Terpaan Media

download Terpaan Media

of 56

Transcript of Terpaan Media

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

1

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia sekarang ini dapat dikatakan masih terbatas. Kondisi ini merupakan tantangan besar jika Indonesia ingin menjadi sebuah negara besar yang memenangkan persaingan dalam kompetisi era globalisasi yang melintasi batas-batas regional antar negara. Kunci untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas adalah melalui PENDIDIKAN, sebagai salah satu jalan untuk mempersiapkan mutu SDM agar sesuai dengan tuntutan era globalisasi. Harus diciptakan keunggulan daya pikir, daya nalar, kekuatan moral dan ketaatan pada pendidikan Bangsa Indonesia. Dibandingkan sejumlah negara tetangga di Asia dan Asia Tenggara, tingkat kualitas sumber daya manusia Indonesia jauh lebih rendah. Kondisi ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, sampai tahun 1995, jumlah penduduk Indonesia yang tidak bisa membaca mencapai 14%, sementara Korea Selatan, Thailand, Filipina, Singapura dan Srilanka berkisar antara 212%. Kedua, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai tahun 1991 hanyalah 0,5%, sementara Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan masing-masing 6%. Ketiga, tingkat ketahanan sumber daya manusia Indonesia pada tahun 1996, yang didasarkan pada pendidikan, usia, rata-rata harapan hidup dan pendapatan individual, hanya mencapai angka 102 dari 147 negara dengan indeks 0,641. Sementara negara-negara ASEAN lainnya mencapai angka 34-35 dengan indeks rata-rata 0,888 dan 0,826. Keempat, sumber

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

2

daya manusia Indonesia terbentuk, terutama, dari lulusan SD sebanyak 60%, SMP 20%, SMA 15%, sementara lulusan perguruan tinggi hanya 5%.1 Jauh sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia, persentase anak-anak yang belum memperoleh pendidikan dasar sampai saat diadakannya program wajib belajar mencapai 20%. Hingga kini pun masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah, seperti anak-anak di pedalaman, mereka yang tinggal di gunung, di laut, atau masyarakat yang hidupnya masih berpindah-pindah. Ancaman merosotnya mutu manusia Indonesia semakin jelas menyusul terungkapnya ratusan ribu anak usia sekolah di beberapa propinsi terpaksa meninggalkan bangku sekolah akibat sulitnya pembiayaan. Kondisi ini semakin memburuk karena krisis ekonomi. Laporan terakhir menyebutkan bahwa 56.946 anak usia sekolah (7-18 tahun) di Padang tidak bisa sekolah lagi. Anakanak yang tidak bersekolah maupun putus sekolah ini berasal dari keluarga miskin (Pra-Sejahtera dan Sejahtera I). Perkembangan ini berjalan seiring dengan krisis ekonomi. Selain itu, juga diberitakan sebanyak 750.000 anak usia sekolah di Palembang terancam tidak dapat melanjutkan pendidikan karena kemiskinan yang berlangsung sejak krisis ekonomi. Bahkan di Bandung pun ada 171.125 siswa terancam putus sekolah dan sebanyak 20.825 orang diantaranya sudah dinyatakan DO. 2 Dampak dari krisis ekonomi berkepanjangan ini juga menyebabkan ratusan ribu anak usia wajib belajar 9 tahun (7-15 tahun) terancam putus sekolah. Di Jawa Tengah, misalnya, pada tahun 1999 tercatat 117.228 lulusan sekolah dasar/madrasah ibtidayah (SD/MI) yang tidak bisa meneruskan ke

1 2

Harian Kompas, 31 Oktober 1998. Harian Kompas, 21 Juli 1999

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

3

sekolah lanjutan tingkat pertama/madrasah tsanawiyah (SLTP/MTs) lantaran ketiadaan biaya.3 Padahal, pada usia sekolah, anak menjadi tanggung jawab pemerintah, terutama bidang pendidikan sosial, agama, dan kesehatan. Indonesia yang sudah menandatangani Konvensi Hak-Hak Anak tahun 1989 harus konsekuen melaksanakan semua pasal yang tercantum dalam konvensi tersebut. Pendidikan merupakan salah satu hak anak yang tercantum dalam Bidang II, lebih lengkapnya sebagai berikut : hak untuk berkembang, mencakup hak

atas pendidikan, informasi, waktu luang, kegiatan seni dan budaya, kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama, serta hak anak cacat atas pelayanan, perlakuan dan pendidikan khusus.Mengingat hak pendidikan anak-anak tersebut, terutama yang berusia diantara 7-15 tahun, pemerintah telah mencanangkan program WAJIB BELAJAR pada tahun 1984. Anak-anak usia sekolah yang menjadi sasaran dari Program ini menjadi tanggung jawab pemerintah. Program ini membebaskan kewajiban membayar bagi anak-anak usia sekolah yang bersekolah di sekolahsekolah khusus untuk program ini, baik di desa maupun di kota, untuk anak berada maupun kurang mampu, untuk semua anak Indonesia. Program ini diadakan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia akan sumber daya manusia dalam menyongsong abad globalisasi mendatang. Sayangnya, pendidikan saat ini tidak lagi menjadi prioritas. Anak-anak dipaksa untuk menghasilkan pendapatan tambahan untuk keluarga, bahkan itu pun hanya cukup untuk makan satu kali sehari. Ironisnya, kesadaran orang tua untuk mengirimkan anak-anaknya ke sekolah juga sangat rendah. Hal ini3

Harian Kompas, 6 Maret 2000

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

4

terjadi karena latar belakang budaya yang menganggap anak sebagai aset produksi untuk keluarga. Terutama di masa krisis ekonomi ini, terjadi peningkatan jumlah anak yang putus sekolah sebanyak 35%.4 Hal lebih buruk malahan menimpa anak-anak perempuan. Latar belakang budaya dan nilai kehidupan Indonesia yang menempatkan wanita sebagai penduduk kelas dunia, tidak memberikan kesempatan untuk mereka bersekolah tinggi. Menyadari hal ini, UNICEF, sebuah organisasi dunia untuk budaya dan pendidikan, menyiapkan dan menayangkan sebuah iklan layanan masyarakat AYO SEKOLAH. Sebagai salah satu bentuk komunikasi massa, iklan ini ditayangkan di seluruh televisi di Indonesia dengan pesan untuk tetap bersekolah dan menyekolahkan, bahkan juga ketika krisis. Komunikator dalam iklan ini adalah Rano Karno, seorang aktor yang populer di Indonesia karena perannya sebagai Si Doel Anak Sekolahan, bersama para pemeran lain yang menampilkan peran asli mereka. Melalui komunikator yang sudah dikenal akrab oleh pemirsa diharapkan pesan bisa sampai dan diterima dengan tepat oleh khalayak. Respon khalayak terhadap pesan ini sangat tergantung pada persepsi mereka tentang sekolah. Persepsi itu sendiri dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai hidup, pengalaman masa lalu, dan berita yang mereka terima tentang sekolah. Dari sudut pandang ini, para ibu mengambil bagian yang penting untuk membuat keputusan. Para bapak, terutama dari keluarga yang tergolong pada Pra-Sejahtera dan Sejahtera I, terlalu sibuk untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ibu adalah orang yang harus mengambil keputusan. Tetapi, keputusan para ibu tersebut sangat tergantung4

Dikutip dari Harian Kompas, 30 Oktober 1998.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

5

pada persepsi mereka tentang sekolah, yang kemudian akan mempengaruhi sikap mereka tentang sekolah. Sesuai dengan kerangka faktor-faktor personal dan situasional inilah, penelitian ini hendak melihat bagaimana pengaruh media massa pada sistem kognitif dan sistem afektif khalayaknya. Wilayah DKI Jakarta dipilih karena merupakan melting-pot dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia. Budaya-budaya itu akan mempengaruhi persepsi dan proses berpikir mereka, yang kemudian akan mempengaruhi pula sikap yang akan diambil. Selain itu, dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Jakarta sudah mengalami terpaan media, walaupun dengan pola kepemilikan media yang berbeda-beda, baik milik pribadi maupun menonton bersama-sama di rumah tetangga. Stasiun televisi yang diteliti adalah stasiun televisi swasta karena siaran televisi swasta saat ini lebih banyak dipilih oleh khalayak dengan alasan jenis siaran maupun kualitas gambar. Pendidikan merupakan sebuah anugerah untuk memberdayakan wanita, karena itu penelitian ini diadakan untuk mengetahui hubungan antara terpaan iklan layanan masyarakat di televisi dengan persepsi serta sikap kaum ibu untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Melalui penelitian ini dapat diidentifikasi efektifitas proses komunikasi beserta faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat proses tersebut.

1.2.

Perumusan Masalah : Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

Sejauhmana hubungan antara terpaan media massa persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya ?

dengan

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Komunikasi terjadi jika ada interaksi yang menghasilkan aksi dan reaksi. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara perorangan maupun melalui medium atau alat perantara tertentu. Karena menyangkut khalayak massa, maka medium tersebut dinamakan media massa. Salah satu media atau alat perantara itu adalah televisi. Karena itu komunikasi yang dilakukan melalui media massa disebut komunikasi massa, yang akan dibahas secara mendalam dalam bab ini. Komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat, dan sebaliknya semua aspek kehidupan bermasyarakat menyentuh komunikasi. Demikian pula dalam kajian ilmiah, komunikasi sebagai ilmu berimpitan atau bahkan masuk dalam perspektif ilmu lainnya, misalnya sosiologi, politik, psikologi, antropologi, dan lain-lain. Karena menyentuh aspek perilaku manusia dan proses perubahannya, maka penelitian ini akan menyentuh studi psikologi, dengan mengambil teori S-O-R (Stimulus-Organisme Respon) yang akan meneliti aspek pengendalian media massa terhadap perilaku manusia. Sedangkan untuk kajian Ilmu Komunikasi akan digunakan Model Agenda Setting, yang akan melihat pengendalian media massa televisi tentang suatu pesan dan pengolahan pesan tersebut oleh komunikan.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

7

2.1. Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari perkataan communicare yang dalam Bahasa Latin berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan.5 Kegiatan komunikasi sendiri menitikberatkan pada segi sosial yaitu usaha untuk menjadikan sesuatu sebagai milik bersama atau diketahui bersama. Jadi, komunikasi menunjuk pada satu upaya yang bertujuan berbuat untuk mencapai kebersamaan. Informasi adalah sesuatu yang ingin diketahui atau dimiliki bersama. Di dalam hidup manusia, informasi mempunyai peranan yang sangat penting, karena 90% dari kegiatan manusia dilakukan dengan berkomunikasi untuk saling bertukar informasi. Di dalam komunikasi terjadi proses penyesuaian diri manusia dengan situasi yang dihadapinya. Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia. Selain daripada fungsi menyampaikan informasi kepada orang lain, komunikasi juga menyangkut banyak aspek, yaitu : 1. Menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. 2. Membuat diri menjadi bagian dari lingkungan. 3. Mengajar atau memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain. 4. Mengetahui dan mempelajari orang lain atau peristiwa yang terjadi. 5. Memperoleh hiburan 6. Menambah pengetahuan 7. Mengubah sikap serta perilaku 8. Membujuk dan atau memaksa sikap dan perilaku orang lain.

5

Astrid Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek. (Bandung: Binacipta, 1974), hal. 1.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

8

Komunikasi adalah suatu proses, satu fenomena yang menggambarkan sebuah perubahan yang berkelanjutan dalam waktu tertentu.6 Artinya, komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi itu sendiri melibatkan banyak faktor dan unsur yang meliputi pelaku atau yang biasa disebut komunikator, pesan, saluran atau media , waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi. Kegiatan komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya, sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai, tergantung keinginan atau harapan dari masing-masing pelakunya. Karena itu, komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari pada pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan. Komunikasi bersifat simbolis yaitu tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal, baik dalam bentuk tulisan maupun ucapan. Untuk itu ada 4 tingkatan komunikasi yang dilalui dalam melakukan satu kegiatan komunikasi, yang biasanya dimulai dari, pertama, komunikasi intrapersonal, yaitu komunikasi pada diri sendiri. Kemudian, kedua, adalah tingkat komunikasi interpersonal, kegiatan komunikasi yang dilakukan beberapa orang yang masih memiliki hubungan personal. Tingkat ketiga adalah6

David K. Berlo, The Process of Communication. (USA : Holt, Rinehart and Winston, Inc, 1960), h.25

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

9

komunikasi kelompok, dan terakhir adalah komunikasi massa.7 Studi tentang komunikasi massa termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan yang lebih luas yang berkenaan dengan komunikasi manusia. Untuk mencapai komunikasi efektif seperti yang telah disebutkan diatas, ada beberapa elemen dari komunikasi itu sendiri yang harus diperhatikan. Berlo lebih lanjut mengemukakan bahwa elemen yang harus diperhatikan adalah sumber komunikasi atau komunikator, pesan, media dan komunikan.

2.1.1.

Komunikator

Berlo menggabungkan dua elemen dasar komunikasi yaitu sumber dan pengkode (source dan encoder) sebagai satu kesatuan yang disebut sumber komunikasi.8 Susanto menerjemahkannya sebagai komunikator, yaitu individu atau kelompok yang mengambil prakarsa ataupun yang sedang mengadakan komunikasi dengan individu ataupun kelompok (sasaran) yang lain.9 Sumber komunikasi, menurut Berlo, after determining the way in which he desires to affect his receiver, encodes a messages intended to produce the desires responses. Sebelum melakukan kegiatan komunikasi, komunikator terlebih dahulu menentukan tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan komunikasi yang akan dilakukannya. Tujuan komunikasi boleh untuk memberikan informasi, menghibur atau mempengaruhi.10 Beberapa faktor internal komunikator yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu kegiatan komunikasi adalah kredibilitas, atraksi dan kekuasaan. Semua iniRay Eldon Hiebert, et.al, Mass Media VI. (USA : Longman, 1991), hal. 5. David K. Berlo, Op.Cit., h. 40 9 Astrid Susanto, Op.Cit., h. 2 10 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung : PT. Remadja Karya, 1985), h.77 8

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

10

mencakup ketrampilan dan gaya berkomunikasi sang komunikator, sikap, daya tarik fisik ataupun kekuasaan yang dimilikinya serta tingkat pengetahuan.

2.1.2

Pesan Pesan didefinisikan sebagai the actual physical product of the

communicator.11 Paling tidak ada tiga (3) faktor yang dapat dibahas dalam pesan, yaitu lambang atau bahasa yang digunakan, isi pesan, dan cara penyajian pesan tersebut. Selain itu, intensitas kegiatan juga perlu diperhatikan. Intensitas ini meliputi durasi atau lamanya kegiatan komunikasi itu dilakukan, frekuensi atau kekerapan berlangsungnya kegiatan komunikasi, dan kontinuitas dari kegiatan komunikasi itu sendiri.

2.1.3.

Media Komunikasi

Ketika berkomunikasi, komunikator harus memilih media yang akan digunakan dalam kegiatan komunikasi tersebut. Pemilihan media ini

mempertimbangkan media apa yang memadai, biaya yang diperlukan, bagaimana penerimaan komunikan, media apa yang diterima oleh paling banyak komunikan, atau media apa yang paling berpengaruh. McLuhan bahkan menegaskan bahwa medium is the message. Media didefinisikan sebagai the senses through which a decoderreceiver can perceive a message which has been encoded and transmitted by a source-decoder.12 Pemilihan media berhubungan dengan pesan-pesan yang akan dikomunikasikan.

11 12

David Berlo, Op.Cit., h. 64

Ibid., h.66

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

11

Dalam penelitian ini, media komunikasi yang akan diteliti adalah televisi, salah satu media massa yang saat ini paling luas penggunaannya di masyarakat. Studi tentang media massa, khususnya medium televisi akan dibahas setelah bahasan tentang komunikasi massa berikut ini.

2.2. Komunikasi Massa Abad ini disebut abad komunikasi massa. Komunikasi telah mencapai suatu tingkat dimana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak. Teknologi komunikasi telah menciptakan publik dunia, menjadikan penduduk dunia seakan-akan penduduk sebuah kampung dunia (global village) yang dipersatukan oleh pesan-pesan komunikasi yang sama diatur, disusun dan direncanakan. Satu kegiatan komunikasi memasuki tingkat komunikasi massa, jika terjadi perubahan-perubahan penting dalam kegiatannya, yaitu :1. jumlah partisipannya yang meningkat secara dramatis. 2. pesan menjadi lebih kurang personal, kurang spesifik, dan semakin umum

sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh bagian terbesar dari publik.3. khalayaknya terpisah secara emosional maupun fisik serta waktu. 4. Suatu medium massa selalu terlibat dalam komunikasi massa.13

Secara singkat, komunikasi massa adalah a process in which proffesional communicators use media to disseminate messages widely, rapidly, and continually to arouse intended meanings in large and diverse audiences in attemps to influence them in a variety of ways.1413 14

Ray Eldon Hiebert, Op.Cit., h. 6 Melvin DeFleur dan Everette E. Dennis, Understanding Mass Communication. (USA : Houghton Mifflin Company, 1985), h. 10.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

12

Komunikasi Massa hanya merupakan salah satu unsur proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya. Komunikasi Massa bersifat komprehensif yang melibatkan gagasan yang berkenaan dengan setiap proses peringkat bawah yang ditunjukkan para individu menerima dan menangani banyak informasi secara langsung dari media massa. Sumber Komunikasi Massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan sang pengirimnya seringkali merupakan komunikator profesional. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat

diperkirakan. Di samping itu pesan tersebut seringkali "diproses" dan distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai kegunaan. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut juga bersifat impersonal, bahkan mungkin sekali seringkali bersifat non-moral dan kalkulatif, dalam pengertian bahwa sang pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang dijualbelikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu. Komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan penggunaan alatalat mekanis, khususnya apa yang dikenal sebagai media massa. Perkataan komunikasi massa selalu mengartikan komunikasi dengan menggunakan media, sehingga komunikasi massa adalah selalu komunikasi media, jadi komunikasi dengan penggunaan alat-alat. Berikut ini akan dibahas secara singkat apa yang dimaksud dengan media massa. 2.3. Media Massa

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

13

Saluran komunikasi adalah alat melalui mana sumber komunikasi menyampaikan pesan-pesan (messages) kepada penerima (komunikan).15

Saluran ini dapat dianggap sebagai penerus pesan yang berasal dari sumber informasi kepada tujuan informasi. Saluran media massa adalah semua alat penyampai pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai khalayak yang luas dan tak terbatas. Surat kabar, radio, film dan televisi merupakan alat yang memungkinkan sumber informasi menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar dan tersebar luas. Beberapa karakteristik dari saluran media massa adalah arus pesan yang cenderung searah, tingkat umpan balik yang rendah, dan kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif cepat dalam jumlah besar. Usaha menjadikan milik bersama suatu pesan akan mengalami kesulitan yang berbeda dengan jenis komunikasi lainnya, bila komunikasi dilakukan melalui media massa. Pada titik ini, diperlukan beberapa tahap komunikasi, pertama, dengan menggunakan media massa, selanjutnya pesan di media massa diteruskan atau dijelaskan lagi oleh para pemimpin pendapat umum kepada masyarakat luas secara interpersonal. Pilihan terhadap penggunaan media komunikasi tergantung pada maksud dan tujuan komunikasi. Media massa akan berperan secara efektif dalam merubah pendapat (misalnya, menambah pengetahuan). Pesan-pesan melalui media massa kurang kuat dalam merubah sikap, kecuali kalau pesan tersebut memperkuat nilai dan kepercayaan yang sebelumnya telah diyakini oleh khalayak. Efek pada media massa ini akan kita pelajari secara singkat melaluiEverett M. Rogers dalam artikel berjudul Mass Media dan Komunikasi Antar Pribadi yang dimuat dalam buku Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, editor Eduard Depari dan Colin MacAndrews. (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1988), hal.16.

15

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

14

Model Agenda Setting yang akan dibahas setelah pembahasan mengenai televisi berikut ini.

2.3.1.

Medium Televisi

Dunia pertelevisian dewasa ini berkembang dengan cepat sejalan dengan perkembangan teknologi elektronika memasuki abad 21 ini. Kemajuan di bidang perangkat keras memungkinkan penyajian melalui pesawat televisi lebih bervariasi guna memadukan tehnik, tempo dan gerak/seni sebagai suatu persyaratan utama tehnik penyajian. Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (Bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre Bahasa Latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi diartikan sebagai melihat

jauh.16Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (set TV). Di Indonesia televisi mulai dapat dinikmati oleh pemirsanya sejak tahun 1962, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1962, melalui siaran percobaannya dari Istana Merdeka menyiarkan Siaran Langsung Upacara Peringatan Hari Proklamasi ke-17. Saat itu televisi di Indonesia, melalui TVRI, berangkat dengan penuh kesederhanaan, baik di bidang perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Daya jangkaunya hanya meliputi Jakarta dan sekitarnya, berarti hanya 4% dari seluruh wilayah Indonesia. Saat ini siaran TV sudah menjangkau seluruh propinsi yang ada, walaupun baru mencapai sekitar 64%.16

Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, (Bandung : PT. Alumni, 1986), h. 49.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

15

Mulai tahun 1988, siaran televisi di Indonesia tidak lagi dimonopoli oleh TVRi, yaitu sejak lahirnya stasiun televisi swasta, RCTI, pada bulan Agustus tahun tersebut. Siaran televisi swasta ini pada mulanya masih menjangkau wilayah Jakarta saja. Dua tahun kemudian lahirlah stasiun televisi swasta kedua, SCTV, yang berlokasi di Surabaya, dan disusul oleh stasiun televisi swasta lainnya, seperti TPI, AN-TV dan terakhir Indosiar. Sebagai sarana komunikasi massa, televisi merupakan perangkat yang paling potensial saat ini. Daya capai serta daya penetrasinya yang sedemikian tinggi, pada gilirannya secara beruntun memberikan pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan dan pertumbuhan masyarakat. Terutama sekali dalam masyarakat seperti negara kita yang berciri khusus, secara geografis berbentuk kepulauan, secara demografis berisi kemajemukan sosial dan budaya. Televisi memecahkan berbagai hambatan komunikasi seperti ruang, waktu dan keadaan, bahkan kendala pemisah darat, laut dan udara. Pengelolaan televisi sebagai pelayanan masyarakat dan sarana

komunikasi massa memerlukan perangkat lunak yang bukan saja trampil dan profesional secara teknis, tetapi harus pula kreatif dan dedikatif kepada kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Yakni masyarakat nasional yang majemuk budayanya, berkesenjangan daya serap dan tingkat kecerdasannya.

2.3.2. Iklan Layanan Masyarakat Iklan merupakan bentuk komunikasi non-personal yang dilaksanakan

lewat media dan dibayar oleh sponsor yang jelas. Pemasang iklan tidak hanya perusahaan-perusahaan komersial, tetapi termasuk pula organisasi

kemasyarakatan, pengumpul dana yang mengiklankan pesan-pesan mereka kepada berbagai publik sasaran.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

16

Walaupun usaha periklanan pada dasarnya merupakan alat perusahaan swasta, namun iklan dipergunakan di seluruh dunia termasuk di negara-negara sosialis. Periklanan merupakan cara penggunaan biaya yang efektif untuk menyebarkan pesan. Iklan yang disebarluaskan oleh organisasi sosial biasanya tidak dipungut bayaran, tergantung pada tujuan dari pesan iklan tersebut. Tayangan iklan seperti ini disebut iklan layanan masyarakat, yaitu iklan yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas sesuai kebutuhan yang mendesak di masyarakat tersebut. Sebagai iklan layanan masyarakat, iklan Ayo Sekolah disponsori oleh UNICEF, salah satu lembaga internasional yang bergerak di bidang pendidikan. Iklan ini dibuat untuk mengajak para orang tua agar tetap menyekolahkan anaknya di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang terpuruk. Agar pesan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, iklan dimuat di semua stasiun swasta yang ada di Indonesia. Pada tahun 1998, ada 12 seri iklan layanan masyarakat Ayo Sekolah yang digarap oleh sebuah biro iklan. Semua seri iklan ini ditayangkan baik melalui televisi maupun radio. Pemerannya bervariasi, mulai dari Rano Karno yang berperan sebagai Si Doel sampai Sri, anak kelas 4 SD yang tetap bersekolah sambil membantu orang tua di pabrik keramik. Selain Rano Karno dan Mandra, pemeran lainnya adalah masyarakat biasa yang memerankan diri mereka sendiri apa adanya. Berikut ini adalah cuplikan cerita dari setiap seri. Untuk lebih jelasnya, pada laporan ini dilampirkan story board dari kesemua iklan ini secara lengkap. 1. Pak Wawan, seorang supir cadangan beranak dua, yang harus bekerja keras agar anak-anaknya tetap sekolah.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

17

2. Sri, anak kelas 4 SD, yang harus bekerja di tempat pembuatan keramik sepulang sekolah agar dapat membayar sekolah. 3. Ibu Mai, ibu dari seorang anak yang bernama Rini, yang harus menerima pesanan jahitan untuk membantu membiayai sekolah anaknya, sementara suaminya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 4. Rano Karno, sebagai si Doel, tokoh dalam cerita sinetron dengan judul sama yang terus bersemangat sekolah sampai sarjana. 5. Ibu Hasan yang pintar menjahit dan menerima pesanan jahitan agar anaknya, Rohmah, tetap bisa sekolah. 6. Pak Siregar, bapak beranak tiga, yang harus menjadi supir tembak agar bisa membayar sekolah anak-anaknya. 7. Ibu Encun, membuat dan menitipkan kue-kue di warung sebelah rumah agar anaknya Ipah tidak berhenti sekolah. 8. Pak Guru Warino, yang mengajari ketrampilan membuat keset sehingga murid-muridnya bisa mencari uang sendiri untuk sekolah. 9. Ibu Guru Lasmini, yang mengajari murid-muridnya mengelola dan menyewakan buku perpustakaan karena tidak rela melihat murid-muridnya putus sekolah. 10. Pak Guru Kardiman, yang mencarikan beasiswa untuk murid-muridnya. 11. Mandra, yang pernah mengalami putus sekolah dan tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama. 12. Anak-anak yang terpaksa mengamen di jalanan sepulang sekolah karena tidak memiliki uang untuk membayar sekolah.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

18

Jika diperhatikan, semua pesan yang terkandung dalam iklan ini adalah agar tetap sekolah walaupun kekurangan biaya, mengalami krisis ekonomi, maupun kesulitan karena tidak mempunyai biaya sekolah. Tema dari iklan ini memang jelas, yaitu Semangat Pantang Menyerah. 2.4. Teori-Teori yang mendukung Penelitian Berdasarkan pengamatan atas sejumlah literatur, paling tidak ada dua (2) teori atau model yang dapat melandasi keberadaan variabel penelitian. Pertama adalah Model Agenda Setting, dimana model ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan tersebut. Model Agenda Setting termasuk model efek yang moderat. Pendekatan ini dikembangkan oleh Maxwell F. McComb dan Donald L. Shaw, yang memusatkan perhatian pada efek media massa terhadap pengetahuan. Menurut teori ini, media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap. Tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Media massa memilih informasi yang dikehendaki dan berdasarkan informasi yang diterima, khalayak membentuk persepsinya tentang berbagai peristiwa. Bernard Cohen, seorang ahli politik, menyimpulkan model ini sebagai It may not be succesful much of the time in telling people what to think but it is stunningly successful in telling its readers what to think about.17 Media massa bahkan dapat menimbulkan nilai dan norma sosial yang baru.Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit., h. 191

17

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

19

Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, gate-keepers seperti penyunting, redaksi bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus

disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada TV dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar, frekuensi pemuatan pada TV dan radio, atau posisi pada surat kabar). Bagaimana media massa menyajikan peristiwa, itulah yang disebut sebagai agenda media. Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda publik. Agenda publik diketahui dengan menanyakan kepada para anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, apa yang mereka anggap sebagai masalah menarik atau apa yang mereka rasakan. Efek media massa diukur dengan membandingkan dua (2) pengukuran. Pertama, peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif, dalam hal ini komunikator dan isi pesan yang berdasarkan panjang (waktu) dan frekuensi penayangan. Pada penelitian ini agenda media dianggap sudah jelas karena ditayangkannya iklan Ayo Sekolah, yaitu semangat untuk tetap meneruskan sekolah walaupun saat ini sedang mengalami kesulitan ekonomi. Selanjutnya, peneliti mengukur agenda masyarakat, dalam hal ini persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya, dengan menganalisis self-report khalayak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

20

MODEL AGENDA SETTING

Variabel media massa panjang penonjolan konflik

variabel antara

variabel efek

variabel efek lanjutan - persepsi - aksi

- sifat stimulus - sifat khalayak

- pengenalan - salience - prioritas

Sumber : Rahmat, 1985:69

Teori kedua yang melandasi penelitian ini adalah

teori S-O-R, yang

berkeyakinan bahwa penyebab sikap yang dapat berubah tergantung pada kualitas rangsang yang berkomunikasi dengan organisme. Karena persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya merupakan suatu sikap dari organisme, maka perlu adanya rangsang berupa terpaan media massa, dalam hal ini iklan layanan masyarakat Ayo Sekolah, untuk merubah sikap ibu menyekolahkan anaknya sebagai organisme. Keberadaan teori ini dimulai dari psikologi, teori S-R (Stimulus Respon) dan teori-teori tingkah laku yang menerangkan bagaimana respons (reaksi) mahluk hidup dihubungkan dengan rangsang yang diperoleh dari lingkungan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sarwani sebagai berikut :

Hubungan rangsang balas (S-R) akan menimbulkan refleks, yaitu tingkah laku balas yang dengan sendirinya timbul bila terjadi suatu rangsang tertentu, refleks ini dalam teori rangsang balas merupakan dasar dari proses belajarTeori S-R beranggapan bahwa perilaku individu pada hakekatnya terjadi karena adanya pertemuan atau hubungan antara stimulus dan respons, sehingga teori ini hanya dapat menerangkan gejala tingkah laku individu. Teori ini tidak memperhitungkan pertemuan penyebab stimulus yang timbul, yang

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

21

kemudian dirubah ke dalam bekerjanya respon dan seperangkat respons yang dapat dianalisis. Respon dianggap sebagai perilaku yang dapat secara langsung diamati, sehingga penjelasan selanjutnya berusaha menghubungkan perilaku tersebut dalam suatu situasi dan keadaan tertentu. Perkembangan selanjutnya dari teori-teori baru bahwa adanya

rangsang dan dilakukannya tingkah laku balas terhadap proses yang tidak tampak dalam diri individu atau organisme ini karena adanya keadaan tertentu dari organisme, sehingga muncul teori S-O-R

2.5. Persepsi dan Sikap Persepsi didefinisikan sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan .18Persepsi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan beritaberita yang berkembang.19 Persepsi lahir dari adanya pengalaman masa lalu yang dipertajam oleh nilai budaya, nilai yang dianut serta berita yang berkembang. Komponen ini memberikan suatu rekaman di benak seseorang dan siap diputar kelak di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk memberi suatu interpretasi. Interpretasi inilah yang melahirkan sikap. Sikap adalah apa yang dirasakan oleh seseorang, merupakan opini yang masih tersembunyi di dalam18 19

Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit., h. 45 Rhenald Kasali, Manajemen PR : Konsep & Aplikasinya di Indonesia. (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1994), h.25

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

22

batin seseorang. Opini ini menyangkut tiga faktor internal, yaitu kognitif atau pengetahuan, pemahaman, pengertian komunikan terhadap satu stimuli, emosional, aspek emosi komunikan terhadap stimuli tersebut dan terakhir, faktor behavioral atau tindakan atau tanggapan terhadap stimuli tersebut.

2.6. Pengaruh Komunikasi Massa pada Persepsi dan Sikap Ditinjau dari sasaran atau komunikan media massa, maka setiap manusia yang menerima pesan dari media massa, baik medium TV, radio, film maupun surat kabar dan majalah, akan memberikan reaksi yang berbeda-beda. DeFleur berpendapat bahwa pesan yang disampaikan melalui media massa akan menimbulkan reaksi yang berbeda bagi penerima yang mempunyai karakter yang berbeda karena setiap individu mempunyai minat yang berbeda pula. Lebih lengkapnya dikatakan bahwa : Media message contain particular

stimulus attributes that have differential interaction with personality, characteristics of member of the audience (and therefore), there will be variations in effect which correspond to such individual

differences.20Sementara itu Robert K. Avery berpendapat, individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa akan memberikan reaksi terhadap pesan-pesan tersebut, berupa :1.

Selective Attention masing-masing individu hanya akan memilih programatau berita yang menarik minatnya.

2.

Selective Perception individu akan menafsirkan sendiri pesan-pesanyang diterimanya melalui media massa, dan

20

Wahyudi, Op. Cit., h. 44

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

23

3.

Selective Retention individu hanya akan mengingat hal-hal yang ingin diaingat.21 Dapat diambil kesimpulan bahwa pesan yang disampaikan melalui media

massa akan diterima oleh individu berdasarkan kepentingan si individu sendiri, ditafsirkan dan diingat sesuai dengan kepentingan makna pesan itu bagi si individu. Perbedaan individu, kategori sosial dan hubungan sosial merupakan determinan dalam proses perubahan persepsi dan sikap individu saat menerima pesan komunikasi massa. Karena komunikator dan komunikan pada komunikasi massa tidak dapat berhubungan langsung maka kegunaannya kurang efektif dibanding dengan komunikasi tatap muka yang memungkinkan antara komunikator dan komunikan dapat terjadi dialog langsung. Namun demikian penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan dan dilakukan secara bertahap. Sebagai media komunikasi massa, televisi juga memainkan peran yang sama dalam mengubah sikap dan perilaku komunikan. Joseph R. Dominick menegaskan bahwa mass media also play an important role in the transmission of attitudes, perceptions and beliefs.22

2.6. Hipotesis Teori Berdasarkan teori-teori di atas, maka hipotesis teori untuk penelitian ini adalah :

Ada hubungan antara terpaan iklan televisi massa dengan persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya.21 22

Melvin L. DeFleur & Everette E. Dennis, Op.Cit., h. 328. Joseph Dominick, The Dynamics of Mass Communication. (USA : Addison-Wesley Publishing Company, 1983), h. 474.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

24

BAB III TUJUAN & MANFAAT PENELITIAN3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini diadakan untuk : 1. Mengetahui hubungan antara terpaan media massa terhadap persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat proses komunikasi. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya.

3.2. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan : 1. 2. Dapat mengukur hubungan diantara berbagai variabel penelitian Dapat meramalkan variabel tidak bebas dari pengetahuan tentang

variabel bebas 3. Dapat memberikan landasan untuk penelitian lanjut (rancangan

penelitian eksperimental) 4. Dapat memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan di

bidang pendidikan 5. Dapat memberikan kontribusi dalam pembuatan dan penayangan

iklan layanan masyarakat

BAB IV

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

25

METODOLOGI PENELITIANBerikut ini akan dibahas metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, mencakup metode penelitian, operasionalisasi variabel, hipotesis

penelitian, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan dan analisa data.

4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.23 Dalam penelitian ini digunakan korelasi sederhana (multiple correlation) karena, walaupun terdiri lebih dari 2 (dua) variabel yang akan dihubungkan (variabel televisi, persepsi dan sikap), namun variabel bebasnya hanya satu sementara variabel terikat ada 2. Maka korelasi akan dilakukan satu persatu antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat secara bergantian. Metode korelasional digunakan untuk : 1. mengukur hubungan diantara berbagai variabel 2. meramalkan variabel takbebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas 3. meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental (teoritis).

4.2. Operasionalisasi Variabel

23

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung : Remadja Karya, CV, 1984), h. 27.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

26

Variabel X Terpaan Televisi

Variabel Antara

Variabel Y 1. Persepsi Ibu 1. Pengalaman Masa Lalu - pernah / tidak sekolah - pendidikan terakhir - suasana emosional 2. Budaya - kebiasaan dalam keluarga - latar belakang kebudayaan 3. Nilai yang dianut - kebutuhan - kemauan - kepercayaan - kepentingan 4. Kepentingan

Indikator: 1. Komunikator 1. Usia Alat ukur : a. Kredibilitas 2.Jumlah anak - keahlian usia sekolah -dapat dipercaya 3. Pendapatan b. Atraksi (Daya tarik komunikator) per bulan -daya tarik fisik -ganjaran -kesamaan -kemampuan c c. Kekuasaan d 2. Pesan Alat ukur : a. Isi pesan ` b. Bahasa c. Gaya Penyajian 3.Frekuensi Alat ukur : a.Perminggu 4.Kepemilikan Media Alat ukur : a. milik sendiri b. milik tetangga c. milik bersama

2. Sikap Ibu 1. Kognitif - pengetahuan - pemahaman - pengertian 2. Emosional/Afektif - persetujuan c. Behavioral - tindakan

4.3. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Semakin tinggi terpaan media, semakin tinggi persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya. Sementara hipotesis statistiknya adalah : Ho : Tidak ada hubungan antara terpaan media massa dengan persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya H1 : Ada hubungan antara terpaan media massa dengan persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya 4.4. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di DKI Jakarta.

4.5. Populasi

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

27

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang tinggal di wilayah DKI Jakarta dengan kriteria sebagai berikut : a. Tinggal di wilayah DKI Jakarta b. Mempunyai anak usia sekolah 7-15 tahun c. Masuk di kelompok kelas Pra-Sejahtera dan Sejahtera I d. Mengalami terpaan media, baik melalui pola kepemilikan media tunggal maupun kolektif.

4.6. Tehnik Penarikan Sampel Penelitian ini menggunakan multi-stage sampling techniques, karena menggunakan beberapa tehnik penarikan sampel. Pertama, populasi yang ada akan di-cluster kedalam lima (5) wilayah di Jakarta, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan. Tahap kedua, menentukan jumlah sampel sebanyak 100 orang, dengan menggunakan Tabel Yamane untuk populasi < 100.000 orang, dengan tingkat kepercayaan 95% presisi 0,5. Tahap ketiga, secara disproportional - sampling ke-100 sampel tersebut dibagi dalam 5 wilayah DKI Jakarta, didapat 20 sampel tiap wilayah. Tahap keempat, dilakukan purposive-sampling untuk menentukan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dengan kriteria seperti yang telah disebutkan di atas. 4.7. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini :1.

Metode Kuesioner, metode ini digunakan untuk mengumpulkan data

dengan menggunakan alat berupa pertanyaan tertulis, biasanya berupa

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

28

angket, yang merupakan penjabaran dari variabel yang diteliti. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini akan disesuaikan dengan banyaknya variabel. Peneliti akan menggunakan satu bentuk pertanyaan, yaitu jenis pertanyaan tertutup.2.

Metode wawancara, metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data

dengan memberikan pertanyaan langsung kepada sampel yang ditunjuk sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan di seputar masalah penelitian.3.

Studi Pustaka, metode ini menggunakan data-data dan buku-buku

sebagai bahan referensi dalam penelitian ini.

4.8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data-data yang telah terkumpul dengan menggunakan metode

pengumpulan data tersebut diatas kemudian dikelompokkan ke dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang untuk mengetahui kecenderungan hubungan antara terpaan media dengan persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya. Tabel silang tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan tes statistik rumus Goodmans dan Kruskals Gamma untuk mengetahui keeratan kedua variabel tersebut dengan intepretasi hasil menggunakan Tabel

Guilford sebagai berikut :< 0,20 0,20 0,40 0,40 0,70 0,70 0,90 > 0,90 : hubungan : hubungan : hubungan : hubungan : hubungan rendah, lemah sekali lemah tetapi pasti cukup berarti tinggi : kuat sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan

BAB V

HASIL & PEMBAHASAN

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

29

Seperti telah dijelaskan di dalam Metodologi Penelitian, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang. Untuk mencegah kurangnya data masuk, maka disebarkan 150 buah angket di 5 wilayah Jakarta, yaitu wilayah Cisalak dan Duren Sawit untuk wilayah Jakarta Timur, Pancoran, Menteng Dalam dan Bukit Duri untuk wilayah Jakarta Selatan, Plumpang untuk wilayah Jakarta Utara, Cikini untuk wilayah Jakarta Pusat dan Jelambar serta Slipi untuk Jakarta Barat. Jumlah angket yang kembali adalah 121 buah. Setelah diperiksa ada 107 buah angket yang memenuhi persyaratan sebagai data untuk penelitian ini. Ke-107 buah angket ini dianggap layak untuk diolah. Tabel-tabel berikut ini menjelaskan hasil analisa data penelitian tentang hubungan antara terpaan media dengan persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anak mereka, khususnya di wilayah DKI Jakarta sebagai lokasi penelitian.

V.1. Data Responden Berikut ini akan dibahas masing-masing tahap keluarga responden, usia, status perkawinan, susunan anggota keluarga, jumlah anak usia sekolah, pendapatan per bulan dan pola kepemilikan media dari responden. Saat ini pemerintah membagi keluarga dalam beberapa tahap, yang disebut Program Pentahapan Keluarga Sejahtera, dengan tujuan untuk pengentasan kemiskinan. Keluarga dibagi kedalam 4 Tahap, yaitu Keluarga Pra-Sejahtera, Keluarga Sejahtera Tahap I, Keluarga Sejahtera Tahap II, Keluarga Sejahtera Tahap III dan Keluarga Sejahtera Tahap III Plus.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

30

Kelima tahapan ini memiliki 23 variabel, dan masing-masing tahapan mempunyai kriteria dan persyaratan tersendiri. Keluarga Sejahtera I mempunyai 5 variabel, yaitu (1) anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing, (2) Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih, (3) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian, (4) Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah, dan (5) Bila anak sakit atau PUS (Pasangan Usia Subur) ingin ber-KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan serta diberi obat/cara KB modern. Bila salah satu dari kelima variabel ini tidak terpenuhi, maka keluarga tersebut akan ditempatkan pada tahap Keluarga Pra-Sejahtera. Sesuai dengan maksud penelitian, yang ditegaskan lagi pada populasi sampel penelitian, untuk penelitian ini, angket hanya diberikan secara purposif pada responden yang dianggap termasuk pada tahap keluarga PraSejahtera dan Sejahtera I. Persentase keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 1 Tahapan Keluarga( n = 107 )

Tahap Keluarga Pra Sejahtera Sejahtera I Jumlah

F 60 47 107

% 56,1 43,9 100,0

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa responden dalam penelitian ini hampir seimbang, 56,1% berada pada tahap Keluarga Pra-Sejahtera dan 43,9% berada pada tahap Keluarga Sejahtera 1. Kedua tahap ini merupakan tahap terrendah dalam tahapan keluarga sejahtera dan bagian terbesar pada

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

31

program pengentasan kemiskinan. Dari 60 orang (56,1%) responden yang masuk tahap Keluarga Pra-Sejahtera, 3 orang diantaranya tidak menjalankan ibadah agama, walaupun mengaku beragama, 4 orang makan hanya 1 kali sehari, 24 orang tidak memiliki pakaian yang berbeda-beda untuk setiap kegiatan, dan 41 orang tidak membawa anak atau anggota keluarganya yang sakit ke rumah sakit/dokter/puskemas ataupun tenaga kesehatan lainnya. Berbeda dengan Pentahapan secara nasional, untuk wilayah DKI Jakarta sebenarnya ada indikator khusus untuk keluarga tahap PraSejahtera, yaitu (1) makan minimal 2 kali, (2) diantara keluarga ada anak putus sekolah, (3) didalam keluarga ada yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja, (4) tidak bisa mengkonsumsi protein, dan (5) apabila sakit tidak dapat berobat ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya dari pemerintah. Pada tahap Pra-Sejahtera serta Sejahtera I inilah program wajib belajar menjadi signifikan. Kelompok ini paling besar terkena imbas krisis ekonomi, sehingga pendidikan anak tidak lagi menjadi prioritas. Karena itu iklan Ayo Sekolah menjadi signifikan untuk diteliti pengaruhnya terhadap kaum ibu dari kelompok ini.Tabel 2 Usia

( n = 107 )

Usia Di bawah 20 tahun 20 39 tahun 30 39 tahun 40-49 tahun Lebih dari / sama 50 tahun

F 27 41 27 12 107

% 25,2 38,3 25,2 11,3 100,0

Dari 107 orang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini terlihat bahwa tidak ada responden yang berumur di bawah 20 tahun,

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

32

sedangkan persentase terbanyak adalah responden yang berumur 30-39 tahun (38,3%). Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 3 Jumlah anak( n = 107 )

Jumlah Anak 1 orang 2 orang 3 orang 4 orang Lebih dari 4 orang

F 27 25 20 22 13 107

% 25,2 23,4 18,7 20,6 12,1 100,0

Terlihat bahwa rata-rata responden memiliki anak antara 1 sampai 4 orang, terbanyak adalah 1 orang (25,2%). Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena dalam situasi krisis ekonomi, dengan jumlah anak yang besar, serta kondisi keuangan yang tidak memadai, maka anak akan kurang diperhatikan atau bahkan dijadikan aset produksi untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.Tabel 4 Jumlah anak usia sekolah( n = 107 )

Jumlah anak usia sekolah 1 orang 2 orang 3 orang Lebih dari 3 orang Tidak menjawab

f 65 27 10 3 2 107

% 60,7 25,3 9,3 2,8 1,9 100,0

Dari rata-rata 1 sampai 4 anak tersebut, ternyata sebagian besar (60,7%) hanya memiliki 1 orang anak usia sekolah sehingga dapat diasumsikan

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

33

bahwa anak-anak yang dimiliki masih kecil serta belum sekolah, yang tentu saja masih memerlukan perhatian ekstra dari sang ibu.Tabel 5 Status Perkawinan( n = 107 )

Status Perkawinan Istri sah Janda cerai hidup Janda cerai mati

f 93 5 9 107

% 86,9 4,7 8,4 100,0

Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden adalah istri sah dengan suami yang masih hidup (86,9%), sementara yang menjadi janda, baik karena suami meninggal ataupun bercerai adalah 13,1%. Menurut Undang-Undang No. 10/1992 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera, ada 4 pengertian tentang keluarga, yaitu (1) Ibu Bapak, (2) IbuBapak-Anak, (3) Bapak-Anak, (4) Ibu-Anak. Karena penelitian ini adalah untuk meneliti persepsi dan sikap ibu, maka kepada responden hanya diberikan 2 alternatif jawaban tentang susunan anggota keluarga, yaitu (1) Ibu-BapakAnak dan (2) Ibu-Anak. Susunan anggota keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 6 Susunan Anggota Keluarga( n = 107 )

Susunan Keluarga Ibu Bapak Anak Ibu Anak

f 90 17 107

% 84,1 15,9 100,0

Karena sebagian besar suami mereka masih hidup, maka jelas susunan anggota keluarga sebagian besar responden adalah Ibu-Bapak-Anak (84,1%). Yang mengherankan adalah adanya tambahan 3 orang (2,8%) responden yang

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

34

menyatakan bahwa susunan keluarga mereka adalah Ibu-Anak, padahal mereka masih menjadi istri sah. Berarti dapat disimpulkan adanya 3 keluarga yang tidak lengkap karena tidak adanya kehadiran Bapak di keluarga tersebut.Tabel 7 Pendapatan per bulan( n = 107 )

Pendapatan per bulanKurang dari Rp. 100.000 Rp. 100.000 kurang dari Rp. 200.000 Rp. 200.000 kurang dari Rp. 300.000 Rp. 300.000 atau lebih Tidak menjawab

f 5 2 19 72 9 107

% 4,7 1,9 17,8 67,2 8,4 100,0

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penghasilan keluarga responden adalah terbanyak Rp. 300,000 atau lebih (67,2%). Walaupun angka ini terlihat cukup besar, tetapi biaya hidup di Jakarta yang cukup tinggi membuat responden tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehingga termasuk dalam Keluarga Pra-Sejahtera maupun Sejahtera I. Walaupun demikian, responden mengalami terpaan media televisi yang cukup tinggi, karena pola kepemilikan set TV yang mencapai 95,3% seperti yang terlihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Status Kepemilikan TV( n = 107 )

Status Kepemilikan TV Milik pribadi Milik tetangga

f 102 3

% 95,3 2,8

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

35

Milik bersama

2 107

1,9 100,0

Demikianlah data responden penelitian beserta analisa terhadap data tersebut.

V.2. Data Penelitian Tentang Terpaan Iklan Ayo Sekolah Setelah membahas dan menganalisa data responden penelitian, maka berikut ini akan dibahas serta dianalisa Terpaan Media yang menjadi Variabel Bebas (Variabel X) dalam penelitian ini. Terpaan Media dapat diukur melalui indikator Komunikator, Pesan, Frekuensi maupun Durasi. Masing-masing Indikator memiliki alat ukur yang juga akan dibahas mendalam di bawah ini.

5.2.1.

Komunikator Iklan Ayo Sekolah Komunikator terdiri dari 11 buah pertanyaan yang

Indikator

menyangkut kredibilitas maupun atraksi komunikator yang dijabarkan secara mendetil dalam Tabel 11 mengenai Kredibilitas Komunikator dan Tabel 12 mengenai Atraksi Komunikator. Untuk mengukur terpaan komunikator, maka dibuat 3 kategori masing-masing Tinggi Sedang Rendah dengan nilai tertinggi adalah 33 dan nilai terrendah adalah 11, rentang kategori-nya adalah : Tinggi Sedang Rendah : 28 - 36 : 20 27 : 12 - 19

Tabel 9 Komunikator Iklan( n = 107 )

Komunikator Tinggi Sedang

F 62 43

% 57,9 40,2

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

36

Rendah

2 107

1,9 100,0

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Komunikator pada iklan Ayo Sekolah termasuk pada kategori Tinggi (57,9%). Artinya, para komunikator ini memiliki kredibilitas dan atraksi yang sangat dikenal dan diakui oleh responden. Komunikator yang masuk pada kategori Rendah hanya sebanyak 2%, sehingga dapat disimpulkan bahwa para Komunikator memiliki tempat di hati para pemirsa TV. Seperti telah dijelaskan pada Bagian 2.3. sebelumnya, untuk iklan Ayo Sekolah telah ditayangkan 12 seri iklan. Para pemeran dari setiap seri iklan ini bukanlah bintang film, kecuali Rano Karno dan Mandra, tetapi adalah orang-orang yang hidup dalam kesukaran mereka dan membagikan semangat yang mereka miliki dengan para pemirsa TV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini persentase para komunikator tersebut. Rano Karno menempati peringkat teratas dibandingkan dengan

komunikator lainnya (87,9). Hal ini tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh perannya sebagai Si Doel dalam sebuah sinetron TV, yang menggambarkan seorang anak Betawi yang tetap berjuang untuk sekolah. Tetapi peringkat tertinggi ini juga diperoleh Ibu Rini, seorang ibu dengan seorang anak wanita yang berjuang untuk membiayai sekolah putrinya dengan menerima pesanan jahitan.Tabel 10 Komunikator Iklan Ayo Sekolah ( n = 107 )No 1.

KomunikatorPak Wawan, supir cadangan

Setuju f % 88 82,2

Ragu-Ragu F % 13 12,1

Tidak Setuju f % 6 5,6

Total f % 107 100,0

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

37

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12

Sri, bekerja di pabrik keramik Ibu Rini, pintar menjahit Rano Karno sebagai Si Doel Ibu Hasan yang pintar menjahit Pak Siregar, supir tembak Ibu Encun, pembuat kue Pak Guru Warino Ibu Guru Lasmini Pak Guru Kardiman Mandra, putus sekolah Anak-anak pengamen jalanan

65 94 94 76 47 71 78 52 62 87 71

60,7 87,9 87,9 71,0 43,9 66,4 72,9 48,6 57,9 81,3 66,4

21 10 6 24 43 21 21 39 30 15 18

19,6 9,3 5,6 22,4 40,2 19,6 19,6 35,4 28,0 14,0 16,8

21 3 7 7 17 15 8 16 15 5 18

19,6 2,8 6,5 6,5 15,9 14,0 7,5 15,0 14,0 4,7 16,8

107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Komunikator dipengaruhi oleh kredibilitas serta atraksi atau daya tariknya bagi komunikan. Ketika komunikator berkomunikasi, yang

berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. Dari tabel di atas, dapat disimpulkan adanya perasaan para ibu yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang ibu yang berjuang untuk

menyekolahkan anaknya. Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, ketika ia menyampaikan pembicaraannya dianggap dapat

dipercaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 11 Kredibilitas Komunikator( n = 107 )

No 1. 2. 3. 4.

Kredibilitas Komunikator Dapat dipercaya Akrab Berpengetahuan Sikap mendukung

Setuju f % 79 73,8 41 38,3 67 62,6 87 81,3

Ragu-Ragu F % 23 21,5 49 45,8 31 29,0 17 15,9

Tidak Setuju f % 5 4,7 17 15,9 9 8,4 3 2,8

Total f % 107 100,0 107 100,0 107 100,0 107 100,0

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Artinya, pertama, kredibilitas adalah persepsi komunikan, jadi tidak inheren dalam diri komunikator dan, kedua, kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator. Karena kredibilitas itu masalah persepsi,

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

38

kredibilitas berubah-ubah tergantung pada pelaku persepsi (komunikan), topik yang dibahas dan situasi. Dua komponen kredibilitas yang penting adalah keahlian dan

kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Dari Tabel diatas, dapat dilihat bahwa pengetahuan (62,6 %) dan sikap (81,3%) komunikator yang jelas mendukung program Ayo Sekolah dari pemerintah sangat mempengaruhi persepsi komunikan, dalam hal ini pemirsa, terhadap komunikator iklan itu sendiri. Komunikator dianggap mengetahui dengan jelas apa yang diterangkannya di dalam iklan tersebut. Komponen kedua dari kredibilitas adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Pada penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar responden menganggap bahwa para komunikator tersebut dapat dipercaya (73,8%). Selain kredibilitas, atraksi komunikator juga sangat mempengaruhi. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik, ia juga memiliki daya persuasi. Tetapi, komunikan juga tertarik karena adanya beberapa kesamaan antara komunikator dengan komunikan. Komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya dengan komunikan. Komunikator dapat

mempersamakan diri dengan menegaskan persamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud dan nilai-nilai suatu persoalan. Simons menjelaskan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan cenderung berkomunikasi dengan lebih efektif. Pertama, kesamaan mempermudah proses penyandi-balikan (decoding), yakni proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

39

gagasan. Kedua, kesamaan membantu membangun premis yang sama, yang pada gilirannya akan mempemudah proses deduktif. Ketiga, kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Karena tertarik pada komunikator, maka kita cenderung menerima gagasan-gagasannya. Keempat, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. Hal ini juga terjadi pada responden yang menjadi komunikan iklan Ayo Sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 12 Atraksi Komunikator( n = 107 )

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Atraksi KomunikatorBerwajah menarik Berwajah biasa dan lugu Berkomunikasi secara kocak Juga mengalami kesulitan ekonomi Membanting tulang untuk membiayai Bekerja keras untuk menyekolahkan Gaya berkomunikasi wajar

Setuju f % 24 22,4 57 53,3 81 75,7 34 31,8 42 39,3 70 65,4 100 93,5

Ragu-Ragu f % 43 40,2 40 37,4 19 17,8 54 50,5 52 48,6 29 27,1 4 3,7

Tidak f 40 10 7 19 13 8 3

Setuju % 37,4 9,3 6,5 17,7 12,1 7,5 2,8

Total f % 107 100,0 107 100,0 107 100,0 107 100,0 107 100,0 107 100,0 107 100,0

Responden menyatakan bahwa komunikator menarik perhatian mereka bukan karena kecantikan wajahnya (37,4%) tetapi justru karena

kewajarannya (93,5%). Para komunikator memerankan diri mereka serta kehidupan mereka sendiri. Kesamaan inilah yang dilihat oleh para komunikan, mereka mengidentifikasikan kehidupan mereka yang harus bekerja keras untuk membiayai sekolah anak-anak sebagai satu kesamaan yang mendekatkan komunikan dengan komunikator (65,4%). Masalah kesulitan ekonomi bukan menjadi masalah utama untuk sebagian besar responden (50,5%) karena penghasilan mereka yang rata-rata di atas Rp. 300.000,00 per bulan mengindikasikan bahwa mereka memiliki pendapatan cukup, tetapi untuk menyekolahkan anak mereka harus terus

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

40

berjuang karena pendapatan tersebut belum memenuhi semua kebutuhan hidup mereka. 5.2.2. Terpaan Pesan Iklan Ayo Sekolah Indikator pesan terdiri dari 3 pertanyaan, yaitu isi pesannya sendiri, bahasa yang digunakan dan cara penyajiannya. Indikator ini dibagi kedalam 3 kategori dengan nilai tertinggi adalah 9 dan nilai terendah 3, masing-masing : Rendah : 3-5 Sedang : 6-7 Tinggi : 8-9

Tabel 13 Terpaan Pesan( n = 107 )

Terpaan pesan Tinggi Sedang Rendah

F 93 11 3 107

% 86,9 10,3 2,8 100,0

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa penyampaian pesan iklan Ayo Sekolah telah diterima dengan baik oleh para responden. Hal ini terlihat dari kategori pesan yang masuk dalam kelompok Tinggi sebanyak 86,9% sementara kelompok Rendah hanya 2,8%. Untuk setiap alat ukur, persentase penerimaan responden secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 14 Pesan Iklan Ayo Sekolah( n = 107 )

No 1. 2.

Pesan IklanIsi pesan mudah dimengerti Bahasa mudah dimengerti

Setuju f % 96 89,7 86 80,4

Ragu-Ragu f % 8 7,5 18 16,8

Tidak Setuju f % 3 2,8 3 2,8

Total f % 107 100,0 107 100,0

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

41

3.

Cara penyajian menarik perhatian

93

86,9

13

12,1

1

0,9

107

100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa isi pesan iklan Ayo Sekolah sangat mudah dimengerti (89,7%). Tetapi masih ada 16,8% responden yang menyatakan bahwa bahasa yang dipergunakan kurang dapat mereka mengerti.

5.2.3. Frekuensi & Durasi Menonton Iklan Ayo Sekolah Berikut ini akan dibahas frekuensi dan durasi menonton iklan Ayo Sekolah.Tabel 15 Frekuensi Menonton Per Hari( n = 107 )

Frekuensi Menonton Kurang dari 1 kali 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali atau lebih

f 10 21 37 19 20 107

% 9,3 19,6 34,6 17,8 18,7 100,0

Berdasarkan

tabel

diatas,

dapat

disimpulkan

bahwa

responden

mendapatkan terpaan yang cukup tinggi yaitu 2 kali per hari (34,6%), bahkan ada juga yang 4 kali atau lebih (18,7%). Hal ini memungkinkan karena pada masa-masa awal krisis ekonomi yang melanda Indonesia serta awal tahun ajaran baru 1998/1999 maupun 1999/2000, seri iklan layanan masyarakat Ayo Sekolah memang ditayangkan dengan frekuensi yang sangat tinggi. Tetapi sayangnya, frekuensi melihat iklan Ayo Sekolah yang cukup tinggi ternyata tidak dibarengi oleh lamanya mereka menonton iklan tersebut. Durasi responden terhadap iklan ini dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 16 Durasi Menonton( n = 107 )

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

42

Durasi Menonton Selalu menonton sampai selesai Hanya menonton setengah Selalu melewatkan iklan

f 45 57 5 107

% 42,0 53,3 4,7 100,0

Terlihat bahwa sebagian besar (53,3%) responden hanya menonton iklan ini setengah saja, artinya tidak menonton iklan sampai selesai. Sementara responden yang selalu menonton sampai selesai mencapai 42,0%. Dapat disimpulkan bahwa pada saat menonton acara televisi yang kemudian diseling oleh iklan, banyak responden yang mengambil kesempatan ini untuk melakukan aktivitas lain selain menonton, sembari perhatian tetap diarahkan kepada acara televisi. Tabel berikut ini menggambarkan bahwa terbanyak responden (95,3%) menonton bersama anak-anak sendiri di rumah. Hal ini sesuai dengan Tabel 7 tentang Status Kepemilikan Televisi yang menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki televisi sendiri.

Tabel 17 Teman Menonton( n = 107 )

No 1. 2. 3. 4. 5.

Teman MenontonBersama anak sendiri di rumah Bersama anak sendiri & tetangga di rumah Bersama anak sendiri di rumah tetangga Menonton di Kelurahan Menonton sendiri

Setuju f 102 27 6 2 11 % 95,3 25,2 5,6 1,9 10,3

Ragu-Ragu f 3 33 14 11 25 % 2,8 30,8 13,1 10,3 23,4

Tidak Setuju F 2 47 87 94 71 % 1,9 43,9 81,3 87,9 66,4 f 107 107 107 107 107

Total % 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Dari keempat indikator diatas, masing-masing adalah komunikator, pesan, frekuensi dan durasi, dibuat kategorisasi untuk mengetahui bagaimana

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

43

terpaan iklan Ayo Sekolah secara keseluruhan. Dari ke-4 indikator tersebut ada 16 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur terpaan. Nilai tertinggi pada kategorisasi ini adalah 48, sementara nilai terrendah adalah 16. Untuk mengetahui tingkat terpaan, maka dibuat kategorisasi kelompok TinggiSedang Rendah, dengan nilai untuk setiap kategori adalah : Rendah Sedang Tinggi : 16-26 : 27-37 : 38-48

Berdasarkan kategorisasi tersebut, didapatlah tabel berikut ini.Tabel 18 Terpaan Iklan Ayo Sekolah( n = 107 )

Terpaan Iklan Tinggi Sedang Rendah

F 90 16 1 107

% 84,2 14,9 0,9 100,0

Tabel di atas menggambarkan bahwa Terpaan Iklan Ayo Sekolah berada pada kategori Tinggi (84,2%), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menerima terpaan iklan Ayo Sekolah.

5.3. Persepsi Ibu Berikut ini akan disajikan tabel mengenai persepsi ibu tentang sekolah. Persepsi dipengaruhi oleh masa lalu, latar belakang budaya, nilai yang dianut serta berita yang berkembang. Tabel dibawah ini akan mengawali dengan pengalaman para ibu tentang sekolah di masa lalu.Tabel 19 Pengalaman Masa Lalu( n = 107 )

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

44

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Suasana EmosionalTentang Sekolah Senang sekolah karena banyak teman Senang sekolah karena dapat ilmu Senang krn tidak bantu ibu di rumah Senang karena tidak usah cari uang Malas karena sekolah itu tidak perlu Malas krn sekolah hanya buang waktu Malas karena sekolah membosankan Malu karena sering telat bayar SPP

Setuju f %89 105 11 6 2 4 5 83,2 98,1 10,3 5,6 1,9 3,7 4,7

Ragu-Ragu f %8 1 26 25 9 6 9 25 7,5 0,9 24,3 23,4 8,4 5,6 8,4 23,4

Tidak Setuju f %10 1 70 76 98 99 94 77 9,3 0,9 65,4 71,0 91,6 92,5 87,9 72,0

f

Total %100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

107 107 107 107 107 107 107 107

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa para ibu menyenangi sekolah karena mereka mendapatkan ilmu (98,1%) serta banyak teman (83,2%). Ada beberapa responden yang menyenangi sekolah karena, walaupun merasa raguragu, dengan bersekolah mereka tidak usah membantu ibu di rumah (24,3%) dan tidak perlu membantu mencari uang (23,4%). Dari keseluruhan responden penelitian ini, ada beberapa orang juga yang mengalami pengalaman tidak enak selama bersekolah di masa lalu karena sering terlambat membayar uang sekolah. Hal ini dapat dimengerti karena responden berasal dari keluarga yang tidak mampu untuk membayar sekolah setiap bulan. Pengalaman tidak enak ini dapat mempengaruhi persepsi ibu tentang sekolah dan pada akhirnya membuat sang ibu akan berusaha keras agar anak-anaknya tidak mengalami hal yang sama pada saat bersekolah. Untuk mengetahui tentang latar belakang pendidikan responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 20 Latar Belakang Pendidikan( n = 107 )

Pendidikan Tamat

SD/sederajat

SMP/sederajat

SMA/sederajat

Akademi keatas

Jumlah

f6 1 7

%5,6 0,9 6,5

f9 6 15

%8,4 5,6 14,0

f53 2 55

%49,6 1,8 51,4

f30 30

%28,0 28,0

f98 9 107

%91,6 8,4 100,0

Tamat Ya, Tetapi tidak tamat Tidak Tamat

Jumlah

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

45

Tabel diatas menggambarkan bahwa sebagian besar responden (91,%) menamatkan sekolahnya, dengan persentase terbesar adalah tamat SMA atau sederajat (49,6%), sedangkan yang tidak menamatkan sekolah tidak ada. Dari 9 orang responden yang tidak menamatkan sekolahnya (8,4%), 4 orang diantaranya memberikan alasan atas ketidaktamatannya, yaitu 1 orang karena tidak ada biaya, 2 orang karena malas, dan 1 orang karena harus membantu orang tua mencari uang. Berarti jika dibandingkan dengan Tabel 18 tentang pengalaman bersekolah, ada kesesuaian dengan nilai 2 orang yang tidak menyukai sekolah karena malas, sekolah dianggap hanya membuang waktu saja. Sementara 5 orang yang lain tidak memberikan alasan yang spesifik. Untuk mengetahui bagaimana nilai budaya serta kebiasaan dalam keluarga responden, dapat dilihat tabel berikut ini.

Tabel 21 Kebiasaan & Budaya Dalam Keluarga( n = 107 )

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kebiasaan dan BudayaDalam Keluarga Semua anak sekolah setiap hari Semua anak harus tamat Hanya anak laki yang sekolah Anak perempuan tidak sekolah Anak perempuan tidak sekolah tinggi Anak perempuan hanya mengurus rumah Sekolah merusak nilai adat & budaya

Setuju F %96 87 3 2 7 10 12 89,7 81,3 2,8 1,9 6,5 9,3 11,2

Ragu-Ragu f %6 10 4 3 7 16 13 5,6 9,3 3,7 2,8 6,5 15,0 12,1

Tidak Setuju f %5 10 100 102 93 81 82 4,7 9,3 93,5 95,3 86,9 75,7 76,6

Total f %107 107 107 107 107 107 107 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Jelas bahwa sebagian besar responden pergi ke sekolah setiap hari (89,7%), baik laki-laki maupun perempuan (95,3%). Semua anak dalam keluarga responden harus menamatkan sekolahnya (81,3%), dan anak perempuan pun mendapat kesempatan untuk sekolah setinggi-tingginya

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

46

(86,9%), tidak hanya mengurus rumah (75,7%). Tetapi, ada sebagian kecil responden yang merasa bahwa sekolah itu merusak nilai adat dan budaya yang dipegang oleh keluarga tersebut (11,2%). Untuk mengetahui suku bangsa responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang, DKI Jakarta dipilih karena merupakan melting-pot, tempat pertemuan berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia. Tetapi satu hal yang pasti, semua suku bangsa ini mempunyai nilai budaya serta kebiasaan yang sangat menghargai pendidikan, seperti yang digambarkan dalam Tabel 22 dibawah.

Tabel 22 Suku Bangsa( n = 107 )

Suku Bangsa Jawa Betawi Padang Sunda Menado Batak Bali Melayu Palembang Sumatera lainnya Bugis Ambon Bima NTB Sulawesi lainnya

F 39 26 8 12 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1

% 36,4 24,3 7,5 11,2 1,9 2,8 0,9 0,9 1,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

47

Tidak menjawab

8 107

7,5 100,0

Begitu juga dengan nilai yang dianut oleh responden, sebagian besar responden menilai bahwa sekolah penting karena memberikan ilmu

pengetahuan (94,4%) yang dibutuhkan untuk bekerja (95,0%) maupun masa depan yang lebih cerah (92,5%) agar hidup layak (85,0%) dan ada peningkatan dalam kualitas hidup (90,7%). Responden juga memiliki nilai anak-anak harus sekolah lebih tinggi daripada orang tua (97,2%) bahkan sampai sarjana (96,3%). Hal ini dilatarbelakangi oleh latar belakang pendidikan responden yang kebanyakan hanya tamat SMA.

Tabel 23 Nilai yang dianut( n = 107 )

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12

Nilai Nilai Yang DianutButuh sekolah untuk masa depan Butuh sekolah untuk bekerja Butuh sekolah untuk hidup layak Saya ingin terus lanjutkan sekolah Anak sekolah sampai sarjana Anak sekolah lebih tinggi dari saya Sekolah tingkatkan kualitas hidup Sekolah beri pekerjaan yang tepat Sekolah berikan masa depan cerah Sekolah berikan ilmu pengetahuan Sekolah berikan kedudukan Anak sekolah biasanya lebih pintar

Setuju f %99 91 91 86 103 104 97 74 89 101 61 88 92,5 85,0 85,0 80,4 96,3 97,2 90,7 69,2 83,2 94,4 57,0 82,2

Ragu-Ragu f %4 12 12 11 2 1 9 29 15 4 35 16 3,7 11,2 11,2 10,3 1,9 0,9 8,4 27,1 14,0 3,7 32,7 15,0

Tidak Setuju f %4 4 4 10 2 2 1 4 3 2 11 3 3,7 3,7 3,7 9,3 1,9 1,9 0,9 3,7 2,8 1,9 10,3 2,8

f

Total %100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107

Dari ketiga indikator ini, masing-masing pengalaman masa lalu, kebiasaan dan budaya dalam keluarga serta nilai yang dianut, dibuat

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

48

kategorisasi untuk mengetahui bagaimana persepsi para ibu tentang sekolah. Ada 27 pertanyaan yang diajukan untuk mengukur persepsi ini. Nilai tertinggi dalam kategorisasi ini adalah 81, sementara nilai terrendah adalah 27. Dari rentang nilai ini didapat kelompok untuk kategori Tinggi-Sedang-Rendah adalah sebagai berikut : Rendah : 27-44 Sedang : 45-62 Tinggi : 63-81 Dari kategorisasi ini didapat tabel sebagai berikut.Tabel 24 Persepsi Ibu( n = 107 )

Persepsi Tinggi Sedang Rendah

F 10 95 2 107

% 9,3 88,8 1,9 100,0

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi para ibu tentang sekolah adalah Sedang (95%). Pengalaman masa lalu, budaya serta nilai yang dimiliki oleh kebanyakan responden cukup mempengaruhi persepsi para ibu tentang sekolah.

5.4

Sikap Ibu Setelah mengetahui tentang persepsi para ibu tentang sekolah, maka

melalui tabel dibawah ini kita akan mengetahui bagaimana sikap para ibu di Indonesia tentang sekolah. Ada 14 pertanyaan yang diajukan untuk mengukur sikap. Dari ke-14 pertanyaan tersebut kemudian dibuat ketegorisasi TinggiSedang-Rendah. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 42, sementara nilai terrendah adalah 14. Rentang untuk masing-masing kategori adalah : Rendah : 14-23

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

49

Sedang : 24-33 Tinggi : 34-42 Dari kategorisasi tersebut, maka didapat tabel seperti di bawah ini.Tabel 25 Sikap Ibu( n = 107 )

Sikap Tinggi Sedang Rendah

F 16 89 2 107

% 15,0 83,2 1,8 100,0

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sikap para ibu untuk menyekolahkan anaknya adalah Sedang (83,2%). Persepsi para ibu tentang sekolah adalah sedang, maka sikap mereka juga terhadap sekolah adalah sedang, karena persepsi mempengaruhi bagaimana sikap seseorang terhadap suatu obyek, peristiwa atau hubungan yang terjadi dalam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa para ibu memiliki sikap bahwa sekolah semua anak harus sekolah (92,5%) karena sekolah cukup penting untuk masa depan (96,3%), baik laki-laki maupun perempuan. Para ibu juga bersikap akan menyekolahkan anak sampai semampunya (91,6%) agar anak sekolah lebih tinggi daripada orang tua (94,4%), walaupun untuk itu mereka harus bekerja membanting tulang (96,3%). Yang menarik, sebagian besar responden berpendapat bahwa anak-anak tidak perlu mencari uang untuk membantu membiayai sekolah (59,8%), seperti yang digambarkan dalam tabel berikut ini.Tabel 26 Pernyataan Sikap Ibu Tentang Sekolah( n = 107 )No 1. 2. 3. 4. 5.

Sikap IbuButuh sekolah untuk kehidupan Sekolah penting untuk masa depan Sekolah perlu untuk kedudukan Hanya anak laki yang perlu sekolah Semua anak harus sekolah

Setuju f %101 103 67 17 99 94,4 96,3 62,6 15,9 92,5

Ragu-Ragu f %4 2 28 4 2 3,7 1,9 26,2 3,7 1,9

Tidak Setuju F %2 2 12 86 6 1,9 1,9 11,2 80,4 5,6

f

Total %100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

107 107 107 107 107

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

50

6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14

Anak-anak tamat SD saja Anak-anak tamat SMA saja Anak sekolah sampai sarjana Anak tidak perlu bantu cari uang Anak laki bantu cari uang saja Anak perempuan bantu masak saja Akan menyekolahkan semampunya Anak sekolah lebih tinggi dari saya Saya banting tulang cari uang

4 12 94 64 98 101 103

3,7 11,2 90,7 59,8 91,6 94,4 96,3

3 28 5 23 7 3 5 1 1

2,8 26,2 4,7 21,5 6,5 2,8 4,7 0,9 0,9

100 67 5 20 100 104 4 5 3

93,5 62,6 4,7 18,7 93,5 97,2 3,7 4,7 2,8

107 107 107 107 107 107 107 107 107

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Demikianlah data mengenai terpaan media, persepsi dan sikap dalam tabel tunggal. Berikut ini akan dibahas beberapa tabulasi silang, baik antara ketiga variabel maupun data responden.

5.5. Hubungan antara Terpaan Media dengan Persepsi dan Sikap Ibu Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang akan diukur, yaitu terpaan media, persepsi dan sikap. Karena ada dua variabel terikat, maka uji statistik akan dilakukan secara terpisah, masing-masing uji statistik untuk terpaan media-persepsi serta terpaan media-sikap. Tabulasi silang dan uji

statistiknya akan dibahas berikut ini.

5.5.1. Hubungan antara Terpaan Media dengan Persepsi IbuTabel 27 Hubungan antara Terpaan Media dengan Persepsi (n = 107) PersepsiTerpaan Media

Tinggi f % 10 10 9,3 9,3

Sedang F % 80 15 95 74,2 14,0 88,2

Rendah f % 1 1 2 0,9 0,9 1,9

Jumlah f % 91 15 1 107 85,0 14,0 0,9 100,0

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

Untuk mengukur korelasi digunakan rumus Goodmans dan KruskalS Gamma dengan rumus sebagai berikut :

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

51

fa fi = fa + fi

dimana :

fa = frekuensi kesepakatan fi = frekuensi inversi

Melalui perhitungan dengan SPSS, didapat nilai statistik sebagai berikut :Ordinal by ordinal Gamma Value .889 Asymp. Std. Error .116 Approx. T 2,086 Approx.Sig. .037

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai koefisien korelasi Gamma adalah 0,889, maka sesuai dengan pedoman koefisien korelasi yang dikemukakan Guilford, berarti ada hubungan yang tinggi, kuat antara terpaan media dengan persepsi ibu untuk menyekolahkan anaknya. Angka signifikansi (Approx. Sig) dari penelitian ini adalah 0,037. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 (0,037 < 0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara terpaan media dengan persepsi ibu untuk menyekolahkan anaknya. Untuk lebih menguatkan uji statistik ini, maka akan dihitung nilai Z dengan rumus berikut ini :fa - fi Z = ( ) 2 N(1- )

Untuk tingkat signifikansi 0,05 dengan uji dua arah (two-tailed test), nilai kritis adalah 1,96. Sedangkan nilai Gamma hasil perhitungan adalah 2,086 (kolom 3) berarti lebih besar dari 1,96. Oleh karena itu, semakin jelas, Ho di tolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara terpaan media

dengan persepsi ibu untuk menyekolahkan anaknya.

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

52

5.5.2. Hubungan antara Terpaan Media dengan Sikap Ibu Berikut ini akan dibahas hubungan antara terpaan media dengan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabulasi silang berikut ini :Tabel 27 Hubungan antara Terpaan Media dengan Sikap Ibu (n = 107) Sikap Tinggi Sedang Rendah Jumlah f % f % f % f % 14 2 16 13,1 1,9 14,9 76 13 89 71,0 12,1 83,2 1 1 2 0,9 0,9 1,9 91 15 1 107 85,0 14,0 0,9 100,0

Terpaan Media

Tinggi Sedang Rendah Jumlah

Untuk mengetahui hubungan diantara kedua variabel ini maka akan dihitung nilai Gamma dengan menggunakan SPSS, dengan perhitungan :Ordinal by ordinal Gamma Value .264 Asymp. Std. Error .368 Approx. T ,722 Approx.Sig. .470

Nilai Gamma adalah 0,264, merujuk pada Tabel Guilford menunjukkan hubungan yang rendah, lemah sekali. Sementara nilai signifikansi adalah 0,470 artinya lebih besar dari 0,05 (0,470 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 diterima, artinya tidak ada hubungan antara terpaan media dengan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya. Uji tingkat signifikansi dengan menggunakan rumus Z juga menunjukkan hal yang serupa, karena nilai Z 0,772 adalah lebih kecil dari titik kritis 1,96 (0,772 < 1,96) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara terpaan media dengan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya. Kembali pada hipotesis penelitian semakin tinggi terpaan media, semakin tinggi persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya, maka

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

53

dapat disimpulkan berdasarkan uji korelasi di atas bahwa semakin tinggi terpaan media, semakin tinggi persepsi dan semakin rendah sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini bisa dijelaskan, karena persepsi mempengaruhi sikap dan berlangsung secara internal didalam individu, maka lebih signifikan untuk mempengaruhi persepsi melalui media massa, karena secara tidak langsung, persepsi ini juga akan mempengaruhi sikap individu. Secara teoritis pun, media massa akan berperan secara efektif hanya dalam merubah pendapat (misalnya, menambah pengetahuan). Pesan-pesan melalui media massa kurang kuat dalam merubah sikap, kecuali kalau pesan tersebut memperkuat nilai dan kepercayaan yang sebelumnya telah diyakini oleh khalayak. Dalam penelitian ini, responden jelas sudah memiliki persepsi positif tentang sekolah, sehingga pesan yang disampaikan melalui iklan Ayo Sekolah tidak lagi berperan kuat merubah sikap responden, pesan-pesan tersebut hanya memperkuat nilai dan kepercayaan yang telah dipersepsi oleh responden.

BAB IV KESIMPULAN & SARAN

6.1. Kesimpulan Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia agar sesuai dengan tuntutan era globalisasi. Pendidikan menciptakan keunggulan daya pikir, daya nalar, kekuatan moral dan ketaatan pada sumber daya manusia Indonesia. Menyadari pentingnya pendidikan ini, terutama di masa krisis ekonomi yang membuat pendidikan tidak lagi menjadi prioritas, UNICEF

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

54

mempersiapkan dan menyebarkan sebuah iklan layanan masyarakat AYO SEKOLAH. Apalagi untuk keluarga pra-sejahtera maupun sejahtera I yang belum memiliki kesadaran pentingnya pendidikan ini. Responden yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah para ibu yang berasal dari keluarga pra-sejahtera (56,1%) dan sejahtera I (43,9%) berusia terbanyak 30-39 tahun (38,3%) dan jumlah anak menyebar antara 1 sampai 4 orang Terpaan iklan Ayo Sekolah sangat tinggi (84,2%), apalagi kebanyakan responden memiliki TV pribadi (95,3%). Iklan ini menarik bagi khalayak karena diperani oleh Rano Karno yang terkenal sebagai si Doel (87,9%) dan Ibu-nya si Rini yang pintar menjahit (87,9%). Komunikan tertarik pada komunikator bukan karena daya tarik fisik yang dimiliki oleh komunikator, tetapi karena gaya berkomunikasinya yang wajar (93,5%) dan kocak (75,7%) serta kesamaan situasi antara komunikator dan komunikan yang harus

bekerja keras (65,4%) untuk membiayai sekolah (39,3%). Walaupun iklan mudah dimengerti (86,9%) karena isi pesan yang mudah dimengerti (89,7%) dengan bahasa yang mudah dimengerti (80,4%) dan cara penyajian-nya menarik (86,9%), tetapi sayang masih banyak responden yang tidak menonton iklan tersebut sampai selesai (53,3%). Padahal iklan tersebut sudah ditayangkan rata-rata 2 kali sehari (34,6%). Persepsi para ibu terhadap pendidikan sedang (88,8%), karena pengalaman masa lalu mereka tentang sekolah yang menyenangkan, dengan alasan mendapatkan banyak ilmu (98,1%) dan teman (83,2%). Pada masa kecil mereka setiap hari sekolah (89,7%), baik laki-laki (93,5%) maupun perempuan (95,3%).

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

55

Para ibu juga memiliki nilai bahwa anak harus bersekolah lebih tinggi daripada orang tua (97,2%), bahkan sampai sarjana (96,3%), karena sekolah memberikan ilmu pengetahuan (94,4%), meningkatkan kualitas hidup (90,7%), memberikan hidup yang layak (85,0) dan pekerjaan (69,2%). Persepsi mempengaruhi sikap. Dalam penelitian ini, ternyata sikap para ibu adalah sedang (83,2%). Dan mereka bersikap bahwa sekolah dibutuhkan untuk masa depan yang lebih cerah (96,3%) dan kehidupan yang lebih baik (94,4%). Karena itu mereka bertekad untuk menyekolahkan anak sampai sarjana (90,7%), walaupun harus membanting tulang membiayai sekolah anak (96,3%). Data tabulasi menunjukkan adanya hubungan positif yang tinggi, kuat antara terpaan media dengan persepsi ibu untuk menyekolahkan anak (nilai Gamma 0,889), dan tidak ada hubungan antara terpaan media dengan sikap ibu (nilai Gamma 0,264). Artinya, semakin tinggi terpaan media, semakin tinggi persepsi, tetapi sikap semakin rendah. Hal ini bisa terjadi karena pesan-pesan melalui media massa kurang kuat dalam merubah sikap, kecuali kalau pesan tersebut memperkuat nilai dan kepercayaan yang sebelumnya telah diyakini oleh khalayak. Karena persepsi khalayak yang cukup tinggi terhadap sekolah, maka pesan tentang sekolah tidak merubah sikap para ibu tersebut.

6.2. Saran-SaranHasil penelitian tentang hubungan antara terpaan media dengan persepsi dan sikap ibu untuk menyekolahkan anaknya tersebut memberikan

Hubungan antara Terpaan Media Massa dengan Persepsi & Sikap Ibu untuk Menyekolahkan Anaknya -

56

fakta kurang efektifnya pesan untuk merubah sikap. Karena itu ada beberapa saran untuk penayangan iklan Ayo Sekolah. 1. Sebagian besar responden tidak menonton iklan ini secara penuh, kadangkadang melewatkannya untuk mengerjakan pekerjaan ringan lainnya, maka agar pesan sampai kepada khalayak sasaran, perlu diperbanyak media alternatif lain untuk menyebarkan pesan, misalnya melalui media cetak, media luar ruang, atau brosur yang disebarkan langsung kepada khalayak. 2. Persepsi dan Sikap para ibu untuk menyekolahkan anaknya saat ini cukup tinggi, tetapi kesulitan ekonomi seringkali membuat mereka mengalami masalah untuk menyekolahkan anaknya, karena itu harus dipantau dengan seksama agar beasiswa yang disediakan oleh pemerintah, terutama melalui program Wajib Belajar 9 Tahun, dapat sampai kepada sasaran yang tepat.