itu akan terganggu dan pengelola lebih memilih untuk
menghentikan penyiaran agar tidak terjadi hal-hal yang dapat mengganggu
pemancar dan keberlangsungan siaran radio selanjutnya. Berdasarkan Tabel 8,
pendengar menilai bahwa kualitas pemancar radio komunitas terdapat pada
kategori rendah dengan persentasi sebesar 40.00 persen namun menurut sebagian
responden juga memiliki kualitas pemancar yang tinggi dengan persentase 36.67
persen karena jarak mereka yang masih berdekatan dengan alamat radio
komunitas Jaseng FM.
45
Kualitas Penyiar
Peraturan radio komunitas tidak mewajibkan para warga yang ingin menjadi
penyiar memiliki keahlian dalam bidang jurnalistik, sehingga pengelola dan
penyiar tetap radio komunitas sangat terbuka kepada warga yang ingin menjadi
penyiar ataupun hanya ingin melihat para penyiar bersiaran secara langsung di
radio komunitas Jaseng FM. Namun pada dasarnya penyiar radio komunitas
Jaseng FM harus mahir dalam berbahasa daerah Serang yang dikenal dengan
bahasa jaseng atau Jawa-Serang. Penyiar merupakan orang yang bertugas
membawakan atau memandu acara di radio, menjadi ujung tombak radio dalam
berkomunikasi atau berhubungan langsung dengan pendengar dan penentu
keberhasilan acara radio tersebut (Romli, 2009). Penyiar memegang peran penting
dalam membawa misi suatu program radio. Pada Tabel 8diperoleh persentase
tertinggi pada kategori kualitas penyiar sedang sebesar 53.33 persen dan kualitas
penyiar tinggi sebesar 46.67 persen.
Ikhtisar
Kualitas penyiaran radio komunitas tegolong cukup baik karena pendengar
dengan mudahnya dapat mencari frekuensi radio komunitas Jaseng FM yaitu
107,7 FM. Pada kualitas penyiaran, persentase tertinggi terdapat pada penilaian
responden terhadap kesesuaian materi siaran yaitu sebesar 66.67 persen. Materi
yang disiarkan sudah sesuai dengan visi dan misi radio komunitas Jaseng FM
serta sesuai dengan budaya, nilai dan norma yang ada di Kecamatan Walantaka.
Didukung dengan kemampuan para penyiar Jaseng FM yang mahir dalam
membawakan program siaran Jaseng FM sehingga kualitas penyiar termasuk
dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 53.33 persen dan kategori tinggi
dengan persentase sebesar 46.67 persen. Namun pada kualitas pemancar masih
termasuk dalam kategori kualitas pemancar rendah karena terkadang pendengar
tidak secara jernih dapat mendengarkan siaran radio komunitas Jaseng FM saat
cuaca mulai memburuk.
Terpaan Media Radio Komunitas Jaseng FM
Katz (1974) dalam Morissan (2005) menyatakan bahwa kondisi sosial
psikologis seseorang menyebabkan adanya kebutuhan yang menciptakan harapan-
harapan (motif) terhadap media massa atau sumber-sumber lain yang membawa
kepada perbedaan pola penggunaan media. Selanjutnya perbedaan pola pengunaan
media ini akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan konsekuensi lainnya,
termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya. Penggunaan media pada penelitian
ini meliputi terpaan pendengar terhadap radio komunitas Jaseng FM yaitu
frekuensi mendengarkan, durasi mendengarkan dan pemilihan acara siaran Jaseng
FM. Frekuensi mendengarkan merupakan seberapa sering dalam hitungan hari
dalam satu minggu responden mendengarkan radio komunitas, sedangkan durasi
46
mendengarkan adalah seberapa sering dalam hitungan menit dalam satu hari
responden mendengarkan radio komunitas. Pemilihan acara siaran merupakan
berapa banyak acara yang didengarkan oleh responden pada saat satu hari sebelum
peneliti memberikan kuesioner kepada responden khususnya para pendengar aktif
radio komunitas Jaseng FM.
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan terpaan media radio
komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun 2014
No Terpaan media Jumlah
(orang)
Persen
(%)
1
Frekuensi mendengarkan (dalam seminggu)
Rendah (1 – 2 hari)
Sedang (3 – 4 hari)
Tinggi (≥5 hari)
1
23
6
3.33
76.67
20.00
2
Durasi mendengarkan (dalam menit)
Rendah (<180 menit)
Sedang (≥180 –240 menit)
Tinggi (>240menit)
22
6
2
73.33
20.00
6.67
3
Pemilihan acara
Rendah (1 acara)
Sedang (2 acara)
Tinggi (3 – 4 acara)
20
9
1
66.67
30.00
3.33
Total 30 100.00
Frekuensi Mendengarkan Radio Komunitas Jaseng FM
Tingkat keseringan respondenmendengarkan siaran radio komunitas Jaseng
FM dalam rentang satu minggu dapat dilihat pada Tabel 9. Dapat diketahui bahwa
mayoritas responden memiliki frekuensi dalam mendengarkan radio komunitas
Jaseng FM pada kategori sedang dengan persentase 76.67 persen.Berdasarkan
pernyataan yang diperoleh melalui wawancara mendalam, responden yang
mendengarkan radio komunitas dengan frekuensi sedang mengaku tidak terlalu
rutin dalam mendengarkan dalam periode satu minggu karena kegiatan lain yang
memang mengharuskan responden untuk tidak mendengarkan radio, misalnya
responden yang bekerja sebagai pegawai toko, siswa dan juga buruh hanya dapat
mendengarkan pada hari sabtu dan minggu serta hari-hari tertentu saat responden
libur dan memiliki waktu luang untuk mendengarkan radio. Hasil wawancara lain
adalah pengakuan responden yang hanya ingin mendengarkan apabila telah
memiliki janji dengan responden lain untuk on air pada acara tertentu.
“Iya neng saya sih mau dengerin kalau temen saya juga dengerin biar
bisa kirim-kirim salam gitu. Jadi tergantung kelompok temen-temen
saya ajah seminggu palingan hari jum’at sampe minggu.” (Tn, 20
tahun)
47
Pada kategori frekuensi mendengarkan tinggi, tergolong pada responden
yang menjadi ibu rumah tangga juga responden yang memiliki pekerjaan
berwirausaha serta responden yang diperbolehkan untuk menggunakan media
massa dalam menjalankan pekerjaannya, misalnya tukang bengkel. Lalu hanya
satu responden yang termasuk dalam kategori frekuensi mendengarkan rendah
karena faktor pekerjaan serta kesibukan responden yang lainnya, sehingga hanya
dapat mendengarkan pada hari sabtu ataupun minggu saja.
Durasi Mendengarkan radio komunitas Jaseng FM
Durasi mendengarkan radio komunitas diukur dengan pertanyaan-
pertanyaan untuk responden seberapa lama waktu responden mendengarkan siaran
radio komunitas Jaseng FM dalam hitungan menit. Rata-rata siaran acara Jaseng
FM adalah 180 menit atau sekitar 3 jam. Jadi penggolongan kategori dalam durasi
mendengarkan terdapat tiga kategori yaitu durasi mendengarkan rendah, durasi
mendengarkan sedang, dan durasi mendengarkan tinggi. Penggolongan tersebut
berdasarkan data lapang dan menggunakan rentang kelas.
Data Tabel 9 menunjukkan bahwa durasi mendengarkan para responden
lebih mengarah pada durasi mendengarkan rendah. Hal tersebut dikarenakan satu
acara radio komunitas hanya disiarkan selama 180 menit dan berhubungan dengan
pemilihan acara di Tabel 9 yaitu persentase tertinggi terdapat pada pemilihan
acara rendah(satu acara siaran) dan dari 30 responden rata-rata responden lebih
memilih untuk mendengarkan acara STAN yaitu Sajian Tembang Andalan atau
acara Begadang. Acara tersebut menjadi andalan radio komunitas Jaseng FM
karena posisi acara tersebut yang ditempatkan pada pukul 19.00-24.00 WIB. Pada
jam tersebut merupakan jam siaran yang paling sering didengar oleh para
pendengar aktif Jaseng FM karena pendengar pada saat itu sedang beristirahat
setelah beraktifitas.
Pemilihan Acara Siaran Radio Komunitas Jaseng FM
Program acara yang disiarkan oleh radio komuniatas Jaseng FM merupakan
program siaran yang telah ditentukan oleh pengelola serta para kru ataupun
penyiar. Program yang disajikan berdasarkan visi dan misi radio sehingga terdapat
empat program siaran yang sejak awal radio tersebut didirikan menjadi bagian
dari program unggulan radio komunitas ini. Program tersebut adalah “PDKT
(Prestasi dan Kreativitas)” yaitu program yang memberikan kesempatan bagi para
pendengar untuk memberikan hasil karyanya dalam bentuk apapun untuk
disiarkan secara interaktif, “Refresh” yaitu program musik untuk menemani para
pendengar menjelang malam hari, “STAN (Sajian Tembang Andalan)” yaitu
program interaktif dimana para pendengar dapat request lagu yang menjadi
andalannya, dan program “Begadang” yaitu program khusus menemani para
pendengar saat ronda maupun pendengar yang baru mulai bekerja saat malam
hari.
Berdasarkan Tabel 9 hanya 3.00 persen responden saja yang termasuk
dalam kategori tinggi pemilihan acara siaran radio komunitas yaitu mendengarkan
48
tiga hingga keempat program yang disajikan radio komunitas. Pada kategori
rendah hanya 30 persen saja dari seluruh responden yang menjadi pendengar aktif
radio komunitas, sedangkan pada kategori rendah yaitu hanya memilih untuk
mendengarkan satu acara siaran merupakan persentase terbesar dari ketiga
kategori tersebut sebesar 67 persen. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor
seperti beberapa alasan responden mendengarkan radio komunitas bila program
siaran tersebut disisipkan oleh program talshow yang mendatangkan narasumber,
lalu ada beberapa responden yang memberikan alasan akan mendengarkan bila
acara tersebut dipandu oleh penyiar favorit mereka. Beberapa responden juga
memberikan alasan bahwa hanya ingin mendengarkan satu program acara karena
memang hanya memiliki waktu senggang pada saat program tersebut saja,
misalnya program STAN. Program ini rata-rata dipilih oleh responden karena jam
siaran program ini tepat sehabis maghrib hingga pukul 21.00 WIB dan juga
menyiarkan lagu-lagu andalan para pendengar juga menerima request dari
pendengar. Program Begadang juga rata-rata dipilih oleh para responden karena
mayoritas pendengar di Kecamatan Walantaka ini menyukai musikberaliran
dangdut.
Ikhtisar
Pembahasan diatas menunjukkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan atau
motivasi yang dimiliki oleh pendengar, frekuensi mendengarkan, durasi
mendengarkan dan pemilihan acara siaran radio komunitas harus diperhatikan.
Penemuan peneliti di lapang bahwa frekuensi mendengarkan pendengar aktif
radio Jaseng FM memiliki persentase tertinggi pada kategori sedang yaitu
mendengarkan radio dalam tiga sampai empat hari dalam satu minggu. Pada
durasi mendengarkan persentase tertinggi terdapat pada kategori rendah dengan
durasi kurang dari 180 menit dalam satu hari. Hal tersebut sesuai dengan pilihan
acara responden yang termasuk dalam kategori rendah yaitu hanya memilih satu
dari empat acara yang ada. Satu acara atau program siaran Jaseng FM memiliki
durasi 3–4 jam atau dalam hitungan menit adalah 180 menit atau bisa lebih dari
180 menit di hari-hari atau tema tertentu, sehingga persentase tertinggi termasuk
pada durasi dan pemilihan acara kategori rendah.
49
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFIS DENGAN
MOTIVASI MENDENGARKAN RADIO KOMUNITAS
JASENG FM
Hubungan Usia dengan Motivasi Mendengarkan
Usia merupakan salah satu karakteristik demografis yang biasanya
berpengaruh saat proses penyususunan program siaran radio komunitas. Usia
pendengar yang beragam menjadi pertimbangan bagi pengelola radio komunitas
untuk membuat program yang sesuai dengan kategori usia pendengar serta
kebutuhan pendengar agar para pendengar memiliki motivasi yang tinggi dalam
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM.
Koefisienhasil uji statistik Rank Spearman pada tabel 10 menyatakan arah
hubungan negatif pada motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi
sosial dan motivasi hiburan. Hasil tersebut berkaitan dengan hasil peneliti di
lapangbahwa apabila faktor usia meningkat maka ketiga motivasi mendengarkan
tersebut akan menurun, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut membuktikan
bagaimana kemampuan seseorang yaitu semakin tua usia seseorang maka akan
mengalami penurunan kualitas fisik, psikologis maupun kognitif3.
Tabel 10 Hasil uji statistik korelasi antara usia dengan motivasi mendengarkan
radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun 2014
No Usia
Jenis motivasi
Motivasi
informasi
Motivasi
identitas
pribadi
Motivasi
integrasi dan
interaksi
sosial
Motivasi
hiburan
1 Koefisien
korelasi rs = 0,471** rs = -0.111 rs = -0.094 rs = -0.243
2 p 0.009 0.558 0.623 0.195
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
** = Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Arah hubungan negatif pada usia dengan motivasi tersebut dikarenakan
pendengar yang lebih tua, lebih memiliki motivasi informasi dalam menggunakan
media radio komunitas Jaseng FM dan bukan motivasi atau keinginan untuk
berinteraksi, beraktualisasi diri sebagai pendengar aktif Jaseng FM dan
mendapatkan hiburan dengan mendengarkan radio komunitas Jaseng FM.
3www.bkkbn.go.id
50
Responden yang memiliki usia lebih tua lebih memilih untuk berinteraksi secara
langsung dan tidak menggunakan media dalam kehidupan sehari-harinya, namun
hanya ingin mendengarkan informasi yang sifatnya menambah pengetahuan
mereka mengenai daerah sekitar dan hal-hal yang sifatnya aktual melalui media
radio komunitas Jaseng FM tersebut.
Nilai signifikan usia dengan motivasi mendengarkan menunjukkan
hubungan dengan usia responden, namun hubungan yang terjadi hanya pada usia
dengan motivasi informasi (p<0.05). Kekuatan hubungan usia dengan motivasi
informasi tergolong cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70), sedangkan
hubungan usia dengan motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi
sosial, dan motivasi hiburan tergolong hubungan yang rendah sekali atau lemas
sekali (0.20 < KK ≤ 0.40).
Hubungan Jenis Kelamin dengan Motivasi Mendengarkan
Pada dasarnya pendengar berjenis kelamin perempuan memiliki motivasi
yang sama denganpendengar berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini
responden berjenis kelamin laki-laki memiliki motivasi mendengarkan lebih
tinggi daripada responden berjenis kelamin perempuan. Hasil uji Chi Square
menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan motivasi
mendengarkan (p>0.05)
Tabel 11 Hasil uji Chi Square antara jenis kelamin dan motivasi mendengarkan
radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun 2014
No Jenis
Kelamin
Jenis motivasi
Motivasi
informasi
Motivasi
identitas
pribadi
Motivasi
integrasi dan
interaksi
sosial
Motivasi
hiburan
1 χ² 0.018 5.275 5.170 1.190
2 p 0.894 0.072 0.075 0.551
Keterangan:
χ² = nilai chi square
p = nilai sig. (2-tailed)
Tabel 11 menunjukkan bahwahubungan jenis kelamin dengan motivasi
informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial,
maupun motivasi hiburan tidak memiliki hubungan yang nyata (p>0.05). Hal
tersebut membuktikan bahwa motivasi pendengar berjenis kelamin laki-laki sama
dengan motivasi mendengarkan pendengar berjenis kelamin perempuan yaitu
lebih memilih media komunitas Jaseng FM untuk berinteraksi, beraktualisasi diri
sebagai pendengar aktif radio Jaseng FM, memperoleh informasi, dan untuk
mengisi waktu luang. Hasil wawancara mendalam dengan responden, sebagian
51
pendengar perempuan maupun pendengar laki-laki yang aktif mengikuti program
siaran radio komunitas melalui telefon dan SMS menyatakan bahwa.
Responden Perempuan
“Kalau saya sih teh ikut SMS aja biar bisa salam-salam sama temen-
temen saya di kampung lain. Soalnya kalau telefon suka malu sama
penyiarnya.” (Sc, 18 tahun)
Responden Laki-laki
“Ya, kalau saya neng biar terkenal aja gitu jadi suka telefonin Jaseng,
sama biar dikenal penyiarnya juga.” (Fy, 22 tahun)
Rata-rata responden berjenis kelamin perempuan dan laki-laki
mengutarakan alasan yang sama seperti yang dinyatakan kedua responden tersebut
sehingga pada responden perempuan motivasi yang terlihat adalah motivasi
integrasi dan interaksi sosial sedangkan pada responden laki-laki lebih terlihat
motivasi identitas pribadi mereka dalam mendengarkan siaran radio Jaseng FM.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Mendengarkan
Responden yang menjadi pendengar aktif radio komunitas Jaseng FM
diKecamatan Walantaka tergolong telah menempuh pendidikan formal khususnya
di tingkat SMP dan SMA.Berdasarkan Tabel 12, tingkat pendidikan dengan
motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi
sosial, maupun motivasi hiburan tidak memiliki hubungan yang nyata (p >0.05).
Tabel 12 Hasil uji statistik korelasi antara tingkat pendidikan dengan motivasi
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
No Tingkat
pendidikan
Jenis motivasi
Motivasi
informasi
Motivasi
identitas
pribadi
Motivasi
integrasi dan
interaksi
sosial
Motivasi
hiburan
1 Koefisien
korelasi rs = 0.206 rs = -0.123 rs = -0.082 rs = -0.101
2 p 0.275 0.517 0.668 0.595
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
52
Kekuatan hubungan tingkat pendidikan dengan motivasi informasi, motivasi
identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan
tergolong hubungan yang rendah sekali atau lemas sekali (0.20 < KK ≤
0.40).Berdasarkan hasil uji statistik tersebut tingkat pendidikan pendengar tidak
memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi pendengar dalam mendengarkan
radio komunitas Jaseng FM. Radio komunitas berprinsip “dari-oleh-untuk-tentang
warga atau komunitas” maka sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin
berpartisipasi serta mendukung jalannya kegiatan penyiaran radio komunitas
Jaseng FM tanpa harus memiliki keahlian khusus dan lulusan dari tingkat
pendidikan tertentu.
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Motivasi Mendengarkan
Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 13, tingkat pendapatan dengan
motivasi berhubungan nyata (p<0.05) khususnya pada motivasi informasi,
motivasi identitas pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Hal tersebut
dikarenakan pendengar yang termasuk dalam tingkat pendapatan rendah rata-rata
adalah sebagai ibu rumah tangga dan pelajar. Golongan pendengar tersebut
memiliki waktu luang yang lebih untuk mendengarkan radio komunitas sehingga
motivasi mendengarkan mereka juga tinggi baik dalam mencari informasi maupun
sekedar berinteraksi dengan pendengar lain.
Kekuatan hubungan tingkat pendapatan motivasi identitas pribadi dan
motivasi integrasi dan interaksis sosial tergolong hubungan yang cukup berarti
atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70) sedangkan kekuatan hubungan tingkat pendapatan
dengan motivasi informasi dan motivasi hiburan tergolong hubungan yang rendah
atau lemas tetapi pasti (0.20 < KK ≤ 0.40)
Tabel 13 Hasil uji statistik korelasi antara tingkat pendapatan dengan motivasi
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
No Tingkat
pendapatan
Jenis motivasi
Motivasi
informasi
Motivasi
identitas
pribadi
Motivasi
integrasi dan
interaksi
sosial
Motivasi
hiburan
1 Koefisien
korelasi rs = -0.398* rs = 0.511* rs = 0.426* rs = 0.308
2 p 0.029 0.004 0.019 0.098
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
* = Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
53
Patrisia (2011) menyatakan bahwa faktor pendapatan turut menentukan
media apa yang dijadikan khalayak dalam memperoleh informasi. Hal tersebut
terbukti pada penelitian ini karena dengan pendapatan ≤Rp. 100 000 00/bulan
khalayak lebih memilih untuk mendapatkan informasi dan hiburan melalui radio
khususnya radio komunitas. Responden menggunakan radio bertenaga listrik
maupun baterai dan menggunakan aplikasi radio di telefon genggambertujuan
untuk menghemat pengeluaranmereka karena penggunaan media lain seperti
televisi akan lebih mahal dan memberatkan pengeluaran mereka setiap bulannya.
Pada motivasi hiburan tidak terjadi hubungan signifikan karena baik
responden dengan tingkat pendapatan rendah, sedang, maupun tinggimemiliki
motivasi hiburan dalam mendengarkan radio terutama untuk melepas lelah setelah
seharian beraktivitas maupun bekerja.seperti responden yang bekerja di bengkel,
warung, dan penjual sembako dengan pendapatan rendah dan sedang, mereka
mendengarkan radio Jaseng saat mereka bekerja untuk mengisi waktu luangnya
disaat tidak ada pelanggan yang datang ke toko mereka.
Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Motivasi Mendengarkan
Hasil uji statistik Rank Spearman menunjukkan bahwa kepemilikan media
massa tidak berhubungan nyata dengan motivasi mendengarkan baik motivasi
informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial,
maupun motivasi hiburan (p>0.05).
Tabel 14 Hasil uji statistik korelasi antara kepemilikan media massa dengan
motivasi mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka tahun 2014
No
Kepemili-
kan media
massa
Jenis motivasi
Motivasi
informasi
Motivasi
identitas
pribadi
Motivasi
integrasi dan
interaksi
sosial
Motivasi
hiburan
1 Koefisien
korelasi rs = 0.273 rs = 0.009 rs = -0.064 rs = -0.262
2 p 0.144 0.963 0.739 0.162
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
Kepemilikan media massa lain seperti televisi dan berlangganan koran tidak
mempengaruhi motivasi para pendengar dalam mendengarkan radio komunitas.
Hal tersebut dikarenakan para pendengar radio komunitas dapat mendengarkan
radio tidak hanya dari radio milik mereka sendiri seperti yang dikemukakan oleh
salah satu responden.
54
“Saya sih sering dengerin Jaseng FM di radio punya temen saya yang
dia bawa di bengkel, jadi ya saya ikut aja seru dengerinnya bareng-
bareng di tempat kerja.” (Jn, 29 tahun)
Kekuatan hubungan kepemilikan media massa dengan motivasi identitas
pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial tergolong hubungan yang
rendah sekali atau lemas sekali (0.00 < KK ≤ 0.20) sedangkan hubungan
kepemilikan media massa dengan motivasi informasi dan motivasi hiburan
tergolong cukup rendah atau lemas tetapi pasti (0.20 < KK ≤ 0.40). Kekuatan
hubungan kepemilikan media massa dengan motivasi informasi dibuktikan oleh
pernyataan responden berikut.
“kalau di kantor ya saya sih dengerin Jaseng di radio punya kantor
saya, itu juga kalau saya lagi ga ada pelanggan teh jadi ya denger-
denger lagu buat hiburan aja sama tau tentang informasi lalu lintas
Walantaka, kan suka ada teh.”(Km, 38 tahun)
Ikhtisar
Pembahasan diatas menunjukkan bahwa semakin tua usia pendengar aktif
radio komunitas maka semakin rendah motivasi pribadi, motivasi integrasi dan
interaksi sosial dan motivasi hiburannya. Hasil uji rank spearman menyatakan
usia hanya berhubungan nyata dengan motivasi informasi (p<0.05) dan memiliki
kekuatan hubungan usia cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70). Tingkat
pendapatan berhubungan nyata dengan motivasi informasi, motivasi identitas
pribadi, dan motivasi integrasi dan interaksi sosial dengan kekuatan hubungan
antara tingkat pendapatan dan motivasi identitas pribadi dan motivasi integrasi
dan interaksis sosial yaitu cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70)
sedangkan dengan motivasi informasi tergolong hubungan yang rendah atau lemas
tetapi pasti (0.20 < KK ≤ 0.40). Pada jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
kepemilikan media massa tidak terjadi hubungan yang nyata dengan motivasi
mendengarkan karena radio komunitas berprinsip “dari-oleh-untuk-tentang warga
atau komunitas” maka tanpa harus memiliki media radio secara khusus dan
lulusan dari tingkat pendidikan tertentu siapa saja dapat mendengarkan dan dapat
berpartisipasi.
55
HUBUNGAN KUALITAS PENYIARAN DENGAN TERPAAN
MEDIA RADIO KOMUNITAS JASENG FM
Hubungan Kesesuaian Materi dengan Terpaan Media
Misi radio komunitas Jaseng FM dalam mewujudkan masyarakat yang sadar
informasi, meningkatkan peran dakwah dalam media, dan mewujudkan
masyarakat yang berpendidikan untuk sadar akan hak dan kewajibannya sebagai
warga tercermin melalui beberapa materi siaran pada setiap program radio
komunitas. Berdasarkan Tabel 15, hasil uji statistik Rank Spearman kesesuaian
materi siaran tidak berhubungan nyata dengan terpaan media baik frekuensi
mendengarkan dan pemilihan acara siaran radio komunitas Jaseng FM, tetapi
berhubungan nyatahanya dengan durasi mendengarkan responden (p<0.05).
Tabel 15 Hasil uji statistik korelasi antara kesesuaian materi siaran dengan
terpaan media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
No Kesesuaian
materi siaran
Terpaan media
Frekuensi
mendengarkan
Durasi
mendengarkan
Pemilihan
acara siaran
1 Koefisien korelasi rs = 0.282 rs = 0.432* rs = -0.233
2 p 0.131 0.017 0.215
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
* = Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Kekuatan hubungan kesesuaian materi siaran dengan frekuensi
mendengarkan dan pemilihan acara siaran tergolong rendah atau lemas tetapi pasti
(0.20 < KK ≤ 0.40) dan kekuatan kesesuaian materi siaran dengan durasi
mendengarkan tergolong cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70).
Hasil wawancara mendalam dengan responden menunjukkan bahwa
responden akan semakin lama mendengarkan radio bila isi atau materi yang
disiarkan mengenai komunitasnya. Durasi mendengarkan pada penelitian ini
merupakan seberapa lama pendengar dalam satu hari mendengarkan radio
komunitas Jaseng FM. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini bahwa rata-rata
durasi mendengarkan pendengar dalam satu hari sama dengan satu kali durasi
program siaran radio komunitas, sehingga didapatkan bahwa program acara siaran
radio komunitas sudah sesuai dengan apa yang diharapkan pendengar karena
pendengar telah mendengarkan program siaran secara keseluruhan tanpa
terganggu dengan materi siaran program tersebut.
56
Hubungan Kualitas Pemancar dengan Terpaan Media
Tingginya persentase responden dalam memilih kualitas pemancar radio
pada kategori rendah yaitu sebesar 40 persen menunjukkan responden tidak
merasakan kualitas pemancar yang lebih baik walaupun keterdedahan responden
pada penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi. Hasil uji statistik Rank
Spearman menunjukkan bahwa kualitas pemancar radio komunitas tidak
berhubungan nyata dengan terpaan media (p>0.05).
Tabel 16 Hasil uji statistik korelasi antara kualitas pemancar dengan terpaan
media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun
2014
No Kualitas pemancar
Terpaan media
Frekuensi
mendengarkan
Durasi
mendengarkan
Pemilihan
acara siaran
1 Koefisien korelasi rs = 0.190 rs = 0.340 rs = -0.171
2 p 0.315 0.066 0.366
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
Kekuatan hubungan kualitas pemancar dengan frekuensi mendengarkan
dan pemilihan acara siaran tergolong rendah sekali atau lemas sekali (0.00 < KK ≤
0.20), sedangkan pada kualitas pemancar dengan durasi mendengarkan
kekuatannya tergolong rendah atau lemas tetapi pasti (0.20 < KK ≤ 0.40).
Pada awalnya pemancar yang digunakan merupakan hasil rakitan oleh
pengelola, namun seiring perkembangan zaman serta teknologi akhirnya
pemancar radio komunitas ini juga semakin baik dan diupayakan untuk
memberikan kualitas pemancar terbaik untuk para pendenga. Namun beberapa
responden mengeluhkan bahwa terkadang disaat musim tertentu misalnya musim
hujan, sinyal radio komunitas ini sangat terganggu sehingga respon pendengar
menurun.
Hubungan Kualitas Penyiar dengan Terpaan Media
Berdasarkan Tabel 16, hasil uji Rank Spearman kualitas penyiar tidak
berhubungan nyata dengan frekuensi mendengarkan dan pemilihan acara siaran
radio komunitas, namun berhubungan nyata dengan durasi mendengarkan
(p<0.05). Kekuatan hubungan kualitas penyiar dengan frekuensi mendengarkan
tergolong rendah sekali atau lemas sekali (0.00 < KK ≤ 0.20), kekuatan hubungan
kualitas penyiar dengan pemilihan acara siaran tergolong rendah atau lemas tetapi
57
pasti (0.20 < KK ≤ 0.40) sedangkan kekuatan hubungan kualitas penyiar dengan
durasi mendengarkan tergolong cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70).
Seperti pada kesesuaian materi siaran, kualitas penyiar juga berhubungan
nyata dengan terpaan media pada faktor durasi mendengarkan pendengar radio
komunitas Jaseng FM. Apabila pendengar lebih lama menyimak dan
mendengarkan siaran radio komunitas, maka lebih terlihat bagaimana kualitas
penyiar yang sedang memandu program siaran radio komunitas Jaseng FM.
Tabel 17 Hasil uji statistik korelasi antara kualitas penyiar dengan terpaan media
radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun 2014
No Kualitas penyiar
Terpaan media
Frekuensi
mendengarkan
Durasi
mendengarkan
Pemilihan
acara siaran
1 Koefisien korelasi rs = 0.058 rs = 0.499* rs = -0.354
2 p 0.762 0.005 0.055
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
* = Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Hubungan yang cukup berarti antara kualitas penyiar dengan durasi
mendengarkan ditunjukkan dengan semakin baik, menarik, komunikatif penyiar
dalam membawakan acara siaran, maka pendengar akan lebih lama mendengarkan
radio komunitas Jaseng FM. Hal tersebut juga menjadikan pendengar akan lebih
aktif berpartisipasi melalui telefon atau request (meminta lagu) saat program on
air. Kualitas penyiar sangat diperhatikan oleh pendengar seperti pernyataan salah
satu responden berikut.
“Iya saya suka sampe habis dengerin Jaseng-nya kalau kang faud
yang siaran, soalnya suaranya bagus terus bawain programnya jadi
seru apalagi pas program Begadang kalau udah denger suara kang
faud pasti langsung denger terus dan jadi lebih seru denger lagu
dangdutnya.”(Ds. 20 tahun)
Ikhtisar
Pembahasan diatas menunjukkan bahwa kualitas penyiaran radio komunitas
Jaseng FM cukup baik karena pendengar tetap setia mendengarkan radio Jaseng
FM hingga saat ini. Hubungan yang terjadi antara kualitas penyiaran yang terdiri
dari kualitas penyiar dan kesesuaian materi siaran dengan terpaan media
menunjukkan hubungan nyata pada aspek durasi penyiaran (p<0.05). Kekuatan
hubungan kesesuaian materi siaran dan kualitas penyiar dengan durasi
mendengarkan tergolong cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70). Hal
58
tersebut terjadi karena semakin lama pendengar mendengarkan siaran radio
komunitas dalam satu hari maka penyiar akan lebih merasakan bagaimana kualitas
penyiaran radio Jaseng FM begitu pula dengan kualitas penyiar dan kesesuaian
materi siaran dengan program dan visi serta misi radio komunitas Jaseng FM.
59
HUBUNGAN MOTIVASI MENDENGARKAN DENGAN
TERPAAN MEDIA RADIO KOMUNITAS JASENG FM
Hubungan Motivasi Informasi dengan Terpaan Media
Motivasi utama dalam memperoleh informasi yang berasal dari radio
komunitas dapat mempengaruhi bagaimana perilaku individu maupun komunitas
pendengar dalam mendengarkan radio komunitas Jaseng FM. Berdasarkan hasil
uji statistik Rank Spearman motivasi informasi responden dalam mendengarkan
radio komunitas Jaseng FM tidak berhubungan nyatadengan terpaan media radio
komunitas Jaseng FM baik frekuensi mendengarkan, durasi mendengarkan
maupun pemilihan acara siaran. (p>0.05).
Tabel 18 Hasil uji statistik korelasi antara motivasi informasi dengan terpaan
media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun
2014
No Motivasi informasi
Terpaan media
Frekuensi
mendengarkan
Durasi
mendengarkan
Pemilihan
acara siaran
1 Koefisien korelasi rs = 0.070 rs = -0.266 rs = -0.218
2 p 0.714 0.156 0.246
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
Kekuatan hubungan motivasi informasi dengan frekuensi mendengarkan
tergolong rendah sekali atau lemah sekali (0.00 < KK ≤ 0.20) sedangkan kekuatan
hubungan motivasi informasi dengan durasi mendengarkan dan pemilihan acara
siaran tergolong rendah atau lemas tetapi pasti (0.20 < KK ≤ 0.40). Hasil
wawancara mendalam dengan responden menunjukkan bahwa adanyakeinginan
atau motivasi para responden dalam memperoleh informasi saat mendengarkan
radio komunitas, tidak mempengaruhi seberapa sering dan seberapa lama mereka
mendengarkan radio komunitas. Seperti pada pernyataan responden berikut.
“Saya suka cari informasi lalu lintas sama tentang daerah Kecamatan
Walantaka teh, tapi ya cuma beberapa menit aja dengerinnya kalau
udah dapet informasinya ya saya ga dengerin radio lagi atau saya
lanjut kerja dulu tapi abis itu denger radio lagi buat dengerin lagu
dangdut di program Begadang.” (Uu, 23 tahun)
60
Hubungan Motivasi Identitas Pribadi dengan Terpaan Media
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pada Tabel 19, motivasi
identitas pribadi responden berhubungan nyata dengan durasi mendengarkan dan
pemilihan acara siaran radio komunitas (p<0.01). Kekuatan hubungan motivasi
identitas pribadi dengan frekuensi mendengarkan tergolong hubungan yang
rendah sekali atau lemas sekali (0.00 < KK ≤ 0.20)sedangkan kekuatan hubungan
motivasi identitas pribadidengan durasi dan pemilihan acara siaran tergolong
cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70).
Tabel 19 Hasil uji statistik korelasi antara motivasi identitas pribadi dengan
terpaan media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
No Motivasi identitas
pribadi
Terpaan media
Frekuensi
mendengarkan
Durasi
mendengarkan
Pemilihan
acara siaran
1 Koefisien korelasi rs = 0.167 rs =0.611** rs = 0.484**
2 p 0.377 0.000 0.007
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
** = Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Hasil wawancara mendalam dengan responden menunjukkan bahwa
semakin lama pendengar mendengarkan siaran radio komunitas serta semakin
banyak acara yang mereka dengarkan maka mereka akan lebih terlihat sebagai
pendengar aktif radio komunitas Jaseng FM. Selain itu, mereka juga lebih dikenal
oleh pendengar aktif lainnya yang sering menelfon maupun berkirim salam
melalui SMS ke radio Jaseng FM.
Biasanya para pendengar yang aktif akan disebutkan namanya oleh para
penyiar saat memandu suatu acara siaran sehingga para pendengar aktif akan lebih
dikenal baik oleh para penyiar maupun pendengar radio komunitas Jaseng FM
lainnya. Hal tersebut merupakan salah satu cara dalam menjalin rasa kekeluargaan
antara penyiar radio dengan para pendengar dan meningkatkan intensitas
mendengarkan para pendengar radio komunitas Jaseng FM.
61
Hubungan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial dengan
Terpaan Media
Motivasi integrasi dan interaksi sosialberhubungan nyata dengan durasi
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM (p<0.01). Berdasarkan hasil uji
statistik Rank Spearman pada Tabel 20, kekuatan hubungan motivasi integrasi dan
interaksi sosial dengan frekuensi mendengarkan tergolong hubungan yang rendah
sekali atau lemas sekali (0.00 < KK ≤ 0.20), kekuatan hubungan motivasi
integrasi dan interaksi sosial dengan pemilihan acara siaran tergolong rendah atau
lemas tetapi pasti (0.20 < KK ≤ 0.40) dan kekuatan hubungan motivasi integrasi
dan interaksi sosial dengan durasi mendengarkan tergolong cukup berarti atau
sedang (0.40 < KK ≤ 0.70).
Tabel 20 Hasil uji statistik korelasi antara motivasi integrasi dan interaksi sosial
dengan terpaan media radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka tahun 2014
No Motivasi integrasi
dan interaksi sosial
Terpaan media
Frekuensi
mendengarkan
Durasi
mendengarkan
Pemilihan
acara siaran
1 Koefisien korelasi rs = 0.053 rs = 0.492** rs = 0.315
2 p 0.782 0.006 0.090
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
** = Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Hasil wawancara mendalam dengan responden menunjukkan bahwa
keinginan atau motivasi para responden berinteraksi melalui radio komunitas
memberikan pengaruh pada durasi mereka dalam mendengarkan radio komunitas.
Selain itu, kekuatan hubungan motivasi integrasi dan interaksi sosial dengan
pemilihan acara siaran yang tergolong rendah atau lemas tetapi pasti dibuktikan
dari hasil wawancara mendalam bahwa sebenarnya pemilihan acara siaran juga
diperhitungkan oleh beberapa responden karena apabila mereka mendengarkan
lebih dari satu acara siaran radio komunitas, mereka akan mendapatkan bahan
topik obrolan dengan pendengar lain. Seperti pada pernyataan salah satu
responden berikut.
“Saya selalu ingin mendengarkan acara begadang sama STAN teh,
karena saya bisa tau lagu dangdut sama lagu-lagu pop yang enak apa
aja, soalnya saya ga tahu banyak tentang musik jadi kalau temen saya
ngobrolin musik saya jadi bisa tahu apa aja yang lagi disuka teman-
teman dan orang-orang Walantaka.” (Ts, 20 tahun)
62
Hubungan Motivasi Hiburan dengan Terpaan Media
Hasil uji statistik Rank Spearman menjunjukkan motivasi hiburan
responden berhubungan nyata dengan durasi mendengarkan.Berdasarkan Tabel
21, hubungan yang nyata dan kekuatan hubungan tergolong cukup berarti atau
sedang (0.40 < KK ≤ 0.70) terdapat antara motivasi hiburan pendengar dengan
durasi mendengarkan (p<0.01).
Tabel 21 Hasil uji statistik korelasi antara motivasi hiburan dengan terpaan media
radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka tahun 2014
No Motivasi hiburan
Terpaan media
Frekuensi
mendengarkan
Durasi
mendengarkan
Pemilihan
acara siaran
1 Koefisien korelasi rs = 0.346 rs = 0.470** rs = 0.236
2 p 0.061 0.009 0.208
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
** = Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Hasil wawancara mendalam dengan responden menunjukkan bahwa
keinginan atau motivasi para responden yang sifatnya hiburan atau hanya
mendengarkan untuk melepas lelah, mengisi waktu luang dan mencari hiburan
setelah seharian beraktivitas melalui radio komunitas memberikan pengaruh pada
durasi mereka dalam mendengarkan radio komunitas. Pada pemilihan acara
apabila responden sudah memiliki motivasi hiburan maka responden mayoritas
hanya memilih salah satu acara yang menurut mereka benar-benar menghibur
mereka. Seperti pada pernyataan salah satu responden berikut.
“Saya dengerin Jaseng soalnya program Begadangnya bener-bener
ngehibur kebetulan juga ngisi waktu istirahat saya habis kerja kan
neng, ya jadi saya bisa sambil nyanyi lagu-lagu dangdut kesukaan
saya istirahatnya.”(Ht, 35 tahun)
Ikhtisar
Pembahasan diatas menjukkan bahwa Motivasi mendengarkan radio
komunitas Jaseng FM berhubungan dengan terpaan media. Hubungan tersebut
terjadi pada motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial,
motivasi hiburan dengan durasi mendengarkan radio komunitas (p<0.01) dengan
kekuatan hubungan yang tergolong cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70).
Namun tidak terjadi hubungan antara motivasi informasi dengan terpaan media
karena tingginya motivasi informasi pendengar tidak mempengaruhi seberapa
63
sering dan seberapa lama mereka mendengarkan radio komunitas. Selain itu,
terjadi hubungan yang nyata antara motivasi identitas pribadi dengan pemilihan
acara. Kekuatan hubungan tergolong cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤
0.70) karena dalam mendengarkan radio pendengar akan memilih lebih dari satu
acara untuk menjadikan dirinya lebih dikenal dan mengetahui banyak hal setelah
mendengarkan beberapa program siaran radio komunitas.
64
65
HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TERHADAP KEPUASAN
MENDENGARKAN RADIO KOMUNITAS JASENG FM
Kepuasan Mendengarkan Khalayak Siaran Radio Komunitas Jaseng FM
Model yang berkembang dari Katz et al. (1973) yaitu model teori uses and
gratifications menjelaskan empat tipe kepuasan yaitu surveillance (pengawasan),
personal (pribadi), social relationship (hubungan sosial), dan entertainment
(hiburan). Keempat kepuasan tersebut dijabarkan melalui 15 pertanyaan yang
berhubungan dengan beberapa aspek dari masing-masing kepuasan mendengarkan
dan disesuaikan dengan setiap rangkaian acara yang disiarkan oleh Radio
Komunitas Jaseng FM. Berdasarkan skor yang telah diperoleh, kepuasan
responden setelah mendengarkan radio komunitas Jaseng FM dibagi menjadi tiga
kategori yatu rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 22 memperlihatkan jumlah
responden berdasarkan kepuasan mendengarkan dan kategori kepuasan
mendengarkan.
Tabel 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepuasan mendengarkan
siaran radio komunitas Jaseng FM tahun 2014
No Jenis kepuasan Kategori
motivasi
Jumlah
(orang)
Persentase
( %)
1 Kepuasan pengawasan
Rendah
Sedang
Tinggi
5
21
4
16.67
70.00
13.37
2
Kepuasan pribadi
Rendah
Sedang
Tinggi
5
13
12
16.67
43.33
40.00
3 Kepuasan interaksi
sosial
Rendah
Sedang
Tinggi
1
21
8
3.33
70.00
26.67
4 Kepuasan hiburan
Rendah
Sedang
Tinggi
6
13
11
20.00
43.33
36.67
Total 30 100.00
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Kepuasan Mendengarkan
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman frekuensi mendengarkan
berhubungan nyata dengan kepuasan pribadi pendengar radio komunitas Jaseng
FM (p<0.05).Walaupun frekuensi mendengarkan tidak berhubungan nyata dengan
kepuasan hiburan, kekuatan hubungan frekuensi mendengarkan dengan kepuasan
identitas pribadi dan kepuasan hiburan tergolong sama yaitu rendah atau lemas
66
tetapi pasti (0.20 < KK ≤ 0.40), sedangkan kekuatan hubungan frekuensi
mendengarkan dengan kepuasan pengawasan dan integrasi dan interaksi sosial
tergolong rendah sekali atau lemas sekali (0.00 < KK ≤ 0.20).
Tabel 23 Hasil uji statistik korelasi antara frekuensi mendengarkan dengan
kepuasan mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka tahun 2014
No Frekuensi
mendengarkan
Jenis motivasi
Kepuasan
pengawasan
Kepuasan
pribadi
Kepuasan
interaksi
sosial
Kepuasan
hiburan
1 Koefisien
korelasi rs = 0.105 rs = 0.366* rs = 0.119 rs = 0.237
2 p 0.572 0.047 0.531 0.207
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
* = Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin sering mendengarkan radio
komunitas Jaseng FM maka responden merasasemakin terpuaskan. Hubungan
nyata frekuensi mendengarkan dengan kepuasan pribadi menunjukkan bahwa
semakin sering pendengar mendengarkan radio komunitas dalam satu minggu,
maka akan semakin sering pendengar berpartisipasi melalui line telefon, SMS
maupun ikut serta dalam proses siaran radio Jaseng FM. Sebagai pendengar radio
komunitas Jaseng FM yang berorientasi sebagai pendengar aktif, pendengar akan
merasa terpuaskan sehingga kepuasan identitas pribadi yang lebih berhubungan
dengan terpaan media komunitas.
Hubungan Durasi Mendengarkan dengan Kepuasan Mendengarkan
Durasi mendengarkan berhubungan nyata dengan kepuasan hiburan
(p<0.01). Kekuatan hubungan ini tergolong cukup berarti atau sedang (0.40 < KK
≤ 0.70), berbeda dengan kekuatan hubungan pada durasi mendengarkan dengan
kepuasan pengawasan, kepuasan pribadi dan kepuasan interaksi sosial yaitu
tergolong hubungan yang rendah atau lemas tetapi pasti (0.20 < KK ≤ 0.40).
Hasil uji statistik tersebut menunjukkan semakin lama mendengarkan radio
komunitas, maka semakin tinggi kepuasan mendengarkan khususnya kepuasan
hiburan. Hal tersebut dikarenakan setelah mendengarkan radio komunitas Jaseng
FM dengan durasi yang lama, pendengar lebih merasakan kepuasan hiburan
seperti mengisi waktu luang, bersantai, dan penyaluran emosi para pendengar.
Seperti pada hasil wawancara mendalam dengan responden yaitu.
67
“Saya ngerasa seneng kalau udah lama-lama dengerin Jaseng FM
apalagi kalau sambil dengerin program begadang itu yang dangdut
neng, kan durasinya hampir 4 jam, kalau Cuma dengerinnya sebentar
palingan saya cuma dengerin talkshow aja yang biasanya 1 atau 2
jam gitu neng.” (Js, 30 tahun)
Tabel 24 Hasil Uji statistik korelasi antara durasi mendengarkan dengan kepuasan
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan Walantaka
tahun 2014
No Durasi
mendengarkan
Jenis motivasi
Kepuasan
pengawasan
Kepuasan
pribadi
Kepuasan
interaksi
sosial
Kepuasan
hiburan
1 Koefisien
korelasi rs = 0.328 rs = 0.284 rs = 0.317 rs = 0.520**
2 p 0.728 0.129 0.087 0.003
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
** = Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Program hiburan yaitu musik pop dan dangdut yang lebih diunggulkan oleh
radio ini, menjadi andalan pendengar untuk mengutarakan perasaanya melalui
lagu. Seperti pernyataan dari salah satu responden yaitu:
“Saya kalau udah dengerin sampe abis acara STAN saya suka sambil
curhat neng, kirim salamnya sambil curhat sambil salam-salam ke
orang yang saya sayang, galau gitu neng.” (Sc, 19 tahun)
Hakim (2010) juga menyatakan bahwa semakin tinggi durasi mendengarkan
radio komunitas mengindikasikan tingkat kedekatan dengan radio komunitas dan
semakin tinggi terpaan media komunitas maka semakin tinggi posisi radio
komunitas sebagai media massa yang dapat memenuhi kebutuhan pendengar.
Pada penelitian ini hubungan tersebut terjadi karena p kurang dari 0.01 terdapat
pada kepuasan hiburan responden.
Hubungan Pemilihan Acara Siaran dengan
Kepuasan Mendengarkan
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman pemilihan acara siaran
berhubungan nyata dengan kepuasan mendengarkan radio komunitas Jaseng FM
(p<0.05). Koefisien bernilai positif berarti semakin tinggi pemilihan acara siaran
maka akan semakin tinggi juga kepuasan mendengarkan pendengar radio
68
komunitas Jaseng FM, begitupula sebaliknya. Kekuatan hubungan antara
pemilihan acara siaran dengan kepuasan pengawasan tergolong rendah sekali atau
lemas sekali (0.00 < KK ≤ 0.20), kekuatan hubungan pemilihan acara siaran
dengan kepuasan pribadi dan kepuasan hiburan tergolong rendah atau lemas tetapi
pasti (0.20 < KK ≤ 0.40) sedangkan kekuatan hubungan pemilihan acara dengan
kepuasan interaksi sosial cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70).
Tabel 25 Hasil Uji statistik korelasi antara pemilihan acara siaran dengan
kepuasan mendengarkan radio komunitas Jaseng FM di Kecamatan
Walantaka tahun 2014
No Pemilihan acara
siaran
Jenis motivasi
Kepuasan
pengawasan
Kepuasan
pribadi
Kepuasan
interaksi
sosial
Kepuasan
hiburan
1 Koefisien
korelasi rs = 0.045 rs = 0.396* rs = 0.405* rs = 0.365*
2 p 0.821 0.030 0.026 0.047
Keterangan:
rs = nilai Rank Spearman
p = nilai sig. (2-tailed)
* = Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak acara yang
dipilih oleh pendengar Jaseng FM maka akan semakin terpuaskan kebutuhan
mereka, tidak adanya hubungan antara pemilihan acara dengan kepuasan
pengawasan dikarenakan tingginya motivasi informasi pendengar dan kepuasan
pengawasan dalam hal mendapatkan informasi yang dirasakan pendengar setelah
mendengarkan radio komunitas Jaseng FM. Walaupun kepuasan pengawasan
yang dirasakan pendengar hanya termasuk dalam kategori sedang yaitu 70 persen,
pendengar memilih puas akan mendapatkan informasi baik dari segi informasi
yang meliputi pesan-pesan agama, pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, informasi
pemerintahan daerah maupun pusat dan lalu lintas sekitar Kecamatan Walantaka,
sehingga tidak menjadikan pemilihan acara sebagai indikator kepuasan mereka
dalam mendengarkan radio komunitas. Hubungan yang terjadi antara pemilihan
acara dengan ketiga motivasi lainnya diperkuat oleh pernyataan responden
berikut.
“Saya sih puas banget teh denger radio Jaseng FM soalnya saya bisa
ngasih hasil karya saya ke Jaseng trus disiarin deh kayak puisi, lagu-
lagu ya pokoknya pendengar lain bisa tau karya saya teh.” (Ag, 19
tahun)
69
Beberapa pernyataan responden lainnya juga menunjukkan bahwa apabila
pendengar memilih acara siaran PDKT dan refresh maka pendengar akan lebih
merasakan kepuasan pengawasan dan kepuasan pribadi. Pada acara siaran refresh
penyiar biasa memberikan informasi mengenai lalu lintas pagi di sekitar
Kecamatan Walantaka dibantu oleh pendengar yang juga sering memberikan
informasi daerah sekitar mereka kepada penyiar dan kepada pendengar lain, lalu
acara siaran PDKT pendengar dapat lebih menampilkan keahlian atau kreativitas
dalam diri sehingga pendengar merasakan kepuasan pribadi sekaligus kepuasan
hiburan. Selain itu, apabila pendengar memilih program acara siaran STAN dan
begadang maka pendengar akan lebih merasakan kepuasan hiburan serta kepuasan
integrasi dan interaksi sosial pada saat mereka mengikuti acara on air atau
request. Seperti pada pernyataan responden berikut.
“Saya alhamdulilah terhibur teh dengerin Jaseng, saya juga bisa
ditemenin kalau lagi kesepian sama Jaseng soalnya suka ngobrol
lewat on air juga kan sambil dengerin lagu-lagu dangdut kesukaan
saya.”(Nk, 23 tahun)
Ikhtisar
Pembahasan diatas menjukkan bahwa terpaan media radio komunitas Jaseng
FM berhubungan nyatadengan kepuasan mendengarkan radio Jaseng FM.
Hubungan tersebut terjadi antarafrekuensi mendengarkandan kepuasan pribadi
(p<0.05) dengan kekuatan hubungan rendah atau lemas tetapi pasti (0.20 < KK ≤
0.40), antara durasi mendengarkandankepuasan hiburan (p<0.01) dengan kekuatan
hubungan cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70) dan antara pemilihan
acara siaran dan kepuasan pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial dan
kepuasan hiburan (p<0.05). Kekuatan hubungan antara pemilihan acara dengan
kepuasan pribadi dan kepuasan hiburan tergolong rendah atau lemas tetapi pasti
(0.20 < KK ≤ 0.40) serta hubungan antara pemilihan acara siaran dengan
kepuasan hiburan tergolong cukup berarti atau sedang (0.40 < KK ≤ 0.70.
70
71
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Hanya ada beberapa karakteristik demografis yang berhubungan dengan
motivasi mendengarkan radio komunitas Jaseng FM.
a. Usia berhubungan nyata dengan motivasi informasi. Semakin tua usia
pendengar radio komunitas maka semakin tinggi motivasi informasinya,
namun akan semakin rendah motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi
dan interaksi sosial dan motivasi hiburannya.
b. Tingkat pendapatan berhubungan nyata dengan motivasi informasi, motivasi
identitas pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial.
2. Kualitas penyiar dan kesesuaian materi siaranradio komunitas Jaseng FM
berhubungan nyata dengan durasi penyiaran, tetapi kualitas pemancar tidak
berhubungan nyata dengan frekuensi mendengarkan, durasi mendengarkan dan
pemilihan acara siaran radio komunitas Jaseng FM.
3. Motivasi informasi tidak berhubungan nyata dengan terpaan media karena
tingginya motivasi informasi pendengar tidak mempengaruhi seberapa sering
dan seberapa lama mereka mendengarkan radio komunitas. Motivasi identitas
pribadi berhubungan nyata dengan pemilihan acara siaran dan durasi
mendengarkan,sedangkan motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi
hiburan berhubungan nyata dengan durasi mendengarkan radio komunitas.
4. Frekuensi mendengarkan berhubungan nyata dengan kepuasan pribadi, durasi
mendengarkan berhubungan nyata dengan kepuasan hiburan, dan pemilihan
acara siaran berhubungan dengan kepuasan pribadi, kepuasan interaksi sosial
dan kepuasan hiburan.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dari penelitian ini adalah bagi
kalangan akademisi agar mahasiswa yang berminat mengkaji mengenai
penggunaan media, pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencoba
menerapkan model uses dan gratifications tidak lagi hanya melihat pada
penggunaan media radio oleh khalayak, tetapi mungkin untuk mencoba meneliti
penggunaan media infomasi lainnya seperti surat kabar dan televisi. Selanjutnya
bagi pihak radio sebagai radio komunitas agar lebih menyediakan program khusus
yang mencerminkan kebudayaan Kota Serang khususnya Kecamatan Walantaka.
Radio komunitas Jaseng FM ini juga sudah cukup terbuka terhadap partisipasi
masyarakat demi kelancaran program siaran dan radio komunitas itu sendiri.
Selain itu, perlu ditingkatkan lagi kerjasama dengan beberapa pihak yang dapat
menjadi narasumber demi kelancaran dan terselenggaranya diskusi interaktif atau
72
talkshow mengenai masalah-masalah komunitas pendengar baik di Kecamatan
Walantaka maupun pendengar radio komunitas lain di Kota Serang, Banten.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto E, Erdinaya L. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.
Bandung:Simbiosa Rekatama Media
Baran S, Dennis K. Davis. (2000). Mass Communication Theories: Foundation,
Ferment, and Future. 2nd
edition. Belmont, CA: Wadsworth.
Chaplin JP.1995. Kamus LengkapPsikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Effendy OU. 2007. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung (ID): PT.
Citra Aditya Bakti.
Feryandes F. 2013. Motivasi dan Perilaku Menonton Program AcaraMerajut Asa
Trans 7 (Kasus Anggota Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Haidar. 2011. Perilaku Remaja dalam Mendengarkan Radio Komunitas (Kasus
Pendengar BeTe Radio di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Hakim AF. 2010. Hubungan Karakteristik, Persepsi dan Terpaan Media
Komunitas Dengan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas Kasus Radio
Komunitas Suara Kencana, Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal
Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Hendrawati. 2013. Pemanfaatan Siaran Radio Dalam Memperoleh Informasi
Publik (Studi di Provinsi Kalsel, Kalteng dan Sulteng). Jurnal Kebijakan
Pembangunan. [internet]. [dikutip tanggal 6 Desember 2013]. 1(2). Dapat
diunduh dari:
http://pilnas.ristek.go.id/ojs/jkp/index.php/jurnal/article/view/4
Herawati FA, Listiorini D, Manurung PH. 2005. Motivasi Bermedia dan Manfaat
Menggunakan Radio Komunitas. Communique. [internet]. [dikutip tanggal
6 Desember 2013]. 2(1). Dapat diunduh dari:
http://dspace.library.uph.edu:8080/handle/123456789/527
Jurriëns E. 2003. Radio Kpomunitas di Indonesia: ’New Brechtian Theatre’ di Era
Reformasi. Antropologi Indonesia. [internet]. [dikutip tanggal 1 November
2013]. 72. Dapat diunduh dari:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/view/4450
Masduki. 2004. Jurnalistik Radio. Yogyakarta (ID). LKIS.
McQuail D. 1987. Teori Komunikasi Massa edisi kedua. Jakarta: Erlangga
McQuail D. 2010. McQuail’s Mass Communication Theory, 6th
ed. Singapore:
SAGE Publications Asia-Pacific Pte Ltd.
Morissan. 2005. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi.
Tangerang : Ramdina Prakarsa.
Mugniesyah SS. 2006. Pendidikan orang dewasa. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Huntemann N. 1999. Corporate Interference: The Commercialization and
Concentration Radio Post the 1996 Telecommunications Act. Journal of
Communication Inquiry[internet]. [dikutip tanggal 23 Oktober 2013]. 23
(390). Dapat diunduh dari: http://jci.sagepub.com/content/23/4/390.short
74
Nurmayanti AW. 2011. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman
Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas Petani Trisna Alami Desa
Kaliagung Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo Provinsi
Yogyakarta. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta (ID). PT Rajagrafindo
Persada. 276 hal.
PatrisiaR. 2011. Efek Pemberitaan Pra Pemilihan Kepala Daerah Kalimantan
Tengah. [skripsi]. [internet]. [dikutip tanggal 4 Januari 2014]. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dapat diunduh dari: http://e-
journal.uajy.ac.id/2360/
Prasetyo MF. 2008. Program acara Lek-Lekan Solo di Solo Radio (Studi Korelasi
Antara Motivasi dan Perilaku dengan Kepuasan Mendengar Program Acara
Lek-Lekan Solo di Solo Radio Bagi Perkumpulan Pendengar Program
Acara Lek-Lekan Solo di Solo Radio/Lek-Lekan Community). [skripsi].
[internet]. [dikutip tanggal 1 Oktober 2013]. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret. Dapat diunduh dari:
http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=7301
Pratiwi AY. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Penyelenggaraan Radio
Komunitas (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah
Sareal, Kota Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Rachmiatie A. 2007. Radio Komunitas Eksalasi Demokrasi Komunikasi.
Bandung(ID): PT Remaja Posdakarya Offset.
Rakhmat J. 2002. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. PT.Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Romli ASM. 2009. Dasar-Dasar Siaran Radio “Basic Announcing”.Bandung
(ID). Nuansa Bandung. 260 hal.
Rosalia N. 2012. Faktor – Faktor Penting Daya Tarik Stasiun Radio Bagi
Pendengar Radio di Kota Semarang. Jurnal Interaksi. [internet]. [dikutip
tanggal 1 Oktober 2013]. 1(1). Dapat diunduh dari:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/view/4450
Shun CK. 2000. The Emergence, Transformation, and Disintegration of
Alternative Radio in Taiwan : From Underground Radio to Community
Radio. Journal of Communication Inquiry. [internet]. [dikutip tanggal 27
Oktober 2013]. 24(412). Dapat diunduh dari:
http://jci.sagepub.com/content/24/4/412.abstract
Singarimbun M, Effendi S. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID):
Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
(LP3ES).
Tripambudi S. 2011. Radio Komunitas sebagai Media Alternatif untuk
Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmu Komunikasi. [internet]. [dikutip
tanggal 24 Oktober 2013]. 9(3). Dapat diunduh dari:
http://repository.upnyk.ac.id/2518/
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran [Internet]. [diunduh
tanggal 1 Oktober 2013]. Tersedia pada: http://e-
penyiaran.kominfo.go.id/TempView/UU%20No.%2032%20Tahun%20200
2%20tentang%20%20Penyiaran.pdf.
Winnetou T, Setiawan I. 2005. Peranan Radio Komunitas Agro dalam Pelayanan
Informasi Pertanian di Desa Pengalengan. Mediator. [internet]. [Dikutip
75
tanggal 6 Desember 2013]. 8(2). Dapat diunduh
dari:http://mediator.fikom.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/85
Yani AS. 1998. Hubungan beberapa karakteristik dan perilaku komunikasi
pemuka-pemuka tani dalam diseminasi teknologi model farm di daerah
aliran sungai (DAS) Citanduy, Ciamis, Jawa Barat. [skripsi]. [internet].
[dikutip tanggal 4 Januari 2014]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Dapat
diunduh dari: http://agris.fao.org/agris-
search/search.do?recordID=ID9000436
76
77
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sketsa Kecamatan Walantaka
78
79
Lampiran 2 Kerangka Sampling Responden
No. Nama Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan
1 RH 41 Perempuan SMP
2 ST 44 Laki-laki SMP
3 HT 51 Laki-laki SMP
4 RY 30 Laki-laki SMP
5 JS 23 Laki-laki SD
6 IO 20 Laki-laki D3
7 AO 20 Laki-laki D3
8 NH 61 Perempuan D3
9 JN 32 Laki-laki SMP
10 NA 54 Perempuan SMA
11 AH 58 Perempuan SMP
12 FG 19 Perempuan SMP
13 MN 38 Perempuan SMP
14 IS 33 Laki-laki STM
15 JO 18 Laki-laki SMP
16 IH 18 Laki-laki MTS
17 UU 20 Laki-laki D3
18 SN 19 Laki-laki D3
19 RD 19 Laki-laki D3
20 AN 20 Perempuan D3
21 HS 22 Laki-laki D3
22 SN 19 Laki-laki SMP
23 YU 30 Perempuan SD
24 WE 18 Laki-laki SD
25 NK 23 Perempuan SMP
26 SND 51 Laki-laki D3
27 SC 21 Perempuan SMP
28 TS 18 Laki-laki SMP
29 BA 30 Laki-laki SMP
30 LP 30 Perempuan SMA
31 FF 18 Laki-laki SMP
32 FY 18 Laki-laki SMP
33 DS 19 Perempuan SMP
34 MI 18 Laki-laki SMP
35 KM 38 Perempuan SMP
36 AT 68 Laki-laki SMP
37 RU 18 Laki-laki SMP
38 AL 20 Laki-laki D3
39 RS 30 Perempuan SMA
40 FS 18 Laki-laki SMP
41 TU 18 Laki-laki SMP
80
42 VB 18 Laki-laki SMP
43 HH 40 Perempuan D3
44 AG 18 Laki-laki SMP
Keterangan:
: Responden penelitian
81
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Rank Spearman dan Chi-Square
Uji Statistik Rank Spearman
Hubungan Usia dengan Motivasi
Mendengarkan
Correlations
usia motivasi
informasi
Spearman's
rho
usia
Correlation
Coefficient 1,000 ,471**
Sig. (2-tailed) . ,009
N 30 30
motivasi
informasi
Correlation
Coefficient ,471** 1,000
Sig. (2-tailed) ,009 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
usia motivasi
hiburan
Spearman's
rho
usia
Correlation
Coefficient 1,000 -,243
Sig. (2-tailed) . ,195
N 30 30
motivasi
hiburan
Correlation
Coefficient -,243 1,000
Sig. (2-tailed) ,195 .
N 30 30
Correlations
usia motivasi
interaksi
Spearman's
rho
usia
Correlation
Coefficient 1,000 -,094
Sig. (2-tailed) . ,623
N 30 30
motivasi
interaksi
Correlation
Coefficient -,094 1,000
Sig. (2-tailed) ,623 .
N 30 30
Correlations
usia motivasi
identitas
pribadi
Spearman's
rho
usia
Correlation
Coefficient 1,000 -,111
Sig. (2-tailed) . ,558
N 30 30
motivasi
identitas
pribadi
Correlation
Coefficient -,111 1,000
Sig. (2-tailed) ,558 .
N 30 30
82
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Motivasi Mendengarkan
Correlations
tingkat
pendapatan
motivasi
informasi
Spearma
n's rho
tingkat
pendapatan
Correlation
Coefficient 1,000 -,398*
Sig. (2-tailed) . ,029
N 30 30
motivasi
informasi
Correlation
Coefficient -,398* 1,000
Sig. (2-tailed) ,029 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
tingkat
pendapatan
motivasi
interaksi
Spearma
n's rho
tingkat
pendapatan
Correlation
Coefficient 1,000 ,426*
Sig. (2-tailed) . ,019
N 30 30
motivasi
interaksi
Correlation
Coefficient ,426* 1,000
Sig. (2-tailed) ,019 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
tingkat
pendapatan
motivasi
hiburan
Spearma
n's rho
tingkat
pendapatan
Correlation
Coefficient 1,000 ,308
Sig. (2-tailed) . ,098
N 30 30
motivasi
hiburan
Correlation
Coefficient ,308 1,000
Sig. (2-tailed) ,098 .
N 30 30
Correlations
tingkat
pendapat
an
motivasi
identitas
pribadi
Spearman's
rho
tingkat
pendapatan
Correlation
Coefficient 1,000 ,511**
Sig. (2-tailed) . ,004
N 30 30
motivasi
identitas
pribadi
Correlation
Coefficient ,511** 1,000
Sig. (2-tailed) ,004 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
83
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Mendengarkan
Correlations
tingkat
pendidikan
motivasi
informasi
Spearma
n's rho
tingkat
pendidikan
Correlation
Coefficient 1,000 ,206
Sig. (2-tailed) . ,275
N 30 30
motivasi
informasi
Correlation
Coefficient ,206 1,000
Sig. (2-tailed) ,275 .
N 30 30
Correlations
tingkat
pendidikan
motivasi
interaksi
Spearman's
rho
tingkat
pendidikan
Correlation
Coefficient 1,000 -,082
Sig. (2-tailed) . ,668
N 30 30
motivasi
interaksi
Correlation
Coefficient -,082 1,000
Sig. (2-tailed) ,668 .
N 30 30
Correlations
tingkat
pendidikan
motivasi
hiburan
Spearma
n's rho
tingkat
pendidikan
Correlation
Coefficient 1,000 -,101
Sig. (2-tailed) . ,595
N 30 30
motivasi
hiburan
Correlation
Coefficient -,101 1,000
Sig. (2-tailed) ,595 .
N 30 30
Correlations
tingkat
pendidikan
motivasi
identitas
pribadi
Spearma
n's rho
tingkat
pendidikan
Correlation
Coefficient 1,000 -,123
Sig. (2-tailed) . ,517
N 30 30
motivasi
identitas
pribadi
Correlation
Coefficient -,123 1,000
Sig. (2-tailed) ,517 .
N 30 30
84
Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Motivasi Mendengarkan
Correlations
kepemilikan
media
massa
motivasi
informasi
Spearm
an's rho
kepemilika
n media
massa
Correlation
Coefficient 1,000 ,273
Sig. (2-tailed) . ,144
N 30 30
motivasi
informasi
Correlation
Coefficient ,273 1,000
Sig. (2-tailed) ,144 .
N 30 30
Correlations
kepemilikan
media massa
motivasi
interaksi
Spear
man's
rho
kepemilika
n media
massa
Correlation
Coefficient 1,000 -,064
Sig. (2-tailed) . ,739
N 30 30
motivasi
interaksi
Correlation
Coefficient -,064 1,000
Sig. (2-tailed) ,739 .
N 30 30
Correlations
kepemilikan
media massa
motivasi
hiburan
Spearma
n's rho
kepemilika
n media
massa
Correlation
Coefficient 1,000 -,262
Sig. (2-tailed) . ,162
N 30 30
motivasi
hiburan
Correlation
Coefficient -,262 1,000
Sig. (2-tailed) ,162 .
N 30 30
Correlations
kepemilikan
media massa
motivasi
identitas
pribadi
Spear
man's
rho
kepemilika
n media
massa
Correlation
Coefficient 1,000 ,009
Sig. (2-tailed) . ,963
N 30 30
motivasi
identitas
pribadi
Correlation
Coefficient ,009 1,000
Sig. (2-tailed) ,963 .
N 30 30
85
Uji Chi Square
Jenis Kelamin dengan Motivasi Mendengarkan
Correlations
motivasi
informasi
Total
sedang tinggi
jenis
kelamin
perempuan N 1 8 9
% 11,1% 88,9% 100,0%
laki-laki N 2 19 21
% 9,5% 90,5% 100,0%
Total N 3 27 30
% 10,0% 90,0% 100,0%
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Correlations
motivasi identitas pribadi Total
rendah sedang tinggi
enis
kela
min
peremp
uan
N 0 2 7 9
% 0,0% 22,2% 77,8% 100,0%
laki-
laki
N 3 11 7 21
% 14,3% 52,4% 33,3% 100,0%
Total N 3 13 14 30
% 10,0% 43,3% 46,7% 100,0%
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Chi-Square Tests
Value f Asymp.
Sig.
(2-sided)
Exact
Sig.
(2-sided)
Exact
Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-
Square 018a 1 ,894
Continuity
Correctionb 000 1 1,000
Likelihood
Ratio 017 1 ,895
Fisher's
Exact Test
1,000 ,672
Linear-by-
Linear
Association
017 1 ,896
N of Valid
Cases 0
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,90.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 5,275a 2 ,072
Likelihood Ratio 6,081 2 ,048
Linear-by-Linear
Association 4,860 1 ,027
N of Valid Cases 30
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is ,90.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,190a 2 ,551
Likelihood Ratio 1,757 2 ,415
Linear-by-Linear
Association ,021 1 ,885
N of Valid Cases 30
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is ,90.
Correlations
Motivasi Hiburan Total
rendah sedang tinggi
jenis
kela
min
peremp
uan
N 0 7 2 9
% 0,0% 77,8% 22,2% 100,0%
laki-
laki
N 2 13 6 21
% 9,5% 61,9% 28,6% 100,0%
Total N 2 20 8 30
% 6,7% 66,7% 26,7% 100,0%
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
86
Hubungan Kualitas Siaran dengan Terpaan Media
Correlations
kesesuaian
materi siaran
durasi
Spearm
an's rho
kesesuaian
materi
siaran
Correlation
Coefficient 1,000 ,432*
Sig. (2-tailed) . ,017
N 30 30
durasi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,432* 1,000
Sig. (2-tailed) ,017 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 5,170a 2 ,075
Likelihood Ratio 5,760 2 ,056
Linear-by-Linear
Association 4,751 1 ,029
N of Valid Cases 30
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is ,90.
Correlations
Motivasi Interaksi Total
rendah sedang tinggi
jenis
kelamin
perempuan N 0 2 7 9
% 0,0% 22,2% 77,8% 100,0%
laki-laki N 2 12 7 21
% 9,5% 57,1% 33,3% 100,0%
Total N 2 14 14 30
% 6,7% 46,7% 46,7% 100,0%
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Correlations
kesesuaian
materi siaran
frekuensi
Spear
man's
rho
kesesuaian
materi
siaran
Correlation
Coefficient 1,000 ,282
Sig. (2-tailed) . ,131
N 30 30
frek
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,282 1,000
Sig. (2-tailed) ,131 .
N 30 30
Correlations
kualitas
pemancar
frekuensi
Spearma
n's rho
kualitas
pemancar
Correlation
Coefficient 1,000 ,190
Sig. (2-tailed) . ,315
N 30 30
frek
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,190 1,000
Sig. (2-tailed) ,315 .
N 30 30
Correlations
kesesuaian
materi siaran
kepemilik
an
Spear
man's
rho
kesesuaian
materi
siaran
Correlation
Coefficient 1,000 -,233
Sig. (2-tailed) . ,215
N 30 30
kepemilika
n media
massa
Correlation
Coefficient -,233 1,000
Sig. (2-tailed) ,215 .
N 30 30
87
Correlations
kualitas
pemancar
durasi
Spearm
an's rho
kualitas
pemancar
Correlation
Coefficient 1,000 ,340
Sig. (2-tailed) . ,066
N 30 30
durasi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,340 1,000
Sig. (2-tailed) ,066 .
N 30 30
Correlations
kualitas
penyiar
kepemili
kan
Spearm
an's rho
kualitas
penyiar
Correlation
Coefficient 1,000 -,354
Sig. (2-tailed) . ,055
N 30 30
kepemilika
n media
massa
Correlation
Coefficient -,354 1,000
Sig. (2-tailed) ,055 .
N 30 30
Correlations
kualitas
pemancar
kepemili
kan
Spear
man's
rho
kualitas
pemancar
Correlation
Coefficient 1,000 -,171
Sig. (2-tailed) . ,366
N 30 30
kepemilika
n media
massa
Correlation
Coefficient -,171 1,000
Sig. (2-tailed) ,366 .
N 30 30
Correlations
kesesuaian
materi siaran
durasi
Spearma
n's rho
kualitas
penyiar
Correlation
Coefficient 1,000 ,499**
Sig. (2-tailed) . ,005
N 30 30
durasi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,499** 1,000
Sig. (2-tailed) ,005 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
kualitas
penyiar
frekuensi
Spear
man's
rho
kualitas
penyiar
Correlation
Coefficient 1,000 ,058
Sig. (2-tailed) . ,762
N 30 30
frek
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,058 1,000
Sig. (2-tailed) ,762 .
N 30 30
88
Hubungan Motivasi dengan Terpaan Media
Correlations
motivasi
informasi
frekuensi
Spearm
an's rho
motivasi
informasi
Correlation
Coefficient 1,000 ,070
Sig. (2-tailed) . ,714
N 30 30
frek
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,070 1,000
Sig. (2-tailed) ,714 .
N 30 30
Correlations
motivasi
identitas pribadi
durasi
Spea
rman
's rho
motivasi
identitas
pribadi
Correlation
Coefficient 1,000 ,611**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 30 30
durasi
mendeng
arkan
Correlation
Coefficient ,611** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 30 30
Correlations
motivasi
informasi
durasi
Spear
man's
rho
motivasi
informasi
Correlation
Coefficient 1,000 -,266
Sig. (2-tailed) . ,156
N 30 30
durasi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient -,266 1,000
Sig. (2-tailed) ,156 .
N 30 30
Correlations
motivasi
identitas pribadi
frekuensi
Spear
man's
rho
motivasi
identitas
pribadi
Correlation
Coefficient 1,000 ,167
Sig. (2-tailed) . ,377
N 30 30
frek
mendeng
arkan
Correlation
Coefficient ,167 1,000
Sig. (2-tailed) ,377 .
N 30 30
orrelations
motivasi
informasi
Pemilihan
acara
Spear
man's
rho
motivasi
informasi
Correlation
Coefficient 1,000 -,218
Sig. (2-tailed) . ,246
N 30 30
pilihan
acara
Correlation
Coefficient -,218 1,000
Sig. (2-tailed) ,246 .
N 30 30
89
Correlations
motivasi
identitas
pribadi
pilihan
acara
Spearm
an's rho
motivasi
identitas
pribadi
Correlation
Coefficient 1,000 ,484**
Sig. (2-tailed) . ,007
N 30 30
pilihan
acara
Correlation
Coefficient ,484** 1,000
Sig. (2-tailed) ,007 .
N 30 30
Correlations
motivasi
hiburan
frekuensi
Spearm
an's rho
motivasi
hiburan
Correlation
Coefficient 1,000 ,346
Sig. (2-tailed) . ,061
N 30 30
frek
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,346 1,000
Sig. (2-tailed) ,061 .
N 30 30
Correlations
motivasi
interaksi
frekuensi
Spear
man's
rho
motivasi
interaksi
Correlation
Coefficient 1,000 ,053
Sig. (2-tailed) . ,782
N 30 30
frek
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,053 1,000
Sig. (2-tailed) ,782 .
N 30 30
Correlations
motivasi
interaksi
durasi
Spear
man's
rho
motivasi
interaksi
Correlation
Coefficient 1,000 ,492**
Sig. (2-tailed) . ,006
N 30 30
durasi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,492** 1,000
Sig. (2-tailed) ,006 .
N 30 30
Correlations
motivasi
interaksi
pilihan
acara
Spearma
n's rho
motivasi
interaksi
Correlation
Coefficient 1,000 ,315
Sig. (2-tailed) . ,090
N 30 30
pilihan
acara
Correlation
Coefficient ,315 1,000
Sig. (2-tailed) ,090 .
N 30 30
Correlations
motivasi
hiburan
durasi
Spearma
n's rho
motivasi
hiburan
Correlation
Coefficient 1,000 ,470**
Sig. (2-tailed) . ,009
N 30 30
durasi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient ,470** 1,000
Sig. (2-tailed) ,009 .
N 30 30
90
Hubungan Terpaan Media dengan Kepuasan Pendengar
Correlations
frekuensi interaksi
sosial
Spearm
an's rho
Frekuensi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient 1,000 ,119
Sig. (2-tailed) . ,531
N 30 30
kepuasan
interaksi
sosial
Correlation
Coefficient ,119 1,000
Sig. (2-tailed) ,531 .
N 30 30
Correlations
motivasi
hiburan
pilihan
acara
Spearm
an's rho
motivasi
hiburan
Correlation
Coefficient 1,000 ,236
Sig. (2-tailed) . ,208
N 30 30
pilihan
acara
Correlation
Coefficient ,236 1,000
Sig. (2-tailed) ,208 .
N 30 30
Correlations
frekuensi pengawasan
Spear
man's
rho
Frekuensi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient 1,000 ,107
Sig. (2-tailed) . ,572
N 30 30
kepuasan
pengawasa
n
Correlation
Coefficient ,107 1,000
Sig. (2-tailed) ,572 .
N 30 30
Correlations
frekuensi pribadi
Spearma
n's rho
Frekuensi
mendengar
kan
Correlation
Coefficient 1,000 ,366*
Sig. (2-tailed) . ,047
N 30 30
kepuasan
pribadi
Correlation
Coefficient ,366* 1,000
Sig. (2-tailed) ,047 .
N 30 30
Correlations
frekuensi hiburan
Spearma
n's rho
Frekuensi mendengar
kan
Correlation
Coefficient 1,000 ,237
Sig. (2-tailed) . ,207
N 30 30
kepuasan
hiburan
Correlation
Coefficient ,237 1,000
Sig. (2-tailed) ,207 .
N 30 30
91
Correlations
durasi
mendengarkan
pengawas
an
Spearm
an's rho
durasi
mendeng
arkan
Correlation
Coefficient 1,000 ,328
Sig. (2-tailed) . ,077
N 30 30
kepuasan
pengawas
an
Correlation
Coefficient ,328 1,000
Sig. (2-tailed) ,077 .
N 30 30
Correlations
pilihan acara hiburan
Spearm
an's rho
pilihan acara Correlation
Coefficient 1,000 ,365*
Sig. (2-
tailed) . ,047
N 30 30
kepuasan
hiburan
Correlation
Coefficient ,365*
1,000
Sig. (2-
tailed) ,047 .
N 30 30
Correlations
durasi
mendengarkan
pribadi
Spear
man's
rho
durasi
mendeng
arkan
Correlation
Coefficient 1,000 ,284
Sig. (2-tailed) . ,129
N 30 30
kepuasan
pribadi
Correlation
Coefficient ,284 1,000
Sig. (2-tailed) ,129 .
N 30 30
Correlations
durasi
mendengarkan
interaksi
sosial
Spear
man's
rho
durasi
mendeng
arkan
Correlation
Coefficient 1,000 ,317
Sig. (2-tailed) . ,087
N 30 30
kepuasan
interaksi
sosial
Correlation
Coefficient ,317 1,000
Sig. (2-tailed) ,087 .
N 30 30
Correlations
durasi
mendengarkan
hiburan
Spearma
n's rho
durasi
mendeng
arkan
Correlation
Coefficient 1,000 ,520**
Sig. (2-tailed) . ,003
N 30 30
kepuasan
hiburan
Correlation
Coefficient ,520** 1,000
Sig. (2-tailed) ,003 .
N 30 30
Correlations
pilihan acara interaksi
sosial
Spearman'
s rho
pilihan
acara
Correlation
Coefficient 1,000 ,405*
Sig. (2-tailed) . ,026
N 30 30
kepuasan
interaksi
sosial
Correlation
Coefficient ,405*
1,000
Sig. (2-tailed) ,026 .
N 30 30
92
Correlations
pilihan acara pribadi
Spearma
n's rho
pilihan
acara
Correlation
Coefficient 1,000 ,396*
Sig. (2-tailed) . ,030
N 30 30
kepuasan
pribadi
Correlation
Coefficient ,396*
1,000
Sig. (2-tailed) ,030 .
N 30 30
Correlations
pilihan acara pengawasa
n
Spearm
an's rho
pilihan
acara
Correlation
Coefficient 1,000 ,045
Sig. (2-tailed) . ,812
N 30 30
kepuasan
pengawasa
n
Correlation
Coefficient ,045 1,000
Sig. (2-tailed) ,812 .
N 30 30
93
Lampiran 4 Dokumentasi
94
95
96
97
RIWAYAT HIDUP
Ditha Fitrialdi Putri dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Maret 1993, dari
pasangan Ivan Rivaldi dan Reivianti Yudha Lasari. Anak pertama dari dua
bersaudara dengan adik bernama Ditho Novrialdi Putra. Pendidikan formal yang
pernah dijalani adalah SMA Negeri 10 Kota Bogor (2007-2010), SMP Negeri 7
Kota Bogor (2006-2007), SD Negeri Panaragan 3 Kota Bogor (1999-2005) dan
TK Tunas Muda (1998). Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor jalur UTM (Ujian Talenta
Mandiri IPB) dan pada tahun 2011 Penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai anggota Music
Agriculture X-pression!! (MAX!!) Divisi Musik. Selama menjalani kegiatan
perkuliahan di IPB penulis sempat mendapatkan beberapa penghargaan
diantaranyajuara 1 lomba cipta lagu IAC (2011), juara 1 lomba cipta lagu INDEX
(2011), juara 3 lomba vokal grup PEKSIMIDA (2012), juara 2 lomba solo vokal
pop IAC (2012 dan 2013), juara 2 lomba vokal grup IAC (2012 dan 2013).
Penulis juga aktif di kegiatanDepartemen sebagai anggota divisi Penanggung
Jawab Anggota Kelompok MPD Ceria SKPM 48, juga memiliki pengalaman
kerja sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis tahun ajaran
2012-2014.